SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  167
Télécharger pour lire hors ligne
BAB I. PENDAHULUAN

A.

LATAR BELAKANG MASALAH
Kondisi aktual Ekonomi Kreatif di Indonesia saat ini telah banyak mengalami

kemajuan dibandingkan beberapa tahun silam, seperti yang pertama terbukti
dengan

adanya

beberapa

pengakuan-pengakuan

dari

badan

organisasi

internasional; Indonesia, dinyatakan sebagai peringkat ke-39 dalam World Cultural
Heritage menurut World Economic Forum (WEF), karena memiliki kekayaan alam
yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber inspirasi oleh para pelaku Ekonomi
Kreatif. Selain itu yang kedua Ekonomi Kreatif dapat tumbuh dengan baik di
Indonesia di latar belakangi oleh beberapa faktor-faktor yang mendukung dan
berpengaruh seperti keanekaragaman seni budaya yang dimiliki lebih dari 300 suku
dan etnis Indonesia dapat dimanfaatkan untuk memperkaya konten karya para
pelaku Ekonomi Kreatif.
Selanjutnya yang ketiga adalah keadaan pasar dalam negeri yang sudah mulai
tumbuh, terutama untuk subsektor film dan musik yang menjadi salah satu
indikator dalam kajian ini. Munculnya industri perfilman mulai dari yang berskala
lokal seperti yang terbiasa muncul dalam acara-acara Indie Movie Award, hingga
film berskala Internasional seperti The Raid, Laskar Pelangi. Sedangkan industri
musik ditandai dengan makin banyaknya penyewaan alat musik, studio, dan
lainnya, di setiap daerah hingga pedesaan di Indonesia. Selain itu juga dapat dilihat
banyaknya variasi alat musik yang digunakan maupun jenis musik yang mereka

1
gunakan, seperti penggunaan bambu sebagai bahan dasar pembuatan alat musik,
munculnya Event Organizer yang membuat konser-konser dengan skala
Internasional seperti Java Jazz, Jazz Gunung di Gunung Bromo, konser Rihanna,
dll. Lalu yang keempat adalah dari sekitar 237 juta jumlah penduduk Indonesia,
40% adalah pemuda dalam usia produktif yang berpotensi untuk mengembangkan
Ekonomi Kreatif.
Fakta yang kelima adalah Indonesia memiliki lebih dari 17.100 pulau dengan
penduduk asli sebagai pemilik talenta kreatif yang berbasis kepada keunikan lokal
sehingga dapat mengukuhkan eksistensi Indonesia di dunia.
Sebagai gambaran lainnya dari kondisi Ekonomi Kreatif di Indonesia berikut
adalah diagram dalam kaitannya peran serta Industri Kreatif bagi kegiatan
perekonomian nasional.
Gambar 1.1.

GAMBARAN KONDISI EKONOMI KREATIF NASIONAL 2010

Sumber: Rencana Pengembangan Strategis Ekonomi Kreatif 2012-2014

2
Menurut informasi dari hasil persentase Gambar 1.1. diatas menunjukan
bahwa tingkat Kontribusi Produk Domestik Bruto (PDB) Industri Kreatif terhadap
Produk Domestik Bruto nasional (7,29%) lebih unggul dibanding sektor: Listrik,
Gas, dan Air Bersih (0,81%); Pengangkutan dan Komunikasi (6,34%); dan
Keuangan, Real Estate, dan Jasa Perusahaan (6,16%). Sedangkan untuk hasil
persentase mengenai Tingkat partisipasi tenaga kerja Industri Kreatif (7,9 %) lebih
unggul dibanding sektor: Pertambangan dan Penggalian (1,16%); Listrik, Gas, dan
Air Bersih (0,22%); Konstruksi (5,17%); Pengangkutan dan Komunikasi (5,18%);
Keuangan, Real Estate, dan Jasa Perusahaan (1,47%). Untuk hasil persentase
Pertumbuhan tenaga kerja Industri Kreatif (4,21%) lebih unggul dibanding sektor:
Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (-0,28%); Konstruksi (1,93%);
Perdagangan, Hotel, dan Restoran (2,48%); dan Pengangkutan dan Komunikasi (8,16%). Sedangkan hasil persentase Kontribusi Industri Kreatif terhadap jumlah
perusahaan (7,11%) lebih unggul dibanding sektor: Pertambangan dan Penggalian
(0,9%); Industri Pengolahan (5,72%); Listrik, Gas, dan Air Bersih (0,06%);
Konstruksi (1,88%); Keuangan, Real Estate, dan Jasa Perusahaan (0,41%); dan Jasa
Kemasyarakatan (6,28%). Serta hasil persentase untuk Pertumbuhan perusahaan
Industri Kreatif (3,89%) lebih unggul dibanding sektor: Pertanian, Peternakan,
Kehutanan dan Perikanan (-0,28%); Konstruksi (1,93%); Perdagangan, Hotel, dan
Restoran (2,48%); dan Pengangkutan dan Komunikasi (-8,16%).
Destination Management Organization (DMO) adalah tata kelola destinasi
pariwisata yang terstruktur dan sinergis yang mencakup fungsi koordinasi,
perencanaan. Implementasi, dan pengendalian destinasi organisasi secara inovatif
dan sistemik melalui pemanfaatan jejaring, informasi dan teknologi, yang

3
terpimpin secara terpadu dengan peran serta masyarakat, pelaku/ asosiasi, industri,
akademisi dan pemerintah yang memiliki tujuan, proses dan kepentingan bersama
dalam rangka meningkatkan kualitas pengelolaan, volume kunjungan wisata, lama
tinggal dan besaran pengeluaran wisatawan serta manfaat bagi masyarakat lokal.
Menurut pengertian DMO diatas tim mengkaji potensi Industri Kreatif yang
ada di kawasan pariwisata Gunung Batur dengan dasar pengelompokan 15 kategori
Industri Kreatif yang dikeluarkan Departemen Perdaganan Republik Indonesia
pada tahun 2007 dan diperbaharui dengan melibatkan subsektor “Kuliner”
sekaligus menjadi acuan Rencana Pengembangan Strategis Ekonomi Kreatif 20122014 bagi Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia tahun 2012.
Subsektor yang termasuk kedalam basis kreatif menurut Departemen Perdaganan
Republik Indonesia yaitu; (1) Permainan Interaktif; (2) Penelitian dan
Pengembangan; (3) Teknologi Informasi dan Piranti Lunak; (4) Arsitektur; (5)
Desain; (6) Fesyen; (7) Kerajinan; (8) Pasar Barang Seni; (9) Seni Pertunjukan;
(10) Kuliner; (11) Musik; (12) Penerbitan dan Percetakan; (13) TV dan Radio; (14)
Video, Film, Fotografi; dan (15) Periklanan.
Secara keseluruhan 15 subsektor diatas dibedakan kedalam 4 aspek
bedasarkan ciri-ciri setiap subsektor, keempat aspek tersebut ialah; Media, Seni dan
Budaya, Desain, dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IpTek). Selain itu juga
terdapat 2 kategori lain bagi ke 15 subsektor tersebut, pembagian tersebut didasari
oleh intensitas kebutuhan subsektor tersebut akan sumber daya yang ada.
Pendekatan ini merupakan pengembangan dari pendekatan yang dilakukan
Singapura oleh Toh, Choo & Ho (2003)24, yang mengelompokkan domain industri
kreatifnya pada 3 elemen, yaitu: seni budaya, media dan desain. Elemen iptek tidak

4
terdapat dalam studi tersebut, karena Singapura sebagai negara yang tergolong
maju dalam pengembangan teknologi yang telah terintegrasi dalam pembangunan,
sehingga diasumsikan tidak diperlukan penekanan khusus.
Sedangkan dalam konteks Indonesia, masih terdapat kesenjangan yang tinggi
dan beragam di berbagai wilayah nusantara dan segmen masyarakat dalam tingkat
penguasaan teknologi maju. Atas dasar hal tersebut, maka aspek Iptek memerlukan
penekanan khusus sebagai substansi dominan pada industri kreatif tertentu.
Industri Kreatif erat kaitannya dengan wirausahaan/ entrepreneurship, karena
Industri Kreatif yang dibangkitkan oleh ide-ide yang terletak di persimpangan
antara seni (kreativitas artistik), bisnis (entrepreneurship) sehingga berpotensi
menciptakan lapangan pekerjaan. Selain itu potensi yang dimiliki suatu kawasan
untuk mengembangkan Industri Kreatif tidak hanya terbatas dari ketersediaan
hardware seperti restoran, café, tempat belanja, dan tempat hiburan lain. Aspek
software juga menjadi daya tarik bagi pengembangan Industri Kreatif seperti
warisan seni dan kerajinan lokal, lansekap kawasan, tradisi budaya setempat,
keberadaan event seperti festival.
Sayangnya meskipun kawasan pariwisata Gunung Api Batur memiliki
potensi pengembangan destinasi yang tinggi, didukung dengan keindahan alam
yang baik, kondisi aktual di kawasan pariwisata Gunung Api Batur kurang begitu
baik, kondisi perindustriannya tumbuh dengan lambat, belum ada pendataan
Industri Kreatif secara khusus, sedangkan konsep Industri Kreatif sendiri
bermanfaat bagi perekonomian menengah kebawah, dimana pada umumnya
industri ini berskala Industri Sedang hingga Industri Kerajinan Rumah Tangga.
Berikut data industri yang ada di kawasan pariwisata Gunung Api Batur:

5
Tabel 1.1.

TABEL BANYAKNYA PERUSAHAAN INDUSTRI MENURUT
KLASIFIKASI PER DESA DI KECAMATAN KINTAMANI
TAHUN 2010
Industri
Besar

Industri
Sedang

Industri
Kecil

Industri Kerajinan
Rumah Tangga

Batur Utara
Batur Selatan
Batur Tengah
Pinggan
Kintamani
Songan A
Songan B

-

-

-

14
28
-

Kedisan
Buahan
Trunyan
Suter

-

-

2
4

16
244

Abang Songan
Abang Batudinding

-

-

6

24
187

Desa/Kelurahan

Jumlah

12
Sumber: Kecamatan Kintamani Dalam Angka 2011

513

Berdasarkan Tabel 1.1. diatas diketahui bahwa mayoritas industri yang
tumbuh di kawasan pariwisata Gunung Api Batur adalah Industri Kerajinan Rumah
Tangga yang di dominasi oleh Desa Suter dan Abang Batudinding dengan jumlah
244 dan 187 wirausahawan yang ada. Sedangkan Industri Kecil masih sangat
sedikit yang ada yaitu hanya ada di Desa Abang Batudinding, Suter, dan Buahan.
Industri Besar dan Industri Sedang belum ada di kawasan pariwisata Gunung Api
Batur.
Berangkat dari data dan persentase diatas, tim peneliti mendapat gambaran
bahwa Indonesia memiliki potensi Industri Kreatif di beberapa sektor yang lebih
unggul dibandingkan dengan sektor lainnya yang ada di Indonesia. Serta
menjadikan hal tersebut sebagai landasan penelitan Industri Kreatif di kawasan
pariwisata Gunung Api Batur, Bali.

6
Sedangkan kondisi kawasan pariwisata Gunung Api Batur sebagai salah satu
ODTW yang telah dikenal sejak dulu karena memiliki keindahan alam yang baik,
hawa yang sejuk khas pegunungan, Gunung Api Batur yang menarik untuk
diketahui, juga Danau Batur yang memberikan warna kontras terhadap lingkungan
sekitarnya. Berbagai Aktivitas Wisata muncul di tempat tersebut, saat ini DMO
telah menentukan 15 Desa yang menjadi daerah penyanggah kegiatan pariwisata
yang ada di kawasan pariwisata Gunung Api Batur, Bali. Aktivitas Wisata timbul
dengan berbagai macam sebab dan akibat, salah satunya dengan adanya objek
wisata, lalu adapula karena tumbuhnya Industri Kreatif maupun sebaliknya, yaitu
kegiatan Industri Kreatif yang dipicu oleh adanya Aktivitas Wisata disekitarnya.
Dari keseluruhan pembahasan diatas peneliti tertarik untuk mengetahui
potensi industri kreatif yang ada di kawasan pariwisata Gunung Api Batur dengan
judul penelitian: “Potensi Industri Kreatif yang Mendukung Kegiatan
Pariwisata di Kawasan Gunung Api Batur, Bali”.

B.

RUMUSAN MASALAH DAN PEMBATASAN MASALAH
1.

Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang menjadi pembahasan dalam penulisan
ini adalah “Sejauhmana Potensi Industri Kreatif yang Mendukung
Kegiatan Pariwisata di Kawasan Gunung Batur, Bali”.

2.

Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini, tim peneliti membatasi aspek yang diteliti dari

Industri Kreatif yaitu empat aspek utama; Media, Seni Budaya, Desain, dan

7
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IpTek) yang terdapat di kawasan
pariwisata Gunung Api Batur, Bali.
Lokasi penelitian Industri Kreatif ini dilaksanakan di 13 (tiga belas)
Desa dari 15 (lima belas) Desa yang termasuk dalam kawasan pariwisata
Gunung Api Batur, Bali. Hal ini dikarenakan adanya bencana alam dan
kendala teknis selama dilapangan, sehingga secara terpaksa tim meniadakan
penelitian ke desa-desa tersebut, yaitu Desa Sukawana dan Desa
Belandingan.
Selain itu tim peneliti membatasi penelitian tentang Aktivitas Wisata di
kawasan Gunung Api Batur bedasarkan data temuan tentang Industri Kreatif,
yang oleh tim di analisis menjadi beberapa temuan potensi Aktivitas Wisata
yang muncul dari kegiatan Industri Kreatif tersebut dengan melakukan
pemetaan di 13 Desa.
Dalam pengkajian Pengelolaan Industri Kreatif, peneliti hanya
menganalisa sudah atau belum dikelolanya Potensi Industri Kreatif yang
mendukung kegiatan pariwisata di kawasan Gunung Api Batur. Lalu
membandingkan kondisi yang menjadi sasaran dengan kondisi aktual dari
peran para stakeholders terkait.

8
C.

IDENTIFIKASI MASALAH
Adapun permasalahan yang tim teliti melalui beberapa identifikasi masalah
sebagai berikut:
1.

Bagaimana kondisi Potensi Industri Kreatif yang terdapat di kawasan
pariwisata Gunung Api Batur, Bali?

2.

Bagaimana kondisi Aktifitas Wisata di kawasan pariwisata Gunung Api
Batur, Bali?

3.

Bagaimana kondisi Pengelolaan Industri Kreatif di kawasan pariwisata
Gunung Api Batur, Bali?

D.

TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
1.

Tujuan
a.

Tujuan Formal:
Meningkatkan kompetensi mahasiswa di bidang penelitian

pemikiran logis, sistematis dan metodologi, dan juga sebagai
pengalaman sebelum men proyek akhir.
Selain itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana
penerapan prinsip-prinsip DMO di kawasan Pariwisata Gunung Batur,
Bali.
b.

Tujuan Operasional:

1) Mengetahui potensi Industri Kreatif yang telah ada di kawasan
pariwisata Gunung Batur, Bali.
2) Mengetahui Aktivitas Wisata yang dapat dilakukan yang ada di
kawasan pariwisata Gunung Api Batur, Bali.

9
3) Mengetahui bagaimana Pengelolaan Industri Kreatif yang ada di
kawasan pariwisata Gunung Api Batur, Bali.
2.

Manfaat
Penulisan ini diharapkan bermanfaat bagi para rekan-rekan mahasiswa

yang ingin mengetahui bagaimana kondisi aktual, nyata, tentang penelitian di
bidang pariwisata khususnya tentang Industri Kreatif, Aktivitas Wisata, dan
sudah atau belum dikelolanya di Kawasan Pariwisata Gunung Batur.
Sebagai sumber awal untuk perencanaan baik itu pengembangan
produk wisata, usaha atau bisnis, pemetaan industri, maupun perencanaan
lain yang terkait.
Selain itu penulisan ini memberikan informasi dan rekomendasi
tentang potensi industri kreatif yang menyokong kegiatan pariwisata di
Kawasan Pariwisata Gunung Batur bagi Destination Management
Organization (DMO), Masyarakat Bali dan Kecamatan Kintamani
khususnya, para pelaku usaha, para pemangku kepentingan, dan Stakeholders
lainnya.

10
E.

LOKASI PENELITIAN
Lokasi

Penelitian

berada

di

kawasan

Pariwisata Gunung Batur, Kabupaten Bangli,
Kecamatan

Kintamani,

Provinsi

Bali,

Indonesia. Meliputi 13 Desa dari 48 Desa
yang secara administrasi terdaftar dalam
GAMBAR 1.2.
LOGO KAB. BANGLI
Sumber: Disparda Kabupaten Bangli
2012
Tabel 1.2.

Kecamatan Kintamani. Berikut adalah 13
Desa yang menjadi lokasi penelitian:

TABEL DAFTAR DESA YANG MENJADI LOKUS STUDI

Wilayah I

Wilayah II

Wilayah III

Wilayah IV

Wilayah V

Desa Batur Utara

Desa Pinggan

Desa Songan A

Desa Kedisan

Desa Suter

Desa Batur Selatan

Desa Kintamani

Desa Songan B

Desa Buahan

Desa Abang
Songan

Desa Batur Tengah

-

-

Desa Trunyan

Desa Abang
Batudinding

Sumber: Disparda Kabupaten Bangli 2012

F.

KETERBATASAN PENELITIAN
Keterbatasan penelitian merujuk kepada suatu keadaan yang tidak bisa
dihindari dalam melakukan suatu penelitian. Adapun keterbatasan tim
peneliti dalam penelitian ini adalah:
1.

Keterbatasan Informasi
Adanya event keagamaan (Hindu) yang berlangsung selama penelitian
dilaksanakan, yang menghambat tim peneliti untuk melakukan
observasi. Salah satunya disebabkan oleh aktivitas seluruh masyarakat
maupun instansi-instansi terkait di Kecamatan Kintamani disibukkan
oleh acara tersebut.

11
2.

Keterbatasan Data
Tim Peneliti mengalami beberapa hambatan dalam pengumpulan data
dilapangan karena beberapa kendala teknis di lapangan.

G.

DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL
Berdasarkan buku Rencana Pengembangan Strategis Ekonomi Kreatif 2012-

2014 yang dikeluarkan oleh Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif tahun
2012, tim menyimpulkan 2 dimensi yaitu (1) Subtansi Dominan, dan (2)
Intensitas Sumber Daya yang masing‐masing dimensi memiliki 3 dan 4
komponen.
Substansi dominan pada suatu subsektor industri kreatif, dapat dibedakan
menjadi 4 (empat) aspek yang menjadi ciri‐cirinya yaitu:
1.

Media
Subsektor tersebut menghasilkan barang/jasa yang mengandalkan
media yang digunakan untuk menampil kontennya untuk menghasilkan
nilai.

2.

Seni dan Budaya
Subsektor tersebut menghasilkan barang/jasa yang mengandalkan
kandungan seni dan budaya yang terdapat di dalamnya untuk
menghasilkan nilai.

3.

Desain
Subsektor tersebut menghasilkan barang/jasa yang mengandalkan
aspek perancangan/desain untuk menghasilkan nilai tambah (value‐
added).

12
4.

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IpTek)
Subsektor

tersebut

menghasilkan

barang/jasa

mengandalkan

pengunaan teknologi berbasis pengetahuan (knowledge) sebagai sarana
penciptaannya untuk menghasilkan nilai tambah (value‐added).
Sedangkan Substansi Dominan memiliki komponen Intangible Based,
dan Tangible Based yang maksudnya adalah kategori Industri Kreatif
yang berbasis sumber daya kasat mata. Dikatakan kasat mata karena
melakukan kegiatan produksi yang mengandalkan sumber daya
berwujud fisik, dan produk yang dijualnyapun nampak wujud fisiknya.
Lalu Intangible Based sendiri merupakan Industri Kreatif yang
mengandalkan sepenuhnya kreativitas sebagai sumber daya utama dan
dikategorikan sebagai industri yang berbasis sumber daya yang tidak
kasat mata.

13
H.

AGENDA KERJA PENELITIAN
Tabel 1.3.

No
1
2
3
4

TABEL AGENDA KERJA PENELITIAN

Tahapan Kegiatan

Durasi

Penyusunan Kerangka Acuan Tugas
dan Pembahasan
Penyusunan Proposal dan Laporan
Pendahuluan
Seminar Internal Proposal dan Laporan
Pendahuluan & Perbaikan
Survei dan Observasi Lapangan

5

Penyusunan Laporan Sementara dan
Laporan Rancangan Rampung

6

Seminar Internal Laporan Sementara dan
Laporan Rancangan Rampung

Output

1
Minggu
2
Minggu
3 Hari

Penentuan Lokus Penelitian
dan Pembagian Kelompok
Proposal/ Laporan Pendahuluan

2
Minggu
2
Minggu

Data Primer dan Sekunder

1 Hari

Materi Presentasi,Revisi, Input

Laporan Sementara
dan Laporan Rancangan
Rampung
Materi Presentasi, Input, Revisi

Sumber: Tim Peneliti DMO-PIP Gunung Batur, Bali 2012

I.

ORGANISASI PENELITIAN
Adapun susunan tim peneliti adalah sebagai berikut:
Tabel 1.4.

TABEL SUSUNAN TIM PENELITI
Susunan Tim

Penanggung Jawab

Direktorat Pengembangan Destinasi Pariwisata
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Ketua Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung
Seluruh Puket dan Kabag STP Bandung

Pengarah

Koordinator Penelitian
Sekretaris Koordinator
Penelitian
Pembimbing Penelitian

Supervisor Penelitian

Kepala Bagian Perencanaan dan Hukum
Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata.
Faisal, MM.Par
Dra. Cucu Kurniati
Faisal, MM.Par
Ina Veronika Ginting, S.Sos.
Drs. Samsudin Sulaiman, Apt.
I Nyoman Mertha
(Fasilitator DMO Wilayah Bali, Dosen STP Bali)

Susunan Tim
Peneliti

Chandra Daru Nusastiawan
Dyar Septiani
Noviescha Alvionira

Sharon Trifena Tamnge
Syarifah Zuhra
Yudi Hamdani

Sumber: Tim Peneliti DMO-PIP Gunung Batur, Bali 2012

14
J.

SISTEMATIKA PENULISAN LAPORAN
Adapun sistematika penulisan dalam penyusunan Laporan ini disusun
berdasarkan sistematika berikut:
Tabel 1.5.
No.

BAB

1

BAB I
Pendahuluan

SISTEMATIKA PENULISAN LAPORAN
KONTEN
Mencakup pendahuluan yang terdiri dari latar belakang
masalah, rumusan dan pembatasan masalah, identifikasi
masalah, tujuan dan mafaat penelitian, lokasi penelitian,
keterbatasan penelitian, organisasi penelitian, agenda kerja
penelitian dan sistematika penulisan laporan.

BAB II
Tinjauan
Teori/Konsep

Mencakup tinjauan teori/konsep yang digunakan tim peneliti
yang terdiri dari telaahan literature, konsep-konsep teoritis
yang digunakan sebagai kerangka/landasan/acuan dalam
rangka menganalisis serta menjawab pertanyaan dari masalah
penelitian yang dibuat sebelumnya. Pada beberapa teori ini
dapat berarti membandingkan, menggabungkan, memperjelas
serta merumuskan landasan teoritis yang digunakan tim
peneliti disertai alasan serta argumentasinya.

3

BAB III
Metodologi
Penelitian

Mencakup metodologi penelitian yang terdiri dari paradigma
penelitian, pola pikir penelitian, metode yang digunakan dalam
penelitian, teknik dan alat pengumpulan data, unit analisis,
teknik dan alat analisis, serta Matriks Operasional Variable
(MOV).

4

BAB IV
Tinjauan
Umum dan
Data Temuan

Mencakup tinjauan umum berdasarkan data dari penelitian
sebelumnya dan data temuan berdasarkan temuan yang
diemukan tim peneliti pada saat di lapangan. Data temuan ini
berupa data sekunder dan primer, serta penjabaran hasil
wawancara dan checklist.

5

BAB V
Pembahasan

Berisi pembahasan dari data temuan yang berdasarkan pada
teori yang digunakan tim peneliti dalam penelitian.

6

BAB VI
Kesimpulan
dan
Rekomendasi

Mencakup kesimpulan dan rekomendasi bagi stakeholders dan
DMO.

2

Sumber: Tim Peneliti DMO-PIP Gunung Batur, Bali 2012

15
BAB II. KONSEP TEORI
A.

EKONOMI KREATIF
1.

Defisi Ekonomi
“Ekonomi merupakan salah satu ilmu sosial yang mempelajari aktivitas
manusia yang berhubungan dengan produksi, distribusi, dan konsumsi
terhadap barang dan jasa.”. Sumber: id.wikipedia.org. 23 Mei 2012.

2.

Definisi Kreativitas
“Kreativitas adalah proses dimana ide-ide asli dihasilkan. Namun
demikian, karakteristik kreativitas dalam berbagai bidang usaha
manusia bisa setidaknya diartikulasikan”. Sumber: UNCTAD, Creative
Economy Report (2008:9).

3.

Definisi Ekonomi Kreatif
“Ekonomi Kreatif merupakan era ekonomi baru yang mengintensifkan
informasi dan kreativitas dengan mengandalkan ide dan stock of
knowledge dari sumberdaya manusianya sebagai faktor produksi utama
dalam kegiatan ekonominya”. Sumber: Kementerian Perdagangan
2009.

16
B.

INDUSTRI KREATIF
1.

Definisi Industri
Istilah industri berasal dari bahasa Latin, yaitu industri yang artinya
buruh atau tenaga kerja. Dewasa ini, istilah industri sering digunakan
secara umum dan luas, yaitu semua kegiatan manusia untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya dalam rangka mencapai kesejahteraan. Sumber:
http:id.wikipedia.org/wiki/ekonomi. 23 Mei 2012.
a.

