Dokumen tersebut memberikan ringkasan tentang asuhan keperawatan pneumonia, meliputi definisi, etiologi, faktor risiko, patofisiologi, manifestasi klinis, diagnosis, penatalaksanaan, komplikasi, pencegahan, dan manajemen keperawatan untuk pasien dengan pneumonia.
2. DEFINISI PNEUMONIA
Pneumonia adalah infeksi saluran nafas bagian bawah, penyakit ini adalah infeksi akut jaringan paru
oleh mikroorganisme. Sebagian besar pneumonia disebabkan oleh bakteri, yang timbul secara primer
atau sekunder setelah infeksi virus.
(Corwin; 2001)
3. ETIOLOGI PNEUMONIA
• Pneumonia adalah suatu radang paru yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri,
virus, jamur dan benda asing yang mengenai jaringan paru (alveoli). (DEPKES. 2006).
• Pneumonia yang ada di kalangan masyarakat umumnya disebabkan oleh Bakteri (Streptococcus
pneumoniae), Virus (Respiratory Syncial Virus (RSV), Mikoplasma (bentuk peralihan antara bakteri dan
virus), dan Protozoa (Pneumocystitis Carinii Pneumonia (PCP).
4. FAKTOR RESIKO PNEUMONIA
• Penyakit kronis (asma, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), dan penyakit jantung)
• Kebiasaan merokok
• Sistem imun tubuh yang lemah (penderita HIV/AIDS, pasien kemoterapi,dll)
• Usia di bawah 5 tahun atau di atas 65 tahun
• Kondisi malnutrisi
• Paparan polusi atau zat kimiawi tertentu (debu, asap, bahan kimia lainnya)
5. PATOFISIOLOGI PNEUMONIA
• Paru merupakan struktur komplek yang terdiri atas kumpulan unit yang di bentuk melalui percabangan
progresif jalan napas.
• Saat terjadi inhalasi (bakteri mikroorganisme penyebab pneumonia/akibat dari penyebaran secara
hematogen dari tubuh dan aspirasi melalui orofaring), tubuh pertama kali akan melakukan mekanisme
pertahanan primer dengan meningkatkan respons radang.
• Pneumonia dapat terjadi akibat menghirup bibit penyakit di udara, atau kuman di tenggorokan terisap
masuk ke paru-paru.
• Penyebaran bisa melalui darah dari luka di tempat lain (kulit). Melalui saluran napas, agen (bibit
penyakit) yang masuk akan dilawan oleh pelbagai sistem pertahanan tubuh manusia. (batuk-batuk)
• Pneumonia bacterial menyerang baik ventilasi maupun difusi.
7. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Misnadiarly 2008, tanda dan gejala pneumonia secara umum dapat dibagi menjadi:
1. Manifestasi nonspesifik infeksi dan toksisitas berupa demam, sakit kepala, iritabel, gelisah, malaise,
nafsu makan kurang, keluhan gastrointestinal.
2. Gejala umum berupa demam, sesak napas, nadi berdenyut lebih cepat, dan dahak berwarna kehijauan.
3. Tanda pneumonia berupa retraksi (penarikan dinding dada bagian bawah ke dalam saat bernapas bersama
dengan peningkatan frekuensi napas), perkusi pekak, fremitus melemah, suara napas melemah, dan ronki.
4. Tanda efusi pleura atau empiema berupa gerak ekskursi dada tertinggal di daerah efusi, perkusi pekak,
fremitus melemah, suara napas melemah, friction rub, nyeri dada, dll.
5. Tanda infeksi ekstrapulmonal
8. TES DIAGNOSTIK
a. Darah perifer lengkap : pada pneumonia virus atau mikoplasma, leukosit normal atau sedikit meningkat,
tidak lebih dari 20.000/mm3 dengan predominan limfosit (Sectish and Prober, 2007). Pada pneumonia
bakteri didapatkan leukositosis antara 15.000-40.000/mm3 dengan predominan sel polimorfonuklear
khususnya granulosit. (Said, 2008)
b. Uji serologi : untuk deteksi antigen dan antibodi untuk bakteri tipik memiliki sensitivitas dan spesifisitas
rendah. (Said, 2008).
c. Pemeriksaan mikrobiologis : spesimen pemeriksaan ini berasal dari usap tenggorok, sekret nasofaring,
bilasan bronkus, darah, pungsi pleura, atau aspirasi paru (Said, 2008).
d. Pemeriksaan rontgen toraks : foto rontgen toraks posisi AP (Said, 2008).
10. • Pemberian antibiotic: untuk penderita yang penyakitnya ringan diberikan antibiotik per-oral (lewat mulut)
dan tetap tinggal di rumah, seperti: penicillin, cephalosporin. Penderita yang lebih tua dan penyakitnya
berat, harus dirawat dan antibiotic diberikan melalui infus. Adanya pemberian oksigen tambahan, cairan
intravena dan alat bantu nafas mekanik (jika diperlukan).
