SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  45
Télécharger pour lire hors ligne
Kebijakan Telematika dan Pertarungan Wacana di Era Konvergensi Media




                                                 Abstrak
       Perkembangan teknologi telekomunikasi dan informatika (Telematika) begitu pesat di dunia.
Ada kecenderungan konvergnsi (menyatu). Artinya, jika sebelumnya teknologi informasi,
telekomunikasi dan penyiaran terpisah, maka saat ini ada kecenderungan untuk menyatu.
Di Indonesia sendiri, trend konvergensi telematika disambut dengan gegap gempita. Melonjaknya
pengguna facebook, twitter dan jejaring sosial lainnya di internet seiring dengan meningkatnya
pengguna handphone, dapat dijadikan contoh dalam hal ini.
       Di tengah gegap gempita era konvergensi telematika itu, ternyata ada persoalan serius terkait
telematika di Indonesia. Setidaknya ada dua persoalan. Pertama, pengguna internet di Indonesia
ternyata cenderung pasif dalam memproduksi konten. Kedua, pengguna internet, termasuk media
sosialnya, ternyata masih didominasi oleh warga yang tinggal di Jawa, khususnya Jakarta dan kota-
kota besar lainnya di Jawa, Indonesia Barat, dan sebagian Indonesia Tengah. Hal itu terkait
ketimpangan akses infrastruktur telematika di negeri ini.
       Dengan adanya dua persoalan tersebut, maka datangnya era konvergensi telematika
dimanfaatkan oleh korporasi di industri media. Konvergensi telematika, memperkuat bisnis
konglomerasi media di Indonesia yang telah ada sebelumnya. Dengan konvergensi telematika, proses
produksi berita menjadi lebih efisien secara ekonomi. Hasil reportase lapangan seorang wartawan, kini
dapat dipublikasi di berbagai kanal sekaligus, cetak, online, televisi dan radio.
       Selain muncul kritik atas mutu sebuah karya jurnalistik terkait dengan fenomena menguatnya
konglomerasi media di era konvergensi telematika ini, juga muncul kekuatiran terkait hegomoni
wacana publik. Meskipun di era konvergensi telematika juga muncul kesempatan bagi publik untuk
melawan hegomoni wacana dari media-media konglomerasi itu. Namun, dengan adanya dua
persoalan telematika seperti tersebut di atas, pertarungan wacana antara publik dan media
konglomerasi menjadi tidak seimbang. Artinya, media konglomerasilah yang akhirnya menjadi
pemenang dalam pertarungan wacana tersebut.
    Kebijakan telematika yang diharapkan mampu memberi ruang bagi publik untuk mengekspresikan
pendapatnya dan membangun wacana justru mengecewakan. Keberadaan pasal karet pencemaran
nama baik di UU ITE misalnya, justru mengkondisikan publik pengguna internet bertambah pasif
dalam memproduksi konten.
    Begitu pula RUU Konvergensi Telematika yang semula diharapkan mampu mengatasi persoalan
kesenjangan akses telematika antar wilayah di Indonesia, justru tidak memuat hak warga negara
untuk menggugat atau sekedar komplain bila negara gagal membangun infrastruktur telematika di
kawasannya. Yang tercantum dalam RUU Konvergensi Telematika adalah hak konsumen, bukan warga
negara.
I. Konvergensi Telematika
         Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) atau sering juga disebut dengan ICT
(Information and communication Technology) tidak terelakan lagi. Di Indonesia istilah telematika
(telekomunikasi dan informatika) juga sering digunakan untuk menyebut ICT atau TIK.
         Di dunia, menurut /id.wikipedia.org1 sejarah perkembangan ICT dimulai ketika telepon
ditemukan oleh Alexander Graham Bell pada tahun 1875. Temuan ini kemudian berkembang menjadi
pengadaan jaringan komunikasi dengan kabel yang meliputi seluruh daratan Amerika, bahkan
kemudian diikuti pemasangan kabel komunikasi trans-atlantik. Jaringan telepon ini merupakan
infrastruktur masif pertama yang dibangun manusia untuk komunikasi global.
         Sementara merujuk definisi konvergensi dari European Union, OECD, ITU, 2 konvergensi dapat
dipandang sebagai perpaduan layanan telekomunikasi, teknologi informasi, dan penyiaran yang
sebelumnya terpisah menjadi satu kesatuan hingga diperoleh nilai tambah dari layanan tersebut.
         Bersamaan dengan datangnya era konvergensi telematika, pengguna internet di seluruh dunia
pun mengalami kenaikan yang cukup pesat. Ini mengindikasikan bahwa di era konvergensi ini,
memungkinkan sebagian penduduk bumi untuk saling terhubung (connected) antara satu dan lainnya.




         Dari data tersebut di atas terlihat jelas bahwa kawasan Asia menjadi pengguna internet
terbesar di dunia3. Indonesia adalah bagian dari Negara yang berada di kawasan Asia yang memiliki
penduduk terbesar. Terkait dengan hal itulah perkembangan telematika di Indonesia menjadi penting
untuk dicermati.

1
  http://id.wikipedia.org/wiki/Teknologi_Informasi_Komunikasi
2
  http://biginaict.wordpress.com/2010/11/01/ruu-konvergensi-belum-konvergen/
3
  http://www.internetworldstats.com/stats.htm
Perkembangan Telematika di Indonesia
        Menurut Prasetya Puspita Saputri, seperti ditulis dalam webnya4, mengungkapkan bahwa
perkembangan telematika di Indonesia dibagi menjadi tiga tahapan. Pertama adalah periode rintisan
yang berlangsung akhir tahun 1970-an sampai dengan akhir tahun 1980-an. Periode kedua disebut
pengenalan, rentang waktunya adalah tahun 1990-an, dan yang terakhir adalah periode aplikasi.
Periode ketiga ini dimulai tahun 2000.
        Di luar pembagian tahapan tersebut di atas, pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana peta
perkembangan telematika di Indonesia saat ini? Hal ini menjadi penting untuk mengetahui posisi kita
di tengah perkembangan telematika secara global dan regional.
        Seiring dengan pesatnya perkembangan telematika di tingkat global, kepemilikan produk-
produk telematika di rumah tangga di Indonesia juga mengalami kenaikan. Salah satu produk
telematika itu adalah computer.
        Menurut data Bank Dunia5, pada tahun 2000 terdapat 1 orang per 100 orang yang memiliki
personal computer. Pada tahun 2000 itu jumlah total populasi di Indonesia adalah kurang lebih 205
juta jiwa. Sementara, pada tahun 2008, masih menurut Bank Dunia, terdapat 2 orang per 100 orang
yang memiliki personal computer. Pada tahun 2008 jumlah populasi penduduk Indonesia sebesar 227
juta jiwa.
        Sementara menurut survei BPS tahun 2005 menyebutkan bahwa Sekitar 2,2 juta rumah tangga
dari 58,8 juta rumah tangga keseluruhan (3,68 persen) yang memiliki komputer dan 2,0 juta berada di
perkotaan6.
        Di sisi lain dalam buku putih Komunikasi dan Informatika Indonesia tahun 2010 yang
diterbitkan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) disebutkan bahwa sejak tahun
2006 hingga tahun 2008 terdapat peningkatan kepemilikan komputer dalam rumah tangga Indonesia.
Pada tahun 2006, kepemilikan komputer di rumah tangga Indonesia hanya 4%. Pada tahun 2007
meningkat menajdi 6%. Dan pada tahun 2008 meningkat menjadi 8%.




4
  http://www.prasetyapuspita.info/berita-113-sejarah-perkembangan-telematika-di-indonesia.html
5
 http://web.worldbank.org/WBSITE/EXTERNAL/COUNTRIES/EASTASIAPACIFICEXT/INDONESIAINBAHASAEXTN/0,,menuPK:447277~pageP
K:141132~piPK:141109~theSitePK:447244,00.html
6
  Berita Resmi Statistik No. 42 / IX / 14 Agustus 2006
Seiring dengan kenaikan jumlah kepemilikan computer di Indonesia, pengguna internet di
Indonesia pun mengalami banyak peningkatan dalam hal jumlahnya. Tabel berikut menggambarkan
prosentase pengguna internet di Indonesia.


                                   Indonesia internet Usage and Population Statistics7

                   Year           User          Population Presontase                  GDP p.c          Source
                       2000           2000000         206264595            1.00%               US$ 570     ITU
                       2007          20000000         224481720            8.90%              US$ 1,916    ITU
                       2008          25000000         237512355           10.50%              US$ 2,238 APJII
                       2009          30000000         240271522           12.50%              US$ 2,329    ITU
                       2010          30000000         242968342           12.30%              US$ 2,858    ITU

                                Sumber: http://www.internetworldstats.com/asia/id.htm




            Menurut Buku Putih “Komunikasi dan Informatika Indonesia” yang diterbitkan oleh
Kementerian Komunikasi dan Informatika pada tahun 2010 menyebutkan bahwa pada tahun 2007-
2008, akses internet dalam rumah tangga Indonesia mengalami peningkatan pesat.
            Pada tahun 2007, menurut buku putih tersebut, prosentase keluarga Indonesia yang memiliki
7
    Note: Per Capita GDP in US dollars, source: United Nations Department of Economic and Social Affairs.
akses internet sebesar 5,58 persen. Dan pada tahun 2008 meningkat menjadi 8,56 persen. Sementara
menurut Plt Dirjen Postel Muhammad Budi Setiawan, seperti ditulis oleh detik.com Juni 2010,
mengungkapkan bahwa jumlah pengguna internet di Indonesia telah mencapai angka 45 juta.
            Sementara itu menurut Mastel (Masyarakat Telematika-Indonesia)8, memperlihatkan bahwa
dari tahun ke tahun penetrasi penggunaan mobile phone terus meningkat. Penggunaan mobile phone
yang meninggat ini memungkinkan perluasan akses internet melalui mobile phone.



                        SERVICES                 2004            2005           2006           2007           2008
                 Fixed Telephones              8,703,300      8,824,467       8,806,702      8,717,872      8,612,872

                 Fixed WirelessPhones 1,673,081               4,683,363       6,014,031 10,811,635 16,598,550

                 Mobile Phones                30,336,607 46,992,118 63,803,015 93,386,881 124,805,871


Demam Social Network di Internet
            Pengguna internet di Indonesia yang cenderung meningkat itu ternyata tengah mengalami
euphoria9 terhadap social network di internet. Menurut situs alexa.com, facebook adalah situs yang
paling popular di Indonesia. Kepopularan facebook di Indonesia melebihi situs-situs berita. Tabel di
bawah ini adalah situs social media yang terpopular di Indonesia menurut Alexa.com.


                No                           Site                              Ranking                      Remaks

            1             Facebook                                    Per 9 Mei 2011,               A social utility that
                                                                      menurut                       connects people,
                                                                      http://www.checkfac to keep up with
                                                                      ebook.com/ terdapat friends, upload
                                                                      36,585,480 pengguna photos, share links
                                                                      facebook di                   and videos.
                                                                      Indonesia. Menurut

8
    “INDONESIAN ICT-2009 FACTS & FIGURES“
9
    Euphoria adalah perasaan gembira yang berlebihan. Terjadinya euphoria itu tercermin di alexa.com, situs pemeringkat web di dunia.
web tersebut
              Indonesia berada di
              urutan ke 2 setelah
              US. Sementara per 10
              Mei 2011, menurut
              http://www.alexa.co
              m/topsites/countries;
              0/ID, facebook
              menempati urutan
              pertama situs
              terpopular di
              Indonesia.

2   Youtube   Rank       3     di    dunia. YouTube is a way to
              Namun           data      dari get your videos to
              alexa                    .com the     people         who
              menempatkan                      matter        to    you.
              popularitas           youtube Upload,          tag   and
              di Indonesia di bawah share your videos
              kaskus. (data 10 Mei worldwide
              2011) . sebanyak 1,3%
              trafik dari Indonesia
              (Percent         of       Site
              Traffic)

3   Twitter   Per 10 Mei 2011, Social                    networking
              Alexa      menempatkan and microblogging
              twitter        rangking     9. service          utilising
              Percent of Site Traffic instant messaging,
              dari Indonesia sebesar SMS                or    a    web
              2,1%.            Sementara interface
              Berdasarkan              data
Goole     Ad    Planner,
                 seperti              ditulis
                 tempointeraktif.com,
                 jumlah      pengunjung
                 Twitter        Indonesia
                 (unique          visitor)
                 mencapai       4,6     juta
                 orang.
                 (http://www.tempoint
                 eraktif.com/hg/it/201
                 0/03/17/brk,20100317-
                 233133,id.html).



4   Multiply     Per 10 Mei 2011,               Multiply is a
                 Alexa.com                      vibrant Social
                 menempatkan situs              Shopping
                 ini ke peringkat 386           destination that
                 sedunia dan 26 di              feels like a visit
                 Indonesia.Percent of           with friends to the
                 Site Traffic untuk             S... Morehopping
                 Indonesia sebesar              mall, but faster and
                 24,2%                          more convenient



5   Friendster   Per 10 Mei 2011,               Friendster is a
                 menurut Alexa.com,             leading global
                 Friendster.com’s               social network
                 Regional Traffic               emphasizing
                 Ranks, untuk                   genuine friendships
                 Indonesia menempati and the discovery...
                 ranking ke-2 setelah           More of new
philipina. Sementara    people through
                  untuk Percent of Site   friends. Search for
                  Traffic Indonesia       old friends and
                  sebesar 17,5%           classmates, stay in
                                          better touch with
                                          friends, share
                                          photos and videos,
                                          and so much more.

6   Linkedin      Per 10 Mei 2011,        A networking tool
                  Alexa menempatkan       to find connections
                  Linkedin sebagai        to recommended
                  social network yang     job candidates,
                  popular di Indonesia,   industry experts
                  di bawah friendster     and business
                                          partners. Allows
                                          registered users to
                                          maintain a list of
                                          contact details of
                                          people they know
                                          and trust in
                                          business.

7   Digg.com      Per 10 Mei 2011,        Technology
                  menurut Alexa.com,      focused news site
                  percent of Site Traffic where the stories
                  Indonesia sebesar 3% are chosen by
                                          community
                                          members rather
                                          than editors.

8   Myspace.com   Per 10 Mei 2011, Myspace is ranked
menurut      alexa.com, #76 in the world
                                                   percent of Site Traffic according to the
                                                   Indonesia sebesar 1% three-month Alexa
                                                                             traffic rankings.
                                                                             The site has been
                                                                             online since 1996

       9          Tagged                           Per 10 Mei 2011, Tagged.com is one
                                                   menurut                   of the top social
                                                   http://www.alexa.co       networking sites in
                                                   m/topsites/countries; the world.
                                                   7/ID,      menempatkan
                                                   Tagged di bawah My
                                                   Space, sebagai situs
                                                   jajaring         sosial
                                                   terpopular

       10         Indowebster                      Per 10 Mei 2011, Indonesian
                                                   Percent of Site Traffic Multimedia        Web
                                                   dari              alexa Server      -   Server
                                                   menunjukan 95% dari download, upload
                                                   Indonesia                 dan       streaming
                                                                             GRATIS!


       Sementara data per tanggal 9 Mei 2011, seperti ditulis dalam http://www.checkfacebook.com/
terdapat 36.585.480 pengguna facebook di Indonesia. Menurut web tersebut Indonesia berada di
urutan ke 2 setelah Amerika Serikat.


Pola Produksi dan Konsumsi Masyarakat di Era Konvergensi Telematika
       Dengan perkembangan telematika yang semakin pesat di Indonesia tersebut, idealnya,
masyarakat kita lebih produktif. Untuk melihat pola produksi dan konsumsi masyarakat di era
konvergensi telematika ini, kita perlu mengetahui sikap dan prilaku pengguna internet di Indonesia.
Riset yang dilakukan oleh MarkPlus Insight tentang aspirasi dan perilaku anak muda (golongan
AB) di 6 kota besar di Indonesia awal tahun 2010 tentang Attitude and Behavior Pengguna Internet di
Indonesia10,       dapat digunakan untuk melihat pola produksi dan konsumsi masyarakat di era
konvergensi telematika.
         Menurut Riset “Netizen Indonesia 2010” ini menunjukkan bahwa ternyata para pengguna
Internet tidaklah monolitik, mereka sangat beragam baik terkait aspirasi maupun perilakunya.




                               Kebiasaan dan Prilaku                         Prosentase
                               pengguna internet di
                                       Indonesia
                           Passive11                              13,6 %
                           Average12                              81,9 %
                           Active13                               4,4 %


Biaya Gaya Hidup Digital Masyarakat
         Pertumbuhan pengguna internet di Indonesia tersebut menyisakan satu pertanyaan yaitu,
berapa uang yang dikeluarkan oleh pengguna internet di Indonesia untuk gaya hidup digital tersebut?
Masih menurut hasil riset markplus, menyebutkan bahwa para pengguna internet yang menjadi
responden survey tersebut menghabiskan Rp 166,000 hanya untuk akses Internet melalui PC/Laptop.
Sementara melalui handphone mereka rata-rata menghabiskan Rp 86,000 dalam sebulan.
         Jika diteliti per umur, anak muda lebih sedikit pengeluarannya dibanding orang dewasa. Untuk
akses intenet melalui handphone dalam sebulan anak muda menghabiskan Rp. 85,000 sementara
orang dewasa menghabiskan Rp. 95,000. Untuk koneksi melalui PC/Laptop dalam sebulan anak muda
menghabiskan Rp. 150,000, sementara orang dewasa menghabiskan Rp. 200,000.
         Sementara itu dalam sebuah diskusi di Satudunia, hasil survey FAKTA, sebuah NGOs yang

10
   http://the-marketeers.com/archives/attitude-and-behavior-pengguna-internet-di-indonesia.html
11
   mereka adalah pengguna Internet yang pasif, baru sebatas sebagai “pembaca dan penonton”, mereka baru sebatas membaca berita di
situs-situs berita dan forum online, mendengarkan podcast, menonton video di youtube.
12
   mereka adalah pengguna Internet kebanyakan yang dari sisi aktifitasnya lebih banyak di banding yang passive, mereka sudah memiliki
akun dan mengupdate status mereka di situs-situs social media, seperti Facebook, Twitter, dll. Mereka juga kadang – kadang
menambahkan tag di website maupun photo di situs social media
13
   mereka adalah pengguna Internet yang aktif, mereka memiliki dan menulis artikelnya di blog pribadi mereka dan juga di forum-forum
oline, mereka juga aktif berkontribusi menulis review produk dan jasa
melakukan pendampingan terhadap warga miskin kota Jakarta, mengungkapkan bahwa pada tahun
2010, masyarkaat miskin dampingannya mengeluarkan uang rata-rata Rp 30.000/bulan/KK untuk
mengakses internet di warnet dan sebesar Rp 160.000/bulan/KK untuk membeli voucher handphone.
Jika ditotal maka sekitar Rp. 190 ribu/bulan/KK pengeluaran warga miskin kota untuk belanja produk
ICT 14.
          Pengeluaran warga miskin kota untuk produk ICT itu ternyata hampir sama dengan
pengeluaran per KK warga miskin untuk kebutuhan minimum makanan per kapita per bulan atau
menurut Badan Pusat Statistics (BPS) dikenal dengan Garis Kemiskinan Makanan (GKM). Pada tahun
2010 GKM di Jakarta mencapai Rp 213.487. Bahkan pengeluaran untuk belanja produk ICT warga
miskin itu telah melebihi pengeluaran kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan,
dan kesehatan atau Garis Kemiskinan Non-Makanan (GKNM). Pada tahun 2010 GKNM di Jakarta
sebesar Rp 117.68215.




Liberalisasi dan Ketimpangan Akes Telematika di Indonesia
a. Sejarah Liberalisasi Telematika di Indonesia
          Indonesia adalah Negara kepulauan. Kebutuhan untuk komunikasi menjadi sesuatu yang
penting. Akses warga terhadap telematika adalah salah satu factor yang dapat mempermudah warga
Indonesia untuk saling berkomunikasi satu dengan lainnya. Pertanyaannya adalah bagaimana akses
telematika di Indonesia.
          Jadi menjadi sebuah kewajaran bila negara menempatkan telematika sebagai sesuatu yang
sektor yang menguasai hajat hidup orang banyak. Karena sebagai sesuatu yang menguasai hajat hidup
orang banyak, maka sudah menjadi kewajiban negara untuk menyediakan akses bagi warga negara
terhadap telematika.
          Namun, upaya menempatkan telematika sebagai sektor yang mengusai hajat hidup orang
banyak nampaknya tinggal sebuah kenangan di negeri ini. Di era Orde Baru, tepatnya tahun 1994,
diterbitkan Peraturan Pemerintah (PP) No 20 Tahun 1994 tentang Pemilikan Saham dalam Perusahaan
yang Didirikan dalam Rangka Penanaman Modal Asing. Dalam PP itu disebutkan bahwa Penanaman
modal bidang usaha yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak, termasuk
14
   http://www.satudunia.net/system/files/Indepth%20Report-
Revolusi%20Digital%20sama%20dengan%20Revolusi%20Hijau%20%3F_SD.pdf
15
   http://jakarta.bps.go.id/fileupload/brs/Miskin_2011.pdf
telekomunikasi16 dapat dilakukan oleh PMA patungan asalkan kepemilikan peserta Indonesia minimal
5%17.
         Pada tahun 1997, Indonesia menandatangani World Trade Organization (WTO) Aggrement on
Basic Telecomunication18. Dua tahun kemudian, tepatnya tahun 1999, diterbitkan Keputusan Menteri
(KM) Perhubungan Nomor 72 Tahun 1999 tentang Cetak Biru Kebijakan Telekomunikasi Indonesia 19.
         KM Perhubungan No. 72/1999 menjadi penting dalam tonggak liberalisasi telematika di
Indonesia. Karena dalam salah satu pasalnya disebutkan bahwa KM 72 wajib digunakan sebagai
pedoman dalam menetapkan pengaturan dan penyelenggaraan Telkom nasional20. Dalam KM tersebut
dituliskan bahwa Tujuan reformasi telekomunikasi antara lain adalah mempersiapkan ekonomi
Indonesia dalam menghadapi Globalisasi yang secara kongkret diwujudkan dalam kesepakatan WTO,
APEC dan AFTA dan melaksanakan liberalisasi telekomunikasi. 21
         Di tahun yang sama, pemerintah menerbitkan Undang Undang (UU) Nomor 36 Tahun 1999
tentang Telekomunikasi. Dalam penjelasan umum UU 36/1999 itu mulai nampak pergeseran
paradigma bahwa telekomunikasi tidak lagi menjadi bidang yang menguasai hajat hidup orang banyak,
namun sudah menjadi komoditi. Bahkan dalam penjelasan umum dari UU 36/1999 itu terlihat bahwa
penerbitan UU itu merupakan konsekuensi dari penandatangan General Aggrement on Trade and
Service (GATS)22.


b.      Ketimpangan Akses Telematika di Indonesia
         Dalam UU 36/199923 disebutkan bahwa tujuan dari telekomunikasi adalah meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Dalam konteks telekomunikasi tentu saja kesejahteraan masyarakat ini
dicapai melalui perluasaan akses telekomunikasi di seluruh Indonesia. Idealnya, liberalisasi yang
didorong oleh UU 36/1999 akan semakin mendorong perluasan akses telekomunikasi itu. Namun
benarkah demikian?
          Data dari kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo)24menyebutkan, bahwa hingga
tahun 2008, desa di wilayah Jawa merupakan kawasan yang paling banyak memiliki infrastruktur
16
   Pasal 5 ayat 1 PP 20/1994
17
   Pasal 6 ayat 1 PP 20/1994
18
   GATS: Liberalisasi Kehidupan, Lutfiyah Yamnin dan Yanuar Nugroho, Institute Global of Justice, 2008
19
   http://www.postel.go.id/content/ID/regulasi/telekomunikasi/kepmen/blueprint.pdf
20
   Pasal 2 KM 72/1999
21
   BAB I.3 Tujuan Reformasi Telekomunikasi, KM 72/1999
22
   Penjelasan atas UU 36/1999
23
   Pasal 3 UU 36/1999
24
   Buku Putih, “Komunikasi dan Informatika tahun 2010”
telepon kabel. Kemudian menyusul wilayah Sumatera, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara Timur,
Kalimantan, Papua dan Maluku. Kepemilikan telepon kabel (84,79%) pun paling banyak berada di
wilayah Jawa dan Sumatera. Dari data ini mulai muncul indikasi ketimpangan akses telekomunikasi di
Indonesia. Akses telekomunikasi masih didominasi Jawa dan Indonesia Bagian Barat (Sumatera).
         Namun bisa jadi, data tersebut di atas muncul karena makin ditinggalkannya telepon kabel dan
beralih ke komunikasi mobile melalui handphone. Jika demikian maka indikator yang bisa dipakai
adalah tentang banyaknya penerima sinyal selluar antara di Jawa, Indonesia Bagian Barat dan
Indonesia Timur.
         Menurut buku putih itu pula, wilayah Jawa juga merupakan wilayah desa penerima sinyal
selular terbanyak dibandingkan daerah lain di Indonesia. Tak heran pula pada tahun 2008 kepemilikan
handphone (81,57%) berada di wilayah Jawa dan Sumatera25.
         Sementara di sisi lain, data dari Kementerian Komunikasi dan Informatika tahun 201026,
menyebutkan sebanyak 65,2% infrastruktur backbone27 serat optik terkonsentrasi di Jawa, kemudian
diikuti oleh Sumatera (20,31%) dan Kalimantan (6,13%), sementara pada wilayah Indonesia timur
(Nusa Tenggara, Maluku dan Papua) belum terjangkau infrastruktur ini.




                                           Sumber: Muhammad Salahuddien, ID-Sirti


         Kondisi infrastruktur telematika yang seperti tersebut di atas juga menyebabkan pengguna

25
   Distribusi telepon kabel dan bergerak berdasarkan pulau, 2008, Buku Putih, “Komunikasi dan Informatika tahun 2010”,
26
   Buku Putih, “Komunikasi dan Informatika tahun 2010”
27
   Pengertian backbone serat optik adalah saluran atau koneksi berkecepatan tinggi yang menjadi lintasan utama dalam sebuah jaringan
telematika.
internet juga terpusat di Jawa. Data dari Susenas 2006-2008, Badan Pusat Statistik memperlihatkan
bahwa selama tahun 2007-2008 akses internet dalam rumah tangga di Indonesia mengalami kenaikan.
Pada tahun 2007, prosentase rumah tanngga yang memiliki akses internet sebanyak 5,58%. Pada
tahun 2008 meningkat menjadi 8,56%. Dan sekali lagi rumah tangga di Jawa masih memiliki akses
tertinggi terhadap internet diantara rumah tangga di seluruh Indonesia.
            Hal yang sama juga tercermin dalam pengguna facebook dan produksi tweet di Indonesia.
Seperti ditulis di Snapshot of Indonesia Social Media Users - Saling Silang Report Feb 201128,
menyebutkan bahwa pengguna facebook terbesar di Indonesia didominasi oleh warga Jakarta
(50,33%). Pada urutan selanjutnya Bandung (5,2%), Bogor (3,23%), Yogyakarta (3,09%), Medan
(3,04%), Makasar (2,23%) dan Surabaya (2,18%). Bandingkan dengan pengguna Facebook di Jayapura
(0,12%) dan Ternate (0,03%).
            Begitu pula produksi tweet di Twitter. Tweet yang diproduksi dari Jakarta mendominasi seluruh
tweet dari Indonesia. Tweet yang diproduksi dari Jakarta sebesar 16,33%, dari Bandung 13,79%, dari
Yogyakarta 11,05%, dari Semarang 8,29% dan dari Surabaya 8,21%. Bandingkan tweet yang diproduksi
dari Palu hanya 0,71%, Ambon 0,35% dan Jayapura 0,23%.




