SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  33
BAB I
                             PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang
        Sistem ekonomi dunia yang saat ini bersifat sekuler dimana terjadi
   dikotomi antara agama dengan kehidupan duniawi termasuk di dalamnya
   aktivitas ekonomi telah mulai terkikis.Terjadinya dikotomi ini terjadi pada
   masa kegelapan (dark ages) yang terjadi di Eropa, dimana pada masa
   tersebut kekuasaan gereja Katolik sangat dominan.Sehingga hal ini
   menimbulkan pergerakan yang berupaya untuk mengikis kekuasaan gereja
   yang terlalu besar pada masa itu.Pergerakan inilah yang pada akhirnya
   memunculkan suatu aliran pemikiran bahwa harus terjadi suatu pembedaan
   atau pembatasan antara aktivitas agama dengan aktivitas dunia, sebab
   munculnya pemikiran keilmuan seringkali dianggap bertentangan dengan
   doktrin gereja pada masa itu.
        Hal tersebut tidak berlaku dalam Islam, sebab Islam tidak mengenal
   pembedaan antara ilmu agama dengan ilmu duniawi.Hal ini terbukti bahwa
   pada masa kegelapan (dark ages) yang terjadi di Eropa, justru terjadi masa
   keemasan dan kejayaan Islam. Dimana terjadi pembaharuan dan
   perkembangan pemikiran oleh para ilmuwan muslim, bahkan menjadi dasar
   landasan pengembangan keilmuan sampai saat ini, seperti ilmu aljabar.
        Namun hal ini tidak pernah diketahui oleh dunia terutama oleh para
   generasi muda muslim, sehingga generasi muda muslim saat ini melakukan
   hal yang sama dengan yang dilakukan oleh Barat pada waktu dark ages
   yaitu melakukan dikotomi antara aktivitas spiritual dan aktivitas duniawi
   yang justru membuat Islam semakin redup cahayanya. Karena Negara
   Barat semakin maju ketika jauh dari ajaran agamanya, sementara umat
   Islam akan semakin tertinggal ketika meninggalkan agamanya.



    1
Ilmu ekonomi adalah suatu disiplin ilmu yang menerangkan tentang
proses pengambilan keputusan dalam mengalokasikan kelangkaan sumber
daya dalam pemenuhan kegiatan produksi dan aktivitas konsumsi dalam
rangka menciptakan suatu kesejahteraan dalam kehidupan manusia. Ilmu
ekonomi dibagi dalam dua cabang utama, yaitu mikroekonomi dan
makroekonomi.Mikroekonomi menangani perilaku satuan-satuan ekonomi
individual termasuk di dalamnya dalam pengambilan keputusan dalam
rangka untuk mengatasi permasalahan alokasi akibat kelangkaan sumber
daya.Satuan-satuan ini mencakup konsumen, pekerja atau buruh, para
penanam modal, pemilik tanah, perusahaan bisnis –intinya setiap individu
atau entitas memainkan peranan dalam berfungsinya suatu perekonomian.
Mikroekonomi menjelaskan cara dan alasan-alasan satuan ini membuat
keputusan-keputusan    ekonomis.    Bidang   lain   yang   penting    dari
mikroekonomi adalah bagaimana satuan-satuan ekonomi berinteraksi untuk
membentuk satuan-satuan yang lebih besar pasar dan industri.
    Sementara makroekonomi, cabang utama lain dari ekonomi menangani
kepada isu-isu yang bersifat makro atau lebih luas lagi, termasuk di
dalamnya mengenai jumlah agregat ekonomi, seperti tingkat dan laju
pertumbuhan produksi nasional, suku bunga, pengangguran dan inflasi.
Tetapi pembatasan antara makroekonomi dan mikroekonomi sudah
semakin pudar belakangan ini.Analisis mikroekonomi selalu dimulai
dengan pemahaman mengenai kelembagaan dalam ekonomi, termasuk di
dalamnya hukum, yang mampu menjelaskan prilaku produsen dalam
mengalokasikan sumber dayanya. Para produsen itu pada akhirnya akan
mampu mempengaruhi konsumen dalam mengambil keputusan, namun
para konsumen tersebut memiliki batasan dalam melakukan pilihannya.
    Dengan mempelajari mengenai aspek kelembagaan dalam ekonomi,
kita akan belajar mengenai keterbatasan yang dihadapi oleh individu dalam


2
mengambil keputusan yang akan mampu mempengaruhi mereka dalam
mengalokasikan sumber dayanya. Untuk memahami apa pilihan mereka,
kita harus mampu mengerti apa yang menjadi motif mereka dalam
mengambil keputusan ekonominya. Mikroekonomi selalu mengasumsikan
bahwasanya motivasi manusia dalam melakukan aktivitas ekonominya oleh
kepentingan pribadi yang bersifat materi yaitu nafsu dalam memiliki suatu
produk baik barang maupun jasa, sehingga asumsi awal dalam
mikroekonomi konvensional adalah kepentingan pribadi yang bersifat
materi inilah yang menjadi motif utama manusia dalam melakukan aktivitas
ekonominya.Meskipun ilmu mikroekonomi mamou mengakomodasi
kepentingan lainnya termasuk kemungkinan kepedulian kita dengan
kesejahteraan sesama.
    Dalam konteks skenario ekonomi masa kini di satu sisi ditandai oleh
adanya kompetisi, efisiensi, pragmatisme dan transparansi, di pihak lain
model saling ketergantungan (cooperation) antar manusia atau lembaga
semakin kompleks dan bervariasi. Dalam kondisi ini, ada persoalan besar
dan sangat mendasar yaitu paradigma ilmu ekonomi yang ada ternyata
tidak mampu memecahkan problem ekonomi yang dihadapi manusia.Teori-
teori ekonomi yang ada terbukti tidak mampu mewujudkan ekonomi global
yang berkeadilan dan berkeadaban.Malah yang terjadi adalah dikotomi
antara   kepentingan    individu,   masyarakat,   negara   serta   hubungan
antarnegara. Selain itu, teori ekonomi yang ada saat ini tidak mampu
menyelesaikan kemiskinan dan ketimpangan pendapatan.Juga tidak mampu
menyelaraskan hubungan antar regional di suatu negara, antara negara-
negara di dunia terutama antara negara-negara maju dengan negara
berkembang dan terbelakang.Lebih parahnya lagi adalah terabaikannya
pelestarian sumber daya alam (non renewable resources). Untuk itu, tidak
heran jika belakangan banyak muncul kritik dari pakar ekonomi itu sendiri.


3
1.2 Rumusan masalah

  1. Bagaimana Filosofi dan Konsep dasar Ekonomi Islam ?
  2. Bagaimana Metodologi Ilmu Ekonomi Islam ?




   4
BAB II

                                    PEMBAHASAN

    2.1 Definisi Ekonomi Islam
         Wacana mengenai penerapan ekonomi Islam dalam aktivitas ekonomi
sehari-hari telah dimulai di Indonesia pada decade 1970-an, namun tonggak
utama perkembangan ekonomi Islam adalah dengan berdirinya salah satu bank
syariah pada tahun 1992.Perkembangan ekonomi Islam adalah wujud dari
upaya menerjemahkan Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin, dimana Islam
memiliki nilai-nilai universal yang mampu masuk ke dalam setiap sendi
kehidupan manusia tidak hanya aspek spiritual semata namun turut pula masuk
dalam aspek duniawi termasuk di dalamnya dalam aktivitas ekonomi
masyarakat.1
         Ekonomi Islam yang tengah berkembang saat ini baik tataran teori
maupun praktik merupakan wujud nyata dari upaya operasionalisasi Islam
sebagai rahmatan lil ‘alamin, dengan melalui proses panjang dan akan terus
berkembang sesuai dengan perkembangan jaman. Perkembangan teori ekonomi
Islam telah dimulai pada masa Rasulullah dengan turunnya ayat-ayat Al-
Qur’an yang berkenaan dengan ekonomi seperti QS Al-Baqarah ayat 275 dan
279 tentang jual beli dan riba; QS Al-Baqarah ayat 282 tentang pencatatan
transaksi muamalah; QS Al-Maidah ayat 1 tentang akad; QS Al-A’raf ayat 31,
An-Nisaa’ ayat 5 dan 10 tentang pengaturan pencarian, penitipan dan
pembelanjaan harta, serta masih banyak ayat lainnya yang menjelaskan tentang
berbagai aktivitas ekonomi masyarakat. Ayat-ayat di atas ini memperlihatkan
bahwa Islam pun telah menetapkan pokok aturan mengenai ekonomi meskipun



1
 M. Nur Rianto Al Arif. Teori Mikro Ekonomi (Suatu Perbandingan Ekonomi Islam dan
Ekonomi Konvensional). Hlm 5


     5
masih bersifat umum dan praktik implementasi di lapangan akan saling
berbeda antar generasi dan jaman.
         Para pemikir muslim yang mendalami ekonomi Islam juga hingga kini
belum ada kesatuan pandangan dalam mengkonstruksi teori ekonomi Islam.
Terdapat perbedaan penafsiran, pendekatan, dan metodologi yang dibangun
dalam membentuk konsep ekonomi Islam.Hal ini karena adanya perbedaan
latar belakang pendidikan, keahlian, dan pengalaman yang dimiliki.2 Merujuk
pendapat Aslem Haneef, seorang pemikir ekonomi Islam Malaysia para
pemikir muslim di bidang ekonomi dikelompokkan dalam tiga kategori :
pertama, pakar bidang fiqih atau hukum Islam sehingga pendekatan yang
dilakukan adalah legalistik dan normatif; kedua, kelompok modernis yang
lebih berani dalam memberikan interpretasi terhadap ajaran Islam agar dapat
menjawab persoalan yang dihadapi masyarakat kini; ketiga para praktisi atau
ekonom muslim yang berlatar belakang pendidikan Barat. Mereka mencoba
menggabungkan pendekatan fiqih dan ekonomi sehingga ekonomi Islam
terkonseptualisasi secara integrated dengan kata lain mereka berusaha
mengkonstruksi ekonomi Islam seperti ekonomi konvensional tetapi dengan
mereduksi nilai-nilai yang tidak sejalan dengan Islam dan memberikan nilai
Islam pada analisis ekonominya.3
         Perkembangan pemikiran ekonomi Islam dari sejak masa nabi sampai
sekarang dapat dibagi menjadi 6 tahapan.4Tahap pertama (632-656 M), yaitu
pada masa Rasulullah SAW.Tahap kedua (656-661 M), yaitu pemikiran
ekonomi Islam pada masa pemerintahan Khulafaur Rasyidin.Tahap ketiga
(738-1037 M), yaitu para pemikir Islam di periode awal seperti Zayd bin Ali,
Abu Hanifa, Abu Yusuf, Abu Ubayd, Al-Kindi, Al-Farabi, Ibnu Sina dan
2
  Mohamed Asalan Haneef. Contemporary Islamic Economic Thought : A Selected Comperative
Analysis, hlm 11
3
 Ibid, Teori Mikro Ekonomi (Suatu Perbandingan Ekonomi Islam dan Ekonomi Konvensional).
Hlm 6
4
  Heri Sudarsono, Konsep Ekonomi Islam: Suatu Pengantar, hlm 23


     6
pemikir ekonomi Islam lainnya pada periode awal.Tahap keempat atau periode
kedua (1058-1448 M).
           Pemikir ekonomi Islam periode ini Al-Ghazali, Ibnu Taimiyah, Ibnu
Khaldun, Ibnu Mas’ud, Jalaluddin Rumi, Ibnu Rusyd dan pemikir ekonomi
Islam lainnya yang hidup pada masa ini. Tahap kelima atau periode ketiga
(1446-1931 M), yaitu Shah Waliyullah Al-Delhi, Muhammad bin Abdul
Wahab, Jamaluddin Al-Afghani, Mufti Muhammad Abduh, Muhammad Iqbal,
Ibnu Nujaym, Ibnu Abidin, Syekh Ahmad Sirhindi. Tahap keenam atau periode
lanjut (1931 M – sekarang), yaitu Muhammad Abdul Mannan, M. Nejatullah
Siddiqi, Yusuf Qardhawi, Syed Nawab Haider Naqvi, Monzer Khaf,
Muhammad Baqir As-Sadq, Umer Chapra dan tokoh ekonomi Islam pada masa
sekarang.
           Dawam Rahardjo,5 memilah istilah ekonomi Islam ke dalam tiga
kemungkinan pemaknaan, pertama yang dimaksud ekonomi Islam adalah ilmu
ekonomi yang berdasarkan nilai atau ajaran Islam. Kedua, yang dimaksud
ekonomi Islam adalah sistem. Sistem menyangkut pengaturan yaitu pengaturan
kegiatan ekonomi dalam suatu masyarakat atau negara berdasarkan suatu cara
atau metode tertentu. Sedangkan pilihan ketiga adalah ekonomi Islam dalam
pengertian perekonomian umat Islam.
           Ilmu Ekonomi Islam memiliki akar teologi, tetapi ia bukanlah kajian
yang mendalam tentang teologi dan memang bukan bagian dari teologi. Ilmu
ekonomi Islam memiliki hubungan yang erat dengan fiqh dan perundang-
undangan Islam (syari’ah dan tasyri’) terutama subyek yang berkaitan dengan
hubungan antara manusia (muamalah). Akan tetapi, ia bukanlah ilmu fiqh. Ilmu
ekonomi Islam adalah ilmu ekonomi dan keprihatinan utamanya adalah
problema-problema ekonomi dan institusinya.6 Dalam perspektif ini ia


5
    M. Dawam Rahardjo, Islam dan Transformasi Sosial Ekonomi. Hlm 3-4
6
    Ibid, hlm 5


       7
seharusnya dipandang sebagai suatu disiplin akademik. Secara umum ekonomi
Islam didefinisikan sebagai suatu cabang ilmu pengetahuan yang berupaya
memandang,     meneliti,   dan   menyelesaikan   permasalahan-permasalahan
ekonomi dengan cara-cara Islami berdasarkan al Quran dan Sunnah.Ilmu
ekonomi Islam tidak mendikotomikan antara aspek normatif dan positif.
        Dalam pandangan positivisme ekonomi hanya mempelajari perilaku
ekonomi yang terjadi dan memisahkan dari aspek norma dan etika. Memasukan
aspek etika dipandang sebagai sesuatu yang normatif.
        Ekonomi Islam mempelajari apa yang terjadi pada individu dan
masyarakat yang perilaku ekonominya diilhami oleh nilai-nilai Islam.Berikut
argumentasi yang dikembangkan oleh para pemikir ekonomi Islam terkait hal
tersebut: Pertama, ilmu ekonomi Islam syarat dengan nilai-nilai. Ilmu ekonomi
Islam jelas akan melakukan fungsi penjelasan (eksplanatori) terhadap suatu
fakta secara obyektif. Ia juga melakukan fungsi prediktif seperti yang
dilakukan oleh ilmu ekonomi konvensional. Dalam menjalankan kedua fungsi
ini, ia menjalankan fungsi utama sains secara positif atau menjelaskan “apa”
(what is). Namun kiprahnya tidak hanya terbatas pada aspek positif berupa
penjelasan dan prediksi saja. Pada tahapan tertentu ia juga harus melakukan
fungsi normatif, menjatuhkan penilaian (value judgement) dan menjelaskan apa
yang seharusnya (what should be). Ini berarti bahwa ilmu ekonomi Islam
bukanlah value-neutral.Ia memiliki seperangkat nilainya tersendiri, kerangka
kerja nilai-nilai dimana dia beroperasi. Karena itulah maka reformasi ekonomi
Islam tidak dapat dilakukan secara isolasi atau parsial, ia hanya dapat
dilakukan dalam konteks Islamisasi masyarakat secara total.Kedua, dalam
kerangka ini, hubungan-hubungan teknis akan dipelajari dan dikembangkan




    8
dengan tetap mempertimbangkan mashlahat dan tetap dalam konteks suatu
kerangka nilai.7
         Dengan demikian ilmu ekonomi Islam tidak hanya berbicara tentang
bagaimana perilaku manusia ekonomi itu (economic man) dalam lapangan
ekonomi,      tetapi    juga     bagaimana        suatu     disiplin     normatif      dapat
diimplementasikan dan diinjeksikan ke dalam diri manusia sehingga sasaran
yang hendak diinginkan Islam dapat diwujudkan. Ketiga, karena citranya yang
demikian itulah maka dalam kerangka kerja ini terdapat peran kebijakan dari
sektor pemerintah terhadap perilaku manusia agar tetap berada pada arah
realisasi dan pemenuhan akan nilai-nilai tersebut. Hal ini menjadikan lingkup
kajian ilmu ekonomi Islam lebih luas dan komprehensif. Lebih komprehensif
karena ia bukan hanya berbicara tentang motif tetapi juga perilaku, lembaga
dan kebijakan. Ia mempelajari perilaku manusia seperti apa adanya, namun ia
juga memiliki suatu visi tertentu di masa yang akan datang dimana perilaku
manusia harus diarahkan kepadanya. Pendekatan demikian merupakan ciri
menonjol dari ilmu ekonomi Islam.
         Dengan demikian upaya untuk memajukan ekonomi, memproduksi
barang dan jasa dalam kegiatan produksi, dan mengkonsumsi hasil-hasil
produksi serta mendistribusikannya, seharusnya berpijak kepada ajaran
agama.Artinya, apabila kita mengacu pada ajaran Islam, tujuan hidup
mardatillah harus mendasari (mengilhami dan mengarahkan) konsistensi antara
niat (li Allah ta ala) dan cara-cara untuk memperoleh tujuan berekonomi
(kaifiat).8
         Dalam pengertian tersebut Ilmu ekonomi Islam adalah juga suatu upaya
yang sistematis mempelajari masalah-masalah ekonomi dan perilaku manusia

7
 Ibid, Teori Mikro Ekonomi (Suatu Perbandingan Ekonomi Islam dan Ekonomi
Konvensional).Hlm 14
8
  Murasa Sarkani Putra, Ruqyah Syar’iyyah: Teori, Model, dan Sistem Ekonomi, Jakarta: al
Ishlah Press& STEI, 2009, hlm 112-113


     9
dan interaksi antara keduanya. Upaya ilmiah itu juga mencakup masalah
pembangunan suatu kerangka kerja ilmiah untuk membentuk pemahaman
teoritis (theoritical understanding), rekayasa institusi yang diperlukan dan
kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan proses produksi, distribusi dan
konsumsi yang dapat membantu memenuhi kebutuhan manusia secara optimal
dan ideal. Batasan ini masih bersifat tentatif namun jelas memberikan
gambaran yang tegas bahwa ilmu ekonomi Islam adalah studi tentang problem-
problem ekonomi dan institusi yang berkaitan dengannya.
         Bila dipelajari ajaran-ajaran Islam di bidang ini, dapat disimpulkan
beberapa point yang sangat penting sebagai petunjuk untuk membangun
disiplin ini.Pertama, Islam memberikan petunjuk tentang adanya seperangkat
tujuan    dan    nilai-nilai   dalam   kehidupan   perekonomian.Kedua,   Islam
memberikan kepada manusia sikap psikologis dan satu spektrum yang
mengandung motif-motif dan insentif.Islam juga memasok prinsip-prinsip
hubungan perekonomian.Pokok-pokok petunjuk di atas merupakan hasil
inferensi yang dipetik dari ruh ajaran Islam.
         Tujuan yang ingin dicapai dalam suatu sistem ekonomi Islam
berdasarkan konsep dasar dalam Islam yaitu tauhid dan berdasarkan rujukan
kepada Al-Qur’an dan Sunnah adalah:

   1. Pemenuhan kebutuhan dasar manusia meliputi pangan, sandang, papan,
         kesehatan, dan pendidikan untuk setiap lapisan masyarakat.
   2. Memastikan kesetaraan kesempatan untuk semua orang
   3. Mencegah         terjadinya   pemusatan   kekayaan   dan   meminimalkan
         ketimpangan dana distribusi pendapatan dan kekayaan di masyarakat.
   4. Memastikan kepada setiap orang kebebasan untuk mematuhi nilai-nilai
         moral




   10
5. Memastikan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi9

Kerangka        institusional   suatu   masyarakat   Islam   yang   diajukan   oleh
M.Nejatullah Siddiqi dalam artikelnya “Teaching Economics in An Islamic
Perspective” adalah:

       1. Meskipun kepemilikan mutlak adalah milik Allah SWT, namun dalam
           Islam diperkenankan suatu kepemilikan pribadi, dimana dibatasi oleh
           kewajiban dengan sesama dan batasan-batasan moral yang diatur oleh
           syariah.
       2. Kebebasan untuk berusaha dan berkreasi sangat dihargai, namun tetap
           mendapatkan batasan-batasan agar tidak merugikan pihak lain dalam
           hal ini kompetisi yang berlangsung haruslah persaingan sehat.
       3. Usaha gabungan (joint enterprise) haruslah menjadi landasan utama
           dalam bekerjasama, dimana sistem bagi hasil dan sama-sama
           menanggung risiko yang mungkin timbul diterapkan.
       4. Konsultasi dan musyawarah haruslah menjadi landasan utama dalam
           pengambilan keputusan publik.
       5. Negara bertanggung jawab dan mempunyai kekuasaan untuk mengatur
           individu dalam setiap keputusan dalam rangka mencapai tujuan Islam.10

Empat nilai utama yang bisa ditarik dari ekonomi Islam adalah

       1. Peranan positif dari negara, sebagai regulator yang mampu memastikan
           kegiatan ekonomi berjalan dengan baik sehingga tidak ada pihak yang
           merasa dirugikan oleh orang lain.




