Karya tulis ini membahas tentang asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan bendungan ASI. Bendungan ASI dapat terjadi karena pengosongan payudara yang tidak sempurna dan tidak disusui secara adekuat. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan pengalaman nyata dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan bendungan ASI. Penelitian dilakukan secara deskriptif pada Ny. Y umur 37 tah
1. 1
ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY.Y UMUR 37 TAHUN P2A0
3 HARI POST PARTUM DENGAN BENDUNGAN ASI
DI BPS SUMIYATI, S.ST.SKM
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
KARYA TULIS ILMIAH
Disusun Oleh:
Nama : BELLA CITRA ANDARA
Nim : 201207136
AKADEMI KEBIDANAN ADILA
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
i
2. 2
ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY.Y UMUR 37 TAHUN P2A0
3 HARI POST PARTUM DENGAN BENDUNGAN ASI
DI BPS SUMIYATI, S.ST.SKM
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
KARYA TULIS ILMIAH
Karya Tulis Ilmiah Ini Dibuat Sebagai Salah Satu Syarat Untuk
Mendapatkan
Gelar Profesi Ahli Madya Kebidanan
Disusun Oleh :
Nama : BELLA CITRA ANDARA
Nim : 201207136
AKADEMI KEBIDANAN ADILA
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
ii
3. 3
HALAMAN PENGESAHAN
Diterima dan disahkan oleh Tim Penguji Ujian Akhir Program Pendidikan
Diploma III Kebidanan Adila pada :
Hari : Senin
Tanggal : 06 Juni 2015
Penguji I Penguji II
Nesia Catur Hutami, S.ST., M.Kes Kiki Purnama Sari,
S.ST
NIK. 0114028902 NIK. 31008027
MENGESAHKAN
Direktur Akademi Kebidanan ADILA
Bandar Lampung
dr. Wazni Adila, MPH.
NIK. 201104100
iii
4. 4
ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY.Y UMUR 37 TAHUN
P2A0 3 HARI POST PARTUM DENGAN BENDUNGAN ASI
DI BPS SUMIYATI, S.ST., SKM BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
Bella Citra Andara, Nesia Catur Hutami, S.ST.SKM, Kiki Purnama Sari,S.ST
INTISARI
ASI ekslusif adalah bayi hanya diberi ASI saja selama 6 bulan, tanpa tambahan cairan lain seperti
susu formula, air teh dan air putih, serta tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, bubur susu,
biscuit, bubur nasi,dan nasi tim. setelah 6 bulan baru diberikan sampai anak berusia 2 tahun atau
lebih. Bendungan Air Susu adalah terjadinya pembengkakan pada payudara karena peningkatan
aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan suhu
badan. Beberapa data yang telah di ambil dari WHO, SDKI dan Departemen Kesehatan Provinsi
dan Kota Bandar Lampung menyimpulkan bahwa Salah satu factor penyebab bendungan ASI
adalah pengosongan mamae yang tidak sempurna, Bendungan ASI yang tidak di susui secara
adekuat akhirnya bisa terjadi mastitis.
Tujuan dari penelitian ini diperolehnya pengalaman nyata dalam melaksanakan asuhan kebidanan
pada ibu nifas dengan bendungan ASI, metodelogi penelitian dilakukan secara deskriftif, subjek
penelitian Ibu nifas yaitu Ny.Y usia 37 tahun P2A0, objek penelitian Bendungan ASI, penelitian
dilakukan di BPS Sumiyati, S.ST.SKM. Penulis dapat melakukan pengkajian data sampai dengan
evaluasi tindakan yang telah diberikan terhadap Ny.Y dengan Asuhan Bendungan ASI.
Penulis mengharapkan agar tenaga kesehatan mampu memberikan Asuhan kepada ibu nifas dan
mengajarkan cara perawatan payudara agar tidak terjadi bendungan ASI.
Kata Kunci : Penatalaksanaan Bendungan ASI
Kepustakaan : 12 referensi (2005-2012)
Jumlah Halaman : xiii halaman, 129 halaman, 4 daftar tabel, 2 daftar gambar, 6 daftar
lampiran
iv
5. 5
CURRICULUM VITAE
Nama : Bella Citra Andara
Nim : 201207136
Tempat/Tanggal Lahir : Simpang Sender, 04-Oktober-1994
Alamat : Jl. H.rusdi abili, desa tanjung baru ranau, kec.buay
Pematang Ribu ranau tengah, kab. OKU Selatan
Sumatra Selatan.
No. Telp : 085273938928
Nama Orang Tua
Ayah : Ali Yurza
Ibu : Eli Tati, S.Pd
Institusi : Akademi Kebidanan Adila
Angkatan : VII (2012-2013)
Biografi
1. TK AL ANWAR BPR Ranau Tengah (1999 – 2000 )
2. SD Negeri 1 BPR Ranau Tengah ( 2000 - 2006 )
3. SMP Negeri 1 BPR Ranau Tengah ( 2006 –2008 )
4. SMA Negeri 5 Baturaja OKU ( 2009 –2011 )
5. SMA Negeri 1 BPR Ranau Tengah ( 2011 - 2012 )
6. DIII Kebidanan Adila Bandar Lampung (2012-sekarang)
v
6. 6
MOTTO
Rasa takut hanya akan membuatmu lemah dan kehilangan
kepercayaan diri, Hadapilah rasa takut itu dan teruslah
melangkah.
Hidup ini memang tidak pasti, tetapi kalau anda tidak
pernah menyerah, Sukses suatu saat pasti akan jadi milik
anda.
( Bella Citra Andara )
vi
7. 7
PERSEMBAHAN
Dengan mengucap syukur Alhamdulillah, kupersembahkan Study Kasus ku ini
untuk :
1. ALLAH SWT yang selalu memberikan ku kesehatan dan kekuatan hingga saat
ini dan diriku mampu menuliskan karya kecilku ini, tiada ucapan selain kata
alhamdulillah.
2. Orang tuaku, Ayahku : Ayah terbaik dan tersabar sedunia, ayah yang tidak ada
hentinya memberikan ku motivasi dan juga selalu mengingatkan diriku untuk
shalat dan berdo’a. selalu sabar dalam menghadapi tingkah laku diriku.
3. Ibuku : Ibu terhebat sedunia, ibu yang selalu sabar, terima kasih dengan penuh
segala cinta untuk mu ibu. Kasih sayang yang amat tulus untuk ku dan juga
do’a yang tak pernah ada hentinya untuk kesuksesan dan kebahagiaan ku. Ibu
motifasi ku dan inspirasi ku setiap hari.
4. Teman-Temanku yang tak bisa ku sebutkan satu persatu yang telah
membantuku serta telah mengajarkan banyak hal. Terima kasih untuk motivasi
yang selalu kalian berikan untuk ku.
5. Serta semua mahasiswa Akbid Adila khususnya Tingkat Tiga Angkatan VII
yang selalu mendukung keberhasilan untuk penulis.
6. Almamater tercinta Akademi Kebidanan ADILA Bandar Lampung sebagai
tempat penulis menuntut ilmu selama tiga tahun. Mengemban ilmu dan
Menggapai cita-cita, Demi pengalaman yang berharga.
Terima Kasih Untuk Semua.
vii
8. 8
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
yang telah dilimpahkan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Study Kasus
ini dengan judul “Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Dengan Bendungan ASI Pada
Ny. Y Umur 37 Tahun P2A0 3 Hari Post Partum di BPS Sumiyati,S.ST.SKM
Bandar Lampung Tahun 2015”
Study Kasus ini dapat terselesaikan berkat bantuan berbagai pihak, maka penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. dr.Wazni Adila, MPH selaku Direktur AKBID Adila Bandar Lampung.
2. Sumiyati, S.ST.SKM selaku pemilik BPS lahan praktek
3. Risa Aryantri, M.Si selaku pembimbing akademik I pada Study Kasus ini
4. Ervina Irawati Harianja, S.ST selaku pembimbing akademik II pada Study
Kasus ini
5. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Study Kasus ini baik
secara langsung maupun tidak langsung.
Penulis menyadari penyusunan Study Kasus ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun
guna perbaikan pada masa yang akan datang. Semoga Study Kasus ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan pembaca umum
Bandar Lampung, April 2015
Penulis
viii
9. 9
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL....................................................................... i
HALAMAN JUDUL.......................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN............................................................ iii
INTISARI........................................................................................... iv
CURRICULUM VITAE ................................................................... v
MOTTO ............................................................................................ vi
PERSEMBAHAN ............................................................................. vii
KATA PENGANTAR ....................................................................... viii
DAFTAR ISI ..................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ......................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................. 3
1.3 Tujuan Penulis.................................................................... 3
1.4 Ruang Lingkup................................................................... 4
1.5 Manfaat Penulisan.............................................................. 5
1.6 Metodelogi Dan Teknik Memperoleh Data......................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teori Medis ......................................................... 9
2.2 Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan ..................................... 59
2.3 Landasan Hukum Kewenangan Bidan ................................ 77
ix
10. 10
BAB III TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian.......................................................................... 79
3.2 Matriks............................................................................... 90
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian.......................................................................... 101
4.2 Interpretasi Data................................................................. 115
4.3 Antisipasi Masalah Potensial.............................................. 116
4.4 Tindakan Segera................................................................. 116
4.5 Perencanaan ...................................................................... 117
4.6 Pelaksanaan ....................................................................... 119
4.7 Evaluasi.............................................................................. 124
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ........................................................................ 126
5.2 Saran ................................................................................. 127
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
x
11. 11
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Program Masa Nifas.............................................................14
Tabel 2.2 Elemen kunci pelayanan kesehatan pasca persalinan ............. 15
Tabel 2.3 Involusi Uterus .................................................................... 17
Tabel 3.2 Matriks ................................................................................ 90
xi
12. 12
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Anatomi Payudara .......................................................................... 36
Gambar 2.2 Jenis-jenis Puting susu.................................................................... 38
xii
13. 13
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Lembar Konsultasi
Lampiran 2: SAP
Lampiran 3 : Leaflet
Lampiran 4 : Jadwal penelitian
Lampiran 5 : Dokumentasi
xiii
14. 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik untuk bayi, kandungan gizi
dari ASI sangat khusus dan sempurna (Dewi dan Sunarsih,2011;h. 19). ASI
eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja selama 6 bulan, tanpa tambahan
cairan lain seperti susu formula, air teh dan air putih, serta tanpa tambahan
makanan padat seperti pisang, bubur susu, biskuit, bubur nasi dan nasi tim.
Setelah 6 bulan baru mulai diberikan makanan pendamping ASI (MPASI).
ASI dapat diberikan sampai anak berusia 2 tahun atau lebih (Ambarwati dan
Wulandari, 2008; h.30).
Menurut World Health Organization (WHO) kurangnya pemberian
ASI Ekslusif memberikan kontribusi lebih dari satu juta kematian anak yang
dapat dihindari setiap tahunnya. Diseluruh dunia, kurang dari 40% bayi
kurang dari 6 bulan menyusu ekslusif (WHO, 2011). bayi yang menyusu
ekslusif hanya 15,3%. Persentase diperkotaan sebesar 25,2% dan 29,3% di
pedesaan (RISKESDAS, 2010). (http://journal.unpad.ac.id tanggal 11-04-
2015).
Berdasarkan pencatatan dan pelaporan dari sarana kesehatan di
Provinsi Lampung, tampak bahwa cakupan pemberian ASI Ekslusif pada
tahun 2010 sebesar 29,24% dengan target 80% dan meningkat pada tahun
2012 yaitu 30,05% dengan target 80% dari data tersebut tampak bahwa
15. 2
cakupan ASI Eksklusif di Provinsi Lampung belum mencapai target yang
ditetapkan provinsi. (http://www.depkes.go.id. profil_kes_provinsi.lampung,
2012. 08-08-2015).
Sedangkan Pencapaian ASI Eksklusif di Kota Bandar Lampung pada
tahun 2012 adalah 21,46%. Hasil ini bila dibandingkan dengan target
Nasional masih dibawah dari target yang di inginkan (80%)
(http://www.depkes.go.id. Profil_kes_kab/kota Bandar lampung, 2012. 08-
05-2015).
Salah satu penyebab belum tercapainya target pemberian ASI ekslusif
di daerah Provinsi Bandar lampung yaitu adalah keadaan payudara yang
abnormal pada masa nifas seperti bendungan ASI (Prawiroharjo, 2008;
h.65). Bendungan Air Susu adalah terjadinya pembengkakan pada payudara
karena peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan
ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan suhu badan (Rukiyah dkk, 2010; h. 345).
Masalah bendungan ASI jika tidak ditangani dapat mengakibatkan terjadinya
mastitis (Rukiyah dkk,2010))
Tingkat kesibukan keluarga dan pekerjaan ibu menurunkan tingkat
perawatan dan perhatian ibu dalam melakukan perawatan payudara sehingga
akan cenderung mengakibatkan terjadinya peningkatan angka kejadian
bendungan ASI (http://stikeskusumahusada.ac.id tanggal 10-04-2015).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan di BPS SUMIYATI, S.ST.SKM
Bandar Lampung pada Tanggal 09 April didapatkan 1 ibu post partum yang
mengalami bendungan ASI karena itu penulis tertarik mengambil judul
16. 3
“Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas pada Ny.Y usia 37 tahun P2A0 3 Hari
Post Partum dengan Bendungan ASI’’ untuk meminimalkan kurangnya
pemberian ASI eksklusif pada bayi yang diakibatkan oleh Bendungan ASI.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, maka di identifikasi rumusan study kasus ini sebagai
berikut “Bagaimana Asuhan Kebidanan pada Ny. Y Umur 37 tahun P2A0 dengan
Bendungan ASI di BPS SUMIYATI Kota Bandar Lampung Tahun 2015?”.
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa dapat melaksanakan “Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas
Terhadap Ny.Y dengan Bendungan ASI di BPS SUMIYATI Kota
Bandar Lampung Tahun 2015.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mampu melakukan pengkajian “Asuhan Kebidanan pada Ibu
Nifas Terhadap Ny. Y Umur 37 tahun P2A0 dengan
Bendungan ASI di BPS SUMIYATI Kota Bandar Lampung
Tahun 2015.
1.3.2.2 Mampu melakukan intervensi data untuk melakukan diagnosa
masalah serta “Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas Terhadap
Ny.Y Umur 37 tahun P2A0 dengan Bendungan ASI di BPS
SUMIYATI Bandar Lampung Tahun 2015.
17. 4
1.3.2.3 Mampu melakukan diagnosa dan masalah potensial terhadap
Ny.Y Umur 37 tahun P2A0 dengan Bendungan ASI di BPS
SUMIYATI Kota Bandar Lampung Tahun 2015.