• Pemberian antipiretik, analgetik, bronchodilator
• Pemberian O2 dan terapi O2
• Pemberian cairan parenteral sesuai indikasi
PENATALAKSANAAN MEDIS DAN FARMAKOLOGI
11. KOMPLIKASI
a. Efusi pleura
b. Abses paru
c. Hipoksemia
d. Pneumonia kronik
e. Bronkaltasis
f. Atelektasis (pengembangan paru yang tidak sempurna)
g. Komplikasi sistemik (meningitis)
12. a. Melakukan vaksinasi terhadap virus penyebab pneumonia (vaksin influenza)
b. Menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (rajin mencuci tangan)
c. Tidak merokok
d. Menjaga daya tahan tubuh (tidur cukup, berolahraga teratur, konsumsi makanan bergizi seimbang)
PENCEGAHAN PENULARAN PNEUMONIA
13. MANAJEMEN KEPERAWATAN
1. Pengkajian: riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik lengkap
2. Manifestasi klinis: demam, sesak napas, nadi berdenyut lebih cepat, nyeri dada.
3. Perubahan suhu dan frekuensi pernapasan, nyeri dada
4. Hasil laboratorium
14. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI
1. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d inflamasi trakeabranchial, pembentukan edema, peningkatan
produksi sputum
Intervensi :
a. Monitor dan auskultasi area paru, catat area penurunan/tak ada aliran udara dan bunyi nafas, misalnya :
krekels, mengi.
b. Bantu pasien latihan nafas sering. Bantu pasien mempelajari batuk efektif, misal menekan dada dan batuk
efektif sementara posisi duduk tinggi.
c. Anjurkan pada keluarga untuk memberi pasien cairan hangat sedikitnya 2500 ml ml/hari ( kecuali
kontraindikasi ).
d. Berikan obat sesuai indikasi, mukoliti, ekspentoran, bronchodilator & analgesik.
15. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI
2. Hambatan pertukaran gas b.d perubahan membran alveolar-kapiler
Intervensi :
a. Kaji frekuensi, kedalaman dan kemudahan bernafas.
b. Observasi warna kulit, membran mukosa dan kuku, catat adanya sianosis perifer ( kuku ) atau sianosis
sentral.
c. Awasi suhu tubuh sesuai indikasi
d. Beri posisi yang nyaman misal semifowler atau fowler.
e. Berikan terapi oksigen sesuai terapi dari dokter.
16. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI
3. Hipertermi b.d. proses infeksi penyakit
Intervensi :
a. Kaji faktor pencetus kenaikan suhu tubuh.
b. Observasi TTV terutama suhu tiap 4 jam.
c. Beri minum yang cukup.
d. Libatkan keluarga untuk memberikan kompres air hangat.
e. Pakaikan baju yang tipis dan menyerap keringat.
f. Kolaborasi denagn dokter mengenai obat antipiretik penurun panas.
g. Kolaborasi dengan dokter mengenai pemberian cairan IV .
17. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI
4. Intoleran aktifitas b.d. ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, kelemahan umum.
Intervensi :
a. Monitor respons pasien terhadap aktivitas.
b. Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai indikasi.
c. Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya keseimbangan aktivitas dan
istirahat.
d. Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat dan / atau tidur.
e. Kolaborasi dengan fisioterapi jika perlu.
18. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI
5. Risiko Infeksi b.d. ketidakadekuatan pertahanan utama ( penurunan kerja silia, perlengketan sekret
pernafasan), tidak adekuatnya pertahanan sekunder, penyakit kronis
Intervensi :
a. Pantau tanda vital dengan ketat, khusus selama awal terapi.
b. Ubah posisi dengan sering dan berikan pembuangan paru yang baik.
c. Batasi pengunjung sesuai indikasi.
d. Lakukan isolasi pencegahan sesuai individual.
e. Anjurkan pasien memperhatikan pengeluaran sekret dan melaporkan perubahan warna, jumlah dan bau
sekret.
f. Ajarkan tehnik mencuci tangan yang baik.
g. Kolaborasi pamberian antimikrobial sesuai indikasi dengan hasil kultur sputum / darah, misalnya penicillin,
eritromisin, tetrasiklin, amikain, sepalosporin & amantadin.
19. DAFTAR PUSTAKA
• Depkes RI. 2006 : Jakarta
• Herdman, T. Heather. 2018. NANDA-I Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi Edisi 11. Jakarta: EGC
• Misnadiarly. 2008. Penyakit Infeksi Saluran Napas Pneumonia pada Anak, Balita, Orang Dewasa, Usia
Lanjut.Jakarta: Pustaka Obor Populer
• Price, Sylvia dan Wilson Lorraine. 2006. Infeksi Pada Parenkim Paru: Patofisiologi Konsep Klinis dan Proses-
proses Penyakit Volume 2 Edisi 6. Jakarta: EGC
• Somantri, Irman. 2007. Keperawatan Medikal Bedah Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan
Sistem Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika