SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  11
Télécharger pour lire hors ligne
MENYOAL KECOCOKTIDAKAN GAYA PEMBELAJARAN DESAIN (Moeljadi Pranata)




                      MENYOAL KECOCOKTIDAKAN
                      GAYA PEMBELAJARAN DESAIN

                                     Moeljadi Pranata
                         Dosen Jurusan Desain Komunikasi Visual
                    Fakultas Seni dan Desain – Universitas Kristen Petra
                                            dan
                         Dosen Jurusan Desain Komunikasi Visual
                         Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang


                                           ABSTRAK

       Pebelajar, sama seperti pembelajar, memiliki gaya kognitif yang berbeda-beda. Variasi
gaya pengajaran sebanyak gaya belajar. Gaya pengajaran yang distrukturkan bagi pebelajar bisa
cocok atau tidak cocok dengan gaya belajar pebelajar. Dalam pendidikan desain konvensional,
belajar dan pembelajaran dapat sangat terganggu bila gaya belajar pebelajar tidak cocok dengan
gaya pengajaran pembelajar atau program pembelajaran yang memiliki gaya yang berbeda.

Kata kunci: pendidikan desain, gaya pengajaran, gaya belajar, strategi pendesainan.


                                           ABSTRACT

       Students, as well as teachers, have different cognitive styles, and so styles of learning vary
as much as styles of teaching. The teaching strategies can be design education , their learning can
be severely impaired if they are mismatched with teacher who prefer, or teaching programmes
which impose, a different learning style.

Keywords: design education, teaching styles, learning styles, design strategies.


PENDAHULUAN

       Desain komunikasi visual adalah teori dan praktik perancangan, pengembangan,
pemanfaatan, dan evaluasi proses dan media serta untuk pemecahan masalah komunikasi
visual. Dari definisi ini tampak bahwa desain sebagai proses berupa aktivitas-aktivitas
kompleks yang melibatkan aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik dalam upaya
untuk pemerolehan pemecahan masalah yang efektif. Menurut kajian Jones (1980)
aktivitas pendesainan yang demikian adalah juga merupakan proses belajar.
Sesungguhnya, desainer sedang belajar pada saat dia mendesain. Pada pendesainan yang
terdiri atas aktivitas–aktivitas identifikasi, analisis-sintesis, eksplorasi-eksperimentasi,
riset dan pengembangan serta untuk pemecahan masalah—seiring dengan itu

 Jurusan Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain – Universitas Kristen Petra           13
                       http://puslit.petra.ac.id/journals/design/
NIRMANA Vol. 4, No. 1, Januari 2002: 13 - 23




sesungguhnya desainer sedang belajar dan belajar lebih lagi mengenai pemecahan
masalah desain, hambatan-hambatannya, serta pilihan solusi potensialnya.
       Beberapa peneliti telah menemukan, kecocokan atau ketidakcocokan antara strategi
pengajaran dengan gaya belajar secara signifikan mempengaruhi keberhasilan pebelajar
(periksa Dunn dkk., 1989). Jika proses desain adalah juga proses belajar, apakah strategi
pendesaian tertentu yang distrukturkan bagi mahasiswa desain juga akan berpengaruh
secara signifikan terhadap penampilan belajar dan pembelajaran desain?


GAYA BELAJAR-GAYA PENGAJARAN

       Tidak ada dua individu yang memiliki inteligensi yang sama. Sebagian orang
belajar lebih baik dengan suatu cara, sebagian yang lain dengan cara yang lain pula.
Setiap orang memiliki gaya belajar yang unik. Tidak ada suatu gaya belajar yang lebih
baik atau lebih buruk daripada gaya belajar yang lain. Tidak ada individu yang berbakat
atau tidak berbakat. Setiap individu secara potensial pasti berbakat—tetapi ia mewujud
dengan cara yang berbeda-beda. Ada individu yang cerdas secara logika-matematika,
namun ada juga individu yang cerdas di bidang kesenian. Pandangan-pandangan baru
yang bertolak dari teori Howard Gardner mengenai inteligensi ini telah membangkitkan
gerakan baru pembelajaran, antara lain dalam hal melayani keberbedaan gaya belajar
pebelajar.
       Howard Gardner (1999) mengajukan teori inteligensi yang sama sekali berbeda
dengan teori inteligensi tunggal (secara popular disebut IQ) yang dikenal selama ini.
Menurut Gardner, setiap orang memiliki inteligensi majemuk yang terdiri atas potensi dan
keberbakatan di bidang linguistik, logika-matematika, spatial, musikal, jasmaniah-
kinestetik, naturalistik, interpersonal, serta intrapersonal. Gardner menegaskan bahwa
setiap individu memiliki semua jenis inteligensi tersebut dengan kadar yang berbeda-
beda
       Konfigurasi dan hubungan antar inteligensi tersebut juga bisa berubah sesuai
dengan pengalaman-pengalaman yang digumuli oleh individu yang bersangkutan. Dalam
konteks pembelajaran, konsep inteligensi majemuk Gardner ini menyediakan peluang,
kesempatan, dan pelayanan yang spesifik terhadap (perbedaan karakteristik) pebelajar.
Tidak semua pebelajar belajar dengan cara yang sama; tidak semua pebelajar memiliki


14 Jurusan Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain – Universitas Kristen Petra
                           http://puslit.petra.ac.id/journals/design/
MENYOAL KECOCOKTIDAKAN GAYA PEMBELAJARAN DESAIN (Moeljadi Pranata)




gaya belajar yang sama. Untuk itu, pembelajar sebaiknya mendesain konten dan strategi
pembelajaran sedemikian rupa sehingga mudah diakses oleh setiap pebelajar.
      Dalam peristiwa pembelajaran terdapat siswa yang belajar (pebelajar) dan guru
yang mengajar (pembelajar). Peristiwa pembelajaran ini ada yang berorientasi kepada
pebelajar, ada juga yang berpusat pada pembelajar. Aktivitas belajar pebelajar dan
aktivitas mengajar pembelajar merupakan perilaku individual yang spesifik, masing-
masing disebut gaya belajar dan gaya pengajaran, yang merupakan derivat gaya-gaya
kepribadian individu yang bersangkutan.
      Gaya belajar menunjuk pada keadaan psikologi yang menentukan bagaimana
seseorang menerima informasi, berinteraksi, serta merespon pada lingkungan belajarnya.
Gaya belajar memiliki beberapa variable antara lain faktor persepsi dan pemrosesan
informasi, faktor motivasi, dan faktor psikologi.
      Setiap pebelajar memiliki gaya belajar yang unik, demikian pula gaya pengajaran
pembelajar. Sebagian orang lebih menyukai belajar atau mengajar secara visual, sebagian
lagi secara auditorial atau haptik; sebagian orang berorientasi pada teks tercetak, sebagian
lainnya berorientasi pada interaksi kelompok
      Gregore (dalam Butler, 1986) membedakan gaya individu dalam memproses
pemahaman informasi ke dalam gaya konkrit dan gaya abstrak yang acak dan teratur.
Seseorang yang memiliki gaya konkrit teratur cenderung lebih menyukai pengalaman
langsung yang diberikan menurut susunan yang logis. Mereka yang memiliki gaya ini
paling cocok belajar dengan menggunakan buku kerja, instruksi terprogram, demonstrasi,
serta kerja studio yang tersusun rapi. Sementara itu, mereka yang memiliki gaya konkrit
acak cenderung menggunakan pendekatan trial and error untuk mengambil keputusan
yang cepat dari pengalaman yang dihadapi. Pemilik gaya ini lebih cocok belajar dengan
menggunakan game, stimulasi, projek belajar mandiri, serta projek belajar keterampilan
proses.
      Mereka yang memiliki gaya abstrak teratur cenderung memahami pesan simbol
maupun verbal secara mendalam, khususnya jika pesan-pesan tersebut disusun secara
logis. Pemilik gaya ini lebih cocok belajar dengan membaca dan mendengarkan. Di pihak
lain, mereka yang memiliki gaya abstrak acak cenderung memahami pesan dengan
merespon gaya bicara dan tekanan suara pembicara yang menyampaikan pesan. Pemilik


 Jurusan Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain – Universitas Kristen Petra   15
                       http://puslit.petra.ac.id/journals/design/
NIRMANA Vol. 4, No. 1, Januari 2002: 13 - 23




gaya ini lebih cocok untuk belajar dalam latar interaktif seperti diskusi kelompok dan
tanya jawab, serta pembelajaran yang memanfaatkan media audio-visual seperti film dan
tv.
      Pask (1972) memilah gaya belajar menurut langkah-langkah belajar kedalam gaya
serialis dan gaya holis. Seseorang yang memiliki gaya serialis memilih belajar dengan
berproses dalam langkah-langkah kecil yang logis, berusaha untuk mendapatkan
kejelasan pada setiap bagian sebelum melangkah lanjut, serta mengejar jalur linear dalam
tugas pembelajaran serta menghindari setiap penyimpangan. Mereka yang memiliki gaya
holis melangkah secara lebih jauh, mengambil bagian-bagian pesan yang tidak terkait
secara logis, serta mempelajari hal-hal di luar urutan linear. Seorang holis memilih untuk
belajar dalam cara-cara yang berbeda, dan mendekati ide-ide dari sudut pandang yang
berbeda pula
      Perbedaan gaya belajar lainnya bertolak dari gaya berpikir konvergen dan gaya
berpikir divergen (Guilford, 1981). Gaya konvergen utamanya berfokus pada
pengambilan pesan dan menghasilkan atau mengkonversi suatu jawaban tunggal yang
tepat atas sesuatu masalah. Sebaliknya, gaya divergen tidak berfokus pada suatu jawaban
yang tepat--penekanannya pada kemampuan untuk menghasilkan jawaban-jawaban yang
jangkauannya luas. Jika masalah-masalah yang membutuhkan pemikiran konvergen
bersifat tertutup, masalah-masalah yang membutuhkan pemikiran divergen bersifat
terbuka.
      Ditinjau dari segi pendekatan pemecahan masalah, gaya kognitif juga dibedakan
kedalam gaya berpikir lateral dan gaya berpikir linear (deBono, 1977). Gaya berpikir
lateral menggunakan pendekatan yang fleksibel dalam pemecahan masalah. Mereka yang
memiliki gaya ini cenderung mendekati pemecahan masalah dari banyak tinjauan,
bahkan tinjauan yang sering tidak pernah terpikirkan oleh kebanyakan orang. Sementara
itu, gaya linear menggunakan pendekatan terfokus dalam pemecahan masalah. Pemilik
gaya linear cenderung melihat masalah dari satu tinjauan yaitu seperti pandangan orang
pada umumnya serta cenderung memecahkan masalah tersebut lewat langkah-langkah
hirarkis. Jika pola pemikiran gaya lateral terkesan bebas berpikir, pola pemikiran gaya
linear terkesan kaku. Witkin (dalam Oldach, 1995) menggunakan istilah ketergantungan
lapangan untuk mendeskripsikan gaya kognitif dari seseorang yang terlalu dipengaruhi