1.3.2.4 Mampu melakukan rencana tindakan “Asuhan Kebidanan pada
Ibu Nifas Terhadap Ny.Y Umur 37 tahun P2A0 dengan
Bendungan ASI di BPS SUMIYATI Kota Bandar Lampung
Tahun 2015.
1.3.2.5 Mampu melakukan tindakan sesuai perencanaan terhadap Ny.
Y Umur 37 tahun P2A0 dengan Bendungan ASI di BPS
SUMIYATI Kota Bandar Lampung Tahun 2015.
1.3.2.6 Penulis dapat melakukan Asuhan Kebidanan pada ibu nifas
khususnya Ny.Y umur 37 tahun P2A0 dengan Bendungan ASI di
BPS SUMIYATI Kota Bandar Lampung Tahun 2015.
1.3.2.7 Mengevaluasi asuhan kebidanan yang telah di lakukan terhadap
Ny. Y Umur 37 tahun P2A0 dengan Bendungan ASI di BPS
SUMIYATI Kota Bandar Lampung Tahun 2015.
1.4 Ruang Lingkup
1.4.1 Sasaran
Obyek penelitian dalam karya tulis Ilmiah ini adalah Ny. Y ibu nifas
dengan masalah Bendungan ASI.
1.4.2 Tempat
Dilaksanakan di BPS SUMIYATI Kota Bandar Lampung.
18. 5
1.4.3 Waktu
Pada tanggal 9 sampai tanggal 13 bulan April tahun 2015.
1.5 Manfaat Penulisan
1.5.1 Bagi Institusi Pendidikan
Menambah bahan bacaan dan memberikan informasi pada peneliti-
peneliti selanjutnya terutama yang berhubungan dengan masalah pada
ibu masa nifas.
1.5.2 Bagi Lahan praktek
Sebagai bahan masukan bagi tempat penelitian untuk dapat
mengoptimalkan system penyuluhan tentang Bendungan ASI pada ibu
menyusui.
1.5.3 Bagi Penulis
Memperoleh Ilmu pengetahuan dan pengalaman dengan dilakukannya
penelitian dan sebagai sarana untuk mengaplikasikan ilmu
pengetahuan yang telah didapat.
1.5.4 Bagi Pasien/Masyarakat
Memperoleh wawasan dan pengetahuan tentang masalah dalam
pemberian ASI khususnya bendungan ASI, mengetahui cara
penanganannya dan mengetahui teknik menyusui yang benar.
19. 6
1.6 Metode dan Teknik Memperoleh Data
1.6.1 Metode Penulisan
Dalam penyusunan studi kasus ini dilakukan dengan cara meneliti
suatu permasalahan melalui suatu kasus yang terdiri dari unit tunggal.
Unit tunggal disini dapat berarti satu orang, sekelompok penduduk
yang terkena suatu masalah, misalnya keracunan, atau sekelompok
masyarakat di suatu daerah. (Notoatmodjo, 2005;h.141)
Metode yang dilakukan terhadap sekumpulan objek yang biasanya
bertujuan untuk melihat gambaran fenomena (termasuk kesehatan),
yang terjadi didalam populasi tertentu disebut dengan survey
deskriptif (Notoatmadjo, 2012;h. 35)
1.6.2 Teknik memperoleh data
Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara anamnesa.
Anamnesa dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu :
1.6.2.1 Auto anamnesa
Adalah anamnesa yang dilakukan kepada pasien langsung.
Jadi data yang diperoleh adalah data primer, karena langsung
dari sumbernya.
1.6.2.2 Allo anamnesa
Adalah anamnesa yang dilakukan pada keluarga pasien untuk
memperoleh data pasien. Ini dilakuakn pada keadaan darurat
ketika pasien tidak memungkinkan lagi untuk memberikan
data yang akurat (Sulistyawati, 2009;h.111)
20. 7
Dan juga untuk teknik memperoleh data ada dua cara,yaitu :
A. Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan
peneliti secara langsung dari sumber datanya. Untuk
mendapatkan data primer, peneliti harus mengumpulkan secara
langsung.
1. Wawancara
Wawancara adalah suatu metode yang dipergunakan untuk
mengumpulakan data, dimana peneliti mendapatkan
keterangan atau informasi secara lisan dari seseorang sasaran
penelitian (responden), atau bercakap-cakap berhadapan
muka dengan orang tersebut (face to face).
2. Pengkajian Fisik
Pengkajian Fisik adalah suatu pengkajian yang dapat
dipandang sebagai bagian tahap pengkajian pada proses
keperawatan atau tahap pengkajian atau pemeriksaan klinis
dari sistem pelayanan terintegrasi, yang prinsipnya
menggunakan cara–cara yang sama dengan pengkajian
fisik kedokteran, yaitu inspeksi, palpasi, dan auskultasi
(Prihardjo, 2006; h.2-3).
B. Data Sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan
peneliti dari berbagai sumber yang telah ada (peneliti sebagai
tangan kedua). Data sekunder dapat diperoleh dari berbagai
21. 8
sumber Biro Pusat Statistik (BPS), buku laporan, jurnal, dan
lain-lain.
1. Studi Pustaka
Penulis mencari, mengumpulkan, dan mempelajari
referensi yang relevan berdasarkan kasus yang dibahas
(Notoatmodjo, 2005; h.34).
2. Studi Dokumentasi
Studi dilakukan dengan mempelajari status klien bersumber
dari catatan dokter, bidan, dan sumber lain yang menunjang
seperti hasil pemeriksaan diagnostik (Notoatmodjo,
2005;h.35).
22. 9
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 TINJAUAN TEORI MEDIS
2.1.1 NIFAS
2.1.1.1 Pengertian
Masa nifas adalah masa setelah melahirkan selama 6 minggu
atau 40 hari hitungan awam merupakan masa nifas. Masa ini
penting sekali untuk terus dipantau. Nifas merupakan masa
pembersihan rahim, sama halnya seperti masa haid. Masa nifas
(puerpurium) adalah masa setelah plasenta lahir dan berkhir
ketika alat- alat kandungan kembali seperti sebelum hamil. Masa
nifas berlangsung kira-kira 6 minggu (Saleha, 2009; h.2).
Masa nifas adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar
dan berakhir ketika alat alat kandungan kembali seperti keadaan
semula (sebelum hamil). Masa nifas berlangsung selama kira-
kira 6 minggu (Sulistyawati,2009;h.1).
Masa nifas adalah masa segera setelah kelahiran sampai 6
minggu. Selama masa ini, saluran reproduktif anatominya
kembali ke keadaan tidak hamil yang normal. (Rukiyah dkk,
2011; h.2).
23. 10
2.1.1.2 Tujuan Asuhan Masa Nifas
Asuhan yang diberikan kepada ibu nifas bertujuan untuk:
1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan psikologis bagi ibu dan
bayi. Dengan diberikan asuhan, ibu akan mendapatkan
fasilitas dan dukungan dalam upayanya untuk menyusuaikan
peran barunya sebagai ibu (pada kasus ibu dengan kelahiran
anak pertama) dan pendampingan keluaga dalam membuat
bentuk dan pola baru dengan anak kelahiran berikutnya. Jika
ibu dapat melewati masa ini dengan baik maka kesejahteraan
fisik dan psikologis ibupun akan meningkat.
2. Pencegahan, diagnose dini, dan pengobatan komplikasi pada
ibu. Dengan diberikannya asuhan pada ibu nifas,
kemungkinan munculnya permasalahan dan komplikasi akan
lebih cepat terdeteksi sehingga penangananpun dapat lebih
maksimal.
3. Merujuk ibu ke asuhan tenaga ahli jika perlu.
Meskipun ibu dan keluarga mengetahui ada permasalahan
kesehatan pada ibu nifas yang memerlukan rujukan, namun
tidak semua keputusan yang diambil tepat, misalnya mereka
lebih memilih untuk tidak datang ke fasilitas pelayanan
kesehatan karena pertimbangan tertentu. Jika bidan
senantiasa mendampingi pasien dan keluarga maka keputusan
24. 11
tepat dapat diambil sesuai dengan kondisi pasien sehingga
kejadian mortalitas dapat dicegah.
4. Mendukung dan memperkuat keyakinan ibu serta
memungkinkan ibu untuk mampu melaksanakan perannya
dalam situasi keluarga dan budaya yang khusus.
Pada saat memberikan asuhan nifas, keterampilan seseorang
bidan sangat dituntut dalam memberikan pendidikan
kesehatan terhadap ibu dan keluarga. Keterampilan yang
harus dikuasai oleh bidan, antara lain berupa materi
pendidikan yang sesuai dengan kondisi pasien, teknik
penyampaian, media yang digunakan, dan pendekatan
psikologis yang efektif sesuai dengan budaya setempat. Hal
tersebut sangat penting untuk diperhatikan karena banyak
pihak yang beranggapan bahwa jika bayi telah lahir dengan
selamat, serta secara fisik ibu dan bayi tidak ada masalah
maka tidak perlu lagi dilakuakn pendampingan bagi ibu.
Padahal bagi para ibu (terutama ibu baru), beradaptasi
dengan peran barunya sangatlah berat dan membutuhkan
suatu kondisi mental yang maksimal.
5. Imunisasi ibu terhadap tetanus.
Dengan pemberian asuhan maksimal pada ibu nifas, kejadian
tetanus dapat dihindari, meskipun untuk saat ini angka
kejadian tetanus sudah banyak mengalami penurunan.
25. 12
6. Mendorong pelaksanaan metode yang sehat tentang
pemberian makan anak, serta peningkatan pengembangan
hubungan yang baik antara ibu dan anak.
Saat bidan memberikan asuhan pada masa nifas, materi dan
pemantauan yang diberikan tidak hanya sebatas pada lingkup
permasalahan ibu, tapi bersifat menyeluruh terhadap ibu dan
anak. Kesempatan untuk berkonsultasi tentang kesehatan,
termasuk kesehatan anak dan keluarga akan sangat terbuka.
Bidan akan mengkaji pengetahuan ibu dan keluarga
mengenai upaya mereka dalam rangka peningkatan kesehatan
keluarga. Upaya pengembangan pola hubungan psikologis
yang baik antara ibu, anak, dan keluarga juga dapat
ditingkatkan melalui pelaksanaan asuhan ini
(Sulistyawati,2009;h.2-3) .
2.1.1.3 Tahapan Masa Nifas
Masa nifas dibagi menjadi 3 tahap, yaitu puerperium dini,
puerpurium intermedial,dan remote puerperium. Dengan
penjelasan sebagai berikut:
1. Puerperium dini
Pueperium dini merupakan masa kepulihan, yang dalam hal
ini ibu tetap diperbolehkan berdiri dan berjalan- jalan. Dalam
agama islam, dianggap bersih dan boleh bekerja setelah 40
hari.
26. 13
2. Puerperium intermedial
Puerperium intermedial merupakan masa kepulihan
menyeluruh alat- alat genetalia, yang lamanya sekitar 6-8
minggu.
3. Remote puerperium
Remote puerperium merupakan masa yang diperlukan untuk
pulih dan sehat sempurna, terutama bila selama hamil atau
waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat
sempurna dapat berlangsung selama berminggu-minggu,
berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun (Sulistyawati,
2009;h.5)
27. 14
2.1.1.4 Kebijakan Program Nasional Masa Nifas
Tabel 2.1 Program Masa Nifas
Kunjungan Waktu Tujuan
1 6-8 jam
setelah
persalinan
1. Pencegah perdarahan masa nifas karena
atonia uteri.
2. Mendeteksi dan merawat penyebab lain
perdarahan ;rujuk jika perdarahan berlanjut.
3. Memberikan konseling pada ibu atau salah
satu anggota keluarga mengenai bagaimana
cara mencegah perdarahan masa nifas
karena atonia uteri.
4. Pemberian ASI awal
5. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi
baru lahir.
6. Menjaga bayi agar tetap sehat dengan cara
mencegah hypotermi
7. Jika petugas kesehatan menolong
persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan
bayi baru lahir selama 2 jam pertama setelah
kelahiran atau sampai ibu dan bayinya
dalam keadaan stabil.
2 6 hari
setelah
persalinan
1. Memastikan involusi uterus berjalan
normal:uterus berkontraksi, fundus dibawah
umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal,
tidak ada bau.
2. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi,
atau perdarahan abnormal.
3. Memastikan ibu mendapatkan cukup
makanan, cairan, dan istirahat.
4. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan
tidak mmperlihatkan tanda tanda penyulit.
5. Memberikan konseling pada ibu mengenai
asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi
tetap hangat, dan merawat bayi sehari-hari.
3 2 minggu
setelah
prsalinan
Sama seperti diatas
4 6 minggu
setelah
persalinan
1. Menanyakan pada ibu tentang kesulitan-
kesulitan yang ia atau bayinya alami.
2. Memberikan konseling KB secara dini
(Sulistyawati,2009;h.6)
28. 15
Tabel 2.2 Elemen kunci pelayanan kesehatan pasca persalinan
6 - 12 jam 3 - 6 hari 6 minggu 6 bulan
Bayi :
a. Nafas
(breating)
b. Kehangatan
(warmth)
c. Minum
(feeding)
d. Tali pusat
(cord)
e. Imunisasi
a. Minum
(feeding)
b. Infeksi
c. Tes urin
a. Berat badan
b. Pemberian
minum
c. Imunisasi
a. Tumbuh
kembang
b. weaning
Ibu :
a. kehilangan
darah
(blood
loss)
b. nyeri
c. tekanan
darah
d. tanda
bahaya
(warning
signs)
a. breast care
b. suhu/infeksi
c. lokia
d. mood
a. pemulihan
b. anemia
c. kontrasepsi
a. kesehatan
umum
b. kontrasepsi
c. morbiditas
lanjut
(continuing
morbidity)
(Prawiroharjo, 2008; h. 364)
2.1.1.5 Perubahan Fisiologis Masa Nifas
1. Perubahan sisitem reproduksi
a. Uterus
1) Pengerutan rahim (involusi)
Involusi merupakan suatu proses kembalinya uterus
pada kondisi sebelum hamil. Dengan involusi uterus ini,
lapisan luar dari desidua yang mengelilingi situs
plasenta akan menjadi neurotic (layu/mati). Perubahan
ini dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan
palpasi untuk meraba TFU-nya.
29. 16
Proses involusi uterus adalah sebagai berikut :
a) Autolysis
Merupakan proses penghancuran diri sendiri yang
terjadi didalam otot uteri. Enzim proteolitik akan
memendekkan jaringan otot yang telah sempat
mengendur hingga 10 kali panjangnya dari semula
dan lima kali lebar dari semula selama kehamilan.
