Dokumen tersebut membahas tentang bab 13 tentang analisis risiko dan evaluasi proyek pada mata kuliah Manajemen Keuangan. Terdapat penjelasan mengenai pentingnya analisis risiko sebelum menyetujui investasi, serta cara-cara melakukan analisis risiko seperti analisis sensitivitas, skenario, dan simulasi dengan contoh soal ilustrasi.
Risk Analysis and Project Evaluation/Abshor.Marantika/Alviyanti Nawangsari/3-03
1. TUGAS PERBAIKAN UTS MANAJEMEN KEUANGAN
(INDIVIDU)
CHAPTER 13. RISK ANALYSIS AND PROJECT EVALUATION
Diampu Oleh : Abshor Marantika
Oleh:
ALVIYANTI NAWANGSARI
KELAS 3-03 / NO 04
D III KEBENDAHARAAN NEGARA
POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN
TANGERANG SELATAN
2018
2. P e t a K o n s e p C h a p t e r 1 3
Untuk memudahkan dalam memahami pembelajaran mengenai Bab 13, maka dapat melihat
peta konsep yang ada di bawah ini :
Analisis Risiko
Pentingnya
Analisis Risiko
Analisis Risiko
Atas Arus Kas
Analisis
Sensitivitas
Analisis Skenario
Analisis Simulasi
Evaluasi Risiko
Proyek
Analisis Break
Even
Output
Sales
Accounting
Break-Even
Analysis
Cash Break-Even
Analysis
NPV Break-Even
Analysis
3. A n a l i s i s R i s i k o
P e n t ingnya A n alisis R i s iko
Dalam melakukan sebuah investasi maka terdapat pengembalian (return) dan risiko (risk).
Perbedaan level investasi dari sebuah proyek juga memiliki level risiko yang berbeda. Oleh karena itu
sebelum memutuskan untuk menyetujui atau menolak investasi, Manajer Keuangan harus melakukan
analisis risiko terhadap investasi proyek yang ditawarkan. Lalu, mengapa analisis risiko sangat penting?
Arus kasdari sebuah proyek sangat berisiko, karena perusahan mengestimasikan NPV dari arus kas masa
mendatang yang akan diterima. Dimana NPV dapat menunjukkan apakah investasi tersebut menambah
nilai perusahaan. Sedangkan, aruskasdimasamendatangyang terjadi belum tentu sama nilainya dengan
arus kasestimasi yangtelah diperkirakanoleh Perusahaan. Olehkarenaitu, analisis risikodibutuhkanagar
dapat menimalisir risiko yang didapat apabila investasi tersebut diterima.
A n a lisis R i siko a t a s A r us K a s
Analisis risiko terhadap arus kas sebuah investasi dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu analisis
sensitivitas, analisis skenario, dan analisis simulasi. Sebelum membahas tentang ketiga cara tersebut,
wajib untuk memahami konsep inti dari kedua cara untuk analisis risiko yaitu nilai yang diharapkan
(Expected Values) dan nilai driver (Value Driver).
Nilai yang Diharapkan (Expected Values)
Arus kas yang digunakan dalam perhitungan NPV dari sebuah proyek merupakan nilai yang
diharapkan dari risiko arus kas dari investasi. Nilai yang diharapkan merupakan probabilitas dari
semua arus kas yang mungkin akan terjadi.
𝐸𝑥𝑝𝑒𝑐𝑡𝑒𝑑 𝑉𝑎𝑙𝑢𝑒𝑠 = 𝑃𝑟𝑜𝑏𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑦 (%) × 𝐶𝑎𝑠ℎ 𝐹𝑙𝑜𝑤
Contoh Soal: Pemilik PT. Kimia Farma mengevaluasi dari penjualan obat baru dan
mengestimasikanbahwaterdapatkemungkinansebesar60% bahwaproduk barutersebut sukses
terjual di pasaran dan perusahaan akan mendapatkan sales revenue sebesar Rp8.000.000.
Sedangkan, untuk memasarkan obat baru maka dibutuhkan iklan untuk menginformasikan
kepada masyarakat tentang keberadaan obat baru tersebut. Perusahaan mengestimasikan 40%
produk akan terjual dengan keuntungan Rp1.500.000. Berapakah keuntungan yang diharapkan
(expected revenue) dari sebuah obat baru tersebut?
