MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
BE & GG, Alim Suciana, Hapzi Ali, ETHIC BUSINESS MENUJU PROFESIONAL, Mercu Buana 2017
1. Etika Bisnis Menuju Profesionalisme
disusun oleh:
Alim Suciana
NIM 55117110225
UNIVERSITAS MERCUBUANA
TAHUN AJARAN 2017-2018
2. BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Etika dalam perkembangannya sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Etika memberi
manusia orientasi bagaimana ia menjalani hidupnya melalui rangkaian tindakan sehari-hari. Itu
berarti etika membantu manusia untuk mengambil sikap dan bertindak secara tepat dalam
menjalani hidup ini. Etika pada akhirnya membantu kita untuk mengambil keputusan tentang
tindakan apa yang perlu kita lakukan dan yang perlu kita pahami bersama bahwa etika ini dapat
diterapkan dalam segala aspek atau sisi kehidupan kita, dengan demikian etika ini dapat dibagi
menjadi beberapa bagian sesuai dengan aspek atau sisi kehidupan manusianya.
Pada dasarnya pengertian etika apabila diartikan intinya sama saja yaitu hal yang
berkaitan dengan perilaku baik dan benar dalam kehidupan manusia. Etika merupakan dasar
yang penting didalam pergaulan serta menjadi landasan penting bagi sebuah peradaban yang
akan menjadi kesan mendalam dan terpatri terus di benak seseorang. Etika bukan hanya sekedar
penampilan fisik, tetapi masih banyak faktor lain yang dapat mendukung seseorang untuk
menampilkan sosoknya yang memiliki etika yang tinggi.
Ada perbedaan didalam etika setiap pergaulan, seperti etika di rumah pasti berbeda
dengan etika dengan para pedagang kaki lima, serta berbeda pula dengan etika di kantor. Untuk
etika di kantor memiliki perbedaan yang lebih rumit dari pada etika di tempat-tempat informal
lainnya, dimana etika ini erat kaitannya dengan hubungan antara atasan dan bawahan. Dalam
persaingan antar perusahaan terutama perusahaan besar dalam memeroleh keuntungan sering kali
terjadi pelanggaran etika berbisnis, bahkan melanggar peraturan yang berlaku. Demikian pula
sering terjadi perbuatan penyalahgunaan wewenang yang dilakukan pihak birokrat dalam
mendukung usaha bisnis pengusaha besar atau pengusaha keluarga pejabat.
Untuk menuju sebuah profesionalitas kerja sangat dibutuhkan etika dalam berbisnis.
Karena etika bisnis merupakan landasan seseorang atau perusahaan dalam sebuah
keprofesionalan. Sebuah professional tidak bisa tumbuh hanya dengan sebuah rangsangan dari
3. seseorang atau sebuah saran yang diberikan seseorang untuk melakukan sebuah pekerjaan,
melainkan professional harus ditempuh dengan beberapa tahapan dan aksi praktik dalam sebuah
pekerjaan.
Mengingat pentingnya tenaga professional sangatlah dibutuhkan dalam suatu pekerjaan,
maka dalam makalah ini akan memaparkan bagaimana cara untuk menempuh sebuah
professional dalam sebuah pekerjaan dan anggapan anggapan tentang keprofesioanlan dalam
pekerjaan.
Akhir-akhir ini pelanggaran etika bisnis dan persaingan tidak sehat dalam upaya
penguasaan pangsa pasar terasa semakin memberatkan para pengusaha menengah kebawah yang
kurang memiliki kemampuan bersaing karena perusahaan besar telah mulai merambah untuk
menguasai bisnis dari hulu ke hilir.
Pada makalah ini, akan dibahas mengenai etika bisnis menuju profesional beserta contoh
kasus terkait etika bisnis dan professional yaitu kasus pada perusahaan perusahan jasa konstruksi
di Cilegon - Banten
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Etika Bisnis dan Etika Profesional?
2. Bagaimana kasus yang terjadi pada perusahaan jasa kostruksi?
1.3 Tujuan Pembuatan Makalah
1. Untuk mengetahui Etika Bisnis dan Etika Profesional
2. Untuk mengetahui kasus yang terjadi pada perusahaan konstruksi
4. BAB 2
DASAR TEORI
2.1 Pengertian Etika
Pengertian Etika (Etimologi), berasal dari bahasa Yunani adalah “Ethos”, yang berarti
watak kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Etika berkaitan erat dengan perkataan moral
yang berarti juga dengan adat kebiasaan atau cara hidup seseorang dengan melakukan perbuatan
yang baik (kesusilaan), dan menghindari hal-hal tindakan yang buruk. Etika dan moral memiliki
pengertian yang hampir sama, namun dalam kegiatan sehari-hari terdapat perbedaan, yaitu moral
atau moralitas untuk penilaian perbuatan yang dilakukan, sedangkan etika adalah untuk
pengkajian sistem nilai-nilai yang berlaku.