Sitoplasma sel yang berlebihan akan tercerna
sendiri sehingga tertinggal jaringan fibro elastis
dalam jumlah renik sebagai bukti kehamilan.
b) Atrofi jaringan
Jaringan yang berpoliferasi dengan adanya
estrogen dalam jumlah besar, kemudian mengalami
atrofi sebagai reaksi terhadap penghentian produksi
estrogen yang menyertai pelepasan plasenta. Selain
perubahan atrofi pada otot – otot uterus, lapisan
desidua akan mengalami atrofi dan terlepas dengan
meninggalkan lapisan basal yang akan
beregenerasi menjadi endometrium yang baru.
c) Efek oksitosin (kontraksi)
Hormon oksitosin yang terlepas dari kelenjar
hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi
uterus, mengompres pembuluh darah dan
30. 17
membantu proses hemostatis. Kontraksi dan
retraksi otot uterus akan mengurangi suplai darah
ke uterus. Proses ini akan membantu mengurangi
suplai darah keuterus. (Sulistyawati,2009;h.73-75)
Tabel 2.3 Involusi Uterus
Involusi Tinggi Fundus
Uteri
Berat
Uterus (gr)
Keadaan Serviks
Bayi lahir Setinggi pusat 1000
Uri lahir 2 jari dibawah
pusat
750 Lembek
Satu
minggu
Pertengahan pusat
dan simpisis
500 Beberapa hari setelah
postpartum dapat
dilalui 2 jari.
Akhir minggu pertama
dapat dimasuki 1 jari.
Dua
minggu
Tak teraba diatas
simpisis
350
Enam
minggu
Bertambah kecil 50-60
Delapan
minggu
Sebesar normal 30
(Dewi dan Sunarsih, 2011; h.57)
Involusi uteri dari luar dapat diamati yaitu dengan
memeriksa fundus uteri dengan cara:
(a) Segera setelah persalinan, tinggi fundus uteri 2
cm dibawah pusat, 12 jam kemudian kembali 1
cm diatas pusat dan menurun kira- kira 1 cm
setiap hari.
(b) Pada hari kedua setelah persalinan tinggi fundua
uteri 1 cm dibawah pusat. Pada hari ketiga
sampai hari keempat tinggi fundus uteri 2 cm
dibawah pusat. Pada hari kelima sampai hari
ketujuh tinggi fundus uteri pertengahan antara
pusat dan simpisis. Pada hari kesepuluh tinggi
31. 18
fundus uteri tidak teraba (Ambarwati dan
Wulandari, 2008; h.77)
Fundus uteri kira-kira sepusat dalam hari pertama
bersalin. Penysunan antara 1-1,5 cm atau sekitar 1
jari perhari. 10-12 hari uterus tidak teraba lagi di
abdomen karena sudah masuk diatas simfisis. Pada
buku keperawatan maternitas pada hari ke-9 uterus
sudah tidak teraba ( Rukiyah dkk, 2013; h.58)
b. Lochea
Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa
nifas.Lochea mengandung darah dan sisa jaringan desidua
yang nekrotik dari dalam uterus. Lochea mempunyai
reaksi basa atau alkalis yang dapat membuat organisme
berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada
pada vagina normal. Lochea berbau amis atau anyir
dengan volume yang berbeda- beda pada setiap wanita.
Lochea yang berbau dan tidak sedap menandakan adanya
infeksi. Lochea mempunyai perubahan warna dan volume
karena adanya proses involusi. (Sulistyawati,2009; h. 76)
Berikut Ini Adalah beberapa jenis lochea yang terdapat
pada wanita pada masa nifas yaitu :
32. 19
1) Lochea rubra (cruenta)
Lochea ini muncul pada hari pertama sampai hari
ketiga post partum. Sesuai dengan namanya,
warnanya biasanya merah dan mengandung darah dari
perobekan atau luka pada plasenta dan serabut dari
desidua dan chorion. Lokia ini terdiri atas sel desidua,
verniks caseosa, rambut lanugo, sisa mekoneum, dan
sisa darah (Dewi dan Sunarsih, 2011;h.58)
2) Lochea sanguilenta
Berwarna merah kecokelatan dan berlendir, serta
berlangsung, dari hari keempat dan hari ketujuh post
partum.(Sulistyawati,2009;h.76)
3) Lochea serosa
Lochea serosa adalah lokia berikutnya.Dimulai
dengan versi yang lebih pucat dari lokia rubra.Lokia
ini berbentuk serum dan berwarna merah jambu
kemudian menjadi kuning.Cairan tidak berdarah lagi
pada hari ke-7 sampai hari ke-14 pascapersalinan.
4) Lochea alba
Lochea alba adalah lochea yang terakhir. Lochea alba
mengandung terutama cairan serum, jaringan desidua,
leukosit, dan eritrosit. Dimulai dari hari ke-14 sampai
satu atau dua minggu berikutnya.Bentuknya seperti
33. 20
cairan putih berbentuk krim serta terdiri atas leukosit
dan sel – sel desidua.(Saleha, 2009; h. 56).
5) Lochea Purulenta
Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah dan berbau
busuk
6) Lochea statis
lochea yang tidak lancar keluarnya.(Dewi dan
Sunarsih, 2011; h. 59)
c. Perubahan di serviks dan Segmen Bawah Uterus
Setelah kelahiran, miometrium segmen bawah uterus yang
sangat menipis berkontraksi dan bertraksi tetapi tidak
sekuat korpus uteri.Segera setelah melahirkan, serviks
menjadi lembek, kendor, terkulai dan berbentuk seperti
corong.Hal ini disebabkan korpus uteri berkontraksi,
sedangkan serviks tidak berkontraksi sehingga perbatasan
antara korpus dan serviks uteri berbentuk cincin (Rukiyah
dkk, 2011; h.60).
d. Vulva dan vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan, serta peregangan
yang sangat besar selama proses melahirkan bayi. Dalam
beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua
organ ini tetap dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu,
34. 21
vulva dan vagina kembali keadaan tidak hamil dan rugae
dalam vagina
e. Perenium
Segera setelah melahirkan, perenium menjadi kendur
karena sebelumnya terenggang oleh tekanan bayi yang
bergerak maju. Pada post natal hari kelima, perineum
sudah mendapatkan kembali sebagian tonus-nya,
sekalipun tetap kendur daripada keadaan sebelum hamil
(Sulistyawati,2009;h.77-78)
2. Perubahan Sistem Pencernaan
Biasanya, ibu akan mengalami konstipasi setelah persalinan
hal ini disebabkan karena pada waktu persalinan, alat
pencernaan mengalami tekanan yang menyebabkan kolon
menjadi kosong, pengeluaran cairan berlebih pada waktu
persalinan,kurangnya asupan cairan dan makanan, serta
kurangnya aktifitas tubuh supaya buang air besar kembali
normal, dapat diatasi diet tinggi serat, peningkatan asupan
cairan, dan ambulasi awal. Jika tidak berhasil, dalam 2-3 hari
dapat diberikan obat laksansia. Selain konstipasi, ibu juga
mengalami anoreksia akibat penurunan dari sekresi kelenjar
pencernaan dan mempengaruhi perubahan sekresi, serta
35. 22
penurunan kebutuhan kalori yang menyebabkan kurang nafsu
makan (Ambarwati dan Wulandari,2008;h.80)
3. Perubahan Sistem Perkemihan
Setelah proses persalinan berlangsung, biasanya ibu akan
sulit untuk buang air kecil dalam 24 jam pertama.
Kemungkinan penyebab dari keadaan ini adalah terdapat
spasme sfinkter dan edema leher kandung kemih sesudah
bagian ini mengalami kompresi (tekanan) antara kepala janin
dan tulang pubis selama persalinan berlansung. Urine dalam
jumlah besar akan dihasilkan dalam 12-36 jam postpartum.
Kadar hormon estrogen yang bersifat menahan air akan
mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan tersebut
disebut “deuresis”. Ureter yang berdilatasi akan kembali
normal dalam 6 minggu. (Sulistyawati,2009;h.78-79)
4. Perubahan Sistem Muskuloskeletal
Ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang pada
waktu persalinan, setelah bayi lahir, secara berangsur-angsur
menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus
jatuh kebelakang dan menjadi retrofleksi, karena ligamen
rotundum menjadi kendor.
36. 23
5. Perubahan Sistem Endokrin
Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat perubahan
pada sistem endokrin, terutama pada hormon-hormon yang
berperan dalam proses tersebut.
a. Oksitosin
Oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian
belakang. Selama tahap ketiga persalinan, hormon
oksitosin berperan dalam pelepasan plasenta dan
mempertahankan kontraksi, sehingga mencegah
pendarahan. Isapan bayi dapat merangsang produksi ASI
dan sekresi oksitosin. Hal tersebut membantu uterus
kembali ke bentuk normal.
b. Prolaktin
Menurunnya kadar estrogen menimbulkan terangsangnya
kelenjar pituitary bagian belakang untuk mengeluarkan
prolaktin, hormon ini berperan dalam pembesaran
payudara untuk merangsang produksi susu.
c. Estrogen dan Progesteron
Selama hamil volume darah normal meningkat walaupun
mekanismenya secara penuh belum dimengerti.
Diperkirakan bahwa tingkat estrogen yang tinggi
memperbesar hormon antidiuretik yang meningkatkan
volume darah. Di samping itu, progesteron
37. 24
mempengaruhi otot halus yang mengurangi perangsangan
dan peningkatan pembuluh darah. Hal ini sangat
mempengaruhi saluran kemih, ginjal, usus, dinding vena,
dasar panggul, perineum dan vulva, serta vagina (Saleha,
2009; h. 60).
6. Perubahan Tanda-Tanda Vital
a. Tekanan darah
Tekanan darah biasanya tidak berubah. Kemungkinana
tekanan darah akan lebih rendah setelah ibu melahirkan
karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi pada saat
postpartum dapat menandakan terjadinya pre-eklamsi
postpartum (Dewi dan Sunarsih, 2011; h.60).
Pada beberapa kasus di temukan keadaan hipertensi post
partum, tetapi keadaan ini akan menghilang dengan
sendirinya apabila tidak ada penyakit-penyakit lain yang
menyertainya dalam 2 bulan pengobatan (Ambarwati dan
Wulandari, 2008; h.139).
Tekanan darah normalnya adalah sistolik 90 – 120 dan
diastolnya 60 – 80 mmHg. Tekanan darah menjadi lebih
rendah pasca melahirkan dapat diakibatkan oleh
perdarahan. Sedangkan tekanan darah tinggi pada post
partum merupakan tanda pre eklampsia post partum
(Rukiyah dkk, 2011; h. 69).
38. 25
b. Suhu
Badan suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,20
C.
sesudah partus dapat naik kurang dari 0,50
C dari keadaan
normal, namun tidak akan melebihi 80
C. Sesudah dua jam
pertama melahirkan umumnya suhu badan akan kembali
normal. Bila suhu ibu lebih dari 380
C, mungkin terjadi
infeksi pada klien.(Saleha, 2009: h.61)
Peningkatan suhu badan mencapai pada 24 jam pertama
pada masa nifas pada umumnya di sebabkan oleh
dehidrasi, yang disebabkan oleh keluarnya cairan pada
waktu melahirkan, selain itu bisa juga di sebabkan karena
istirahat dan tidur yang di perpanjang selama awal
persalinan (Ambarwati dan Wulandari,2008; h.138).
c. Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 x/menit
setelah partus. Pada masa nifas umumnya denyut nadi
labil dibandingkan dengan suhu tubuh, sedangkan
pernafasan akan sedikit meningkat setelah partus
kemudian kembali seperti keadaan semula (Saleha, 2009:
h.61).
Nadi Berkisar antara 60-80x/menit denyut nadi di atas
100x/menit pada masa nifas adalah mengindikasikan
39. 26
adanya suatu infeksi, hal ini salah satunya bisa di
akibatkan oleh proses persalinan sulit atau karena
kehilangan darah yang berlebih. (Ambarwati dan
Wulandari, 2008; h.138)
Denyut nadi normal pada orang dewasa adalah 60-80 kali
permenit. Setiap denyut nadi yang melebihi 100 kali per
menit adalah abnormal dan hal ini menunjukkan adanya
kemungkinan infeksi. (Sulistyawati, 2009; h. 81)
d. Pernafasan
Normal frekuensi pernapasan pada orang dewasa adalah
16 – 24 kali permenit, pada ibu post partum umumnya
pernapasan lambat atau normal karna dalam keadaan
pemulihan atau dalam kondisi istirahat. Bila pernapasan
pada masa post partum lebih cepat kemungkinan adanya
tanda – tanda syok. (Rukiyah dkk, 2011; h. 69)
7. Perubahan Sistem Kardiovaskuler
Setelah terjadi diuresis yang mencolok akibat penurunan
kadar estrogen, volume darah kembali kepada keadaan tidak
hamil. Jumlah sel darah merah dan kadar hemoglobin
kembali normal pada hari ke-5. Meskipun kadar estrogen
mengalami penurunan yang sangat besar selama masa nifas,
namun kadarnya masih tetap lebih tinggi daripada normal.
Plasma darah tidak begitu mengandung cairan dengan
40. 27
demikian daya koagulasi meningkat. Pembekuan darah harus
dicegah dengan penanganan yang cermat dan penekanan
pada ambulasi dini.
8. Perubahan Sistem Hematologi
Pada ibu masa nifas 72 jam pertama biasanya akan
kehilangan volume plasma daripada sel darah, penurunan
plasma ditambah peningkatan sel darah pada waktu
kehamilan diasosikan denganpeningkatan hematoktir dan
haemoglobin pada hari ketiga sampai tujuh hari setelah
persalinan. (Rukiyah dkk, 2011;h. 71)
9. Perubahan Payudara
Pada semua wanita yang telah melahirkan proses laktasi
terjadi secara alami. Proses menyusui mempunyai dua
mekanisme fisiologi, yaitu produksi susu dan sekresi susu
atau let down. Selama Sembilan bulan kehamilan, jaringan
payudara tumbuh dan menyiapkan fungsinya untuk
menyediakan makanan bagi bayi baru lahir. Setelah
melahirkan, ketika hormon yang dihasilkan plasenta lalu
mengeluarkan hormon prolaktin. Sampai hari ketiga setelah
melahirkan, efek prolaktin pada payudara mulai bisa
dirasakan.Pembuluh darah payudara menjadi bengkak terisi
darah, sehingga timbul rasa hangat, bengkak, dan sakit. Sel-
sel acini yang menghasilkan ASI juga mulai berfungsi.Ketika
41. 28
bayi menghisap putting, refleks saraf meransang untuk
mengsekresi hormon oksitosin. Oksitosin merangsang reflek
let down (mengalirkan), sehingga menyebabkan infeksi ASI
melalui sinus aktiferus payudara ke duktus yang terdapat
pada putting. Ketika ASI dialirkan karena isapan bayi atau
dengan dipompa sel-sel acini terangsang untuk menghasilkan
ASI lebih banyak.Refleks ini dapat berlanjut sampai waktu
yang cukup lama (Saleha, 2009;h.58)
2.1.1.6 Kebutuhan dasar ibu masa nifas
1. Nutrisi dan cairan
Untuk membentuk produksi ASI yang baik, makanan ibu
harus memenuhi jumlah kalori, protein, lemak dan vitamin
serta mineral yang cukup selain itu ibu dianjurkan minum
lebih banyak kira-kira 8-12 gelas/hari (Ambarwati dan
Wulandari, 2008; h. 27).