Penyelesaian:
Skenario 1 Skenario 2
Probabilitas
60% 40%
Keuntungan dari tiap scenario
Rp 8.000.000 Rp 1.500.000
Keuntungan yang diharapkan
Rp 4.800.000 Rp 600.000
4. Total keuntungan
Rp 4.800.000+Rp 600.000 =Rp 5.400.000
Value Driver
Value driver merupakan dasar penentu dari arus kas sebuah investasi. Value driver terdiri
atas dua, yaitu penunjuk atas keuntungan seperti harga barang per unit, ukuran pasar, dll
dan penunjuk atas biaya seperti biaya tetap, biaya variable, dll.
A. A n a l isi s S en siti vita s
Merupakan suatu analisis agar dapat melihat value driver manakah yang sangat
berpengaruh terhadap investasi apabila keadaan berubah-ubah. Terdapat dua tujuan dari
analisis sensitivitas, yaitu:
1. Untuk menilai apa yang akan terjadi terhadap NPV apabila terdapat perubahan
pada salah satu value driver dalam perhitungan arus kas.
2. Perhitungan NPV berdasarkan pada ketidakpastian arus kas di masa mendatang.
Cara analisis sensitivitas, ialah:
1. Mengidentifikasi value driver yang berubah, seperti penurunan harga jual per
unit, kenaikan biaya tetap, dll.
2. Buatlah tabel arus kas (Free Cash Flow) agar dapat mengetahui perubahan
tersebut.
3. Bandingkanlah NPV dan IRR dari keadaan semula dengan perubahan value driver.
4. Apabila NPV dan IRR yang dihasilkan dari perubahan berubah dengan signifikan
maka dapat diketahui bahwa perusahaan tersebut bersifat sensitive terhadap
value driver tersebut.
Contoh Soal:
PT. Xaja merupakan perusahaan sepatu. PT. Xaja berniat untuk membeli mesin baru
seharga Rp 10.000.000 agar dapat memproduksi produknya lebih banyak dan cepat.
Mereka mengestimasikan sepatu yang terjual sebanyak 100,000 sepatu tiap tahun
dengan harga jual Rp 50.000 per pasang. Apabila mesin tersebut memiliki masa manfaat
sebesar 3 tahun, setelah 3 tahun nilai sisa dari mesin tersebut bernilai Rp 0 dan mesin
akan dibuang. PT. Xaja memperkirakan bahwa biaya variable sebesar Rp 10.000 per unit
dan biaya tetap (tidak termasuk biaya depresiasi) sebesar Rp 1.000.000 per tahun.
Depresiasi dari mesin tersebut sebesar Rp 1.500.000, pajak sebesar 15%, rate of return
yang didapat perusahaan sebesar 8%. Perusahaan juga menginvestasikan Rp 3.000.000
untuk working capital. Apabila perusahaan mengestimasikan terjadi penurunan penjualan
sebesar 5% untuk skenario perubahan 1, dan peningkatan 5% biaya variable untuk
5. scenario perubahan 2. Hitung NPV untuk keadaan sebelum adanya perubahan,
perubahan 1, dan perubahan 2! Lakukan analisis terhadap adanya perubahan tersebut!