9
    Ibid, hlm 115
10
    Ibid, hlm 117


      11
2. Batasan moral atas kebebasan yang dimiliki, sehingga setiap individu
           dalam setiap melakukan aktivitasnya akan mampu pula memikirkan
           dampaknya bagi orang lain.
       3. Kesetaraan kewajiban dan hak, hal ini mampu menyeimbangkan antara
           hak yang diterima dan kewajiban yang harus dilaksanakan.
       4. Usaha untuk selalu bermusyawarah dan bekerja sama, sebab hal ini
           menjadi salah satu fokus utama dalam ekonomi Islam.11

2.2 Permasalahan Utama Dalam Ekonomi
           Ekonomi       merupakan      studi      tentang   manusia,     dimana      terjadi
pertentangan antara kebutuhan dan keinginan manusia yang sifatnya tidak
terbatas berbenturan dengan kapasitas sumber daya yang terbatas.Oleh
karenanya         ekonomi      hadir     tentang     bagaimana       menggunakan        atau
mengalokasikan sumber-sumber daya ekonomi yang terbatas jumlahnya
tersebut untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sebaik-baiknya.Sehingga yang
menjadi masalah pokok dalam suatu sistem ekonomi adalah masalah
kelangkaan (scarcity).
           Kebutuhan manusia meliputi kebutuhan fisik dasar akan makanan,
pakaian, keamanan, kebutuhan sosial serta kebutuhan individu akan
pengetahuan dan suatu keinginan untuk mengekspresikan diri. Sementara
keinginan adalah bentuk kebutuhan manusia yang dihasilkan oleh budaya dan
kepribadian individual.Manusia mempunyai keinginan yang nyaris tanpa batas
tetapi sumber dayanya terbatas.12 Jadi mereka akan memilih produk yang
memberi nilai dan kepuasan paling tinggi untuk uang yang dimilikinya.
Dengan keinginan dan sumber daya yang dimiliki manusia akan menciptakan
permintaan akan produk dengan manfaat yang paling memuaskan.


11
     Ibid, hlm 118
12
     M.M. Metwally, Teori dan Model Ekonomi Islam. Jakarta: Bangkit Daya Insana, 1995, hlm 29


      12
Permintaan adalah keinginan manusia yang didukung oleh kemampuan
daya beli seseorang.Keinginan dapat berubah menjadi permintaan bilamana
disertai dengan daya beli.Konsumen memandang produk sebagai kumpulan
manfaat dan memilih produk yang memberikan kumpulan terbaik untuk uang
yang mereka keluarkan.Tidaklah dapat dikatakan sebagai suatu permintaan
apabila keinginan tersebut tidak disertai dengan kemampuan untuk membeli
suatu produk atau jasa tersebut.13
          Berdasarkan pandangan atas kebutuhan dan persyaratan apa yang
dibutuhkan untuk memenuhinya, akan berlanjut kepada kelangkaan relatif atas
pemenuhan kebutuhan dalam rangka pencapaian nilai yang lebih tinggi dan
pencapaian suatu tujuan tertentu. Dalam pandangan ekonomi konvensional
“ilmu ekonomi adalah studi tentang pemanfaatan sumber daya yang langka
atau terbatas (scarcity) untuk memenuhi kebutuhan manusia yang tidak
terbatas (unlimited)”.
          Para ahli ekonomi menamakan seluruh sumber daya ini sebagai faktor-
faktor produksi, sebab mereka ini digunakan untuk memproduksi barang-
barang yang dibutuhkan orang.Barang-barang yang dihasilkan atau diproduksi
dinamakan komoditi.Komoditi dapat dipisahkan menjadi barang dan jasa,
dimana barang selalu berujud sedangkan jasa tidak berwujud.14
          Setiap individu dalam masyarakat mempunyai preferensi yang berbeda
dalam menentukan pilihan tersebut. Keterbatasan dalam melakukan pilihan
tersebut secara tidak langsung menunjukkan akan timbulnya suatu biaya, hal
ini dikenal dengan biaya peluang (opportunity cost). Dimana keputusan untuk
memiliki sesuatu lebih banyak sama dengan keputusan untuk memiliki hal
lainnya lebih sedikit. Setiap kali keterbatasan atau kelangkaan memaksa
seseorang untuk menentukan pilihan, maka dia sedang menghadapi masalah

13
   Sadono Sukirno, Pengantar Teori Mikroekonomi,Cet. 18 (Jakarta: RajaGrafindo Persada,
2002), hlm. 5
14
  Boediono.Ekonomi Mikro Cet. 18 (Yogyakarta: BPFE Yogyakarta, 1996), hlm. 7


     13
biaya peluang.Biaya ini diukur dengan satuan alternatif yang dilepaskan.
Karena ketika seseorang menentukan pilihannya atas sesuatu hal, maka ia
melepaskan kepuasan pilihannya atas suatu hal yang lain.


           Gambar 1.1.


       A



                         B


                                                 C

                                                                 X
Gambar 1.1.pilihan antara barang X dan Y
           Menggambarkan kombinasi yang harus diambil atas dua pilihan barang
X dan barang Y. Hal ini terjadi karena keterbatasan anggaran yang dimiliki
oleh individu.Dalam contoh ini digambarkan biaya peluang (opportunity cost)
adalah konstan, sehingga garis pembatas berbentuk lurus.Namun dalam dunia
riel, biaya peluang bisa saja tidak konstan. Selain itu ada lagi proses pemilihan
yang dilakukan oleh produsen ketika memutuskan akan memutuskan untuk
memproduksi suatu barang. Gambar 1.1. memperlihatkan bahwa apabila
seorang individu memilih titik A, maka individu tersebut telah memilih seluruh
komoditi Y dan melepaskan keinginannya atas komoditi X, begitu pula
sebaliknya apabila memilih titik C. Sementara titik B adalah individu mencoba
mengkombinasikan konsumsinya antara komoditi X dan komoditi Y.15



15
     Adiwarman A. Karim. Ekonomi Mikro Islami. IIT-Indonesia, 2002, hal. 17




      14
Karena sumber daya terbatas, pilihan untuk memproduksi suatu barang
lebih banyak akan menurunkan produksi barang lain. Sehingga proses produksi
yang bisa dicapai adalah kombinasi berdasarkan sumber daya yang tersedia.
Hal ini bisa digambarkan dalam suatu kurva yang dinamakan batas
kemungkinan produksi (production possibility frontier).Kemiringan (slope)
kurva ini turun ke kanan bawah.
            Sehingga dari permasalahan utama mendasar, setiap masyarakat
menghadapi dan harus memecahkan tiga permasalahan pokok ekonomi:

       1. Apa yang harus diproduksi dan dalam jumlah berapa barang tersebut
            diproduksi (WHAT)
       2. Bagaimana sumber-sumber ekonomi (faktor-faktor produksi) yang
            tersedia harus dipergunakan untuk memproduksi barang-barang
            tersebut secara optimal (HOW)
       3. Untuk siapa barang-barang tersebut diproduksikan; atau bagaimana
            barang-barang tersebut dibagikan diantara warga masyarakat (FOR
            WHOM).16
                    Masyarakat memecahkan ketiga permasalahan ekonomi pokok
            tersebut dengan berbagai cara mulai dari kebiasaan, tradisi, insting,
            komando (paksaan) sampai kepada mekanisme harga di pasar. Dalam
            dunia ekonomi modern saat ini untuk memecahkan permasalahan di
            atas adalah dengan menyerahkannya kepada mekanisme harga di pasar.
            Gerak harga (mekanisme harga) dari setiap barang dan faktor produksi
            bisa memecahkan ketiga masalah ekonomi pokok dari masyarakat
            dengan jalan:




16
     Ibid, hlm 19


       15
1. Bila masyarakat menghendaki lebih banyak akan sesuatu barang, maka
     harga barang tersebut akan naik. Sehingga penjual memperoleh
     keuntungan yang lebih besar, selanjutnya produsen akan memperbesar
     kapasitas produksinya atas produk tersebut, akibat peningkatan
     kapasitas produksi maka total barang akan bertambah. Barang akan
     semakin ditingkatkan produksinya sampai dengan batas maksimal yang
     dapat diproduksi, sampai dengan batas maksimal dimana penawaran
     lebih tinggi dari permintaan, maka harga barang tersebut akan menurun
     dan akhirnya produsen akan menurunkan kapasitas produksinya. Proses
     sebaliknya akan terjadi bila harga turun. Jadi gerak harga-harga barang
     menentukan apa dan berapa setiap barang akan tersedia (diproduksikan)
     di dalam masyarakat. (Masalah What)
2. Barang dihasilkan dari proses pengkombinasian faktor-faktor produksi
     oleh produsen, dimana faktor-faktor produksi ini merupakan kombinasi
     paling efisien dan efektif bagi perusahaan dalam proses produksinya.
     Bila harga sesuatu faktor produksi naik, maka produsen akan berusaha
     mengadakan     penghematan      penggunaan     faktor   tersebut   dan
     menggunakan lebih banyak faktor-faktor produksi yang lain untuk
     proses produksinya, dan berusaha mencari barang subtitusi yang paling
     efisien dalam produksinya. Sehingga produsen akan selalu mencari
     kombinasi faktor produksi yang paling efisien dalam proses
     produksinya. Gerak harga faktor produksi menentukan kombinasi
     optimal yang digunakan produsen dalam proses produksinya. (Masalah
     How);
3. Barang-barang hasil produksi dijual baik oleh produsen maupun
     konsumen. Konsumen membayar harga barang-barang hasil produksi
     oleh produsen tersebut dari penghasilan yang diterimanya, dimana
     penghasilan yang didapat oleh konsumen tersebut bersumber dari


16
penjualan jasa-jasa atas faktor produksi yang dimilikinya kepada
          produsen berupa upah dari tenaga yang mereka keluarkan kepada
          produsen. Pola distribusi penghasilan antar warga masyarakat tidak
          hanya ditentukan oleh harga faktor-faktor produksi saja tetapi juga oleh
          pola kepemilikan. Semakin terpusat suatu kepemilikan, maka akan
          semakin terpusat pula distribusi barang-barang di masyarakat. Gerak
          harga barang dan faktor produksi menentukan distribusi barang-barang
          yang dihasilkan di dalam masyarakat antara warga masyarakat.
          (Masalah For Whom).17
                 Ekonomi konvensional mempunyai paradigma yang berbeda
          dengan ekonomi Islam. Karena ekonomi konvensional melihat ilmu
          sebagai sesuatu yang sekuler dan sama sekali tidak memasukkan faktor
          X (yaitu faktor Tuhan) didalamnya. Sehingga ekonomi konvensional
          menjadi suatu bidang ilmu yang bebas nilai (positivistik).Sementara
          ekonomi Islam dibangun di atas prinsip-prinsip syariah. Dalam tataran
          ini, ekonom muslim tidak berbeda pendapat. Namun ketika diminta
          untuk menjelaskan apa dan bagaimana konsep ekonomi Islam itu mulai
          muncullah perbedaan pendapat. Sampai saat ini pemikiran para ekonom
          muslim kontemporer terbagi atas tiga mazhab. Kenapa pemikiran para
          ekonom muslim ini dapat dikatakan sebagai mazhab? Sebab pemikiran-
          pemikiran mereka telah tersusun secara sistematis. Tiga mazhab
          tersebut adalah:
             a. Mazhab Iqtishaduna
             b. Mazhab Mainstream
             c. Mazhab Alternatif-kritis18

17
 Ibid, hlm 20
18
 M. Umer Chapra, Islam dan Pembangunan Ekonomi, terjemahan Ikhwan Abidin, Jakarta:
Gema Insani Press, 2000



     17
1. Mazhab Iqtishaduna
           Mazhab ini dipelopori oleh Baqir as-sadr dengan bukunya
       “Iqtishaduna”.Dimana mazhab ini berpendapat bahwa ilmu ekonomi
       (economics) tidak bisa berjalan seirama dengan Islam.Ilmu ekonomi
       tetaplah ekonomi, dan Islam adalah tetap Islam. Kedua hal ini tidak
       akan bisa disatukan karena berasal dari pengertian dan filosofi yang
       berbeda. Yang satu anti Islam (anti Tuhan) dan yang satu lagi Islam
       (Tuhan). Perbedaan pengertian dan filosofi ini akan berdampak pada
       perbedaan cara pandang yang digunakan dalam melihat suatu
       masalah ekonomi termasuk pula dalam alat analisis yang
       dipergunakan.

     2. Mazhab Mainstream
           Mazhab kedua ini berbeda pendapat dengan mazhab pertama.
       Mazhab kedua atau yang lebih dikenal dengan mazhab mainstream
       ini justru setuju bahwa masalah ekonomi muncul karena sumber
       daya yang terbatas yang dihadapkan pada keinginan manusia yang
       tidak terbatas. Dalil yang dipakai oleh mazhab ini adalah Al Qur’an
       surat Al Baqarah ayat 155
       “Dan sungguh akan kami uji kamu dengan sedikit ketakutan,
       kelaparan,   kekurangan     harta,   jiwa   dan    buah-buahan.Dan
       berikanlah berita gembira bagi orang-orang yang sabar”.
           Sedangkan keinginan manusia yang tidak terbatas dianggap
       sebagai hal yang alamiah dan bersifat sunatullah serta merupakan
       fitrah manusia. Dalilnya adalah surat At Takaatsur ayat 1-5
       “Bermegah-megahan telah melalaikan kamu. Sampai kamu masuk ke
       liang kubur. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat
       perbuatanmu)”.



18
Perbedaan mazhab ini dengan ekonomi konvensional adalah
       dalam penyelesaian masalah ekonomi tersebut.Seperti yang telah
       dijelaskan sebelumnya bahwa masalah kelangkaan ini menyebabkan
       manusia harus melakukan pilihan. Dalam ekonomi konvensional,
       pilihan dan penentuan skala prioritas dilakukan berdasarkan selera
       pribadi masing-masing tidak peduli apakah itu bertentangan dengan
       norma serta nilai agama ataukah tidak. Dengan kata lain pilihan
       dilakukan     berdasarkan    tuntutan    nafsu    semata     (Homo
       economicus).Sedangkan dalam ekonomi Islam penentuan pilihan
       tidak bisa tanpa aturan, sebab semua sendi kehidupan kita telah
       diatur oleh Al Qur’an dan Sunnah.Sehingga kita sebagai manusia
       ekonomi Islam (Homo Islamicus) harus selalu patuh pada aturan-
       aturan syariah yang ada.

