Makalah ini membahas tentang kontrol konsumsi media pada anak-anak di Indonesia khususnya media layar kaca. Media layar kaca memiliki dampak positif dan negatif bagi anak, namun dampak negatif lebih dominan. Anak rentan terpengaruh oleh media layar kaca karena belum bisa berpikir kritis. Orang tua perlu mengontrol konsumsi media anak melalui diet media dan pendampingan untuk mengurangi dampak negatifnya.
1. UNIVERSITAS INDONESIA
KONTROL KONSUMSI MEDIA PADA ANAK-ANAK DI INDONESIA
DALAM MENGHADAPI DAMPAK NEGATIF MEDIA LAYAR KACA
MAKALAH NON-SEMINAR
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial
ALVIN AGUSTINO SAPUTRA
1006664804
PROGRAM SARJANA REGULER
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
PEMINATAN INDUSTRI KREATIF PENYIARAN
DEPOK
JANUARI 2014
5. KONTROL KONSUMSI MEDIA PADA ANAK-ANAK DI INDONESIA
DALAM MENGHADAPI DAMPAK NEGATIF MEDIA
LAYAR KACA
Alvin Agustino Saputra
1. Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Indonesia, Depok, 16436, Indonesia
e-mail: alvin_choco11@yahoo.com
Abstrak
Makalah ini membahas keterkaitan hubungan antara media layar kaca dan anak serta pemecahan
masalah mengenai bentuk pengawasan yang digunakan sebagai kontrol konsumsi media layar kaca pada anak.
Perkembangan teknologi, informasi, dan komunikasi di era digital telah membuat akses anak-anak terhadap
media layar kaca semakin besar sehingga tidak adanya pengawasan bagi konsumsi media layar kaca mereka.
Tidak semua media layar kaca menyajikan hal yang pantas dan baik untuk dikonsumsi oleh anak. Media layar
kaca sebenarnya mempunyai muatan-muatan yang dapat memberikan dampak negatif berbahaya bagi anak.
Penulis memperoleh informasi bahwa diet media dan pendampingan orang tua dapat menjadi bentuk
pengawasan untuk konsumsi media layar kaca yang berlebihan pada anak-anak di Indonesia mengingat adanya
bahaya yang mengancam dari media layar kaca. Kita juga dapat menyadari betapa pentingnya peran orang tua
untuk meluangkan sedikit waktunya untuk menemani anak mereka pada saat anak mengkonsumsi media layar
kaca dan memberikan dukungan pada anak untuk menerapkan diet media.
Kata Kunci:
anak-anak; diet media; konsumsi media; media layar kaca; pendampingan orang tua
CONTROL OF MEDIA CONSUMPTION FOR INDONESIAN CHILDREN
AGAINST NEGATIVE IMPACT OF SCREEN MEDIA
Abstract
This paper discusses the relationship between screen media and children as well as solving the problem
of monitoring form that used as control of screen media consumption on children. The development of
technology, information, and communication in digital era has made larger access for children to screen media
so there is no surveillance for their screen media consumption. Not all screen media presents appropriate and
good things consumed by children. Actually, screen media has contents that can give dangerous negative effect
for children. The writer gathered the information that media diet and parental mediation can be monitoring form
for excessively screen media consumption on Indonesian children considering there is a danger which threaten
the children from screen media. From this paper, we can also realize how important the role of parents to have
quality time with children when their children consume screen media and give a support for them to do media
diet.
Keywords:
children; media diet; media consumption; screen media; parental mediation
v
6. Pendahuluan
Pertumbuhan media di Indonesia telah banyak mengalami perkembangan selama
lebih dari beberapa dekade terakhir. Indonesia merupakan salah satu negara yang tinggal
dalam era digital yang mengharuskannya terlibat dalam perubahan proses pemahaman dan
penguasaan media seiring dengan perkembangan teknologi, informasi, serta ilmu
pengetahuan yang sangat cepat. Selama kurun waktu tersebut, pertumbuhan media di
Indonesia menunjukkan bagaimana media sangat terintegrasi dengan kehidupan masyarakat
Indonesia di mana media seakan-akan telah menjadi bagian dari hidup masyarakat Indonesia
dan mereka tidak dapat dipisahkan dari media. Perkembangan teknologi, informasi, dan ilmu
pengetahuan di era digital tidak hanya dapat mempengaruhi media itu sendiri, tetapi juga
mempengaruhi konsumsi masyarakat terhadap media. Konsumsi media pada masyarakat di
era digital lebih mengacu kepada konsumsi media layar kaca sebagai tren media bagi
masyarakat. Media layar kaca beserta muatannya ternyata memberikan dampak yang sangat
besar bagi masyarakat sebagai konsumennya, khususnya bagi anak-anak. Melalui makalah
ini, penulis ingin mengetahui mengapa media layar kaca sangat menarik bagi anak dan
memberikan solusi bagaimana mengontrol konsumsi media layar kaca pada anak dengan diet
media dan pendampingan orang tua mengingat adanya bahaya dari media layar kaca tersebut.
Pada awalnya, anak-anak menjadi subjek yang sering dianggap tidak terlalu penting
dalam wacana publik karena hampir semua orang pernah mengalami masa anak-anak dan
pernah berinteraksi dengan anak. Setiap orang tua merasa mengenal anak dan masa anakanak dengan baik dan benar karena alasan itu. Tetapi, dengan banyaknya perbedaan
pandangan, pengalaman, dan kompleksitas yang terjadi mengenai anak dan masa anak-anak
membuat isu mengenai anak menjadi mendapat perhatian dan menarik untuk dibahas.
Apalagi, jika isu anak ini terkait dengan media dan pengaruhnya pada anak karena akan
membuat masalah menjadi lebih kompleks. Setiap orang tua yang mulai menyadari beragam
media yang tersedia dalam kehidupan anak mereka, juga mulai mencemaskan dampak yang
dapat ditimbulkan akibat hubungan yang terjadi antara anak mereka dengan media tersebut.
Tidak dapat disangkal lagi bahwa media dianggap telah menjadi bagian dari
keseharian dalam hidup anak sehingga sulit untuk memisahkan anak-anak dari media. Media
dapat diibaratkan dua sisi mata uang yang tidak terpisahkan satu dengan yang lainnya. Di
satu sisi, media dapat bermuatan positif yang bersifat prososial, namun di sisi lainnya media
dapat bermuatan negatif yang bersifat antisosial. Pada sisinya yang positif, media dapat
memberikan kemudahan akses bagi anak-anak untuk memperoleh informasi, mengasah
1
7. kecerdasan, dan mengisi keingintahuan mereka yang besar melalui acara pendidikan dan
informasi di televisi, situs-situs pendidikan di internet, film-film yang menghibur, atau
videogame yang sehat bagi anak. Pada saat yang sama, akses yang lebih besar ini juga
meningkatkan resiko anak-anak terancam bahaya dan terkena bahaya laten dari sisi negatif
yang dimiliki oleh media itu sendiri. Media menjadi destruktif dengan menampilkan muatanmuatan dalam tayangan atau konten di media layar kaca tersebut yang tidak pantas
dikonsumsi untuk anak-anak, seperti menampilkan sisi kekerasan, pornografi, horor, dan lain
sebagainya. Disadari atau tidak, sisi negatif inilah yang lebih dominan memberikan pengaruh
yang besar bagi anak-anak. Ditambah lagi, anak-anak merupakan sasaran yang paling mudah
atau rentan terpengaruh dengan apa yang disajikan oleh media layar kaca tersebut. Media
layar kaca akan mempengaruhi anak sehingga anak akan menerima informasi dari media
tersebut mentah-mentah, menyerap apapun tawaran dari media tersebut karena mereka tidak
dapat berpikir secara kritis dan tidak memiliki kemampuan untuk menentukan pilihan bagi
dirinya sendiri.
