Dokumen tersebut membahas strategi karantina tumbuhan domestik Indonesia untuk mencegah penyebaran organisme pengganggu tumbuhan berbahaya antar pulau. Kegiatan karantina dilakukan di tempat pengeluaran dan pemasukan tanaman atau media yang berpotensi membawa organisme pengganggu, dan wajib dilaporkan ke petugas karantina. Tanaman atau media yang terbukti terinfeksi dapat dimusnahkan tanpa ganti rugi.
2. • Karantina Tumbuhan Domestik adalah usaha
Pemerintah untuk mencegah penyebaran jasad
pengganggu tumbuhan berbahaya dari satu pulau
kepulau lain didalam wilayah negara Republik
Indonesia dengan peraturan lalu lintas tanaman dan
media pembawa potensial;
• Kegiatan operasional karantina tumbuhan domestik
dilaksanakan di tempat pengeluaran tanaman atau
media pembawa potensial dari dan ditempat
pemasukkannya kedalam suatu pulau didalam wilayah
Negara Republik Indonesia untuk mencegah
menyebarnya jasad pengganggu tumbuhan berbahaya
tertentu dari/ kedalam pulau yang bersangkutan;
3. • Untuk keperluan pelaksanaan karantina
tumbuhan domestik setiap orang atau badan
yang memasukkan tanaman atau media
pembawa potensial sebagaimana dimaksud
dalam pasal 3 kedalam suatu pulau wajib
melaporkan kedatangan tanaman atau media
pembawa potensial tersebut beserta Surat
Keterangan Karantina Tumbuhan Domestik yang
menyertainya krepada Petugas Karantina
Tumbuhan ditempat pemasukkan termaksud
pasal 2
4. • Pemilik tanaman atau media pembawa
potensial tidak berhak menuntut at
memperoleh ganti rugi apapun dalam hal
tanaman atau media pembawa potensial
dimusnahkan sebagai akibat pelaksanaan
pasal 4 ayat (2) atau pasal 5 ayat (2), atau
sebagai akibat tidak terpenuhinya syarat
tersebut pada pasal 4 ayat (3) dan pasal 5 ayat
(4).
5. Distribution of Stewart Wilt in Indonesia
(Rahma and Khairul 2009)
No Province District County Incidence
(%)
Severity
(%)
1 West Sumatera
Pasaman Barat Pasaman 14% 25%
Luhak nan Duo 4 10%40 27%
Puluh Kota Suliki 12% 21%
Payakumbuh 4 11%40 20%
2 Lampung
Lampung Timur Sukadana 9% 15%
Pekalongan 11% 11%
Lampung Selatan Natar 12% 21%40
Katibung 18% 11%
3 Central Java Temangung
Ngadirejo 12% 24%
Temanggung 14% 20%
Blora 11% 19%
Blora Sarang 15% 16%
4 East Java
Bojonegora Sukosari 11% 14%
Radangan 9% 21%
Jombang Kertosuno 9% 15%
Gimbang 11% 19%
5 Gorontalo
Sulawesi
Gorontalo Atingola 8% 20%
Kuandang 14% 22%
Pahuwato Marisa 9% 21%
Tabulo 15% 19%
6. Virulence Diversity of Pantoea stewartii subsp.stewartii
Isolates
Isolate Infectiaon % Category Virulence Level
KG 2.2 1 – 4 % Very light Avirulent
LA 8.3
KG 5.4
5 – 25 % Light Low
PSM 3.3
LA 5.6
KG 2.1
PSM 2.7
PSM 17.1
25 – 50 % Moderate Virulent
PSM 6B2 50 – 90 % Heavy Highly virulent
(HALIATUR RAHMA, YENNY LISWARNI and DELLA
PUSPITA, 2011)
11. The successful eradication is due, at least in part, to the effective quarantine
strategy that limited the spread of the fly. The pest quarantine area was divided
into 5 different zones, which facilitated the recording, application and auditing of
eradication and monitoring activities. North Queensland is a tourist destination for
international and national visitors, and the movement of infested fruit out of the
quarantine area presented a serious risk. Two methods were used to overcome
this problem: education and regulation.