Etika adalah suatu ilmu yang membahas tentang bagaimana dan mengapa kita mengikuti
suatu ajaran moral tertentu atau bagaimana kita harus mengambil sikap yang bertanggung jawab
berhadapan dengan pelbagai ajaran moral. (Suseno,1987). Etika sebenarnya lebih banyak
bersangkutan dengan prinsip-prinsip dasar pembenaran dalam hubungan tingkah laku manusia.
(Kattsoff, 1986).
2.2 Pengertian Bisnis
Bisnis dalam arti luas adalah istilah umum yang menggambarkan semua aktifitas dan
institusi yang memproduksi barang & jasa dalam kehidupan sehari-hari. Bisnis sebagai suatu
system yang memproduksi barang dan jasa untuk memuaskan kebutuhan masyarakat (bussinessis
then simply a system that produces goods and service to satisfy the needs of our society) [Huat,
T Chwee,1990].
Bisnis merupakan suatu organisasi yang menyediakan barang atau jasa yang bertujuan
untuk mendapatkan keuntungan [Griffin & Ebert]. Dari beberapa pendapat tersebut dapat
disimpulkan bahwa Bisnis adalah kegiatan yang dilakukan oleh individu dan sekelompok orang
(organisasi) yang menciptakan nilai (create value) melalui penciptaan barang dan jasa (create of
good and service) untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan memperoleh keuntungan melalui
transaksi.
5. 2.3 Pengertian Etika Bisnis
Sedangkan Etika bisnis adalah cara-cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang
mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan, industri dan juga
masyarakat. Kesemuanya ini mencakup bagaimana kita menjalankan bisnis secara adil, sesuai
dengan hukum yang berlaku, dan tidak tergantung pada kedudukan individu ataupun perusahaan
di masyarakat.
Etika Bisnis merupakan studi yang dikhususkan mengenai moral yang benar dan yang
salah. Studi ini berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana diterapkan dalam kebijakan,
institusi, dan perilaku bisnis. Etika bisnis juga merupakan standar-standar nilai yang menjadi
pedoman atau acuan manajer dan segenap karyawan dalam pengambilan keputusan dan
mengoperasikan bisnis yang etik. Dalam menciptakan etika bisnis, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan, yaitu :
1. Pengendalian diri,
2. Pengembangan tanggung jawab social (social responsibility),
3. Mempertahankan jati diri dan tidak mudah untuk terombang-ambing oleh pesatnya
perkembangan informasi dan teknologi,
4. Menciptakan persaingan yang sehat,
5. Menerapkan konsep “pembangunan berkelanjutan”,
6. Menghindari sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi, dan Komisi),
7. Mampu menyatakan yang benar itu benar,
8. Menumbuhkan sikap saling percaya antara golongan pengusaha kuat dan golongan
pengusaha ke bawah,
9. Konsekuen dan konsisten dengan aturan main yang telah disepakati bersama,
10. Menumbuhkembangkan kesadaran dan rasa memiliki terhadap apa yang telah disepakati.
11. Perlu adanya sebagian etika bisnis yang dituangkan dalam suatu hukum positif yang
berupa peraturan perundang-undangan.
Etika Bisnis diperlukan agar para pelaku bisnis dituntut professional, karena adanya
persaingan yang semakin tinggi, kepuasan konsumen yang menjadi faktor utama, agar
6. perusahaan dapat dipercaya dalam jangka panjang dan mencegah jangan sampai dikenakan
sanksi-sanksi pemerintah yang pada akhirnya mengambil keputusan.
Etika dibagi menjadi dua yaitu, etika umum dan etika khusus. Etika umum membahas
prinsip-prinsip moral dasar, yaitu bagaimana manusia bertindak secara etis dan bagaimana
manusia mengambil keputusan etis, teori-teori etika, dan prinsip-prinsip yang menjadi tolak ukur
untuk menilai baik atau buruknya suatu tindakan. Etika khusus menerapkan prinsip prinsip moral
dasar itu dalam bidang kehidupan yang khusus. Etika khusus dibagi lagi menjadi dua, yaitu etika
individual dan etika sosial. Etika individual memuat kewajiban dan sikap manusia terhadap
dirinya sendiri. Etika sosial membicarakan kewajiban, sikap dan pola perilaku manusia sebagai
anggota umat manusia. Berikut adalah rinsip-prinsip yang harus ada pada etika bisnis.
Dalam etika bisnis berlaku prinsip-prinsip yang seharusnya dipatuhi oleh para pelaku
bisnis. Prinsip dimaksud adalah :
a) Prinsip Otonomi, yaitu kemampuan mengambil keputusan dan bertindak berdasarkan
kesadaran tentang apa yang baik untuk dilakukan dan bertanggung jawab secara moral
atas keputusan yang diambil.
b) Prinsip Kejujuran, bisnis tidak akan bertahan lama apabila tidak berlandaskan kejujuran
karena kejujuran merupakan kunci keberhasilan suatu bisnis (missal, kejujuran dalam
pelaksanaan kontrak, kejujuran terhadap konsumen, kejujuran dalam hubungan kerja dan
lain-lain).
c) Prinsip Keadilan, bahwa tiap orang dalam berbisnis harus mendapat perlakuan yang
sesuai dengan haknya masing-masing, artinya tidak ada yang boleh dirugikan haknya.
d) Prinsip Saling Mengutungkan, agar semua pihak berusaha untuk saling menguntungkan,
demikian pula untuk berbisnis yang kompetitif.
e) Prinsip Integritas Moral, prinsip ini merupakan dasar dalam berbisnis dimana para pelaku
bisnis dalam menjalankan usaha bisnis mereka harus menjaga nama baik perusahaan agar
tetap dipercaya dan merupakan perusahaan terbaik.