28
     http://www.slideshare.net/salingsilang/snapshot-of-indonesia-social-media-users-saling-silang-report-feb-2011
II. Konglomerasi Media di Era Konvergensi Telematika
     Era digital membuat setiap orang memiliki kesempatan untuk menjadi konsumen sekaligus
produsen dari sebuah konten. Namun di sisi lain era digital juga dimanfaatkan oleh perusahaan-
perusahaan media massa besar untuk memperkokoh bangunan konglomerasi medianya 29.
     Amerika Serikat adalah negara yang dapat dijadikan contoh dari konglomerasi media. Pada era
tahun 1980-an hinggga pertengahan tahun 1990-an, perusahaan media massa di Amerika Serkat terus
mengalami penurunan. Tahun 1996, perusahaan media di negeri itu hanya menyisakan lima media,
yaitu Time-Warner, Viacom, News Corp., Bertelsmann Inc., dan Disney 30.




                                                Diolah dari tulisan Veronika Kusuma31


         Tahun 2011, muncullah sejarah besar dalam integrasi konglomerasi media di Amerika Serikat
yang mencoba mengintegrasikan kepemilikan media dan infrastruktur internet. Pada tahun tersebut
perusahaan raksasa Time Warner bergabung dengan American On Line (AOL)32 menjadi Time Warner




29
   terpusatnya kepemilikan media di tangan sedikit orang/perusahaan. http://twitoaster.com/country-us/ndorokakung/konglomerasi-
media-mungkin-tak-menguntungkan-publik-karena-akan-terjadi-keseragaman-suara/
30
   https://fordiletante.wordpress.com/2008/01/29/konglomerasi-media-dalam-grup-mnc-media-nusantara-citra/
31
   Konglomerasi Media dalam Grup MNC (Media Nusantara Citra)
32
   AOL amat disukai para investor di pasar Wall Street, karena dianggap sebagai a leader in the rapidly emerging world of internet based
media
and AOL (TWOL)33. Penggabungan dua perusahaan itu dinilai sangat strategis dan menandai
munculnya konglomerasi media baru34.
         Namun marger TWOL tidak berlangsung lama. Pada tahun 2003 marger itu bubar. Menurut
Satrio Arismunandar35, yang ditulis dalam blognya36, setidaknya ada tiga penyebab dari kegagalan
marger kedua media besar itu. Pertama, alasan yang bersifat teknis. Orang Amerika ternyata lamban
dalam mengadopsi koneksi pita-lebar berkecepatan tinggi, yang diperlukan untuk terjadinya
konvergensi.
         Kedua, pemilihan waktu yang tidak tepat. Merger itu terjadi tak lama sebelum saham-saham
perusahaan yang terkait dengan Internet berguguran, sehingga menguras habis modal potensial yang
dibutuhkan untuk memajukan proses ke arah konvergensi yang diidamkan.
         Ketiga, terkait dengan kekeliruan dalam membaca psikologi konsumen. Hanya karena
seseorang bisa terkoneksi ke Internet melalui AOL, tidaklah lantas berarti ia ingin menyaksikan liputan
CNN37 atau menonton film-film Warner Brothers atau membaca majalah Time38.
         Sementara itu menurut Direktur LSPP39 Ignatius Haryanto, dalam wawancara dengan Yayasan
SatuDunia40, kegagalan marger TWOL disebabkan oleh culture dari keduanya (Time Warner dan AOL)
berbeda. “Misalnya, AOL terkait dengan internet yang sangat tinggi. Sementara produksi konten Time
Warner sangat lama bila dibandingkan dengan internet,” ujarnya, “Kalau kita bicara soal produksi
majalah, itu kan skalanya mingguan atau bulanan. Bahkan jika bicara film, maka proses produksinya
bisa tahunan,”
         Hal itulah, menurut Ignatius yang kurang bisa dipertemukan. Pertanyaan berikutnya adalah,
apakah jika faktor-faktor kegagalan yang menimpa TWOL itu dibenahi, apakah akan ada integrasi baru
antara industri konten media dan penyedia infrastruktur internet? “Bisa jadi, jika perusahaan-
perusahaan lain sudah mengetahui kunci untuk mengatasi kegagalan marger TWOL itu dan bisa
bersinergi, maka bukan tidak mungkin muncul konglomerasi media baru yang berbasiskan konvergensi
telematika itu di masa depan,” kataya.

33
   KONSENTRASI MEDIA MASSA DAN MELEMAHNYA DEMOKRASI, Henry Subiakto, Dosen Jurusan Komunikasi FISIP dan Program
Pascasarjana Studi Media dan Komunikasi Universitas Airlangga, Surabaya
34
   Time Warner menguasai konten, dengan deretan majalah, film, dan program-program televisi yang dimilikinya. Sedangkan AOL
memiliki saluran ke lebih dari 20 juta tempat tinggal di Amerika
35
   Seorang TV Jurnalis di salah satu group media terkemuka di Indonesia
36
   http://satrioarismunandar6.blogspot.com/2010/11/memahami-konvergensi-media-media.html
37
   CNN adalah televisi yang dimiliki oleh Group Time Warner
38
   Time adalah majalah yang dimiliki oleh Group Time Warner
39
   Lembaga Studi Pers dan Pembangunan
40
   Wawancara di Kantor SatuDunia, 17 Juni 2011
Konglomerasi media yang menyorot perhatian publik di Amerika Serikat lainnya adalah
kerajaan media News Corporation milik Ruperth Murdoch. Jaringan bisnis media dari News
Corporation ini membentang dari Amerika, Australia, Inggris, Eropa dan Asia. Jaringan bisnis medianya
meliputi media cetak, televisi dan internet.
No             Negara                                 Media dalam Jaringan News Corporation
1        Australia               Fox Studio Australia, Fox Sport Australia, Foxtel, Harper Collins Australia, Big
                                 League, Daily Telegraph, Gold Coast Bulletin, Hearl Sun, Alpha, Donna Hay,
                                 Inside Out, Sunday Hearld Sun, Sunday Mail, Sunday Tasmanian, Sunday
                                 Territorian, The Advertiser, The Australian, The Courier-mail, The Sunday
                                 Times, Weekly Times, The Mercury, The Sunday Telegraph, Sunday Times, The
                                 Sunday Mail, NT News, Truelocal.com.au, News.com.au, Careerone.com.au,
                                 Foxsport.com.au
2        Inggris                 Bskyb, News International, The Times, The Sun, Shine Group, Harper Collins
                                 UK, Time Literary Supplement, NDS
3        Amerika Serikat         Fox News Channel, National Geographic Channel AS, The Wall Street Journal,
                                 20th Century Fox, Fox Searchilight Picture, Fox Broadcasting Company, Harper
                                 Collins Publishers, New York Post, FX dsb
4        India                   Tata Sky, Harper Collins India
5        Hongkong                Star TV
6        Kanada                  Harper Collins Canada
7        Italia                  Sky Italia
8        Jerman                  Sky Deutschland
9        Selendia Baru           Harper Collins New Zealand
10       Papua Nugini            Post-Courier
                                               Tabel Kerajaan Bisnis Media Murdoch41.


Beberapa kerajaan bisnis media Murdoch juga merambah dunia internet. Jejaring media milik
Murdoch di internet antara lain: Americanidol.com, askmen, fox.com, foxsport.com, hulu.com,
mikround, News Digital Media, News Outdor, Scout, Spring Widgets dan Whatifsport. Selain itu pada


41
     Sumber: Media Indonesia, Selasa, 26 Juni 2011
tahun 2005, News Corporation juga membeli saham MySpace42. Rupert Murdoch, membeli MySpace
pada 2005 seharga US$580 juta sekitar Rp 5,2 triliun43.
         Di Amerika Serikat, menurut Ketua Yayasan Pantau44 Andreas Harsono dalam sebuah
wawancara melalui Skype dengan SatuDunia45, beberapa konglomerat media itu memiliki saham di
perusahaan telekomunikasi dan jasa internet. “Washington Post46 itu punya saham di facebook,
meskipun kecil,” ujarnya, “Donald Graham, CEO The Washington Post47, menjadi salah satu investor
facebook,” Raksasa di dunia internet, seperti google, lanjut Andreas Harsono, itu memiliki kerjasama
dengan New York Time48. “Tapi itu bukan kepemilikan saham,” lanjutnya.
         Seperti ditulis oleh kompas.com49, The New York Times (dan juga Washington Post ) memiliki
kerjasama dengan Google. Kedua media besar AS tersebut membuat proyek eksperimen yang disebut
Living Stories untuk menyajikan berita secara komprehensif berdasarkan tema dan akan ter-update
setiap ada berita lanjutan.




     III. Konglomerasi Media di Indonesia
a. Perubahan konsumsi masyarakat terhadap media di Indonesia
         Trend digital juga merambah ke Indonesia. “Saat ini sedang transisi dari analog ke digital,
ditandai dengan proses migrasi dari system analog dan digital yang menurut blue print pemerintah
berakhir di tahun 2017,” ujar aktivis AJI50 Margiono di Jakarta pada Agustus 2011 51. Setelah 2017 tidak
ada lagi radio FM, TV UHF. Kita melihatnya TV Digital. Pada 2013 dilakukan switch di kota-kota besar
dahulu. Kalau planning tersebut berjalan, dua tahun lagi di Jakarta kita tidak akan bisa lagi ndengar
42
   situs jejaring sosial terpopuler di Amerika pada 2006
43
   http://daerah.tempo.co/hg/iptek/2011/01/12/brk,20110112-305665,id.html
44
   Yayasan Pantau adalah sebuah lembaga yang bertujuan memperbarui jurnalisme di Indonesia
45
   Wawancara via skype dilakukan 23 Juni 2011
46
   The Washington Post Company (NYSE: WPO) is a diversified education and media company whose principal operations include
educational services, newspaper print and online publishing, television broadcasting and cable television systems.
http://www.washpostco.com/phoenix.zhtml?c=62487&p=irol-ourcompanyprofile
47
   The Company also owns The Washington Post, Express and El Tiempo Latino; Post–Newsweek Stations (Detroit, Houston, Miami,
Orlando, San Antonio and Jacksonville); Cable ONE, serving subscribers in midwestern, western and southern states; The Slate Group
(Slate, TheRoot.com and Foreign Policy); The Gazette and Southern Maryland Newspapers; The Herald (Everett, WA); Avenue100 Media
Solutions, an analytics-based performance marketing company; SocialCode, a full service Facebook advertising agency; and Trove, a
personalized news aggregation service.
48
   The New York Times Company, a leading media company with 2010 revenues of $2.4 billion, includes The New York Times, the
International Herald Tribune, The Boston Globe, 15 other daily newspapers and more than 50 Web sites, including NYTimes.com,
Boston.com and About.com. http://www.nytco.com/company/index.html
49
   http://bola.kompas.com/read/2009/12/09/18482871/.The.New.York.Times.dan.Washington.Post.Merapat.ke.Google
50
   Aliansi Jurnalis Independen
51
   Diskusi lingkar balajar Telematika, Yayasan SatuDunia, 18 Agustus 2011. http://www.satudunia.net/content/notulensi-diskusi-lingkar-
belajar-telematika-1
radio FM, nonton TV UHF, kita harus beli seatle box terlebih dahulu.
        Trend baru itu juga membawa perubahan pola konsumsi masyarakat terhadap media di negeri
ini. Hasil Survei Media Index yang dilakukan oleh Nielsen Media Survei 52, menunjukan pembaca koran
konvensional menurun sementara pengguna internet mengalami kenaikan. Sementara penonton
televisi relatif stabil di angka 94%.




                                  Sumber riset Nilsen yang dikutip Kompas.com


        Data itu juga dikuatkan oleh riset yahoo.com dan TNS mengenai trend pengguna internet di
Indonesia. Riset itu menyebutkan bahwa telah terjadi lonjakan yang signifikan dalam pengaksesan
berita online, 28% di tahun 2009 dibandingkan 37% di tahun 2010 sementara penggunaan media
cetak terus menurun53.
        Survei Markplus Insight54, juga menunjukan bahwa pengguna internet di Indonesia cenderung
tidak lagi menjadikan media konvensional sebagai sumber informasi utama. Menurut riset tersebut,
internet sudah menjadi preferensi utama dalam mendapatkan informasi dan hiburan selain TV.
Bahkan di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya, Internet lebih unggul di banding TV.
     Temuan lain yang cukup menarik sekaligus mengkhawatirkan adalah penetrasi media cetak seperti
surat kabar, tabloid, dan majalah terlihat jauh di bawah media yang lain. Meski demikian ada


52
   http://kesehatan.kompas.com/read/2009/07/16/16015757/survei.nielsen.pembaca.media.cetak.makin.turun
53
   http://www.detikinet.com/read/2010/05/31/160759/1366831/398/media-online-mulai-memangsa-media-cetak
54
   http://the-marketeers.com/archives/attitude-and-behavior-pengguna-internet-di-indonesia.html
beberapa kota yang memiliki karakteristik yang berbeda. Di Surabaya surat kabar masih populer,
karena posisi Jawa Pos yang sangat kuat. Hal yang sama juga terjadi di Denpasar.


b.    Konglomerasi Media di Era Konvergensi Telematika
         Era konvergensi telematika yang mulai menjalar di Indonesia dimanfaatkan pula oleh para
konglomerat media untuk mengukuhkan bisnis medianya. Namun, sejarah konglomerasi media di
Indonesia sendiri, sejatinya telah dimulai sejak era Orde Baru.
         Menurut aktivis AJI Margiyono, proses konvergensi di Indonesia dimulai dari konglomerasi,
“Dimana industri-industri media besar membeli/mencaplok media-media lain,” ujarnya55, “Misal
portal beritasatu.com milik Ulil dibeli Lippo, Detik.com dibeli kelompok Para,”. Menurutnya, hal itu
tidak ahanya terjadi di Indonesia, tetapi juga terjadi di tingkat internasional, “Sebagaimana Google dan
Yahoo yang membeli situs-situs/kontak local,” tambahnya.
         “Konglomerasi media, dalam arti cross section56, di Indonesia muncul sejak jaman Soeharto
dan semua terpusat di Jakarta,” ujar Andreas Harsono, “Di era Hindia Belanda dan Soekarno memang
ada media besar, tapi tidak cross section, pada waktu itu hanya koran saja,”
         “Adapun aktornya, kebanyakan sama sejak Orde Baru,” katanya, “Namun ada aktor baru dalam
konglomerasi media ini setelah Orde Baru tumbang, yaitu Trans Corps”
         Menurut Andreas Harsono, di luar internet, konglomerasi media yang terbesar adalah MNC
(Media Nusantara Citra). “Yang kedua, Kompas-Gramedia,” ujarnya, “Untuk konglomerasi yang
berbasiskan konvergensi telematika, saat ini yang paling besar adalah Group Bakrie,”. Menurutnya,
konvergensi telematika akan semakin memperkuat konglomerasi media di Indonesia. “Akan makin
parah,” ungkapnya.


No       Media         Newspaper          Magazine           Radio         Television          Cyber Media           Other Bussines
         Group                                              Station         Station
                                                                                      57
1     Kompas-         Kompas, The     37 Majalah dan      Sonora         Kompas TV         Kompas.com,             Hotel,Printing,
                                                                                                          58
      Gramedia        Jakarta Post,   Tabloid, 5 book     Radio    dan                     Kompasiana.com          House, Promotion,
      Group           Warta    Kota   publisher           Otomotion                                                Agencies,
                      dan 11 surat                        Radio                                                    University


55
   Diskusi Lingkar Belajar Telematika (1), Yayasan SatuDunia, 18 Agustus 2011. http://www.satudunia.net/content/notulensi-diskusi-
lingkar-belajar-telematika-1
56
   Media cetak, radio, televisi dan internet
57
   Saat tulisan ini dibuat Group Kompas sedang mempersiapkan kompasTV
58
   Kompasiana adalah sebuah Media Warga (Citizen Media)
kabar lokal
2     MNC (Media      Seputar            Genie,                 Trijaya           RCTI, Global         Okezone.com             IT Bussines
      Nusantara       Indonesia          Mom&Kiddy,             FM,Radio          TV, TPI (MNC
      Citra)                             Realita, Majalah       Dangdut           TV),
                                         Trust                  TPI,       ARH    Indovision
                                                                Global,           (Televisi
                                                                Women             Cable)
                                                                Radio
3     Jawa Pos        Jawa       Pos,    23         majalah     Fajar FM di       JTV             di                           Travel        Bureau,
                      Fajar,     Riau    mingguan               Makassar          Surabaya dan                                 Power House
                      Pos,     Rakyat                                             3 stasiun TV
                                                                                          59
                      Merdeka,                                                    lokal
                      dan 90 surat
                      kabar lokal di
                      berbagai
                      daerah
                                                                                                62
4     Mugi     Reka                      Cosmopolitan,          Hard       Rock   O’Channel                                    Holder of Saveral
                                                                   60
      Aditama                            Harper’s               FM , MTV                                                       International
                                                                      61
      (MRA)                              Bazaar,Esquire,        Sky                                                            Boutique
                                         FHM,          Good
                                         House Keeping
                                         dan 10 majalah
                                         lainnya
                                         (kebanyakan
                                         franchise)
5     Bali Post       Bali      post,    Tabloid Tokoh                            Bali TV dan 8        Balipost, bisnis bali
                      Suluh                                                       TV           lokal
                      Indonesia                                                   lainnya
                      dan 2 koran
                      lainnya
6     Mahaka          Harian             Golf         Digest,   Radio       Jak   JakTV,         TV                            Entertaiment.
                                                                                         63
      Media           Republika          Arena,     Parents     FM                One                                          Outdoor
                                         Indonesia, A+                                                                         Advertisment
7     Femina                             Femina,      Gadis,    Radio U FM                                                     Production House
      Group                              Ayah       Bunda,
                                         Dewi      dan    10



59
   Batam, Pekanbaru, Makassar
60
   Bandung, Jakarta, Bali dan Surabaya
61
   Jakarta dan Bandung
62
   Has been taken over SCTV
63
   Bekerjasama dengan Group Bakrie
majalah lainnya
8     Bakrie                                                             AnTV,      TV   Vivanews.com              Property, minning,
      Group                                                              One                                       palm     oil     dan
                                                                                                                   telekomunikasi
9     Lippo           Jakarta            Majalah                                         Beritasatu.com            Property,hospital,
              64
      Group           Globe,             Investor, Globe                                                           Education,
                      Investor           Asia,     Campus                                                          insurance, internet
                      Daily,     Suara   Asia                                                                      service provider
                      Pembaruan
                                                                                                     65
10    Trans Corp                                                         TransTV,        Detik.com
                                                                         Trans7
11    Media           Media                                              MetroTv         mediaindonesia.com
              66
      Group           Indonesia,
                      Lampung
                      Post, Borneo
                      News

                        Sumber: diolah dari tabel konglomerasi media Ignatius Haryanto 67


          “Konglomerasi media di era konvergensi telematika adalah sesuatu yang sulit dihindarkan,”
ujar Don Bosco Salamun, dari Berita Satu Media Holdings68, saat menjadi pembicara di konferensi
media baru yang diselenggarakan oleh Aliansi Jurnalis Independen (AJI) 69.
         ”Karena dengan penyatuan kepemilikan media itu dapat menjadikan operasional industri
media lebih efisien,” katanya, “Seorang wartawan misalnya, dapat membuat satu berita bukan hanya
untuk satu kanal namun juga beberapa kanal sekaligus”
         Bahkan dalam seperti ditulis di salah satu portal70, Presiden Direktur PT Bakrie Telecom Tbk
(BTEL) Anindya Novyan Bakrie saat memaparkan Bakrie Telecom, Media and Technology
(BakrieTMT2015) yang akan menyinergikan lini bisnis telekomunikasi (BTEL), media (VIVA Group) dan
teknologi (BConn dan BNET) sampai dengan tahun 2015.
         “Sebelum era konvergensi telematika di Indonesia ini, konglomerasi sudah terjadi,” ujar Farid

64
   Berita Satu Media Holdings
65
   Saat tulisan ini dibuat, masih dalam proses akusisi
66
   http://id.wikipedia.org/wiki/Media_Group
67
   10 tahun Yayasan Tifa,”Semangat Masyarakat Terbuka”
68
   Berita Satu Media Holdings is an Indonesian media holding company that operates the Berita Satu TV, BeritaSatu.com, Jakarta Globe,
Globe Asia, The Peak, Campus Asia, Investor Daily, Majalah Investor and Suara Pembaruan. Berita Satu Media Holdings are a
multiplatform media company, focusing in broadcast, print, digital, online, social media, mobile, and events.
http://www.linkedin.com/company/berita-satu-media-holdings.
69
   Konferensi “Media Baru: Menjadi Tuan di Negeri Sendiri”, Hotel Nikko Jakarta, 7 Juli 2011
70
   http://www.investor.co.id/bedahemiten/era-konvergensi-di-mata-bakrie-telecom/8867
Gaban71, dalam wawancaranya dengan SatuDunia72, “Kemajuan teknologi mempermudahkan lagi
konglomerasi itu,”
         Sementara menurut aktivis Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Margiyono, konvergensi
telematika adalah istilah teknologi, sementara dalam konteks bisnis adalah konglomerasi. “Secara
teknologi terkonvergensi dan secara bisnis ya konglomerasi,” ujarnya dalam diskusi lingkar belajar di
Yayasan SatuDunia73.
         Di tempat terpisah Ignatius Haryanto menyatakan bahwa yang paling pertama diuntungkan
dengan era konvergensi telematika ini adalah pengusaha media. “Karena itu membuka peluang baru
untuk menyebarkan konten-konten media melalui outlet-outlet yang beragam,” ujarnya, “Kuntungan
dari konvergensi telematika ini paling cepat dimanfaatkan oleh pengusaha-pengusaha media. Nah,
pertanyaannya kemudian adalah publik akan mendapatkan apa dengan konvergensi telematika ini?”
         Konglomerasi media dengan memanfaatkan konvergensi telematika di Indonesia semakin
nampak dari upaya Trans Corps membeli situs portal popular, detik.com. Dari sisi bisnis pembelian
detik.com memang sangat menguntungkan. Bagaimana tidak, menurut situs alexa.com 74, per 26 Juli
2011, detik.com masuk 10 besar situs paling popular di Indonesia. Tak heran kue iklan pun banyak
mengalir ke situs detik.com.
         Menurut Nukman Lutfie, seperti ditulis portal TEMPO75, detik.com adalah media daring nomor
satu dalam perolehan iklan. “Tahun 2011 ini mereka meraup Rp 100 miliar dari iklan. "Media
detik.com nomor satu diikuti kompas.com." ujarnya.


c. Dampak Konglomerasi Media di Era Konvergensi Telematika
     c.1. Hegomoni Wacana Publik
         Mungkin benar bahwa konglomerasi media di era konvergensi telematika ini akan
menguntungkan dari segi bisnis. Dari sisi pendapatan iklan dan juga efisiensi kerja para jurnalisnya.
Namun konglomerasi media bukan sekedar urusan bisnis. Konglomerasi media mendorong munculnya
hegomoni76 wacana di publik.

71
   Mantan wartawan Harian Republika dan Majalah TEMPO, kini aktif di Kantor Berita Pena Indonesia dan juga menjadi pengajar
pelatihan jurnalistik dan menulis bagi wartawan dan aktifis NGOs.
72
   Wawancara dengan Farid Gaban di Jakarta, Selasa, 5 Juli 2011
73
   Diskusi lingkar belajar telematika, Yayasan SatuDunia, 18 Agustus 2011
74
   http://www.alexa.com/topsites/countries/ID
75
   http://portal.tempo.co/hg/bisnis/2011/07/01/brk,20110701-344177,id.html
76
   Pengertian dari hegomoni itu sendiri adalah dominasi oleh satu kelompok terhadap kelompok lainnya, biasanya tanpa ancaman
kekerasan, sehingga ide-ide yang didiktekan oleh kelompok dominan tersebut diterima sebagai sesuatu yang wajar.
“Dengan konglomerasi media di era konvergensi telematika ini, akhirnya informasi akan
dikuasai oleh segelintir orang saja,” ujar Andras Harsono, “Opini publik di Indonesia ya hanya dikuasai
beberapa perusahaan media besar itu,”
         Televisi yang dimiliki oleh jaringan konglomerasi media misalnya, memiliki potensi pemirsa
yang besar di Indonesia. Dengan besarnya pemirsa tersebut, menimbulkan kecenderungan hegomoni
wacana. Kecenderungan itu bertambah besar bila kemudian konglomerasi media itu juga merambah
dunia online.


                                   Nama Stasiun TV           Transmission        Potential
                                                                   Site            Viewer
                                                                                    (juta)
                                  RCTI77                    49                   115,7
                                  SCTV                      47                   117,8
                                  ANTV78                    23                   87,4
                                  TPI79                     28                   90,6
                                  Indosiar                  40                   113,5
                                  Global TV80               20                   108,8
                                  Trans TV81                30                   100,7
                                  Trans 782                 27                   92,8
                                  TV One83                  26                   108,8
                                  Metro TV84                52                   97,8
                             Potensi Pemrisa Televisi, sumber presentasi Satriyo Dharmanto85


         “Jika konvergensi telematika ini kemudian mendorong monopoli kepemilikan media dari



http://satuportal.net/content/menyoal-konglomerasi-media-baru
77
   Group MNC
78
   Group Bakrie
79
   Group MNC
80
   Group MNC
81
   Group Trans Corps
82
   Group Trans Corps
83
   Group Bakrie
84
   Group Media Indonesia, Surya Paloh
85
   Satriyo Dharmanto, Presentasi di Working Group Licencing, Bandung, 18 Februari 2010
berbagai kanal86, maka itu akan dapat mempengaruhi opini publik yang luar biasa,” ujar Farid Gaban,
“Dan opini publik ini kan berpengaruh pada pembuatan kebijakan publik,”
           Farid Gaban mencontohkan persoalan pembangunan jalan tol misalnya. “Pilihan membangun
jalan tol atau rel kereta api, itu kan public policy,” ujarnya, “Bisa dibayangkan bila wacana publik
mengenai hal itu dikuasai oleh konglomerat media yang juga berkepentingan atau memiliki bisnis
infrastruktur,”
           “Group Bakrie misalnya, selain menguasai media87, mereka juga punya bisnis jalan tol, properti
dan tambang,” kata Farid Gaban, “Jika konglomerasi media di era konvergensi telematika ini tidak
diatur akan berbahaya sekali,”


           c.2. Menurunnya Kualitas Jurnalistik
           Selain itu di era konvergensi telematika ini memungkinkan seorang wartawan menuliskan
 berita bukan hanya untuk satu kanal informasi saja, tapi berbagai kanal sekaligus. Misalnya, seorang
 wartawan dapat menulis berita untuk ditampilkan di media cetak, ditayangkan di running text
 televisi, disiarkan di radio dan diupload (unggah) di media online.
           “Meskipun itu menurut kaidah bisnis dapat lebih efisien, namun menurut saya harus dibatasi,”
ujar Farid Gaban, “Ini akan berpengaruh pada kualitas jurnalistik, wartawan menjadi kekurangan
waktu untuk menambah bahan bacaan, akibatnya berita yang dihasilkannya pun tidak lagi kritis,”
           Selain itu, menurut Farid Gaban, posisi wartawan akan semakin lemah. “Dengan membebani
wartawan untuk menulis berita di berbagai kanal sekaligus, keuntungan pemilik modal di media
semakin berlipat-lipat sementara penghasilan wartawan sendiri tidak jauh berubah,” katanya, “Ini juga
akan berpengaruh pada kualitas karya jurnalistik,”
           Bahaya yang lain dari integrasi media cetak, televisi, radio dan online, lanjut Farid Gaban,
media massa cenderung memuaskan yang online atau yang cepat. “Sehingga orang lebih
memperhatikan berita yang cepat dibanding berita yang berkualitas,” jelasnya, “Jika tidak ada
pengaturan-pengaturan terkait hal ini maka, jurnalistik akan semakin hancur, kesejahteraan wartawan
makin turun dan karya jurnalistik pun makin tak berkualitas,”
           “Saya tidak tahu pasti, apakah serangkaian dampak buruk dari konglomerasi media di era
 konvergensi telematika ini disadari oleh kawan-kawan wartawan,” ujar Farid Gaban, “Tapi menurut

86
     Cetak, televisi, radio, online
87
     Group Bakrie memiliki TV One, An TV dan vivanews.com
saya agak sulit bila wartawan akan kritis terhadap lembaganya sendiri,”
         “Konglomerasi media di era konvergensi telematika ini posisi wartawan semakin lemah dan
 posisi pemilik modal semakin kuat, sehingga mereka akan sulit bila harus mengkritisi kebijakan
 lembaganya sendiri dalam menyajikan berita,” katanya, “Berita terorisme di TV One atau kasus
 Lapindo88 di Group Media Bakrie89misalnya, adakah wartawannya kemudian mengkritisi cara media
 itu menyajikan berita?
d. Perlawanan Publik Terhadap Hegomoni Wacana di Era Konvergensi Telematika
         Di era konvergensi telematika ini, selain dapat memberikan peluang semakin kuatnya
 konglomerasi media, juga memberikan peluang bagi publik untuk mengimbangi, bahkan juga
 melawan wacana yang dikeluarkan oleh media massa arus utama.
         Kita, pengguna internet, dapat menulis ketidakpuasan kita terhadap pemberitaan sebuah
 media mainstream di blog, milis, web 2.0 90, twitter atau facebook. “Publik memungkinkan untuk
 melakukan perlawanan terhadap dominasi wacana dari konglomerasi media mainstream, terutama
 dengan hadirnya internet yang memberikan ruang baru bagi publik untuk berekspresi,” ujar Andreas
 Harsono, “Tetapi kecil sekali,”
         “Melawan konglomerat media sekarang ini tidaklah gampang,” ujarnya, “Mayoritas konten
 yang ada di internet91, dibuat oleh media konglomerasi itu,” Selama publik, termasuk jurnalis warga,
 lanjut Andreas Hartanto, tidak membuat konten sendiri, akan sulit untuk menandingi hegomoni
 wacana dari media konglomerasi.




