SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  42
Bab 3
Fondasi Ekonomi SDA
Ekonomi Sumberdaya Alam
Fakultas Pertanian
Universitas Muhammadiyah
Jember
Ekonomi Kesejahteraan
 Hal mendasar dari aspek ekonomi SDA adalah
bagaimana ekstraksi SDA tersebut dapat memberikan
manfaat atau kesejahteraan kepada masyarakat secara
keseluruhan.
 Dalam hal ini, ukuran kesejahteraan menggunakan
fondasi ekonomi neo-klasik, yaitu pengukuran surplus
yang diperoleh dari konsumsi dan produksi barang/jasa
yang dihasilkan dari SDA.
 Surplus dari SDA pada dasarnya diperoleh dari
interaksi antara permintaan dan penawaran.
Kurva Permintaan
 Dalam perspektif ekonomi neo-klasik, kurva
permintaan dapat diturunkan dari dua sisi yang
berbeda.
 Pertama, kurva permintaan diturunkan dengan
memaksimumkan kepuasan atau utilitas yang akan
menghasilkan kurva permintaan biasa (
ordinary demand curve ) atau disebut kurva
permintaan Marshall.
 Kedua, kurva permintaan diturunkan dengan
meminimumkan pengeluaran yang akan menghasilkan
kurva permintaan terkompensasi ( compensated
demand curve ) atau kurva permintaan Hicks.
Teori Konsumsi Neo-Klasik
Mengasumsikan bahwa individu bertindak rasional, dan
dengan kendala yang ada berupaya untuk
memaksimumkan kepuasan terhadap barang dan jasa
yang dikonsumsi.
Kepuasan yang diperoleh dari mengkonsumsi barang X
dan Y disebut utilitas terhadap barang X dan Y atau
dituliskan sebagai :
U(X,Y)
Kepuasan mengkonsumsi barang X dan Y dibatasi oleh
pendapatan (M) yang tetap.
Jika barang X seharga Px dan barang Y seharga Py,
maka jumlah yang dibelanjakan untuk barang tersebut
adalah :
M = Px.X + Py.Y
Teori Konsumsi Neo-Klasik
Keputusan yang harus diambil oleh konsumen adalah
bagaimana memilih barang X dan Y yang akan
memberikan kepuasan maksimum dengan kendala
(batasan) anggaran yang ada. Secara matematis
dituliskan sbg :
max : U(X,Y)
dengan kendala : M = Px.X + Py.Y
Dengan menggunakan fungsi Lagrange diperoleh :
L = U(X,Y) +  ( M - Px.X - Py.Y )
Syarat keharusan dari persamaan L adalah :
0
Px
λ
X
Y)
U(X,
X
L







0
Py
λ
Y
Y)
U(X,
Y
L







0
Y
Py
X
Px
M
λ
L








Teori Konsumsi Neo-Klasik
Persamaan di atas dapat disederhanakan menjadi :
y
x
P
P
X
Y)
U(X,
X
Y)
U(X,





M)
,
P
,
(P
Y
M)
,
P
,
(P
X
M
M
y
x
y
y
x
x


y
x
Y
X
P
P
Y)
(X,
U
Y)
(X,
U



Yang merupakan persamaan slope antara kurva
indiferen dan kurva anggaran.
Jika fungsi utilitas eksplisit diketahui, maka konsumsi
optimal untuk barang X dan Y adalah fungsi dari harga
barang dan pendapatan yang menghasilkan fungsi
permintaan biasa.
Teori Konsumsi Neo-Klasik
Alternatif lain penurunan kurva permintaan adalah
dengan meminimumkan pengeluaran dengan kendala
utilitas yang harus mencapai tingkat tertentu sebesar U0 :
Minimumkan : M = Px.X + Py.Y
dengan kendala : U(X,Y) = U0
Dengan menggunakan fungsi Lagrange diperoleh :
L = Px.X + Py.Y +  [ U0 - U(X,Y) ]
Syarat keharusan dari persamaan L adalah :
0
X
Y)
U(X,
λ
-
P
X
L






x
0
Y
Y)
U(X,
λ
-
P
Y
L






y 0
Y)
U(X,
-
U
λ
L 0




Teori Konsumsi Neo-Klasik
Penyederhanaan persamaan di atas menghasilkan
kurva permintaan Hicks yang merupakan fungsi dari
harga barang dan utilitas.
)
U
,
P
,
P
(
Y
)
U
,
P
,
P
(
X
0
H
0
H
y
x
Y
y
x
X


Contoh :
Jika fungsi utilitas adalah berbentuk Cobb-Douglas, yaitu : U(X,Y) = X.Y
maka:
X
Y
Y)
U(X,
Y)
(X,
U
Y
X
Y)
U(X,
Y)
(X,
U










Y
X
y
x
Y
X
P
P
Y)
(X,
U
Y)
(X,
U



sehingga dari persamaan :
Py
Px
X
Y
Y)
(X,
U
Y)
(X,
U
Y
X




atau X
Py
Px
Y 
Jika disubstitusikan ke kendala anggaran akan dihasilkan :









 X
Py
Px
Py
Px.X
M Px.X
2
M 
Contoh :
Dengan demikian akan diperoleh fungsi permintaan terhadap X dengan
rumus :
x
M
P
2
M
X 
dan fungsi permintaan terhadap Y dengan rumus :
y
M
P
2
M
Y 
Keduanya merupakan kurva permintaan Marshall.
Contoh :
Sedangkan kurva permintaan Hicks dapat diturunkan dengan cara
mensubstitusikan :
X
Py
Px
Y 
ke persamaan :
0
Y)
U(X,
-
U0

X.Y
Y)
U(X,
U0










 X
Py
Px
X.
U0
Py
Px
X
U 2
0

Py
Px
X
U 2
0

Px
Py
U
X 0
2

Px
Py
U
X 0
H

Px
Py
U
X 0
H

Py
Px
U
Y 0
H

X
X
P
U0 U1
y
M/P
0
X
M/P 1
X
M/P
0
X
P
1
X
P
Y
0
0
A
a
B
b
M
D
c
H
D
C
Penurunan Kurva Permintaan Marshall dan Hicks
y
P
M
Y 

