KARAKTERISTIK PASIEN KANKER ANAK DENGAN DEMAM NEUTROPENIA DI RSUP. HAJI ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2011 - 2015
1. KARYA TULIS ILMIAH
KARAKTERISTIK PASIEN KANKER ANAK DENGAN DEMAM NEUTROPENIA DI
RSUP. HAJI ADAM MALIK MEDAN
TAHUN 2011 - 2015
Oleh :
AGILAN NADARAJAN
120100447
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2015
2.
3. ABSTRAK
Demam neutropenia merupakan kenaikan suhu tubuh dengan penurunan jumlah neutrofil
yang telah manifestasi dari penyakit neutropenia yang dideritakan oleh pasien kanker yang dapat
rawatan kemoterapi .
Tujuan dilaksanakan penelitian ini adalah untuk mengetahui meneliti karakteristik pasien
kanker anak dengan demam neutropenia pada pasien kanker anak di RSUP Haji Adam Malik
Medan dari tahun Maret 2011- Maret 2015 berdasarkan usia, jenis kemoterapi, jenis kelamin dan
jenis keganasan.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain penelitian cross sectional
study , Populasi dan sampel pada penelitian ini adalah adalah anak-anak dengan kanker yang
menderita demam neutropenia selama rawatan di RSUP Haji Adam Malik pada tahun Maret 2011-
Maret 2015 dengan jumlah sebanyak 54 orang yang diperoleh dengan menggunakan teknik simple
randomized sampling. Data yang diperoleh selanjutnaya diolah dengan mengunakan program
komputer dan diinterpretesikan dalam bentuk tabel.
Hasil penelitian ini adalah Demam Neutropenia sering terjadi pada kelompok usia 6-10
tahun dengan jumlah 26 orang (48.1 %) dan pasien perempuan menderita jumlah sebanyak 28
orang (53.7%). Jenis kemoterapi yang paling banyak digunakan pada pasien demam neutropenia
adalah kemoterapi Methotrexate(MTX) (31.5%) dan jenis keganasan yang paling banyak dihadapi
oleh pasien ialah kanker Acute Lyphoblastic Leukemia (ALL) yaitu sebanyak 28 orang (51.9%)
.
Dari penelitian ,dapat disimpulkan bahwa demam neutropenia sering terjadi pada pasien
perempuan ,dalam kelompok usia 6-10 tahun. Pasien yang sering dapat demam neutropenia adalah
pasien yang mendapat kemoterapi berjenis Methotrexate(MTX) dan pasien yang menghadapi
kanker berjenis Acute Lyphoblastic Leukemia (ALL).
Kata Kunci : Demam Neutropenia, Kanker, Deskriptif, Neutropenia, Faktor Resiko
4. ABSTRACT
Febrile neutropenia is an increase in body temperature with a decrease in the number of
neutrophils that manifest from neutropenia suffered by cancer patients who receiving
chemotherapy treatment.
The purpose of this study was carried out to determine the characteristic of febrile
neutropenia of cancer patients in pediatric at RSUP Haji Adam Malik Medan from March 2011-
March 2015 based on age, type of chemotherapy, gender and type of malignancy.
This research is a descriptive cross sectional study design, population and sample in this
study are children with cancer who suffer from febrile neutropenia during treatment in Haji Adam
Malik Hospital in March 2011- March 2015 with a total of 54 patients obtained using simple
randomized sampling technique. The data obtained and processed with computer statistic program
and interpreted in table form.
Results of this study are Febrile Neutropenia often occurs in the age group 6-10 years
which is 26 people (48.1%) and the percentage of female patients with febrile neutropenia is 53.7
% which is 28 patients. Frequent type of chemotherapy used in cancer patients with febrile
neutropenia is Methotrexate (MTX) (31.5 %) and the type of malignancy that most commonly
faced by patients is Acute Lymphoblastic Leukemia (ALL) which is 28 people (51.9%).
From the research, it can be concluded that febrile neutropenia is common in female
patients in the age group 6-10 years. Mostly Patients acquire febrile neutropenia with malignancy
type Acute Lymphoblastic Leukemia (ALL)and when treated with Methotrexate (MTX)
chemotherapy.
Keyword : Febrile Neutropenia ,Characteristic ,Cancer ,Neutropenia
5. KATA PENGHANTAR
Penulis bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih karunia-Nya yang
telah memelihara dan memampukan penulis sehingga penulis dapat menyelasaikan karya tulis
ilmiah ini .
Banyak sekali hambatab dan tantangan yang dialami penulis selama menyelesaikan karya
tulis ilmiah ini. Dengan dorongan,bimbingan,dan arahan dari beberapa pihak, akhirnya penulis
dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini tepat pada waktunya. Penulis menyampaikan ucapan
terima kasih yang setinggi- tingginya kepada :
1. Dekan Fakultas Kedoktoran Universitas Sumetera Utara Prof.dr.Gontar A. Siregar
,Sp.PD . KGEH atas izin penelitian yang telah diberikan .
2. Prof.dr.Bidasari lubis,Sp.A(K) selaku dosen pembimbingan, yang telah
memberikan bantuan ,bimbingan dan pengarahan kepada penulis selama
menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
3. Prof. dr. Harris Hassan, SpPD, Sp.JP(K) dan dr.Sarah Dina ,SpOG(K) selaku dosen
penguji yang telah memberikan kritik dan saran yng berguna selam proses
penyusunan karya tulis ilmiah ini.
4. Seluruh pegawai dan staf pengajaran bagian IKK Fakultas Kedoktoran USU yang
telah membantu penulis dalam pengumpulan data karya tulis ilmiah ini.
5. Kedua orang tua dan keluarga penulis yang telah membesarkan dengan penuh
kasih saying,dan tiada boasan-bosannya mendoakan serta memberikan semangat
kepada penulis dalam menyelesaikan pendidikan.
6. Seluruh teman-teman penulis yang ikut membantu penulis dalam menyelesaikan
karya tulis ilmiah.
7. Seluruh pegawai dan staf pengajar bagian IKK fakultas Kedoktoran USU yang
telah memberikan bimbingan dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini.
6. Untuk seluruh bantuan baik atau materi yang diberikan kepada penulis selama ini,penulis
ucapkan terima kasih.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna untuk itu penulis
mengharapkan masukan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan karya tulis ilmiah
ini.Semoga karya tulis ilmiah ini bermanfaat bagi semua pihak.Demikian dan trima kasih .
03 Desember 2015
Penulis,
Agilan Nadarajan
7. DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PERSETUJUAN................................................................................ I
ABSTRSK…………………………………………………………………………. II
ABSTACT……………………………………………………………………….... III
KATA PENGANTAR……………………………………………………………. IV
DAFTAR ISI............................................................................................................ V
DAFTAR TABEL.................................................................................................... VIII
DAFTAR GAMBAR................................................................................................ IX
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………… X
BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................. 3
1.3 Tujuan Penelitian................................................................................... 3
1.3.1 Tujuan Umum……………………………………………….. 3
1.3.2 Tujuan Khusus……………………………………………….. 3
1.4 Manfaat Penelitian.................................................................................. 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................. 4
2.1. Neutrofil………………………………………………………………. 4
2.1.1.Definisi Neutrofil………………………………………………….. 4
2.1.2. Pembentukan Neutrofil………………………………………. 6
2 .1.2.1. Tahap Myeloblast pembangunan neutrofil ……………... 6
2.1.2.2. Tahap Promyelocyte pembangunan neutrofil…………..... 6
2.1.2.3.Tahap mielosit pembangunan neutrofil…………………… 7
2.1.3.Fungsi Neutrofil……………………………………………...... 7
8. 2.2. Neutropenia………………………………………................................ 9
2.2.1.Definisi Neutropenia …………………………………………. 9
2.2.2.Etiologi Neutropenia………………………………………….. 10
2.3 .Demam…………………………………………………………………. 11
2.3.1. Definisi Demam………………………………………………. 11
2.3.2. Patofisiologi Demam…………………………………………. 11
2.4. Demam Neutropenia………………………………………………….... 13
2.4.1. Definisi Demam Neutropenia…………………………………. 13
2.4.2. Etiologi Demam Neutropenia…………………………………. 13
2.4.3. Epidemiologi Demam Neutropnia…………………………….. 14
2.4.4. Patofisiologi Demam Neutropenia…………………………..... 15
2.4.4.1. Proses Terjadinya Demam Neutropenia akibat infeki…….. 16
2.4.4.2. Gangguan Imunitas Tubuh………………………………... 17
2.4.4.3. Demam neutropenia akibat dari kanker…………………… 18
2.4.4.4.Obat dan siklus Kemoterapi ……………………………..... 18
2.5. Faktor risiko demam neutropenia…………………………………….... 19
2 5.1.Usia…………………………………………………………..... 19
2.5.2.Jenis Kemoterapi……………………………………………… 20
2.5.3.Jenis Kelamin ………………………………………………… 20
2.5.4.Jenis keganasan ……………………………………………….. 20
2.6 . Penataklaksaan Demam Neutropenia………………………………… 21
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL.................... 24
3.1 Kerangka Konsep Penelitian.................................................................... 24
3.2 Variabel dan Definisi Operasional............................................................ 25
BAB 4 METODE PENELITIAN............................................................................ . 26
4.1 Rancangan Penelitian............................................................................... 26
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian.................................................................... 26
4.2.1 Waktu Penelitian……………………………………………………. 26
4.2.2 Tempat Penelitian …………………………………………………... 26
4.3. Populasi dan Sampel…………………………………………………... 26
9. 4.3.1 Populasi Penelitian…………………………………………………... 26
4.3.2 Sampel Penelitian……………………………………………………. 26
a) Kriteria Inklusi……………………………………………………….. 27
b) Kriteria Eksklusi……………………………………………………… 27
4.4 Metode Pengumpulan Data………………………………………………. 28
4.5 Pengolahan dan Analisis Data……………………………………………. 28
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN............................................... 29
5.1 Hasil Penelitian........................................................................................ 29
5.1.1Deskripsi Lokasi Penelitian .................................................................... 29
5.1.2 Karakteristik subyek penelitian............................................................................. 30
5.2Pembahasan.................................................................................................... 33
5.2.1Distribusi Sampel Berdasarkan Umur...................................................... 33
5.2.2 Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin....................................... 34
5.2.3 Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kemoterapi................................. 35
5.2.4 Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Keganasan.................................. 37
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................................... 38
6.1 Kesimpulan ......................................................................................................... 38
6.2 Saran ................................................................................................................... 38
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 38
LAMPIRAN
10. DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Jumlah leukosit dan neutrofil normal menurut umur
yang Berkembang …………………………………………………….. 5
Tabel 3.1 Definisi Operasional ............................................................................... 22
Tabel 5.1. Distribusi Sampel Berdasarkan Umur ................................................... 29
Tabel 5.2. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ...................................... 29
Tabel 5.3 Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kemoterapi.................................. 29
Tabel 5.4 Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis keganasan.................................... 30
11. DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Neutrofil ………………………..………………………....................... 6
Gambar 2.2 Mekanisme Pertahanan sel Neutrofil fagosit ………………………..... 8
Gambar 2.3 Proses Apoptosis………………………………………………………. 9
Gambar 2.4 Patofisiologi Mekanisme Demam……………………………………... 12
Gambar 2.5 : Pembentukan semua jenis sel darah dari sel stem…………………… 19
Gambar 3.1 Kerangka Konsep ………………..……………………………………. 21
Gambar 5.1. Alur Penentuan Sampel.......................................................................... 28
Gambar 5.2. Distribusi Sampel Berdasarkan Umur.................................................... 31
Gambar 5.3. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ..................................... 32
Gambar 5.4. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kemoterapi................................. 33
Gambar 5.5. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Keganasan……………………... 35
12. DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 2 Persetujuan Komisi Etik Pelaksanaan Penelitian
Lampiran 3 Surat Izin Penelitian
Lampiran 4 Data Induk
Lampiran 5 Hasil Output SPSS
13. BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut WHO (World Health Organization) 2010 PTM (penyakit tidak menular)
membunuh 38 juta orang setiap tahun and hampir tiga perempat dari kematian PTM yaitu
28 juta orang terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah dan 16 juta kematian
oleh karena PTM terjadi sebelum usia 70 tahun. Penyakit kardiovaskular menjadi penyebab
sebagian besar kematian PTM oleh 17,5 juta orang per tahun , diikuti oleh kanker sebanyak
8,2 juta kematian , penyakit pernapasan sebanyak 4 juta , dan diabetes 1,5 juta. Penyakit
tersebut merupakan 82 % dari semua kematian.
