1. Latar Belakang :
Diperkirakan sejak abad ke-16 Islam
hadir di daerah Nusa Tenggara
(Lombok). Islam di Lombok diperkenalkan
oleh Sunan Perapen (putra Sunan Giri).
Kemungkinan masuknya Islam ke
Sumbawa ini dengan melalui Sulawesi,
yaitu dengan dakwah para mubalig dari
Makassar antara tahun 1540-1550.
by Alya Titania Annisaa' 1
Kerajaan Islam di Nusa Tenggara
2. 1. Kerajaan Selaparang
by Alya Titania Annisaa' 2
Letak
Penjelasan
Masa
Kejayaan
Sebab
Runtuh
Kehidupan
Politik
3. Masyarakat yang mendiami pulau Lombok awalnya
menganut kepercayaan animisme, dinamisme kemudian Hindu.
Islam pertama kali masuk melalui para wali dari pulau Jawa yakni
sunan Prapen pada sekitar abad XVI, setelah runtuhnya kerajaan
Majapahit. Para wali tersebut tidak serta merta menghilangkan
kebiasaan lama masyarakat yang masih menganut kepercayaan
lamanya. Bahkan terjadi akulturasi antara Islam dengan budaya
masyarakat setempat, karena para penyebar tersebut
memanfaatkan adat-istiadat setempat untuk mempermudah
penyampaian Islam. Kitab-kitab ajaran agama pada masa itu ditulis
ulang dalam bahasa Jawa Kuno. Bahkan syahadat bagi para
penganut Wetu Telu dilengkapi dengan kalimat dalam bahasa Jawa
Kuno. Pada masa itu, yang diwajibkan untuk melakukan
peribadatan adalah para pemangku adat atau kiai saja.
Kerajaan Selaparang menjadi sebuah bangunan
kesejarahan yang utuh dan menyeluruh agaknya memerlukan
pengkajian yang mendalam. Permasalahan utamanya terletak pada
ketersediaan sumber-sumber sejarah yang layak dan memadai.
Sumber-sumber yang ada sekarang, seperti Babad dan lain-lain
memerlukan pemilihan dan pemilahan dengan kriteria
yang valid dan reliable. Apa yang tertuang dalam tulisan sederhana
ini mungkin masih mengundang perdebatan. Karena itu sejauh
terdapat perbedaan-perbedaan dalam pengungkapannya akan
dimuat sebagai gambaran yang masih harus ditelusuri sebagai
bahan pengkajian lebih lanjut.
by Alya Titania Annisaa' 3
4. Buku Sejarah Daerah Nusa Tenggara Barat (2002) mencatat tiga pendapat tentang asal
mula sejarah kerajaan Selaparang.
o Pendapat Pertama
Kerajaan Selaparang merupakan proses kelanjutan dari kerajaan tertua di pulau Lombok, yaitu
Kerajaan Desa Lae' yang diperkirakan berkedudukan di Kecamatan Sambalia, Lombok Timur
sekarang. Dalam perkembangannya masyarakat kerajaan ini berpindah dan membangun
sebuah kerajaan baru, yaitu kerajaan Pamatan di Kecamatan Aikmel dan diduga berada di Desa
Sembalun sekarang. Dan ketika Gunung Rinjani meletus, penduduk kerajaan ini terpencar-
pencar yang menandai berakhirnya kerajaan. Betara Indra kemudian mendirikan kerajaan
baru bernama Kerajaan Suwung, yang terletak di sebelah utara Perigi sekarang. Setelah
berakhirnya kerajaan yang disebut terakhir, barulah kemudian muncul Kerajaan Lombok atau
Kerajaan Selaparang.
o Pendapat Kedua
Setelah Kerajaan Lombok dihancurkan oleh tentara Majapahit, Raden Maspahit melarikan diri
ke dalam hutan dan sekembalinya tentara itu Raden Maspahit membangun kerajaan yang baru
bernama Batu Parang yang kemudian dikenal dengan nama Kerajaan Selaparang.
o Pendapat Ketiga
Pada abad XII, terdapat satu kerajaan yang dikenal dengan nama kerajaan Perigi yang
dibangun oleh sekelompok transmigran dari Jawa di bawah pimpinan Prabu Inopati dan sejak
waktu itu pulau Lombok dikenal dengan sebutan Pulau Perigi. Ketika kerajaan Majapahit
mengirimkan ekspedisinya ke Pulau Bali pada tahun 1443 yang diteruskan ke Pulau Lombok
dan Dompu pada tahun 1357 dibawah pemerintahan Mpu Nala, ekspedisi ini menaklukkan
Selaparang (Perigi) dan Dompu.
