Realisasi iman dalam kehidupan sosial membahas tiga hal:
1. Cinta sesama Muslim merupakan bagian dari iman
2. Muslim tidak boleh mengganggu orang lain
3. Iman direalisasikan dalam menghadapi tamu, tetangga, dan berbicara
1. i
REALISASI IMAN DALAM KEHIDUPAN SOSIAL
Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : HADITS
Dosen Pembimbing: Drs. ROFI’I, M.Ag
Disusun oleh
BAHA UDINNOR
NIM. 1503130005
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKA RAYA
JURUSAN USHULUDDIN
PROGRAM STUDI ILMU QUR AN DAN TAFSIR
1437 H/2016 M
Tugas Individu II
2. ii
KATA PENGANTAR
Dengan Menyebut Nama Allah Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang
Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan segala-Nya yang tak pernah
bisa dilakukan oleh manusia melainkan atas izin-Nya. Serta Shalawat serta salam
kepada Nabi Muhammad SAW yang telah diutus oleh Allah SWT untuk
membawakan petunjuk dan agama yang benar kepada penduduk bumi. Segala
puji bagi Allah pula yang telah mengaruniakan kepada penulis untuk
melaksanakan kawajiban-nya dalam memenuhi tugas yang telah diberikan oleh
Tuan Guru Drs. Rofi’i, M.Ag dalam bentuk karya ilmiah ini ataupun makalah
yang berjudul “Realisasi Iman dalam kehidupan sosial”. Adapun tugas makalah
ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Hadits”.
Penulis mengucapkan Terimakasih yang sebesar-besarnya, kepada para
Ulama yang telah memberikan kontribusinya terhadap dunia Islam serta kepada
para Ilmuwan yang telah memberikan kontribusinya terhadap dunia Islam dan
juga kepada perpustakaan IAIN Palangkaraya dan Badan Perpustakaan Arsip dan
Dokumentasi Provinsi Kalimantan Tengah serta kepada keluarga yang telah
memberikan motivasi kepada penulis dan juga kepada saudara-saudari yang
berada dipelosok dunia yang telah memberikan wawasan-nya terhadap penulis.
Serta penulis berharap kepada para pembaca, untuk menjaga dan memelihara
maupun membakarnya, apabila terdapat suatu lembaran kertas yang berisi teks
Bahasa Arab, untuk mengagungkan Bahasa Al-Qur’an.
Dalam penulisan makalah ini, penulis membahas hadits-hadits tentang
kehidupan sosial yaitu, cinta terhadap sesama muslim, ciri-ciri seorang muslim
tidak mengganggu orang lain dan tata cara dalam menghadapi tamu, tetangga
serta dalam bertutur kata.
Apabila ada suatu kesalahan yang disengaja maupun yang tidak disengaja
dalam penulisan makalah ini, maka penulis memohon maaf kepada para pembaca,
karena penulis hanya-lah manusia biasa yang tidak pernah lepas dari kesalahan.
3. iii
Dan penulis berharap pula kepada para pembaca apabila ada suatu kesalahan kecil
maupun besar dalam penulisan makalah ini, penulis dengan lapang dada untuk
menerima kritik maupun saran dari para pembaca. “Insya Allah”.
Dan semoga apa yang telah penulis susun ini bisa menambah pengetahuan
kita serta mendapat ridha dari ALLAH SWT. Aamin yaa robbal ‘aalamin.
Palangka Raya, 11 Jumadil Awal 1437 H/20 Februari 2016 M
Penulis
4. iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang.......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan...................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 2
A. Cinta Sesama Muslim Sebagian dari Iman .............................................. 2
B. Ciri-ciri Seorang Muslim Tidak Menganggu Orang Lain........................ 3
C. Realisasi Iman Seorang Muslim dalam Berinteraksi Sesama Manusia.... 4
1. Realisi Iman dalam Menghadapi Tamu 4
2. Realisi Iman dalam Menghadapi Tetangga 5
3. Realisi Iman dalam Bertutur Kata 7
BAB III PENUTUP................................................................................................. 9
A. Kesimpulan............................................................................................... 9
B. Saran......................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 10
A. Buku ....................................................................................................... 10
B. Internet.................................................................................................... 10
5. v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Makalah ini dibuat untuk memenuhi kewajiban salah satu tugas mata
kuliah Hadits. Dimana telah kita ketahui bahwa seorang muslim maupun
muslimah diwajibkan memiliki sifat-sifat akhlak dalam islam. Makalah ini
pula menjelaskan dan menyampaikan beberapa sifat–sifat seorang muslim
maupun muslimah dalam akhlak islam.
Ilmu ini sangatlah terkait dengan pendidikan agama islam karena untuk
menjadikan seorang muslim maupun muslimah diwajibkan memiliki sifat
yang berakhlak islam. Selain itu penulis juga ingin memperdalam tentang
yang ada di rumusan masalah yang berada dibawah ini.
B. Rumusan Masalah
1) Cinta sesama Muslim sebagian dari iman
2) Ciri-ciri seorang Muslim tidak menganggu orang lain
3) Realisasi iman seorang Muslim dalam berinteraksi sesama manusia dalam
menghadapi tamu, tetangga dan bertutur kata.
C. Tujuan
Adapun tujuan penulisan ini ialah untuk memberikan informasi kepada
para pembaca terutama kepada penulis sendiri, agar mengetahui dan
memahami dengan baik dari Ayat-ayat Al-Qur’an maupun Hadits-hatits Nabi
Muhammad SAW yang berhubungan dengan proses menjadikan seorang
muslim maupun muslimah untuk menerapkan pada kehidupan sehari-hari
dengan meniru kebiasaan yang dilakukan Rasulullah SAW dalam hal cinta
sesama Muslim merupakan sebagian dari iman, seorang Muslim yang tidak
menggangu orang lain serta seorang Muslim dalam berinteraksi sesama
manusia dalam menghadapi tamu, tetangga dan bertutur kata.
1
6. vi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Cinta Sesama Muslim Sebagian dari Iman
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Nu'aim telah menceritakan
kepada kami Zakariya` dari 'Amir dia berkata; saya mendengar Nu’man bin
Basyir, ia berkata Rasulullah s.a.w bersabda,
ْشا اَذِإِدَسَجْال ِلَثَمَك ْمِهِفُاطَعَت َو ْمِهِاد ََوت َو ْمِهِمُحاََرت يِف َينِنِمْؤُمْال ىََرتََََت
ُهَل َعاَدَت ا ًوْضُعَّمُحْال َو ِرَهَّسالِب ِهِدَسَج ُرِئاَس
“Kamu melihat orang-orang mukmin dalam kasih sayang mereka,
mencintai, lemah lembut, seperti satu tubuh, jika salah satu anggotanya sakit
semua anggotanya tidak bisa tidur dan demam (merasakan sakit)” (Bukhari
dan Muslim)1
Adapun hadits yang lain, diriwayatkan oleh Muhammad bin Basysyar,
menceritakan kepada kami, Yahya bin Sa’id menceritakan kepada kami, dari
Isma’il bin Abu Khalid, dari Qais, dari Jarir bin Abdullah, ia berkata.
Rasulullah SAW bersabda,
ََل ْنَمُ َّاّلل ُهُمَح ْرَي ََل َسَاَّنال ُمَح ْرَي
“Barangsiapa yang tidak menyayaingi manusia, maka Allah tidak akan
menyayanginya.”2
Adapun hadits yang lain, betapa pentingnya kasih sayang seorang
muslim terhadap muslim yang lain, hingga Rasulullah bersabda,
اًضْعَب ُهُضْعَب ُّدُشَي ِانَيْنُبْالَك ِنِمْؤُمْلِل ُنِمْؤُمْال
“Seorang mukmin bagi mukmin (yang lain) itu seperti bangunan,
sebagiannya menguatkan sebagian (yang lain)”3
1 Muhammad Fuad Abdul Baqi, Al-Lu’lu’ wal Marjan Ensiklopedi Hadits-Hadts Shahih
yang Disepakati Oleh Bukhari dan Muslim. Penerjemah: M.A. Imran Anhar, Luqman Abdul Jalal,
(Jakarta: Pustaka As-Sunnah, 2008), cet-I, hlm. 617. Kitab Kebajikan, Silahturrahmi & Adab. Bab
Kasih Sayang, Lemah Lembut dan Saling Tolong Menolongnya KaumMukmin.
2 Muhammad Nashiruddin Al-Albani, Shahih Sunan Tirmidzi Seleksi Hadits Shahih dari
Kitab Sunan Tirmidzi 2. Penerjemah: Fachrurazi. (Jakarta: Pustaka Azzam, 2006), cet-I, hlm. 518
Kitab tentang Berbakti dan Silaturrahim dari Rasulullah SAW, Bab Menyayangi Manusia.