Permasalahan yang terjadi adalah peran orang tua seharusnya menjadi hal yang sangat
penting dalam memberikan dan mengarahkan anak mereka dalam mengkonsumsi media,
khususnya konsumsi media layar kaca yang nantinya dapat dijadikan tolak ukur
perkembangan anak di masa yang akan datang. Selain itu, adanya akses yang besar bagi anak
terhadap media yang membuat konsumsi media pada anak menjadi berlebihan sehingga hal
ini seharusnya mengundang keprihatinan para orang tua mengingat adanya bahaya yang
dapat ditimbulkan dari dampak negatif media tersebut. Rasa keingintahuan anak-anak yang
besar terhadap media layar kaca membuat mereka dapat menghabiskan waktu berlama-lama
di depan layar kaca tersebut dan mengabaikan banyak hal lainnya. Padahal, kondisi fisik,
sosial, dan mental anak dapat memburuk hanya karena terlalu banyak mengkonsumsi media
layar kaca. Pada kenyataannya, hal ini menjadi wacana yang menarik karena realitas dalam
kehidupan masyarakat di Indonesia menunjukkan masih kurangnya kesadaran media yang
dimiliki oleh masyarakat dan banyaknya penyalahgunaan penerapan media sehingga
kurangnya pengawasan terhadap konsumsi terhadap media, terutama pada anak-anak.
Makalah ini ingin mencoba untuk memahami lebih mendalam keterkaitan hubungan
antara media layar kaca dan anak serta menawarkan solusi mengenai bentuk pengawasan
yang digunakan sebagai kontrol konsumsi media pada anak. Perlu adanya dukungan secara
aman melalui kontrol konsumsi media terhadap kebebasan mengakses atau mengkonsumsi
media bagi anak-anak di Indonesia. Tiga hal penting akan dibahas dalam makalah ini terkait
dengan konsumsi media layar kaca pada anak. Pertama, apa yang membuat media layar kaca
2
8. dapat menarik perhatian anak-anak. Kedua, dampak negatif media layar kaca yang diperoleh
anak dengan menghabiskan sebagian besar waktunya berlama-lama di depan layar kaca
terhadap perkembangan dan perilaku dalam kehidupan anak. Ketiga, alternatif atau solusi
yang dapat dilakukan bagi para orang tua dan publik yang peduli terhadap dampak media
bagi anak mereka melalui diet media dan pendampingan orang tua (parental mediation)
sebagai kontrol konsumsi media layar kaca pada anak. Dengan begitu, konsumsi media layar
kaca pada anak dapat dikontrol dan diharapkan anak dengan dukungan oleh orang tua mereka
dapat menyeimbangkan konsumsi media layar kaca pada anak mengingat bahaya yang dapat
ditimbulkan media layar kaca tersebut.
Tinjauan Literatur
Secara umum, media yang kita kenal dapat terbagi menjadi dua bagian, yaitu media
cetak dan media elektronik. Media cetak ini mencakup surat kabar, buku, majalah, buletin,
dan lain sebagainya. Media cetak dapat dikatakan tidak terlalu berkembang di era digital. Hal
tersebut dikarenakan media cetak dianggap sebagian orang sebagai media konvensional yang
secara tidak langsung memaksa konsumennya untuk menikmati teks dalam media tersebut
satu per satu dari awal hingga akhir. Tingginya biaya cetak, sirkulasi yang semakin merosot,
dan adanya perkembangan teknologi membuat eksistensi media cetak semakin menurun.
Sedangkan, media elektronik yang mencakup televisi, komputer, laptop, internet, mobile
phone, tablet, permainan elektronik, iPad, dan lain sebagainya dapat memberikan kemudahan
dan fleksibilitas yang dimungkinkan karena adanya teknologi digital. Sebenarnya, kita juga
tidak mengetahui sampai sejauh mana eksistensi media cetak akan berjalan, sementara media
elektronik terus berkembang di era digital (Sembiring, 2013).
Terkait dengan media elektronik, ada satu istilah yang dapat digunakan untuk televisi,
komputer, laptop, mobile phone, tablet, dan perangkat elektronik lain dengan menyebutnya
sebagai media layar kaca. Media layar kaca dapat berarti memposisikan kegiatan yang
menggunakan sejumlah media elektronik sebagai satu kesatuan. Media elektronik ini dapat
dikategorikan ke dalam satu bagian dengan karakteristik yang hampir sama. Karakteristik
yang sama tersebut adalah aktivitas mengkonsumsi media layar kaca cenderung merupakan
aktivitas yang pasif dan adanya pembatasan imajinasi anak oleh citra atau visualisasi yang
ditampilkan di layar kaca (Orange & O’Flynn, 2007). Selain itu, adanya penggabungan atau
konvergensi yang berlaku pada media layar kaca di mana media-media elektronik dapat
berintegrasi dengan fungsi dan karakteristik yang dimiliki masing-masing media elektronik
3
9. tersebut. Sejauh pemahaman penulis, istilah media layar kaca ini digunakan pada sebagian
besar media elektronik karena secara fisik media-media ini memang berbahan dasar utama
yang terbuat dari kaca sebagai pembatas antara media berlayar kaca itu sendiri dengan orang
banyak sebagai konsumennya. Lebih jauh lagi, layar kaca itu sendiri dapat menjadi batasan
antara konsumen yang berada di dunia nyata dan media yang di dalamnya adalah dunia
virtual.
Sekarang, media layar kaca semakin banyak dikonsumsi masyarakat, terutama anakanak dan menjadi tren yang akan terus berlangsung di masa yang akan datang. Seperti yang
ditampilkan dalam video A Day Made of Glass oleh Corning Incorporated di mana video ini
menyajikan gambaran masa depan sebagai dunia yang isinya akan didominasi oleh adanya
permukaan layar kaca tipis interaktif yang dapat ditemukan di mana pun di kehidupan kita
dan dijadikan sebagai media komunikasi (Walbarkah, 2012). Layar kaca memang dapat
dianggap sebagai hiburan yang menyenangkan dan nyaman untuk anak-anak. Tetapi, apa
yang ditampilkan media layar kaca pada saat yang sama dapat menjadi sesuatu bersifat
adiktif bagi anak-anak dan hal ini tentunya sangat berbahaya sehingga konsumsi media layar
kaca pada anak perlu dikontrol secara aman.
Konteks Penulisan
Konsumsi Media Layar Kaca pada Anak-Anak di Indonesia
Era digital telah mengubah cara masyarakat Indonesia berinteraksi dengan media dan
segala jenis muatannya. Masyarakat Indonesia dapat dikatakan merupakan masyarakat
konsumsi yang menjadikannya hanya berposisi sebagai obyek atau sasaran dari media di
mana masyarakat tidak mempunyai karakter kemandirian dalam mengolah dampak yang
ditimbulkan oleh media tersebut. Hal ini dapat disebabkan beberapa hal, antara lain kapasitas
masyarakat dalam mengolah media tidak proporsional dengan daya konsumsi media mereka,
adanya hasrat yang besar akan kebutuhan konsumsi media sehingga menimbulkan
ketergantungan yang tinggi pada media, daya baca masyarakat yang masih kurang, dan
rendahnya literasi media yang dimiliki masyarakat Indonesia (Wirodono, 2006). Mediamedia yang dikonsumsi sebagian besar masyarakat Indonesia bukanlah media konvensional
seperti radio, koran, majalah, buku, atau film, tetapi mengalami pergeseran dan lebih
didominasi
oleh
media-media
layar
kaca,
seperti
televisi,
alat
pemutar
musik
(MP3/CD/DVD), alat pemutar video (VCD/DVD), game player (konsol/handheld), komputer
(PC/laptop), koneksi internet, dan mobile phone. Menurut data dari Nielsen pada tahun 2012,
4
10. pertumbuhan konsumsi media masyarakat di Indonesia untuk televisi sebesar 94 %, mobile
phone sebesar 60 %, internet sebesar 29 %, radio sebesar 25 %, surat kabar sebesar 13 %,
film sebesar 13%, tabloid sebesar 7 %, dan majalah sebesar 6 %. Dapat dilihat dari hasil data
tersebut yang menunjukkan televisi masih menduduki tempat utama dari konsumsi
masyarakat di antara media lainnya (Rasyid, 2013).