7. 2.4 Tujuan Etika Bisnis
Pada dasarnya sebuah etika bisnis ini digalakkan karena memiliki maksud dan tujuan
tertentu dalam dunia bisnis. Adapun tujuan etika bisnis adalah untuk menjalankan dan
menciptakan sebuah bisnis seadil mungkin serta menyesuaikan hukum yang sudah dibuat. Selain
itu, juga dimaksudkan untuk menghilangkan ketergantungan pada sebuah kedudukan individu
maupun perusahaan. Etika bisnis ini tingkatannya lebih luas jika dibanding dengan ketentuan
yang sudah diatur berdasarkan hukum yang berlaku, bahkan jika dibandingkan dengan standar
minimal dari ketentuan hukum maka etika bisnis menjadi standar atau ukuran yang lebih tinggi.
Hal ini dikarenakan, dalam kegiatan berbisnis tidak jarang kita jumpai adanya bagian abu-abu
dan tidak diatur berdasarkan ketentuan hukum.
Menurut Mulyadi Nitisusastro ( 2011), setidaknya terdapat 7 alasan yang mendorong
perusahaan untuk menjalankan bisnis secara etis sebagai berikut:
1) Meningkatkan harapan publik agar perusahaan menjalankan bisnis secara etis.
Perusahaan yang tidak berhasil dalam menjalankan bisnis secara etis akan menjadi
sasaran kritik, bahkan dihukum.
2) Agar perusahaan dan pekerja tidak melakukan tindakan – tindakan yang membahayakan
stakeholder lain.
3) Penerapan etika bisnis di perusahaan dapat meningkatkan kinerja perusahaan,
4) Penerapan etika bisnis seperti kejujuran , menepati janji , dan menolak supa dapat
meningkatkan kualitas hubungan bisnis diantara dua belah pihak yang melakukan
hubungan bisnis. Hal ini diamksudkan untuk meningkatkan kepercayaan diantara pihak-
pihak yang terlibat dalam hubungan bisnis.
5) Agar perusahaan terhindar dari penyalah gunaan oleh karyawan maupun competitor yang
bertindak tidak etis.
6) Penerapan etika bisnis secara baik dalam perusahaan dapat menghindarkan dari
terjadinya pelanggaran hak – hak pekerja oleh pemberi kerja. Perusahaan dipandang
bertindak secara etis apabila memenuhi hak – hak normatif para pekerja seperto gaji dan
kondisi kerja yang memadai, pemberian pernilaian kerja secara adil, adanya reward dan
punishment policy yang jelas.
8. 7) Perusahaan perlu menerapkan etika bisnis dalam menjalankan usaha agar tidak
memperoleh sanksi hukum karena telah menjalankan bisnis secara tidak etis.
2.5 Fungsi Etika Bisnis terhadap Perusahaan
Setelah mengetahui betapa pentingnya etika yang harus diterapkan pada perusahaan
bisnis, tentunya etika memiliki fungsi yang sangat berpengaruh terhadap kemajuan perusahaan
itu sendiri. Permasalahan etika bisnis yang terjadi di perusahaan bervariasi antara fungsi
perusahaan yang satu dan fungsi perusahaan lainnya. Hal ini terjadi karena operasi perusahaan
sangat terspesialisasi dalam berbagai bidang profesi, sehingga setiap fungsi perusahaan
cenderung memiliki masalah etika tersendiri. Berikut ini akan dibahas berbagai permasalahan
etika bisnis yang terjadi di beberapa bidang fungsi perusahaan, yaitu: etika bisnis di bidang
akuntansi (accounting ethics), keuangan (finance ethics), produksi dan pemasaran (production
and marketing ethics), sumber daya manusia (human resources ethics), danteknologi informasi
(information technology ethics) yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Etika bisnis di Bidang Akuntansi (Accounting Ethics)
Fungsi akuntansi merupakan komponen yang sangat penting bagi perusahaan. Dengan demikian
kejujuran, integritas, dan akurasi dalam melakukan kegiatan akuntansi merupakan syarat mutlak
yang harus diterapkan oleh fungsi akuntansi. Salah satu praktik akuntansi yang dianggap tidak
etis misalnya penyusunan laporan keuangan yang berbeda untuk berbagai pihak yang berbeda
dengan tujuan memperoleh keuntungan dari penyusunan laporan keuangan seperti itu. Dalam
realita kegiatan bisnis sering kali ditemukan perusahaan yang menyusun laporan keuangan yang
berbeda untuk pihak-pihak yang berbeda. Ada laporan keuangan internal perusahaan, laporan
keuangan untuk bank, dan laporan keuangan untuk kantor pajak. Dengan melakukan praktik ini,
bagian akuntansi perusahaan secara sengaja memanipulasi data dengan tujuan memperoleh
keuntungan dari penyusunan laporan palsu tersebut.