Jenis /Macam Industri Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja

1) Industri Rumah Tangga
Adalah industri yang jumlah karyawan/tenaga kerja berjumlah
antara 1-4 orang.
2) Industri Kecil
Adalah industri yang jumlah karyawan/tenaga kerja berjumlah
antara 5-19 orang.
3) Industri Sedang atau Menengah
Adalah industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja berjumlah
antara 20-99 orang.
4) Industri Besar
Adalah industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja berjumlah
antara 100 orang atau lebih.
2.

Definisi Industri Kreatif
Industri kreatif didefinisikan sebagai industri yang berasal dari

pemanfaatan

kreativitas,

keterampilan

serta

bakat

individu

untuk

menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan dengan menghasilkan

17
dan memberdayakan daya kreasi dan daya cipta individu tersebut. Sumber:
Kementerian Perdagangan 2009
United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD)
mendefinisikan Industri Kreatif;
a.

Adalah siklus penciptaan, produksi dan distribusi barang dan jasa
yang menggunakan kreativitas dan modal intelektual sebagai
masukan/modal utama;

b.

Merupakan serangkaian kegiatan yang didasari pengetahuan,
yang berfokus pada seni tetapi tidak terbatas hanya pada seni,
berpotensi menghasilkan keuntungan dari perdagangan dan hak
kekayaan intelektual;

c.

Terdiri dari produk berwujud dan tidak berwujud intelektual atau
seni jasa dengan konten kreatif, nilai ekonomi dan tujuan pasar;

d.

Berada di jalan lintas antara, jasa tukang dan industri sektor, dan
merupakan sektor dinamis baru dalam perdagangan dunia.

Adapun penggolongan komponen Industri Kreatif di Indonesia berikut
pengelompokkannya:

18
Gambar 2.1.

GAMBAR PENGELOMPOKKAN SUBSEKTOR INDUSTRI KREATIF

Arsitektur

Teknologi
Informasi dan
Piranti Lunak

Intangible

TV dan Radio
Desain

Periklanan

Permainan
Interaktif

Musik
Seni Pertunjukan
Penerbitan dan
Percetakan

Tangible

Intensitas Sumber Daya

Film, Video, Fotografi

Riset dan
Pengembangan

Pasar Barang Seni

Fesyen
Kuliner
Kerajinan

Media

Seni Budaya
Desain
Subtansi Dominan

IpTek

Sumber: Rencana Pengembangan Strategis Ekonomi Kreatif 2012-2014

Berikut ini adalah pengertian dari 15 subsektor yang termasuk ke dalam
industri kreatif:
Tabel 2.1.
No.

TABEL DAFTAR DARI 15 SUBSEKTOR DALAM INDUSTRI KREATIF

Subsektor

1.

Periklanan

2.

Arsitektur

3.

Pasar Barang
Seni

Pengertian
Kegiatan kreatif yang berkaitan jasa periklanan (komunikasi satu arah
dengan menggunakan medium tertentu), yang meliputi proses kreasi,
produksi dan distribusi dari iklan yang dihasilkan. Misalnya: Riset
pasar, perencanaan komunikasi iklan, iklan luar ruang, produksi
material iklan, promosi, kampanye relasi publik, tampilan iklan di
media cetak (surat kabar, majalah) dan elektronik (televisi dan radio),
pemasangan berbagai poster dan gambar, penyebaran selebaran,
pamflet, edaran, brosur dan reklame sejenis, serta penyewaan kolom
untuk iklan.
Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan jasa desain bangunan,
perencanaan biaya konstruksi, konservasi bangunan warisan,
pengawasan konstruksi baik secara menyeluruh dari level makro
(Town planning, urban design, landscape architecture) sampai dengan
level mikro. Misalnya: Detail konstruksi, arsitektur taman, desain
interior).
Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan perdagangan barang‐barang
asli, unik dan langka serta memiliki nilai estetika seni yang tinggi
melalui lelang, galeri, toko, pasar swalayan, dan internet. Misalnya:
Alat musik, percetakan, kerajinan, automobile, film, seni rupa.

19
Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi dan distribusi
produk yang dibuat dihasilkan oleh tenaga pengrajin yang berawal dari
desain awal sampai dengan proses penyelesaian produknya. Meliputi
barang kerajinan yang terbuat dari: Batu berharga, serat alam maupun
buatan, kulit, rotan, bambu, kayu, logam (emas, perak, tembaga,
perunggu, besi) kayu, kaca, porselin, kain, marmer, tanah liat, dan
kapur. Produk kerajinan pada umumnya hanya diproduksi dalam
jumlah yang relatif kecil (bukan produksi massal).
Kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain grafis, desain
interior, desain produk, desain industri, konsultasi identitas perusahaan
dan jasa riset pemasaran serta produksi kemasan dan jasa pengepakan.
Kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain pakaian, desain alas
kaki, dan desain aksesoris mode lainnya, produksi pakaian mode dan
aksesorisnya, konsultansi lini produk fesyen, serta distribusi produk
fesyen.
Kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi produksi, distribusi.
Termasuk didalamnya pengembangan menu, cita rasa, komposisi,
ukuran,
Kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi produksi video, film, dan
jasa fotografi, serta distribusi rekaman video dan film. Termasuk di
dalamnya penulisan skrip, dubbing film, sinematografi, sinetron, dan
eksibisi film.
Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi, dan distribusi
permainan komputer dan video yang bersifat hiburan, ketangkasan,
dan edukasi.
Subsektor permainan interaktif bukan didominasi sebagai hiburan
semata‐mata tetapi juga sebagai alat bantu pembelajaran atau edukasi.
Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi/komposisi, pertunjukan,
reproduksi, dan distribusi dari rekaman suara.
Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan usaha pengembangan konten,
produksi pertunjukan (misal: pertunjukan balet, tarian tradisional,
tarian kontemporer, drama, musik tradisional, musik teater, opera,
termasuk tur musik etnik), desain dan pembuatan busana pertunjukan,
tata panggung, dan tata pencahayaan.

4.

Kerajinan

5.

Desain

6.

Fesyen

7.

Kuliner

8.

Video, Film
dan Fotografi

9.

Permainan
Interaktif

10.

Musik

11.

Seni
Pertunjukan

12.

Penerbitan dan
Percetakan

Kegiatan kreatif yang terkait dengan dengan penulisan konten dan
penerbitan buku, jurnal, koran, majalah, tabloid, dan konten digital
serta kegiatan kantor berita dan pencari berita. Subsektor ini juga
mencakup penerbitan perangko, materai, uang kertas, blanko cek, giro,
surat andil, obligasi surat saham, surat berharga lainnya, passport, tiket
pesawat terbang, dan terbitan khusus lainnya. Juga mencakup
penerbitan foto‐foto, grafir (engraving) dan kartu pos, formulir, poster,
reproduksi, percetakan lukisan, dan barang cetakan lainnya, termasuk
rekaman mikro film.

13.

Layanan
Komputer dan
Piranti Lunak

14.

Televisi dan
Radio

15.

Riset dan

Kegiatan kreatif yang terkait dengan pengembangan teknologi
informasi termasuk jasa layanan komputer, pengolahan data,
pengembangan database, pengembangan piranti lunak, integrasi
sistem, desain dan analisis sistem, desain arsitektur piranti lunak,
desain prasarana piranti lunak dan piranti keras, serta desain portal
termasuk perawatannya.
Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan usaha kreasi, produksi dan
acara televisi (seperti games, kuis, reality show, infotainment, dan
lainnya), penyiaran, dan transmisi konten acara televisi dan radio,
termasuk kegiatan station relay (pemancar) siaran radio dan televisi.
Kegiatan kreatif yang terkait dengan usaha inovatif yang menawarkan

20
Pengembangan

penemuan ilmu dan teknologi dan penerapan ilmu dan pengetahuan
tersebut untuk perbaikan produk dan kreasi produk baru, proses baru,
material baru, alat baru, metode baru, dan teknologi baru yang dapat
memenuhi kebutuhan pasar; termasuk yang berkaitan dengan
humaniora seperti penelitian dan pengembangan bahasa, sastra, dan
seni; serta jasa konsultansi bisnis dan manajemen.

Sumber: Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2025

C.

PARIWISATA
1.

Definisi Pariwisata
Pariwisata juga didefinisikan oleh beberapa tokoh lain di Indonesia.

Seperti menurut Nyoman S. Pendit (2003:32), “Pariwisata adalah salah satu
jenis industri baru yang mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi dan
penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standar hidup serta
menstimulasi sektor-sektor produktif lainnya. Selanjutnya sebagai sektor
yang kompleks, ia juga merealisi idustri-industri klasik seperti industri
kerajinan tangan dan cinderamata. Penginapan dan transportasi secara
ekonomis juga dipandang sebagai industri.”
Dengan berbagai definisi mengenai pariwisata, maka pemerintah
menetapkan definisi pariwisata itu sebagai “Berbagai macam kegiatan wisata
dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh
masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah.”. Sumber:
Undang-Undang No. 10 Tahun 2009.
Suwardjoko P. Warpani, Indira P. Warpani (2007:5-6) kemudian
mengemukakan empat faktor yang menjadi dasar pengertian pariwisata yang
murni, yaitu:

21
a.

Perjalanan dilakukan untuk sementara waktu, sekurangkurangnya 24 jam dan kurang dari 1 tahun.

b.

Perjalanan dilakukan dari suatu tempat ke tempat lain.

c.

Apapun bentuknya, perjalanan harus selalu dikaitkan dengan
pertamasyaan atau rekreasi.

d.

Orang yang melakukan perjalanan tersebut tidak mencari nafkah
di tempat yang dikunjunginya dan semata-mata menjadi
konsumen di tempat tersebut.

Berdasarkan data yang diperoleh, Badan Pusat Statistik (BPS)
Indonesia juga menetapkan angka lama perjalan untuk kunjungan wisata
yaitu tidak lebih dari 6 bulan dengan jarak tempuh paling sedikit 100 km.
Sumber: Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, 2003:1 – 6).

D.

PARIWISATA KREATIF
Menurut Ohriska-Olson 2010 dalam buku “Creative Tourism Business

Model and Its Application in Bulgaria” oleh Rossitza Ohridska-Olson and
Stanislav Ivanov Pariwisata kreatif adalah bentuk budaya pariwisata. Sedangkan
UNESCO menjabarkan bahwa “Perjalanan yang diarahkan kepada penyatuan
pengalaman nyata, dengan pembelajaran yang partisipatif di bidang seni, warisan
budaya, atau karakteristik khusus dari suatu tempat, dan menciptakan suatu
hubungan dengan mereka yang tinggal di tempat ini, serta menciptakannya budaya
yang hidup”.
Teori lain mengatakan; "Creative Tourism is tourism related to community
development for a sustainable way of life. The activities provided had to be

22
harmonious and connected to history, culture, and way of life in terms of learning
and experience. Tourists gain experience and knowledge from the real life of the
communities they visit.”.
Sumber: http://www.creativetourism.com/en/c_main/about.html.

UNESCO juga mendefinisikan arti pariwisata kreatif itu kedalam hal
pengorganisiran kegiatan belajar dari pengalaman langsung seperti berpartisipasi
dalam kegiatan dan berinteraksi dengan orang lokal. Tujuannya agar wisatawan
pengunjung tidak hanya pasif, tetapi mereka menjadi anggota aktif dari masyarakat
lokal. Pariwisata kreatif adalah cara baru untuk bepergian. Pariwisata kreatif dapat
lebih berarti dari sekedar menghabiskan waktu santai, atau hanya berjalan-jalan
mengunjungi museum, wisata alam dan situs sejarah.

E.

AKTIVITAS WISATA
Menurut Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan Bab

I Pasal 1; dinyatakan bahwa wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari
kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk
menikmati obyek dan daya tarik wisata.
Pengertian wisata itu mengandung unsur yaitu: (1) Kegiatan perjalanan; (2)
Dilakukan secara sukarela; (3) Bersifat sementara; (4) Perjalanan itu seluruhnya
atau sebagian bertujuan untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata.
Menurut Drs. Oka A. Yoeti (1996: 178), hal yang terpenting agar usaha
pengembangan sekaligus pengelolaan obyek dan daya tarik wisata dapat menarik
dan memotivasi untuk berkunjung adalah dengan terpenuhinya tiga syarat utama
yang harus dimiliki objek wisata, yaitu:

23
1.

Something to do, yaitu sesuatu kegiatan yang dapat dilakukan.

2.

Something to see, yaitu sesuatu hal yang dapat dilihat.

3.

Something to buy, yaitu sesuatu yang dapat dibeli.

Unsur yang sangat menentukan berkembangnya industri pariwisata adalah
objek wisata dan atraksi wisata. Kedua unsur ini merupakan salah satu alasan
pengunjung melakukan perjalanan. Atau dalam arti lain objek wisata adalah segala
sesuatu yang menjadi sasaran wisatawan.
Secara pintas produk wisata memiliki arti yang sama, namun sebenarnya
berbeda secara prinsipil. Objek wisata adalah semua hal yang menarik untuk dilihat
dan dirasakan oleh wisatawan yang bersumber pada alam, sedangkan atraksi wisata
adalah sesuati yang menarik untuk dilihat, dinikmati dan dirasakan oleh wisatawan
yang dibuat oleh manusia yang memerlukan persiapan terlebih dahulu. Dalam
pengertian secara lengkap, objek wisata dan atraksi wisata merupakan segala
sesuatu yang terdapat di Daerah Tujuan Wisata (DTW) yang merupakan daya tarik
agar orang datang ke tempat tersebut.
Daya tarik wisata disebut juga sebagai objek wisata yang menjadi pendorong
kehadiran wisatawan ke daerah tujuan wisata. Karena kedudukannya yang sangat
menentukan, maka daya tarik wisata harus dirancang dan dikelola secara
profesional dan sedemikian rupa berdasarkan kriteria tertentu sehingga dapat
menarik wisatawan untuk datang.
Aktivitas Wisata adalah suatu perjalanan satu atau sekelompok orang ke
tempat yang bukan tempat tinggal atau tempat kerjanya dengan maksud untuk
mencari kesenangan dan bukan dengan tujuan melaksanakan pekerjaan (Mill &
Morrison, 1985 dalam Tussyadiah, 2002). Sumber http://eprints.undip.ac.id/9462/

24
Batasan pariwisata menurut Suwardjoko P. Warpani dan Indira P. Warpani
(2007:13-14) sangat luas dan sesuai dengan maksud berwisata atau kegiatan yang
dilakukan oleh wisatawan, maka pariwisata dikategorikan menjadi:
1.

Wisata Agro; dapat dikatakan sebagai ragam pariwisata baru yang
dikaitkan dengan kegiatan industri pertanian, misalnya wisata durian
pada musim buah durian, atau wisata tani, yakni para wisatawan turut
terjun aktif menanam padi.

2.

Wisata Belanja; dilakukan karena kekhasan barang yang ditawarkan
atau bagian dari jenis pariwisata lain, misalnya Kota Bandung dengan
Pusat Jeans di Jl. Cihampelas, Sidoarjo dengan pusat Tas di
Tanggulangin.

3.

Wisata Budaya; berkaitan dengan ritual budaya yang sudah menjadi
tradisi, misalnya; mudik lebaran setahun sekali. Atau ada peristiwa
budaya yang digelar pada saat-saat tertentu, misalnya: Sekaten di
Surakarta dan Yogyakarta, Ngaben di Bali, Labuhan di Cilacap,
pemakaman jenazah di Tanah Toraja. Tidak jarang wisatawan
mempelajari budaya setempat, mengunjungi situs bersejarah, dan
sebagainya.

4.

Wisata Iklim; bagi negara beriklim empat, pada saat tertentu benarbenar dimanfaatkan untuk melakukan perjalanan mengunjungi tempattempat lain hanya untuk ’berburu’ panas sinar matahari. Bagi
masyarakat tropis seperti Indonesia, kunjungan ke suatu tempat
berkaitan dengan maksud mencari perubahan iklim setempat.
Misalnya: penduduk pantai berwisata ke pegunungan, dan sebaliknya.

25
5.

Wisata Karya; kunjungan kerja, yaitu jenis pariwisata yang para
wisatawannya berkunjung dengan maskud kedatangan seseorang atau
sejumlah orang di suatu Daerah Tujuan Wisata (DTW) memang untuk
melaksanakan tugas profesi/pekerjaannya, namun dalam waktu
senggang, atau sengaja diacarakan, mereka melakukan rekreasi atau
kunjungan wisata ke beberapa objek. Misalnya: peninjauan/inspeksi
daerah, sigi lapangan.

6.

Wisata Kesehatan; berhubungan dengan maksud penyembuhan suatu
penyakit. Wisatawan mengunjungi suatu tempat karena keberadaan
penyembuh, misalnya kunjungan ke Krakal di Kebumen dengan
maksud berendam di air belerang untuk menyembuhkan penyakit kulit;
mengunjungi dan tinggal untuk sementara di sanotarium yang beriklim
sejuk; berkunjung ke Singapura atau Cina untuk berobat.

7.

Wisata Konvensi/Seminar; dilakukan dengan sengaja memilih salah
satu daerah tujuan wisata sebagai tempat penyelenggaraan seminar
dikaitkan dengan upaya pengembangan daerah tujuan wisata yang
bersangkutan. Penentuan lokasi tempat penyelenggaraan suatu
konvensi, baik nasional maupun internasional, sering dikaitkan dengan
kebijakan pemerintah mempromosikan suatu daerah tujuan wisata.
Kebijakan pemilihan lokasi penyelengaraan konvensi sangat jelas
diwarnai oleh kepentingan pariwisata.

8.

Wisata Niaga; berkaitan dengan kepentingan perniagaan (usaha
perdagangan). Wisatawan datang karena ada urusan perniagaan di
tempat tersebut, misalnya mata niaga atau tempat perundingan niaga

26
ada di sana. Seperti halnya wisata dinas, para pengusaha/niagawan
datang dengan maksud utama melakukan kegiatan perniagaan namun
pada waktu luang pada umumnya berwisata. Bahkan menjadi kebiasaan
usaha bahwa berwisata digunakan sebagai media berniaga mengadakan
pertemuan, perundingan, dan transaksi niaga.
9.

Wisata Olahraga; yakni mengunjungi peristiwa penting di dunia
olahraga, misalnya pertandingan perebutan kejuaraan, Pekan Olahraga
Nasional, Asean Games, Olimpiade, atau sekadar pertandingan
persahabatan. Para wisatawan adalah para

10.

Wisata

Pelancongan/pesiar/pelesir/rekreasi;

dilakukan

untuk

berlibur, mencari suasana baru, memuaskan rasa ingin tahu, melihat
sesuatu yang baru, menikmati keindahan alam, melepaskan ketegangan
(lepas dari kesibukan rutin). Maksudnya adalah memulihkan kesegaran
dan kebugaran jasmani dan rohani setelah berwisata. Biasanya mencari
atau mengunjungi tempat yang beriklim berbeda dengan iklim tempat
tinggalnya, atau setidak-tidaknya memiliki suasana khas yang
diinginkannya. Ragam wisata rekreasi lebih kurang sama dengan
wisata santai, yakni bepergian mengunjungi suatu tempat untuk
memuaskan hasrat ”ingin tahu”, baik objek itu berupa keindahan alam,
peningalan bersejarah, atau budaya masyarakat.
11.

Wisata Petualangan; dilakukan lebih ke arah olahraga yang sifatnya
menantang kekuatan fisik dan mental para wisatawan. Termasuk dalam
jenis wisata petualangan adalah kegiatan pelatihan (kepemimpinan) di
alam terbuka dengan berbagai atraksi yang menantang dan kadang-

27
kadang mengundang risiko. Terbang layang, arung jeram, panjat
tebing, terjun gantung (buggy jump), menyelam, susur gua (menyusuri
lorong-lorong gua menikmati pemandangan stalagtit-stalagmit) adalah
beberapa contoh wisata petualangan.
12.

Wisata

Ziarah; dalam kaitan dengan agama atau budaya.

Mengunjungi tempat ibadah atau tempat ziarah pada waktu tertentu,
misalnya: Waisak di kompleks Candi Borobudur-Magelang, menyepi
di Pantai Parangkusumo- Yogyakarta, mengunjungi tempat yang
dianggap keramat, ziarah ke makam tokoh-tokoh masyarakat atau
pahlawan bangsa.
13.

Darmawisata; perjalanan beramai-ramai untuk bersenang-senang,
atau berkaitan dengan pelaksanaan darma di luar ruangan, atau
ekskursi; atau melaksanakan pengabdian kepada masyarakat di luar
waktu kerja sehari- hari.

14.

Widiawisata (pendidikan); Perjalanan ke luar (daerah, kampung, dsb)
dalam rangka kunjungan studi; dilakukan untuk mempelajari senibudaya rakyat, mengunjungi dan meneliti cagar alam dan atau budaya,
atau untuk kepentingan menuntut ilmu selama waktu tertentu,
misalnya: tugas belajar.

28
F.

PENGELOLAAN INDUSTRI KREATIF
1.

Prinsip Dasar Pengelolaan Industri Kreatif
Pengelolaan (manajemen), menurut Leiper (1990;246), merujuk
kepada seperangkat peranan yang dilakukan oleh seorang atau
sekelompok orang, atau bisa juga merujuk kepada fungsi-fungsi yang
melekat pada peran tersebut. Fungsi-fungsi manajemen tersebut adalah
sebagai berikut:
a.
b.

Directing (mengarahkan)

c.

Organizing (termasuk coordinating)

d.
2.

Planning (perencanaan)

Controlling (pengawasan)

Aktor Utama Model Pengembangan Industri Kreatif
Bangunan industri kreatif ini dipayungi oleh hubungan antara

Cendekiawan

(Intellectuals),

Bisnis

(Business)

dan

pemerintah

(Government) yang disebut sebagai sistem ‘triple helix’ yang merupakan
aktor utama penggerak lahirnya kreativitas, ide, ilmu pengetahuan dan
teknologi yang vital bagi tumbuhnya industri kreatif. Hubungan yang erat,
saling menunjang dan bersimbiosis mutualisme antara ke‐3 aktor tersebut
dalam kaitannya dengan landasan dan pilar‐pilar model Industri Kreatif akan
menghasilkan Industri Kreatif yang berdiri kokoh dan berkesinambungan.

29
a.

Intellectuals (Cendekiawan)
Cendekiawan adalah orang‐orang yang dalam perhatian

utamanya mencari kepuasan dalam mengolah seni, ilmu pengetahuan
atas renungan metafisika, dan bukan hendak mencari tujuan‐tujuan
praktis, serta para moralis yang dalam sikap pandang dan kegiatannya
merupakan perlawanan terhadap realisme massa. Mereka adalah para
ilmuwan, filsuf, seniman, ahli metafisika yang menemukan kepuasan
dalam penerapan ilmu (bukan dalam penerapan hasil‐hasilnya).
Akan tetapi, dari definisi di atas, kecendekiawanan itu juga
ditentukan dari keinginan menerapkan ilmu, dan menularkannya.
Dalam konteks industri kreatif, cendekiawan mencakup budayawan,
seniman, punakawan, begawan, para pendidik di lembaga‐lembaga
pendidikan, para pelopor di paguyuban, padepokan, sanggar budaya
dan seni, individu atau kelompok studi dan peneliti, penulis, dan tokoh‐
tokoh lainnya di bidang seni, budaya (nilai, filsafat) dan ilmu
pengetahuan yang terkait dengan pengembangan Industri Kreatif.
Nama‐nama besar di Indonesia terdapat beberapa nama seperti
Nurcholish Madjid, Emha A. Najib, Romo Mangun, Harry Roesli,
Jakob Soemardjo, Rendra, Iwan Fals, Sujiwo Tedjo, Ki Manteb, dan
lain‐lain.
Menilik kembali landasan Industri Kreatif yaitu sumber daya
insani (people), dapat dikenali bahwa salah satu anggota pekerja
berstrata inti super kreatif adalah pekerjaan dari para cendekiawan.
Cendekiawan memiliki kapasitas yang sangat besar dalam memperkuat

30
basis‐basis formal dan informal dari inovasi, dan memiliki kemampuan
untuk mematangkan konsep‐konsep inovasi dan juga memiliki
kapasitas mendiseminasi informasi dengan jejaring.
b.

Business (Bisnis)
Bila ditilik secara ekonomi, bisnis (disebut juga perusahaan)

adalah suatu entitas organisasi yang dikenali secara legal, dan sengaja
diciptakan untuk menyediakan barang‐barang baik berupa produk dan
jasa kepada konsumen. Bisnis pada umumnya dimiliki oleh swasta dan
dibentuk untuk menghasilkan profit dan meningkatkan kemakmuran
para pemiliknya.
Pemilik dan operator bisnis bertujuan memperoleh keuntungan
finansial sebagai hasil kerjanya dan tantangan resiko yang ia hadapi.
Ketataniagaan bisnis diatur oleh hukum disuatu negara dimana bisnis
itu berada. Bentuk‐bentuk bisnis adalah: kepemilikan tunggal,
kemitraan, korporasi dan koperasi. Bisnis bisa berbasis manufaktur,
jasa, eceran dan distribusi, pertanian, mineral, finansial, informasi, real
estat, transportasi, dan utility seperti listrik, pengairan yang biasanya
terkait dengan badan‐badan kepemerintahan. Di dalam organisasinya,
bisnis memiliki pengelompokan pekerjaan seperti pemasaran,
penjualan, produksi, teknologi informasi, riset dan pengembangan.
Manajemen berfungsi menerapkan operasional yang efisien dan efektif
terhadap suatu bisnis.
Pada saat‐saat tertentu, bisnis juga membutuhkan modal
tambahan (capital), yang didapat dari pinjaman bank atau pinjaman

31
informal atau investor baru. Bisnis juga harus dilengkapi dengan
proteksi agar menghalangi kompetitor untuk menyaingi bisnis tersebut.
Proteksi tersebut bisa dalam bentuk HKI yang terdiri dari paten,
hakcipta, merek dagang dan desain. Setiap bisnis pasti memiliki nama,
logo dan teknik‐teknik pencitraan. Karena aspek kompetisi maka bisnis
perlu mendaftarkan HKI di setiap daerah atau negara dimana terdapat
kompetitor‐kompetitor.