88
    Kasus Lapindo adalah kasus munculnya semburan lumpur di Sidoarjo. Sebagian pakar pemboran di dunia dalam konferensi
internasional di cape town, Afrika Selatan, menyatakan bahwa semburan lumpur Lapindo terkait dengan aktivitas pemboran
(http://www.vhrmedia.com/vhr-news/berita,Geolog-Internasional-Pengeboran-Penyebab-Lumpur-Lapindo-2750.html). Lapindo sebagai
anak perusahaan Group Bakrie dikaitkan dengan peristiwa itu. Selain memiliki usaha tambang, group Bakrie juga memiliki media massa
(dua televisi dan satu portal berita).
89
   TV One, AnTV dan vivanews.com
90
   Website yang memungkinkan pengguna internet mengupload sendiri tulisannya, seperti www.politikana.com, www.kompasiana.com,
www.suarakomunitas.net, www.satuportal.net
91
   Twitter, facebook
Menurut laporan Saling-Silang tahun 201192, sebanyak 22% link media massa muncul di twitter.
Adapun komposisinya adalah sebagai berikut.




                                                   Link media yang sering muncul di twitter


        “Sesekali perlawanan publik terhadap dominasi wacana media konglomerasi ini bisa berhasil,”
ujar Andreas Harsono, “Kasus penyerangan Jama’ah Ahmadiyah di Cikusik misalnya,”
        Video tragedi Cikesik di youtube misalnya, itu hanya bisa mendominasi pemberitaan di media
besar dalam beberapa minggu saja. “Tapi setelah itu berjalan seperti biasanya,” ujarnya, “Dan akan
lebih sulit lagi bila kasusnya menyangkut kepentingan Group media konglomerasi, kasus Lapindo
misalnya,”
        Kasus Lapindo menjadi salah satu hal yang dapat dijadikan contoh bagaimana publik
melakukan perlawanan terhadap wacana yang disajikan oleh media-media dalam kelompok Group
Bakrie. TV One menyebut semburan lumpur sebagai lumpur Sidoarjo bukan lumpur Lapindo 93. Bahkan
TV itu secara khusus mewawancarai pakar geologi Rusia Dr. Sergey Kadurin yang menyatakan
semburan lumpur adalah akibat gempa bumi bukan akibat kesalahan pengeboran 94. Sementara
pendapat pakar yang menyatakan bahwa semburan lumpur akibat pengeboran tidak diwawancarai.
        Hal yang sama juga terjadi di ANTV. Televisi milik Group Bakrie itu juga menyebut semburan

92
   Snapshot of Indonesia Social Media Users - Saling Silang Report Feb 2011
93
   Penyebutan semburan lumpur dengan lumpur Sidoarjo mengarahkan opini publik bahwa semburan itu adalah bencana alam bukan
akibat pengeboran.
94
   http://www.youtube.com/watch?v=F9H1X8cMaoE
lumpur sebagai lumpur Sidoarjo bukan lumpur Lapindo. ANTV juga menayangkan pendapat Dr. Sergey
Kadurin yang menyatakan semburan lumpur adalah akibat gempa bumi bukan akibat kesalahan
pengeboran95. Seperti halnya TV One, pakar yang menyatakan bahwa semburan lumpur akibat
pengeboran tidak dimintai pendapat.
         Hal yang sama juga terjadi pada vivanews.com. Portal berita milik Group Bakrie itu juga
menyebut semburan lumpur sebagai lumpur Sidoarjo, bukan lumpur Lapindo. Di saat yang hampir
bersamaan pula portal berita itu menampilkan pendapat pakar geologi Rusia yang menyatakan
semburan lumpur bukan akibat pengeboran96. Liputan khusus terhadap pakar Rusia juga ditampilkan
secara audio-visual di portal vivanews.com97.
         Tapi publik tidak tinggal diam. Terkait wawancara khusus kelompok media Bakrie terhadap Dr.
Sergey Kadurin yang menyatakan semburan lumpur adalah akibat gempa bumi bukan akibat kesalahan
pemboran, diimbangi               oleh     www.korbanlumpur.info98 dengan                     menuliskan pendapat                pakar
perminyakan Mark Tingay dari Australian School of Petroleum, Universitas Adelaide, Australia 99.
Menurut Mark Tingay, semburan lumpur di Sidoarjo, 90% akibat aktivitas pemboran bukan bencana
alam100.
         Web korban korban lumpur sendiri adalah sebuah inisiatif masyarakat sipil untuk melawan
wacana dari media mainstream dalam kasus Lapindo. Web korban lumpur juga mendistribusikan
kontennya melalui media sosial, facebook dan twitter. Kampanye untuk melawan wacana media
mainstream dalam kasus Lapindo juga dilakukan melalui jejaring sosial facebook.




95
   http://www.youtube.com/watch?v=vLlvU9pcVZU
96
   http://nasional.vivanews.com/news/read/180457-lumpur-sidoarjo-bukan-karena-pengeboran
97
   http://video.vivanews.com/read/11227-wawancara-dengan-pakar-geologi-rusia-tentang-penyebab-lumpur-sidoarjo
98
   Situs ini (www.korbanlumpur.info) dikelola oleh Kanal News Room, dapur berita dan data yang lahir atas inisiatif aliansi masyarakat
sipil untuk korban Lapindo pada pertemuan Ciputat 12-13 Juli 2008. Kanal hingga kini melahirkan tiga bentuk media, yakni website
www.korbanlumpur.info, buletin Kanal dan Kanal Radio. Kanal menyajikan fakta lapangan, data, dan analisis tentang kasus lumpur
Lapindo dengan menitikberatkan pada komitmen memperjuangkan hak-hak korban.
99
   http://korbanlumpur.info/berita/lingkungan/705-pakar-bantah-ilmuwan-rusia-90-persen-yakin-semburan-lapindo-akibat-pemboran-
.html
100
    “Menurut pendapat saya, berdasarkan kajian-kajian ilmiah yang sudah saya lakukan, gempa tidak bisa memicu semburan lumpur
Lapindo. Dan kita 90 persen yakin, bahkan kolega-kolega saya 99 persen yakin, semburan ini terkait dengan kecerobohan pemboran,”
ujar Tingay.
Gerakan kampanye kasus Lapindo di media sosial
           Channel                         Jumlah anggota/follower        Keterangan
           Fanpage facebook101             878                            (per 19 Juli 2011)
           Friend of Lapindo Victim, 3404                                 (per 19 Juli 2011)
           Group in Facebook102
           Twitter @korbanlapindo103       452                            (27 Juli 2011)
           Cause;Dukung Korban             17,238                         ( Per Juni 2011)
           Lapindo Mendapatkan
           Keadilan 104


           Tingkat keterbacaan atau paparan media yang dijadikan tempat untuk melawan dominasi
 wacana dalam kasus Lapindo sangat sedikit dibandingkan dengan keterbacaan atau paparan dari
 media konglomerasi Group Bakrie.




      NO                  Channel                       Jumlah         Ranking di              Jumlah
                                               pembaca/pemirsa           Alexa         anggota/follower
                                                                                           di media sosial
 Gerakan kampanye publik untuk kasus Lapindo
 1           Website korbanlumpur.info                           6,167,065
                                                                 (global),
                                                                 140,328 (rank in
                                                                 id), 40 (site link
                                                                 in)


 2           Fanpage facebook                                                          878
 3           Friend of Lapindo Victim,                                                 3404



101
    http://www.facebook.com/korbanlumpur.info?sk=wall
102
    http://www.facebook.com/group.php?gid=26083340518
103
    http://twitter.com/#!/korbanlapindo
104
    http://www.causes.com/causes/333125?m=faf1a932
Group in Facebook
 4         Twitter @korbanlapindo                                                          452
 5         Cause;Dukung             Korban                                                 17,238
           Lapindo          Mendapatkan
           Keadilan
 Media Group Bakrie
 1         Vivanews.com                                                Peringkat ke-13
                                                                       topsite menurut
                                                                       alexa.
                                                                       857 (global), 13
                                                                       (rank in Id), 276
                                                                       (site link in)
           Twitter (@VIVAnews)                                                             185,597
           Vivanews.com                   di                                               4,545
           facebook105
           Vivanews.com di facebook                                                        66,849
           2106
 2         AnTV                                87,4 juta
           AnTV di twitter107                                                              30,278
 3         TV One                              108,8
           TV One di Twitter108                                                            404,409


        Dari tabel di atas terlihat bahwa secara kuantitas potensi publik yang terpapar kampanye
terkait kasus Lapindo dan media group Bakrie jauh dari berimbang.
        Pertanyaan berikutnya adalah bagaimana masa depan gerakan perlawanan publik dalam
melawan dominasi wacana oleh konglomerasi media di era konvergensi telematika ini?




105
    http://www.facebook.com/#!/pages/VIVAnews-dot-COM/72076019043?sk=wall
106
    http://www.facebook.com/#!/VIVAnewscom
107
    @whatsonANTV
108
    @tvOneNews
IV. Kebijakan Telematika dan Masa Depan Gerakan Perlawanan di Dunia Maya
a. UU ITE dan Pelemahan Perlawanan Publik
         Prita Mulyasari. Sebuah nama yang tidak bisa dipisahkan dari sebuah gerakan sosial di internet.
Prita Mulyasari adalah seorang perempuan yang menuliskan ketidakpuasannya terhadap pelayanan
sebuah rumah sakit Omni Internasional melalui email pribadinya ke rekan-rekannya.
         Akhirnya email pribadi tersebut sampai ke RS Omni Internasional. RS Omni Internasional
 kemudian melakukan gugatan perdata dan melaporkan Prita Mulyasari secara pidana. Dalam hukum
 pidana Prita Mulyasari dinilai telah melakukan pencemaran nama baik seperti yang tertuang dalam
 Pasal 27 ayat 3 Undang Undang (UU) Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE).
         Kasus itu kemudian mendorong para pengguna internet, blogger dan facebooker menggalang
 dukungan untuk Prita Mulyasari melawan RS Omni Internasional. Gerakan dukungan online itu
 kemudian berlanjut ke aktifitas offline. Hal itu terlihat dari berbagai demonstrasi di persidangan Prita
 Mulyasari dan yang paling besar tentu saja adalah gerakan koin keadilan untuk Prita.
         Gencarnya dukungan di dunia maya terhadap Prita Mulyasari ini akhirnya mencuri perhatian
 media massa mainstream untuk memberitakannya. Gerakan dukungan terhadap Prita Mulyasari pun
 semakin besar sejak beritanya muncul di media massa mainstream konvensional 109. Menggemannya
 dukungan terhadap Prita Mulyasari pun membuat para kandidat calon Presiden pada tahun 2009
 memanfaatkan kasus ini sebagai salah satu isu dalam kampanye mereka.
         Besarnya dukungan terhadap gerakan di internet dalam kasus Prita Mulyasari ini akhirnya
 dicoba diulangi dalam kasus-kasus lainnya. Meskipun tidak semuanya bisa mengulang lagi
 keberhasilan gerakan itu. Gerakan di internet yang cukup berhasil dalam mengulang gerakan dalam
 kasus Prita adalah dukungan terhadap Bibit-Candra dalam kasus Cicak Vs Buaya (KPK)110.




                    Gerakan Sosial di Facebook               Jumlah Pendukung                    Keterangan
                    Page                       Dukung: 19.339                              (per 8 Juni 2011)
                    Bebasmurnikan            Prita     dr
                    Tuntutan Bui111

109
    Televisi, koran, tabloid, majalah, radio
110
    Saat itu ada anggota KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) yang dinilai telah dikriminalkan oleh kepolisian. Pihak polisi diberi label
buaya, sementara pihak KPK diberi label cicak
111
    (http://www.facebook.com/pages/Dukung-Bebasmurnikan-Prita-dr-Tuntutan-Bui/179105094476?ref=ts)
Causes; “Dukungan Bagi Ibu 389.639                               (per 8 Juni 2011)
                  Prita    Mulyasari,       Penulis
                  Surat Kelahuhan Melalui
                  Internet yang ditahan”112.
                  Gerakan                1.000.000 378,453                         (per 19 Juli 2011)
                  Facebookers              Dukung
                  Chandra Hamzah & Bibit
                  Samad Riyanto113
                  Cause;Dukung Korban                   17,238                     ( Per Juni 2011)
                  Lapindo Mendapatkan
                  Keadilan 114
                  Group       Gerakan        Rakyat 3669                           (per 7 Juni 2011)
                 Dukung Pembebasan Nenek
                 Minah115


        Selain gerakan sosial di facebook, muncul pula gerakan jurnlisme warga melalui website UGC
(User Generate Content)116. Hal itu misalnya dilakukan Akhmad Rovahan117. Pengajar di sebuah
madrasah di Buntet, Cirebon, itu menulis karut-marut pengucuran dana pendidikan untuk tujuh
sekolah di Kecamatan Astanajapura. Karyanya itu kemudian diunggah di Suara Komunitas
(www.suarakomunitas.net), salah satu portal tempat para pewarta warga berbagi informasi, akhir
tahun 2010.
        Tulisannya mengalir sampai ke Jakarta. Petugas Badan Pemeriksa Keuangan mengecek
langsung, juga tim pemantau dari beberapa kampus. Kasus itu menjadi pembicaraan di tingkat
provinsi. "Orang pemerintah daerah sampai minta tulisannya dicabut," kata Akhmad.
        Kejadian itu bukan satu-satunya. Seorang warga mengunggah tulisan tentang sekolah yang
siswanya belajar secara lesehan. "Dua hari kemudian, datang meja-kursi dari pemerintah," kata

112
  http://www.causes.com/causes/290597-dukungan-bagi-ibu-prita-mulyasari-penulis-surat-keluhan-melalui-internet-yang-ditahan
113
    http://www.facebook.com/pages/Gerakan-1000000-Facebookers-Dukung-Chandra-Hamzah-Bibit-Samad-
Riyanto/192945806132?ref=ts&sk=info
114
    http://www.causes.com/causes/333125?m=faf1a932
115
    http://www.facebook.com/group.php?gid=180415896573
116
    User Generte Conten (UGC) adalah website yang memungkinkan pengguna internet menulis dan mengupload sendiri connten di web
tersebut
117
    Majalah TEMPO, Edisi 2 Mei 2011. http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2011/05/02/MD/mbm.20110502.MD136575.id.html
Akhmad. Ada juga cerita pengusutan kasus meninggalnya tenaga kerja asal Cirebon di Jawa Tengah
oleh pemerintah setelah beredarnya tulisan dari kerabat korban di situs media komunitas.
         Suara Komunitas (www.suarakomunitas.net) sendiri adalah website yang dikelola oleh media-
media komunitas yang tersebar di seluruh Indonesia. Pengelolaannya difasilitasi oleh sebuah NGOs
Yogyakarta, COMBINE Resource Institution118.
         Namun, nampaknya gerakan sosial di dunia maya kembali akan menemui kendala. Kendala
 pertama adalah terkait dengan ancaman pencemaran nama baik di UU ITE. Dalam kasus pidana119,
 Prita dikalahkan melalui putusan kasasi Mahkamah Agung. Dikalahkannya Prita Mulyasari dalam
 kasus pidana melawan RS Omni menjadi preseden buruk bagi gerakan sosial di dunia maya.
         Selain dalam kasus Prita Mulyasari, pasal karet pencemaran nama baik dan perbuatan tidak
 menyenangkan120, telah mengancam beberapa warga yang mencoba melakukan kritik sosial terhadap
 tokoh-tokoh yang kebetulan memiliki kekuasaan, baik secara politik maupun ekonomi. Bambang
 Kisminarso misalnya, polisi sempat menahannya berserta anaknya M. Naziri atas tuduhan telah
 menghina anak presiden dalam pelanggaran ketentuan pencemaran nama baik melalui UU ITE.
         Bambang mengajukan pengaduan kepada komisi pengawasan pemilu daerah bahwa para
 pendukung putra presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) telah membagi-bagikan uang
 kepada para calon pemilih121.
         Selain itu ada Yudi Latif, seorang intelektual publik yang pernah terancam terjerat pasal karet
 UU ITE ini. Pada akhir tahun 2010 lalu, Yudi latif, dilaporkan ke polisi oleh para kader Partai Golkar
 dengan tuduhan mencemarkan nama baik pimpinan partainya, Aburizal Bakrie. Dalam laporan polisi
 bernomor TBL/498/XII/2010/Bareskrim itu, Yudi dilaporkan atas dugaan pelanggaran Pasal 310 dan
 atau Pasal 311 KUHP dan atau Pasal 45 ayat (2) jo Pasal 28 ayat (1) dan (2) UU ITE122.
         Sebelumnya pasal pencemaran nama baik selalu digunakan menjadi alat untuk membungkam
 gerakan masyarkat sipil123.
         1.       Fifi Tanang, seorang penulis surat pembaca di sebuah surat kabar. Dituduh
         mencemarkan nama baik PT Duta Pertiwi melalui tulisannya di kolom surat pembaca.
         2.       Alex Jhoni Polii, warga Minahasa, yang memperjuangkan kepemilikan tanahnya

118
    http://combine.or.id/suara-komunitas/
119
    http://www.mediaindonesia.com/citizen_read/2026
120
    Pasal 27 ayat 3 UU ITE tentang pencemaran nama baik, pasal 28 UU ITE tentang perbuatan tidak menyenangkan.
121
    Kritik Menuai Pidana, Human Right Watch, 2010. http://satuportal.net/system/files/indonesia0510indosumandrecs.pdf
122
    http://www.rakyatmerdekaonline.com/news.php?id=11870
123
    http://www.satudunia.net/lawan-kebangkitan-orde-baru-di-dunia-maya
melawan PT. Newmont Minahasa Raya (NMR). Dituduh melakukan tindak pidana pencemaran
            nama baik dan perbuatan tidak menyenangkan.
            3.    Dr. Rignolda Djamaluddin, ia dinilai telah mencemarkan nama baik perusahaan
            tambang emas PT. Newmont Minahasa Raya (NMR) karena pernyataannya tentang gejala
            penyakit Minamata yang ditemukan pada beberapa warga Buyat Pante.
            4.    Yani Sagaroa dan Salamuddin, kedua orang itu dituding telah mencemarkan nama baik
            perusahaan karena pernyataanya bahwa PT. Newmont Nusa Tenggara (NNT) harus
            bertanggung jawab atas penurunan kualitas kesehatan yang dialami masyarakat Tongo
            Sejorong sejak perusahaan tersebut membuang limbah tailingnya ke Teluk Senunu.
            5.    Usman Hamid (Koordiantor Kontras). Tuduhan: pencemaran nama baik.
            6.     Emerson Yuntho (Koordinator ICW). Tuduhan: pencemaran nama baik.
            7.     Illian Deta Arta Sari (aktivis ICW). Tuduhan: pencemaran nama baik.
            8.     Gatot (aktivis KSN). Tuduhan: pencemaran nama baik.
            9.    Suryani (aktivis LSM Glasnot Ponorogo). Tuduhan: pencemaran nama baik.
            10.    Dadang Iskandar (aktivis Gunung Kidul Corruption Watch). Tuduhan: pencemaran
            nama baik.
            11.   Itce Julinar (Ketua SP Angkasapura). Tuduhan: pencemaran nama baik.


            Kasus Prita Mulyasari yang akhirnya dikalahkan dalam putusan kasasi MA (UU ITE) dan juga
 penggunaan pasal karet pencemaran nama baik dalam KUHAP untuk menjerat aktivis menjadi
 preseden buruk bagi gerakan sosial digital ke depannya. Warga masyarakat yang akan melakukan
 kontrol sosialnya melalui internet akan selalu dibayangi pasal pencemaran nama baik UU ITE.


b.      RUU Konvergensi Telematika dan Pelemahan Perlawanan Publik
            Saat laporan ini124 dibuat pemerintah sedang membahas Rancangan Undang Undang (RUU)
Konvergensi Telematika. RUU itu nantinya akan menggantikan UU 36/1999 tentang telekomunikasi.
Terkait dengan hal itulah RUU Konvergensi Telematika ini menjadi penting untuk mendapatkan
pengawalan dari masyarakat.
            Dalam konteks liberalisasi telekomunikasi, RUU Konvergensi Telematika ini tidak jauh beda
dengan UU 36/1999. Dalam penjelasan draft RUU itu disebutkan bahwa Dalam penjelasan RUU
124
      Juli 2011
Konvergensi Telematika secara gamblang disebutkan, bahwa salah satu hal yang melatarbelakangi
munculnya RUU Konvergensi Telematika adalah “Tekanan atau dorongan untuk mewujudkan
perubahan paradigma telematika dari vital dan strategis dan menguasai hajat hidup orang banyak
menjadi komoditas yang dapat diperdagangkan semakin besar melalui forum-forum regional dan
internasional dalam bentuk tekanan untuk pembukaan pasar (open market)”.125
            Menurut Margiyono ada sebuah paradigma regulasi di era konvergensi telamatika. Paradigma
itu adalah126:
        Sudah terjadi konvergensi teknologi, kemudian terjadi konvergensi media, dan tantangannya
            ada konvergensi hukum, kemudian konvergensi badan regulasi
        Karena selama ini di media ada beberapa badan yang bersentuhan dan bergesekan sehingga
            terjadi pergesekan kewenangan, misalnya antara KPI dengan Dewan Press sempat terjadi
            ketegangan ketika KPI memberikan sanksi kepada Metro TV yang menanyangkan berita pagi
            tentang Satpol PP melakukan sweeping internet dan situs pornonya tidak disamarkan, KPI
            memberian sangsi berita pagi tidak boleh tayang selama 5 hari. Dewan Press menganggap ini
            sebagai pembredelan. Belum lagi pergesekan dengan pengatur frekuansi dengan BRTI.
        Idenya adalah bagaimana membuat badan regulasi yang terkonvergensi


            Pertanyaannya kemudian adalah, dari sisi masyarkat, apakah RUU ini akan mampu memberikan
payung hukum baru yang masyarakat untuk memperkuat perlawanan terhadap dominasi wacana dari
konglomerasi media yang telah terkonvergensi itu?


b.1. Pembagian Penyelenggara Telematika
            Kendala pertama dari RUU ini muncul terkait dengan pembagian penyelenggara telematika.
"Persoalan pembagian penyelenggara telematika di RUU Konvergensi ini juga menimbulkan
pertanyaan," ujar Donny BU dalam wawancaranya dengan SatuDunia, di kantor ICT Watch Jakarta 127.
Persoalan terkait dengan hal itu menurut Donny berasal dari Pasal 8 ayat 1 draft RUU Konvergensi
Telematika.
            Dalam pasal tersebut disebutkan bahwa penyelenggaraan Telematika terdiri atas.


125
      http://www.satudunia.net/content/indepth-report-membaca-inisiatif-e-asean
126
      http://www.satudunia.net/content/notulensi-diskusi-lingkar-belajar-telematika-1
127
      Wawancara dengan Donny BU, ICT Watch, 1 April 2011
Penyelenggaraan Telematika yang bersifat komersial dan Penyelenggaraan Telematika yang bersifat
non-komersial. Semua penyelenggaraan telematika menurut RUU Konvergensi Telematika dianggap
komersial, kecuali pertahanan dan keamanan nasional, kewajiban pelayanan universal, dinas khusus
dan perseorangan.
            Sedangkan menurut penjelasan pasal 8 RUU Konvergensi Telematika menyebutkan bahwa yang
dimaksud dengan “Penyelenggaraan Telematika yang bersifat komersial” adalah penyelenggaraan
telematika yang disediakan untuk publik dengan dipungut biaya guna memperoleh keuntungan (profit
oriented). Dan yang dimaksud dengan “Penyelenggaraan Telematika yang bersifat non-komersial”
adalah penyelenggaraan telematika yang disediakan untuk keperluan sendiri atau keperluan publik
tanpa dipungut biaya (non-profit oriented).
            Pasal 13 RUU Konvergensi Telematika menyebutkan bahwa penyelenggaraan Telematika
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) wajib mendapat izin dari Menteri berupa perizinan
individu atau perizinan kelas.
            Selain itu dalam pasal 12 juga disebutkan bahwa setiap penyelenggara telematika wajib
membayar biaya hak penyelenggaraan telematika yang diambil dari persentase pendapatan kotor
(gross revenue).
            Sementara itu menurut RUU Konvergensi Telematika penyelenggaraan Layanan Aplikasi
Telematika adalah kegiatan penyediaan layanan aplikasi telematika yang terdiri dari aplikasi
pendukung kegiatan bisnis dan aplikasi penyebaran konten dan informasi.
            "Nah pertanyaannya adalah bagaimana dengan Media Online, Situs jejaring komunitas seperti
suarakomunitas.net, penyelenggara radio streaming (IP-Based), penyedia forum diskusi yang user
generated content atau layanan darurat (emergency) seperti AirPutih/ JalinMerapi?" tanya Donny BU.
            Soal penyelenggaraan telematika ini juga pernah diutaran oleh aktivis koalisi Masyarakat
Informasi (Maksi) dan juga Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Margi Margiyono 128. "Jadi yang bisa
membuat aplikasi itu hanya komersial," ujar Margiyono, "Lantas, kalau NGO membuat aplikasi
bagaimana? Bukankah web termasuk juga aplikasi,"
            Dalam RUU Konvergensi Telematika itu disebutkan bahwa baik penyelenggara non komersial
dan komersial harus izin ke menteri. "Jadi kalau kita bikin portal/website harus izin ke menteri dan
bayar BHP /Biaya Hak Penggunaan," lanjutnya.
            RUU Konvergensi Telematika ini, lanjut Margiyono, jelas berpotensi menghambat gerakan
128
      Diskusi di SatuDunia, “Revisi UU ITE dan RUU Konvergensi Telematika, Bagaimana Sikap Masyarakat Sipil”, 25 Oktober 2010
sosial digital atau klik activism dan juga jurnalisme warga. "Bagaimana tidak, untuk menjadi citizen
jurnalis dan aktivis sosial digital harus mendapat izin, membayar BHP dan melakukan USO,"
tambahnya, "UU Pers saja menyatakan bahwa pers tidak perlu ijin, lha kok Citizen Jurnalist harus izin”
            “Begitu pula pers, kecuali penyiaran, tak bayar BHP,” tambah Margiyono “Lha kok Citizen
jurnalist harus bayar BHP?”




            Dampak buruk RUU Konvergensi Telematika bagi organisasi non pemerintah mulai dikeluhkan
oleh aktivis Combine Resource Institute. "Organisasi kami menggunakan alat dan perangkat
telematika untuk pemberdayaan masyarakat (kebutuhan non komersial)," ujar Ranggoaini Jahja,
aktivis Combine Resource Institute kepada SatuDunia129, "Sehingga jika penerapan RUU ini akan
membatasi ruang kami untuk melakukan kerja pemberdayaan, sementara operator swasta


129
      Wawancara dengan RANGGOAINI JAHJA (via email), COMBIMBINE Resource Institution, 4 April 2011
memperlakukan jenis layanan kepada masyarkat secara sama maka organisasi kami menolak RUU ini,"


b.2. Ketimpangan Akses Telematika
            Ketimpangan akses telematika yang menjadi fakta di Indonesia menjadi persoalan serius dalam
konteks perlawanan warga terhadap wacana dominan konvergensi media konglomerasi. Warga yang
ada di luar Jawa, utamanya di sebagian kawasan Indonesia tengah dan Timur akan kesulitan
mengimbangi atau melawan dominasi wacana media konglomerasi melalui blog, jurnalisme warga
jika mereka tidak memiliki akses terhadap telematika.
            Akibatnya, tentu saja apa yang dipublikasikan oleh media konglomerasi yang teleh konvergen
itu mendominasi wacana publik dan dianggap sebagai sebuah kebenaran tunggal. Perlawanan warga
di kawasan Indonesia tengah dan timur terhadap wacana dominan media konglomerasi menjadi
penting, utamanya menyangkut persoalan pengelolaan sumberdaya alam. Mengingat kawasan itu
sangat kaya dengan sumberdaya alam. Sementara di sisi lain, sebagian konglemerat media selain
memiliki bisnis media juga memiliki bisnis yang terkait dengan sumber daya alam semisal,
perkebunan sawit dan tambang.
            “Jika konsep besarnya adalah hak warga negara (masyarakat luas), mengapa yang diatur dalam
RUU Konvergensi Telematika ini lebih kental soal hak konsumen/pengguna?” ujar Donny BU,
“Sementara hak warga negara, utamanya yang belum mendapat akses telematika, belum atau tidak
diatur,”
            Terkait dengan hak warga itu pula, Donny BU mengaku sepakat dengan catatan yang pernah
dibuat oleh Yayasan SatuDunia terkait hak warga negara dalam RUU Konvergensi Telematika ini.
Dalam Brief Paper SatuDunia130 tentang RUU Konvergensi Telematika menyebutkan telah terjadi
pereduksian hak warga negara menjadi sekedar hak konsumen.
            Menurut Brief Paper SatuDunia, meskipun berkali-kali disebutkan kata masyarakat dalam RUU
Konvergensi Telematika, namun di batang tubuh RUU ini justru tidak ada satu pasal pun yang
mengatur hak warga negara. Dalam salah satu pasal di RUU ini mengatur perlindungan konsumen tapi
bukan warga negara.
            Antara konsumen dan warga negara jelas sesuatu yang berbeda. Hak konsumen muncul
didasarkan atas hubungan transaksional dengan korporasi. Sementara hak warga negara muncul
didasarkan atas kontrak sosial yang dibuat antara negara dan warganya.
130
      http://www.satudunia.net/content/brief-paper-ruu-konvergensi-telematika
Dalam kontrak sosial itu, negara diberikan mandat untuk menghormati, melindungi dan
memenuhi hak warganya. Termasuk hak warga atas pembangunan dalam hal ini termasuk
pembangunan telematika. Dalam pasal 38 RUU Konvergensi Telematika memang disebutkan bahwa
pelaksanaan kewajiban pelayanan universal telematika131 menjadi tanggung jawab pemerintah.
        Sayangnya di RUU Konvergensi Telematika itu tidak disebutkan mengenai hak warga negara jika
layanan universal gagal dipenuhi pemerintah. Apakah warga negara berhak komplain atau bahkan
mengajukan gugatan jika layanan universal telematika itu gagal disediakan pemerintah? Tidak jelas,
karena hak warga negara untuk komplain dan menggugat itu tidak disebutkan dalam RUU.
        Di sisi lain dalam RUU Konvergensi Telematika ini hanya mengatur perlindungan mengenai hak
konsumen atau pengguna telematika. Artinya, dalam RUU ini hak warga negara telah direduksi
menjadi hak konsumen. Hak warga negara untuk komplain bahkan menggugat tidak ada payung
hukumnya selama kita belum menjadi konsumen produk telematika. Hak warga negara pelosok
Indonesia untuk komplain dan menggugat akibat kegagalan pemerintah menyediakan layanan
universal telematika tidak mendapat perlindungan sama sekali dalam RUU ini. Ini sangat sesuai
dengan penjelasan umum RUU ini, bahwa “….paradigma telematika dari vital dan strategis dan
menguasai hajat hidup orang banyak menjadi komoditas yang dapat diperdagangkan….”




131
   Kewajiban pelayanan universal telematika adalah kewajiban penyediaan layanan telematika agar masyarakat, terutama di daerah
terpencil atau belum berkembang, mendapatkan akses layanan telematika.
Kesimpulan
       Konvergensi telematika sepertinya telah menjadi sebuah keniscayaan dalam sejarah peradaban
manusia di muka bumi ini. Kemajuan perkembangan teknologi telah mempercepat proses itu.
Indonesia sebagai bagian dari masyarakat dunia pun tak ketinggalan dalam gegap gempita konvergensi
telematika itu.
       Jumlah pengguna internet yang terus meningkat di negeri ini seakan memberikan sinyal bahwa
konvergensi telematika juga tengah terjadi di negeri ini. Pertanda lainnya adalah adanya perubahan
pola konsumsi media dalam kesehariannya. Kini untuk mengakses berita tidak lagi mengandalkan
media massa konvensional. Media online menjadi salah satu alternatif dalam memperoleh sebuah
informasi.
       Bukan hanya itu, warga Indonesia juga tengah dilanda demam sosial media. Facebook dan
twitter adalah situs jejaring sosial di internet yang sangat popular di negeri ini. Kemudahan kedua situs
jejaring sosial itu diakses melalui handphone ikut mempengaruhi popularitasnya.
       Namun setidaknya ada dua persoalan yang muncul di tengah gegap gempita konvergensi
telematika di Indonesia. Pertama, peningkatan pengguna internet di negeri ini sepertinya belum atau
tidak diimbangi dengan meningkatnya produktifitas konten dari penggunanya. Mayoritas pengguna
internet di negeri ini adalah pengguna internet yang pasif dalam hal produksi konten.
       Kedua, adanya kesenjangan akses telematika antar wilayah di Indonesia. Sebagian besar
infrastruktur telematika terkonsentrasi di Jawa, khususnya lagi di Jakarta. Warga Indonesia bagian
timur tidak memiliki kemewahan yang sama dengan saudaranya di Jakarta dalam mengakses internet.
Tak heran pengguna sosial media, yang pernah dibanggakan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
(SBY), terkonsetrasi di Jakarta.
       Singkat kata, pengguna internet di Indonesia selain pasif juga didominasi oleh warga yang
tinggal di Jakarta, Jawa, Indonesia Barat dan sebagian tengah. Sementara penduduk di Indonesia
Timur masih ketinggalan dalam hal mengakses internet.
       Di sisi lain, konvergensi telematika juga dimanfaatkan oleh industri media massa untuk lebih
mengefektifkan proses produksi beritanya. Reportase berita yang dihasilkan oleh seorang wartawan
kini tidak hanya ditampilkan di media cetak. Namun dapat ditampilkan di berbagai kanal sekaligus.
Dari sisi perusahaan media, konvergensi telematika sungguh menguntungkan secara ekonomi. Singkat
kata, konvergensi telematika ini pada akhirnya akan semakin memperkuat bisnis konglomerasi media
yang telah ada sebelumya.
       Persoalannya adalah, konglomerasi media bukan hanya persoalan ekonomi. Namun juga ada
sebuah hegomoni wacana di dalamnya. Dalam beberapa kasus di Indonesia, media-media
konglomerasi cenderung seragam dalam memberitakan sebuah persoalan, terutama yang
menyangkut kepentingan para pemilik medianya. Seragamnya pemberitaan media-media Group
Bakrie (vivanews.com, TVOne, AnTV) dalam memberitakan kasus Lapindo dapat dijadikan contoh
dalam hal ini.
       Di sisi lainnya, konvergensi telematika juga memberikan peluang munculnya perlawanan
terhadap hegomoni wacana dari media konglomerasi. Kaburnya batas antara konsumen dan produsen
konten dalam era konvergensi telematika adalah sebuah peluang bagi masyarakat untuk melakukan
perlawanan terhadap hegomoni wacana oleh media konglomerasi.
       Namun, fakta di lapangan juga menunjukan bahwa perlawanan oleh masyarakat terhadap
hegomoni wacana media konglomerasi berjalan tidak seimbang. Jumlah pemirsa, pembaca,
pendengar dan pengangses media konglomerasi lebih banyak dibandingkan media alternatif yang
dibuat oleh masyarkat sipil.
       Persoalan pasifnya pengguna internet dan juga kesenjangan akses telematika di Indonesia
menjadi faktor penting dalam ketidakseimbangan pertarungan wacana antara media konglomerasi
dan media alternatif dari masyarakat. Lantas, bagaimana kebijakan telematika di Indonesia
memposisikan dirinya dalam pertarungan wacana ini?
       Kebijakan telematika di Indonesia nampaknya tidak berpihak kepada masyarakat dalam
konteks pertarungan wacana dengan media konglomerasi. Pasal karet pencemaran nama baik di
Undang Undang (UU) Informasi dan Transaksi Elektronik misalnya. Pasal karet di UU itu dapat dengan
mudah ditafsirkan untuk membungkam suara-suara kritis dari masyarakat.
       Dan pasal karet itu hanya berlaku bagi masyarakat biasa yang tidak berprofesi sebagai
wartawan. Sebaliknya, wartawan media massa termasuk media konglomerasi dilindungi oleh UU Pers
ketika memproduksi karya jurnalistiknya. Pendek kata, keberadaan pasal karet di UU ITE itu membuat
masyarakat pengguna internet semakin pasif dalam memproduksi konten. Ancaman hukuman di pasal
karet UU ITE itu membuat para pengguna internet lebih baik diam daripada memproduksi konten
namun berbuah penjara.
       Rancangan Undang-Undang (RUU) Konvergensi Telematika yang diharapkan mampu
memberikan perlindungan bagi masyarakat untuk mengimbangi hegomoni wacana media
konglomerasi nampaknya akan mengecewakan. Di RUU Konvergensi Telematika justru muncul pasal
yang mewajibkan penyelenggara telematika, termasuk penyelenggara aplikasi website untuk
memperolah ijin dari menteri dan membayar BHP. Dengan ketentuan ini website-website yang dikelola
NGOs akan diwajibakan untuk memperoleh ijin dari menteri dan membayar BHP.
       Ketentuan ini tentu akan menyulitkan NGOs yang menyelenggarakan aplikasi telematika
berupa mengelola website. Bukan tidak mungkin, website NGOs yang selama ini menuliskan kritik
yang tajam terhadap model pembangunan akan terganjal persoalan perijinan, sehingga website itu
dianggap illegal. Sebuah penyingkiran suara-suara kritis di dunia maya.
       RUU Konvegensi yang diharapkan mampu memberikan payung hukum bagi pemenuhan hak
warga atas akses telematika ternyata juga mengecewakan. Dalam RUU itu tidak ada satupun payung
hukum yang melindungi hak warga negara atas akses telematika. Yang mendapat perlindungan
hanyalah hak konsumen. Atau hak sesorang setelah menjadi konsumen produk telematika. Sementara
hak warga untuk memperoleh akses terhadap infrastruktur telematika tidak mendapat perlindungan.
       Dalam    RUU    itu   memang     dinyatakan    bahwa    ada    kewajiban   pemerintah   untuk
menyelenggarakan layanan universal. Sebuah layanan akses telematika di kawasan terpencil. Namun
tidak ada satu pasal pun yang memberikan payung hukum bagi warga untuk menggugat atau sekedar
komplain bila kewajiban pemerintah itu tidak terpenuhi. Hal ini tentu memberikan peluang bagi
pemerintah untuk tidak melakukan kewajibannya.
       Dengan adanya kesenjangan akses telematika maka warga di daerah terpencil pun akan
kesulitan mengekspresikan pendapatnya. Sebaliknya, media-media konglomerasi dengan kekuatan
modalnya tetap dengan leluasa memproduksi wacana terkait persoalan-persoalan di daerah.
Akibatnya wacana publik akan bias kota, utamanya Jakarta. Jika demikian, tidak mengherankan bila
kebijakan pembangunan akan bias Jakarta.
       Untuk itulah, tidak berlebihan bila UU ITE, khususnya pasal mengenai pencemaran nama baik
dicabut atau minimal ditinjau ulang. Begitu pula proses penyusunan RUU Konvergensi Telematika.
Khusus untuk penyusunan RUU Konvergensi Telematika, perlu sebanyak mungkin melibatkan publik.
Sehingga penyusunan RUU itu tidak didominasi oleh prespektif dan kepentingan pemerintah dan
korporasi di sektor telematika, melainkan juga mempertimbangkan prespektif dan kepentingan warga
negara.
Daftar Pustaka
1. http://id.wikipedia.org/wiki/Teknologi_Informasi_Komunikasi
2. http://biginaict.wordpress.com/2010/11/01/ruu-konvergensi-belum-konvergen/
3. http://www.internetworldstats.com/stats.htm
4. http://www.prasetyapuspita.info/berita-113-sejarah-perkembangan-telematika-di-
    indonesia.html
5. http://web.worldbank.org/WBSITE/EXTERNAL/COUNTRIES/EASTASIAPACIFICEXT/INDONESI
    AINBAHASAEXTN/0,,menuPK:447277~pagePK:141132~piPK:141109~theSitePK:447244,00.
    html
6. Berita Resmi Statistik No. 42 / IX / 14 Agustus 2006
7. INDONESIAN ICT-2009 FACTS & FIGURES
8. http://the-marketeers.com/archives/attitude-and-behavior-pengguna-internet-di-
    indonesia.html
9. Indepth Report SatuDunia, “Revolusi Digital Samadengan Revolusi Hijau?”
    http://www.satudunia.net/system/files/Indepth%20Report-
    Revolusi%20Digital%20sama%20dengan%20Revolusi%20Hijau%20%3F_SD.pdf
10. http://jakarta.bps.go.id/fileupload/brs/Miskin_2011.pdf
11. GATS: Liberalisasi Kehidupan, Lutfiyah Yamnin dan Yanuar Nugroho, Institute Global of
    Justice, 2008
12. Peraturan Pemerintah (PP) No 20 Tahun 1994 tentang Pemilikan Saham dalam Perusahaan
    yang Didirikan dalam Rangka Penanaman Modal Asing.
13. Keputusan Menteri (KM) Perhubungan Nomor 72 Tahun 1999 tentang Cetak Biru Kebijakan
    Telekomunikasi Indonesia.
14. Undang Undang (UU) Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi.
15. Buku Putih, “Komunikasi dan Informatika”, Kementerian Telekomunikasi dan Informatika
    Republik Indonesia, tahun 2010.
16. Snapshot of Indonesia Social Media Users - Saling Silang Report Feb 2011.
    http://www.slideshare.net/salingsilang/snapshot-of-indonesia-social-media-users-saling-
    silang-report-feb-2011.
17. Terpusatnya      kepemilikan      media     di    tangan   sedikit   orang/perusahaan.
    http://twitoaster.com/country-us/ndorokakung/konglomerasi-media-mungkin-tak-
    menguntungkan-publik-karena-akan-terjadi-keseragaman-suara/
18. https://fordiletante.wordpress.com/2008/01/29/konglomerasi-media-dalam-grup-mnc-
    media-nusantara-citra/
19. KONSENTRASI MEDIA MASSA DAN MELEMAHNYA DEMOKRASI, Henry Subiakto, Dosen
    Jurusan Komunikasi FISIP dan Program Pascasarjana Studi Media dan Komunikasi
    Universitas Airlangga, Surabaya.
20. http://www.investor.co.id/bedahemiten/era-konvergensi-di-mata-bakrie-telecom/8867
21. Satriyo Dharmanto, Presentasi di Working Group Licencing, Bandung, 18 Februari 2010
Konvergensi Telematika dan Pertarungan Wacana

Contenu connexe

Similaire à Konvergensi Telematika dan Pertarungan Wacana

Policy Paper NGOs Kebijakan Telematika
Policy Paper NGOs Kebijakan TelematikaPolicy Paper NGOs Kebijakan Telematika
Policy Paper NGOs Kebijakan TelematikaSatuDunia Foundation
 
Indepth report sisi lain telematika di indonesia oktober 2011
Indepth report sisi lain telematika di indonesia oktober 2011Indepth report sisi lain telematika di indonesia oktober 2011
Indepth report sisi lain telematika di indonesia oktober 2011SatuDunia Foundation
 
Sustaining a Global Business Strategy IPB University General Lecture Satriyo ...
Sustaining a Global Business Strategy IPB University General Lecture Satriyo ...Sustaining a Global Business Strategy IPB University General Lecture Satriyo ...
Sustaining a Global Business Strategy IPB University General Lecture Satriyo ...Satriyo Dharmanto
 
Profil Internet Indonesia 2012
Profil Internet Indonesia 2012Profil Internet Indonesia 2012
Profil Internet Indonesia 2012ICT Watch
 
Profil Internet Indonesia 2012 [COPY]
Profil Internet Indonesia 2012 [COPY]Profil Internet Indonesia 2012 [COPY]
Profil Internet Indonesia 2012 [COPY]Mahadiputra S
 
Di balik gemerlap bisnis ict di indonesia igf firdaus cahyadi2
Di balik gemerlap bisnis ict di indonesia igf firdaus cahyadi2Di balik gemerlap bisnis ict di indonesia igf firdaus cahyadi2
Di balik gemerlap bisnis ict di indonesia igf firdaus cahyadi2SatuDunia
 
idigf - pembangunan - satu dunia - firdaus cahyadi
idigf - pembangunan - satu dunia - firdaus cahyadiidigf - pembangunan - satu dunia - firdaus cahyadi
idigf - pembangunan - satu dunia - firdaus cahyadiIGF Indonesia
 
Internet ke desa
Internet ke desaInternet ke desa
Internet ke desadebolse
 
BUKU PUTIH KEMENTRIAN KOMINFO 2010
BUKU PUTIH KEMENTRIAN KOMINFO 2010BUKU PUTIH KEMENTRIAN KOMINFO 2010
BUKU PUTIH KEMENTRIAN KOMINFO 2010Billy Buhaiba
 
1, sm, tri wahyu nugroho, prof. dr. hapzi ali, strategic management, digital ...
1, sm, tri wahyu nugroho, prof. dr. hapzi ali, strategic management, digital ...1, sm, tri wahyu nugroho, prof. dr. hapzi ali, strategic management, digital ...
1, sm, tri wahyu nugroho, prof. dr. hapzi ali, strategic management, digital ...triwahyunugroho3
 
Sistem Telekomunikasi
Sistem TelekomunikasiSistem Telekomunikasi
Sistem Telekomunikasinandabening
 
Dunia tanpa teknologi
Dunia tanpa teknologiDunia tanpa teknologi
Dunia tanpa teknologiNico Susanto
 
Peluang layanan keamanan ca untuk mendukung e transaction di era konvergensi
Peluang layanan keamanan ca untuk mendukung e transaction di era konvergensiPeluang layanan keamanan ca untuk mendukung e transaction di era konvergensi
Peluang layanan keamanan ca untuk mendukung e transaction di era konvergensiidsecconf
 
Menuntaskan Pembangunan Jalan Tol Informasi.pdf
Menuntaskan Pembangunan Jalan Tol Informasi.pdfMenuntaskan Pembangunan Jalan Tol Informasi.pdf
Menuntaskan Pembangunan Jalan Tol Informasi.pdfSatriyo Dharmanto
 
Perkembangan jaringan telekomunikasi di Indonesia
Perkembangan jaringan telekomunikasi di IndonesiaPerkembangan jaringan telekomunikasi di Indonesia
Perkembangan jaringan telekomunikasi di IndonesiaLutfiyand
 
Notulensi diskusi lingkar_belajar_ruu_konvergensi[1]
Notulensi diskusi lingkar_belajar_ruu_konvergensi[1]Notulensi diskusi lingkar_belajar_ruu_konvergensi[1]
Notulensi diskusi lingkar_belajar_ruu_konvergensi[1]SatuDunia Foundation
 

Similaire à Konvergensi Telematika dan Pertarungan Wacana (20)

A-Z Konvergensi Telematika
A-Z Konvergensi TelematikaA-Z Konvergensi Telematika
A-Z Konvergensi Telematika
 
Policy Paper NGOs Kebijakan Telematika
Policy Paper NGOs Kebijakan TelematikaPolicy Paper NGOs Kebijakan Telematika
Policy Paper NGOs Kebijakan Telematika
 
Indepth report sisi lain telematika di indonesia oktober 2011
Indepth report sisi lain telematika di indonesia oktober 2011Indepth report sisi lain telematika di indonesia oktober 2011
Indepth report sisi lain telematika di indonesia oktober 2011
 
Sustaining a Global Business Strategy IPB University General Lecture Satriyo ...
Sustaining a Global Business Strategy IPB University General Lecture Satriyo ...Sustaining a Global Business Strategy IPB University General Lecture Satriyo ...
Sustaining a Global Business Strategy IPB University General Lecture Satriyo ...
 
Profil Internet Indonesia 2012
Profil Internet Indonesia 2012Profil Internet Indonesia 2012
Profil Internet Indonesia 2012
 
Profil Internet Indonesia 2012
Profil Internet Indonesia 2012Profil Internet Indonesia 2012
Profil Internet Indonesia 2012
 
Profil Internet Indonesia 2012 [COPY]
Profil Internet Indonesia 2012 [COPY]Profil Internet Indonesia 2012 [COPY]
Profil Internet Indonesia 2012 [COPY]
 
Di balik gemerlap bisnis ict di indonesia igf firdaus cahyadi2
Di balik gemerlap bisnis ict di indonesia igf firdaus cahyadi2Di balik gemerlap bisnis ict di indonesia igf firdaus cahyadi2
Di balik gemerlap bisnis ict di indonesia igf firdaus cahyadi2
 
idigf - pembangunan - satu dunia - firdaus cahyadi
idigf - pembangunan - satu dunia - firdaus cahyadiidigf - pembangunan - satu dunia - firdaus cahyadi
idigf - pembangunan - satu dunia - firdaus cahyadi
 
Makalah siskom 1
Makalah siskom 1Makalah siskom 1
Makalah siskom 1
 
Internet ke desa
Internet ke desaInternet ke desa
Internet ke desa
 
BUKU PUTIH KEMENTRIAN KOMINFO 2010
BUKU PUTIH KEMENTRIAN KOMINFO 2010BUKU PUTIH KEMENTRIAN KOMINFO 2010
BUKU PUTIH KEMENTRIAN KOMINFO 2010
 
1, sm, tri wahyu nugroho, prof. dr. hapzi ali, strategic management, digital ...
1, sm, tri wahyu nugroho, prof. dr. hapzi ali, strategic management, digital ...1, sm, tri wahyu nugroho, prof. dr. hapzi ali, strategic management, digital ...
1, sm, tri wahyu nugroho, prof. dr. hapzi ali, strategic management, digital ...
 
Makalah_48 Teknologi informasi dan komunikasi kel 5
Makalah_48 Teknologi informasi dan komunikasi kel 5Makalah_48 Teknologi informasi dan komunikasi kel 5
Makalah_48 Teknologi informasi dan komunikasi kel 5
 
Sistem Telekomunikasi
Sistem TelekomunikasiSistem Telekomunikasi
Sistem Telekomunikasi
 
Dunia tanpa teknologi
Dunia tanpa teknologiDunia tanpa teknologi
Dunia tanpa teknologi
 
Peluang layanan keamanan ca untuk mendukung e transaction di era konvergensi
Peluang layanan keamanan ca untuk mendukung e transaction di era konvergensiPeluang layanan keamanan ca untuk mendukung e transaction di era konvergensi
Peluang layanan keamanan ca untuk mendukung e transaction di era konvergensi
 
Menuntaskan Pembangunan Jalan Tol Informasi.pdf
Menuntaskan Pembangunan Jalan Tol Informasi.pdfMenuntaskan Pembangunan Jalan Tol Informasi.pdf
Menuntaskan Pembangunan Jalan Tol Informasi.pdf
 
Perkembangan jaringan telekomunikasi di Indonesia
Perkembangan jaringan telekomunikasi di IndonesiaPerkembangan jaringan telekomunikasi di Indonesia
Perkembangan jaringan telekomunikasi di Indonesia
 
Notulensi diskusi lingkar_belajar_ruu_konvergensi[1]
Notulensi diskusi lingkar_belajar_ruu_konvergensi[1]Notulensi diskusi lingkar_belajar_ruu_konvergensi[1]
Notulensi diskusi lingkar_belajar_ruu_konvergensi[1]
 

Plus de SatuDunia Foundation

Ubah kebijakan media dan telematika di indonesia upload
Ubah kebijakan media dan telematika di indonesia uploadUbah kebijakan media dan telematika di indonesia upload
Ubah kebijakan media dan telematika di indonesia uploadSatuDunia Foundation
 
Indepth report belajar dari gerakan sosial digital di indonesia
Indepth report belajar dari gerakan sosial digital di indonesiaIndepth report belajar dari gerakan sosial digital di indonesia
Indepth report belajar dari gerakan sosial digital di indonesiaSatuDunia Foundation
 
Indepth report belajar dari kasus lapindo
Indepth report belajar dari kasus lapindoIndepth report belajar dari kasus lapindo
Indepth report belajar dari kasus lapindoSatuDunia Foundation
 
Konglomerasi media di Era Digital dan Kebebasan Informasi
Konglomerasi media di Era Digital dan Kebebasan InformasiKonglomerasi media di Era Digital dan Kebebasan Informasi
Konglomerasi media di Era Digital dan Kebebasan InformasiSatuDunia Foundation
 
Laporan akhir tahun ruu konvergensi telematika 2011
Laporan akhir tahun ruu konvergensi telematika 2011Laporan akhir tahun ruu konvergensi telematika 2011
Laporan akhir tahun ruu konvergensi telematika 2011SatuDunia Foundation
 
Presentation media briefing (firdaus cahyadi)
Presentation media briefing (firdaus cahyadi)Presentation media briefing (firdaus cahyadi)
Presentation media briefing (firdaus cahyadi)SatuDunia Foundation
 
Warta tkpkd lombok tengah edisi ii
Warta tkpkd lombok tengah edisi iiWarta tkpkd lombok tengah edisi ii
Warta tkpkd lombok tengah edisi iiSatuDunia Foundation
 
2 peta-jalan-percepatan-pencapaian-tujuan-pembangunan-milenium-di-indonesia -...
2 peta-jalan-percepatan-pencapaian-tujuan-pembangunan-milenium-di-indonesia -...2 peta-jalan-percepatan-pencapaian-tujuan-pembangunan-milenium-di-indonesia -...
2 peta-jalan-percepatan-pencapaian-tujuan-pembangunan-milenium-di-indonesia -...SatuDunia Foundation
 
1 laporan-pencapaian-tujuan-pembangunan-milenium-indonesia-2010 -201011181321...
1 laporan-pencapaian-tujuan-pembangunan-milenium-indonesia-2010 -201011181321...1 laporan-pencapaian-tujuan-pembangunan-milenium-indonesia-2010 -201011181321...
1 laporan-pencapaian-tujuan-pembangunan-milenium-indonesia-2010 -201011181321...SatuDunia Foundation
 
Konvergensi industri media dan hak publik
Konvergensi industri media dan hak publikKonvergensi industri media dan hak publik
Konvergensi industri media dan hak publikSatuDunia Foundation
 
Hiv aids dan media sosial aditya wardana
Hiv aids dan media sosial  aditya wardanaHiv aids dan media sosial  aditya wardana
Hiv aids dan media sosial aditya wardanaSatuDunia Foundation
 

Plus de SatuDunia Foundation (20)

Posterkursuskm 02-2012
Posterkursuskm 02-2012Posterkursuskm 02-2012
Posterkursuskm 02-2012
 
Ubah kebijakan media dan telematika di indonesia upload
Ubah kebijakan media dan telematika di indonesia uploadUbah kebijakan media dan telematika di indonesia upload
Ubah kebijakan media dan telematika di indonesia upload
 
Indepth report belajar dari gerakan sosial digital di indonesia
Indepth report belajar dari gerakan sosial digital di indonesiaIndepth report belajar dari gerakan sosial digital di indonesia
Indepth report belajar dari gerakan sosial digital di indonesia
 
Komik publikasi KM 2012
Komik publikasi KM 2012 Komik publikasi KM 2012
Komik publikasi KM 2012
 
Indepth report belajar dari kasus lapindo
Indepth report belajar dari kasus lapindoIndepth report belajar dari kasus lapindo
Indepth report belajar dari kasus lapindo
 
Konglomerasi media di Era Digital dan Kebebasan Informasi
Konglomerasi media di Era Digital dan Kebebasan InformasiKonglomerasi media di Era Digital dan Kebebasan Informasi
Konglomerasi media di Era Digital dan Kebebasan Informasi
 
Mapping Media Policy in Indonesia
Mapping Media Policy in IndonesiaMapping Media Policy in Indonesia
Mapping Media Policy in Indonesia
 
Laporan akhir tahun ruu konvergensi telematika 2011
Laporan akhir tahun ruu konvergensi telematika 2011Laporan akhir tahun ruu konvergensi telematika 2011
Laporan akhir tahun ruu konvergensi telematika 2011
 
Presentation media briefing (firdaus cahyadi)
Presentation media briefing (firdaus cahyadi)Presentation media briefing (firdaus cahyadi)
Presentation media briefing (firdaus cahyadi)
 
120216 digital (mujtaba hamdi)
120216 digital (mujtaba hamdi)120216 digital (mujtaba hamdi)
120216 digital (mujtaba hamdi)
 
Warta tkpkd lombok tengah edisi ii
Warta tkpkd lombok tengah edisi iiWarta tkpkd lombok tengah edisi ii
Warta tkpkd lombok tengah edisi ii
 
Id mdgr2007 bahasa
Id mdgr2007 bahasaId mdgr2007 bahasa
Id mdgr2007 bahasa
 
Id mdgr2007 advokasi_bahasa
Id mdgr2007 advokasi_bahasaId mdgr2007 advokasi_bahasa
Id mdgr2007 advokasi_bahasa
 
2 peta-jalan-percepatan-pencapaian-tujuan-pembangunan-milenium-di-indonesia -...
2 peta-jalan-percepatan-pencapaian-tujuan-pembangunan-milenium-di-indonesia -...2 peta-jalan-percepatan-pencapaian-tujuan-pembangunan-milenium-di-indonesia -...
2 peta-jalan-percepatan-pencapaian-tujuan-pembangunan-milenium-di-indonesia -...
 
