Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Konsep keperawatan gawat darurat meliputi proses triage, pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi untuk memberikan perawatan cepat dan tepat bagi pasien darurat di unit gawat darurat. Proses tersebut bertujuan untuk menyelamatkan nyawa pasien dan menstabilkan kondisinya.
3. Keperawatan gawat darurat merupakan kegiatan memberikan asuhan keperawatan
yang dilakukan oleh perawat yang kompeten kepada pasien yang mengalami injuri akut
atau sakit dengan kondisi mengancam kehidupan pasien tersebut saat ditemukan atau
dirawat di unit gawat darurat. (Yoany,Dominggos & Gadur,2021)
Keperawatan gawat darurat menurut definisi adalah asuhan perawatan yang diberikan
pada individu dari seluruh rentang usia yang mengalami gangguan masalah kesehatan yang
bersifat aktual atau berpotensi mengalami gangguan, baik fisik atau emosional, yang
memerlukan intervensi lebih lanjut.
(Sheehy, 2018)
Keperawatan gawat darurat adalah suatu bentuk rangkaian kegiatan praktik
keperawatan kegawatdaruratan yang diberikan oleh perawat yang kompeten,terlatih
dan terdidik untuk memberikan asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami kasus
gawat darurat baik yang ada diruang gawat darurat,ruang rawat inap,ruang ICU dan
ruang lainnya.
(Nusdin,2020)
Definisi
4. Tujuan Pelayanan Gawat Darurat
Adalah untuk memberikan pertolongan pertama yang cepat dan tepat, antara lain :
Dapat mencegah kematian dan
kecacatan pada pasien yang
mengalami kondisi gawat darurat
(to save life and limb)
Menjadi sistem rujukan untuk
pasien sehingga memperoleh
penanganan yang lebih memadai
Menangani korban bencana
(Yoany,Dominggos & Gadur,2021)
5. Klasifikasi Gawat Darurat
1. Penderita Gawat dan Darurat
Yaitu penderita dikarenakan suatu penyebab (penyakit, trauma, kecelakaan, tindakan anestesi) jika
tidak segera ditangani akan mengalami cacat, kehilangan organ tubuh atau meninggal dunia
2. Penderita Gawat tidak Darurat
Yaitu penderita dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindaka darurat misalnya combustion
derajat II/III, patah tulang tanpa syok atau yg lainnya.
3. Penderita Darurat tidak Gawat
Yaitu pasien akibat musibah yang datang tiba-tiba, tetapi tidak mengancam nyawa dan anggota
badannya, misalnya luka sayat dangkal
4. Penderita tidak Gawat dan tidak Darurat
Yaitu tidak mengancam nyawa dan tidak memerlukan tindakan segera, Misalnya influenza, batu,
demam, dan sebagainya.
(Nusdin, 2020)
6. Ruang Lingkup Gawat Darurat
Lingkup area gawat darurat dimulai dari
tempat kejadian (pre- hospital),
proses evakuasi dan transportasi,
unit/ruang gawat darurat (intra-hospital sehingga
kondisi kegawatdaruratan dapat diatasi.
(Masfuri, et al, 2010)
7. Prinsip Umum Asuhan Keperawatan di
Gawat Darurat
1. Menerapkan prinsip universal precaution dan risk management yang tepat
2. Cepat dan tepat dalam melakukan triase, menetapkan masalah atau diagnona
keperawatan, tindakan keperawatan dan evaluasi yang berkelanjutan
3. Penyelamatan hidup dan stabilitas kondisi merupakan pelayanan utama tanpa
melupakan pelayanan kesehatan lainnya (biopsikososial spiritual)
4. Sistem Monitoring kondisi pasien setiap saat harus dilakukan sesuai kondisi
5. Alat kesehatan penyelamat hidup harus selalu siap pakai dan sesuai kebutuhan
6. Adanya jaminan kemanan dan keselamatan diri perawat dan pasien
7. Informasi dan pendidikan kesehatan secara cepat, tepat dan dimengerti
8. Sistem dokumentasi yang mudah, cepat dan tepat
9. Tetap mempertahankan prinsip etik dan legal
(Hibgabi,2010)
8. Tim dalam Pelayanan Gawat Darurat
Pelayanan gawat darurat membutuhkan peran dari berbagai macam disiplin ilmu dan
keahlian, kesemuanya saling membantu, tidak ada yang seharusnya merasa lebih
penting dari yang lain. Misalnya: tanpa petugas kebersihan yang baik maka risiko
nasokomial lebih tinggi, segala kondisi umur dan kondisi penyakit membutuhkan
kecepatan dan ketepatan penanganan untuk mengurangi resiko kerusakan lebih jauh.