2
7. vii
Dari Anas r.a. dari Nabi SAW bersabda,
ِحُي ََّتَح ْمُكُدَحَأ ُنِمْؤُي ََلِهِسْفَنِل ُّب ِحُي اَم ِهي ِخَ ِِل َّب
“Tidaklah beriman seseorang dari kalian sehingga dia mencintai untuk
saudaranya sebagaimana dia mencintai untuk dirinya sendiri”4
B. Ciri-ciri Seorang Muslim Tidak Menganggu Orang Lain
Adapun ayat Al-Qur’an yang menyatakan ciri-ciri orang yang tidak
mengganggu orang lain, Allah SWT berfirman,
“Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.”
Adapun ciri-cirinya, yaitu melalui hadits yang disampaikan oleh
Rasulullah melalui jalur Abu Musa r.a., ia berkata,
ِهِدَي َو ِهِناَسِل ْنِم َونُمِلْسُمْال َمِلَس ْنَم َلاَق ؟ُلَضْفَأ ِم ََلْسِ ْاْل ُّيَأ
“Para sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, Islam yang bagaimanakah
yang paling luhur?” Beliau s.a.w. menjawab: “Orang yang orang-orang
muslim lain merasa sejahtera dari gangguan lidah dan tangannya.”5
Hadits yang lain juga disebutkan dari Al-Baihaqi dari Al-Hasan dari Abu
Hurairah, Nabi saw. Bersabda,
“Hai Abu Hurairah! Haruslah engkau berbaik budi”
Lalu Abu Hurairah r.a. bertanya: “Bagaimanakah budi yang baik itu,
wahai Rasulullah?”.
Nabi saw, menjawab,
.َكَمَرَح ْنَم ِطْعُت َو َكَمَلَظ ْنَّمَع ْوًفْعَت َو َكَعَطَق ْنَم ُل َِصت
3 Ibid., hlm. 522. Kitab tentang Berbakti dan Silaturrahim dari Rasulullah SAW. Bab
Kasih Sayang Seorang Muslim Terhadap Muslim yang lain.
4 Al-Imam Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani, Fathul Baari Penjelasan Kitan Shahih Al-
Bukhari, sedangkan judul aslinya: Fathul Baari Syarah Shahih Al-Bukhari. Yang diterjemahkan
oleh Gazirah Abdi Ummah. (Jakarta: Pustaka Azzam, 2002), cet-II, hlm. 95 dalam kitabul Iman
tentang Mencintai Saudaranya Sebagaimana Mencintai Dirinya sendiri adalah Sebagian dari Iman.
5 Al-Imam Muhammad bin Ismail Al-Bukhary, Shahih Al-Bukhari Prilaku Kehidupan
Rasulullah s.a.w. Dialih bahasakan oleh Abu Muhammad Ismail Al-Hasany. (Surabaya: Pustaka
Adil, edisi terbaru 2010), Bab Iman tentang Muslim Terluhur, hlm. 30
3
8. viii
“Engkau menyambung silaturrahmi dengan orang yang memutuskannya
dengan engkau, engkau ma’afkan orang yang berbuat dzalim kepada engkau
dan engkau memberikan kepada orang yang tidak mau memberikan kepada
engkau”6
C. Realisi Iman Seorang Muslim dalam berinteraksi sesama Manusia
Telah menceritakan kepada kami Harmalah bin Yahya telah
memberitakan kepada kami Ibnu Wahab dia berkata, telah mengabarkan
kepadaku Yunus dari Ibnu Syihab dari Abu Salamah bin Abdurrahman dari
Abu Hurairah dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda,
ِر ِخ ْاْل ِم ْوَيْال َو ِ َّاّللِب ُنِمْؤُي َانَك ْنَمَك ْنَمَو ْتُمْصَيِل ْوَأ اًرْيَخ ْلُقَيْلَفَان
ْال َو ِ َّاّللِب ُنِمْؤُي َانَك ْنَمَو ُهَارَج ْم ِرَُْيْلَف ِر ِخ ْاْل ِم ْوَيْال َو ِ َّاّللِب ُنِمْؤُيِم ْوَي
ُهَفْيَض ْم ِرَُْيْلَف ِر ِخ ْاْل
"Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah dia
mengucapkan perkataan yang baik atau diam. Dan barangsiapa yang beriman
kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia memuliakan tetangganya.