Menurut data WHO (2015), setiap tahun jumlah penderita kanker di dunia meningkat
sekitar 6,25 juta orang. Begitu juga dengan kanker pada anak jumlahnya mencapai 110
sampai 130 kasus per satu juta anak per tahun.Data statistik resmi dari International
Agency of Research Cancer memperkirakan bahwa kejadian kanker anak berada di paling
banyak negara berkembang. International Confedaration of Childhood Cancer Parents
Organization memperkirakan bahwa lebih dari 100.000 anak dengan kanker meninggal
setiap tahun atau sekitar lebih dari 250 anak per hari, 10 anak per jam. Kejadian Kanker
pada anak di Indonesia ada sekitar 11.000 kasus per tahun. Ramai pasien kanker selalu
menderita dengan kejadian demam neutropenia yang mane menyebabkan beberapa kondisi
yang mengancam jiwa selama rawatan di hospital. Kejadian demam ini dikenali sebagai
demam neutropenia yang mane merupakan kondisi kritis dan mangganggu rawatan dalam
menangani ancaman kanker .Mayoritas golongan yang menghadapi Kondisi kritis ini ialah
golongan anak yang menderita dengan kanker .
Masyarakat zaman kini tidak mempunyai kesedaran bertapa seriusnya kejadian
demam neutropenia terutama pada anak. Demam neutropenia pada anak berbeda dengan
demam pada orang normal pada umumnya karena penurunan jumlah neutrofil membuat
penderita menjadi sangat rentan terhadap mikroba sehingga terjadi infeksi berat Demam
sebagai salah satu indikasi terjadinya infeksi mungkin merupakan satu-satunya pertanda
bahwa pada pasien dengan neutropenia telah terjadi infeksi. Terjadinya demam pada pasien
14. neutropenia telah cukup sebagai peringatan untuk pemberian antibiotik dan peningkatan
kewaspadaan bahwa infeksi telah terjadi.
Kejadian demam neutropenia lebih sering terjadi pada pasien dengan keganasan
yang menginfiltrasi sumsum tulang secara primer. Banyak faktor yang menyebabkan
terjadinya demam neutropenia, demam neutropenia merupakan manifestasi dari penyakit
neutropenia yang dideritakan oleh pasien kanker. Neutropenia adalah kelainan darah yang
dapat menyerang siapa saja, beberapa orang bahkan dilahirkan dengan neutropenia. Hal ini
dapat terjadi setelah infeksi virus. Dalam beberapa kasus neutropenia disebabkan efek
samping obat (protokol terapi), atau paparan racun tertentu.
Radioterapi dan kemoterapi sering menyebabkan komplikasi demam neutropenia
karena karena sistem imun anak yang menderita dengan kanker hematologi dan tumor
padat yang ganas sering ditekan atau dilemahkan oleh dua faktor ,yaitu kanker itu sendiri
yang menyebabkan terjadi demam secara langsung dan efek samping obat anti kanker yang
menyebabkan demam secara tidak langsungnya ialah obat anti kanker. Neutrofil berfungsi
dalam lini sistem imunitas tubuh untuk mempertahankan tubuh dari infeksi
mikroorganisme asing, apabila sistem imun tubuh menurun karena kejadian neutropenia,
resiko infeksi oleh bakteri dan mikroorganisme meningkat.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimanakah karekteristik yang mempengaruhi demam neutropenia pada penderita
kanker anak di RSUP Haji Adam Malik Medan dari tahun maret 2011- Maret 2015 .
15. 1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui tentang karekteristik kejadian demam neutropenia pada pasien kanker anak di
RSUP Haji Adam Malik Medan dari tahun Maret 2011- Maret 2015 .
1.3.2 Tujuan Khusus
1) Megetahui jenis-jenis karekteristik yang mempengaruhi kejadian demam neutropenia
pada penderita kanker anak di RSUP Haji Adam Malik Medan.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi rumah sakit
Merupakan tambahan informasi dalam memberikan pelayanan pada kasus karekteristik
Demam Neutropenia .
1.4.2 Bagi petugas kesehatan
Menambah wawasan dan dalam menangani kejadian demam neutropenia .
1.4.3 Bagi institusi pendidikan
Sebagai bahan referensi di perpustakaan Fakultas Fedokteran USU Medan.
1.4.4 Bagi peneliti
Sebagai aplikasi ilmu yang telah didapatkan selama perkulihan serta menambah
pengatahuan dan pengalaman bagi penulis dalam melakukan penelitian dan penyusunan laporan
Karya Tulis Ilmiah.
16. BAB 2
TINJUAN PUSTAKA
2.1 Neutrofil
2.1.1 Definisi Neutrofil
Neutrofil adalah sel darah putih yang memiliki masa hidup yang pendek beredar.
Neutrofil meninggalkan pembuluh darah dan bergerak ke tempat infeksi, menyusul gradien
kemotaktik yang dihasilkan oleh sinyal mikroba atau endogen. Di lokasi inflamasi,
neutrofil "diaktifkan" untuk melakukan beberapa tugas, termasuk sekresi sitokin,
degranulasi, dan fagositosis. Neutrofil adalah jenis fagosit yang menelan dan mencerna
bakteri. Proses ini sangat penting karena neutrofil adalah salah satu dari garis pertama
pertahanan tubuh terhadap infeksi. Neutrofil dapat mencegah atau mengandung infeksi
dengan melakukan perjalanan ke tempat infeksi di mana mereka fagositosis dan
menghancurkan penyusup karena penurunan jumlah neutrofil bisa mengakibatkan
peningkatkan risiko infeksi. Neutrofil memiliki dua karakteristik morfologi khas yaitu
bentuk inti granul sitoplasma (Gambar 2.1.). Inti dari neutrofil dibagi menjadi 3-5 lobulus,
maka nama alternatif adalah "polimorfonuklear". Granul adalah vesikel khusus yang
mengandung beban tertentu, termasuk banyak molekul toksik. Butiran kanonis
diklasifikasikan menjadi empat kelompok menurut isinya adalah primer atau azurophilic,
sekunder atau spesifik, dan tersier atau gelatinase, serta vesikel sekretorik. Eosinofil,
basofil, dan sel mast juga memiliki butiran yang sama dengan neutrofil,jadi,mereka
membentuk sebagain kelompok "granulosit"(Brinkmann , Zychlinsky,2012).
Jumlah neutrofil normal di dalam darah pada bayi yang baru lahir umumnya tinggi (6.000
– 26.000/ml), dan menurun pada umur 1 minggu. Setelah umur 6 bulan, jumlah neutrofil
berkisar antara 1500 – 8000 sel/ml ,peristiwa perubahan leukosit dan neutrophil ditunjukan
dalam ( Tabel 2.1). Kegagalan mempertahankan jumlah neutrofil yang normal dapat terjadi
karena beberapa hal, yaitu kelainan perkembangan sumsum tulang dan pelepasan leukosit
di sirkulasi darah, penurunan lama hidup lekosit di sirkulasi darah, atau kombinasi dari
kedua mekanisme tersebut (Segel, Halterman, 2013)
17. Tabel 2.1 Jumlah leukosit dan neutrofil normal menurut umur
Umur Jumlah leukosit Jumlah Neutrofil
(Rata-rata) (kisaran) (Rata-rata) (kisaran) %
Birth 18.1 (9.0 - 30.0) 11.0 (6.0 - 26.0) 61
12 Jam 22.8 (13.0 - 38.0) 15.5 (6.0 - 28.0) 68
24 jam 18.9 (9.4 - 34.0) 11.5 (5.0 - 21.0) 61
1 minggu 12.2 (5.0 - 21.0) 5.5 (1.5 - 10.0) 45
2 minggu 11.4 (5.0 - 20.0) 4.5 (1.0 - 9.5) 40
1 bulan 10.8 (5.0 - 19.5) 3.8 (1.0 - 9.0) 35
6 bulan 11.9 (6.0 - 17.5) 3.8 (1.0 - 8.5) 32
1 tahun 11.4 (6.0 - 17.5) 3.5 (1.5 - 8.5) 31
2 tahun 10.6 (6.0 - 17.0) 3.5 (1.5 - 8.5) 33
4 tahun 9.1 (5.5 - 15.5) 3.8 (1.5 - 8.5) 42
6 tahun 8.5 (5.0 - 14.5) 4.3 (1.5 - 8.0) 51
8 tahun 8.3 (4.5 - 13.5) 4.4 (1.5 - 8.0) 53
10tahun 8.1 (4.5 - 13.5) 4.4 (1.8 - 8.0) 54
16 tahun 7.8 (4.5 - 13.0) 4.4 (1.8 - 8.0) 57
21 tahun 7.4 (4.5 - 11.0) 4.4 (1.8 - 7.7) 59
Sumber: Segel , Halterman , 2013
18. Gambar 2.1. : Neutrofil
Sumber : Brinkmann ,Zychlinsky ,2012
2.1.2 Pembentukan Neutrofil
Sel induk hematopoietik adalah sel pluripotent yang mampu replikasi diri dan
diferensiasi. Sel induk berkomitmen mampu berkembang menjadi mieloblas terbentuk
dari multipoten sel induk hematopoietik. Pertama 3 tahap morfologis dalam
pengembangan neutrofil matang mampu replikasi. Kemudian tahap pembangunan
neutrofil hanya menjalani differensasi sel. Sel-sel perwakilan di 3 tahap pertama adalah
mieloblas, promyelocytes, dan mielosit. (Nader ,2013)
2 .1.2.1 Tahap Myeloblast pembangunan neutrofil
Sel myeloblast memiliki inti besar, bulat atau oval, dan memiliki sejumlah kecil
sitoplasma. Tidak ada kondensasi kromatin diamati, dan 25 nukleolus hadir. Tidak ada
butiran terdapat pada sitoplasma pada tahap ini (Nader ,2013).
2.1.2.2. Tahap Promyelocyte pembangunan neutrofil
Sel promyelocyte lebih besar dari myeloblast tersebut. Inti bulat atau oval, dan
kromatin nuklir menyebar, seperti di myeloblast tersebut. Nukleolus cenderung menjadi
kurang menonjol sebagai sel berkembang. Butiran azurophilic atau primer muncul pada
tahap ini, tapi butiran sekunder belum hadir. Butiran primer bertunas dari permukaan
cekung kompleks Golgi (Nader ,2013).
2.1.2.3 Tahap mielosit pembangunan neutrofil
19. Pada tahap mielosit, butiran-butiran sekunder muncul. Butiran ini lebih kecil dari
butiran primer dan mewarnai berat untuk glikoprotein. Latar belakang yang groundglass
merah muda, yang merupakan glikoprotein itu, diobservasi ketika sel diwarnai. Butiran
sekunder muncul dari permukaan cembung kompleks Golgi. The mielosit inti eksentrik
dan bulat atau oval. Kromatin nuklir kasar. Nukleolus lebih kecil dan kurang menonjol
dalam tahap mielosit bila dibandingkan dengan tahap promyelocyte. Pembentukan granul
utama terbatas pada tahap promyelocyte. Dengan setiap pembelahan sel berikutnya,
jumlah butiran primer menurun. Dalam neutrofil matang, rasio butiran sekunder untuk
butiran utama pada manusia adalah sekitar 2-3: 1 ( Nader ,2013).
2.1.3 Fungsi Neutrofil
Penelitian oleh Nwakoby et al . (2001) menunjukkan bahwa neutrophilia ini paling
sering terlihat pada pasien yang menderita infeksi atau peradangan. Sel-sel neutrofil akan
menjadi sel pertama yang tiba di lokasi kerusakan atau masalah. Sekitar 100 miliar
neutrofil dapat dihasilkan selama satu hari. Jadi neutrofil dianggap sebagai mekanisme
pertahanan utama. Gambar 2.2 menunjukkan aksi neutrofil sebagai fagosit.
20. Gambar 2 . 2 Mekanisme pertahanan sel neutrofil sebagai fagosit
Sumber: Bolyard et al., 2001.
Neutrofil memberikan garis pertahanan pertama dari sistem imunitas tubuh
bawaan oleh fagositosis, membunuh, dan mencerna bakteri dan jamur. Membunuh
sebelumnya diyakini dilakukan dengan oksigen radikal bebas dan spesies oksigen
reaktif lainnya yang dihasilkan oleh oksidase NADPH (Nicotinamide adenine
dinucleotide phosphate), dan oleh halida teroksidasi diproduksi oleh myeloperoxidase.
Oksidase pompa elektron ke vakuola fagositosis, sehingga mendorong biaya melintasi
membran yang harus dikompensasi. Pergerakan kompensasi ion menghasilkan kondisi
kondusif di vakuola untuk membunuh mikroba dan pencernaan oleh enzim yang akan
dilepaskan ke vakuola dari butiran sitoplasm (Segal, 2005) . Hal ini ditunjukkan dalam
Gambar 2.3.
Jadi, ketika peradangan terjadi tempat ini akan menyebabkan stimulasi langsung
atau tidak langsung dari sumsum tulang yang akan menyebabkan peningkatan jumlah
neutrofil dalam darah. Neutrofil matang akan hidup dalam waktu singkat (yaitu 6-10
jam) dan kemudian mereka akan mati dengan proses yang disebut apoptosis. Tetapi ada
beberapa faktor yang akan menyebabkan peningkatan masa hidup sel-sel neutrofil yang
21. meliputi granulocyte-colony factor stimulasi (G-CSF), granulocyte-macrophage factor
stimulasi koloni (GM-CSF), interleukine-2, interferon gamm , tumor necrosis factor
(TNF) dan glukokortikoid. Sementara di sisi lain, ada beberapa bahan seperti generasi
oksida nitrat endogen dan eksogen akan menghancurkan neutrofil atau merangsang
neutrofil apoptosis (Nwakoby et al., 2001).
Gambar 2.3 : Proses Apoptosis: Sebuah gambar menunjukkan darah normal sementara gambar B
menunjukkan apoptosis yang menyebabkan neutropenia.
Sumber : Nwakoby et al., 2001.
2.2 Neutropenia
2.2.1 Definisi Neutropenia
Neutropenia didefinisikan sebagai penurunan jumlah neutrofil di dalam
sirkulasi. Neutropenia dapat dicirikan sebagai neutropenia ringan dengan ANC(Absolute
Neutrophil Count)dari 1.000-1.500/ mcL (1.0 to 1.5 x 109/L), neutropenia moderat dengan
ANC dari 500-1.000 / μ L ( 0.5 to 1.0 x 109/L ); atau neutropenia berat dengan ANC < 500
/μL. Stratifikasi ini membantu dalam memprediksi risiko infeksi piogenik dengan pasien
neutropenia berat memiliki peningkatan kerentanan yang signifikan terhadap infeksi yang
mengancam jiwa, pasien yang memiliki neutropenia terkait dengan toksisitas kemoterapi.
Jenis neutropenia dapat dicatat ketika CBC ( Complete Blood Count ) dilakukan terhadap
bayi baru lahir yang sakit, anak demam, anak minum obat kronis, atau sebagai bagian dari
evaluasi rutin. Kondisi turun-temurun yang parah seperti sindrom Kostmann dan sindrom
imunodefisiensi tertentu yang berkaitan dengan neutropenia jarang, mungkin 1 per
100.000, dan lebih mungkin untuk menyajikan pada neonatus dan bayi. Sejumlah kondisi
22. neutropenia yang diturunkan berhubungan dengan anomali kongenital lainnya, seperti
displastik jempol pada anemia Fanconi, albinisme pada sindrom Chediak-Higashi, dan
dwarfisme di rambut tulang rawan atau sindrom Shwachman-Diamond (Segel, Halterman,
2013).
2.2.2 Etiologi Neutropenia
Neutropenia akut berkembang selama beberapa hari dan sering terjadi jika
penggunaan neutrofil banyak dan produksinya terganggu. Neutropenia kronis yang
berlangsung beberapa bulan atau tahun bisa timbul dari berkurangnya produksi,
peningkatan penghancuran, atau penyerapan neutrofil di limfa. Neutropenia muncul
sebagai faktor ekstrinsik sekunder untuk sel myeloid sumsum yang umum terjadi
gangguan yang diperoleh dari sel progenitor myeloid. Cacat intrinsik sangat jarang
mempengaruhi proliferasi dan pematangan sel progenitor myeloid. Obat merupakan salah
satu penyebab paling umum gejala neutropenia. Insiden neutropenia akibat obat meningkat
secara dramatis, 10% kasus terjadi pada anak-anak dan dewasa muda, dan mayoritas kasus
di antara orang dewasa di atas usia 65 tahun. Drug-induced neutropenia memiliki beberapa
mekanisme yang mendasari (Immune-mediated, beracun , reaksi hipersensitivitas) yang
berbeda dari neutropenia berat yang diduga terjadi setelah pemberian obat kanker Cyto
reductive atau radioterapi ( Boxer L.A , 2012).
2.3 Demam
2.3.1 Definisi Demam
Penigkatan suhu tubuh dari kadar normal . Suhu tubuh normal adalah, dari 36,1
°C sampai 37,2 °C . Kebanyakan orang dewasa mempunyai suhu oral di atas 38 ° C.
Sedangkan pada suhu rektal atau telinga di atas 38,3°C dianggap demam. Seorang anak
mengalami demam jika memiliki suhu rektal sebesar 38°C atau lebih tinggi ( Staff, 2013).
Kisaran suhu oral 33,2-38,2 derajat C , rektum : 34,4-37,8°C , telinga : 35.4- 37.8°C dan
aksila : 35,5-37,0 °C. Kisaran suhu oral untuk pria dan wanita , masing-masing, adalah
35.7- 37,7 dan 33,2-38,1°C , di dubur 36,7-37,5 dan 36,8-37,1°C , dan timpani 35,5-37,5
dan 35,7-37,5°C. Kisaran suhu tubuh normal perlu disesuaikan , terutama untuk nilai yang
23. lebih rendah . Ketika menilai suhu tubuh penting untuk menentukan tempat pengukuran
dan jenis kelamin dalam pertimbangan (Levander, 2002).
2.3.2 Patofisiologi Demam
Demam terjadi karena adanya suatu zat yang dikenal dengan nama pirogen.
Pirogen adalah zat yang dapat menyebabkan demam. Pirogen terbagi kepada dua yaitu
pirogen eksogen dan pirogen endogen pirogen eksogen adalah pirogen yang berasal dari
luar tubuh pasien. Contoh dari pirogen eksogen adalah produk mikroorganisme seperti
toksin atau mikroorganisme seutuhnya. Salah satu pirogen eksogen klasik adalah
endotoksin lipopolisakarida yang dihasilkan oleh bakteri gram negatif. Jenis lain dari
pirogen adalah pirogen endogen yang merupakan pirogen yang berasal dari dalam tubuh
pasien. Pirogen eksogen telah terbukti menginduksi produksi sitokin pro-inflamasi,
seperti interleukin 1β (IL-1β) dan 6 (IL-6), interferon (INF) -α, dan tumor necrosis factor
(TNF).Seterusnya, yaitu masuk ke sirkulasi hipotalamus, merangsang pelepasan
prostaglandin lokal dan mengulang setpoint termal hipotalamus. Tindakan sitokin
pirogenik dapat ditentang oleh sitokin lainnya seperti zat arginin vasopressin , IL-10,
glukokortikoid dan melanosit-stimulating hormone, yang semuanya memiliki sifat
antipiretik, sehingga dapat membatasi magnitud dan durasi demam. TNF telah terbukti
memiliki sifat pirogenik dan antipiretik, tergantung pada kondisi percobaan. Pada
akhirnya, jumlah dari interaksi sitokin pirogenik dan antipiretik berefek kepada derajat
dan durasi respon demam ( Dalal , Zhukovsky,2006 )
24. Gambar 2.4 : Patofisiologi Mekanisme Demam
Sumber : Dalal ,Zhukovsky,2006.