Banyak

negara

telah

menandatangani

perjanjian internasional tentang HKI, dan setiap perusahaan yang
terdaftar di negara‐negara ini harus mentaati hukum negara yang telah
terikat dengan perjanjian internasional ini. Bisnis bisa juga dijual dan
dibeli. Pemilik bisnis menyebut ini sebagai exit‐plan. Exit‐plan yang
lazim dikenali adalah seperti IPO atau merger dan akuisisi.
c.

Government (Pemerintah)
Pemerintah didefinisikan sebagai sebuah organisasi yang

memiliki otoritas untuk mengelola suatu negara, sebagai sebuah
kesatuan politik, atau aparat/alat negara yang memiliki badan yang
mampu memfungsikan dan menggunakan otoritas/kekuasaan. Dengan
ini, pemerintah memiliki kekuasaan untuk membuat dan menerapkan
hukum serta undang‐undang di wilayah tertentu.
Pemerintah yang dimaksud dalam studi rencana pengembangan
Ekonomi Kreatif ini adalah pemerintah pusat dan pemerintah daerah
yang terkait dengan pengembangan Ekonomi Kreatif, baik keterkaitan
dalam substansi, maupun keterkaitan administrasi. Pemerintah pusat
meliputi departemen‐departemen dan badan‐badan. Pemerintah daerah

32
meliputi pemerintah daerah tingkat I, pemerintah daerah tingkat II,
sampai kepada hirarki terendah pemerintahan daerah. Sinergi antar
departemen dan badan di pemerintah pusat, dan sinergi antara
pemerintah pusat dan daerah, sangat diperlukan untuk dapat mencapai
visi, misi dan sasaran pengembangan Industri Kreatif ini. Hal ini
disebabkan karena pengembangan Ekonomi Kreatif bukan hanya
pembangunan industri, tetapi juga meliputi pembangunan ideologi,
politik, sosial dan budaya.
Menurut Pitan dan Diarta (2009:86), tujuan dari pengelolaan atau
manajemen pariwisata adalah untuk menyeimbangkan pertumbuhan
dan pendapatan ekonomi dengan pelayanan kepada wisatawan serta
perlindungan terhadap lingkungan dan pelestarian keberagaman
budaya.
Menurut Cox dalam Dowling dan Fannel (2003:2), pengelolaan
pariwisata harus memperhatikan prinsip-prinsip berikut:
1) Pembangunan

dan

pengembangan

pariwisata

haruslah

didasarkan pada kearifan lokal dan special local sense yang
merefleksikan keunikan dan peninggalan budaya dan keunikan
lingkungan.
2) Preservasi, proteksi dan peningkatan kualitas sumber daya yang
menjadi basis pengembangan pariwisata.
3) Pengembangan atraksi wisata tambahan yang mengakar pada
khasanah budaya lokal.

33
4) Pelayanan kepada wisatawan yang berbasis keunikan dan budaya
lokal.
5) Memberikan dukungan dan legimitasi pada pembangunan
pariwisata jika terbukti memberikan manfaat positif, tetapi
sebaliknya mengendalikan dan/ atau menghentikan aktivitas
menghentikan aktivitas pariwisata tersebut jika melampaui
ambang batas (carryng capacity) lingkungan alam atau
akseptabilitas sosial walaupun di sisi lain mampu meningkatkan
kepadatan masyarakat.
Untuk mencapai tujuan pariwisata yang bekelanjutan baik secara
ekonomi, sosial-budaya maupun lingkungan yanng efektif, pengelola
wajib melakukan manajemen sumber daya yang efektif. Manajemen
sumber daya ditujukan untuk menjamin perlindungan terhadap
ekosistem dan mencegah degradasi kualitas lingkungan.
Dalam hal penyusunan kebijakan akan menjadi tuntutan bagi
pelaku pariwisata dalam mewujudkan visi dan misi pembangunan
pariwisata. Dalam pembentukan agen, bertujuan menghasilkan rencana
strategi sebagai panduan dalam pemasaran dan pengembangan fisik di
daerah tujuan wisata. Dalam hal penyediaan fasilitas dan operasi,
pemerintah berperan dalam memberi modal usaha, pemberian subsidi
kepada fasilitas, dan pelayanan yang vital. Penyelesaian konflik
merupakan peran yang sangat penting dalam era dimana isu lingkungan
dan konservasi sumber daya menjadi isu penting.

34
3.

Pelaku Kepariwisataan (Stakeholders)
Pariwisata tidak bisa lepas dari komponen pedukung atau yang disebut

dengan pelaku wisata (tourism stakeholders). Menurut Peraturan Pemerintah
No. 50 Tahun 2011, “Kelembagaan kepariwisataan adalah kesatuan unsur
beserta jaringannya yang dikembangkan secara terorganisasi, meliputi
pemerintah, pemerintah daerah, swasta dan masyarakat, sumber daya
manusia,

regulasi

dan

mekanisme

operasional,

yang

secara

berkesinambungan guna menghasilkan perubahan ke arah pencapaian tujuan
di bidang kepariwisataan”.
Para pelaku pariwisata ini saling terkait baik itu sebagai pengelola,
pemangku kebijakan, pihak yang menyediakan produk pariwisata, orang
yang melakukan kegiatan pariwisata hingga pihak yang terkena dampak
pariwisatanya dan yang menjadi daya tarik dari pariwisata tersebut.
4.

Pola Hubungan Stakeholders Kepariwisataan
Berikutnya yang paling pokok adalah bahwa pariwisata tidak bisa lepas

dari komponen pedukung atau yang disebut dengan “tourism stakeholders”
yang saling berinteraksi, sebagaiman yang disebut oleh Bahar (1995) sebagai
pola hubungan stakeholders kepariwisataan sebagaimana gambar berikut ini:

35
Gambar 2.2. POLA HUBUNGAN STAKEHOLDERS KEPARIWISATAAN

PEMERINTAH

WISATAWAN

SWASTA

MASYARAKAT
Sumber: Bahar, 1995

36
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

A.

PARADIGMA PENELITIAN
Menurut Sambas Ali (2010:22) “Paradigma penelitian merupakan kerangka

berpikir yang menjelaskan bagaimana cara pandang peneliti terhadap fakta
kehidupan sosial dan perilaku peneliti terhadap ilmu atau teori, yang dikontruksi
sebagai suatu pandangan yang mendasar dari suatu disiplin ilmu tentang apa yang
menjadi pokok persoalan yang semestinya dipelajari.”
Mengacu pada pengertian di atas dalam penyusunan laporan ini paradigma
penelitian berdasarkan pada teori-teori sebagai berikut:
Gambar 3.1.

TABEL PARADIGMA PENELITIAN

GRAND THEORY
Teori Ekonomi Kreatif

MIDDLE THEORY
Teori Industri Kreatif
Teori Pariwisata

OPERATIONAL THEORY
Teori Industri
Teori Produk Wisata
Teori Pemetaan
Sumber: Tim Peneliti DMO-PIP Gunung Batur, Bali 2012

37
B.

POLA PIKIR PENELITIAN
Berikut ini adalah gambaran pola pemikiran penelitian:
Gambar 3.2.

GAMBAR POLA PENELITIAN

(X₁)
POTENSI INDUSTRI

(X₂)
AKTIVITAS WISATA

INDUSTRI KREATIF

(X₃)
PENGELOLAAN INDUSTRI
KREATIF
Sumber: Tim Peneliti DMO-PIP Gunung Batur, Bali 2012

Dalam penelitian ini tim menetukan tiga faktor yang mempengaruhi
perkembangan Industri Kreatif sebagai input data, yakni; (1) Potensi Industri
Kreatif, (2) Aktivitas Wisata, dan (3) Pengelolaan Industri Kreatif.

38
C.

ALUR PENELITIAN
Adapun alur penelitian ini sebagai berikut:
Gambar 3.3.

GAMBAR POLA PENELITIAN

LATAR BELAKANG
Diterapkannya konsep ekonomi kreatif di
Indonesia, Khususnya kementrian pariwisata dan
ekonomi kreatif sebagai acuan pengembangan
desinasi pariwisata

Kawasan pariwisata gunung batur memiliki
banyak objek pariwisata yang berpotensi tinggi,
tanpa dukungan kegiatan perekonomian yang bak
bagi komunikasi lokal

RUMUSAN MASALAH
Sejauh mana potensi industri kreatif yang mendukung kegiatan pariwisata di kawasan
gunung api batur, Bali

IDENTIFIKASI MASALAH
Bagaimana kondisi industri kreatif yang terdapat di kawasan gunung api Batur, Bali.?
Bagaimana kondisi aktifitas wisata di kawasan gunung api batur Bali ?

Bagaimana pengelolaan industri kreatif dikawasan gunung api Batur , Bali ?

TEORI
Industri
Pariwisata
Pengelolaan

ANALISIS
Potensi Industri Kreatif
Aktivitas Wisata
Pengelolaan Industri Kreatif

KONSEP
PENELITIAN
Potensi Industri Kreatif
Aktifitas Wisata
Pengelolaan Industri

KESIMPULAN

METODE
PENELITIAN
Paradigma Penelitian
Alur Penelitian
Metode Penelitian
Teknik Dan Alat
Pengumpulan Data
Unit Analisis

REKOMENDASI Bagi:
Pemerintah Daerah Kab. Bangli
Masyarakat Daerah Kab. Bangli
DMO

Sumber: Tim Peneliti DMO-PIP Gunung Batur, Bali 2012

39
D.

METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini, tim peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif
(Ulber Silalahi, 2009 : 62) yang meliputi pengumpulan data agar dapat
menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan mengenai status terakhir baik
karakteristik ataupun frekuensi dengan atau yang mempertanyakan status
satu gejala atau variabel. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 1989:581,
metode deskriptif memiliki pengertian yaitu “Cara yang teratur dan terpikir
baik-baik untuk mencapai suatu hasil atau maksud, cara kerja yang bersistem
untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang
ditentukan”. Adapun tujuan dari penggunaan metode deskriptif analisis untuk
mengungkap suatu gejala yang aktual, mengumpulkan data, menganalisanya
dan membandingkan dengan teori-teori yang ada.

E.

TEKNIK DAN ALAT PENGUMPULAN DATA
1.

Teknik Kumpul Data
Beberapa teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh tim peneliti,
yaitu;
a.

Observasi Langsung ke Lapangan
Menurut Para Ahli Teknik Observasi mempelajari tingkah laku
tampak (lahiriah) dengan menggunakan metode observasi
Observasi. Menurut Nasution (Sugiyono, 2009:64)

b.

Wawancara
Menurut Sainuddin, S.Sos (2009) wawancara merupakan

kegiatan pencarian informasi dengan cara menanyakan secara
mendetail dan mendalam; memancing dengan pernyataan maupun

40
mengkonfirmasi suatu hal, agar dapat diperoleh gambaran yang utuh
tentang narasumber atau peristiwa maupun isu tertentu.
Dalam

pengertian

jurnalistik,

wawancara

adalah

suatu

percakapan terpimpin dan tercatat atau suatu percakapan secara tatap
mula dimana seseorang mendapat informasi dari orang lain. Pengertian
lain wawancara adalah merupakan suatu hubungan antar manusia
dimana kedua pihak bersikap sama derajat selama pertemuanpertemuan berlangsung.
Tipe wawancara yang digunakan adalah wawancara terstruktur,
dimana tim peneliti mengetahui secara jelas dan terperinci apa
informasi yang dibutuhkan dan memiliki satu daftar pertanyaan yang
sudah ditentukan atau disusun sebelumnya yang akan disampaikan
kepada responden. Pewawancara memiliki sejumlah pertanyaan yang
telah disusun dan mengadakan wawancara atas dasar atau panduan
pertanyaan tersebut.
c.

Basis Data
Menurut Date, database dapat dianggap sebagai tempat
sekumpulan berkas dan terkomputerisasi, yang tujuan utamanya
adalah melakukan pemeliharaan terhadap informasi dan
membuat

informasi

tersebut

tersedia

saat

dibutuhkan.

Sumber:(http://id.shvoong.com/social-sciences/communication-mediastudies/2068236-pengertian-database-menurut-paraahli/#ixzz1pxBaFRGG)

41
d.

Studi Kepustakaan
Tim peneliti juga menggunakan teknik pengumpulan data
melalui studi kepustakaan untuk membandingkan kondisi aktual
yang terjadi dengan kondisi ideal secara teoritis, mempelajari
buku-buku yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi
guna mendapatkan landasan teori sebagai data pendukung dalam
penulisan Laporan Rampung Penelitian Bisnis Industri ini.

2.

Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data yang akan digunakan oleh tim peneliti pada saat
berada di lapangan adalah sebagai berikut:
a.

Pedoman wawancara, berisikan mengenai pertanyaan yang
akan diajukan kepada narasumber oleh tim peneliti yang akan
disusun

secara

sistematis

dan

terorganisir

guna

untuk

mendapatkan sejumlah informasi yang berhubungan dengan
masalah yang diteliti.Tim peneliti sebagai pewawancara akan
melakukan wawancara dengan sejumlah informan yaitu para
pelaku industri ekonomi kreatif dan juga pengurus desa setempat
sebagai narasumber Hasil percakapan tersebut akan dicatat atau
direkam oleh tim peniliti.
b.

Check-list (Daftar Periksa), merupakan daftar yang berisi catatan
setiap faktor secara sistematis. Daftar periksa ini biasanya dibuat
sebelum observasi dan sesuai dengan tujuan observasi. Daftar
periksa merupakan panduan tim

42
c.

Peneliti dalam mengumpulkan basis data sesuai dengan indikator
yang telah dibuat dalam matriks operasional variabel.

F.

UNIT ANALISIS
Menurut Ulber Silalahi (1999:194) unit analisis dalam penelitian adalah unit
atau elemen yang dianalisis atau dipelajari yang darinya ingin diketahui satu
atau sejumlah hal. Berikut pihak-pihak yang menjadi informan dalam
penelitian ini yaitu:
1.

Pemerintah Dinas Pariwisata Daerah Bangli Bali.

2.

Pihak Pelaku Industri Ekonomi Kreatif di kawasan kaldera Gunung
Batur Bali.

3.

Pihak dari 13 desa yang terdapat di kawasan kaldera Gunung Api Batur,
diantaranya:
a.

Desa Buahan

h.

Desa Batur Selatan

b.

Desa Kedisan

i.

Desa Batur Utara

c.

Desa Terunyan

j.

Desa Kintamani

d.

Abang Batudinding

k.

Desa Pinggan

e.

Desa Abang Songan

l.

Desa Songan A

f.

Desa Suter

m.

Desa Songan B

g.

Desa Batur Tengah

43
G.

TEKNIK DAN ALAT ANALISIS
Menurut Patton, 1980 (dalam Lexy J. Melleyong 2002:103) menjelaskan

bahwa analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke
dalam suatu pola dalam, kategori, dan satuan uraian dasar.
Sedangkan menurut Taylor, (1975:79) mendevinisikan analisis data sebagai
proses yang merinci usaha secara formal untuk menemukan tema dan merumuskan
hipotesis (ide) seperti yang disarankan dan sebagai usaha untuk memberikan
bantuan dan tema pada hipotesis.
Dalam menganalisis penelitian ini tim peneliti menggunakan sebagai berikut:
1.

SWOT Analysis
Merupakan suatu metode perencanaan strategis yang digunakan untuk

mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang
(opportunities), dan ancaman (threats) dalam suatu proyek atau suatu
spekulasi bisnis.Proses ini melibatkan penentuan tujuan yang spesifik dari
spekulasi bisnis atau proyek dan mengidentifikasi faktor internal dan
eksternal yang mendukung dan yang tidak dalam mencapai tujuan tersebut.
Analisa SWOT dapat diterapkan dengan cara menganalisis dan memilah
berbagai

hal

yang

mempengaruhi

keempat

faktornya,

kemudian

menerapkannya dalam gambar matrik SWOT.
Hasil analisa SWOT dapat dilihat melalui tabel IFAS dan EFAS. Datadata diperoleh dari hasil wawancara mendalam dan checklist. Menurut
Rangkuti (2006) penjumlahan pada tabel IFAS jumlah bobot antara kekuatan
dan kelemahan tidak boleh lebih dari 1.00 begitu juga jumlah bobot antara
peluang dan ancaman yang juga tidak boleh lebih dari 1.00 ketentuan dalam

44
pemberian bobot kekuatan pada tabel IFAS serta peluang pada tabel EFAS
menurut Rangkuti (2006) adalah sebagai berikut: bobot tertinggi (0.20) untuk
masalah sangat penting,bobot (0,15) untuk masalah yang penting,bobot
(0,10) untuk masalah yang cukup penting,dan bobot terendah (0.02) untuk
masalah yang kurang penting. Sedangkan untuk pemberian bobot ancaman
pada EFAS dan kelemahan pada tabel IFAS adalah sebaliknya: bobot (0.01)
untuk masalah yang sangat penting, bobot (0.02) untuk masalah yang
penting, bobot (0.03) untuk masalah yang cukup penting, dan bobot (0.05)
untuk masalah yang kurang penting. Kemudian pemberian rating pada
masing-masing faktor yaitu dengan memberikan rating mulai dari 1 (sangat
kurang) sampai dengan 4 (sangat tinggi) berdasarkan pengaruh faktor
terhadap industri kreatif subsektor kerajinan sulaman/bordiran,sulaman
benang emas dan tenunan. Pemberian nilai untuk kekuatan dan peluang
bersifat positif (misalnya +4) sedangkan untuk kelemahan dan ancaman
adalah negatif atau sebaliknya (misalnya -1). Variabel yang bersifat positif,
yaitu semua variabel yang termasuk ke dalam kekuatan, diberi nilai +1
sampai dengan +4 (sangat baik). Sedangkan variabel yang bersifat negatif
adalah kondisi kebalikannya.

45
Tabel 4.1. TABEL MATRIKS OPERASIONAL VARIABEL (MOV)

KONSEP TEORI

VARIABLE

DIMENSI

SUBDIMENSI 1
(Substansi
Dominan)

SUBDIMENSI 2
(Intensitas
Sumberdaya)
Tangible/
Intangible

Media
Intangible

Tangible
Potensi Industri Kreatif

Industri Kreatif;
“Industri yang
berasal dari
pemanfaatan
kreativitas,
keterampilan serta
bakat individu
untuk menciptakan
kesejahteraan
serta lapangan
pekerjaan dengan
menghasilkan dan
memberdayakan
daya kreasi dan
daya cipta individu
tersebut.”
Sumber:
Kementerian
Perdagangan 2009

Seni Budaya

Tangible/
Intangible

(X₁)
Industri
Kreatif

Intangible

Tangible
Desain

IpTek

Tangible/
Intangible
Intangible
Tangible/
Intangible
Intangible

INSTRUMEN

SUMBER
DATA

Film, Video, Fotografi
Televisi dan Radio
Periklanan
Musik
Kerajinan
Kuliner
Fesyen

Pedoman
Wawancara
dan Check-list

Interview
Dan
Observasi

Pasar Barang Seni

Pedoman
Wawancara
dan Check-list

Interview
Dan
Observasi

Pedoman
Wawancara
dan Check-list

Interview
Dan
Observasi

Pedoman
Wawancara
dan Check-list

Interview
Dan
Observasi

INDIKATOR
Penerbitan dan Percetakan

Musik
Seni Pertunjukan
Arsitektur
Desain
Arsitektur
Desain
Permainan Interaktif
Penelitian dan Pengembangan
Fesyen
Penelitian Pengembangan
Teknologi Informasi dan Piranti Lunak
Permainan Interaktif
(X₂)
Aktivitas
Wisata

Something to do
Aktivitas Wisata
yang Dilakukan

Something to see

Pedoman
Wawancara
dan Check-list

Interview
Dan
Observasi

Pedoman
Wawancara
dan Check-list

Interview
Dan
Observasi

Something to buy
Planning

(X₃)
Pengelolaan
Industri
Kreatif

Directing
Peran Seseorang atau Kelompok

Organizing
Controlling
Planning

Sumber: Tim DMO Gunung Api Batur, Bali. 2012
BAB IV. TINJAUAN UMUM DAN DATA
HASIL TEMUAN

A.

KONDISI UMUM INDUSTRI KREATIF
1.

Industri dan Organisasi di 13 Desa Kawasan Pariwisata Gunung Api
Batur, Bali
Bedasarkan data-data sekunder yang di dapat dilapangan berikut gambaran

nyata tentang keadaan Industri Kreatif di kawasan pariwisata Gunung Api Batur yang
tim sajikan dalam bentuk bagan-bagan dibawah ini:
Tabel 4.1.

Desa/Kelurahan
Batur Utara
Batur Selatan
Batur Tengah
Pinggan
Kintamani
Songan A
Songan B
Kedisan
Buahan
Trunyan
Suter
Abang Songan
Abang Batudinding
Jumlah

BANYAKNYA TENAGA KERJA PERUSAHAAN DI RINCI PER
DESA KEC.KINTAMANI TAHUN 2010
Industri
Besar

Industri
Sedang

Industri Kecil

Industri Kerajinan
Rumah Tangga

-

-

6
18
32

14
39
20
283
32
280

-

-

56

668

Sumber: Kintamani Dalam Angka 2011

Bedasarkan Tabel 4.1. diatas diketahui bahwa mayoritas industri yang tumbuh
di kawasan pariwisata Gunung Api Batur adalah Industri Kerajinan Rumah Tangga
yang di dominasi oleh Desa Suter dan Abang Batudinding dengan jumlah 283 dan 280
wirausaha yang ada. Sedangkan Industri Kecil masih sangat sedikit yang ada yaitu

48
hanya ada di Desa Abang Batudinding, Suter, dan Buahan. Industri Besar dan Industri
Sedang belum ada sama sekali di kawasan pariwisata Gunung Api Batur.
Sebagai kawasan pariwisata Gunung Api Batur, daerah ini juga memiliki
kekayaan alam berupa sumber daya hewani yaitu Ikan Tawar, yang sumber utamanya
dihasilkan dari Danau Batur. Berikut rincian datanya:
Tabel 4.2. PRODUKSI IKAN MENURUT JENISNYA PER DESA/KELURAHAN DI
KECAMATAN KINTAMANI TAHUN 2010

Desa/Kelurahan
Buahan
Suter
Abang Batudinding
Abang Songan
Trunyan
Songan B
Songan A
Batur Selatan
Batur Tengah
Batur Utara
Kintamani
Pinggan
Kedisan
Jumlah

Ikan Air Tawar
(Kg)

Jumlah
(Kg)

14600
4500
4300
4200
3700
31300

14600
4500
4300
4200
3700
31300

Sumber: Pengolahan Data Kintamani Dalam Angka 2011

Bedasarkan data dari Tabel 4.2. diatas dapat diketahui bahwa jumlah ikan tawar
yang sebagian berasal dari Danau Batur berjumlah cukup banyak dihasilkan dalam
satu tahun, dimana mayoritas peternak ikan tawar berasal dari Desa Abang
Batudinding, Desa Songan A, Desa Songan B, Desa Batur Tengah, dan Desa Kedisan
dimana memang letak desa ini sebagian besar berada di sekitar tepian Danau Batur .
Selain kegiatan industri adapun beberapa organisasi milik masyarakat setempat
yang didirikan dengan tujuan mempertahankan budaya dan mengembangkan seni
budaya yang mereka memiliki berikut penjabarannya:

49
Tabel 4.3. JUMLAH ORGANISASI BERDASARKAN JENIS KESENIAN YANG ADA
DI 13 DESA KAWASAN PARIWISATA GUNUNG API BATUR, BALI 2011
Jenis Kesenian

Desa/Kelurahan
Batur Utara
Batur Selatan
Batur Tengah
Pinggan
Kintamani
Songan A
Songan B
Kedisan
Buahan
Trunyan
Suter
Abang Songan
Abang Batudinding
Jumlah

Barong
1
1
1
1
1
-

Gong Kebyar
1
1
1
1
9
1
20
1
1
1
8
8
9

Legong
1
1
1
3
1
1
1
2
3
1

Topeng
1
1

Lainnya
2
2
3
2
2
3
2
2
2
2

5

62

15

2

22

Sumber: Pengolahan Data “Kecamatan Kintamani Dalam Angka 2011”

Berdasarkan Tabel 4.3. diketahui bahwa kegiatan kesenian di kawasan
pariwisata Gunung Api Batur tumbuh dengan baik terutama di Desa Songan B dan
Abang Batudinding memiliki potensi kesenian yang baik pula, dimana jenis kesenian
Gong Kebyar menjadi jenis kesenian yang paling banyak diminati.

B.

KONDISI UMUM AKTIVITAS WISATA
1.

Pengunjung ke Kabupaten Bangli
Kabupaten Bangli merupakan salah satu tujuan wisata yang sangat menarik di

Provinsi Bali, Kabupaten Bangli memiliki jumlah daya tarik wisata di Kabupaten
Bangli sebanyak 38 buah, dengan rincian 5 DTW sudah berkembang, 9 DTW sedang
dikembangkan dan 24 DTW yang akan dikembangkan (Disbudpar Kab. Bangli, 2010).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten
Bangli, jumlah wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Bangli pada tahun 2005
tercatat sejumlah 350.596 wisatawan, tahun 2006 (259.344 wisatawan), tahun 2007

50
(352.775), tahun 2008 (437.207 wisatawan), dan tahun 2009 (526.706 wisatawan).
Sedangkan tahun 2010 berjumlah 418.143 orang.
Tabel 4.4. DATA PERBANDINGAN ANTARA JUMLAH KUNJUNGAN
WISATAWAN YANG DATANG KE BALI DAN KINTAMANI
Tahun

Bali

Kintamani

%

2005
2006
2007
2008
2009
2010

1.386.449
1.250.317
1.664.854
1.968.892
2.384.819
2.546.023

320.596
259.344
352.775
437.207
526.706
418.143

23,12
18,89
19,46
22,21
22,09
16,42

Sumber: Statistik Bangli Dalam Angka 2011.

