SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  42
BAB IX

MATRIKS DAN DETERMINAN
9.1 Matriks

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering membuat hubunga
antar dua atau beberapa besaran, seperti mata kuliah yang
diikuti oleh mahasiswa pada suatu program studi tertentu
atau nilai hasil semester mahasiswa seperti yang ditunjukk
pada contoh berikut.

Tek.

Sist.
Tek.

Mtk.

Str.

Pemrogr.

Basis

Diskrit
45

Data
35

(P)
30

Dt.
40

40
42

42
31

29
22

29
37
Dari bentuknya, matriks dapat didefinisikan sebagai susunan
elemen-elemen sedemikian rupa sehingga membentuk baris
kolom. Elemen-elemen tersebut diletakkan diantara dua bua
kurung siku.
Bentuk matriks dapat ditunjukkan sebagai berikut.
Misal terdapat matriks A yang terdiri dari m baris
dan n kolom,
maka bentuk matriks tersebut
adalah,
Ukuran suatu matriks ditunjukkan oleh jumlah
baris m
dan kolom n.
Pada matriks diatas ukuran matriks A adalah m x
n.
Masing-masing elemen pada matriks disebut entri.
Entri aij adalah elemen matriks yang berada pada
baris ke i
Umumnya ke j.
dan kolom suatu matriks ditunjukkan dengan
huruf kapital yang dicetak tebal.

Selain cara penulisan diatas,
ditulis sebagai A = [a ij ].

matriks dapat juga

Jika m sama dengan n , maka matriks disebut
matriks bujur
sangkar dan entri-entri aij dengan i sama dengan j
disebut
diagonal matriks.
9.2 Matriks Bentuk Khusus

Jika kita identifikasi masing-masing entri dari suatu matrik
maka terdapat beberapa matriks yang dapat dikategorikan
sebagai matriks berbentuk khusus yaitu,
9.2.1 Vektor Kolom

Vektor kolom adalah matriks yang mempunyai m baris
dan satu kolom.
Berikut adalah contoh matriks 4 x 1
(4 baris dan 1 kolom).
40
32
25

12
9.2.2 Vektor Baris

Vektor baris adalah matriks yang mempunyai satu baris
dan n kolom. Contoh matriks 1 x 4 atau 1 baris dan 4 kolo
adalah

[4 2 5 1]

9.2.3 Matriks Persegi
Matriks persegi adalah matriks yang mempunyai jumlah
baris dan kolom yang sama. Berikut diberikan contoh
matriks persegi yang berukuran 5 x 5 (5 baris dan 5 kolom
.2.4 Matriks Segitiga

Matriks segitiga dapat dikelompokkan menjadi dua bagian,
yaitu matriks segitiga atas dan segitiga bawah.
Jika seluruh entri yang berada diatas diagonal
matriks mempunyai nilai 0 dan setidak-tidaknya
ada satu entri yang berada dibawah diagonal ≠
0, maka matriks tersebut adalah matriks segitiga
bawah atau untuk setiap i<j, a ij = 0.

Sedangkan matriks yang mempunyai entri dibawah diagona
dan setidak-tidaknya ada satu entri yang berada diatas
diagonal ≠ 0, maka matriks tersebut adalah matriks segitig
atas atau untuk setiap i> j, a ij = 0
9.2.5 Matriks Diagonal

Jika seluruh entri diatas dan dibawah diagonal sama denga
dan setidak-tidaknya ada satu entri pada diagonal ≠ 0,
maka matriks tersebut adalah matriks diagonal atau untuk
etiap i ≠ j, a ij =0.
9.2.6 Matriks Skalar

Matriks skalar adalah matriks yang mempunyai nilai entri
yang sama pada diagonal. Jika matriks diagonal adalah
matriks D, maka d 11 = d 22 = d.. ..= d nn

9.2.7 Matriks Identitas

Matriks identitas adalah matriks yang mempunyai entri-e
baik diatas maupun dibawah diagonal sama dengan nol d
entri pada diagonal sama dengan 1.
9.2.8 Matriks 0
Matriks 0 adalah matriks yang seluruh entrinya sama deng

.2.9 Matriks Transpose
Contoh 9.1
Jika A =

, maka A T =

.10 Matriks Simetri dan Skew-Simetri

Jika sebuah matriks sama dengan transposenya (A = A T )
maka matriks tersebut adalah matriks simetri.
Contoh 9.2
Jika A =

, maka A T =
arena A = A T , maka A adalah matriks simetri.
edangkan matriks skew- simetri adalah matriks yang
memenuhi –A = A T .
Contoh 9.3
Misal A =

,maka A T
=

,

–A =

Karena –A = A T , maka A adalah matriks skew-simetri .
3 Operasi Aritmatika pada Matriks