Kita dapat mengatakan bahwa masyarakat Indonesia banyak mengkonsumsi mediamedia layar kaca tersebut. Dalam masyarakat, sasaran yang paling mudah diincar oleh media
adalah anak-anak untuk mengkonsumsi media tanpa pikir panjang karena pola pikir anakanak yang masih belum matang untuk berpikir secara kritis terhadap apa yang disajikan oleh
media yang dikonsumsinya. Hal ini juga didukung dengan adanya fakta bahwa 30% dari 250
juta penduduk Indonesia adalah anak-anak berusia di bawah 15 tahun dan berdasarkan sensus
penduduk yang dilakukan tahun 2010 dikatakan bahwa jumlah anak berusia di bawah lima
tahun mencapai 22.678.702 jiwa sehingga tidak mengejutkan lagi jika anak-anak dianggap
sebagai pasar yang potensial bagi industri media dalam hal mengkonsumsi media. Jumlah
anak-anak yang cukup banyak ini tentunya akan meningkatkan konsumsi media pada anak di
Indonesia pula.
Konsumsi media pada anak mempunyai kaitan dengan kepemilikan media dan
dukungan lingkungan media yang memadai, terutama media-media yang ada di dalam rumah.
Sebagian besar media yang dimiliki oleh anak-anak di Indonesia adalah media-media layar
kaca. Ada beberapa media layar kaca yang biasa dimiliki oleh anak-anak di rumah, antara
lain televisi, mobile phone, alat pemutar video (VCD/DVD), game player, dan komputer
(PC/laptop) termasuk koneksi internet. Sebuah hasil penelitian menunjukkan bahwa
kepemilikan media yang dimiliki oleh anak di rumah, antara lain mobile phone (90 %),
televisi (98 %), game player (62%), alat pemutar video (VCD/DVD) (80 %), komputer (59
%), dan koneksi internet (28 %). Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat dilihat bahwa
media layar kaca yang paling banyak dimiliki anak-anak di rumah adalah televisi
(Hendriyani, 2013). Televisi menjadi media yang dominan dimiliki karena memang
kemunculannya yang lebih dulu dibandingkan dengan media-media layar kaca lainnya dan
kemudahannya dalam berintegrasi dengan media-media lainnya. Kebanyakan anak-anak ini
juga mempunyai media-media layar kaca ini dan mengkombinasikannya karena adanya
lingkungan media yang mendukung.
Konsumsi media pada anak ingin menunjukkan estimasi berapa banyak waktu yang
dihabiskan anak untuk mengkonsumsi media dalam hitungan menit atau jam dalam satu
minggu. Anak-anak dapat dikatakan banyak menghabiskan waktu dengan media setiap
5
11. harinya. Waktu yang biasanya digunakan oleh anak-anak adalah hari biasa setelah pulang
sekolah (Senin-Sabtu) dan akan terus meningkat intensitas atau frekuensinya di akhir pekan
atau hari libur (Minggu). Fakta menyatakan bahwa rata-rata anak-anak Indonesia (berumur 5
- 15 tahun) menonton televisi 5,5 jam per hari di hari biasa dan 7,4 jam di hari libur, bermain
dengan games elektronik 2,4 jam per hari di hari biasa dan 4,1 jam di hari libur, akses ke
internet 1,9 jam per hari pada hari biasa dan 3,1 jam pada hari libur, serta 62,4 %
menggunakan komputer (Hendriyani, 2013). Selain itu, media layar kaca lainnya, seperti
penggunaan mobile phone oleh anak-anak dapat disesuaikan dengan kebutuhan anak tersebut
(dipakai untuk kirim pesan, telpon, instant messaging, atau hal lainnya) sehingga waktunya
dapat bersifat fleksibel dan konsumsi VCD/DVD melalui alat pemutar video lebih
disesuaikan dengan durasi film yang ditonton oleh anak tersebut. Studi lebih lanjut
menyatakan bahwa sebagian besar anak-anak mengkonsumsi media-media layar kaca ini
untuk mendapatkan hiburan, mengerjakan tugas dari sekolah, memperoleh informasi,
menyalurkan hobi mereka, berkirim pesan, membaca berita, mendengarkan musik, dan lain
sebagainya.
Televisi sebagai Media Layar Kaca Dominan
Secara jelas, dari hasil penelitian yang telah dijelaskan di atas dapat dilihat bahwa
media yang paling banyak dikonsumsi oleh anak-anak adalah televisi dan setelah itu baru
diikuti media-media layar kaca lainnya. Hal ini didukung oleh studi yang dilakukan oleh
Yayasan Pengembangan Media Anak (YPMA), pemerintah Indonesia, dan dukungan dari
UNICEF menemukan bahwa rata-rata anak-anak Indonesia menonton televisi hingga 45 jam
acara televisi per minggunya (Kearney, 2010). Studi lanjutan oleh YPMA menyatakan bahwa
pada tahun 2002 – 2006 terjadi peningkatan jumlah jam menonton tayangan televisi pada
anak Indonesia sebesar 28,57 % - 33,33 % (Sarjono, 2009). Hasil yang sangat baik, tetapi
sekaligus juga dapat mengkhawatirkan bagi sejumlah pihak yang peduli terhadap konsumsi
media pada anak di Indonesia. Angka 45 jam per minggu berarti sama dengan 2340 jam per
tahun, padahal jam belajar anak sekolah dasar menurut United Nations Education, Scientific,
and Cultural Organization (UNESCO) tidak melebihi dari 1000 jam per tahun. Jika melihat
perbandingan jumlah jam menonton televisi dengan jumlah jam belajar di sekolah, maka
akan timbul kekhawatiran jika proses pembentukan pola pikir, karakter, dan perilaku anak
justru akan lebih banyak terbentuk melalui tayangan acara dari televisi.
6
12. Televisi masih menjadi media layar kaca utama bagi anak-anak di Indonesia. Hal ini
dapat disebabkan harga televisi yang paling murah dibandingkan dengan media layar kaca
lainnya, ketersediaan televisi yang cukup banyak sehingga adanya kemudahan dalam
memperolehnya di rumah, dan fungsinya yang fleksibel karena dapat sambil melakukan
aktivitas lainnya. Selain itu, sejak kemunculan dan kemudahan televisi tersedianya dalam
rumah membuatnya menjadi sangat akrab dengan anggota keluarga, khususnya anak-anak.
Banyaknya jumlah program tayangan televisi yang ditayangkan dan dikemas secara menarik
untuk anak-anak sehingga mereka tidak bosan untuk berlama-lama menonton di depan layar
kaca televisi tersebut. Mata anak-anak ini seakan-akan dihipnotis dan dimanjakan dengan
sajian konten-konten tayangan program televisi karena memang televisi dapat dikatakan
sebagai media yang mengkombinasikan teks, audio, dan video menjadi satu kesatuan
sekaligus. Oleh karena itu, bukan hal yang aneh lagi jika banyaknya hasil penelitian atau
studi kajian yang menyatakan bahwa televisi selalu menempati urutan pertama atau paling
mendominasi dibandingkan media layar kaca lainnya dalam hal konsumsi media pada anak di
Indonesia.