Bedasarkan Tabel 4.4. diatas jumlah wisatawan tidak stabil dan menurun pada
tahun 2006, 2007, 2009, dan 2010. Adapun jumlah kunjungan wisatawan ke
Kabupaten Bangli berdasarkan daerah asal wisatawan. Berikut adalah datanya:
Tabel 4.5. DATA KUNJUNGAN WISATAWAN KE KINTAMANI KABUPATEN
BANGLI TAHUN 2010
No.
1
2
3
4
5
6
7
8

Nama Negara
Eropa
Amerika
Australia
Jepang
China
Taiwan
Indonesia
Lainnya
Jumlah

Jumlah
145.927
33.869
25.088
19.234
30.942
33.441
91.593
38.049
418.143

%
34,9
8,1
6,0
4,6
7,4
8,0
21,9
9,1
100.0

Sumber: Disbudpar Kabupaten Bangli, 2010.

Bedasarkan Tabel 4.5. diatas dapat dilihat bahwa profil wisatawan asing yang
datang pada tahun 2010 lalu adalah Eropa, Amerika, dan Taiwan. Sedangkan jumlah
wisatawan domestik sendiri berjumlah lebih sedikit dari wisatawan asing yang datang
berkunjung ke kawasan pariwisata Gunung Api Batur.

51
Tabel 4.6. KONTRIBUSI SEKTOR PARIWISATA TERHADAP PAD KABUPATEN
BANGLI TAHUN 2005 - 2010
Tahun
2005
2006
2007

PAD
7.692.953.476,86
9.718.077.898,00
9.167.944.594,00

RETRIBUSI
1.070.790.000,00
794.910.500,00
1.079.615.000,00

%
13,92
8,18
11,77

2008
2009
2010

12.633.751.193,09
15.179.545.573,00
17.191.454.000,00

1.352.466.500,00
1.624.045.500,00
1.813.462.500,00

10,68
10,69
11,66

Sumber: Dispenda Kabupaten Bangli, 2010.

Bedasarkan Tabel 4.6. diatas pasokan yang cukup besar dari sektor pariwisata
di Kabupaten Bangli yang berkisar ±11% per tahun dari 5 tahun terakhir.
2.

Objek Daya Tarik Wisata (ODTW) di Kabupaten Bangli
Adapun beberapa objek pariwisata yang ada di Kabupaten Bangli, yaitu:
a.

Pura Kehen
Pura Kehen yang terletak di Desa Cempaga, Bangli, memiliki banyak

keunikan. Selain letaknya yang strategis, pada pintu masuk pura tidak
menggunakan Candi Bentar seperti pada Pura Kahyangan Jagat umumnya. Pintu
masuk Pura Kehen memang agak berbeda, yakni menggunakan Candi Kurung.
Disamping itu, keberadaan Bale Kulkul pada batang pohon Beringin turut
memberi warna lain bagi Pura Kehen yang menjadi salah satu objek pariwisata
unggulan Kota Bangli. Meski telah ditemukan tiga prasasti tentang Pura Kehen,
namun belum dapat dipastikan kapan sejatinya pura tersebut didirikan, dan apa
yang menjadi asal-usul nama Kehen itu sendiri. Berdasarkan prasasti ketiga
yang berangka tahun 1204 Masehi disebutkan beberapa pura yang mempunyai
hubungan kesatuan meliputi Pura Hyang Hatu, Hyang Kedaton, Hyang Daha
Bangli, Hyang Pande, Hyang Wukir, Hyang Tegal, Hyang Waringin, Hyang
Pahumbukan, Hyang Buhitan, Hyang Peken Lor, Hyang Peken Kidul dan Hyang

52
Kehen. Kehen sendiri diperkirakan berasal dari kata keren (tempat api), bila
dihubungkan dengan prasasti pertama yang berbahasa Sansekerta– namun tidak
berangka tahun,di mana di dalamnya menyebutkan kata-kata Hyang Api, Hyang
Karinama, Hyang Tanda serta nama-nama biksu.
Jro Pasek Pura Kehen sebagai salah satu Dangka di Pura Kehen mengaku
pernah mendengar dari cerita orangtua akan keunikan atau kejadian mistis yang
pernah terjadi di Kehen. Seperti halnya munculnya ula (ular) duwe pada tahun
1960 pagi, saat itu masyarakat setempat yang baru saja selesai menyapu di jaba
pura menyaksikan secara langsung munculnya ular duwe tersebut. Selain itu,
masyarakat setempat sangat percaya jika patahnya pohon beringin yang terdapat
di pura sebagai pertanda grubug (musibah). Hal tersebut disimpulkan dari
kejadian-kejadian yang pernah terjadi secara turun temurun.
Gambar 4.1.

GERBANG PURA KEHEN

Sumber: www.banglikab.go.id. (edited) Mei 2012.

Tidak hanya itu, letak bagian yang patah juga diyakini sebagai pertanda
musibah tersebut akan melanda orang tertentu. Misalnya pada saat raja Bangli
meninggal dunia, dahan pohon beringin yang letaknya di Kaja Kangin (UtaraTimur) patah. Kemudian jika ada pendeta yang meninggal, maka dahan pohon
beringin sebelah Kaja Kauh (Barat Daya) patah. Sedangkan jika bagian yang

53
patah letaknya Kelod Kangin (Timur Lau) dan Kelod Kauh (Tenggara) maka
diyakini akan ada musibah yang menimpa masyarakat. Terkait upacara, karya di
Pura Kehen Bangli berlangsung setiap enam bulan sekali tepatnya pada Hari
Raya Pagerwesi yakni setiap Buda Kliwon Wuku Sinta. Namun, upacara
besarnya yaitu Ngusaba Dewa atau biasa disebut Karya Agung Bhatara Turun
Kabeh berlangsung setiap tiga tahun sekali, tepatnya Purnama Kalima,
Saniscara Pon Wuku Sinta. Selain itu desa yang tergabung dalam Gebog
(tatanan masyarakat) Domas (800) dan Bebanuan Pura Kehen memiliki peran
masing-masing, mulai dari persiapan hingga pelaksanaan dalam suatu acara.
Pembagian tugas tersebut dilakukan berdasarkan dresta dan sukat yang telah
dilaksankan dari tahun-ketahun dan tidak akan pernah diubah atau ditukar-tukar.
Selain sebagai bentuk pertanggung jawaban atas tugas masing-masing, juga
memunculkan semangat kebersamaan dan saling memiliki terhadap karya yang
berlangsung di Pura Kehen. Pemangku di Pura Kehen berjumlah 33 orang yang
terbagi atas dua golongan, yakni Dangka dan Pemaksan. Dangka terdiri dari 16
orang pemangku yang bertugas sebagai pangempon khusus perampean atau
pelinggih-pelinggih di jeroan. Sedangkan Pemaksan yang terdiri dari 17 orang
bertugas sebagai pembantu Dangka. Sumber: www.banglikab.go.id. 28 Mei 2012.
b.

Desa Panglipuran
Panorama dan budaya unik seperti Desa Adat Penglipuran adalah daya

tarik tersendiri. Desa ini terletak di Kelurahan Kubu, Kecamatan Bangli,
Kabupaten Bangli, sekitar 45 Km dari Kota Denpasar. Begitu memasuki areal
desa tersebut, mata sudah pasti akan bertemu arsitektur rumah yang hampir
semuanya mirip. Kemiripan bangunan rumah itu antara lain bentuk gerbang
yang sama dengan sedikit atap dari bambu, pintu pun hanya selebar orang

54
dewasa berkacak pinggang dengan tinggi sekitar dua setengah meter yang biasa
disebut angkul-angkul, dan cat rumah menggunakan dari tanah, bukan cat
tembok. Itu keunikan awal perjumpaan. Kesamaan lainnya juga terdapat pada
pembagian bangunan di dalam rumah, seperti bale, kamar, dan dapur. Hampir
semuanya juga menggunakan bahan baku bambu.
Sejak 1995, Pemerintah Provinsi Bali dan Kabupaten Bangli menetapkan
desa ini menjadi salah satu obyek wisata unggulan Pulau Dewata. Desa ini
memiliki panorama, kesejukan, kenyamanan, keheningan, kedamaian, dan
keunikan dengan bentuk atau arsitektur bangunan berbeda serta kerapian zonasi
desanya. Tak kalah menarik, warganya pun sadar lingkungan serta
berswasembada air dengan manajemen mirip dengan perusahaan daerah air
minum.
Gambar 4.2.

DESA PANGLIPURAN

Sumber: www.banglikab.go.id. (edited) 28 Mei 2012

Daya tarik yang kuat dari Desa Adat Penglipuran ini masih berupaya
mempertahankan zonasi hunian yang mirip pembagian tubuh manusia. Zona ini
terbagi tiga bagian, yaitu zona parahyangan (hulu/kepala), zona pawongan
(badan), dan zona palemahan (kaki). Zona parahyangan merupakan daerah suci
dan paling tinggi dibandingkan zona lainnya dengan ketinggian sekitar 700
meter dari permukaan laut dan merupakan wilayah sembahyang bersama

55
bernama Pura Penataran. Menuruni beberapa anak tangga dari Pura Penataran,
pengunjung memasuki zona pawongan, yang terdiri atas rumah tinggal di bagian
barat (kauh) dan timur (kangin). Kedua bagian kauh dan kangin dipisahkan oleh
rurung gede yang berupa jalan sekitar tiga meter yang membujur dari utara
menurun ke selatan. Pada wilayah pawongan dihuni 226 kepala keluarga.
Penduduknya rata-rata bermata pencarian petani, peternak, dan perajin bambu.
Nenek moyang mereka mengajarkan agar ramah lingkungan. Karena itu, luas
tanah tinggal 112 hektar itu hampir 40% adalah hutan bambu. Bahkan,
menebang bambu pun tak bisa sembarangan tebang. Harus izin dan mendapat
izin dari pemangku adat setempat.
Gambar 4.3.

BAMBOO FOREST

Sumber: Dokumentasi Tim. (edited) Mei 2012.

Budayawan Katut Sumarta, mengatakan, kekhasan keturunan Bali Aga di
antaranya adalah sangat memuja dan menghormati perempuan, selain
menjunjung tinggi keharmonisan alam, manusia, dan Tuhan (konsep Tri Hita
Karana). Wujud hormat kepada perempuan itu dituangkan ke dalam awig-awig

56
(semacam kesepakatan bersama dan biasanya berkaitan dengan pelanggaran),
termasuk di Desa Penglipuran. Dalam awig-awig, siapa pun laki-laki di desa itu
hanya diizinkan menikah dengan satu perempuan. Tidak dibenarkan adanya
poligami. Jika laki-laki itu ketahuan melakukan poligami atas sepengetahuan
istri pertama atau tidak, ia tetap harus mendapatkan hukuman. Hukuman yang
dijatuhkan adalah dikucilkan. Laki-laki itu tak boleh tinggal serumah dengan
istri pertamanya selamanya. Parahnya, ia juga tak boleh menginjakkan kaki dan
bersembahyang di pura. Intinya, ia dikucilkan baik batin maupun secara sosial.
Di Desa Penglipuran, tempat pengucilan itu pun dinamai Karang Memadu. Luas
tanahnya hanya sepetak. Sejarah ratusan tahun lalu hingga sekarang, Karang
Memadu belum pernah ditempati sehingga masih berupa tanah tanpa
bangunan.Sekitar 1994, warga sempat terpikir untuk mengubahnya, tetapi batal.
Selain dilarang menduakan istri, warga juga enggan melakukan kesalahan
lainnya, seperti mencuri. Jika ketahuan melakukan kejahatan, hukumannya juga
berat karena harus memberikan sesaji sedikitnya lima ekor ayam berbagai warna
ke masing-masing empat pura leluhur mereka. Jadi, pasti semua warga akan tahu
siapa yang melakukan kejahatan dengan adanya upacara itu. Sementara zona
palemahan adalah zona untuk setra atau orang yang sudah meninggal. Karena
secara budaya, warga Hindu Bali di Penglipuran tidak menganut budaya
Ngaben. Jenazah hanya dikubur tanpa dibakar. Alasannya, pembakaran bisa
menjadikan pencemaran untuk lingkungan. Satu lagi yang khas dari desa adat
ini, minuman asli loloh cemceman. Rasanya seperti air tape atau es rujak di
Pulau Jawa. Namun, warnanya kehijauan karena berasal dari daun cem-ceman
yang diperas, di beri air kelapa serta garam, dan direbus. Sumber:
www.banglikab.go.id. 28 Mei 2012.

57
3.

Paket Wisata yang Ditawarkan
Kawasan pariwisata Gunung Api Batur memiliki sejumlah destinasi pariwisata

yang sangat layak dijual kepada wisatawan baik itu asing maupun domestik. Berikut
ini adalah beberapa ringkasan paket wisata yang dijual oleh travel-travel agent atau
biro perjalanan sebagai tujuan wisata bagi konsumen/wisatawan yang tim
kelompokkan berdasarkan kategori/jenis aktivitas wisata yang dilakukan.
Penjabaran data temuan mengenai aktivitas wisata di Gunung Api Batur dapat
dilihat di halaman selanjutnya.

58
Tabel 4.7.

TABEL CHECKLIST AKTIVITAS WISATA DI KAWASAN PARIWISATA GUNUNG API BATUR
Aktivitas Wisata di Kawasan Pariwisata Gunung Batur

No

ODTW

Jarak
(Waktu/K
m)

1.

Pura Ulun Danu

± 45 Menit

Ibadah, melihat upacara adat

2.

Danau Batur

± 60 Menit

Mancing, sarana transportasi, sight
seeing dan photography

3.
4.
5.

6.

7.

8.

9.

Restoran Apung
Kedisan
(Desa Kedisan)
Trunyan
(Desa Trunyan)
Pura Pancering
Jagat
(Desa Trunyan)
Panelokan
(Desa Batur
selatan)
Museum Gunung
Api Batur
(Desa Batur
Selatan)
Toya Bungkah
(Desa Batur
Selatan)
Gunung Api Batur

± 60 Menit
± 160
Menit
± 120
Menit

Jenis Kegiatan
yang dilakukan

Menikmati santapan khas yaitu ikan
tawar, sambil melihat keindahan
danau batur dan gunung batur
Melihat keunikan kuburan warga
desa trunyan
Menyaksikan upacara adat

Kategori
Kegiatan Wisata
Wisata
Budaya dan Ziarah
Wisata
Rekreasi
Wisata
Rekreasi dan
Kuliner
Wisata
Budaya
Wisata Budaya

± 10 Menit

Melihat keindahan alam gunung
batur dan photography

Wisata
Rekreasi

± 5 Menit

Memperkaya pengetahuan
masyarakat akan gunung Batur

Widiawisata

± 75 Menit

Berendam air panas

± 3 Jam

Sumber: Checklist 2012

Tracking, hiking, sightseeing, dan
photography

Wisata Kesehatan
Wisata
Petualangan,
Wisata Rekreasi

Keterangan
Upacara di pura ini dirayakan setiap tahun, dan dinamakan Ngusaba
Kedasa. Syarat masuk dengan menggunakan kain selendang.

Selain menyediakan menu yang lezat, di restoran terapung danau
Batur ini juga menyediakan aktivitas watersport seperti jetski dan
juga memancing
Desa trunyan memeiliki tiga jenis kuburan yang diperuntukan untuk
tiga jenis kematian yang berbeda-beda
Barong Brutuk hanya diadakan beberapa kali setahun, setiap diadakan
upacara
Terdapat restoran-restoran dan penjualan souvenir di sekitar
panelokan

Buka pada hari kerja dan tiket masuknya gratis
Masyarakat sekitar percaya bahwa air panas tersebut dapat
menyembuhkan penyakit, fasilitas lain; adalah hotel dan restoran
serta aula untuk mementaskan tarian tradisional maupun modern
Terdapat guide lokal dan pelayan wisatawan disana
C.

KONDISI PENGELOLA INDUSTRI KREATIF
1.

Fungsi dan Tujuan Dentination Management Organization (DMO)
Peran serta DMO dalam mengembangkan kawasan pariwisata Gunung

Api Batur memerlukan fungsi dan tujuan yang tepat guna, berikut ini adalah
hasil analisa checklist mengenai Fungsi dan Tujuan DMO di dalam
mengembangkan kawasan pariwisata Gunung Api Batur:
Tabel 4.8.
No.
1.

2.

3.
4.

5.

6.
7.

8.
9.
10.

11.

TABEL FUNGSI DAN TUJUAN DMO

Fungsi & Tujuan DMO

Melakukan Koordinasi,
Kemitraan dan Jejaring

Melakukan Konsultasi
dan Advokasi

Pembenahan Fasilitas
Standar Pelayanan
Melakukan Penelitian

Meningkatkan
Pemberdayaan
Masyarakat
Menyelenggarakan
Pemasaran
Melakukan Promosi
Investasi
Monitoring dan Evaluasi
Melakukan Survey
Kualitas Pelayanan
Penyusunan Programprogram Inovasi tentang
Destinasi/Program
Manajer/Event Generator
Menerapkan Krisis
Manajemen

Kondisi Aktual
Koordinasi ke berbagai pemangku kepentingan telah
dilakukan, namun untuk kemitraan dan jejaring kerjasama
antar pemangku kepentingan dengan masyarakat lokal
masih belum terjalin dengan baik.
Koordinasi dengan masyarakat lokal masih belum optimal
ditandai dengan rendahnya kesadaran masyarakat untuk
turut serta dalam menciptakan suasana yang aman dan
nyaman bagi wisatawan yang berkunjung ke kawasan
pariwisata Gunung Api Batur, Bali.
Fasilitas standar pelayanan belum sepenuhnya terbenahi.
Belum banyak penelitian yang dilakukan untuk melihat
sejauh mana perkembangan industri kreatif yang terdapat
di kawasan pariwisata Gunung Api Batur, Bali.
Sudah terdapat perencanaan program pengembangan dan
kegiatan yang melibatkan masyarakat lokal, namun belum
terlaksana, dikarenakan masih banyak masyarakat lokal
yang belum terkoordinir dengan baik.
Penyusunan program kegiatan pemasaran sudah
dilakukan, namun belum terlihat pelaksanaannya.
Kegiatan promosi investasi di daerah gunung batur masih
belum optimal ditandai dengan masih banyaknya kawasan
yang belum terkelola dengan baik.
(Belum Diketahui)
(Belum Diketahui)
Penyusunan
program-program
inovasi
tentang
destinasi/program manajer/event generator belum terlihat,
dikarenakan aktivitas wisatawan di kawasan Gunung Api
Batur selama ini sangat monoton, sebagian besar
wisatawan hanya sekedar datang untuk berkunjung saja.
Rencana tindakan yang bersifat proaktif dan efektif
terhadap dampak krisis yang ditimbulkan sudah ada,
namun untuk saat ini kondisi lingkungan baik fisik
maupun non fisik (sosial budaya dan kesehatan) masih
dalam tahap yang wajar, sehingga penerapan krisis
manajemen untuk saat ini belum begitu terlihat.

Kesesuaian
Belum
Sesuai

Belum
Sesuai
Belum
Sesuai
Belum
Sesuai
Belum
Sesuai
Belum
Sesuai
Belum
Sesuai
Belum
Sesuai

Belum
Sesuai

Sumber: Tim Peneliti DMO Gunung Api Batur 2012

60
Peran Serta, Kepentingan, dan Tugas dari Stakeholders Industri

2.

Kreatif
Beberapa Stakeholders yang terkait secara langsung (direct) maupun
tidak langsung (indirect) di dalam pengelolaan Industri kawasan
pariwisata Gunung Api Batur. Berikut hasil penjabaranya:
Tabel 4.9.
TABEL STAKEHOLDER YANG TERKAIT DALAM
PENGELOLAAN INDUSTRI KREATIF DI GUNUNG API BATUR
No.
1.

Stakeholder
Pemerintah
Daerah

Peran
Perencanaan,
Pembangunan,
Pengeluaran
kebijakan,
Pembuatan dan
penegakan
peraturan.

Kepentingan
Membuat konsep
(master plan)
tentang
pengelolaan
industri kreatif di
Gunung Api
Batur, Bali

-

-

-

2.

Pelaku
Industri

Pelaksana
program
pemerintah
dalam
pengelolaan
industri kreatif.

3.

Masyarakat
Lokal

Pendukung
program
pemerintah dan
pelaku industri
kreatif.

Mengembangkan
industri kreatif di
Gunung Api
Batur, Bali dan
sebagai penyedia
produk industri
kreatif di Gunung
Api Batur, Bali
Dalam hal ini,
masyarakat lokal
hanya perlu
menjalankan
rutinitas
keseharian mereka
yang memiliki ciri
khas dan keunikan
yang tidak dimiliki
oleh masyarakat
daerah lain.

Tugas
Merencanakan program
kerja
Melaksanakan
pembangunan daerah yang
berhubungan dengan
industri kreatif yang telah
direncanakan sebelumnya
Mengeluarkan kebijakan
terhadap pelaku-pelaku
industri kreatif
Membuat peraturan yang
terkait dengan pengelolaan
industri kreatif yang ada di
Gunung Api Batur, Bali
Menciptakan produk
industri kreatif
Memasarkan hasil industri
kreatif
Mempromosikan hasil
produk industri kreatif yang
ada di Gunung Api Batur,
Bali
_

Sumber: Tim Peneliti DMO Gunung Api Batur 2012

61
3.

Kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Bangli Tentang
Kepariwisataan
Dalam kegiatan kepariwisataan di kawasan pariwisata Gunung Api
Batur, pihak Pemerintah Daerah Kabupaten Bangli memiliki sejumlah
kebijakan mengenai program pengembangan pariwisata di Daerah
Kabupaten Bangli berikut:
Tabel 4.10.

No.
1.

TABEL KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH KAB.
BANGLI TENTANG KEPARIWISATAAN

Kebijakan
Pengembangan Daya Tarik a.
dan Atraksi Wisata di Kab.
Bangli
b.

c.

d.

2.

Pengurangan Kesenjangan
Ekonomi dan Sosial dalam
Pembangunan
Kepariwisataan di Kab.
Bangli

a.

b.

c.
3.

Peningkatan Keamanan,
Kenyamanan dan Aspek
Kesehatan Kepariwisataan

a.
b.
c.
d.

4.

Peningkatan Sumber Daya
Manusia Kepariwisataan

a.
b.
c.
d.

Deskripsi
Mengidentifikasi obyek, daya tarik dan atraksi wisata
yang sudah, sedang dan belum berkembang sesuai
dengan jenisnya (alam, budaya dan minat khusus).
Meningkatkan kualitas obyek, daya tarik dan atraksi
wisata sesuai dengan potensi dan keunikannya melalui
peningkatkan sarana, prasarana serta upaya pembinaan
dan peningkatan SDM (Sumber Daya Manusia).
Meningkatkan peran serta masyarakat dalam
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pengembangan
obyek, daya tarik dan atraksi wisata dengan melibatkan
seluruh komponen yang bergerak di sub sektor
pariwisata.
Menjaga kelestarian daerah tujuan wisata dalam rangka
pengembangan pariwisata berkelanjutan melalui
pemeliharaan secara berkala.
Memeratakan pembangunan kepariwisataan di daerah
Bangli sesuai dengan potensi dan kemampuan masingmasing.
Mengembangkan
pariwisata
kerakyatan
(pengembangan desa wisata, eko wisata dan agro
wisata).
Mengembangkan pola kemitraan dalam pengembangan
pariwisata terutama antara swasta dan masyarakat.
Menciptakan keamanan daerah tujuan wisata dengan
melibatkan desa adat dan aparat keamanan.
Melaksanakan pembangunan kepariwisataan dengan
memperhati-kan aspek kelestarian lingkungan.
Mengupayakan pengelolaan limbah industri pariwisata,
Menjaga hygines dan sanitasi makanan dan minuman
yang disajikan kepada wisatawan.
Melaksanakan pendidikan dan latihan kepada aparat
pariwisata.
Melaksanakan pendidikan dan latihan kepada pengelola
daerah tujuan wisata.
Memberikan pembinaan kepada masyarakat dan swasta
yang bergerak di bidang pariwisata.
Melaksanakan studi banding ke daerah-daerah yang
pembangunan kepariwisataannya lebih maju.

Sumber: Assessment Baseline DMO Cluster Bali 2011

62
D.

DATA SEKUNDER
1.

Kabupaten Bangli
Kabupaten Bangli merupakan bagian dari Provinsi Bali bagian Utara,

dengan luas wilayah 520,81 Km² atau 9,25 % dari seluruh wilayah Provinsi
Bali. Secara administratif sendiri Kabupaten Bangli terbagi menjadi 4
Kecamatan dan 72 Desa yaitu:
a.

Kecamatan Bangli, dengan luas 56,3 Km², terdiri dari 9 desa atau
kelurahan;

b.

Kecamatan Susut dengan luas 49,3 Km², terdiri dari 9 desa;

c.

Kecamatan Tembuku dengan luas 48,3 Km², terdiri dari 6 desa;
dan

d.

Kecamatan Kintamani dengan luas 366,9 Km², terdiri dari 48
desa.

Kecamatan Kintamani yang menjadi fokus penilitian kami merupakan
salah satu dataran tinggi yang ada di Pulau Bali dengan kemiringan lereng
antara 30 – 70% dan merupakan daerah pegunungan yang berelief kasar.
Kondisi geologi dan litologi kawasan tersebut berupa endapan vulkanologi
muda dan tua.