0
X
0
X
0
P
pada
P
M
X
 
1
X
1
X
1
P
pada
P
M
X
 
(a)
(b)
y
1
P
/
M
1
X
1
P
/
M
a
x
a
x
c
x b
x
c
x
c
x
Keterangan :
 Gambar (a) menggambarkan konsep utiliti, di mana :
 Aksis horizontal menyatakan barang X, sedangkan
 aksis vertikal menunjukkan konsumsi barang lain (barang Y)
 Garis - menggambarkan garis anggaran pada kondisi awal.
 Kurva indiferen menggambarkan utilitas pada kondisi awal.
 Titik A adalah titik singgung antara kurva dengan garis anggaran -
menunjukkan titik konsumsi yang paling optimal untuk barang X dan barang Y.
 Gambar (b) menggambarkan penurunan kurva permintaan barang X dari
maksimisasi utilitas :
 Pada kondisi awal di mana harga barang X sebesar , titik A pada
gambar (a) dipetakan pada gambar (b) sebagai titik a.
 Seandainya barang X menurun dari ke di mana < , maka
akibatnya jumlah barang X yang dapat dibeli menjadi semakin banyak
karena barang X semakin murah, sehingga kurva - bergeser ke
kanan menjadi garis anggaran baru kurva - . Dengan semakin
banyaknya barang X yang dibeli, maka kepuasan yang dicapai juga
semakin tinggi pada kurva indiferen baru , yaitu di titik B pada
persinggungan kurva dengan garis anggaran - .
 Pada kondisi ini jika dipetakan pada gambar (b) akan diperoleh titik b
yang merupakan titik perpotongan antara harga dengan jumlah barang
yang diminta sebesar
U0
U0
y
M/P 0
X
M/P
y
M/P 0
X
M/P
0
X
P
0
X
P 1
X
P 1
X
P 0
X
P
y
M/P 0
X
M/P
y
M/P 1
X
M/P
U1
U1 y
M/P 1
X
M/P
1
X
P
b
x
Keterangan :
 Jika titik a dan b dihubungkan, maka akan diperoleh kurva permintaan biasa
atau Kurva Permintaan Marshall.
 Penurunan kurva permintaan terkompensasi atau Kurva Permintaan Hicks :
 Kurva permintaan Hicks diturunkan dari minimisasi pengeluaran dengan utilitas
konstan.
 Artinya, konsumen tetap berada pada utilitas semula meskipun ada perubahan
harga barang X dari ke .
 Konsumen meminimumkan anggarannya dengan garis anggaran baru
yang paralel dengan garis anggaran
 Garis anggaran baru ini bersinggungan kurva indiferen di titik C
yang menghasilkan tingkat konsumsi baru barang x sebesar dan dipetakan
pada gambar (b) sebagai titik c pada tingkat harga barang x sebesar .
 Jika titik a dan c dihubungkan, maka akan diperoleh kurva permintaan
terkompensasi atau Kurva Permintaan Hicks.
 Gambar (b) juga memberikan informasi :
 Daerah yang dibatasi oleh kurva permintaan Marshall, yaitu , a, b dan
menunjukkan surplus konsumen.
 Daerah yang berada di belakang kurva Hics, yaitu , a, c,
merupakan daerah yang disebut sebagai compensating variation
U0
0
X
P 1
X
P
1
X
P
c
x
1
X
1
y
1
/P
M
/P
M 
1
X
y
M
M/P 
1
X
1
y
1
/P
M
/P
M 
0
X
P
1
X
P
0
X
P 1
X
P
Penurunan Kurva Penawaran
 Kurva Penawaran adalah kuantitas barang yang dapat
ditawarkan oleh produsen pada tingkat harga tertentu.
 Kurva penawaran diturunkan dari fungsi biaya
(terutama biaya jangka pendek).
 ACX = biaya rata-rata untuk barang X = TCX/X
 TCX = Biaya total untuk barang X =
 MCX = biaya marjinal untuk barang X = TCX/X
Hubungan antara kurva biaya marjinal dan biaya rata-rata :
X
TC
AC
:
Minimumkan X
X

0
X
X).TC
X/
(
X).X
/
TC
(
X
AC
2
X
X
X









0
X).TC
X/
(
X).X
/
TC
( X
X






0
TC
.X
TC
X
X




X
X
X
TC
.X
TC



X
X
TC
X
TC X
X



X
X
AC
MC 
Biaya marjinal akan sama dengan biaya rata-rata pada
saat biaya rata-rata minimum.
Penurunan kurva permintaan diturunkan sebagai berikut :
X
X
X
TC
.X
P
TC
TR
π
:
Profit 



X
X
TC
.X
P
π
:
Profit
i
Maksimisas 

0
X
TC
X
X
.
P
X
π X
X









0
X
TC
.
P X
X




X
TC
.
P X
X



X
X
MC
.
P 
Artinya, produsen hanya akan memproduksi jika harga
output sama dengan biaya marjinalnya.
Hanya pada tingkat harga barang X lebih besar atau sama
dengan biaya rata-rata, produsen akan memperoleh
keuntungan dan output akan diproduksi.
X
X
P
X
P
Biaya
0
0
Kurva
Penawaran
(a)
(b)
2
x
1
x
TFC
TVC
TC
1
x 2
x
MC
AC
AVC
Surplus
Salah satu hal yang krusial dari ekonomi SDA adalah
bagaimana surplus dari SDA dimanfaatkan secara
optimal.
Konsep surplus diturunkan dari kurva permintaan dan
kurva penawaran.
Konsep surplus menempatkan nilai moneter terhadap
kesejahteraan masyarakat dari mengekstraksi dan
mengkonsumsi SDA.
Surplus merupakan manfaat ekonomi, yaitu selisih
antara manfaat kotor (gross benefit) dan biaya yang
dikeluarkan untuk mengekstraksi SDA tersebut.
Surplus
Surplus ekonomi dapat dibedakan menjadi :
Surplus Konsumen
Surplus produsen
resource rent (rente sumber daya)
Surplus
P0
E
Q0
D
S
S’
D’
P = Harga
Q = quantitas)
0
P0ED = surplus konsumen
P0ED = surplus produsen
Keterangan :
Pada harga P0 dengan titik keseimbangan E, pemanfaatan
SDA adalah :
 Terjadi keseimbangan jumlah barang yang diminta
dengan jumlah barang yang diproduksi (diekstraksi).
 Terjadi efisiensi alokasi SDA (efisiensi statis).
 Surplus konsumen sebesar P0ED
 Surplus produsen sebesar P0ES
 Rente sumberdaya (yaitu selisih antara jumlah yang
diterima dari pemanfaatan sumber daya dikurangi
biaya yang dikeluarkan untuk mengekstraksinya)
sebesar (Q0xP0) - (Q0xP0)
Surplus
P0
E
Q0
D
S
S’
D’
P = Harga
Q = quantitas)
0
P0ED = surplus konsumen
P0ES = surplus produsen
P1
QA
A B
QB
P1BD = surplus konsumen
P1AS = surplus produsen
Keterangan :
Pada harga P1 (misalnya karena perdagangan bebas yang
mengakibatkan harga barang menjadi lebih murah),
pemanfaatan SDA adalah :
 Terjadi ketidakseimbangan jumlah barang yang
diminta dengan jumlah barang yang diproduksi
(jumlah yang diminta > diekstraksi).
 Tidak terjadi efisiensi alokasi SDA.
 Surplus konsumen sebesar P1BD
 Surplus produsen sebesar P1AS
 Rente sumberdaya sebesar (QBxP1) - (QAxP1)
Surplus
P0
E
Q0
D
S
S’
D’
P = Harga
Q = quantitas)
0
P0ED = surplus konsumen
P0ES = surplus produsen
P2
QF
F G
QG
P2FD = surplus konsumen
P2GS = surplus produsen
Keterangan :
Pada harga P2 (misalnya karena adanya pajak
mengakibatkan harga barang menjadi lebih mahal),
pemanfaatan SDA adalah :
 Terjadi ketidakseimbangan jumlah barang yang
diminta dengan jumlah barang yang diproduksi
(jumlah yang diminta < diekstraksi).
 Tidak terjadi efisiensi alokasi SDA.
 Surplus konsumen sebesar P2FD
 Surplus produsen sebesar P1GS
 Rente sumberdaya sebesar (QFxP2) - (QGxP2)
Discounting
 Ekstraksi sumber daya alam merupakan proses
pengambilan keputusan yang bersifat intertemporal.
Misalnya :
 Apakah minyak/gas yang tersedia akan diekstrak sekarang
atau menunggu sampai periode yang akan datang.
 Karena SDA adalah aset (kapital) yang pemanfaatannya
ditentukan oleh ketersediaan (supply), produktivitas, serta
risiko dan ketidakpastian.
 Dasi sisi produsen, keputusan intemporal juga terkait
dengan biaya opportunitas dari kapital (modal).
 Apakah kapital yang diinvestasikan untuk mengekstraksi SDA
lebih bernilai sekarang di masa mendatang.
 Apakah kapital SDA (tambang minyak) harus diesktraksi
sekarang atau nanti.
Discounting
 Dari sisi konsumen, aspek intertemporal terkait dengan
preferensi waktu (time preference).
 Umumnya konsumen lebih memilih manfaat sekarang
daripada manfaat dikemudian hari.
 Pertanyaannya adalah bagaimana menentukan pilihan
keputusan tersebut ?
 Melalui proses discounting dengan penentuan discount
rate yang tepat.
 Proses discounting merupakan cerminan dari
bagaimana masyarakat berperilaku terhadap ekstraksi
SDA dan bagaimana mereka menilai SDA itu sendiri
(Hanley dan Spash, 1995).
Discounting
 Dalam teori ekonomi neo-klasik aspek discount rate
dibedakan antara utility discount rate () atau social
discount rate (SDR) dengan consumption discount rate
(r) atau CDR.
 Utility discount rate () adalah suatu laju (rate) yang
menunjukkan keinginan atau preferensi sekarang
daripada di kemudian hari. Atau suatu rate di mana nilai
peningkatan (increament) dari utilitas berubah pada saat
waktu konsumsi tertunda (didasarkan pada fondasi
utilitarian).
 Consumption discount rate (CDR) suatu rate di mana
nilai increament konsumsi berubah pada saat konsumsi
mengalami penundaan (didasarkan pada konsumsi).
Discounting
 Hubungan antara utiliti discount rate dengan CDR
diformulasikan sebagai :
C
C
η
ρ
r