25. 2.4 Demam Neutropenia
2.4.1 Definisi Demam Neutropenia
Demam neutropenia secara umum didefinisikan sebagai kenaikan suhu aksila di
atas 38,5 C selama lebih dari satu jam apabila memiliki jumlah neutrofil absolut kurang
dari 0,5 x 109 / L. Definisi lain juga digunakan seperti 38,0 C selama 1-4 jam . Pada
sebagian besar penderita dengan neutropenia, demam mungkin satu-satunya tanda gejala
infeksi (Schouten ,2006 ).
2.4.2 Etiologi Demam Neutropenia
Demam sering terjadi selama neutropenia akibat kemoterapi: 10% -50% dari pasien
dengan tumor padat dan 80% dari mereka dengan keganasan hematologi akan mengalami
demam selama lebih 1 siklus kemoterapi terkait dengan neutropenia. Kebanyakan pasien
tidak memiliki dokumentasi etiologi infeksi. 20% -30% klinis infeksi yang
didokumentasikan terjadi dari episode demam, tempat umum infeksi jaringan yang
berbasis termasuk usus, paru-paru, dan kulit. Bakteremia terjadi pada 10% -25% dari
semua pasien, sebagian besar episode yang terjadi dalam pengaturan neutropenia
berkepanjangan dalam jumlah (ANC 100 neutrofil/mm3) (Freifeld, 2010).
Penyebab terjadinya demam neutropenia pada pasien kanker seperti LLA masih
belum jelas, diduga karena infeksi dengan kadar mikrobia yang rendah atau pun karena
infeksi jamur atau virus. Bakteri merupakan penyebab terbanyak infeksi pada demam
neutropenia, seperti bakteri S. aureus, E. coli, P. aeruginosa, K.pneumoniae dan coagulase-
negative staphilococcus merupakan organisme yang banyak ditemukan pada kultur.
Pemasangan kateter sentral sering berhubungan dengan infeksi coagulase-negative
staphilococcus, S. aureus, dan kadang-kadang bakteria Gram negative, yaitu enterococcus,
dan candida.Infeksi jamur diderita oleh sekitar 10% semua infeksi pada anak dengan
keganasan. Candida menyebabkan 60% infeksi jamur. Disamping keganasan dan terapi
yang diberikan, risiko infeksi jamur meliputi mukositis orofaringeal dan gastrointestinal,
pemasangan kateter intravaskular yang lama, dan terapi antibakterial spektrum luas. Infeksi
virus oportunistik pada penderita keganasan biasanya merupakan reaktivasi dari virus
laten. (Segel, Halterman, 2013).
26. Namun, beberapa obat tampaknya memiliki efek toksik langsung pada sel-sel
induk sumsum dan prekursor neutrofil dalam kompartemen mitosis. Sebagai contoh, obat-
obatan seperti antipsikotik, antidepresan, dan kloramfenikol dapat bertindak sebagai racun
langsung dalam beberapa individu, berdasarkan pada metabolisme dan kepekaan dengan
cara ini. Obat lain mungkin memiliki kombinasi mekanisme imunitas dan nonimmune
(Braden, 2004).
2.4.3 Epidemiologi Demam Neutropnia
Data mengenai epidemiologi demam neutropenia selama kemoterapi untuk kanker
anak sangat langka. Data diambil dari studi prospektif yang dilakukan dari Januari 2002
sampai Desember 2004 di Rumah Sakit Anak-anak G. Gaslini, Genoa, Italia, di mana
dianalisis untuk mengevaluasi proporsi, tingkat untuk 1000 hari neutropenia, dan etiologi
demam pada anak neutropenia menerima lembut, standar, atau darah tepi transplantasi sel
(PBSCT) terapi untuk sistem tumor saraf pusat batang. Selama durasi studi, 243 periode
neutropenia (granulosit count <1000 / cmm), akuntansi untuk 3544 hari pasien berisiko,
yang didokumentasikan dalam 62 anak. Sebanyak 72 episode demam yang diamati pada
66 (27%) periode neutropenia, untuk tingkat 20, 31. Sebuah episode demam primer diamati
pada 10% dari periode neutropenia setelah kemoterapi lembut, dalam 30% setelah
kemoterapi standar, dan 48% setelah PBSCT (P <0,0001). Tingkat episode demam primer
adalah 6.19 setelah kemoterapi lembut, 27,02 setelah pengobatan standar, dan 31,02 setelah
PBSCT (P <0,0001). Dalam model regresi multivariabel, jenis kemoterapi (lembut vs
standar dan PBSCT) dan ambang granulosit menghitung pada neutropenia onset
(999.501/cmm dan 500.101/cmm vs ≤100/cmm) adalah satu-satunya faktor yang secara
signifikan terkait dengan pengembangan febrile neutropenia (Castagnola , 2011).
Demam neutropenia merupakan penyebab utama morbiditas, mortalitas, dan biaya
pada pasien yang menerima kemoterapi kanker. Dalam penelitian yang berbeda
dilaporkan kejadian demam neutropenia tergantung pada rejimen pengobatan, intensitas
dosis disampaikan, dan populasi pasien. Risiko awal demam neutropenia tampaknya
tertinggi selama siklus pertama kemoterapi terhadap kelompok tertentu yang berisiko
tinggi, seperti pada pasien tua dan orang-orang dengan berbagai penyakit. Demam
neutropenia disebabkan oleh masalah klinis, ekonomi, dan kualitas hidup pasien. Risiko
27. kematian terkait dengan demam neutropenia terus menjadi relatif tinggi pada pasien
dengan keganasan hematologi, pasien dengan penyakit penyerta, dan bakteremia,
pneumonia, atau komplikasi infeksi lain yang terkait. Penurunan intensitas dosis
kemoterapi yang sering mengikuti sebuah episode dari demam neutropenia mungkin
memiliki dampak yang cukup besar pada pengendalian penyakit pada keganasan responsif
dan berpotensi dapat disembuhkan. Beban ekonomi demam neutropenia substansial
dengan proporsi terbesar dari biaya yang terkait terbatasnya jumlah pasien rawat inap
untuk jangka waktu yang lama sebagai akibat dari komorbiditas atau komplikasi (Lyman,
Kuderer , 2003).
2.4.4 Patofisiologi Demam Neutropenia
Pirogen eksogen menyebabkan beberapa sitokin beraktif untuk respon imun, dan
menghasilkan demam, tanda dan gejala inflamasi sering dilemahkan atau tidak ada pada
pasien neutropenia (Saito, 2013). Gejala klinis neutropenia biasanya bermanifestasi
sebagai infeksi, paling sering terjadi pada membran mukosa dengan indikasi demam
akibat kemoterapi. Kulit adalah tempat infeksi yang paling umum dan muncul sebagai
bisul, abses, ruam, dan menyebabkan keterlambatan dalam penyembuhan luka. Alat
kelamin dan perirectal juga terpengaruh. Namun, tanda-tanda klinis yang biasa infeksi
ialah termasuk kehangatan lokal dan pembengkakan, mungkin tidak ada, karena ini
memerlukan kehadiran sejumlah besar neutrofil. .Resiko infeksi yang serius meningkat
apabila ANC jatuh ke kisaran berat neutropenia (<500 / uL). Durasi dan keparahan
neutropenia langsung berkorelasi dengan total kejadian dari semua infeksi dan orang
infeksi. Ketika ANC terus-menerus lebih rendah dari 100 sel / uL selama lebih dari 3-4
minggu, kejadian infeksi mendekati 100%. Dalam berkepanjangan neutropenia berat,
terjadi infeksi sistem pencernaan dan infeksi paru, seperti halnya sepsis. Namun, pasien
dengan neutropenia tidak pada peningkatan risiko untuk infeksi parasit dan virus, karena
ini dipertahankan oleh mekanisme imunitas bawaan dan limfosit-dimediasi. .Kebanyakan
episode demam neutropenia terjadi pada pasien yang mengalami gangguan pertahanan
tubuh akibat menerima kemoterapi, penyebab lainnya antara lain pasien dengan leukemia
akut, sindrom myelodysplastic, atau penyakit lain yang menyebabkan leukopenia.
(Braden, 2004).
28. 2.4.4.1 Proses Terjadinya Demam Neutropenia akibat infeksi
Neutrofil yang berfungsi sebagai sel fagosit sangat berperan penting dalam sistem
imunologis. Keadaan neutropenia akan menurunkan daya tahan tubuh sehingga pasien
menjadi mudah terinfeksi. Crawford (2004), menyatakan bahwa bagian yang paling seing
terinfeksi ialah di saluran pencernaan, paru-paru, dan kulit, di mana prosedur invasif
memberikan laluan untuk pathogen.
Ketika neutropenia atau demam neutropenia terjadi pasien akan beresiko infeksi
oleh gram positif bakteri, gram negatif bakteri, jamur atau bahkan infeksi virus . Sekitar
60% dari pasien yang terinfeksi dengan gram positif organisme yang meliputi
staphylococcus Coagulaes-negatif dan Staphylococcus epidermis dan 30% terinfeksi
dengan gram negatif bakteri organisme seperti Escherichia coli, Klebsiella spp. dan
Pseudomonas aeruginosa. Sementara 10% dari pasien neutropenia demam terinfeksi oleh
infeksi jamur seperti Candida dan Aspergillus. Infeksi jamur dianggap sebagai infeksi
sekunder namun juga bisa menjadi infeksi primer jika neutropenia bertahan selama lebih
dari 10 hari. Jadi dua kultur darah yang dibutuhkan untuk penyelidikan yang satu untuk
bakteri dan yang lainnya untuk jamur. Kultur darah ini harus diambil satu dari kateter vena
sentral dan yang lainnya dari vena perifer. Aspirasi tulang dan biopsi juga harus diambil
untuk memastikan penyebab utama infeksi (Hassan,2010) .Menurut penelitian Alison
(2010) ,Kateter vena sentral merupakan sumber utama infeksi dalaam aliran darah di
populasi pasien yang neutropenia yang menghadapi demam akibat infeksi .pusat kateter
merupakan tempat utama berlaku kolonisasi dan Sumber infeksi dalam aliran darah.