Penyelesaian :
Diketahui: CAPEX = Rp 10.000.000 Masa Manfaat = 3 tahun
Unit Terjual = 10.000 Harga/unit = Rp 50.000
Biaya Tetap = Rp 1.000.000 Biaya Variabel/unit = Rp 10.000
Depresiasi = Rp 1.500.000 Working Capital = Rp 3.000.000
Return = 8% Pajak = 15%
Free Cash Flow sebelum adanya perubahan Dalam Rupiah
Tahun 0 Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3
Sales Revenue 500.000.000 500.000.000 500.000.000
Variable Cost (100.000.000) (100.000.000) (100.000.000)
Fixed Cost (1.000.000) (1.000.000) (1.000.000)
Depreciation
Expense
(1.500.000) (1.500.000) (1.500.000)
Net Operating
Income (NOI)
397.500.000 397.500.000 397.500.000
Taxes 15% (59.625.000) (59.625.000) (59.625.000)
Net Operating
After Tax
(NOPAT)
337.875.000 337.875.000 337.875.000
Depreciation
Expense
1.500.000 1.500.000 1.500.000
Operating Cash
Flow
339.375.000 339.375.000 339.375.000
Increase in
CAPEX
(10.000.000)
6. Increase in Net
Working
Capital
(3.000.000) 3.000.000
Free Cash Flow (13.000.000) 339.375.000 339.375.000 342.375.000
𝑁𝑃𝑉 = (−13.000.000)+
339.375.000
(1 + 8%)1
+
339.375.000
(1 + 8%)2
+
342.375.000
(1 + 8%)3
𝑁𝑃𝑉 = 𝑅𝑝 863.983.786,8
Free Cash Flow ketika perubahan 1, yaitu penurunan penjualan 5% maka barang yang
terjual sebanyak 9.500 unit Dalam Rupiah
Tahun 0 Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3
Sales Revenue 475.000.000 475.000.000 475.000.000
Variable Cost (95.000.000) (95.000.000) (95.000.000)
Fixed Cost (1.000.000) (1.000.000) (1.000.000)
Depreciation
Expense
(1.500.000) (1.500.000) (1.500.000)
Net Operating
Income (NOI)
377.500.000 377.500.000 377.500.000
Taxes 15% (56.625.000) (56.625.000) (56.625.000)
Net Operating
After Tax
(NOPAT)
320.875.000 320.875.000 320.875.000
Depreciation
Expense
1.500.000 1.500.000 1.500.000
Operating Cash
Flow
322.375.000 322.375.000 322.375.000
Increase in (10.000.000)
7. CAPEX
Increase in Net
Working
Capital
(3.000.000) 3.000.000
Free Cash Flow (13.000.000) 322.375.000 322.375.000 325.375.000
𝑁𝑃𝑉 = (−13.000.000)+
322.375.000
(1 + 8%)1
+
322.375.000
(1 + 8%)2
+
325.375.000
(1 + 8%)3
𝑁𝑃𝑉 = 𝑅𝑝 820.173.138
Free Cash Flow ketika perubahan 2, yaitu kenaikan biaya variabel 5% maka biaya
variable menjadi sebesar Rp 10.500 per unit. Dalam Rupiah
Tahun 0 Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3
Sales Revenue 500.000.000 500.000.000 500.000.000
Variable Cost (105.000.000) (105.000.000) (105.000.000)
Fixed Cost (1.000.000) (1.000.000) (1.000.000)
Depreciation
Expense
(1.500.000) (1.500.000) (1.500.000)
Net Operating
Income (NOI)
392.500.000 392.500.000 392.500.000
Taxes 15% (58.875.000) (58.875.000) (58.875.000)
Net Operating
After Tax
(NOPAT)
333.625.000 333.625.000 333.625.000
Depreciation
Expense
1.500.000 1.500.000 1.500.000
Operating Cash
Flow
335.125.000 335.125.000 335.125.000
8. Increase in
CAPEX
(10.000.000)
Increase in Net
Working
Capital
(3.000.000) 3.000.000
Free Cash Flow (13.000.000) 335.125.000 335.125.000 338.125.000
𝑁𝑃𝑉 = (−13.000.000)+
335.125.000
(1 + 8%)1
+
335.125.000
(1 + 8%)2
+
338.125.000
(1 + 8%)3
𝑁𝑃𝑉 = 𝑅𝑝 853.031.124,6
Analisis terhadap PT. Xaya ialah ketika NPV tanpa ada perubahan sebesar Rp
863.983.786,8. Lalu ketika terdapat penurunan penjualan sebesar 5%, NPV didapat
sebesar Rp 820.173.138 dan ketika terjadi kenaikan biaya variable 5% maka NPV sebesar
Rp 853.031.124,6. Dapat disimpulkan bahwa Perusahaan Sepatu sensitif terhadap
penurunan penjualan dan tidak sensitive terhadap kenaikan biaya variable.