di mana :
 = laju discount rate utiliti (sosial) atau SDR
 = elastisitas marjinal terhadap konsumsi, dan
= laju pertumbuhan konsumsi
C
C /

Discounting
 Dari formulasi di atas dapat disimpulkan bahwa :
 CDR akan sama dengan SDR jika dan hanya jika
sama dengan nol, yang berarti laju pertumbuhan
konsumsi konstan sepanjang waktu, atau
 elastisitas  = 0 yang berimplikasi bahwa utiliti
bersifat linier.
Discounting
 Hanley dan Spash (1995) menyatakan bahwa
SDR () akan lebih kecil dari CDR (r), karena :
 Secara keseluruhan masyarakat berpendangan
bahwa investasi pada saat sekarang akan lebih
memberikan manfaat daripada di masa mendatang,
sehingga secara keseluruhan masyarakat secara
kolektif akan melakukan saving lebih besar daripada
individu.
 Setiap individu dalam peran masyarakat akan
memberikan dan menginginkan discoun rate (SDR)
yg lebih rendah daripada jika ia sebagai individu.
 Menentukan SDR atau  = 0 adalah hal yg tidak
mungkin, karena bagaimanapun motif
ketidaksabaran masih tetap ada.
Discounting
Market Discount Rate (MDR) dan
Consumption Discount Rate
 Market discount rete atau interest rate adalah
rate yang ditentukan oleh keseimbangan
borrowing rate dan lending rate di pasar uang.
 Dalam situasi tertentu, dapat dikatakan bahwa
MDR akan sama dengan CDR dan akan sama
dengan biaya opportunitas dari kapital.
i = r = 
di mana: i = interest rate, dan
 = biaya opprtunitas kapital
Discounting
Nilai Aset dari sisi Discounting
 Dimisalkan seseorang menginvestasikan
uangnya dalam bentuk deposito sebesar P
rupiah pada t = 0 dan memperoleh bunga
(interest) deposito sebesar i per tahun.
 Pada akhir periode tahun pertama (t=1) orang
tersebut akan memperoleh uangnya beserta
bunganya (F) sebesar :
)
(
1
P
i
P
F 


P
i
F 

 )
1
(
1
 Pada akhir periode tahun kedua (t=2), orang
tersebut akan memperoleh uangnya beserta
bunganya sebesar F2, yaitu :
2
-
ke
tahun
bunga
1
2

 F
F
P
i
F 

 )
1
(
1
1
1
2
F
i
F
F 


1
2
)
1
( F
i
F 

karena :
maka : P
i
i
F )
1
)(
1
(
2



sehingga : P
i
F 2
2
)
1
( 

 Dengan demikian, untuk t tahun,
maka terakumulasi uang sebesar :
P
i
F t
t
)
1
( 

 Persamaan :
 Akan tetapi, jika uang yang di simpan dalam
waktu t tahun dengan bunga sebesar i tersebut
ingin diterima saat ini maka besarnya adalah :
P
i
F t
t
)
1
( 

menunjukkan nilai aset di masa mendatang (future
value) dalam bentuk uang.
t
t
i
F
P
)
1
( 

 Nilai tersebut dikenal sebagai present value, yaitu
nilai di masa mendatang yang dinilai pada waktu
sekarang.
t
t
i
F
PV
)
1
( 

di mana (1+i)t = discount fator pada tahun ke-t
 Dengan demikian jika waktunya sangat panjang
atau tak terhingga, maka formulasinya adalah :





1
)
1
(
t t
t
i
F
PV
Tabel Discounting
Tahun
Discount Factor (DF)
5% 10% 15% 18% 20% 25%
0 1,000 000 1,000 000 1,000 000 1,000 000 1,000 000 1,000 000
1 0,952 381 0,909 091 0,869 565 0,847 458 0,833 333 0,800 000
2 0,907 029 0,826 446 0,756 144 0,718 184 0,694 444 0,640 000
3 0,863 838 0,751 315 0,657 516 0,608 631 0,578 704 0,512 000
4 0,822 702 0,683 013 0,571 753 0,515 789 0,482 253 0,409 600
5 0,783 526 0,620 921 0,497 177 0,437 109 0,401 878 0,327 680
Contoh:
Seorang pegawai negeri setiap tahun gajinya dipotong untuk ditabungkan
dalam tabungan Koperasi Pegawai dan diperkirakan saat pensiun pada akhir
Tahun 2009 nanti ia berhak memperoleh hasil tabungannya sebesar Rp.
100.000.000. Namun karena keperluan keluarga yang mendadak, maka uang
tersebut di ambil sekarang (akhir Tahun 2004). Apabila tingkat bunga
diperhitungkan sebesar 18% per tahun, berapa jumlah uang yang diterima
pegawai negeri tersebut sekarang (akhir tahun 2004)?
Diketahui: Ft = Rp. 10.000.000 t = 2009-2004 = 5 i = 18% = 0,18
Ditanyakan : PV = ?
Jawab :
DF(5; 0,18) = 1/(1 + 0,18)5 = 1/(2,2878) = 0.4371092
PV = 100.000.000 x 0.4371092
PV = Rp. 43.710.920,-
Berarti pegawai negeri tersebut akan memperoleh pembayaran sekarang
sebesar Rp. 43.710.920,- yang jumlahnya jauh lebih sedikit. Atau :
DF(10; 0,18) = 1/(1 + 0,18)5 = 1/(1,18)5 = 1/(2,2877578) = 0,4371092
PV = F x DF = 100.000.000 x 0,4371092
PV = Rp. 43.710.920,-
Tabel Perhitungan Jumlah Uang di Masa Sekarang
Tahun
Waktu
[t]
Jumlah Akhir
Tahun [F]
Faktor Pembagi [1
+ i]
Jumlah Awal
Tahun [P]
1 2 3 4 3 : 4
2009 t5 100.000.000 1,18 84.745.760
2008 t4 84.745.760 1,18 71.818.440
2007 t3 71.818.440 1,18 60.863.090
2006 t2 60.863.090 1,18 51.578.890
2005 t1 51.578.890 1,18 43.710.920
2004 t0 43.710.920
Tahun
Waktu
[t]
Nilai Akan
Datang [F]
Discounting Factor
(DF) = 1/(1 + i )t
Nilai Sekarang
[P]
1 2 3 4 3 x 4
2009 0 100.000.000 1,000 000 100.000.000
2008 1 - 0,847 458 84.745.760
2007 2 - 0,718 184 71.818.440
2006 3 - 0,608 631 60.863.090
2005 4 - 0,515 789 51.578.890
2004 5 - 0,437 109 43.710.920
atau
Tabel Perhitungan Jumlah Uang di Masa Sekarang
Ekonomi SDA dan Surplus

