Dokumen ini membahas tentang Tembang Macapat, yaitu puisi tradisional Jawa yang terdiri atas 11 jenis. Dijelaskan pengertian, sejarah, struktur, dan contoh Tembang Macapat beserta macam-macam jenisnya seperti Maskumambang, Mijil, dan Sinom.
3. Pengertian Tembang Macapat
Tembang atau puisi tradisional Jawa
Konon berasal dari kata “maca papat
papat” (membacanya empat empat)
Artinya cara membaca terjalin tiap empat
suku kata.
4. Sejarah Tembang Macapat
Macapat diperkirakan muncul pada akhir
Majapahit dan dimulainya pengaruh
Walisongo, namun hal ini hanya bisa
dikatakan untuk situasi di Jawa Tengah.
Sebab di Jawa Timur dan Bali macapat telah
dikenal sebelum datangnya Islam.
5. Struktur Macapat
Wilangan/Guru Wilangan : jumlah suku
kata dalam sebuah kalimat
Guru Lagu/Dhong-dhing : huruf
vokal/bunyi yang terdapat pada suku kata
terakhir pada suatu baris kalimat lagu
Gatra : jumlah kalimat/baris yang
terdapat dalam satu bait lagu
Pupuh : bait lagu
6. Contoh:
“Megatruh”
Yèn Suwanda baé yayi kang kadulu (12u)
Sasrabahu kang kaèksi (8i)
Yèn Sasrabahu kadulu (8u)
Suwanda datan kaèksi (8i)
Dèn awas panunggal loro (8o)
Jumlah gatra dalam 1 pupuh: 5 gatra
7. Macam-macam tembang macapat
Macapat dapat digolongkankan menjadi
11 tembang, yang menggambarkan
jalannya kehidupan manusia sejak
didalam kandungan ibunda hingga
meninggal.
Menceritakan sifat lahir, sifat hidup, dan
sifat mati manusia sebagai sebuah
perjalanan yang musti dilalui setiap
insan
8. Maskumambang, melambangkan embrio yang
masih dalam kandungan ibunya, yang belum
diketahui laki atau perempuan.
Mijil, merupakan ilustrasi awal mula manusia lahir
kedunia. Tembang mijil mempunyai sifat asih dan
berisi doa atau pangajab.
Kinanthi, berasal dari kata kanthi atau menuntun,
yang artinya dituntun supaya dapat berjalan didunia
ini. Tembang Kinanthi mempunyai sifat senang dan
asih.
Sinom, berarti “kanoman” (kemudaan/usia muda),
berarti adalah waktu luang pada masa muda untuk
menimba ilmu sebanyak banyaknya.
9. Asmaradana, menggambarkan masa-masa
dirundung asmara. Bisa juga menggambarkan
cinta kasih yang diberikan oleh orang tua
semasa kita kecil dulu.
Gambuh, awal kata gambuh adalah jumbuh /
bersatu yang artinya komitmen untuk
menyatukan cinta dalam satu biduk rumah
tangga.
Dhandanggula, menggambarkan seseorang
yang berbahagia, apa yang dicita-citakan dapat
terlaksana.
Durma, berasal dari kata “darma/weweh”
(berdarma/memberikan sumbangan). Seseorang
10. Pangkur, Berasal dari kata “mungkur”
(mundur) yang berarti telah meninggalkan
dan menghindari hawa nafsu yang angkara
murka.
Megatruh, berasal dari kata “megat roh”
(melepaskan roh), menggambarkan bahwa
manusia itu kelak akan mati.
Pocung/Pucung, manakala yang tertinggal
hanyalah jasad belaka, dibungkus dalam
balutan kain kafan , diusung dipanggul
13. Mijil
Jalak uren mawurahan sami, 10 i
Samadya andon woh, 6 o
Amuwuhi malad wiyadine, 10 e
Ana manuk mamatuk sasari, 10 i
Angsoka sulastri, 6 i
Ruru karya gandrung. 6 u