Menurut penelitian-penelitian dan kajian lanjutan mengenai perkembangan media
yang akan terjadi di masa mendatang, posisi televisi sebagai media layar kaca yang paling
utama dikonsumsi anak dapat digantikan dengan media layar kaca lainnya, seperti mobile
phone dan internet. Adanya fungsi yang terintegrasi dibandingkan dengan televisi, seperti
bertelepon, mengirim pesan, mengambil gambar atau video melalui kamera, mengunduh dan
mengunggah file, akses ke situs-situs, membaca, mendengarkan musik, bermain permainan,
serta bahkan menonton secara streaming layaknya menonton televisi seperti biasa. Fungsifungsi yang lebih canggih inilah nantinya akan membuat kedua jenis media ini meningkat
semakin pesat perkembangannya, sementara televisi akan konstan atau bahkan menurun
perkembangannya. Pada akhirnya, hal ini juga akan memberikan perubahan terhadap
lingkungan media, kepemilikan media di dalam rumah, dan pola konsumsi media pada anakanak di Indonesia.
Pembahasan
Ketertarikan Anak-Anak terhadap Media Layar Kaca
Anak-anak sekarang pada era digital adalah anak-anak yang sejak lahir telah terbiasa
dengan kehadiran media layar kaca, seperti televisi, mobile phone, tablet, iPad, alat pemutar
video (VCD/DVD), game player, dan komputer (PC/laptop) termasuk koneksi internet
7
13. sehingga seakan-akan membuat media-media tersebut “mengepung” anak. Kehadiran media
layar kaca tersebut bukanlah sesuatu hal yang asing lagi bagi anak-anak sehingga muncul
koneksi yang kuat diantara keduanya. Hubungan yang terjadi antara media layar kaca dan
anak terlihat sangat dekat dalam sebuah lingkungan media yang memadai. Dengan kata lain,
anak-anak tidak dapat dipisahkan dari media layar kaca karena tinggal dan hidup dalam
lingkungan media tersebut yang mengelilingi mereka. Media layar kaca dianggap mempunyai
kekuatan dan daya tarik yang sangat besar bagi anak-anak sehingga membuat mereka lebih
memilih mengkonsumsi media layar kaca dibanding dengan media lainnya.
Salah satu hal yang dapat membuat media layar kaca menarik bagi anak adalah media
layar kaca sebagai media audiovisual memanjakan indera anak yang mengkonsumsinya
dengan suara beraneka ragam dan gambar bergerak yang indah serta menarik. Anak-anak
dengan tingkat pemahamannya menjadi percaya dan menyadari adanya dunia yang seakanakan merepresentasikan kehidupan nyata di balik media layar kaca yang dikonsumsinya.
Rasa keingintahuan anak yang besar akan sesuatu juga akan terpenuhi dengan mengkonsumsi
media layar kaca karena banyaknya informasi yang tersedia dan mudah untuk diperoleh
secara langsung. Hal ini tentunya juga membuat anak menjadi lebih tahan berlama-lama
mengkonsumsi media layar kaca tersebut. Konsumsi media layar kaca yang terlalu lama akan
membuat anak menghabiskan sebagian besar waktunya tanpa melakukan hal atau kegiatan
lain dalam kehidupannya.
Selain itu, hal yang menarik dari media layar kaca lainnya adalah media layar kaca
dapat menjadi media menghibur yang hebat dan menghilangkan rasa kebosanan bagi anakanak karena kemungkinan untuk timbulnya rasa bosan telah menjadi hal yang menakutkan
bagi sebagian besar anak (Orange & O’Flynn, 2007). Adanya keberagaman pilihan dan
fleksibilitas yang ditampilkan dalam hal hiburan pada media layar kaca dibandingkan dengan
apa yang diberikan media konvensional bagi anak. Apa yang ditampilkan dalam media layar
kaca juga tidak membutuhkan anak untuk berpikir terlalu keras dibanding ketika anak
mengkonsumsi media konvensional yang hanya berisi teks dan perlu pemahaman yang
mendalam. Ditambah lagi, dengan adanya repetisi atau pengulangan dalam konten mengenai
suatu hal yang ditampilkan dalam media layar kaca dapat meningkatkan pembelajaran dan
pemahaman bagi anak-anak terhadap sesuatu (Kirkorian, Wartella, & Anderson, 2008).
Semua hal ini ingin menjelaskan pemahaman secara komprehensif mengenai alasan kuatnya
daya tarik media layar kaca terhadap anak-anak dan mencerminkan betapa pentingnya media
layar kaca dalam kehidupan anak.
8
14. Bahaya Konsumsi Media Layar Kaca pada Anak-Anak
Kemajuan media yang diiringi dengan adanya perkembangan teknologi, informasi,
dan komunikasi hampir dapat dirasakan oleh semua orang di dunia dan pada akhirnya
berdampak pada meningkatnya konsumsi media seseorang, khususnya konsumsi media layar
kaca. Konsumsi media layar kaca (televisi, komputer, mobile phone, video games,
VCD/DVD, internet, tablet, iPad, dan lain sebagainya) dapat dianggap mempengaruhi seluruh
aspek kehidupan seseorang. Media layar kaca telah mempengaruhi seseorang dalam banyak
hal di mana seringkali orang tersebut tidak menyadari apa sajakah yang dilakukan media
tersebut kepadanya, terutama hal ini banyak terjadi pada anak-anak. Seperti yang dikutip dari
majalah New York Times, ada terjadi kasus di mana dua orang anak berumur 4 dan 7 tahun
yang kecanduan dengan iPad milik bibinya. Kedua anak ini akan terus merengek apabila iPad
kesayangannya diambil dari genggaman tangannya. Kedua anak ini dapat dikatakan
mempunyai tingkat adiksi yang tinggi terhadap iPad yang merupakan media layar kaca hasil
produk era digital. Pada saat menjalani aktivitas sehari-harinya, seperti makan, belajar,
bermain, atau bahkan saat tidur, kedua anak ini tidak dapat dipisahkan dari iPad tersebut.
Orang tuanya tidak dapat melakukan banyak dan terpaksa menuruti keinginan kedua anak
tersebut serta bersifat permisif pada anak untuk mengkonsumsi iPadnya tanpa adanya
pengawasan yang ketat (Bilton, 2013). Pada hakikatnya, anak berumur 4 – 7 tahun belum
saatnya mengenal media layar kaca tersebut karena mereka masih membutuhkan interaksi
yang lebih luas dengan hal-hal lainnya sehingga anak tidak semata-mata diasuh, dikuasai, dan
tergantung oleh media.
Konsumsi media tanpa kontrol membuat kemudahan dalam akses bagi anak untuk
mengkonsumsi media sehingga akan menghabiskan waktu yang lebih banyak atau bahkan
ketergantungan yang berlebihan pada media, terutama pada media layar kaca. Orang tua yang
membiarkan anaknya mengkonsumsi media tanpa kontrol yang ketat seringkali melupakan
besarnya terpaan media yang berbahaya dari media layar kaca yang dapat berpotensi merusak
anaknya. Menurut studi dari United Nations International Children’s Emergency Fund
(UNICEF), anak-anak di Indonesia dapat dikatakan termasuk dalam kelompok yang paling
banyak terekspos oleh media (Kearney, 2010). Hal inilah yang seharusnya menjadi perhatian
utama bagi orang tua karena anak dapat terancam dengan berbagai hal negatif dari media
layar kaca. Pada kenyataannya, hal-hal negatif dari media layar kaca inilah yang lebih
mendominasi anak dibandingkan hal-hal positifnya. Ada berbagai bahaya media utama yang
timbul dan perlu diketahui apabila anak mengkonsumsi media layar kaca secara berlebihan,
9
15. antara lain kekerasan, pornografi, horor atau mistis, perilaku buruk, kesehatan fisik
terganggu, pendidikan buruk, hubungan sosial buruk, dan mengubah persepsi tentang dunia.