Infeksi dari pusat catheter seperti central line paling umumnya disebabkan oleh kolonisasi
bakteri di kulit dan mukosa .Invasi bakteri atau mikroorganisme menyebabkan terjadinya
demam disebabkan penurunan jumlah neutrofil dalam darah dan tidak ada sistem
pertahanan imun tubuh yang efektip, jadi zat pirogen exsogen dari bakteria menyebabkan
terjadinya demam lebih mudah .
2.4.4.2 Gangguan Imunitas Tubuh
Kemoterapi predisposisi pasien kanker dengan infeksi dengan menekan produksi
neutrofil akibat efek sitotoksik . Neutrofil adalah garis pertahanan pertama terhadap infeksi
sebagai komponen seluler pertama yang respon pada inflamasi dan komponen kunci dari
29. imunitas bawaan. Neutropenia menumpulkan respon inflamasi terhadap infeksi baru
muncul, memungkinkan multiplikasi bakteri dan invasi karena neutropenia mengurangi
tanda-tanda dan gejala infeksi, demam sering hadir pada pasien dengan neutropenia
sebagai satu-satunya tanda infeksi . (Crawford, 2003).Obat kemoterapi menyebabkan
kerusakan sumsum tulang oleh efek anti metabolik,yaitu menyebabkan pencegahan
sintesis DNA dan RNA sampai menyebabkan kerusakan dan penekanan sumsum tulang
yang menyebabkan menurunya produksi neutrofil akibatnya berlaku gangguan imunitas.
( Hassan ,2011) .
2.4.4.3 Demam neutropenia akibat dari kanker
Patofisiologi demam diinduksi oleh tumor disebabkan oleh beberapa mekanisme
,seperti pelepasan sitokin dari sel tumor atau infiltrasi sel mononuklear misalnya, tumor
necrosis factor dan interleukin-1 nekrosis jaringan tumoral dan menyebabkan terjadinya
demam. Tambahan pula, obstruksi saluran berongga atau viskus mengakibatkan infeksi
proksimal seperti cholangiocarcinoma yang menyebabkan obstruksi bilier dan dikuti
dengan kolangitis supuratif..Demam Kanker secara klasik selalu dikaitkan dengan limfoma
Hodgkin, tetapi dapat terjadi dalam suasana limfoma non-Hodgkin, leukemia, dan tumor
padat. Beberapa keganasan padat tertentu yang mengakibatkan demam tumor termasuk
kanker sel ginjal denga elaborasi interleukin-6, karsinoma hepatoseluler, karsinoma
pankreas, karsinoma bronkogenik, dan tumor otak. Sebuah tumor jinak yang unik yang
mungkin hadir dengan demam adalah myxoma atrium, tumor ganas yang melepaskan
sitokin yang menyebabkan gejala konstitusional. (Marinella, 2015)
2.4.4.4 Obat dan siklus Kemoterapi
Banyak penelitian menunjukkan neutropenia sebagai hasil negatif dari penggunaan
obat kemoterapi. Kemunculan neutropenia atau terjadinya adalah terutama dan sangat
terkait dengan siklus pertama kemoterapi yang lebih dari yang lain atau siklus berikutnya.
Obat kemoterapi akan menyebabkan menipisnya sumsum tulang yang akan menyebabkan
pengurangan produksi neutrofil dan akibatnya menyebabkan neutropenia. Selain tingkat
keparahan neutropenia juga akan meningkat karena obat-obatan kemoterapi (Hassan,
2011).Gambar 2.5 menunjukkan pembagian sel-sel yang bisa menipis karena efek
30. kemoterapi. Neutropenia ialah sebab yang paling utama terjadinya demam dan yaitu
disebabkan oleh obat-obatan dan kemoterapi antikanker . Efek kemoterapi antikanker
adalah untuk menekankan setiap pembagian sel aktif kanker , tetapi sebagai hasilnya sel-
sel darah normal dan sumsum tulang juga mempengaruhi efek obatnya . contoh obat
kemoterapi yang sangat terkait dengan neutropenia ialah aktinomisin, Asparaginase,
Busulfan, Cisplatin, Doksorubisin, Daunorubisin, Etoposide, Fluorouracil, ifosfamid dan
Methotrexate. (Lyman , 2005)
Gambar 2.5 : Pembentukan semua jenis sel darah dari sel stem
Sumber : Bolyard et al., 2001 .
2.5 karekteristik demam neutropenia
Stratifikasi risiko meliputi faktor-faktor seperti usia tertentu , jenis keganasan, dan
faktor pengobatan seperti jenis kemoterapi (Lehrnbecher,2012). Penelitian oleh
lyman(2014 ) juga menyatakan faktor jenis kelamin turut terlibat dalam terjadinya
demam neutropenia .
31. 2.5.1 Usia
Usia itu sendiri merupakan faktor risiko umum untuk pengembangan neutropenia
berat atau Demam Neutropenia, dan juga dapat dikaitkan dengan karakteristik pasien lain
yang mempengaruhi risiko itu. Dalam beberapa penelitian, telah ditemukan bahwa status
kinerja yang buruk, sebagai ukuran kelemahan, merupakan faktor risiko yang signifikan.
Dengan demikian, usia fisiologis pasien daripada usia kronologis, mungkin menjadi
prediktor yang lebih akurat untuk risiko neutropenia (Crawford, 2003).
2.5. Jenis Kemoterapi
Penelitian oleh Asturias(2010) menunjukan bahwa jenis kemoterapi merupakan
faktor resiko yang mana menyebabkan penipisan sumsum tulang . Faktor penderita seperti
kondisi,kwalitas sumsum tulang dan kemampuan untuk memetabolisme kemoterapi
menentukan keparahan demam neutropenia . Penelitian oleh Amman(2010) juga
menyatakan hal yang sama bahwa demam neutropenia terjadi akibat obat .Kemoterapi
sitotoksik yang menekan sistem hematopoietik , merusak mekanisme perlindungan dan
membatasi dosis kemoterapi yang dapat ditoleransi (Hassan,2011) .
2.5.3 Jenis Kelamin
Berdasarkan penelitian Crawford (2014) menyatakan jenis kelamin
berhubungan dengan terjadinya demam neutropenia dan dia juga telah menemukan bahwa
jenis kelamin perempuan merupakan pnderita yang paling sering berhubungan dalam
pengembangan demam neutropenia atau rawat inap untuk demam neutropenia .
2.5.4 Jenis keganasan
Pasien dengan keganasan hematologi berada pada risiko lebih besar untuk
komplikasi neutropenia daripada Pasien dengan tumor padat karena proses penyakit yang
mendasari serta intensitas perawatan yang diperlukan. (Lyman ,2005) .
32. 2.6 Penataklaksaan Demam Neutropenia
neutropenia terjadi paling sering pada siklus pertama pengobatan . Pasien yang
lebih tua , pasien dengan beberapa penyakit dasar , dan pasien yang sering menerima obat
myelotoxic rentan untuk mengembangkan neutropenia dan komplikasinya. Penggunaan
myeloid growth factors untuk terapi kemoterapi siklus pertama amat penting untuk pasien
yang beresiko demam neutropenia lebih dari 20 persantase . profilaksis granulosit
ColonyStimulating Factor (GCSF)untuk pasien yang menerima kemoterapi yang lebih
intensif , memiliki kelangsungan kehidupan yang lebih baik , tetapi memiliki resiko
sekunder yang lebih tinggi untuk menderita Acute Myloid Leukemia (AML). pengobatan
Antibiotik tetap andalan untuk demam neutropenia dan semakin digunakan sebagai
profilaksis untuk pasien yang berisko mengahadapi demam neutropenia . Diagnosis dan
pengobatan jenis lain dari neutropenia juga terus membaik . ( Dale 2009)
a)Antibiotik:
Pada pasien yang memiliki demam neutropenia antibiotik spektrum luas akan dimulai
di rumah sakit, setelah aman untuk keluar dari rumah sakit antibiotik oral dapat
dilanjutkan.
b) Colony Stimulating Factors:
Seperti filgastrim (GCSF) atau sargramostim (GMCSF), obat ini dapat diberikan
untuk meningkatkan jumlah sel darah putih seseoran. Ini dapat diberikan secara
intravena (IV) atau secara injeksi subkutan (SubQ).
c)Antipiretik:
Setelah sumber demam ditemukan pengobatan antibiotik dimulai untuk membantu
meringankan demam itu sendiri dapat digunakan untuk membuat merasa lebih baik.
Pada pasien dengan demam yang tidak jelas, dianjurkan bahwa rejimen awal
dilanjutkan sampai ada tanda-tanda yang jelas dari pemulihan sumsum; tradisional
endpoint merupakan Absolute Neutrophil Count (ANC) meningkat melebihi 500 sel / mm3
. jika kursus perawatan yang tepat telah selesai dan semua tanda-tanda dan gejala infeksi
33. didokumentasikan telah diselesaikan, pasien yang tetap neutropenia dapat melanjutkan
lisan fluorokuinolon profilaksis sampai pemulihan sumsum (Freifeld, 2010)
Sebuah obat sintetis yang merangsang produksi sumsum tulang neutrofil
(recombinant human granulocyte colony stimulating factor ([rhGCSF]) telah digunakan
untuk mengobati neutropenia kronis yang parah . Penelitian telah menunjukkan bahwa
terapi jangka panjang dapat meningkatkan jumlah neutrofil ke kisaran normal di sebagian
besar individu, sehingga mengurangi infeksi dan gejala yang terkait lainnya . Evaluasi yang
cermat sebelum mulai terapi tersebut dan pengamatan berkelanjutan selama terapi sangat
penting untuk menjamin keamanan jangka panjang dan efektivitas pengobatan seperti pada
individu dengan neutropenia kronis yang parah . ( Boxer , 2012)
meskipun banyak dari prinsip-prinsip manajemen yang dikembangkan untuk
pasien dengan leukemia akut , meningkatnya penggunaan kemoterapi sitotoksik pada
pasien dengan limfoma dan solid tumor telah meningkatkan jumlah pasien yang memiliki
neutropenia dan yang berisiko terinfeksi .Meskipun bahkan pasien yang memiliki
neutropenia untuk kurang dari seminggu bisa menjadi demam dan membutuhkan terapi
antibiotik empiris , mereka umumnya merespon segera, jika tidak ada penyebab infeksi
diidentifikasi , program disingkat pengobatan cukup , terutama jika terbukti setelah terapi
dimulai . ( Pizzo , 1993)
Rekombinan manusia granulocyte colony- stimulating factor
(RG- CSF).G - CSF adalah sitokin utama yang merangsang pertumbuhan dan
perkembangan neutrofil di sumsum tulang . Suatu bentuk rekombinan dari G - CSF (
filgrastim ; r - metHuG - CSF ) tersedia secara komersial . Filgrastim memiliki efek
farmakologi yang sama endogen manusia G - CSF ; meningkatkan aktivasi , proliferasi ,
dan diferensiasi sel progenitor neutrofil dan meningkatkan fungsi neutrofil matang . Yang
menghasilkan peningkatan granulopoiesis tanpa mengurangi paruh neutrofil. Akibatnya ,
menghasilkan peningkatan dosis tergantung di jumlah neutrofil absolut ( ANC ) dan
berhubungan dengan penurunan kejadian , durasi , dan beratnya neutropenia. (Bhatt,2004)
34. BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA
KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep Penelitian
- Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka kerangka konsep penelitian ini adalah:
Gambar 3.1: Kerangka Konsep
Usia
Jenis Kelamin
Jenis Keganasan
Jenis Kemoterapi
Demam Neutropenia
35. 3.2 Definisi Operasional
No Variabel
Penelitian
Definisi
Operational
Alat
Ukur
Hasil
Ukur
Skala
ukur
1 Umur
Usia adalah
umur pasien
dari lahir
hingga saat ini
Data sekunder
dari rekam
medis
Umur anak, 0
tahun hingga
18tahun
Ordinal
2 Jenis kelamin
Identitas
seksual pasien
Data sekunder
dari rekam
medis
Pria ,Wanita Nominal
3 Jenis
keganasan
Jenis kanker
yang diderita
pasien
Data sekunder
dari rekam
medis
Analisa data dari
rekam medis,
nama jenis
keganasan
Nominal
4 Jenis
kemoterapi
Jenis
penaganan
keganasan
Data sekunder
dari rekam
medis
Pemberian jenis
kemoterapi pada
penderita kanker
anak .
