Demam tifoid disebabkan oleh infeksi bakteri Salmonella Typhi yang menyerang saluran pencernaan dan menyebabkan gejala demam, nyeri perut, dan diare. Penularan terjadi melalui konsumsi makanan atau air yang terkontaminasi oleh bakteri tersebut. Diagnosis didasarkan pada gejala klinis dan hasil uji laboratorium seperti uji Widal. Pengobatan yang diberikan antara lain antibiotik dan antipiretik untuk mengobati infeksi dan menur
3. Typhus abdominalis / demam typhoid adalah
penyakit infeksi akut yang biasanya
mengenai saluran pencernaan dengan
gejala demam lebih dari 7 hari, yang
menyerang gangguan pada saluran cerna
dan gangguan kesadaran.
Thipoid adalah penyakit infeksi sistemik akut
yang disebabkan oleh infeksi
salmonellaThypi.
4. Demam thyhoid adalah penyakit yang
disebabkan oleh infeksi bakteri Salmonella
typhii. Thypoid dapat menular dengan cepat,
umumnya melalui konsumsi makanan atau
minuman yang sudah terkontaminasi tinja
yang mengandung bakteri Salmonella typhii.
5. Etiologi typus abdominalis adalah salmonella typhi, salmonella
paratyphiA, salmonella paratyphi B, salmonella paratyphi C (Arif
Mansjoer,
2003), sedangkan menurut Rampengan (2007) menyatakan
bahwa penyakit ini
disebabkan oleh infeksi kuman salmonella typhosa/Eberthella
typosa yang
merupakan kuman gram negatif, tidak berkapsul, mempunyai
flagella, dan tidak
membentuk spora. Kuman ini dapat hidup baik sekali pada suhu
tubuh manusia
maupun suhu yang sedikit lebih rendah, serta mati pada suhu
700C ataupun oleh
antiseptik. Sampai saat ini, diketahui bahwa kuman ini hanya
menyerang manusia.
6. Gejala pada anak :
inkubasi antara 5-40
hari dengan rata-rata
20-14 hari
Demam meninggil
sampai akhir minggu
pertama
Demam turun pada
minggu keempat,
kecuali demam tidak
tertangani akan
menyebabkan syok,
stupor, dan koma
Ruam muncul pada hari
ke 7-10 hari dan
bertahan selama 2-3
hari
Nyeri kepala, nyeriperut
Kembung, mualmuntah,
diare, konstipasi
Pusing, bradikardi,
nyeriotot
Batuk
Epiktaksis
Lidah yang berselaput
7. Hepatomegali,
splenomegali,meteoris
mus
Gangguan mental
berupa somnolen
Delirium / psikosis
Dapat timbul gejala
yang tidak tipikal
terutama pada bayi
muda sebagai penyakit
demam akut dengan
disertai syok dan
hipotermia
8. Manifestasi klinis typus abdominalis tidak khas dan sangat
bervariasi.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi manifestasi klinis
dan beratnya
penyakit adalah strain salmonella typhi, jumlah mikro organisme
yang tertelan,
keadaan umum dan status nutrisi, status imunologi faktor
genetik. Pemberian
antibiotika khususnyya kloram fenikol dapat mengubah perjalan
penyakit,
mengurangi komplikasi dan angka kematian. Dalam 48 jam
setelah pemberian
antibiotika penderita akan merasa lebih baik dan dalam 4-5 hari
suhu badan
kembali normal
9. Bakteri Salmonellatyphi bersama makanan
atau minuman masuk kedalam tubuh melalui
mulut. Pada saat melewati lambung dengan
suasana asam (pH<2) banyak bakteri yang
mati.
Bakteri yang masih hidup akan mencapai
usus halus. Di usus halus, bakteri melekat
pada sel-sel mukosa dan juga kemudian
menginvasi mukosa dan menembus dinding
usus, tepatnya di ileum dan jejunum.
10. Setelah melalui periode waktu tertentu
(periode inkubasi) yang lamanya ditentukan
oleh jumlah dan virulensi kuman serta respons
imun pejamu maka Salmonella yphi akan
keluar dari habitatnya dan melalui duktus
torasikus masuk ke dalam sirkulasi sistemik.
Invasi kandung empedu dapat terjadi baik
secara langsung dari darah/ penyebaran
retrograd dari empedu. Ekskresi organisme
diempedu dapat menginvasi ulang dinding
usus /dikeluarkan melalui tinja.
11. Peran endotoksin dalam patogenesis
demam tifoid tidakjelas, hal tersebut terbukti
dengan tidak terdeteksinya endotoksin
dalam sirkulasi penderita melalui
pemeriksaan limulus.
12.
13. Pemeriksaan darah perifer lengkap
a. Eritrosit: Kemungkinan terdapat anemia karena terjadinya
gangguan absorpsi fe di usus halus karena adanya inflamasi,
hambatan pmbentukan eritrosit dalam sumsum tulang atau
adanya perforasi usus.
b. Leukopenia : Leukosit <4000mm³, Tanda terjadinya infeksi
Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat
tetapi dapat
kembali normal setelah sembuhnya typhoid.