1 laporan-pencapaian-tujuan-pembangunan-milenium-indonesia-2010 -201011181321...
1 laporan-pencapaian-tujuan-pembangunan-milenium-indonesia-2010 -201011181321...1 laporan-pencapaian-tujuan-pembangunan-milenium-indonesia-2010 -201011181321...
1 laporan-pencapaian-tujuan-pembangunan-milenium-indonesia-2010 -201011181321...
 
Mereka berani melawan pemiskinan
Mereka berani melawan pemiskinanMereka berani melawan pemiskinan
Mereka berani melawan pemiskinan
 
Sapa edisi 1 desember 2011
Sapa edisi 1 desember 2011Sapa edisi 1 desember 2011
Sapa edisi 1 desember 2011
 
Konvergensi industri media dan hak publik
Konvergensi industri media dan hak publikKonvergensi industri media dan hak publik
Konvergensi industri media dan hak publik
 
Hiv aids dan media sosial aditya wardana
Hiv aids dan media sosial  aditya wardanaHiv aids dan media sosial  aditya wardana
Hiv aids dan media sosial aditya wardana
 
Ham dan hiv aids harwib
Ham dan hiv aids harwibHam dan hiv aids harwib
Ham dan hiv aids harwib
 

Dernier

Judul: Memahami Jabrix4D: Situs Togel dan Slot Online Terpercaya di Indonesia
Judul: Memahami Jabrix4D: Situs Togel dan Slot Online Terpercaya di IndonesiaJudul: Memahami Jabrix4D: Situs Togel dan Slot Online Terpercaya di Indonesia
Judul: Memahami Jabrix4D: Situs Togel dan Slot Online Terpercaya di IndonesiaHaseebBashir5
 
PROGRAM WALI KELAS TAHUN PELAJARAN 2023 2024
PROGRAM WALI KELAS TAHUN PELAJARAN 2023 2024PROGRAM WALI KELAS TAHUN PELAJARAN 2023 2024
PROGRAM WALI KELAS TAHUN PELAJARAN 2023 2024DarmiePootwo
 
[BEST PRICE] Senapan Angin Dengan Teleskopik Kalimantan Barat
[BEST PRICE] Senapan Angin Dengan Teleskopik Kalimantan Barat[BEST PRICE] Senapan Angin Dengan Teleskopik Kalimantan Barat
[BEST PRICE] Senapan Angin Dengan Teleskopik Kalimantan Baratsenapananginterbaik2
 
saw method aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
saw method aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaasaw method aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
saw method aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaNovaRuwanti
 
Togel Online: Panduan Lengkap tentang Dkitoto, Dkitogel, dan Situs Togel
Togel Online: Panduan Lengkap tentang Dkitoto, Dkitogel, dan Situs TogelTogel Online: Panduan Lengkap tentang Dkitoto, Dkitogel, dan Situs Togel
Togel Online: Panduan Lengkap tentang Dkitoto, Dkitogel, dan Situs TogelHaseebBashir5
 
KELOMPOK 7_ANALISIS INVESTASI PUBLIK.pdf
KELOMPOK 7_ANALISIS INVESTASI PUBLIK.pdfKELOMPOK 7_ANALISIS INVESTASI PUBLIK.pdf
KELOMPOK 7_ANALISIS INVESTASI PUBLIK.pdfPritaRatuliu
 
10. (C) MERGER DAN AKUISISI Presentation.pptx
10. (C) MERGER DAN AKUISISI Presentation.pptx10. (C) MERGER DAN AKUISISI Presentation.pptx
10. (C) MERGER DAN AKUISISI Presentation.pptxerlyndakasim2
 
PPT DENIES SUSANTO AHLI MADYA BANGUNAN PERAWATAN GEDUNG 1.pptx
PPT  DENIES SUSANTO AHLI MADYA BANGUNAN PERAWATAN GEDUNG 1.pptxPPT  DENIES SUSANTO AHLI MADYA BANGUNAN PERAWATAN GEDUNG 1.pptx
PPT DENIES SUSANTO AHLI MADYA BANGUNAN PERAWATAN GEDUNG 1.pptxvickrygaluh59
 
MANAJEMEN-ASET SEKTOR PUBLIK1111111-.ppt
MANAJEMEN-ASET SEKTOR PUBLIK1111111-.pptMANAJEMEN-ASET SEKTOR PUBLIK1111111-.ppt
MANAJEMEN-ASET SEKTOR PUBLIK1111111-.pptnugrohoaditya12334
 
10. (D) LEASING (PSAK-73-Sewa-20012020) .pptx
10. (D)  LEASING (PSAK-73-Sewa-20012020) .pptx10. (D)  LEASING (PSAK-73-Sewa-20012020) .pptx
10. (D) LEASING (PSAK-73-Sewa-20012020) .pptxerlyndakasim2
 
Contoh contoh soal dan jawaban persediaan barang
Contoh contoh soal dan jawaban persediaan barangContoh contoh soal dan jawaban persediaan barang
Contoh contoh soal dan jawaban persediaan barangRadhialKautsar
 
005 ppt elastisitas-permintaan-dan-penawaran.ppt
005 ppt elastisitas-permintaan-dan-penawaran.ppt005 ppt elastisitas-permintaan-dan-penawaran.ppt
005 ppt elastisitas-permintaan-dan-penawaran.pptIjlalMaulana1
 
Teknik Proyeksi Bisnis (Peramalan Bisnis)
Teknik Proyeksi Bisnis (Peramalan Bisnis)Teknik Proyeksi Bisnis (Peramalan Bisnis)
Teknik Proyeksi Bisnis (Peramalan Bisnis)DenniPratama2
 
RISK BASED INTERNAL AUDIT - AUDITING .pptx
RISK BASED INTERNAL AUDIT - AUDITING .pptxRISK BASED INTERNAL AUDIT - AUDITING .pptx
RISK BASED INTERNAL AUDIT - AUDITING .pptxerlyndakasim2
 
"Melompati Ramtoto: Keterampilan dan Kebahagiaan Anak-anak"
"Melompati Ramtoto: Keterampilan dan Kebahagiaan Anak-anak""Melompati Ramtoto: Keterampilan dan Kebahagiaan Anak-anak"
"Melompati Ramtoto: Keterampilan dan Kebahagiaan Anak-anak"HaseebBashir5
 
Presentasi Root Cause Diagram bandung ppt
Presentasi Root Cause Diagram bandung pptPresentasi Root Cause Diagram bandung ppt
Presentasi Root Cause Diagram bandung pptAkuatSupriyanto1
 
1.-Ruang-Lingkup-Studi-Kelayakan-Bisnis-2.pptx
1.-Ruang-Lingkup-Studi-Kelayakan-Bisnis-2.pptx1.-Ruang-Lingkup-Studi-Kelayakan-Bisnis-2.pptx
1.-Ruang-Lingkup-Studi-Kelayakan-Bisnis-2.pptxAndiAzhar9
 
WA/TELP : 0822-3006-6162, Toko Box Delivery Sayur, Toko Box Delivery Donat, T...
WA/TELP : 0822-3006-6162, Toko Box Delivery Sayur, Toko Box Delivery Donat, T...WA/TELP : 0822-3006-6162, Toko Box Delivery Sayur, Toko Box Delivery Donat, T...
WA/TELP : 0822-3006-6162, Toko Box Delivery Sayur, Toko Box Delivery Donat, T...gamal imron khoirudin
 
Cimahitoto: Situs Togel Online Terpercaya untuk Penggemar Judi
Cimahitoto: Situs Togel Online Terpercaya untuk Penggemar JudiCimahitoto: Situs Togel Online Terpercaya untuk Penggemar Judi
Cimahitoto: Situs Togel Online Terpercaya untuk Penggemar JudiHaseebBashir5
 
CONTOH RUK PPI TAHUNAN PUSKESMAS 00.docx
CONTOH RUK PPI TAHUNAN PUSKESMAS 00.docxCONTOH RUK PPI TAHUNAN PUSKESMAS 00.docx
CONTOH RUK PPI TAHUNAN PUSKESMAS 00.docxKartikaFebrianti1
 

Dernier (20)

Judul: Memahami Jabrix4D: Situs Togel dan Slot Online Terpercaya di Indonesia
Judul: Memahami Jabrix4D: Situs Togel dan Slot Online Terpercaya di IndonesiaJudul: Memahami Jabrix4D: Situs Togel dan Slot Online Terpercaya di Indonesia
Judul: Memahami Jabrix4D: Situs Togel dan Slot Online Terpercaya di Indonesia
 
PROGRAM WALI KELAS TAHUN PELAJARAN 2023 2024
PROGRAM WALI KELAS TAHUN PELAJARAN 2023 2024PROGRAM WALI KELAS TAHUN PELAJARAN 2023 2024
PROGRAM WALI KELAS TAHUN PELAJARAN 2023 2024
 
[BEST PRICE] Senapan Angin Dengan Teleskopik Kalimantan Barat
[BEST PRICE] Senapan Angin Dengan Teleskopik Kalimantan Barat[BEST PRICE] Senapan Angin Dengan Teleskopik Kalimantan Barat
[BEST PRICE] Senapan Angin Dengan Teleskopik Kalimantan Barat
 
saw method aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
saw method aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaasaw method aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
saw method aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
 
Togel Online: Panduan Lengkap tentang Dkitoto, Dkitogel, dan Situs Togel
Togel Online: Panduan Lengkap tentang Dkitoto, Dkitogel, dan Situs TogelTogel Online: Panduan Lengkap tentang Dkitoto, Dkitogel, dan Situs Togel
Togel Online: Panduan Lengkap tentang Dkitoto, Dkitogel, dan Situs Togel
 
KELOMPOK 7_ANALISIS INVESTASI PUBLIK.pdf
KELOMPOK 7_ANALISIS INVESTASI PUBLIK.pdfKELOMPOK 7_ANALISIS INVESTASI PUBLIK.pdf
KELOMPOK 7_ANALISIS INVESTASI PUBLIK.pdf
 
10. (C) MERGER DAN AKUISISI Presentation.pptx
10. (C) MERGER DAN AKUISISI Presentation.pptx10. (C) MERGER DAN AKUISISI Presentation.pptx
10. (C) MERGER DAN AKUISISI Presentation.pptx
 
PPT DENIES SUSANTO AHLI MADYA BANGUNAN PERAWATAN GEDUNG 1.pptx
PPT  DENIES SUSANTO AHLI MADYA BANGUNAN PERAWATAN GEDUNG 1.pptxPPT  DENIES SUSANTO AHLI MADYA BANGUNAN PERAWATAN GEDUNG 1.pptx
PPT DENIES SUSANTO AHLI MADYA BANGUNAN PERAWATAN GEDUNG 1.pptx
 
MANAJEMEN-ASET SEKTOR PUBLIK1111111-.ppt
MANAJEMEN-ASET SEKTOR PUBLIK1111111-.pptMANAJEMEN-ASET SEKTOR PUBLIK1111111-.ppt
MANAJEMEN-ASET SEKTOR PUBLIK1111111-.ppt
 
10. (D) LEASING (PSAK-73-Sewa-20012020) .pptx
10. (D)  LEASING (PSAK-73-Sewa-20012020) .pptx10. (D)  LEASING (PSAK-73-Sewa-20012020) .pptx
10. (D) LEASING (PSAK-73-Sewa-20012020) .pptx
 
Contoh contoh soal dan jawaban persediaan barang
Contoh contoh soal dan jawaban persediaan barangContoh contoh soal dan jawaban persediaan barang
Contoh contoh soal dan jawaban persediaan barang
 
005 ppt elastisitas-permintaan-dan-penawaran.ppt
005 ppt elastisitas-permintaan-dan-penawaran.ppt005 ppt elastisitas-permintaan-dan-penawaran.ppt
005 ppt elastisitas-permintaan-dan-penawaran.ppt
 
Teknik Proyeksi Bisnis (Peramalan Bisnis)
Teknik Proyeksi Bisnis (Peramalan Bisnis)Teknik Proyeksi Bisnis (Peramalan Bisnis)
Teknik Proyeksi Bisnis (Peramalan Bisnis)
 
RISK BASED INTERNAL AUDIT - AUDITING .pptx
RISK BASED INTERNAL AUDIT - AUDITING .pptxRISK BASED INTERNAL AUDIT - AUDITING .pptx
RISK BASED INTERNAL AUDIT - AUDITING .pptx
 
"Melompati Ramtoto: Keterampilan dan Kebahagiaan Anak-anak"
"Melompati Ramtoto: Keterampilan dan Kebahagiaan Anak-anak""Melompati Ramtoto: Keterampilan dan Kebahagiaan Anak-anak"
"Melompati Ramtoto: Keterampilan dan Kebahagiaan Anak-anak"
 
Presentasi Root Cause Diagram bandung ppt
Presentasi Root Cause Diagram bandung pptPresentasi Root Cause Diagram bandung ppt
Presentasi Root Cause Diagram bandung ppt
 
1.-Ruang-Lingkup-Studi-Kelayakan-Bisnis-2.pptx
1.-Ruang-Lingkup-Studi-Kelayakan-Bisnis-2.pptx1.-Ruang-Lingkup-Studi-Kelayakan-Bisnis-2.pptx
1.-Ruang-Lingkup-Studi-Kelayakan-Bisnis-2.pptx
 
WA/TELP : 0822-3006-6162, Toko Box Delivery Sayur, Toko Box Delivery Donat, T...
WA/TELP : 0822-3006-6162, Toko Box Delivery Sayur, Toko Box Delivery Donat, T...WA/TELP : 0822-3006-6162, Toko Box Delivery Sayur, Toko Box Delivery Donat, T...
WA/TELP : 0822-3006-6162, Toko Box Delivery Sayur, Toko Box Delivery Donat, T...
 
Cimahitoto: Situs Togel Online Terpercaya untuk Penggemar Judi
Cimahitoto: Situs Togel Online Terpercaya untuk Penggemar JudiCimahitoto: Situs Togel Online Terpercaya untuk Penggemar Judi
Cimahitoto: Situs Togel Online Terpercaya untuk Penggemar Judi
 
CONTOH RUK PPI TAHUNAN PUSKESMAS 00.docx
CONTOH RUK PPI TAHUNAN PUSKESMAS 00.docxCONTOH RUK PPI TAHUNAN PUSKESMAS 00.docx
CONTOH RUK PPI TAHUNAN PUSKESMAS 00.docx
 