Dari ketiga pendapat diatas agak sulit untuk membuat penafsiran mengenai sejarah
kerajaan Selaparang. Minimnya sumber-sumber sejarah menjadi alasan yang tak terelakkan.
by Alya Titania Annisaa' 4
5. Letak : Lombok
Kehidupan Ekonomi :
Disebutkan di dalam daun Lontar tersebut bahwa agama Islam salah satunya
(bukan satu-satunya) pertama kali dibawa dan disebarkan oleh seorang muballigh dari kota
Bagdad, Iraq, bernama Syaikh Sayyid Nururrasyid Ibnu Hajar al-Haitami. Masyarakat
Pulau Lombok secara turun-temurun lebih mengenal beliau dengan sebutan Ghaos Abdul
Razak. Nah, beliau inilah, selain sebagai penyebar agama Islam, dipercaya juga sebagai cikal
bakal Sulthan-Sulthan dari kerajaan-kerajaan yang ada di Pulau Lombok.[2] Namun selain
beliau, Betara Tunggul Nala (disebut pula Nala Segara) diyakini pula sebagai leluhur Sultan-
Sultan di Pulau Lombok.
Tidak diketahui secara pasti kapan tepatnya beliau masuk ke Pulau Lombok.
Namun pendapat terkuat menyebutkan bahwa beliau datang ke Pulau Lombok untuk
pertama kalinya sekitar tahun 600-an Hijriyah atau abad ke-13 Masehi (antara tahun 1201
hingga 1300 Masehi). Ghaos Abdul Razak mendarat di Lombok bagian utara yang disebut
dengan Bayan. Beliaupun menetap dan berda'wah di sana. Beliau kemudian menikah dan
lahirlahi tiga orang anak, ya'ni Sayyid Umar, yang kemudian menjadi datu Kerajaan
Gunung Pujut, Sayyid Amir, yang kemudian menjadi datu Kerajaan Pejanggik, dan Syarifah
Qomariah atau yang lebih terkenal dengan sebutan Dewi Anjani.
Kemudian Ghaos Abdul Razak menikah lagi dengan seorang putri dari Kerajaan
Sasak yang melahirkan dua orang anak, ya'ni seorang putra bernama Sayyid Zulqarnain
(dikenal juga dengan sebutan Syaikh 'Abdul Rahman) atau disebut pula dengan Ghaos
'Abdul Rahman, dan seorang putri bernama Syarifah Lathifah yang juluki pula dengan
Denda Rabi'ah. Sayyid Zulqarnain inilah yang kemudian mendirikan Kerajaan Selaparang
sekaligus pula sebagai Datu (raja) pertama dengan gelar Datu Selaparang atau Sulthan
Rinjani.[6]
Nah, sampai disini sudah terdapat dua versi, yakni antara Nala Segara (Betara
Tunggul Nala) dan Ghaos Abdul Razak yang sama-sama dipercaya sebagai penyebar agama
Islam, menjadi cikal bakal Sultan-Sultan Lombok dan pendiri Kerajaan Selaparang.
Pertanyaan yang agak menggelitik kemudian adalah: Tidakkah keduanya memang orang
yang sama? Tidakkah yang dimaksud sebagai Nala Segara itu sebagai Ghaos Abdul
Razak, dan Wali Nyatok adalah Ghaos 'Abdul Rahman. Hal itu masih dimungkinkan
mengingat pada masa dahulu seorang tokoh seringkali menggunakan nama-nama berbeda
ditempat yang berbeda.
by Alya Titania Annisaa' 5
6. Penjelasan :
Selaparang merupakan pusat kerajaan
Islam di Lombok dibawah pemerintahan Prabu
Rangkesari. Pada masa itulah Selaparang
mengalami zaman keemasan dan memegang
hegemoni di seluruh Lombok. Dari Lombok,
Islam disebarkan ke Pejanggik, Parwa, Sokong,
Bayan, dan lain-lain. Konon Sunan Perapen
meneruskan dakwahnya dari Lombok menuju
Sumbawa.
by Alya Titania Annisaa' 6
7. Masa KejayaanKerajaan Selaparang tergolong kerajaan yang tangguh, baik di darat maupun
di laut. Laskar lautnya telah berhasil mengusir Belanda yang hendak memasuki wilayah
tersebut sekitar tahun 1667-1668 Masehi. Namun demikian, Kerajaan Selaparang harus
rnerelakan salah satu wilayahnya dikuasai Belanda, yakni Pulau Sumbawa, karena lebih
dahulu direbut sebelum terjadinya peperangan laut. Di samping itu, laskar lautnya pernah
pula mematahkan serangan yang dilancarkan oleh Kerajaan Gelgel (Bali) dari arah barat.