16 Jurusan Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain – Universitas Kristen Petra
                           http://puslit.petra.ac.id/journals/design/
MENYOAL KECOCOKTIDAKAN GAYA PEMBELAJARAN DESAIN (Moeljadi Pranata)




oleh konteks, dan indepensi lapangan untuk mendeskripsikan gaya dari seseorang yang
mampu untuk berpikir relatif bebas dari konteks.
      Seperti halnya gaya-gaya belajar, pola-pola pembelajaran yang dilakukan oleh
pembelajar juga terdiri atas berbagai jenis gaya pengajaran. Yang dimaksudkan dengan
gaya pengajaran ialah pola perilaku pengkondisian/pengaturan informasi dan lingkungan
yang dilakukan oleh pembelajar untuk membelajarkan pebelajar. Dalam batasan tersebut
istilah pengaturan menunjuk pada muatan strategi-strategi tertentu yang dilakukan oleh
pembelajar sehingga memunculkan suatu bentuk pembelajaran tertentu pula. Pembelajar
yang menggunakan strategi pengajaran dengan menggunakan langkah-langkah berurutan
yang logis dan setia pada langkah-langkah yang telah ditetapkan secara hirarkis
merupakan pembelajar yang memiliki gaya pengajaran serialis. Sebaliknya, pembelajar
yang menggunakan strategi pengajaran yang fleksibel dan kontekstual, tidak terikat oleh
langkah-langkah hirarkis pentahapan pembelajaran merupakan pembelajar yang memiliki
gaya pengajaran holistik . Selanjutnya, pembelajaran yang berorientasi pada proses dan
hasil pembelajaran linear yang berbasiskan pada pemerolehan jawaban tunggal
merupakan gaya pengajaran konvergen; sebaliknya yang berorientasi pada kemampuan
pebelajar untuk menghasilkan jawaban-jawaban alternatif merupakan gaya pengajaran
divergen. Pada dasarnya, jenis-jenis gaya pengajaran memiliki pola gaya yang sama
dengan jenis-jenis gaya belajar.


GAYA PENDESAINAN

      Desain dapat dimaknai menurut perspektif tinjauannya. Dari segi fungsi, desain
merupakan suatu artefak yang memenuhi suatu fungsi tertentu. Menurut tinjauan profesi,
desain merupakan komunitas desainer yang dengan serta oleh profesionalisme
membangun bidang-bidang garapan tertentu. Sementara itu, dari perspektif bidang studi
desain merupakan teori dan praktik perancangan, pengembangan, pemanfaatan, serta
evaluasi proses dan produk mengenai serta untuk pemecahan masalah domain tertentu
(Pranata, 1997). Paradigma desain yang berorientasi pada fungsi menitikberatkan makna
desain dari aspek kualitas, paradigma desain yang berorientasi pada profesi
mementingkan profesionalitas, paradigma desain sebagai bidang studi menitikberatkan
makna desain pada teori dan praktik yang berkualitas sekaligus profesional. Apa pun


 Jurusan Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain – Universitas Kristen Petra   17
                       http://puslit.petra.ac.id/journals/design/
NIRMANA Vol. 4, No. 1, Januari 2002: 13 - 23




paradigmanya, kualitas produk desain sangat dipengaruhi oleh proses pendesainan.
Dalam konteks pembelajaran di studio kualitas proses pendesainan ini dipengaruhi oleh
kecocoktidakan antara gaya pendesainan mahasiswa dengan strategi pendesainan yang
distrukturkan oleh pembelajar kepada pebelajar.
        Sama halnya dengan gaya belajar, gaya pendesainan masing-masing orang juga
bersifat unik Seperti yang ditunjukkan oleh Grillo (1972), orang cenderung menyusun
bermacam-macam barang secara berbeda dalam keranjang besar belanjanya. Sebagian
orang    akan    menyusun     berdasarkan         cara      urutan       tertentu,   sebagian   lainnya
melakukakannya menurut cara yang lain lagi. Setiap orang adalah desainer, setiap
desainer memiliki gaya pendesainan yang unik-pendesainan tersebut sesungguhnya
memiliki gaya yang sama dengan tipe gaya belajarnya. Sebagai derivasi gaya
kepribadian, gaya belajar dan gaya bekerja (dalam hal ini gaya pendesainan) merujuk
pada suatu gaya perilaku individual yang sama (bandingkan Carbo dkk., 1991).
        Strategi pendesainan yang distrukturkan pembelajar bagi pebelajar desain di studio
bisa beragam. Jika bukan karena preferensi metode desain oleh pembelajar, hal tersebut
bisa terjadi karena dipengaruhi oleh kecenderungan gaya pendesainan pembelajar yang
bersangkutan. Pembelajar yang bergaya serialis cenderung akan menstrukturkan strategi
pendesainan yang berupa urutan logis langkah demi langkah, dengan langkah berikutnya
dibuat berdasarkan keputusan yang diperoleh pada langkah sebelumnya. Jadi proses
pendesainan ini akan berupa suatu prosedur linear-serialis seperti proses pendesainan
yang pernah ditawarkan oleh Asimow (1962). Sementara itu, pembelajar yang bergaya
holis akan cenderung menstrukturkan strategi pendesainan yang ditawarkan oleh Jones
(1980) yaitu bertolak dari peta pendesainan umum. Seperti diketahui, strategi
pendesainan ini memberikan peluang yang cukup kepada pebelajar untuk membangun
rute sendiri dengan memulai dan mengerjakan pendesainan secara fleksibel dan
kontekstual. Secara serupa, kita dapat membandingkan hal tersebut di atas dengan gaya
pendesainan konvergen yang berurutan dan rasional dari March (1976) dengan gaya
pendesainan divergen yang sangat intuitif dari Halprin (1969); atau gaya pendesainan
yang terfokus, linear, dan kritis dari Archer (1965) dengan pendekatan cascade yang
lebih fleksibel dari bahasa polanya Alexander (1968). Tampaknya tak sulit untuk diduga,
hasil pembelajaran apa yang akan diperoleh jika gaya pendesainan pebelajar cocok atau


18 Jurusan Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain – Universitas Kristen Petra
                           http://puslit.petra.ac.id/journals/design/
MENYOAL KECOCOKTIDAKAN GAYA PEMBELAJARAN DESAIN (Moeljadi Pranata)




tidak cocok dengan gaya pendesainan yang distrukturkan oleh pembelajar kepada
mereka.
      Riset kecil yang penulis lakukan pada latar perkuliahan Metodologi Desain
memperoleh temuan sementara, bahwa mahasiswa yang memiliki gaya pendesainan yang
tidak cocok dengan strategi pendesainan yang distrukturkan dosen bagi mereka
cenderung tidak mampu mengembangkan konsep desain, bahkan cenderung mengalami
frustasi. Menurut pengamatan penulis, sebagian mahasiswa yang bermasalah ini
sebenarnya termasuk kategori mahasiswa berprestasi, namun kesalahan preskripsi metode
pendesainan yang dilakukan oleh pembelajar telah membuat mereka tak mampu
mengembangkan potensinya. Riset mengenai tabrakan gaya pendesainan seperti tersebut
di atas agaknya dapat membantu menjelaskan tentang fenomena mahasiswa yang ogah-
ogahan atau yang memberontak dalam pembelajaran praktik desain.


BEBERAPA TEMUAN EMPIRIK

      Beberapa temuan penelitian melaporkan bahwa kecocokan atau ketidakcocokan
antara gaya belajar dengan gaya pengajaran yang distrukturkan bagi pebelajar
berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar. Kajian yang dilakukan oleh Pask
(1972) menemukan bahwa jika gaya belajar pebelajar cocok dengan gaya pengajaran
yang distrukturkan bagi mereka, misalnya gaya belajar serealis dengan gaya pengajaran
serealis, gaya belajar holis dengan gaya pengajaran holis, maka pebelajar berpenampilan
jauh lebih baik dalam ujian dibandingkan dengan pebelajar lain yang gaya belajarnya
tidak cocok dengan gaya pengajaran yang distrukturkan guru baginya. Pask juga
menemukan bahwa pebelajar cocok yang paling tidak berhasil cenderung berpenampilan
lebih baik daripada pebelajar tidak cocok yang paling berhasil sekali pun. Kecuali itu,
pebelajar-pebelajar   yang cocok menunjukkan kemampuan yang lebih besar secara
signifikan untuk menggeneralisasikan pengetahuan yang diperolehnya.
      Temuan Pask tersebut di atas tidak berbeda dengan temuan Hudson (1996).
Hudson yang meneliti gaya kognitif para pebelajar di London menemukan bahwa 30%
subjek penelitian memiliki gaya konvergen, 30% memiliki gaya divergen, dan 40%
memiliki gaya campuran divergen-konvergen. Hudson juga menemukan bahwa para
pebelajar dari domain seni, termasuk desain, cenderung bergaya divergen, sementara itu