1. Kekerasan
Salah satu hal negatif yang paling sering diperoleh anak dari media layar kaca adalah
perilaku kekerasan yang ditampilkan di layar kaca. Kekerasan dapat diartikan sebagai
gambaran nyata berupa ancaman yang bersifat kekuatan secara fisik memang terasakan dan
mencakup cara-cara kekerasan yang tidak terlihat secara langsung, namun juga memberikan
efek secara fisik, seperti kata-kata yang menyinggung atau berbau SARA (McQuail, 2010).
Aksi-aksi bertema kekerasan, seperti membunuh, menembak, memukul, menampar,
menendang, melukai, kata-kata kasar, dan lain sebagainya sangat banyak ditampilkan dalam
media layar kaca. Perilaku kekerasan selalu ada di dalam tayangan media layar kaca karena
dapat menciptakan sensasi kenikmatan di mana rasa muak dan rasa kagum muncul hampir
pada saat yang bersamaan, menimbulkan ketidakpekaan terhadap korban kekerasan di dalam
diri seseorang, meningkatkan perilaku agresif seseorang, dan kekerasan dianggap menjadi
komoditas yang laku keras di pasaran serta menguntungkan bagi praktisi media (Kurniasari,
2009). Banyaknya tayangan dalam media layar kaca yang penuh dengan muatan kekerasan
dapat dengan mudah ditiru dan dilakukan oleh anak sehingga membentuk perilaku kekerasan
di kalangan anak-anak. Media layar kaca secara tidak langsung dapat dianggap mengajarkan
kekerasan pada anak.
2. Pornografi
Dampak negatif lainnya yang mungkin dapat diperoleh anak dari media layar kaca
adalah hal-hal yang berbau pornografi. Banyak media layar kaca yang menampilkan
tayangan-tayangan mengandung unsur seksualitas dan perilaku tidak senonoh untuk dilihat
oleh anak-anak. Ditambah lagi, dengan adanya perkembangan teknologi, informasi, dan
komunikasi membuat tayangan berbau pornografi dapat dengan cepat serta mudah untuk
diakses anak di manapun dan kapanpun dia berada. Dengan kata lain, tayangan bermuatan
pornografi menjadikan anak banyak memperoleh terpaan materi seksualitas yang dapat
membahayakan kehidupan serta perkembangan anak tersebut. Ada beberapa dampak yang
dirasakan oleh anak dengan mengkonsumsi tayangan berbau pornografi melalui media layar
kaca, antara lain kecanduan pornografi, efek eskalasi, efek freedom of sex, dan efek
globalisasi (Setiawan, 2007). Tayangan yang berbau pornografi dapat menjadi candu yang
10
16. mematikan bagi anak karena visualisasi yang ditampilkan dapat membuat anak terangsang
dan anak akan mengkonsumsinya kembali secara berulang-ulang. Efek eskalasi akan
membuat anak mencari lebih banyak lagi tayangan bermuatan pornografi yang bervariasi.
Muatan pornografi dari media layar kaca yang dikonsumsi anak akan menanamkan
kebebasan cara berpikir, bertindak, dan berekspresi tentang seksualitas. Media layar kaca
juga membuat tayangan berbau pornografi menjadi hal yang biasa bagi anak bahkan sebagai
komoditas hiburan sehingga memicu seks pranikah sebagai gaya hidup yang dapat diterima
oleh anak.
3. Horor atau Mistis
Salah satu dampak lain yang berisiko tinggi bagi anak dari konsumsi media layar kaca
adalah tayangan bermuatan horor atau mistis. Muatan horor atau mistis ini dapat mengganggu
perkembangan kejiwaan anak karena memang dibuat untuk menakut-nakuti melalui adanya
setan, pembunuh yang kejam, dan hal seram lainnya sehingga akan membekas selama
bertahun-tahun dalam hidup anak. Ada beberapa dampak yang dirasakan oleh anak dengan
mengkonsumsi tayangan bermuatan horor atau mistis melalui media layar kaca, antara lain
membunuh karakter anak, anak berpikir irasional, mempelajari konsep yang salah, dan lain
sebagainya. Anak yang menonton tayangan bermuatan horor atau mistis akan membuatnya
menjadi penakut dan mengalami trauma yang mendalam karena anak masih dalam masa
perkembangan. Muatan horor atau mistis akan membuat anak tidak dapat berpikir rasional
karena akan menganggap apa yang mereka lihat adalah benar sehingga tidak bisa
membedakan mana yang nyata dan rekaan semata. Tayangan bermuatan horor atau mistis ini
juga seringkali menanamkan konsep yang salah pada anak di mana anak tidak dapat berpikir
secara kritis karena pengetahuan anak masih sangat terbatas.
4. Perilaku Buruk
Media layar kaca dapat membuat anak berperilaku yang tidak baik di kehidupannya.
Anak dapat meniru perilaku buruk yang ditampilkan di layar kaca dan tidak menghargai
orang lain sehingga berperilaku antisosial. Terlalu lama mengkonsumsi media layar kaca
membuat energi tertahan yang dimiliki anak meledak tiba-tiba baik secara fisik maupun
verbal melalui umpatan sebagai ketidakmampuan untuk mengekspresikan diri dengan bahasa
yang baik. Media layar kaca dapat membuat anak tidak mempunyai waktu untuk bermain dan
lebih senang menyendiri sehingga mudah mengalami depresi dan rendah diri. Selain itu, anak
11
17. juga dapat menjadi terlalu cepat dewasa karena bertindak lebih dewasa daripada usia anak
sebenarnya tanpa adanya tingkat kematangan yang cukup pada anak tersebut.
5. Kesehatan Fisik Terganggu
Terlalu lama mengkonsumsi media layar kaca dapat membuat kondisi kesehatan anak
menjadi tidak baik. Fisik anak akan menjadi terlalu gemuk karena terlalu banyak duduk atau
berbaring dan koordinasi tubuh yang buruk sehingga menjadi kaku karena tidak bergerak
aktif selama anak mengkonsumsi media tersebut. Adanya ketidakseimbangan energi
(kelebihan energi atau hiperaktivitas dan kekurangan energi atau inersia) yang dapat terjadi
pada diri anak karena menghabiskan waktu terlalu lama di depan layar kaca tanpa melakukan
aktivitas fisik. Selain itu, pengaruh radiasi yang ditimbulkan dari media layar kaca tersebut
dapat membahayakan anak apabila dikonsumsi terlalu lama. Radiasi yang dipancarkan media
layar kaca, khususnya mobile phone berbahaya bagi anak karena dapat menimbulkan tumor
bahkan kanker otak.
6. Pendidikan yang Memburuk
Anak yang terlalu lama mengkonsumsi media layar kaca akan berakibat buruk
terhadap pendidikannya. Hal ini tentunya akan merusak jadwal anak dan mempengaruhi cara
anak untuk berkembang secara intelektual. Anak mempunyai rentang perhatian yang rendah
sehingga mengalami kesulitan dalam fokus untuk tugas tertentu karena telah terbiasa dengan
komunikasi layar kaca melalui stimulasi audio dan video yang menyerangnya secara konstan
(Orange & O’Flynn, 2007). Kemampuan berbicara, menulis, dan membaca anak juga
menjadi lambat karena tidak mempunyai waktu yang cukup untuk berinteraksi dengan orang
lain secara nyata. Konsumsi media layar kaca ini tentunya juga berdampak pada tidak
teraturnya pola tidur anak sehingga membuat anak sering terlihat lelah. Selain itu, anak juga
akan menjadi malas berpikir karena banyaknya ide yang terkesan dipaksakan masuk ke
kepala anak sehingga kreativitas menjadi dibatasi.