Konvergensi Telematika dan Pertarungan Wacana

  • 1.
  • 2. Kebijakan Telematika dan Pertarungan Wacana di Era Konvergensi Media Abstrak Perkembangan teknologi telekomunikasi dan informatika (Telematika) begitu pesat di dunia. Ada kecenderungan konvergnsi (menyatu). Artinya, jika sebelumnya teknologi informasi, telekomunikasi dan penyiaran terpisah, maka saat ini ada kecenderungan untuk menyatu. Di Indonesia sendiri, trend konvergensi telematika disambut dengan gegap gempita. Melonjaknya pengguna facebook, twitter dan jejaring sosial lainnya di internet seiring dengan meningkatnya pengguna handphone, dapat dijadikan contoh dalam hal ini. Di tengah gegap gempita era konvergensi telematika itu, ternyata ada persoalan serius terkait telematika di Indonesia. Setidaknya ada dua persoalan. Pertama, pengguna internet di Indonesia ternyata cenderung pasif dalam memproduksi konten. Kedua, pengguna internet, termasuk media sosialnya, ternyata masih didominasi oleh warga yang tinggal di Jawa, khususnya Jakarta dan kota- kota besar lainnya di Jawa, Indonesia Barat, dan sebagian Indonesia Tengah. Hal itu terkait ketimpangan akses infrastruktur telematika di negeri ini. Dengan adanya dua persoalan tersebut, maka datangnya era konvergensi telematika dimanfaatkan oleh korporasi di industri media. Konvergensi telematika, memperkuat bisnis konglomerasi media di Indonesia yang telah ada sebelumnya. Dengan konvergensi telematika, proses produksi berita menjadi lebih efisien secara ekonomi. Hasil reportase lapangan seorang wartawan, kini dapat dipublikasi di berbagai kanal sekaligus, cetak, online, televisi dan radio. Selain muncul kritik atas mutu sebuah karya jurnalistik terkait dengan fenomena menguatnya konglomerasi media di era konvergensi telematika ini, juga muncul kekuatiran terkait hegomoni wacana publik. Meskipun di era konvergensi telematika juga muncul kesempatan bagi publik untuk melawan hegomoni wacana dari media-media konglomerasi itu. Namun, dengan adanya dua persoalan telematika seperti tersebut di atas, pertarungan wacana antara publik dan media konglomerasi menjadi tidak seimbang. Artinya, media konglomerasilah yang akhirnya menjadi pemenang dalam pertarungan wacana tersebut. Kebijakan telematika yang diharapkan mampu memberi ruang bagi publik untuk mengekspresikan pendapatnya dan membangun wacana justru mengecewakan. Keberadaan pasal karet pencemaran nama baik di UU ITE misalnya, justru mengkondisikan publik pengguna internet bertambah pasif dalam memproduksi konten. Begitu pula RUU Konvergensi Telematika yang semula diharapkan mampu mengatasi persoalan kesenjangan akses telematika antar wilayah di Indonesia, justru tidak memuat hak warga negara untuk menggugat atau sekedar komplain bila negara gagal membangun infrastruktur telematika di kawasannya. Yang tercantum dalam RUU Konvergensi Telematika adalah hak konsumen, bukan warga negara.
  • 3. I. Konvergensi Telematika Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) atau sering juga disebut dengan ICT (Information and communication Technology) tidak terelakan lagi. Di Indonesia istilah telematika (telekomunikasi dan informatika) juga sering digunakan untuk menyebut ICT atau TIK. Di dunia, menurut /id.wikipedia.org1 sejarah perkembangan ICT dimulai ketika telepon ditemukan oleh Alexander Graham Bell pada tahun 1875. Temuan ini kemudian berkembang menjadi pengadaan jaringan komunikasi dengan kabel yang meliputi seluruh daratan Amerika, bahkan kemudian diikuti pemasangan kabel komunikasi trans-atlantik. Jaringan telepon ini merupakan infrastruktur masif pertama yang dibangun manusia untuk komunikasi global. Sementara merujuk definisi konvergensi dari European Union, OECD, ITU, 2 konvergensi dapat dipandang sebagai perpaduan layanan telekomunikasi, teknologi informasi, dan penyiaran yang sebelumnya terpisah menjadi satu kesatuan hingga diperoleh nilai tambah dari layanan tersebut. Bersamaan dengan datangnya era konvergensi telematika, pengguna internet di seluruh dunia pun mengalami kenaikan yang cukup pesat. Ini mengindikasikan bahwa di era konvergensi ini, memungkinkan sebagian penduduk bumi untuk saling terhubung (connected) antara satu dan lainnya. Dari data tersebut di atas terlihat jelas bahwa kawasan Asia menjadi pengguna internet terbesar di dunia3. Indonesia adalah bagian dari Negara yang berada di kawasan Asia yang memiliki penduduk terbesar. Terkait dengan hal itulah perkembangan telematika di Indonesia menjadi penting untuk dicermati. 1 http://id.wikipedia.org/wiki/Teknologi_Informasi_Komunikasi 2 http://biginaict.wordpress.com/2010/11/01/ruu-konvergensi-belum-konvergen/ 3 http://www.internetworldstats.com/stats.htm
  • 4. Perkembangan Telematika di Indonesia Menurut Prasetya Puspita Saputri, seperti ditulis dalam webnya4, mengungkapkan bahwa perkembangan telematika di Indonesia dibagi menjadi tiga tahapan. Pertama adalah periode rintisan yang berlangsung akhir tahun 1970-an sampai dengan akhir tahun 1980-an. Periode kedua disebut pengenalan, rentang waktunya adalah tahun 1990-an, dan yang terakhir adalah periode aplikasi. Periode ketiga ini dimulai tahun 2000. Di luar pembagian tahapan tersebut di atas, pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana peta perkembangan telematika di Indonesia saat ini? Hal ini menjadi penting untuk mengetahui posisi kita di tengah perkembangan telematika secara global dan regional. Seiring dengan pesatnya perkembangan telematika di tingkat global, kepemilikan produk- produk telematika di rumah tangga di Indonesia juga mengalami kenaikan. Salah satu produk telematika itu adalah computer. Menurut data Bank Dunia5, pada tahun 2000 terdapat 1 orang per 100 orang yang memiliki personal computer. Pada tahun 2000 itu jumlah total populasi di Indonesia adalah kurang lebih 205 juta jiwa. Sementara, pada tahun 2008, masih menurut Bank Dunia, terdapat 2 orang per 100 orang yang memiliki personal computer. Pada tahun 2008 jumlah populasi penduduk Indonesia sebesar 227 juta jiwa. Sementara menurut survei BPS tahun 2005 menyebutkan bahwa Sekitar 2,2 juta rumah tangga dari 58,8 juta rumah tangga keseluruhan (3,68 persen) yang memiliki komputer dan 2,0 juta berada di perkotaan6. Di sisi lain dalam buku putih Komunikasi dan Informatika Indonesia tahun 2010 yang diterbitkan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) disebutkan bahwa sejak tahun 2006 hingga tahun 2008 terdapat peningkatan kepemilikan komputer dalam rumah tangga Indonesia. Pada tahun 2006, kepemilikan komputer di rumah tangga Indonesia hanya 4%. Pada tahun 2007 meningkat menajdi 6%. Dan pada tahun 2008 meningkat menjadi 8%. 4 http://www.prasetyapuspita.info/berita-113-sejarah-perkembangan-telematika-di-indonesia.html 5 http://web.worldbank.org/WBSITE/EXTERNAL/COUNTRIES/EASTASIAPACIFICEXT/INDONESIAINBAHASAEXTN/0,,menuPK:447277~pageP K:141132~piPK:141109~theSitePK:447244,00.html 6 Berita Resmi Statistik No. 42 / IX / 14 Agustus 2006
  • 5. Seiring dengan kenaikan jumlah kepemilikan computer di Indonesia, pengguna internet di Indonesia pun mengalami banyak peningkatan dalam hal jumlahnya. Tabel berikut menggambarkan prosentase pengguna internet di Indonesia. Indonesia internet Usage and Population Statistics7 Year User Population Presontase GDP p.c Source 2000 2000000 206264595 1.00% US$ 570 ITU 2007 20000000 224481720 8.90% US$ 1,916 ITU 2008 25000000 237512355 10.50% US$ 2,238 APJII 2009 30000000 240271522 12.50% US$ 2,329 ITU 2010 30000000 242968342 12.30% US$ 2,858 ITU Sumber: http://www.internetworldstats.com/asia/id.htm Menurut Buku Putih “Komunikasi dan Informatika Indonesia” yang diterbitkan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika pada tahun 2010 menyebutkan bahwa pada tahun 2007- 2008, akses internet dalam rumah tangga Indonesia mengalami peningkatan pesat. Pada tahun 2007, menurut buku putih tersebut, prosentase keluarga Indonesia yang memiliki 7 Note: Per Capita GDP in US dollars, source: United Nations Department of Economic and Social Affairs.
  • 6. akses internet sebesar 5,58 persen. Dan pada tahun 2008 meningkat menjadi 8,56 persen. Sementara menurut Plt Dirjen Postel Muhammad Budi Setiawan, seperti ditulis oleh detik.com Juni 2010, mengungkapkan bahwa jumlah pengguna internet di Indonesia telah mencapai angka 45 juta. Sementara itu menurut Mastel (Masyarakat Telematika-Indonesia)8, memperlihatkan bahwa dari tahun ke tahun penetrasi penggunaan mobile phone terus meningkat. Penggunaan mobile phone yang meninggat ini memungkinkan perluasan akses internet melalui mobile phone. SERVICES 2004 2005 2006 2007 2008 Fixed Telephones 8,703,300 8,824,467 8,806,702 8,717,872 8,612,872 Fixed WirelessPhones 1,673,081 4,683,363 6,014,031 10,811,635 16,598,550 Mobile Phones 30,336,607 46,992,118 63,803,015 93,386,881 124,805,871 Demam Social Network di Internet Pengguna internet di Indonesia yang cenderung meningkat itu ternyata tengah mengalami euphoria9 terhadap social network di internet. Menurut situs alexa.com, facebook adalah situs yang paling popular di Indonesia. Kepopularan facebook di Indonesia melebihi situs-situs berita. Tabel di bawah ini adalah situs social media yang terpopular di Indonesia menurut Alexa.com. No Site Ranking Remaks 1 Facebook Per 9 Mei 2011, A social utility that menurut connects people, http://www.checkfac to keep up with ebook.com/ terdapat friends, upload 36,585,480 pengguna photos, share links facebook di and videos. Indonesia. Menurut 8 “INDONESIAN ICT-2009 FACTS & FIGURES“ 9 Euphoria adalah perasaan gembira yang berlebihan. Terjadinya euphoria itu tercermin di alexa.com, situs pemeringkat web di dunia.
  • 7. web tersebut Indonesia berada di urutan ke 2 setelah US. Sementara per 10 Mei 2011, menurut http://www.alexa.co m/topsites/countries; 0/ID, facebook menempati urutan pertama situs terpopular di Indonesia. 2 Youtube Rank 3 di dunia. YouTube is a way to Namun data dari get your videos to alexa .com the people who menempatkan matter to you. popularitas youtube Upload, tag and di Indonesia di bawah share your videos kaskus. (data 10 Mei worldwide 2011) . sebanyak 1,3% trafik dari Indonesia (Percent of Site Traffic) 3 Twitter Per 10 Mei 2011, Social networking Alexa menempatkan and microblogging twitter rangking 9. service utilising Percent of Site Traffic instant messaging, dari Indonesia sebesar SMS or a web 2,1%. Sementara interface Berdasarkan data
  • 8. Goole Ad Planner, seperti ditulis tempointeraktif.com, jumlah pengunjung Twitter Indonesia (unique visitor) mencapai 4,6 juta orang. (http://www.tempoint eraktif.com/hg/it/201 0/03/17/brk,20100317- 233133,id.html). 4 Multiply Per 10 Mei 2011, Multiply is a Alexa.com vibrant Social menempatkan situs Shopping ini ke peringkat 386 destination that sedunia dan 26 di feels like a visit Indonesia.Percent of with friends to the Site Traffic untuk S... Morehopping Indonesia sebesar mall, but faster and 24,2% more convenient 5 Friendster Per 10 Mei 2011, Friendster is a menurut Alexa.com, leading global Friendster.com’s social network Regional Traffic emphasizing Ranks, untuk genuine friendships Indonesia menempati and the discovery... ranking ke-2 setelah More of new
  • 9. philipina. Sementara people through untuk Percent of Site friends. Search for Traffic Indonesia old friends and sebesar 17,5% classmates, stay in better touch with friends, share photos and videos, and so much more. 6 Linkedin Per 10 Mei 2011, A networking tool Alexa menempatkan to find connections Linkedin sebagai to recommended social network yang job candidates, popular di Indonesia, industry experts di bawah friendster and business partners. Allows registered users to maintain a list of contact details of people they know and trust in business. 7 Digg.com Per 10 Mei 2011, Technology menurut Alexa.com, focused news site percent of Site Traffic where the stories Indonesia sebesar 3% are chosen by community members rather than editors. 8 Myspace.com Per 10 Mei 2011, Myspace is ranked
  • 10. menurut alexa.com, #76 in the world percent of Site Traffic according to the Indonesia sebesar 1% three-month Alexa traffic rankings. The site has been online since 1996 9 Tagged Per 10 Mei 2011, Tagged.com is one menurut of the top social http://www.alexa.co networking sites in m/topsites/countries; the world. 7/ID, menempatkan Tagged di bawah My Space, sebagai situs jajaring sosial terpopular 10 Indowebster Per 10 Mei 2011, Indonesian Percent of Site Traffic Multimedia Web dari alexa Server - Server menunjukan 95% dari download, upload Indonesia dan streaming GRATIS! Sementara data per tanggal 9 Mei 2011, seperti ditulis dalam http://www.checkfacebook.com/ terdapat 36.585.480 pengguna facebook di Indonesia. Menurut web tersebut Indonesia berada di urutan ke 2 setelah Amerika Serikat. Pola Produksi dan Konsumsi Masyarakat di Era Konvergensi Telematika Dengan perkembangan telematika yang semakin pesat di Indonesia tersebut, idealnya, masyarakat kita lebih produktif. Untuk melihat pola produksi dan konsumsi masyarakat di era konvergensi telematika ini, kita perlu mengetahui sikap dan prilaku pengguna internet di Indonesia.
  • 11. Riset yang dilakukan oleh MarkPlus Insight tentang aspirasi dan perilaku anak muda (golongan AB) di 6 kota besar di Indonesia awal tahun 2010 tentang Attitude and Behavior Pengguna Internet di Indonesia10, dapat digunakan untuk melihat pola produksi dan konsumsi masyarakat di era konvergensi telematika. Menurut Riset “Netizen Indonesia 2010” ini menunjukkan bahwa ternyata para pengguna Internet tidaklah monolitik, mereka sangat beragam baik terkait aspirasi maupun perilakunya. Kebiasaan dan Prilaku Prosentase pengguna internet di Indonesia Passive11 13,6 % Average12 81,9 % Active13 4,4 % Biaya Gaya Hidup Digital Masyarakat Pertumbuhan pengguna internet di Indonesia tersebut menyisakan satu pertanyaan yaitu, berapa uang yang dikeluarkan oleh pengguna internet di Indonesia untuk gaya hidup digital tersebut? Masih menurut hasil riset markplus, menyebutkan bahwa para pengguna internet yang menjadi responden survey tersebut menghabiskan Rp 166,000 hanya untuk akses Internet melalui PC/Laptop. Sementara melalui handphone mereka rata-rata menghabiskan Rp 86,000 dalam sebulan. Jika diteliti per umur, anak muda lebih sedikit pengeluarannya dibanding orang dewasa. Untuk akses intenet melalui handphone dalam sebulan anak muda menghabiskan Rp. 85,000 sementara orang dewasa menghabiskan Rp. 95,000. Untuk koneksi melalui PC/Laptop dalam sebulan anak muda menghabiskan Rp. 150,000, sementara orang dewasa menghabiskan Rp. 200,000. Sementara itu dalam sebuah diskusi di Satudunia, hasil survey FAKTA, sebuah NGOs yang 10 http://the-marketeers.com/archives/attitude-and-behavior-pengguna-internet-di-indonesia.html 11 mereka adalah pengguna Internet yang pasif, baru sebatas sebagai “pembaca dan penonton”, mereka baru sebatas membaca berita di situs-situs berita dan forum online, mendengarkan podcast, menonton video di youtube. 12 mereka adalah pengguna Internet kebanyakan yang dari sisi aktifitasnya lebih banyak di banding yang passive, mereka sudah memiliki akun dan mengupdate status mereka di situs-situs social media, seperti Facebook, Twitter, dll. Mereka juga kadang – kadang menambahkan tag di website maupun photo di situs social media 13 mereka adalah pengguna Internet yang aktif, mereka memiliki dan menulis artikelnya di blog pribadi mereka dan juga di forum-forum oline, mereka juga aktif berkontribusi menulis review produk dan jasa
  • 12. melakukan pendampingan terhadap warga miskin kota Jakarta, mengungkapkan bahwa pada tahun 2010, masyarkaat miskin dampingannya mengeluarkan uang rata-rata Rp 30.000/bulan/KK untuk mengakses internet di warnet dan sebesar Rp 160.000/bulan/KK untuk membeli voucher handphone. Jika ditotal maka sekitar Rp. 190 ribu/bulan/KK pengeluaran warga miskin kota untuk belanja produk ICT 14. Pengeluaran warga miskin kota untuk produk ICT itu ternyata hampir sama dengan pengeluaran per KK warga miskin untuk kebutuhan minimum makanan per kapita per bulan atau menurut Badan Pusat Statistics (BPS) dikenal dengan Garis Kemiskinan Makanan (GKM). Pada tahun 2010 GKM di Jakarta mencapai Rp 213.487. Bahkan pengeluaran untuk belanja produk ICT warga miskin itu telah melebihi pengeluaran kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan atau Garis Kemiskinan Non-Makanan (GKNM). Pada tahun 2010 GKNM di Jakarta sebesar Rp 117.68215. Liberalisasi dan Ketimpangan Akes Telematika di Indonesia a. Sejarah Liberalisasi Telematika di Indonesia Indonesia adalah Negara kepulauan. Kebutuhan untuk komunikasi menjadi sesuatu yang penting. Akses warga terhadap telematika adalah salah satu factor yang dapat mempermudah warga Indonesia untuk saling berkomunikasi satu dengan lainnya. Pertanyaannya adalah bagaimana akses telematika di Indonesia. Jadi menjadi sebuah kewajaran bila negara menempatkan telematika sebagai sesuatu yang sektor yang menguasai hajat hidup orang banyak. Karena sebagai sesuatu yang menguasai hajat hidup orang banyak, maka sudah menjadi kewajiban negara untuk menyediakan akses bagi warga negara terhadap telematika. Namun, upaya menempatkan telematika sebagai sektor yang mengusai hajat hidup orang banyak nampaknya tinggal sebuah kenangan di negeri ini. Di era Orde Baru, tepatnya tahun 1994, diterbitkan Peraturan Pemerintah (PP) No 20 Tahun 1994 tentang Pemilikan Saham dalam Perusahaan yang Didirikan dalam Rangka Penanaman Modal Asing. Dalam PP itu disebutkan bahwa Penanaman modal bidang usaha yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak, termasuk 14 http://www.satudunia.net/system/files/Indepth%20Report- Revolusi%20Digital%20sama%20dengan%20Revolusi%20Hijau%20%3F_SD.pdf 15 http://jakarta.bps.go.id/fileupload/brs/Miskin_2011.pdf
  • 13. telekomunikasi16 dapat dilakukan oleh PMA patungan asalkan kepemilikan peserta Indonesia minimal 5%17. Pada tahun 1997, Indonesia menandatangani World Trade Organization (WTO) Aggrement on Basic Telecomunication18. Dua tahun kemudian, tepatnya tahun 1999, diterbitkan Keputusan Menteri (KM) Perhubungan Nomor 72 Tahun 1999 tentang Cetak Biru Kebijakan Telekomunikasi Indonesia 19. KM Perhubungan No. 72/1999 menjadi penting dalam tonggak liberalisasi telematika di Indonesia. Karena dalam salah satu pasalnya disebutkan bahwa KM 72 wajib digunakan sebagai pedoman dalam menetapkan pengaturan dan penyelenggaraan Telkom nasional20. Dalam KM tersebut dituliskan bahwa Tujuan reformasi telekomunikasi antara lain adalah mempersiapkan ekonomi Indonesia dalam menghadapi Globalisasi yang secara kongkret diwujudkan dalam kesepakatan WTO, APEC dan AFTA dan melaksanakan liberalisasi telekomunikasi. 21 Di tahun yang sama, pemerintah menerbitkan Undang Undang (UU) Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi. Dalam penjelasan umum UU 36/1999 itu mulai nampak pergeseran paradigma bahwa telekomunikasi tidak lagi menjadi bidang yang menguasai hajat hidup orang banyak, namun sudah menjadi komoditi. Bahkan dalam penjelasan umum dari UU 36/1999 itu terlihat bahwa penerbitan UU itu merupakan konsekuensi dari penandatangan General Aggrement on Trade and Service (GATS)22. b. Ketimpangan Akses Telematika di Indonesia Dalam UU 36/199923 disebutkan bahwa tujuan dari telekomunikasi adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dalam konteks telekomunikasi tentu saja kesejahteraan masyarakat ini dicapai melalui perluasaan akses telekomunikasi di seluruh Indonesia. Idealnya, liberalisasi yang didorong oleh UU 36/1999 akan semakin mendorong perluasan akses telekomunikasi itu. Namun benarkah demikian? Data dari kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo)24menyebutkan, bahwa hingga tahun 2008, desa di wilayah Jawa merupakan kawasan yang paling banyak memiliki infrastruktur 16 Pasal 5 ayat 1 PP 20/1994 17 Pasal 6 ayat 1 PP 20/1994 18 GATS: Liberalisasi Kehidupan, Lutfiyah Yamnin dan Yanuar Nugroho, Institute Global of Justice, 2008 19 http://www.postel.go.id/content/ID/regulasi/telekomunikasi/kepmen/blueprint.pdf 20 Pasal 2 KM 72/1999 21 BAB I.3 Tujuan Reformasi Telekomunikasi, KM 72/1999 22 Penjelasan atas UU 36/1999 23 Pasal 3 UU 36/1999 24 Buku Putih, “Komunikasi dan Informatika tahun 2010”
  • 14. telepon kabel. Kemudian menyusul wilayah Sumatera, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan, Papua dan Maluku. Kepemilikan telepon kabel (84,79%) pun paling banyak berada di wilayah Jawa dan Sumatera. Dari data ini mulai muncul indikasi ketimpangan akses telekomunikasi di Indonesia. Akses telekomunikasi masih didominasi Jawa dan Indonesia Bagian Barat (Sumatera). Namun bisa jadi, data tersebut di atas muncul karena makin ditinggalkannya telepon kabel dan beralih ke komunikasi mobile melalui handphone. Jika demikian maka indikator yang bisa dipakai adalah tentang banyaknya penerima sinyal selluar antara di Jawa, Indonesia Bagian Barat dan Indonesia Timur. Menurut buku putih itu pula, wilayah Jawa juga merupakan wilayah desa penerima sinyal selular terbanyak dibandingkan daerah lain di Indonesia. Tak heran pula pada tahun 2008 kepemilikan handphone (81,57%) berada di wilayah Jawa dan Sumatera25. Sementara di sisi lain, data dari Kementerian Komunikasi dan Informatika tahun 201026, menyebutkan sebanyak 65,2% infrastruktur backbone27 serat optik terkonsentrasi di Jawa, kemudian diikuti oleh Sumatera (20,31%) dan Kalimantan (6,13%), sementara pada wilayah Indonesia timur (Nusa Tenggara, Maluku dan Papua) belum terjangkau infrastruktur ini. Sumber: Muhammad Salahuddien, ID-Sirti Kondisi infrastruktur telematika yang seperti tersebut di atas juga menyebabkan pengguna 25 Distribusi telepon kabel dan bergerak berdasarkan pulau, 2008, Buku Putih, “Komunikasi dan Informatika tahun 2010”, 26 Buku Putih, “Komunikasi dan Informatika tahun 2010” 27 Pengertian backbone serat optik adalah saluran atau koneksi berkecepatan tinggi yang menjadi lintasan utama dalam sebuah jaringan telematika.
  • 15. internet juga terpusat di Jawa. Data dari Susenas 2006-2008, Badan Pusat Statistik memperlihatkan bahwa selama tahun 2007-2008 akses internet dalam rumah tangga di Indonesia mengalami kenaikan. Pada tahun 2007, prosentase rumah tanngga yang memiliki akses internet sebanyak 5,58%. Pada tahun 2008 meningkat menjadi 8,56%. Dan sekali lagi rumah tangga di Jawa masih memiliki akses tertinggi terhadap internet diantara rumah tangga di seluruh Indonesia. Hal yang sama juga tercermin dalam pengguna facebook dan produksi tweet di Indonesia. Seperti ditulis di Snapshot of Indonesia Social Media Users - Saling Silang Report Feb 201128, menyebutkan bahwa pengguna facebook terbesar di Indonesia didominasi oleh warga Jakarta (50,33%). Pada urutan selanjutnya Bandung (5,2%), Bogor (3,23%), Yogyakarta (3,09%), Medan (3,04%), Makasar (2,23%) dan Surabaya (2,18%). Bandingkan dengan pengguna Facebook di Jayapura (0,12%) dan Ternate (0,03%). Begitu pula produksi tweet di Twitter. Tweet yang diproduksi dari Jakarta mendominasi seluruh tweet dari Indonesia. Tweet yang diproduksi dari Jakarta sebesar 16,33%, dari Bandung 13,79%, dari Yogyakarta 11,05%, dari Semarang 8,29% dan dari Surabaya 8,21%. Bandingkan tweet yang diproduksi dari Palu hanya 0,71%, Ambon 0,35% dan Jayapura 0,23%. 28 http://www.slideshare.net/salingsilang/snapshot-of-indonesia-social-media-users-saling-silang-report-feb-2011
  • 16. II. Konglomerasi Media di Era Konvergensi Telematika Era digital membuat setiap orang memiliki kesempatan untuk menjadi konsumen sekaligus produsen dari sebuah konten. Namun di sisi lain era digital juga dimanfaatkan oleh perusahaan- perusahaan media massa besar untuk memperkokoh bangunan konglomerasi medianya 29. Amerika Serikat adalah negara yang dapat dijadikan contoh dari konglomerasi media. Pada era tahun 1980-an hinggga pertengahan tahun 1990-an, perusahaan media massa di Amerika Serkat terus mengalami penurunan. Tahun 1996, perusahaan media di negeri itu hanya menyisakan lima media, yaitu Time-Warner, Viacom, News Corp., Bertelsmann Inc., dan Disney 30. Diolah dari tulisan Veronika Kusuma31 Tahun 2011, muncullah sejarah besar dalam integrasi konglomerasi media di Amerika Serikat yang mencoba mengintegrasikan kepemilikan media dan infrastruktur internet. Pada tahun tersebut perusahaan raksasa Time Warner bergabung dengan American On Line (AOL)32 menjadi Time Warner 29 terpusatnya kepemilikan media di tangan sedikit orang/perusahaan. http://twitoaster.com/country-us/ndorokakung/konglomerasi- media-mungkin-tak-menguntungkan-publik-karena-akan-terjadi-keseragaman-suara/ 30 https://fordiletante.wordpress.com/2008/01/29/konglomerasi-media-dalam-grup-mnc-media-nusantara-citra/ 31 Konglomerasi Media dalam Grup MNC (Media Nusantara Citra) 32 AOL amat disukai para investor di pasar Wall Street, karena dianggap sebagai a leader in the rapidly emerging world of internet based media
  • 17. and AOL (TWOL)33. Penggabungan dua perusahaan itu dinilai sangat strategis dan menandai munculnya konglomerasi media baru34. Namun marger TWOL tidak berlangsung lama. Pada tahun 2003 marger itu bubar. Menurut Satrio Arismunandar35, yang ditulis dalam blognya36, setidaknya ada tiga penyebab dari kegagalan marger kedua media besar itu. Pertama, alasan yang bersifat teknis. Orang Amerika ternyata lamban dalam mengadopsi koneksi pita-lebar berkecepatan tinggi, yang diperlukan untuk terjadinya konvergensi. Kedua, pemilihan waktu yang tidak tepat. Merger itu terjadi tak lama sebelum saham-saham perusahaan yang terkait dengan Internet berguguran, sehingga menguras habis modal potensial yang dibutuhkan untuk memajukan proses ke arah konvergensi yang diidamkan. Ketiga, terkait dengan kekeliruan dalam membaca psikologi konsumen. Hanya karena seseorang bisa terkoneksi ke Internet melalui AOL, tidaklah lantas berarti ia ingin menyaksikan liputan CNN37 atau menonton film-film Warner Brothers atau membaca majalah Time38. Sementara itu menurut Direktur LSPP39 Ignatius Haryanto, dalam wawancara dengan Yayasan SatuDunia40, kegagalan marger TWOL disebabkan oleh culture dari keduanya (Time Warner dan AOL) berbeda. “Misalnya, AOL terkait dengan internet yang sangat tinggi. Sementara produksi konten Time Warner sangat lama bila dibandingkan dengan internet,” ujarnya, “Kalau kita bicara soal produksi majalah, itu kan skalanya mingguan atau bulanan. Bahkan jika bicara film, maka proses produksinya bisa tahunan,” Hal itulah, menurut Ignatius yang kurang bisa dipertemukan. Pertanyaan berikutnya adalah, apakah jika faktor-faktor kegagalan yang menimpa TWOL itu dibenahi, apakah akan ada integrasi baru antara industri konten media dan penyedia infrastruktur internet? “Bisa jadi, jika perusahaan- perusahaan lain sudah mengetahui kunci untuk mengatasi kegagalan marger TWOL itu dan bisa bersinergi, maka bukan tidak mungkin muncul konglomerasi media baru yang berbasiskan konvergensi telematika itu di masa depan,” kataya. 33 KONSENTRASI MEDIA MASSA DAN MELEMAHNYA DEMOKRASI, Henry Subiakto, Dosen Jurusan Komunikasi FISIP dan Program Pascasarjana Studi Media dan Komunikasi Universitas Airlangga, Surabaya 34 Time Warner menguasai konten, dengan deretan majalah, film, dan program-program televisi yang dimilikinya. Sedangkan AOL memiliki saluran ke lebih dari 20 juta tempat tinggal di Amerika 35 Seorang TV Jurnalis di salah satu group media terkemuka di Indonesia 36 http://satrioarismunandar6.blogspot.com/2010/11/memahami-konvergensi-media-media.html 37 CNN adalah televisi yang dimiliki oleh Group Time Warner 38 Time adalah majalah yang dimiliki oleh Group Time Warner 39 Lembaga Studi Pers dan Pembangunan 40 Wawancara di Kantor SatuDunia, 17 Juni 2011