Tim-tim yang memberikan pelayanan gawat darurat adalah: tim kedokteran,
keperawatan, ahli rontgen, laboratorium, petugas ambulans, petugas pembinaan
mental dan lainnya.
(Hibgabi,2010)
10. Definisi TRIAGE
Triage adalah suatu cara untuk menseleksi atau memilah korban berdasarkan tingkat
kegawatan. Menseleksi dan memilah korban tersebut bertujuan untuk mempercepat
dalam memberikan pertolongan terutama pada para korban yang dalam kondisi kritis
atau emergensi sehingga nyawa korban dapat diselamatkan. Untuk bisa melakukan
triage dengan benar maka perlu Anda memahami tentang prinsip-prinsip triage.
(Kemenkes RI, 2016)
Tujuan:
triage bertujuan untuk memberikan pertolongan secara tepat dan cepat terutama pada
pasien yang dalam kondisi kritis atau emergensi, sehingga dapat menyelamatkan
kehidupan pasien.
(Jurnal Analisis Implementasi Triage, 2019)
11. Prinsip TRIAGE
(Jurnal Analisis Implementasi Triage, 2019)
1) Triage seharusnya segera dan tepat waktu, penanganan yang segera dan tepat
waktu akan segera mengatasi masalah pasien dan mengurangi terjadi kecacatan
akibat kerusakan organ.
2) pengkajian seharusnya adekuat dan akurat, data yang didapatkan dengan
adekuat dan akurat menghasilkan diagnosa masalah yang tepat.
3) intervensi dilakukan sesuai kondisi korban, penanganan atau tindakan yang
diberikan sesuai dengan masalah/keluhan pasien.
Metode TRIAGE
Metode triage yang biasa digunakan adalah Simple Triage And Rapid Treatment
(START). Metode START digunakan untuk pertolongan pertama pada pasien dengan
lama waktu penggolongan 30 detik atau kurang berdasarkan tiga pemeriksaan primer
seperti respirasi, perfusi (mengecek nadi radialis) dan status mental.
12. Pengkajian
Pengkajian primer adalah pengkajian cepat (30 detik) untuk mengidentifikasi dengan
segera masalah aktual yang mengancam kehidupan (life threatening). Pengkajian
secara umum hanya mengandalkan kemampuan inspeksi.Namun bila perlu lakukan
perkusi dan auskultasi (Masfuri, Amelia, & Suprapti, 2010).