     3. Mazhab Alternatif kritis
                     Mazhab ketiga dipelopori oleh Timur Kuran, Jomo,
       Muhammad Arif, dan lain-lain.Mazhab ini mengkritik kedua mazhab
       sebelumnya. Mazhab pertama dikritik sebagai mazhab yang berusaha
       untuk menemukan sesuatu yang baru yang pada hakikat aslinya
       sudah ditemukan oleh orang lain. Mereka menghancurkan teori lama,
       untuk kemudian menggantinya dengan teori baru yang notabenenya
       sebagian telah ditemukan.Sedangkan mazhab kedua dikritik sebagai
       jiplakan dari ekonomi konvensional dengan menghilangkan variabel
       riba dan memasukkan variabel zakat serta niat.Mazhab ketiga ini
       merupakan mazhab yang kritis, mereka berpendapat bahwa analisis
       kritis bukan saja harus dilakukan terhadap ekonomi konvensional
       yang telah ada, tetapi juga terhadap ekonomi Islam itu sendiri.Sebab
       ekonomi Islam muncul sebagai tafsiran manusia atas Al Qur’an dan



19
Sunnah, dimana tafsiran ini bisa saja salah dan setiap orang mungkin
              mempunyai tafsiran berbeda atasnya.Setiap teori yang diajukan oleh
              ekonomi Islam harus selalu diuji kebenarannya agar ekonomi Islam
              dapat muncul sebagai rahmatan lil-alamin di dunia ini.
2.3 Rancangan Bangunan Ekonomi Islam
           Dalam pembahasan tentang apa yang dimaksud dengan ekonomi Islam,
kita harus mengetahui terlebih dahulu mengenai rancang bangun ekonomi
Islam,19 dengan mengetahui rancang bangun ekonomi Islam kita dapat
memperoleh suatu gambaran utuh dan menyeluruh secara singkat tentang
ekonomi Islam. Dimana terdiri atas atap, tiang dan landasan. Diharapkan
nantinya dengan mengetahui rancang bangun ini, dapat memahami lebih lanjut
mengenai apa ekonomi Islam itu sendiri. Landasan terdiri atas aqidah (tauhid),
adil, nubuwwa, khilafah dan ma’ad.
           Aqidah (tauhid) merupakan konsep Ketuhanan umat Islam terhadap
Allah SWT.Dimana dalam pembahasan ekonomi Islam berasal dari ontologi
tauhid, dan hal ini menjadi prinsip utama dalam syariah.Sebab kunci keimanan
seseorang adalah dilihat dari tauhid yang dipegangnya, sehingga rukun Islam
yang pertama adalah syahadat yang memperlihatkan betapa pentingnya tauhid
dalam setiap insan beriman.Oleh karenanya setiap perilaku ekonomi manusia
harus didasari oleh prinsip-prinsip yang sesuai dengan ajaran Islam yang
berasal dari Allah SWT. Karenanya setiap tindakan atau perilaku yang
menyimpang dari syariah akan dilarang, sebab hal tersebut akan dapat
menimbulkan kemudharatan bagi kehidupan umat manusia baik bagi individu
itu sendiri maupun bagi orang lain. Sehingga hal ini akan memunculkan tiga
asas pokok yang dipegang oleh setiap individu muslim:




19
     Ibid, Ekonomi Mikro Islami.hlm 22


      20
1. Dunia dengan segala isinya adalah milik Allah dan berjalan menurut
          kehendak-Nya. Sehingga pemilik mutlak atas harta yang kita miliki
          hanya Allah semata, dan kita hanya sebagai pemegang amanah atas
          harta tersebut yang harus mengelola dengan sebaik-baiknya.
    2. Allah adalah pencipta semua makhluk dan semua makhluk tunduk
          kepada-Nya. Hal ini akan memunculkan sikap rendah hati dari manusia,
          bahwa kita tidak layak sombong atas yang dimiliki sebab manusia
          hanyalah makhluk ciptaan Allah semata.
    3. Iman kepada hari kiamat akan mempengaruhi tingkah laku ekonomi
          manusia menurut horizon waktu. Setiap individu muslim akan selalu
          memiliki dua horizon waktu dalam bertindak, yaitu horizon waktu
          hidup di dunia dan horizon waktu hidup di akhirat.

    Adil disini mengandung makna bahwa dalam setiap aktivitas ekonomi yang
dijalankan agar tidak terjadi suatu tindakan yang dapat mendholimi orang lain.
Konsep adil ini mempunyai dua konteks yaitu konteks individual dan konteks
sosial.     Menurut     konteks    individual,   janganlah     dalam   akitivitas
perekonomiannya ia sampai menyakiti diri sendiri. Sedang dalam konteks
sosial, dituntut jangan sampai merugikan orang lain. Oleh karenanya harus
terjadi keseimbangan antara individu dan sosial.Hal ini menunjukkan dalam
setiap aktivitas ekonomi yang dilakukan oleh insan beriman haruslah adil, agar
tidak ada pihak yang tertindas.Karakter pokok dari nilai keadilan bahwa
masyarakat ekonomi haruslah memiliki sifat makmur dalam keadilan dan adil
dalam kemakmuran menurut syariat Islam. Berkaitan dengan masalah perilaku
ekonomi umat manusia, maka keadilan mengandung maksud:

    1. Keadilan berarti kebebasan yang bersyarat akhlak Islam, keadilan yang
          tidak terbatas hanya akan mengakibatkan ketidakserasian di antara
          pertumbuhan produksi dengan hak-hak istimewa bagi segolongan kecil


   21
untuk   mengumpulkan      kekayaan   melimpah    dan    mempertajam
           pertentangan antara yang kuat dan akhirnya akan menghancurkan
           tatanan sosial kemasyarakatan.
    2. Keadilan harus ditetapkan di semua fase kegiatan ekonomi. Keadilan
           dalam produksi dan konsumsi ialah paduan efisiensi dan memberantas
           pemborosan. Adalah suatu kezaliman dan penindasan apabila seseorang
           dibiarkan berbuat terhadap hartanya sendiri yang melampaui batas yang
           ditetapkan dan bahkan sampai merampas hak orang lain.
    Mungkin beberapa orang menganggap bahwa tuntunan dalam ekonomi
Islam ini hanya bisa dijalankan oleh Nabi. Anggapan ini keliru, sebab ilmu
yang diajarkan oleh Allah SWT melalui perantara Nabi Muhammad saw pasti
benar adanya. Dengan konsep nubuwwa ini, kita dituntut untuk percaya dan
yakin bahwa ilmu Allah itu benar adanya dan akan membawa keselamatan
dunia dan akhirat. Serta dapat dijalankan oleh seluruh umat manusia dan bukan
hanya oleh Nabi saja. Sebab ajaran Nabi Muhammad saw adalah suatu ajaran
yang memiliki nilai-nilai universal di dalamnya. Sehingga prinsip-prinsip yang
terkandung dalam ekonomi Islam merupakan prinsip-prinsip ekonomi universal
yang dapat diterapkan oleh seluruh umat, baik oleh umat Islam maupun umat
selain Islam. Sifat-sifat keteladanan Rasulullah seperti shidiq, amanah, tabligh
dan fathonah mampu dilaksanakan oleh umatnya meskipun tidak akan
sesempurna seperti yang telah ditunjukkan oleh Rasulullah. Namun hal ini
membuktikan bahwa ekonomi Islam pun mampu dilaksanakan oleh setiap
individu.
    Setelah membahas landasannya, sekarang kita membahas mengenai tiang
dari ekonomi Islam, yang terdiri atas multitype ownership (kepemilikan multi
jenis), freedom to act (kebebasan berusaha), dan social justice (kesejahteraan
sosial).




   22
Multitype ownership, Islam mengakui jenis-jenis kepemilikan yang
beragam. Dalam ekonomi kapitalis, kepemilikan yang diakui hanyalah
kepemilikan individu semata yang bebas tanpa batasan. Sedangkan dalam
ekonomi sosialis, hanya diakui kepemilikan bersama atau kepemilikan oleh
negara, dimana kepemilikan individu tidak diakui dan setiap orang
mendapatkan imbal jasa yang sama rata. Dalam Islam kedua-dua kepemilikan
diakui berdasarkan batasan-batasan yang sesuai dengan ajaran Islam.Oleh
karenanya Islam mengakui adanya kepemilikan yang bersifat individu, namun
tetap ada batasan-batasan syariat yang tidak boleh dilanggar seperti akumulasi
modal yang hanya menumpuk di sekelompok golongan semata-. Kepemilikan
individu dalam Islam sangat dijunjung tinggi, akan tetapi tetap ada batasan
yang membatasi agar tidak ada pihak lain yang dirugikan karena kepemilikan
individu tersebut. Pemilikan dalam ekonomi Islam adalah:

   1. Pemilikan terletak pada kemanfaatannya dan bukan menguasai secara
        mutlak terhadap sumber-sumber ekonomi.
   2. Pemilikan terbatas sepanjang usia hidup manusia di dunia, dan bila
        orang tersebut meninggal harus didistribusikan kepada ahli warisnya
        menurut ketentuan Islam
   3. Pemilikan perorangan tidak dibolehkan terhadap sumber-sumber
        ekonomi yang menyangkut kepentingan umum atau menjadi hajat
        hidup orang banyak, sumber-sumber ini menjadi milik umum atau
        negara.
   Economic Freedom, dalam ekonomi Islam setiap manusia bebas melakukan
aktivitas ekonomi apa saja, selama aktivitas ekonomi yang dilakukan bukan
aktivitas ekonomi yang dilarang dalam kerangka yang Islami. Hal ini berbeda
dengan ekonomi kapitalis yang tidak terdapat pembatasan dalam kebebasan
beraktivitas, sehingga terjadi kebebasan yang terlalu berlebihan bahkan



   23
menyebabkan tertindasnya pihak lain, dalam ekonomi kapitalis berlaku hukum
rimba dimana yang terkuatlah yang dapat menguasai semuanya termasuk
sumber daya modal dan alam. Hal ini berakibat teraniayanya hak orang lain
diakibatkan kebebasan tanpa batasan. Dan tidak juga seperti ekonomi sosialis
yang terlalu membatasi kebebasan beraktivitas seseorang, sehingga cenderung
menghilangkan kreativitas dan produktivitas umat.Pembatasan yang terlalu
berlebihan    terhadap   aktivitas    ekonomi    menyebabkan     stagnasi   dalam
produktivitas.
   Social justice (social welfare), dalam Islam konsep ini bukanlah charitable
-bukan karena kebaikan hati kita-. Dalam Islam, walaupun harta yang kita
dapat berasal dari usaha sendiri secara halal, tetap saja terdapat hak orang lain
di dalamnya. Sebab kita tidak mungkin mendapatkan semuanya tanpa bantuan
orang lain baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karenanya Islam
mewajibkan zakat dan voluntary sector (infak, sadaqah, wakaf, dan hibah) agar
terjadi pemerataan dalam distribusi pendapatan. Namun pemerataan disini
bukan berarti sama rata, sama rasa, melainkan yang sesuai dengan bagiannya.
Instrumen zakat adalah salah satu instrumen pemerataan yang pertama
dibandingkan dengan suatu sistem jaminan sosial di Barat.Selain itu kerjasama
(cooperative) merupakan karakter dalam masyarakat ekonomi Islami versus
kompetisi bebas dari masyarakat kapitalis dan kediktatoran ekonomi marxisme.
2.4 Metodologi Ekonomi Islam
        Setiap sistem ekonomi pasti didasarkan atas ideologi yang memberikan
landasan dan tujuannya, di satu pihak, dan aksioma-aksioma serta prinsip-
prinsipnya di lain pihak. Proses yang diikuti dengan seperangkat aksioma dan
prinsip yang dimaksudkan untuk lebih mendekatkan tujuan sistem tersebut
merupakan landasan sistem tersebut yang bisa diuji. Setiap sistem ekonomi
membuat      kerangka    dimana      suatu   komunitas   sosio   ekonomik   dapat
memanfaatkan sumber-sumber alam dan manusiawi untuk kepentingan


   24
produksi dan mendistribusikan hasil-hasil produksi ini untuk kepentingan
konsumsi.Validitas sistem ekonomi dapat diuji dengan konsistensi internalnya,
kesesuainnya dengan berbagai sistem yang mengatur aspek-aspek kehidupan
lainnya, dan kemungkinannya untuk berkembang dan tumbuh.
        Suatu   sistem   untuk    mendukung     ekonomi     Islam   seharusnya
diformulasikan berdasarkan pandangan Islam tentang kehidupan. Berbagai
aksioma dan prinsip dalam sistem seperti itu seharusnya ditentukan secara pasti
dan proses fungsionalisasinya seharusnya dijelaskan agar dapat menunjukkan
kemurnian dan aplikabilitasnya. Namun demikian perbedaan yang nyata
seharusnya ditarik antara sistem ekonomi Islam dan setiap tatanan yang
bersumber padanya.Dalam literatur Islam mengenai ekonomi, sedikit perhatian
sudah diberikan kepada masalah ini, namun pembahasan yang ada tentang
ekonomi Islam masih terbatas pada latar belakang hukumnya saja atau kadang-
kadang disertai dengan beberapa prinsip ekonomi dalam Islam.Kajian
mengenai prinsip-prinsip ekonomi itu hanya sedikit menyinggung mengenai
sistem ekonomi.
        Selain itu, suatu pembedaan harus ditarik antara bagian dari fiqih Islam
yang membahas hukum dagang (fiqh muamalah) dan ekonomi Islam. Bagian
yang disebut pertama menetapkan kerangka di bidang hukum untuk
kepentingan bagian yang disebut belakangan, sedangkan yang disebut
kemudian mengkaji proses dan penanggulangan kegiatan manusia yng
berkaitan dengan produksi, distribusi dan konsumsi dalam masyarakat muslim.
Tidak adanya pembedaan antara fiqh muamalah dan ekonomi Islam merupakan
salah satu kesalahan konsep dalam literatur mengenai ekonomi Islam, sehingga
seringkali suatu teori ekonomi berubah menjadi pernyataan kembali mengenai
hukum Islam. Hal lain yang tidak menguntungkan dalam pembahasan ekonomi
Islam dengan fiqh muamalah adalah menyebabkan terpecah-pecahnya dan
kehilangan keterkaitan menyeluruhnya dengan teori ekonomi.


   25
Kajian tentang sejarah sangat penting bagi ekonomi, karena sejarah
adalah laboratorium umat manusia.Ekonomi, sebagai salah satu ilmu sosial
perlu kembali kepada sejarah agar dapat melaksanakan eksperimen-
eksperimennya dan menurunkan kecenderungan jangka jauh dalam berbagai
ubahan ekonomiknya.Sejarah memberikan dua aspek utama kepada ekonomi,
yaitu sejarah pemikiran ekonomi dan sejarah unit-unit ekonomi seperti
individu-individu, badan-badan usaha dan ilmu ekonomi. Kajian tentang
sejarah pemikiran ekonomi dalam Islam seperti itu akan membantu
menemukan sumber-sumber pemikiran ekonomi Islam kontemporer di satu
pihak dan di pihak lain akan memberi kemungkinan kepada kita untuk
mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai perjalanan pemikiran
ekonomi Islam selama ini. Kedua-duanya akan memperkaya ekonomi Islam
kontemporer dan membuka jangkauan lebih luas bagi konseptualisasi dan
aplikasinya.
        Namun terdapat dua bahaya dalam mengkaji tentang sejarah pemikiran
ekonomi Islam, yaitu pertama, bahaya terlalu kaku dan taqlid antara teori dan
aplikasinya, dimana terlalu kaku menggunakan patokan berdasarkan aplikasi
yang terdapat pada masa terdahulu dan kurang melakukan inovasi dan
pengembangan teori yang didasarkan pada Al-Qur’an dan Sunnah serta kurang
aplikatifnya teori berdasarkan situasi dan kondisi yang berbeda. Kedua,
pembatasan teori dengan sejarahnya.Bahaya kedua ini muncul ketika para ahli
ekonomi Islam menganggap pengalaman historik itu mengikat bagi kurun
waktu sekarang.Hal ini tercermin dalam ketidakmampuan para ekonom Islam
untuk mengancang Al-Qur’an dan Sunnah itu secara langsung, yang pada
gilirannya menimbulkan teori ekonomi Islam yang hanya bersifat historik dan
tidak bersifat ideologik.Literatur Islam yang ada sekarang mengenai ekonomi
mempergunakan dua macam metode, yaitu metode deduksi dan metode
pemikiran retrospektif.Metode pertama dikembangkan oleh para ahli ekonomi


   26
Islam dan fuqaha.Metode pertama diaplikasikan terhadap ekonomi Islam
modern untuk menampilkan prinsip-prinsip sistem Islam dan kerangka
hukumnya dengan berkonsultasi dengan sumber-sumber Islam, yaitu Al-
Qur’an dan Sunnah. Metode kedua dipergunakan oleh banyak penulis muslim
kontemporer yang merasakan tekanan kemiskinan dan keterbelakangan di
dunia Islam dan berusaha mencari berbagai pemecahan terhadap persoalan-
persoalan ekonomi umat muslim dengan kembali kepada Al-Qur’an dan
Sunnah untuk mencari dukungan atas pemecahan-pemecahan tersebut dan
mengujinya dengan memperhatikan petunjuk Tuhan.
2.5Hukum Ekonomi Islam
1.Hakikat Hukum Ekonomi
        Hukum ekonomi adalah pernyataan mengenai kecenderungan suatu
pernyataan hubungan sebab akibat antara dua kelompok fenomena. Semua
hukum ilmiah adalah hukum dalam arti yang sama. Tetapi, hukum-hukum ilmu
ekonomi tidak bisa setepat dan seakurat seperti dalam hukum ilmu-ilmu
pengetahuan alam (eksak). Hal ini disebabkan oleh alasan-alasan berikut:
Pertama, ilmu ekonomi adalah ilmu pengetahuan sosial, dengan demikian
harus mengendalikan banyak orang yang dikendalikan oleh banyak motif.
Kedua, data ekonomi tidak saja banyak jumlahnya, tetapi data itu sendiri bisa
berubah.Ketiga, banyak faktor yang tidak dapat diketahui dalam situasi
tertentu.
        “Hukum-hukum ekonomi”, tulis Seligman dalam karyanya Principles
of Economics, “pada hakikatnya bersifat hipotetik”. Semua hukum ekonomi
memuat isi anak kalimat bersyarat sebagai berikut “hal-hal lain diasumsikan
sama keadaannya (ceteris paribus)”, yakni anggapan bahwa dari seperangkat
fakta-fakta tertentu, akan menyusul kesimpulan-kesimpulan tertentu jika tidak
terjadi perubahan pada faktor-faktor lain pada waktu yang bersamaan. Hal ini
berbeda dengan hukum pada ilmu eksak yang bisa dilakukan eksperimen tanpa


   27
perlu membuat suatu asumsi.Ilmu ekonomi, tidak seperti cabang-cabang ilmu
pengetahuan sosial lainnya, mempunyai pengukur bersama dari motif-motif
manusia dalam bentuk uang.
2. Sumber Hukum Ekonomi Islam
        Ada berbagai metode pengambilan hukum (istinbath) dalam Islam,
yang secara garis besar dibagi atas yang telah disepakati oleh seluruh ulama
dan yang masih menjadi perbedaan pendapat, dimana secara khusus hal ini
dapat dipelajari dalam disiplin ilmu ushl fiqh. Metode pengambilan hukum atas
suatu permasalahan dalam Islam ada bermacam-macam metode, namun dalam
buku ini hanya akan dijelaskan metode pengambilan hukum yang telah
disepakati oleh seluruh ulama, terdiri atas Al-qur’an, hadits & sunnah, ijma,
dan qiyas.
a. Al-Qur’an
        Sumber hukum Islam yang abadi dan asli adalah kitab suci Al- Qur’an.
Al-Qur’an merupakan amanat sesungguhnya yang disampaikan Allah melalui
ucapan Nabi Muhammad saw untuk membimbing umat manusia.
        Allah SWT memerintahkan kepada kita untuk menjadikan Al Qur’an
itu sebagai pedoman hidup kita agar tidak tersesat dari jalan yang
lurus.Pedoman hidup ini bukan saja hanya dalam ibadah ritual semata,
melainkan juga diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan mengamalkan
ilmu Allah itu, Allah akan mencurahkan rahmatnya kepada kaum tersebut. Dan
alangkah beruntungnya umat Islam yang menjalankan syariat Islam dengan
sungguh-sungguh dalam setiap aktivitas perekonomian akan mendapatkan
kebahagiaan dunia dan akhirat.
        Sehingga dalam setiap penarikan dan pembuatan hukum ekonomi
haruslah mencari rujukan terlebih dahulu di dalam Al-Qur’an apakah hal
tersebut dilarang oleh syariah atau tidak. Apabila tidak ditemukan dalam Al-
Qur’an mengenai hukum ekonomi yang ingin kita tarik kesimpulan, maka kita


