1. ^tçâ Page i
Daftar Isi
Daftar isi i
1. Definisi 1
1.1 Bagian Kayu 1
1.2 Sifat-sifat Kayu 5
1.2.1 Sifat Fisik Kayu 6
1.2.2 Sifat Makanik Kayu 11
1.2.3 Sifat Kimia kayu 15
1.3 Komposisi Kimia Kayu 16
1.3.1 Zat-zat Makromolekul 16
1.3.2 Zat-zat Berat Molekul Rendah 19
1.4 Sifat Struktur 21
2. Bahan Baku 23
2.1 Jenis Pepohonan 23
2.2 Penebangan Pohon dan Pengolahan Kayu 24
2.3 Pengeringan Kayu 25
2.4 Pengawetan kayu 27
2.5 Cacat Kayu 27
2.6 Cara Membedakan Kayu Berdaun Lebar Dan Kayu Berdaun Jarum 29
2.7 Pengerutan dan Pengembangan Kayu 30
3. Fungsi 31
4. Jenis 36
4.1 Penggolongan Produk kayu di Pasaran 36
4.2 Klasifikasi Produk Kayu 37
4.3 Kelas Kuat Kayu 38
4.4 Kelas Awet Kayu 39
4.5 Beberapa Jenis Kayu Berdasarkan Kelompoknya 40
4.5.1 Kelompok Jenis Meranti/Kelompok Komersial Satu 41
2. ^tçâ Page ii
4.5.2 Kelompok Jenis Kayu Rimba Campuran/
Kelompok Komersial Dua 45
4.5.3 Kelompok Jenis Kayu Eboni/Kelompok Indah Satu 50
4.5.4 Kelompok Jenis Kayu Indah/Kelompok Indah Dua 50
5. Kelebihan dan Kekurangan 53
5.1 Kelebihan Kayu 53
5.2 Kekurangan Kayu 53
6. Aplikasi 54
7. Konstruksi 66
7.1 Sistem Struktur dan Sambungan dalam Konstruksi Kayu 66
7.1.1 Alat Sambung Untuk Struktur Kayu 72
a) Alat Sambung Paku 72
b) Alat Sambung Sekerup 75
7.1.2 Konstruksi Sambungan Gigi 79
7.1.3 Konstruksi Sambungan Baut 75
7.1.4 Sambungan dengan cincin belah (Split Ring) dan plat geser 83
7.1.5 Sambungan dengan Plat Logam (Metal Plate Conector) 85
7.2 Aplikasi Struktur dan Konstruksi Kayu 86
7.2.1 Perhitungan Kekuatan Kayu 86
7.2.2 Analisis Struktur Kolom 86
7.2.3 Analisis Kolom Gabungan 88
7.2.4 Analisis Struktur Balok 89
7.2.5 Konstruksi Pondasi, Kaki Kolom, dan Kolom 89
7.2.6 Konstruksi Balok 91
7.2.7 Konstruksi Rangka Batang Kayu 95
7.2.8 Produk Penyambung Struktur Rangka Batang 96
7.2.9 Konstruksi Struktur Jembatan Kayu 99
7.2.10 Konstruksi Pelengkung Kayu 100
Lampiran 1 Gambar Beberapa Jenis Serat Kayu 102
Lampiran 2 Harga Kayu Beserta Bahan Jadinya 104
4. ^tçâ Page 1
KAYU
1. DEFINISI
Kayu, tentunya kita sudah tidak asing lagi dengan kata itu. Dalam kehidupan sehari-
hari kita sudah sangat sering sekali menjumpai bahkan menggunakan kayu dalam
bergbagai kebutuhan. Dan kayu sudah sangat dikenal oleh semua orang di dunia.
Namun apa sih sebenarnya kayu itu? Kayu adalah bagian batang atau cabang serta
ranting tumbuhan yang mengeras karena mengalami lignifikasi (pengayuan).
Menurut Dumanauw.J.F kayu ialah sesuatu bahan, yang diperoleh dari hasil
pemungutan pohon-pohon di hutan, yang merupakan bagian dari pohon tersebut,
setelah diperhitungkan bagian-bagian mana yang lebih banyak dimanfaatkan untuk
sesuatu tujuan penggunaan. Baik berbentuk kayu pertukangan, kayu industri maupun
kayu bakar.
1.1 Bagian Kayu
Gambar 1.1 Penampang melintang kayu Gambar 1.2 Pola lapisan pada permukaan kayu
Sumber : Wikipedia.org Sumber : Wikipedia.org
5. ^tçâ Page 2
Bagian-Bagian Kayu :
1. Kulit kayu terdapat pada bagian terluar, yang terdiri dari :
a) Kulit Dalam ( Phloem )/Bast
Kulit dalam berada tepat dibalik kulit luar sebatang pohon, diluar lapisan
kambium, yang berfungsi menyampaikan makanan dari daun ke seluruh
bagian kayu.
b) Kulit Luar ( Cortex )/Outer Bark
Kulit luar merupakan pelindung bagi pohon yang sedang tumbuh, yang
berfungsi mencegah penguapan dari lapisan kambium dan kayu gubal. Kulit
kayu terdiri dari sel-sel berbentuk pembuluh-pembuluh dan mendapatkan
makanan dari kulit dalam.
Apabila pohon tumbuh keluar, kulit luar akan pecah dan digantikan oleh
lebih banyak kulit luar yang disalurkan oleh kulit dalam. Adakalanya, dengan
terbentuknya kulit luar yang baru, kulit luar lama yang telah mati terlepas
dari pohon.
2. Kambium/Cambium
Lapisan kambium merupakan jaringan yang lapisannya tipis dan bening,
mengelilingi kayu, ke arah luar membentuk kayu baru sebagai pengganti
kayu lama yang telah rusak dan ke arah dalam membentuk kayu baru.
Kambium terletak diantara kulit dalam dan kayu gubal. Dengan adanya
kambium ini maka pohon semakin lama bertambah besar.
3. Kayu
a) Kayu Gubal ( Alburmum )
Kayu Gubal merupakan bagian dari pohon yang melingkari kayu inti. Terdiri
dari sel-sel yang masih hidup. Sel-sel kayu gubal membawakan air dan
6. ^tçâ Page 3
garam-garam mineral ke dahan yang selanjutnya menuju daun, untuk diubah
sebagai sumber makanannya dan sekaligus berfungsi sebagi tempat
menyimpan makanan. Kayu gubal tidak begitu berharga sebagai kayu
pertukangan. Hal ini disebabkan karena adanya zat-zat tepung didalam sel-
selnya yang dapat menyebabkan kayu tersebut mudah diserang serangga
dan mudah lapuk. Tebal lapisan kayu gubal bervariasi menurut jenis pohon
antara 2 cm sampai 10 cm dan relatif tetap sepanjang hidup pohon.
b) Kayu Teras
Terdiri dari sel-sel yang yang sudah tua atau mati. Kayu teras ini awalnya
adalah kayu gubal yang menua sehingga tidak bisa berfungsi sebagai
penyalur cairan atau zat hara dan sebagai penyimpanan hasil fotosintesis.
Pada kayu teras dapat mengandung berbagai zat–zat ekstraksi yang
memberikan warna gelap.
Hal ini berlaku untuk jenis-jenis kayu yang terasnya berisi tiloses. Pada
beberapa jenis tertentu kayu teras banyak mengandung bahan-bahan
ekstraktif, yang memberikan keawetan pada kayu tersebut. Untuk keperluan
konstruksi yang dimanfaatkan adalah kayu teras.
4. Hati Kayu ( Medulla )/Galih
Hati kayu terletak dipusat lingkaran tahun. Pada mulanya, hati kayu
merupakan pohon muda yang pertama kali dibentuk oleh kambium yang
kemudian menjadi pusat dari pohon yang tumbuh selanjutnya, yang
merupakan komposisi lunak dari sel-sel yang sudah mati. Hati kayu bersifat
rapuh atau lunak, sehingga tidak berguna sebagai kayu pertukangan.
5. Lingkaran Tahun ( Annual Ring )
Kondisi pertumbuhan suatu pohon ditentukan oleh lingkunan tumbuh yaitu
iklim. Pada daerah yang mempunyai perbedaan musim yang jelas pengaruh
iklim terhadap pertumbuhan dapat terlihat adanya perbedaan antara kayu
7. ^tçâ Page 4
yang terbentuk pada permulaan dan pada akhir musim. Perbedaan ini
menunjukkan zona-zona berupa lingkaran yang mengelilingi sumbu batang,
bagian yang renggang berwarna terang dan yang lebih rapat berwarna gelap
secara bergiliran yang kedua-duanya terjadi pada periode satu tahun. Zona-
zona yang berbentuk lingkaran ini yang disebut dengan lingkaran tahun.
Pada musim kering, pertumbuhan diameter (membesar) terganggu
disebabkan adanya pengguguran daun. Sehingga lingkaran tahun dapat
terdiri lebih dari satu lingkaran tahun dalam satu musim yang sama. Hal ini
disebut lingkaran semu. Lingkaran tahun ini dapat menunjukkan umur suatu
pohon pada tempat tertentu.
6. Jari-Jari Kayu/Rays
Jari-jari kayu adalah jaringan kayu yang dibentuk dengan susunan sel secara
radial yang berfungsi menyampaikan makanan dari kulit dalam kebagian
dalam pohon. Jari-jari teras mempunyai ukuran yang berbeda-beda pada
pohon yang berlebihan. Sementara pada pohon oak, jari-jari pohon
menampakkan sebuah pola yang indah pada potongan kayu.
Gambar 1.3 Bagian-Bagian Kayu
Sumber : vano-architect.blogspot.com
8. ^tçâ Page 5
1.2 Sifat-sifat Kayu
Kayu merupakan hasil hutan yang mudah diproses untuk dijadikan barang sesuai
dengan kemajuan teknologi. Kayu memiliki beberapa sifat yang tidak dapat ditiru
oleh bahan-bahan lain. Pemilihan dan penggunaan kayu untuk suatu tujuan
pemakaian, memerlukan pengetahuan tentang sifat-sifat kayu. Sifat-sifat ini
penting sekali dalam industri pengolahan kayu, sebab dari pengetahuan sifat
tersebut tidak saja dapat dipilih jenis kayu yang tepat serta macam penggunaan
yang memungkinkan, akan tetapi juga dapat dipilih kemungkinan penggantian
oleh jenis kayu lainnya apabila jenis yang bersangkutan sulit didapat secara
kontinyu atau terlalu mahal.
Kayu berasal dari berbagai jenis pohon yang memiliki sifat-sifat yang berbeda-
beda. Bahkan dalam satu pohon, kayu mempunyai sifat yang berbeda-beda. Dari
sekian banyak sifat-sifat kayu yang berbeda satu sama lain, ada beberapa sifat
yang umum terdapat pada semua jenis kayu yaitu :
1. Kayu tersusun dari sel-sel yang memiliki tipe bermacam-macam dan susunan
dinding selnya terdiri dari senyawa kimia berupa selulosa dan hemiselulosa
(karbohidrat) serta lignin (non karbohidrat).
2. Semua kayu bersifat anisotropik yaitu sifat-sifatnya elastis tergantung dari arah
gaya terhadap serat-serat dan lingkaran tahun. Tetapi untuk keperluan-
keperluan praktis kayu dapat dianggap Ortotropis, yang artinya mempunyai
tiga bidang simetri elastis yang saling tegak lurus, yaitu Longitudinal ( aksial ),
Tangensial, dan Radial. Dimana sumbu Longitudinal ( aksial ) adalah sejajar
serat-serat, sumbu Tangensial adalah garis singgung cincin-cincin pertumbuhan,
dan sumbu Radial adalah tegak lurus pada cincin-cincin pertumbuhan.
Perubahan dimensi kayu akibat pengeringan dari perubahan suhu, kelembaban,
pembebanan mekanis juga menunjukkan sifat kayu anisotropis.
9. ^tçâ Page 6
Gambar 1.4 Bentuk Gambar Arah Tangensial, Radial dan Longitudinal
( Sumber : Awaluddin, ali. 2005. Konstruksi Kayu.. KTSM UGM : Yogyakarta )
3. Kayu merupakan bahan yang bersifat higroskopis, yaitu dapat menyerap atau
melepaskan kadar air (kelembaban) sebagai akibat perubahan kelembaban dan
suhu udara disekelilingnya.
4. Kayu dapat diserang oleh hama dan penyakit dan dapat terbakar terutama
dalam keadaan kering.
1.2.1 Sifat Fisik Kayu
1. Berat Jenis
Berat jenis kayu biasanya berbanding lurus dengan kekuatan daripada kayu
atau sifat-sifat mekanisnya. Makin tinggi berat jenis suatu kayu maka
makin tinggi pula kekuatannya.
Mengingat kayu terbentuk dari sel-sel yang memiliki bermacam-macam
tipe, memungkinkan terjadinya suatu penyimpangan tertentu. Pada
perhitungan berat jenis kayu semestinya berpangkal pada keadaan kering
udara, yaitu sekering-keringnya tanpa pengeringan buatan .
10. ^tçâ Page 7
Berat jenis didefenisikan sebagai angka berat dari satuan volume suatu
material. Berat jenis diperoleh dengan membagikan berat kepada volume
benda tersebut.
Berat jenis juga didefenisikan berat jenis relatif benda tersebut terhadap
berat jenis standard, dalam hal ini berat jenis air dalam gr / cm3
. Air dipakai
sebagai bahan standard karena berat 1 cm3
adalah 1 gr. Dapatlah
dikatakan bahwa berat jenis suatu benda adalah berat benda tersebut
relatif terhadap berat jenis standard yaitu air.
2. Keawetan
Keawetan adalah ketahanan kayu terhadap serangan dari unsur-unsur
perusak kayu dari luar seperti jamur, rayap, bubuk dll. Keawetan kayu
tersebut disebabkan adanya zat ekstraktif didalam kayu yang merupakan
unsur racun bagi perusak kayu. Zat ekstraktif tersebut terbentuk pada saat
kayu gubal berubah menjadi kayu teras sehingga pada umumnya kayu
teras lebih awet dari kayu gubal.
3. Warna
Warna kayu bermacam-macam seperti kuning, coklat muda, coklat tua,
kehitam-hitaman, kemerahan dan lain-lain. Kadang kala warna kayu dapat
dengan mudah mengidentifikasi jenis kayu tersebut. Pada pengenalan
kayu, warna kayu yang dipakai adalah warna kayu terasnya. Warna kayu
dapat berbeda karena dipengaruhi zat ekstraktif yang dikandung kayu dan
dipengaruhi oleh fakor – factor seperti tempat di dalam pohon, umur
pohon dan kelembaban.
4. Tekstur
Tekstur adalah ukuran relatif sel-sel kayu. Berdasarkan teksturnya, kayu
digolongkan kedalam kayu bertekstur halus (contoh: giam, kulim dll), kayu
11. ^tçâ Page 8
bertekstur sedang (contoh: jati, sonokeling dll) dan kayu bertekstur kasar
(contoh: kempas, meranti dll).
5. Arah Serat
Arah serat dapat ditentukan oleh alur-alur yang tedapat pada permukaan
kayu. Jika alurnya sejajar sumbu batang maka kayu berserat lurus. Jika
serat agak menyimpang sumbu batang dikatakan serat mencong. Serat
mencong dibagi lagi menjadi serat berpadu, serat berombak, serat berpilin
dan serat diagonal.
Serat dikatakan berpadu jika arah serat menyimpang berselang seling
kekiri dan kekanan secara bergantian terhadap sumbu batang. Serat
berombak, arah seratnya menggambarkan permukaan yang berbentuk
ombak. Serat berpilin jika arah seratnya membuat gambaran terpilin
seolah-olah batang kayu mengelilingi sumbu. Serat diagonal yaitu serat
yamg dapat pada potongan kayu atau papan yang digergaji sedmikian rupa
sehingga tepinya tidak sejajar arah sumbu tetapi memebentuk sudut
dengan sumbu.