Namun kawasan Kecamatan Kintamani pada umumnya

berhawa sejuk dengan temperatur udara berkisar antara 18ºC - 23ºC dengan
curah hujan tahunan 1.840 mm/th. Wilayah Kecamatan Kintamani juga
memiliki hutan negara sekitar 6.399,60 ha (35,72%) dan kebun seluas
1.350,10 Ha (7,53%) (RT/RW ODTWK Kintamani, 2007). Dari 48 Desa
yang ada dalam wilayah administrasi Kecamatan Kintamani, telah dibagi

63
kembali menjadi 15 Desa yang merupakan daerah kawasan wisata. Letak 15
Desa tersebut berada di sekitaran Gunung Api Batur dan Danau Batur.
Gunung Api Batur merupakan salah satu gunung merapi dari sekian
ratus gunung merapi yang masih aktif di Indonesia, terletak di Kecamatan
Kintamani, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali. Terletak di barat laut Gunung
Agung. Gunung ini memiliki kaldera berukuran 13,8 x 10 Km² dan
merupakan salah satu yang terbesar dan terindah di dunia (Van Bemmelen,
1949). Pematang kaldera tingginya berkisar antara 1267 m- 2152 m (puncak
Gunung Abang). Kaldera Gunung Api Batur diperkirakan terbentuk akibat
dua letusan besar 29.300 dan 20.150 tahun yang lalu. Gunung Api Batur
terdiri dari tiga kerucut gunung api dengan masing-masing kawahnya; Batur
I, Batur II, dan Batur III.
Kawasan pariwisata Gunung Api Batur secara geografis terletak pada
koordinat 08˚3’40” - 08˚50’48” LS dan 114˚25’53” - 115˚42’40” BT, dan
dibatasi oleh:
Tabel 4.11. BATAS WILAYAH KABUPATEN BANGLI

Utara

Timur

•Kab.Buleleng
•Kawasan Kaledra
Gunung Api
Batur

•Kab. Karangasem

Selatan
•Kab.Klungkung
•Kab. Gianyar

Barat
•Kab. Gianyar
•Kab. Badung
•Kab.Buleleng

Sumber: Disparda Kabupaten Bangli, Bali 2012.

64
2.

Visi-Misi Kabuaten Bangli
Sebagai salah satu sektor pembangunan Kabupaten Bangli, visi dan

misi pengembangan pariwisata Kabupaten Bangli khususnya pada wilayah
hinterland Kaldera Gunung Api Batur harus mengacu kepada visi
pembangunan Kabupaten Bangli, “Terwujudnya Masyarakat Bangli yang
Sejahtera,

Mandiri,

Terdidik

dan

Siap

Mengabdi

(sewyakirti)

berdasarkan Tri Hita Karana”. Selain itu, beberapa isu strategis utama
pembangunan Kabupaten Bangli juga bisa menjadi landasan pengembangan
pariwisata pada wilayah hinterland Kaldera Gunung Api Batur di Kabupaten
Bangli. Isu-isu strategis utama pembangunan Kabupaten Bangli Tersebut
adalah:
a.

Mewujudkan masyarakat Bangli yang tangguh dan unggul;

b.

Melestarikan kebudayaan Bali;

c.

Mewujudkan ketertiban dan keamanan masyarakat Bangli yang
berkeadilan dan demokratis;

d.

Mewujudkan masyarakat Bangli yang sejahtera dan mandiri;

e.

Mewujudkan Bangli yang asri dan lestari.
Sumber: Bali Assessment 2011.

65
3.

Kecamatan Kintamani
Terletak di dataran tinggi bagian utara Provinsi Bali, berjarak ±2 jam

dari Kota Denpasar. secara administrasi Kecamatan Kintamani terdiri dari 48
Desa, yaitu:
Tabel 4.12. DAFTAR 48 DESA YANG MENJADI BAGIAN DARI KEC.
KINTAMANI
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41

Kode
Pos
80652
80652
80652
80652
80652
80652
80652
80652
80652
80652
80652
80652
80652
80652
80652
80652
80652
80652
80652
80652
80652
80652
80652
80652
80652
80652
80652
80652
80652
80652
80652
80652
80652
80652
80652
80652
80652
80652
80652
80652
80652

Desa/
Kelurahan
Abang Songan*
Abuan
Awan
Bantang
Banua
Batu Dinding*
Batukaang
Batur Selatan*
Batur Tengah*
Batur Utara*
Bayungcerik
Bayunggede
Belancan
Belandingan
Belanga
Belantih
Binyan
Bonyoh
Buahan*
Bunutin
Catur
Daup
Dausa
Gunungbau
Katung
Kedisan*
Kintamani*
Kutuh
Langgahan
Lembean
Mangguh
Manikliyu
Mengani
Pengejaran
Pinggan*
Satra
Sekaan
Sekardadi
Selulung
Serahi
Siyakin

Kecamatan
Kintamani
Kintamani
Kintamani
Kintamani
Kintamani
Kintamani
Kintamani
Kintamani
Kintamani
Kintamani
Kintamani
Kintamani
Kintamani
Kintamani
Kintamani
Kintamani
Kintamani
Kintamani
Kintamani
Kintamani
Kintamani
Kintamani
Kintamani
Kintamani
Kintamani
Kintamani
Kintamani
Kintamani
Kintamani
Kintamani
Kintamani
Kintamani
Kintamani
Kintamani
Kintamani
Kintamani
Kintamani
Kintamani
Kintamani
Kintamani
Kintamani

DT2 Kota, Kabupaten
DT2

Kota, Kabupaten

Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.

Bangli
Bangli
Bangli
Bangli
Bangli
Bangli
Bangli
Bangli
Bangli
Bangli
Bangli
Bangli
Bangli
Bangli
Bangli
Bangli
Bangli
Bangli
Bangli
Bangli
Bangli
Bangli
Bangli
Bangli
Bangli
Bangli
Bangli
Bangli
Bangli
Bangli
Bangli
Bangli
Bangli
Bangli
Bangli
Bangli
Bangli
Bangli
Bangli
Bangli
Bangli

Provinsi
Bali
Bali
Bali
Bali
Bali
Bali
Bali
Bali
Bali
Bali
Bali
Bali
Bali
Bali
Bali
Bali
Bali
Bali
Bali
Bali
Bali
Bali
Bali
Bali
Bali
Bali
Bali
Bali
Bali
Bali
Bali
Bali
Bali
Bali
Bali
Bali
Bali
Bali
Bali
Bali
Bali

66
42
43
44
45
46
47
48

80652
80652
80652
80652
80652
80652
80652

Songan A*
Songan B*
Subaya
Sukawana
Suter*
Terunyan*
Ulian

Kintamani
Kintamani
Kintamani
Kintamani
Kintamani
Kintamani
Kintamani

Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.

Bangli
Bangli
Bangli
Bangli
Bangli
Bangli
Bangli

Bali
Bali
Bali
Bali
Bali
Bali
Bali

Sumber: Pengolahan Data dari “Kintamani Dalam Angka 2011

Tabel 4.13.
JUMLAH PENDUDUK PER DESA/KELURAHAN
BEDASARKAN JENIS KELAMIN DI 13 DESA KAWASAN
PARIWISATA GUNUNG API BATUR TAHUN 2010
Nama Desa
Batur Utara
Batur Selatan
Batur Tengah
Pinggan
Kintamani
Songan A
Songan B
Kedisan
Buahan
Trunyan
Suter
Abang Songan
Abang Batudinding
Jumlah

Laki-Laki

Jenis Kelamin
Perempuan

Jumlah

873
2479
1254
861
2704
2742
3568
858
903
1344
878
579
1139
20182

877
2700
1245
812
2721
2630
3484
882
819
1294
881
597
1246
20188

1750
5179
2499
1673
5425
5372
7052
1740
1722
2638
1759
1176
2385
40370

Sumber: Pengolahan Data dari “Kintamani Dalam Angka 2011”

4.

Kawasan Pariwisata Gunung Api Batur
Kawasan pariwisata Gunung Api Batur telah menjadi objek wisata

dunia sejak lama dimulai ketika masa penjajahan Belanda, pada masa ini
kawasan pariwisata Gunung Api Batur dikelompokkan menjadi 15 Desa yang
menjadi kawasan penyanggah kaldera Gunung Api Batur (Sumber: DMO Bali Assesment 2010). Dari 15 Desa tersebut merupakan bagian dari
Kecamatan Kintamani yang sering disebut kawasan pariwisata Kintamani
atau kawasan pariwisata Gunung Batur berikut desa-desa tersebut: Batur
Utara, Batur Selatan, Batur Tengah, Kintamani, Sukawana, Pinggan,
Belandingan, Songan A, Songan B, Trunyan, Kedisan, Buahan, Abang

67
Songan, Suter, dan Desa Abang Batu Dinding. Namun pada penelitian kali
ini Desa Sukawana dan Desa Belandingan tidak dapat dilakukan penelitian
mendalam berkaitan dengan bencana alam yang tengah dialami warga Desa
Belandingan, dan permasalahan teknis selama penelitian di Desa
Sukawana. Sehingga penelitian kali ini hanya melibatkan 13 Desa lainnya.
5.

Peraturan Daerah Kabupaten Bangli
Untuk memberikan arah kebijakan yang jelas dan panduan terhadap

pengembangan pariwisata di Kintamani dan Kabupaten Bangli pada
umumnya maka dipedomani berbagai peraturan dan perundang-undangan
yang berhubungan dengan bidang kepaariwisataan serta diterbitkan berbagai
peraturan daerah dan peraturan teknis lainnya.

Beberapa peraturan dan

perundang-undangan tesebut diantaranya:
a.

Undang-undang No 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan

b.

Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor PM.8597/HK501/MKP/2010 tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha
Pariwisata

c.

PERDA Provinsi Daerah Tk I Bali Nomor 14 Tahun 1989 tentang
Penyerahan sebagian urusan pemerintah propinsi daerah TK I
Bali di Bidang Kepariwisataan Kepada Daerah Tk II

d.

Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 16 tahun 2009 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah

e.

Peraturan Daerah Kabupaten Daerah TK II Bangli Nomor 4
Tahun 1990 tentang Retribusi Obyek Wisata

f.

Peraturan Bupati Bangli Nomor 14 Tahun 2007 tentang
pemberian izin pelayanan jasa pemanduan pendakian gununga
batur kintamani

g.

Keputusan Bupati Kepala Daerah Tk II Bangli Nomor 171 Tahun
1990 tentang penetapan obyek-obyek wisata

68
h.

Keputusan Bupati Kepala Daerah Tk. II Bangli Nomor 172
Tahun 1990 Tentang Retribusi Obyek wisata.

i.

Keputusan Bupati Kepala Daerah Tk. II Bangli Nomor 173
Tahun 1990 Tentang Penunjukan Dinas Pariwisata untuk
melaksanakan pungutan Retribusi Obyek wisata.

j.

Keputusan Bupati Kepala Daerah TK II Bangli Nomor 263
Tahun 1991 tentang penunjukkan Yayasan Tampuryang Batur
dan Yayasan Bintang Danu sebagai Petugas Pungutan Retribusi
Obyek Wisata

k.

Keputusan Bupati Kepala Daerah TK II Bangli Nomor 387
Tahun 1991 Tentang Penunjukan Panitia Pura Penulisan sebagai
Petugas Pungut Obyek Wisata Kawasan Penulisan.

l.

Keputusan Bupati Kepala Daerah TK II Bangli Nomor 405
Tahun 1992 Tentang Pungutan Retribusi obyek Wisata Di
Kabupaten Daerah TK II Bangli

m.

Keputusan Bupati Kepala Daerah TK II Bangli Nor 258 Tahun
1999 tentang penetapan tariff angkutan wisata motor boat di
Danau Batur

n.

Keputusan Bupati Kepala Daerah II Bangli Nomor 377 Tahun
1999 tentang pemberian Ijin Pengelolaan Pendakian Gunung
Batur Kintamani

o.

Keputusan Bupati Kepala Daerah II Bangli Nomor 377 A Tahun
1999 tentang Ijin Pelayanan Jasa Pemanduan Pendakian Gunung
Batur Kintamani

p.

Keputusan Bupati Kepala Daerah II Bangli Nomor 378 Tahun
1999 tentang penetapan tarif Jasa Pemandu Pendakian Gunung
Batur Kintamani

q.

Keputusan Bupati Bangli Nomor 232 Tahun 2001 tentang
perubahan ketiga atas keputusan bupati kepala daerah Tk II
Bangli Nomor 258 tahun 1999 tentang penetapan tarif angkutan
wisata motor boat di danau batur

69
r.

Keputusan Bupati Bangli Nomor 556.05/171/2001 tentang
penunjukan petugas pengelola dan daya Tarik Wisata di
Kabupaten Bangli

s.

Kesempatan Bersama Pemerintah Kabupaten Bangli dengan
Universitas Udayana Nomor 3 Tahun 2007, Nomor 1959/J14/Kl
04.01/2007 tentang implementasi Tri Dharma Perguruan Tinggi
Dalam Pengembangan kepariwisataan di Kabupaten Bangli.

t.

Keputusan Bupati Bangli Nomor 556.05/96/2009 tentang
Pembentukkan Panitia pelaksana Pembentukan Kelembagaan
Pengelola Kepariwisataan di Kabupaten Bangli.

u.

Keputusan

Bupati

Bangli

Nomor

660/130/2010

tentang

Pembentukan Tim Koordinasi Pengelolaan Kawasan Geopark
Gunungapi Batur Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli,
Provinsi Bali.
v.

Peraturan Daerah Kabupaten Bangli Nomor 7 Tahun 2010
tentang Retribusi Tempat rekreasi dan Olah Raga.

w.

Keputusan

Bupati

Bangli

Nomor

556/134/2010

tentang

Penunjukkan Petugas Pungut Retribusi Tempat Rekreasi dan
Olah Raga.

70
E.

DATA PRIMER: Resume Wawancara 13 Desa Kawasan
Pariwisata Gunung Api Batur
Data primer kami yang pertama berupa hasil wawancara dengan beberapa
Informan yang berfokus pada pedoman wawancara tentang Potensi Industri
Kreatif, berikut penjabarannya:
1.

Desa Batur Utara
Bedasarkan data hasil wawancara yang telah kami lakukan dengan

Perbekel dari Desa Batur Utara terdapat beberapa informasi mengenai
kondisi Desa Batur Utara.
Desa Batur Utara Mayoritas sumber mata pencaharian desa 5%
bergerak sebagai Petani, 5% sebagai Buruh, 20% sebagai Pegawai dan 70%
sebagai Wirausaha. Hasil pertaniannya yaitu Jeruk, Kopi, Sayur-Sayuran,
Terong Belanda. Sebagian besar dari warga desa Batur Utara menjadi
Wirausaha, seperti berjualan didaerah kawasan wisata seperti Panelokan dan
Daerah Pura Ulun Danu.
Dari Hasil wawancara dengan perbekel di Desa Batur Utara Memiliki
Beberapa Sumber Daya Alam yang Dapat di jadikan suatu Potensi Industri
Kreatif yaitu Pengembangan terong belanda, Terong Belanda merupakan
sejenis sayuran yang bisa tumbuh di kawasan dataran tinggi vulkano. Sayuran
ini sangat baik untuk diolah jadi lauk-pauk, beberapa Restoran Lokal di
kawasan Pariwisata Gunung Api Batur menyediakan menu ini, meskipun saat
ini terong belanda ini cukup langka pertumbuhannya. Beberapa tahun yang
lalu Desa ini juga diakui telah mendapatkan bantuan dalam Bentuk Mesin
untuk pengolahan Terong Belanda menjadi sauce, dan makanan olahan lain
berbahan Terong Belanda untuk dikembangkan. Selain Pengembangan

71
Terong Belanda Desa Batur Utara Terdapat Pengembangan Ikan Mujair, Ikan
Mujair di Desa Batur sendiri memiliki keunikan didalam pengolahannya,
karena di dalam bumbu yang dipakai untuk mengolah Ikan Mujair Tersebut
menggunakan Umbi-Umbian yang menjadi suatu ciri khas Kuliner dari Desa
Batur Utara.
Selain memiliki Sumber Daya Alam, Desa Batur Utara juga memiliki
banyak kesenian yang sering ditampilkan di Pura Ulun Danu, terutama ketika
acara-acara keagamaan umat Hindu. Mereka memiliki sanggar tersendiri
yang berada tepat dibelakang kantor Perbekel/Desa Batur Utara yang bisa
dijadikan sebagai daya tarik untuk menarik perhatian wisatawan.
Desa Batur Utara Terdapat wisata spiritual di Pura Ulun Danu, dan
pernah didatangi oleh orang-orang penting seperti, Presiden Soekarno,
Soeharto, dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pernah berkunjung ke
Pura Ulun Danu untuk berwisata spiritual disana.
Adanya Aktifitas Pasar yang menjadi ciri khas desa Batur Utara, seperti
adanya Pasar Besar yang diadakan setiap 3 hari sekali.
Dari Informasi Wawancara dari Perbekel bahwa terdapat kendala
dengan Kondisi Aktual di Desa Batur Utara yaitu untuk pengolahan terong
belanda memiliki kendala di dalam proses pengolahannya di karenakan
didalam produksi untuk mengolah terong belanda memerlukan biaya
operasional yang besar untuk mengoperasikan Kapasitas mesin Tersebut,
sedangkan Hasil Panen dari Terong Belanda Kurang Dari standar Kapasitas
Mesin.

72
Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali
Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali
Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali
Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali
Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali
Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali
Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali
Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali
Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali
Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali
Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali
Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali
Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali
Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali
Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali
Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali
Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali
Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali
Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali
Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali
Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali
Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali
Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali
Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali
Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali
Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali
Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali
Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali
Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali
Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali
Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali
Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali
Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali
Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali
Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali
Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali
Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali
Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali
Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali
Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali
Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali
Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali
Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali
Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali
Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali
Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali
Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali
Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali
Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali
Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali
Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali
Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali
Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali
Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali
Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali
Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali
Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali
Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali
Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali
Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali
Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali
Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali
Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali
Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali
Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali
Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali
Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali
Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali
Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali
Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali
Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali
Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali
Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali
Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali
Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali
Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali
Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali
Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali
Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali
Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali
Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali
Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali
Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali
Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali
Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali
Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali
Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali
Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali
Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali
Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali
Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali
Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali
Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali
Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali
Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

Contenu connexe

Similaire à Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

Pembuatan film wisata sebagai media promosi instagramable kecamatan harian b...
Pembuatan film wisata sebagai media promosi instagramable  kecamatan harian b...Pembuatan film wisata sebagai media promosi instagramable  kecamatan harian b...
Pembuatan film wisata sebagai media promosi instagramable kecamatan harian b...
samerdanta sinulingga
 
MENGEMBANGKAN-EKONOMI-KREATIF-BERDASARKAN-POTENSI-WILAYAH.pptx
MENGEMBANGKAN-EKONOMI-KREATIF-BERDASARKAN-POTENSI-WILAYAH.pptxMENGEMBANGKAN-EKONOMI-KREATIF-BERDASARKAN-POTENSI-WILAYAH.pptx
MENGEMBANGKAN-EKONOMI-KREATIF-BERDASARKAN-POTENSI-WILAYAH.pptx
heri santosa
 
Srini mutia r.
Srini mutia r.Srini mutia r.
Srini mutia r.
rinoarpa
 
Pengembanganekonomikreatifindonesia 120618023400-phpapp01
Pengembanganekonomikreatifindonesia 120618023400-phpapp01Pengembanganekonomikreatifindonesia 120618023400-phpapp01
Pengembanganekonomikreatifindonesia 120618023400-phpapp01
Operator Warnet Vast Raha
 

Similaire à Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali (20)

Pembuatan film wisata sebagai media promosi instagramable kecamatan harian b...
Pembuatan film wisata sebagai media promosi instagramable  kecamatan harian b...Pembuatan film wisata sebagai media promosi instagramable  kecamatan harian b...
Pembuatan film wisata sebagai media promosi instagramable kecamatan harian b...
 
Budaya Nasional dan Pariwisata Indonesia.pptx
Budaya Nasional dan Pariwisata Indonesia.pptxBudaya Nasional dan Pariwisata Indonesia.pptx
Budaya Nasional dan Pariwisata Indonesia.pptx
 
Bahan ajar
Bahan ajarBahan ajar
Bahan ajar
 
kreatif_pptx.pptx
kreatif_pptx.pptxkreatif_pptx.pptx
kreatif_pptx.pptx
 
bab 3 kelas 8.pptx
bab 3 kelas 8.pptxbab 3 kelas 8.pptx
bab 3 kelas 8.pptx
 
Tugas jurnal friska
Tugas jurnal friskaTugas jurnal friska
Tugas jurnal friska
 
20 OKTOBER 2023 (MATERI P5) EKONOMI KREATIF.pptx
20 OKTOBER 2023 (MATERI P5) EKONOMI KREATIF.pptx20 OKTOBER 2023 (MATERI P5) EKONOMI KREATIF.pptx
20 OKTOBER 2023 (MATERI P5) EKONOMI KREATIF.pptx
 
Forum ekonomi kreatif
Forum ekonomi kreatifForum ekonomi kreatif
Forum ekonomi kreatif
 
Meningkatkan Ekonomi Kreatif berbasis Digital untuk Mendorong Pariwisata DKI
Meningkatkan Ekonomi Kreatif berbasis Digital untuk Mendorong Pariwisata DKIMeningkatkan Ekonomi Kreatif berbasis Digital untuk Mendorong Pariwisata DKI
Meningkatkan Ekonomi Kreatif berbasis Digital untuk Mendorong Pariwisata DKI
 
Industri Kreatif Jawa Barat
Industri Kreatif Jawa BaratIndustri Kreatif Jawa Barat
Industri Kreatif Jawa Barat
 
MENGEMBANGKAN-EKONOMI-KREATIF-BERDASARKAN-POTENSI-WILAYAH.pptx
MENGEMBANGKAN-EKONOMI-KREATIF-BERDASARKAN-POTENSI-WILAYAH.pptxMENGEMBANGKAN-EKONOMI-KREATIF-BERDASARKAN-POTENSI-WILAYAH.pptx
MENGEMBANGKAN-EKONOMI-KREATIF-BERDASARKAN-POTENSI-WILAYAH.pptx
 
Sem_2.2.2 Pengembangan Ekonomi Kreatif.pptx
Sem_2.2.2 Pengembangan Ekonomi Kreatif.pptxSem_2.2.2 Pengembangan Ekonomi Kreatif.pptx
Sem_2.2.2 Pengembangan Ekonomi Kreatif.pptx
 
Peningkatan Pariwisata, Kemajuan Bagi Ekonomi Indonesia | Artikel Opini Intel...
Peningkatan Pariwisata, Kemajuan Bagi Ekonomi Indonesia | Artikel Opini Intel...Peningkatan Pariwisata, Kemajuan Bagi Ekonomi Indonesia | Artikel Opini Intel...
Peningkatan Pariwisata, Kemajuan Bagi Ekonomi Indonesia | Artikel Opini Intel...
 
Srini mutia r.
Srini mutia r.Srini mutia r.
Srini mutia r.
 