Contenu connexe

Tendances

MEMAKSIMASI PROFIT PADA PASAR PERSAINGAN SEMPURNA, ANALISIS JANGKA PENDEK DAN...
MEMAKSIMASI PROFIT PADA PASAR PERSAINGAN SEMPURNA, ANALISIS JANGKA PENDEK DAN...MEMAKSIMASI PROFIT PADA PASAR PERSAINGAN SEMPURNA, ANALISIS JANGKA PENDEK DAN...
MEMAKSIMASI PROFIT PADA PASAR PERSAINGAN SEMPURNA, ANALISIS JANGKA PENDEK DAN...Altina Hanum
 
Tugas pak frans salo
Tugas  pak frans saloTugas  pak frans salo
Tugas pak frans salomarnitabanne
 
Latihan + jawaban mikro 1 (uts) - FEUI
Latihan + jawaban mikro 1 (uts) - FEUILatihan + jawaban mikro 1 (uts) - FEUI
Latihan + jawaban mikro 1 (uts) - FEUIFarah Fauziah Hilman
 
Optimasi dengan satu variabel bebas
Optimasi dengan satu variabel bebasOptimasi dengan satu variabel bebas
Optimasi dengan satu variabel bebasAyu Sefryna sari
 
Hyman ch 1 dan 3
Hyman ch 1 dan 3Hyman ch 1 dan 3
Hyman ch 1 dan 3lushie
 
Makalah Pendapatan Nasional Keseimbangan Empat Sektor
Makalah Pendapatan Nasional Keseimbangan Empat SektorMakalah Pendapatan Nasional Keseimbangan Empat Sektor
Makalah Pendapatan Nasional Keseimbangan Empat SektorDwi Andriyanto
 
Bab 1 pengantar ilmu ekonomi
Bab 1   pengantar ilmu ekonomiBab 1   pengantar ilmu ekonomi
Bab 1 pengantar ilmu ekonomiYusron Blacklist
 
Resiko, Ketidakpastian dan Pengambilan Keputusan
Resiko, Ketidakpastian dan Pengambilan KeputusanResiko, Ketidakpastian dan Pengambilan Keputusan
Resiko, Ketidakpastian dan Pengambilan Keputusansischayank
 
Harga dan Output di Pasar Monopolistis dan Oligopoly
Harga dan Output di Pasar Monopolistis dan OligopolyHarga dan Output di Pasar Monopolistis dan Oligopoly
Harga dan Output di Pasar Monopolistis dan OligopolyL N
 
Pasar persaingan sempurna
Pasar persaingan sempurnaPasar persaingan sempurna
Pasar persaingan sempurnaCikoyen
 
Penyusunan Anggaran Jangka Panjang
Penyusunan Anggaran Jangka PanjangPenyusunan Anggaran Jangka Panjang
Penyusunan Anggaran Jangka Panjang9elevenStarUnila
 
Ekonomi internasional ( makalah fix )
Ekonomi internasional ( makalah fix )Ekonomi internasional ( makalah fix )
Ekonomi internasional ( makalah fix )Yasri Purwani II
 
Metode Perhitungan PDB
Metode Perhitungan PDBMetode Perhitungan PDB
Metode Perhitungan PDBIndra Yu
 
Portofolio investasi-bab-4-return-yang-diharapkan-resiko-portofolio
Portofolio investasi-bab-4-return-yang-diharapkan-resiko-portofolioPortofolio investasi-bab-4-return-yang-diharapkan-resiko-portofolio
Portofolio investasi-bab-4-return-yang-diharapkan-resiko-portofolioJudianto Nugroho
 
Pengantar ekonomi makro
Pengantar ekonomi makroPengantar ekonomi makro
Pengantar ekonomi makroImo Priyanto
 
Deret berkala dan peramalan.ppt
Deret berkala dan peramalan.pptDeret berkala dan peramalan.ppt
Deret berkala dan peramalan.pptDeby Andriana
 

Tendances (20)

Kebijakan moneter
Kebijakan moneterKebijakan moneter
Kebijakan moneter
 
MEMAKSIMASI PROFIT PADA PASAR PERSAINGAN SEMPURNA, ANALISIS JANGKA PENDEK DAN...
MEMAKSIMASI PROFIT PADA PASAR PERSAINGAN SEMPURNA, ANALISIS JANGKA PENDEK DAN...MEMAKSIMASI PROFIT PADA PASAR PERSAINGAN SEMPURNA, ANALISIS JANGKA PENDEK DAN...
MEMAKSIMASI PROFIT PADA PASAR PERSAINGAN SEMPURNA, ANALISIS JANGKA PENDEK DAN...
 
Tugas pak frans salo
Tugas  pak frans saloTugas  pak frans salo
Tugas pak frans salo
 
Latihan + jawaban mikro 1 (uts) - FEUI
Latihan + jawaban mikro 1 (uts) - FEUILatihan + jawaban mikro 1 (uts) - FEUI
Latihan + jawaban mikro 1 (uts) - FEUI
 
Optimasi dengan satu variabel bebas
Optimasi dengan satu variabel bebasOptimasi dengan satu variabel bebas
Optimasi dengan satu variabel bebas
 
Hyman ch 1 dan 3
Hyman ch 1 dan 3Hyman ch 1 dan 3
Hyman ch 1 dan 3
 
Makalah Pendapatan Nasional Keseimbangan Empat Sektor
Makalah Pendapatan Nasional Keseimbangan Empat SektorMakalah Pendapatan Nasional Keseimbangan Empat Sektor
Makalah Pendapatan Nasional Keseimbangan Empat Sektor
 
Elastisitas
ElastisitasElastisitas
Elastisitas
 
Bab 1 pengantar ilmu ekonomi
Bab 1   pengantar ilmu ekonomiBab 1   pengantar ilmu ekonomi
Bab 1 pengantar ilmu ekonomi
 
Resiko, Ketidakpastian dan Pengambilan Keputusan
Resiko, Ketidakpastian dan Pengambilan KeputusanResiko, Ketidakpastian dan Pengambilan Keputusan
Resiko, Ketidakpastian dan Pengambilan Keputusan
 
Harga dan Output di Pasar Monopolistis dan Oligopoly
Harga dan Output di Pasar Monopolistis dan OligopolyHarga dan Output di Pasar Monopolistis dan Oligopoly
Harga dan Output di Pasar Monopolistis dan Oligopoly
 
Keseimbangan Ekonomi Tiga Sektor
Keseimbangan Ekonomi Tiga SektorKeseimbangan Ekonomi Tiga Sektor
Keseimbangan Ekonomi Tiga Sektor
 
Macam – macam pasar
Macam – macam pasarMacam – macam pasar
Macam – macam pasar
 
Pasar persaingan sempurna
Pasar persaingan sempurnaPasar persaingan sempurna
Pasar persaingan sempurna
 