6. Kesan Raba
Kesan raba adalah kesan yang diperoleh pada saat meraba permukaan
kayu (kasar, halus, licin, dingin, berminyak dll). Kesan raba tiap jenis kayu
berbeda-beda tergantung dari tekstur kayu, kadar air, kadar zat ekstraktif
dalam kayu.
7. Bau dan Rasa
Bau dan rasa kayu mudah hilang bila kayu lama tersimpan di udara
terbuka. Beberapa jenis kayu mempunyai bau yang merangsang dan untuk
menyatakan bau kayu tersebut, sering digunakan bau sesuatu benda yang
umum dikenal misalnya bau bawang (kulim), bau zat penyamak (jati), bau
kamper (kapur) dsb.
12. ^tçâ Page 9
8. Nilai Dekoratif
Nilai dekoratif tergantung dari warna kayunya, pola dan arah serat kayu
kilap kayunya serta sifat kayunya terhadap zat pemutih, pengisi, politur
dan sebagainya. Kayu yang memiliki dekoratif tinggi biasanya di utamakan
untuk membuat perabot rumah tangga daripada untuk keperluan
arsitektur. Kayu yang memiliki nilai dekoratif antara lain Oak, Jati, Rengas
dan Ebony.
9. Kadar air ( kadar lengas ) kayu
Kayu sebagai bahan bangunan dapat mengikat air dan juga dapat
melepaskan air yang dikandungnya. Keadaan seperti ini tergantung pada
kelembaban suhu udara disekelilingnya dimana kayu itu berada.
Kayu mempunyai sifat peka terhadap kelembaban. Karena pengaruh kadar
airnya menyebabkan mengembang dan menyusutnya kayu serta
mempengaruhi pula sifat-sifat fisik dan mekanis kayu. Kadar air sangat
besar pengaruhnya terhadap kekuatan kayu, terutama daya pikulnya
terhadap tegangan desak sejajar arah serat dan juga tegak lurus arah serat
kayu.
Sel-sel kayu mengandung air, yang sebagian merupakan bebas yang
mengisi dinding sel. Apabila kayu mengering, air bebas keluar dahulu dan
saat air bebas itu habis keadaannya disebut titik jenuh serat ( Fiber
Saturation Point ). Kadar air pada saat itu kira-kira 25 % - 30 %. Apabila
kayu mengering dibawah titik jenuh serat, dinding sel menjadi semakin
padat sehingga mengakibatkan serat-seratnya menjadi kokoh dan kuat.
Maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa turunnya kadar air
mengakibatkan bertambahnya kekuatan kayu.
Pada umumnya kayu-kayu di Indonesia yang kering udara mempunyai
kadar air ( kadar lengas ) antara 12 % - 18 % , atau rata-rata adalah 15 % .
13. ^tçâ Page 10
10. Sifat Kayu terhadap Suara, yang terdiri dari :
a. Sifat akustik, yaitu kemampuan untuk meneruskan suara berkaitan erat
dengan elastisitas kayu.
b. Sifat resonansi, yaitu turut bergetarnya kayu akibat adanya gelombang
suara. Kualitas nada yang dikeluarkan kayu sangat baik, sehingga kayu
banyak dipakai untuk bahan pembuatan alat musik (kulintang, gitar,
biola dll).
11. Daya Hantar Panas
Sifat daya hantar kayu sangat jelek sehingga kayu banyak digunakan untuk
membuat barang-barang yang berhubungan langsung dengan sumber
panas.
12. Daya Hantar Listrik
Pada umumnya kayu merupakan bahan hantar yang jelek untuk aliran
listrik. Daya hantar listrik ini dipengaruhi oleh kadar air kayu. Pada kadar
air 0 %, kayu akan menjadi bahan sekat listrik yang baik sekali, sebaliknya
apabila kayu mengandung air maksimum (kayu basah), maka daya
hantarnya bisa dikatakan sama dengan daya hantar air.
13. Kekerasan
Terdapat hubungan langsung antara kekerasan kayu dengan berat kayu.
Kayu-kayu yang keras termasuk kayu-kayu yang berat dan kayu yang lunak
termasuk kayu yang ringan. Cara menetapkan kekerasan kayu dengan
memotog kayu arah melintang. Kayu yang keras akan sulit dipotong
dengan pisau dan hasilnya akan memberikan kilauan pada kayu sedangkan
kayu yang lunak akan mudah rusak jika dipotong melintang.
14. ^tçâ Page 11
1.2.2 Sifat Mekanik Kayu
1. Keteguhan Tarik
Keteguhan tarik adalah kekuatan kayu untuk menahan gaya-gaya yang
berusaha menarik kayu. Kekuatan tarik pada kayu adalah pada sejajar
serat. Gaya tarik ini berusaha melepas ikatan antara serat-serat kayu
tersebut. Sebagai akibat dari gaya tarik (P), maka timbullah di dalam kayu
tegangan-tegangan tarik, yang harus berjumlah sama dengan gaya-gaya
luar P. Bila gaya tarik ini membesar sedemikian rupa, serat-serat kayu
terlepas dan terjadilah patahan. Dalam suatu konstruksi bangunan, hal ini
tidak boleh terjadi untuk menjaga keamanan. Tegangan tarik yang masih
diizinkan dimana tidak timbul suatu perubahan atau bahaya pada kayu,
disebut tegangan tarik yang diizinkan dengan notasi : -
σ tr // ( kg / cm2
).
Misalnya, untuk kayu dengan mutu E24 tegangan tarik yang diizinkan
dalam arah serat adalah 560 kg / cm2 (-
σ tr // = ± 560 kg / cm2).
Gambar 1.5 Batang Kayu Menerima Gaya tarik Sejajar Serat
Sumber : scribd.com
2. Keteguhan tekan/Kompresi
Keteguhan tekan/kompresi adalah kekuatan atau daya tahan kayu
terhadap gaya-gaya tekan yang bekerja sejajar atau tegak lurus serat kayu.
Gaya tekan yang bekerja sejajar serat kayu akan menimbulkan bahaya
tekuk pada kayu tersebut.
Serat Kayu
PP
15. ^tçâ Page 12
Sedangkan gaya tekan yang bekerja tegak lurus arah serat akan
menimbulkan retak pada kayu.
Batang-batang yang panjang dan tipis seperti papan, bahaya kerusakan
karena menerima gaya tekan sejajar serat adalah lebih besar, jika
dibandingkan dengan gaya tekan tegak lurus serat kayu. Sebagai akibat
adanya gaya tekan ini akan menimbulkan tegangan tekan pada kayu.
Tegangan tekan yang terbesar dimana tidak menimbulkan adanya bahaya
disebut tegangan tekan yang diizinkan, dengan notasi −
σ tr ┴ ( kg / cm2
).
Gambar 1.6 a) Batang kayu menerima gaya tegak lurus sejajar serat. b) Batang
kayu menerima gaya tekan sejajar serat.
Sumber : scribd.com
Bahaya Tekuk
Serat Kayu
a
b
P
P
P P
16. ^tçâ Page 13
3. Keteguhan Geser
Keteguhan geser adalah kemampuan kayu untuk menahan gaya-gaya yang
membuat suatu bagian kayu tersebut turut bergeser dari bagian lain di
dekatnya. Terdapat 3 (tiga) macam keteguhan yaitu :
a. Keteguhan geser sejajar arah serat
b. Keteguhan geser tegak lurus arah serat dan
c. Keteguhan geser miring
Keteguhan geser tegak lurus serat jauh lebih besar dari pada keteguhan
geser sejajar arah serat. Tegangan geser terbesar yang tidak akan
menimbulkan bahaya pada pergeseran serat kayu disebut tegangan geser
yang diizinkan , dengan notasi −
τ ( kg / cm2
).
Gambar 1.7 Batang kayu yang menerima gaya geser tegak lurus arah serat
Sumber : scribd.com
4. Keteguhan lengkung (lentur)
Keteguhan lengkung/lentur adalah kekuatan untuk menahan gaya-gaya
yang berusaha melengkungkan kayu atau untuk menahan beban mati
maupun hidup selain beban pukulan. Terdapat 2 (dua) macam keteguhan
yaitu :
a. Keteguhan lengkung statik, yaitu kekuatan kayu menahan gaya yang
mengenainya secara perlahan-lahan.
Gaya Geser
P
P
17. ^tçâ Page 14
b. Keteguhan lengkung pukul, yaitu kekuatan kayu menahan gaya yang
mengenainya secara mendadak.
5. Kekakuan
Kekakuan adalah kemampuan kayu untuk menahan perubahan bentuk
atau lengkungan. Kekakuan tersebut dinyatakan dalam modulus elastisitas.
6. Keuletan
Keuletan adalah kemampuan kayu untuk menyerap sejumlah tenaga yang
relatif besar atau tahan terhadap kejutan-kejutan atau tegangan-tegangan
yang berulang-ulang yang melampaui batas proporsional serta
mengakibatkan perubahan bentuk yang permanen dan kerusakan
sebagian.
7. Kekerasan
Kekerasan adalah kemampuan kayu untuk menahan gaya yang membuat
takik atau lekukan atau kikisan (abrasi). Bersama-sama dengan keuletan,
kekerasan merupakan suatu ukuran tentang ketahanan terhadap
pengausan kayu.
8. Keteguhan Belah
Keteguhan belah adalah kemampuan kayu untuk menahan gaya-gaya yang
berusaha membelah kayu. Sifat keteguhan belah yang rendah sangat baik
dalam pembuatan sirap dan kayu bakar. Sebaliknya keteguhan belah yang
tinggi sangat baik untuk pembuatan ukir-ukiran (patung). Pada umumnya
kayu mudah dibelah sepanjang jari-jari (arah radial) dari pada arah
tangensial.
18. ^tçâ Page 15
Ukuran yang dipakai untuk menjabarkan sifat-sifat kekuatan kayu atau sifat
mekaniknya dinyatakan dalam kg/cm2
. Faktor-faktor yang mempengaruhi sifat
mekanik kayu secara garis besar digolongkan menjadi dua kelompok :
a. Faktor luar (eksternal): pengawetan kayu, kelembaban lingkungan,
pembebanan dan cacat yang disebabkan oleh jamur atau serangga perusak
kayu.
b. Faktor dalam kayu (internal): berat jenis, cacat mata kayu, serat miring
dsb.
1.2.3 Sifat Kimia kayu
Susunan kimia kayu digunakan sebagai pengenal ketahanan kayu terhadap
serangan makhluk perusak kayu. Selain itu dapat pula menentukan
pengerjaan dan pengolahan kayu, sehingga didapat hasil yang maksimal.
Pada umumnya komponen kimia kayu daun lebar dan kayu daun jarum
terdiri dari 3 unsur :
Unsur karbohidrat terdiri dari selulosa dan hemiselulosa.
Unsur non-karbohidrat terdiri dari lignin.
Unsur yang diendapkan dalam kayu selama proses pertumbuhan
dinamakan zat ekstraktif. (Dumanauw.J.F, 1993)
Tabel 1.1 Komposisi unsur kayu
Unsur % berat kering
Karbon
Hidrogen
Oksigen
Nitrogen
Abu
49
6
44
Sedikit
0,1
(Haygreen.J.G, 1987)
19. ^tçâ Page 16
1.3 Komposisi Kimia Kayu
1.3.1 Zat – zat makromolekul
Sel kayu terutama terdiri atas selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Dimana
selulosa membentuk kerangka yang dikelilingi oleh senyawa-senyawa lain
yang berfungsi sebagai matriks (hemiselulosa) dan bahan-bahan yang
melapisi (lignin). Sepanjang menyangkut komponen kimia kayu, maka
perlu dibedakan antara komponen-komponen makromolekul utama
dinding sel selulosa, poliosa (hemiselulosa) dan lignin, yang terdapat pada
semua kayu, dan komponen-komponen minor dengan berat molekul kecil
(ekstraktif dan zat-zat mineral). Perbandingan dan komposisi kimia lignin
dan poliosa berbeda pada kayu lunak dan kayu keras, sedangkan selulosa
merupakan komponen yang seragam pada semua kayu. (Sjostrom.E, 1993)
Gambar 1.4 Bagan umum komponen kayu
(Fengel.D, 1995)
Unsur-unsur penyusun kayu tergabung dalam sejumlah senyawa organik:
selulosa, hemiselulosa dan lignin. Proporsi lignin dan hemiselulosa sangat
bervariasi di antara spesies-spesies kayu, dan juga antara kayu keras dan
kayu lunak.
Kayu
Senyawa berat molekul kecil
PolisakaridaBahan organik Bahan anorganik lignin
Senyawa makromolekul
Ektraktif Abu Selulosa Poliosa
20. ^tçâ Page 17
Tabel 1.2 Komponen kimia menurut golongan kayu
Tipe
% Berat Kering
Selulosa Hemiselulosa Lignin
Kayu Keras 40-44 15-35 18-25
Kayu Lunak 40-44 20-32 25-35
Sumber : Kollmann dan Cote (1968) (Haygreen.J.G, 1987)
1) Selulosa
Jelas bahwa pemanfaatan selulosa secara tradisional yang terpenting,
yang merupakan setengah dari zat penyusun kayu, adalah sebagai
bahan baku untuk produksi kertas. Dalam berbagai bentuk pulp,
selulosa mewakili bahan baku untuk produksi berbagai tipe kertas dan
karton, dan juga menghasilkan produk-produk selulosa yang
dimodifikasi. (Hohnholz.J.H, 1988)
Selulosa merupakan komponen kayu yang terbesar, yang dalam kayu
lunak dan kayu keras jumlahnya mencapai hampir setengahnya.
Selulosa merupakan polimer linear dengan berat molekul tinggi yang
tersusun seluruhnya atas β-D-glukosa. Karena sifat-sifat kimia dan
fisiknya maupun struktur supramolekulnya maka ia dapat memnuhi
fungsinya sebagai komponen struktur utama dinding sel tumbuhan.
(Fengel.D, 1995)
Bahan dasar selulosa ialah glukosa, dengan rumus C6H12O6. Molekul-
molekul glukosa disambung menjadi molekul-molekul besar, panjang
dan berbetuk rantai dalam susunan menjadi selulosa. Selulosa
merupakan bahan dasar yang penting bagi industri-industr yang
memakai selulosa sebagai bahan baku, misalnya : pabrik kertas, pabrik
sutera tiruan dan lain sebagainya. (Dumanauw.J.F, 1993)
2. Poliosa (Hemiselulosa)
Persentase dalam kayu lembek lunak (softwood) rata-rata lebih rendah
(15-25%). Di samping itu, strukturnya dibedakan dalam dua tipe kayu.
21. ^tçâ Page 18
Dalam kayu keras dan tanaman tahunan yang dominan adalah jenis
pentose (terutama xilan), sedangkan dalam hemiselulosa kayu lunak
yang dominan adalah jenis hexosa mudah diisolasi dari kayu dan lebih
mudah dihidrolisis dibandingkan tanaman yang kadang-kadang terikat
rapat oleh selulosa. Dalam pulp kertas atau dalam kertas, hemiselulosa
berperanan sebagai perekat alam dan memperkuat ikatan antara serat
ke serat. (Hohnholz.J.H, 1988)
Beberapa polisakarida kayu secara ekstensif dapat larut di dalam air.
