Dokumen tersebut membahas tentang foto jurnalistik di media cetak. Ia menjelaskan bahwa subjek foto jurnalistik tidak hanya berita politik dan sosial, tetapi juga kegiatan sehari-hari manusia. Dokumen ini juga menjelaskan karakteristik foto jurnalistik seperti kesederhanaan dan objektivitas serta alur proses foto dari pemotretan hingga seleksi di meja redaksi berdasarkan nilai berita dan estetika
1. Foto Jurnalistik di Media CetakFoto Jurnalistik di Media Cetak
Alfi SeptianiAlfi Septiani
Mansur HidayatMansur Hidayat
2. Foto JurnalistikFoto Jurnalistik
Segala sesuatu yang berhubungan dengan manusia dan kehidupannya, dan
benda-benda mati (mobil, puing-puing, boneka, alat-alat kerja) bisa
menjadi subjek untuk berdiri sendiri sebagai suatu cerita
Di media cetak (surat kabar dan majalah) tidak hanya menampilkan berita
politik dan sosial
Hal-hal disekitar kita atau aktivitas keseharian manusia. Misalnya foto
human interest-foto yang menggugah sisi kemanusian manusia lain.
contoh; foto realita sosial yang bersifat kontras
3. • Foto-foto kebudayaan dan pertunjukan (teater, tari, monolog, konser
musik) adalah bagian dari foto jurnalistik yang biasa hadir di media massa
• Foto-foto jenaka yang bersifat menarik dan menggelitik
• Foto momen yang lucu dan spontan yang bersifat menghibur
• Foto potret dan foto ilustrasi atau foto penggambaran sebuah artikel yang
biasanya diperankan oleh model.
• Foto potret bisa berupa foto tokoh, orang terkenal, atau orang biasa yang
menjadi pelaku utama sebuah berita.(foto tokoh politik, pengusaha dan
artis yang populer)
• Foto ilustrasi sengaja dibuat hanya untuk melengkapi tulisan
4. Karakteristik Foto jurnalistik diKarakteristik Foto jurnalistik di
Media CetakMedia Cetak
• Kesederhanaan (simplicity)
Kesederhanaan visual yang disampaikan lewat foto lebih mudah dipahami
pembaca. adakalanya kesederhanaan foto didapat setelah di cropping karena
jurnalis foto terlanjur memotret secara menyeluruh atau gambar yang tidak
perlu kebetulan ikut masuk ke dalam frame dan dirasa menganggu.
• Objektif-Covering both side
Jurnalis berupaya menangkap citra apa adanya, mewartakan cerita dalam bentuk
gambar dengan seimbang.
6. Pertimbangan Sebelum Foto MasukPertimbangan Sebelum Foto Masuk
Meja RedaksiMeja Redaksi
• Jurnalis memotret 5 angle yang berbeda untuk tiap berita, kemudian mengisi
foto-foto tersebut dengan caption
• Foto-foto cacat (seperti; blur, shake, under-over, expose, dan komposisi
buruk) biasanya dibuang. Namun, pada beberapa momen berharga dan
penting, meskipun dari segi teknis buruk, foto tetap dipertahankan
7. Pertimbangan Redaktur Foto dalamPertimbangan Redaktur Foto dalam
menyeleksi foto di Media Cetakmenyeleksi foto di Media Cetak
• Nilai berita
• Kebutuhan halaman
• Keindahan teknis (estetika)
• Kesesuaian dengan berita tulis
8. • Foto halaman utama (headline), biasanya redaktur foto berkonsultasi
dengan pimred/wapimred/redaktur pelaksana (bergantung pada penanggung
jawab halaman satu pada hari itu)
• Bagian perwajahan menentukan kebutuhan posisi foto (horisontal atau
vertikal) sesuai space pada dummy
• Jika foto-foto yang masuk untuk kebutuhan halaman tidak memuaskan,
redaktur bisa meminta foto lain (angle atau isi yang berbeda) atau menyuruh
jurnalis foto melakukan pemotretan ulang.
9. • Redaktur juga berhak melakukan editing, termasuk melakukan cropping
pada foto
• Setelah rampung, foto kemudian berpindah ke tangan penata letak, dan
diatur letaknya di dalam halaman. Halaman kemudian dicetak berbentuk
proof untuk dikoreksi kembali sebelum dicetak secara massal.