Penyusunan Anggaran Jangka Panjang
Penyusunan Anggaran Jangka PanjangPenyusunan Anggaran Jangka Panjang
Penyusunan Anggaran Jangka Panjang
 
Ekonomi internasional ( makalah fix )
Ekonomi internasional ( makalah fix )Ekonomi internasional ( makalah fix )
Ekonomi internasional ( makalah fix )
 
Metode Perhitungan PDB
Metode Perhitungan PDBMetode Perhitungan PDB
Metode Perhitungan PDB
 
Portofolio investasi-bab-4-return-yang-diharapkan-resiko-portofolio
Portofolio investasi-bab-4-return-yang-diharapkan-resiko-portofolioPortofolio investasi-bab-4-return-yang-diharapkan-resiko-portofolio
Portofolio investasi-bab-4-return-yang-diharapkan-resiko-portofolio
 
Pengantar ekonomi makro
Pengantar ekonomi makroPengantar ekonomi makro
Pengantar ekonomi makro
 
Deret berkala dan peramalan.ppt
Deret berkala dan peramalan.pptDeret berkala dan peramalan.ppt
Deret berkala dan peramalan.ppt
 

Similaire à Ekonomi SDA dan Surplus

Ekman konsep dasar perilaku konsumen2 (kuliah ke 7)
Ekman konsep dasar perilaku konsumen2 (kuliah ke 7)Ekman konsep dasar perilaku konsumen2 (kuliah ke 7)
Ekman konsep dasar perilaku konsumen2 (kuliah ke 7)Defina Sulastiningtiyas
 
Slide Bab Iv
Slide Bab IvSlide Bab Iv
Slide Bab Ivbagioandi
 
7. Teori-perilaku-konsumen.ppt
7. Teori-perilaku-konsumen.ppt7. Teori-perilaku-konsumen.ppt
7. Teori-perilaku-konsumen.pptAnugeraDewangga
 
Bab IV Teori Perilaku Konsumen
Bab IV Teori Perilaku KonsumenBab IV Teori Perilaku Konsumen
Bab IV Teori Perilaku KonsumenAditya Panim
 
indifference curve dan budget line approach
indifference curve dan budget line approachindifference curve dan budget line approach
indifference curve dan budget line approachAstana Ilmu
 
Matematika bisnis-kel-8
Matematika bisnis-kel-8Matematika bisnis-kel-8
Matematika bisnis-kel-8Haidar Bashofi
 
Teori konsumen (consumer's theory)
Teori konsumen (consumer's theory)Teori konsumen (consumer's theory)
Teori konsumen (consumer's theory)msahuleka
 
Teori konsumen (consumer's theory)
Teori konsumen (consumer's theory)Teori konsumen (consumer's theory)
Teori konsumen (consumer's theory)msahuleka
 
Teori konsumen (consumer's theory)
Teori konsumen (consumer's theory)Teori konsumen (consumer's theory)
Teori konsumen (consumer's theory)msahuleka
 
TUGAS AKHIR TEORI EKONOMI MIKRO-1.pptx
TUGAS AKHIR TEORI EKONOMI MIKRO-1.pptxTUGAS AKHIR TEORI EKONOMI MIKRO-1.pptx
TUGAS AKHIR TEORI EKONOMI MIKRO-1.pptxAfifahtusSyaleha
 
TUGAS SLIDESAHRE MIKRO FINISH.pptx
TUGAS SLIDESAHRE MIKRO FINISH.pptxTUGAS SLIDESAHRE MIKRO FINISH.pptx
TUGAS SLIDESAHRE MIKRO FINISH.pptxIqbal369541
 
Teori perilaku konsumen (ordinal)
Teori perilaku konsumen (ordinal)Teori perilaku konsumen (ordinal)
Teori perilaku konsumen (ordinal)Selfia Dewi
 
Teori perilaku konsumen (lanjutan)
Teori perilaku konsumen (lanjutan)Teori perilaku konsumen (lanjutan)
Teori perilaku konsumen (lanjutan)Mhd Syahrul Ramadhan
 

Similaire à Ekonomi SDA dan Surplus (20)

Ekman konsep dasar perilaku konsumen2 (kuliah ke 7)
Ekman konsep dasar perilaku konsumen2 (kuliah ke 7)Ekman konsep dasar perilaku konsumen2 (kuliah ke 7)
Ekman konsep dasar perilaku konsumen2 (kuliah ke 7)
 
Slide Bab Iv
Slide Bab IvSlide Bab Iv
Slide Bab Iv
 
7. Teori-perilaku-konsumen.ppt
7. Teori-perilaku-konsumen.ppt7. Teori-perilaku-konsumen.ppt
7. Teori-perilaku-konsumen.ppt
 
Bab IV Teori Perilaku Konsumen
Bab IV Teori Perilaku KonsumenBab IV Teori Perilaku Konsumen
Bab IV Teori Perilaku Konsumen
 
PERILAKU KONSUMEN ( KARDINAL).pptx
PERILAKU KONSUMEN ( KARDINAL).pptxPERILAKU KONSUMEN ( KARDINAL).pptx
PERILAKU KONSUMEN ( KARDINAL).pptx
 
PPT Analisis Perilaku Konsumen.pptx
PPT Analisis Perilaku Konsumen.pptxPPT Analisis Perilaku Konsumen.pptx
PPT Analisis Perilaku Konsumen.pptx
 
PERILAKU KONSUMEN ( KARDINAL).pptx
PERILAKU KONSUMEN ( KARDINAL).pptxPERILAKU KONSUMEN ( KARDINAL).pptx
PERILAKU KONSUMEN ( KARDINAL).pptx
 
indifference curve dan budget line approach
indifference curve dan budget line approachindifference curve dan budget line approach
indifference curve dan budget line approach
 
Matematika bisnis-kel-8
Matematika bisnis-kel-8Matematika bisnis-kel-8
Matematika bisnis-kel-8
 
Teori konsumen (consumer's theory)
Teori konsumen (consumer's theory)Teori konsumen (consumer's theory)
Teori konsumen (consumer's theory)
 
Teori konsumen (consumer's theory)
Teori konsumen (consumer's theory)Teori konsumen (consumer's theory)
Teori konsumen (consumer's theory)
 
Teori konsumen (consumer's theory)
Teori konsumen (consumer's theory)Teori konsumen (consumer's theory)
Teori konsumen (consumer's theory)
 
TUGAS AKHIR TEORI EKONOMI MIKRO-1.pptx
TUGAS AKHIR TEORI EKONOMI MIKRO-1.pptxTUGAS AKHIR TEORI EKONOMI MIKRO-1.pptx
TUGAS AKHIR TEORI EKONOMI MIKRO-1.pptx
 
TUGAS SLIDESAHRE MIKRO FINISH.pptx
TUGAS SLIDESAHRE MIKRO FINISH.pptxTUGAS SLIDESAHRE MIKRO FINISH.pptx
TUGAS SLIDESAHRE MIKRO FINISH.pptx
 
Teori perilaku konsumen (ordinal)
Teori perilaku konsumen (ordinal)Teori perilaku konsumen (ordinal)
Teori perilaku konsumen (ordinal)
 
Pertemuan 5.pptx
Pertemuan 5.pptxPertemuan 5.pptx
Pertemuan 5.pptx
 
TEORI EKONOMI MIKRO
TEORI EKONOMI MIKROTEORI EKONOMI MIKRO
TEORI EKONOMI MIKRO
 
KESEIMBANGAN KONSUMEN PENDEKATAN ORDINAL.pptx
KESEIMBANGAN KONSUMEN PENDEKATAN ORDINAL.pptxKESEIMBANGAN KONSUMEN PENDEKATAN ORDINAL.pptx
KESEIMBANGAN KONSUMEN PENDEKATAN ORDINAL.pptx
 