b. Etika bisnis di Bidang Keuangan (Financial Ethics)
Skandal keuangan yang berasal dari pelaksanaan fungsi keuangan yang dijalankan secara
tidak etis telah menimbulkan berbagai kerugian bagi para investor. Pelanggaran etika
9. bisnis dalam bidang keuangan dapat terjadi misalnya melalui praktik window dressing
terhadap laporan keuangan perusahaan yang akan mengajukan pinjaman ke bank. Melalui
praktik ini seolah-olah perusahaan memiliki rasio-rasio keuangan yang sehat sehingga
layak untuk mendapatkan kredit. Padahal sebenarnya kondisi keuangan keuangan
perusahaan tidak sesehat seperti yang dilaporkan dalam laporan keuangan yang telah
dipercantik. Contoh lain pelanggaran etika keuangan misalnya melalui penggelembungan
nilai agunan perusahaan, sehingga perusahaan dapat memperoleh kredit melebihi nilai
agunan kredit yang sesungguhnya.
c. Etika bisnis di Bidang Produksi dan Pemasaran (Production and Marketing Ethics)
Hubungan yang dilakukan perusahaan dengan para pelanggannya dapat menimbulkan
berbagai permasalahan etika bisnis di bidang produksi dan pemasaran. Untuk melindungi
konsumen dari perlakuan yang tidak etis yang mungkin dilakukan oleh perusahaan,
pemerintah Indonesia telah memberlakukan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen. Undang-undang ini dijelaskan berbagai perbuatan yang dilarang
dilakukan oleh pelaku usaha. Antara lain, pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau
memperdagangkan barang dan/atau jasa yang:
1. tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyarakatkan dan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
2. tidak sesuai dengan berat bersih, isi bersih atau netto, dan jumlah dalam hitungan
sebagaimana yang dinyatakan dalam label atau etiket barang tersebut.
3. tidak sesuai dengan ukuran, takaran, timbangan, dan jumlah hitungan menurut ukuran yang
sebenarnya.
4. tidak sesuai dengan kondisi, jaminan, keistimewaan, atau kemanjuran sebagaimana
dinyatakan dalam label, etiket, atau keterangan barang dan/atau jasa tersebut.
d) Etika Bisnis di Bidang Teknologi Informasi (Information Technology Ethics)
Salah satu area yang memiliki pertumbuhan masalah etika bisnis paling besar di era 1990-
an sampai awal tahun 2000 adalah bidang teknologi informasi. Hal-hal yang dapat
memunculkan permasalahan etika dalam bidang ini meliputi: serangan terhadap wilayah
privasi seseorang, pengumpulan, penyimpanan, dan akses terhadap informasi usaha
10. terutama melalui transaksi e-commerce, perlindungan hak cipta yang menyangkut
pembuatan software, musik, dan hak kekayaan intelektual.
2.6 Pengertian Profesionalisme
Profesionalisme merupakan komitmen para anggota suatu profesi untuk meningkatkan
kemampuannya secara terus menerus.“Profesionalisme” adalah sebutan yang mengacu kepada
sikap mental dalam bentuk komitmen dari para anggota suatu profesi untuk senantiasa
mewujudkan dan meningkatkan kualitas penyelesaian pekerjaannya sesuai SOP dan biaya yang
telah ditentukan. Setiap manusia dituntut untuk bisa memiliki profesionalisme karena di dalam
profesionalisme tersebut terkandung kepiawaian atau keahlian dalam mengoptimalkan ilmu
pengetahuan, skill, waktu, tenaga, sember daya, serta sebuah strategi pencapaian yang bisa
memuaskan semua bagian/elemen sesuai dengan biaya yang telah ditentukan dalam rencana
anggaran biaya atau RAB. Profesionalisme juga bisa merupakan perpaduan antara kompetensi
dan karakter yang menunjukkan adanya tanggung jawab moral.
Profesionalisme (profesionalisme) ialah sifat-sifat (kemampuan, kemahiran, cara
pelaksanaan sesuatu dan lain-lain) sebagaimana yang sewajarnya terdapat pada atau dilakukan
oleh seorang profesional. Profesionalisme berasal daripada profesion yang bermakna
berhubungan dengan profesion dan memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya,
(KBBI, 1994). Jadi, profesionalisme adalah tingkah laku, kepakaran atau kualitas dari seseorang
yang profesional (Longman, 1987).