  • 18. Konglomerasi media yang menyorot perhatian publik di Amerika Serikat lainnya adalah kerajaan media News Corporation milik Ruperth Murdoch. Jaringan bisnis media dari News Corporation ini membentang dari Amerika, Australia, Inggris, Eropa dan Asia. Jaringan bisnis medianya meliputi media cetak, televisi dan internet. No Negara Media dalam Jaringan News Corporation 1 Australia Fox Studio Australia, Fox Sport Australia, Foxtel, Harper Collins Australia, Big League, Daily Telegraph, Gold Coast Bulletin, Hearl Sun, Alpha, Donna Hay, Inside Out, Sunday Hearld Sun, Sunday Mail, Sunday Tasmanian, Sunday Territorian, The Advertiser, The Australian, The Courier-mail, The Sunday Times, Weekly Times, The Mercury, The Sunday Telegraph, Sunday Times, The Sunday Mail, NT News, Truelocal.com.au, News.com.au, Careerone.com.au, Foxsport.com.au 2 Inggris Bskyb, News International, The Times, The Sun, Shine Group, Harper Collins UK, Time Literary Supplement, NDS 3 Amerika Serikat Fox News Channel, National Geographic Channel AS, The Wall Street Journal, 20th Century Fox, Fox Searchilight Picture, Fox Broadcasting Company, Harper Collins Publishers, New York Post, FX dsb 4 India Tata Sky, Harper Collins India 5 Hongkong Star TV 6 Kanada Harper Collins Canada 7 Italia Sky Italia 8 Jerman Sky Deutschland 9 Selendia Baru Harper Collins New Zealand 10 Papua Nugini Post-Courier Tabel Kerajaan Bisnis Media Murdoch41. Beberapa kerajaan bisnis media Murdoch juga merambah dunia internet. Jejaring media milik Murdoch di internet antara lain: Americanidol.com, askmen, fox.com, foxsport.com, hulu.com, mikround, News Digital Media, News Outdor, Scout, Spring Widgets dan Whatifsport. Selain itu pada 41 Sumber: Media Indonesia, Selasa, 26 Juni 2011
  • 19. tahun 2005, News Corporation juga membeli saham MySpace42. Rupert Murdoch, membeli MySpace pada 2005 seharga US$580 juta sekitar Rp 5,2 triliun43. Di Amerika Serikat, menurut Ketua Yayasan Pantau44 Andreas Harsono dalam sebuah wawancara melalui Skype dengan SatuDunia45, beberapa konglomerat media itu memiliki saham di perusahaan telekomunikasi dan jasa internet. “Washington Post46 itu punya saham di facebook, meskipun kecil,” ujarnya, “Donald Graham, CEO The Washington Post47, menjadi salah satu investor facebook,” Raksasa di dunia internet, seperti google, lanjut Andreas Harsono, itu memiliki kerjasama dengan New York Time48. “Tapi itu bukan kepemilikan saham,” lanjutnya. Seperti ditulis oleh kompas.com49, The New York Times (dan juga Washington Post ) memiliki kerjasama dengan Google. Kedua media besar AS tersebut membuat proyek eksperimen yang disebut Living Stories untuk menyajikan berita secara komprehensif berdasarkan tema dan akan ter-update setiap ada berita lanjutan. III. Konglomerasi Media di Indonesia a. Perubahan konsumsi masyarakat terhadap media di Indonesia Trend digital juga merambah ke Indonesia. “Saat ini sedang transisi dari analog ke digital, ditandai dengan proses migrasi dari system analog dan digital yang menurut blue print pemerintah berakhir di tahun 2017,” ujar aktivis AJI50 Margiono di Jakarta pada Agustus 2011 51. Setelah 2017 tidak ada lagi radio FM, TV UHF. Kita melihatnya TV Digital. Pada 2013 dilakukan switch di kota-kota besar dahulu. Kalau planning tersebut berjalan, dua tahun lagi di Jakarta kita tidak akan bisa lagi ndengar 42 situs jejaring sosial terpopuler di Amerika pada 2006 43 http://daerah.tempo.co/hg/iptek/2011/01/12/brk,20110112-305665,id.html 44 Yayasan Pantau adalah sebuah lembaga yang bertujuan memperbarui jurnalisme di Indonesia 45 Wawancara via skype dilakukan 23 Juni 2011 46 The Washington Post Company (NYSE: WPO) is a diversified education and media company whose principal operations include educational services, newspaper print and online publishing, television broadcasting and cable television systems. http://www.washpostco.com/phoenix.zhtml?c=62487&p=irol-ourcompanyprofile 47 The Company also owns The Washington Post, Express and El Tiempo Latino; Post–Newsweek Stations (Detroit, Houston, Miami, Orlando, San Antonio and Jacksonville); Cable ONE, serving subscribers in midwestern, western and southern states; The Slate Group (Slate, TheRoot.com and Foreign Policy); The Gazette and Southern Maryland Newspapers; The Herald (Everett, WA); Avenue100 Media Solutions, an analytics-based performance marketing company; SocialCode, a full service Facebook advertising agency; and Trove, a personalized news aggregation service. 48 The New York Times Company, a leading media company with 2010 revenues of $2.4 billion, includes The New York Times, the International Herald Tribune, The Boston Globe, 15 other daily newspapers and more than 50 Web sites, including NYTimes.com, Boston.com and About.com. http://www.nytco.com/company/index.html 49 http://bola.kompas.com/read/2009/12/09/18482871/.The.New.York.Times.dan.Washington.Post.Merapat.ke.Google 50 Aliansi Jurnalis Independen 51 Diskusi lingkar balajar Telematika, Yayasan SatuDunia, 18 Agustus 2011. http://www.satudunia.net/content/notulensi-diskusi-lingkar- belajar-telematika-1
  • 20. radio FM, nonton TV UHF, kita harus beli seatle box terlebih dahulu. Trend baru itu juga membawa perubahan pola konsumsi masyarakat terhadap media di negeri ini. Hasil Survei Media Index yang dilakukan oleh Nielsen Media Survei 52, menunjukan pembaca koran konvensional menurun sementara pengguna internet mengalami kenaikan. Sementara penonton televisi relatif stabil di angka 94%. Sumber riset Nilsen yang dikutip Kompas.com Data itu juga dikuatkan oleh riset yahoo.com dan TNS mengenai trend pengguna internet di Indonesia. Riset itu menyebutkan bahwa telah terjadi lonjakan yang signifikan dalam pengaksesan berita online, 28% di tahun 2009 dibandingkan 37% di tahun 2010 sementara penggunaan media cetak terus menurun53. Survei Markplus Insight54, juga menunjukan bahwa pengguna internet di Indonesia cenderung tidak lagi menjadikan media konvensional sebagai sumber informasi utama. Menurut riset tersebut, internet sudah menjadi preferensi utama dalam mendapatkan informasi dan hiburan selain TV. Bahkan di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya, Internet lebih unggul di banding TV. Temuan lain yang cukup menarik sekaligus mengkhawatirkan adalah penetrasi media cetak seperti surat kabar, tabloid, dan majalah terlihat jauh di bawah media yang lain. Meski demikian ada 52 http://kesehatan.kompas.com/read/2009/07/16/16015757/survei.nielsen.pembaca.media.cetak.makin.turun 53 http://www.detikinet.com/read/2010/05/31/160759/1366831/398/media-online-mulai-memangsa-media-cetak 54 http://the-marketeers.com/archives/attitude-and-behavior-pengguna-internet-di-indonesia.html
  • 21. beberapa kota yang memiliki karakteristik yang berbeda. Di Surabaya surat kabar masih populer, karena posisi Jawa Pos yang sangat kuat. Hal yang sama juga terjadi di Denpasar. b. Konglomerasi Media di Era Konvergensi Telematika Era konvergensi telematika yang mulai menjalar di Indonesia dimanfaatkan pula oleh para konglomerat media untuk mengukuhkan bisnis medianya. Namun, sejarah konglomerasi media di Indonesia sendiri, sejatinya telah dimulai sejak era Orde Baru. Menurut aktivis AJI Margiyono, proses konvergensi di Indonesia dimulai dari konglomerasi, “Dimana industri-industri media besar membeli/mencaplok media-media lain,” ujarnya55, “Misal portal beritasatu.com milik Ulil dibeli Lippo, Detik.com dibeli kelompok Para,”. Menurutnya, hal itu tidak ahanya terjadi di Indonesia, tetapi juga terjadi di tingkat internasional, “Sebagaimana Google dan Yahoo yang membeli situs-situs/kontak local,” tambahnya. “Konglomerasi media, dalam arti cross section56, di Indonesia muncul sejak jaman Soeharto dan semua terpusat di Jakarta,” ujar Andreas Harsono, “Di era Hindia Belanda dan Soekarno memang ada media besar, tapi tidak cross section, pada waktu itu hanya koran saja,” “Adapun aktornya, kebanyakan sama sejak Orde Baru,” katanya, “Namun ada aktor baru dalam konglomerasi media ini setelah Orde Baru tumbang, yaitu Trans Corps” Menurut Andreas Harsono, di luar internet, konglomerasi media yang terbesar adalah MNC (Media Nusantara Citra). “Yang kedua, Kompas-Gramedia,” ujarnya, “Untuk konglomerasi yang berbasiskan konvergensi telematika, saat ini yang paling besar adalah Group Bakrie,”. Menurutnya, konvergensi telematika akan semakin memperkuat konglomerasi media di Indonesia. “Akan makin parah,” ungkapnya. No Media Newspaper Magazine Radio Television Cyber Media Other Bussines Group Station Station 57 1 Kompas- Kompas, The 37 Majalah dan Sonora Kompas TV Kompas.com, Hotel,Printing, 58 Gramedia Jakarta Post, Tabloid, 5 book Radio dan Kompasiana.com House, Promotion, Group Warta Kota publisher Otomotion Agencies, dan 11 surat Radio University 55 Diskusi Lingkar Belajar Telematika (1), Yayasan SatuDunia, 18 Agustus 2011. http://www.satudunia.net/content/notulensi-diskusi- lingkar-belajar-telematika-1 56 Media cetak, radio, televisi dan internet 57 Saat tulisan ini dibuat Group Kompas sedang mempersiapkan kompasTV 58 Kompasiana adalah sebuah Media Warga (Citizen Media)
  • 22. kabar lokal 2 MNC (Media Seputar Genie, Trijaya RCTI, Global Okezone.com IT Bussines Nusantara Indonesia Mom&Kiddy, FM,Radio TV, TPI (MNC Citra) Realita, Majalah Dangdut TV), Trust TPI, ARH Indovision Global, (Televisi Women Cable) Radio 3 Jawa Pos Jawa Pos, 23 majalah Fajar FM di JTV di Travel Bureau, Fajar, Riau mingguan Makassar Surabaya dan Power House Pos, Rakyat 3 stasiun TV 59 Merdeka, lokal dan 90 surat kabar lokal di berbagai daerah 62 4 Mugi Reka Cosmopolitan, Hard Rock O’Channel Holder of Saveral 60 Aditama Harper’s FM , MTV International 61 (MRA) Bazaar,Esquire, Sky Boutique FHM, Good House Keeping dan 10 majalah lainnya (kebanyakan franchise) 5 Bali Post Bali post, Tabloid Tokoh Bali TV dan 8 Balipost, bisnis bali Suluh TV lokal Indonesia lainnya dan 2 koran lainnya 6 Mahaka Harian Golf Digest, Radio Jak JakTV, TV Entertaiment. 63 Media Republika Arena, Parents FM One Outdoor Indonesia, A+ Advertisment 7 Femina Femina, Gadis, Radio U FM Production House Group Ayah Bunda, Dewi dan 10 59 Batam, Pekanbaru, Makassar 60 Bandung, Jakarta, Bali dan Surabaya 61 Jakarta dan Bandung 62 Has been taken over SCTV 63 Bekerjasama dengan Group Bakrie
  • 23. majalah lainnya 8 Bakrie AnTV, TV Vivanews.com Property, minning, Group One palm oil dan telekomunikasi 9 Lippo Jakarta Majalah Beritasatu.com Property,hospital, 64 Group Globe, Investor, Globe Education, Investor Asia, Campus insurance, internet Daily, Suara Asia service provider Pembaruan 65 10 Trans Corp TransTV, Detik.com Trans7 11 Media Media MetroTv mediaindonesia.com 66 Group Indonesia, Lampung Post, Borneo News Sumber: diolah dari tabel konglomerasi media Ignatius Haryanto 67 “Konglomerasi media di era konvergensi telematika adalah sesuatu yang sulit dihindarkan,” ujar Don Bosco Salamun, dari Berita Satu Media Holdings68, saat menjadi pembicara di konferensi media baru yang diselenggarakan oleh Aliansi Jurnalis Independen (AJI) 69. ”Karena dengan penyatuan kepemilikan media itu dapat menjadikan operasional industri media lebih efisien,” katanya, “Seorang wartawan misalnya, dapat membuat satu berita bukan hanya untuk satu kanal namun juga beberapa kanal sekaligus” Bahkan dalam seperti ditulis di salah satu portal70, Presiden Direktur PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) Anindya Novyan Bakrie saat memaparkan Bakrie Telecom, Media and Technology (BakrieTMT2015) yang akan menyinergikan lini bisnis telekomunikasi (BTEL), media (VIVA Group) dan teknologi (BConn dan BNET) sampai dengan tahun 2015. “Sebelum era konvergensi telematika di Indonesia ini, konglomerasi sudah terjadi,” ujar Farid 64 Berita Satu Media Holdings 65 Saat tulisan ini dibuat, masih dalam proses akusisi 66 http://id.wikipedia.org/wiki/Media_Group 67 10 tahun Yayasan Tifa,”Semangat Masyarakat Terbuka” 68 Berita Satu Media Holdings is an Indonesian media holding company that operates the Berita Satu TV, BeritaSatu.com, Jakarta Globe, Globe Asia, The Peak, Campus Asia, Investor Daily, Majalah Investor and Suara Pembaruan. Berita Satu Media Holdings are a multiplatform media company, focusing in broadcast, print, digital, online, social media, mobile, and events. http://www.linkedin.com/company/berita-satu-media-holdings. 69 Konferensi “Media Baru: Menjadi Tuan di Negeri Sendiri”, Hotel Nikko Jakarta, 7 Juli 2011 70 http://www.investor.co.id/bedahemiten/era-konvergensi-di-mata-bakrie-telecom/8867
  • 24. Gaban71, dalam wawancaranya dengan SatuDunia72, “Kemajuan teknologi mempermudahkan lagi konglomerasi itu,” Sementara menurut aktivis Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Margiyono, konvergensi telematika adalah istilah teknologi, sementara dalam konteks bisnis adalah konglomerasi. “Secara teknologi terkonvergensi dan secara bisnis ya konglomerasi,” ujarnya dalam diskusi lingkar belajar di Yayasan SatuDunia73. Di tempat terpisah Ignatius Haryanto menyatakan bahwa yang paling pertama diuntungkan dengan era konvergensi telematika ini adalah pengusaha media. “Karena itu membuka peluang baru untuk menyebarkan konten-konten media melalui outlet-outlet yang beragam,” ujarnya, “Kuntungan dari konvergensi telematika ini paling cepat dimanfaatkan oleh pengusaha-pengusaha media. Nah, pertanyaannya kemudian adalah publik akan mendapatkan apa dengan konvergensi telematika ini?” Konglomerasi media dengan memanfaatkan konvergensi telematika di Indonesia semakin nampak dari upaya Trans Corps membeli situs portal popular, detik.com. Dari sisi bisnis pembelian detik.com memang sangat menguntungkan. Bagaimana tidak, menurut situs alexa.com 74, per 26 Juli 2011, detik.com masuk 10 besar situs paling popular di Indonesia. Tak heran kue iklan pun banyak mengalir ke situs detik.com. Menurut Nukman Lutfie, seperti ditulis portal TEMPO75, detik.com adalah media daring nomor satu dalam perolehan iklan. “Tahun 2011 ini mereka meraup Rp 100 miliar dari iklan. "Media detik.com nomor satu diikuti kompas.com." ujarnya. c. Dampak Konglomerasi Media di Era Konvergensi Telematika c.1. Hegomoni Wacana Publik Mungkin benar bahwa konglomerasi media di era konvergensi telematika ini akan menguntungkan dari segi bisnis. Dari sisi pendapatan iklan dan juga efisiensi kerja para jurnalisnya. Namun konglomerasi media bukan sekedar urusan bisnis. Konglomerasi media mendorong munculnya hegomoni76 wacana di publik. 71 Mantan wartawan Harian Republika dan Majalah TEMPO, kini aktif di Kantor Berita Pena Indonesia dan juga menjadi pengajar pelatihan jurnalistik dan menulis bagi wartawan dan aktifis NGOs. 72 Wawancara dengan Farid Gaban di Jakarta, Selasa, 5 Juli 2011 73 Diskusi lingkar belajar telematika, Yayasan SatuDunia, 18 Agustus 2011 74 http://www.alexa.com/topsites/countries/ID 75 http://portal.tempo.co/hg/bisnis/2011/07/01/brk,20110701-344177,id.html 76 Pengertian dari hegomoni itu sendiri adalah dominasi oleh satu kelompok terhadap kelompok lainnya, biasanya tanpa ancaman kekerasan, sehingga ide-ide yang didiktekan oleh kelompok dominan tersebut diterima sebagai sesuatu yang wajar.
  • 25. “Dengan konglomerasi media di era konvergensi telematika ini, akhirnya informasi akan dikuasai oleh segelintir orang saja,” ujar Andras Harsono, “Opini publik di Indonesia ya hanya dikuasai beberapa perusahaan media besar itu,” Televisi yang dimiliki oleh jaringan konglomerasi media misalnya, memiliki potensi pemirsa yang besar di Indonesia. Dengan besarnya pemirsa tersebut, menimbulkan kecenderungan hegomoni wacana. Kecenderungan itu bertambah besar bila kemudian konglomerasi media itu juga merambah dunia online. Nama Stasiun TV Transmission Potential Site Viewer (juta) RCTI77 49 115,7 SCTV 47 117,8 ANTV78 23 87,4 TPI79 28 90,6 Indosiar 40 113,5 Global TV80 20 108,8 Trans TV81 30 100,7 Trans 782 27 92,8 TV One83 26 108,8 Metro TV84 52 97,8 Potensi Pemrisa Televisi, sumber presentasi Satriyo Dharmanto85 “Jika konvergensi telematika ini kemudian mendorong monopoli kepemilikan media dari http://satuportal.net/content/menyoal-konglomerasi-media-baru 77 Group MNC 78 Group Bakrie 79 Group MNC 80 Group MNC 81 Group Trans Corps 82 Group Trans Corps 83 Group Bakrie 84 Group Media Indonesia, Surya Paloh 85 Satriyo Dharmanto, Presentasi di Working Group Licencing, Bandung, 18 Februari 2010
  • 26. berbagai kanal86, maka itu akan dapat mempengaruhi opini publik yang luar biasa,” ujar Farid Gaban, “Dan opini publik ini kan berpengaruh pada pembuatan kebijakan publik,” Farid Gaban mencontohkan persoalan pembangunan jalan tol misalnya. “Pilihan membangun jalan tol atau rel kereta api, itu kan public policy,” ujarnya, “Bisa dibayangkan bila wacana publik mengenai hal itu dikuasai oleh konglomerat media yang juga berkepentingan atau memiliki bisnis infrastruktur,” “Group Bakrie misalnya, selain menguasai media87, mereka juga punya bisnis jalan tol, properti dan tambang,” kata Farid Gaban, “Jika konglomerasi media di era konvergensi telematika ini tidak diatur akan berbahaya sekali,” c.2. Menurunnya Kualitas Jurnalistik Selain itu di era konvergensi telematika ini memungkinkan seorang wartawan menuliskan berita bukan hanya untuk satu kanal informasi saja, tapi berbagai kanal sekaligus. Misalnya, seorang wartawan dapat menulis berita untuk ditampilkan di media cetak, ditayangkan di running text televisi, disiarkan di radio dan diupload (unggah) di media online. “Meskipun itu menurut kaidah bisnis dapat lebih efisien, namun menurut saya harus dibatasi,” ujar Farid Gaban, “Ini akan berpengaruh pada kualitas jurnalistik, wartawan menjadi kekurangan waktu untuk menambah bahan bacaan, akibatnya berita yang dihasilkannya pun tidak lagi kritis,” Selain itu, menurut Farid Gaban, posisi wartawan akan semakin lemah. “Dengan membebani wartawan untuk menulis berita di berbagai kanal sekaligus, keuntungan pemilik modal di media semakin berlipat-lipat sementara penghasilan wartawan sendiri tidak jauh berubah,” katanya, “Ini juga akan berpengaruh pada kualitas karya jurnalistik,” Bahaya yang lain dari integrasi media cetak, televisi, radio dan online, lanjut Farid Gaban, media massa cenderung memuaskan yang online atau yang cepat. “Sehingga orang lebih memperhatikan berita yang cepat dibanding berita yang berkualitas,” jelasnya, “Jika tidak ada pengaturan-pengaturan terkait hal ini maka, jurnalistik akan semakin hancur, kesejahteraan wartawan makin turun dan karya jurnalistik pun makin tak berkualitas,” “Saya tidak tahu pasti, apakah serangkaian dampak buruk dari konglomerasi media di era konvergensi telematika ini disadari oleh kawan-kawan wartawan,” ujar Farid Gaban, “Tapi menurut 86 Cetak, televisi, radio, online 87 Group Bakrie memiliki TV One, An TV dan vivanews.com
  • 27. saya agak sulit bila wartawan akan kritis terhadap lembaganya sendiri,” “Konglomerasi media di era konvergensi telematika ini posisi wartawan semakin lemah dan posisi pemilik modal semakin kuat, sehingga mereka akan sulit bila harus mengkritisi kebijakan lembaganya sendiri dalam menyajikan berita,” katanya, “Berita terorisme di TV One atau kasus Lapindo88 di Group Media Bakrie89misalnya, adakah wartawannya kemudian mengkritisi cara media itu menyajikan berita? d. Perlawanan Publik Terhadap Hegomoni Wacana di Era Konvergensi Telematika Di era konvergensi telematika ini, selain dapat memberikan peluang semakin kuatnya konglomerasi media, juga memberikan peluang bagi publik untuk mengimbangi, bahkan juga melawan wacana yang dikeluarkan oleh media massa arus utama. Kita, pengguna internet, dapat menulis ketidakpuasan kita terhadap pemberitaan sebuah media mainstream di blog, milis, web 2.0 90, twitter atau facebook. “Publik memungkinkan untuk melakukan perlawanan terhadap dominasi wacana dari konglomerasi media mainstream, terutama dengan hadirnya internet yang memberikan ruang baru bagi publik untuk berekspresi,” ujar Andreas Harsono, “Tetapi kecil sekali,” “Melawan konglomerat media sekarang ini tidaklah gampang,” ujarnya, “Mayoritas konten yang ada di internet91, dibuat oleh media konglomerasi itu,” Selama publik, termasuk jurnalis warga, lanjut Andreas Hartanto, tidak membuat konten sendiri, akan sulit untuk menandingi hegomoni wacana dari media konglomerasi. 88 Kasus Lapindo adalah kasus munculnya semburan lumpur di Sidoarjo. Sebagian pakar pemboran di dunia dalam konferensi internasional di cape town, Afrika Selatan, menyatakan bahwa semburan lumpur Lapindo terkait dengan aktivitas pemboran (http://www.vhrmedia.com/vhr-news/berita,Geolog-Internasional-Pengeboran-Penyebab-Lumpur-Lapindo-2750.html). Lapindo sebagai anak perusahaan Group Bakrie dikaitkan dengan peristiwa itu. Selain memiliki usaha tambang, group Bakrie juga memiliki media massa (dua televisi dan satu portal berita). 89 TV One, AnTV dan vivanews.com 90 Website yang memungkinkan pengguna internet mengupload sendiri tulisannya, seperti www.politikana.com, www.kompasiana.com, www.suarakomunitas.net, www.satuportal.net 91 Twitter, facebook
  • 28. Menurut laporan Saling-Silang tahun 201192, sebanyak 22% link media massa muncul di twitter. Adapun komposisinya adalah sebagai berikut. Link media yang sering muncul di twitter “Sesekali perlawanan publik terhadap dominasi wacana media konglomerasi ini bisa berhasil,” ujar Andreas Harsono, “Kasus penyerangan Jama’ah Ahmadiyah di Cikusik misalnya,” Video tragedi Cikesik di youtube misalnya, itu hanya bisa mendominasi pemberitaan di media besar dalam beberapa minggu saja. “Tapi setelah itu berjalan seperti biasanya,” ujarnya, “Dan akan lebih sulit lagi bila kasusnya menyangkut kepentingan Group media konglomerasi, kasus Lapindo misalnya,” Kasus Lapindo menjadi salah satu hal yang dapat dijadikan contoh bagaimana publik melakukan perlawanan terhadap wacana yang disajikan oleh media-media dalam kelompok Group Bakrie. TV One menyebut semburan lumpur sebagai lumpur Sidoarjo bukan lumpur Lapindo 93. Bahkan TV itu secara khusus mewawancarai pakar geologi Rusia Dr. Sergey Kadurin yang menyatakan semburan lumpur adalah akibat gempa bumi bukan akibat kesalahan pengeboran 94. Sementara pendapat pakar yang menyatakan bahwa semburan lumpur akibat pengeboran tidak diwawancarai. Hal yang sama juga terjadi di ANTV. Televisi milik Group Bakrie itu juga menyebut semburan 92 Snapshot of Indonesia Social Media Users - Saling Silang Report Feb 2011 93 Penyebutan semburan lumpur dengan lumpur Sidoarjo mengarahkan opini publik bahwa semburan itu adalah bencana alam bukan akibat pengeboran. 94 http://www.youtube.com/watch?v=F9H1X8cMaoE
  • 29. lumpur sebagai lumpur Sidoarjo bukan lumpur Lapindo. ANTV juga menayangkan pendapat Dr. Sergey Kadurin yang menyatakan semburan lumpur adalah akibat gempa bumi bukan akibat kesalahan pengeboran95. Seperti halnya TV One, pakar yang menyatakan bahwa semburan lumpur akibat pengeboran tidak dimintai pendapat. Hal yang sama juga terjadi pada vivanews.com. Portal berita milik Group Bakrie itu juga menyebut semburan lumpur sebagai lumpur Sidoarjo, bukan lumpur Lapindo. Di saat yang hampir bersamaan pula portal berita itu menampilkan pendapat pakar geologi Rusia yang menyatakan semburan lumpur bukan akibat pengeboran96. Liputan khusus terhadap pakar Rusia juga ditampilkan secara audio-visual di portal vivanews.com97. Tapi publik tidak tinggal diam. Terkait wawancara khusus kelompok media Bakrie terhadap Dr. Sergey Kadurin yang menyatakan semburan lumpur adalah akibat gempa bumi bukan akibat kesalahan pemboran, diimbangi oleh www.korbanlumpur.info98 dengan menuliskan pendapat pakar perminyakan Mark Tingay dari Australian School of Petroleum, Universitas Adelaide, Australia 99. Menurut Mark Tingay, semburan lumpur di Sidoarjo, 90% akibat aktivitas pemboran bukan bencana alam100. Web korban korban lumpur sendiri adalah sebuah inisiatif masyarakat sipil untuk melawan wacana dari media mainstream dalam kasus Lapindo. Web korban lumpur juga mendistribusikan kontennya melalui media sosial, facebook dan twitter. Kampanye untuk melawan wacana media mainstream dalam kasus Lapindo juga dilakukan melalui jejaring sosial facebook. 95 http://www.youtube.com/watch?v=vLlvU9pcVZU 96 http://nasional.vivanews.com/news/read/180457-lumpur-sidoarjo-bukan-karena-pengeboran 97 http://video.vivanews.com/read/11227-wawancara-dengan-pakar-geologi-rusia-tentang-penyebab-lumpur-sidoarjo 98 Situs ini (www.korbanlumpur.info) dikelola oleh Kanal News Room, dapur berita dan data yang lahir atas inisiatif aliansi masyarakat sipil untuk korban Lapindo pada pertemuan Ciputat 12-13 Juli 2008. Kanal hingga kini melahirkan tiga bentuk media, yakni website www.korbanlumpur.info, buletin Kanal dan Kanal Radio. Kanal menyajikan fakta lapangan, data, dan analisis tentang kasus lumpur Lapindo dengan menitikberatkan pada komitmen memperjuangkan hak-hak korban. 99 http://korbanlumpur.info/berita/lingkungan/705-pakar-bantah-ilmuwan-rusia-90-persen-yakin-semburan-lapindo-akibat-pemboran- .html 100 “Menurut pendapat saya, berdasarkan kajian-kajian ilmiah yang sudah saya lakukan, gempa tidak bisa memicu semburan lumpur Lapindo. Dan kita 90 persen yakin, bahkan kolega-kolega saya 99 persen yakin, semburan ini terkait dengan kecerobohan pemboran,” ujar Tingay.
  • 30. Gerakan kampanye kasus Lapindo di media sosial Channel Jumlah anggota/follower Keterangan Fanpage facebook101 878 (per 19 Juli 2011) Friend of Lapindo Victim, 3404 (per 19 Juli 2011) Group in Facebook102 Twitter @korbanlapindo103 452 (27 Juli 2011) Cause;Dukung Korban 17,238 ( Per Juni 2011) Lapindo Mendapatkan Keadilan 104 Tingkat keterbacaan atau paparan media yang dijadikan tempat untuk melawan dominasi wacana dalam kasus Lapindo sangat sedikit dibandingkan dengan keterbacaan atau paparan dari media konglomerasi Group Bakrie. NO Channel Jumlah Ranking di Jumlah pembaca/pemirsa Alexa anggota/follower di media sosial Gerakan kampanye publik untuk kasus Lapindo 1 Website korbanlumpur.info 6,167,065 (global), 140,328 (rank in id), 40 (site link in) 2 Fanpage facebook 878 3 Friend of Lapindo Victim, 3404 101 http://www.facebook.com/korbanlumpur.info?sk=wall 102 http://www.facebook.com/group.php?gid=26083340518 103 http://twitter.com/#!/korbanlapindo 104 http://www.causes.com/causes/333125?m=faf1a932
  • 31. Group in Facebook 4 Twitter @korbanlapindo 452 5 Cause;Dukung Korban 17,238 Lapindo Mendapatkan Keadilan Media Group Bakrie 1 Vivanews.com Peringkat ke-13 topsite menurut alexa. 857 (global), 13 (rank in Id), 276 (site link in) Twitter (@VIVAnews) 185,597 Vivanews.com di 4,545 facebook105 Vivanews.com di facebook 66,849 2106 2 AnTV 87,4 juta AnTV di twitter107 30,278 3 TV One 108,8 TV One di Twitter108 404,409 Dari tabel di atas terlihat bahwa secara kuantitas potensi publik yang terpapar kampanye terkait kasus Lapindo dan media group Bakrie jauh dari berimbang. Pertanyaan berikutnya adalah bagaimana masa depan gerakan perlawanan publik dalam melawan dominasi wacana oleh konglomerasi media di era konvergensi telematika ini? 105 http://www.facebook.com/#!/pages/VIVAnews-dot-COM/72076019043?sk=wall 106 http://www.facebook.com/#!/VIVAnewscom 107 @whatsonANTV 108 @tvOneNews