PRILAKU KONSUMEN PENDEKATAN ORDINAL.pptx
PRILAKU  KONSUMEN PENDEKATAN ORDINAL.pptxPRILAKU  KONSUMEN PENDEKATAN ORDINAL.pptx
PRILAKU KONSUMEN PENDEKATAN ORDINAL.pptx
 
Teori perilaku konsumen (lanjutan)
Teori perilaku konsumen (lanjutan)Teori perilaku konsumen (lanjutan)
Teori perilaku konsumen (lanjutan)
 

Ekonomi SDA dan Surplus

  • 1. Bab 3 Fondasi Ekonomi SDA Ekonomi Sumberdaya Alam Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Jember
  • 2. Ekonomi Kesejahteraan  Hal mendasar dari aspek ekonomi SDA adalah bagaimana ekstraksi SDA tersebut dapat memberikan manfaat atau kesejahteraan kepada masyarakat secara keseluruhan.  Dalam hal ini, ukuran kesejahteraan menggunakan fondasi ekonomi neo-klasik, yaitu pengukuran surplus yang diperoleh dari konsumsi dan produksi barang/jasa yang dihasilkan dari SDA.  Surplus dari SDA pada dasarnya diperoleh dari interaksi antara permintaan dan penawaran.
  • 3. Kurva Permintaan  Dalam perspektif ekonomi neo-klasik, kurva permintaan dapat diturunkan dari dua sisi yang berbeda.  Pertama, kurva permintaan diturunkan dengan memaksimumkan kepuasan atau utilitas yang akan menghasilkan kurva permintaan biasa ( ordinary demand curve ) atau disebut kurva permintaan Marshall.  Kedua, kurva permintaan diturunkan dengan meminimumkan pengeluaran yang akan menghasilkan kurva permintaan terkompensasi ( compensated demand curve ) atau kurva permintaan Hicks.
  • 4. Teori Konsumsi Neo-Klasik Mengasumsikan bahwa individu bertindak rasional, dan dengan kendala yang ada berupaya untuk memaksimumkan kepuasan terhadap barang dan jasa yang dikonsumsi. Kepuasan yang diperoleh dari mengkonsumsi barang X dan Y disebut utilitas terhadap barang X dan Y atau dituliskan sebagai : U(X,Y) Kepuasan mengkonsumsi barang X dan Y dibatasi oleh pendapatan (M) yang tetap. Jika barang X seharga Px dan barang Y seharga Py, maka jumlah yang dibelanjakan untuk barang tersebut adalah : M = Px.X + Py.Y
  • 5. Teori Konsumsi Neo-Klasik Keputusan yang harus diambil oleh konsumen adalah bagaimana memilih barang X dan Y yang akan memberikan kepuasan maksimum dengan kendala (batasan) anggaran yang ada. Secara matematis dituliskan sbg : max : U(X,Y) dengan kendala : M = Px.X + Py.Y Dengan menggunakan fungsi Lagrange diperoleh : L = U(X,Y) +  ( M - Px.X - Py.Y ) Syarat keharusan dari persamaan L adalah : 0 Px λ X Y) U(X, X L        0 Py λ Y Y) U(X, Y L        0 Y Py X Px M λ L        
  • 6. Teori Konsumsi Neo-Klasik Persamaan di atas dapat disederhanakan menjadi : y x P P X Y) U(X, X Y) U(X,      M) , P , (P Y M) , P , (P X M M y x y y x x   y x Y X P P Y) (X, U Y) (X, U    Yang merupakan persamaan slope antara kurva indiferen dan kurva anggaran. Jika fungsi utilitas eksplisit diketahui, maka konsumsi optimal untuk barang X dan Y adalah fungsi dari harga barang dan pendapatan yang menghasilkan fungsi permintaan biasa.
  • 7. Teori Konsumsi Neo-Klasik Alternatif lain penurunan kurva permintaan adalah dengan meminimumkan pengeluaran dengan kendala utilitas yang harus mencapai tingkat tertentu sebesar U0 : Minimumkan : M = Px.X + Py.Y dengan kendala : U(X,Y) = U0 Dengan menggunakan fungsi Lagrange diperoleh : L = Px.X + Py.Y +  [ U0 - U(X,Y) ] Syarat keharusan dari persamaan L adalah : 0 X Y) U(X, λ - P X L       x 0 Y Y) U(X, λ - P Y L       y 0 Y) U(X, - U λ L 0    
  • 8. Teori Konsumsi Neo-Klasik Penyederhanaan persamaan di atas menghasilkan kurva permintaan Hicks yang merupakan fungsi dari harga barang dan utilitas. ) U , P , P ( Y ) U , P , P ( X 0 H 0 H y x Y y x X  
  • 9. Contoh : Jika fungsi utilitas adalah berbentuk Cobb-Douglas, yaitu : U(X,Y) = X.Y maka: X Y Y) U(X, Y) (X, U Y X Y) U(X, Y) (X, U           Y X y x Y X P P Y) (X, U Y) (X, U    sehingga dari persamaan : Py Px X Y Y) (X, U Y) (X, U Y X     atau X Py Px Y  Jika disubstitusikan ke kendala anggaran akan dihasilkan :           X Py Px Py Px.X M Px.X 2 M 
  • 10. Contoh : Dengan demikian akan diperoleh fungsi permintaan terhadap X dengan rumus : x M P 2 M X  dan fungsi permintaan terhadap Y dengan rumus : y M P 2 M Y  Keduanya merupakan kurva permintaan Marshall.
  • 11. Contoh : Sedangkan kurva permintaan Hicks dapat diturunkan dengan cara mensubstitusikan : X Py Px Y  ke persamaan : 0 Y) U(X, - U0  X.Y Y) U(X, U0            X Py Px X. U0 Py Px X U 2 0  Py Px X U 2 0  Px Py U X 0 2  Px Py U X 0 H  Px Py U X 0 H  Py Px U Y 0 H 
  • 12. X X P U0 U1 y M/P 0 X M/P 1 X M/P 0 X P 1 X P Y 0 0 A a B b M D c H D C Penurunan Kurva Permintaan Marshall dan Hicks y P M Y   0 X 0 X 0 P pada P M X   1 X 1 X 1 P pada P M X   (a) (b) y 1 P / M 1 X 1 P / M a x a x c x b x c x c x
  • 13. Keterangan :  Gambar (a) menggambarkan konsep utiliti, di mana :  Aksis horizontal menyatakan barang X, sedangkan  aksis vertikal menunjukkan konsumsi barang lain (barang Y)  Garis - menggambarkan garis anggaran pada kondisi awal.  Kurva indiferen menggambarkan utilitas pada kondisi awal.  Titik A adalah titik singgung antara kurva dengan garis anggaran - menunjukkan titik konsumsi yang paling optimal untuk barang X dan barang Y.  Gambar (b) menggambarkan penurunan kurva permintaan barang X dari maksimisasi utilitas :  Pada kondisi awal di mana harga barang X sebesar , titik A pada gambar (a) dipetakan pada gambar (b) sebagai titik a.  Seandainya barang X menurun dari ke di mana < , maka akibatnya jumlah barang X yang dapat dibeli menjadi semakin banyak karena barang X semakin murah, sehingga kurva - bergeser ke kanan menjadi garis anggaran baru kurva - . Dengan semakin banyaknya barang X yang dibeli, maka kepuasan yang dicapai juga semakin tinggi pada kurva indiferen baru , yaitu di titik B pada persinggungan kurva dengan garis anggaran - .  Pada kondisi ini jika dipetakan pada gambar (b) akan diperoleh titik b yang merupakan titik perpotongan antara harga dengan jumlah barang yang diminta sebesar U0 U0 y M/P 0 X M/P y M/P 0 X M/P 0 X P 0 X P 1 X P 1 X P 0 X P y M/P 0 X M/P y M/P 1 X M/P U1 U1 y M/P 1 X M/P 1 X P b x