 Jurusan Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain – Universitas Kristen Petra   19
                       http://puslit.petra.ac.id/journals/design/
NIRMANA Vol. 4, No. 1, Januari 2002: 13 - 23




para pebelajar dari domain sains cenderung bergaya konvergen. Ia menunjukkan bahwa
para pebelajar dari domain seni cenderung lebih bebas menggunakan imajinasi mereka
mengenai kegunaan-kegunaan berbeda dari suatu objek tertentu karena mereka merasa
tidak terikat untuk bersikap praktis. Sebaliknya, para pebelajar domain sains lebih
cenderung memikirkan kegunaan yang benar dari suatu objek serta terhambat untuk
melakukan saran yang tidak praktis.
      Seperti halnya gaya serealis dan holis, gaya konvergen dan divergen juga dapat
cocok atau tidak cocok dengan gaya pengajaran. Gaya-gaya pengajaran dalam domain
sains yang dikarakteri oleh presentasi logis, terstruktur, mengarah pada satu jawaban
yang tepat akan mendorong munculnya gaya konvergen dan menghambat pemikiran
divergen pebelajar. Sebaliknya banyak aplikasi gaya pengajaran dalam seni dan desain,
yang menyediakan area lapang bagi para pebelajar untuk menghasilkan projek yang
membutuhkan pemecahan masalah secara kreatif, mendorong munculnya pemikiran
divergen.
        Seperi halnya Pask, Hudson juga menginvestigasi efek-efek dari gaya pengajaran
yang cocok dan tidak cocok dengan gaya belajar. Ia menemukan bahwa para pebelajar
yang memilki gaya konvergen paling baik belajar di bawah bimbingan pembelajar yang
bergaya konvergen, demikian pula sebaliknya. Temuan-temuan penelitian yang serupa
dengan temuan Pask dan Hudson tersebut di atas antara lain dapat dikaji dalam
penelitian-penelitian yang dilakukan oleh Cafferly (1980), Lynch (1981), Pizzo (1981),
dan Shea (1983) seperti dilaporkan oleh Dunn, Beaudry, dan Klavas (1999). Berkaitan
dengan hal itu, Dryden & Vos (2001) mengingatkan bahwa telah banyak pebelajar yang
“drop-out” hanya karena gaya belajar mereka tidak cocok dengan gaya pengajaran yang
diterapkan oleh pembelajar di kelas. Oleh karena itu, kecocoktidakan gaya pembelajaran
desain merupakan salah satu isu penting dalam pendidikan desain.


DISKUSI

      Setiap orang memiliki gaya belajar yang unik. Setiap manusia memiliki kekuatan
belajar yang tersendiri. Dunn & Dunn (1989) menggambarkan keunikan tersebut
sebagaimana tandatangan masing-masing orang. Dalam konteks tersebut tak ada suatu
gaya belajar yang lebih baik atau lebih buruk daripada gaya belajar yang lain (Dunn,
Beaudry, dan Klavas, 1989).

20 Jurusan Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain – Universitas Kristen Petra
                           http://puslit.petra.ac.id/journals/design/
MENYOAL KECOCOKTIDAKAN GAYA PEMBELAJARAN DESAIN (Moeljadi Pranata)




      Kunci menuju sukses pembelajaran adalah menemukan keunikan gaya belajar
pebelajar. Barbara Prashing (1998) menegaskan, siapa pun dapat belajar apa saja, jika
diberi kesempatan untuk melakukannya dengan gaya unik mereka, dengan kekuatan
pribadi mereka. Pernyataan ini mengisyaratkan, mahasiswa desain akan mampu
memecahkan masalah desain secara optimal jika yang bersangkutan diberi kesempatan
untuk melakukan pendesainan sesuai dengan gaya pendesainan mereka. Fakta bahwa
mahasiswa desain memiliki kecenderungan berbeda dalam memecahkan masalah desain,
seperti yang ditemukan oleh Lawson (1980), mestinya diwadahi dalam pembelajaran
desain yang menyediakan lingkungan belajar konstruktivistis. Dalam lingkungan
pembelajaran tersebut, masing-masing mahasiswa memperoleh ruang gerak yang luas
untuk memecahkan masalah desain sesuai dengan gaya pendesainan mereka.
      Konstruktivisme tidak selalu tepat diaplikasikan pada seluruh situasi pembelajaran.
Tujuan-tujuan pembelajaran desain tertentu acapkali membutuhkan strategi pendesainan
yang tertentu pula. Pengenalan pembelajar tentang berbagai metode pendesainan serta
keunikan gaya-gaya pendesainan pebelajar akan menolong pembelajar untuk memilih
strategi pembelajaran pendesainan yang dapat mengatasi perbedaan gaya-gaya
pendesainan tersebut. Upaya ini dimaksudkan agar gaya pendesainan pebelajar cocok
dengan strategi pendesainan yang distrukturkan bagi pebelajar tersebut. Seperti diketahui,
kecocokan ini akan berdampak positif terhadap penampilan dan keberhasilan belajar
pebelajar.
      Namun, seperti diungkapkan oleh Dryden & Vos (2001), kebanyakan
pembelajaran di kelas diselenggarakan dengan asumsi bahwa setiap pebelajar itu identik .
Artinya, dalam pembelajaran para pembelajar nyaris tidak mempedulikan keunikan gaya
belajar setiap pebelajar. Hal ini diperkuat lagi oleh kenyataan, bahwa dalam
pembelajarannya para pembelajar cenderung melaksanakan gaya pengajaran tradisional
yang behavioristis. Pembelajaran yang mengabaikan keunikan gaya belajar pebelajar—
yang tampaknya masih merupakan gaya utama pengajaran desain di kelas-kelas kita,
memberikan lingkungan yang tidak sejahtera bagi sebagian besar mahasiswa desain yang
cenderung bergaya divergen (bdk. Hudson, 1996), bahkan tabrakan gaya kognitif tersebut
sangat potensial mengakibatkan mahasiswa frustasi dalam belajar. Mahasiswa yang
mengalami frustasi dalam belajar tidak akan mampu mencapai hasil belajar secara


 Jurusan Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain – Universitas Kristen Petra   21
                       http://puslit.petra.ac.id/journals/design/
NIRMANA Vol. 4, No. 1, Januari 2002: 13 - 23




maksimal. Jika frustasi itu bertumpuk-tumpuk, tak mustahil hal tersebut mengantar-
kannya untuk berhenti menjadi mahasiswa.
      The World Book Encyclopedia mengisahkan tabrakan gaya kognitif Thomas Alfa
Edison di sekolah formal. Edison pernah dicambuki oleh gurunya dengan ikat pinggang
kulit karena dianggap mempermainkan guru dengan banyak pertanyaan. Dia begitu
sering dihukum sehingga ibunya mengeluarkannya dari sekolah hanya setelah 3 bulan
mengenyam pendidikan formal. Untunglah ibu Edison, seorang mantan guru, memahami
betul gaya belajar Edison. Ia merancang pembelajaran yang cocok dengan gaya belajar
Edison, sehingga Edison dapat mengembangkan dirinya secara optimal. Pengertian ibu
Edison mengenai keunikan gaya belajar Edison mendorongnya untuk memilih strategi
pembelajaran yang cocok dengan gaya belajar Edison. Kecocokan gaya-gaya kognitif ini
membuat Edison belajar dengan sejahtera, bahkan pada gilirannya mengantarkannya
untuk menjadi ilmuwan dan penemu yang dikenang oleh dunia.
      Dari kisah nyata tersebut di atas dapat diketahui bahwa kesulitan atau keberhasilan
belajar antara lain dipengaruhi oleh penyebab eksternal yaitu kecocoktidakan antara gaya
belajar pebelajar dengan gaya pengajaran pembelajar. Sehubungan dengan hal tersebut,
Michael Grinder (1991) menegaskan bahwa mengetahui cara belajar atawa (baca: dan
atau) cara mengajar terbaik bisa bermakna menghadirkan perbedaan antara keberhasilan
dan kegagalan.
      Bertolak dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa jika proses desain adalah juga
proses belajar, dan—seperti telah diketahui bahwa setiap orang memiliki gaya belajar
yang berbeda-beda, mestinya mereka memiliki gaya pendesainan yang berbeda pula.
Tambahan lagi, jika kecocoktidakan gaya belajar dengan gaya pengajaran yang
distrukturkan kepada pebelajar menghadirkan perbedaan yang nyata antara keberhasilan
dan kegagalan, maka suatu strategi pendesainan yang distrukturkan bagi mahasiswa
desain akan memiliki pengaruh yang penting terhadap keberhasilan belajar mahasiswa
yang bersangkutan. Untuk itu, agar mahasiswa mencapai keberhasilan belajar, dosen
sebagai pembelajar mestinya memperhatikan keberbedaan gaya-gaya pendesainan
mahasiswa sebagai pebelajar serta memilih strategi pendesainan yang cocok untuk
distrukturkan dalam gaya pengajarannya.




22 Jurusan Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain – Universitas Kristen Petra
                           http://puslit.petra.ac.id/journals/design/
MENYOAL KECOCOKTIDAKAN GAYA PEMBELAJARAN DESAIN (Moeljadi Pranata)




KEPUSTAKAAN

Alexander, C., Pattern Language which Generates Multi-servise centers. Berkeley:
CES.,1968.

Archer, L. B., Systematic Method for Designer. London: Design Council, 1965.

Asimow, M., Introduction to Design. New Jersey: Prentice-Hall, 1962.

Butler, K. A., Learning and Teaching Style: In Theory and in Practice. Columbia: The
Learner’s Dimension, 1986.

Carbo, M, R. Dunn, dan K. Dunn, Teaching Studens to Learn Through Their Individual
Styles. Bosto: allyn & Bacon, 1991.

de Bono, E., Teaching Thinking. London: Penguin, 1997.

Dryden, G dan J. Vos, The Learning Revolution: To Change the Way the World Learns.
Torrance: Jalmar Press, 2001.

Dunn, R, J. Beaudry, dan A. Klavas, Survey of Research on Learning Styles. Educational
Leadership , 46 (6) 1989: 53-58.

Gardner, H., Intelligence Reframed: Multiple Intelligences for The 21th . New York: Basic
Book, 1999.

Grinder, M., Righting the Educational Conveyer Belt. Portland: Metamorphous Press,
1991.

Hudson, L., Contrary Imagination. London: Penguin, 1996.

Jones, J. C., Design Methods: Seeds of Human Futures. New York: John Willey & Sons,
1980.

Lawson, B., How Designers Think. London: Architectural Press, 1980.

Pask, G. dan B, Scott, Learning Strategies and Individual Competence. Int. F. Man-Mach.
Stnd., 4 (31972) : 217-253.