  • 32. IV. Kebijakan Telematika dan Masa Depan Gerakan Perlawanan di Dunia Maya a. UU ITE dan Pelemahan Perlawanan Publik Prita Mulyasari. Sebuah nama yang tidak bisa dipisahkan dari sebuah gerakan sosial di internet. Prita Mulyasari adalah seorang perempuan yang menuliskan ketidakpuasannya terhadap pelayanan sebuah rumah sakit Omni Internasional melalui email pribadinya ke rekan-rekannya. Akhirnya email pribadi tersebut sampai ke RS Omni Internasional. RS Omni Internasional kemudian melakukan gugatan perdata dan melaporkan Prita Mulyasari secara pidana. Dalam hukum pidana Prita Mulyasari dinilai telah melakukan pencemaran nama baik seperti yang tertuang dalam Pasal 27 ayat 3 Undang Undang (UU) Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE). Kasus itu kemudian mendorong para pengguna internet, blogger dan facebooker menggalang dukungan untuk Prita Mulyasari melawan RS Omni Internasional. Gerakan dukungan online itu kemudian berlanjut ke aktifitas offline. Hal itu terlihat dari berbagai demonstrasi di persidangan Prita Mulyasari dan yang paling besar tentu saja adalah gerakan koin keadilan untuk Prita. Gencarnya dukungan di dunia maya terhadap Prita Mulyasari ini akhirnya mencuri perhatian media massa mainstream untuk memberitakannya. Gerakan dukungan terhadap Prita Mulyasari pun semakin besar sejak beritanya muncul di media massa mainstream konvensional 109. Menggemannya dukungan terhadap Prita Mulyasari pun membuat para kandidat calon Presiden pada tahun 2009 memanfaatkan kasus ini sebagai salah satu isu dalam kampanye mereka. Besarnya dukungan terhadap gerakan di internet dalam kasus Prita Mulyasari ini akhirnya dicoba diulangi dalam kasus-kasus lainnya. Meskipun tidak semuanya bisa mengulang lagi keberhasilan gerakan itu. Gerakan di internet yang cukup berhasil dalam mengulang gerakan dalam kasus Prita adalah dukungan terhadap Bibit-Candra dalam kasus Cicak Vs Buaya (KPK)110. Gerakan Sosial di Facebook Jumlah Pendukung Keterangan Page Dukung: 19.339 (per 8 Juni 2011) Bebasmurnikan Prita dr Tuntutan Bui111 109 Televisi, koran, tabloid, majalah, radio 110 Saat itu ada anggota KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) yang dinilai telah dikriminalkan oleh kepolisian. Pihak polisi diberi label buaya, sementara pihak KPK diberi label cicak 111 (http://www.facebook.com/pages/Dukung-Bebasmurnikan-Prita-dr-Tuntutan-Bui/179105094476?ref=ts)
  • 33. Causes; “Dukungan Bagi Ibu 389.639 (per 8 Juni 2011) Prita Mulyasari, Penulis Surat Kelahuhan Melalui Internet yang ditahan”112. Gerakan 1.000.000 378,453 (per 19 Juli 2011) Facebookers Dukung Chandra Hamzah & Bibit Samad Riyanto113 Cause;Dukung Korban 17,238 ( Per Juni 2011) Lapindo Mendapatkan Keadilan 114 Group Gerakan Rakyat 3669 (per 7 Juni 2011) Dukung Pembebasan Nenek Minah115 Selain gerakan sosial di facebook, muncul pula gerakan jurnlisme warga melalui website UGC (User Generate Content)116. Hal itu misalnya dilakukan Akhmad Rovahan117. Pengajar di sebuah madrasah di Buntet, Cirebon, itu menulis karut-marut pengucuran dana pendidikan untuk tujuh sekolah di Kecamatan Astanajapura. Karyanya itu kemudian diunggah di Suara Komunitas (www.suarakomunitas.net), salah satu portal tempat para pewarta warga berbagi informasi, akhir tahun 2010. Tulisannya mengalir sampai ke Jakarta. Petugas Badan Pemeriksa Keuangan mengecek langsung, juga tim pemantau dari beberapa kampus. Kasus itu menjadi pembicaraan di tingkat provinsi. "Orang pemerintah daerah sampai minta tulisannya dicabut," kata Akhmad. Kejadian itu bukan satu-satunya. Seorang warga mengunggah tulisan tentang sekolah yang siswanya belajar secara lesehan. "Dua hari kemudian, datang meja-kursi dari pemerintah," kata 112 http://www.causes.com/causes/290597-dukungan-bagi-ibu-prita-mulyasari-penulis-surat-keluhan-melalui-internet-yang-ditahan 113 http://www.facebook.com/pages/Gerakan-1000000-Facebookers-Dukung-Chandra-Hamzah-Bibit-Samad- Riyanto/192945806132?ref=ts&sk=info 114 http://www.causes.com/causes/333125?m=faf1a932 115 http://www.facebook.com/group.php?gid=180415896573 116 User Generte Conten (UGC) adalah website yang memungkinkan pengguna internet menulis dan mengupload sendiri connten di web tersebut 117 Majalah TEMPO, Edisi 2 Mei 2011. http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2011/05/02/MD/mbm.20110502.MD136575.id.html
  • 34. Akhmad. Ada juga cerita pengusutan kasus meninggalnya tenaga kerja asal Cirebon di Jawa Tengah oleh pemerintah setelah beredarnya tulisan dari kerabat korban di situs media komunitas. Suara Komunitas (www.suarakomunitas.net) sendiri adalah website yang dikelola oleh media- media komunitas yang tersebar di seluruh Indonesia. Pengelolaannya difasilitasi oleh sebuah NGOs Yogyakarta, COMBINE Resource Institution118. Namun, nampaknya gerakan sosial di dunia maya kembali akan menemui kendala. Kendala pertama adalah terkait dengan ancaman pencemaran nama baik di UU ITE. Dalam kasus pidana119, Prita dikalahkan melalui putusan kasasi Mahkamah Agung. Dikalahkannya Prita Mulyasari dalam kasus pidana melawan RS Omni menjadi preseden buruk bagi gerakan sosial di dunia maya. Selain dalam kasus Prita Mulyasari, pasal karet pencemaran nama baik dan perbuatan tidak menyenangkan120, telah mengancam beberapa warga yang mencoba melakukan kritik sosial terhadap tokoh-tokoh yang kebetulan memiliki kekuasaan, baik secara politik maupun ekonomi. Bambang Kisminarso misalnya, polisi sempat menahannya berserta anaknya M. Naziri atas tuduhan telah menghina anak presiden dalam pelanggaran ketentuan pencemaran nama baik melalui UU ITE. Bambang mengajukan pengaduan kepada komisi pengawasan pemilu daerah bahwa para pendukung putra presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) telah membagi-bagikan uang kepada para calon pemilih121. Selain itu ada Yudi Latif, seorang intelektual publik yang pernah terancam terjerat pasal karet UU ITE ini. Pada akhir tahun 2010 lalu, Yudi latif, dilaporkan ke polisi oleh para kader Partai Golkar dengan tuduhan mencemarkan nama baik pimpinan partainya, Aburizal Bakrie. Dalam laporan polisi bernomor TBL/498/XII/2010/Bareskrim itu, Yudi dilaporkan atas dugaan pelanggaran Pasal 310 dan atau Pasal 311 KUHP dan atau Pasal 45 ayat (2) jo Pasal 28 ayat (1) dan (2) UU ITE122. Sebelumnya pasal pencemaran nama baik selalu digunakan menjadi alat untuk membungkam gerakan masyarkat sipil123. 1. Fifi Tanang, seorang penulis surat pembaca di sebuah surat kabar. Dituduh mencemarkan nama baik PT Duta Pertiwi melalui tulisannya di kolom surat pembaca. 2. Alex Jhoni Polii, warga Minahasa, yang memperjuangkan kepemilikan tanahnya 118 http://combine.or.id/suara-komunitas/ 119 http://www.mediaindonesia.com/citizen_read/2026 120 Pasal 27 ayat 3 UU ITE tentang pencemaran nama baik, pasal 28 UU ITE tentang perbuatan tidak menyenangkan. 121 Kritik Menuai Pidana, Human Right Watch, 2010. http://satuportal.net/system/files/indonesia0510indosumandrecs.pdf 122 http://www.rakyatmerdekaonline.com/news.php?id=11870 123 http://www.satudunia.net/lawan-kebangkitan-orde-baru-di-dunia-maya
  • 35. melawan PT. Newmont Minahasa Raya (NMR). Dituduh melakukan tindak pidana pencemaran nama baik dan perbuatan tidak menyenangkan. 3. Dr. Rignolda Djamaluddin, ia dinilai telah mencemarkan nama baik perusahaan tambang emas PT. Newmont Minahasa Raya (NMR) karena pernyataannya tentang gejala penyakit Minamata yang ditemukan pada beberapa warga Buyat Pante. 4. Yani Sagaroa dan Salamuddin, kedua orang itu dituding telah mencemarkan nama baik perusahaan karena pernyataanya bahwa PT. Newmont Nusa Tenggara (NNT) harus bertanggung jawab atas penurunan kualitas kesehatan yang dialami masyarakat Tongo Sejorong sejak perusahaan tersebut membuang limbah tailingnya ke Teluk Senunu. 5. Usman Hamid (Koordiantor Kontras). Tuduhan: pencemaran nama baik. 6. Emerson Yuntho (Koordinator ICW). Tuduhan: pencemaran nama baik. 7. Illian Deta Arta Sari (aktivis ICW). Tuduhan: pencemaran nama baik. 8. Gatot (aktivis KSN). Tuduhan: pencemaran nama baik. 9. Suryani (aktivis LSM Glasnot Ponorogo). Tuduhan: pencemaran nama baik. 10. Dadang Iskandar (aktivis Gunung Kidul Corruption Watch). Tuduhan: pencemaran nama baik. 11. Itce Julinar (Ketua SP Angkasapura). Tuduhan: pencemaran nama baik. Kasus Prita Mulyasari yang akhirnya dikalahkan dalam putusan kasasi MA (UU ITE) dan juga penggunaan pasal karet pencemaran nama baik dalam KUHAP untuk menjerat aktivis menjadi preseden buruk bagi gerakan sosial digital ke depannya. Warga masyarakat yang akan melakukan kontrol sosialnya melalui internet akan selalu dibayangi pasal pencemaran nama baik UU ITE. b. RUU Konvergensi Telematika dan Pelemahan Perlawanan Publik Saat laporan ini124 dibuat pemerintah sedang membahas Rancangan Undang Undang (RUU) Konvergensi Telematika. RUU itu nantinya akan menggantikan UU 36/1999 tentang telekomunikasi. Terkait dengan hal itulah RUU Konvergensi Telematika ini menjadi penting untuk mendapatkan pengawalan dari masyarakat. Dalam konteks liberalisasi telekomunikasi, RUU Konvergensi Telematika ini tidak jauh beda dengan UU 36/1999. Dalam penjelasan draft RUU itu disebutkan bahwa Dalam penjelasan RUU 124 Juli 2011
  • 36. Konvergensi Telematika secara gamblang disebutkan, bahwa salah satu hal yang melatarbelakangi munculnya RUU Konvergensi Telematika adalah “Tekanan atau dorongan untuk mewujudkan perubahan paradigma telematika dari vital dan strategis dan menguasai hajat hidup orang banyak menjadi komoditas yang dapat diperdagangkan semakin besar melalui forum-forum regional dan internasional dalam bentuk tekanan untuk pembukaan pasar (open market)”.125 Menurut Margiyono ada sebuah paradigma regulasi di era konvergensi telamatika. Paradigma itu adalah126:  Sudah terjadi konvergensi teknologi, kemudian terjadi konvergensi media, dan tantangannya ada konvergensi hukum, kemudian konvergensi badan regulasi  Karena selama ini di media ada beberapa badan yang bersentuhan dan bergesekan sehingga terjadi pergesekan kewenangan, misalnya antara KPI dengan Dewan Press sempat terjadi ketegangan ketika KPI memberikan sanksi kepada Metro TV yang menanyangkan berita pagi tentang Satpol PP melakukan sweeping internet dan situs pornonya tidak disamarkan, KPI memberian sangsi berita pagi tidak boleh tayang selama 5 hari. Dewan Press menganggap ini sebagai pembredelan. Belum lagi pergesekan dengan pengatur frekuansi dengan BRTI.  Idenya adalah bagaimana membuat badan regulasi yang terkonvergensi Pertanyaannya kemudian adalah, dari sisi masyarkat, apakah RUU ini akan mampu memberikan payung hukum baru yang masyarakat untuk memperkuat perlawanan terhadap dominasi wacana dari konglomerasi media yang telah terkonvergensi itu? b.1. Pembagian Penyelenggara Telematika Kendala pertama dari RUU ini muncul terkait dengan pembagian penyelenggara telematika. "Persoalan pembagian penyelenggara telematika di RUU Konvergensi ini juga menimbulkan pertanyaan," ujar Donny BU dalam wawancaranya dengan SatuDunia, di kantor ICT Watch Jakarta 127. Persoalan terkait dengan hal itu menurut Donny berasal dari Pasal 8 ayat 1 draft RUU Konvergensi Telematika. Dalam pasal tersebut disebutkan bahwa penyelenggaraan Telematika terdiri atas. 125 http://www.satudunia.net/content/indepth-report-membaca-inisiatif-e-asean 126 http://www.satudunia.net/content/notulensi-diskusi-lingkar-belajar-telematika-1 127 Wawancara dengan Donny BU, ICT Watch, 1 April 2011
  • 37. Penyelenggaraan Telematika yang bersifat komersial dan Penyelenggaraan Telematika yang bersifat non-komersial. Semua penyelenggaraan telematika menurut RUU Konvergensi Telematika dianggap komersial, kecuali pertahanan dan keamanan nasional, kewajiban pelayanan universal, dinas khusus dan perseorangan. Sedangkan menurut penjelasan pasal 8 RUU Konvergensi Telematika menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan “Penyelenggaraan Telematika yang bersifat komersial” adalah penyelenggaraan telematika yang disediakan untuk publik dengan dipungut biaya guna memperoleh keuntungan (profit oriented). Dan yang dimaksud dengan “Penyelenggaraan Telematika yang bersifat non-komersial” adalah penyelenggaraan telematika yang disediakan untuk keperluan sendiri atau keperluan publik tanpa dipungut biaya (non-profit oriented). Pasal 13 RUU Konvergensi Telematika menyebutkan bahwa penyelenggaraan Telematika sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) wajib mendapat izin dari Menteri berupa perizinan individu atau perizinan kelas. Selain itu dalam pasal 12 juga disebutkan bahwa setiap penyelenggara telematika wajib membayar biaya hak penyelenggaraan telematika yang diambil dari persentase pendapatan kotor (gross revenue). Sementara itu menurut RUU Konvergensi Telematika penyelenggaraan Layanan Aplikasi Telematika adalah kegiatan penyediaan layanan aplikasi telematika yang terdiri dari aplikasi pendukung kegiatan bisnis dan aplikasi penyebaran konten dan informasi. "Nah pertanyaannya adalah bagaimana dengan Media Online, Situs jejaring komunitas seperti suarakomunitas.net, penyelenggara radio streaming (IP-Based), penyedia forum diskusi yang user generated content atau layanan darurat (emergency) seperti AirPutih/ JalinMerapi?" tanya Donny BU. Soal penyelenggaraan telematika ini juga pernah diutaran oleh aktivis koalisi Masyarakat Informasi (Maksi) dan juga Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Margi Margiyono 128. "Jadi yang bisa membuat aplikasi itu hanya komersial," ujar Margiyono, "Lantas, kalau NGO membuat aplikasi bagaimana? Bukankah web termasuk juga aplikasi," Dalam RUU Konvergensi Telematika itu disebutkan bahwa baik penyelenggara non komersial dan komersial harus izin ke menteri. "Jadi kalau kita bikin portal/website harus izin ke menteri dan bayar BHP /Biaya Hak Penggunaan," lanjutnya. RUU Konvergensi Telematika ini, lanjut Margiyono, jelas berpotensi menghambat gerakan 128 Diskusi di SatuDunia, “Revisi UU ITE dan RUU Konvergensi Telematika, Bagaimana Sikap Masyarakat Sipil”, 25 Oktober 2010
  • 38. sosial digital atau klik activism dan juga jurnalisme warga. "Bagaimana tidak, untuk menjadi citizen jurnalis dan aktivis sosial digital harus mendapat izin, membayar BHP dan melakukan USO," tambahnya, "UU Pers saja menyatakan bahwa pers tidak perlu ijin, lha kok Citizen Jurnalist harus izin” “Begitu pula pers, kecuali penyiaran, tak bayar BHP,” tambah Margiyono “Lha kok Citizen jurnalist harus bayar BHP?” Dampak buruk RUU Konvergensi Telematika bagi organisasi non pemerintah mulai dikeluhkan oleh aktivis Combine Resource Institute. "Organisasi kami menggunakan alat dan perangkat telematika untuk pemberdayaan masyarakat (kebutuhan non komersial)," ujar Ranggoaini Jahja, aktivis Combine Resource Institute kepada SatuDunia129, "Sehingga jika penerapan RUU ini akan membatasi ruang kami untuk melakukan kerja pemberdayaan, sementara operator swasta 129 Wawancara dengan RANGGOAINI JAHJA (via email), COMBIMBINE Resource Institution, 4 April 2011
  • 39. memperlakukan jenis layanan kepada masyarkat secara sama maka organisasi kami menolak RUU ini," b.2. Ketimpangan Akses Telematika Ketimpangan akses telematika yang menjadi fakta di Indonesia menjadi persoalan serius dalam konteks perlawanan warga terhadap wacana dominan konvergensi media konglomerasi. Warga yang ada di luar Jawa, utamanya di sebagian kawasan Indonesia tengah dan Timur akan kesulitan mengimbangi atau melawan dominasi wacana media konglomerasi melalui blog, jurnalisme warga jika mereka tidak memiliki akses terhadap telematika. Akibatnya, tentu saja apa yang dipublikasikan oleh media konglomerasi yang teleh konvergen itu mendominasi wacana publik dan dianggap sebagai sebuah kebenaran tunggal. Perlawanan warga di kawasan Indonesia tengah dan timur terhadap wacana dominan media konglomerasi menjadi penting, utamanya menyangkut persoalan pengelolaan sumberdaya alam. Mengingat kawasan itu sangat kaya dengan sumberdaya alam. Sementara di sisi lain, sebagian konglemerat media selain memiliki bisnis media juga memiliki bisnis yang terkait dengan sumber daya alam semisal, perkebunan sawit dan tambang. “Jika konsep besarnya adalah hak warga negara (masyarakat luas), mengapa yang diatur dalam RUU Konvergensi Telematika ini lebih kental soal hak konsumen/pengguna?” ujar Donny BU, “Sementara hak warga negara, utamanya yang belum mendapat akses telematika, belum atau tidak diatur,” Terkait dengan hak warga itu pula, Donny BU mengaku sepakat dengan catatan yang pernah dibuat oleh Yayasan SatuDunia terkait hak warga negara dalam RUU Konvergensi Telematika ini. Dalam Brief Paper SatuDunia130 tentang RUU Konvergensi Telematika menyebutkan telah terjadi pereduksian hak warga negara menjadi sekedar hak konsumen. Menurut Brief Paper SatuDunia, meskipun berkali-kali disebutkan kata masyarakat dalam RUU Konvergensi Telematika, namun di batang tubuh RUU ini justru tidak ada satu pasal pun yang mengatur hak warga negara. Dalam salah satu pasal di RUU ini mengatur perlindungan konsumen tapi bukan warga negara. Antara konsumen dan warga negara jelas sesuatu yang berbeda. Hak konsumen muncul didasarkan atas hubungan transaksional dengan korporasi. Sementara hak warga negara muncul didasarkan atas kontrak sosial yang dibuat antara negara dan warganya. 130 http://www.satudunia.net/content/brief-paper-ruu-konvergensi-telematika
  • 40. Dalam kontrak sosial itu, negara diberikan mandat untuk menghormati, melindungi dan memenuhi hak warganya. Termasuk hak warga atas pembangunan dalam hal ini termasuk pembangunan telematika. Dalam pasal 38 RUU Konvergensi Telematika memang disebutkan bahwa pelaksanaan kewajiban pelayanan universal telematika131 menjadi tanggung jawab pemerintah. Sayangnya di RUU Konvergensi Telematika itu tidak disebutkan mengenai hak warga negara jika layanan universal gagal dipenuhi pemerintah. Apakah warga negara berhak komplain atau bahkan mengajukan gugatan jika layanan universal telematika itu gagal disediakan pemerintah? Tidak jelas, karena hak warga negara untuk komplain dan menggugat itu tidak disebutkan dalam RUU. Di sisi lain dalam RUU Konvergensi Telematika ini hanya mengatur perlindungan mengenai hak konsumen atau pengguna telematika. Artinya, dalam RUU ini hak warga negara telah direduksi menjadi hak konsumen. Hak warga negara untuk komplain bahkan menggugat tidak ada payung hukumnya selama kita belum menjadi konsumen produk telematika. Hak warga negara pelosok Indonesia untuk komplain dan menggugat akibat kegagalan pemerintah menyediakan layanan universal telematika tidak mendapat perlindungan sama sekali dalam RUU ini. Ini sangat sesuai dengan penjelasan umum RUU ini, bahwa “….paradigma telematika dari vital dan strategis dan menguasai hajat hidup orang banyak menjadi komoditas yang dapat diperdagangkan….” 131 Kewajiban pelayanan universal telematika adalah kewajiban penyediaan layanan telematika agar masyarakat, terutama di daerah terpencil atau belum berkembang, mendapatkan akses layanan telematika.
  • 41. Kesimpulan Konvergensi telematika sepertinya telah menjadi sebuah keniscayaan dalam sejarah peradaban manusia di muka bumi ini. Kemajuan perkembangan teknologi telah mempercepat proses itu. Indonesia sebagai bagian dari masyarakat dunia pun tak ketinggalan dalam gegap gempita konvergensi telematika itu. Jumlah pengguna internet yang terus meningkat di negeri ini seakan memberikan sinyal bahwa konvergensi telematika juga tengah terjadi di negeri ini. Pertanda lainnya adalah adanya perubahan pola konsumsi media dalam kesehariannya. Kini untuk mengakses berita tidak lagi mengandalkan media massa konvensional. Media online menjadi salah satu alternatif dalam memperoleh sebuah informasi. Bukan hanya itu, warga Indonesia juga tengah dilanda demam sosial media. Facebook dan twitter adalah situs jejaring sosial di internet yang sangat popular di negeri ini. Kemudahan kedua situs jejaring sosial itu diakses melalui handphone ikut mempengaruhi popularitasnya. Namun setidaknya ada dua persoalan yang muncul di tengah gegap gempita konvergensi telematika di Indonesia. Pertama, peningkatan pengguna internet di negeri ini sepertinya belum atau tidak diimbangi dengan meningkatnya produktifitas konten dari penggunanya. Mayoritas pengguna internet di negeri ini adalah pengguna internet yang pasif dalam hal produksi konten. Kedua, adanya kesenjangan akses telematika antar wilayah di Indonesia. Sebagian besar infrastruktur telematika terkonsentrasi di Jawa, khususnya lagi di Jakarta. Warga Indonesia bagian timur tidak memiliki kemewahan yang sama dengan saudaranya di Jakarta dalam mengakses internet. Tak heran pengguna sosial media, yang pernah dibanggakan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), terkonsetrasi di Jakarta. Singkat kata, pengguna internet di Indonesia selain pasif juga didominasi oleh warga yang tinggal di Jakarta, Jawa, Indonesia Barat dan sebagian tengah. Sementara penduduk di Indonesia Timur masih ketinggalan dalam hal mengakses internet. Di sisi lain, konvergensi telematika juga dimanfaatkan oleh industri media massa untuk lebih mengefektifkan proses produksi beritanya. Reportase berita yang dihasilkan oleh seorang wartawan kini tidak hanya ditampilkan di media cetak. Namun dapat ditampilkan di berbagai kanal sekaligus. Dari sisi perusahaan media, konvergensi telematika sungguh menguntungkan secara ekonomi. Singkat kata, konvergensi telematika ini pada akhirnya akan semakin memperkuat bisnis konglomerasi media
  • 42. yang telah ada sebelumya. Persoalannya adalah, konglomerasi media bukan hanya persoalan ekonomi. Namun juga ada sebuah hegomoni wacana di dalamnya. Dalam beberapa kasus di Indonesia, media-media konglomerasi cenderung seragam dalam memberitakan sebuah persoalan, terutama yang menyangkut kepentingan para pemilik medianya. Seragamnya pemberitaan media-media Group Bakrie (vivanews.com, TVOne, AnTV) dalam memberitakan kasus Lapindo dapat dijadikan contoh dalam hal ini. Di sisi lainnya, konvergensi telematika juga memberikan peluang munculnya perlawanan terhadap hegomoni wacana dari media konglomerasi. Kaburnya batas antara konsumen dan produsen konten dalam era konvergensi telematika adalah sebuah peluang bagi masyarakat untuk melakukan perlawanan terhadap hegomoni wacana oleh media konglomerasi. Namun, fakta di lapangan juga menunjukan bahwa perlawanan oleh masyarakat terhadap hegomoni wacana media konglomerasi berjalan tidak seimbang. Jumlah pemirsa, pembaca, pendengar dan pengangses media konglomerasi lebih banyak dibandingkan media alternatif yang dibuat oleh masyarkat sipil. Persoalan pasifnya pengguna internet dan juga kesenjangan akses telematika di Indonesia menjadi faktor penting dalam ketidakseimbangan pertarungan wacana antara media konglomerasi dan media alternatif dari masyarakat. Lantas, bagaimana kebijakan telematika di Indonesia memposisikan dirinya dalam pertarungan wacana ini? Kebijakan telematika di Indonesia nampaknya tidak berpihak kepada masyarakat dalam konteks pertarungan wacana dengan media konglomerasi. Pasal karet pencemaran nama baik di Undang Undang (UU) Informasi dan Transaksi Elektronik misalnya. Pasal karet di UU itu dapat dengan mudah ditafsirkan untuk membungkam suara-suara kritis dari masyarakat. Dan pasal karet itu hanya berlaku bagi masyarakat biasa yang tidak berprofesi sebagai wartawan. Sebaliknya, wartawan media massa termasuk media konglomerasi dilindungi oleh UU Pers ketika memproduksi karya jurnalistiknya. Pendek kata, keberadaan pasal karet di UU ITE itu membuat masyarakat pengguna internet semakin pasif dalam memproduksi konten. Ancaman hukuman di pasal karet UU ITE itu membuat para pengguna internet lebih baik diam daripada memproduksi konten namun berbuah penjara. Rancangan Undang-Undang (RUU) Konvergensi Telematika yang diharapkan mampu memberikan perlindungan bagi masyarakat untuk mengimbangi hegomoni wacana media
  • 43. konglomerasi nampaknya akan mengecewakan. Di RUU Konvergensi Telematika justru muncul pasal yang mewajibkan penyelenggara telematika, termasuk penyelenggara aplikasi website untuk memperolah ijin dari menteri dan membayar BHP. Dengan ketentuan ini website-website yang dikelola NGOs akan diwajibakan untuk memperoleh ijin dari menteri dan membayar BHP. Ketentuan ini tentu akan menyulitkan NGOs yang menyelenggarakan aplikasi telematika berupa mengelola website. Bukan tidak mungkin, website NGOs yang selama ini menuliskan kritik yang tajam terhadap model pembangunan akan terganjal persoalan perijinan, sehingga website itu dianggap illegal. Sebuah penyingkiran suara-suara kritis di dunia maya. RUU Konvegensi yang diharapkan mampu memberikan payung hukum bagi pemenuhan hak warga atas akses telematika ternyata juga mengecewakan. Dalam RUU itu tidak ada satupun payung hukum yang melindungi hak warga negara atas akses telematika. Yang mendapat perlindungan hanyalah hak konsumen. Atau hak sesorang setelah menjadi konsumen produk telematika. Sementara hak warga untuk memperoleh akses terhadap infrastruktur telematika tidak mendapat perlindungan. Dalam RUU itu memang dinyatakan bahwa ada kewajiban pemerintah untuk menyelenggarakan layanan universal. Sebuah layanan akses telematika di kawasan terpencil. Namun tidak ada satu pasal pun yang memberikan payung hukum bagi warga untuk menggugat atau sekedar komplain bila kewajiban pemerintah itu tidak terpenuhi. Hal ini tentu memberikan peluang bagi pemerintah untuk tidak melakukan kewajibannya. Dengan adanya kesenjangan akses telematika maka warga di daerah terpencil pun akan kesulitan mengekspresikan pendapatnya. Sebaliknya, media-media konglomerasi dengan kekuatan modalnya tetap dengan leluasa memproduksi wacana terkait persoalan-persoalan di daerah. Akibatnya wacana publik akan bias kota, utamanya Jakarta. Jika demikian, tidak mengherankan bila kebijakan pembangunan akan bias Jakarta. Untuk itulah, tidak berlebihan bila UU ITE, khususnya pasal mengenai pencemaran nama baik dicabut atau minimal ditinjau ulang. Begitu pula proses penyusunan RUU Konvergensi Telematika. Khusus untuk penyusunan RUU Konvergensi Telematika, perlu sebanyak mungkin melibatkan publik. Sehingga penyusunan RUU itu tidak didominasi oleh prespektif dan kepentingan pemerintah dan korporasi di sektor telematika, melainkan juga mempertimbangkan prespektif dan kepentingan warga negara.
  • 44. Daftar Pustaka 1. http://id.wikipedia.org/wiki/Teknologi_Informasi_Komunikasi 2. http://biginaict.wordpress.com/2010/11/01/ruu-konvergensi-belum-konvergen/ 3. http://www.internetworldstats.com/stats.htm 4. http://www.prasetyapuspita.info/berita-113-sejarah-perkembangan-telematika-di- indonesia.html 5. http://web.worldbank.org/WBSITE/EXTERNAL/COUNTRIES/EASTASIAPACIFICEXT/INDONESI AINBAHASAEXTN/0,,menuPK:447277~pagePK:141132~piPK:141109~theSitePK:447244,00. html 6. Berita Resmi Statistik No. 42 / IX / 14 Agustus 2006 7. INDONESIAN ICT-2009 FACTS & FIGURES 8. http://the-marketeers.com/archives/attitude-and-behavior-pengguna-internet-di- indonesia.html 9. Indepth Report SatuDunia, “Revolusi Digital Samadengan Revolusi Hijau?” http://www.satudunia.net/system/files/Indepth%20Report- Revolusi%20Digital%20sama%20dengan%20Revolusi%20Hijau%20%3F_SD.pdf 10. http://jakarta.bps.go.id/fileupload/brs/Miskin_2011.pdf 11. GATS: Liberalisasi Kehidupan, Lutfiyah Yamnin dan Yanuar Nugroho, Institute Global of Justice, 2008 12. Peraturan Pemerintah (PP) No 20 Tahun 1994 tentang Pemilikan Saham dalam Perusahaan yang Didirikan dalam Rangka Penanaman Modal Asing. 13. Keputusan Menteri (KM) Perhubungan Nomor 72 Tahun 1999 tentang Cetak Biru Kebijakan Telekomunikasi Indonesia. 14. Undang Undang (UU) Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi. 15. Buku Putih, “Komunikasi dan Informatika”, Kementerian Telekomunikasi dan Informatika Republik Indonesia, tahun 2010. 16. Snapshot of Indonesia Social Media Users - Saling Silang Report Feb 2011. http://www.slideshare.net/salingsilang/snapshot-of-indonesia-social-media-users-saling- silang-report-feb-2011. 17. Terpusatnya kepemilikan media di tangan sedikit orang/perusahaan. http://twitoaster.com/country-us/ndorokakung/konglomerasi-media-mungkin-tak- menguntungkan-publik-karena-akan-terjadi-keseragaman-suara/ 18. https://fordiletante.wordpress.com/2008/01/29/konglomerasi-media-dalam-grup-mnc- media-nusantara-citra/ 19. KONSENTRASI MEDIA MASSA DAN MELEMAHNYA DEMOKRASI, Henry Subiakto, Dosen Jurusan Komunikasi FISIP dan Program Pascasarjana Studi Media dan Komunikasi Universitas Airlangga, Surabaya. 20. http://www.investor.co.id/bedahemiten/era-konvergensi-di-mata-bakrie-telecom/8867 21. Satriyo Dharmanto, Presentasi di Working Group Licencing, Bandung, 18 Februari 2010