Ibu nifas membutuhkan nutrisi yang cukup,gizi seimbang
terutama kebutuhan protein dan karbohidrat (Dewi dan
Sunarsih,2011 h.71).
Pada masa nifas nifas masalah diet perlu mendapat perhatian
yang serius, karena dengan nutrisi yang baik dapat
mempercepat proses penyembuhan ibu dan sangat
42. 29
memengaruhi susunan air susu. Diet yang diberikan harus
bermutu, bergizi tinggi, cukup kalori, tinggi protein, dan
banyak mengandung cairan (Yanti dan Sundawati, 2011; h.
79).
Pada masa nifas masalah diet perlu mendapat perhatian yang
khusus, karena dengan nutrisi yang baik dapat mempercepat
penyembuhan ibu yan sangat mempengaruhi susunan air
susu. Diet yang diberikan harus bermutu, bergizi tinggi,
cukup kalori, tinggi protein dan banyak mengandung cairan.
Ibu yang menyusui harus memenuhi akan kebutuhan gizi
sebagai berikut:
a. Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari.
b. Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan
protein, mineral dan vitamin yang cukup.
c. Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari.
d. Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi,
setidaknya 40 hari pasca persalinan.
e. Minum kapsul vitamin A 200.000 unit agar dapat
memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI
2. Ambulasi
Ambulasi dini (early ambulation) ialah kebijaksanaan agar
secepat mungkin bidan membimbing ibu postpartum bangun
dari tempat tidurnya dan membimbing ibu secepat mungkin
43. 30
untuk berjalan. Sekarang tidak perlu lagi menahan ibu
postpartum terlentang ditempat tidurnya selama 7-14 hari
setelah melahirkan. Ibu postpartum sudah diperbolehkan
bangun dari tempat tidurnya dalam 24-48 jam postpartum.
Keuntungan (early ambulation) adalah sebagai berikut:
a. Ibu merasa lebih sehat dan kuat dengan early ambulation.
b. Faal usus dan kandung kemih lebih baik.
c. Early ambulation memungkinkan kita mengajarkan ibu
cara merawat anaknya selama ibu masih di rumah sakit.
Misalnya memandikan, mangganti pakaian dan memberi
makan.
d. Lebih sesuai dengan keadaan Indonesia ( sosial
ekonomis). Menurut penalitian-penelitian yang seksama,
early ambulation tidak mempunyai pengaruh yang buruk,
tidak menyebabkan perdarahan yang abnormal, tidak
memengaruhi penyembuhan luka episiotomi atau luka
diperut, serta tidak memperbesar kemungkinan prolapsus
atau retrotexto uteri.
Early ambulation tentu tidak dibanarkan pada ibu
postpartum dengan penyulit, misalnya anemia, penyakit
jantung, penyakit paru-paru, demam dan
sebagainya.Panambahan kegitan dengan early ambulation
harus berangsur-angsur, jadi bukan maksudnya ibu segera
44. 31
setelah bangun dibenarkan mencuci, memasak dan
sebagainya (Saleha, 2009;h.71-73)
3. Eliminasi
a. Buang air kecil
Eliminasi di anggap normal bila dapat BAK spontan tiap
3-4 jam post partum. (Dewi dkk,2011; h.73). Ibu diminta
untuk buang air kecil (miksi) 6 jam postpartum. Jika
dalam 8 jam postpartum belum berkemih atau sekali
berkemih belum melebihi 100 cc, maka dilakukan
kateterisasi. Akan tetapi jika kandung kemih penuh, tidak
perlu menunggu 8 jam untuk berkemih.
Berikut ini sebab-sebab terjadinya kesulitan berkemih
(retensio urine) pada ibu postpartum.
1) Berkurangnya tekanan intra abdominal
2) Otot-otot perut masih lemah
3) Edema dan uretra
b. Buang air besar
Biasanya, ibu akan mengalami konstipasi setelah
persalinan hal ini disebabkan karena pada waktu
persalinan, alat pencernaan mengalami tekanan yang
menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan
berlebih pada waktu persalinan,kurangnya asupan cairan
dan makanan, serta kurangnya aktifitas tubuh supaya
45. 32
buang air besar kembali normal, dapat diatasi diet tinggi
serat, peningkatan asupan cairan, dan ambulasi awal. Jika
tidak berhasil, dalam 2-3 hari dapat diberikan obat
laksansia. Selain konstipasi, ibu juga mengalami
anoreksia akibat penurunan dari sekresi kelenjar
pencernaan dan mempengaruhi perubahan sekresi, serta
penurunan kebutuhan kalori yang menyebabkan kurang
nafsu makan (Ambarwati dan Wulandari,2008;h.80)
Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menjaga
kebersihan diri ibu postpartum adalah sebagai berikut.
1) Anjurkan kebersihan seluruh tubuh, terutama
perineum.
2) Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah
kelamin dengan sabun dan air.
3) Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain
pembalut setidaknya dua kali sehari. Kain dapat
digunakan ulang setelah dicuci dengan baik dan
dikeringkan dibawah matahari dan disetrika.
4) Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan
air sebelum dan sesudah membersihkan alat
kelaminnya.
46. 33
5) Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi,
sarankan kepada ibu untuk menghindari menyantuh
daerah tersebut.
4. Istirahat dan tidur
Ibu post partum sangat membutuhkan istirahat ang
berkualitas untuk memulihkan kembali keadaan fisiknya.
Kurangnya istirahat pada ibu post partum akan
mengakibatkan beberapa kerugian, misalnya :
a. Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi
b. Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak
perdarahan.
c. Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk
merawat bayi dan dirinya sendiri.
Bidan harus menyampaikan kepada pasien dan keluarga
bahwa untuk kembali melakukan kegiatan rumah tangga
harus dilakukan secara perlahan – lahan dan bertahap.
Pasien juga perlu diingatkan untuk selalu tidur siang atau
beristirahat selagi bayinya tidur. Kebutuhan istirahat bagi
ibu menyusui minimal 8 jam sehari yang dapat dipenuhi
melalui istirahat siang dan malam (Sulistyawati, 2009; h.
103).
47. 34
Tidur Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien,
berapa jam pasien tidur.Istirahat sangat penting bagi ibu
masa nifas karena dengan istirahat yang cukup dapat
mempercepat penyembuhan (Ambarwati dan Wulandari,
2008; h. 136).
5. Aktivitas seksual
Aktifitas seksual yang dapat dilakukan oleh ibu nifas harus
memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri
begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan
sau atau dua jarinya kedalam vagina tanpa rasa nyeri,
maka ibu aman untuk memulai melakukan hubungan
suami istri kapan saja ibu siap.
b. Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda
hubungan suami istri sampai masa waktu terrtentu,
misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu setelah persalinan.
Keputusan ini bergantung pada pasangan yang
bersangkutan.
6. Latihan dan senam nifas
Senam nifasadalah senam yang dilakukan ibu-ibu setelah
melahirkan setelah keadaan tubuhnya pulih kembali.
48. 35
Senam nifas bertujuan untuk:
a. Mempercepat penyembuhan
b. Mencegah timbulnya komplikasi
c. Memulihkan dan menguatkan otot-otot punggung, otot
dasar panggul dan otot perut
Pada saat hamil, otot perut dan sekitar rahim, serta vagina
telah teregang dan melemah.Latihan senam nifas dilakukan
untuk membantu mengencangkan otot-otot tersebut. Hal ini
untuk mencegah terjadinya nyeri punggung dikemudian hari
dan terjadinya kelemahan pada otot panggul sehingga dapat
mengakibatkan ibu tidak bisa menahan BAK (Dewi dan
Sunarsih, 2011; h.81)
2.1.2 Proses Laktasi Dan Menyusui
2.1.2.1 Anatomi Payudara
Payudara yang matang adalah salah satu tanda pertumbuhan
sekunder dari seorang perempuan dan salah satu organ yang
indah dan menarik.Lebih dari itu, untuk mempertahankan
kelangsungan hidup keturunannya, maka organ ini menjadi
sumber utama kehidupan, karena Air Susu Ibu (ASI) adalah
makanan bayi yang paling penting.
Payudara adalah kelenjar yang terletak dibawah kulit, diatas
otot dada. Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu
49. 36
untuk nutrisi bayi. Manusia yang mempunyai sepasang
kelenjar payudara, yang beratnya kurang lebih 200 gram, saat
hamil 600 gram, dan saat menyusui 800 gram.
Gambar. 2.1
Anatomi payudara
1. Letak : Setiap payudara terletak pada sternum yang
meluas setinggi kosta kedua dan keenam.
Payudara ini terletak pada fascia superficialis
dinding rongga dada yang disangga oleh
ligamentum sospensorium
2. Bentuk : Bentuk masing-masing payudara berbentuk
tonjolan setengah bola dan mempunyai ekor
(cauda) dari jaringan yang meluas keketiak atau
aksila
3. Ukuran : Ukuran payudara berbeda pada setiap individu,
juga tergantung pada stadium perkembangan
50. 37
dan umur. Tidak jarang salah satu payudara
ukurannya agak lebih besar dari pada yang lain.
a. Struktur Makroskopis
Struktur makroskopis payudara adalah sebagai berikut
1) Cauda Aksilaris
Adalah jaringan payudara yang meluas ke arah
aksila.
2) Areola
Adalah daerah lingkaran yang terdiri dari kulit yang
longgar dan mengalami pigmentasi. Areola pada
masing-masing payudara memiliki garis tengah
kira-kira 2.5 cm. Letaknya mengelilingi puting susu
dan berwarna kegelapan yang disebabkan oleh
penipisan dan penimbunan pigmen pada kulitnya.
3) Papila Mamae
Terletak setinggi interkosta IV, tetapi berhubung
adanya variasi bentuk dan ukuran payudara, maka
letaknya akan bervariasi. Pada tempat ini terdapat
lubang-lubang kecil yang merupakan muara dari
duktus laktiferus, ujung-ujung serat saraf, pembuluh
darah, pembuluh getah bening, serat-serat otot polos
yang tersusun secara sirkuler sehingga bila ada
51. b.
kontraksi duktus laktiferus akan memadat dan
menyebabkan puting susu ereksi , sedangkan otot
yang Longitudinal akan menarik kembali puting susu
tersebut. Bentuk puting ada empat macam yaitu
bentuk yang normal, pendek atau datar, panjang dan
terbenam.(Dewi dan Sunarsih, 2011; h. 7-9)
Gambar. 2.2 Jenis-jenis puting susu
b. Struktur Mikroskopis
1) Alveoli : Alveolus merupakan tempat air
susu diproduksi.
2) Ductus lactifer : saluran sentral yang merupakan
muara beberapa tubulus lactife
3) Ampulla : bagian dari ductus lactifer yang
melebar, yang merupakan tempat
menyimpan air susu. Letaknya di
bawah areola.
38
kontraksi duktus laktiferus akan memadat dan
bkan puting susu ereksi , sedangkan otot-otot
yang Longitudinal akan menarik kembali puting susu
tersebut. Bentuk puting ada empat macam yaitu
bentuk yang normal, pendek atau datar, panjang dan
9)
Alveolus merupakan tempat air
saluran sentral yang merupakan
muara beberapa tubulus lactiferus.
bagian dari ductus lactifer yang
melebar, yang merupakan tempat
menyimpan air susu. Letaknya di
52. 39
4) Lanjutan setiap duktus laktiferus : meluas dari
ampula sampai muara papilla mammae. (Dewi dan
Sunarsih, 2011; h. 9)
2.1.2.2 Fisiologi Laktasi
Proses ini timbul setelah plasenta lepas. Plasenta mengandung
hormon penghambat prolaktin (hormon plasenta) yang
menghambat pembentukan ASI setelah plasenta lepas, hormon
plasenta tersebut tak ada lagi, sehingga susu pun keluar.
Hormon hormon yang terlibat dalam pembentukan ASI adalah
sebagai berikut:
1. Progesterone
Mempengaruhi tumbuh dan ukuran alveoli.Kadar
progesterone dan estrogen menurun sesaat setelah
melahirkan. Hal ini menstimulus produksi ASI secara besar-
besaran
2. Estrogen
Menstimulus system saluran ASI untuk membesar. Kadar
estrogen dalam tubuh menurun saat melahirkan dan tetap
rendah untuk beberapa bulan selama tetap menyusui
3. Prolaktin
Berperan dalam membesarnya alveoli pada masa kehamilan
53. 40
4. Oksitosin
Mengencangkan otot halus dalam rahim pada saat
melahirkan dan setelahnya,seperti halnya juga dalam
organisme. Setelah melahirkan, oksitosin juga
mengencangkan otot halus disekitar alveoli untuk memeras
ASI menuju saluaran susu. Oksitosin berperan dalam proses
turunnya susu (let-down/milk ejection reflex)
5. Human Placental Lactogen (HPL)
Sejak bulan kedua kehamilan, plasenta mengeluarkan
banyak HPL yang berperan dalam pertumbuhan payudara,
putting dan areola sebelum melahirkan. Pada bulan kelima
dan keenam kehamilan, payudara siap memproduksi
ASI.Namun, ASI juga bisa diproduksi tanpa kehamilan
(induced lactation) (Saleha, 2009; h. 11-13).
2.1.2.3 Proses Produksi Air Susu
Pada seorang ibu yang hamil dikenal dua refleks yang masing-
masing berperan dalam pembentukan dan pengeluaran air
susu, yaitu: refleks prolaktin dan refleks let down.
1. Refleks Prolaktin
Akhir kehamilan hormon prolaktin memegang peranan
untuk membuat kolostrum, tetapi jumlah kolostrum terbatas
dikarenakan aktivitas prolaktin dihambat oleh estrogen
54. 41
dan progesteron yang masih tinggi. Hormon ini merangsang
sel-sel alveoli yang fungsinya membuat air susu. Kadar
prolaktin pada ibu yang menyusui akan normal kembali tiga
bulan setelah melahirkan sampai penyapihan anak.