Bahan Presentasi KPND-KPML Final 1.ppt
Bahan Presentasi KPND-KPML Final 1.pptBahan Presentasi KPND-KPML Final 1.ppt
Bahan Presentasi KPND-KPML Final 1.ppt
 
PPT_AgraAfriGunawan_21102074.pdf
PPT_AgraAfriGunawan_21102074.pdfPPT_AgraAfriGunawan_21102074.pdf
PPT_AgraAfriGunawan_21102074.pdf
 
Pengembanganekonomikreatifindonesia 120618023400-phpapp01
Pengembanganekonomikreatifindonesia 120618023400-phpapp01Pengembanganekonomikreatifindonesia 120618023400-phpapp01
Pengembanganekonomikreatifindonesia 120618023400-phpapp01
 
Budaya tradisional sebagai potensi wisata dan eknmi kreatif
Budaya tradisional sebagai potensi wisata dan eknmi kreatifBudaya tradisional sebagai potensi wisata dan eknmi kreatif
Budaya tradisional sebagai potensi wisata dan eknmi kreatif
 
Sekilas PPKI 2011
Sekilas PPKI 2011Sekilas PPKI 2011
Sekilas PPKI 2011
 
1689-25377-1-PB.pdf
1689-25377-1-PB.pdf1689-25377-1-PB.pdf
1689-25377-1-PB.pdf
 

Plus de Chandra Daru Nusastiawan

Plus de Chandra Daru Nusastiawan (9)

Saung Angklung Udjo - Supply & Demand Analysis
Saung Angklung Udjo - Supply & Demand AnalysisSaung Angklung Udjo - Supply & Demand Analysis
Saung Angklung Udjo - Supply & Demand Analysis
 
Grand Hyatt Jakarta
Grand Hyatt JakartaGrand Hyatt Jakarta
Grand Hyatt Jakarta
 
entobuzz Company profile
entobuzz Company profileentobuzz Company profile
entobuzz Company profile
 
Impian jaya ancol shella
Impian jaya ancol   shellaImpian jaya ancol   shella
Impian jaya ancol shella
 
Standard Kompetensi Pramuwisata - Vitha octavanny (Skripsi)
Standard Kompetensi Pramuwisata - Vitha octavanny (Skripsi)Standard Kompetensi Pramuwisata - Vitha octavanny (Skripsi)
Standard Kompetensi Pramuwisata - Vitha octavanny (Skripsi)
 
Experential Marketing Saung Angklung UDJO Bandung - Syarifah zuhra (Skripsi)
Experential Marketing Saung Angklung UDJO Bandung - Syarifah zuhra (Skripsi)Experential Marketing Saung Angklung UDJO Bandung - Syarifah zuhra (Skripsi)
Experential Marketing Saung Angklung UDJO Bandung - Syarifah zuhra (Skripsi)
 
Silk Air - Bauran Produk (Skripsi)
Silk Air - Bauran Produk (Skripsi)Silk Air - Bauran Produk (Skripsi)
Silk Air - Bauran Produk (Skripsi)
 
Halmahera Timur - Sukmahwati (Skripsi)
Halmahera Timur - Sukmahwati (Skripsi)Halmahera Timur - Sukmahwati (Skripsi)
Halmahera Timur - Sukmahwati (Skripsi)
 
Garuda Indonesia Airlines - Skripsi
Garuda Indonesia Airlines - SkripsiGaruda Indonesia Airlines - Skripsi
Garuda Indonesia Airlines - Skripsi
 

Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali

  • 1. BAB I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kondisi aktual Ekonomi Kreatif di Indonesia saat ini telah banyak mengalami kemajuan dibandingkan beberapa tahun silam, seperti yang pertama terbukti dengan adanya beberapa pengakuan-pengakuan dari badan organisasi internasional; Indonesia, dinyatakan sebagai peringkat ke-39 dalam World Cultural Heritage menurut World Economic Forum (WEF), karena memiliki kekayaan alam yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber inspirasi oleh para pelaku Ekonomi Kreatif. Selain itu yang kedua Ekonomi Kreatif dapat tumbuh dengan baik di Indonesia di latar belakangi oleh beberapa faktor-faktor yang mendukung dan berpengaruh seperti keanekaragaman seni budaya yang dimiliki lebih dari 300 suku dan etnis Indonesia dapat dimanfaatkan untuk memperkaya konten karya para pelaku Ekonomi Kreatif. Selanjutnya yang ketiga adalah keadaan pasar dalam negeri yang sudah mulai tumbuh, terutama untuk subsektor film dan musik yang menjadi salah satu indikator dalam kajian ini. Munculnya industri perfilman mulai dari yang berskala lokal seperti yang terbiasa muncul dalam acara-acara Indie Movie Award, hingga film berskala Internasional seperti The Raid, Laskar Pelangi. Sedangkan industri musik ditandai dengan makin banyaknya penyewaan alat musik, studio, dan lainnya, di setiap daerah hingga pedesaan di Indonesia. Selain itu juga dapat dilihat banyaknya variasi alat musik yang digunakan maupun jenis musik yang mereka 1
  • 2. gunakan, seperti penggunaan bambu sebagai bahan dasar pembuatan alat musik, munculnya Event Organizer yang membuat konser-konser dengan skala Internasional seperti Java Jazz, Jazz Gunung di Gunung Bromo, konser Rihanna, dll. Lalu yang keempat adalah dari sekitar 237 juta jumlah penduduk Indonesia, 40% adalah pemuda dalam usia produktif yang berpotensi untuk mengembangkan Ekonomi Kreatif. Fakta yang kelima adalah Indonesia memiliki lebih dari 17.100 pulau dengan penduduk asli sebagai pemilik talenta kreatif yang berbasis kepada keunikan lokal sehingga dapat mengukuhkan eksistensi Indonesia di dunia. Sebagai gambaran lainnya dari kondisi Ekonomi Kreatif di Indonesia berikut adalah diagram dalam kaitannya peran serta Industri Kreatif bagi kegiatan perekonomian nasional. Gambar 1.1. GAMBARAN KONDISI EKONOMI KREATIF NASIONAL 2010 Sumber: Rencana Pengembangan Strategis Ekonomi Kreatif 2012-2014 2
  • 3. Menurut informasi dari hasil persentase Gambar 1.1. diatas menunjukan bahwa tingkat Kontribusi Produk Domestik Bruto (PDB) Industri Kreatif terhadap Produk Domestik Bruto nasional (7,29%) lebih unggul dibanding sektor: Listrik, Gas, dan Air Bersih (0,81%); Pengangkutan dan Komunikasi (6,34%); dan Keuangan, Real Estate, dan Jasa Perusahaan (6,16%). Sedangkan untuk hasil persentase mengenai Tingkat partisipasi tenaga kerja Industri Kreatif (7,9 %) lebih unggul dibanding sektor: Pertambangan dan Penggalian (1,16%); Listrik, Gas, dan Air Bersih (0,22%); Konstruksi (5,17%); Pengangkutan dan Komunikasi (5,18%); Keuangan, Real Estate, dan Jasa Perusahaan (1,47%). Untuk hasil persentase Pertumbuhan tenaga kerja Industri Kreatif (4,21%) lebih unggul dibanding sektor: Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (-0,28%); Konstruksi (1,93%); Perdagangan, Hotel, dan Restoran (2,48%); dan Pengangkutan dan Komunikasi (8,16%). Sedangkan hasil persentase Kontribusi Industri Kreatif terhadap jumlah perusahaan (7,11%) lebih unggul dibanding sektor: Pertambangan dan Penggalian (0,9%); Industri Pengolahan (5,72%); Listrik, Gas, dan Air Bersih (0,06%); Konstruksi (1,88%); Keuangan, Real Estate, dan Jasa Perusahaan (0,41%); dan Jasa Kemasyarakatan (6,28%). Serta hasil persentase untuk Pertumbuhan perusahaan Industri Kreatif (3,89%) lebih unggul dibanding sektor: Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (-0,28%); Konstruksi (1,93%); Perdagangan, Hotel, dan Restoran (2,48%); dan Pengangkutan dan Komunikasi (-8,16%). Destination Management Organization (DMO) adalah tata kelola destinasi pariwisata yang terstruktur dan sinergis yang mencakup fungsi koordinasi, perencanaan. Implementasi, dan pengendalian destinasi organisasi secara inovatif dan sistemik melalui pemanfaatan jejaring, informasi dan teknologi, yang 3
  • 4. terpimpin secara terpadu dengan peran serta masyarakat, pelaku/ asosiasi, industri, akademisi dan pemerintah yang memiliki tujuan, proses dan kepentingan bersama dalam rangka meningkatkan kualitas pengelolaan, volume kunjungan wisata, lama tinggal dan besaran pengeluaran wisatawan serta manfaat bagi masyarakat lokal. Menurut pengertian DMO diatas tim mengkaji potensi Industri Kreatif yang ada di kawasan pariwisata Gunung Batur dengan dasar pengelompokan 15 kategori Industri Kreatif yang dikeluarkan Departemen Perdaganan Republik Indonesia pada tahun 2007 dan diperbaharui dengan melibatkan subsektor “Kuliner” sekaligus menjadi acuan Rencana Pengembangan Strategis Ekonomi Kreatif 20122014 bagi Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia tahun 2012. Subsektor yang termasuk kedalam basis kreatif menurut Departemen Perdaganan Republik Indonesia yaitu; (1) Permainan Interaktif; (2) Penelitian dan Pengembangan; (3) Teknologi Informasi dan Piranti Lunak; (4) Arsitektur; (5) Desain; (6) Fesyen; (7) Kerajinan; (8) Pasar Barang Seni; (9) Seni Pertunjukan; (10) Kuliner; (11) Musik; (12) Penerbitan dan Percetakan; (13) TV dan Radio; (14) Video, Film, Fotografi; dan (15) Periklanan. Secara keseluruhan 15 subsektor diatas dibedakan kedalam 4 aspek bedasarkan ciri-ciri setiap subsektor, keempat aspek tersebut ialah; Media, Seni dan Budaya, Desain, dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IpTek). Selain itu juga terdapat 2 kategori lain bagi ke 15 subsektor tersebut, pembagian tersebut didasari oleh intensitas kebutuhan subsektor tersebut akan sumber daya yang ada. Pendekatan ini merupakan pengembangan dari pendekatan yang dilakukan Singapura oleh Toh, Choo & Ho (2003)24, yang mengelompokkan domain industri kreatifnya pada 3 elemen, yaitu: seni budaya, media dan desain. Elemen iptek tidak 4
  • 5. terdapat dalam studi tersebut, karena Singapura sebagai negara yang tergolong maju dalam pengembangan teknologi yang telah terintegrasi dalam pembangunan, sehingga diasumsikan tidak diperlukan penekanan khusus. Sedangkan dalam konteks Indonesia, masih terdapat kesenjangan yang tinggi dan beragam di berbagai wilayah nusantara dan segmen masyarakat dalam tingkat penguasaan teknologi maju. Atas dasar hal tersebut, maka aspek Iptek memerlukan penekanan khusus sebagai substansi dominan pada industri kreatif tertentu. Industri Kreatif erat kaitannya dengan wirausahaan/ entrepreneurship, karena Industri Kreatif yang dibangkitkan oleh ide-ide yang terletak di persimpangan antara seni (kreativitas artistik), bisnis (entrepreneurship) sehingga berpotensi menciptakan lapangan pekerjaan. Selain itu potensi yang dimiliki suatu kawasan untuk mengembangkan Industri Kreatif tidak hanya terbatas dari ketersediaan hardware seperti restoran, café, tempat belanja, dan tempat hiburan lain. Aspek software juga menjadi daya tarik bagi pengembangan Industri Kreatif seperti warisan seni dan kerajinan lokal, lansekap kawasan, tradisi budaya setempat, keberadaan event seperti festival. Sayangnya meskipun kawasan pariwisata Gunung Api Batur memiliki potensi pengembangan destinasi yang tinggi, didukung dengan keindahan alam yang baik, kondisi aktual di kawasan pariwisata Gunung Api Batur kurang begitu baik, kondisi perindustriannya tumbuh dengan lambat, belum ada pendataan Industri Kreatif secara khusus, sedangkan konsep Industri Kreatif sendiri bermanfaat bagi perekonomian menengah kebawah, dimana pada umumnya industri ini berskala Industri Sedang hingga Industri Kerajinan Rumah Tangga. Berikut data industri yang ada di kawasan pariwisata Gunung Api Batur: 5
  • 6. Tabel 1.1. TABEL BANYAKNYA PERUSAHAAN INDUSTRI MENURUT KLASIFIKASI PER DESA DI KECAMATAN KINTAMANI TAHUN 2010 Industri Besar Industri Sedang Industri Kecil Industri Kerajinan Rumah Tangga Batur Utara Batur Selatan Batur Tengah Pinggan Kintamani Songan A Songan B - - - 14 28 - Kedisan Buahan Trunyan Suter - - 2 4 16 244 Abang Songan Abang Batudinding - - 6 24 187 Desa/Kelurahan Jumlah 12 Sumber: Kecamatan Kintamani Dalam Angka 2011 513 Berdasarkan Tabel 1.1. diatas diketahui bahwa mayoritas industri yang tumbuh di kawasan pariwisata Gunung Api Batur adalah Industri Kerajinan Rumah Tangga yang di dominasi oleh Desa Suter dan Abang Batudinding dengan jumlah 244 dan 187 wirausahawan yang ada. Sedangkan Industri Kecil masih sangat sedikit yang ada yaitu hanya ada di Desa Abang Batudinding, Suter, dan Buahan. Industri Besar dan Industri Sedang belum ada di kawasan pariwisata Gunung Api Batur. Berangkat dari data dan persentase diatas, tim peneliti mendapat gambaran bahwa Indonesia memiliki potensi Industri Kreatif di beberapa sektor yang lebih unggul dibandingkan dengan sektor lainnya yang ada di Indonesia. Serta menjadikan hal tersebut sebagai landasan penelitan Industri Kreatif di kawasan pariwisata Gunung Api Batur, Bali. 6
  • 7. Sedangkan kondisi kawasan pariwisata Gunung Api Batur sebagai salah satu ODTW yang telah dikenal sejak dulu karena memiliki keindahan alam yang baik, hawa yang sejuk khas pegunungan, Gunung Api Batur yang menarik untuk diketahui, juga Danau Batur yang memberikan warna kontras terhadap lingkungan sekitarnya. Berbagai Aktivitas Wisata muncul di tempat tersebut, saat ini DMO telah menentukan 15 Desa yang menjadi daerah penyanggah kegiatan pariwisata yang ada di kawasan pariwisata Gunung Api Batur, Bali. Aktivitas Wisata timbul dengan berbagai macam sebab dan akibat, salah satunya dengan adanya objek wisata, lalu adapula karena tumbuhnya Industri Kreatif maupun sebaliknya, yaitu kegiatan Industri Kreatif yang dipicu oleh adanya Aktivitas Wisata disekitarnya. Dari keseluruhan pembahasan diatas peneliti tertarik untuk mengetahui potensi industri kreatif yang ada di kawasan pariwisata Gunung Api Batur dengan judul penelitian: “Potensi Industri Kreatif yang Mendukung Kegiatan Pariwisata di Kawasan Gunung Api Batur, Bali”. B. RUMUSAN MASALAH DAN PEMBATASAN MASALAH 1. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah yang menjadi pembahasan dalam penulisan ini adalah “Sejauhmana Potensi Industri Kreatif yang Mendukung Kegiatan Pariwisata di Kawasan Gunung Batur, Bali”. 2. Pembatasan Masalah Dalam penelitian ini, tim peneliti membatasi aspek yang diteliti dari Industri Kreatif yaitu empat aspek utama; Media, Seni Budaya, Desain, dan 7
  • 8. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IpTek) yang terdapat di kawasan pariwisata Gunung Api Batur, Bali. Lokasi penelitian Industri Kreatif ini dilaksanakan di 13 (tiga belas) Desa dari 15 (lima belas) Desa yang termasuk dalam kawasan pariwisata Gunung Api Batur, Bali. Hal ini dikarenakan adanya bencana alam dan kendala teknis selama dilapangan, sehingga secara terpaksa tim meniadakan penelitian ke desa-desa tersebut, yaitu Desa Sukawana dan Desa Belandingan. Selain itu tim peneliti membatasi penelitian tentang Aktivitas Wisata di kawasan Gunung Api Batur bedasarkan data temuan tentang Industri Kreatif, yang oleh tim di analisis menjadi beberapa temuan potensi Aktivitas Wisata yang muncul dari kegiatan Industri Kreatif tersebut dengan melakukan pemetaan di 13 Desa. Dalam pengkajian Pengelolaan Industri Kreatif, peneliti hanya menganalisa sudah atau belum dikelolanya Potensi Industri Kreatif yang mendukung kegiatan pariwisata di kawasan Gunung Api Batur. Lalu membandingkan kondisi yang menjadi sasaran dengan kondisi aktual dari peran para stakeholders terkait. 8
  • 9. C. IDENTIFIKASI MASALAH Adapun permasalahan yang tim teliti melalui beberapa identifikasi masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana kondisi Potensi Industri Kreatif yang terdapat di kawasan pariwisata Gunung Api Batur, Bali? 2. Bagaimana kondisi Aktifitas Wisata di kawasan pariwisata Gunung Api Batur, Bali? 3. Bagaimana kondisi Pengelolaan Industri Kreatif di kawasan pariwisata Gunung Api Batur, Bali? D. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 1. Tujuan a. Tujuan Formal: Meningkatkan kompetensi mahasiswa di bidang penelitian pemikiran logis, sistematis dan metodologi, dan juga sebagai pengalaman sebelum men proyek akhir. Selain itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana penerapan prinsip-prinsip DMO di kawasan Pariwisata Gunung Batur, Bali. b. Tujuan Operasional: 1) Mengetahui potensi Industri Kreatif yang telah ada di kawasan pariwisata Gunung Batur, Bali. 2) Mengetahui Aktivitas Wisata yang dapat dilakukan yang ada di kawasan pariwisata Gunung Api Batur, Bali. 9
  • 10. 3) Mengetahui bagaimana Pengelolaan Industri Kreatif yang ada di kawasan pariwisata Gunung Api Batur, Bali. 2. Manfaat Penulisan ini diharapkan bermanfaat bagi para rekan-rekan mahasiswa yang ingin mengetahui bagaimana kondisi aktual, nyata, tentang penelitian di bidang pariwisata khususnya tentang Industri Kreatif, Aktivitas Wisata, dan sudah atau belum dikelolanya di Kawasan Pariwisata Gunung Batur. Sebagai sumber awal untuk perencanaan baik itu pengembangan produk wisata, usaha atau bisnis, pemetaan industri, maupun perencanaan lain yang terkait. Selain itu penulisan ini memberikan informasi dan rekomendasi tentang potensi industri kreatif yang menyokong kegiatan pariwisata di Kawasan Pariwisata Gunung Batur bagi Destination Management Organization (DMO), Masyarakat Bali dan Kecamatan Kintamani khususnya, para pelaku usaha, para pemangku kepentingan, dan Stakeholders lainnya. 10
  • 11. E. LOKASI PENELITIAN Lokasi Penelitian berada di kawasan Pariwisata Gunung Batur, Kabupaten Bangli, Kecamatan Kintamani, Provinsi Bali, Indonesia. Meliputi 13 Desa dari 48 Desa yang secara administrasi terdaftar dalam GAMBAR 1.2. LOGO KAB. BANGLI Sumber: Disparda Kabupaten Bangli 2012 Tabel 1.2. Kecamatan Kintamani. Berikut adalah 13 Desa yang menjadi lokasi penelitian: TABEL DAFTAR DESA YANG MENJADI LOKUS STUDI Wilayah I Wilayah II Wilayah III Wilayah IV Wilayah V Desa Batur Utara Desa Pinggan Desa Songan A Desa Kedisan Desa Suter Desa Batur Selatan Desa Kintamani Desa Songan B Desa Buahan Desa Abang Songan Desa Batur Tengah - - Desa Trunyan Desa Abang Batudinding Sumber: Disparda Kabupaten Bangli 2012 F. KETERBATASAN PENELITIAN Keterbatasan penelitian merujuk kepada suatu keadaan yang tidak bisa dihindari dalam melakukan suatu penelitian. Adapun keterbatasan tim peneliti dalam penelitian ini adalah: 1. Keterbatasan Informasi Adanya event keagamaan (Hindu) yang berlangsung selama penelitian dilaksanakan, yang menghambat tim peneliti untuk melakukan observasi. Salah satunya disebabkan oleh aktivitas seluruh masyarakat maupun instansi-instansi terkait di Kecamatan Kintamani disibukkan oleh acara tersebut. 11
  • 12. 2. Keterbatasan Data Tim Peneliti mengalami beberapa hambatan dalam pengumpulan data dilapangan karena beberapa kendala teknis di lapangan. G. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL Berdasarkan buku Rencana Pengembangan Strategis Ekonomi Kreatif 2012- 2014 yang dikeluarkan oleh Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif tahun 2012, tim menyimpulkan 2 dimensi yaitu (1) Subtansi Dominan, dan (2) Intensitas Sumber Daya yang masing‐masing dimensi memiliki 3 dan 4 komponen. Substansi dominan pada suatu subsektor industri kreatif, dapat dibedakan menjadi 4 (empat) aspek yang menjadi ciri‐cirinya yaitu: 1. Media Subsektor tersebut menghasilkan barang/jasa yang mengandalkan media yang digunakan untuk menampil kontennya untuk menghasilkan nilai. 2. Seni dan Budaya Subsektor tersebut menghasilkan barang/jasa yang mengandalkan kandungan seni dan budaya yang terdapat di dalamnya untuk menghasilkan nilai. 3. Desain Subsektor tersebut menghasilkan barang/jasa yang mengandalkan aspek perancangan/desain untuk menghasilkan nilai tambah (value‐ added). 12
  • 13. 4. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IpTek) Subsektor tersebut menghasilkan barang/jasa mengandalkan pengunaan teknologi berbasis pengetahuan (knowledge) sebagai sarana penciptaannya untuk menghasilkan nilai tambah (value‐added). Sedangkan Substansi Dominan memiliki komponen Intangible Based, dan Tangible Based yang maksudnya adalah kategori Industri Kreatif yang berbasis sumber daya kasat mata. Dikatakan kasat mata karena melakukan kegiatan produksi yang mengandalkan sumber daya berwujud fisik, dan produk yang dijualnyapun nampak wujud fisiknya. Lalu Intangible Based sendiri merupakan Industri Kreatif yang mengandalkan sepenuhnya kreativitas sebagai sumber daya utama dan dikategorikan sebagai industri yang berbasis sumber daya yang tidak kasat mata. 13
  • 14. H. AGENDA KERJA PENELITIAN Tabel 1.3. No 1 2 3 4 TABEL AGENDA KERJA PENELITIAN Tahapan Kegiatan Durasi Penyusunan Kerangka Acuan Tugas dan Pembahasan Penyusunan Proposal dan Laporan Pendahuluan Seminar Internal Proposal dan Laporan Pendahuluan & Perbaikan Survei dan Observasi Lapangan 5 Penyusunan Laporan Sementara dan Laporan Rancangan Rampung 6 Seminar Internal Laporan Sementara dan Laporan Rancangan Rampung Output 1 Minggu 2 Minggu 3 Hari Penentuan Lokus Penelitian dan Pembagian Kelompok Proposal/ Laporan Pendahuluan 2 Minggu 2 Minggu Data Primer dan Sekunder 1 Hari Materi Presentasi,Revisi, Input Laporan Sementara dan Laporan Rancangan Rampung Materi Presentasi, Input, Revisi Sumber: Tim Peneliti DMO-PIP Gunung Batur, Bali 2012 I. ORGANISASI PENELITIAN Adapun susunan tim peneliti adalah sebagai berikut: Tabel 1.4. TABEL SUSUNAN TIM PENELITI Susunan Tim Penanggung Jawab Direktorat Pengembangan Destinasi Pariwisata Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Ketua Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung Seluruh Puket dan Kabag STP Bandung Pengarah Koordinator Penelitian Sekretaris Koordinator Penelitian Pembimbing Penelitian Supervisor Penelitian Kepala Bagian Perencanaan dan Hukum Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata. Faisal, MM.Par Dra. Cucu Kurniati Faisal, MM.Par Ina Veronika Ginting, S.Sos. Drs. Samsudin Sulaiman, Apt. I Nyoman Mertha (Fasilitator DMO Wilayah Bali, Dosen STP Bali) Susunan Tim Peneliti Chandra Daru Nusastiawan Dyar Septiani Noviescha Alvionira Sharon Trifena Tamnge Syarifah Zuhra Yudi Hamdani Sumber: Tim Peneliti DMO-PIP Gunung Batur, Bali 2012 14
  • 15. J. SISTEMATIKA PENULISAN LAPORAN Adapun sistematika penulisan dalam penyusunan Laporan ini disusun berdasarkan sistematika berikut: Tabel 1.5. No. BAB 1 BAB I Pendahuluan SISTEMATIKA PENULISAN LAPORAN KONTEN Mencakup pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan dan pembatasan masalah, identifikasi masalah, tujuan dan mafaat penelitian, lokasi penelitian, keterbatasan penelitian, organisasi penelitian, agenda kerja penelitian dan sistematika penulisan laporan. BAB II Tinjauan Teori/Konsep Mencakup tinjauan teori/konsep yang digunakan tim peneliti yang terdiri dari telaahan literature, konsep-konsep teoritis yang digunakan sebagai kerangka/landasan/acuan dalam rangka menganalisis serta menjawab pertanyaan dari masalah penelitian yang dibuat sebelumnya. Pada beberapa teori ini dapat berarti membandingkan, menggabungkan, memperjelas serta merumuskan landasan teoritis yang digunakan tim peneliti disertai alasan serta argumentasinya. 3 BAB III Metodologi Penelitian Mencakup metodologi penelitian yang terdiri dari paradigma penelitian, pola pikir penelitian, metode yang digunakan dalam penelitian, teknik dan alat pengumpulan data, unit analisis, teknik dan alat analisis, serta Matriks Operasional Variable (MOV). 4 BAB IV Tinjauan Umum dan Data Temuan Mencakup tinjauan umum berdasarkan data dari penelitian sebelumnya dan data temuan berdasarkan temuan yang diemukan tim peneliti pada saat di lapangan. Data temuan ini berupa data sekunder dan primer, serta penjabaran hasil wawancara dan checklist. 5 BAB V Pembahasan Berisi pembahasan dari data temuan yang berdasarkan pada teori yang digunakan tim peneliti dalam penelitian. 6 BAB VI Kesimpulan dan Rekomendasi Mencakup kesimpulan dan rekomendasi bagi stakeholders dan DMO. 2 Sumber: Tim Peneliti DMO-PIP Gunung Batur, Bali 2012 15
  • 16. BAB II. KONSEP TEORI A. EKONOMI KREATIF 1. Defisi Ekonomi “Ekonomi merupakan salah satu ilmu sosial yang mempelajari aktivitas manusia yang berhubungan dengan produksi, distribusi, dan konsumsi terhadap barang dan jasa.”. Sumber: id.wikipedia.org. 23 Mei 2012. 2. Definisi Kreativitas “Kreativitas adalah proses dimana ide-ide asli dihasilkan. Namun demikian, karakteristik kreativitas dalam berbagai bidang usaha manusia bisa setidaknya diartikulasikan”. Sumber: UNCTAD, Creative Economy Report (2008:9). 3. Definisi Ekonomi Kreatif “Ekonomi Kreatif merupakan era ekonomi baru yang mengintensifkan informasi dan kreativitas dengan mengandalkan ide dan stock of knowledge dari sumberdaya manusianya sebagai faktor produksi utama dalam kegiatan ekonominya”. Sumber: Kementerian Perdagangan 2009. 16
  • 17. B. INDUSTRI KREATIF 1. Definisi Industri Istilah industri berasal dari bahasa Latin, yaitu industri yang artinya buruh atau tenaga kerja. Dewasa ini, istilah industri sering digunakan secara umum dan luas, yaitu semua kegiatan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dalam rangka mencapai kesejahteraan. Sumber: http:id.wikipedia.org/wiki/ekonomi. 23 Mei 2012. a. Jenis /Macam Industri Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja 1) Industri Rumah Tangga Adalah industri yang jumlah karyawan/tenaga kerja berjumlah antara 1-4 orang. 2) Industri Kecil Adalah industri yang jumlah karyawan/tenaga kerja berjumlah antara 5-19 orang. 3) Industri Sedang atau Menengah Adalah industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja berjumlah antara 20-99 orang. 4) Industri Besar Adalah industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja berjumlah antara 100 orang atau lebih. 2. Definisi Industri Kreatif Industri kreatif didefinisikan sebagai industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, keterampilan serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan dengan menghasilkan 17
  • 18. dan memberdayakan daya kreasi dan daya cipta individu tersebut. Sumber: Kementerian Perdagangan 2009 United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD) mendefinisikan Industri Kreatif; a. Adalah siklus penciptaan, produksi dan distribusi barang dan jasa yang menggunakan kreativitas dan modal intelektual sebagai masukan/modal utama; b. Merupakan serangkaian kegiatan yang didasari pengetahuan, yang berfokus pada seni tetapi tidak terbatas hanya pada seni, berpotensi menghasilkan keuntungan dari perdagangan dan hak kekayaan intelektual; c. Terdiri dari produk berwujud dan tidak berwujud intelektual atau seni jasa dengan konten kreatif, nilai ekonomi dan tujuan pasar; d. Berada di jalan lintas antara, jasa tukang dan industri sektor, dan merupakan sektor dinamis baru dalam perdagangan dunia. Adapun penggolongan komponen Industri Kreatif di Indonesia berikut pengelompokkannya: 18
  • 19. Gambar 2.1. GAMBAR PENGELOMPOKKAN SUBSEKTOR INDUSTRI KREATIF Arsitektur Teknologi Informasi dan Piranti Lunak Intangible TV dan Radio Desain Periklanan Permainan Interaktif Musik Seni Pertunjukan Penerbitan dan Percetakan Tangible Intensitas Sumber Daya Film, Video, Fotografi Riset dan Pengembangan Pasar Barang Seni Fesyen Kuliner Kerajinan Media Seni Budaya Desain Subtansi Dominan IpTek Sumber: Rencana Pengembangan Strategis Ekonomi Kreatif 2012-2014 Berikut ini adalah pengertian dari 15 subsektor yang termasuk ke dalam industri kreatif: Tabel 2.1. No. TABEL DAFTAR DARI 15 SUBSEKTOR DALAM INDUSTRI KREATIF Subsektor 1. Periklanan 2. Arsitektur 3. Pasar Barang Seni Pengertian Kegiatan kreatif yang berkaitan jasa periklanan (komunikasi satu arah dengan menggunakan medium tertentu), yang meliputi proses kreasi, produksi dan distribusi dari iklan yang dihasilkan. Misalnya: Riset pasar, perencanaan komunikasi iklan, iklan luar ruang, produksi material iklan, promosi, kampanye relasi publik, tampilan iklan di media cetak (surat kabar, majalah) dan elektronik (televisi dan radio), pemasangan berbagai poster dan gambar, penyebaran selebaran, pamflet, edaran, brosur dan reklame sejenis, serta penyewaan kolom untuk iklan. Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan jasa desain bangunan, perencanaan biaya konstruksi, konservasi bangunan warisan, pengawasan konstruksi baik secara menyeluruh dari level makro (Town planning, urban design, landscape architecture) sampai dengan level mikro. Misalnya: Detail konstruksi, arsitektur taman, desain interior). Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan perdagangan barang‐barang asli, unik dan langka serta memiliki nilai estetika seni yang tinggi melalui lelang, galeri, toko, pasar swalayan, dan internet. Misalnya: Alat musik, percetakan, kerajinan, automobile, film, seni rupa. 19
  • 20. Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi dan distribusi produk yang dibuat dihasilkan oleh tenaga pengrajin yang berawal dari desain awal sampai dengan proses penyelesaian produknya. Meliputi barang kerajinan yang terbuat dari: Batu berharga, serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu, logam (emas, perak, tembaga, perunggu, besi) kayu, kaca, porselin, kain, marmer, tanah liat, dan kapur. Produk kerajinan pada umumnya hanya diproduksi dalam jumlah yang relatif kecil (bukan produksi massal). Kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain grafis, desain interior, desain produk, desain industri, konsultasi identitas perusahaan dan jasa riset pemasaran serta produksi kemasan dan jasa pengepakan. Kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain pakaian, desain alas kaki, dan desain aksesoris mode lainnya, produksi pakaian mode dan aksesorisnya, konsultansi lini produk fesyen, serta distribusi produk fesyen. Kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi produksi, distribusi. Termasuk didalamnya pengembangan menu, cita rasa, komposisi, ukuran, Kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi produksi video, film, dan jasa fotografi, serta distribusi rekaman video dan film. Termasuk di dalamnya penulisan skrip, dubbing film, sinematografi, sinetron, dan eksibisi film. Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi, dan distribusi permainan komputer dan video yang bersifat hiburan, ketangkasan, dan edukasi. Subsektor permainan interaktif bukan didominasi sebagai hiburan semata‐mata tetapi juga sebagai alat bantu pembelajaran atau edukasi. Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi/komposisi, pertunjukan, reproduksi, dan distribusi dari rekaman suara. Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan usaha pengembangan konten, produksi pertunjukan (misal: pertunjukan balet, tarian tradisional, tarian kontemporer, drama, musik tradisional, musik teater, opera, termasuk tur musik etnik), desain dan pembuatan busana pertunjukan, tata panggung, dan tata pencahayaan. 4. Kerajinan 5. Desain 6. Fesyen 7. Kuliner 8. Video, Film dan Fotografi 9. Permainan Interaktif 10. Musik 11. Seni Pertunjukan 12. Penerbitan dan Percetakan Kegiatan kreatif yang terkait dengan dengan penulisan konten dan penerbitan buku, jurnal, koran, majalah, tabloid, dan konten digital serta kegiatan kantor berita dan pencari berita. Subsektor ini juga mencakup penerbitan perangko, materai, uang kertas, blanko cek, giro, surat andil, obligasi surat saham, surat berharga lainnya, passport, tiket pesawat terbang, dan terbitan khusus lainnya. Juga mencakup penerbitan foto‐foto, grafir (engraving) dan kartu pos, formulir, poster, reproduksi, percetakan lukisan, dan barang cetakan lainnya, termasuk rekaman mikro film. 13. Layanan Komputer dan Piranti Lunak 14. Televisi dan Radio 15. Riset dan Kegiatan kreatif yang terkait dengan pengembangan teknologi informasi termasuk jasa layanan komputer, pengolahan data, pengembangan database, pengembangan piranti lunak, integrasi sistem, desain dan analisis sistem, desain arsitektur piranti lunak, desain prasarana piranti lunak dan piranti keras, serta desain portal termasuk perawatannya. Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan usaha kreasi, produksi dan acara televisi (seperti games, kuis, reality show, infotainment, dan lainnya), penyiaran, dan transmisi konten acara televisi dan radio, termasuk kegiatan station relay (pemancar) siaran radio dan televisi. Kegiatan kreatif yang terkait dengan usaha inovatif yang menawarkan 20
  • 21. Pengembangan penemuan ilmu dan teknologi dan penerapan ilmu dan pengetahuan tersebut untuk perbaikan produk dan kreasi produk baru, proses baru, material baru, alat baru, metode baru, dan teknologi baru yang dapat memenuhi kebutuhan pasar; termasuk yang berkaitan dengan humaniora seperti penelitian dan pengembangan bahasa, sastra, dan seni; serta jasa konsultansi bisnis dan manajemen. Sumber: Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2025 C. PARIWISATA 1. Definisi Pariwisata Pariwisata juga didefinisikan oleh beberapa tokoh lain di Indonesia. Seperti menurut Nyoman S. Pendit (2003:32), “Pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi dan penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standar hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktif lainnya. Selanjutnya sebagai sektor yang kompleks, ia juga merealisi idustri-industri klasik seperti industri kerajinan tangan dan cinderamata. Penginapan dan transportasi secara ekonomis juga dipandang sebagai industri.” Dengan berbagai definisi mengenai pariwisata, maka pemerintah menetapkan definisi pariwisata itu sebagai “Berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah.”. Sumber: Undang-Undang No. 10 Tahun 2009. Suwardjoko P. Warpani, Indira P. Warpani (2007:5-6) kemudian mengemukakan empat faktor yang menjadi dasar pengertian pariwisata yang murni, yaitu: 21
  • 22. a. Perjalanan dilakukan untuk sementara waktu, sekurangkurangnya 24 jam dan kurang dari 1 tahun. b. Perjalanan dilakukan dari suatu tempat ke tempat lain. c. Apapun bentuknya, perjalanan harus selalu dikaitkan dengan pertamasyaan atau rekreasi. d. Orang yang melakukan perjalanan tersebut tidak mencari nafkah di tempat yang dikunjunginya dan semata-mata menjadi konsumen di tempat tersebut. Berdasarkan data yang diperoleh, Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia juga menetapkan angka lama perjalan untuk kunjungan wisata yaitu tidak lebih dari 6 bulan dengan jarak tempuh paling sedikit 100 km. Sumber: Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, 2003:1 – 6). D. PARIWISATA KREATIF Menurut Ohriska-Olson 2010 dalam buku “Creative Tourism Business Model and Its Application in Bulgaria” oleh Rossitza Ohridska-Olson and Stanislav Ivanov Pariwisata kreatif adalah bentuk budaya pariwisata. Sedangkan UNESCO menjabarkan bahwa “Perjalanan yang diarahkan kepada penyatuan pengalaman nyata, dengan pembelajaran yang partisipatif di bidang seni, warisan budaya, atau karakteristik khusus dari suatu tempat, dan menciptakan suatu hubungan dengan mereka yang tinggal di tempat ini, serta menciptakannya budaya yang hidup”. Teori lain mengatakan; "Creative Tourism is tourism related to community development for a sustainable way of life. The activities provided had to be 22
  • 23. harmonious and connected to history, culture, and way of life in terms of learning and experience. Tourists gain experience and knowledge from the real life of the communities they visit.”. Sumber: http://www.creativetourism.com/en/c_main/about.html. UNESCO juga mendefinisikan arti pariwisata kreatif itu kedalam hal pengorganisiran kegiatan belajar dari pengalaman langsung seperti berpartisipasi dalam kegiatan dan berinteraksi dengan orang lokal. Tujuannya agar wisatawan pengunjung tidak hanya pasif, tetapi mereka menjadi anggota aktif dari masyarakat lokal. Pariwisata kreatif adalah cara baru untuk bepergian. Pariwisata kreatif dapat lebih berarti dari sekedar menghabiskan waktu santai, atau hanya berjalan-jalan mengunjungi museum, wisata alam dan situs sejarah. E. AKTIVITAS WISATA Menurut Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan Bab I Pasal 1; dinyatakan bahwa wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata. Pengertian wisata itu mengandung unsur yaitu: (1) Kegiatan perjalanan; (2) Dilakukan secara sukarela; (3) Bersifat sementara; (4) Perjalanan itu seluruhnya atau sebagian bertujuan untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata. Menurut Drs. Oka A. Yoeti (1996: 178), hal yang terpenting agar usaha pengembangan sekaligus pengelolaan obyek dan daya tarik wisata dapat menarik dan memotivasi untuk berkunjung adalah dengan terpenuhinya tiga syarat utama yang harus dimiliki objek wisata, yaitu: 23
  • 24. 1. Something to do, yaitu sesuatu kegiatan yang dapat dilakukan. 2. Something to see, yaitu sesuatu hal yang dapat dilihat. 3. Something to buy, yaitu sesuatu yang dapat dibeli. Unsur yang sangat menentukan berkembangnya industri pariwisata adalah objek wisata dan atraksi wisata. Kedua unsur ini merupakan salah satu alasan pengunjung melakukan perjalanan. Atau dalam arti lain objek wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisatawan. Secara pintas produk wisata memiliki arti yang sama, namun sebenarnya berbeda secara prinsipil. Objek wisata adalah semua hal yang menarik untuk dilihat dan dirasakan oleh wisatawan yang bersumber pada alam, sedangkan atraksi wisata adalah sesuati yang menarik untuk dilihat, dinikmati dan dirasakan oleh wisatawan yang dibuat oleh manusia yang memerlukan persiapan terlebih dahulu. Dalam pengertian secara lengkap, objek wisata dan atraksi wisata merupakan segala sesuatu yang terdapat di Daerah Tujuan Wisata (DTW) yang merupakan daya tarik agar orang datang ke tempat tersebut. Daya tarik wisata disebut juga sebagai objek wisata yang menjadi pendorong kehadiran wisatawan ke daerah tujuan wisata. Karena kedudukannya yang sangat menentukan, maka daya tarik wisata harus dirancang dan dikelola secara profesional dan sedemikian rupa berdasarkan kriteria tertentu sehingga dapat menarik wisatawan untuk datang. Aktivitas Wisata adalah suatu perjalanan satu atau sekelompok orang ke tempat yang bukan tempat tinggal atau tempat kerjanya dengan maksud untuk mencari kesenangan dan bukan dengan tujuan melaksanakan pekerjaan (Mill & Morrison, 1985 dalam Tussyadiah, 2002). Sumber http://eprints.undip.ac.id/9462/ 24