Jenis pohon tropis tertentu membentuk suatu getah secara spontan,
yang dikeluarkan berupa cairan kental pada bagian yang diberi
luka/goresan dan setelah pengeringan getah tersebut akan mengeras,
getah-getah yang mengeras tersebut yang berbentuk kecil-kecil kaya
akan polisakarida. Sebagai contoh dari getah ini adalah getah arabic,
yang terdiri dari polisakarida yang dapat larut dalam air. (Sjostrom.E,
1993)
Jumlah hemiselulosa dari berat kering kayu biasanya antara 20 dan
30%. Komposisi dan struktur hemiselulosa dalam kayu lunak secara
khas berdeda dari kayu keras. Perbedaan-perbedaan yang besar juga
terdapat dalam kandungan dan komposisi hemiselulosa antara batang,
cabang, akar dan kulit kayu. Seperti halnya selulosa kebanyakan
hemiselulosa berfungsi sebagai bahan pendukung dalam diding sel.
(Sjostrom.E, 1995)
3. Lignin
Lignin adalah komponen makromolekuler dinding sel ketiga. Lignin
tersusun dari satuan-satuan fenilpropan yang satu sama lain dikelilingi
berbagai jenis zat pengikat. Persentase rata-ratanya dalam kayu lunak
adalah antara 25-35% dan dalam kayu keras antara 20-30%. Perbedaan
struktural yang terpenting dari lignin kayu lunak dan lignin kayu keras,
adalah bahwa lignin kayu keras mempunyai kandungan metoxil (-
OCH3) yang lebih tinggi. (Hohnholz.J.H, 1988)
22. ^tçâ Page 19
Lignin adalah suatu polimer yang kompleks dengan berat molekul
tinggi, tersusun atas unit-unit fenilpropan. Meskipun tersusun atas
karbon, hydrogen dan oksigen, lignin bukanlah suatu karbohidrat dan
bahkan tidak ada hubungannya dengan golongan senyawa tersebut.
Sebaliknya, lignin pada dasarnya adalah suatu fenol. Lignin sangat
stabil dan sukar dipisahkan dan mempunyai bentuk yang bermacam-
macam karenanya susunan lignin yang pasti didalam kayu tetap tidak
menentu.
Lignin terdapat di antara sel-sel dan di dalam dinding sel. Di antara sel-
sel, lignin berfungsi sebagai perekat untuk mengikat sel-sel bersama-
sama. Dalam dinding sel, lignin sangat erat hubungannya dengan
selulosa dan berfungsi untuk memberikan ketegaran pada sel. Lignin
juga berpengaruh dalam mempertinggi sifat racun kayu yang membuat
kayu tahan terhadap serangan cendawan dan serangga.
Gambar 1.5 Bentuk umum lignin
(Haygreen.J.G, 1987)
1.3.2 Zat – zat Berat Molekul Rendah
Di samping komponen-komponen dinding sel, terdapat juga
sejumlah zat-zat yang disebut bahan tambahan atau ekstraktif kayu.
Meskipun komponen-komponen tersebut hanya memberikan saham
beberapa persen pada massa kayu, komponen tersebut dapat
23. ^tçâ Page 20
memberikan pengaruh yang besar pada sifat-sifat dan kualitas
pengolahan kayu. Beberapa komponen, seperti ion-ion logam
tertentu, bahkan sangat penting untuk kehidupan pohon.
Zat-zat berat molekul rendah berasal dari golongan senyawa kimia
yang sangat berbeda hingga sukar untuk membuat sistem klasifikasi
yang jelas tetapi komprehensif. Klasifikasi yang mudah dapat dibuat
dengan membaginya ke dalam zat organic dan anorganik. Bahan
organik lazim disebut dengan ekstraktif, sedangkan bahan anorganik
disebut dengan abu. (Fengel.D, 1995)
1) Zat Ekstraktif
Zat ekstraktif umumnya adalah zat yang mudah larut dalam pelarut
seperti : eter, alkohol, bensin dan air. Banyaknya rata-rata 3 – 8%
dari berat kayu kering tanur. Termasuk di dalamnya minyak-
minyakan, resin, lilin, lemak, tannin, gula, pati, dan zat warna. Zat
ekstraktif memiliki arti yang penting dalam kayu karena :
− dapat mempengaruhi sifat keawetan, warna, bau, dan rasa suatu
jenis kayu
− dapat digunakan untuk mengenal suatu jenis kayu. (Dumanauw.
J. F, 1993)
Kandungan dan komposisi ekstraktif berubah-ubah di antara spesies
kayu. Tetapi juga terdapat variasi yang tergantung pada tapak
geografi dan musim. Pada sisi lain, komposisi ekstraktif dapat
digunakan untuk determinasi kayu-kayu tertentu yang sukar
dibedakan secara anatomi. Komposisi ekstraktif dapat berubah
selama pengeringan kayu, terutama senyawa-senyawa tak jenuh,
lemak dan asam lemak terdegradasi. Fakta ini penting untuk
produksi pulp karena ekstraktif tertentu dalam kayu segar mungkin
menyebabkan noda kuning (gangguan getah) atau penguningan
pulp. Ekstraktif dapat juga mempengaruhi kekuatan pulp, perekatan
24. ^tçâ Page 21
dan pengerjaan akhir kayu maupun sifat-sifat pengeringan.
(Fengel.D, 1995)
2) Abu
Di samping persenyawaan-persenyawaan organik, di dalam kayu
masih ada beberapa zat organik, yang disebut bagian-bagian abu
(mineral pembentuk abu yang tertinggal setelah lignin dan selulosa
habis terbakar). Kadar zat ini bervariasi antara 0,2 – 1% dari berat
kayu. (Dumanauw.J.F, 1993)
Kayu hanya mengandung komponen-komponen anorganik dengan
jumlah yang agak rendah, diukur sebagai abu yang jarang melebihi
1% dari berat kayu kering. Namun kandungan abu dalam tugi, daun,
dan kulit dapat jauh lebih tinggi. Abu ini asalnya terutama dari
berbagai garam yang diendapkan dalam dinding-dinding sel dan
lumen. Endapan yang khas adalah berbagai garam-garam logam,
seperti karbonat, silikat, oksalat, dan fosfat. Komponen logam yang
paling banyak jumlahnya adalah kalsium diikuti kalium dan
magnesium. (Sjostrom.E, 1995)
1.4 Sifat Struktur
Sifat struktur/mikroskopis adalah sifat yang dapat kita ketahui dengan
mempergunakan alat bantu, yaitu kaca pembesar (loupe) dengan pembesaran 10
kali. Sifat struktur yang diamati adalah :
a. Pori (vessel) adalah sel yang berbentuk pembuluh dengan arah longitudinal.
Dengan mempergunakan loupe, pada bidang lintang, pori terlihat sebagai
lubang-lubang beraturan maupun tidak, ukuran kecil maupun besar. Pori
dapat dibedakan berdasarkan penyebaran, susunan, isi, ukuran, jumlah dan
bidang perforasi).
b. Parenkim (Parenchyma) adalah sel yang berdinding tipis dengan bentuk batu
bata dengan arah longitudinal. Dengan mempergunakan loupe, pada bidang
lintang, parenkim (jaringan parenkim) terlihat mempunyai warna yang lebih
25. ^tçâ Page 22
cerah dibanding dengan warna sel sekelilingnya. Parenkim dapat dibedakan
berdasarkan atas hubungannya dengan pori, yaitu parenkim paratrakeal
(berhubungan dengan pori) dan apotrakeral (tidak berhubungan dengan pori).
c. Jari-jari (Rays) adalah parenkim dengan arah horizontal. Dengan
mempergunakan loupe, pada bidang lintang, jari-jari terlihat seperti garis-garis
yang sejajar dengan warna yang lebih cerah dibanding warna sekelilingnya.
Jari-jari dapat dibedakan berdasarkan ukuran lebarnya dan keseragaman
ukurannya.
d. Saluran interseluler adalah saluran yang berada di antara sel-sel kayu yang
berfungsi sebagai saluran khusus. Saluran interseluler ini tidak selalu ada pada
setiap jenis kayu, tetapi hanya terdapat pada jenis-jenis tertentu, misalnya
beberapa jenis kayu dalam famili Dipterocarpaceae, antara lain meranti
(Shorea spp), kapur (Dryobalanops spp), keruing (Dipterocarpus spp), mersawa
(Anisoptera spp), dan sebagainya. Berdasarkan arahnya, saluran interseluler
dibedakan atas saluran interseluler aksial (arah longitudinal) dan saluran
interseluler radial (arah sejajar jari-jari). Pada bidang lintang, dengan
mempergunakan loupe, pada umumnya saluran interseluler aksial terlihat
sebagai lubang-lubang yang terletak diantara sel-sel kayu dengan ukuran yang
jauh lebih kecil.
e. Saluran getah adalah saluran yang berada dalam batang kayu, dan bentuknya
seperti lensa. Saluran getah ini tidak selalu dijumpai pada setiap jenis kayu,
tapi hanya terdapat pada kayu-kayu tertentu, misalnya jelutung (Dyera spp.)
f. Tanda kerinyut adalah penampilan ujung jari-jari yang bertingkat-tingkat dan
biasanya terlihat pada bidang tangensial. Tanda kerinyut juga tidak selalu
dijumpai pada setiap jenis kayu, tapi hanya pada jenis-jenis tertentu seperti
kempas (Koompasia malaccensis) dan sonokembang (Pterocarpus indicus).
g. Gelam tersisip atau kulit tersisip adalah kulit yang berada di antara kayu, yang
terbentuk sebagai akibat kesalahan kambium dalam membentuk kulit. Gelam
tersisip juga tidak selalu ada pada setiap jenis kayu. Jenis-jenis kayu yang
26. ^tçâ Page 23
sering memiliki gelam tersisip adalah karas (Aquilaria spp), jati (Tectona
grandis) dan api-api (Avicennia spp).
2. BAHAN BAKU
Kayu berasal dari pepohonan yang sudah cukup umur untuk dipotong atau ditebang.
Setiap jenis pohon menghasilkan jenis kayu yang berbeda.
2.1 Jenis Pepohonan
Pepohonan dapat dibagi menjadi beberapa golongan-golongan sebagai berikut :
1) Golongan pohon berdaun jarum. Golongan ini tumbuh di daerah berhawa
dingin. Meskipun pada musim dingin daunya tidak gugur. Tumbuhnya cepat
dan lurus. Kayunya rata-rata tidak keras. Gelang tahunnya terlihat jelas, karena
endapan damar yang terbentuk pada musim gugur. Jenis yang banyak
mengandung damar lebih awet dan kayunya sulit di-cat.
2) Golongan pepohonan yang berdaun lebar. Golongan ini tumbuh di daerah
tropik dan sub-tropik. Tumbuhnya lambat, batangnya benjol-benjol dan rata-
rata kayunya keras. Banyak diantaranya yang pori-porinya terlihat jelas, bila
diketam memanjang. Ada 90 jenis pohon yang sudah diketahui dapat
digunakan sebagai bahan bangunan.
3) Golongan pohon palm. Tumbuhnya di daerah tropic dan berhawa panas. Di
daerah pegunungan yang tingginya 600 m di atas permukaan laut, sudah tidak
mau tumbuh.tidak terdapat perdangan khusus sebagai bahan bangunan.
4) Golongan rumput yang batang-batangnya dapat digunakan oleh manusia
sebagai bahan bangunan adalah dari family bamboo, yang dapat juga
dikatakan golongan rumput raksasa.
27. ^tçâ Page 24
Gambar 2.1 Pohon jenis palm Gambar 2.2 Pohon berdaun jarum
Sumber : inamardiahhaq.blogspot.com Sumber : riyan92-iyan.blogspot.com
Gambar 2.3 Pohon berdaun lebar Gambar 2.4 Bambu
Sumber : andimanwno.wordpress.com Sumber : mataairyangsegar.blogspot.com
2.2 Penebangan Pohon dan Pengolahan Kayu
Penebangan pohon yang dilakukan, bila pohon telah cukup umurnya, sehingga
mutu kayu cukup baik.
Penebangan pohon sekarang dilakukan dengan gergaji rantai yang digerakkan
dengan motor. Setelah dipotong-potong pada panjang yang tertentu ( 4 m atau 8
m ) diangkat ke tempat pengrajin untuk dijadikan papan dan dimasukkan ke dalam
los-los terbuka untuk dikeringkan. Cara pengrajin langsung menjadikan papan
28. ^tçâ Page 25
dengan ukuran perdagangan dimaksudkan untuk menghindari timbulnya retak-
retak pada kayu karena penyusutan. Tanpa mempehitungkan susut tersebut, hasil
gegajian akan menghasilkan bentuk kurang berkualitas.
Sebelum digergaji menjadi papan-papan sebaiknya batang-batang pohon
direndam dulu dalam air yang mengalir, sehingga getah-getah dalam pohon larut
dalam air dan membunuh serangga yang ada dalam kayu. Lamanya perendaman
sebaiknya setahun lebih.
Untuk menghasilkan produk kayu gergajian yang baik dan efisienterdapat
teknologi gergajian yang harus diketahui dalam kaitannya dengan penyusutan
kayu pada saat pengeringan. Terdapat tiga metode penggergajian, lurus (plain
sawing), perempat bagian (quarter sawing) dan penggergajian tipikal (typical
sawing).
Gambar 2.5 Metoda penggergajian kayu dan profil serat yang dihasilkan
Sumber : Forest Products Laboratory USDA, 1999
2.3 Pengeringan Kayu
Kayu baru tebang memiliki kadar air yang tinggi, 200% - 300%. Setelah ditebang
kandungan air tersebut berangsur berkurang karena menguap. Mulanya air bebas
atau air di luar serat (free water) yang menguap. Penguapan ini masih menyisakan
29. ^tçâ Page 26
25% - 35% kandungan air. Selanjutnya penguapan air dalam serat (bound water).
Kayu dapat di keringkan melalui udara alam bebas selama beberapa bulan atau
dengan menggunakan dapur pengering (kiln). Kayu dapat dikeringkan ke kadar
sesuai permintaan. Kadar air kayu untuk kuda - kuda biasanya harus kurang dari
atau sama dengan 19 persen. Kadang diminta kadar air kayu hingga 15% (MC 15).
Namun karena kayu bersifat higroskopis, pengaruh kelembaban udara sekitar
kayu akan mempengaruhi kadar air kayu yang akan mempengaruhi kembang
susut kayu dan kekuatannya.
Gambar 2.6 Tampang melintang kayu dan arah penyusutan kayu
Sumber : Forest Products Laboratory USDA, 1999
Gambar 2.7 Penyusunan kayu saaat proses pengeringan
Sumber : Forest Products Laboratory USDA, 1999
30. ^tçâ Page 27
2.4 Pengawetan Kayu
Proses ideal olah produk kayu selanjutnya adalah pengawetan. Pengawetan dapat
dilakukan dengan cara merendam atau mencuci dengan maksud membersihkan
zat makanan dalam kayu agar tidak diserang hama. Sedangkan cara lain adalah
dengan pemberian bahan kimia melalui perendaman dan cara coating atau
pengecatan.
2.5 Cacat Kayu
Pada sebuah batang kayu, terdapat ketidak teraturan struktur serat yang
disebabkan karakter tumbuh kayu atau kesalahan proses produksi. Ketidak
teraturan atau cacat yang umum adalah mata kayu, yang merupakan sambungan
cabang pada batang utama kayu. Mata kayu ini kadang berbentuk lubang karena
cabang tersambung busuk atau lapuk atau diserang hama atau serangga. Cacat ini
sudah tentu mengurangi kekuatan kayu dalam menerima beban konstruksi.
Secara umum cacat fisik kayu berupa :
1. Mata kayu, kayu dikatakan kasar apabila mengandung mata kayu. Mata kayu
ini tidak samam sifatnya dengan kayu-kayu di sekelilingnya. Kadang-kadang
keras sekali kadang-kadang lunak, selalu mengadakan perubahan arah serat.
2. Cacat retak-retak, cacat retak-retak ini terdapat di dekat hati, retak lingkaran
tahun dan retak angin.