2. Refleks let down
Bersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh adeno
hipofisis, rangsangan yang berasal dari hisapan bayi ada
yang dilanjutkan neurohipofisis yang kemudian dikeluarkan
oksitosin. Oksitosin yang sampai pada alveoli akan
mempengaruhi sel mioepitelin. Kontraksi dari sel akan
memeras air susu yang telah terbuat keluar dari alveoli dan
masuk ke sistem duktus yang selanjutnya mengalir melalui
duktus laktiferus masuk kemulut bayi.
Faktor-faktor yang meningkatkan refleks let down adalah:
a. Melihat bayi
b. Mendengar suara bayi
c. Mencium bayi
d. Memikirkan untuk menyusui bayi
Beberapa refleks yang memungkinkan bayi baru lahir
untuk memperoleh ASI:
55. 42
1) Refleks rooting : refleks ini memungkinkan bayi baru
lahir untuk menemukan puting susu apabila ia
diletakkan di payudara.
2) Refleks menghisap : yaitu saat bayi mengisi mulutnya
dengan puting susu sampai kelangit-langit dan
punggung lidah. Refleks ini melibatkan rahang, lidah
dan pipi.
3) Refleks menelan : yaitu gerakan pipi dan gusi dalam
menekan aerola, sehingga refleks ini merangsang
pembentukan rahang bayi. ( Saleha, 2009; h.15-17)
2.1.2.4 Pengeluaran ASI (Oksitosin)
Apabila bayi disusui, maka gerakan menghisap yang berirama
akan menghasilkan rangsangan saraf yang terdapat pada
glandula pituitaria posterior, sehingga keluar hormon
oksitosin. Hal ini menyebabkan sel-sel miopitel di sekitar
alveoli akan berkontraksi dan mendorong ASI masuk dalam
pembuluh ampula. Pengeluaran oksitosin selain dipengaruhi
oleh isapan bayi, juga oleh reseptor yang terletak pada
duktus.Bila duktus melebar, maka secara reflektoris oksitosin
dikeluarkan oleh hipofisis. (Saleha, 2009; h. 17-18)
56. 43
2.1.2.5 Manfaat pemberian ASI
1.Bagi bayi
a. Komposisi sesuai kebutuhan
b. Kalori dari ASI memenuhi kebutuhan bayi sampai usia 6
bulan
c. ASI mengandung zat pelindung
d. Perkembangan psikomotorik lebih cepat
e. Menunjang perkembangan kognitif
f. Menunjang perkembangan penglihatan
g. Memperkuat ikatan batin ibu dan anak
h. Dasar untuk perkembangan emosi yang hangat dasar
untuk perkembangan kepribadian dan percaya diri
2.Bagi ibu
a. Mencegah perdarahan pascapersalinan dan mempercepat
kembalinya rahim kebentuk semula
b. Mencegah anemia defisiensi besi
c. Mempercepat ibu kembali ke berat badan sebelum hamil
d. Menunda kesuburan
e. Menimbulkan perasaan dibutuhkan
f. Mengurangi kemungkinan kanker payudara dan ovarium
3.Manfaat bagi keluarga
a. Mudah dalam proses pemberiannya
b. Mengurangi biaya rumah tangga
57. 44
c. Bayi yang mendapat ASI jarang sakit, sehingga dapat
menghemat biaya untuk berobat
4.Manfaat bagi negara
a. Penghematan untuk subsidi anak sakit dan pemakaian
obat obatan
b. Penghematan devisa dalam hal pembelian susu formula
dan perlengkapan menyusui
c. Mengurangi populasi
d. Mendapatkan sumber daya manusia yang berkualitas
(Saleha, 2009; h. 31-33)
2.1.2.6 Stadium ASI
ASI dibandingkan dalam 3 stadium yaitu sebagai berikut :
1. Kolostrum
Cairan pertama yang diperoleh bayi pada ibunya adalah
kolostrum yang mengandung campuran kaya akan protein,
mineral, antibodi daripada ASI yang telah matang. ASI
dimulai ada kira – kira pada hari ke 3 atau hari ke 4.
Kolostrum berubah menjadi ASI yang matang kira – kira 15
hari sesudah bayi lahir.Kolostrum merupakan cairan dengan
viskosis kental, lengket, dan berwarna kekuningan.
2. ASI transisi
ASI peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolostrum
sampai ASI matang, yaitu sejak hari ke 4 sampai hari ke
58. 45
10. Selama 2 minggu, volume air susu bertambah banyak
dan berubah warna, serta komposisinya. Kadar
imunoglobulin dan protein menurun, sedangkan lemak dan
laktosa meningkat.
3. ASI matur
ASI matur disekresi pada hari ke 10 dan seterusnya.ASI
matur tanpa warna putih.Kandungan ASI matur relatif
konstan, tidak mengumpal bila dipanaskan. Air susu yang
mengalir pertama kali atau lima menit pertama disebut
foremilk. Foremilk lebih encer, serta mempunyai
kandungan lemak rendah, tinggi laktosa, gula, protein,
mineral, dan air. (Dewi dan Sunarsih, 2011; h. 20-21)
2.1.2.7 Teknik Menyusui
Teknik menyusui yang benar adalah cara memberikan ASI
kepada bayi dengan perleketan dan posisi ibu dan bayi dengan
benar (Dewi dan Sunarsih.2011; h.30).
Mengajarkan kepada ibu tentang tehnik menyusui yang benar
1. Duduk dengan posisi santai dan tegak
2. Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian
dioleskan pada putting susu dan areola sekitarnya
3. Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi diletakkan
pada lengkung siku ibu dan bokong bayi diletakkan pada
59. 46
lengan. Kepala bayi tidak boleh tertengadah atau bokong
bayi ditahan dengan telapak tangan ibu
4. Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu dan yang
satu didepan
5. Perut bayi menempel badan ibu, kepala bayi menghadap
payudara
6. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus
7. Ibu menatap bayi dengan kasih sayang
8. Tangan kanan menyangga payudara kiri dan keempat jari
dan ibu jari menekan payudara bagian atas areola
9. Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut (rooting
reflek) dengan cara menyentuh pipi dengan putting susu
atau menyentuh sisi mulut bayi
10. Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi
didekatkan ke payudara ibu dengan putting serta areola
dimasukkan ke mulut bayi
11. Melepas isapan bayi
Setelah menyusui pada satu payudara sampai terasa
kosong, sebaiknya diganti menyusui pada payudara yang
lain.Cara melepas isapan bayi :
a. Jari kelingking ibu dimasukkan kemulut bayi melalui
sudut mulut
b. Dagu bayi ditekan kebawah
60. 47
12. Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit
kemudian dioleskan pada putting susu dan areola
sekitarnya. Biarkan kering dengan sendirinya.(Ambarwati
dan Wulandari, 2008;h.38-40)
13. Mengajarkan kepada ibu tentang cara menyendawakan
bayi Tujuan menyendawakan bayi adalah mengeluarkan
udara dari lambung supaya bayi tidak muntah (gumoh)
setelah menyusui.
Cara menyendawakan bayi :
a. Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu
kemudian punggungnya ditepuk perlahan-lahan
b. Dengan cara menelungkupkan bayi di atas pangkuan ibu,
lalu usap-usap punggung bayi sampai bayi bersendawa.
(Ambarwati dan Wulandari, 2008; h. 40
2.1.2.8 Tanda Bayi Cukup ASI
1. Bayi minum ASI tiap 2-3 jam atau dalam 24 jam minimal
mendapatkan ASI 8 kali pada 2-3 minngu pertama
2. Kotoran berwarna kuning dengan frekuensi sering dan
warna menjadi lebih muda pada hari kelima setelah lahir
3. Bayi akan buang air kecil (BAK) paling tidak 6-8 kali
perhari
61. 48
4. Ibu dapat mendengarkan pada saat bayi mendengarkan
ASI
5. Payudara terasa lebih lembek, yang menandakan ASI
telah habis
6. Warna bayi merah (tidak kuning) dan kulit terasa kenyal
7. Pertumbuhan berat badan (BB) dan tinggi badan (TB)
bayi sesuai dengan grafik pertumbuhan
8. Perkembangan motorik baik (bayi aktif dan motorik
sesuai dengan rentang usianya)
9. Bayi kelihatan puas, sewaktu waktu saat lapar akan
bangun dan tidur dengan cukup
10. Bayi menyusu dengan kuat (rakus) kemudian melemah
dan tertidur puas. (Dewi dan Sunarsih, 2011; h. 24).
2.1.2.9 Memerah dan menyimpan ASI
Cara memerah ASI adalah sebagai berikut :
1. Letakkan ibu jari dan dua jari lainnya sekitar 1-1,5 cm dari
areola. Tempatkan ibu jari di atas areola pada posisi jam 12
dan jari lainnya pada posisi jam 6.
2. Dorong kearah dada, hindari meregangkan jari.
3. Gulung menggunakan ibu jari dan jari lainnya secara
bersamaan
62. 49
4. Gerakkan ibu jari dan jari lainnya hingga menekan gudang
ASI hingga kosong.
5. Gunakan kedua tangan saat memerah ASI.
(Sulistyawati, 2009; h. 39-41)
ASI yang dikeluarkan dapat disimpan untuk beberapa saat
dengan syarat sebagai berikut:
1. Di udara bebas / terbuka : 6-8 jam
2. Di lemari es ( 40
C ) : 24 jam
3. Di lemari pendingin / beku ( -180
C) : 6 bulan
Mencairkan ASI beku dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
1. Siapkan air hangat kuku di dalam rantang atau panci kecil
2. Taruhlah plastik berisi ASI beku dalam air hangat tersebut.
ASI akan mencair dalam waktu kurang dari 5 menit.
2.1.2.10 Masalah Dalam pemberian ASI
Kegagalan dalam proses menyusui sering disebabkan karena
timbulnya beberapa masalah, baik masalah pada ibu maupun
pada bayi. Pada sebagian ibu yang tidak paham masalah ini,
kegagalan menyusui sering diangap masalah pada anak saja.
Dan hal ini akanmenjadi masalah menyusui pada masa nifas
dini yaitu sebagai berikut:
63. 50
1. Puting Susu Lecet
Puting susu lecet dapat disebabkan oleh trauma saat
menyusui. Selain itu, dapat pula terjadi retak dan
pembentukan celah-celah. beberapa penyebab puting susu
lecet adalah :
a. Teknik menyusui yang tidak benar
b. Puting susu terpapar oleh sabun, krim, alkohol,
ataupun zat iritan lain saat ibu membersihkan puting
susu
c. Moniliasis pada mulut bayi yang menular pada puting
susu ibu
d. Bayi dengan tali lidah pendek (frenulum lingue)
e. Cara menghentikan menyusui yang kurang tepat
Tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi puting
susu lecet adalah:
a. Cari penyebab puting lecet
b. Selama puting susu distirahatkan, sebaiknya ASI tetap
dikeluarkan dengan tangan,dan tidak di anjurkan
menggunakan pompa karena nyeri atau bayi
disusukanlebih dulu pada putting susu yang normal
atau lecetnya sedikit.
64. 51
c. Olesi puting dengan ASI akhir (hind milk), tidak
menggunakan sabun, krim, alkohol ataupun zat iritan
lain saat membersihkan payudara.
d. Menyusui lebih sering (8-12 kali dalam 24 jam)
e. Puting susu yang sakit dapat diistirahatkan untuk
sementara waktu 1x24 jam, dan biasanya akan sembuh
sendiri dalam waaktu 2x24 jam.
f. Cuci payudara sekali sehari dan tidak dibenarkan untuk
mengunakan sabun.
g. Posisi menyusui harus benar, bayi menyusu sampai
kalang payudara dan susukan secara bergantian di
antara kedua payudara.
h. Keluarkan sedikit ASI dan oleskan ke puting yang lecet
dan biarkan kering
i. Pergunakan bra yang menyangga.
j. Bila terasa sangat sakit boleh minum obat pengurang
rasa sakit
k. Jika penyebab monilia, diberi pengobatan dengan tablet
Nystatin (Dewi dan Sunarsih, 2011; h. 39-40).
2. Puting melesak (masuk ke dalam)
Jika puting susu melesak diketahui sejak hamil,
hendaknya puting susu ditari-tarik dengan menggunakan
minyak kelapa setiap mandi 2-3 kali sehari. Jika puting
65. 52
susu melesak diketahui setelah melahirkan, dapat dibantu
dengan tudung puting (nipple hoot) (Dewi dan Sunarsih,
2011;h.40).
3. Payudara Bengkak
Pada hari-hari pertama (sekitar 2-4 jam), payudara sering
terasa penuh dan nyeri disebabkan bertambahnya aliran
darah ke payudara bersamaan dengan ASI mulai di
produksi dalam jumlah banyak.
Penyebab bengkak :
a. Posisi mulut bayi dan putting susu ibu salah
b. Produksi ASI berlebihan
c. Terlambat menyusui
d. Pengeluaran ASI yang jarang
e. Waktu menyusui yang terbatas
Cara mengatasinya hal di atas adalah :
a. Susui bayinya semau dia sesering mungkin tanpa
jadwal dan tanpa batas waktu
b. Bila bayi sukar menghisap, keluarkan ASI dengan
bantuan tangan atau pompa ASI yang efektif
c. Sebelum menyusui untuk merangsang refleks oksitosin
dapat dilakukan : kompres hangat untuk mengurangi
rasa sakit, massage payudara, massage leher dan
punggung.
66. 53
d. Setelah menyusui, kompres air dingin untuk
mengurangi oedema.
4. Mastitis Atau Abses Payudara
Mastitis adalah peradangan pada payudara.Payudara
menjadi merah, bengkak kadang kala diikuti rasa nyeri
dan panas, suhu tubuh meningkat.Didalam terasa ada masa
padat (lump), dan diluarnya kulit menjadi merah.
Kejadian ini terjadi pada masa nifas 1-3 minggu setelah
persalinan diakibatkan oleh sumbatan saluran susu yang
berlanjut. Tindakan yang dapat dilakukan :
a. Kompres hangat/panas dan pemijatan.
b. Rangsangan oksitosin, dimulai pada payudara yang
tidak sakit yaitu stimulasi putting susu, pijat leher
punggung, dll.
c. Pemberian antibiotik : Flucloxacilin atau erythromycin
selama 7-10 hari.
d. Bila perlu bisa diberikan istirahat total dan obat untuk
penghilang rasa nyeri.
e. Kalau terjadi abses sebaiknya tidak disusukan karena
mungkin perlu tindakan bedah. (Ambarwati dan
Wuandari, 2008; h. 47-50)
67. 54
2.1.3 Bendungan Asi
2.1.3.1 Pengertian
Bendungan Air Susu adalah terjadinya pembengkakan pada
payudara karena peningkatan aliran vena dan limfe sehingga
menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan
suhu badan. Bendungan ASI dapat terjadi karena adanya
penyempitan duktus laktiferus pada payudara ibu dan dapat
terjadi pula bila ibu memiliki kelainan puting susu ( misalnya
puting susu datar, terbenam dan cekung).