Operasi aritmatika pada matriks terdiri dari penjumlahan,
erkalian skalar dengan matriks, perkalian matriks dengan
matriks serta kombinasi linier beberapa matriks.
9.3.1 Penjumlahan
Misal terdapat matriks A = [a ij ] dan B = [b ij ] yang
masing-masing berukuran m x n.
Jumlah A dan B, ditulis A+B, adalah C = [c ij ], dengan
[c ij ] = [a ij ] + [b ij ].
Perlu diingat, bahwa dua buah matriks hanya dapat
dijumlahkan jika mempunyai orde yang sama.
Contoh 9.4

Misal A =

B=
Maka A + B = C

3.2 Perkalian Skalar dengan Matriks

Jika terdapat sebuah skalar c dan matriks A = [aij], maka
perkalian antara skalar c dengan matriks A adalah cA = [c.a
atau dapat ditulis dalam bentuk:
cA = c
Contoh 9.5
Jika A =

maka 3A =

3.3 Perkalian Matriks dengan Matriks

Perkalian dua buah matriks hanya dapat dilakukan jika jum
kolom matriks pertama dan jumlah baris matriks kedua sam
Misal matriks A = [aij] berukuran m x n dan
matriks B = [bij]
berukuran n x p, maka perkalian antara matriks A
matriks B,
Nilai dari c ij adalah,
Contoh 9.6

Diketah
A=
ui

B=

ika terdapat matriks C = A.B, maka
C=
3.4 Kombinasi linier matriks

Jika A 1 , A 2 , … , A p adalah matriks yang mempunyai ukuran
Sama, dan k 1 , k 2 , … , k p adalah skalar, maka
k 1 A 1 + k 2 A 2 + … + k p A p disebut kombinasi linier dari
A 1, A 2, … , A p
Contoh 9.7
Jika ,
A1 =

A2 =

tentukan A 1 + 3A 2 – 2A 3
Penyelesaian

A3 =
A 1 + 3A 2 –2A 3

3.5 Sifat-sifat Operasi Matriks

Jika a dan b adalah skalar dan A, B, dan C adalah matriks,
maka berlaku:
A+B=B+A
) A + (B + C) = (A + B) + C

) A(BC) = (AB)C
) A(B ± C) = AB ± AC
(B ± C)A = BA ± CA
vi) a(B ± C) = aB ± aC
ii) (a ± b)C = aC ± bC
ii) (ab)C = a(bC)

ix)
x)
xi)
xii)
iii)

a(BC) = (aB)C = B(aC)
(A T ) T = A
(A + B) T = A T ± B T
(cA)T =cA T
(AB)T = B T A T

hukum komutatif penjumlaha
hukum asosiatif penjumlahan
hukum asosiatif perkalian
hukum distributif kiri
huklum distributif kanan
9.4 Matriks yang Diperluas ( Augmented
matrix )
Matriks yang diperluas adalah matriks yang berhubungan
dengan penyajian sebuah sistem persamaan linier.
Misal terdapat sistem persamaan linier,

Dari sistem persamaan linier tersebut, dapat disajikan
matriks koeffisien,
5 Matriks dalam bentuk Eselon Baris
atu matriks dikatakan mempunyai bentuk eselon baris jika
emenuhi:
) Setiap baris yang keseluruhan elemennya nol diletakkan
pada bagian bawah matriks
) Elemen pertama dari setiap baris yang bukan nol
(disebut leading coefficient atau pivot ) harus terletak
disebelah kanan leading coefficient pada baris sebelumny
Contoh 9.8
Matriks dalam bentuk eselon baris

ontoh 9.9
atriks berikut tidak/belum dalam bentuk eselon baris

Matriks segitiga atas adalah matriks yang termasuk yang
mempunyai bentuk eselon baris.
9.6 Matriks dalam bentuk Eselon Baris
Tereduksi
Suatu matriks dikatakan mempunyai bentuk eselon baris
tereduksi jika:
i) Matriks tersebut sudah dalam bentuk eselon baris
ii) Elemen leading coefficient harus mempunyai nilai 1
(selanjutnya disebut leading 1 ) dan satu-satunya eleme
matriks yang bukan 0 pada kolom yang bersangkutan.
Perlu diketahui bahwa matriks satuan adalah bentuk khusu
dari matriks eselon baris tereduksi
Contoh 9.10

Suatu matriks yang belum dalam bentuk eselon
baris dapat
ditransformasikan kedalam bentuk matriks eselon
tereduksi
7 Operasi Baris Elementer

perasi yang dapat dilakukan terhadap baris dan kolom suatu
atriks adalah:
) Perkalian sembarang baris dengan skalar
) Penukaran posisi suatu baris dengan baris tertentu
) Penjumlahan antara i) dan ii).
etiga operasi diatas disebut Operasi Baris Elementer (OBE)
ontoh penggunaan notasi yang digunakan pada operasi baris
an kolom:
) R 3 → 2R 3 artinya baris ketiga matriks diganti dengan 2 kal
baris ke tiga
) R 1 ↔ R 2 artinya baris pertama dan kedua saling dipertuka
) R 2 → R 2 + 3R 3 artinya baris kedua diganti dengan baris ke
ditambah dengan tiga kali baris ketiga
Contoh 9.11

kukan OBE terhadap matriks berikut, sehingga menjadi matr
elon baris tereduksi.
Penyelesian