Dan barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia
memuliakan tamunya." (HR. Muslim)7
1. Realisasi Iman dalam Menghadapi Tamu
6 Imam Ghazali, Ihya’ Ulumiddin, yang diterjmahkan oleh Prof. TK. H. Ismail Yakub
MA – SH. (Rektor IAIN “Wali Songo”Semarang Jawa Tengah), (Singapura: Pustaka Nasional
PTE LTD, 1998), cet-IV, hlm. 248
7 KH. Ahmad Mudjab Mahalli, Hadis-hadis Muttafaq ‘Alaih Bagian Ibadat, (Jakarta:
Kencana, 2004)., cet kedua., hlm. 51-52. Dan lihat pula di Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9
Imam Hadist yang diriwayatkan Muslim dalam Kitab : Iman, Bab : Anjuran untuk memuliakan
tetangga, tamu dan tidak banyak omong kecuali hal yang baik No. Hadist : 67. Dan hadits ini juga
diriwayatkan oleh Bukhari dalam kitab Budi Pekerti, Bab Barangsiapa Beriman Kepada Allah dan
Hari Akhir, maka hendaklah ia tidak menyakiti tetanggannya. Dalam buku Muhammad Fuad
Abdul Baqi, Al-Lu’lu wal Marjan Hadits-Hadits Plihan yang Disepakati Al-Bukhari dan Muslim,
Penerjamah: Ahmad Fadhil. (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2011), cetakan pertama, hlm. 17-18.
4
9. ix
“Maka Dia pergi dengan diam-diam menemui keluarganya, kemudian
dibawanya daging anak sapi gemuk. Lalu dihidangkannya kepada mereka.
Ibrahim lalu berkata: "Silahkan anda makan."”
Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a, dari Rasulullah saw
bersabda,
ةَقَدَص َوُهَف َكِلَذ َدْعَب َانَك اَمَف ٍامَّيَأ ُةَث ََلَث ُةَفاَي ِالض
“Kewajiban melayani tamu adalah tiga hari adapun setelah itu adalah
sedekah.”
Adapun hadits mengenai orang yang ingin bertamu kepada seseorang, ia
harus memenuhinya kecuali adalah suatu udzur, hal ini sesuai dengan sabda
Rasulullah saw bersabda,
ْب ِجُيْلَف َ ِعُد ْنَم
“Barangsiapa yang diundang maka datangilah!” (HR. Abu Dawud dan
Ahmad)
ُهَل ْوُسَر َو َهللا َصَع ْدَقَفَة َـوْعَّدال َكََرت ْنَمَو
“Barang siapa yang tidak memenuhi undangan maka ia telah bermaksiat
kepada Allah dan Rasul-Nya.” (HR. Bukhari)8
2. Realisasi Iman dalam Menghadapi Tetangga
Hak tetangga dan berbuat baik terhadapnya merupakan suatu kewajiban
bagi manusia terutama seorang muslim maupun muslimah. Adapun di dalam
ayat Al-Qur’an, Allah SWT telah berfirman,
8 Redaksi Muslim.Or.Id, Adab Bertamu dan Memuliakan Tamu. (Website: https://muslim
.or.id/ 1546 -adab-bertamu-dan-memuliakan-tamu.html, 29 October 2009), diakses pada tanggal
20 Februari 2016.
5
6
10. x
“Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya
dengan sesuatu apapun. Dan berbuat baiklah kepada kedua oang tua, karib-
kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan
tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahaya yang kamu
miliki. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan
membanggakan diri.” (An-Nisaa’: 36)
Adapun hadits yang bersangkutan dengan hal tersebut, yaitu:
Dari Ibnu Umar dan Aisyah r.a., keduanya berkata, Rasulullah SAW,
bersabda,
ُهُث ِر َوُيَس ُهَّنَأ ُتْنَنَظ ََّتَح ِارَجْالِب يِني ِوصُي ُلي ِرْب ِج َلاَز اَم
“Tidak henti-hentinya Jibril memberikan wasiat kepadaku supaya
berbuat baik kepada tetangga, sehingga aku menyangka seolah-olah Jibril
akan menjadikannya sebagai ahli waris.” (Muttafaqun ‘alaih)9
Dan pada hadits yang lain juga dari Abu Hurairah r.a., ia berkata,
Rasulullah SAW., bersabda,
ٍةاَش َنِس ْرِف ْوَل َو اَهِتَارَجِل ةَارَج َّنَرِقَْحت ََل ِتاَمِلْسُمْال َاءَسِن اَي
“Wahai kaum muslimah, janganlah seorang tetangga itu merasa hina
untuk memberi sesuatu kepada tetangganya, sekalipun berupa kaki
kambing.” (Muttafaqun ‘alaih)10
9 Imam an-Nawawi, Nuzhatul Muttaqin Syarah Riyadhush Shalihin. Pensyarah:Musthafa
Dib al-Bugha, dkk. Jilid I, (Jakarta: Gema Insani, 2010)., cet-1, hlm. 516-517. Hadits ini
diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Kitab Adab bab “Wasiat terhadap Tetangga” (10/369,
370) dan Imam Muslim dalam kitab Kebajikan dan Silatuhrami bab “Wasiat terhadap Tetangga
dan Berbuat baik kepadanya” (2624, 2625).