Sesudah bayi dan plasenta lahir, kadar estrogen dan progestron
turun dalam 2-3 hari. Dengan ini faktor dari hipotalamus yang
menghalangi keluarnya prolaktin waktu hamil, dan sangat
dipengaruhi oleh estrogen, tidak dikeluarkan lagi, dan terjadi
sekresi prolaktin oleh hypopisis. Hormon ini menyebabkan
alveolus- alveolus kelenjar mamma terisi dengan air susu,
tetapi untuk mangeluarkannya dibutuhkan reflex yang
menyebabkan kontraksi sel-sel mioepitelial yang mengelilingi
alveolus dan duktus kecil kelenjar-kelenjar tersebut. Pada
permulaan nifas apabila bayi belum mampu menyusun dengan
baik, atau kemudian apabila terjadi kelenjar-kelenjar tidak
dikosongkan dengan sempurna, terjadi pembendungan air susu
(Rukiyah dkk,2010;h.345)
68. 55
Umumnya ASI keluar 2-3 hari setelah melahirkan.Namun
dipayudara sudah terbentuk kolostrum yang baik sekali untuk
bayi, karena mengandung zat kaya gizi dan antibiotik
pembunuh kuman (Saleha,2009;h.11).
2.1.3.2 Faktor-faktor penyebab Bendungan ASI
1. Pengosongan mamae yang tidak sempurna
dalam masa laktasi, terjadi peningkatan produksi ASI pada
ibu yang produksi ASI-nya berlebihan, apabila bayi sudah
kenyang dan selesai menyusu, dan payudara tidak
dikosongkan, maka masih terdapat sisa ASI didalam
payudara. Sisa ASI tersebut jika tidak dikeluarkan dapat
menimbulkan bendungan ASI.
2. Faktor hisap bayi yang tidak aktif
pada masa laktasi, bila ibu tidak menyusukan bayinya
sesering mungkin atau jika bayi tidak aktif menghisap,
maka akan menimbulkan bendungan ASI.
3. Faktor menyusui bayi yang tidak benar
teknik yang salah dalam menyusui dapat mengakibatkan
puting susu menjadi lecet dan menimbulkan rasa nyeri pada
saat bayi menyusu. Akibatnya ibu tidak mau menyusui
bayinya dan terjadi bendungan ASI.
4. Puting susu terbenam
69. 56
putting susu terbenam akan menyulitkan bayi dalam
menyusu. Karena bayi tidak dapat menghisap puting dan
areola, bayi tidak mau menyusu dan akibatnya terjadi
bendungan ASI.
5. Puting susu terlalu panjang
putting susu yang panjang menimbulkan kesulitan pada saat
bayi menyusu karena bayi tidak dapat menghisap areola dan
meransang sinus laktiferus untuk megeluarkan ASI.
Akibatnya ASI tertahan dan menimbulkan bendungan ASI.
(Rukiyah dkk,2010;h.346)
2.1.3.3 Tanda dan gejala bendungan ASI
Tanda dan gejala bendungan ASI antara lain dengan
ditandainya dengan: mamae panas serta keras pada perabaan
dan nyeri, putting susu bisa mendatar sehingga bayi sulit
menyusui, pengeluaran susu kadang terhalang oleh duktus
laktiferi yang menyempit, payudara bengkak, keras, panas,
Nyeri bila ditekan, warnanya kemerahan,suhu tubuh mencapai
380
c.(Rukiyah dkk, 2010;h.346)
Gejala bendungan ASI adalah terjadinya pembengkakan
payudara bilateral dan secara palpasi teraba keras, kadang
terasa nyeri serta sering kali disertai peningkatan suhu badan
ibu, tetapi tidak terdapat tanda kemerahan dan demam
(Prawiroharjo, 2008; h.652)
70. 57
2.1.3.4 Pencegahan bendungan ASI
Upaya pencegahan untuk bendungan ASI adalah:
1. Menyusui dini
2. susui bayi sesegera mungkin setelah dilahirkan
3. Susui bayi tanpa jadwal atau ondemand
4. Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa
5. bila produksi melebihikebutuhan bayi
6. Perawatan payudara pasca persalinan
7. Menyangga payudara dengan BH yang menyokong
(http://www.slideshare.net tanggal 11-04-2015)
2.1.3.5 Penanganan Bendungan ASI
1. Bila ibu meyusui bayinya:
a. Susukan sesering mungkin
b. Kedua payudara disusukan
c. Kompres hangat payudara sebelum disusukan
d. Bantu dengan memijat payudara untuk permulaan
menyusui
e. Sangga payudara
f. Kompres dingin pada payudara diantara waktu menyusui
g. Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg per oral
setiap 4 jam
h. Lakukan evaluasi setelah 3 hari untuk mengevaluasi
hasilnya
71. 58
2. Bila ibu tidak menyusui:
a. Sangga payudara
b. Kompres dingin pada payudara untuk mengurangi
pembengkakan dan rasa sakit
c. Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg per oral
setiap 4 jam
d. Jangan dipijat atau memakai kompres hangat pada
payudara
(Prawiroharjo, 2010; 262)
2.1.3.6 Dampak bendungan ASI
Statis pada pembuluh limfe akan mengakibatkan tekanan
intraduktal yang akan mempengaruhi berbagai segmen pada
payudara, sehingga tekanan seluruh payudara meningkat,
akibatnya payudara sering terasa penuh, tegang, dan nyeri
(WHO, 2003), walaupun tidak disertai dengan demam (Suradi,
2004). Terlihat kalang payudara lebih lebar sehingga sukar
dihisap oleh bayi. Bendungan ASI yang tidak disusukan secara
adekuat akhinya terjadi mastitis (http://journal.akbideub.ac.id
tanggal 07-07-2015)
Masalah Bendungan ASI jika tidak ditanganidapat berpotensi
terjadinya mastitis.(Rukiyah dkk, 2010; h. 349).
72. 59
2.2 TINJAUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN
2.2.1 Pengertian
Manajemen asuhan kebidanan atau sering disebut manajemen asuhan
kebidanan adalah suatu metode berfikir dan bertindak secara
sistematis dan logis dalam memberi asuhan kebidanan, agar
menguntungkan kedua belah pihak baik klien maupun pemberi
asuhan.
Manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan
tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan-temuan, keterampilan,
dalam rangkaian tahap-tahap yang logis untuk pengambilan suatu
keputusan yang berfokus terhadap klien.
Manajemen kebidanan diadaptasi dari sebuah konsep yang
dikembangkan oleh Helen Varney dalam buku Varney’s Midwifery,
edisi ketiga tahun 1997, menggambarkan proses manajemen asuhan
kebidanan yang terdiri dari tujuh langkah yang berturut secara
sistematis dan siklik (Soepardan, 2008; h. 96).
Varney menjelaskan bahwa proses pemecahan masalah yang
ditemukan oleh perawat dan bidan pada tahun 1970-an. Proses ini
memperkenalkan sebuah metode pengorganisasian pemikiran dan
tindakan dengan urutan yang logis dan menguntungkan baik bagi
klien maupun bagi tenaga kesehatan. Proses manajemen kebidanan ini
terdiri dari tujuh langkah yang berurutan, dan setiap langkah
73. 60
disempurnakan secara berkala. Proses dimulai dari pengumpulan data
dasar dan berakhir dengan evaluasi. Ketujuh langkah tersebut
membentuk suau kerangka lengkap yang dapat diaplikasikan dalam
situasi apapun. Akan tetapi setiap langkah dapat diuraikan lagi
menjadi langkah-langkah yang lebih detail dan ini bisa berubah sesuai
dengan kebutuhan klien (Saminem, 2010; h. 39).
2.2.2 Langkah dalam manajemen kebidanan menurut Varney
2.2.2.1 Pengumpulan data dasar ( Pengkajian)
Pada langkah pertama dikumpulkan semua informasi yang
akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan
dengan kondisi klien (Ambarwati dan Wulandari,
2008;h.131)
Anamnesa dilakukan untuk mendapatkan data anamnesa
terdiri dari beberapa kelompok penting sebagai berikut:
1) Identitas pasien
a. Nama
Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan
sehari-hari agar tidak keliru dalam memberikan
penanganan (Ambarwati dan Wulandari,
2008;h.131).
b. Umur
Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko
seperti kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi
74. 61
belum matang, mental dan psikisnya belum
siap.Sedangkan umur lebih dari 35 tahun rentan
sekali untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas.
c. Agama
Agama pasien dikaji untuk mengetahui keyakinan
pasien tersebut untuk membimbing atau
mengarahkan pasien dalam berdoa.
d. Suku/bangsa
Suku pasien dikaji untuk mengetahui adat dan
kebiasaan sehari- hari.
e. Pendidikan
Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk
mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya,
sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai
dengan pendidikannya.
f. Pekerjaan
Dikaji untuk mengetahui dan mengukur tingkat
sosial ekonominya, karena ini juga mempengaruhi
dalam gizi pasien tersebut (Ambarwati dan
Wulandari, 2008;h.131-132)
g. Alamat
Untuk mempermudah kunjungan rumah bila
diperlukan.
75. 62
2) Keluhan utama dikaji untuk mengetahui masalah yang
dihadapi yang berkaitan dengan masa nifas, misalnya
pasien merasa mulas, sakit pada jalan lahir karena
adanya jahitan pada perineum.
3) Riwayat kesehatan
a) Sekarang
Data-data ini di perlukan untuk mengetahui
kemungkinan adanya penyakit yang di derita pada
saat ini yang ada hubungannya dengan masa nifas
dan bayinya.
b) Yang Lalu
Data yang di perlukan untuk mengetahui
kemungkinan adanya riwayat atau penyakit akut,
kronis seperti: Jantung, DM, Hipertensi, Asma
yang dapat mempengaruhi pada masa nifas ini
(Ambarwati dan Wulandari, 2008;h.132-133).
c) Keluarga
Data ini di perlukan untuk mengetahui
kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga
terhadap gangguan kesehatan pasien dan bayinya,
yaitu bila ada penyakit keluarga yang
menyertainya.
76. 63
4) Riwayat Perkawinan
Yang perlu dikaji adalah berapa kali menikah, status
menikah syah atau tidak, karena bila melahirkan tanpa
status yang jelas akan berkaitan dengan psikologisnya
sehingga akan mempengaruhi proses nifas.
(Ambarwati dan Wulandari,2008;h.133)
5) Riwayat obstetri
a) Riwayat menstruasi
(1) Riwayat haid
Mempunyai gambaran tentang keadaan dasar
dari organ reproduksinya.
(2) Menarche
Usia pertama kali mengalami menstruasi. Untuk
wanita Indonesia pada usia sekitar 12- 16 tahun.
(3) Siklus
Jarak antara menstruasi yang di alami dengan
menstruasi berikutnya dalam hitungan hari,
biasanya sekitar 23-32 hari.
(4) Volume
Data ini menjelaskan seberapa banyak darah
menstrusi yang di keluarkan.
77. 64
(5) Keluhan
Beberapa wanita menyampaikan keluhan yang
di rasakan ketika mengalami menstruasi
misalnya sakit yang sangat, pening sampai
pingsan,atau jumlah darah yang banyak.
b) Gangguan kesehatan alat reproduksi
Ada beberapa penyakit organ reproduksi yang
berkaitan erat dengan personal hygiene pasien atau
kebiasaan lain yang tidak mendukung kesehatan
reproduksinya. (Sulistyawati, 2009; h. 112 – 113)
c) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu.
Berapa kali ibu hamil, apakah pernah abortus,
jumlah anak, cara persalinan yang lalu, penolong
persalinan, keadaan nifas yang lalu.
d) Riwayat Persalinan sekarang
Tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis kelamin
anak,keadaan bayi meliputi JK, BB, penolong
persalinan. Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui
apakah proses persalinan mengalami kelainan atau
tidak yang bisa berpangaruh pada masa nifas saat
ini ( Ambarwati dan Wulandari, 2008;h.133-134).
78. 65
e) Riwayat KB
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB
dengan kontrasepsi jenis apa, berapa lama, adakah
keluhan selama menggunakan kontrasepsi serta
rencana KB setelah masa nifas ini dan beralih ke
kontrasepsi apa.
6) Pola kebutuhan Sehari-hari
a) Nutrisi
Menggambarkan tentang pola makan dan minum,
frekuensi, banyaknya, jenis makanan, makanan
pantangan (Ambarwati dan Wulandari, 2008;h.136).
b) Eliminasi
Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu
kebiasaan buang air besar meliputi frekuensi,
jumlah, konsistensi, dan bau serta kebiasaan
buang air kecil meliputi frekuensi, warna,
jumlah.Dalam 6 jam pertama post partum, pasien
sudah harus berkemih.
c) Istirahat
Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien,
berapa jam pasien tidur.Istirahat sangat penting
bagi ibu masa nifas karena dengan istirahat yang
79. 66
cukup dapat mempercepat penyembuhan.
(Ambarwati dan Wulandari, 2008; h. 136)
Pasien juga perlu diingatkan untuk selalu tidur
siang atau istirahat selagi bayinya tidur.
Kubutuhan istirahat bagi ibu menyusui minimal 8
jam sehari yang dapat dipenuhi melalui istirahat
siang dan malam. (Sulistyawati, 2009; h. 103).
d) Personal Hygine
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu
menjaga kebersihan tubuh terutama pada daerah
genetalia, karena pada masa nifas masih
mengeluarkan lochea.
e) Aktivitas
Menggambarkan pola aktivitas pasien sehari-
hari.Pada pola iniperlu di kaji pengaruh aktivitas
terhadap kesehatannya. Mobilisasi dini dapat
mempercepat proses pengembalian alat- alat
reproduksi. (Ambarwati dan Wulandari, 2008
h.137)
Data Objektif
Data ini dikumpulkan guna melengkapi data untuk menegakkan
diagnosis.Bidan melakukan pengkajian data objektif melalui
80. 67
pemeriksaan inspeksi,palpasi,auskultasi,perkusidan pemeriksaan
penunjang yang di lakukan secara berurutan.