3. Hati yang busuk, cacat ini sukar dilihat sebelum pohon ditebang. Biasanya
terdapat pada pohon yang sudah tua dan besar batangnya
4. Cacat lapuk, kayu yang masih muda bilamana ditumpuk terlalu lama dan belum
dikuliti cepat menjadi cacat lapuk. Kelapukan ini dipengaruhi oleh susunan
penumpukan dan kelembaban udara.
31. ^tçâ Page 28
Gambar 2.8 Cacat kayu : (a) mata kayu; (b) lapuk; (c) wane / tepian batang bulat; (d)
retak
Sumber : Forest Products Laboratory USDA, 1999
Cacat akibat proses produksi umumnya disebabkan oleh kesalahan penggergajian
dan proses pengeringan penyusutan. Cacat ini dapat berupa retak, crooking,
bowing, twisting (baling), cupping dan wane (tepian batang bulat) karena
penggergajian yang terlalu dekat dengan lingkaran luar kayu.
Gambar 2.9 Cacat produk kayu gergajian yang sering terjadi
Sumber : Forest Products Laboratory USDA, 1999
32. ^tçâ Page 29
Tabel 2. 1 Cacat Maksimum Untuk Setiap Kelas Mutu Kayu
Macam Cacat Kelas Mutu A Kelas Mutu B Kelas Mutu C
Mata Kayu :
a) Terletak di muka lebar 1/6 lebar kayu 1/4 lebar kayu 1/2 lebar kayu
b) Terletak di muka sempit 1/8 lebar kayu 1/6 lebar kayu 1/4 lebar kayu
Retak 1/5 lebar kayu 1/6 lebar kayu 1/2 lebar kayu
Pingul 1/10 lebar kayu 1/6 lebat kayu 1/4 lebar kayu
Arah serat 1:13 1:9 1:6
Saluran dammar 1/5 lebar kayu 2/5 lebar kayu 1/2 lebar kayu
Gubal Diperkenankan Diperkenankan Diperkenankan
Lubang serangga Diperkenankan asal
terpencar dan ukuran
dibatasi dan tidak ada
tanda-tanda serangga
hidup
Diperkenankan asal
terpencar dan ukuran
dibatasi dan tidak ada
tanda-tanda serangga
hidup
Diperkenankan asal
terpencar dan ukuran
dibatasi dan tidak ada
tanda-tanda serangga
hidup
Cacat lain (lapuk, hati
rapuh, retak melintang)
Tidak diperkenankan Tidak diperkenankan Tidak diperkenankan
2.6 Cara Membedakan Kayu Berdaun Lebar Dan Kayu Berdaun Jarum
Terdapat perbedaan yang mendasar antara sifat struktur kayu daun lebar dan sifat
struktur kayu daun jarum. Kayu-kayu daun jarum tidak mempunyai pori-pori kayu
seperti halnya kayu-kayu daun lebar.
Untuk menentukan jenis sepotong kayu, kegiatan pertama yang harus dilakukan
adalah memeriksa kayu tersebut dengan memeriksa sifat kasarnya. Apabila
dengan cara tersebut belum dapat ditetapkan jenis kayunya, maka terhadap kayu
tersebut dilakukan pemeriksaan sifat strukturnya dengan mempergunakan loupe.
Untuk memudahkan dalam menentukan suatu jenis kayu, kita dapat
mempergunakan kunci pengenalan jenis kayu. Kunci pengenalan jenis kayu pada
dasarnya merupakan suatu kumpulan keterangan tentang sifat-sifat kayu yang
telah dikenal, baik sifat struktur maupun sifat kasarnya. Sifat-sifat tersebut
kemudian didokumentasikan dalam bentuk kartu (sistim kartu) atau dalam bentuk
percabangan dua (sistem dikotom).
33. ^tçâ Page 30
Pada sistem kartu, dibuat kartu dengan ukuran tertentu (misalnya ukuran kartu
pos). Disekeliling kartu tersebut dicantunkan keterangan sifat-sifat kayu, dan pada
bagian tengahnya tertera nama jenis kayu. Sebagai contoh, kayu yang akan
ditentukan jenisnya, diperiksa sifat-sifatnya. Berdasarkan sifat-sifati tersebut, sifat
kayu yang tertulis pada kartu ditusuk dengan sebatang kawat dan digoyang
sampai ada kartu yang jatuh. Apabila kartu yang jatuh lebih dari satu kartu,
dengan cara yang sama kartu-kartu itu kemudian ditusuk pada sifat lain sesuai
dengan hasil pemeriksaan sampai akhirnya tersisa satu kartu. Sebagai hasilnya,
nama jenis yang tertera pada kartu terakhir tersebut merupakan nama jenis kayu
yang diidentifikasi.
Dikotom berarti percabangan, pembagian atau pengelompokan dua-dua atas
dasar persamaan sifat-sifat kayu yang diamati. Kayu yang akan ditentukan
jenisnya diperiksa sifat-sifatnya, dan kemudian dengan mempergunakan kunci
dikotom, dilakukan penelusuran sesuai dengan sifat yang diamati sampai
diperolehnya nama jenis kayu yang dimaksud.
Kunci cara pengenalan jenis kayu di atas, baik sistem kartu maupun dengan sistem
dikotom, keduanya mempunyai kelemahan. Kesulitan tersebut adalah apabila
kayu yang akan ditentukan jenisnya tidak termasuk ke dalam koleksi. Walaupun
sistem kartu ataupun sistem dikotom digunakan untuk menetapkan jenis kayu,
keduanya tidak akan dapat membantu mendapatkan nama jenis kayu yang
dimaksud. Dengan demikian, semakin banyak koleksi kayu yang dimiliki disertai
dengan pengumpulan mengumpulkan sifat-sifatnya ke dalam sistem kartu atau
sistem dikotom, akan semakin mudah dalam menentukan suatu jenis kayu.
2.7 Pengerutan dan Pengembangan Kayu
Pengerutan dan pengembangan kayu dimaksudkan adalah suatu keadaan
perubahan bentuk pada kayu yang disebabkan oleh tegangan-tegangan dalam,
sebagai akibat dari berkurangnya atau bertambahnya kadar air kayu. Pengerutan
terjadi karena dinding-dinding maupun isi sel kehilangan sebagian besar kadar
34. ^tçâ Page 31
airnya, ini juga terjadi pada serat-seratnya. Begitu pula sebaliknya. Besarnya
pengerutan maupun pengembangan pada berbagai jenis kayu dan arah kayu
adalah tidak sama.
T = Pengerutan kayu arah tangensial ± 7 % - 10 %
R = Pengerutan kayu arah radial ± 5 %
A = Pengerutan kayu arah aksial (longitudinal) ± 0.1 % (sangat kecil,
dapat diabaikan) Pengerutan kayu dalam arah lingkaran-lingkaran pertumbuhan
(tangensial) lebih besar daripada arah radial, karena dapat ditemui bahwa di
sebelah luar batang, sel-selnya masih muda dan banyak mengandung kadar air.
Pada pengeringan batang kayu glondong, keliling mengerut hampir dua kali jari-
jari yaitu sebanyak garis tengah, sehingga terjadi rengat-rengat pengeringan Jika
pada batang yang belum dikeringkan (basah) digergaji menjadi papan atau balok
akan melipat atau melentur.
Secara teoritis, besarnya pengerutan berbanding lurus dengan banyaknya air yang keluar setelah
dikeringkan. Contohnya, bila suatu batang kayu mempunyai lebar asal pada arah tangensial, pada
kadar air 20 % adalah 26 cm. Setelahdikeringkan lebarnya menjadi 24 cm, maka pengerutan kayu
arah tangensial dalam persen (%) adalah =
3. FUNGSI
Selama periode prasejarah dan sesudahnya kayu tidak hanya digunakan untuk bahan
bangunan tetapi juga semakin penting sebagai bahan mentah kimia untuk pembuatan
arang (digunakan dalam peleburan besi), ter dan getah (digunakan untuk
mengawetkan dan melapisi lambung kapal), dan kalium (digunakan dalam pembuatan
35. ^tçâ Page 32
gelas dan sebagai bahan pemucat kain dan tekstil kapas). Namun disisi lain kayu
merupakan bahan dasar yang sangat modern. Kubah-kubah kayu yang besar dan
perabot rumah yang indah membuktikan kagunaan dan keindahannya. Bahkan dalam
bentuk alih seperti kayu lapis, papan partikel dan papan serat, kayu telah menjadi
bahan bangunan yang berharga.
Penggunaan kayu untuk suatu tujuan pemakaian tertentu tergantung dari sifat-sifat
kayu yang bersangkutan dan persyaratan teknis yang diperlukan. Jenis-jenis kayu yang
mempunyai persyaratan untuk tujuan pemakaian tertentu antara lain dapat
dikemukan sebagai berikut :
1. Bangunan (Konstruksi)
Persyaratan teknis : kuat, keras, berukuran besar dan mempunyai keawetan
alam yang tinggi.
Jenis kayu : balau, bangkirai, belangeran, cengal, giam, jati, kapur, kempas,
keruing, lara, rasamala.
2. Veneer biasa
Persyaratan teknis : kayu bulat berdiameter besar, bulat, bebas cacat dan
beratnya sedang.
Jenis kayu : meranti merah, meranti putih, nyatoh, ramin, agathis, benuang.
3. Veneer mewah
Persyaratan teknis : disamping syarat di atas, kayu harus bernilai dekoratif.
Jenis kayu : jati, eboni, sonokeling, kuku, bongin, dahu, lasi, rengas, sungkai,
weru, sonokembang.
36. ^tçâ Page 33
4. Perkakas (mebel)
Persyaratan teknis : berat sedang, dimensi stabil, dekoratif, mudah dikerjakan,
mudah dipaku, dibubut, disekrup, dilem dan dikerat.
Jenis kayu : jati, eboni, kuku, mahoni, meranti, rengas, sonokeling,
sonokembang, ramin.
5. Lantai (parket)
Persyaratan teknis : keras, daya abrasi tinggi, tahan asam, mudah dipaku dan
cukup kuat.
Jenis kayu : balau, bangkirai, belangeran, bintangur, bongin, bungur, jati, kuku.
6. Bantalan Kereta Api
Persyaratan teknis : kuat, keras, kaku, awet.
Jenis kayu : balau, bangkirai, belangeran, bedaru, belangeran, bintangur,
kempas, ulin.
7. Alat Olah Raga
Persyaratan teknis : kuat, tidak mudah patah, ringan, tekstur halus, serat halus,
serat lurus dan panjang, kaku, cukup awet.
Jenis kayu : agathis, bedaru, melur, merawan, nyatoh, salimuli, sonokeling,
teraling.
8. Alat Musik
Persyaratan teknis : tekstur halus, berserat lurus, tidak mudah belah, daya
resonansi baik.
37. ^tçâ Page 34
Jenis kayu : cempaka, merawan, nyatoh, jati, lasi, eboni.
9. Alat Gambar
Persyaratan teknis : ringan, tekstur halus, warna bersih.
Jenis kayu : jelutung, melur, pulai, pinus.
10. Tong Kayu (Gentong)
Persyaratan teknis : tidak tembus cairan dan tidak mengeluarkan bau.
Jenis kayu : balau, bangkirai, jati, pasang.
11. Tiang Listrik dan Telepon
Persyaratan teknis : kuat menahan angin, ringan, cukup kuat, bentuk lurus.
Jenis kayu : balau, giam jati, kulim, lara, merbau, tembesu, ulin.
12. Patung dan Ukiran Kayu
Persyaratan teknis : serat lurus, keras, tekstur halus, liat, tidak mudah patah
dan berwarna gelap.
Jenis kayu : jati, sonokeling, salimuli, melur, cempaka, eboni.
13. Korek Api
Persyaratan teknis : sama dengan persyaratan veneer, cukup kuat (anak korek
api), elastis dan tidak mudah pecah (kotak).
Jenis kayu : agathis, benuang, jambu, kemiri, sengon, perupuk, pulai, terentang,
pinus.
38. ^tçâ Page 35
14. Pensil
Persyaratan teknis : BJ sedang, mudah dikerat, tidak mudah bengkok, warna
agak merah, berserat lurus.
Jenis kayu : agathis, jelutung, melur, pinus.
15. Moulding
Persyaratan teknis : ringan, serat lurus, tekstur halus, mudah dikerjakan, mudah
dipaku. Warna terang, tanpa cacat, dekoratif.
Jenis kayu : jelutung, pulai ramin, meranti dll.
16. Perkapalan
Lunas
Persyaratan teknis : tidak mudah pecah, tahan binatang laut.
Jenis kayu : ulin, kapur.
Gading
Persyaratan teknis : kuat, liat, tidak mudah pecah, tahan binatang laut.
Jenis kayu : bangkirai, bungur, kapur.
Senta
Persyaratan teknis : kuat, liat, tidak mudah pecah, tahan binatang laut.
Jenis kayu : bangkirai, bungur, kapur.
Kulit
Persyaratan teknis : tidak mudah pecah, kuat, liat, tahan binatang laut.
39. ^tçâ Page 36
Jenis kayu : bangkirai, bungur, meranti merah.
Bangunan dan dudukan mesin
Persyaratan teknis : ringan, kuat dan awet, tidak mudah pecah karena getaran
mesin.
Jenis kayu : kapur, meranti merah, medang, ulin, bangkirai.
Pembungkus as baling-baling
Persyaratan teknis : liat, lunak sehingga tidak merusak logam.
Jenis kayu : nangka, bungur, sawo.
Popor Senjata
Persyaratan teknis : ringan, liat, kuat, keras, dimensi stabil.
Jenis kayu : waru, salimuli, jati.
17. Arang (bahan bakar)
Persyaratan teknis : BJ tinggi.
Jenis kayu : bakau, kesambi, walikukun, cemara, gelam, gofasa, johar, kayu
malas, nyirih, rasamala, puspa, simpur.
4. JENIS
4.1. Penggolongan Produk Kayu di Pasaran
Saat ini produk kayu sangat beragam. Produk kayu solid/asli umumnya berupa
kayu gergajian baik berupa balok maupun papan. Sedangkan produk kayu buatan
40. ^tçâ Page 37
dapat merupa vinir (veneer), papan lapis, triplek/plywood/multiplek dan bahkan
kayu laminasi (glue laminated timber).
4.2. Klasifikasi Produk Kayu
Penggolongan kayu dapat ditinjau dari aspek fisik, mekanik dan keawetan. Secara
fisik terdapat klasifikasi kayu lunak dan kayu keras. Kayu keras biasanya memiliki
berat satuan (berat jenis) lebih tinggi dari kayu lunak. Klasifikasi fisik lain adalah
terkait dengan kelurusan dan mutu muka kayu. Terdapat mutu kayu di
perdagangan A, B dan C yang merupakan penggolongan kayu secara visual terkait
dengan kualitas muka (cacat atau tidak) arah - pola serat dan kelurusan batang.
Kadang klasifikasi ini menerangkan kadar air dari produk kayu.
• Kayu mutu kering udara
1. Besar mata kayu maksimum 1/6 lebar kecil tampang / 3,5 cm
2. Tak boleh mengandung kayu gubal lebih dari 1/10 tinggi balok
3. Miring arah serat maksimum adalah 1/7
4. Retak arah radial maksimum 1/3 tebal dan arah lingkaran tumbuh 1/4
tebal kayu
• Kayu mutu kering udara 15% - 30%
1. Besar mata kayu maksimum 1/4 lebar kecil tampang / 5 cm
2. Tak boleh mengandung kayu gubal lebih dari 1/10 tinggi balok
3. Miring arah serat maksimum adalah 1/10
4. Retak arah radial maksimum ¼ tebal dan arah lingkaran tumbuh 1/5 tebal
kayu
• Konsekuensi dari kelas visual B harus memperhitungkan reduksi kekuatan dari
mutu A dengan faktor pengali sebesar 0.75 (PKKI, 1961, pasal 5)
41. ^tçâ Page 38
4.3. Kelas Kuat Kayu
Sebagaimana di kemukakan pada sifat umum kayu, kayu akan lebih kuat jika
menerima beban sejajar dengan arah serat dari pada menerima beban tegak lurus
serat. Ini karena struktur serat kayu yang berlubang. Semakin rapat serat, kayu
umumnya memiliki kekuatan yang lebih dari kayu dengan serat tidak rapat.