Elemen
pivot
2
1
–1
5 3
4

7

4

Elemen
dieliminasi

5
Langkah pertama

ah elemen pivot menjadi 1 dengan cara mengalikan baris
rtama dengan 1/2.
½ R1

–5R 1 +R 2

2R2

–4R 1 +R 3
9.8 Determinan

eterminan adalah besaran atau nilai yang berhubungan
engan matriks persegi. Jika determinan suatu matriks
ersegi tidak sama dengan nol maka matriks persegi
ersebut mempunyai balikan ( inverse ).

ebaliknya, jika determinan suatu matriks persegi tidak sam
engan nol, maka matriks tersebut tidak mempunyai balikan
Jika terdapat matriks
dari matriks A adalah

, maka determina

Contoh 9.12

Tentukan determinan dari
Penyelesaian

9.8.1 Sifat-sifat determinan
i) Setiap matriks dan transposenya mempunyai determin
yang sama atau det A = det A T
) Jika terdapat matriks A dan matriks B, maka berlaku
det(AB)=det (A) det (B)
iii) Determinan dari matriks segitiga adalah
perkalian
dari diagonalnya

a matriks B adalah matriks yang didapat dari
empertukarkan dua buah baris matriks A, maka
determinan matriks B berlawanan dengan determinan
matriks A
ka matriks
a)

dan c adalah konstanta, ma

b)

ka seluruh elemen dari salah satu baris suatu matriks sama
engan nol, maka determinan matriks tersebut sama dengan
nol.
Misal A = [a ij ] adalah matriks nxn, dan misalkan
M adalah
9.8.2 Kofaktor
matriks (n-1)x(n-1) yang diperoleh dari A
dengan
menghapus baris ke i dan kolomn ke j pada
matriks A.
Determinan dari M disebut minor dari a ij
(selanjutnya
ditulis M ij ).
Sedangkan c ij adalah kofaktor a ij dan
didefinisikan sebagai,
Contoh 9.9
Diketahui

Tentukan minor dan kofaktor dari a 11 dan a 13
Penyelesaian
8.3 Determinan dari matriks n x n
Secara umum untuk menghitung determinan dari matriks
orde n x n adalah sebagai berikut.
Jika A adalah matriks persegi n x n, maka determinan dari
matriks A adalah
Contoh 9.10

Tentukan determinan dari

enyelesaian
Karena A adaah matriks 3 x 3, maka nilai i diambil antara
, 2, atau 3. Kita tentukan i=1

Dari rumus 9.4a didapat, det A =
= –8
det A =(–4)(2)+(1)(9)+(5)(–6) + 9 – 30 = –29
Kerjakan ulang contoh 9.10 dengan
menggunakan rumus 9.4b dengan nilai j = 2.

Selain menggunakan rumus 9.4, menentukan determinan
matriks orde 3 dapat juga menggunakan cara Sarrus.
Jika terdapat matriks
Maka det A =

–( ) –( ) –
( )
+( ) +( ) +
( )

A = a 11 a 22 a 33 + a 12 a 23 a 34 +
a 13 a 21 a 32
– a 31 a 22 a 13 – a 32 a 23 a 11 – a 33 a 21 a 12
9.9 Adjoin Matriks

Jika terdapat matriks A = [aij], maka

Contoh 9.11

Penyelesaian

, tentukan adjoin A
0 Balikan Matriks ( Inverse of a Matrix )
Jika matriks A = [a ij ] adalah matriks persegi n x n, maka
balikan ( inverse ) dari A dilambangkan dengan A -1 merupa
matriks n x n sehingga memenuhi
9.10.1 Menentukan balikan matriks dengan rumus
ah satu cara untuk menentukan balikan matriks adalah deng
ncari adjoin dan determinan dari matriks yang dicari balikan
ebih dahulu.

Setelah itu gunakan rumus
Contoh 9.12

Penyelesaian

, tentukan
9.10.2 Balikan matriks dengan menggunakan eliminasi
Gauss-Jordan
Untuk menentukan balikan matriks A dengan eliminasi
Gauss-Jordan berarti kita harus melakukan eliminasi
matriks A menjadi bentuk eselon baris tereduksi.
Misal A adalah matriks non-singular n x n.
AB = I jika dan hanya jika B =A-1
Bukti
AB = I → A -1 AB = A -1 I
→ IB = A -1
→ B = A -1 atau A|I → AB |B
→ I|A -1
Berarti, jika kita berhasil mengeliminasi A|I menjadi I|X,
maka kita dapat memastikan bahwa X = A -1
Contoh 9.13
ri contoh 9.12, tentukan A -1 dengan metode eliminasi
uss-Jordan
Penyelesaian
R 2 –2/3 R 1
R 3 –R 1