   28
dapat mencarinya dalam sumber hukum Islam yang lain yaitu dalam Hadits dan
Sunnah. Fungsi dan peranan Al-Qur’an yang merupakan wahyu Allah adalah
sebagai mu’jizat bagi Rasulullah saw; pedoman hidup bagi setiap muslim;
sebagai korektor dan penyempurna terhadap kitab-kitab Allah yang
sebelumnya; dan bernilai abadi serta universal yang dapat diaplikasikan oleh
seluruh umat manusia.
b. Hadits dan Sunnah
        Dalam konteks hukum Islam, sunnah yang secara harfiah berarti “cara,
adat istiadat, kebiasaan hidup” mengacu pada perilaku Nabi Muhammad saw
yang dijadikan teladan. Sunnah sebagian besar didasarkan pada praktek
normatif masyarakat di jamannya. Pengertian sunnah mempunyai arti tradisi
yang hidup pada masing-masing generasi berikutnya. Suatu sunnah harus
dibedakan dari hadits yang biasanya merupakan cerita singkat, pada pokoknya
berisi informasi mengenai apa yang dikatakan, diperbuat, disetujui, dan tidak
disetujui oleh Nabi Muhammad saw, atau informasi mengenai sahabat-
sahabatnya. Hadits adalah sesuatu yang bersifat teoritik, sedangkan sunnah
adalah pemberitaan sesungguhnya.
        Hadits dan sunnah ini hadir sebagai tuntunan pelengkap setelah Al
Qur’an yang menjadi pedoman hidup umat Muslim dalam setiap tingkah
lakunya. Dan menjadi sumber hukum dari setiap pengambilan keputusan dalam
ilmu ekonomi Islam.Hadits dapat menjadi pelengkap serta penjelas mengenai
hukum ekonomi yang masih bersifat umum maupun yang tidak terdapat di Al-
Qur’an. Hubungan sunnah dengan Al-Qur’an yaitu : (1) bayan tafsir, dimana
sunnah menerangkan ayat-ayat yang sangat umum, mujmal dan musytarak; (2)
bayan taqriri, yaitu sunnah berfungsi untuk memperkokoh dan memperkuat
pernyataan dalam ayat-ayat Al-Qur’an; (3) bayan taudih, sunnah menerangkan
maksud dan tujuan sesesuatu ayat dalam Al-Qur’an. Berdasarkan kualitas
sanad maupun matan hadits mempunyai tingkatan dari shahih, hasan dan


   29
dhaif.Dan berdasarkan jumlah perawi hadits mempunyai tingkatan dari
mutawatir dan ahad.
c.        Ijma
           Ijma yang sebagai sumber hukum ketiga merupakan konsensus baik
dari masyarakat maupun dari cendekiawan agama. Perbedaan konseptual antara
sunnah dan ijma terletak pada kenyataan bahwa sunnah pada pokoknya terbatas
pada ajaran-ajaran Nabi dan diperluas pada sahabat karena mereka merupakan
sumber bagi penyampaiannya. Sedangkan ijma adalah suatu prinsip hukum
baru yang timbul sebagai akibat dari penalaran atas setiap perubahan yang
terjadi di masyarakat, termasuk dalam bidang ekonomi.
           Ijma merupakan faktor yang paling ampuh dalam memecahkan
kepercayaan dan praktek rumit kaum Muslimin. Ijma ini memiliki kesahihan
dan daya fungsional yang tinggi setelah Al Qur’an dan Hadits serta sunnah.
Karena merupakan hasil konsensus bersama para ulama yang ahli di
bidangnya, sehingga ijma hanya dapat diakui sebagai suatu hukum apabila
telah disepakati oleh para ulama yang ahli.Akan tetapi ada beberapa pihak yang
seringkali meragukan hasil ijma ulama, dan lebih cenderung mempercayai hasil
pengambilan hukum oleh sendiri meskipun pengambilan hukum tersebut
seringkali salah.Hal inilah yang saat ini banyak terjadi, dimana perkembangan
pemikiran yang timbul banyak yang bertentangan dengan prinsip syariah.
d. Ijtihad dan Qiyas
           Secara teknik, ijtihad berarti meneruskan setiap usaha untuk
menentukan sedikit banyaknya kemungkinan suatu persoalan syariat.Pengaruh
hukumnya ialah bahwa pendapat yang diberikannya mungkin benar, walaupun
mungkin juga keliru. Maka ijtihad mempercayai sebagian pada proses
penafsiran dan penafsiran kembali, dan sebagian pada deduksi analogis dengan
penalaran. Di abad-abad dini Islam, Ra’y (pendapat pribadi) merupakan alat
pokok ijtihad.Tetapi ketika asas-asas hukum telah ditetapkan secara sistematik,


     30
hal itu kemudian digantikan oleh qiyas.Terdapat bukti untuk menyatakan
bahwa kebanyakan para ahli hukum dan ahli teologi menganggap qiyas sah
menurut hukum tidak hanya aspekl intelektual, tetapi juga dalam aspek syariat.
        Peranan qiyas adalah memperluas hukum ayat kepada permasalahan
yang tidak termasuk dalam bidang syarat-syaratnya, dengan alasan sebab
”efektif” yang biasa bagi kedua hal tersebut dan tidak dapat dipahami dari
pernyataan (mengenai hal yang asli). Menurut para ahli hukum, perluasan
undang-undang melalui analogi tidak membentuk ketentuan hukum yang baru,
melainkan hanya membantu untuk menemukan hukum.




   31
BAB III
                                KESIMPULAN
        Ekonomi Islam dapat didefinisikan sebagai suatu prilaku individu
muslim dalam setiap aktivitas ekonomi syariahnya harus sesuai dengan
tuntunan syariat Islam dalam rangka mewujudkan dan menjaga maqashid
syariah (agama, jiwa, akal, nasab, dan harta). Pola berpikir ekonomi
konvensional yang tanpa nilai telah menyebabkan ilmu ekonomi ini menjadi
suatu ilmu yang digunakan untuk memenuhi tuntutan nafsu manusia semata
tanpa ada aturan yang jelas, serta melegalkan terjadinya eksploitasi dalam
kegiatan ekonomi yang terjadi. Kemudian tampillah beberapa mazhab ekonomi
konvensional baru untuk memasukkan aspek-aspek normatif, sosial, dan
institusional prilaku manusia dalam model-model ekonominya.Namun semua
ini mengalami masalah karena mereka sulit untuk menemukan standar nilai
yang dapat disepakati secara luas oleh seluruh kalangan.
        Para ekonom muslim perlu mengembangkan suatu ilmu yang khas yang
berlandaskan atas nilai-nilai iman dan Islam yang sejati. Rancang bangun
ekonomi Islam terdiri atas dasar (yang terdiri atas: tauhid, adil, nubuwwah,
khilafah, dan ma’ad), tiang (terdiri atas multitype ownership, freedom to act,
dan social justice), dan terakhir adalah atapnya yaitu akhlak.




   32
DAFTAR PUSTAKA

M. Nur Rianto Al Arif. Teori Mikro Ekonomi (Suatu Perbandingan Ekonomi
Islam dan Ekonomi Konvensional)
Mohamed Asalan Haneef. Contemporary Islamic Economic Thought : A
Selected Comperative Analysis
Heri Sudarsono, Konsep Ekonomi Islam: Suatu Pengantar
M. Dawam Rahardjo, Islam dan Transformasi Sosial Ekonomi.
Murasa Sarkani Putra, Ruqyah Syar’iyyah: Teori, Model, dan Sistem Ekonomi,
Jakarta: al Ishlah Press & STEI, 2009
M.M. Metwally, Teori dan Model Ekonomi Islam. Jakarta: Bangkit Daya Insana,
1995
Sadono    Sukirno,    Pengantar     Teori   Mikroekonomi,Cet.   18   (Jakarta:
RajaGrafindo Persada, 2002)
Boediono.Ekonomi Mikro Cet. 18 (Yogyakarta: BPFE Yogyakarta, 1996)
Adiwarman A. Karim. Ekonomi Mikro Islami. IIT-Indonesia, 2002
M. Umer Chapra, Islam dan Pembangunan Ekonomi, terjemahan Ikhwan
Abidin, Jakarta: Gema Insani Press, 2000




   33

Contenu connexe

Tendances

Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam
Sejarah Pemikiran Ekonomi IslamSejarah Pemikiran Ekonomi Islam
Sejarah Pemikiran Ekonomi IslamGus Alwy Muhammad
 
Perbandingan sistem ekonomi islam, kapitalis dan sosialis.
Perbandingan sistem ekonomi islam, kapitalis dan sosialis.Perbandingan sistem ekonomi islam, kapitalis dan sosialis.
Perbandingan sistem ekonomi islam, kapitalis dan sosialis.muttaqinamafazah
 
Ruang lingkup ekonomi mikro islam
Ruang lingkup ekonomi mikro islamRuang lingkup ekonomi mikro islam
Ruang lingkup ekonomi mikro islamdwi_rahmamosa
 
Paradigma ekonomi islam
Paradigma ekonomi islamParadigma ekonomi islam
Paradigma ekonomi islamel-hafiy
 
Pandangan islam terhadap resiko
Pandangan islam terhadap resikoPandangan islam terhadap resiko
Pandangan islam terhadap resikoAdam Hastawa
 
Perbedaan ekonomi kapitalisme, sosialisme dan islam
Perbedaan ekonomi kapitalisme, sosialisme dan islamPerbedaan ekonomi kapitalisme, sosialisme dan islam
Perbedaan ekonomi kapitalisme, sosialisme dan islamMiftah Iqtishoduna
 
Daftar Pertanyaan Ushul Fiqh
Daftar Pertanyaan Ushul FiqhDaftar Pertanyaan Ushul Fiqh
Daftar Pertanyaan Ushul FiqhSuya Yahya
 
perkembangan ekonomis islam masa khulafaur rasyidin
perkembangan ekonomis islam masa khulafaur rasyidinperkembangan ekonomis islam masa khulafaur rasyidin
perkembangan ekonomis islam masa khulafaur rasyidinZaky Mubarak Lubis
 
Ekonomi Mikro Islam (Miftah'll Everafter)
Ekonomi Mikro Islam (Miftah'll Everafter)Ekonomi Mikro Islam (Miftah'll Everafter)
Ekonomi Mikro Islam (Miftah'll Everafter)Miftah Iqtishoduna
 
Etika dan-hukum-dalam-bisnis
Etika dan-hukum-dalam-bisnisEtika dan-hukum-dalam-bisnis
Etika dan-hukum-dalam-bisnis085289742051
 
Presentasi kebijakan moneter islami
Presentasi kebijakan moneter islamiPresentasi kebijakan moneter islami
Presentasi kebijakan moneter islamiNoeghraha Prathama
 
Fiqh muamalah kontemporer (pengantar)
Fiqh muamalah kontemporer (pengantar)Fiqh muamalah kontemporer (pengantar)
Fiqh muamalah kontemporer (pengantar)Neyna Fazadiq
 
Tokoh dan pemikiran islam kontemporer
Tokoh dan pemikiran islam kontemporerTokoh dan pemikiran islam kontemporer
Tokoh dan pemikiran islam kontemporerari3s2482
 
Ppt produksi,konsumsi dan distribusi (revisi)
Ppt produksi,konsumsi dan distribusi (revisi)Ppt produksi,konsumsi dan distribusi (revisi)
Ppt produksi,konsumsi dan distribusi (revisi)shofiaputri1
 
Etika bisnis dalam bidang produksi, konsumsi dan distribusi
Etika bisnis dalam bidang produksi, konsumsi dan distribusiEtika bisnis dalam bidang produksi, konsumsi dan distribusi
Etika bisnis dalam bidang produksi, konsumsi dan distribusimas karebet
 

Tendances (20)

Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam
Sejarah Pemikiran Ekonomi IslamSejarah Pemikiran Ekonomi Islam
Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam
 
Perbandingan sistem ekonomi islam, kapitalis dan sosialis.
Perbandingan sistem ekonomi islam, kapitalis dan sosialis.Perbandingan sistem ekonomi islam, kapitalis dan sosialis.
Perbandingan sistem ekonomi islam, kapitalis dan sosialis.
 
Ruang lingkup ekonomi mikro islam
Ruang lingkup ekonomi mikro islamRuang lingkup ekonomi mikro islam
Ruang lingkup ekonomi mikro islam
 
Paradigma ekonomi islam
Paradigma ekonomi islamParadigma ekonomi islam
Paradigma ekonomi islam
 
Pandangan islam terhadap resiko
Pandangan islam terhadap resikoPandangan islam terhadap resiko
Pandangan islam terhadap resiko
 
3.metodologi ekonomi islam
3.metodologi ekonomi islam3.metodologi ekonomi islam
3.metodologi ekonomi islam
 
Perbedaan ekonomi kapitalisme, sosialisme dan islam
Perbedaan ekonomi kapitalisme, sosialisme dan islamPerbedaan ekonomi kapitalisme, sosialisme dan islam
Perbedaan ekonomi kapitalisme, sosialisme dan islam
 
Ppt
PptPpt
Ppt
 
Sistem ekonomi islam
Sistem ekonomi islamSistem ekonomi islam
Sistem ekonomi islam
 
Daftar Pertanyaan Ushul Fiqh
Daftar Pertanyaan Ushul FiqhDaftar Pertanyaan Ushul Fiqh
Daftar Pertanyaan Ushul Fiqh
 
perkembangan ekonomis islam masa khulafaur rasyidin
perkembangan ekonomis islam masa khulafaur rasyidinperkembangan ekonomis islam masa khulafaur rasyidin
perkembangan ekonomis islam masa khulafaur rasyidin
 
Ekonomi Mikro Islam (Miftah'll Everafter)
Ekonomi Mikro Islam (Miftah'll Everafter)Ekonomi Mikro Islam (Miftah'll Everafter)
Ekonomi Mikro Islam (Miftah'll Everafter)
 
Etika dan-hukum-dalam-bisnis
Etika dan-hukum-dalam-bisnisEtika dan-hukum-dalam-bisnis
Etika dan-hukum-dalam-bisnis
 
Presentasi kebijakan moneter islami
Presentasi kebijakan moneter islamiPresentasi kebijakan moneter islami
Presentasi kebijakan moneter islami
 
Fiqh muamalah kontemporer (pengantar)
Fiqh muamalah kontemporer (pengantar)Fiqh muamalah kontemporer (pengantar)
Fiqh muamalah kontemporer (pengantar)
 
Pilantrofi islam
Pilantrofi islamPilantrofi islam
Pilantrofi islam
 
Tokoh dan pemikiran islam kontemporer
Tokoh dan pemikiran islam kontemporerTokoh dan pemikiran islam kontemporer
Tokoh dan pemikiran islam kontemporer
 
Zakat profesi
Zakat profesiZakat profesi
Zakat profesi
 
Ppt produksi,konsumsi dan distribusi (revisi)
Ppt produksi,konsumsi dan distribusi (revisi)Ppt produksi,konsumsi dan distribusi (revisi)
Ppt produksi,konsumsi dan distribusi (revisi)
 
Etika bisnis dalam bidang produksi, konsumsi dan distribusi
Etika bisnis dalam bidang produksi, konsumsi dan distribusiEtika bisnis dalam bidang produksi, konsumsi dan distribusi
Etika bisnis dalam bidang produksi, konsumsi dan distribusi
 

En vedette

ruang lingkup ekonomi mikro islam
ruang lingkup ekonomi mikro islam ruang lingkup ekonomi mikro islam
ruang lingkup ekonomi mikro islam Desi Ariani
 
Presentasi mikro islami
Presentasi mikro islamiPresentasi mikro islami
Presentasi mikro islamiAlmas Syukri
 
Pengantar ekonomi mikro islami
Pengantar ekonomi mikro islamiPengantar ekonomi mikro islami
Pengantar ekonomi mikro islamiRidwan Munir
 
04 ekonomi mikro rancang bangun ekonomi islam
04 ekonomi mikro     rancang bangun ekonomi islam04 ekonomi mikro     rancang bangun ekonomi islam
04 ekonomi mikro rancang bangun ekonomi islamNurdin Al-Azies
 
Moral 1 topik 3 : Kemoralan Sosial
Moral 1 topik 3 : Kemoralan SosialMoral 1 topik 3 : Kemoralan Sosial
Moral 1 topik 3 : Kemoralan SosialArise Ling
 
Ekonomi syariah konsep harta dan kepemilikan dalam islam
Ekonomi syariah konsep harta dan kepemilikan dalam islamEkonomi syariah konsep harta dan kepemilikan dalam islam
Ekonomi syariah konsep harta dan kepemilikan dalam islamWorld Bank
 
Teori biaya
Teori biayaTeori biaya
Teori biayamaribak
 
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 2-3 TAHUN
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 2-3 TAHUNPERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 2-3 TAHUN
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 2-3 TAHUNyesintabella
 
Nilai Dan Etika Penjawat Awam
Nilai Dan Etika Penjawat AwamNilai Dan Etika Penjawat Awam
Nilai Dan Etika Penjawat AwamSyed Faris Shah
 
Cadangan skrip-jawapan-kertas-3-spm-2014-bahagian-b
Cadangan skrip-jawapan-kertas-3-spm-2014-bahagian-bCadangan skrip-jawapan-kertas-3-spm-2014-bahagian-b
Cadangan skrip-jawapan-kertas-3-spm-2014-bahagian-bMohd Muzlimi Junoh
 
Buku Panduan Pendidik PAUD
Buku Panduan Pendidik PAUDBuku Panduan Pendidik PAUD
Buku Panduan Pendidik PAUDMohamad Dimas
 

En vedette (15)

ruang lingkup ekonomi mikro islam
ruang lingkup ekonomi mikro islam ruang lingkup ekonomi mikro islam
ruang lingkup ekonomi mikro islam
 
Presentasi mikro islami
Presentasi mikro islamiPresentasi mikro islami
Presentasi mikro islami
 
Pengantar ekonomi mikro islami
Pengantar ekonomi mikro islamiPengantar ekonomi mikro islami
Pengantar ekonomi mikro islami
 
04 ekonomi mikro rancang bangun ekonomi islam
04 ekonomi mikro     rancang bangun ekonomi islam04 ekonomi mikro     rancang bangun ekonomi islam
04 ekonomi mikro rancang bangun ekonomi islam
 
Moral 1 topik 3 : Kemoralan Sosial
Moral 1 topik 3 : Kemoralan SosialMoral 1 topik 3 : Kemoralan Sosial
Moral 1 topik 3 : Kemoralan Sosial
 