Pengertian profesionalisme secara konseptual hanya dapat diterapkan pada jabatan
tertentu misalnya rekayasawan, yang memenuhi sejumlah kriteria. Menurut Martin dan
Schinzinger (dalam Dipohusodo1996) yang memberikan pandangan tentang profesionalisme,
bahwa kriteria umum rekayasawan yang professional adalah:
1. Mencapai standar prestasi dalam pendidikan, kemampuan atau kreativitas bekerja
dalam bidang rekayasa dengan indikator waktu dan anggaran yang telah ditentukan
dalam rencana anggaran biaya.
11. 2. Bersedia menerima tanggung jawab moral terhadap masyarakat, konsumen
pelanggan, sejawat, atasan maupun bawahan sebagai kewajiban profesionalnya
dengan indikator waktu dan biaya penyelesaian yang telah ditentukan.
2.7 Persepektif dalam Mengukur Profesionalisme
Menurut Gilley dan Enggland ada 4 pendekatan yaitu sebagai berikut:
1. Pendekatan berorientasi filosofis
Pendekatan lambang profesional, pendekatan sikap Individu dan kolektif.
2. Pendekatan perkembangan bertahap
Individu (dengan minat bersama) berkumpul, kemudian mengidentifikasian dan
mengadopsi ilmu, untuk membentuk organisasi profesi, dan membuat kesepakatan
persyaratan profesi, serta menentukan kode etik untuk merevisi persyaratan.
3. Pendekatan berorientasi karakteristik
Etika sebagai aturan langkah langkah, pengetahuan yang terorganisasi, keahlian dan
kompentensi khusus, tingkat pendidikan minimal, setifikasi keahlian.
4. Pendekatan berorientasi non tradisional
Mampu melihat dan merumuskan karakteristik unik dan kebutuhan sebuah profesi.
(Arisandi, 2012).
2.8 Bisnis Konstruksi Dengan Etika
Kota Madya Cilegon adalah daerah dengan kawasan industri yang cukup padat dengan
konstruksi bangunan serta electrical, engineering dan instrumentation. Untuk itu ada beberapa
hubungan antara Bisnis konstruksi dan etika, sebagai berikut.
a) Bisnis konstruksi akan mempertaruhkan segalanya
Bisnis konstruksi juga mempertaruhkan nama baik, harga diri dan seluruh kehidupan.
Perusahaan konstruksi yang rusak namanya karena tidak menggunakan etika dalam
melakukan pekerjaannya, akan dimusuhi rekanan lainnya. Karena itu, diperlukan
12. hubungan yang langgeng, bukan untuk memenangkan tender sesaat saja misalnya
dengan menjatuhkan harga di bawah pasar.
b) Bisnis Konstruksi Menyangkut Hubungan Antar manusia
Bisnis konstruksi adalah kegiatan yang tejadi dalam masyarakat, sehingga
membutuhkan ketentuan yang dihormati oleh semua orang, yaitu etika yang
mengandung nilai moral dan education lewat training.
c) Bisnis Konstruksi Adalah Persaingan Yang Bermoral
Bisnis konstruksi yang berhasil adalah bisnis konstruksi yang memperhatikan norma
moral. Sebaliknya, bisnis konstruksi yang tidak menghiraukan etika akan hancur,
yaitu saling mengapresiasi.
d) Bisnis Konstruksi harus Mengikuti Kemauan Masyarakat (klien)
Kebutuhan dan keinginan selalu maju melebihi alat pemenuhan kebutuhan. Oleh
karena itu, bisnis konstruksi harus pula bisa menjawab kebutuhan dan keinginan
masyarakat yang terus meningkat.
e) Bisnis Konstruksi Harus Disertai Kewajiban Moral
Para pengelola perusahaan konstruksi adalah masyarakat dan anggota masyarakat,
dengan hak dan kewajiban serta tanggung jawab moral terhadap masyarakat.
Sehingga perusahaan konstruksi juga akan dituntut mempunyai tanggung jawab dan
kewajiban terhadap masyarakat misal dalam bentuk CSR atau hubungan masyarakat.
f) Bisnis Konstruksi Harus Mengingat Keterbatasan Sumber Daya
Perusahaan konstruksi harus bertanggung jawab untuk tidak sekedar mengeksploitasi
sumber daya untuk kepentingan jangka pendek, tetapi harus memeliharanya untuk
jangka panjang demi kelangsungan perusahaan konstruksi itu sendiri dengan
membuat training atau sertifikasi.
g) Bisnis Konstruksi Harus Menjaga
Lingkungan Sosial Perusahaan konstruksi harus memikirkan kehidupan social
masyarakat, demi kelangsungan hidup perusahaan konstruksi itu sendiri. Bisnis
konstruksi harus ikut mencari pemecahan atas masalah lapangan kerja, kelestarian
alam dan lingkungan social sekitarnya.
h) Bisnis Konstruksi Harus Menjaga Keseimbangan tanggung jawab Sosial
13. Kekuasaan yang terlalu besar dari bisnis konstruksi jika tidak diimbangi dengan
tanggung jawab social yang sebanding, akan menyebabkan bisnis konstruksi tersebut
menjadi kekuatan yang merusak masyarakat.