R 3 –6/7 R 2
R 1 + 2/3R 2
R 2 +4/7R 3

R 1 –9/7R 3

Contenu connexe

Tendances

Determinan dan invers matriks
Determinan dan invers matriksDeterminan dan invers matriks
Determinan dan invers matriks
SMKN 9 Bandung
 
Vektor - Pertemuan 41- Aljabar Linear
Vektor - Pertemuan 41- Aljabar LinearVektor - Pertemuan 41- Aljabar Linear
Vektor - Pertemuan 41- Aljabar Linear
ahmad haidaroh
 
Menentukan sistem persamaan linier dalam bentuk sistem konsisten dan inkonsisten
Menentukan sistem persamaan linier dalam bentuk sistem konsisten dan inkonsistenMenentukan sistem persamaan linier dalam bentuk sistem konsisten dan inkonsisten
Menentukan sistem persamaan linier dalam bentuk sistem konsisten dan inkonsisten
BAIDILAH Baidilah
 
Analisis bab1 bab2
Analisis bab1 bab2Analisis bab1 bab2
Analisis bab1 bab2
Charro NieZz
 
Jenis dan operasi matriks
Jenis dan operasi matriksJenis dan operasi matriks
Jenis dan operasi matriks
Safran Nasoha
 

Tendances (20)

Defenisi dan sifat kekongruenan Teobil
Defenisi dan sifat kekongruenan TeobilDefenisi dan sifat kekongruenan Teobil
Defenisi dan sifat kekongruenan Teobil
 
Modul 4 kongruensi linier
Modul 4   kongruensi linierModul 4   kongruensi linier
Modul 4 kongruensi linier
 
Metode Numerik Trapesium
Metode Numerik TrapesiumMetode Numerik Trapesium
Metode Numerik Trapesium
 
Geometri analitik ruang
Geometri analitik ruangGeometri analitik ruang
Geometri analitik ruang
 
Determinan dan invers matriks
Determinan dan invers matriksDeterminan dan invers matriks
Determinan dan invers matriks
 
Modul 7 basis dan dimensi
Modul 7 basis dan dimensiModul 7 basis dan dimensi
Modul 7 basis dan dimensi
 
Vektor - Pertemuan 41- Aljabar Linear
Vektor - Pertemuan 41- Aljabar LinearVektor - Pertemuan 41- Aljabar Linear
Vektor - Pertemuan 41- Aljabar Linear
 
Modul 2 pd linier orde n
Modul 2 pd linier orde nModul 2 pd linier orde n
Modul 2 pd linier orde n
 
Modul 3 kongruensi
Modul 3   kongruensiModul 3   kongruensi
Modul 3 kongruensi
 
Sistem Persamaan Linear (SPL) Aljabar Linear Elementer
Sistem Persamaan Linear (SPL) Aljabar Linear ElementerSistem Persamaan Linear (SPL) Aljabar Linear Elementer
Sistem Persamaan Linear (SPL) Aljabar Linear Elementer
 
Menentukan sistem persamaan linier dalam bentuk sistem konsisten dan inkonsisten
Menentukan sistem persamaan linier dalam bentuk sistem konsisten dan inkonsistenMenentukan sistem persamaan linier dalam bentuk sistem konsisten dan inkonsisten
Menentukan sistem persamaan linier dalam bentuk sistem konsisten dan inkonsisten
 
Analisis bab1 bab2
Analisis bab1 bab2Analisis bab1 bab2
Analisis bab1 bab2
 
Jenis dan operasi matriks
Jenis dan operasi matriksJenis dan operasi matriks
Jenis dan operasi matriks
 
Deret Taylor dan McLaurin
Deret Taylor dan McLaurinDeret Taylor dan McLaurin
Deret Taylor dan McLaurin
 
Logika mat-simpel
Logika mat-simpelLogika mat-simpel
Logika mat-simpel
 
Matematika Diskrit - 06 relasi dan fungsi - 06
Matematika Diskrit - 06 relasi dan fungsi - 06Matematika Diskrit - 06 relasi dan fungsi - 06
Matematika Diskrit - 06 relasi dan fungsi - 06
 
Analisis Vektor ( Bidang )
Analisis Vektor ( Bidang )Analisis Vektor ( Bidang )
Analisis Vektor ( Bidang )
 
deret kuasa
deret kuasaderet kuasa
deret kuasa
 
Distribusi Seragam, Bernoulli, dan Binomial
Distribusi Seragam, Bernoulli, dan BinomialDistribusi Seragam, Bernoulli, dan Binomial
Distribusi Seragam, Bernoulli, dan Binomial
 
Modul maple untuk metnum 2014
Modul maple untuk metnum 2014Modul maple untuk metnum 2014
Modul maple untuk metnum 2014
 