B . A n a l isi s S kena ri o
Merupakan analisis untuk mengetahui efek dari perubahan beberapa value driver
terhadap NPV. Perusahaan biasanya membuat tiga scenario, yaitu scenario yang
diekspektasikan, skenario terbaik dan skenario terburuk. Apabila scenario terburuknya
menghasilkan NPV negatif maka Investasi tersebut dinilai berisiko dan jika mengambil
investasi tersebut maka perusahaan harus percaya diri bahwa proyek yang diambil akan
menghasilkan yang hasil terbaik.
Contoh Soal:
Sama, dengan soal sebelumnya. PT. Xaja membuat 3 skenario untuk penjualan
perusahaannya. Sesuai dengan tabel yang tertera di bawah ini:
Skenario Ekspektasi Skenario Terbaik Skenario Terburuk
Unit Terjual
10.000 12.000 2.000
Harga per unit
Rp 50.000 Rp 55.000 30.000
9. Biaya variable per
unit
Rp 10.000 Rp 7.000 16.000
Biaya tetap per
tahun
Rp 1.000.000 Rp 900.000 1.500.000
Depresiasi
Rp 1.500.000 Rp 1.500.000 1.500.000
Apabila rate of return sebesar 12%. Skenario manakah yang harus diambil oleh PT.
Xaja?
Penyelesaian:
Free Cash Flow untuk Skenario yang Diharapkan
Tahun 0 Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3
Sales Revenue 500.000.000 500.000.000 500.000.000
Variable Cost (100.000.000) (100.000.000) (100.000.000)
Fixed Cost (1.000.000) (1.000.000) (1.000.000)
Depreciation
Expense
(1.500.000) (1.500.000) (1.500.000)
Net Operating
Income (NOI)
397.500.000 397.500.000 397.500.000
Taxes 15% (59.625.000) (59.625.000) (59.625.000)
Net Operating
After Tax
(NOPAT)
337.875.000 337.875.000 337.875.000
Depreciation
Expense
1.500.000 1.500.000 1.500.000
Operating Cash 339.375.000 339.375.000 339.375.000
10. Flow
Increase in
CAPEX
(10.000.000)
Increase in Net
Working
Capital
(3.000.000) 3.000.000
Free Cash Flow (13.000.000) 339.375.000 339.375.000 342.375.000
𝑁𝑃𝑉 = (−13.000.000)+
339.375.000
(1 + 12%)1
+
339.375.000
(1 + 12%)2
+
342.375.000
(1 + 12%)3
𝑁𝑃𝑉 = 𝑅𝑝 297.241.521,3
Free Cash Flow untuk Skenario Terbaik
Tahun 0 Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3
Sales Revenue 600.000.000 600.000.000 600.000.000
Variable Cost (84.000.000) (84.000.000) (84.000.000)
Fixed Cost (900.000) (900.000) (900.000)
Depreciation
Expense
(1.500.000) (1.500.000) (1.500.000)
Net Operating
Income (NOI)
513.600.000 513.600.000 513.600.000
Taxes 15% (77.040.000) (77.040.000) (77.040.000)
Net Operating
After Tax
(NOPAT)
436.560.000 436.560.000 436.560.000
Depreciation
Expense
1.500.000 1.500.000 1.500.000
11. Operating Cash
Flow
438.060.000 438.060.000 438.060.000
Increase in
CAPEX
(10.000.000)
Increase in Net
Working
Capital
(3.000.000) 3.000.000
Free Cash Flow (13.000.000) 438.060.000 438.060.000 441.060.000
𝑁𝑃𝑉 = (−13.000.000)+
438.060.000
(1 + 12%)1
+
438.060.000
(1 + 12%)2
+
441.060.000
(1 + 12%)3
𝑁𝑃𝑉 = 𝑅𝑝 1.041.281.546
Free Cash Flow untuk Skenario Terburuk
Tahun 0 Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3
Sales Revenue 60.000.000 60.000.000 60.000.000
Variable Cost (32.000.000) (32.000.000) (32.000.000)
Fixed Cost (1.500.000) (1.500.000) (1.500.000)
Depreciation
Expense
(1.500.000) (1.500.000) (1.500.000)
Net Operating
Income (NOI)
25.000.000 25.000.000 25.000.000
Taxes 15% (3.750.000) (3.750.000) (3.750.000)
Net Operating
After Tax
(NOPAT)
21.250.000 21.250.000 21.250.000
Depreciation
Expense
1.500.000 1.500.000 1.500.000
12. Operating Cash
Flow
22.750.000 22.750.000 22.750.000
Increase in
CAPEX
(10.000.000)
Increase in Net
Working
Capital
(3.000.000) 3.000.000
Free Cash Flow (13.000.000) 22.750.000 22.750.000 25.750.000
𝑁𝑃𝑉 = (−13.000.000)+
22.750.000
(1 + 12%)1
+
22.750.000
(1 + 12%)2
+
25.750.000
(1 + 12%)3
𝑁𝑃𝑉 = 𝑅𝑝 41.641.661,35
Dapat disimpulkan, bahwa investasi ini tidak terlalu berisiko. Karena ekspektasi NPV
yaitu Rp 297.241.521 dan NPV dapat bernilai setinggi Rp 1.041.281.546 atau serendah Rp
41.641.661. Skenario terburuk masih menghasilkan nilai NPV positif dimana NPV bernilai
positif menandakan bahwa investasi tersebut menambah nilai perusahaan.