10 Ibid., hlm. 519. Hadits tersebut juga telah dijelaskan pula yang diriwayatkan oleh Imam
Muslim dalam kitab Kebajikan bab “Anjuran Berwajah Cerah pada Saat Bertemu” (2626). Dari
Abu Dzar, ia berkata: Rasulullah SAW, bersabda kepadaku, “Janganlah engkau menghinakan
11. xi
3. Realisasi Iman dalam Bertutur Kata
Ayat Al-Qur’an yang berhubungan dengan hal ini, Allah swt berfirman,
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah
lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati
kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.” (QS. Ali
Imron: 159).
Adapun hadits mengenai hal tersebut, melalui Abu Bakar, dari Rasulullah
SAW bersabda,
“Janganlah engkau sekali-kali menghina seorang muslim pun, sebab
orang muslim yang dianggap hina adalah besar dalam pandangan Allah.”
(HR. Ad-Dailami)11
Dalam hadits yang lain bahwasanya, seseorang dilarang untuk mencaci
seorang muslim hal ini diriwayatkan oleh Abdullah bin Mas’ud r.a., bahwa
Nabi s.a.w., bersabda:
رْفُك ُهُلاََتِق َو وقُسُف ِمِلْسُمْال ُابَبِس
“Mencaci seorang muslim adalah perbuatan fasik dan membunuhnya
adalah kekafiran.”12
suatu kebaikan sedikit pun, sekalipun hanya dengan menemui saudaramu dengan wajah yang
berseri-seri.”(HR. Muslim)
11 Imam As-Auyuthi, Tarikh Khulafa Sejarah Penguasa Islam: Khulafaurrasyidin, Bani
Umayyah, Bani Abbasiyah. Penerjamah: Samson Rahman., (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2000),
cet-I. Judul asli, Imam As-Suyuthi, Tarikh Al-Khulafa’ (Darul Khathab Al-Ilmiyah), hlm. 103
12 Al-Imam Muhammad bin Ismail Al-Bukhary, Shahih Al-Bukhari Prilaku Kehidupan
Rasulullah s.a.w. Dialih bahasakan oleh Abu Muhammad Ismail Al-Hasany. (Surabaya: Pustaka
Adil, edisi terbaru 2010), Bab Iman, hlm. 42
7
12. xii
Adapun berdiam diri daripada menyiarkan rahasia seseorang yang
membuat seseorang tersebut malu, Rasulullah SAW bersabda,
ِةَر ِخ َ ْاِل َو اَيْنُّدال ِف َ الَعَت ُهللا ُهََرَتَس ِهْي ِخَا َةَر ْوَعََرَتَس ْنَم
“Barangsiapa menutupkan aurat temannya, niscaya ia ditutupkan oleh
Allah Ta’ala di dunia dan di akhirat.”13
Dan adapula hadits yang lain juga diriwayatkan oleh Abu Syuraih, ia
berkata pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
َةَّنَجْال يِنُل ِْخدُي ٍلِمَع َلَع يِنَُّلد ،ِ َّاّلل َلوُسَر اَي
“Wahai Rasulullah, tunjukkanlah padaku suatu amalan yang dapat
memasukkan ku ke dalam surga.” Beliau bersabda,
َِلمََْال ُنْسُح َو ،َِلمَّسال ُلْذَب ِةَرِفْغَمْال ِتاَب ِوجُم ْنِم َّنِإ
“Di antara sebab mendapatkan ampunan Allah adalah menyebarkan
salam dan bertutur kata yang baik.”14
13 Imam Ghazali, Ihya’ Ulumiddin, yang diterjmahkan oleh Prof. TK. H. Ismail Yakub
MA – SH. (Rektor IAIN “Wali Songo”Semarang Jawa Tengah), (Singapura: Pustaka Nasional
PTE LTD, 1998), cet-IV, hlm. 313
14 Muhammad Abduh Tuasikal. Lemah Lembut dalam Bertutur Kata. Dalam bentuk
artikel (Alamat website: https://remajaislam.com/114-lemah-lembutlah-dalam-bertutur-kata.html,
17 Juli 2010), diakses pada tanggal 20 Februari 2016. Dalam footnotenya, HR. Thobroni dalam
Mu’jam Al Kabir no. 469 (Maktabah Al ‘Ulum wal Hikam, cetakan kedua, 1404 H). Al ‘Iroqi
dalam Takhrij Al Ihya’ (2/246) mengatakan bahwa sanad hadits ini jayyid (bagus). Syaikh Al
Albani dalam As Silsilah Ash Shohihah (1035) mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih dan
perowinya terpercaya.