Similaire à MATRIKS DAN DETERMINAN

Matematika Teknik - Matriks
Matematika Teknik - MatriksMatematika Teknik - Matriks
Matematika Teknik - Matriks
Reski Aprilia
 
Kelas xii bab 3
Kelas xii bab 3Kelas xii bab 3
Kelas xii bab 3
pitrahdewi
 

Similaire à MATRIKS DAN DETERMINAN (20)

Pertemuan1&2
Pertemuan1&2Pertemuan1&2
Pertemuan1&2
 
Matematika Teknik - Matriks
Matematika Teknik - MatriksMatematika Teknik - Matriks
Matematika Teknik - Matriks
 
Buku siswa Materi Matriks
Buku siswa Materi MatriksBuku siswa Materi Matriks
Buku siswa Materi Matriks
 
Ppt klmpk 6 alj liner
Ppt klmpk 6 alj linerPpt klmpk 6 alj liner
Ppt klmpk 6 alj liner
 
Matriks
MatriksMatriks
Matriks
 
matriks_2.ppt
matriks_2.pptmatriks_2.ppt
matriks_2.ppt
 
PPT Matwa Bab 3 Matriks.pptx
PPT Matwa Bab 3 Matriks.pptxPPT Matwa Bab 3 Matriks.pptx
PPT Matwa Bab 3 Matriks.pptx
 
Kelas xii bab 3
Kelas xii bab 3Kelas xii bab 3
Kelas xii bab 3
 
Kelas xii bab 3
Kelas xii bab 3Kelas xii bab 3
Kelas xii bab 3
 
Kelas xii bab 3
Kelas xii bab 3Kelas xii bab 3
Kelas xii bab 3
 
Kelas xii bab 3
Kelas xii bab 3Kelas xii bab 3
Kelas xii bab 3
 
Matriks
Matriks Matriks
Matriks
 
Uas b. indonesia
Uas b. indonesiaUas b. indonesia
Uas b. indonesia
 
Kelas xii bab 3
Kelas xii bab 3Kelas xii bab 3
Kelas xii bab 3
 
matriks
matriksmatriks
matriks
 
Matriks_Enggar Dywari_Math is so fun
Matriks_Enggar Dywari_Math is so funMatriks_Enggar Dywari_Math is so fun
Matriks_Enggar Dywari_Math is so fun
 
PERTEMUAN-PERTAMA-MATRIKS.pptx
PERTEMUAN-PERTAMA-MATRIKS.pptxPERTEMUAN-PERTAMA-MATRIKS.pptx
PERTEMUAN-PERTAMA-MATRIKS.pptx
 
1. Matriks.ppt
1. Matriks.ppt1. Matriks.ppt
1. Matriks.ppt
 
Pengantar Kuliah Aljabar Linier Matriks dan Operasi
Pengantar Kuliah Aljabar Linier Matriks dan OperasiPengantar Kuliah Aljabar Linier Matriks dan Operasi
Pengantar Kuliah Aljabar Linier Matriks dan Operasi
 
Tugas sejarah Moh Nurahmat Hidayatul Karim.pdf
Tugas sejarah Moh Nurahmat Hidayatul Karim.pdfTugas sejarah Moh Nurahmat Hidayatul Karim.pdf
Tugas sejarah Moh Nurahmat Hidayatul Karim.pdf
 

Plus de Ong Lukman (7)

SISTEM PERSAMAAN LINIER
SISTEM PERSAMAAN LINIERSISTEM PERSAMAAN LINIER
SISTEM PERSAMAAN LINIER
 
INTEGRAL TENTU DAN PENERAPANNYA
INTEGRAL TENTU DAN PENERAPANNYAINTEGRAL TENTU DAN PENERAPANNYA
INTEGRAL TENTU DAN PENERAPANNYA
 
PENERAPAN DIFFERENSIASI
PENERAPAN DIFFERENSIASIPENERAPAN DIFFERENSIASI
PENERAPAN DIFFERENSIASI
 
DIFFERENSIASI
DIFFERENSIASIDIFFERENSIASI
DIFFERENSIASI
 
Fungsi
FungsiFungsi
Fungsi
 
Himpunan
HimpunanHimpunan
Himpunan
 
Sistem Bilangan
Sistem BilanganSistem Bilangan
Sistem Bilangan
 

Dernier

PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptxPPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
MaskuratulMunawaroh
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
IvvatulAini
 
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 20241. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
DessyArliani
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
novibernadina
 
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docxKisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
FitriaSarmida1
 

Dernier (20)

AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTXAKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
 
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanProgram Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptxPPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
 
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, FigmaPengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
 
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
 
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
 
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
 
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 20241. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
 
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru PenggerakSkenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
 
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan BerkelanjutanTopik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
 
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptxMemperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
 
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docxKisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
 