7. Hubungan Sosial yang Memburuk
Media layar kaca juga mendatangkan masalah dalam hubungan sosial secara nyata
dengan orang lainnya. Anak menjadi penyendiri dan jarang bergaul dengan orang lain di
sekitarnya. Hubungan anak dengan orang lainnya yang tadinya dekat sekarang menjadi
menjauh akibat konsumsi media layar kaca yang terlalu lama. Anak-anak menjadi tidak
12
18. tersentuh dan tidak diawasi, terutama oleh orang tuanya sendiri karena komunikasi yang
buruk akibat pemahaman yang rendah mengenai literasi media layar kaca.
8. Persepsi tentang Dunia yang Salah
Media layar kaca dapat dijadikan alat bagi anak untuk melihat kehidupan di dunia ini
secara luas dan membentuk penilaiannya sendiri. Anak dapat mengembangkan persepsi
mengenai kehidupan yang tidak sesuai dengan kenyataannya. Pengalaman yang diperoleh
anak melalui konsumsi media layar kaca jauh lebih menyenangkan dibanding dalam dunia
nyata sehingga kurangnya kepekaan emosional yang dimiliki oleh anak. Mental anak menjadi
rendah karena merasa cemas dengan kondisi dunia nyata yang dianggapnya tidak aman dan
tidak nyaman untuknya. Banyaknya nilai-nilai yang diserap oleh anak melalui media layar
kaca sehingga tidak dapat membedakan hal baik dan buruk. Selain itu, gaya hidup anak
menjadi konsumtif karena terobsesi dengan benda-benda materi yang ada di dalam media
layar kaca.
Terlalu lama di depan layar kaca dan mengkonsumsi media layar kaca tersebut akan
berdampak buruk bagi anak bukan lagi hanya sekedar sebuah intuisi. Sekarang, ada bukti
nyata bahwa kalau kurangnya kesadaran masyarakat, terutama bagi orang tua dan konsumsi
media pada anak yang tidak dikontrol membuat anak akan dengan mudah terpapar oleh
dampak buruk dari media layar kaca. Anak-anak mulai dimanjakan dengan media layar kaca
tersebut dan pada akhirnya akan dapat merusak kehidupan mereka selamanya.
Penerapan Diet Media pada Anak
Salah satu solusi yang dapat digunakan untuk mengontrol konsumsi media layar kaca
yang berlebihan dan mengurangi dampak negatif dari media layar kaca pada anak adalah
dengan menerapkan diet media. Diet media ini harus dilaksanakan secara aman, nyaman, dan
tidak terlalu ketat untuk anak. Pada dasarnya, diet media merupakan suatu tindakan untuk
menyeimbangkan antara kebutuhan anak dalam mengkonsumsi media layar kaca setara
dengan melakukan aktivitas-aktivitas lainnya. Ada tiga langkah dalam melakukan diet media
ini pada anak, antara lain menghitung waktu yang digunakan anak untuk mengkonsumsi
media layar kaca, memastikan waktu media layar kaca pada anak benar-benar berkualitas
sehingga akan menimbulkan konsumsi media layar kaca yang sehat, dan menyeimbangkan
peran yang dimainkan oleh media dalam kehidupan anak-anak (Suratnoaji, 2010). Ketiga
langkah ini merupakan bagian dari diet media yang dapat dijadikan solusi untuk membatasi
13
19. konsumsi media layar kaca dan mengurangi dampak negatif dari terpaan media yang
diperolehnya dari media layar kaca.
1. Menghitung dan Menetapkan Batasan Waktu Konsumsi Media Layar Kaca
Banyak manfaat yang dapat diperoleh oleh anak dalam mengkonsumsi media layar
kaca dengan waktu yang tersedia selama 24 jam, tetapi perlu diatur waktu dan durasi yang
tepat untuk mengkonsumsi media layar kaca tersebut. Kebebasan anak dalam mengkonsumsi
media yang tidak diawasi terkadang membuat anak menjadi lupa akan waktu. Seringkali,
banyak waktu yang terbuang percuma karena terlalu lama dihabiskan di depan layar kaca.
Langkah pertama dalam diet media ini berisi pembatasan waktu yang dipakai oleh anak untuk
menghibur dirinya di depan layar kaca. Diet media merekomendasikan waktu mengkonsumsi
media layar kaca bagi anak hanya selama dua jam saja sebagai batasan tertinggi untuk porsi
harian sepanjang tahun (Orange & O’Flynn, 2007). Penelitian dari American Academy of
Pediatrics juga mendukung hal ini dengan menyatakan bahwa waktu anak-anak dalam
mengkonsumsi media layar kaca sebaiknya dibatasi maksimal dua jam saja dalam sehari.
Sedangkan, anak-anak yang berusia di bawah 2 tahun seharusnya tidak diperbolehkan
menonton televisi sama sekali. Waktu ini sangat direkomendasikan bagi pihak-pihak terkait
yang mendukung perkembangan anak dengan mengontrol konsumsi media pada anak,
terutama bagi orang tua. Batasan waktu selama dua jam ini dapat dijadikan panduan praktis
bagi orang tua dan yang terpenting adalah orang tua mempunyai angka sebagai target serta
menyadari waktu yang dihabiskan anak di depan layar kaca tersebut.
2. Memastikan Kualitas Sajian dan Konsumsi Media Layar Kaca untuk Anak
Selain menetapkan batasan pada anak dalam mengkonsumsi media layar kaca, perlu
adanya pengawasan dan filterisasi terhadap kualitas sajian yang ditampilkan media layar kaca
kepada anak-anak. Langkah kedua dari diet media ini membicarakan cara meningkatkan
kualitas konsumsi media layar kaca pada anak (Orange & O’Flynn, 2007). Ternyata, diet
media yang efektif tidak hanya mengurangi konsumsi media layar kaca saja, tetapi juga
meningkatkan kualitas materi yang dikonsumsi anak. Seperti yang kita ketahui bahwa tidak
semua tayangan yang ditampilkan media layar kaca baik dan berkualitas karena masih
banyak mengandung hal-hal yang tidak layak untuk dikonsumsi anak. Anak masih tidak
dapat menyeleksi tayangan mana yang baik dan berkualitas dengan yang tidak layak
dikonsumsi. Tidak hanya materi tayangan saja yang dilihat, tetapi juga respon anak terhadap
14
20. materi tayangan tersebut karena setiap media layar kaca mempunyai pengaruh yang berbeda
pada anak. Hal yang menjadi fokus perhatian dalam langkah kedua diet media adalah
menyeleksi tayangan program yang dikonsumsi anak baik atau tidak dan mengamati respon
yang ditimbulkan oleh anak sehingga dapat membantu orang tua dalam membuat pilihan
media layar kaca yang tepat bagi anak. Respon anak terhadap kualitas tayangan program
yang dikonsumsinya membuat waktu mengkonsumsinya juga berkualitas.
3. Menyeimbangkan Media dalam Kehidupan Anak
Dalam upaya mengurangi konsumsi media yang berlebihan pada anak, perlu
menjauhkan anak-anak dari media layar kaca tersebut dengan aktivitas lainnya. Menjauhkan
anak dari media layar kaca bukan berarti melarang anak untuk mengkonsumsi media layar
kaca yang tentunya bukan keputusan yang bijak. Menjauhkan anak dari media layar kaca
berarti harus memperkenalkan dan memberikan aktivitas lain yang bermanfaat bagi anak.