Selaparang pernah dua kali terlibat dalam pertempuran sengit melawan Kerajaan Gelgel,
yakni sekitar tahun 1616 dan 1624 Masehi, akan tetapi kedua-duanya dapat ditumpas
habis, dan tentara Gelgel dapat ditawan dalam jumlah yang cukup besar pula.
Setelah pertempuran sengit tersebut, Kerajaan Selaparang mulai menerapkan
kebijaksanaan baru untuk membangun kerajaannya dengan memperkuat sektor agraris.
Maka, pusat pemerintahan kerajaan kemudian dipindahkan agak ke pedalaman, di sebuah
dataran perbukitan, tepat di desa Selaparang sekarang ini. Dari wilayah kota yang baru
ini, panorama Selat Alas yang indah membiru dapat dinikmati dengan latar belakang
daratan Pulau Sumbawa dari ujung utara ke selatan dengan sekali sapuan pandangan.
Dengan demikian, semua gerakan yang mencurigakan di tengah lautan akan segera dapat
diketahui. Wilayah ibukota Kerajaan Selaparang inipun memiliki daerah bagian belakang
berupa bukit-bukit persawahan yang dibangun dan ditata rapi, bertingkat-tingkat hingga
ke hutan Lemor yang memiliki sumber mata air yang melimpah.
Berbagai sumber menyebutkan, bahwa setelah dipindahkan, Kerajaan
Selaparang mengalami kemajuan pesat. Sebuah sumber mengungkapkan, Kerajaan
Selaparang dapat mengembangkan kekuasaannya hingga ke Sumbawa Barat. Disebutkan
pula bahwa seorang raja muda bernama Sri Dadelanatha, dilantik dengan gelar Dewa
Meraja di Sumbawa Barat karena saat itu (1630 Masehi) daerah ini juga masih termasuk
ke dalam wilayah kekuasaan Kerajaan Selaparang. Kemudian dilanjutkan oleh generasi
berikutnya, yaitu sekitar tanggal 30 November 1648 Masehi, putera mahkota Selaparang
bernama Pangeran Pemayaman dengan gelar Pemban Aji Komala, dilantik di Sumbawa
menjadi Sulthan Selaparang yang memerintah seluruh wilayah Pulau Lombok dan
Sumbawa.[
by Alya Titania Annisaa' 7
8. Sebab Keruntuhan
Selaparang ditaklukan Kerajaan Gowa pada 1640
Tekanan dari VOC setelah terjadinya perjanjian
Bongaya pada 18 November 1667
Serangan dari kerajaan Gelgel
Berdirinya Kerajaan Pagutan dan Pagesangan
sekitar tahun 1622 Masehi di kawasan Kota
Mataram
Salah seorang tokoh penting di lingkungan pusat
kerajaan bernama Arya Banjar Getas, ditengarai
berselisih paham dengan rajanya, raja Kerajaan
Selaparang, soal posisi pasti perbatasan antara
wilayah Kerajaan Selaparang dan Pejanggik.
Kerajaan Mataram Karang Asem menggempur
Kerajaan Selaparang yang pada akhirnya telah
berhasil menaklukkan Kerajaan Selaparang.
Peristiwa itu terjadi sekitar tahun 1672 Masehi.
by Alya Titania Annisaa' 8
9. 2. Kesultanan Bima
Kerajaan Bima terletak di pantai timur pulau Sumbawa.
Wilayah kerajaan Bima mencakup Pulau Sumbawa bagian timur dan
tanah-tanah timur, Seperti
Sawu, Alor, Sumba, Larantuka, Ende, Manggarai dan Komodo.
Perluasan Kerajaan Bima
Pada suatu masa, ada keturunan Indra Zamrud yang memiliki 30
anak, dua puluh lelaki dan sepuluh perempuan. Anak lelakinya
dijadikan raja di beberapa daerah Sumbawa, antara lain di
Dompu, Bima, dan Sumbawa. Sehingga banyak terdapat kerajaan-
kerajaan di pulau Sumbawa seperti kerajaan Pekat,Kerajaan
Sanggar,Kerajaan Dompo (Dompu),Kerajaan Sanghyang (Gunung
sanghyang),dan Kerajaan Sumbawa.