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 

MATRIKS DAN DETERMINAN

  • 1. BAB IX MATRIKS DAN DETERMINAN
  • 2. 9.1 Matriks Dalam kehidupan sehari-hari kita sering membuat hubunga antar dua atau beberapa besaran, seperti mata kuliah yang diikuti oleh mahasiswa pada suatu program studi tertentu atau nilai hasil semester mahasiswa seperti yang ditunjukk pada contoh berikut. Tek. Sist. Tek. Mtk. Str. Pemrogr. Basis Diskrit 45 Data 35 (P) 30 Dt. 40 40 42 42 31 29 22 29 37
  • 3. Dari bentuknya, matriks dapat didefinisikan sebagai susunan elemen-elemen sedemikian rupa sehingga membentuk baris kolom. Elemen-elemen tersebut diletakkan diantara dua bua kurung siku. Bentuk matriks dapat ditunjukkan sebagai berikut. Misal terdapat matriks A yang terdiri dari m baris dan n kolom, maka bentuk matriks tersebut adalah,
  • 4. Ukuran suatu matriks ditunjukkan oleh jumlah baris m dan kolom n. Pada matriks diatas ukuran matriks A adalah m x n. Masing-masing elemen pada matriks disebut entri. Entri aij adalah elemen matriks yang berada pada baris ke i Umumnya ke j. dan kolom suatu matriks ditunjukkan dengan huruf kapital yang dicetak tebal. Selain cara penulisan diatas, ditulis sebagai A = [a ij ]. matriks dapat juga Jika m sama dengan n , maka matriks disebut matriks bujur sangkar dan entri-entri aij dengan i sama dengan j disebut diagonal matriks.
  • 5. 9.2 Matriks Bentuk Khusus Jika kita identifikasi masing-masing entri dari suatu matrik maka terdapat beberapa matriks yang dapat dikategorikan sebagai matriks berbentuk khusus yaitu, 9.2.1 Vektor Kolom Vektor kolom adalah matriks yang mempunyai m baris dan satu kolom. Berikut adalah contoh matriks 4 x 1 (4 baris dan 1 kolom). 40 32 25 12
  • 6. 9.2.2 Vektor Baris Vektor baris adalah matriks yang mempunyai satu baris dan n kolom. Contoh matriks 1 x 4 atau 1 baris dan 4 kolo adalah [4 2 5 1] 9.2.3 Matriks Persegi Matriks persegi adalah matriks yang mempunyai jumlah baris dan kolom yang sama. Berikut diberikan contoh matriks persegi yang berukuran 5 x 5 (5 baris dan 5 kolom
  • 7. .2.4 Matriks Segitiga Matriks segitiga dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu matriks segitiga atas dan segitiga bawah. Jika seluruh entri yang berada diatas diagonal matriks mempunyai nilai 0 dan setidak-tidaknya ada satu entri yang berada dibawah diagonal ≠ 0, maka matriks tersebut adalah matriks segitiga bawah atau untuk setiap i<j, a ij = 0. Sedangkan matriks yang mempunyai entri dibawah diagona dan setidak-tidaknya ada satu entri yang berada diatas diagonal ≠ 0, maka matriks tersebut adalah matriks segitig atas atau untuk setiap i> j, a ij = 0
  • 8. 9.2.5 Matriks Diagonal Jika seluruh entri diatas dan dibawah diagonal sama denga dan setidak-tidaknya ada satu entri pada diagonal ≠ 0, maka matriks tersebut adalah matriks diagonal atau untuk etiap i ≠ j, a ij =0.
  • 9. 9.2.6 Matriks Skalar Matriks skalar adalah matriks yang mempunyai nilai entri yang sama pada diagonal. Jika matriks diagonal adalah matriks D, maka d 11 = d 22 = d.. ..= d nn 9.2.7 Matriks Identitas Matriks identitas adalah matriks yang mempunyai entri-e baik diatas maupun dibawah diagonal sama dengan nol d entri pada diagonal sama dengan 1.
  • 10. 9.2.8 Matriks 0 Matriks 0 adalah matriks yang seluruh entrinya sama deng .2.9 Matriks Transpose Contoh 9.1 Jika A = , maka A T = .10 Matriks Simetri dan Skew-Simetri Jika sebuah matriks sama dengan transposenya (A = A T ) maka matriks tersebut adalah matriks simetri. Contoh 9.2 Jika A = , maka A T =
  • 11. arena A = A T , maka A adalah matriks simetri. edangkan matriks skew- simetri adalah matriks yang memenuhi –A = A T . Contoh 9.3 Misal A = ,maka A T = , –A = Karena –A = A T , maka A adalah matriks skew-simetri .