Langkah ketiga dari diet media ini berhubungan dengan menemukan dan mendorong adanya
aktivitas pengganti media untuk mengisi kekosongan pada saat media layar kaca dijauhkan
dari anak (Orange & O’Flynn, 2007). Orang tua harus dapat menciptakan aktivitas yang
mengalihkan perhatian anak dari interaksi yang berlebihan pada media layar kaca. Ada
beberapa saran aktivitas pengganti kepada orang tua agar anak menjauh dari media layar
kaca, antara lain:
- Membaca
Membiasakan anak membaca sesuatu akan membuat mereka suka buku dan cerita
yang ada di dalamnya. Jika anak suka membaca, maka akan ada dunia baru yang terbuka
lebar di depannya. Orang tua dapat membangun rasa cinta anak pada kegiatan membaca
dengan pilihan buku yang berkualitas dan sesuai dengan keinginannya. Alokasikan dana dan
waktu setiap bulan untuk mengajak anak berbelanja buku sehingga anak dapat menentukan
sendiri bacaan yang diinginkan atau meminjamnya dari perpustakaan. Kita juga dapat
membuat sarana bacaan di rumah untuk anak-anak dengan membuat perpustakaan keluarga.
Perpustakaan keluarga dapat menjadi tempat berkumpulnya seluruh anggota keluarga di
mana terjadi jalinan hubungan yang dekat dan interaksi antar sesama anggota keluarga,
membuat si anak akan terbiasa membaca, dan melupakan kebiasaan mengkonsumsi media
layar kaca.
15
21. - Mendongeng
Aktivitas lainnya yang dapat menjadi alternatif menjauhi media layar kaca pada anak
dengan pembacaan dongeng. Orang tua yang membacakan dongeng dapat menjadi sesuatu
hal yang menyenangkan dan mudah dilakukan pada anak sebelum tidur. Cara yang menarik,
interaktif, dan melibatkan partisipasi anak dalam membacakan dongeng akan membuat anak
tertarik mendengarkannya. Mendongeng juga dapat membantunya mempunyai daya khayal
atau imajinasi yang tinggi. Imajinasi menjadi kekuatan besar bagi anak-anak dalam proses
belajar memahami segala hal yang ada di sekitarnya. Mendongeng dapat dijadikan alternatif
bagi anak untuk mempelajari sesuatu dan belajar bermain peran sebagai tahap awal
pengenalan terhadap dunia di sekitarnya.
- Berolahraga
Olahraga itu memang sangat penting bagi perkembangan kesehatan fisik anak.
Mendorong anak dengan beraktivitas secara fisik melalui olah raga dapat membantu anak
mengalihkan perhatiannya dari media layar kaca. Terlalu lama di depan layar kaca akan
membuat anak bersikap pasif karena tidak terlalu banyak bergerak sehingga akan
membahayakan kesehatan fisik anak. Anak harus melakukan aktivitas fisik minimal 60 menit
setiap harinya sebanyak dua kali dalam seminggu agar pertumbuhan tulang kuat dan otot
menjadi sehat (Orange & O’Flynn, 2007). Dengan berolahraga akan membuat anak bergerak
dan bersikap aktif sehingga energi yang dimilikinya tersalurkan dengan baik dibandingkan
berlama-lama dengan media layar kaca yang dapat membuat energi terbuang dengan
percuma.
- Membantu di Rumah
Kegiatan lain yang dapat dilakukan oleh anak adalah membantu melakukan kegiatan
yang ada di rumah. Mendorong anak untuk terlibat dalam kegiatan yang ada di rumah akan
membuatnya mempunyai rasa memiliki terhadap keluarga, tanggung jawab, diperhatikan, dan
dihargai. Salah satu hal yang dapat dilakukan anak untuk membantu di rumah adalah
memasak. Anak akan merasa senang apabila dilibatkan dalam kegiatan di dapur di mana
orang tua dapat melibatkan anak untuk merencanakan menu makanan yang akan dimasak lalu
memasaknya bersama-sama. Hal lainnya adalah mengajak anak untuk berkebun, mencuci
baju, membersihkan rumah, dan lain sebagainya. Anak membantu pekerjaan yang ada di
rumah dapat menciptakan momen kebersamaan yang baik antara anak dan orang tua.
16
22. - Berkreasi dan Bermain
Orang tua dapat mengajak anaknya melakukan hal-hal yang mendorong kreativitas
anak untuk melakukannya, seperti mewarnai, menggambar, mengarang, bercerita, menyanyi,
berdansa, berkompetisi, dan lain sebagainya. Hal-hal ini dapat membantu anak untuk
menggali potensi kreatif yang dimilikinya. Selain itu, bermain juga menjadi hal yang
menyenangkan untuk dilakukan bagi anak, seperti bermain permainan tradisional (congklak,
bola bekel, rumah-rumahan, dan lainnya) yang tidak lagi dikenal anak-anak, bermain alat
musik, bermain peran, dan lain sebagainya. Bermain dapat menjadi hal yang mendasar,
penting, dan berharga bagi perkembangan tahap awal kehidupan seorang anak. Dengan
memberikan ruang dan waktu untuk bermain bagi anak pada masanya akan membuatnya
tidak kehilangan masa kecil yang berharga.
Sebenarnya, masih banyak lagi aktivitas alternatif yang dapat menjauhkan anak dari
media layar kaca. Anak diharapkan dapat menyeimbangkan media yang dikonsumsinya
dengan aktivitas pengganti lainnya. Dengan begitu, ketergantungan anak pada media layar
kaca dan antisipasi adanya bahaya yang ditimbulkan dari dampak negatif media layar kaca
dapat diminimalisasikan.
Keterlibatan Orang Tua dalam Mengontrol Konsumsi Media pada Anak
Pada dasarnya, ada banyak pihak yang perlu memperhatikan pengaturan konsumsi
media layar kaca pada anak dan salah satunya adalah orang tua. Orang tua dapat menjadi
kontrol internal bagi anak dalam mengkonsumsi media layar kaca di rumah. Orang tua dapat
membantu anak dalam menjalankan diet media secara teratur dan aman. Selain diet media
yang dilakukan oleh anak, hal lain yang juga penting dalam mengontrol konsumsi media
layar kaca pada anak adalah dengan adanya pendampingan orang tua pada saat anak
mengkonsumsi media layar kaca tersebut. Pendampingan orang tua (parental mediation)
dapat diartikan sebagai upaya kegiatan interaksi orang tua dengan anak mengenai media layar
kaca. Pendampingan merupakan upaya yang dilakukan oleh orang tua untuk membantu anak
memahami dan berpikir kritis atas muatan dalam media layar kaca. Kenyataannya, tingkat
keterlibatan orang tua dalam mendampingi anak ketika mengkonsumsi media layar kaca di
Indonesia dapat dikatakan masih sangat rendah. Ada beberapa faktor yang menyebabkan
rendahnya tingkat keterlibatan orang tua dalam mendampingi anak ketika mengkonsumsi
media layar kaca, antara lain sedikitnya waktu yang orang tua miliki karena mereka terlalu
sibuk bekerja seharian, kepemilikan media layar kaca yang jumlahnya banyak dan beragam,
17
23. dan jarangnya orang tua menemani anak pada saat mengkonsumsi media layar kaca
(Suratnoaji, 2010). Dalam mendampingi anak pada saat mengkonsumsi media layar kaca,
orang tua juga perlu mengajarkan pentingya literasi media bagi anak. Literasi media akan
membuat anak menjadi melek dan sadar akan media yang dikonsumsinya. Literasi media
penting bagi anak karena tingkat kematangan berpikir anak masih sangat rendah dan anak
sangat rentan terpapar oleh apa yang ditampilkan media layar kaca. Dengan tingkat literasi
media anak yang tinggi akan menyebabkan anak sadar ketika mengkonsumsi media, bersikap
kritis terhadap muatan media, sedikit banyak mengetahui dampak media, mempunyai
pengetahuan bagaimana media diproduksi, dan mengetahui bagaimana mengkonsumsi media
dengan baik dan bijak.