  • 14. Keterangan :  Jika titik a dan b dihubungkan, maka akan diperoleh kurva permintaan biasa atau Kurva Permintaan Marshall.  Penurunan kurva permintaan terkompensasi atau Kurva Permintaan Hicks :  Kurva permintaan Hicks diturunkan dari minimisasi pengeluaran dengan utilitas konstan.  Artinya, konsumen tetap berada pada utilitas semula meskipun ada perubahan harga barang X dari ke .  Konsumen meminimumkan anggarannya dengan garis anggaran baru yang paralel dengan garis anggaran  Garis anggaran baru ini bersinggungan kurva indiferen di titik C yang menghasilkan tingkat konsumsi baru barang x sebesar dan dipetakan pada gambar (b) sebagai titik c pada tingkat harga barang x sebesar .  Jika titik a dan c dihubungkan, maka akan diperoleh kurva permintaan terkompensasi atau Kurva Permintaan Hicks.  Gambar (b) juga memberikan informasi :  Daerah yang dibatasi oleh kurva permintaan Marshall, yaitu , a, b dan menunjukkan surplus konsumen.  Daerah yang berada di belakang kurva Hics, yaitu , a, c, merupakan daerah yang disebut sebagai compensating variation U0 0 X P 1 X P 1 X P c x 1 X 1 y 1 /P M /P M  1 X y M M/P  1 X 1 y 1 /P M /P M  0 X P 1 X P 0 X P 1 X P
  • 15. Penurunan Kurva Penawaran  Kurva Penawaran adalah kuantitas barang yang dapat ditawarkan oleh produsen pada tingkat harga tertentu.  Kurva penawaran diturunkan dari fungsi biaya (terutama biaya jangka pendek).  ACX = biaya rata-rata untuk barang X = TCX/X  TCX = Biaya total untuk barang X =  MCX = biaya marjinal untuk barang X = TCX/X
  • 16. Hubungan antara kurva biaya marjinal dan biaya rata-rata : X TC AC : Minimumkan X X  0 X X).TC X/ ( X).X / TC ( X AC 2 X X X          0 X).TC X/ ( X).X / TC ( X X       0 TC .X TC X X     X X X TC .X TC    X X TC X TC X X    X X AC MC  Biaya marjinal akan sama dengan biaya rata-rata pada saat biaya rata-rata minimum.
  • 17. Penurunan kurva permintaan diturunkan sebagai berikut : X X X TC .X P TC TR π : Profit     X X TC .X P π : Profit i Maksimisas   0 X TC X X . P X π X X          0 X TC . P X X     X TC . P X X    X X MC . P  Artinya, produsen hanya akan memproduksi jika harga output sama dengan biaya marjinalnya. Hanya pada tingkat harga barang X lebih besar atau sama dengan biaya rata-rata, produsen akan memperoleh keuntungan dan output akan diproduksi.
  • 19. Surplus Salah satu hal yang krusial dari ekonomi SDA adalah bagaimana surplus dari SDA dimanfaatkan secara optimal. Konsep surplus diturunkan dari kurva permintaan dan kurva penawaran. Konsep surplus menempatkan nilai moneter terhadap kesejahteraan masyarakat dari mengekstraksi dan mengkonsumsi SDA. Surplus merupakan manfaat ekonomi, yaitu selisih antara manfaat kotor (gross benefit) dan biaya yang dikeluarkan untuk mengekstraksi SDA tersebut.
  • 20. Surplus Surplus ekonomi dapat dibedakan menjadi : Surplus Konsumen Surplus produsen resource rent (rente sumber daya)
  • 21. Surplus P0 E Q0 D S S’ D’ P = Harga Q = quantitas) 0 P0ED = surplus konsumen P0ED = surplus produsen
  • 22. Keterangan : Pada harga P0 dengan titik keseimbangan E, pemanfaatan SDA adalah :  Terjadi keseimbangan jumlah barang yang diminta dengan jumlah barang yang diproduksi (diekstraksi).  Terjadi efisiensi alokasi SDA (efisiensi statis).  Surplus konsumen sebesar P0ED  Surplus produsen sebesar P0ES  Rente sumberdaya (yaitu selisih antara jumlah yang diterima dari pemanfaatan sumber daya dikurangi biaya yang dikeluarkan untuk mengekstraksinya) sebesar (Q0xP0) - (Q0xP0)
  • 23. Surplus P0 E Q0 D S S’ D’ P = Harga Q = quantitas) 0 P0ED = surplus konsumen P0ES = surplus produsen P1 QA A B QB P1BD = surplus konsumen P1AS = surplus produsen
  • 24. Keterangan : Pada harga P1 (misalnya karena perdagangan bebas yang mengakibatkan harga barang menjadi lebih murah), pemanfaatan SDA adalah :  Terjadi ketidakseimbangan jumlah barang yang diminta dengan jumlah barang yang diproduksi (jumlah yang diminta > diekstraksi).  Tidak terjadi efisiensi alokasi SDA.  Surplus konsumen sebesar P1BD  Surplus produsen sebesar P1AS  Rente sumberdaya sebesar (QBxP1) - (QAxP1)
  • 25. Surplus P0 E Q0 D S S’ D’ P = Harga Q = quantitas) 0 P0ED = surplus konsumen P0ES = surplus produsen P2 QF F G QG P2FD = surplus konsumen P2GS = surplus produsen
  • 26. Keterangan : Pada harga P2 (misalnya karena adanya pajak mengakibatkan harga barang menjadi lebih mahal), pemanfaatan SDA adalah :  Terjadi ketidakseimbangan jumlah barang yang diminta dengan jumlah barang yang diproduksi (jumlah yang diminta < diekstraksi).  Tidak terjadi efisiensi alokasi SDA.  Surplus konsumen sebesar P2FD  Surplus produsen sebesar P1GS  Rente sumberdaya sebesar (QFxP2) - (QGxP2)
  • 27. Discounting  Ekstraksi sumber daya alam merupakan proses pengambilan keputusan yang bersifat intertemporal. Misalnya :  Apakah minyak/gas yang tersedia akan diekstrak sekarang atau menunggu sampai periode yang akan datang.  Karena SDA adalah aset (kapital) yang pemanfaatannya ditentukan oleh ketersediaan (supply), produktivitas, serta risiko dan ketidakpastian.  Dasi sisi produsen, keputusan intemporal juga terkait dengan biaya opportunitas dari kapital (modal).  Apakah kapital yang diinvestasikan untuk mengekstraksi SDA lebih bernilai sekarang di masa mendatang.  Apakah kapital SDA (tambang minyak) harus diesktraksi sekarang atau nanti.
  • 28. Discounting  Dari sisi konsumen, aspek intertemporal terkait dengan preferensi waktu (time preference).  Umumnya konsumen lebih memilih manfaat sekarang daripada manfaat dikemudian hari.  Pertanyaannya adalah bagaimana menentukan pilihan keputusan tersebut ?  Melalui proses discounting dengan penentuan discount rate yang tepat.  Proses discounting merupakan cerminan dari bagaimana masyarakat berperilaku terhadap ekstraksi SDA dan bagaimana mereka menilai SDA itu sendiri (Hanley dan Spash, 1995).