Pranata, M., Apakah Desain Komunikasi Visual Itu? Seri Kajian Desain (01), Jurusan
Desain Komunikasi Visual, UK Petra Surabaya, 1997.

Prashing, B., The Power of Diversity. Auckland: Bateman, 1998.




 Jurusan Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain – Universitas Kristen Petra   23
                       http://puslit.petra.ac.id/journals/design/

Contenu connexe

Tendances

Kemahiran Belajar Add Maths 1
Kemahiran Belajar Add Maths 1Kemahiran Belajar Add Maths 1
Kemahiran Belajar Add Maths 1zabidah awang
 
Definisi model, metode, pendekatan dan strategi pembelajaran
Definisi model, metode, pendekatan dan strategi pembelajaranDefinisi model, metode, pendekatan dan strategi pembelajaran
Definisi model, metode, pendekatan dan strategi pembelajaranDani Novita Rahma
 
Pendekatan konstruktivisme
Pendekatan konstruktivismePendekatan konstruktivisme
Pendekatan konstruktivismethongsewkim
 
Kepentingan Teori Pembelajaran Konstruktivisme dan Implikasi terhadap Pengaja...
Kepentingan Teori Pembelajaran Konstruktivisme dan Implikasi terhadap Pengaja...Kepentingan Teori Pembelajaran Konstruktivisme dan Implikasi terhadap Pengaja...
Kepentingan Teori Pembelajaran Konstruktivisme dan Implikasi terhadap Pengaja...Atifah Ruzana Abd Wahab
 
Unit 5 konstruktivisme
Unit 5 konstruktivismeUnit 5 konstruktivisme
Unit 5 konstruktivismeAminah Rahmat
 
Pembelajaran Konstruktivisme
Pembelajaran KonstruktivismePembelajaran Konstruktivisme
Pembelajaran KonstruktivismeAnas Nataris
 
Tugas ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas
Tugas ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugasTugas ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas
Tugas ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugassantiratnasari
 
Teori behaviorisme dan teori konstruktivisme
Teori behaviorisme dan  teori konstruktivismeTeori behaviorisme dan  teori konstruktivisme
Teori behaviorisme dan teori konstruktivismeAzura Zainal Abidin
 
Perbedaan paradigma teori konstruktivistik, behavioristik, dan
Perbedaan paradigma teori konstruktivistik, behavioristik, danPerbedaan paradigma teori konstruktivistik, behavioristik, dan
Perbedaan paradigma teori konstruktivistik, behavioristik, danIka Pratiwi
 
Teori pembelajaran konsruktivisme
Teori pembelajaran konsruktivismeTeori pembelajaran konsruktivisme
Teori pembelajaran konsruktivismesahronzulkepli
 
Unit 9 Modul 1 Konstruktivisme V2
Unit 9  Modul 1  Konstruktivisme V2Unit 9  Modul 1  Konstruktivisme V2
Unit 9 Modul 1 Konstruktivisme V2一世 一生
 
Ppt pembelajaran terpadu tipe nested
Ppt pembelajaran terpadu tipe nestedPpt pembelajaran terpadu tipe nested
Ppt pembelajaran terpadu tipe nestedCha-cha Taulanys
 
Teori belajar dan pembelajaran konstruktivisme
Teori belajar dan pembelajaran konstruktivismeTeori belajar dan pembelajaran konstruktivisme
Teori belajar dan pembelajaran konstruktivismeBun Faris
 

Tendances (20)

Model model pembelajaran
Model model pembelajaranModel model pembelajaran
Model model pembelajaran
 
Kemahiran Belajar Add Maths 1
Kemahiran Belajar Add Maths 1Kemahiran Belajar Add Maths 1
Kemahiran Belajar Add Maths 1
 
Metode immersed
Metode immersedMetode immersed
Metode immersed
 
65 model pembelajaran
65 model pembelajaran65 model pembelajaran
65 model pembelajaran
 
Definisi model, metode, pendekatan dan strategi pembelajaran
Definisi model, metode, pendekatan dan strategi pembelajaranDefinisi model, metode, pendekatan dan strategi pembelajaran
Definisi model, metode, pendekatan dan strategi pembelajaran
 
Pendekatan konstruktivisme
Pendekatan konstruktivismePendekatan konstruktivisme
Pendekatan konstruktivisme
 
Model
ModelModel
Model
 
Kepentingan Teori Pembelajaran Konstruktivisme dan Implikasi terhadap Pengaja...
Kepentingan Teori Pembelajaran Konstruktivisme dan Implikasi terhadap Pengaja...Kepentingan Teori Pembelajaran Konstruktivisme dan Implikasi terhadap Pengaja...
Kepentingan Teori Pembelajaran Konstruktivisme dan Implikasi terhadap Pengaja...
 
Psv3105
Psv3105Psv3105
Psv3105
 
Ppt. kontruktivisme
Ppt. kontruktivismePpt. kontruktivisme
Ppt. kontruktivisme
 
Unit 5 konstruktivisme
Unit 5 konstruktivismeUnit 5 konstruktivisme
Unit 5 konstruktivisme
 
Pembelajaran Konstruktivisme
Pembelajaran KonstruktivismePembelajaran Konstruktivisme
Pembelajaran Konstruktivisme
 
Tugas ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas
Tugas ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugasTugas ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas
Tugas ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas
 
Teori behaviorisme dan teori konstruktivisme
Teori behaviorisme dan  teori konstruktivismeTeori behaviorisme dan  teori konstruktivisme
Teori behaviorisme dan teori konstruktivisme
 
Perbedaan paradigma teori konstruktivistik, behavioristik, dan
Perbedaan paradigma teori konstruktivistik, behavioristik, danPerbedaan paradigma teori konstruktivistik, behavioristik, dan
Perbedaan paradigma teori konstruktivistik, behavioristik, dan
 
Teori pembelajaran konsruktivisme
Teori pembelajaran konsruktivismeTeori pembelajaran konsruktivisme
Teori pembelajaran konsruktivisme
 
Unit 9 Modul 1 Konstruktivisme V2
Unit 9  Modul 1  Konstruktivisme V2Unit 9  Modul 1  Konstruktivisme V2
Unit 9 Modul 1 Konstruktivisme V2
 
Ppt pembelajaran terpadu tipe nested
Ppt pembelajaran terpadu tipe nestedPpt pembelajaran terpadu tipe nested
Ppt pembelajaran terpadu tipe nested
 
Teori belajar konstruktivisme
Teori belajar konstruktivismeTeori belajar konstruktivisme
Teori belajar konstruktivisme
 
Teori belajar dan pembelajaran konstruktivisme
Teori belajar dan pembelajaran konstruktivismeTeori belajar dan pembelajaran konstruktivisme
Teori belajar dan pembelajaran konstruktivisme
 

En vedette (10)

4 perencanaan kegiatan_belajar_mengajarsdasd
4 perencanaan kegiatan_belajar_mengajarsdasd4 perencanaan kegiatan_belajar_mengajarsdasd
4 perencanaan kegiatan_belajar_mengajarsdasd
 
Artikel
ArtikelArtikel
Artikel
 
Dgggfg
DgggfgDgggfg
Dgggfg
 
Jiptummpp gdl-s1-2005-nurpatarsi-2712-pendahul-n
Jiptummpp gdl-s1-2005-nurpatarsi-2712-pendahul-nJiptummpp gdl-s1-2005-nurpatarsi-2712-pendahul-n
Jiptummpp gdl-s1-2005-nurpatarsi-2712-pendahul-n
 
Utama 1
Utama 1Utama 1
Utama 1
 
3.konsep dasar desain_pembelajaranfff
3.konsep dasar desain_pembelajaranfff3.konsep dasar desain_pembelajaranfff
3.konsep dasar desain_pembelajaranfff
 
Sejarah pendidika indonesia
Sejarah pendidika indonesiaSejarah pendidika indonesia
Sejarah pendidika indonesia
 
Umm student research_abstract_7033
Umm student research_abstract_7033Umm student research_abstract_7033
Umm student research_abstract_7033
 
Kisi kisi-ujian-pendidikan-kesetaraan-pada-program-paket-b-wustha-setara-jenj...
Kisi kisi-ujian-pendidikan-kesetaraan-pada-program-paket-b-wustha-setara-jenj...Kisi kisi-ujian-pendidikan-kesetaraan-pada-program-paket-b-wustha-setara-jenj...
Kisi kisi-ujian-pendidikan-kesetaraan-pada-program-paket-b-wustha-setara-jenj...
 
4.perencanaan desain pembelajaranff
4.perencanaan desain pembelajaranff4.perencanaan desain pembelajaranff
4.perencanaan desain pembelajaranff
 

Similaire à Dkv02040102

Tugas individu media pembelajaran
Tugas individu media pembelajaranTugas individu media pembelajaran
Tugas individu media pembelajarandhianhariani
 
Pemilihan media dr int
Pemilihan media dr intPemilihan media dr int
Pemilihan media dr intmardyansofian
 
Teori Belajar dan Pembelajaran (10 - 12)--kegiatan_pembelajaran
Teori Belajar dan Pembelajaran (10 - 12)--kegiatan_pembelajaranTeori Belajar dan Pembelajaran (10 - 12)--kegiatan_pembelajaran
Teori Belajar dan Pembelajaran (10 - 12)--kegiatan_pembelajaranjayamartha
 
Modul perkuliahan strategi
Modul perkuliahan strategiModul perkuliahan strategi
Modul perkuliahan strategiArief Marbot
 
Kegiatan pembelajaran
Kegiatan pembelajaranKegiatan pembelajaran
Kegiatan pembelajaranFKIP UHO
 
Kegiatan pembelajaran
Kegiatan pembelajaranKegiatan pembelajaran
Kegiatan pembelajaranFKIP UHO
 
Teori belajar konstruktivisme
Teori belajar konstruktivisme Teori belajar konstruktivisme
Teori belajar konstruktivisme Aidil Abrar
 
teori-kecerdasan-pelbagaian-untuk-penglibatan-aktif-pelajar
 teori-kecerdasan-pelbagaian-untuk-penglibatan-aktif-pelajar teori-kecerdasan-pelbagaian-untuk-penglibatan-aktif-pelajar
teori-kecerdasan-pelbagaian-untuk-penglibatan-aktif-pelajarmat Ki
 