C . A n a l isi s S i mula si
Analisis ini menggunakan alat yang lebih canggih untuk mengetahui hasil dari
investasi yang memungkinkan. Analisis ini dilakukan menggunakan computer, dimana
dengan menggunakan analisis ini Perusahaan mampu mengetahui ratusan bahkan ribuan
kemungkinan outcome yang ingin dicapai perusahaan.
E v a l u a s i R i s i k o P r o y e k
A n a lisis B r e ak - Eve n
Untuk mengevaluasi risiko proyek menggunakan Analisis Break-Even, dimana analaisis ini
merupakan anaalisis yang menentukan level minimum dari suatu output atau penjualan yang
harus dicapai untuk menghindari kerugian. Untuk menentukan level break-even pada penjualan
menggunakan Analisis Akuntansi Break Even (Accounting Break-Even Analysis), Analisis Kas
Break-Even (Cash Break-Even Analysis), dan Analisis NPV Break-Even (NPV Break-Even Analysis).
13. A. A c cou nting B r eak-Even A na lysi s
Merupakan suatu analisis dimana tingkat penjualan menghasilkan keuntungan
sebesar 0 (zero profit) dan dapat menutupi total biaya tetap dan depresiasi.
𝑄𝑎𝑐𝑐𝑜𝑢𝑛𝑡𝑖𝑛𝑔 𝑏𝑟𝑒𝑎𝑘 − 𝑒𝑣𝑒𝑛 =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑇𝑒𝑡𝑎𝑝 (𝐹𝐶)
𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎
𝑈𝑛𝑖𝑡
( 𝑃) − 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙/𝑈𝑛𝑖𝑡(𝑉𝐶)
Contoh Soal:
PT. Farmako ingin memulai menjual obat generic. Mereka menjual obatnya seharga
Rp 5.000 per unit dengan biaya variabelnya Rp 2.000 per unit. Untuk proses pengemasan,
perusahaan membeli sebuah mesin seharga Rp 10.000.000 dengan masa manfaat 10
tahun dan depresiasi menggunakan metode garis lurus sebesar Rp 1.000.000. Jika dalam
proses pembuatan obat generic tersebut membutuhkan biaya tetap sebesar Rp 500.000.
Berapakah unit yang harus terjual apabila perusahaan menginginkan NOI mereka sebesar
nol (0)?
Penyelesaian:
Diketahui : Harga/Unit = Rp 5.000 Biaya Variabel/Unit= Rp 2.000
CAPEX = Rp 10.000.000 Depresiasi = Rp 1.000.000
Biaya Tetap = Rp 500.000
Jawab :𝑄𝑎𝑐𝑐𝑜𝑢𝑛𝑡𝑖𝑛𝑔 𝑏𝑟𝑒𝑎𝑘 − 𝑒𝑣𝑒𝑛 =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑇𝑒𝑡𝑎𝑝+𝐷𝑒𝑝𝑟𝑒𝑠𝑖𝑎𝑠𝑖
𝑃−𝑉𝐶
𝑄𝑎𝑐𝑐𝑜𝑢𝑛𝑡𝑖𝑛𝑔 𝑏𝑟𝑒𝑎𝑘 − 𝑒𝑣𝑒𝑛 =
𝑅𝑝 500.000 + 𝑅𝑝 1.000.000
𝑅𝑝 5.000 − 𝑅𝑝 2.000
𝑄𝑎𝑐𝑐𝑜𝑢𝑛𝑡𝑖𝑛𝑔 𝑏𝑟𝑒𝑎𝑘 − 𝑒𝑣𝑒𝑛 =
𝑅𝑝 1.500.000
𝑅𝑝3.000
𝑄𝑎𝑐𝑐𝑜𝑢𝑛𝑡𝑖𝑛𝑔 𝑏𝑟𝑒𝑎𝑘 − 𝑒𝑣𝑒𝑛 = 500
Unit yang harus dijual oleh PT. Farmako ialah sebesar 500 unit agar Net Of Income PT.