Nominal
5 Demam
Neutropenia
kenaikan suhu
pada tubuh
yang
disebabkan
oleh
penurunan
jumlah
neutrofil
Data sekunder
dari rekam
medis
Ada/Tidak
Riwayat Demam
Neutropenia
Nominal
36. BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif retrospektif dengan
pendekatan cross sectional yaitu untuk mencari karekteristik yang berkaitan dengan
demam neutropenia pada penderita kanker anak di RSUP Haji Adam Malik .
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
4.2.1 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret 2015 - December 2015.
4.2.2 Tempat Penelitian
Penelitian ini telah dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik
Medan. Alasan pemilihan lokasi ini karena rumah sakit ini merupakan rumah sakit rujukan
wilayah pembangunan A yaitu Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat, dan Riau, dan
merupakan rumah sakit pendidikan.
4.3 Populasi dan Sampel
4.3.1 Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah anak-anak dengan kanker yang menderita
demam neutropenia selama rawatan di RSUP Haji Adam Malik.
Berdasarkan survei awal yang penulis lakukan, pada Maret 2011-Maret 2015
tercatat jumlah pasien anak penderita kanker di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam
Malik Medan adalah sebanyak 2018 pasien.
4.3.2 Sampel Penelitian
Sampel pada penelitian ini adalah data rekam medik, karekteristik demam
neutropenia pada anak yang menderia dengan kanker . Teknik dalam pengambilan sampel
dengan menggunakan teknik simple randomized sampling, di mana pengambilan sampel
dengan secara serampangan menjadi sampel dalam penelitian ini.
37. a) Kriteria Inklusi:
1. Anak yang menderita kanker.
2. Faktor yang menyebabkan demam neutropenia seperti usia , jenis kelamin ,
jenis keganasan, dan jenis kemoterapi.
3. Semua anak penderita kanker yang menderita demam selama rawatan .
4. Telah melakukan pemeriksaan laboratorium lengkap ( Complete Blood Count
)dan hasil laboratorium (Absolute Neutrophil count)
5. Dalam hasil laboratorium Jumlah neutrofil absolut kurang dari 0,5 x 109 / L
b) Kriteria Eksklusi:
1. Data rekam medis yang tidak lengkap
2. Kejadian demam dengan kadar neutrofil yang normal.
Teknik pengambilan sampel dilakukan secara simple randomized sampling dimana
semua sampel yang didapat dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian
sampai jumlah sampel yang diperlukan terpenuhi. Menurut Notoatmodjo (2005), untuk
mencapai jumlah sampel dari populasi yang jumlahnya lebih kecil dari 10.000, dapat
dihitung berdasarkan rumus:
𝑛 =
N
1+𝑁 ( 𝑑2 )
Keterangan :
N = Besar populasi
n = Besar sampel
d = Tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan (0.1)
Hasil dari asumsi, jumlah populasi anak penderita kanker Rumah Sakit Umum
Pusat Haji Adam Malik, Medan adalah 2018 orang, maka sekurang-kurangnya 95 orang
diperlukan untuk mengikuti penelitian ini. Dalam penelitian ini saya telah menambahkan
5 orang sampel lagi menjadikannya 100 sampel. Ini adalah untuk menambahkan
keakuratan hasil penelitian dan juga memudahkan perkiraan.
38. n = 2018
1+ 2018(0.1)² = 95.28 ≈ 95
4.4 Metode Pengumpulan Data
Data diperoleh melalui data sekunder yaitu dari rekam medis pasien. Awal
pengumpulan data dilakukan di Instalasi Rekam Medis untuk mencatat nomor registrasi,
usia, jenis kelamin, jenis keganasan, dan jenis kemoterapi pasien anak penderita kanker
yang menderita demam. Setelah rekam medis didapatkan, dilakukan pencatatan variabel
yang dibutuhkan yaitu riwayat demam neutropenia pada penderita kanker anak dan
karekteristik demam neutropenia .
4.5 Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan dilakukan dengan menganalisa data pasien yang diambil dari rekam medis
di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik.Analisa data ini akan dilakukan secara
deskriptif dengan menggunakan program computer.
39. BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
RSUP H.Adam Malik Medan merupakan rumah sakit kelas A dengan SK Menkes
No.335/Menkes /SK/VII/1990 dan juga sebagai Rumah Sakit Pendidikan Sesusai dengan
SK Menkes/SK/IX/1991 yang memili visi sebgai pusat unggulan pelayanan keehatan
dan pendidikan juga merupakan pusat rujukan kesehatan untuk wilayah pembangunan
Ayang meliputi Provinsi Sumetera Utera,Aceh ,Sumatera Barat dan Riau . Lokasi
dibangun diatas tanah seluas kurang lebih 10 Ha dan terletak di jalan Bunga Lau No .17
Km 12 kecematan Medan tuntungan kotamadnya Medan Provinsi Sumetera Utara.
Dalam rangka melayani kesehatan masyarakat umum ,RSUP H. Adam Malik
Medan didukung oleh 1.995 orang tenaga kerja yang terdiri dari 790 orang tenaga medis
dari berbagai spesialiasi ,604 orang paramedic perawatan ,298 orang paramedic non
perawatan dan 263 orang tenaga non medis serta ditambah dengan Dokter Brigade Siaga
Bencana (BSB) sebanyak 8 orang .
RSUP H. Adam Malik Medan memiliki fasilitas pelayanan yang terdiri dari
pelayanan medis (instalasi rawat jalan,rawat inap ,perawatan intensif ,gawat darurat
,bedah pusat ,hemodialisa), pelayanan penunjang medis (instalasi diagnostik terpadu ,
patologik klinik ,patologi anatomi ,radiologi , rehabilitasi medis ,kardiovaskular
,mikrobiologi), pelayanan penunjang non-medis (instalasi gizi , farmasi ,Central
Sterlization Supply Depart(CSSD), bioelektrik medik ,Penyuluhan Kesehatan Masyarakat
Rumah Sakit (PKMRS) .Bagi rekam medis terletak di lantai dasar tepat dibelakan
poliklinik Obstetri Ginekologi RSUP H . Adam Malik Medan.
5.1.2. Karakteristik subyek penelitian
Penelitian ini dilakukan bulan maret 2015 sampai dengan Desember 2015,diperoleh
100 subjek untuk meneliti kejadian demam neutropenia pada pasien kanker anak . Namun,
40. dari 100 sampel tersebut, hanya 54 sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi
yang telah ditetapkan oleh peneliti (Gambar 5.1).
Tabel 5.1. Distribusi Sampel Berdasarkan Umur
Umur Jumlah (n) Persentase (%)
0-5 tahun 4 7.4
6-10tahun 26 48.1
11-15tahun 18 33.3
16-18 tahun 6 11.1
Total 54 100
Dari tabel 5.1,dapat dilihat bahwa mayoritas sampel kelompok berumur 6-10 tahun
dengan jumlah 26 orang (48.1 %) dan sampel yang paling sedikit adalah dalam kelopok
berumur 0-5 yaitu sebanyak 4 orang yang mane merupakan 7.4 pesantase .
Tabel 5.2. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah (n) Persentase (%)
Laki-laki 26 46.5
Perempuan 28 53.7
Total 54 100
Tabel 5.2 menunjukkan jumlah responden perempuan lebih banyak daripada
responden laki-laki dengan perbedaan yang sedikit ,dimana terdapat 28 orang (53.7%)
respondan perempuan dan 26 orang (46.5%) respondan laki-laki penderita kanker yang
menghidap demam neutropenia .
41. Gambar 5.1. Alur Penentuan Sampel
100 sampel penelitian
46 sampel54 sampel
Hasil lab tidak lengkap
Tidak ada riwayat
demam
Data rekam medis
tidak lengkap
inklusi
eksklusi
42. Tabel 5.3 Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kemoterapi
Dari tabel 5.3, jenis kemoterapi yang paling banyak digunakan pada penderita
adalah kemoterapi Methotrexate(MTX) untuk 17 orang (31.5%) dan yang paling sedikit
adalah kemoterapi Leunase untuk 1 orang(1.9%) .
Tabel 5.4 Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis keganasan
Jenis Keganasan Jumlah
(n)
Persentase (%)
Retinoblastoma 8 14.8
Limpoma Hodgkin 2 3.7
Non Hodgkin Lyphoma (NHL) 4 7.4
Acute Lyphoblastic Leukemia (All) 28 51.9
Systemic Lupus Eritamatos 7 13.0
Neuroblastoma 3 5.6
Jenis Kemoterapi Jumlah (n) Persentase (%)
Vincristin(VCR) 16 29.6
Methotrexate(MTX) 17 31.5
Cyclophosphamide (Cpa) 7 14.8
Carboplatin 3 3.7
Leunase 1 1.9
Etoposide 6 11.1
6-Mercaptopurine 4 7.4
Total 54 100
43. Acute Myloid Leukemia(AML) 1 1.9
Soft Tissue Tumor 1 1.6
Total 54 100
Dari tabel 5.4 ,didapati lebih banyak pasien manghadapi kanker Acute Lyphoblastic
Leukemia (ALL) sebanyak 28 orang (51.9%) dibandingkan dengan jenis kanker yang
lain.