Kerapatan ini umumnya ditandai dengan berat kayu persatuan volume / berat
jenis kayu.
Gambar 4.1 Arah serat dan kekuatan kayu terhadap tekanan dan tarik
Sumber : Forest Products Laboratory USDA, 1999
Gambar 4.2 Arah serat dan kekuatan kayu terhadap lentur dan geser
Sumber : Forest Products Laboratory USDA, 1999
Angka kekuatan kayu dinyatakan dapan besaran tegangan, gaya yang dapat
diterima per satuan luas. Terhadap arah serat, terdapat kekuatan kayu sejajar (//)
serat dan kekuatan kayu tegak lurus (⊥) serat yang masing - masing memilki
besaran yang berbeda. Terdapat pula dua macam besaran tegangan kayu,
42. ^tçâ Page 39
tegangan absolute / uji lab dan tegangan ijin untuk perancangan konstruksi.
Tegangan ijin tersebut telah memperhitungkan angka keamanan sebesar 5 - 10.
Dalam buku Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI - NI - 5) tahun 1961, kayu
di Indonesia diklasifikasikan ke dalam kelas kuat I (yang paling kuat), II, III, IV
(paling lemah).
Tabel 4.1 Kelas Kuat Kayu
Sumber : PKKI, 1979
Kelas
Kuat
Berat
jenis
Tekan-Tarik // Serat
(Kg/cm2
)
Tarik ┴ Serat
(Kg/cm2
)
Kuat Lentur
(Kg/cm2)
Absolut Izin Absolut Izin Absolut Izin
I ≥ 0.90 > 650 130 - 20 > 1100 150
II 0.6--0.90 425-650 85 - 12 725-1100 100
III
0.40-
0.90 300-425 60 - 8 500-725 75
IV
0.30-
0.40 215-300 45 - 5 360-725 50
V ≤ 0.30 < 215 - - - < 360 -
4.4. Kelas Awet
Berdasarkan pemakaian, kondisinya dan perlakuannya, kayu dibedakan atas kelas
awet I (yang paling awet) – V (yang paling tidak awet). Kondisi kayu dimaksud
adalah lingkungan/tempat kayu digunakan sebagai batang struktur. Sedangkan
perlakuan meliputi pelapisan/tindakan lain agar kayu terhindar/terlindungi dari
kadar air dan ancaman serangga.
43. ^tçâ Page 40
Tabel 4.2 Kelas Awet Kayu
Sumber : PKKI, 1979
Kondisi Tempat Kayu Dipakai
Kelas Awet
I II III IV V
Selalu berhubungan dengan tanah lembab 8 tahun 5 tahun 3 tahun
Sangat
pendek
Sangat
pendek
Hanya dipengaruhi cuaca, tapi dijaga supaya tidak
terndam air dan kekurangan udara
20 tahun 15 tahun 10 tahun
Beberapa
tahun
Sangat
pendek
Di bawah atap, tidak berhubungan dengan tanah
lembab dan tidak kekurangan udara
Tak
terbatas
Tak
terbatas
Sangat
lama
Beberapa
tahun
Pendek
Di bawah atap, tidak berhubungan dengan tanah
lembab dan tidak kekurangan udara dan dipelihara
dengan baik serta dicat dengan teratur
Tak
terbatas
Tak
terbatas
Tak
terbatas
20 tahun 20 tahun
Serangan rayap tanah Tidak Jarang Cepat
Sangat
cepat
Sangat
cepat
Serangan bubuk kayu kering Tidak Tidak
Hampir
tidak
Tidak
berarti
Sangat
cepat
4.5. Beberapa Jenis Kayu Berdasarkan Kelompoknya
Indonesia memiliki sekitar 4.000 jenis pohon, yang berpotensi untuk digunakan
sebagai kayu bangunan. Akan tetapi hingga saat ini hanya sekitar 400 jenis (10%)
yang memiliki nilai ekonomi dan lebih sedikit lagi, 260 jenis, yang telah
digolongkan sebagai kayu perdagangan.
Berikut ini adalah daftar nama-nama kayu atau kelompok kayu menurut nama
perdagangannya, sesuai dengan Lampiran Keputusan Menteri Kehutanan Nomor:
163/Kpts-II/2003 tanggal 26 Mei 2003 tentang Pengelompokan Jenis Kayu Sebagai
Dasar Pengenaan Iuran Kehutanan; dengan beberapa penyesuaian.
44. ^tçâ Page 41
4.5.1. Kelompok Jenis Meranti/Kelompok Komersial Satu
No.
Nama
Perdagangan
Nama Ilmiah Nama-nama Daerah
1. Agatis Agathis spp.
Damar (Jw.), dama (Slw.), damar
bindang (Klm.), damar sigi (Smt.).
(Ingg.): kauri pine.
2. Balau
Shorea spp. (misalnya S.
materialis Ridl., S. maxwelliana
King, S. scrobiculata Burck);
Parashorea spp.
Damar laut (Smt.), semantok (Aceh),
amperok, anggelam, selangan batu
(Klm.)
3. Balau merah
Shorea spp. (mis. S. collina Ridl.,
S. guiso (Blanco) Bl.)
Balau laut, damar laut merah, batu
tuyang, putang, lempung abang. Ingg.:
red selangan.
4. Bangkirai
Shorea spp. (mis. S. kunstleri
King, S. laevis Ridley, S.
laevifolia Endert); Hopea spp.
(mis. H. celebica Burck, H.
semicuneata Sym.)
Benuas, balau mata kucing, hulo
dereh, puguh, jangkang putih,
kerangan (Smt.), bubuh (Bk.)
5. Damar
Araucaria spp. (mis. A.
cunninghamii D. Don, A.
hunsteinii K.Schum.)
Alloa, ningwik, pien (Pap.). Ingg.:
araucaria.
6. Durian
Durio spp. (terutama Durio
carinatus Mast.); Coelostegia
spp.
Durian burung, lahong, layung, apun,
begurah, punggai, durian hantu,
enggang
7. Gia Homalium tomentosum (Roxb.) Delingsem (Jw.), kayu batu, melunas,
45. ^tçâ Page 42
Benth., Homalium foetidum
(Roxb.) Benth.
kayu kerbau, momala (Slw.)
8. Giam
Cotylelobium spp. (mis. C.
burckii Heim, C. lanceolatum
Craib, C. melanoxylon Pierre
Giam durian, resak bukit tembaga;
giam padi, resak daun kecil, resak
batu; giam tembaga, resak daun lebar;
resak gunung
9. Jelutung Dyera spp. Pulai nasi, pantung gunung, melabuai
10. Kapur
Dryobalanops spp. (di
antaranya D. oblongifolia Dyer,
D. sumatrensis (Gmelin)
Kosterm.)
Kamper (kayu), kayu kayatan, empedu,
keladan
11.
Kapur
petanang
Dryobalanops oblongifolia Dyer
Kapur guras (Smt.), kapur paya (Mly.),
kelansau (Swk.)
12. Kenari
Canarium spp., Dacryodes spp. ,
Santiria spp., Trioma spp.
Kerantai, ki tuwak, binjau, asam-asam,
kedondong (kedundung), resung,
bayung, ranggorai, mertukul
13. Keruing
Dipterocarpus spp. (mis. D.
applanatus V.Sl., D. baudii
Korth., D. elongatus Korth. dll.)
Keruing arong, kekalup; Lagan sanduk,
mara keluang; Keruing tempudau;
tempurau, merkurang, kawang,
apitong
14. Kulim Scorodocarpus borneensis Becc. Kayu bawang hutan (Klm.)
15. Malapari Pongamia pinnata (L.) Pierre Malapari
16. Matoa
Pometia spp.; mis. P. pinnata
Forster & Forster, P. ridleyi King
Kasai, taun, kungki, hatobu, kayu sapi
(Jw.), tawan (Mlku.), ihi mendek (Irian
46. ^tçâ Page 43
Jaya)
17. Medang Cinnamomum spp.
Sintuk, sintok lancing, ki teja, ki tuha, ki
sereh, selasihan
18.
Meranti
kuning
Shorea spp. (di antaranya: S.
acuminatissima Sym., S.
balanocarpoides Sym., S.
faguetiana Heim, S. gibbosa
Brandis, Shorea scollaris V.Sl.;
Damar hitam, damar kalepek; Damar
hitam katup; Bangkirai guruk,
karamuku; Damar buah, mereng-
kuyung; Damar tanduk. Ingg.: yellow
seraya.
19.
Meranti
merah
Shorea spp. (di antaranya: S.
johorensis Foxw., S. lepidota BI.,
S. leprosula Miq., S. ovalis BI., S.
palembanica Miq., S.
platyclados V.Sl. ex Foxw., S.
leptoclados Sym., dll.)
Majau, meranti merkuyung; Meranti
ketrahan; Meranti tembaga, kontoi
bayor; Meranti kelungkung;
Tengkawang majau; Banio, ketir;
Seraya merah, campaga, lempong,
kumbang, meranti ketuko, cupang.
Ingg.: red seraya, red lauan.
20.
Meranti
putih
Shorea spp. (di antaranya: S.
assamica Dyer, S. bracteolata
Dyer, S. javanica K. et. Val., S.
lamellata Foxw., S. ochracea
Sym., S. retinodes V.SI., S.
virescens Parijs, S. koordersi
Brandis, dll.)
Damar mesegar; Bunyau, damar
kedontang; Damar mata kucing, damar
kaca, damar kucing; Damar tunam,
damar pakit; Damar kebaong, baong,
bayong, baung, belobungo, kontoi
tembaga; Balamsarai, damar mansarai;
Damar maja, kontoi sabang; Kikir,
udang, udang ulang, damar hutan,
anggelam tikus, maharam potong,
pongin, awan punuk, mehing (Smt.,
Kal.); Damar lari-lari, lalari, temungku,
tambia putih (Slw.), Damar tenang
47. ^tçâ Page 44
putih, hili, honi (Mlku.). Ingg.: white
meranti.
21. Merawan
Hopea spp. (mis. H. dasyrrachis
V.Sl., H. dyeri Heim, H. sangal
Korth., dll.)
Tekam, tekam rayap; Bangkirai tanduk,
emang, amang besi; Cengal, merawan
telor; Ngerawan, cengal balau
22. Merbau
Intsia spp. (terutama I. bijuga
O.K., I. palembanica Miq.)
Merbau asam, ipi (NT.), kayu besi
(Papua); Ipil, anglai, maharan; Tanduk
(Mlku.)
23. Mersawa
Anisoptera spp. (mis. A. laevis
Ridl., A. marginata Korth., A.
thurifera Bl.)
Cengal padi, damar kunyit; Masegar
(Smt.), ketimpun (Klm.), mersawa daun
besar; tabok, tahan
24. Nyatoh
Palaquium spp., Payena spp.,
Madhuca spp.
Suntai, balam, jongkong, hangkang,
katingan, mayang batu, bunut, kedang,
bakalaung, ketiau, jengkot, kolan
25. Palapi
Heritiera (Tarrietia) spp.; mis.
H. javanica (Bl.) Kosterm., H.
simplicifolia (Mast.) Kosterm.,
H. littoralis Ait., H. sylvatica S.
Vidal
Mengkulang, teraling; Dungun,
talutung, lesi-lesi.
26. Penjalin Celtis spp.
Rempelas, ki jeungkil, ki endog (Sd.),
cengkek (Jw.), pusu (Sumbawa)
27. Perupuk
Lophopetalum spp.; mis. L.
javanicum (Zoll.) Turcz., L.
multinervium Ridl., L.
subobovatum King, L.
Kerupuk (Smt.), pasana (Klm.),
mandalaksa (Jw.), aras
48. ^tçâ Page 45
wightianum Arn.
28. Pinang Pentace spp.
Melunak, ki sigeung, ki sinduk,
kelembing
29. Pulai
Alstonia spp. (di antaranya A.
pneumatophora Back., A.
scholaris R.Br., A. spatulata Bl.,
A. macrophylla Wall., A.
spectabilis R.Br.)
Kayu gabus, rita, gitoh, bintau, basung,
pule, pulai miang. Ingg.: white
cheesewood, milkwood, milky pine.
30. Rasamala Altingia excelsa Noroña
Tulasan (Smt.), mandung (Min.), mala
(Jw.)
31. Resak
Vatica spp.; mis. V. maingayi
Dyer, V. oblongifolia Hook.f., V.
rassak Bl.
Damar along, resak putih
4.5.2. Kelompok Jenis Kayu Rimba Campuran/Kelompok Komersial Dua
No. Nama Perdagangan Nama Ilmiah Nama-nama Daerah
1. Bakau
Rhizophora spp. dan
Bruguiera spp
Tumu, Lenggadai, Jangkar, Tanjang,
Putut, Busing, Mata buaya
2. Bayur Pterospermum spp. Balang, Walang, Wadang, Wayu
3. Benuang Octomeles sumatrana Miq. Benuang bini (Klm.), winuang (Slw.)
4. Berumbung
Adina minutiflora Val.);
Pertusadina spp.
Kayu lobang, Barumbung, Kayu
gatal
5. Bintangur Calophyllum spp.; mis. C. Bintangor, penaga; Nyamplung;
49. ^tçâ Page 46
calaba L., C. inophyllum L.,
C. papuanum Lauterb., C.
pulcherrimum Wall.ex
Choisy, C. soulattri Burm.f.
Sulatri; Bunoh, bintangur bunut
6. Bipa Pterygota spp. Kayu wipa
7. Bowoi
Serianthes minahassae
Merr. & Perry (Syn. Albizia
minahasae Koord.)
Rayango, Merang, Terangkuse
8. Bugis
Koordersiodendron
pinnatum Merr.
Grepau
9. Cenge Mastixia rostrata BI. Cenge, Cingo
10. Duabanga Duabanga moluccana BI. Benuang laki, Takir, Aras, Raju mas
11. Ekaliptus
Eucalyptus spp.; mis. E. alba
Reinw.ex Bl., E. deglupta Bl.,
E. urophylla S.T. Blake
Kayu putih; Leda, aren (Mlku.),
tampai; Ampupu (Timor),
12. Gelam Melaleuca spp. Kayu putih
13. Gempol Nauclea spp. Wosen, Klepu pasir, Anggrit
14. Gopasa Vitex spp. Teraut, Laban
15. Gerunggang/Derum
Cratoxylum spp.; mis. C.
arborescens (Vahl) Bl., C.
cochinchinense (Lour.) Bl.
Madang baro; Mampat, butun;
kemutul, temau; edat
16. Jabon
Anthocephalus spp. (A.
chinensis (Lamk.) A.Rich ex
Kelampayan (Mly.), laran (Klm.),
semama (Amb.). Ingg.: cadamba.
50. ^tçâ Page 47
Walp. dan A. macrophyllus
(Roxb.) Havil.)
17. Jambu-jambu Syzygium spp. [3]
Kelat, Ki tembaga, Jambu
18. Kapas-kapasan
Exbucklandia populnea R.
Brown
Hapas-hapas, Tapa-tapa, Leman
19. Kayu kereta Swintonia spp.
Rengas sumpung, Merpauh, Bagel
mirah
20. Kecapi Sandoricum spp. Papung, Kelam, Sentul
21. Kedondong Hutan Spondias spp. Coco, Kacemcem leuweung
22. Kelumpang Sterculia spp. Kepuh, Kalupat, Lomes
23.
Kembang
semangkok
Scaphium macropodum J. B. Kepayang, merpayang (Smt.)