Ekonomi syariah konsep harta dan kepemilikan dalam islam
Ekonomi syariah konsep harta dan kepemilikan dalam islamEkonomi syariah konsep harta dan kepemilikan dalam islam
Ekonomi syariah konsep harta dan kepemilikan dalam islam
 
Teori biaya
Teori biayaTeori biaya
Teori biaya
 
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 2-3 TAHUN
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 2-3 TAHUNPERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 2-3 TAHUN
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 2-3 TAHUN
 
Teori ekonomi mikro
Teori ekonomi mikroTeori ekonomi mikro
Teori ekonomi mikro
 
Nilai Dan Etika Penjawat Awam
Nilai Dan Etika Penjawat AwamNilai Dan Etika Penjawat Awam
Nilai Dan Etika Penjawat Awam
 
Materi pkpr
Materi pkprMateri pkpr
Materi pkpr
 
Cadangan skrip-jawapan-kertas-3-spm-2014-bahagian-b
Cadangan skrip-jawapan-kertas-3-spm-2014-bahagian-bCadangan skrip-jawapan-kertas-3-spm-2014-bahagian-b
Cadangan skrip-jawapan-kertas-3-spm-2014-bahagian-b
 
Sejarah spm kbat
Sejarah spm kbatSejarah spm kbat
Sejarah spm kbat
 
Buku Panduan Pendidik PAUD
Buku Panduan Pendidik PAUDBuku Panduan Pendidik PAUD
Buku Panduan Pendidik PAUD
 
Makalah Ekonomi Mikro II (Resume)
Makalah Ekonomi Mikro II (Resume)Makalah Ekonomi Mikro II (Resume)
Makalah Ekonomi Mikro II (Resume)
 

Similaire à Ekonomi Islam

Sistem ekonomi islam dialetika antara thesis, antitesis dan plagiatis
Sistem ekonomi islam dialetika antara thesis, antitesis dan plagiatisSistem ekonomi islam dialetika antara thesis, antitesis dan plagiatis
Sistem ekonomi islam dialetika antara thesis, antitesis dan plagiatisAn Nisbah
 
Sejarah dan perkembangan_ekonomi_islam_d
Sejarah dan perkembangan_ekonomi_islam_dSejarah dan perkembangan_ekonomi_islam_d
Sejarah dan perkembangan_ekonomi_islam_dAnnur D Chani
 
Sejarh pemikir ekonomi fuqaha
Sejarh pemikir ekonomi fuqahaSejarh pemikir ekonomi fuqaha
Sejarh pemikir ekonomi fuqahahasyim asy'ari
 
Overview ekonomi islam & Hukum islam
Overview ekonomi islam &  Hukum islamOverview ekonomi islam &  Hukum islam
Overview ekonomi islam & Hukum islamHerna Ferari
 
Sejarah pemikiran ekonomi islam
Sejarah pemikiran ekonomi islamSejarah pemikiran ekonomi islam
Sejarah pemikiran ekonomi islamNisa Ell
 
Sejarah ekonomi islam masa kontemporer
Sejarah ekonomi islam masa kontemporerSejarah ekonomi islam masa kontemporer
Sejarah ekonomi islam masa kontemporerAn Nisbah
 
Resume emi robist hidayat epi b(20140730106)
Resume emi robist hidayat epi b(20140730106)Resume emi robist hidayat epi b(20140730106)
Resume emi robist hidayat epi b(20140730106)PT. TERSERAH ANDA
 
Mewujudkan ekonomi islam dengan ruh al 'adl
Mewujudkan ekonomi islam dengan ruh al 'adlMewujudkan ekonomi islam dengan ruh al 'adl
Mewujudkan ekonomi islam dengan ruh al 'adlAn Nisbah
 
Eko Islam-dalam-Lintas-Sejarah.pptx
Eko Islam-dalam-Lintas-Sejarah.pptxEko Islam-dalam-Lintas-Sejarah.pptx
Eko Islam-dalam-Lintas-Sejarah.pptxKhoirunnisaNst
 
Perbankan syariah solusi krisis ekonomi
Perbankan syariah solusi krisis ekonomiPerbankan syariah solusi krisis ekonomi
Perbankan syariah solusi krisis ekonomiParman Bisa
 
Makalah tentang
Makalah tentangMakalah tentang
Makalah tentangCenk Smart
 
Materi 1 Mikro Islam UMB 2022.pptx
Materi 1 Mikro Islam  UMB 2022.pptxMateri 1 Mikro Islam  UMB 2022.pptx
Materi 1 Mikro Islam UMB 2022.pptxOjaanX1
 
195010 id-perbandingan-ekonomi-islam-dan-ekonomi-k
195010 id-perbandingan-ekonomi-islam-dan-ekonomi-k195010 id-perbandingan-ekonomi-islam-dan-ekonomi-k
195010 id-perbandingan-ekonomi-islam-dan-ekonomi-khusna azmi azmi
 
Ekonomi Syariah
Ekonomi SyariahEkonomi Syariah
Ekonomi Syariahibnuarpan
 
Periodisasi ekonomi islam dan ekonomi umum
Periodisasi ekonomi islam dan ekonomi umumPeriodisasi ekonomi islam dan ekonomi umum
Periodisasi ekonomi islam dan ekonomi umumAstria Rahmi
 
Resensi Islamic Economics, Theory and Practice, Prof. Muhammad Abdul Mannan
Resensi Islamic Economics, Theory and Practice, Prof. Muhammad Abdul MannanResensi Islamic Economics, Theory and Practice, Prof. Muhammad Abdul Mannan
Resensi Islamic Economics, Theory and Practice, Prof. Muhammad Abdul MannanEarly Ridho Kismawadi
 
Ekonomi islam edited
Ekonomi islam editedEkonomi islam edited
Ekonomi islam editedardimuluk
 

Similaire à Ekonomi Islam (20)

Sistem ekonomi islam dialetika antara thesis, antitesis dan plagiatis
Sistem ekonomi islam dialetika antara thesis, antitesis dan plagiatisSistem ekonomi islam dialetika antara thesis, antitesis dan plagiatis
Sistem ekonomi islam dialetika antara thesis, antitesis dan plagiatis
 
Sejarah dan perkembangan_ekonomi_islam_d
Sejarah dan perkembangan_ekonomi_islam_dSejarah dan perkembangan_ekonomi_islam_d
Sejarah dan perkembangan_ekonomi_islam_d
 
Sejarh pemikir ekonomi fuqaha
Sejarh pemikir ekonomi fuqahaSejarh pemikir ekonomi fuqaha
Sejarh pemikir ekonomi fuqaha
 
Overview ekonomi islam & Hukum islam
Overview ekonomi islam &  Hukum islamOverview ekonomi islam &  Hukum islam
Overview ekonomi islam & Hukum islam
 
Sejarah pemikiran ekonomi islam
Sejarah pemikiran ekonomi islamSejarah pemikiran ekonomi islam
Sejarah pemikiran ekonomi islam
 
Sejarah ekonomi islam masa kontemporer
Sejarah ekonomi islam masa kontemporerSejarah ekonomi islam masa kontemporer
Sejarah ekonomi islam masa kontemporer
 
Resume emi robist hidayat epi b(20140730106)
Resume emi robist hidayat epi b(20140730106)Resume emi robist hidayat epi b(20140730106)
Resume emi robist hidayat epi b(20140730106)
 
Mewujudkan ekonomi islam dengan ruh al 'adl
Mewujudkan ekonomi islam dengan ruh al 'adlMewujudkan ekonomi islam dengan ruh al 'adl
Mewujudkan ekonomi islam dengan ruh al 'adl
 
Eko Islam-dalam-Lintas-Sejarah.pptx
Eko Islam-dalam-Lintas-Sejarah.pptxEko Islam-dalam-Lintas-Sejarah.pptx
Eko Islam-dalam-Lintas-Sejarah.pptx
 
Perbankan syariah solusi krisis ekonomi
Perbankan syariah solusi krisis ekonomiPerbankan syariah solusi krisis ekonomi
Perbankan syariah solusi krisis ekonomi
 
Makalah tentang
Makalah tentangMakalah tentang
Makalah tentang
 
Materi 1 Mikro Islam UMB 2022.pptx
Materi 1 Mikro Islam  UMB 2022.pptxMateri 1 Mikro Islam  UMB 2022.pptx
Materi 1 Mikro Islam UMB 2022.pptx
 
Sistem ekonomi islam
Sistem ekonomi islamSistem ekonomi islam
Sistem ekonomi islam
 
BAB 1 - Ekonomi Mikro Islam.pptx
BAB 1 - Ekonomi Mikro Islam.pptxBAB 1 - Ekonomi Mikro Islam.pptx
BAB 1 - Ekonomi Mikro Islam.pptx
 
195010 id-perbandingan-ekonomi-islam-dan-ekonomi-k
195010 id-perbandingan-ekonomi-islam-dan-ekonomi-k195010 id-perbandingan-ekonomi-islam-dan-ekonomi-k
195010 id-perbandingan-ekonomi-islam-dan-ekonomi-k
 
Ekonomi Syariah
Ekonomi SyariahEkonomi Syariah
Ekonomi Syariah
 
Tugas ekis
Tugas ekisTugas ekis
Tugas ekis
 
Periodisasi ekonomi islam dan ekonomi umum
Periodisasi ekonomi islam dan ekonomi umumPeriodisasi ekonomi islam dan ekonomi umum
Periodisasi ekonomi islam dan ekonomi umum
 
Resensi Islamic Economics, Theory and Practice, Prof. Muhammad Abdul Mannan
Resensi Islamic Economics, Theory and Practice, Prof. Muhammad Abdul MannanResensi Islamic Economics, Theory and Practice, Prof. Muhammad Abdul Mannan
Resensi Islamic Economics, Theory and Practice, Prof. Muhammad Abdul Mannan
 
Ekonomi islam edited
Ekonomi islam editedEkonomi islam edited
Ekonomi islam edited
 

Plus de IAIN Sunan Ampel Surabaya

Sebuah pengantar membandingkan ekonomi islam vs ekonomi konvensional
Sebuah pengantar  membandingkan ekonomi islam vs ekonomi konvensionalSebuah pengantar  membandingkan ekonomi islam vs ekonomi konvensional
Sebuah pengantar membandingkan ekonomi islam vs ekonomi konvensionalIAIN Sunan Ampel Surabaya
 

Plus de IAIN Sunan Ampel Surabaya (20)

Pengertian Perbankan
Pengertian PerbankanPengertian Perbankan
Pengertian Perbankan
 
Kalkulasi Perhitungan Produk Bank Syariah
Kalkulasi Perhitungan Produk Bank SyariahKalkulasi Perhitungan Produk Bank Syariah
Kalkulasi Perhitungan Produk Bank Syariah
 
menggapai pemulihan ekonomi indonesia
menggapai pemulihan ekonomi indonesiamenggapai pemulihan ekonomi indonesia
menggapai pemulihan ekonomi indonesia
 
Measure of dispersion std deviasi
Measure of dispersion std deviasiMeasure of dispersion std deviasi
Measure of dispersion std deviasi
 
Central tendency mean median modus
Central tendency mean median modusCentral tendency mean median modus
Central tendency mean median modus
 
Central tendency
Central tendencyCentral tendency
Central tendency
 
Makalah Bahasa Indonesia
Makalah Bahasa IndonesiaMakalah Bahasa Indonesia
Makalah Bahasa Indonesia
 
Makalah kardinal
Makalah kardinalMakalah kardinal
Makalah kardinal
 
Sejarah Bayt al mal
Sejarah Bayt al malSejarah Bayt al mal
Sejarah Bayt al mal
 
Sebuah pengantar membandingkan ekonomi islam vs ekonomi konvensional
Sebuah pengantar  membandingkan ekonomi islam vs ekonomi konvensionalSebuah pengantar  membandingkan ekonomi islam vs ekonomi konvensional
Sebuah pengantar membandingkan ekonomi islam vs ekonomi konvensional
 
sejarah pemikiran ekonomi islam
sejarah pemikiran ekonomi islamsejarah pemikiran ekonomi islam
sejarah pemikiran ekonomi islam
 
sistem perekonomian Indonesia
sistem perekonomian Indonesiasistem perekonomian Indonesia
sistem perekonomian Indonesia
 
Studi Islam
Studi IslamStudi Islam
Studi Islam
 
pandangan seni dalam islam
pandangan seni dalam islampandangan seni dalam islam
pandangan seni dalam islam
 
perbedaan islam dan demokrasi
perbedaan islam dan demokrasiperbedaan islam dan demokrasi
perbedaan islam dan demokrasi
 
Teori harga pasar
Teori harga pasarTeori harga pasar
Teori harga pasar
 
pengaruh pajak
pengaruh pajakpengaruh pajak
pengaruh pajak
 
kebijakan harga pemerintah
kebijakan harga pemerintahkebijakan harga pemerintah
kebijakan harga pemerintah
 
elastisitas
elastisitaselastisitas
elastisitas
 
nilaiguna
nilaigunanilaiguna
nilaiguna
 

Dernier

AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...jumadsmanesi
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptMateri power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptAcemediadotkoM1
 
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSKisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSyudi_alfian
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxsyafnasir
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasHardaminOde2
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasAZakariaAmien1
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxRioNahak1
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...Kanaidi ken
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxHeruFebrianto3
 

Dernier (20)

AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptMateri power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
 
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSKisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
 