i) Bisnis Konstruksi Harus Menggali Sumber Daya Berguna
Perusahaan konstruksi yang memiliki tenaga yang terampil, mereka dapat
memberikan sumbangan yang berharga bagi masyarakat melalui berbagai proyek dan
kegiatannya.
j) Bisnis Konstruksi Harus memberi Keuntungan Jangka Panjang
Tanggung jawab social merupakan suatu nilai lebih yang sangat positif bagi
perkembangan dan kelangsungan hidup perusahaan konstruksi. Sehingga akan
tercipta suatu citra yang sangat positif dimata masyarakat mengenai perusahaan
tersebut. Hal ini akan mendatangkan keuntungan jangka panjang yang mungkin untuk
sekarang tidak dapat terbayangkan.
14. BAB 3
METODE PENULISAN
Dalam penelitian ini, teknik pegumpulan data yang digunakan adalah studi pustaka atau
kepustakaan.Teknik ini merupakan cara untuk mengumpulkan data berupa berbagai informasi
atau keterangan, baik berupa teori-teori, generalisasi, maupun konsep yang dikemukakan oleh
para ahli yang terdapat pada buku sumber. Berkaitan dengan itu, Sukardi (2009:38)
mengemukakan bahwa isi studi kepustakaan dapat berbentuk kajian teoretis yang
pembahasannya difokuskan pada informasi sekitar permasalahan penelitian yang hendak
dipecahkan melalui penelitian. Sehubungan dengan pernyataan itu, studi pustaka dalam
penelitian ini dilakukan untuk mengumpulkan teori mengenai etika bisnis dalam perusahaan.
Selain itu, pencarian ilmu dan teori yang berkaitan dengan materi melalui Internet juga.
Metode yang digunakan dalam penulisan ini disampaikan secara diskriptif yang mengacu
pada beberapa sumber pustaka sebagai acuan dan sarana pendukung baik cetak maupun
elektronik yang selanjutnya dikaji secara mendalam.
15. BAB 4
PEMBAHASAN
Dalam hal pembangunan suatu proyek konstruksi agar dapat berjalan dengan baik, selain
diperlukan koordinasi dan kerjasama yang kompak, sebaiknya juga dilandasi dengan etika dan
tujuan yang positif antara unsur unsur pelaksana pembangunan. Unsur unsur pelaksana dalam
proyek konstruksi sangat penting peranannya dan merupakan kunci dalam menggapai
keberhasilan suatu proyek konstruksi.
Bisnis konstruksi yang berhasil adalah bisnis konstruksi yang memperhatikan norma
moral. Sebaliknya, bisnis konstruksi yang tidak menghiraukan etika akan hancur. Dalam arus
semakin canggihnya informasi, segala kecerobohan dan penipuan bisnis konstruksi akan mudah
terungkap dan bisa menjadi tindakan bunuh diri bagi sang pelaku. Oleh sebab itu, pesaingan
dalam bisnis konstruksi adalah pesaingan yang bermoral, persaingan menjaga mutu dan nama
baik, persaingan merebut kepercayaan masyarakat.
Bisnis konstruksi perlu mempertanggungjawabkan keputusan dan tindakannya kepada
pihak ketiga, yaitu masyarakat seluruhnya yang secara tidak langsung terkena akibat dari
keputusan dan tindakanya. Wujud sikap adalah menawarkan pekerjaan atau jasa yang bermutu,
menjaga lingkungan hidup yang bersih dan sehat, dan bertanggung jawab atas kelangsungan
hidup masyarakat hidup seluruhnya. Suatu Konstruksi bangunan akan dapat diselesaikan dengan
mutu, waktu dan biaya yang optimal jika suatu organisasi perusahaan yang bergerak di bidang
konstruksi menerapkan suatu sistem menejemen yang professional. Profesional dalam hal ini
adalah suatu perusahaan telah menerapkan tata cara legalitas seorang pebisnis dalam bekerja di
bidang konstrukisi, baik di bidang perencanaan, pelaksanaan, maupun di pengawasan. Selain itu
seorang yang frosesional juga harus mempunyai keahlian khusus di bidang tertentu dalam
lingkup konstruksi.
Dalam bisnis konstruksi harus tegas dan jelas adanya keseimbangan antara perencanaan
ditingkat nasional dan desentralisasi dalam pelaksanaan kebijaksanaan di daerah-daerah untuk
mencapai keadilan ekonomi dan keadilan sosial. Dalam Keppres 16 tahun 1994 disebutkan
dengan adanya kualifikasi bagi setiap rekanan yang terlibat dalam pengadaan barang dan jasa
16. milik pemerintah, yang dibedakan menurut kemampuan teknis yang dipunyai, besarnya nilai
proyek, dan wilayah operasinya.