5.2 Pembahasan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan data sekunder
rekam medis di RSUP Haji Adam Malik, Medan dari tahun Maret 2011-Maret
2015,diperoleh data mengenai prevalensi dan faktor resiko kejadian demam neutropenia
pada pasien kanker anak di RSUP Haji Adam Malik Medan dari tahun Maret 2011- Maret
2015yang menjadi responden dalam penelitian ini . Data- data tersebutlah yang akan
digunakan sebagai dasar bagi pembahasan hasil akhir penelitian ini,yang dapat dijabarkan
sebagai berikut .
5.2.1 Distribusi Sampel Berdasarkan Umur
Gambar 5.2. Distribusi Sampel Berdasarkan Umur
Pada gambar 5.2. dapat diketahui bahwa responden penderita kanker yang
mengidap Demam neutropenia paling banyak berasal dari kelompok usia 6-10 tahun yaitu
7.4%
48.10%
33.30%
11.30%
0-5 Tahun 6-10 Tahun 11-15 Tahun 16-18 Tahun
44. sebanyak 26 orang (48.1%) yang diikuti oleh oleh kelompok usia 11-15 tahun adalah 18
orang (33.3%) dan 16-18 tahun sebanyak 6 orang (11.1%) .Kemudian , kelompok usia
dengan frequensi paling kecil adalah dari 0- 5 tahun ,sebanyak 6 orang (7.4%) .Hasil ini
bertentangan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Lyman (2005) yang mane
menyatakan usia yang lebih tinggi menjadi faktor risiko umum untuk
pengembanganneutropenia berat dan komplikasi neutropenik lainnya seperti demam
neutropenia.Usia lanjut merupakan faktor risiko independen yang sangat penting , karena
lebih tuapasien sering diperlakukan dengan dosis kemoterapi yang lebih rendah untuk
meminimalkanterjadinya komplikasi neutropenia . Karena pasien yang lebih tua dengan
kanker dapatmendapatkan manfaat yang sama dari kemoterapi agresif sebagai pasien yang
lebih muda.
5.2.2. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin
Gambar 5.3. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin
Pada gambar 5.3.,diperoleh bahwa jumlah penderita laki-laki lebih kurang daripada
responden perempuan dengan perbedaan yang lebih sedikit yaitu 28 orang (53.7%)
perempuan dan 26 orang(46.3%) sampel laki-laki. Penelitian ini sejajar dengan sesuatu
penelitian yang telah dilakukan oleh Crawford (2014),dinyatakan bahwajenis kelamin
merupakan salah satu faktor untuk terjadi demam neutropenia ,selain itu,penelitian itu juga
menyatakan bahwa perempuan lebih cenderung terhadap terjadinya demam neutropenia
daripada laki-laki . Hasilnya sejajar dengan penelitian yang telah dilakukan oleh
46.3%
53.7.% laki-laki
perempuan
45. leong(1997) di rumah sakit Newcastle Mater Misericordiae yaitu 55 persantase pasien
perempuan menderita demam neutropenia dibanding dengan laki-laki.
5.2.3. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kemoterapi
Gambar 5.4. Distribusi Sampel BerdasarkanJenis Kemoterapi
Pada gambar 5.4, didapatkan hasil bahwa lebih banyak Jenis Kemoterapi yang
didapatkan oleh responden ialah kemoterapi Methotrexate(MTX),telah digunakan terhadap
17 orang (31.5%).Seterusnya kemoterapi Vincristin (VCR)telah digunakan sebanyak 29.6
persantasepada pasien ,yaitu 16 orang. Kemudian,diikuti dengan kemoterapi
Cyclophosphamide (CPA) yang mane telah digunakan terhadap 7 orang yaitu (14.8%),
kemudian 4 orang (7.4%) telah dapat kemoterapi 6-Mercaptopurine dan Etoposide
diberikan kepada pasien sejumlah 6 orang(11.1%). Lagi pula,3 pasien (3.7%) telah
mendapat rawatan kemoterapi Carboplatin.Kemudian penggunaan jenis kemoterapi
dengan frekuensi yang kecil adalah Leunas yaitu sebanyak 1.9 persantase.Resiko demam
neutropenia berat biasanya didasarkan pada rejimen pengobatan. Dari literature sebuah
survei Lyman (2005) diUniversity of Rochester School of Medicine and Dentistry ,tentang
uji klinis kemoterapi secara acak pada pasien kanker stadium awal payudara dan Non -
Hodgkin Lymphoma ( NHL ) telah menunjukkan , bagaimanapun, bahwa tingkat
29.6%
31.5%
14.8%
3.7%
1.9% 11.1%
7.4%
Vincristin(VCR) Methotrexate(MTX)
Cyclophosphamide (Cpa) Carboplatin
Leunase Etoposide
6-Mercaptopurine
46. myelosupresi dan intensitas dosis relatif ( RDI ) yang tidak dilaporkan . Ketika melaporkan
, tingkat dengan rejimen yang sama dan serupa sangat bervariasi , Perbedaan dalam tingkat
komplikasi neutropenik berhubungan dengan perbedaan dalam populasi pasien serta
intensitas dan jeniskemoterapi yang disampaikan.
Analisis multivariat mengidentifikasi beberapa prediktor independen untuk
penurunan Relative Dosis Intensity (RDI) , termasuk peningkatan usia ; hamper 85% pasien
yang dapat pengobatan kemoterapi dengan cyclophosphamide, methotrexate, dan
fluorouracil,atau siklofosfamid, doxorubicin, dan fluorouracil telah menderita demam
neutropenia yang diinduksikan oleh kemoterapi . (Lyman, 2005)
Kemoterapi Methotrexate (MTX )adalah obat yang digunakan secara luas yang
paling umum digunakan dalam pengobatan berbagai penyakit berbahaya dan gangguan
autoimun , termasuk arthritis arthritis dan aborsi elektif . Ini adalah inhibitor proliferasi
seluler . Dengan demikian , sel-sel dengan omset tertinggi atau dikurangi paruh yang paling
rentan terhadap efeknya . Sebagai konsekuensi, ketika sel-sel epitel mulut pasien
terpengaruh , mucositis berkembang . Melalui mekanisme yang sama , sitopenia
menyebabkan peningkatan pendarahan , mudah memar , eritrosit makrositik , dan
peningkatan risiko infeksi . (Gonzalez-Ibarra ,2014)
5.2.4 Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Keganasan
Pada gambar 5.5. , dapat diketahui bahwa pengidap demam neutropenia dalam
jumlah besar menderita kanker berjenis Acute Lyphoblastic Leukemia (ALL) yaitu
sebanyak 28 orang (51.9%). Selain itu , 8 orang (14.8%) yang mengidap demam neutropenia
mempunyai kanker berjenis Retinoblastoma . Kanker Non Hodgkin Lyphoma (NHL)
diederitakan oleh sebanyak 4 orang (7.4%) dan kanker Systemic Lupus Eritamatos juga
menunjakan angka penderita sebanyak 7 orang (13%) . Kemudian, 2 orang (3.7%) penderita
demam neutropenia mempunyai kanker berjenis Limpoma Hodgkin .
47. Gambar 5.5. Distribusi Sampel BerdasarkanJenis Keganasan
Kanker berjenis Neuroblastoma diderita oleh 3 orang (5.6%) .Setelah itu ,kanker
berjenis Acute Myloid Leukemia (AML) menderita oleh 1 orang (1.9%) yang menderita
demam neutropenia . Selepas itu , bilangan pasien yang menderita Soft Tissue Tumouradalah
sebanyak 1 orang (1.9%).
Hasil ini juga sejajar dengan penelitian yang telah dikakukan oleh lyman (2005)
tentang Prediktor Komplikasi neutropenik pada Anak. Penelitian itu yang
menyatakanbahwa menunjukkan bahwa kanker yang tidak terkendali adalah prediktor
signifikan demam neutropenia dalam unit rawatan dan komplikasi serius neutropenik.Selain
itu,komplikasi neutropenik yaitu demam neutropenia banyak ditemukan pada pasien anak
dengan Acute Lyphoblastic Leukemia (ALL) dan tumor padat sekitar 60 persantase.Pasien
dengan keganasan hematologi mempunyai resiko lebih besar untuk komplikasi neutropenik
dibandingkan pasien dengan tumor padat karena proses penyakit yang mendasari serta
intensitas perawatan yang diperlukan . Konsisten dengan penelitian ini , analisis data dari
pasien rawat inap dengan 120 kasus Demam neutropenia di rumah sakit dari University
Health System Consortium menunjukkan bahwa durasi rawat inap serta kematian rawat inap
secara signifikan lebih besar pada pasien dengan leukemia dibandingkan pada pasien dengan
tumor padat
14.8%
3.7%
7.4%
51.9%
13%
1.9% 1.6% 5.6
Retinoblastoma Limpoma Hodgkin
Non Hodgkin Lyphoma (NHL) Acute Lyphoblastic Leukemia (All)
Systemic Lupus Eritamatos Acute Myloid Leukemia(AML)
Soft Tissue Tumor Neuroblastoma
48. BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai karakteristik kejadian
demam neutropenia pada pasien kanker anak di RSUP Haji Adam Malik Medan dari tahun
Maret 2011- Maret 2015 dengan jumlah responden sebanyak 54 orang, maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut .
1. Distrubusi Kelompok usia pada responden yang menderita demam neutropenia paling
banyak adalah 6-10 Tahun sebanyak 26 orang (48.1%).
2. Distrubusi jenis kelamin pada pasien yang hadapi demam neutropenia paling banyak
pada perempuan yaitu 28 orang (53.7%).
3. Distrubusi jenis kemoterapi yang paling banyak digunakan untuk rawat pasien kanker
yang menderita demam neutropenia adalah kemoterapi Methotrexate(MTX) (31.5%).
4. Distrubusi jenis keganasan yang paling banyak dihadapi oleh pasien ialah Acute
Lyphoblastic Leukemia (ALL) yaitu sebanyak 28 orang (51.9%) .
6.2 Saran
Adapun saran yang diberikan peneliti berkaitan dengan penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Penelitian selanjutnya mengenai demam neutropenia sebaiknya menggunakan populasi
penelitian yang lebih luas dengan menggunakan data dari beberapa rumah sakit dan
meneliti karakteristik yang menyebabkan demam neutropenia pada anak yang menderita
dengan kanker yang lebih beragam ,yang bertujuan untuk memperkaya data sehingga
jenis karakteristik demam neutropenia pad pasien kanker anak dapat dikenali dengan
lebih baik .
2. Pihak RSUP Haji Adam Malik, Medan sebaiknya meningkatkan kualitas dan melengkapi
data rekam medic pasien, sehingga penelitian yang dilakukan selanjutnya dapat
memberikan hasil yang lebih tepat .