Ekonomi Islam

  • 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sistem ekonomi dunia yang saat ini bersifat sekuler dimana terjadi dikotomi antara agama dengan kehidupan duniawi termasuk di dalamnya aktivitas ekonomi telah mulai terkikis.Terjadinya dikotomi ini terjadi pada masa kegelapan (dark ages) yang terjadi di Eropa, dimana pada masa tersebut kekuasaan gereja Katolik sangat dominan.Sehingga hal ini menimbulkan pergerakan yang berupaya untuk mengikis kekuasaan gereja yang terlalu besar pada masa itu.Pergerakan inilah yang pada akhirnya memunculkan suatu aliran pemikiran bahwa harus terjadi suatu pembedaan atau pembatasan antara aktivitas agama dengan aktivitas dunia, sebab munculnya pemikiran keilmuan seringkali dianggap bertentangan dengan doktrin gereja pada masa itu. Hal tersebut tidak berlaku dalam Islam, sebab Islam tidak mengenal pembedaan antara ilmu agama dengan ilmu duniawi.Hal ini terbukti bahwa pada masa kegelapan (dark ages) yang terjadi di Eropa, justru terjadi masa keemasan dan kejayaan Islam. Dimana terjadi pembaharuan dan perkembangan pemikiran oleh para ilmuwan muslim, bahkan menjadi dasar landasan pengembangan keilmuan sampai saat ini, seperti ilmu aljabar. Namun hal ini tidak pernah diketahui oleh dunia terutama oleh para generasi muda muslim, sehingga generasi muda muslim saat ini melakukan hal yang sama dengan yang dilakukan oleh Barat pada waktu dark ages yaitu melakukan dikotomi antara aktivitas spiritual dan aktivitas duniawi yang justru membuat Islam semakin redup cahayanya. Karena Negara Barat semakin maju ketika jauh dari ajaran agamanya, sementara umat Islam akan semakin tertinggal ketika meninggalkan agamanya. 1
  • 2. Ilmu ekonomi adalah suatu disiplin ilmu yang menerangkan tentang proses pengambilan keputusan dalam mengalokasikan kelangkaan sumber daya dalam pemenuhan kegiatan produksi dan aktivitas konsumsi dalam rangka menciptakan suatu kesejahteraan dalam kehidupan manusia. Ilmu ekonomi dibagi dalam dua cabang utama, yaitu mikroekonomi dan makroekonomi.Mikroekonomi menangani perilaku satuan-satuan ekonomi individual termasuk di dalamnya dalam pengambilan keputusan dalam rangka untuk mengatasi permasalahan alokasi akibat kelangkaan sumber daya.Satuan-satuan ini mencakup konsumen, pekerja atau buruh, para penanam modal, pemilik tanah, perusahaan bisnis –intinya setiap individu atau entitas memainkan peranan dalam berfungsinya suatu perekonomian. Mikroekonomi menjelaskan cara dan alasan-alasan satuan ini membuat keputusan-keputusan ekonomis. Bidang lain yang penting dari mikroekonomi adalah bagaimana satuan-satuan ekonomi berinteraksi untuk membentuk satuan-satuan yang lebih besar pasar dan industri. Sementara makroekonomi, cabang utama lain dari ekonomi menangani kepada isu-isu yang bersifat makro atau lebih luas lagi, termasuk di dalamnya mengenai jumlah agregat ekonomi, seperti tingkat dan laju pertumbuhan produksi nasional, suku bunga, pengangguran dan inflasi. Tetapi pembatasan antara makroekonomi dan mikroekonomi sudah semakin pudar belakangan ini.Analisis mikroekonomi selalu dimulai dengan pemahaman mengenai kelembagaan dalam ekonomi, termasuk di dalamnya hukum, yang mampu menjelaskan prilaku produsen dalam mengalokasikan sumber dayanya. Para produsen itu pada akhirnya akan mampu mempengaruhi konsumen dalam mengambil keputusan, namun para konsumen tersebut memiliki batasan dalam melakukan pilihannya. Dengan mempelajari mengenai aspek kelembagaan dalam ekonomi, kita akan belajar mengenai keterbatasan yang dihadapi oleh individu dalam 2
  • 3. mengambil keputusan yang akan mampu mempengaruhi mereka dalam mengalokasikan sumber dayanya. Untuk memahami apa pilihan mereka, kita harus mampu mengerti apa yang menjadi motif mereka dalam mengambil keputusan ekonominya. Mikroekonomi selalu mengasumsikan bahwasanya motivasi manusia dalam melakukan aktivitas ekonominya oleh kepentingan pribadi yang bersifat materi yaitu nafsu dalam memiliki suatu produk baik barang maupun jasa, sehingga asumsi awal dalam mikroekonomi konvensional adalah kepentingan pribadi yang bersifat materi inilah yang menjadi motif utama manusia dalam melakukan aktivitas ekonominya.Meskipun ilmu mikroekonomi mamou mengakomodasi kepentingan lainnya termasuk kemungkinan kepedulian kita dengan kesejahteraan sesama. Dalam konteks skenario ekonomi masa kini di satu sisi ditandai oleh adanya kompetisi, efisiensi, pragmatisme dan transparansi, di pihak lain model saling ketergantungan (cooperation) antar manusia atau lembaga semakin kompleks dan bervariasi. Dalam kondisi ini, ada persoalan besar dan sangat mendasar yaitu paradigma ilmu ekonomi yang ada ternyata tidak mampu memecahkan problem ekonomi yang dihadapi manusia.Teori- teori ekonomi yang ada terbukti tidak mampu mewujudkan ekonomi global yang berkeadilan dan berkeadaban.Malah yang terjadi adalah dikotomi antara kepentingan individu, masyarakat, negara serta hubungan antarnegara. Selain itu, teori ekonomi yang ada saat ini tidak mampu menyelesaikan kemiskinan dan ketimpangan pendapatan.Juga tidak mampu menyelaraskan hubungan antar regional di suatu negara, antara negara- negara di dunia terutama antara negara-negara maju dengan negara berkembang dan terbelakang.Lebih parahnya lagi adalah terabaikannya pelestarian sumber daya alam (non renewable resources). Untuk itu, tidak heran jika belakangan banyak muncul kritik dari pakar ekonomi itu sendiri. 3
  • 4. 1.2 Rumusan masalah 1. Bagaimana Filosofi dan Konsep dasar Ekonomi Islam ? 2. Bagaimana Metodologi Ilmu Ekonomi Islam ? 4
  • 5. BAB II PEMBAHASAN 2.1 Definisi Ekonomi Islam Wacana mengenai penerapan ekonomi Islam dalam aktivitas ekonomi sehari-hari telah dimulai di Indonesia pada decade 1970-an, namun tonggak utama perkembangan ekonomi Islam adalah dengan berdirinya salah satu bank syariah pada tahun 1992.Perkembangan ekonomi Islam adalah wujud dari upaya menerjemahkan Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin, dimana Islam memiliki nilai-nilai universal yang mampu masuk ke dalam setiap sendi kehidupan manusia tidak hanya aspek spiritual semata namun turut pula masuk dalam aspek duniawi termasuk di dalamnya dalam aktivitas ekonomi masyarakat.1 Ekonomi Islam yang tengah berkembang saat ini baik tataran teori maupun praktik merupakan wujud nyata dari upaya operasionalisasi Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin, dengan melalui proses panjang dan akan terus berkembang sesuai dengan perkembangan jaman. Perkembangan teori ekonomi Islam telah dimulai pada masa Rasulullah dengan turunnya ayat-ayat Al- Qur’an yang berkenaan dengan ekonomi seperti QS Al-Baqarah ayat 275 dan 279 tentang jual beli dan riba; QS Al-Baqarah ayat 282 tentang pencatatan transaksi muamalah; QS Al-Maidah ayat 1 tentang akad; QS Al-A’raf ayat 31, An-Nisaa’ ayat 5 dan 10 tentang pengaturan pencarian, penitipan dan pembelanjaan harta, serta masih banyak ayat lainnya yang menjelaskan tentang berbagai aktivitas ekonomi masyarakat. Ayat-ayat di atas ini memperlihatkan bahwa Islam pun telah menetapkan pokok aturan mengenai ekonomi meskipun 1 M. Nur Rianto Al Arif. Teori Mikro Ekonomi (Suatu Perbandingan Ekonomi Islam dan Ekonomi Konvensional). Hlm 5 5
  • 6. masih bersifat umum dan praktik implementasi di lapangan akan saling berbeda antar generasi dan jaman. Para pemikir muslim yang mendalami ekonomi Islam juga hingga kini belum ada kesatuan pandangan dalam mengkonstruksi teori ekonomi Islam. Terdapat perbedaan penafsiran, pendekatan, dan metodologi yang dibangun dalam membentuk konsep ekonomi Islam.Hal ini karena adanya perbedaan latar belakang pendidikan, keahlian, dan pengalaman yang dimiliki.2 Merujuk pendapat Aslem Haneef, seorang pemikir ekonomi Islam Malaysia para pemikir muslim di bidang ekonomi dikelompokkan dalam tiga kategori : pertama, pakar bidang fiqih atau hukum Islam sehingga pendekatan yang dilakukan adalah legalistik dan normatif; kedua, kelompok modernis yang lebih berani dalam memberikan interpretasi terhadap ajaran Islam agar dapat menjawab persoalan yang dihadapi masyarakat kini; ketiga para praktisi atau ekonom muslim yang berlatar belakang pendidikan Barat. Mereka mencoba menggabungkan pendekatan fiqih dan ekonomi sehingga ekonomi Islam terkonseptualisasi secara integrated dengan kata lain mereka berusaha mengkonstruksi ekonomi Islam seperti ekonomi konvensional tetapi dengan mereduksi nilai-nilai yang tidak sejalan dengan Islam dan memberikan nilai Islam pada analisis ekonominya.3 Perkembangan pemikiran ekonomi Islam dari sejak masa nabi sampai sekarang dapat dibagi menjadi 6 tahapan.4Tahap pertama (632-656 M), yaitu pada masa Rasulullah SAW.Tahap kedua (656-661 M), yaitu pemikiran ekonomi Islam pada masa pemerintahan Khulafaur Rasyidin.Tahap ketiga (738-1037 M), yaitu para pemikir Islam di periode awal seperti Zayd bin Ali, Abu Hanifa, Abu Yusuf, Abu Ubayd, Al-Kindi, Al-Farabi, Ibnu Sina dan 2 Mohamed Asalan Haneef. Contemporary Islamic Economic Thought : A Selected Comperative Analysis, hlm 11 3 Ibid, Teori Mikro Ekonomi (Suatu Perbandingan Ekonomi Islam dan Ekonomi Konvensional). Hlm 6 4 Heri Sudarsono, Konsep Ekonomi Islam: Suatu Pengantar, hlm 23 6
  • 7. pemikir ekonomi Islam lainnya pada periode awal.Tahap keempat atau periode kedua (1058-1448 M). Pemikir ekonomi Islam periode ini Al-Ghazali, Ibnu Taimiyah, Ibnu Khaldun, Ibnu Mas’ud, Jalaluddin Rumi, Ibnu Rusyd dan pemikir ekonomi Islam lainnya yang hidup pada masa ini. Tahap kelima atau periode ketiga (1446-1931 M), yaitu Shah Waliyullah Al-Delhi, Muhammad bin Abdul Wahab, Jamaluddin Al-Afghani, Mufti Muhammad Abduh, Muhammad Iqbal, Ibnu Nujaym, Ibnu Abidin, Syekh Ahmad Sirhindi. Tahap keenam atau periode lanjut (1931 M – sekarang), yaitu Muhammad Abdul Mannan, M. Nejatullah Siddiqi, Yusuf Qardhawi, Syed Nawab Haider Naqvi, Monzer Khaf, Muhammad Baqir As-Sadq, Umer Chapra dan tokoh ekonomi Islam pada masa sekarang. Dawam Rahardjo,5 memilah istilah ekonomi Islam ke dalam tiga kemungkinan pemaknaan, pertama yang dimaksud ekonomi Islam adalah ilmu ekonomi yang berdasarkan nilai atau ajaran Islam. Kedua, yang dimaksud ekonomi Islam adalah sistem. Sistem menyangkut pengaturan yaitu pengaturan kegiatan ekonomi dalam suatu masyarakat atau negara berdasarkan suatu cara atau metode tertentu. Sedangkan pilihan ketiga adalah ekonomi Islam dalam pengertian perekonomian umat Islam. Ilmu Ekonomi Islam memiliki akar teologi, tetapi ia bukanlah kajian yang mendalam tentang teologi dan memang bukan bagian dari teologi. Ilmu ekonomi Islam memiliki hubungan yang erat dengan fiqh dan perundang- undangan Islam (syari’ah dan tasyri’) terutama subyek yang berkaitan dengan hubungan antara manusia (muamalah). Akan tetapi, ia bukanlah ilmu fiqh. Ilmu ekonomi Islam adalah ilmu ekonomi dan keprihatinan utamanya adalah problema-problema ekonomi dan institusinya.6 Dalam perspektif ini ia 5 M. Dawam Rahardjo, Islam dan Transformasi Sosial Ekonomi. Hlm 3-4 6 Ibid, hlm 5 7
  • 8. seharusnya dipandang sebagai suatu disiplin akademik. Secara umum ekonomi Islam didefinisikan sebagai suatu cabang ilmu pengetahuan yang berupaya memandang, meneliti, dan menyelesaikan permasalahan-permasalahan ekonomi dengan cara-cara Islami berdasarkan al Quran dan Sunnah.Ilmu ekonomi Islam tidak mendikotomikan antara aspek normatif dan positif. Dalam pandangan positivisme ekonomi hanya mempelajari perilaku ekonomi yang terjadi dan memisahkan dari aspek norma dan etika. Memasukan aspek etika dipandang sebagai sesuatu yang normatif. Ekonomi Islam mempelajari apa yang terjadi pada individu dan masyarakat yang perilaku ekonominya diilhami oleh nilai-nilai Islam.Berikut argumentasi yang dikembangkan oleh para pemikir ekonomi Islam terkait hal tersebut: Pertama, ilmu ekonomi Islam syarat dengan nilai-nilai. Ilmu ekonomi Islam jelas akan melakukan fungsi penjelasan (eksplanatori) terhadap suatu fakta secara obyektif. Ia juga melakukan fungsi prediktif seperti yang dilakukan oleh ilmu ekonomi konvensional. Dalam menjalankan kedua fungsi ini, ia menjalankan fungsi utama sains secara positif atau menjelaskan “apa” (what is). Namun kiprahnya tidak hanya terbatas pada aspek positif berupa penjelasan dan prediksi saja. Pada tahapan tertentu ia juga harus melakukan fungsi normatif, menjatuhkan penilaian (value judgement) dan menjelaskan apa yang seharusnya (what should be). Ini berarti bahwa ilmu ekonomi Islam bukanlah value-neutral.Ia memiliki seperangkat nilainya tersendiri, kerangka kerja nilai-nilai dimana dia beroperasi. Karena itulah maka reformasi ekonomi Islam tidak dapat dilakukan secara isolasi atau parsial, ia hanya dapat dilakukan dalam konteks Islamisasi masyarakat secara total.Kedua, dalam kerangka ini, hubungan-hubungan teknis akan dipelajari dan dikembangkan 8
  • 9. dengan tetap mempertimbangkan mashlahat dan tetap dalam konteks suatu kerangka nilai.7 Dengan demikian ilmu ekonomi Islam tidak hanya berbicara tentang bagaimana perilaku manusia ekonomi itu (economic man) dalam lapangan ekonomi, tetapi juga bagaimana suatu disiplin normatif dapat diimplementasikan dan diinjeksikan ke dalam diri manusia sehingga sasaran yang hendak diinginkan Islam dapat diwujudkan. Ketiga, karena citranya yang demikian itulah maka dalam kerangka kerja ini terdapat peran kebijakan dari sektor pemerintah terhadap perilaku manusia agar tetap berada pada arah realisasi dan pemenuhan akan nilai-nilai tersebut. Hal ini menjadikan lingkup kajian ilmu ekonomi Islam lebih luas dan komprehensif. Lebih komprehensif karena ia bukan hanya berbicara tentang motif tetapi juga perilaku, lembaga dan kebijakan. Ia mempelajari perilaku manusia seperti apa adanya, namun ia juga memiliki suatu visi tertentu di masa yang akan datang dimana perilaku manusia harus diarahkan kepadanya. Pendekatan demikian merupakan ciri menonjol dari ilmu ekonomi Islam. Dengan demikian upaya untuk memajukan ekonomi, memproduksi barang dan jasa dalam kegiatan produksi, dan mengkonsumsi hasil-hasil produksi serta mendistribusikannya, seharusnya berpijak kepada ajaran agama.Artinya, apabila kita mengacu pada ajaran Islam, tujuan hidup mardatillah harus mendasari (mengilhami dan mengarahkan) konsistensi antara niat (li Allah ta ala) dan cara-cara untuk memperoleh tujuan berekonomi (kaifiat).8 Dalam pengertian tersebut Ilmu ekonomi Islam adalah juga suatu upaya yang sistematis mempelajari masalah-masalah ekonomi dan perilaku manusia 7 Ibid, Teori Mikro Ekonomi (Suatu Perbandingan Ekonomi Islam dan Ekonomi Konvensional).Hlm 14 8 Murasa Sarkani Putra, Ruqyah Syar’iyyah: Teori, Model, dan Sistem Ekonomi, Jakarta: al Ishlah Press& STEI, 2009, hlm 112-113 9
  • 10. dan interaksi antara keduanya. Upaya ilmiah itu juga mencakup masalah pembangunan suatu kerangka kerja ilmiah untuk membentuk pemahaman teoritis (theoritical understanding), rekayasa institusi yang diperlukan dan kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan proses produksi, distribusi dan konsumsi yang dapat membantu memenuhi kebutuhan manusia secara optimal dan ideal. Batasan ini masih bersifat tentatif namun jelas memberikan gambaran yang tegas bahwa ilmu ekonomi Islam adalah studi tentang problem- problem ekonomi dan institusi yang berkaitan dengannya. Bila dipelajari ajaran-ajaran Islam di bidang ini, dapat disimpulkan beberapa point yang sangat penting sebagai petunjuk untuk membangun disiplin ini.Pertama, Islam memberikan petunjuk tentang adanya seperangkat tujuan dan nilai-nilai dalam kehidupan perekonomian.Kedua, Islam memberikan kepada manusia sikap psikologis dan satu spektrum yang mengandung motif-motif dan insentif.Islam juga memasok prinsip-prinsip hubungan perekonomian.Pokok-pokok petunjuk di atas merupakan hasil inferensi yang dipetik dari ruh ajaran Islam. Tujuan yang ingin dicapai dalam suatu sistem ekonomi Islam berdasarkan konsep dasar dalam Islam yaitu tauhid dan berdasarkan rujukan kepada Al-Qur’an dan Sunnah adalah: 1. Pemenuhan kebutuhan dasar manusia meliputi pangan, sandang, papan, kesehatan, dan pendidikan untuk setiap lapisan masyarakat. 2. Memastikan kesetaraan kesempatan untuk semua orang 3. Mencegah terjadinya pemusatan kekayaan dan meminimalkan ketimpangan dana distribusi pendapatan dan kekayaan di masyarakat. 4. Memastikan kepada setiap orang kebebasan untuk mematuhi nilai-nilai moral 10
  • 11. 5. Memastikan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi9 Kerangka institusional suatu masyarakat Islam yang diajukan oleh M.Nejatullah Siddiqi dalam artikelnya “Teaching Economics in An Islamic Perspective” adalah: 1. Meskipun kepemilikan mutlak adalah milik Allah SWT, namun dalam Islam diperkenankan suatu kepemilikan pribadi, dimana dibatasi oleh kewajiban dengan sesama dan batasan-batasan moral yang diatur oleh syariah. 2. Kebebasan untuk berusaha dan berkreasi sangat dihargai, namun tetap mendapatkan batasan-batasan agar tidak merugikan pihak lain dalam hal ini kompetisi yang berlangsung haruslah persaingan sehat. 3. Usaha gabungan (joint enterprise) haruslah menjadi landasan utama dalam bekerjasama, dimana sistem bagi hasil dan sama-sama menanggung risiko yang mungkin timbul diterapkan. 4. Konsultasi dan musyawarah haruslah menjadi landasan utama dalam pengambilan keputusan publik. 5. Negara bertanggung jawab dan mempunyai kekuasaan untuk mengatur individu dalam setiap keputusan dalam rangka mencapai tujuan Islam.10 Empat nilai utama yang bisa ditarik dari ekonomi Islam adalah 1. Peranan positif dari negara, sebagai regulator yang mampu memastikan kegiatan ekonomi berjalan dengan baik sehingga tidak ada pihak yang merasa dirugikan oleh orang lain. 9 Ibid, hlm 115 10 Ibid, hlm 117 11