1.Pemeriksaan Umum
Pemeriksaan yang dilakukan kepada pasien sebagai berikut:
a. Keadaan umum
Data ini dapat dengan mengamati keadaan pasien secara
keseluruhan, hasil pengamatan yang di laporkan kriterianya
baik atau lemah. Hasil pengamatan akan dilaporkan dengan
kriteria baik jika pasien memperlihatkan respon yang baik
dengan orang lain atau lemah jika pasien kurang atau tidak
memberikan respon yang baik terhadap lingkungan dan dengan
orang lain.
b. Kesadaran
Untuk mendapatkan gambaran tentang ke sadaran pasien,kita
dapat melakukan pengkajian derajat kesadaran pasien dari
keadaan compos mentis (sadar penuh) sampai dengan koma
(pasien tidak dalam keadaan sadar). (Sulistyawati, 2009;
h.121)
c. Tinggi badan
Salah satu ukuran pertumbuhan seseorang.
d. Berat badan
Massa tubuh di ukur dengan pengukuran massa atau
timbangan.
81. 68
e. Tanda-tanda vital
1) Tekanan darah
Untuk menilai sistem kardiovaskuler bersamaan dengan
pemeriksaan nadi, tekanan darah normalnya adalah sistolik
90 – 120 dan diastolnya 60 – 80 mmHg. Tekanan darah
menjadi lebih rendah pasca melahirkan dapat diakibatkan
oleh perdarahan. Sedangkan tekanan darah tinggi pada
post partum merupakan tanda pre eklampsia post partum.
(Rukiyah dkk, 2011; h. 69)
2) Nadi
Untuk menilai sistem kardiovaskuler, denyut nadi normal
pada orang dewasa adalah 60-80 kali permenit. Setiap
denyut nadi yang melebihi 100 kali per menit adalah
abnormal dan hal ini menunjukkan adanya kemungkinan
infeksi. (Sulistyawati, 2009; h. 81)
3) Suhu
Untuk menilai kondisi metabolisme didalam tubuh,
dimana tubuh menghasilkan panas secara kimiawi melalui
metabolisme darah, jika jumlah panas yang dihasilkan oleh
tubuh sama dengan jumlah panas yang dikeluarkan hal ini
berarti seseorang berada dalam keseimbangan panas.
(Maryunanik, 2011; h. 328).
82. 69
Normalnya suhu tubuh ibu setelah melahirkan dalam 1
hari (24 jam) postpartum akan naik sedikit (37,5° C -
38°C). Jika kenaikan suhu melebihi 380
C maka waspada
terhadap infeksi pospartum. (Sulistyawati, 2009; h. 80)
4) Pernafasan
Untuk mengetahui apakah ibu mengalami gangguan
pernapasan atau tidak pada masa nifas, normal frekuensi
pernapasan pada orang dewasa adalah 16 – 24 kali
permenit, pada ibu post partum umumnya pernapasan
lambat atau normal karna dalam keadaan pemulihan atau
dalam kondisi istirahat. Bila pernapasan pada masa post
partum lebih cepa kemungkinan adanya tanda – tanda syok
(Rukiyah dkk, 2011; h. 69)
2. Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan
tanda-tanda vital, meliputi : pemeriksaan khusus ( terdiri dari
inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi) dan pemeriksaan
penunjang yaitu laboratorium dan catatan terbaru serta catatan
sebelumnya ( Soepardan, 2008; h. 98).
a. Pemeriksaan fisik
1) Wajah
Untuk memeriksa adanya tanda eklampsia postpartum atau
tidak, hal yang perlu diperiksa pada wajah yaitu bentuk,
warna kulit, oedema pada muka atau tidak.
83. 70
2) Mata
Untuk mengidentifikasi adanya tanda anemis dengan
melihat konjungtiva, oedema pada kelopak mata atau tidak,
ada kemerahan atau tidak.
3) Leher
Untuk mengidentifikasi adanya infeksi traktus pernapasan,
dengan melihat bentuk dan kesimetrisan, melakukan
perabaan ada nyeri tekan pada kelenjar limfe atau tidak.
4) Payudara
Untuk memeriksa apakah ada komplikasi postpartum atau
tidak dengan melihat bentuk, warna, putting, lakuakn
palpasi untuk mengetahui adanya pengeluaran dan ada atau
tidak nyeri tekan.
5) Abdominal
Untuk memeriksa kandung kemih, involusi uterus,
pemeriksaan bising usus, dan pemeriksaan TFU
6) Genetalia
Untuk memeriksa perineum terhadap penyembuhan luka,
pengeluaran lochea dan bau pengeluarannya.
7) Ekstremitas
Untuk memeriksa adanya varises atau tidak, menilai adanya
pembesaran oedema atau tidak dan menilai reflex patellanya
positif atau negatif.
84. 71
2.2.2.2 Interpretasi data dasar
Mengidentifikasi diagnose kebidanan dan masalah
berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah
dikumpulkan (Ambarwati, 2008;h.141)
Pada langkah kedua dilakukan identifikasi terhadap
diagnosis atau masalah berdasarkan interpretasi yang benar
atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar tersebut
kemudian diinterpretasikan sehingga dapat dirumuskan
masalah dan diagnosa yang spesifik. Baik rumusan diagnosis
maupun rumusan masalah keduanya harus ditangani, meskipun
masalah tidak bisa dikatakan sebagai diagnosis tetapi harus
mendapatkan penanganan (Soepardan, 2008; h. 99).
1. Diagnosa Kebidanan
Diagnosis dapat di tegakkan berkaitan dengan
para,abortus,anak hidup,umur ibu,dan keadaan nifas
(Ambarwati dan Wulandari, 2008;h.141)
2. Masalah Kebutuhan
Permasalahan yang muncul berdasarkan pernyataan
pasien (Ambarwati dan Wulandari, 2008; h.142).
3. Mengidentifikasi kebutuhan
Dalam bagian ini bidan menentukan kebutuhan pasien
berdasarkan keadaan dan masalahnya. (Sulistyawati, 2009;
hal. 229)
85. 72
2.2.2.3 Identifikasi diagnose / masalah potensial
Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial yang
mungkin akan terjadi. Pada langkah ini diidentifikasikan
masalah atau diagnosa potensial berdasarkan rangkaian
masalah dan diagnosa, hal ini membutuhkan antisipasi,
pencegahan, bila memungkinkan menunggu mengamati dan
bersiap-siap apabila hal tersebut benar benar terjadi.
Melakukan asuhan yang penting sekali dalam hal ini
(Ambarwati dan Wulandari, 2008;h.142)
Pada langkah ketiga ini mengidentifikasikan masalah
potensial berdasarkan diagnosa atau masalah yang sudah
diidentifikasi.Langkah ini membutuhkan antisipasi bila
memungkinkan dilakukan pencegahan (Soepardan, 2008;
h.100).
Masalah Bendungan ASI jika tidak ditangani dapat
berpotensi terjadinya mastitis (Rukiyah dkk, 2010; h. 349).
2.2.2.4 Tindakan segera
Langkah ini memerlukan kesinambungan dari manajemen
kebidanan. Identifikasi dan menetapkan perlunya tindakan
segera oleh bidan atau dokter dan atau untuk dikonsultasikan
atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain
86. 73
sesuai dengan kondisi pasien.(Ambarwati dan Wulandari,
2008; h. 143).
Tindakan segara untuk bendungan ASI adalah perawatan
payudara dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi rasa
sakit pada payudara dengan berikan kompres dingin dan
hangat dengan handuk secara bergantian kiri dan kanan. Lalu
berikan kompres sebelum menyusui bayi agar memudahkan
bayi dalam menghisap dan menangkap putting susu. Untuk
mengurangi bendungan di vena dan pembuluh getah bening
dalam payudara lakukan pengurutan yang dimulai dari
puting kearah korpus mamae.Ibu harus rileks, dan dipijat
leher dan punggung belakang. (Rukiyah dkk,2010; h.347)
2.2.2.5 Merencanakan asuhan
Langkah- langkah ini ditentukan oleh sebelumnya yang
merupakan lanjutan dari masalah atau diagnose yang telah
diidentifikasi atau antisipasi (Ambarwati dan Wulandari,
2008;h.143).
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyuluh
ditentukan oleh langkah sebelumnya.Langkah ini merupakan
kelanjutan manajemen kebidanan terhadap diagnosa atau
masalah yang telah didentifikasikan atau di antisipasi. Pada
langkah ini informasi data yang tidak lengkap dilengkapi
(Soepardan, 2008; h. 101)
87. 74
1. Perencanaan asuhan kebidanan ibu nifas dengan
bendungan ASI yang dilakukan adalah :
a. Beritahu ibu hasil pemeriksaan keadaan ibu dan hasil
pemeriksaan fisik ibu
b. Berikan penjelasan kepada ibu tentang masalah bahwa
ibu mengalami bendungan ASI
c. Lakukan penanganan pada ibu dengan bendunngan ASI
yaitu dengan cara: Berikan kompres dingin untuk
mengurangi rasa sakit pada payudara; keluarkan ASI
sebelum menyusui agar mempermudah bayi menghisap
atau menangkap putting susu; lakukan pengurutan yang
dimulai dari putting kea rah korpus mamae gunanya
untuk mengurangi bendungan di vena dan pembuluh
getah bening dalam payudara; sesudah bayi kenyang;
keluarkan sisa ASI; kompres hangat agar payudara
menjadi lebih lembek; ibu harus rileks; pijat leher dan
punggung belakang; sangga payudara berikan
parasetamol 500mg peroral setiap 4 jam. Kemudian
menyiapkan pompa ASI jika diperlukan untuk
mengeluarkan ASI.
d. Lakukan evaluasi setelah 3 hari untuk melihat apakah
keadaan membaik atau tidak
88. 75
e. Dokumentasikan hasil pemeriksaan dan asuhan yang
diberikan. (Rukiyah dkk,2010;h. 349).
2.2.2.6 Pelaksanaan Asuhan
Langkah ini merupakan pelaksanaan rencana asuhan
penyuluhan pada klien dan keluarga. Mengarahkan dan
melaksanakan rencana asuhan secara efesien dan aman
(Ambarwati dan Wulandari, 2008;h.145).
a. Memeritahu ibu hasil pemeriksaan keadaan ibu dan
hasil pemeriksaan fisik ibu
b. Memberikan penjelasan kepada ibu tentang masalah
bahwa ibu mengalami bendungan ASI
c. Melakukan penanganan pada ibu dengan bendunngan
ASI yaitu dengan cara: Berikan kompres dingin untuk
mengurangi rasa sakit pada payudara; keluarkan ASI
sebelum menyusui agar mempermudah bayi menghisap
atau menangkap putting susu; lakukan pengurutan yang
dimulai dari putting kea rah korpus mamae gunanya
untuk mengurangi bendungan di vena dan pembuluh
getah bening dalam payudara; sesudah bayi kenyang;
keluarkan sisa ASI kompres hangat agar payudara
menjadi lebih lembek; ibu harus rileks; pijat leher dan
punggung belakang; sangga payudara berikan
parasetamol 500mg peroral setiap 4 jam. Kemudian
89. 76
menyiapkan pompa ASI jika diperlukan untuk
mengeluarkan ASI.
d. Melakukan evaluasi setelah 3 hari untuk melihat
apakah keadaan membaik atau tidak
e. Mendokumentasikan hasil pemeriksaan dan asuhan
yang diberikan. (Rukiyah dkk,2010;h. 349)
2.2.2.7 Evaluasi
Langkah ini merupakan langkah terakhir guna mengetahui
apa yang telah dilakukan bidan. Mengevaluasi keefektifan
dari asuhan yang telah diberikan, ulangi kembali proses
manajemen dengan benar terhadap setiap aspek asuhan yang
sudah dilaksanakan tapi belum efektif atau merencanakan
kembali yang belum terlaksana (Ambarwati dan Wulandari,
2008;h.147)
Pada langkah ketujuh ini, bidan mengevaluasi keefektivan
dari asuhan yang sudah diberikan. Meliputi pemenuhan
kebutuhan apakah benar-benar terpenuhi sesuai dengan
masalah yang telah teridentifikasi (Saminem , 2010;h. 44).
90. 77
2.3 LANDASAN HUKUM KEWENANGAN BIDAN
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor
1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaran Praktik Bidan,
kewenangan yang dimiliki bidan meliputi:
1. Kewenangan
Normal :
a. Pelayanan kesehatan ibu
b. Pelayanan kesehatan anak
c. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana
2. Kewenangan dalam menjalankan program Pemerintah
3. Kewenangan bidan yang menjalankan praktik di daerah yang tidak
memiliki dokter
Kewenangan normal adalah kewenangan yang dimiliki oleh seluruh bidan.
Kewenangan ini meliputi:
1. Pelayanan kesehatan ibu
a. Ruang lingkup:
1) Pelayanan konseling pada masa pra hamil
2) Pelayanan antenatal pada kehamilan normal
3) Pelayanan persalinan normal
4) Pelayanan ibu nifas normal
5) Pelayanan ibu menyusui
6) Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan
b. Kewenangan:
1) Episiotomi
91. 78
2) Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II
3) Penanganan kegawat - daruratan, dilanjutkan dengan perujukan
4) Pemberian tablet Fe pada ibu hamil
5) Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas
c. Fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini (IMD) dan promosi air
susu ibu (ASI) Eksklusif
d. Pemberian ghyyuterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan
postpartum
1) Penyuluhan dan konseling
2) Bimbingan pada kelompok ibu hamil
3) Pemberian surat keterangan kematian
4) Pemberian surat keterangan cuti bersalin
(http://www.kesehatanibu.depkes.go.id. Tanggal 05 – 05 - 2015)
Standar 15 : pelayanan bagi ibu dan bayi pada masa nifas
Bidan memberikan pelayanan selama masa nifas melalui kunjungan
rumah pada hari ketiga, minggu kedua, dan minggu keenam setelah
persalinan untuk membantu proses pemulihan ibu dan bayi melalui
penanganan tali pusat yang benar; penemuan dini, penanganan, atau
perujukan komplikasi yang mungkin terjadi pada masa nifas; serta
memberikan penjelasan tentang kesehatan secara umum, kebersihan
perorangan, makanan bergizi, perawatan bayi baru lahir, pemberian
ASI, imunisasi, dan KB ( Soepardan, 2008; h.121).
