Laporan ini merangkum hasil praktikum tentang isolasi DNA plasmid dari E. coli dan restriksi DNA plasmid menggunakan enzim restriksi. Isolasi DNA plasmid dilakukan dengan menggunakan kit QIAprep Spin Miniprep dan hasilnya dianalisis melalui elektroforesis gel agarosa. Restriksi DNA plasmid dilakukan menggunakan enzim restriksi untuk memotong DNA plasmid pada tempat tertentu.
3. Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa isolasi DNA plasmid dapat dilakukan menggunakan kit yang telah tersedia, pada praktikum digunakan QIAprep Spin Miniprep Kit. Jumlah pasangan basa DNA plasmid hasil isolasi dapat diketahui dengan elektroforesis gel agarosa.
5. Isolasi DNA yang dilakukan untuk praktikum yang akan datang sebaiknya mewakili DNA dengan konformasi linier dan DNA sirkuler sehingga dapat dibandingkan melalui elektroforesis gel agarosa.
8. Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa restriksi DNA plasmid dapat dilakukan menggunakan beberapa enzim restriksi,diantara HindIII, EcoR1, dan PstI. Jumlah pasangan basa DNA plasmid hasil restriksi dapat diketahui dengan elektroforesis gel agarosa.
16. Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa elektroforesis gel agarosa dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu pembuatan gel agarosa, menyiapkan sampel DNA yang akan dirunning (sampel DNA tersebut dicampur dengan loading buffer terlebih dulu pada parafilm), running sampel DNA, DNA yang telah bermigrasi kemudian dilihat pada transluminator UV.
22. Hasil yang diperoleh untuk sel transforman adalah tumbuh pada kedua cawan kultur. Pada cawan kultur dengan ampisilin dan tanpa ampisilin, koloni E. coli tumbuh dengan koloni – koloni kecil dan koloni lebar (TBUD) (Tabel 2.1.).
23. Tabel 2.1 Jumlah koloni sel transforman dan nontransforman pada media kultur.
24. Jenis selJumlah koloni pada mediaMedia +ampisilinMedia tanpa ampisilinE. coli transforman416TBUDE. coli nontransforman16TBUD
25. E. coli transforman dapat tumbuh di kedua media. Hal ini sesuai dengan teori yang ada. Sel tersebut mampu tumbuh pada media dengan ampisilin karena di dalam selnya terdapat plasmid. Keberadaan plasmid di dalam sel E. coli membuat sel tersebut resisten terhadap antibiotik ampisilin (Lodish et al.).
26. Sel nontransformasi merupakan sel yang tidak disisipi plasmid sehingga tidak dapat tumbuh pada media dengan ampisilin (Lodish et al.). Namun hasil praktikum menunjukkan bahwa sel nontransformasi tumbuh pada media dengan ampisilin dengan jumlah koloni 16. Hal ini dimungkinkan karena terjadi kontaminasi selama pengkulturan sel atau kondisi ampisilin yang tidak mencukupi pada media kultur.
31. Pembuatan media kultur dilakukan oleh masing – masing kelompok pada praktikum sehingga terjadi kemungkinaan perbedaan tumbuhnya sel yang dikultur pada media kultur.