24. Kempas
Koompassia malaccensis
Maing.
Hampas, impas, tualang ayam
25. Kenanga Cananga sp. Kananga
26. Keranji
Dialium spp.; mis. D. indum
L., D. platysepalum Baker, D.
procerum (v.Steen.) Stey
Kayu lilin; Maranji
27. Ketapang Terminalia spp. Kalumpit, Klumprit, Jelawai, Jaha
28. Ketimunan Timonius spp. Seranai, Temirit, Kayu reen
29. Lancat Mastixiodendron spp. Kundur, Modjiu, Raimagago
52. ^tçâ Page 49
Nielsen
43. Sepat Berrya cordofolia Roxb. Waru gunung, Kalong
44. Sesendok
Endospermum spp.; mis. E.
diadenum (Miq.) Airy Shaw,
E. moluccanum (T & B) Kurz,
E. peltatum Merr.
Sendok-sendok, kayu labuh (Smt.),
kayu bulan (Mly.), garung (Klm.);
Kayu raja (Mlku.)
45. Simpur
Dillenia spp.; mis. D.
grandifolia Wall., D. obovata
Hoogl., D. pentagyna Roxb.
Sempur, segel, janti, dongi
46. Surian Toona sureni Merr. Suren, kalantas
47. Tembesu
Fagraea spp.; mis. F.
fragrans Roxb., F. sororia J.J.
Sm.
Tomasu (Smt.), kulaki (Slw.),
malbira, ki tandu
48. Tempinis Sloetia elongata Kds. Damuli, Kayu besi
49. Tepis Polyalthia glauca Boerl.
Banitan, Pemelesian, Kayu tinyang,
Kayu bulan, Banet, Kayu kalet
50. Tenggayun Parartocarpus spp. Buku ongko, Pejatai, Purut bulu
51. Terap Artocarpus spp. Cempedak, Kulur, Tara, Teureup
52. Terentang
Campnosperma spp.; mis. C.
auriculatum (Bl.) Hook.f., C.
brevipetiolatum Volkens, dll.
Tumbus (Smt.), pauh lebi
53. Terentang ayam Buchanania spp. Pauhan, Antumbus, Talantang
53. ^tçâ Page 50
54. Tusam Pinus spp. Pinus, Damar batu, Uyam
55. Utup Aromadendron sp. U t u p
4.6.3. Kelompok Jenis Kayu Eboni/Kelompok Indah Satu
No.
Nama
Perdagangan
Nama Ilmiah Nama-nama Daerah
1.
Eboni
bergaris
Diospyros celebica Bakh. Maitong, Kayu lotong, Sora, Amara
2. Eboni hitam Diospyros rumphii Bakh. Kayu hitam, Maitem, Kayu waled
3. E b o n i
Diospyros spp.; di antaranya D.
areolata King et G., D. cauliflora
BI., D. ebenum Koen, D. ferrea
Bakh., D. lolin Bakh., D.
macrophylla BI.
Baniak, Toli-toli, Kayu arang, Kanara,
Gito-gito, Bengkoal, Malam
4.5.4. Kelompok Jenis Kayu Indah/Kelompok Indah Dua
No.
Nama
Perdagangan
Nama Ilmiah Nama-nama Daerah
1. Bongin Irvingia malayana Oliv. Pauh kijang, Sepah, Kayu batu
2. Bungur Lagerstroemia speciosa Pers.
Ketangi, wungu (Jw.), tekuyung,
benger
3. Cempaka Michelia spp., Elmerrillia spp.
Minjaran, Wasian, Manglid, Sitekwok,
Kantil (Jw.), Capuka
54. ^tçâ Page 51
4. Cendana Santalum album L. Kayu kuning, Lemo daru
5. Dahu
Dracontomelon spp.; mis. D.
dao Merr. & Rolfe, D.
mangiferum Bl.
Dao, basuong (Smt.), sengkuang
(Mly.), koili
6. Johar Senna spp.[4]
Juar, Trengguli, Sebusuk, Bobondelan
7. Kuku Pericopsis mooniana Thw. Kayu laut, Papus, Nani laut
8. Kupang Ormosia spp. Kayu ruan, Saga
9. Lasi Adina fagifolia Ridl. Adina, Kilaki
10. Mahoni
Swietenia spp.; mis. S.
macrophylla King, S. mahagoni
(L.) Jacq.
Mahoni
11. Melur
Dacrydium spp.; Podocarpus
spp. dan Phyllocladus spp. Mis.
Dacrydium junghuhnii Miq.
Alau, cemantan (Klm.); Jamuju, kayu
embun (Slw.), sampinur bunga (Smt.);
Sampinur tali; Kayu cina; Ki merah,
Sandu
12. Membacang Mangifera spp.
Ambacang, Asam, Limus piit,
Mempelam, Wani, Mangga
13. Mindi
Melia spp.; terutama M.
azedarach L.
Bawang kungut
14. Nyirih Xylocarpus granatum J. Konig Nyireh, Niri
15. Pasang Quercus spp. Mempening, Baturua, Kasunu, Triti
16. Perepat darat Combretocarpus rotundatus Marapat, Teruntum batu
55. ^tçâ Page 52
Dans.
17. Raja bunga Adenanthera spp Saga, Segawe, Klenderi
18. Rengas Gluta spp.; Melanorrhoea spp. Ingas, Suloh, Rangas, Rengas burung
19. Ramin Gonystylus bancanus Kurz
Gaharu buaya, Medang keladi, Keladi,
Miang
20. Sawo kecik
Manilkara spp.; mis. M.
fascicularis H.J. Lam & Maas
Geest., M. kauki (L.) Dub.
Subo, Ki sawo
21. Salimuli Cordia spp. Kendal, Klimasada, Purnamasada
22. Sindur
Sindora spp.; mis. S.
bruggemanii de Wit, S.
coriacea Maing., S. wallichii
Graham
Sepetir (Mly.), sasundur (Klm.),
mobingo (Slw.)
23. Sonokembang Pterocarpus indicus Willd. Angsana, Linggua, Nala, Candana
24. Sonokeling Dalbergia latifolia Roxb. Linggota, sono sungu, sonobrits
25. Sungkai Peronema canescens Jack Jati seberang, Jati londo
26. Tanjung Mimusops elengi L. Sawo manuk (Jw.), karikis (Slw.)
27. Tapos Elateriospermum tapos BI. Kelampai, Setan, Kedui, Wayang
28. Tinjau belukar Pteleocarpus lampongus Bakh. Lontar kuning
29. Torem
Manilkara kanosiensis H.j. L. et
B. M.
Sawai, Torem
56. ^tçâ Page 53
30. Trembesi Samanea saman Merr. Ki hujan
31. Ulin Eusideroxylon zwageri T.et B. Kayu besi, bulian, kokon
32. Weru Albizia procera Benth. Beru, Ki hiyang, Bengkal
5. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
5.1. Kelebihan Kayu
Berikut ini beberapa kelebihan kayu :
• Murah dan mudah dikerjakan;
• Mempunyai kekuatan yang tinggi dan bobotnya rendah;
• Mempunyai daya penahan tinggi terhadap pegaruh listrik (bersifat isolasi),
kimia;
• Bila ada kerusakan dengan mudah dapat diganti dan bisa diperoleh dalam
waktu singkat;
• Pembebanan tekan biasanya bersifat elastic;
• Bila terawat dengan baik akan tahan lama.
5.2 Kekurangan Kayu
Berikut ini beberapa kekurangan kayu :
• Kurang homogen ketidaksamaan sebagai hasil alam;
• Cacat-cacat pada kayu;
• Mudah terbakar;
• Terjadinya lendutan yang cukup besar.
57. ^tçâ Page 54
6. APLIKASI
Kayu merupakan salah satu material yang penting dalam konstruksi maupun dekoratif
dalam bangunan. Dengan sifat kayu yang kuat dan mudah diterapkan kayu
merupakan material yang sangat berharga dalam sejarah manusia. Sebalum mangenal
beton dan baja manusia sudah menggunakan kayu dalam konstruksi bangunan. Sejak
masa prasejarah hingga sekarang manusia masih menggunakan kayu dalam konstruksi
bangunan dan dekoratif bangunan. Hal ini membuktikan betapa berharganya kayu
sebagai bahan material dalam kontruksi bangunan. Dalam penggunaannya kayu harus
memenuhi syarat:
• Mampu menahan bermacam-macam beban yang bekerja dengan aman dalam
jangka waktu yang direncanakan.
• Mempunyai ketahnan dan keawetan yang memadai melebihi umur pemakainya.
• Serta mempunyai ukuran penampang dan panjang yang sesuai pemakaiannya
dalam konstruksi.
Kayu bangunan adalah kayu olahan yang diperoleh dengan jalan mengkonversikan
kayu.
bulat menjadi kayu berbentuk balok, papan atau bentuk-bentuk yang sesuai dengan
tujuan penggunaannya.
• Ukuran nominal kayu untuk bangunan, tebal dan lebar minimal (10x10) mm,
(10x30) mm, (20x30) nm, sampai (120x120) mm, (25x30) mm, (30x30) nm, (30x50)
mm, (60x80) mm, (60x100) mm, 60x120)mm, (80x80) mm, (80x100) mm,
120x120) mm.
• Ukuran kayu berdasarkan penggunaan (Tabel):
• Ukuran panjang nominal (m): 1; 1.5; 2; 2.5; 3; 3.5; dst 5.5.
• Ukuran untuk bangunan rumah dan gedung:
Kusen pintu dan jendela (mm): 60 (100, 120, 130, 150) ; 80 (100, 120, 150).
Kuda-kuda (mm): 80 (80, 100, 120, 150, 180), 100 (100, 120, 150, 180).
Kaso (mm) : 40x60; 40x80; 50x70.
Tiang balok (mm) :80 (80, 100, 120); 100 (100, 120); 120 (120, 150).
58. ^tçâ Page 55
Balok antar tiang (mm): 40 (60, 80); 60 (80, 120, 150); 80 (120, 150, 180), 100
(120, 150).
Balok langit (mm): 80 (120, 150, 180, 200); 100 (150, 180, 200).
• Toleransi ukuran panjang kayu ditetapkan berdasarkan ukuran nominal 100 mm
dan toleransi ukuran tebal dan lebar kayu ditetapkan 0-15 mm dari ukuran
nominal.
• Ketentuan kadar air kayu adalah ukuran kayu gergajian dalam keadaan kering
udara, maksimum 23%, kecuali untuk kusen daun pintu, daun jendela, jelusi dan
elemen lainnya mempunyai kadar air maksimum 20%
Tabel 6.1. Ukuran kayu berdasar penggunaan
Jenis
Penggunaan
Tebal (mm) Lebar (mm)
Lis dan Jalusi 10 10,30,40,50, 60, 80
15 30,40,50,60,80,100,120,150,180,200,220
20 40, 50,60,80, 100, 120
Papan 20 150, 180,200,220,250
30 180,200,220,250,300
40 180,200,220,250
Reng dan kaso 20 30
25 30,40,60,80, 100, 120
35 30,40,60,80,100,120,150
50 70,80,100,120,130,150,180,200,220,250
Balok 60 80,100,120,130,150,180,200,20,250
100 100, 120, 130, 150, 180,200,220,250
Setelah kayu mengalami proses pengolahan menjadi kayu bangunan kayu sudah
dapat diaplikasikan dalam bangunan. berikut ini beberapa pengaplikasi kayu dalam
bangunan.
59. ^tçâ Page 56
1. Rangka Atap
Salah satu aplikasi kayu dalam bangunan adalah dalam penggunaannya pada
rangka atap. Dalam konstruksi rangka atap dibutuhkan banyak sekali kayu yang
memiliki berbagai macam ukuran yang tentunya sudah merupakan ukuran standar
konstruksi. Dalam konstruksi rangka atap kuda-kuda merupakan bagian yang
paling penting, selain itu juga dilengkapi dengan reng, kaso, dan gording.
Berikut ini beberapa material penyusun rangka atap.
1) Balok/alas kuda-kuda (6/12), (8/12), (8/15)
2) Kaki kuda-kuda (6/12), (8/12), (8/15)
3) Batang penggantung (6/12), (8/12), (8/15)
4) Batang tekan/schor (6/12), (8/12)
5) Balok bubungan (6/12)
6) Papan bubungan
7) Karpus
8) Gording
9) Kaso
10) Reng
11) Anak kuda-kuda
12) Ring balok
13) Dinding
14) Balok sambungan kuda-kuda
62. ^tçâ Page 59
2. Penutup Lantai
Kayu juga dapat diaplikasikan sebagai penutup lantai pada bangunan atau yang
lebih dikenal dengan parkit. Parkit merupakan slah satu produk kayu yang didesain
khusus sebagai penutup lantai. Umumnya parkit dibuat dari kayu yang memiliki
motif yang indah seperti ulin. Jati, kempas, merbau, dsb.
Keuntungan dari penggunaan parkit adalah selain dari tampilannya yang lebih
indah, parkit juga lebih aman dibandingkan keramik kareana sifatnya yang lebih
lunak. Rumah berlantai kayu memang sangat sesuai untuk masyarakat yang
tinggal di daerah tropis. Pada saat musim hujan, kayu menghangatkan suasana
dengan warna kecoklatan yang temaram, dan saat musim panas, kayu
mendinginkan ruangan.
Jenis parkit :
Parket Kayu Solid
Terbuat dari kayu solid (kayu murni) atau juga campuran, dengan bahan
kayu bervariasi semisal kayu daru, merbau, jati dan kayu durian.
Parket Kayu Semi Solid
Hanya bagian atasnya saja yang terbuat dari solid kayu sedang bawahnya
dilapisi tripleks.
Parket Kayu Laminated
Parket laminating yang terbuat dari serbuk kayu yang dipress kemudian
dilapisi kertas bermotif kayu yang lalu dilaminating.
Baik solid, semi solid dan laminating memiliki plus-minusnya. “Misalnya saja untuk
yang laminating tahan terhadap goresan dan rayap, semi solid bila tergores bisa
dipoles kembali namun rentan terhadap rayap sedang solid rentan akan goresan
namun tahan terhadap rayap tapi dengan harga yang relatif mahal.
63. ^tçâ Page 60
Gambar 6.3 Aplikasi Parkit pada Bangunan
Sumber : google.com/images
Gambar 6. Mozaic Parquet
Sumber : google.com/images
Gambar 6. Bagian-Bagian Parkit
Sumber : nteriorapartmen-tattoo.blogspot.com
64. ^tçâ Page 61
3. Penutup Atap
Umumnya bahan yang digunakan pada bangunan modern adalah genteng, namun
kayu juga dapat diaplikasikan sebagai penutup atap atau yang lebih dikenal
dengan sirap. Pada bangunan tradisional sirap telah lama digunakan sebagai
penutup atap, dan sekarang sirap merupakan salah satu pilihan alternatif sebagai
penutup atap pada bangunan. Biasanya sirap dibuat dari kayu ulin.
Cara pemasangan sirap sama seperti cara pemasangan genteng pada umumnya
yaitu disusun dari bawah keatas secara bertumpuk dengan interval tertentu,
namum bedanya pada atap sirap biasanya dipasang 3-4 lapis. Lapisan-lapisan ini
terdiri dari (dari lapisan paling bawah): sirap layer 1-tripleks-aluminium foil-sirap
layer 2-sirap layer 3-sirap layer 4. Dan pada pemasangan atap sirap menggunakan
paku sebagai penahannya.