Contextual learning (indonesian version) copy
Contextual learning (indonesian version)   copyContextual learning (indonesian version)   copy
Contextual learning (indonesian version) copyEniphh Abah Muniph
 
RPS BELAJAR DAN PEMBELAJARAN DLM BK RATNA.doc
RPS BELAJAR DAN PEMBELAJARAN DLM BK RATNA.docRPS BELAJAR DAN PEMBELAJARAN DLM BK RATNA.doc
RPS BELAJAR DAN PEMBELAJARAN DLM BK RATNA.docRatnaWulandari54
 
powerpointstrategipembelajaran-131120022506-phpapp02.pdf
powerpointstrategipembelajaran-131120022506-phpapp02.pdfpowerpointstrategipembelajaran-131120022506-phpapp02.pdf
powerpointstrategipembelajaran-131120022506-phpapp02.pdfUpiHambuku
 
SPB 2.pptx
SPB 2.pptxSPB 2.pptx
SPB 2.pptxHeriS12
 
Week10-11-12--kegiatan_pembelajaran
Week10-11-12--kegiatan_pembelajaranWeek10-11-12--kegiatan_pembelajaran
Week10-11-12--kegiatan_pembelajaranjayamartha
 
Gaya Belajar Peserta Didik
Gaya Belajar Peserta DidikGaya Belajar Peserta Didik
Gaya Belajar Peserta DidikRosmalia Eva
 
Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Dan Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indone...
Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Dan Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indone...Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Dan Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indone...
Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Dan Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indone...T. Astari
 
MODUL AJAR KURIKULUM MERDEKA (LOGO).pptx
MODUL AJAR KURIKULUM MERDEKA (LOGO).pptxMODUL AJAR KURIKULUM MERDEKA (LOGO).pptx
MODUL AJAR KURIKULUM MERDEKA (LOGO).pptxImtihanal
 
strategi pembelajaran kelompok di sekolah.pdf
strategi pembelajaran kelompok di sekolah.pdfstrategi pembelajaran kelompok di sekolah.pdf
strategi pembelajaran kelompok di sekolah.pdfAgusArdiansyah18
 
Kegiatan pembelajaran (7)
Kegiatan pembelajaran (7)Kegiatan pembelajaran (7)
Kegiatan pembelajaran (7)Fadhli Khan
 

Similaire à Dkv02040102 (20)

Sumber belajar
Sumber belajarSumber belajar
Sumber belajar
 
Tugas individu media pembelajaran
Tugas individu media pembelajaranTugas individu media pembelajaran
Tugas individu media pembelajaran
 
Pemilihan media dr int
Pemilihan media dr intPemilihan media dr int
Pemilihan media dr int
 
Teori Belajar dan Pembelajaran (10 - 12)--kegiatan_pembelajaran
Teori Belajar dan Pembelajaran (10 - 12)--kegiatan_pembelajaranTeori Belajar dan Pembelajaran (10 - 12)--kegiatan_pembelajaran
Teori Belajar dan Pembelajaran (10 - 12)--kegiatan_pembelajaran
 
Modul perkuliahan strategi
Modul perkuliahan strategiModul perkuliahan strategi
Modul perkuliahan strategi
 
Kegiatan pembelajaran
Kegiatan pembelajaranKegiatan pembelajaran
Kegiatan pembelajaran
 
Kegiatan pembelajaran
Kegiatan pembelajaranKegiatan pembelajaran
Kegiatan pembelajaran
 
Teori belajar konstruktivisme
Teori belajar konstruktivisme Teori belajar konstruktivisme
Teori belajar konstruktivisme
 
teori-kecerdasan-pelbagaian-untuk-penglibatan-aktif-pelajar
 teori-kecerdasan-pelbagaian-untuk-penglibatan-aktif-pelajar teori-kecerdasan-pelbagaian-untuk-penglibatan-aktif-pelajar
teori-kecerdasan-pelbagaian-untuk-penglibatan-aktif-pelajar
 
Contextual learning (indonesian version) copy
Contextual learning (indonesian version)   copyContextual learning (indonesian version)   copy
Contextual learning (indonesian version) copy
 
RPS BELAJAR DAN PEMBELAJARAN DLM BK RATNA.doc
RPS BELAJAR DAN PEMBELAJARAN DLM BK RATNA.docRPS BELAJAR DAN PEMBELAJARAN DLM BK RATNA.doc
RPS BELAJAR DAN PEMBELAJARAN DLM BK RATNA.doc
 
powerpointstrategipembelajaran-131120022506-phpapp02.pdf
powerpointstrategipembelajaran-131120022506-phpapp02.pdfpowerpointstrategipembelajaran-131120022506-phpapp02.pdf
powerpointstrategipembelajaran-131120022506-phpapp02.pdf
 
SPB 2.pptx
SPB 2.pptxSPB 2.pptx
SPB 2.pptx
 
Week10-11-12--kegiatan_pembelajaran
Week10-11-12--kegiatan_pembelajaranWeek10-11-12--kegiatan_pembelajaran
Week10-11-12--kegiatan_pembelajaran
 
Gaya Belajar Peserta Didik
Gaya Belajar Peserta DidikGaya Belajar Peserta Didik
Gaya Belajar Peserta Didik
 
Gaya Belajar
Gaya BelajarGaya Belajar
Gaya Belajar
 
Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Dan Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indone...
Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Dan Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indone...Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Dan Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indone...
Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Dan Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indone...
 
MODUL AJAR KURIKULUM MERDEKA (LOGO).pptx
MODUL AJAR KURIKULUM MERDEKA (LOGO).pptxMODUL AJAR KURIKULUM MERDEKA (LOGO).pptx
MODUL AJAR KURIKULUM MERDEKA (LOGO).pptx
 
strategi pembelajaran kelompok di sekolah.pdf
strategi pembelajaran kelompok di sekolah.pdfstrategi pembelajaran kelompok di sekolah.pdf
strategi pembelajaran kelompok di sekolah.pdf
 
Kegiatan pembelajaran (7)
Kegiatan pembelajaran (7)Kegiatan pembelajaran (7)
Kegiatan pembelajaran (7)
 

Plus de Ahmad Wahyudin Rock'n Roll

Desain dan pengembangan mmi offline teknologi dasar serta aplikasinya pada pe...
Desain dan pengembangan mmi offline teknologi dasar serta aplikasinya pada pe...Desain dan pengembangan mmi offline teknologi dasar serta aplikasinya pada pe...
Desain dan pengembangan mmi offline teknologi dasar serta aplikasinya pada pe...Ahmad Wahyudin Rock'n Roll
 
11 pembelajaran-matematika-kontekstual-sd-ktsp-supinah
11 pembelajaran-matematika-kontekstual-sd-ktsp-supinah11 pembelajaran-matematika-kontekstual-sd-ktsp-supinah
11 pembelajaran-matematika-kontekstual-sd-ktsp-supinahAhmad Wahyudin Rock'n Roll
 
Karya tulis-pendidikan-moral-sebagai-bingkai-pembentuk-calon-pendidik-berkara...
Karya tulis-pendidikan-moral-sebagai-bingkai-pembentuk-calon-pendidik-berkara...Karya tulis-pendidikan-moral-sebagai-bingkai-pembentuk-calon-pendidik-berkara...
Karya tulis-pendidikan-moral-sebagai-bingkai-pembentuk-calon-pendidik-berkara...Ahmad Wahyudin Rock'n Roll
 

Plus de Ahmad Wahyudin Rock'n Roll (20)

Uugd
UugdUugd
Uugd
 
Pennas
PennasPennas
Pennas
 
Karakteristik sekolah efektif
Karakteristik sekolah efektifKarakteristik sekolah efektif
Karakteristik sekolah efektif
 
Pakemfinal
PakemfinalPakemfinal
Pakemfinal
 
Panduan evaluasi pembelajaran
Panduan evaluasi pembelajaranPanduan evaluasi pembelajaran
Panduan evaluasi pembelajaran
 
Pakem
PakemPakem
Pakem
 
Media pembelajaran
Media pembelajaranMedia pembelajaran
Media pembelajaran
 
Katalog
KatalogKatalog
Katalog
 
Gapura basa smp ix
Gapura basa smp ixGapura basa smp ix
Gapura basa smp ix
 
Desain dan pengembangan mmi offline teknologi dasar serta aplikasinya pada pe...
Desain dan pengembangan mmi offline teknologi dasar serta aplikasinya pada pe...Desain dan pengembangan mmi offline teknologi dasar serta aplikasinya pada pe...
Desain dan pengembangan mmi offline teknologi dasar serta aplikasinya pada pe...
 
11 pembelajaran-matematika-kontekstual-sd-ktsp-supinah
11 pembelajaran-matematika-kontekstual-sd-ktsp-supinah11 pembelajaran-matematika-kontekstual-sd-ktsp-supinah
11 pembelajaran-matematika-kontekstual-sd-ktsp-supinah
 
3.konsep dasar desain_pembelajarandffs
3.konsep dasar desain_pembelajarandffs3.konsep dasar desain_pembelajarandffs
3.konsep dasar desain_pembelajarandffs
 
Model pembelajaran
Model pembelajaranModel pembelajaran
Model pembelajaran
 
Rony husniah fak.sastra um
Rony husniah fak.sastra umRony husniah fak.sastra um
Rony husniah fak.sastra um
 
Pendidikan nilai-di-era-global 2010
Pendidikan nilai-di-era-global 2010Pendidikan nilai-di-era-global 2010
Pendidikan nilai-di-era-global 2010
 
Karya tulis-pendidikan-moral-sebagai-bingkai-pembentuk-calon-pendidik-berkara...
Karya tulis-pendidikan-moral-sebagai-bingkai-pembentuk-calon-pendidik-berkara...Karya tulis-pendidikan-moral-sebagai-bingkai-pembentuk-calon-pendidik-berkara...
Karya tulis-pendidikan-moral-sebagai-bingkai-pembentuk-calon-pendidik-berkara...
 