Pada saat itu penduduk Kerajaan bima mencapai 100.000 jiwa se
pulau Sumbawa sebelum terjadi letusan gunung Tambora tahun 1815
yang memakan korban 71.000 jiwa. Sehingga banyak terjadi
perpindahan penduduk yang merata sepulau Sumbawa tersebut.
by Alya Titania Annisaa' 9
10. MASUKNYA ISLAM KE BIMA
MASUKNYA ISLAM KE BIMA
Mbojo (Bima) terletak di pulau Sumbawa bagian ujung timur , Indonesia. Daerah Bima
sekarang terdiri dari Kota Bima dan Kab.Bima setelah terjadi pemekaran wilayah, kedua
wilayah ini memiliki peninggalan budaya Mbojo, rumah adat (Arsitektur lokal) berupa UMA
LEME atau biasa disebut UMA LENGGE oleh masyrakat setempat yang terletak didesa
Padende- Donggo – kabupaten Bima, sedangkan pada kota Bima terdapat Istana Kesultanan
Bima (ASI MBOJO) sebagai pusat pemerintahan kerajaan bima dulunya dan sekarang menjadi
museum.
Islam masuk ke Bima pada hari Kamis tanggal 5 Juli 1640 M, atau bertepatan dengan tanggal
15 Rabiul Awal 1050 H. Islam pertama kali dibawa ke Bima oleh dua orang datuk keturunan
bangsawan Melayu dari Kerajaan Pagaruyung yang sekarang masuk wilayah Kecamatan
Tanjung Emas Kabupaten Tanah Datar Sumatra Barat. Dua datuk yang juga berprofesi sebagai
saudagar tersebut bernama Datuk Dibanda dan Datuk Ditiro. Sebagian literatur menyebut
keduanya dengan nama Datuk ri Bandang dan Datuk ri Tiro.
by Alya Titania Annisaa' 10
11. Kehidupan Budaya
Beragam tradisi dan budaya terlahir dan masih dipertahankan rakyatnya. Salah satu yang
hingga kini masih kekal bahkan terwarisi adalah budaya rimpu, sebuah identitas
kemusliman yang hingga kini nyaris kehilangan makna. Rimpu merupakan busana adat
harian tradisional yang berkembang pada masa kesultanan, sebagai identitas bagi wanita
muslim di Bima. Rimpu mulai populer sejak berdirinya Negara Islam di Bima pada 15
Rabiul awal 1050 H bertepatan dengan 5 Juli 1640.
Masuknya rimpu ke Bima amat kental dengan masuknya Islam ke Kabupaten
bermotokan Maja Labo Dahu ini. Pedagang Islam yang datang ke Bima terutama wanita
Arab menjadi ispirasi kuat bagi wanita Bima untuk mengidentikkan pakaian mereka
dengan menggunakan rimpu.
Sebuah masjid tertua di Bima hingga kini masih bediri di Kelurahan Melayu Kecamatan
Asakota, Kota Bima. Hanya saja, kondisi cagar budaya itu tak terurus dan hanya berfungsi
sebagai Tempat Pendidikan Qur’an (TPQ) oleh warga setempat. Bahkan sejumlah benda
bernilai sejarah tinggi raib. Pantauan Suara NTB, mesjid yang seluruh bangunannya
terbuat dari kayu dan beratap seng itu masih berdiri kokoh diantara rumah penduduk.
Konon masjid itu dibangun dua utusan Sultan Goa Sulawesi Selatan untuk mensyi’arkan
Agama Islam di Bima.
by Alya Titania Annisaa' 11
12. Kehidupan politik
Bima merupakan kerajaan Islam yang menonjol di Nusa
Tenggara.Rajanya yang pertama masuk Islam ialah Ruma Ma
Bata Wadu yang bergelar Sultan Bima I atau Sultan Abdul
Khair(1611-1640).
Sejak awal berdirinya hingga saat ini, telah memerintah
sekitar 60 orang raja atau sultan di Kerajaan Bima. Khusus
pada periode Islam, ada 14 orang sultan. Ketika Jepang
masuk ke Indonesia, yang berkuasa di Kerajaan Bima adalah
Sultan Muhammad Shalahuddin. Ia meninggal dunia pada
tahun 1951, dan kemudian digantikan oleh anaknya, Abdul
Khair II. Di masa Abdul Khair II ini, ia tidak banyak
berkecimpung untuk mengurus Kerajaan Bima, sebab ia
lebih memilih menjadi pegawai di Departemen Dalam
Negeri dan anggota Parlemen. Ketika meninggal dunia, ia
digantikan oleh anak tertuanya, Putra Feri Andi Zulkarnain.
by Alya Titania Annisaa' 12