2. KONSEP DASAR
Pengertian
Istilah kejang demam digunakan untuk bangkitan
kejang yg timbul akibat kenaikan suhu tubuh.
“Kejang demam ialah bangkitan kejang yg terjadi
pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal 38 C) yang
disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium
(Hasan, 1995)
Kejang demam adalah suatu kejadian pada bayi atau
anak, biasanya terjadi pada umur 3 bulan sampai 5 tahun,
berhubungan dengan demam tetapi tidak pernah terbukti
adanya infeksi intrakranial atau penyebab tertentu. Anak
yang pernah kejang tanpa demam dan bayi berumur
kurang dari 4 minggu tidak termasuk. Kejang demam
harus dapat dibedakan dengan epilepsi, yaitu ditandai
dengan kejang berulang tanpa demam (Mansjoer, 2000)
3. ETIOLOGI
Penyebab Febrile Convulsion hingga kini belum
diketahui dengan Pasti, demam sering disebabkan
oleh infeksi saluran pernafasan atas, otitis media,
pneumonia, gastroenteritis dan infeksi saluran kemih.
Kejang tidak selalu tinbul pada suhu yang tinggi.
Kadang-kadang demam yang tidak begitu tinggi dapat
menyebabkan kejang (Mansjoer, 2000).
Kejang dapat terjadi pada setiap orang yang
mengalami hipoksemia (penurunan oksigen dalam
darah) berat, hipoglikemia, asodemia, alkalemia,
dehidrasi, intoksikasi air, atau demam tinggi. Kejang
yang disebabkan oleh gangguan metabolik bersifat
reversibel apabila stimulus pencetusnya dihilangkan
(Corwin, 2001).
4. KLASIFIKASI KEJANG
a. Kejang Tonik
Kejang ini biasanya terdapat pada bayi baru lahir dengan berat badan rendah dengan
masa kehamilan kurang dari 34 minggu dan bayi dengan komplikasi prenatal
berat.Bentuk klinis kejang ini yaitu berupa pergerakan tonik satu ekstrimitas atau
pergerakan tonik umum dengan ekstensi lengan dan tungkai yang menyerupai
ekstensi tungkai dan fleksi lengan bawah.
b. Kejang Klonik
Kejang Klonik dapat berbentuk fokal, unilateral, bilateral dengan permulaan fokal dan
multifokal yang berpindah-pindah. Bentuk klinis kejang klonik fokal berlangsung 1 –
3detik, terlokalisasi dengan baik, tidak disertai gangguan kesadaran dan biasanya
tidakdiikuti oleh fase tonik. Bentuk kejang ini dapat disebabkan oleh kontusio cerebri
akibat trauma fokal pada bayi besar dan cukup bulan atau oleh ensepalopati
metabolik.
c. Kejang Mioklonik
Gambaran klinis yang terlihat adalah gerakan ekstensi dan fleksi lengan atau keempat
anggota gerak yang berulang dan terjadinya cepat. Gerakan tersebut menyerupai
reflekmoro. Kejang ini merupakan pertanda kerusakan susunan saraf pusat yang luas
dan hebat.Gambaran EEG pada kejang mioklonik pada bayi tidak spesifik.
5. PATOFISIOLOGI
Sel neuron dikelilingi oleh suatu membran. Dalam
keadaan normal membran sel neuron dapat dapat dilalui
dengan mudah oleh ion kalium dan sangat sulit dilalui
oleh ion natrium dan ion lain, kecuali ion clorida.
Akibatnya konsentrasi natrium menurun sedangkan di
luar sel neuron terjadi keadaan sebaliknya.
Dengan adanya perbedaan konsentrasi ion di dalam
dan di luar sel maka terdapat perbedaan potensial yang
disebut potensial membran dan ini dapat dirubah
dengan adanya :
Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler
Rangsangan yang datangnya mendadak, misalnya
mekanis, kimiawi atau aliran listrik dari sekitarnya
Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena
penyakit atau keturunan.
6. Infeksi
Demam
Kenaikan Metabolisme Kebutuhan O2 Meingkat
Keseimbangan Membran Sel Terganggu
Pompa Na dan K terganggu
Gangguan Mekanisme Listrik di Otak
KEJANG
Ns. Paula
Krisanty,S.Kep, MA
7. TANDA DAN GEJALA
Secara teoritis pada klien dengan Kejang Demam
didapatkan data-data antara lain klien kurang
selera makan (anoreksia), klien tampak gelisah,
badan klien panas dan berkeringat, mukosa bibir
kering (Ngastiyah, 1997).
8.
9. PENATALAKSANAAN
KEDARURATAN
1. Segera diberikan diezepam intravena dosis rata-rata 0,3mg/kgBB
atau diazepam rektal dosis ≤ 10 kg = 5mg/kgBB
Bila kejang tidak ≥ 10 kg = 10 mg
berhenti tunggu 15
dapat diulangi menit dosis/cara yang sama
dengan
Kejang
berhenti
berikan dosis awal fenobaritol
neonatus =30 mg IM
1 bln-1 thn=50 mg IM
>1 thn=75 mg IM
Pengobatan rumat
4 jam kemudian
10. Lanjutan..............................
Hari I+II = fenobaritol 8-10 mg/kg dibagi dlm 2 dosis
Hari berikutnya = fenobaritol 4-5 mg/kg dibagi dlm 2 dosis
Bila diazepam tidak tersedia langsung memakai fenobarbital dengan
dosis
awal selanjutnya diteruskan dengan dosis rumat.