Kod topik pendidikan moral
Kod topik pendidikan moralKod topik pendidikan moral
Kod topik pendidikan moral
 
Hsp moral y1
Hsp moral y1Hsp moral y1
Hsp moral y1
 
Doc
DocDoc
Doc
 
381083144
381083144381083144
381083144
 

Dernier

Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.pptStoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.pptannanurkhasanah2
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxNurindahSetyawati1
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfEniNuraeni29
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptnabilafarahdiba95
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...Kanaidi ken
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
mengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdf
mengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdfmengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdf
mengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdfsaptari3
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...Kanaidi ken
 
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024RoseMia3
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)MustahalMustahal
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxdpp11tya
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxrizalhabib4
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxDEAAYUANGGREANI
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfChananMfd
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxJuliBriana2
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatanssuser963292
 
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdfModul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdfKartiniIndasari
 

Dernier (20)

Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.pptStoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
mengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdf
mengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdfmengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdf
mengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdf
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
 
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
 
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdfModul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
 

Dkv02040102

  • 1. MENYOAL KECOCOKTIDAKAN GAYA PEMBELAJARAN DESAIN (Moeljadi Pranata) MENYOAL KECOCOKTIDAKAN GAYA PEMBELAJARAN DESAIN Moeljadi Pranata Dosen Jurusan Desain Komunikasi Visual Fakultas Seni dan Desain – Universitas Kristen Petra dan Dosen Jurusan Desain Komunikasi Visual Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang ABSTRAK Pebelajar, sama seperti pembelajar, memiliki gaya kognitif yang berbeda-beda. Variasi gaya pengajaran sebanyak gaya belajar. Gaya pengajaran yang distrukturkan bagi pebelajar bisa cocok atau tidak cocok dengan gaya belajar pebelajar. Dalam pendidikan desain konvensional, belajar dan pembelajaran dapat sangat terganggu bila gaya belajar pebelajar tidak cocok dengan gaya pengajaran pembelajar atau program pembelajaran yang memiliki gaya yang berbeda. Kata kunci: pendidikan desain, gaya pengajaran, gaya belajar, strategi pendesainan. ABSTRACT Students, as well as teachers, have different cognitive styles, and so styles of learning vary as much as styles of teaching. The teaching strategies can be design education , their learning can be severely impaired if they are mismatched with teacher who prefer, or teaching programmes which impose, a different learning style. Keywords: design education, teaching styles, learning styles, design strategies. PENDAHULUAN Desain komunikasi visual adalah teori dan praktik perancangan, pengembangan, pemanfaatan, dan evaluasi proses dan media serta untuk pemecahan masalah komunikasi visual. Dari definisi ini tampak bahwa desain sebagai proses berupa aktivitas-aktivitas kompleks yang melibatkan aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik dalam upaya untuk pemerolehan pemecahan masalah yang efektif. Menurut kajian Jones (1980) aktivitas pendesainan yang demikian adalah juga merupakan proses belajar. Sesungguhnya, desainer sedang belajar pada saat dia mendesain. Pada pendesainan yang terdiri atas aktivitas–aktivitas identifikasi, analisis-sintesis, eksplorasi-eksperimentasi, riset dan pengembangan serta untuk pemecahan masalah—seiring dengan itu Jurusan Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain – Universitas Kristen Petra 13 http://puslit.petra.ac.id/journals/design/
  • 2. NIRMANA Vol. 4, No. 1, Januari 2002: 13 - 23 sesungguhnya desainer sedang belajar dan belajar lebih lagi mengenai pemecahan masalah desain, hambatan-hambatannya, serta pilihan solusi potensialnya. Beberapa peneliti telah menemukan, kecocokan atau ketidakcocokan antara strategi pengajaran dengan gaya belajar secara signifikan mempengaruhi keberhasilan pebelajar (periksa Dunn dkk., 1989). Jika proses desain adalah juga proses belajar, apakah strategi pendesaian tertentu yang distrukturkan bagi mahasiswa desain juga akan berpengaruh secara signifikan terhadap penampilan belajar dan pembelajaran desain? GAYA BELAJAR-GAYA PENGAJARAN Tidak ada dua individu yang memiliki inteligensi yang sama. Sebagian orang belajar lebih baik dengan suatu cara, sebagian yang lain dengan cara yang lain pula. Setiap orang memiliki gaya belajar yang unik. Tidak ada suatu gaya belajar yang lebih baik atau lebih buruk daripada gaya belajar yang lain. Tidak ada individu yang berbakat atau tidak berbakat. Setiap individu secara potensial pasti berbakat—tetapi ia mewujud dengan cara yang berbeda-beda. Ada individu yang cerdas secara logika-matematika, namun ada juga individu yang cerdas di bidang kesenian. Pandangan-pandangan baru yang bertolak dari teori Howard Gardner mengenai inteligensi ini telah membangkitkan gerakan baru pembelajaran, antara lain dalam hal melayani keberbedaan gaya belajar pebelajar. Howard Gardner (1999) mengajukan teori inteligensi yang sama sekali berbeda dengan teori inteligensi tunggal (secara popular disebut IQ) yang dikenal selama ini. Menurut Gardner, setiap orang memiliki inteligensi majemuk yang terdiri atas potensi dan keberbakatan di bidang linguistik, logika-matematika, spatial, musikal, jasmaniah- kinestetik, naturalistik, interpersonal, serta intrapersonal. Gardner menegaskan bahwa setiap individu memiliki semua jenis inteligensi tersebut dengan kadar yang berbeda- beda Konfigurasi dan hubungan antar inteligensi tersebut juga bisa berubah sesuai dengan pengalaman-pengalaman yang digumuli oleh individu yang bersangkutan. Dalam konteks pembelajaran, konsep inteligensi majemuk Gardner ini menyediakan peluang, kesempatan, dan pelayanan yang spesifik terhadap (perbedaan karakteristik) pebelajar. Tidak semua pebelajar belajar dengan cara yang sama; tidak semua pebelajar memiliki 14 Jurusan Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain – Universitas Kristen Petra http://puslit.petra.ac.id/journals/design/
  • 3. MENYOAL KECOCOKTIDAKAN GAYA PEMBELAJARAN DESAIN (Moeljadi Pranata) gaya belajar yang sama. Untuk itu, pembelajar sebaiknya mendesain konten dan strategi pembelajaran sedemikian rupa sehingga mudah diakses oleh setiap pebelajar. Dalam peristiwa pembelajaran terdapat siswa yang belajar (pebelajar) dan guru yang mengajar (pembelajar). Peristiwa pembelajaran ini ada yang berorientasi kepada pebelajar, ada juga yang berpusat pada pembelajar. Aktivitas belajar pebelajar dan aktivitas mengajar pembelajar merupakan perilaku individual yang spesifik, masing- masing disebut gaya belajar dan gaya pengajaran, yang merupakan derivat gaya-gaya kepribadian individu yang bersangkutan. Gaya belajar menunjuk pada keadaan psikologi yang menentukan bagaimana seseorang menerima informasi, berinteraksi, serta merespon pada lingkungan belajarnya. Gaya belajar memiliki beberapa variable antara lain faktor persepsi dan pemrosesan informasi, faktor motivasi, dan faktor psikologi. Setiap pebelajar memiliki gaya belajar yang unik, demikian pula gaya pengajaran pembelajar. Sebagian orang lebih menyukai belajar atau mengajar secara visual, sebagian lagi secara auditorial atau haptik; sebagian orang berorientasi pada teks tercetak, sebagian lainnya berorientasi pada interaksi kelompok Gregore (dalam Butler, 1986) membedakan gaya individu dalam memproses pemahaman informasi ke dalam gaya konkrit dan gaya abstrak yang acak dan teratur. Seseorang yang memiliki gaya konkrit teratur cenderung lebih menyukai pengalaman langsung yang diberikan menurut susunan yang logis. Mereka yang memiliki gaya ini paling cocok belajar dengan menggunakan buku kerja, instruksi terprogram, demonstrasi, serta kerja studio yang tersusun rapi. Sementara itu, mereka yang memiliki gaya konkrit acak cenderung menggunakan pendekatan trial and error untuk mengambil keputusan yang cepat dari pengalaman yang dihadapi. Pemilik gaya ini lebih cocok belajar dengan menggunakan game, stimulasi, projek belajar mandiri, serta projek belajar keterampilan proses. Mereka yang memiliki gaya abstrak teratur cenderung memahami pesan simbol maupun verbal secara mendalam, khususnya jika pesan-pesan tersebut disusun secara logis. Pemilik gaya ini lebih cocok belajar dengan membaca dan mendengarkan. Di pihak lain, mereka yang memiliki gaya abstrak acak cenderung memahami pesan dengan merespon gaya bicara dan tekanan suara pembicara yang menyampaikan pesan. Pemilik Jurusan Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain – Universitas Kristen Petra 15 http://puslit.petra.ac.id/journals/design/