  • 12. 3 Operasi Aritmatika pada Matriks Operasi aritmatika pada matriks terdiri dari penjumlahan, erkalian skalar dengan matriks, perkalian matriks dengan matriks serta kombinasi linier beberapa matriks. 9.3.1 Penjumlahan Misal terdapat matriks A = [a ij ] dan B = [b ij ] yang masing-masing berukuran m x n. Jumlah A dan B, ditulis A+B, adalah C = [c ij ], dengan [c ij ] = [a ij ] + [b ij ]. Perlu diingat, bahwa dua buah matriks hanya dapat dijumlahkan jika mempunyai orde yang sama. Contoh 9.4 Misal A = B=
  • 13. Maka A + B = C 3.2 Perkalian Skalar dengan Matriks Jika terdapat sebuah skalar c dan matriks A = [aij], maka perkalian antara skalar c dengan matriks A adalah cA = [c.a atau dapat ditulis dalam bentuk: cA = c
  • 14. Contoh 9.5 Jika A = maka 3A = 3.3 Perkalian Matriks dengan Matriks Perkalian dua buah matriks hanya dapat dilakukan jika jum kolom matriks pertama dan jumlah baris matriks kedua sam Misal matriks A = [aij] berukuran m x n dan matriks B = [bij] berukuran n x p, maka perkalian antara matriks A matriks B,
  • 15. Nilai dari c ij adalah, Contoh 9.6 Diketah A= ui B= ika terdapat matriks C = A.B, maka C=
  • 16. 3.4 Kombinasi linier matriks Jika A 1 , A 2 , … , A p adalah matriks yang mempunyai ukuran Sama, dan k 1 , k 2 , … , k p adalah skalar, maka k 1 A 1 + k 2 A 2 + … + k p A p disebut kombinasi linier dari A 1, A 2, … , A p Contoh 9.7 Jika , A1 = A2 = tentukan A 1 + 3A 2 – 2A 3 Penyelesaian A3 =
  • 17. A 1 + 3A 2 –2A 3 3.5 Sifat-sifat Operasi Matriks Jika a dan b adalah skalar dan A, B, dan C adalah matriks, maka berlaku:
  • 18. A+B=B+A ) A + (B + C) = (A + B) + C ) A(BC) = (AB)C ) A(B ± C) = AB ± AC (B ± C)A = BA ± CA vi) a(B ± C) = aB ± aC ii) (a ± b)C = aC ± bC ii) (ab)C = a(bC) ix) x) xi) xii) iii) a(BC) = (aB)C = B(aC) (A T ) T = A (A + B) T = A T ± B T (cA)T =cA T (AB)T = B T A T hukum komutatif penjumlaha hukum asosiatif penjumlahan hukum asosiatif perkalian hukum distributif kiri huklum distributif kanan
  • 19. 9.4 Matriks yang Diperluas ( Augmented matrix ) Matriks yang diperluas adalah matriks yang berhubungan dengan penyajian sebuah sistem persamaan linier. Misal terdapat sistem persamaan linier, Dari sistem persamaan linier tersebut, dapat disajikan matriks koeffisien,
  • 20. 5 Matriks dalam bentuk Eselon Baris atu matriks dikatakan mempunyai bentuk eselon baris jika emenuhi: ) Setiap baris yang keseluruhan elemennya nol diletakkan pada bagian bawah matriks ) Elemen pertama dari setiap baris yang bukan nol (disebut leading coefficient atau pivot ) harus terletak disebelah kanan leading coefficient pada baris sebelumny
  • 21. Contoh 9.8 Matriks dalam bentuk eselon baris ontoh 9.9 atriks berikut tidak/belum dalam bentuk eselon baris Matriks segitiga atas adalah matriks yang termasuk yang mempunyai bentuk eselon baris.
  • 22. 9.6 Matriks dalam bentuk Eselon Baris Tereduksi Suatu matriks dikatakan mempunyai bentuk eselon baris tereduksi jika: i) Matriks tersebut sudah dalam bentuk eselon baris ii) Elemen leading coefficient harus mempunyai nilai 1 (selanjutnya disebut leading 1 ) dan satu-satunya eleme matriks yang bukan 0 pada kolom yang bersangkutan. Perlu diketahui bahwa matriks satuan adalah bentuk khusu dari matriks eselon baris tereduksi Contoh 9.10 Suatu matriks yang belum dalam bentuk eselon baris dapat ditransformasikan kedalam bentuk matriks eselon tereduksi
  • 23. 7 Operasi Baris Elementer perasi yang dapat dilakukan terhadap baris dan kolom suatu atriks adalah: ) Perkalian sembarang baris dengan skalar ) Penukaran posisi suatu baris dengan baris tertentu ) Penjumlahan antara i) dan ii). etiga operasi diatas disebut Operasi Baris Elementer (OBE) ontoh penggunaan notasi yang digunakan pada operasi baris an kolom: ) R 3 → 2R 3 artinya baris ketiga matriks diganti dengan 2 kal baris ke tiga ) R 1 ↔ R 2 artinya baris pertama dan kedua saling dipertuka ) R 2 → R 2 + 3R 3 artinya baris kedua diganti dengan baris ke ditambah dengan tiga kali baris ketiga