14. Pemeriksaan uji Widal
Untuk membuat diagnosis, pemeriksaan yang
diperlukan ialah titer zat anti terhadap antigen
O yang bernilai 1/200 atau lebih
Pemeriksaan fases
Kemungkinan terdapat lendir dan darah karena
terjadi perdarahan usus dan perforasi. Biakan
tinja untuk menemukan salmonella.
16. Observasi dan pengobatan
Pasien harus tirah baring
absolute sampai 7hari
bebas demam atau kurang
lebih dari selam 14hari.
Mobilisasi bertahap bila
tidak panas,sesuai dengan
pulihnya kekuatan pasien.
Pasien dengan
kesadarannya yang
menurun,posisi tubuhnya
harus diubah pada waktu-
waktu tertentu untuk
menghindari komplikasi
pneumonia dan juga
dekubitus.
Defekasi dan buang
airkecil perlu diperhatikan
karena kadang-kadang
terjadi konstipasi dan diare.
Diet
19. Riwayat keluhan sekarang :
› lesu, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, sakit
waktu menelan, perasaan tidak enak diperut, batuk --
-- minggu I.
› Suhu badan pada sore dan malam hari, Riwayat
pengobatan anti mikroba suhu badan meningkat,
bradikardi relative,
› lidah yang khas (kotor ditengah, tepi dan ujung
merah
› tremor, hepatomegali, meteorismus (akumulasi udara
dalam intestin),
› gangguan kesadaran : somnolen, stupor, koma,
delirium
› roseola: bintik merah pada leher, punggung, paha
20. Aktivitas/istirahat
Kelemahan, kelelahan, malaise, cepat lelah.
Insomnia akibat diare. Merasa gelisah dan
ansietas. Pembatasan aktivitas/kerja terkait
efek proses penyakit.
Sirkulasi
Takikardi (respon terhadap demam, dehidrasi,
proses inflamasi dan nyeri), kemerahan area
ekimosis (kekurangan vitamin K). Hipotensi,
membrane mukosa kering, turgor kulit
menurun, lidah pecah-pecah (akibat
kekurangan cairan).
21. Eliminasi
a. Tekstur feses bervariasi mulai dari bentuk padat,
lunak atau berair. Episode diare berdarah dapat
ditemukan, tidak dapat dikontrol atau kram
(tenesmus). Defekasi berdarah/pus/mukosa dengan
atau tanpa keluar feses.
b. Menurunnya bising usus, tidak ada peristaltic atau
adanya peristaltic yang dapat di dengar, oliguria.
Makanan/cairan
a. Anoreksia, mual/muntah, penurunan berat badan,
intoleransi terhadap makanan/minuman seperti
buah segar/sayur, produk susu dan makanan
berlemak.
b. Penurunan lemak subkutan/massa otot,
kelemahan, tonus otot dan turgor kulit buruk,
membran mukosa pucat dan inflamasi rongga
mulut.
22. Nyeri/keamanan
a. Nyeri tekan pada kuadran kanan bawah,
nyeri mata, foto-fobia.
b. Nyeri tekan abdomen, distensi abdomen.
Hygiene
Ketidakmampuan mempertahankan perawatan
diri. Stomatitis menunjukkan kekurangan
vitamin.
23. Nyeri akut atau nyeri kronik berhubungan
dengan iritasi mukosa lambung sekunder
stres psikologi
Hipertermi berhubungan dengan proses
infeksi salmonella thypi
Resiko Hipovolemia berhubungan dengan
tidak ada nafsu makan, mual dan muntah,
diare
24. 1. Nyeri akut berhubungan dengan iritasi mukosa lambung
sekunder stres psikologi
Tujuan : setelah tindakan keperawatan diharapkan tingkat
nyeri berkurang
Intervensi Keperawatan : Manajemen Nyeri
a) Kaji keluhan nyeri, lokasi, intensitas dan skala nyeri
b) Jelaskan penyebab dan efek nyeri pada pasien
c) Berikan pasien untuk mengurangi nyeri(tehnik relaksasi
Napas dalam)
d) Anjurkan pasien untuk istirahat selama fase akut
e) Anjurkan pasien menghindari makanan yang
menyebabkan ketidaknyaman/nyeri ( rempah, makanan
pedas/panas dll)
f) Kolaborasi pemberian obat analgesik.
25. 2. Hipertermi berhubungan dengan proses
infeksi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan
keperawatan hipertermi diharapkan menurun.
Intervensi Keperawatan : Manajemen
Hipertermi
1.) Identifikasi penyebab hipertermi
2.) Monitor suhu tubuh
3.) Berikan kompres hangat
4.) Anjurkan tirah baring
5.) Kolaborasi pemberian obat Antipiretik
26. 3.Resiko Hipovolemia berhubungan dengan
tidak ada nafsu makan, mual dan muntah,
diare
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan
keperawatan diharapkan hipovolemia menurun
Intervensi keperawatan:
1.) Monitor intake dan output cairan
2.) Berikan asupan cairan oral
3.) Anjurkan meningkatkan asupan cairan
4.) Kolaborasi pemberian cairan Intravena