  • 4. NIRMANA Vol. 4, No. 1, Januari 2002: 13 - 23 gaya ini lebih cocok untuk belajar dalam latar interaktif seperti diskusi kelompok dan tanya jawab, serta pembelajaran yang memanfaatkan media audio-visual seperti film dan tv. Pask (1972) memilah gaya belajar menurut langkah-langkah belajar kedalam gaya serialis dan gaya holis. Seseorang yang memiliki gaya serialis memilih belajar dengan berproses dalam langkah-langkah kecil yang logis, berusaha untuk mendapatkan kejelasan pada setiap bagian sebelum melangkah lanjut, serta mengejar jalur linear dalam tugas pembelajaran serta menghindari setiap penyimpangan. Mereka yang memiliki gaya holis melangkah secara lebih jauh, mengambil bagian-bagian pesan yang tidak terkait secara logis, serta mempelajari hal-hal di luar urutan linear. Seorang holis memilih untuk belajar dalam cara-cara yang berbeda, dan mendekati ide-ide dari sudut pandang yang berbeda pula Perbedaan gaya belajar lainnya bertolak dari gaya berpikir konvergen dan gaya berpikir divergen (Guilford, 1981). Gaya konvergen utamanya berfokus pada pengambilan pesan dan menghasilkan atau mengkonversi suatu jawaban tunggal yang tepat atas sesuatu masalah. Sebaliknya, gaya divergen tidak berfokus pada suatu jawaban yang tepat--penekanannya pada kemampuan untuk menghasilkan jawaban-jawaban yang jangkauannya luas. Jika masalah-masalah yang membutuhkan pemikiran konvergen bersifat tertutup, masalah-masalah yang membutuhkan pemikiran divergen bersifat terbuka. Ditinjau dari segi pendekatan pemecahan masalah, gaya kognitif juga dibedakan kedalam gaya berpikir lateral dan gaya berpikir linear (deBono, 1977). Gaya berpikir lateral menggunakan pendekatan yang fleksibel dalam pemecahan masalah. Mereka yang memiliki gaya ini cenderung mendekati pemecahan masalah dari banyak tinjauan, bahkan tinjauan yang sering tidak pernah terpikirkan oleh kebanyakan orang. Sementara itu, gaya linear menggunakan pendekatan terfokus dalam pemecahan masalah. Pemilik gaya linear cenderung melihat masalah dari satu tinjauan yaitu seperti pandangan orang pada umumnya serta cenderung memecahkan masalah tersebut lewat langkah-langkah hirarkis. Jika pola pemikiran gaya lateral terkesan bebas berpikir, pola pemikiran gaya linear terkesan kaku. Witkin (dalam Oldach, 1995) menggunakan istilah ketergantungan lapangan untuk mendeskripsikan gaya kognitif dari seseorang yang terlalu dipengaruhi 16 Jurusan Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain – Universitas Kristen Petra http://puslit.petra.ac.id/journals/design/
  • 5. MENYOAL KECOCOKTIDAKAN GAYA PEMBELAJARAN DESAIN (Moeljadi Pranata) oleh konteks, dan indepensi lapangan untuk mendeskripsikan gaya dari seseorang yang mampu untuk berpikir relatif bebas dari konteks. Seperti halnya gaya-gaya belajar, pola-pola pembelajaran yang dilakukan oleh pembelajar juga terdiri atas berbagai jenis gaya pengajaran. Yang dimaksudkan dengan gaya pengajaran ialah pola perilaku pengkondisian/pengaturan informasi dan lingkungan yang dilakukan oleh pembelajar untuk membelajarkan pebelajar. Dalam batasan tersebut istilah pengaturan menunjuk pada muatan strategi-strategi tertentu yang dilakukan oleh pembelajar sehingga memunculkan suatu bentuk pembelajaran tertentu pula. Pembelajar yang menggunakan strategi pengajaran dengan menggunakan langkah-langkah berurutan yang logis dan setia pada langkah-langkah yang telah ditetapkan secara hirarkis merupakan pembelajar yang memiliki gaya pengajaran serialis. Sebaliknya, pembelajar yang menggunakan strategi pengajaran yang fleksibel dan kontekstual, tidak terikat oleh langkah-langkah hirarkis pentahapan pembelajaran merupakan pembelajar yang memiliki gaya pengajaran holistik . Selanjutnya, pembelajaran yang berorientasi pada proses dan hasil pembelajaran linear yang berbasiskan pada pemerolehan jawaban tunggal merupakan gaya pengajaran konvergen; sebaliknya yang berorientasi pada kemampuan pebelajar untuk menghasilkan jawaban-jawaban alternatif merupakan gaya pengajaran divergen. Pada dasarnya, jenis-jenis gaya pengajaran memiliki pola gaya yang sama dengan jenis-jenis gaya belajar. GAYA PENDESAINAN Desain dapat dimaknai menurut perspektif tinjauannya. Dari segi fungsi, desain merupakan suatu artefak yang memenuhi suatu fungsi tertentu. Menurut tinjauan profesi, desain merupakan komunitas desainer yang dengan serta oleh profesionalisme membangun bidang-bidang garapan tertentu. Sementara itu, dari perspektif bidang studi desain merupakan teori dan praktik perancangan, pengembangan, pemanfaatan, serta evaluasi proses dan produk mengenai serta untuk pemecahan masalah domain tertentu (Pranata, 1997). Paradigma desain yang berorientasi pada fungsi menitikberatkan makna desain dari aspek kualitas, paradigma desain yang berorientasi pada profesi mementingkan profesionalitas, paradigma desain sebagai bidang studi menitikberatkan makna desain pada teori dan praktik yang berkualitas sekaligus profesional. Apa pun Jurusan Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain – Universitas Kristen Petra 17 http://puslit.petra.ac.id/journals/design/
  • 6. NIRMANA Vol. 4, No. 1, Januari 2002: 13 - 23 paradigmanya, kualitas produk desain sangat dipengaruhi oleh proses pendesainan. Dalam konteks pembelajaran di studio kualitas proses pendesainan ini dipengaruhi oleh kecocoktidakan antara gaya pendesainan mahasiswa dengan strategi pendesainan yang distrukturkan oleh pembelajar kepada pebelajar. Sama halnya dengan gaya belajar, gaya pendesainan masing-masing orang juga bersifat unik Seperti yang ditunjukkan oleh Grillo (1972), orang cenderung menyusun bermacam-macam barang secara berbeda dalam keranjang besar belanjanya. Sebagian orang akan menyusun berdasarkan cara urutan tertentu, sebagian lainnya melakukakannya menurut cara yang lain lagi. Setiap orang adalah desainer, setiap desainer memiliki gaya pendesainan yang unik-pendesainan tersebut sesungguhnya memiliki gaya yang sama dengan tipe gaya belajarnya. Sebagai derivasi gaya kepribadian, gaya belajar dan gaya bekerja (dalam hal ini gaya pendesainan) merujuk pada suatu gaya perilaku individual yang sama (bandingkan Carbo dkk., 1991). Strategi pendesainan yang distrukturkan pembelajar bagi pebelajar desain di studio bisa beragam. Jika bukan karena preferensi metode desain oleh pembelajar, hal tersebut bisa terjadi karena dipengaruhi oleh kecenderungan gaya pendesainan pembelajar yang bersangkutan. Pembelajar yang bergaya serialis cenderung akan menstrukturkan strategi pendesainan yang berupa urutan logis langkah demi langkah, dengan langkah berikutnya dibuat berdasarkan keputusan yang diperoleh pada langkah sebelumnya. Jadi proses pendesainan ini akan berupa suatu prosedur linear-serialis seperti proses pendesainan yang pernah ditawarkan oleh Asimow (1962). Sementara itu, pembelajar yang bergaya holis akan cenderung menstrukturkan strategi pendesainan yang ditawarkan oleh Jones (1980) yaitu bertolak dari peta pendesainan umum. Seperti diketahui, strategi pendesainan ini memberikan peluang yang cukup kepada pebelajar untuk membangun rute sendiri dengan memulai dan mengerjakan pendesainan secara fleksibel dan kontekstual. Secara serupa, kita dapat membandingkan hal tersebut di atas dengan gaya pendesainan konvergen yang berurutan dan rasional dari March (1976) dengan gaya pendesainan divergen yang sangat intuitif dari Halprin (1969); atau gaya pendesainan yang terfokus, linear, dan kritis dari Archer (1965) dengan pendekatan cascade yang lebih fleksibel dari bahasa polanya Alexander (1968). Tampaknya tak sulit untuk diduga, hasil pembelajaran apa yang akan diperoleh jika gaya pendesainan pebelajar cocok atau 18 Jurusan Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain – Universitas Kristen Petra http://puslit.petra.ac.id/journals/design/
  • 7. MENYOAL KECOCOKTIDAKAN GAYA PEMBELAJARAN DESAIN (Moeljadi Pranata) tidak cocok dengan gaya pendesainan yang distrukturkan oleh pembelajar kepada mereka. Riset kecil yang penulis lakukan pada latar perkuliahan Metodologi Desain memperoleh temuan sementara, bahwa mahasiswa yang memiliki gaya pendesainan yang tidak cocok dengan strategi pendesainan yang distrukturkan dosen bagi mereka cenderung tidak mampu mengembangkan konsep desain, bahkan cenderung mengalami frustasi. Menurut pengamatan penulis, sebagian mahasiswa yang bermasalah ini sebenarnya termasuk kategori mahasiswa berprestasi, namun kesalahan preskripsi metode pendesainan yang dilakukan oleh pembelajar telah membuat mereka tak mampu mengembangkan potensinya. Riset mengenai tabrakan gaya pendesainan seperti tersebut di atas agaknya dapat membantu menjelaskan tentang fenomena mahasiswa yang ogah- ogahan atau yang memberontak dalam pembelajaran praktik desain. BEBERAPA TEMUAN EMPIRIK Beberapa temuan penelitian melaporkan bahwa kecocokan atau ketidakcocokan antara gaya belajar dengan gaya pengajaran yang distrukturkan bagi pebelajar berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar. Kajian yang dilakukan oleh Pask (1972) menemukan bahwa jika gaya belajar pebelajar cocok dengan gaya pengajaran yang distrukturkan bagi mereka, misalnya gaya belajar serealis dengan gaya pengajaran serealis, gaya belajar holis dengan gaya pengajaran holis, maka pebelajar berpenampilan jauh lebih baik dalam ujian dibandingkan dengan pebelajar lain yang gaya belajarnya tidak cocok dengan gaya pengajaran yang distrukturkan guru baginya. Pask juga menemukan bahwa pebelajar cocok yang paling tidak berhasil cenderung berpenampilan lebih baik daripada pebelajar tidak cocok yang paling berhasil sekali pun. Kecuali itu, pebelajar-pebelajar yang cocok menunjukkan kemampuan yang lebih besar secara signifikan untuk menggeneralisasikan pengetahuan yang diperolehnya. Temuan Pask tersebut di atas tidak berbeda dengan temuan Hudson (1996). Hudson yang meneliti gaya kognitif para pebelajar di London menemukan bahwa 30% subjek penelitian memiliki gaya konvergen, 30% memiliki gaya divergen, dan 40% memiliki gaya campuran divergen-konvergen. Hudson juga menemukan bahwa para pebelajar dari domain seni, termasuk desain, cenderung bergaya divergen, sementara itu Jurusan Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain – Universitas Kristen Petra 19 http://puslit.petra.ac.id/journals/design/