  • 29. Discounting  Dalam teori ekonomi neo-klasik aspek discount rate dibedakan antara utility discount rate () atau social discount rate (SDR) dengan consumption discount rate (r) atau CDR.  Utility discount rate () adalah suatu laju (rate) yang menunjukkan keinginan atau preferensi sekarang daripada di kemudian hari. Atau suatu rate di mana nilai peningkatan (increament) dari utilitas berubah pada saat waktu konsumsi tertunda (didasarkan pada fondasi utilitarian).  Consumption discount rate (CDR) suatu rate di mana nilai increament konsumsi berubah pada saat konsumsi mengalami penundaan (didasarkan pada konsumsi).
  • 30. Discounting  Hubungan antara utiliti discount rate dengan CDR diformulasikan sebagai : C C η ρ r    di mana :  = laju discount rate utiliti (sosial) atau SDR  = elastisitas marjinal terhadap konsumsi, dan = laju pertumbuhan konsumsi C C / 
  • 31. Discounting  Dari formulasi di atas dapat disimpulkan bahwa :  CDR akan sama dengan SDR jika dan hanya jika sama dengan nol, yang berarti laju pertumbuhan konsumsi konstan sepanjang waktu, atau  elastisitas  = 0 yang berimplikasi bahwa utiliti bersifat linier.
  • 32. Discounting  Hanley dan Spash (1995) menyatakan bahwa SDR () akan lebih kecil dari CDR (r), karena :  Secara keseluruhan masyarakat berpendangan bahwa investasi pada saat sekarang akan lebih memberikan manfaat daripada di masa mendatang, sehingga secara keseluruhan masyarakat secara kolektif akan melakukan saving lebih besar daripada individu.  Setiap individu dalam peran masyarakat akan memberikan dan menginginkan discoun rate (SDR) yg lebih rendah daripada jika ia sebagai individu.  Menentukan SDR atau  = 0 adalah hal yg tidak mungkin, karena bagaimanapun motif ketidaksabaran masih tetap ada.
  • 33. Discounting Market Discount Rate (MDR) dan Consumption Discount Rate  Market discount rete atau interest rate adalah rate yang ditentukan oleh keseimbangan borrowing rate dan lending rate di pasar uang.  Dalam situasi tertentu, dapat dikatakan bahwa MDR akan sama dengan CDR dan akan sama dengan biaya opportunitas dari kapital. i = r =  di mana: i = interest rate, dan  = biaya opprtunitas kapital
  • 34. Discounting Nilai Aset dari sisi Discounting  Dimisalkan seseorang menginvestasikan uangnya dalam bentuk deposito sebesar P rupiah pada t = 0 dan memperoleh bunga (interest) deposito sebesar i per tahun.  Pada akhir periode tahun pertama (t=1) orang tersebut akan memperoleh uangnya beserta bunganya (F) sebesar : ) ( 1 P i P F    P i F    ) 1 ( 1
  • 35.  Pada akhir periode tahun kedua (t=2), orang tersebut akan memperoleh uangnya beserta bunganya sebesar F2, yaitu : 2 - ke tahun bunga 1 2   F F P i F    ) 1 ( 1 1 1 2 F i F F    1 2 ) 1 ( F i F   karena : maka : P i i F ) 1 )( 1 ( 2    sehingga : P i F 2 2 ) 1 (    Dengan demikian, untuk t tahun, maka terakumulasi uang sebesar : P i F t t ) 1 (  
  • 36.  Persamaan :  Akan tetapi, jika uang yang di simpan dalam waktu t tahun dengan bunga sebesar i tersebut ingin diterima saat ini maka besarnya adalah : P i F t t ) 1 (   menunjukkan nilai aset di masa mendatang (future value) dalam bentuk uang. t t i F P ) 1 (  
  • 37.  Nilai tersebut dikenal sebagai present value, yaitu nilai di masa mendatang yang dinilai pada waktu sekarang. t t i F PV ) 1 (   di mana (1+i)t = discount fator pada tahun ke-t  Dengan demikian jika waktunya sangat panjang atau tak terhingga, maka formulasinya adalah :      1 ) 1 ( t t t i F PV
  • 38. Tabel Discounting Tahun Discount Factor (DF) 5% 10% 15% 18% 20% 25% 0 1,000 000 1,000 000 1,000 000 1,000 000 1,000 000 1,000 000 1 0,952 381 0,909 091 0,869 565 0,847 458 0,833 333 0,800 000 2 0,907 029 0,826 446 0,756 144 0,718 184 0,694 444 0,640 000 3 0,863 838 0,751 315 0,657 516 0,608 631 0,578 704 0,512 000 4 0,822 702 0,683 013 0,571 753 0,515 789 0,482 253 0,409 600 5 0,783 526 0,620 921 0,497 177 0,437 109 0,401 878 0,327 680
  • 39. Contoh: Seorang pegawai negeri setiap tahun gajinya dipotong untuk ditabungkan dalam tabungan Koperasi Pegawai dan diperkirakan saat pensiun pada akhir Tahun 2009 nanti ia berhak memperoleh hasil tabungannya sebesar Rp. 100.000.000. Namun karena keperluan keluarga yang mendadak, maka uang tersebut di ambil sekarang (akhir Tahun 2004). Apabila tingkat bunga diperhitungkan sebesar 18% per tahun, berapa jumlah uang yang diterima pegawai negeri tersebut sekarang (akhir tahun 2004)? Diketahui: Ft = Rp. 10.000.000 t = 2009-2004 = 5 i = 18% = 0,18 Ditanyakan : PV = ? Jawab : DF(5; 0,18) = 1/(1 + 0,18)5 = 1/(2,2878) = 0.4371092 PV = 100.000.000 x 0.4371092 PV = Rp. 43.710.920,- Berarti pegawai negeri tersebut akan memperoleh pembayaran sekarang sebesar Rp. 43.710.920,- yang jumlahnya jauh lebih sedikit. Atau : DF(10; 0,18) = 1/(1 + 0,18)5 = 1/(1,18)5 = 1/(2,2877578) = 0,4371092 PV = F x DF = 100.000.000 x 0,4371092 PV = Rp. 43.710.920,-
  • 40. Tabel Perhitungan Jumlah Uang di Masa Sekarang Tahun Waktu [t] Jumlah Akhir Tahun [F] Faktor Pembagi [1 + i] Jumlah Awal Tahun [P] 1 2 3 4 3 : 4 2009 t5 100.000.000 1,18 84.745.760 2008 t4 84.745.760 1,18 71.818.440 2007 t3 71.818.440 1,18 60.863.090 2006 t2 60.863.090 1,18 51.578.890 2005 t1 51.578.890 1,18 43.710.920 2004 t0 43.710.920
  • 41. Tahun Waktu [t] Nilai Akan Datang [F] Discounting Factor (DF) = 1/(1 + i )t Nilai Sekarang [P] 1 2 3 4 3 x 4 2009 0 100.000.000 1,000 000 100.000.000 2008 1 - 0,847 458 84.745.760 2007 2 - 0,718 184 71.818.440 2006 3 - 0,608 631 60.863.090 2005 4 - 0,515 789 51.578.890 2004 5 - 0,437 109 43.710.920 atau Tabel Perhitungan Jumlah Uang di Masa Sekarang