Penggerak dari suatu bisnis konstruksi supaya dapat berjalan adalah sumber daya
manusia dan alat yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Sumber daya yang di miliki haruslah
memenuhi standar kerja agar pencapaian hasil yang maksimal. Selain itu pengelolaan sumber
daya juga harus tepat, guna menghindari kesalahan-kesalahan yang bisa terjadi. Berikut aspek-
aspek yang ada dalam pengelolaan sumber daya:
1. Kinerja Mutu
Untuk meminpin dan mengoprasikan perusahaan perlu dilakukan pengelolaan secara
sistematis dan dengan cara yang dapat di buktikan. Kesuksesan perusahaan diperoleh dari
adanya penerapan dan pemeliharaan sestem manajemen mutu dengan melakukan
peningkatan kinerja perusahaan secara efektif dan efisien. Perusahaan juga haru membuat
mendokumentasikan, menerapkan, dan memelihara sistem manajemen mutu dan
melakukan peningkatan berkelanjutan secara efektif sesuai dengan persyaratan.
2. Biaya
Aspek pengendalian memegang peranan yang penting dimana penggunaan biaya harus
diperhitungkan sebaik mungkin. agar tercapainya sasaran yaitu efektif dan efiseien.
3. Waktu
Pencapaian waktu yang tepat akan sangat berpengaruh pada besarnya biaya yang akan
diperlukan, semakin singkat waktu yang di capai maka sasaran efektief dan efisien sudah
dapat tercapai.
Penerapan etika dan profesionalisme dalam bisnis konstruksi di Indonesia masih lemah.
Sikap kekeluargaan yang masih begitu kuat dalam budaya-budaya kesukuan tertentu di Indonesia
dapat menjadi penghambat penerapan etika bisnis. Selain itu kebijakan pemerintah Indonesia
yang tidak tepat sebagai regulator dalam sistem perekonomian nasional juga sangat
mempengaruhi penerapan etika bisnis di indonesia. Untuk tingkatan perusahaan di Indonesia,
juga masih banyak terjadi pelanggaran-pelanggaran etika bisnis. Dalam kaitannya dengan
kewajiban beretika dalam dunia bisnis, terdapat sedikitnya tiga pihak yang seharusnya beretika,
yaitu pebisnis, pemerintah dan konsumen atau pelanggan serta masyarakat yang secara langsung
17. maupun tidak langsung ikut terjaring dalam sebuah proses bisnis. Berikut adalah faktor-faktor
yang berpengaruh terhadap etika bisnis:
1. Lingkungan Bisnis
Eksekutif perusahaan diharapkan harus mengejar kuota penjualan, menekan ongkos-
ongkos, peningkatan efisiensi. Selain itu juga perusahaan di peruntukan untuk
menstabilitaskan bisnis yang berjalan di Negara untuk ikut serta membangun ekonomi
Negara.
2. Organisasi
Anggota organisasi harus saling mempengaruhi satu dengan yang lain (proses
interaksi),misalnya masalah upah, jam kerja maksimum.
3. Individu
Individu yang memiliki tanggung jawab moral terhadap hasil pekerjaannya, memiliki
filosofi moral dan beriteraksi dengan sesama akan berperilaku etis.
Contoh-contoh pelanggaran etika dalam bisnis konstruksi (Ramadian Dennis, 2010) yaitu
sebagai berikut:
Suatu pelanggaran etika bisnis yang sering terjadi di kota-kota besar yaitu pelanggaran
terhadap prinsip kejujuran. Seringkali seseorang atau perusahaan tidak mementingkan kejujuran
dalam berbisnis. Salah satu contohnya yaitu yang terjadi di daerah Jakarta. Sebuah perusahaan
pengembang bisnis perumahan ingin melakukan pembangunan di suatu daerah yang telah
direncanakan selama satu tahun sebelumnya. Perusahaan pengembang ini melakukan
kesepakatan dengan suatu perusahaan kontraktor dalam pembangunan peumahan tersebut. Di
dalam kesepakatan itu telah berisi hal-hal yang menyangkut perjanjian-perjanjian yang harus
dipenuhi oleh kedua belah pihak. Salah satunya adalah masalah speseifikasi bangunan yang
diinginkan oleh perusahaan pengembang yang harus dipenuhi oleh perusahaan kontraktor.
Pembangunan dimulai oleh perusahaan kontraktor dengan waktu yang telah disepakati. Selama
proses pembangunan, tidak terdapat kendala yang cukup berat.
Namun, saat pembangunan selesai dilakukan perusahaan pengembang merasa ada yang
tidak beres dengan spesifikasi bangunan yang dibangun. Karena selang beberapa bulan kondisi
bangunan sudah mengalami kerusakan serius. Perusahaan pengembang merasa bangunan yang
18. sedang dibuat tidak sesuai dengan kesepakatan yang telah dibuat dengan perusahaan kontraktor.