Hal lain yang dapat dilakukan oleh orang tua adalah bekerja sama dengan pemerintah
dan organisasi atau lembaga nonpemerintah yang peduli dan memberikan perhatian yang
lebih terhadap hubungan antara anak dengan media yang dikonsumsinya. Ada banyak hal
yang dapat dilakukan, antara lain melakukan penekanan terhadap para pemilik media dan
industri media untuk menciptakan konten yang lebih baik dan berkualitas lagi, menciptakan
kebijakan dan sistem yang berguna untuk mengatur peringkat atau rating terhadap konten
yang ditampilkan pada anak, menghapus hal-hal dalam media layar kaca yang dianggap tidak
pantas atau tidak layak dikonsumsi oleh anak-anak, dan berusaha menemukan produk-produk
yang lebih baik lagi untuk membantu dalam mengisi konten media layar kaca untuk anakanak (Gunn & Donahue, 2008). Di samping itu, orang tua dan pemerintah juga dapat
mengedukasi diri mereka mengenai konsumsi media yang baik dan bijak berdasarkan tahaptahap perkembangan anak serta mengawasi konsumsi media layar kaca pada anak untuk
memastikan anak memperoleh pengaruh yang positif dari media layar kaca dalam hal
berpikir, bersikap, dan bertutur kata di kehidupan sehari-hari mereka. Penerapan diet media,
partisipasi orang tua dengan mengajarkan literasi media pada anak, dan kerjasama dengan
berbagai pihak terkait dapat menjadi jawaban yang efektif dan efisien dalam mengatasi
masalah konsumsi media layar kaca yang berlebihan pada anak.
Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa dunia media elektronik atau
yang dikenal dengan istilah media layar kaca telah menjadi bagian dalam kehidupan anak
sehari-hari pada era digital di Indonesia. Media layar kaca menjadi sesuatu yang menarik
untuk dikonsumsi anak karena visualisasi dan suara yang menarik, dapat memberikan hiburan
18
24. untuk menghalau kebosanan, dan adanya repetisi dalam konten untuk pembelajaran anak.
Meskipun, pada awalnya televisi sebagai media layar kaca utama yang dikonsumsi oleh anakanak di Indonesia dan sekarang telah mengalami perubahan serta berkompetisi dengan media
layar kaca lainnya, seperti mobile phone, alat pemutar video (VCD/DVD), game player, iPad,
dan komputer (PC/laptop) termasuk koneksi internet. Kemudahan dalam mengakses media
dan kepemilikan media layar kaca yang beragam membuat anak-anak mengalami kecanduan
dan dapat dengan bebas mengkonsumsi media layar kaca tanpa adanya perhatian dan
pengawasan dari orang tua. Padahal, tampilan dalam media layar kaca dapat memberikan
dampak negatif yang berbahaya bagi anak, seperti muatan kekerasan, muatan pornografi,
muatan horor atau mistis, perilaku memburuk, kesehatan fisik terganggu, pendidikan
memburuk, hubungan sosial memburuk, dan mengubah persepsi tentang dunia. Oleh karena
itu, penerapan diet media dan pendampingan orang tua serta kerjasama orangtua dengan
pihak terkait dapat dijadikan kontrol konsumsi media layar kaca yang efektif pada anak. Diet
media memberikan solusi atas masalah hubungan anak dengan media layar kaca yang
berlebihan melalui tiga langkah, yaitu menghitung dan menetapkan batasan waktu konsumsi
media layar kaca, memastikan kualitas sajian dan konsumsi media layar kaca untuk anak,
serta menyeimbangkan media dalam kehidupan anak. Sedangkan, pendampingan orang tua
menjadi upaya orang tua untuk memperkenalkan dan membantu pemahaman muatan-muatan
yang dikandung media layar kaca serta mengajarkan pendidikan literasi media pada anak.
Anak-anak diharapkan dapat meminimalisasikan konsumsi media layar kaca yang berlebihan
melalui diet media, pendampingan orang tua, dan kerjasama orang tua serta pemerintah
dengan menetapkan keseimbangan media yang sehat bagi dirinya sehingga anak dapat
mengontrol peran media dalam kehidupannya.
Daftar Referensi
Ameliola, S. & Nugraha, H. D. (2013, Mei). Perkembangan Media Informasi dan Teknologi
terhadap Anak dalam Era Globalisasi. Penelitian ini dimuat dalam Prosiding The 5th
International Conference on Indonesian Studies: “Ethnicity and Globalization”,
Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Malang.
American Academy of Pediatrics. (2013). Children, Adolescents, and the Media. Elk Grove
Village, Illinois: Author.
Bilton, Nick. (2013). The Child, The Tablet, and The Developing Mind. Diakses pada 2
Desember 2013 dari http://bits.blogs.nytimes.com/2013/03/31/disruptions-what-does19
25. a-tablet-do-to-the childs-mind/
Gunn, Jeanne B. & Donahue, E. H. (2008). Introducing The Issue : Children and Electronic
Media. The Future of Children Princeton-Brookings, 18 (1), 3-9.
Hendriyani. (2013). Children and Media in Indonesia: Industries, Messages, and Audiences.
Disertasi, Program Doktoral, Radboud University Nijmegen, Belanda.
Kearney, Angela. (2010, July 24). Kebebasan mengakses media bagi anak-anak dan remaja
perlu didukung tetapi secara aman. Harian Jawa Pos, 1-2.
Kirkorian, H. L., Wartella, E. A., & Anderson, D. R. (2008). Media and Young Children’s
Learning. The Future of Children Princeton-Brookings, 18 (1), 39-54.
Kurniasari, Netty D. (2012). Kekerasan dalam Media (Tinjauan Teori Kultivasi) (Studi Kasus
pada Peristiwa Kekerasan terhadap Anak). Jurnal Pamator, 5 (1), 14-16.
McQuail, Denis. (2010). Mass Communication Theory (6th ed.). London: Sage Publication.
Orange, T. & O’Flynn, L. (2007). The Media Diet for Kids. (Endah W. Soekarso, IKAPI).
Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta.
Rasyid, Riyanto. (2013). Urgensi Channel Khusus Publik Suara Karya. Diakses pada 28
November 2013 dari http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=331362
Sarjono. (2009). Pola Menonton Sinetron dan Perilaku Etis Remaja: Studi Kasus Bertemakan
Remaja di Televisi. Skripsi, Program Sarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Satriani, Arba’lyah. (2013). Pentingnya Diet Media bagi Anak dan Remaja. Diakses pada 26
November 2013 dari http://tempo.co/read/news/2013/10/31/174526009/pentingnyadiet-media-bagi-anak-dan-remaja/
Sembiring, Malinda. (2013). Menilik Eksistensi Media Cetak di Era Digital. Diakses pada 9
Januari
2014
dari
http://media.kompasiana.com/new-media/2013/04/19/menilik-
eksistensi-media-cetak-di-era-digital-548063.html
Setiawan, Sony A. (2007). 500+ Gelombang Video Porno Indonesia, Jangan Bugil di Depan
Kamera. Yogyakarta: Andi.
Suratnoaji, C. (2010). Model Pengembangan “Diet Media TV” Sebagai Penangkal
Kecanduan Anak Terhadap Media TV dan Dampak Negatifnya. Jurnal Ilmu
Komunikasi, 2(2), 10-11.
Walbarkah, Welly. (2012). Siapkan Indonesia Dengan Masa Depan Teknologi Komunikasi.
Diakses pada 9 Januari 2014 dari http://wellywall.wordpress.com/2012/11/20/
Wirodono, Sunardian. (2006). Matikan TV-mu: Teror Media Televisi di Indonesia.
Yogyakarta: Resist Book.
20