  • 24. Contoh 9.11 kukan OBE terhadap matriks berikut, sehingga menjadi matr elon baris tereduksi. Penyelesian Elemen pivot 2 1 –1 5 3 4 7 4 Elemen dieliminasi 5
  • 25. Langkah pertama ah elemen pivot menjadi 1 dengan cara mengalikan baris rtama dengan 1/2. ½ R1 –5R 1 +R 2 2R2 –4R 1 +R 3
  • 26. 9.8 Determinan eterminan adalah besaran atau nilai yang berhubungan engan matriks persegi. Jika determinan suatu matriks ersegi tidak sama dengan nol maka matriks persegi ersebut mempunyai balikan ( inverse ). ebaliknya, jika determinan suatu matriks persegi tidak sam engan nol, maka matriks tersebut tidak mempunyai balikan
  • 27. Jika terdapat matriks dari matriks A adalah , maka determina Contoh 9.12 Tentukan determinan dari Penyelesaian 9.8.1 Sifat-sifat determinan i) Setiap matriks dan transposenya mempunyai determin yang sama atau det A = det A T
  • 28. ) Jika terdapat matriks A dan matriks B, maka berlaku det(AB)=det (A) det (B) iii) Determinan dari matriks segitiga adalah perkalian dari diagonalnya a matriks B adalah matriks yang didapat dari empertukarkan dua buah baris matriks A, maka determinan matriks B berlawanan dengan determinan matriks A
  • 29. ka matriks a) dan c adalah konstanta, ma b) ka seluruh elemen dari salah satu baris suatu matriks sama engan nol, maka determinan matriks tersebut sama dengan nol.
  • 30. Misal A = [a ij ] adalah matriks nxn, dan misalkan M adalah 9.8.2 Kofaktor matriks (n-1)x(n-1) yang diperoleh dari A dengan menghapus baris ke i dan kolomn ke j pada matriks A. Determinan dari M disebut minor dari a ij (selanjutnya ditulis M ij ). Sedangkan c ij adalah kofaktor a ij dan didefinisikan sebagai, Contoh 9.9 Diketahui Tentukan minor dan kofaktor dari a 11 dan a 13 Penyelesaian
  • 31. 8.3 Determinan dari matriks n x n Secara umum untuk menghitung determinan dari matriks orde n x n adalah sebagai berikut. Jika A adalah matriks persegi n x n, maka determinan dari matriks A adalah
  • 32. Contoh 9.10 Tentukan determinan dari enyelesaian Karena A adaah matriks 3 x 3, maka nilai i diambil antara , 2, atau 3. Kita tentukan i=1 Dari rumus 9.4a didapat, det A =
  • 33. = –8 det A =(–4)(2)+(1)(9)+(5)(–6) + 9 – 30 = –29 Kerjakan ulang contoh 9.10 dengan menggunakan rumus 9.4b dengan nilai j = 2. Selain menggunakan rumus 9.4, menentukan determinan matriks orde 3 dapat juga menggunakan cara Sarrus. Jika terdapat matriks
  • 34. Maka det A = –( ) –( ) – ( ) +( ) +( ) + ( ) A = a 11 a 22 a 33 + a 12 a 23 a 34 + a 13 a 21 a 32 – a 31 a 22 a 13 – a 32 a 23 a 11 – a 33 a 21 a 12
  • 35. 9.9 Adjoin Matriks Jika terdapat matriks A = [aij], maka Contoh 9.11 Penyelesaian , tentukan adjoin A
  • 36.
  • 37. 0 Balikan Matriks ( Inverse of a Matrix ) Jika matriks A = [a ij ] adalah matriks persegi n x n, maka balikan ( inverse ) dari A dilambangkan dengan A -1 merupa matriks n x n sehingga memenuhi 9.10.1 Menentukan balikan matriks dengan rumus
  • 38. ah satu cara untuk menentukan balikan matriks adalah deng ncari adjoin dan determinan dari matriks yang dicari balikan ebih dahulu. Setelah itu gunakan rumus Contoh 9.12 Penyelesaian , tentukan
  • 39.
  • 40. 9.10.2 Balikan matriks dengan menggunakan eliminasi Gauss-Jordan Untuk menentukan balikan matriks A dengan eliminasi Gauss-Jordan berarti kita harus melakukan eliminasi matriks A menjadi bentuk eselon baris tereduksi. Misal A adalah matriks non-singular n x n. AB = I jika dan hanya jika B =A-1 Bukti AB = I → A -1 AB = A -1 I → IB = A -1 → B = A -1 atau A|I → AB |B → I|A -1 Berarti, jika kita berhasil mengeliminasi A|I menjadi I|X, maka kita dapat memastikan bahwa X = A -1
  • 41. Contoh 9.13 ri contoh 9.12, tentukan A -1 dengan metode eliminasi uss-Jordan Penyelesaian R 2 –2/3 R 1 R 3 –R 1 R 3 –6/7 R 2
  • 42. R 1 + 2/3R 2 R 2 +4/7R 3 R 1 –9/7R 3