Gambar 6.1 Atap Sirap
Sumber : gazebojepara.com
4. Dinding
Biasanya dinding terbuat dari susunan bata merah, namun dapat digantikan
dengan material lain seperti kayu, bamboo, dan GRC. Pada susunan dinding kayu
terdapat beberapa konstruksi diantaranya :
1) Dinding kayu batang tersusun
Merupakan konstruksi dinding kayu yang paling tua. Pada konstrumsi dinding
batang tersusun, konstruksi rangka disusun secara setingkat-setingkat. Kuda-kuda
penopang di sudut-sudut rumah pada umumnya diatur, sehingga beban angin
langsung disalurkan dari sudut ke bantalan. Penyusutan konstruksi rangka
tersusun di bagian-bagian konstruksi yang melintang tidak beraturan, bantalan-
65. ^tçâ Page 62
bantalan, balok lantai dan balok loteng penyusutan besar. Di bagian konstruksi
yang tegak berupa tiang-tiang penyusutan kecil.
2) Dinding kayu batang melintang
Gording merupakan bagian atas penutup atap, yang mendukung seluruh beban
atap. Pada bangunan yang bertingkat gording juga berfungsi mendukung dinding
atasnya. Tinggi gording disesuaikan dengan beban dan jarak tiang, akan tetapi
minimal 12 cm.
3) Dinding kayu batang tegak
Konstruksi tiang menentukan tinggi dinding, tiang berdiri tegak lurus antara
bantalan dan gording dinding. Tiang biasanya berpenampang bujur sangkar. Kalau
penampang ini tidak sesuai pada suatu titik, maka dapat digunakan tiang ganda
yang ditanam disambung dengan baut.
4) Dinding kayu batang miring
Kuda-kuda penopang membagi segiempat bidang dinding yang goyah dalam
bidang segiempat yang mantap. Menjaga agar dinding tidak bergerak oleh
benturan atau tekanan angin.
5) Dinding kayu rangka terusan (lajur)
Pada umumnya bagian luar dan dalam dilapisi dengan papan. Tiang-tiang
menembus melalui semua tingkat bangunan, oleh karena itu penyusutannya
sedikit dan pada dasarnya tergantung dari bagian-bagian konstruksi yang
melintang. Maka bagian ini harus memenuhi syarat-syarat teknis. Konstruksi
rangka terusan biasanya terbuat dari papan. Beberapa cara pemasangan papan
dinding yang digunakan adalah sebagai berikut :
b. Pemasangan papan dinding vertikal
Papan dipasang seacra vertikal pada rangka kayu.
c. Pemasangan papan dinding horizontal
Papan dipasang secara horizontal pada rangka kayu.
d. Pemasangan papan dinding sirap
Papan dipasang secara bertingkat pada reng yang terdapat dalam rangka
kayu.
66. ^tçâ Page 63
5. Pelapis Dinding
Kayu juga dapat digunakan sebagai pelapis dinding. Kayu yang biasa digunakan
untuk pelapis dinding biasanya kayu yang memiliki motif yang indah yang
berbentuk lembaran papan. Keuntungan dari penggunaan kayu sebagai pelapis
dinding ruangan akan lebih hangat.
6. Pelat Lantai
Yang dimaksud dengan pelat lantai adalah lantai yang tidak terletak di atas tanah
langsung, jadi merupakan lantai tingkat. Pelat lantai ini didukung oleh balok-balok
yang bertumpu pada kolom-kolom bangunan.
Guna pelat lantai adalah:
Memisahkan ruang bawah dengan ruang atas.
Sebagai tempat berpijak penghuni di lantai atas.
Untuk menempatkan kabel listrik dan lampu pada ruang bawah.
Meredam suara dari ruang atas maupun dari ruang bawah.
Menambah kekakuan bangunan pada arah horizontal.
Pelat lantai dibagi menjadi dua yaitu:
1) Balok Lantai
Pelat lantai kayu umumnya dibuat dari rangkaian papan kayu yang disatukan
menjadi kesatuan yang kuat, sehingga membentuk bidang injak yang luas.
Ukuran lebar papan umumnya 20 – 30 cm, tebal papan dapat dipilih ukuran 2
– 3 cm, dengan jarak balok-balok pendukung antara 60 – 80 cm. Ukuran balok
berkisar antara 8/12, 8/14, 10/14 untuk bentangan 3 – 3,5 m. balok-balok
kayu ini dapat diletakkan di atas pasangan bata 1 batu atau ditopang oleh
balok beton. Bahan kayu yang dipakai harus mempunyai berat jenis 0,6 – 0,8
(t/m3) atau dari jenis kayu klas II.
Beberapa keuntungan dan kerugian pelat lantai dari kayu.
a. Keuntungan:
Harga relatif murah, berarti biaya bangunan rendah.
Mudah dikerjakan, berarti pekerjaan lebih cepat selesai.
Beratnya ringan, berarti menghemat ukuran pondasi.
67. ^tçâ Page 64
Memunculkan Kesan Alami.
Membuat Ruangan Menjadi hangat.
Lebih leluasa dalam memilih motif yang sesuai dengan desain interior.
b. Kerugiannya:
Hanya boleh untuk konstruksi bangunan sederhana dengan beban
ringan.
Bukan peredam suara yang baik, suara gaduh atau hentakan kaki dari
penghuni atas dapat mengganggu penghuni di lantai bawahnya.
Sifat bahan permeable (rembes air) jadi tidak dapat dibuat kamar
mandi/WC di lantai atas.
Mudah terbakar, jadi tidak boleh membuat dapur di atasnya.
Tidak dapat dipasang tegel, jadi mengurangi kesan mewah (hanya
dapat ditutup karpet, vinyl, atau sejenisnya).
Dapat dimakan bubuk atau serangga, berarti keawetan bahan terbatas.
Mudah rusak oleh pengaruh cuaca yang berubah-rubah (panas dan
hujan) jadi hanya cocok untuk bangunan yang terlindung.
2) Balok Loteng
Balok Loteng memisahkan dua tingkat (ruang atas dan ruang bawah).
Sekaligus menopang plafond dan lantai. Sesuai tempat dan tugasnya, maka
balok masing-masing dalam suatu susunan balok mempunyai nama sendiri-
sendiri, yaitu:
Balok Induk, adalah semua balok yang melintang tanpa topang pada
seluruh lebar bangunan dan pada kedua ujungnya bertumpu pada kolom.
(biasanya mempunyai bentang ± 3 meter).
Balok Anak, adalah balok yang pada kedua ujungnya bertumpu pada balok
induk, digunakan untuk memperkecil petak-petak lantai disetiap ruangan.
(biasanya mempunyai bentang ± 2 meter).
Balok Bagi, adalah balok yang pada kedua ujungnya bertumpu pada balok
anak atau balok induk atau pada salah satunya bertumpu pada balok anak
68. ^tçâ Page 65
atau balok induk. Digunakan untuk memperkecil petak-petak lantai
disetiap ruangan. (biasanya mempunyai bentang ± 1 meter).
7. Dinding pemisah Ruang (Partisi)
Partisi adalah ruang pemisah antar ruangan, biasanya partisi pada bangunan
modern menggunakan dinding bata. Tetapi bias juga menggunakan material lain
seperti kayu yang disusun membentuk dinding.
8. Jendela dan Pintu
Pintu dan jendela merupakan konstruksi yang dapat bergerak, bergeraknya pintu
atau jendela dipengaruhi oleh perletakan/penempatan, efisiensi ruang dan
fungsinya. Umumnya bahan yang digunakan adalah kayu. Dalam merencanakan
pintu dan jendela, ada 4 (empat) hal yang harus dipertimbangkan, yaitu :
1. Matahari
Pintu dan jendela merupakan sumber pengurangan dan penambahan panas,
sehingga jendela dapat diletakkan di sisi sebelah timur dan/atau barat
2. Penerangan
Untuk menghasilkan penerangan alami sebuah ruangan, dengan menempatkan
jendela dekat sudut ruangan maka dinding didekatnya disinari cahaya akan
memantulkan ke dalam ruangan.
3. Pemandangan
Jendela sebaiknya ditempatkan untuk memberi bingkai pada pemandangan.
Ketinggian ambang atas jendela sebaiknya tidak memotong pemandangan orang
yang duduk ataupun berdiri di dalam ruangan, juga jangan sampai kerangka
jendela membagi dua atau lebih suatu pemandangan.
4. Penampilan
Jendela akan dapat mempengaruhi penampilan ekterior rumah/bangunan.
9. Tangga
Tangga adalah sebuah konstruksi yang dirancang untuk menghubungi dua tingkat
vertikal yang memiliki jarak satu sama lain. Tangga dapat dibuat dari beberapa
bahan. Penggunaan bahan ini dapat dikelompokan secara struktural dan non-
struktural.
69. ^tçâ Page 66
Penggunaan bahan yang bersifat struktural umumnya meliputi kayu, baja, dan
beton.
Sedangkan penggunaan bahan pada tangga yang bersifat non-struktural dapat
meliputi kaca, karet (sebagai pelapis anti licin pada injakan atau pegangan tangan)
ataupun plastik (pada desain-desain khusus).
10. Plafon
Plafon adalah bagian dari konstruksi banginan yang berfungsi sebagai langit-langit
bangunan. Pada dasarnya plafon dibuat untuk mencegah agar cuaca panas atau
dingin tidak langsung masuk ke dalam rumah setelah melewati atap, plafon juga
berfungsi untuk mempercantik interior bagunan. Biasanya plafon dibuat dengan
ketinggian tertentu, namun untuk variasi ada yang dibuat tidak rata. Variasi
tersebut dinamakan drop celling.
Kegunaan dari plafon antara lain sebagai berikut :
Supaya ruangan di bawah atap selalu bersih dan tidak tampak kayu dari
atapnya.
Untuk menahan kotoran yang jatuh dari bidang atap melalui celah-celah
genteng.
Untuk menahan percikan air, agar seisi ruangan selalu terlindung.
Untuk mengurangi panas dari sinar matahari melalui bidang atap.
7. KONSTRUKSI
7.1 Sistem Struktur dan Sambungan dalam Konstruksi Kayu
Hampir semua sistem struktur yang menggunakan kayu sebagai material dasar
dapat digolongkan ke dalam elemen linear yang membentang dua arah. Susunan
hirarki sistem ini adalah khusus.
70. ^tçâ Page 67
Gambar 7.1 Sistem konstruksi untuk struktur kayu
Sumber : Schodek, 1999
b) RANGKA RINGAN.
Sistem struktur joits ringan pada gambar 7.1 (a) adalah konstruksi kayu yang
paling banyak digunakan saat ini. Sistem struktur joists ringan pada Gambar 7.1(a)
adalah konstruksi kayu yang paling banyak digunakan pada saat ini. Sistem joists
lanta terutama sangat berguna untuk beban hidup ringan yang terdistribusi
merata dan untuk bentang yang tidak besar. Kondisi demikian umumnya
dijumpai pada konstruksi rumah. Joists pada umumnya menggunakan
tumpuan sederhana karena untuk membuat tumpuan vang dapat menahan
71. ^tçâ Page 68
momen diperlukan konstruksi khusus. Pada umumnya, lantai dianggap tidak
monolit dengan joists kecuali apabila digunakan konstruksi khusus
yang menyatukannya.
Gambar 7.1 Sistem konstruksi untuk kayu (lanjutan)
Sumber : Schodek, 1999
Sistem tumpuan vertikal yang umum digunakan adalah dinding pemikul beban
yang dapat terbuat dari bata atau dari susunan elemen kayu (plywood). Dalam hal
yang terakhir ini, tahanan lateral pada susunan struktur secara keseluruhan
terhadap beban horizontal diperoleh dengan menyusun dinding berlapisan
plywood yang berfungsi sebagai bidangbidang geser. Struktur demikian pada
72. ^tçâ Page 69
umumnya dibatasi hanya sampai tiga atau empat lantai. Pembatasan ini tidak
hanya karena alasan kapasitas pikul bebannya, tetapi juga karena persyaratan
keamanan terhadap kebakaran yang umum diberikan pada peraturan-peraturan
mengenai gedung. Karena setiap elemen pada sistem struktur ini diletakkan
di tempatnya secara individual, maka banvak fleksibilitas dalam
penggunaan sistem tersebut, termasuk juga dalam merencanakan hubungan di
antara elemen-elemennya.
c) ELEMEN KULIT BERTEGANGAN (STRESSED SKIN ELEMENTS).
Elemen kulit bertegangan tentu saja berkaitan dengan sistem joists standar [lihat
Gambar 7.1(b). Pada elemen-elemen ini, kayu lapis disatukan dengan balok
memanjang sehingga sistem ini dapat. berlaku secara integral dalam molekul
lentur. Dengan demikian, sistem yang diperoleh akan bersifat sebagai plat.
Kekakuan sistem ini juga meningkat karena adanya penyatuan tersebut. Dengan
demikian, tinggi struktural akan lebih kecil dibandingkan dengan sistem joist
standar. Elemen kulit bertegangan ini pada umumnya dibuat tidak di lokasi, dan
dibawa ke lokasi sebagai modul-modul. Kegunaannya akan semakin meningkat
apabila modul-modul ini dapat dipakai secara berulang. Elemen demikian dapat
digunakan pada berbagai struktur, termasuk juga sistem plat lipat berbentang
besar.
d) BALOK BOKS.
Perilaku yang diberikan oleh kotak balok dari kayu lapis [lihat Gambar 7.1(c)]
memungkinkan penggunaannya untuk berbagai ukuran bentang dan kondisi
pembebanan. Sistem yang demikian sangat berguna pada situasi bentang besar
atau apabila ada kondisi beban yang khusus. Balok boks dapat secara efisien
mempunyai bentang lebih besar daripada balok homogen maupun balok
berlapis. KONSTRUKSI KAYU BERAT Sebelum sistem joists ringan banyak
digunakan, sistem balok kayu berat dengan papan transversal telah banyak
73. ^tçâ Page 70
digunakan [lihat Gambar 7.1(e)]. Balok kayu berlapisan sekarang banyak
digunakan sebagai alternatif dari balok homogen. Sistem demikian dapat
mempunyai kapasitas pikul beban dan bentang lebih besar daripada sistem joist.
Sebagai contoh, dengan balok berlapisan, bentang yang relatif besar adalah
mungkin karena tinggi elemen struktur dapat dengan mudah kita peroleh dengan
menambah lapisan. Elemen demikian umumnya bertumpuan sederhana, tetapi
kita dapat juga memperoleh, tumpuan yang mampu memikul momen
dengan menggunakan konstruksi khusus.
e) RANGKA BATANG
Rangka batang kayu merupakan sistem berbentang satu arah yang paling banyak
digunakan karena dapat dengan mudah menggunakan banyak variasi dalam
konfigurasi dan ukuran batang. Rangka batang dapat dibuat tidak secara besar-
besaran, tetapi dapat dibuat secara khusus untuk kondisi beban dan bentang
tertentu. Sekalipun demikian, kita juga. membuat rangka batang secara besar-
besaran (mass production). Rangka batang demikian umumnya digunakan pada
situasi bentang tidak besar dan beban ringan. Rangka batang tnissed rafter pada
Gambar 7.1(g) misalnya, banyak digunakan sebagai konstruksi atap pada
bangunan rumah. Sistem yang terlihat pada Gambar 7.1(b) analog dengan balok
baja web terbuka dan berguna untuk situasi bentang besar (khususnya untuk
atap). Sistem penumpu vertikal pada struktur ini umumnya berupa dinding batu
atau kolom kayu. Tahanan terhadap beban lateral pada struktur ini umumnya
diperoleh dengan menggunakan dinding tersebut sebagai bidang geser. Apabila
bukan dinding, melainkan kolom yang digunakan, pengekang (bracing) dapat pula
digunakan untuk meningkatkan kestabilan struktur terhadap beban lateral.
Peningkatan kestabilan dengan menggunakan titik hubung kaku dapat saja
digunakan untuk struktur rendah, tetapi hal ini jarang dilakukan.