2. Membebaskan jalan nafas dan oksigenasi secukupnya & TTV d
observasi
ketat
3. Menurunkan panas bila demam atau hiperpireksia, dengan kompres
seluruh
tubuh & bila tlh memungkinkan dapat diberikan parasetamol 10
mg/kgBB/kali kombinasi diazepam oral 0,3 mg/kgBB
4. Memberikan cairan yang cukup bila kejang berlangsung cukup lama
11. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
observasi kejang dan gambarkan kejadiannya.
2. Riwayat penyakit
Aktivitas / istirahat : keletihan, kelemahan umum, perubahan tonus /
kekuatan otot. Gerakan involunter
Sirkulasi : peningkatan nadi, sianosis, tanda vital tidak normal atau
depresi dengan penurunan nadi dan pernafasan
Eliminasi : inkontinensia episodik, peningkatan tekanan kandung
kemih dan tonus spinkter
Makanan / cairan : sensitivitas terhadap makanan, mual dan
muntah yang berhubungan dengan aktivitas kejang, kerusakan
jaringan lunak / gigi
Neurosensor : aktivitas kejang berulang, riwayat truma kepala dan
infeksi serebra
Riwayat jatuh / trauma
12. Diagnosa keperawatan
1. Resiko tinggi trauma / cidera b/d kelemahan,
perubahan kesadaran, kehilangan koordinasi
otot.
2. Resiko tinggi terhadap inefektifnya bersihan jalan
nafas b/d kerusakan neoromuskular
3. Resiko kejang berulang b/d peningkatan suhu
tubuh
4. Kerusakan mobilitas fisik b/d kerusakan persepsi,
penurunan kekuatan
5. Kurang pengetahuan keluarga b/d kurangnya
informasi
13. Intervensi
Diagnosa 1
Tujuan
Cidera / trauma tidak terjadi
Kriteria hasil
Faktor penyebab diketahui, mempertahankan aturan pengobatan,
meningkatkan keamanan lingkungan
Intervensi
Kaji dengan keluarga berbagai stimulus pencetus kejang. Observasi keadaan
umum, sebelum, selama, dan sesudah kejang. Catat tipe dari aktivitas kejang
dan beberapa kali terjadi. Lakukan penilaian neurology, tanda-tanda vital
setelah kejang. Lindungi klien dari trauma atau kejang.
Berikan kenyamanan bagi klien. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
therapi anti compulsan
14. Diagnosa 2
Tujuan
Inefektifnya bersihan jalan napas tidak terjadi
Kriteria hasil
Jalan napas bersih dari sumbatan, suara napas
vesikuler, sekresi mukosa tidak ada, RR dalam
batas normal
Intervensi
Observasi tanda-tanda vital, atur posisi tidur klien
fowler atau semi fowler. Lakukan penghisapan
lendir, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
therapi
15. Diagnosa 3
Aktivitas kejang tidak berulang
Kriteria hasil
Kejang dapat dikontrol, suhu tubuh kembali
normal
Intervensi
Kaji factor pencetus kejang. Libatkan keluarga
dalam pemberian tindakan pada klien. Observasi
tanda-tanda vital. Lindungi anak dari trauma.
Berikan kompres dingin pda daerah dahi dan
ketiak.
16. Diagnosa 4
Tujuan
Kerusakan mobilisasi fisik teratasi
Kriteria hasil
Mobilisasi fisik klien aktif , kejang tidak ada,
kebutuhan klien teratasi
Intervensi
Kaji tingkat mobilisasi klien. Kaji tingkat kerusakan
mobilsasi klien. Bantu klien dalam pemenuhan
kebutuhan. Latih klien dalam mobilisasi sesuai
kemampuan klien. Libatkan keluarga dalam
pemenuhan kebutuhan klien.
17. Diagnosa 5
Tujuan
Pengetahuan keluarga meningkat
Kriteria hasil
Keluarga mengerti dengan proses penyakit kejang demam,
keluarga klien tidak bertanya lagi tentang penyakit,
perawatan dan kondisi klien.
Intervensi
Kaji tingkat pendidikan keluarga klien. Kaji tingkat
pengetahuan keluarga klien. Jelaskan pada keluarga klien
tentang penyakit kejang demam melalui penkes. Beri
kesempatan pada keluarga untuk menanyakan hal yang
belum dimengerti. Libatkan keluarga dalam setiap tindakan
pada klien.
18. Evaluasi
1. Cidera / trauma tidak terjadi
2. Inefektifnya bersihan jalan napas tidak
terjadi
3. Aktivitas kejang tidak berulang
4. Kerusakan mobilisasi fisik teratasi
5. Pengetahuan keluarga meningkat