  • 12. 2. Batasan moral atas kebebasan yang dimiliki, sehingga setiap individu dalam setiap melakukan aktivitasnya akan mampu pula memikirkan dampaknya bagi orang lain. 3. Kesetaraan kewajiban dan hak, hal ini mampu menyeimbangkan antara hak yang diterima dan kewajiban yang harus dilaksanakan. 4. Usaha untuk selalu bermusyawarah dan bekerja sama, sebab hal ini menjadi salah satu fokus utama dalam ekonomi Islam.11 2.2 Permasalahan Utama Dalam Ekonomi Ekonomi merupakan studi tentang manusia, dimana terjadi pertentangan antara kebutuhan dan keinginan manusia yang sifatnya tidak terbatas berbenturan dengan kapasitas sumber daya yang terbatas.Oleh karenanya ekonomi hadir tentang bagaimana menggunakan atau mengalokasikan sumber-sumber daya ekonomi yang terbatas jumlahnya tersebut untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sebaik-baiknya.Sehingga yang menjadi masalah pokok dalam suatu sistem ekonomi adalah masalah kelangkaan (scarcity). Kebutuhan manusia meliputi kebutuhan fisik dasar akan makanan, pakaian, keamanan, kebutuhan sosial serta kebutuhan individu akan pengetahuan dan suatu keinginan untuk mengekspresikan diri. Sementara keinginan adalah bentuk kebutuhan manusia yang dihasilkan oleh budaya dan kepribadian individual.Manusia mempunyai keinginan yang nyaris tanpa batas tetapi sumber dayanya terbatas.12 Jadi mereka akan memilih produk yang memberi nilai dan kepuasan paling tinggi untuk uang yang dimilikinya. Dengan keinginan dan sumber daya yang dimiliki manusia akan menciptakan permintaan akan produk dengan manfaat yang paling memuaskan. 11 Ibid, hlm 118 12 M.M. Metwally, Teori dan Model Ekonomi Islam. Jakarta: Bangkit Daya Insana, 1995, hlm 29 12
  • 13. Permintaan adalah keinginan manusia yang didukung oleh kemampuan daya beli seseorang.Keinginan dapat berubah menjadi permintaan bilamana disertai dengan daya beli.Konsumen memandang produk sebagai kumpulan manfaat dan memilih produk yang memberikan kumpulan terbaik untuk uang yang mereka keluarkan.Tidaklah dapat dikatakan sebagai suatu permintaan apabila keinginan tersebut tidak disertai dengan kemampuan untuk membeli suatu produk atau jasa tersebut.13 Berdasarkan pandangan atas kebutuhan dan persyaratan apa yang dibutuhkan untuk memenuhinya, akan berlanjut kepada kelangkaan relatif atas pemenuhan kebutuhan dalam rangka pencapaian nilai yang lebih tinggi dan pencapaian suatu tujuan tertentu. Dalam pandangan ekonomi konvensional “ilmu ekonomi adalah studi tentang pemanfaatan sumber daya yang langka atau terbatas (scarcity) untuk memenuhi kebutuhan manusia yang tidak terbatas (unlimited)”. Para ahli ekonomi menamakan seluruh sumber daya ini sebagai faktor- faktor produksi, sebab mereka ini digunakan untuk memproduksi barang- barang yang dibutuhkan orang.Barang-barang yang dihasilkan atau diproduksi dinamakan komoditi.Komoditi dapat dipisahkan menjadi barang dan jasa, dimana barang selalu berujud sedangkan jasa tidak berwujud.14 Setiap individu dalam masyarakat mempunyai preferensi yang berbeda dalam menentukan pilihan tersebut. Keterbatasan dalam melakukan pilihan tersebut secara tidak langsung menunjukkan akan timbulnya suatu biaya, hal ini dikenal dengan biaya peluang (opportunity cost). Dimana keputusan untuk memiliki sesuatu lebih banyak sama dengan keputusan untuk memiliki hal lainnya lebih sedikit. Setiap kali keterbatasan atau kelangkaan memaksa seseorang untuk menentukan pilihan, maka dia sedang menghadapi masalah 13 Sadono Sukirno, Pengantar Teori Mikroekonomi,Cet. 18 (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2002), hlm. 5 14 Boediono.Ekonomi Mikro Cet. 18 (Yogyakarta: BPFE Yogyakarta, 1996), hlm. 7 13
  • 14. biaya peluang.Biaya ini diukur dengan satuan alternatif yang dilepaskan. Karena ketika seseorang menentukan pilihannya atas sesuatu hal, maka ia melepaskan kepuasan pilihannya atas suatu hal yang lain. Gambar 1.1. A B C X Gambar 1.1.pilihan antara barang X dan Y Menggambarkan kombinasi yang harus diambil atas dua pilihan barang X dan barang Y. Hal ini terjadi karena keterbatasan anggaran yang dimiliki oleh individu.Dalam contoh ini digambarkan biaya peluang (opportunity cost) adalah konstan, sehingga garis pembatas berbentuk lurus.Namun dalam dunia riel, biaya peluang bisa saja tidak konstan. Selain itu ada lagi proses pemilihan yang dilakukan oleh produsen ketika memutuskan akan memutuskan untuk memproduksi suatu barang. Gambar 1.1. memperlihatkan bahwa apabila seorang individu memilih titik A, maka individu tersebut telah memilih seluruh komoditi Y dan melepaskan keinginannya atas komoditi X, begitu pula sebaliknya apabila memilih titik C. Sementara titik B adalah individu mencoba mengkombinasikan konsumsinya antara komoditi X dan komoditi Y.15 15 Adiwarman A. Karim. Ekonomi Mikro Islami. IIT-Indonesia, 2002, hal. 17 14
  • 15. Karena sumber daya terbatas, pilihan untuk memproduksi suatu barang lebih banyak akan menurunkan produksi barang lain. Sehingga proses produksi yang bisa dicapai adalah kombinasi berdasarkan sumber daya yang tersedia. Hal ini bisa digambarkan dalam suatu kurva yang dinamakan batas kemungkinan produksi (production possibility frontier).Kemiringan (slope) kurva ini turun ke kanan bawah. Sehingga dari permasalahan utama mendasar, setiap masyarakat menghadapi dan harus memecahkan tiga permasalahan pokok ekonomi: 1. Apa yang harus diproduksi dan dalam jumlah berapa barang tersebut diproduksi (WHAT) 2. Bagaimana sumber-sumber ekonomi (faktor-faktor produksi) yang tersedia harus dipergunakan untuk memproduksi barang-barang tersebut secara optimal (HOW) 3. Untuk siapa barang-barang tersebut diproduksikan; atau bagaimana barang-barang tersebut dibagikan diantara warga masyarakat (FOR WHOM).16 Masyarakat memecahkan ketiga permasalahan ekonomi pokok tersebut dengan berbagai cara mulai dari kebiasaan, tradisi, insting, komando (paksaan) sampai kepada mekanisme harga di pasar. Dalam dunia ekonomi modern saat ini untuk memecahkan permasalahan di atas adalah dengan menyerahkannya kepada mekanisme harga di pasar. Gerak harga (mekanisme harga) dari setiap barang dan faktor produksi bisa memecahkan ketiga masalah ekonomi pokok dari masyarakat dengan jalan: 16 Ibid, hlm 19 15
  • 16. 1. Bila masyarakat menghendaki lebih banyak akan sesuatu barang, maka harga barang tersebut akan naik. Sehingga penjual memperoleh keuntungan yang lebih besar, selanjutnya produsen akan memperbesar kapasitas produksinya atas produk tersebut, akibat peningkatan kapasitas produksi maka total barang akan bertambah. Barang akan semakin ditingkatkan produksinya sampai dengan batas maksimal yang dapat diproduksi, sampai dengan batas maksimal dimana penawaran lebih tinggi dari permintaan, maka harga barang tersebut akan menurun dan akhirnya produsen akan menurunkan kapasitas produksinya. Proses sebaliknya akan terjadi bila harga turun. Jadi gerak harga-harga barang menentukan apa dan berapa setiap barang akan tersedia (diproduksikan) di dalam masyarakat. (Masalah What) 2. Barang dihasilkan dari proses pengkombinasian faktor-faktor produksi oleh produsen, dimana faktor-faktor produksi ini merupakan kombinasi paling efisien dan efektif bagi perusahaan dalam proses produksinya. Bila harga sesuatu faktor produksi naik, maka produsen akan berusaha mengadakan penghematan penggunaan faktor tersebut dan menggunakan lebih banyak faktor-faktor produksi yang lain untuk proses produksinya, dan berusaha mencari barang subtitusi yang paling efisien dalam produksinya. Sehingga produsen akan selalu mencari kombinasi faktor produksi yang paling efisien dalam proses produksinya. Gerak harga faktor produksi menentukan kombinasi optimal yang digunakan produsen dalam proses produksinya. (Masalah How); 3. Barang-barang hasil produksi dijual baik oleh produsen maupun konsumen. Konsumen membayar harga barang-barang hasil produksi oleh produsen tersebut dari penghasilan yang diterimanya, dimana penghasilan yang didapat oleh konsumen tersebut bersumber dari 16
  • 17. penjualan jasa-jasa atas faktor produksi yang dimilikinya kepada produsen berupa upah dari tenaga yang mereka keluarkan kepada produsen. Pola distribusi penghasilan antar warga masyarakat tidak hanya ditentukan oleh harga faktor-faktor produksi saja tetapi juga oleh pola kepemilikan. Semakin terpusat suatu kepemilikan, maka akan semakin terpusat pula distribusi barang-barang di masyarakat. Gerak harga barang dan faktor produksi menentukan distribusi barang-barang yang dihasilkan di dalam masyarakat antara warga masyarakat. (Masalah For Whom).17 Ekonomi konvensional mempunyai paradigma yang berbeda dengan ekonomi Islam. Karena ekonomi konvensional melihat ilmu sebagai sesuatu yang sekuler dan sama sekali tidak memasukkan faktor X (yaitu faktor Tuhan) didalamnya. Sehingga ekonomi konvensional menjadi suatu bidang ilmu yang bebas nilai (positivistik).Sementara ekonomi Islam dibangun di atas prinsip-prinsip syariah. Dalam tataran ini, ekonom muslim tidak berbeda pendapat. Namun ketika diminta untuk menjelaskan apa dan bagaimana konsep ekonomi Islam itu mulai muncullah perbedaan pendapat. Sampai saat ini pemikiran para ekonom muslim kontemporer terbagi atas tiga mazhab. Kenapa pemikiran para ekonom muslim ini dapat dikatakan sebagai mazhab? Sebab pemikiran- pemikiran mereka telah tersusun secara sistematis. Tiga mazhab tersebut adalah: a. Mazhab Iqtishaduna b. Mazhab Mainstream c. Mazhab Alternatif-kritis18 17 Ibid, hlm 20 18 M. Umer Chapra, Islam dan Pembangunan Ekonomi, terjemahan Ikhwan Abidin, Jakarta: Gema Insani Press, 2000 17
  • 18. 1. Mazhab Iqtishaduna Mazhab ini dipelopori oleh Baqir as-sadr dengan bukunya “Iqtishaduna”.Dimana mazhab ini berpendapat bahwa ilmu ekonomi (economics) tidak bisa berjalan seirama dengan Islam.Ilmu ekonomi tetaplah ekonomi, dan Islam adalah tetap Islam. Kedua hal ini tidak akan bisa disatukan karena berasal dari pengertian dan filosofi yang berbeda. Yang satu anti Islam (anti Tuhan) dan yang satu lagi Islam (Tuhan). Perbedaan pengertian dan filosofi ini akan berdampak pada perbedaan cara pandang yang digunakan dalam melihat suatu masalah ekonomi termasuk pula dalam alat analisis yang dipergunakan. 2. Mazhab Mainstream Mazhab kedua ini berbeda pendapat dengan mazhab pertama. Mazhab kedua atau yang lebih dikenal dengan mazhab mainstream ini justru setuju bahwa masalah ekonomi muncul karena sumber daya yang terbatas yang dihadapkan pada keinginan manusia yang tidak terbatas. Dalil yang dipakai oleh mazhab ini adalah Al Qur’an surat Al Baqarah ayat 155 “Dan sungguh akan kami uji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan.Dan berikanlah berita gembira bagi orang-orang yang sabar”. Sedangkan keinginan manusia yang tidak terbatas dianggap sebagai hal yang alamiah dan bersifat sunatullah serta merupakan fitrah manusia. Dalilnya adalah surat At Takaatsur ayat 1-5 “Bermegah-megahan telah melalaikan kamu. Sampai kamu masuk ke liang kubur. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu)”. 18
  • 19. Perbedaan mazhab ini dengan ekonomi konvensional adalah dalam penyelesaian masalah ekonomi tersebut.Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa masalah kelangkaan ini menyebabkan manusia harus melakukan pilihan. Dalam ekonomi konvensional, pilihan dan penentuan skala prioritas dilakukan berdasarkan selera pribadi masing-masing tidak peduli apakah itu bertentangan dengan norma serta nilai agama ataukah tidak. Dengan kata lain pilihan dilakukan berdasarkan tuntutan nafsu semata (Homo economicus).Sedangkan dalam ekonomi Islam penentuan pilihan tidak bisa tanpa aturan, sebab semua sendi kehidupan kita telah diatur oleh Al Qur’an dan Sunnah.Sehingga kita sebagai manusia ekonomi Islam (Homo Islamicus) harus selalu patuh pada aturan- aturan syariah yang ada. 3. Mazhab Alternatif kritis Mazhab ketiga dipelopori oleh Timur Kuran, Jomo, Muhammad Arif, dan lain-lain.Mazhab ini mengkritik kedua mazhab sebelumnya. Mazhab pertama dikritik sebagai mazhab yang berusaha untuk menemukan sesuatu yang baru yang pada hakikat aslinya sudah ditemukan oleh orang lain. Mereka menghancurkan teori lama, untuk kemudian menggantinya dengan teori baru yang notabenenya sebagian telah ditemukan.Sedangkan mazhab kedua dikritik sebagai jiplakan dari ekonomi konvensional dengan menghilangkan variabel riba dan memasukkan variabel zakat serta niat.Mazhab ketiga ini merupakan mazhab yang kritis, mereka berpendapat bahwa analisis kritis bukan saja harus dilakukan terhadap ekonomi konvensional yang telah ada, tetapi juga terhadap ekonomi Islam itu sendiri.Sebab ekonomi Islam muncul sebagai tafsiran manusia atas Al Qur’an dan 19
  • 20. Sunnah, dimana tafsiran ini bisa saja salah dan setiap orang mungkin mempunyai tafsiran berbeda atasnya.Setiap teori yang diajukan oleh ekonomi Islam harus selalu diuji kebenarannya agar ekonomi Islam dapat muncul sebagai rahmatan lil-alamin di dunia ini. 2.3 Rancangan Bangunan Ekonomi Islam Dalam pembahasan tentang apa yang dimaksud dengan ekonomi Islam, kita harus mengetahui terlebih dahulu mengenai rancang bangun ekonomi Islam,19 dengan mengetahui rancang bangun ekonomi Islam kita dapat memperoleh suatu gambaran utuh dan menyeluruh secara singkat tentang ekonomi Islam. Dimana terdiri atas atap, tiang dan landasan. Diharapkan nantinya dengan mengetahui rancang bangun ini, dapat memahami lebih lanjut mengenai apa ekonomi Islam itu sendiri. Landasan terdiri atas aqidah (tauhid), adil, nubuwwa, khilafah dan ma’ad. Aqidah (tauhid) merupakan konsep Ketuhanan umat Islam terhadap Allah SWT.Dimana dalam pembahasan ekonomi Islam berasal dari ontologi tauhid, dan hal ini menjadi prinsip utama dalam syariah.Sebab kunci keimanan seseorang adalah dilihat dari tauhid yang dipegangnya, sehingga rukun Islam yang pertama adalah syahadat yang memperlihatkan betapa pentingnya tauhid dalam setiap insan beriman.Oleh karenanya setiap perilaku ekonomi manusia harus didasari oleh prinsip-prinsip yang sesuai dengan ajaran Islam yang berasal dari Allah SWT. Karenanya setiap tindakan atau perilaku yang menyimpang dari syariah akan dilarang, sebab hal tersebut akan dapat menimbulkan kemudharatan bagi kehidupan umat manusia baik bagi individu itu sendiri maupun bagi orang lain. Sehingga hal ini akan memunculkan tiga asas pokok yang dipegang oleh setiap individu muslim: 19 Ibid, Ekonomi Mikro Islami.hlm 22 20
  • 21. 1. Dunia dengan segala isinya adalah milik Allah dan berjalan menurut kehendak-Nya. Sehingga pemilik mutlak atas harta yang kita miliki hanya Allah semata, dan kita hanya sebagai pemegang amanah atas harta tersebut yang harus mengelola dengan sebaik-baiknya. 2. Allah adalah pencipta semua makhluk dan semua makhluk tunduk kepada-Nya. Hal ini akan memunculkan sikap rendah hati dari manusia, bahwa kita tidak layak sombong atas yang dimiliki sebab manusia hanyalah makhluk ciptaan Allah semata. 3. Iman kepada hari kiamat akan mempengaruhi tingkah laku ekonomi manusia menurut horizon waktu. Setiap individu muslim akan selalu memiliki dua horizon waktu dalam bertindak, yaitu horizon waktu hidup di dunia dan horizon waktu hidup di akhirat. Adil disini mengandung makna bahwa dalam setiap aktivitas ekonomi yang dijalankan agar tidak terjadi suatu tindakan yang dapat mendholimi orang lain. Konsep adil ini mempunyai dua konteks yaitu konteks individual dan konteks sosial. Menurut konteks individual, janganlah dalam akitivitas perekonomiannya ia sampai menyakiti diri sendiri. Sedang dalam konteks sosial, dituntut jangan sampai merugikan orang lain. Oleh karenanya harus terjadi keseimbangan antara individu dan sosial.Hal ini menunjukkan dalam setiap aktivitas ekonomi yang dilakukan oleh insan beriman haruslah adil, agar tidak ada pihak yang tertindas.Karakter pokok dari nilai keadilan bahwa masyarakat ekonomi haruslah memiliki sifat makmur dalam keadilan dan adil dalam kemakmuran menurut syariat Islam. Berkaitan dengan masalah perilaku ekonomi umat manusia, maka keadilan mengandung maksud: 1. Keadilan berarti kebebasan yang bersyarat akhlak Islam, keadilan yang tidak terbatas hanya akan mengakibatkan ketidakserasian di antara pertumbuhan produksi dengan hak-hak istimewa bagi segolongan kecil 21
  • 22. untuk mengumpulkan kekayaan melimpah dan mempertajam pertentangan antara yang kuat dan akhirnya akan menghancurkan tatanan sosial kemasyarakatan. 2. Keadilan harus ditetapkan di semua fase kegiatan ekonomi. Keadilan dalam produksi dan konsumsi ialah paduan efisiensi dan memberantas pemborosan. Adalah suatu kezaliman dan penindasan apabila seseorang dibiarkan berbuat terhadap hartanya sendiri yang melampaui batas yang ditetapkan dan bahkan sampai merampas hak orang lain. Mungkin beberapa orang menganggap bahwa tuntunan dalam ekonomi Islam ini hanya bisa dijalankan oleh Nabi. Anggapan ini keliru, sebab ilmu yang diajarkan oleh Allah SWT melalui perantara Nabi Muhammad saw pasti benar adanya. Dengan konsep nubuwwa ini, kita dituntut untuk percaya dan yakin bahwa ilmu Allah itu benar adanya dan akan membawa keselamatan dunia dan akhirat. Serta dapat dijalankan oleh seluruh umat manusia dan bukan hanya oleh Nabi saja. Sebab ajaran Nabi Muhammad saw adalah suatu ajaran yang memiliki nilai-nilai universal di dalamnya. Sehingga prinsip-prinsip yang terkandung dalam ekonomi Islam merupakan prinsip-prinsip ekonomi universal yang dapat diterapkan oleh seluruh umat, baik oleh umat Islam maupun umat selain Islam. Sifat-sifat keteladanan Rasulullah seperti shidiq, amanah, tabligh dan fathonah mampu dilaksanakan oleh umatnya meskipun tidak akan sesempurna seperti yang telah ditunjukkan oleh Rasulullah. Namun hal ini membuktikan bahwa ekonomi Islam pun mampu dilaksanakan oleh setiap individu. Setelah membahas landasannya, sekarang kita membahas mengenai tiang dari ekonomi Islam, yang terdiri atas multitype ownership (kepemilikan multi jenis), freedom to act (kebebasan berusaha), dan social justice (kesejahteraan sosial). 22