  • 8. NIRMANA Vol. 4, No. 1, Januari 2002: 13 - 23 para pebelajar dari domain sains cenderung bergaya konvergen. Ia menunjukkan bahwa para pebelajar dari domain seni cenderung lebih bebas menggunakan imajinasi mereka mengenai kegunaan-kegunaan berbeda dari suatu objek tertentu karena mereka merasa tidak terikat untuk bersikap praktis. Sebaliknya, para pebelajar domain sains lebih cenderung memikirkan kegunaan yang benar dari suatu objek serta terhambat untuk melakukan saran yang tidak praktis. Seperti halnya gaya serealis dan holis, gaya konvergen dan divergen juga dapat cocok atau tidak cocok dengan gaya pengajaran. Gaya-gaya pengajaran dalam domain sains yang dikarakteri oleh presentasi logis, terstruktur, mengarah pada satu jawaban yang tepat akan mendorong munculnya gaya konvergen dan menghambat pemikiran divergen pebelajar. Sebaliknya banyak aplikasi gaya pengajaran dalam seni dan desain, yang menyediakan area lapang bagi para pebelajar untuk menghasilkan projek yang membutuhkan pemecahan masalah secara kreatif, mendorong munculnya pemikiran divergen. Seperi halnya Pask, Hudson juga menginvestigasi efek-efek dari gaya pengajaran yang cocok dan tidak cocok dengan gaya belajar. Ia menemukan bahwa para pebelajar yang memilki gaya konvergen paling baik belajar di bawah bimbingan pembelajar yang bergaya konvergen, demikian pula sebaliknya. Temuan-temuan penelitian yang serupa dengan temuan Pask dan Hudson tersebut di atas antara lain dapat dikaji dalam penelitian-penelitian yang dilakukan oleh Cafferly (1980), Lynch (1981), Pizzo (1981), dan Shea (1983) seperti dilaporkan oleh Dunn, Beaudry, dan Klavas (1999). Berkaitan dengan hal itu, Dryden & Vos (2001) mengingatkan bahwa telah banyak pebelajar yang “drop-out” hanya karena gaya belajar mereka tidak cocok dengan gaya pengajaran yang diterapkan oleh pembelajar di kelas. Oleh karena itu, kecocoktidakan gaya pembelajaran desain merupakan salah satu isu penting dalam pendidikan desain. DISKUSI Setiap orang memiliki gaya belajar yang unik. Setiap manusia memiliki kekuatan belajar yang tersendiri. Dunn & Dunn (1989) menggambarkan keunikan tersebut sebagaimana tandatangan masing-masing orang. Dalam konteks tersebut tak ada suatu gaya belajar yang lebih baik atau lebih buruk daripada gaya belajar yang lain (Dunn, Beaudry, dan Klavas, 1989). 20 Jurusan Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain – Universitas Kristen Petra http://puslit.petra.ac.id/journals/design/
  • 9. MENYOAL KECOCOKTIDAKAN GAYA PEMBELAJARAN DESAIN (Moeljadi Pranata) Kunci menuju sukses pembelajaran adalah menemukan keunikan gaya belajar pebelajar. Barbara Prashing (1998) menegaskan, siapa pun dapat belajar apa saja, jika diberi kesempatan untuk melakukannya dengan gaya unik mereka, dengan kekuatan pribadi mereka. Pernyataan ini mengisyaratkan, mahasiswa desain akan mampu memecahkan masalah desain secara optimal jika yang bersangkutan diberi kesempatan untuk melakukan pendesainan sesuai dengan gaya pendesainan mereka. Fakta bahwa mahasiswa desain memiliki kecenderungan berbeda dalam memecahkan masalah desain, seperti yang ditemukan oleh Lawson (1980), mestinya diwadahi dalam pembelajaran desain yang menyediakan lingkungan belajar konstruktivistis. Dalam lingkungan pembelajaran tersebut, masing-masing mahasiswa memperoleh ruang gerak yang luas untuk memecahkan masalah desain sesuai dengan gaya pendesainan mereka. Konstruktivisme tidak selalu tepat diaplikasikan pada seluruh situasi pembelajaran. Tujuan-tujuan pembelajaran desain tertentu acapkali membutuhkan strategi pendesainan yang tertentu pula. Pengenalan pembelajar tentang berbagai metode pendesainan serta keunikan gaya-gaya pendesainan pebelajar akan menolong pembelajar untuk memilih strategi pembelajaran pendesainan yang dapat mengatasi perbedaan gaya-gaya pendesainan tersebut. Upaya ini dimaksudkan agar gaya pendesainan pebelajar cocok dengan strategi pendesainan yang distrukturkan bagi pebelajar tersebut. Seperti diketahui, kecocokan ini akan berdampak positif terhadap penampilan dan keberhasilan belajar pebelajar. Namun, seperti diungkapkan oleh Dryden & Vos (2001), kebanyakan pembelajaran di kelas diselenggarakan dengan asumsi bahwa setiap pebelajar itu identik . Artinya, dalam pembelajaran para pembelajar nyaris tidak mempedulikan keunikan gaya belajar setiap pebelajar. Hal ini diperkuat lagi oleh kenyataan, bahwa dalam pembelajarannya para pembelajar cenderung melaksanakan gaya pengajaran tradisional yang behavioristis. Pembelajaran yang mengabaikan keunikan gaya belajar pebelajar— yang tampaknya masih merupakan gaya utama pengajaran desain di kelas-kelas kita, memberikan lingkungan yang tidak sejahtera bagi sebagian besar mahasiswa desain yang cenderung bergaya divergen (bdk. Hudson, 1996), bahkan tabrakan gaya kognitif tersebut sangat potensial mengakibatkan mahasiswa frustasi dalam belajar. Mahasiswa yang mengalami frustasi dalam belajar tidak akan mampu mencapai hasil belajar secara Jurusan Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain – Universitas Kristen Petra 21 http://puslit.petra.ac.id/journals/design/
  • 10. NIRMANA Vol. 4, No. 1, Januari 2002: 13 - 23 maksimal. Jika frustasi itu bertumpuk-tumpuk, tak mustahil hal tersebut mengantar- kannya untuk berhenti menjadi mahasiswa. The World Book Encyclopedia mengisahkan tabrakan gaya kognitif Thomas Alfa Edison di sekolah formal. Edison pernah dicambuki oleh gurunya dengan ikat pinggang kulit karena dianggap mempermainkan guru dengan banyak pertanyaan. Dia begitu sering dihukum sehingga ibunya mengeluarkannya dari sekolah hanya setelah 3 bulan mengenyam pendidikan formal. Untunglah ibu Edison, seorang mantan guru, memahami betul gaya belajar Edison. Ia merancang pembelajaran yang cocok dengan gaya belajar Edison, sehingga Edison dapat mengembangkan dirinya secara optimal. Pengertian ibu Edison mengenai keunikan gaya belajar Edison mendorongnya untuk memilih strategi pembelajaran yang cocok dengan gaya belajar Edison. Kecocokan gaya-gaya kognitif ini membuat Edison belajar dengan sejahtera, bahkan pada gilirannya mengantarkannya untuk menjadi ilmuwan dan penemu yang dikenang oleh dunia. Dari kisah nyata tersebut di atas dapat diketahui bahwa kesulitan atau keberhasilan belajar antara lain dipengaruhi oleh penyebab eksternal yaitu kecocoktidakan antara gaya belajar pebelajar dengan gaya pengajaran pembelajar. Sehubungan dengan hal tersebut, Michael Grinder (1991) menegaskan bahwa mengetahui cara belajar atawa (baca: dan atau) cara mengajar terbaik bisa bermakna menghadirkan perbedaan antara keberhasilan dan kegagalan. Bertolak dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa jika proses desain adalah juga proses belajar, dan—seperti telah diketahui bahwa setiap orang memiliki gaya belajar yang berbeda-beda, mestinya mereka memiliki gaya pendesainan yang berbeda pula. Tambahan lagi, jika kecocoktidakan gaya belajar dengan gaya pengajaran yang distrukturkan kepada pebelajar menghadirkan perbedaan yang nyata antara keberhasilan dan kegagalan, maka suatu strategi pendesainan yang distrukturkan bagi mahasiswa desain akan memiliki pengaruh yang penting terhadap keberhasilan belajar mahasiswa yang bersangkutan. Untuk itu, agar mahasiswa mencapai keberhasilan belajar, dosen sebagai pembelajar mestinya memperhatikan keberbedaan gaya-gaya pendesainan mahasiswa sebagai pebelajar serta memilih strategi pendesainan yang cocok untuk distrukturkan dalam gaya pengajarannya. 22 Jurusan Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain – Universitas Kristen Petra http://puslit.petra.ac.id/journals/design/
  • 11. MENYOAL KECOCOKTIDAKAN GAYA PEMBELAJARAN DESAIN (Moeljadi Pranata) KEPUSTAKAAN Alexander, C., Pattern Language which Generates Multi-servise centers. Berkeley: CES.,1968. Archer, L. B., Systematic Method for Designer. London: Design Council, 1965. Asimow, M., Introduction to Design. New Jersey: Prentice-Hall, 1962. Butler, K. A., Learning and Teaching Style: In Theory and in Practice. Columbia: The Learner’s Dimension, 1986. Carbo, M, R. Dunn, dan K. Dunn, Teaching Studens to Learn Through Their Individual Styles. Bosto: allyn & Bacon, 1991. de Bono, E., Teaching Thinking. London: Penguin, 1997. Dryden, G dan J. Vos, The Learning Revolution: To Change the Way the World Learns. Torrance: Jalmar Press, 2001. Dunn, R, J. Beaudry, dan A. Klavas, Survey of Research on Learning Styles. Educational Leadership , 46 (6) 1989: 53-58. Gardner, H., Intelligence Reframed: Multiple Intelligences for The 21th . New York: Basic Book, 1999. Grinder, M., Righting the Educational Conveyer Belt. Portland: Metamorphous Press, 1991. Hudson, L., Contrary Imagination. London: Penguin, 1996. Jones, J. C., Design Methods: Seeds of Human Futures. New York: John Willey & Sons, 1980. Lawson, B., How Designers Think. London: Architectural Press, 1980. Pask, G. dan B, Scott, Learning Strategies and Individual Competence. Int. F. Man-Mach. Stnd., 4 (31972) : 217-253. Pranata, M., Apakah Desain Komunikasi Visual Itu? Seri Kajian Desain (01), Jurusan Desain Komunikasi Visual, UK Petra Surabaya, 1997. Prashing, B., The Power of Diversity. Auckland: Bateman, 1998. Jurusan Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain – Universitas Kristen Petra 23 http://puslit.petra.ac.id/journals/design/