92. 79
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY.Y USIA 37 TAHUN P2A0
3 HARI POST PARTUM DENGAN BENDUNGAN ASI
DI BPS SUMIYATI, S.ST.,SKM
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
3.1 PENGKAJIAN
Tanggal / Jam : 09 April 2015 / 09:00 WIB
Tempat : BPS Sumiyati, S.ST.SKM
NamaMahasiswa : Bella Citra Andara
Nim : 201207136
A. Data subjektif
1. Identitas pasien
Istri Suami
Nama : Ny. Y Nama : Tn. J
Umur : 37 tahun Umur : 39 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa Suku bangsa : Jawa
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl. RE.Martadinata.Gg.Gunung Mastur.Kota Karang
93. 80
2. Keluhan utama
Ibu mengatakan payudaranya terasa penuh, panas, berat dan keras serta
nyeri
3. Riwayat Obstetri
a. Riwayat haid
Menarche : 12 Tahun
Siklus : 28 Hari
Lama : 7 hari
Volume : 3 kali/hari ganti pembalut
Warna : Merah segar
Dismenore : Ada
Bau : Khas
Flour albus : Ada sebelum menstruasi
b. Riwayat Kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
No Tahun
Persalinan
Tempat
Persalinan
Umur
Kehamilan
Jenis
Persalinan
Penolong Penyulit Keadaan Ket
Nifas Anak
1 12 januari
2011
BPS 38 minggu
2 hari
Spontan Bidan Tidak
Ada
Baik 1 -
2 06 April
2015
BPS 40 minggu
4 hari
Spontan Bidan Tidak
ada
Baik 1 -
94. 81
c. Riwayat kehamilan sekarang
HPHT : 28 Juni 2014
TP : 05 April 2015
Tanggal bersalin : 06 April 2015
Jenis Persalinan : Spontan
Jam : 22:30 WIB
Jenis Kelamin : Perempuan
4. Riwayat kesehatan
a. Sekarang
Ibu sedang tidak mengalami penyakit apapun selama masa nifasnya
sampai saat ini seperti (TBC, Hepatitis, PMS) penyakit menurun
seperti (DM, Asma, Hipertensi) penyakit berat seperti (Jantung,
Ginjal, Paru-paru)
b. Yang lalu
Ibu tidak pernah menderita penyakit menular seperti (TBC, Hepatitis,
PMS) penyakit menurun seperti (DM, Asma, Hipertensi) penyakit
berat seperti (Jantung, Ginjal, Paru-paru) Dan ibu tidak pernah dirawat
dirumah sakit yang berhubungan dengan penyakit organ reproduksi
c. Keluarga
Dalam keluarga tidak ada yang menderita menular seperti (TBC,
Hepatitis, PMS) penyakit menurun seperti (DM, Asma, Hipertensi)
penyakit berat seperti (Jantung, Ginjal, Paru-paru)
95. 82
5. Riwayat KB
No Jenis
kontrasepsi
Mulai memakai Berhenti/ganticara
Tanggal Oleh Tempat Keluhan Tanggal Oleh Tempat Alasan
1 Kb suntik
3 bulan
03
februari
2011
bidan Bps Tidak
ada
6. Pola kebutuhan sehari-hari
a. Nutrisi
Selama Hamil : Ibu makan 3x/hari, porsi cukup, dengan menu
nasi, lauk (ikan, tahu, tempe, telur), sayur
(bayam, kangkung, daun singkong), minum
susu 2x/hari, dan minum air putih ±8 gelas/hari
Selama Nifas : Ibu makan 3x/hari, porsi cukup, dengan menu
nasi, lauk (tahu, telur, tempe), sayur (bayam,
kangkung, katuk), minum air putih ±8 gelas
/hari.
b. Pola Eliminasi
Selama Hamil : BAB 1x/hari, BAK 6-7 x/hari, warna kuning
jernih,bau khas.
SelamaNifas : BAB : Ibu mengatakan belum BAB,
BAK 4-5 x/hari, warna kuning jernih, bau
khas.
96. 83
c. Pola Istirahat
Selama Hamil : Ibu tidur siang ±1 jam/hari, tidur malam ±8
jam/hari, nyenyak, tidak ada keluhan
Selama nifas : Tidur siang 1-2 jam dan tidur malam 5-6 jam.
d. Personal hygiene
Selama hamil : Ibu mandi 2x/hari, gosok gigi 2x/hari, keramas
1x/hari, ganti baju 2x/hari, dan ganti celana
Dalam ketika terasa lembab
Selama nifas : Ibu mandi 1x/hari, gosok gigi 2x/hari, keramas
2 hari sekali, ganti baju 1x/hari, dan ganti
pembalut 3-4 x/hari
e. Pola Seksual
Selama hamil : Ibu mengatakan melakukan hubungan suami
istri 1x/minggu dengan hati-hati.
Selama nifas : Ibu mengatakan belum melakukan hubungan
Suami istri karena darah yang keluar masih
Banyak dan masa nifas belum selesai.
7. Riwayat Psikososial
a. Status perkawinan : Ibu menikah 1x usia ibu 25tahun, suami
usia 26 tahun, lama menikah 16 tahun dan
status menikah syah.
97. 84
b. Status emosional : Ibu sangat bahagia dengan kelahiran bayinya
ini. Hubungan ibu dengan suami, keluarga,
dan masyarakat berjalan harmonis.
8. Riwayat spiritual
a. Selama hamil : Ibu melaksanakan shalat 5 waktu.
b. Selama nifas : Ibu belum pernah melaksanakan shalat.
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Keadaan emosional : Stabil
TTV :
TD : 120/80 mmHg
Pernafasan : 22 kali/menit
Nadi : 80 kali/menit
Suhu : 36,80
C
2. Pemeriksaan fisik
a. Kepala:
Warna rambut : Hitam
Ketombe : Tidak Ada
Benjolan : Tidak Ada
98. 85
b. Wajah
Cloasma : Tidak Ada
Hiperpigmentasi : Tidak Ada
Pucat : Tidak Ada
Edema : Tidak Ada
c. Mata
Simetris : Kanan dan kiri
Kelopak mata : Tidak oedema
Konjungtiva : Tidak pucat
Sklera : Putih
d. Hidung
Simetris : Kanan dan kiri
Polip : Tidak ada pembengkakan
Kebersihan : Bersih
e. Mulut
Warna bibir : Merah
Pecah- pecah : Tidak Ada
Sariawan : Tidak Ada
Gusi berdarah : Tidak Ada
Gigi : Tidak berlubang
f. Telinga
Simetris : Kanan dan kiri
Gangguan pendengaran : Tidak ada
99. 86
g. Leher
Simetris : Kanan dan kiri
Pembesaran kelenjar tiroid : Tidak Ada
Pembesaran vena juguralis : Tidak Ada
h. Ketiak
Pembesaran kelenjar limfe : Tidak Ada
i. Dada
Retraksi : Ada
Bunyi mengi dan ronchi : Tidak Ada
j. Payudara
Simetris : Tidak simetris kanan kiri
Pembesaran : Ada, sebelah kiri lebih besar
Puting susu : Tenggelam pada sebelah kiri.
Hiperpigmentasi areola mamae : Ada
Benjolan : Tidak Ada
Konsisitensi : Keras dan teraba panas
Pengeluaran : Ada, colostrum
k. Punggung dan pinggang
Simetris : Kanan dan kiri
Nyeri ketuk : Tidak Ada
100. 87
l. Abdomen
Pembesaran : Tidak Ada
Konsistensi : Lunak
Kandung kemih : Kosong
Uterus
TFU : 3 jari dibawah pusat
Kandung kemih : Kosong
Kontraksi : Baik
m. Anogenital
Vulva : Tidak Ada hematoma
Perineum : Terdapat laserasi derajat II
Pengeluaran vaginam : Lochea rubra
Anus : Tidak Ada hemoroid
n. Ekstermitas bawah
Oedema : Tidak Ada
Kemerahan : Tidak Ada
Varices : Tidak Ada
Reflek patella : (+) Kanan dan kiri
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboraturium
Tidak dilakukan
101. 88
4. Data Penunjang
a. Riwayat persalinan sekarang
1) IBU
Tempat melahirkan : BPS Sumiyati, S.ST.SKM
Penolong : Bidan
Jenis persalinan : Spontan
Lama persalinan : 8 jam
Catatan waktu
Kala I : 5 jam 30 menit
Kala II : 0 jam 20 menit
Kala III : 0 jam 10 menit
Kala IV : 2 jam 0 menit
Lama : 8 jam 0 menit
Ketuban pecah : Spontan
Plasenta
Lahir secara : Normal
Diameter : 18 cm
Berat : 500 gram
Panjang tali pusat : 49 cm
Perineum : Terdapat Laserasi Derajat II
102. 89
2) Bayi
Lahir tanggal/pukul : 06 April 2015 / 22.30 WIB
Berat badan : 3200 gram
Panjang badan : 50 cm
Nilai apgar : 8/9
Jenis kelamin : Perempuan
Cacat bawaan : Tidak Ada
Masa gestasi : 40 minggu 3 hari
103. 90
Tgl/
jam
Pengkajian Interpretasi
data
(diagnosa,
masalah,
kebutuhan)
Dx
potensial/mas
alah potensial
Antisipasi/
tindakan
segera
Perencanaan Pelaksanaan Evaluasi
09-04-
2015/
14:00
WIB
Ds:
1. Ibu
mengatak
an pernah
melahirka
n 2 kali
dan belum
pernah
keguguran
2. Ibu
mengatak
an
payudaran
ya terasa
penuh,
berat,
panas dan
keras
Dx :
Ny.Y 37 tahun
P2A0 3 hari
post partum
dengan
bendungan
ASI
Ds:
1. Ibu
mengataka
n pernah
melahirkan
2 kali dan
belum
pernah
keguguran
2. Ibu
mengatakan
Mastitis a. Perawatan
payudara
1.Beritahu
kondisi ibu
saat ini
2.Beritahu ibu
tentang
keluhan
yang di
rasakan ibu
yaitu
payudaranya
terasa nyeri,
panas, dan
bengkak
1.Memberitahu kondisi ibu
saat ini berdasarkan hasil TD:
120/80 mmHg, RR: 22x/i, N:
80x/i, S: 36,8°C. pemeriksaan
fisik pada bagian payudara ibu
mengalami bendungan asi
2.Memberitahu ibu tentang
keluhan yang dirasakan ibu
yaitu payudara terasa nyeri,
panas dan bengkak karena ibu
mengalami bendungan ASI
yang disebabkan karena
pengosongan payudara yang
tidak sempurna, faktor hisapan
bayi yang tidak aktif, faktor
menyusui yang tidak benar.
1.Ibu mengerti tentang
kondisinya saat ini.
2.Ibu mengerti tentang
keluhan yang dialami.
TABEL 3.2
MATRIKS
104. 91
3. Ibu
mengatak
an
melahirka
n tanggal
07-04-
2015
pukul
22.30WIB
DO :
Keadaan
umum :Baik
Kesadaran
:Composme
ntis
TTV:
TD:120/80
mmhg,
S:36,8O
C,
N:80x/i,
RR:22X/i,
Payudara
teraba keras,
nyeri tekan,
dan teraba
panas
Pengeluaran
pervaginam
Lochea
rubra
payudarany
a terasa
penuh,
berat, panas
dan keras
3. Ibu
mengatakan
melahirkan
tanggal 06-
04-2015
pukul
22.30WIB
DO :
Payudara
teraba keras,
nyeri tekan,
dan teraba
panas
a. Pengeluaran
ASI
colostrum
b. TFU 3 jari
dibawah
pusat
c. pervaginam
Lochea
rubra
d. kontraksi
baik
3. Lakukan
dan
ajarkan
perawatan
payudara
4.Lakukan
dan ajarkan
cara
pengeluaran
3.Melakukan dan mengajarkan
perawatan payudara
Alat yang disiapkan yaitu :
a. Kapas
b. Dua waskom berisi air
hangat dan dingin
c. Baby oil
d. Baju ganti satu set
e. Washlap dua buah
f. Handuk besar dua buah
g. Bengkok satu buah
Langkahnya yaitu :
a. Bantu ibu membuka pakaian
atas
b. Beri kompres kapas yang
diberi beby oil pada putting
2 menit
c. Bersihkan putting susu dari
kotoran
d. Kompres payudara dengan
air hangat dan dingin secara
bergantian (hangan 2 menit,
dingin 1menit)
e. Keringkan payudara dengan
handuk
f. Bantu ibu menggunakan
pakaian
g. Cuci tangan
4. Melakukan dan mengajarkan
kepada ibu cara pengeluaran
ASI yaitu dengan cara:
a. Letakan ibu jari dan dua
3. Ibu telah di Lakukan
perawatan payudara
dan ibu mengerti cara
melakukan perawatan
payudara
4. Ibu telah di Lakukan
pengeluaran ASI dan
ibu mengerti cara
melakukan
105. 92
TFU 3jari
dbawah
pusat
Masalah :
Payudara
terasa keras,
panas dan
nyeri ketika
ditekan.
Kebutuhan :
- Perawatan
payudara
- Pengeluaran
ASI
- Cara
penanganan
putting susu
tenggelam.
ASI
5. Ajarkan
pada ibu
teknik
menyusui
yang benar
jari lainnya sekitar 1-1.5
cm dari areola.
Tempatkan ibu jari diatas
areola pada posisi jam 12
dan jari lainnya diposisi
jam 6. Perhatikan jari-
jari tersebut terletak
diatas gudang ASI
sehingga proses
pengeluaran ASI dapat
optimal.
b. Dorong kearah dada.
c. Gulung menggunakan
ibu jari dan jari lainnya
secara bersamaan.
d. Gerakan ibu jari dan jari
lainnya hingga menekan
gudang ASI hingga
kosong.
e. Putar ibu jari dan jari-jari
lainnya ketitik gudang
ASI lainnya.
5. Mengajarkan kepada ibu
tehnik menyusui yang benar
yaitu dengan cara:
a. Ibu duduk dengan posisi
nyaman dan rileks,
dankaki tidak
menggantung, kemudian
keluarkan ASI sedikit dan
oleskan pada areola dan
puting
pengeluaran ASI
5. Ibu mengerti tentang
teknik menyusui yang
benar dan ibu talah
mempraktekkan dengan
benar.
106. 93
b. Kemudian Bayi diletakkan
menghadap ke ibu dengan
posisi menyangga seluruh
badan bayi, jangan hanya
leher dan bahunya saja,
kepala
c. tubuh bayi lurus,
hadapkan bayi ke dada
ibusehingga hidung bayi
berhadapan dengan
putting susu ibu.
d. Dekatkan tubuh bayi ke
tubuh ibu, menyentuhkan
bibir bayi ke putting susu
ibu dan menunggu sampai
mulut bayi terbuka lebar.
e. Segera dekatkan bayi ke
payudara sedemikian rupa,
sehingga bibir bawah bayi
terletak di bawah putting
susu ibu.
f. Cara melekatkan mulut
bayi dengan benar yaitu
dagu menempel pada
payudara ibu, mulut bayi
terbuka lebar, dan bibir
bawah bayi terbuka lebar
g. Kemudian susui bayi
sampai ibu merasa
payudara ibu sudah
kosong, kemudian
pindahkan kepayudara
yang sebelah.
h. Kemudian jika sudah