74. ^tçâ Page 71
f) PLAT LIPAT DAN PANEL PELENGKUNG
Banyak struktur plat lengkung atau plat datar yang umumnya berupa elemen
berbentang satu, yang dapat dibuat dari kayu. Kebanyakan struktur tersebut
menggunakan kayu lapis. Gambar 7.1(j) dan (k) mengilustrasikan dua contoh
struktur itu.
g) PELENGKUNG
Bentuk pelengkung standar dapat dibuat dari kayu. Elemen berlapisan paling
sering digunakan. Hampir semua bentuk pelengkung dapat dibuat dengan
menggunakan kayu. Bentang yang relatif panjang dapat saja diperoleh. Struktur-
struktur ini umumnya berguna sebagai atap saja. Kebanyakan bersendi dua atau
tiga, dan tidak dijepit.
h) LAMELLA
Konstruksi lamella merupakan suatu cara untuk membuat permukaan lengkung
tunggal atau ganda dari potongan-potongan kecil kayu [lihat Gambar 7.1(l)].
Konstruksi yang menarik ini dapat digunakan untuk membuat permukaan silindris
berbentang besar, juga untuk struktur kubah. Sistem ini sangat banyak digunakan,
terutama pada struktur atap.
i) UKURAN ELEMEN
Gambar 7.2 mengilustrasikan kira-kira batas-batas bentang untuk berbagai jenis
struktur kayu. Bentang "maksimum" yang diperlihatkan pada diagram ini bukanlah
bentang maksimum yang mungkin, melainkan batas bentang terbesar yang umum
dijumpai. Batasan bentang minimum menunjukkan bentang terkecil yang masih
ekonomis. Juga diperlihatkan kira-kira batas-batas tinggi untuk berbagai bentang
setiap sistem. Angka yang kecil menunjukkan tinggi minimum yang umum untuk
sistem yang bersangkutan dan angka lainnya menunjukkan tinggi maksimumnya.
Tinggi sekitar L/20, misalnya, mengandung arti bahwa elemen struktur
75. ^tçâ Page 72
yang bentangnya 16 ft (4,9 m) harus mempunyai tinggi sekitar 16 ft/20 = 0,8
ft (0,24 m).
Kolom kayu pada umumnya mempunyai perbandingan tebal terhadap tinggi (t/h)
bervariasi antara 1 : 25 untuk kolom yang dibebani tidak besar dan relatif pendek,
atau sekitar 1 : 10 untuk kolom yang dibebani besar pada gedung bertingkat,
Dinding yang dibuat dari elemen-elemen kayu mempunyai perbandingan t/h
bervariasi dari I : 30 sampai I : 15.
Gambar 7.2 Perkiraan batas bentang untuk berbagai system kayu
Sumber : Schodek, 1999
7.1.1. Produk Alat Sambung Untuk Struktur Kayu
a) Alat Sambung Paku
Paku merupakan alat sambung yang umum dipakai dalam konstruksi maupun
struktur kayu. Ini karena alat sambung ini cukup mudah pemasangannya. Paku
tersedia dalam berbagai bentuk, dari paku polos hingga paku ulir. Spesifikasi
produk paku dapat dikenali dari panjang paku dan diameter paku. Ilustrasi
produk paku terhadap karat dan noda ditunjukkan pada Gambar 7.3.
76. ^tçâ Page 73
Gambar 7.3 Beragam produk paku
Sumber : Forest Products Laboratory USDA, 1999
Dengan begitu tampilan paku dapat dipertahankan. Namun adanya coating
tersebut menyebabkan kuat cabut paku berkurang karena kehalusan coating
tersebut.
Tabel 7.1 Spesifikasi Ukuran Paku
Sumber : PKKI, 1979
Paku Polos Paku Ulir
Ukuran
Panjang
(mm)
Diameter
(mm)
Ukuran
Panjang
(mm)
Diameter
(mm)
6d 50.8 2.67 6d 50.8 3.05
8d 63.5 3.33 8d 63.5 3.05
10d 76.2 3.76 10d 76.2 3.43
12d 82.6 3.78 12d 82.6 3.43
16d 88.9 4.11 16d 88.9 3.75
20d 101.6 4.98 20d 101.6 4.5
30d 114.3 5.25 30d 114.3 4.5
40d 127 5.72 40d 127 4.5
50d 139.7 6.2 50d 139.7 4.5
60d 152.4 6.65 60d 152.4 4.5
70d 177.8 5.26
80d 203.2 5.26
90d 225.6 5.26
Ujung Paku. Ujung paku dengan bagian runcing yang relatif panjang umumnya
memiliki kuat cabut yang lebih besar. Namun ujung yang runcing bulat tersebut
sering menyebabkan pecahnya kayu terpaku. Ujung yang tumpul dapat
77. ^tçâ Page 74
mengurangi pecah pada kayu, namun karena ujung tumpung tersebut merusak
serat, maka kuat cabut paku pun akan berkurang pula.
Kepala paku. Kepala paku badap berbentuk datar bulat, oval maupun kepala
benam (counter sunk) umumnya cukup kuat menahan tarikan langsung. Besar
kepala paku ini umumnya sebanding dengan diameter paku. Paku kepala benam
dimaksudkan untuk dipasang masuk – terbenam dalam kayu.
Pembenaman Paku. Paku yang dibenam dengan arah tegak lurus serat akan
memiliki kuat cabut yang lebih baik dari yang dibenam searah serat . Demikian
halnya dengan pengaruh kelembaban. Setelah dibenam dan mengalami
perubahan kelembaban, paku umumnya memiliki kuat cabut yang lebih besar
dari pada dicabut langsung setelah pembenaman. Jarak Pemasangan Paku. Jarak
paku dengan ujung kayu, jarak antar kayu, dan jarak paku terhadap tepi kayu
harus diselenggarakan untuk mencegah pecahnya kayu. Secara umum, paku tak
diperkenankan dipasang kurang dari setengah tebal kayu terhadap tepi kayu,
dan tak boleh kurang dari tebal kayu terhadap ujung. Namun untuk paku yang
lebih kecil dapat dipasang kurang dari jarak tersebut.
e. Kuat cabut paku
Gaya cabut maksimum yang dapat ditahan oleh paku yang ditanam
tegak lurus terhadap serat dapat dihitung dengan pendekatan rumus berikut.
P = 54.12 G5/2 DL (Metric: kg)
P = 7.85 G5/2 DL (British: pound) (8.1)
Dimana : P = Gaya cabut paku maksimum
L = kedalaman paku dalam kayu (mm, inc.)
G = Berat jenis kayu pada kadar air 12 %
D = Diameter paku (mm, inch.)
78. ^tçâ Page 75
f. Kuat lateral paku
Pada batang struktur, pemasangan paku umumnya dimaksudkan untuk
menerima beban beban tegak lurus/lateral terhadap panjang paku. Pemasangan
alat sambung tersebut dapat dijumpai pada struktur kuda-kuda papan kayu.
Kuat lateral paku yang dipasang tegak lurus serat dengan arah gaya lateral
searah serat dapat didekati dengan rumus berikut
P = K D2 (8.2)
Dimana: P = Beban lateral per paku
D = Diameter paku
K = Koefisien yang tergantung dari karakteristik jenis kayu.
b) Alat Sambung Sekerup
Sekrup hampir memiliki fungsi sama dengan paku, tetapi karena memiliki ulir
maka memiliki kuat cabut yang lebih baik dari paku. Terdapat tiga bentuk pokok
sekerup yaitu sekerup kepala datar, sekerup kepala oval dan sekerup kepala
bundar. Dari tiga bentuk tersebut, sekerup kepala datarlah yang paling banyak
ada di pasaran. Sekerup kepala oval dan bundar dipasang untuk maksud
tampilan–selera. Bagian utama sekerup terdiri dari kepala, bagian benam,
bagian ulir dan inti ulir. Diameter inti ulir biasanya adalah 2/3 dari diameter
benam. Sekerup dapat dibuat dari baja, alloy, maupun kuningan diberi
lapisan/coating nikel, krom atau cadmium.
Ragam produk sekerup dapat ditunjukkan pada Gambar 7.4 berikut.
79. ^tçâ Page 76
Tabel 7.2 Nilai K untuk Perhitungan Kuat Lateral Paku dan Sekerup
Sumber : Forest Products Laboratory USDA, 1999
Berat Jenis G
Gr/cc
K Paku
met-(inc)
K Sekerup
met-(inc)
K Lag Screw
met-(inc)
Kayu Lunak (Soft Wood)
0.29-0.42 50.04-(1.44) 23.17-(3.36) 23.30-(3.38)
0.43-0.47 62.55-(1.80) 29.79-(4.32) 26.34-(3.82)
0.48-0.52 76.45-(2.20) 36.40-(5.28) 29.51-(4.28)
Kayu Keras (Hard Wood)
0.33-0.47 50.04-(1.44) 23.17-(3.36) 26.34-(3.82)
0.48-0.56 69.50-(2.00) 29.79-(4.32) 29.51-(4.28)
0.57-0.74 94.72-(2.72) 44.13-(6.40) 34.13-(4.95)
Tabel 7.3 Ukuran Sekerup
Sumber : Alen, 1999
Nomor
Sekerup
Diameter
mm
4 2.84
5 3.18
6 3.51
7 3.84
8 4.17
9 4.50
10 4.83
11 5.16
12 5.49
14 6.15
18 6.81
19 7.47
20 8.13
24 9.45
Gambar 7.4 Tipe utama produk sekerup
Sumber : Allen, 1999
80. ^tçâ Page 77
a. Kuat Cabut Sekerup
Kuat cabut sekerup yang dipasang tegak lurus terhadap arah serat
(Gambar 8.13) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut.
P = 108.25 G2 DL (Metric unit: Kg, cm )
P = 15.70 G2 DL (British unit: inch–pound)
Dimana:
P = Beban cabut sekerup (N, Lb)
G = Berat jenis kayu pada kondisi kadar air 12 % kering oven
D = Diameter sekerup terbenam / shank diameter (mm, in.),
L = Panjang tanam (mm,in.)
b. Kuat lateral sekerup
Kuat lateral sekerup yang dipasang tegak lurus serat dengan arah gaya lateral
searah serat dapat didekati dengan rumus yang sama dengan kuat lateral paku .
Sekerup Lag (Lag Screw)
Sekerup lag, seperti sekerup namun memiliki ukuran yang lebih besar
dan berkepala segi delapan untuk engkol. Saat ini banyak dipakai
karena kemudahan pemasangan pada batang struktur kayu dibanding
dengan sambungan baut–mur. Umumnya sekerup lag ini berukuran diameter
dari 5.1 – 25.4 mm (0.2 – 1.0 inch) dan panjang dari 25.4 – 406 mm (1.0 –
16 inch).
81. ^tçâ Page 78
Gambar 7.5 Detail pemasangan sekerup
Sumber : Forest Products Laboratory USDA, 1999
a. Kuat Cabut Sekerup Lag.
Kuat cabut sekerup lag dapat dihitung dengan formula sebagai berikut.
P = 125.4 G3/2 D3/4L (Metric unit: Kg, cm )
P = 8,100 G3/2 D3/4L (British unit: inch–pound)
Dimana: P = Beban cabut sekerup (N, Lb)
G = Berat jenis kayu pada kondisi kadar air 12 % kering oven
D = Diameter sekerup terbenam / shank diameter (mm, in.)
L = Panjang tanam (mm,in.)
b. Kuat lateral sekerup lag
Kuat lateral sekerup lag dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut.
P = c1 c2 K D2
Dimana: P= Beban lateral per sekerup
D= Diameter sekerup
82. ^tçâ Page 79
K= Koefisien yang tergantung karakteristik jenis kayu
C1= Faktor pengali akibat ketebalan batang apit tersambung
C2= Faktor pengali akibat pembenamam sekrup lag
Tabel 7.4 Faktor Kekuatan Lateral Sekerup lag
Sumber : Forest Products Laboratory USDA, 1999
Ratio tebal kit apit
inci diameter
sekerup
Faktor C1
Diameter
benam sekerup
mm
Faktor C2
2 0.62 4.8 1.00
2.5 0.77 6.4 0.97
3 0.93 7.9 0.85
3.5 1.00 9.5 0.76
4 1.07 11.1 0.70
4.5 1.13 12.7 0.65
5 1.18 15.9 0.60
5.5 1.21 19.0 0.55
6 1.22 22.2 0.52
6.5 1.22 25.4 0.50
7.1.2. Konstruksi Sambungan Gigi
Walaupun sambungan ini sebenarnya malah memperlemah kayu, namun karena
kemudahannya, sambungan ini banyak diterapkan pada konstruksi kayu
sederhana di Indonesia utamanya untuk rangka kuda-kuda atap. Kekuatan
sambungan ini mengandalkan kekuatan geseran dan atau kuat tekan / tarik kayu
pada penyelenggaraan sambungan. Kekuatan tarikan atau tekanan pada
sambungan bibir lurus di atas ditentukan oleh geseran dan kuat desak tampang
sambungan gigi. Dua kekuatan tersebut harus dipilih yang paling lemah untuk
persyaratan kekuatan struktur.
P geser = τ ijin a b
Dimana : τ ijin = Kuat / tegangan geser ijin kayu tersambung
83. ^tçâ Page 80
b = lebar kayu
a = panjang tampang tergeser
P desak = � ijin b t
Dimana : � ijin = Kuat / tegangan ijin desak kayu tersambung
b = lebar kayu
t = tebal tampang terdesak
Gambar 7.6 Contoh sambungan gigi
Sumber : Forest Products Laboratory USDA, 1999
7.1.3 Konstruksi Sambungan Baut
Gambar 7.7 Model baut yang ada di pasaran
Sumber : Forest Products Laboratory USDA, 1999
Hampir sama dengan sambungan gigi, sambungan baut tergantung desak baut
pada kayu, geser baut atau kayu. Desak baut sangat dipengaruhi oleh panjang
84. ^tçâ Page 81
kayu tersambung dan panjang baut. Dengan panjangnya, maka terjadi lenturan
baut yang menyebabkan desakan batang baut pada kayu tidak merata.
Berdasarkan NI-5 PKKI (1961) gaya per baut pada kelas kayu tersambung dapat
dihitung rumus sebagai berikut :
Kayu kelas I:
Sambungan tampang 1 untuk λb = bmin / d = 4.8
S = 50 d b1 (1 – 0.6 Sin α)
S = 240 d2 (1 – 0.35 Sin α)
Sambungan tampang 2 untuk λb = bmin / d = 3.8
S = 125 d b3 (1 – 0.6 Sin α)
S = 250 d b1 (1 – 0.6 Sin α)
S = 480 d2 (1 – 0.35 Sin α)
Kayu kelas II:
Sambungan tampang 1 untuk λb = bmin / d = 5.4
S = 40 d b1 (1 – 0.6 Sin α)
S = 215 d2 (1 – 0.35 Sin α)
Sambungan tampang 2 untuk λb = bmin / d = 4.3
S = 100 d b3 (1 – 0.6 Sin α)
S = 200 d b1 (1 – 0.6 Sin α)
S = 430 d2 (1 – 0.35 Sin α)
85. ^tçâ Page 82
Gambar 7.8 Perilaku gaya pada sambungan baut
Sumber : Forest Products Laboratory USDA, 1999
Kayu kelas III:
Sambungan tampang 1 untuk λb = bmin / d = 6.8
S = 25 d b1 (1 – 0.6 Sin α)
S = 170 d2 (1 – 0.35 Sin α)
Sambungan tampang 2 untuk λb = bmin / d = 5.7
S = 60 d b3 (1 – 0.6 Sin α)
S = 120 d b1 (1 – 0.6 Sin α)
S = 340 d2 (1 – 0.35 Sin α)
Dimana : S = Kekuatan per baut dalam kg
α = Sudut arah gaya terhadap arah serat
b1 = Tebal kayu tepi (cm)
b3 = Tebal tengah (cm)
d = Diameter baut (cm)