8
13. xiii
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penulis dapat menyimpulkan dari hasil penelitian ini, bahwasanya seorang
muslim maupun muslimah haruslah memiliki karakter penyayang, lemah
lembut, ramah terhadap tetangga, terhadap tamu serta dalam bertutur kata
dalam kehidupan sehari-hari. Hal-hal yang seperti ini merupakan sebagian
dari realisasi seorang muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah swt.
B. Saran
Adapun saran dari penulis kepada para pembaca, penulis berharap sekali
kepada para pembaca agar memelihara atau menjaga karangan ini dengan
baik, karena terdapat ayat-ayat Al-Qur’an yang merupakan dari kalam Allah
melalui tulisan Bahasa Arab, tentu hal ini harus diperhatikan untuk
memuliakan Al-Qur’an. Terima kasih. Allahu’alam bishawab
14. xiv
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Al-Bugha, Musthafa Dib, dkk. (2010). Imam An-Nawawi, "Nuzhatul Muttaqin
Syarah Riyadush Shalihin" Jilid I. Jakarta: Gema Insani.
Baqi, Muhammad Fuad Abdul. (2011). Al-Lu’lu’ wal Marjan Hadits-Hadits
Pilihan yang Disepakati Al-Bukhari dan Musli. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
Mahalli, Ahmad Mudjab. (2004). Hadis-Hadis Muttafaq ‘Alaih Bagian Ibadat.
Jakarta: Kencana.
Lidwa Pusaka i-Software. Ensiklopedi Hadits Kitab 9 Imam Hadist. PT. Telkom
Indonesia.
As-Suyuthi, Imam. (2000). Tarikh Khulafa Sejarah Penguasa Islam:
Khulafa’urrasyidin, Bani Umayyah, Bani Abbasiyah. Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar.
Al-Bukhary, Al-Imam Muhammad bin Ismail. (2010). Shahih Al-Bukhari Prilaku
Kehidupan Rasulullah s.a.w. Surabaya: Pustaka Adil.
Baqi, Muhammad Fuad Abdul. (2008). Al-Lu’Lu wal Marjan Ensiklopedi Hadits-
Hadits Shahih yang Disepakati Oleh Bukhari dan Muslim. Jakarta: Pustaka
As-Sunnah.
Al-Albani, Muhammad Nashiruddin 2. (2006). Shahih Sunan Tirmidzi Seleksi
Hadits Shahih dari Kitab Sunan Tirmidzi. Jakarta: Pustaka Azzam.
Ghazali, Imam. (1998). Ihya Ulumiddin atau Mengembangkan Ilmu-Ilmu Agama.
Jilid II. Singapura: Pustaka Nasional Pte Ltd.
Al-Asqalani, Al-Imam Al-Hafizh Ibnu Hajar. (2002). Fathul Baari Penjelasan
Kitab Shahih Al-Bukhari. Jakarta: Pustaka Azzam.
Internet:
Redaksi Muslim.Or.Id. (29 October 2009). Adab Bertamu dan Memuliakan Tamu.
(Website: https://muslim .or.id/ 1546 -adab-bertamu-dan-memuliakan-tamu.
html), diakses pada tanggal 20 Februari 2016.
Tuasikal, Muhammad Abduh. (17 Juli 2010). Lemah Lembut dalam Bertutur
Kata. Dalam bentuk artikel (Website: https://remajaislam.com/114-lemah-
lem butlah-dalam-bertutur-kata.html,), diakses pada tanggal 20 Februari
2016.
9
15. xv
Febrianti, Dwi. (25 November 2014). Makalah realisasi islam dalam kehidupan.
(website:http://www.slideshare.net/HuryCanz/makalah-realisasi-islam-
dalam-kehidupan), diakses pada tanggal 20 Februari 2016
10