Farmako sebesar nol (0).
B . C a sh B r ea k-Even A na lysi s
Analisis Kas Break-Even menunjukkan level penjualan dimana dapat menutupi total
biaya tetap(kecuali depresiasi) sehingga arus kas yang didapat sama dengan nol (0).
𝑄𝑐𝑎𝑠ℎ 𝑏𝑟𝑒𝑎𝑘 − 𝑒𝑣𝑒𝑛 =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑇𝑒𝑡𝑎𝑝 − 𝐷𝑒𝑝𝑟𝑒𝑠𝑖𝑎𝑠𝑖
𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎/𝑢𝑛𝑖𝑡 − 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙/𝑈𝑛𝑖𝑡
Contoh Soal:
PT. Bebek Sinjay merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang makanan cepat
saji. Ia ingin memproduksi makanan jenis baru berupa Burger Bebek, yang akan dijual
dengan harga Rp35.000 per unit dan membutuhkan biaya variable Rp 10.000 per unit dan
biaya tetap sebesar Rp 5.000.000. Untuk memproduksi Burger tersebut perusahaan
14. membeli mesin seharga Rp 25.000.000 yang memiliki masa manfaat 5 tahun dengan
depresiasi sebesar Rp 5.000.000 per tahun. Hitunglah bereapa unit yang harus dijual PT.
Bebek Sinjay untuk menutupi seluruh total biaya tetapnya tanpa memperhitungkan
depresiasi mesinnya?
Penyelesaian:
Diketahui : Harga/Unit = Rp 35.000 Biaya Variabel/Unit= Rp 10.000
CAPEX = Rp 25.000.000 Depresiasi = Rp 5.000.000
Biaya Tetap = Rp 15.000.000
Jawab :𝑄𝑐𝑎𝑠ℎ 𝑏𝑟𝑒𝑎𝑘 − 𝑒𝑣𝑒𝑛 =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑇𝑒𝑡𝑎𝑝+𝐷𝑒𝑝𝑟𝑒𝑠𝑖𝑎𝑠𝑖
𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑝𝑒𝑟 𝑢𝑛𝑖𝑡−𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙 𝑝𝑒𝑟 𝑢𝑛𝑖𝑡
𝑄𝑐𝑎𝑠ℎ 𝑏𝑟𝑒𝑎𝑘 − 𝑒𝑣𝑒𝑛 =
𝑅𝑝15.000.000 − 𝑅𝑝5.000.000
𝑅𝑝35.000 − 𝑅𝑝10.000
𝑄𝑐𝑎𝑠ℎ 𝑏𝑟𝑒𝑎𝑘 − 𝑒𝑣𝑒𝑛 =
𝑅𝑝10.000.000
𝑅𝑝25.000
𝑄𝑐𝑎𝑠ℎ 𝑏𝑟𝑒𝑎𝑘 − 𝑒𝑣𝑒𝑛 = 400 𝑢𝑛𝑖𝑡
PT. Bebek SInjay harus menjual sebanyak 400 unit untuk menutupi seluruh total biaya
tetapnya diluar depresiasi mesin.
C . N P V B r eak-Even A nal ysis
Analisis Kas Break-Even menunjukkan level penjualan yang dibutuhkan untuk
menghasilkan NPV sama dengan nol (0). Sehingga dapat mengetahui berapa unit yang
harus terjual per tahun untuk menutupi seluruh biaya yang dikeluarkan pada tahun
sekarang(Present Value) untuk selama masa manfaat investasi tersebut.
