3. Membuat anak senang, bahkan hobi, membaca
lebih penting daripada sekedar bisa membaca.
4. Proses belajar membaca dimulai jauh lebih awal,
dari saat anak mulai berurusan
dengan bentuk dan bunyi huruf.
5. Proses ‘membaca’ tahap awal dimulai
saat anak mulai menirukan bunyi binatang,
mengenal simbol mobil dan restoran,
atau memahami posisi (atas, bawah, kanan, kiri).
6. Kita harus sabar dalam proses belajarnya.
Memaksa belajar membaca saat situasi hati anak
sedang tidak baik atau bosan
tentu tidak menyenangkan.
7. Cepat menyerah biasanya berawal dari
rasa tidak percaya diri.
Mungkin kita, sebagai orangtua,
cenderung sering merespon dengan kritik.
8. Coba kita ganti respon seperti,
“Salah. Ayo dong, lihat lagi” dengan
“Coba dilihat, mungkin ada huruf yang ketinggalan”
pasti hasilnya lebih baik.
9. Anak sangat peka terhadap segala bentuk kritik.
Jadi, dia bisa memilih untuk berhenti
karena dikritik terus.
10. Jika persoalannya adalah bosan,
bisa jadi karena jenis bukunya kurang menarik,
atau kegiatannya harus naik setingkat lebih tinggi.
11. Bosan biasanya terjadi karena
kemampuan membaca anak meningkat
sehingga kegiatannya harus disesuaikan.
12. Jangan bandingkan pencapaian anak
dengan anak lain.
Setiap anak punya percepatan berbeda.
Biarpun lambat, yang penting mengalami kemajuan.
14. Anak lain bisa jadi lebih cepat membaca,
mungkin karena dia memang suka.
Namun, yang lebih penting adalah
melihat anak menikmati kegiatan membacanya.
15. Bisa membaca itu permulaan, bukan tujuan.
Setelah itu, perjalanannya masih panjang.
Jadi, sangat penting bagi anak untuk menikmati
kegiatan membacanya.