Prioritas penilaian dilakukan berdasarkan:
A: Airway+ kontrol servikal")
B: Breathing + kontrol ventilasi
C: Circulation + kontrol perdarahan
D: Disability
E: Exposure
F: Folley catheter
G: Gastrictube
H: Heartmonitor
13. Pengkajian
Secondary Survei (Pengkajian Sekunder) adalah pengkajian yang terstruktur
dan sistematis bertujuan untuk mengidentifikasi kondisi pasien Lebih detail yang
berfokus pada :
Riwayat kesehatan
Pengkajian ini untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan keluhan pasien saat ini
atau kondisi saat ini, juga dapat melibatkan keluarga atau orang terdekat pasien, dilakukan
meliputi poin penting mencakup SAMPLE :
S : Sign atau simptom (tanda dan gejala)
A : Allergies ( alergi )
M : Medications ( pengobatan )
P : Past medical history ( riwayat riwayat penyakit)
L : Last oral intake ( makanan yang dikonsumsi terakhir, sebelum sakit)
E : Event prior to the illness or injury (kejadian sebelum injury atau sakit)
14. Pengkajian
vital sign
Pengkajian vital sign termasuk : denyut nadi, pernafasan, tekanan darah, suhu
tubuh, saturasi oksigen, GCS, kadar gula darah, ECG.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan secara head to toe
(Sheehy, 2018)
15. Diagnosa
(Sheehy, 2018)
1. Diagnosa Aktual
- Ketidakefektfan bersihan jalan napas
- Ketidakefektifan Pola Napas
- Gangguan Pertukaran Gas
2. Diagnosa Potensial
- Resiko Penurunan Perfusi Jaringan Jantung
- Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak
- Resiko Syok
3. Diagnosa kolaborasi
- Nyeri
- Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
16. Intervensi
(Sheehy, 2018)
Intervensi mandiri (independen) yang dapat dilakukan tanpa pengawasan dari yang
lain.
Intervensi dependen (intervensi delegatif), yang dilakukan perawat dengan
instruksi tertulis, dari profesional lain yang disertai adanya pendelegasian
kewenangan (contoh: pemberian obat-obatan intravenous, dan menetapkan setting
untuk ventilator).
Intervensi interdependen (kolaboratif), intervensi dilakukan secara kolaboratif,
berkonsultasi dengan profesi kesehatan lainnya, sebelum tindakan dilakukan
(intervensi yang dilakukan sesuai dengan protocol).
17. Implementasi
(Sheehy, 2018)
Asuhan keperawatan gawat darurat harus
dilakukan secara sistematis, cepat, tepat, akurat
dan aman agar keadaan pasien selamat dan stabil,
serta didukung oleh sarana dan prasarana juga
sistem kerja efisien dan efektif .
18. Evaluasi
(Sheehy, 2018)
Pada unit gawat darurat, evaluasi dilakukan secara terus menerus atau yang biasa
disebut on-going assessment. Jenis jenis evaluasi :
1. Evaluasi On Going : dilakukan selama atau segera setelah implementasi
keperawatan, sehingga memungkinkan perawat untuk melakukan modifikasi
kegiatan.
2. Evaluasi intermitten : dilaksanakan dengan interval tertentu (24 jam, 48 jam atau
72 jam)
3. Evaluasi terminal : menunjukkan kondisi klien pada saat akan pulang, yang mencakup
status pencapaian tujuan dan evaluasi terhadap kemampuan klien dalam merawat
diri sendiri dan perawatan selanjutnya.
19. REFERENSI
Sheehy. (2018). Keperawatan gawat darurat dan bencana. Singapore. Pte.Ltd.
Nurdin. (2020). Keperawatan gawat darurat. Surabaya. CV.jakad media publishing.
Blasius.G. Maria.Y.& Gonsalves.D. (2021). Buku ajar keperawatan gawat darurat. Jawa
barat. CV. Media sains Indonesia.
(Jurnal Analisis Implementasi Triage, Ketepatan Diagnosa Awal Dengan Lama Waktu
Rawatan Pasien di RSUD Prof. DR. MA Hanafiah SM Batusangkar, 2019)
(Husna dkk, 2021(Proses keperawatan & soal uji kompetensi ners))
Kurniati, A., Trisyani, Y., & Theresia, S. I. M. (2018). Keperawatan Gawat Darurat dan
Bencana
Sheehy, Edisi Indonesia 1. Singapore Pte Ltd: ELSEVIER
Masfuri, Amelia, K., & Suprapti. 2010. Basic Emergency Nursing: Bantuan Hidup Dasar
Untuk Perawat. Himpunan perawat Gawat Darurat dan Bencana Indonesia (HIBGABI)
Tyas, M. D. C. 2016. Keperawatan Kegawatdaruratan & Manajemen Bencana. Jakarta:
KEMENKES RI.