Setelah melakukan investigasi, akhirnya perusahaan pengembang menemukan bukti atas
pelanggaran etika yang dilakukan oleh perusahaan kontraktor mitra bisnisnya. Perusahaan
kontraktor melakukan penurunan kualitas spesifikasi bangunan tanpa sepengetahuan perusahaan
pengembang. Perusahaan pengembang langsung melaporkan perusahaan kontraktor ke
pengadilan. Dalam kasus ini pihak perusahaan kontraktor dapat dikatakan telah melanggar
prinsip kejujuran karena tidak memenuhi spesifikasi bangunan yang telah disepakati bersama
dengan perusahaan pengembang.
19. BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Etika Bisnis merupakan studi yang dikhususkan mengenai moral yang benar dan yang
salah. Studi ini berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana diterapkan dalam kebijakan,
institusi, dan perilaku bisnis. Etika bisnis juga menjelaskan standar-standar nilai yang menjadi
pedoman atau acuan manajer dan segenap karyawan dalam pengambilan keputusan dan
mengoperasikan bisnis yang etik.
Dalam etika bisnis berlaku prinsip-prinsip yang seharusnya dipatuhi oleh para pelaku
bisnis. Prinsip dimaksud adalah : Prinsip Otonomi, yaitu kemampuan mengambil keputusan dan
bertindak berdasarkan kesadaran tentang apa yang baik untuk dilakukan dan bertanggung jawab
secara moral atas keputusan yang diambil. Prinsip Kejujuran, bisnis tidak akan bertahan lama
apabila tidak berlandaskan kejujuran karena kejujuran merupakan kunci keberhasilan suatu
bisnis (misal, kejujuran dalam pelaksanaan kontrak, kejujuran terhadap konsumen, kejujuran
dalam hubungan kerja dan lain-lain). Prinsip Keadilan, bahwa tiap orang dalam berbisnis harus
mendapat perlakuan yang sesuai dengan haknya masing-masing, artinya tidak ada yang boleh
dirugikan haknya. Prinsip Saling Mengutungkan, agar semua pihak berusaha untuk saling
menguntungkan, demikian pula untuk berbisnis yang kompetitif. Prinsip Integritas Moral, prinsip
ini merupakan dasar dalam berbisnis dimana para pelaku bisnis dalam menjalankan usaha bisnis
mereka harus menjaga nama baik perusahaan agar tetap dipercaya dan merupakan perusahaan
terbaik. Etika profesi Berkaitan dengan bidang pekerjaan yang telah dilakukan seseorang
sehingga sangatlah perlu untuk menjaga profesi dikalangan masyarakat atau terhadap konsumen
(klien atau objek).
Dari uraian penjelasan makalah ini dapat disimpulkan bahwa akan pentingnya
menjalankan suatu pekerjaan secara professional sesuai dengan kompetensi profesi yang kita
miliki, sehingga tercipta suasana profesionalitas dalam sebuah organisasi/perusahaan.
20. 5.2 Saran
Sebaiknya Perusahaan memperhatikan hal-hal yang akan membuat perusahaan tersebut
lebih berkembang dan bertahan lama, seperti yang telah disebutkan di atas. Kemudian
perusahaan juga bisa menggunakan prinsip-prinsip Good Corporate Governance mengenai
penerapan Etika Bisnis atau sepuluh prinsip di dalam menerapkan etika bisnis yang positif. Pada
dasarnya kedua prinsip ini sama-sama menuntun para pekerja yang ada di dalam perusahaan
untuk beretika bisnis yang baik dan sehat. Karena hal tersebut menjadi kunci bagi suatu
perusahaan untuk membuatnya berdiri kokoh dan tahan terhadap segala macam serangan
ketidakstabilan ekonomi.
Menurut kami, sudah seharusnya perusahaan menerapkan etika bisnis yang baik dan
profesional, hal ini dikarenakan agar tidak terjadinya kejahatan seperti kasus diatas juga untuk
menerapkan kinerja yang baik, terarah dan optimal. Etika bisnis dan etika profesional tidak
hanya berupa teori saja, namun yang terpenting adalah bagaimana mengaplikasikannya di dunia
nyata terutama di dunia kerja.
21. Daftar Pustaka
Andy Kirana, M.S.A. 1996. Etika Bisnis Konstruksi. Kanisius.Yogyakarta.
Brooks, Leonard J. 2007. Etika Bisnis & Profesi, Edisi 5. Penerbit Salemba Empat
http://alfianmuzaki.blogspot.com/2014/10/pengertian-etika-profesi-etika-profesi.html diakses
pada tanggl 13 Desember 2017 pukul 10.02
http://rusman-buru.blogspot.com/2012/06/makalah-etika-profesi-seorang-insinyur.html diakses
pada tanggl 13 Desember 2017 pukul 10.20
http://fekool.blogspot.co.id/2016/05/corporate-governance-etika-bisnis-dan.html diakses pada
tanggl 13 Desember 2017 pukul 11.14
http://repository.warmadewa.ac.id/21/1/163-315-1-SM.pdf diakses pada tanggl 13 Desember
2017 pukul 15.34
Ramadian Dennis.2010. Contoh Pelanggaran Etika Bisnis, (Online) dennisramadian.
blogspot.com/ 2010_11_01_archive.html