49. DAFTAR PUSTAKA
Ammann, R., Bodmer, N.,Hirt, A., Niggli, F., Nadal, D., Simon, A., Ozsahin, H., Kontny, U., Kuhne,
T., Popovic, M., Luthy, A. and Aebi, C. ,2010. Predicting Adverse Events in Children With
Fever and Chemotherapy-Induced Neutropenia: The Prospective Multicenter SPOG 2003 FN
Study. Journal of Clinical Oncology, 28(12), pp.2008-2014.
Asturias, E., Quezada, J. and Corral, J., 2010. Evaluation of six risk factors for the development of
bacteremia in children with cancer and febrile neutropenia. Current Oncology, 17(2).
Bhatt, Varsha, and Abdus Saleem. "Druginduced Neutropenia – Pathophysiology, Clinical Features,
And Management". Annals of Clinical & Laboratory Science vol. 34.no. 2 (2004): 131-137.
Web. 21 Sept. 2015.
Boxer, L ., Walkovich, K. , 2013. How to Approach Neutropenia in Childhood. Pediatrics in Review,
34(4), pp.173-184.
Braden,C.D.Emedicine.medscape.com, 2015. Neutropenia. Available at:
http://emedicine.medscape.com/article/204821-overview#aw2aab6b2b4aa [Accessed 19 April
2015].
Brinkmann, V. and Zychlinsky, A. ,2012. Neutrophil extracellular traps: Is immunity the second
function of chromatin?. The Journal of Cell Biology, 198(5), pp.773-783.
Castagnola, E., Garrè, M., Bertoluzzo, L., Pignatelli, S., Pavanello, M., Caviglia, I., Caruso, S.,
Bagnasco, F., Moroni, C., Tacchella, A. and Haupt, R. (2011). Epidemiology of Febrile
Neutropenia in Children With Central Nervous System Tumor. Journal of Pediatric
Hematology/Oncology, 33(7), pp.e310-e315.
Crawford, J., Dale, D. and Lyman, G. ,2004. Crawford J, Dale DC, Lyman GH. Chemotherapy-
induced neutropenia: risks, consequences, and new directions for its management.Cancer.
(2004) 100(2):228-37. Cancer, 100(9), pp.1993-1994.
Dalal ,S, , Zhukovsky .,2006 .Pathophysiology and Management of Fever. The Journal Of Supportive
Oncology.
Freifeld, A., Bow, E., Sepkowitz, K., Boeckh, M., Ito, J., Mullen, C., Raad, I., Rolston, K., Young, J.
and Wingard, J. ,2011. Clinical Practice Guideline for the Use of Antimicrobial Agents in
Neutropenic Patients with Cancer: 2010 Update by the Infectious Diseases Society of America.
Clinical Infectious Diseases, 52(4), pp.e56-e93..
50. Gonzalez-Ibarra, F., Eivaz-Mohammadi, S., Surapaneni, S., Alsaadi, H., Syed, A., Badin, S., Marian,
V. and Elamir, M. (2014). Methotrexate Induced Pancytopenia. Case Reports in
Rheumatology, 2014, pp.1-4.
Hassan, B. A.Rasool , Mohd Yusoff Z B , Othman .S., 2010.Clinical Signs and Association with
Neutropenia in Solid Cancer Patients - Bacterial Infection as the Main Cause. Asian Pacific
Journal of Cancer Prevention, Vol 11.
Kliegman, Rober M. Nelson Textbook Of Pediatrics, 19th Editon. [ Halaman 746- 751 ]
Lehrnbecher, T., Phillips, R., Alexander, S., Alvaro, F., Carlesse, F., Fisher, B., Hakim, H., Santolaya,
M., Castagnola, E., Davis, B., Dupuis, L., Gibson, F., Groll, A., Gaur, A., Gupta, A., Kebudi,
R., Petrilli, S., Steinbach, W., Villarroel, M., Zaoutis, T. and Sung, L. ,2012. Guideline for the
Management of Fever and Neutropenia in Children With Cancer and/or Undergoing
Hematopoietic Stem-Cell Transplantation. Journal of Clinical Oncology, 30(35), pp.4427-
4438.
Lyman, G. (2005). Risk Models for Predicting Chemotherapy-Induced Neutropenia. The
Oncologist, 10(6), pp.427-437.
Lyman, G. and Kuderer, N. ,2003. Epidemiology of Febrile Neutropenia. Supportive Cancer
Therapy, 1(1), pp.23-35.
Lyman, G., Abella, E. and Pettengell, R. ,2014. Risk factors for febrile neutropenia among patients
with cancer receiving chemotherapy: A systematic review. Critical Reviews in
Oncology/Hematology, 90(3), pp.190-199..
Marinella . M., 2015. Fever in Patients with Cancer - Infectious Disease and Antimicrobial
Agents.Antimicrobe.org. Available at: http://www.antimicrobe.org/new/e13.asp#t1 [Accessed
26 Mei 2015].
Nader, d. ,2015. Medscape Drugs & Diseases . Emedicine.medscape.com. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/208576overview#aw2aab6b5 [Accessed 5 Mei 2015].
Nwakoby, I., Reddy, K., Patel, P., Shah, N., Sharma, S., Bhaskaran, M., Gibbons, N., Kapasi, A. and
Singhal, P. ,2001. Fas-Mediated Apoptosis of Neutrophils in Sera of Patients with Infection.
Infection and Immunity, 69(5), pp.3343-3349.
51. Saito, T., Aiba, K. , 2013 . Pathophysiology and diagnosis of cancer patients with febrile neutropenia
. Dept. of Internal Medicine, The Jikei University School of Medicine, Japan.
Schouten, H. ,2006. Neutropenia management. Annals of Oncology, 17(suppl 10), pp.x85-x89.
Segal, A. ,2005. How Neutrophils Kill Microbes. Annual Review of Immunology, 23(1), pp.197-223.
Segel, G. and Halterman, J. ,2008. Neutropenia in Pediatric Practice. Pediatrics in Review, 29(1),
pp.12-24.
Staff, h. ,2015. Body Temperature | University of Michigan Health System. Uofmhealth.org.
Available from : http://www.uofmhealth.org/health-library/hw198785 [Accessed 17 mei
2015].
Territo .M .,2015 Neutropenia (Agranulocytosis; Granulocytopenia). Merck Sharp & Dohme Corp.,
a subsidary of Merck & Co., Inc., Whitehouse Station, NJ., USA.
WHO, 2010. Assessing National Capacity For The Prevention And Control Of Noncommunicable
Diseases. Available from:
http://www.who.int/cancer/publications/national_capacity_prevention_ncds.pdf [Accessed
:28 Maret 2015]
WHO, 2015. Noncommunicable Diseases. Available from :
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs355/en/.[Accessed :28 Maret 2015]
Yoaifoundation.org, (2015). YOAI | Yayasan Onkologi Anak Indonesia. Available from:
http://www.yoaifoundation.org/lang-en.html [Accessed :29 Maret 2015]
53. Penjelasan Kode :
JK =Jenis Kelamin
1 : Laki-laki
2 : Perempuan
Umur =
1 : 0-5 tahun
2 : 6-10 tahun
3 : 11-15tahun
4 : 16-18 tahun
Jenis Kemoterapi =
1 : Vincristin(VCR)
2 : Methotrexate(MTX)
3 : Cyclophosphamide (CPA)
4 : Carboplatin
5 : Leunase
6 : Etoposide
7 : 6-Mercaptopurine
Jenis Keganasan=
1 : Retinoblastoma
2 : Limpoma Hodgkin
3 : Non Hodgkin Lyphoma (NHL)
4 : Acute Lyphoblastic Leukemia (ALL)
5 : Systemic Lupus Eritamatos
6 : Soft Tissue Tumour
7 : Neuroblastoma
8 : Acute Myloid Leukemia (AML)
54. FREQUENCIES VARIABLES=UMUR JKJ.KEGANASAN J.KEMOTERAPIDEMAM.NEUTROPENIA
/ORDER=ANALYSIS.
Frequencies
Notes
Output Created 07-DEC-2015 11:18:09
Comments
Input
Data
C:UsersuserDesktopagilanUntitled1.
sav
Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data
File
54
Missing Value Handling
Definition of Missing
User-defined missing values are treated
as missing.
Cases Used
Statistics are based on all cases with
valid data.
Syntax
FREQUENCIES VARIABLES=UMUR
JK J.KEGANASAN J.KEMOTERAPI
DEMAM.NEUTROPENIA
/ORDER=ANALYSIS.
Resources
Processor Time 00:00:00.02
Elapsed Time 00:00:00.01
55. [DataSet1] C:UsersuserDesktopagilanUntitled1.sav
Statistics
umur responden jenis kelamin
responden
jenis keganasan
yang dihadapi
oleh responden
jenis kemoterapi
yang
didapatkan oleh
responden
kejadian demam
neutropenia
pada
responden
N
Valid 54 54 54 54 54
Missing 0 0 0 0 0
Frequency Table
umur responden
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
0-5 4 7.4 7.4 7.4
6-10 26 48.1 48.1 55.6
11-15 18 33.3 33.3 88.9
16-18 6 11.1 11.1 100.0
Total 54 100.0 100.0
56. jenis kelamin responden
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
LELAKI 28 51.9 51.9 51.9
PEREMPUAN 26 48.1 48.1 100.0
Total 54 100.0 100.0
jenis keganasan yang dihadapi oleh responden
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
RETINOBLASTOMA 8 14.8 14.8 14.8
LIMPOMA HODGKIN 2 3.7 3.7 18.5
NON HODGKIN LYPHOMA
(NHL)
4 7.4 7.4 25.9
ACUTE LYPHOBLASTIC
LEUKEMIA (ALL)
28 51.9 51.9 77.8
SYSTEMIC LUPUS
ERITAMATOS
7 13.0 13.0 90.7
SOFT TISSUE TUMOUR 1 1.9 1.9 92.6
NEUROBLASTOMA 3 5.6 5.6 98.1
ACUTE MYLOID
LEUKEMIA (AML)
1 1.9 1.9 100.0
Total 54 100.0 100.0
57. jenis kemoterapi yang didapatkan oleh responden
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
VINCRISTIN(VCR) 16 29.6 29.6 29.6
METHOTREXATE(MTX) 17 31.5 31.5 61.1
CYCLOPHOSPHAMIDE
(CPA)
7 13.0 13.0 74.1
CARBOPLATIN 3 5.6 5.6 79.6
LEUNASE 1 1.9 1.9 81.5
ETOPOSIDE 6 11.1 11.1 92.6
6-MERCAPTOPURINE 4 7.4 7.4 100.0
Total 54 100.0 100.0
kejadian demam neutropenia pada responden
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid YA 54 100.0 100.0 100.0