  • 23. Multitype ownership, Islam mengakui jenis-jenis kepemilikan yang beragam. Dalam ekonomi kapitalis, kepemilikan yang diakui hanyalah kepemilikan individu semata yang bebas tanpa batasan. Sedangkan dalam ekonomi sosialis, hanya diakui kepemilikan bersama atau kepemilikan oleh negara, dimana kepemilikan individu tidak diakui dan setiap orang mendapatkan imbal jasa yang sama rata. Dalam Islam kedua-dua kepemilikan diakui berdasarkan batasan-batasan yang sesuai dengan ajaran Islam.Oleh karenanya Islam mengakui adanya kepemilikan yang bersifat individu, namun tetap ada batasan-batasan syariat yang tidak boleh dilanggar seperti akumulasi modal yang hanya menumpuk di sekelompok golongan semata-. Kepemilikan individu dalam Islam sangat dijunjung tinggi, akan tetapi tetap ada batasan yang membatasi agar tidak ada pihak lain yang dirugikan karena kepemilikan individu tersebut. Pemilikan dalam ekonomi Islam adalah: 1. Pemilikan terletak pada kemanfaatannya dan bukan menguasai secara mutlak terhadap sumber-sumber ekonomi. 2. Pemilikan terbatas sepanjang usia hidup manusia di dunia, dan bila orang tersebut meninggal harus didistribusikan kepada ahli warisnya menurut ketentuan Islam 3. Pemilikan perorangan tidak dibolehkan terhadap sumber-sumber ekonomi yang menyangkut kepentingan umum atau menjadi hajat hidup orang banyak, sumber-sumber ini menjadi milik umum atau negara. Economic Freedom, dalam ekonomi Islam setiap manusia bebas melakukan aktivitas ekonomi apa saja, selama aktivitas ekonomi yang dilakukan bukan aktivitas ekonomi yang dilarang dalam kerangka yang Islami. Hal ini berbeda dengan ekonomi kapitalis yang tidak terdapat pembatasan dalam kebebasan beraktivitas, sehingga terjadi kebebasan yang terlalu berlebihan bahkan 23
  • 24. menyebabkan tertindasnya pihak lain, dalam ekonomi kapitalis berlaku hukum rimba dimana yang terkuatlah yang dapat menguasai semuanya termasuk sumber daya modal dan alam. Hal ini berakibat teraniayanya hak orang lain diakibatkan kebebasan tanpa batasan. Dan tidak juga seperti ekonomi sosialis yang terlalu membatasi kebebasan beraktivitas seseorang, sehingga cenderung menghilangkan kreativitas dan produktivitas umat.Pembatasan yang terlalu berlebihan terhadap aktivitas ekonomi menyebabkan stagnasi dalam produktivitas. Social justice (social welfare), dalam Islam konsep ini bukanlah charitable -bukan karena kebaikan hati kita-. Dalam Islam, walaupun harta yang kita dapat berasal dari usaha sendiri secara halal, tetap saja terdapat hak orang lain di dalamnya. Sebab kita tidak mungkin mendapatkan semuanya tanpa bantuan orang lain baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karenanya Islam mewajibkan zakat dan voluntary sector (infak, sadaqah, wakaf, dan hibah) agar terjadi pemerataan dalam distribusi pendapatan. Namun pemerataan disini bukan berarti sama rata, sama rasa, melainkan yang sesuai dengan bagiannya. Instrumen zakat adalah salah satu instrumen pemerataan yang pertama dibandingkan dengan suatu sistem jaminan sosial di Barat.Selain itu kerjasama (cooperative) merupakan karakter dalam masyarakat ekonomi Islami versus kompetisi bebas dari masyarakat kapitalis dan kediktatoran ekonomi marxisme. 2.4 Metodologi Ekonomi Islam Setiap sistem ekonomi pasti didasarkan atas ideologi yang memberikan landasan dan tujuannya, di satu pihak, dan aksioma-aksioma serta prinsip- prinsipnya di lain pihak. Proses yang diikuti dengan seperangkat aksioma dan prinsip yang dimaksudkan untuk lebih mendekatkan tujuan sistem tersebut merupakan landasan sistem tersebut yang bisa diuji. Setiap sistem ekonomi membuat kerangka dimana suatu komunitas sosio ekonomik dapat memanfaatkan sumber-sumber alam dan manusiawi untuk kepentingan 24
  • 25. produksi dan mendistribusikan hasil-hasil produksi ini untuk kepentingan konsumsi.Validitas sistem ekonomi dapat diuji dengan konsistensi internalnya, kesesuainnya dengan berbagai sistem yang mengatur aspek-aspek kehidupan lainnya, dan kemungkinannya untuk berkembang dan tumbuh. Suatu sistem untuk mendukung ekonomi Islam seharusnya diformulasikan berdasarkan pandangan Islam tentang kehidupan. Berbagai aksioma dan prinsip dalam sistem seperti itu seharusnya ditentukan secara pasti dan proses fungsionalisasinya seharusnya dijelaskan agar dapat menunjukkan kemurnian dan aplikabilitasnya. Namun demikian perbedaan yang nyata seharusnya ditarik antara sistem ekonomi Islam dan setiap tatanan yang bersumber padanya.Dalam literatur Islam mengenai ekonomi, sedikit perhatian sudah diberikan kepada masalah ini, namun pembahasan yang ada tentang ekonomi Islam masih terbatas pada latar belakang hukumnya saja atau kadang- kadang disertai dengan beberapa prinsip ekonomi dalam Islam.Kajian mengenai prinsip-prinsip ekonomi itu hanya sedikit menyinggung mengenai sistem ekonomi. Selain itu, suatu pembedaan harus ditarik antara bagian dari fiqih Islam yang membahas hukum dagang (fiqh muamalah) dan ekonomi Islam. Bagian yang disebut pertama menetapkan kerangka di bidang hukum untuk kepentingan bagian yang disebut belakangan, sedangkan yang disebut kemudian mengkaji proses dan penanggulangan kegiatan manusia yng berkaitan dengan produksi, distribusi dan konsumsi dalam masyarakat muslim. Tidak adanya pembedaan antara fiqh muamalah dan ekonomi Islam merupakan salah satu kesalahan konsep dalam literatur mengenai ekonomi Islam, sehingga seringkali suatu teori ekonomi berubah menjadi pernyataan kembali mengenai hukum Islam. Hal lain yang tidak menguntungkan dalam pembahasan ekonomi Islam dengan fiqh muamalah adalah menyebabkan terpecah-pecahnya dan kehilangan keterkaitan menyeluruhnya dengan teori ekonomi. 25
  • 26. Kajian tentang sejarah sangat penting bagi ekonomi, karena sejarah adalah laboratorium umat manusia.Ekonomi, sebagai salah satu ilmu sosial perlu kembali kepada sejarah agar dapat melaksanakan eksperimen- eksperimennya dan menurunkan kecenderungan jangka jauh dalam berbagai ubahan ekonomiknya.Sejarah memberikan dua aspek utama kepada ekonomi, yaitu sejarah pemikiran ekonomi dan sejarah unit-unit ekonomi seperti individu-individu, badan-badan usaha dan ilmu ekonomi. Kajian tentang sejarah pemikiran ekonomi dalam Islam seperti itu akan membantu menemukan sumber-sumber pemikiran ekonomi Islam kontemporer di satu pihak dan di pihak lain akan memberi kemungkinan kepada kita untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai perjalanan pemikiran ekonomi Islam selama ini. Kedua-duanya akan memperkaya ekonomi Islam kontemporer dan membuka jangkauan lebih luas bagi konseptualisasi dan aplikasinya. Namun terdapat dua bahaya dalam mengkaji tentang sejarah pemikiran ekonomi Islam, yaitu pertama, bahaya terlalu kaku dan taqlid antara teori dan aplikasinya, dimana terlalu kaku menggunakan patokan berdasarkan aplikasi yang terdapat pada masa terdahulu dan kurang melakukan inovasi dan pengembangan teori yang didasarkan pada Al-Qur’an dan Sunnah serta kurang aplikatifnya teori berdasarkan situasi dan kondisi yang berbeda. Kedua, pembatasan teori dengan sejarahnya.Bahaya kedua ini muncul ketika para ahli ekonomi Islam menganggap pengalaman historik itu mengikat bagi kurun waktu sekarang.Hal ini tercermin dalam ketidakmampuan para ekonom Islam untuk mengancang Al-Qur’an dan Sunnah itu secara langsung, yang pada gilirannya menimbulkan teori ekonomi Islam yang hanya bersifat historik dan tidak bersifat ideologik.Literatur Islam yang ada sekarang mengenai ekonomi mempergunakan dua macam metode, yaitu metode deduksi dan metode pemikiran retrospektif.Metode pertama dikembangkan oleh para ahli ekonomi 26
  • 27. Islam dan fuqaha.Metode pertama diaplikasikan terhadap ekonomi Islam modern untuk menampilkan prinsip-prinsip sistem Islam dan kerangka hukumnya dengan berkonsultasi dengan sumber-sumber Islam, yaitu Al- Qur’an dan Sunnah. Metode kedua dipergunakan oleh banyak penulis muslim kontemporer yang merasakan tekanan kemiskinan dan keterbelakangan di dunia Islam dan berusaha mencari berbagai pemecahan terhadap persoalan- persoalan ekonomi umat muslim dengan kembali kepada Al-Qur’an dan Sunnah untuk mencari dukungan atas pemecahan-pemecahan tersebut dan mengujinya dengan memperhatikan petunjuk Tuhan. 2.5Hukum Ekonomi Islam 1.Hakikat Hukum Ekonomi Hukum ekonomi adalah pernyataan mengenai kecenderungan suatu pernyataan hubungan sebab akibat antara dua kelompok fenomena. Semua hukum ilmiah adalah hukum dalam arti yang sama. Tetapi, hukum-hukum ilmu ekonomi tidak bisa setepat dan seakurat seperti dalam hukum ilmu-ilmu pengetahuan alam (eksak). Hal ini disebabkan oleh alasan-alasan berikut: Pertama, ilmu ekonomi adalah ilmu pengetahuan sosial, dengan demikian harus mengendalikan banyak orang yang dikendalikan oleh banyak motif. Kedua, data ekonomi tidak saja banyak jumlahnya, tetapi data itu sendiri bisa berubah.Ketiga, banyak faktor yang tidak dapat diketahui dalam situasi tertentu. “Hukum-hukum ekonomi”, tulis Seligman dalam karyanya Principles of Economics, “pada hakikatnya bersifat hipotetik”. Semua hukum ekonomi memuat isi anak kalimat bersyarat sebagai berikut “hal-hal lain diasumsikan sama keadaannya (ceteris paribus)”, yakni anggapan bahwa dari seperangkat fakta-fakta tertentu, akan menyusul kesimpulan-kesimpulan tertentu jika tidak terjadi perubahan pada faktor-faktor lain pada waktu yang bersamaan. Hal ini berbeda dengan hukum pada ilmu eksak yang bisa dilakukan eksperimen tanpa 27
  • 28. perlu membuat suatu asumsi.Ilmu ekonomi, tidak seperti cabang-cabang ilmu pengetahuan sosial lainnya, mempunyai pengukur bersama dari motif-motif manusia dalam bentuk uang. 2. Sumber Hukum Ekonomi Islam Ada berbagai metode pengambilan hukum (istinbath) dalam Islam, yang secara garis besar dibagi atas yang telah disepakati oleh seluruh ulama dan yang masih menjadi perbedaan pendapat, dimana secara khusus hal ini dapat dipelajari dalam disiplin ilmu ushl fiqh. Metode pengambilan hukum atas suatu permasalahan dalam Islam ada bermacam-macam metode, namun dalam buku ini hanya akan dijelaskan metode pengambilan hukum yang telah disepakati oleh seluruh ulama, terdiri atas Al-qur’an, hadits & sunnah, ijma, dan qiyas. a. Al-Qur’an Sumber hukum Islam yang abadi dan asli adalah kitab suci Al- Qur’an. Al-Qur’an merupakan amanat sesungguhnya yang disampaikan Allah melalui ucapan Nabi Muhammad saw untuk membimbing umat manusia. Allah SWT memerintahkan kepada kita untuk menjadikan Al Qur’an itu sebagai pedoman hidup kita agar tidak tersesat dari jalan yang lurus.Pedoman hidup ini bukan saja hanya dalam ibadah ritual semata, melainkan juga diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan mengamalkan ilmu Allah itu, Allah akan mencurahkan rahmatnya kepada kaum tersebut. Dan alangkah beruntungnya umat Islam yang menjalankan syariat Islam dengan sungguh-sungguh dalam setiap aktivitas perekonomian akan mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat. Sehingga dalam setiap penarikan dan pembuatan hukum ekonomi haruslah mencari rujukan terlebih dahulu di dalam Al-Qur’an apakah hal tersebut dilarang oleh syariah atau tidak. Apabila tidak ditemukan dalam Al- Qur’an mengenai hukum ekonomi yang ingin kita tarik kesimpulan, maka kita 28
  • 29. dapat mencarinya dalam sumber hukum Islam yang lain yaitu dalam Hadits dan Sunnah. Fungsi dan peranan Al-Qur’an yang merupakan wahyu Allah adalah sebagai mu’jizat bagi Rasulullah saw; pedoman hidup bagi setiap muslim; sebagai korektor dan penyempurna terhadap kitab-kitab Allah yang sebelumnya; dan bernilai abadi serta universal yang dapat diaplikasikan oleh seluruh umat manusia. b. Hadits dan Sunnah Dalam konteks hukum Islam, sunnah yang secara harfiah berarti “cara, adat istiadat, kebiasaan hidup” mengacu pada perilaku Nabi Muhammad saw yang dijadikan teladan. Sunnah sebagian besar didasarkan pada praktek normatif masyarakat di jamannya. Pengertian sunnah mempunyai arti tradisi yang hidup pada masing-masing generasi berikutnya. Suatu sunnah harus dibedakan dari hadits yang biasanya merupakan cerita singkat, pada pokoknya berisi informasi mengenai apa yang dikatakan, diperbuat, disetujui, dan tidak disetujui oleh Nabi Muhammad saw, atau informasi mengenai sahabat- sahabatnya. Hadits adalah sesuatu yang bersifat teoritik, sedangkan sunnah adalah pemberitaan sesungguhnya. Hadits dan sunnah ini hadir sebagai tuntunan pelengkap setelah Al Qur’an yang menjadi pedoman hidup umat Muslim dalam setiap tingkah lakunya. Dan menjadi sumber hukum dari setiap pengambilan keputusan dalam ilmu ekonomi Islam.Hadits dapat menjadi pelengkap serta penjelas mengenai hukum ekonomi yang masih bersifat umum maupun yang tidak terdapat di Al- Qur’an. Hubungan sunnah dengan Al-Qur’an yaitu : (1) bayan tafsir, dimana sunnah menerangkan ayat-ayat yang sangat umum, mujmal dan musytarak; (2) bayan taqriri, yaitu sunnah berfungsi untuk memperkokoh dan memperkuat pernyataan dalam ayat-ayat Al-Qur’an; (3) bayan taudih, sunnah menerangkan maksud dan tujuan sesesuatu ayat dalam Al-Qur’an. Berdasarkan kualitas sanad maupun matan hadits mempunyai tingkatan dari shahih, hasan dan 29
  • 30. dhaif.Dan berdasarkan jumlah perawi hadits mempunyai tingkatan dari mutawatir dan ahad. c. Ijma Ijma yang sebagai sumber hukum ketiga merupakan konsensus baik dari masyarakat maupun dari cendekiawan agama. Perbedaan konseptual antara sunnah dan ijma terletak pada kenyataan bahwa sunnah pada pokoknya terbatas pada ajaran-ajaran Nabi dan diperluas pada sahabat karena mereka merupakan sumber bagi penyampaiannya. Sedangkan ijma adalah suatu prinsip hukum baru yang timbul sebagai akibat dari penalaran atas setiap perubahan yang terjadi di masyarakat, termasuk dalam bidang ekonomi. Ijma merupakan faktor yang paling ampuh dalam memecahkan kepercayaan dan praktek rumit kaum Muslimin. Ijma ini memiliki kesahihan dan daya fungsional yang tinggi setelah Al Qur’an dan Hadits serta sunnah. Karena merupakan hasil konsensus bersama para ulama yang ahli di bidangnya, sehingga ijma hanya dapat diakui sebagai suatu hukum apabila telah disepakati oleh para ulama yang ahli.Akan tetapi ada beberapa pihak yang seringkali meragukan hasil ijma ulama, dan lebih cenderung mempercayai hasil pengambilan hukum oleh sendiri meskipun pengambilan hukum tersebut seringkali salah.Hal inilah yang saat ini banyak terjadi, dimana perkembangan pemikiran yang timbul banyak yang bertentangan dengan prinsip syariah. d. Ijtihad dan Qiyas Secara teknik, ijtihad berarti meneruskan setiap usaha untuk menentukan sedikit banyaknya kemungkinan suatu persoalan syariat.Pengaruh hukumnya ialah bahwa pendapat yang diberikannya mungkin benar, walaupun mungkin juga keliru. Maka ijtihad mempercayai sebagian pada proses penafsiran dan penafsiran kembali, dan sebagian pada deduksi analogis dengan penalaran. Di abad-abad dini Islam, Ra’y (pendapat pribadi) merupakan alat pokok ijtihad.Tetapi ketika asas-asas hukum telah ditetapkan secara sistematik, 30
  • 31. hal itu kemudian digantikan oleh qiyas.Terdapat bukti untuk menyatakan bahwa kebanyakan para ahli hukum dan ahli teologi menganggap qiyas sah menurut hukum tidak hanya aspekl intelektual, tetapi juga dalam aspek syariat. Peranan qiyas adalah memperluas hukum ayat kepada permasalahan yang tidak termasuk dalam bidang syarat-syaratnya, dengan alasan sebab ”efektif” yang biasa bagi kedua hal tersebut dan tidak dapat dipahami dari pernyataan (mengenai hal yang asli). Menurut para ahli hukum, perluasan undang-undang melalui analogi tidak membentuk ketentuan hukum yang baru, melainkan hanya membantu untuk menemukan hukum. 31
  • 32. BAB III KESIMPULAN Ekonomi Islam dapat didefinisikan sebagai suatu prilaku individu muslim dalam setiap aktivitas ekonomi syariahnya harus sesuai dengan tuntunan syariat Islam dalam rangka mewujudkan dan menjaga maqashid syariah (agama, jiwa, akal, nasab, dan harta). Pola berpikir ekonomi konvensional yang tanpa nilai telah menyebabkan ilmu ekonomi ini menjadi suatu ilmu yang digunakan untuk memenuhi tuntutan nafsu manusia semata tanpa ada aturan yang jelas, serta melegalkan terjadinya eksploitasi dalam kegiatan ekonomi yang terjadi. Kemudian tampillah beberapa mazhab ekonomi konvensional baru untuk memasukkan aspek-aspek normatif, sosial, dan institusional prilaku manusia dalam model-model ekonominya.Namun semua ini mengalami masalah karena mereka sulit untuk menemukan standar nilai yang dapat disepakati secara luas oleh seluruh kalangan. Para ekonom muslim perlu mengembangkan suatu ilmu yang khas yang berlandaskan atas nilai-nilai iman dan Islam yang sejati. Rancang bangun ekonomi Islam terdiri atas dasar (yang terdiri atas: tauhid, adil, nubuwwah, khilafah, dan ma’ad), tiang (terdiri atas multitype ownership, freedom to act, dan social justice), dan terakhir adalah atapnya yaitu akhlak. 32
  • 33. DAFTAR PUSTAKA M. Nur Rianto Al Arif. Teori Mikro Ekonomi (Suatu Perbandingan Ekonomi Islam dan Ekonomi Konvensional) Mohamed Asalan Haneef. Contemporary Islamic Economic Thought : A Selected Comperative Analysis Heri Sudarsono, Konsep Ekonomi Islam: Suatu Pengantar M. Dawam Rahardjo, Islam dan Transformasi Sosial Ekonomi. Murasa Sarkani Putra, Ruqyah Syar’iyyah: Teori, Model, dan Sistem Ekonomi, Jakarta: al Ishlah Press & STEI, 2009 M.M. Metwally, Teori dan Model Ekonomi Islam. Jakarta: Bangkit Daya Insana, 1995 Sadono Sukirno, Pengantar Teori Mikroekonomi,Cet. 18 (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2002) Boediono.Ekonomi Mikro Cet. 18 (Yogyakarta: BPFE Yogyakarta, 1996) Adiwarman A. Karim. Ekonomi Mikro Islami. IIT-Indonesia, 2002 M. Umer Chapra, Islam dan Pembangunan Ekonomi, terjemahan Ikhwan Abidin, Jakarta: Gema Insani Press, 2000 33