D. O p e r ati ng L evera ge d a n K evol ati la n d a ri A r us K a s P r oyek
Keterkaitan antara biaya tetap dan biaya variable tidak hanya menentukan output
pada titik break-even, tetapi juga menunjukkan Degree of Operating Leverang (DOL) yang
berfungsi untuk menentukan tingkat responsif suatu perusahaaan dalam menanggapi
perubahan keuntungan yang didapat atau penjualan.
𝐷𝑂𝐿𝑠𝑎𝑙𝑒𝑠 =
% 𝐶ℎ𝑎𝑛𝑔𝑒 𝑖𝑛 𝑁𝑒𝑡 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑖𝑛𝑔 𝐼𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒(𝑁𝑂𝐼)
%𝐶ℎ𝑎𝑛𝑔𝑒 𝑖𝑛 𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠
𝐷𝑂𝐿𝑠𝑎𝑙𝑒𝑠 = 1 +
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑇𝑒𝑡𝑎𝑝
𝑁𝑂𝐼
Tingkat DOL tinggi apabila biaya tetap lebih besar daripada biaya variabelnya.
Semakin tinggi tingkat DOL, maka semakin besar volatilitas NOI dalam merespon tingkat
perubahan penjualan perusahaan. Nilai DOL tidak konstan tetapi menurun seiring level
penjualan meningkat melebihi titik break-even.
Contoh Soal:
15. PT. ABC meramalkan bahwa perusahaannya akan menjual sebanyak 10,000 unit pada
tahun ini dengan harga jual Rp 5.000/unit. Apabila total biaya variable sebesar Rp
20.000.000 dan total biaya tetapnya sebesar Rp 15.000.000. Jika PT.ABC meramalkan
bahwa pada tahun depan penjualannya akan meningkat sebanyak 5%. Maka berapakah
Operating Leverage dari PT.ABC pada tahun ini dan tahun depan?
Penyelesaian:
Penjualan
tahun t
Penjualan tahun
t+1
Persentase Perubahan di
Penjualan dan NOI
Unit Terjual
10,000 10.500
Sales
Rp 50.000.000 Rp 52.500.000 𝑅𝑝52.500.000
𝑅𝑝50.000.000
− 1 = 5%
Total biaya variable
(Rp 20.000.000) (Rp 21.000.000)
Keuntungan
sebelum biaya tetap
Rp 30.000.000 Rp 31.500.000
Total biaya tetap
(Rp 15.000.000) (Rp 15.000.000)
NOI atau EBIT
Rp 15.000.000 Rp 16.500.000 𝑅𝑝16.500.000
𝑅𝑝15.000.000
− 1 = 10%
Tingkat DOL pada tingkat penjualan tahun t sebesar Rp50.000.000, ialah
𝐷𝑂𝐿𝑠𝑎𝑙𝑒𝑠 =
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑇𝑒𝑡𝑎𝑝
𝑁𝑂𝐼
+ 1
𝐷𝑂𝐿 𝑠𝑎𝑙𝑒𝑠( 𝑡) =
𝑅𝑝15.000.000
𝑅𝑝15.000.000
+ 1 = 2
Tingkat DOL pada tingkat penjualan tahun t+1 sebesar Rp 52.500.000, adalah
𝐷𝑂𝐿𝑠𝑎𝑙𝑒𝑠 =
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑇𝑒𝑡𝑎𝑝
𝑁𝑂𝐼
+ 1
𝐷𝑂𝐿 𝑠𝑎𝑙𝑒𝑠( 𝑡) =
𝑅𝑝15.000.000
𝑅𝑝16.500.000
+ 1 = 1,91
Tingkat DOL pada tahun ini ialah sebesar 2 dan pada tahun depan ialah sebesar 1,91.
Hal ini menunjukkan bahwa seiring dengan kenaikan tingkat penjualan maka nilai DOL
akan semakin menurun.
16. D a f t a r P u s t a k a
1. Financial ManagementPrinciplesandApplications13th
edition,Pearson,Titman.Sheridan;
ArthurJ. Keown.
2. PPT BahanAjar AnalisisSensitivitasDepartemenAgribisnis FEM-IPB