  • 25. Batasan pariwisata menurut Suwardjoko P. Warpani dan Indira P. Warpani (2007:13-14) sangat luas dan sesuai dengan maksud berwisata atau kegiatan yang dilakukan oleh wisatawan, maka pariwisata dikategorikan menjadi: 1. Wisata Agro; dapat dikatakan sebagai ragam pariwisata baru yang dikaitkan dengan kegiatan industri pertanian, misalnya wisata durian pada musim buah durian, atau wisata tani, yakni para wisatawan turut terjun aktif menanam padi. 2. Wisata Belanja; dilakukan karena kekhasan barang yang ditawarkan atau bagian dari jenis pariwisata lain, misalnya Kota Bandung dengan Pusat Jeans di Jl. Cihampelas, Sidoarjo dengan pusat Tas di Tanggulangin. 3. Wisata Budaya; berkaitan dengan ritual budaya yang sudah menjadi tradisi, misalnya; mudik lebaran setahun sekali. Atau ada peristiwa budaya yang digelar pada saat-saat tertentu, misalnya: Sekaten di Surakarta dan Yogyakarta, Ngaben di Bali, Labuhan di Cilacap, pemakaman jenazah di Tanah Toraja. Tidak jarang wisatawan mempelajari budaya setempat, mengunjungi situs bersejarah, dan sebagainya. 4. Wisata Iklim; bagi negara beriklim empat, pada saat tertentu benarbenar dimanfaatkan untuk melakukan perjalanan mengunjungi tempattempat lain hanya untuk ’berburu’ panas sinar matahari. Bagi masyarakat tropis seperti Indonesia, kunjungan ke suatu tempat berkaitan dengan maksud mencari perubahan iklim setempat. Misalnya: penduduk pantai berwisata ke pegunungan, dan sebaliknya. 25
  • 26. 5. Wisata Karya; kunjungan kerja, yaitu jenis pariwisata yang para wisatawannya berkunjung dengan maskud kedatangan seseorang atau sejumlah orang di suatu Daerah Tujuan Wisata (DTW) memang untuk melaksanakan tugas profesi/pekerjaannya, namun dalam waktu senggang, atau sengaja diacarakan, mereka melakukan rekreasi atau kunjungan wisata ke beberapa objek. Misalnya: peninjauan/inspeksi daerah, sigi lapangan. 6. Wisata Kesehatan; berhubungan dengan maksud penyembuhan suatu penyakit. Wisatawan mengunjungi suatu tempat karena keberadaan penyembuh, misalnya kunjungan ke Krakal di Kebumen dengan maksud berendam di air belerang untuk menyembuhkan penyakit kulit; mengunjungi dan tinggal untuk sementara di sanotarium yang beriklim sejuk; berkunjung ke Singapura atau Cina untuk berobat. 7. Wisata Konvensi/Seminar; dilakukan dengan sengaja memilih salah satu daerah tujuan wisata sebagai tempat penyelenggaraan seminar dikaitkan dengan upaya pengembangan daerah tujuan wisata yang bersangkutan. Penentuan lokasi tempat penyelenggaraan suatu konvensi, baik nasional maupun internasional, sering dikaitkan dengan kebijakan pemerintah mempromosikan suatu daerah tujuan wisata. Kebijakan pemilihan lokasi penyelengaraan konvensi sangat jelas diwarnai oleh kepentingan pariwisata. 8. Wisata Niaga; berkaitan dengan kepentingan perniagaan (usaha perdagangan). Wisatawan datang karena ada urusan perniagaan di tempat tersebut, misalnya mata niaga atau tempat perundingan niaga 26
  • 27. ada di sana. Seperti halnya wisata dinas, para pengusaha/niagawan datang dengan maksud utama melakukan kegiatan perniagaan namun pada waktu luang pada umumnya berwisata. Bahkan menjadi kebiasaan usaha bahwa berwisata digunakan sebagai media berniaga mengadakan pertemuan, perundingan, dan transaksi niaga. 9. Wisata Olahraga; yakni mengunjungi peristiwa penting di dunia olahraga, misalnya pertandingan perebutan kejuaraan, Pekan Olahraga Nasional, Asean Games, Olimpiade, atau sekadar pertandingan persahabatan. Para wisatawan adalah para 10. Wisata Pelancongan/pesiar/pelesir/rekreasi; dilakukan untuk berlibur, mencari suasana baru, memuaskan rasa ingin tahu, melihat sesuatu yang baru, menikmati keindahan alam, melepaskan ketegangan (lepas dari kesibukan rutin). Maksudnya adalah memulihkan kesegaran dan kebugaran jasmani dan rohani setelah berwisata. Biasanya mencari atau mengunjungi tempat yang beriklim berbeda dengan iklim tempat tinggalnya, atau setidak-tidaknya memiliki suasana khas yang diinginkannya. Ragam wisata rekreasi lebih kurang sama dengan wisata santai, yakni bepergian mengunjungi suatu tempat untuk memuaskan hasrat ”ingin tahu”, baik objek itu berupa keindahan alam, peningalan bersejarah, atau budaya masyarakat. 11. Wisata Petualangan; dilakukan lebih ke arah olahraga yang sifatnya menantang kekuatan fisik dan mental para wisatawan. Termasuk dalam jenis wisata petualangan adalah kegiatan pelatihan (kepemimpinan) di alam terbuka dengan berbagai atraksi yang menantang dan kadang- 27
  • 28. kadang mengundang risiko. Terbang layang, arung jeram, panjat tebing, terjun gantung (buggy jump), menyelam, susur gua (menyusuri lorong-lorong gua menikmati pemandangan stalagtit-stalagmit) adalah beberapa contoh wisata petualangan. 12. Wisata Ziarah; dalam kaitan dengan agama atau budaya. Mengunjungi tempat ibadah atau tempat ziarah pada waktu tertentu, misalnya: Waisak di kompleks Candi Borobudur-Magelang, menyepi di Pantai Parangkusumo- Yogyakarta, mengunjungi tempat yang dianggap keramat, ziarah ke makam tokoh-tokoh masyarakat atau pahlawan bangsa. 13. Darmawisata; perjalanan beramai-ramai untuk bersenang-senang, atau berkaitan dengan pelaksanaan darma di luar ruangan, atau ekskursi; atau melaksanakan pengabdian kepada masyarakat di luar waktu kerja sehari- hari. 14. Widiawisata (pendidikan); Perjalanan ke luar (daerah, kampung, dsb) dalam rangka kunjungan studi; dilakukan untuk mempelajari senibudaya rakyat, mengunjungi dan meneliti cagar alam dan atau budaya, atau untuk kepentingan menuntut ilmu selama waktu tertentu, misalnya: tugas belajar. 28
  • 29. F. PENGELOLAAN INDUSTRI KREATIF 1. Prinsip Dasar Pengelolaan Industri Kreatif Pengelolaan (manajemen), menurut Leiper (1990;246), merujuk kepada seperangkat peranan yang dilakukan oleh seorang atau sekelompok orang, atau bisa juga merujuk kepada fungsi-fungsi yang melekat pada peran tersebut. Fungsi-fungsi manajemen tersebut adalah sebagai berikut: a. b. Directing (mengarahkan) c. Organizing (termasuk coordinating) d. 2. Planning (perencanaan) Controlling (pengawasan) Aktor Utama Model Pengembangan Industri Kreatif Bangunan industri kreatif ini dipayungi oleh hubungan antara Cendekiawan (Intellectuals), Bisnis (Business) dan pemerintah (Government) yang disebut sebagai sistem ‘triple helix’ yang merupakan aktor utama penggerak lahirnya kreativitas, ide, ilmu pengetahuan dan teknologi yang vital bagi tumbuhnya industri kreatif. Hubungan yang erat, saling menunjang dan bersimbiosis mutualisme antara ke‐3 aktor tersebut dalam kaitannya dengan landasan dan pilar‐pilar model Industri Kreatif akan menghasilkan Industri Kreatif yang berdiri kokoh dan berkesinambungan. 29
  • 30. a. Intellectuals (Cendekiawan) Cendekiawan adalah orang‐orang yang dalam perhatian utamanya mencari kepuasan dalam mengolah seni, ilmu pengetahuan atas renungan metafisika, dan bukan hendak mencari tujuan‐tujuan praktis, serta para moralis yang dalam sikap pandang dan kegiatannya merupakan perlawanan terhadap realisme massa. Mereka adalah para ilmuwan, filsuf, seniman, ahli metafisika yang menemukan kepuasan dalam penerapan ilmu (bukan dalam penerapan hasil‐hasilnya). Akan tetapi, dari definisi di atas, kecendekiawanan itu juga ditentukan dari keinginan menerapkan ilmu, dan menularkannya. Dalam konteks industri kreatif, cendekiawan mencakup budayawan, seniman, punakawan, begawan, para pendidik di lembaga‐lembaga pendidikan, para pelopor di paguyuban, padepokan, sanggar budaya dan seni, individu atau kelompok studi dan peneliti, penulis, dan tokoh‐ tokoh lainnya di bidang seni, budaya (nilai, filsafat) dan ilmu pengetahuan yang terkait dengan pengembangan Industri Kreatif. Nama‐nama besar di Indonesia terdapat beberapa nama seperti Nurcholish Madjid, Emha A. Najib, Romo Mangun, Harry Roesli, Jakob Soemardjo, Rendra, Iwan Fals, Sujiwo Tedjo, Ki Manteb, dan lain‐lain. Menilik kembali landasan Industri Kreatif yaitu sumber daya insani (people), dapat dikenali bahwa salah satu anggota pekerja berstrata inti super kreatif adalah pekerjaan dari para cendekiawan. Cendekiawan memiliki kapasitas yang sangat besar dalam memperkuat 30
  • 31. basis‐basis formal dan informal dari inovasi, dan memiliki kemampuan untuk mematangkan konsep‐konsep inovasi dan juga memiliki kapasitas mendiseminasi informasi dengan jejaring. b. Business (Bisnis) Bila ditilik secara ekonomi, bisnis (disebut juga perusahaan) adalah suatu entitas organisasi yang dikenali secara legal, dan sengaja diciptakan untuk menyediakan barang‐barang baik berupa produk dan jasa kepada konsumen. Bisnis pada umumnya dimiliki oleh swasta dan dibentuk untuk menghasilkan profit dan meningkatkan kemakmuran para pemiliknya. Pemilik dan operator bisnis bertujuan memperoleh keuntungan finansial sebagai hasil kerjanya dan tantangan resiko yang ia hadapi. Ketataniagaan bisnis diatur oleh hukum disuatu negara dimana bisnis itu berada. Bentuk‐bentuk bisnis adalah: kepemilikan tunggal, kemitraan, korporasi dan koperasi. Bisnis bisa berbasis manufaktur, jasa, eceran dan distribusi, pertanian, mineral, finansial, informasi, real estat, transportasi, dan utility seperti listrik, pengairan yang biasanya terkait dengan badan‐badan kepemerintahan. Di dalam organisasinya, bisnis memiliki pengelompokan pekerjaan seperti pemasaran, penjualan, produksi, teknologi informasi, riset dan pengembangan. Manajemen berfungsi menerapkan operasional yang efisien dan efektif terhadap suatu bisnis. Pada saat‐saat tertentu, bisnis juga membutuhkan modal tambahan (capital), yang didapat dari pinjaman bank atau pinjaman 31
  • 32. informal atau investor baru. Bisnis juga harus dilengkapi dengan proteksi agar menghalangi kompetitor untuk menyaingi bisnis tersebut. Proteksi tersebut bisa dalam bentuk HKI yang terdiri dari paten, hakcipta, merek dagang dan desain. Setiap bisnis pasti memiliki nama, logo dan teknik‐teknik pencitraan. Karena aspek kompetisi maka bisnis perlu mendaftarkan HKI di setiap daerah atau negara dimana terdapat kompetitor‐kompetitor. Banyak negara telah menandatangani perjanjian internasional tentang HKI, dan setiap perusahaan yang terdaftar di negara‐negara ini harus mentaati hukum negara yang telah terikat dengan perjanjian internasional ini. Bisnis bisa juga dijual dan dibeli. Pemilik bisnis menyebut ini sebagai exit‐plan. Exit‐plan yang lazim dikenali adalah seperti IPO atau merger dan akuisisi. c. Government (Pemerintah) Pemerintah didefinisikan sebagai sebuah organisasi yang memiliki otoritas untuk mengelola suatu negara, sebagai sebuah kesatuan politik, atau aparat/alat negara yang memiliki badan yang mampu memfungsikan dan menggunakan otoritas/kekuasaan. Dengan ini, pemerintah memiliki kekuasaan untuk membuat dan menerapkan hukum serta undang‐undang di wilayah tertentu. Pemerintah yang dimaksud dalam studi rencana pengembangan Ekonomi Kreatif ini adalah pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang terkait dengan pengembangan Ekonomi Kreatif, baik keterkaitan dalam substansi, maupun keterkaitan administrasi. Pemerintah pusat meliputi departemen‐departemen dan badan‐badan. Pemerintah daerah 32
  • 33. meliputi pemerintah daerah tingkat I, pemerintah daerah tingkat II, sampai kepada hirarki terendah pemerintahan daerah. Sinergi antar departemen dan badan di pemerintah pusat, dan sinergi antara pemerintah pusat dan daerah, sangat diperlukan untuk dapat mencapai visi, misi dan sasaran pengembangan Industri Kreatif ini. Hal ini disebabkan karena pengembangan Ekonomi Kreatif bukan hanya pembangunan industri, tetapi juga meliputi pembangunan ideologi, politik, sosial dan budaya. Menurut Pitan dan Diarta (2009:86), tujuan dari pengelolaan atau manajemen pariwisata adalah untuk menyeimbangkan pertumbuhan dan pendapatan ekonomi dengan pelayanan kepada wisatawan serta perlindungan terhadap lingkungan dan pelestarian keberagaman budaya. Menurut Cox dalam Dowling dan Fannel (2003:2), pengelolaan pariwisata harus memperhatikan prinsip-prinsip berikut: 1) Pembangunan dan pengembangan pariwisata haruslah didasarkan pada kearifan lokal dan special local sense yang merefleksikan keunikan dan peninggalan budaya dan keunikan lingkungan. 2) Preservasi, proteksi dan peningkatan kualitas sumber daya yang menjadi basis pengembangan pariwisata. 3) Pengembangan atraksi wisata tambahan yang mengakar pada khasanah budaya lokal. 33
  • 34. 4) Pelayanan kepada wisatawan yang berbasis keunikan dan budaya lokal. 5) Memberikan dukungan dan legimitasi pada pembangunan pariwisata jika terbukti memberikan manfaat positif, tetapi sebaliknya mengendalikan dan/ atau menghentikan aktivitas menghentikan aktivitas pariwisata tersebut jika melampaui ambang batas (carryng capacity) lingkungan alam atau akseptabilitas sosial walaupun di sisi lain mampu meningkatkan kepadatan masyarakat. Untuk mencapai tujuan pariwisata yang bekelanjutan baik secara ekonomi, sosial-budaya maupun lingkungan yanng efektif, pengelola wajib melakukan manajemen sumber daya yang efektif. Manajemen sumber daya ditujukan untuk menjamin perlindungan terhadap ekosistem dan mencegah degradasi kualitas lingkungan. Dalam hal penyusunan kebijakan akan menjadi tuntutan bagi pelaku pariwisata dalam mewujudkan visi dan misi pembangunan pariwisata. Dalam pembentukan agen, bertujuan menghasilkan rencana strategi sebagai panduan dalam pemasaran dan pengembangan fisik di daerah tujuan wisata. Dalam hal penyediaan fasilitas dan operasi, pemerintah berperan dalam memberi modal usaha, pemberian subsidi kepada fasilitas, dan pelayanan yang vital. Penyelesaian konflik merupakan peran yang sangat penting dalam era dimana isu lingkungan dan konservasi sumber daya menjadi isu penting. 34
  • 35. 3. Pelaku Kepariwisataan (Stakeholders) Pariwisata tidak bisa lepas dari komponen pedukung atau yang disebut dengan pelaku wisata (tourism stakeholders). Menurut Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2011, “Kelembagaan kepariwisataan adalah kesatuan unsur beserta jaringannya yang dikembangkan secara terorganisasi, meliputi pemerintah, pemerintah daerah, swasta dan masyarakat, sumber daya manusia, regulasi dan mekanisme operasional, yang secara berkesinambungan guna menghasilkan perubahan ke arah pencapaian tujuan di bidang kepariwisataan”. Para pelaku pariwisata ini saling terkait baik itu sebagai pengelola, pemangku kebijakan, pihak yang menyediakan produk pariwisata, orang yang melakukan kegiatan pariwisata hingga pihak yang terkena dampak pariwisatanya dan yang menjadi daya tarik dari pariwisata tersebut. 4. Pola Hubungan Stakeholders Kepariwisataan Berikutnya yang paling pokok adalah bahwa pariwisata tidak bisa lepas dari komponen pedukung atau yang disebut dengan “tourism stakeholders” yang saling berinteraksi, sebagaiman yang disebut oleh Bahar (1995) sebagai pola hubungan stakeholders kepariwisataan sebagaimana gambar berikut ini: 35
  • 36. Gambar 2.2. POLA HUBUNGAN STAKEHOLDERS KEPARIWISATAAN PEMERINTAH WISATAWAN SWASTA MASYARAKAT Sumber: Bahar, 1995 36
  • 37. BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. PARADIGMA PENELITIAN Menurut Sambas Ali (2010:22) “Paradigma penelitian merupakan kerangka berpikir yang menjelaskan bagaimana cara pandang peneliti terhadap fakta kehidupan sosial dan perilaku peneliti terhadap ilmu atau teori, yang dikontruksi sebagai suatu pandangan yang mendasar dari suatu disiplin ilmu tentang apa yang menjadi pokok persoalan yang semestinya dipelajari.” Mengacu pada pengertian di atas dalam penyusunan laporan ini paradigma penelitian berdasarkan pada teori-teori sebagai berikut: Gambar 3.1. TABEL PARADIGMA PENELITIAN GRAND THEORY Teori Ekonomi Kreatif MIDDLE THEORY Teori Industri Kreatif Teori Pariwisata OPERATIONAL THEORY Teori Industri Teori Produk Wisata Teori Pemetaan Sumber: Tim Peneliti DMO-PIP Gunung Batur, Bali 2012 37
  • 38. B. POLA PIKIR PENELITIAN Berikut ini adalah gambaran pola pemikiran penelitian: Gambar 3.2. GAMBAR POLA PENELITIAN (X₁) POTENSI INDUSTRI (X₂) AKTIVITAS WISATA INDUSTRI KREATIF (X₃) PENGELOLAAN INDUSTRI KREATIF Sumber: Tim Peneliti DMO-PIP Gunung Batur, Bali 2012 Dalam penelitian ini tim menetukan tiga faktor yang mempengaruhi perkembangan Industri Kreatif sebagai input data, yakni; (1) Potensi Industri Kreatif, (2) Aktivitas Wisata, dan (3) Pengelolaan Industri Kreatif. 38
  • 39. C. ALUR PENELITIAN Adapun alur penelitian ini sebagai berikut: Gambar 3.3. GAMBAR POLA PENELITIAN LATAR BELAKANG Diterapkannya konsep ekonomi kreatif di Indonesia, Khususnya kementrian pariwisata dan ekonomi kreatif sebagai acuan pengembangan desinasi pariwisata Kawasan pariwisata gunung batur memiliki banyak objek pariwisata yang berpotensi tinggi, tanpa dukungan kegiatan perekonomian yang bak bagi komunikasi lokal RUMUSAN MASALAH Sejauh mana potensi industri kreatif yang mendukung kegiatan pariwisata di kawasan gunung api batur, Bali IDENTIFIKASI MASALAH Bagaimana kondisi industri kreatif yang terdapat di kawasan gunung api Batur, Bali.? Bagaimana kondisi aktifitas wisata di kawasan gunung api batur Bali ? Bagaimana pengelolaan industri kreatif dikawasan gunung api Batur , Bali ? TEORI Industri Pariwisata Pengelolaan ANALISIS Potensi Industri Kreatif Aktivitas Wisata Pengelolaan Industri Kreatif KONSEP PENELITIAN Potensi Industri Kreatif Aktifitas Wisata Pengelolaan Industri KESIMPULAN METODE PENELITIAN Paradigma Penelitian Alur Penelitian Metode Penelitian Teknik Dan Alat Pengumpulan Data Unit Analisis REKOMENDASI Bagi: Pemerintah Daerah Kab. Bangli Masyarakat Daerah Kab. Bangli DMO Sumber: Tim Peneliti DMO-PIP Gunung Batur, Bali 2012 39
  • 40. D. METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini, tim peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif (Ulber Silalahi, 2009 : 62) yang meliputi pengumpulan data agar dapat menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan mengenai status terakhir baik karakteristik ataupun frekuensi dengan atau yang mempertanyakan status satu gejala atau variabel. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 1989:581, metode deskriptif memiliki pengertian yaitu “Cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai suatu hasil atau maksud, cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan”. Adapun tujuan dari penggunaan metode deskriptif analisis untuk mengungkap suatu gejala yang aktual, mengumpulkan data, menganalisanya dan membandingkan dengan teori-teori yang ada. E. TEKNIK DAN ALAT PENGUMPULAN DATA 1. Teknik Kumpul Data Beberapa teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh tim peneliti, yaitu; a. Observasi Langsung ke Lapangan Menurut Para Ahli Teknik Observasi mempelajari tingkah laku tampak (lahiriah) dengan menggunakan metode observasi Observasi. Menurut Nasution (Sugiyono, 2009:64) b. Wawancara Menurut Sainuddin, S.Sos (2009) wawancara merupakan kegiatan pencarian informasi dengan cara menanyakan secara mendetail dan mendalam; memancing dengan pernyataan maupun 40
  • 41. mengkonfirmasi suatu hal, agar dapat diperoleh gambaran yang utuh tentang narasumber atau peristiwa maupun isu tertentu. Dalam pengertian jurnalistik, wawancara adalah suatu percakapan terpimpin dan tercatat atau suatu percakapan secara tatap mula dimana seseorang mendapat informasi dari orang lain. Pengertian lain wawancara adalah merupakan suatu hubungan antar manusia dimana kedua pihak bersikap sama derajat selama pertemuanpertemuan berlangsung. Tipe wawancara yang digunakan adalah wawancara terstruktur, dimana tim peneliti mengetahui secara jelas dan terperinci apa informasi yang dibutuhkan dan memiliki satu daftar pertanyaan yang sudah ditentukan atau disusun sebelumnya yang akan disampaikan kepada responden. Pewawancara memiliki sejumlah pertanyaan yang telah disusun dan mengadakan wawancara atas dasar atau panduan pertanyaan tersebut. c. Basis Data Menurut Date, database dapat dianggap sebagai tempat sekumpulan berkas dan terkomputerisasi, yang tujuan utamanya adalah melakukan pemeliharaan terhadap informasi dan membuat informasi tersebut tersedia saat dibutuhkan. Sumber:(http://id.shvoong.com/social-sciences/communication-mediastudies/2068236-pengertian-database-menurut-paraahli/#ixzz1pxBaFRGG) 41
  • 42. d. Studi Kepustakaan Tim peneliti juga menggunakan teknik pengumpulan data melalui studi kepustakaan untuk membandingkan kondisi aktual yang terjadi dengan kondisi ideal secara teoritis, mempelajari buku-buku yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi guna mendapatkan landasan teori sebagai data pendukung dalam penulisan Laporan Rampung Penelitian Bisnis Industri ini. 2. Alat Pengumpulan Data Alat pengumpulan data yang akan digunakan oleh tim peneliti pada saat berada di lapangan adalah sebagai berikut: a. Pedoman wawancara, berisikan mengenai pertanyaan yang akan diajukan kepada narasumber oleh tim peneliti yang akan disusun secara sistematis dan terorganisir guna untuk mendapatkan sejumlah informasi yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.Tim peneliti sebagai pewawancara akan melakukan wawancara dengan sejumlah informan yaitu para pelaku industri ekonomi kreatif dan juga pengurus desa setempat sebagai narasumber Hasil percakapan tersebut akan dicatat atau direkam oleh tim peniliti. b. Check-list (Daftar Periksa), merupakan daftar yang berisi catatan setiap faktor secara sistematis. Daftar periksa ini biasanya dibuat sebelum observasi dan sesuai dengan tujuan observasi. Daftar periksa merupakan panduan tim 42
  • 43. c. Peneliti dalam mengumpulkan basis data sesuai dengan indikator yang telah dibuat dalam matriks operasional variabel. F. UNIT ANALISIS Menurut Ulber Silalahi (1999:194) unit analisis dalam penelitian adalah unit atau elemen yang dianalisis atau dipelajari yang darinya ingin diketahui satu atau sejumlah hal. Berikut pihak-pihak yang menjadi informan dalam penelitian ini yaitu: 1. Pemerintah Dinas Pariwisata Daerah Bangli Bali. 2. Pihak Pelaku Industri Ekonomi Kreatif di kawasan kaldera Gunung Batur Bali. 3. Pihak dari 13 desa yang terdapat di kawasan kaldera Gunung Api Batur, diantaranya: a. Desa Buahan h. Desa Batur Selatan b. Desa Kedisan i. Desa Batur Utara c. Desa Terunyan j. Desa Kintamani d. Abang Batudinding k. Desa Pinggan e. Desa Abang Songan l. Desa Songan A f. Desa Suter m. Desa Songan B g. Desa Batur Tengah 43
  • 44. G. TEKNIK DAN ALAT ANALISIS Menurut Patton, 1980 (dalam Lexy J. Melleyong 2002:103) menjelaskan bahwa analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola dalam, kategori, dan satuan uraian dasar. Sedangkan menurut Taylor, (1975:79) mendevinisikan analisis data sebagai proses yang merinci usaha secara formal untuk menemukan tema dan merumuskan hipotesis (ide) seperti yang disarankan dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan dan tema pada hipotesis. Dalam menganalisis penelitian ini tim peneliti menggunakan sebagai berikut: 1. SWOT Analysis Merupakan suatu metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) dalam suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis.Proses ini melibatkan penentuan tujuan yang spesifik dari spekulasi bisnis atau proyek dan mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang mendukung dan yang tidak dalam mencapai tujuan tersebut. Analisa SWOT dapat diterapkan dengan cara menganalisis dan memilah berbagai hal yang mempengaruhi keempat faktornya, kemudian menerapkannya dalam gambar matrik SWOT. Hasil analisa SWOT dapat dilihat melalui tabel IFAS dan EFAS. Datadata diperoleh dari hasil wawancara mendalam dan checklist. Menurut Rangkuti (2006) penjumlahan pada tabel IFAS jumlah bobot antara kekuatan dan kelemahan tidak boleh lebih dari 1.00 begitu juga jumlah bobot antara peluang dan ancaman yang juga tidak boleh lebih dari 1.00 ketentuan dalam 44
  • 45. pemberian bobot kekuatan pada tabel IFAS serta peluang pada tabel EFAS menurut Rangkuti (2006) adalah sebagai berikut: bobot tertinggi (0.20) untuk masalah sangat penting,bobot (0,15) untuk masalah yang penting,bobot (0,10) untuk masalah yang cukup penting,dan bobot terendah (0.02) untuk masalah yang kurang penting. Sedangkan untuk pemberian bobot ancaman pada EFAS dan kelemahan pada tabel IFAS adalah sebaliknya: bobot (0.01) untuk masalah yang sangat penting, bobot (0.02) untuk masalah yang penting, bobot (0.03) untuk masalah yang cukup penting, dan bobot (0.05) untuk masalah yang kurang penting. Kemudian pemberian rating pada masing-masing faktor yaitu dengan memberikan rating mulai dari 1 (sangat kurang) sampai dengan 4 (sangat tinggi) berdasarkan pengaruh faktor terhadap industri kreatif subsektor kerajinan sulaman/bordiran,sulaman benang emas dan tenunan. Pemberian nilai untuk kekuatan dan peluang bersifat positif (misalnya +4) sedangkan untuk kelemahan dan ancaman adalah negatif atau sebaliknya (misalnya -1). Variabel yang bersifat positif, yaitu semua variabel yang termasuk ke dalam kekuatan, diberi nilai +1 sampai dengan +4 (sangat baik). Sedangkan variabel yang bersifat negatif adalah kondisi kebalikannya. 45
  • 46. Tabel 4.1. TABEL MATRIKS OPERASIONAL VARIABEL (MOV) KONSEP TEORI VARIABLE DIMENSI SUBDIMENSI 1 (Substansi Dominan) SUBDIMENSI 2 (Intensitas Sumberdaya) Tangible/ Intangible Media Intangible Tangible Potensi Industri Kreatif Industri Kreatif; “Industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, keterampilan serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan dengan menghasilkan dan memberdayakan daya kreasi dan daya cipta individu tersebut.” Sumber: Kementerian Perdagangan 2009 Seni Budaya Tangible/ Intangible (X₁) Industri Kreatif Intangible Tangible Desain IpTek Tangible/ Intangible Intangible Tangible/ Intangible Intangible INSTRUMEN SUMBER DATA Film, Video, Fotografi Televisi dan Radio Periklanan Musik Kerajinan Kuliner Fesyen Pedoman Wawancara dan Check-list Interview Dan Observasi Pasar Barang Seni Pedoman Wawancara dan Check-list Interview Dan Observasi Pedoman Wawancara dan Check-list Interview Dan Observasi Pedoman Wawancara dan Check-list Interview Dan Observasi INDIKATOR Penerbitan dan Percetakan Musik Seni Pertunjukan Arsitektur Desain Arsitektur Desain Permainan Interaktif Penelitian dan Pengembangan Fesyen Penelitian Pengembangan Teknologi Informasi dan Piranti Lunak Permainan Interaktif
  • 47. (X₂) Aktivitas Wisata Something to do Aktivitas Wisata yang Dilakukan Something to see Pedoman Wawancara dan Check-list Interview Dan Observasi Pedoman Wawancara dan Check-list Interview Dan Observasi Something to buy Planning (X₃) Pengelolaan Industri Kreatif Directing Peran Seseorang atau Kelompok Organizing Controlling Planning Sumber: Tim DMO Gunung Api Batur, Bali. 2012
  • 48. BAB IV. TINJAUAN UMUM DAN DATA HASIL TEMUAN A. KONDISI UMUM INDUSTRI KREATIF 1. Industri dan Organisasi di 13 Desa Kawasan Pariwisata Gunung Api Batur, Bali Bedasarkan data-data sekunder yang di dapat dilapangan berikut gambaran nyata tentang keadaan Industri Kreatif di kawasan pariwisata Gunung Api Batur yang tim sajikan dalam bentuk bagan-bagan dibawah ini: Tabel 4.1. Desa/Kelurahan Batur Utara Batur Selatan Batur Tengah Pinggan Kintamani Songan A Songan B Kedisan Buahan Trunyan Suter Abang Songan Abang Batudinding Jumlah BANYAKNYA TENAGA KERJA PERUSAHAAN DI RINCI PER DESA KEC.KINTAMANI TAHUN 2010 Industri Besar Industri Sedang Industri Kecil Industri Kerajinan Rumah Tangga - - 6 18 32 14 39 20 283 32 280 - - 56 668 Sumber: Kintamani Dalam Angka 2011 Bedasarkan Tabel 4.1. diatas diketahui bahwa mayoritas industri yang tumbuh di kawasan pariwisata Gunung Api Batur adalah Industri Kerajinan Rumah Tangga yang di dominasi oleh Desa Suter dan Abang Batudinding dengan jumlah 283 dan 280 wirausaha yang ada. Sedangkan Industri Kecil masih sangat sedikit yang ada yaitu 48
  • 49. hanya ada di Desa Abang Batudinding, Suter, dan Buahan. Industri Besar dan Industri Sedang belum ada sama sekali di kawasan pariwisata Gunung Api Batur. Sebagai kawasan pariwisata Gunung Api Batur, daerah ini juga memiliki kekayaan alam berupa sumber daya hewani yaitu Ikan Tawar, yang sumber utamanya dihasilkan dari Danau Batur. Berikut rincian datanya: Tabel 4.2. PRODUKSI IKAN MENURUT JENISNYA PER DESA/KELURAHAN DI KECAMATAN KINTAMANI TAHUN 2010 Desa/Kelurahan Buahan Suter Abang Batudinding Abang Songan Trunyan Songan B Songan A Batur Selatan Batur Tengah Batur Utara Kintamani Pinggan Kedisan Jumlah Ikan Air Tawar (Kg) Jumlah (Kg) 14600 4500 4300 4200 3700 31300 14600 4500 4300 4200 3700 31300 Sumber: Pengolahan Data Kintamani Dalam Angka 2011 Bedasarkan data dari Tabel 4.2. diatas dapat diketahui bahwa jumlah ikan tawar yang sebagian berasal dari Danau Batur berjumlah cukup banyak dihasilkan dalam satu tahun, dimana mayoritas peternak ikan tawar berasal dari Desa Abang Batudinding, Desa Songan A, Desa Songan B, Desa Batur Tengah, dan Desa Kedisan dimana memang letak desa ini sebagian besar berada di sekitar tepian Danau Batur . Selain kegiatan industri adapun beberapa organisasi milik masyarakat setempat yang didirikan dengan tujuan mempertahankan budaya dan mengembangkan seni budaya yang mereka memiliki berikut penjabarannya: 49
  • 50. Tabel 4.3. JUMLAH ORGANISASI BERDASARKAN JENIS KESENIAN YANG ADA DI 13 DESA KAWASAN PARIWISATA GUNUNG API BATUR, BALI 2011 Jenis Kesenian Desa/Kelurahan Batur Utara Batur Selatan Batur Tengah Pinggan Kintamani Songan A Songan B Kedisan Buahan Trunyan Suter Abang Songan Abang Batudinding Jumlah Barong 1 1 1 1 1 - Gong Kebyar 1 1 1 1 9 1 20 1 1 1 8 8 9 Legong 1 1 1 3 1 1 1 2 3 1 Topeng 1 1 Lainnya 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 5 62 15 2 22 Sumber: Pengolahan Data “Kecamatan Kintamani Dalam Angka 2011” Berdasarkan Tabel 4.3. diketahui bahwa kegiatan kesenian di kawasan pariwisata Gunung Api Batur tumbuh dengan baik terutama di Desa Songan B dan Abang Batudinding memiliki potensi kesenian yang baik pula, dimana jenis kesenian Gong Kebyar menjadi jenis kesenian yang paling banyak diminati. B. KONDISI UMUM AKTIVITAS WISATA 1. Pengunjung ke Kabupaten Bangli Kabupaten Bangli merupakan salah satu tujuan wisata yang sangat menarik di Provinsi Bali, Kabupaten Bangli memiliki jumlah daya tarik wisata di Kabupaten Bangli sebanyak 38 buah, dengan rincian 5 DTW sudah berkembang, 9 DTW sedang dikembangkan dan 24 DTW yang akan dikembangkan (Disbudpar Kab. Bangli, 2010). Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bangli, jumlah wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Bangli pada tahun 2005 tercatat sejumlah 350.596 wisatawan, tahun 2006 (259.344 wisatawan), tahun 2007 50
  • 51. (352.775), tahun 2008 (437.207 wisatawan), dan tahun 2009 (526.706 wisatawan). Sedangkan tahun 2010 berjumlah 418.143 orang. Tabel 4.4. DATA PERBANDINGAN ANTARA JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN YANG DATANG KE BALI DAN KINTAMANI Tahun Bali Kintamani % 2005 2006 2007 2008 2009 2010 1.386.449 1.250.317 1.664.854 1.968.892 2.384.819 2.546.023 320.596 259.344 352.775 437.207 526.706 418.143 23,12 18,89 19,46 22,21 22,09 16,42 Sumber: Statistik Bangli Dalam Angka 2011. Bedasarkan Tabel 4.4. diatas jumlah wisatawan tidak stabil dan menurun pada tahun 2006, 2007, 2009, dan 2010. Adapun jumlah kunjungan wisatawan ke Kabupaten Bangli berdasarkan daerah asal wisatawan. Berikut adalah datanya: Tabel 4.5. DATA KUNJUNGAN WISATAWAN KE KINTAMANI KABUPATEN BANGLI TAHUN 2010 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 Nama Negara Eropa Amerika Australia Jepang China Taiwan Indonesia Lainnya Jumlah Jumlah 145.927 33.869 25.088 19.234 30.942 33.441 91.593 38.049 418.143 % 34,9 8,1 6,0 4,6 7,4 8,0 21,9 9,1 100.0 Sumber: Disbudpar Kabupaten Bangli, 2010. Bedasarkan Tabel 4.5. diatas dapat dilihat bahwa profil wisatawan asing yang datang pada tahun 2010 lalu adalah Eropa, Amerika, dan Taiwan. Sedangkan jumlah wisatawan domestik sendiri berjumlah lebih sedikit dari wisatawan asing yang datang berkunjung ke kawasan pariwisata Gunung Api Batur. 51
  • 52. Tabel 4.6. KONTRIBUSI SEKTOR PARIWISATA TERHADAP PAD KABUPATEN BANGLI TAHUN 2005 - 2010 Tahun 2005 2006 2007 PAD 7.692.953.476,86 9.718.077.898,00 9.167.944.594,00 RETRIBUSI 1.070.790.000,00 794.910.500,00 1.079.615.000,00 % 13,92 8,18 11,77 2008 2009 2010 12.633.751.193,09 15.179.545.573,00 17.191.454.000,00 1.352.466.500,00 1.624.045.500,00 1.813.462.500,00 10,68 10,69 11,66 Sumber: Dispenda Kabupaten Bangli, 2010. Bedasarkan Tabel 4.6. diatas pasokan yang cukup besar dari sektor pariwisata di Kabupaten Bangli yang berkisar ±11% per tahun dari 5 tahun terakhir. 2. Objek Daya Tarik Wisata (ODTW) di Kabupaten Bangli Adapun beberapa objek pariwisata yang ada di Kabupaten Bangli, yaitu: a. Pura Kehen Pura Kehen yang terletak di Desa Cempaga, Bangli, memiliki banyak keunikan. Selain letaknya yang strategis, pada pintu masuk pura tidak menggunakan Candi Bentar seperti pada Pura Kahyangan Jagat umumnya. Pintu masuk Pura Kehen memang agak berbeda, yakni menggunakan Candi Kurung. Disamping itu, keberadaan Bale Kulkul pada batang pohon Beringin turut memberi warna lain bagi Pura Kehen yang menjadi salah satu objek pariwisata unggulan Kota Bangli. Meski telah ditemukan tiga prasasti tentang Pura Kehen, namun belum dapat dipastikan kapan sejatinya pura tersebut didirikan, dan apa yang menjadi asal-usul nama Kehen itu sendiri. Berdasarkan prasasti ketiga yang berangka tahun 1204 Masehi disebutkan beberapa pura yang mempunyai hubungan kesatuan meliputi Pura Hyang Hatu, Hyang Kedaton, Hyang Daha Bangli, Hyang Pande, Hyang Wukir, Hyang Tegal, Hyang Waringin, Hyang Pahumbukan, Hyang Buhitan, Hyang Peken Lor, Hyang Peken Kidul dan Hyang 52
  • 53. Kehen. Kehen sendiri diperkirakan berasal dari kata keren (tempat api), bila dihubungkan dengan prasasti pertama yang berbahasa Sansekerta– namun tidak berangka tahun,di mana di dalamnya menyebutkan kata-kata Hyang Api, Hyang Karinama, Hyang Tanda serta nama-nama biksu. Jro Pasek Pura Kehen sebagai salah satu Dangka di Pura Kehen mengaku pernah mendengar dari cerita orangtua akan keunikan atau kejadian mistis yang pernah terjadi di Kehen. Seperti halnya munculnya ula (ular) duwe pada tahun 1960 pagi, saat itu masyarakat setempat yang baru saja selesai menyapu di jaba pura menyaksikan secara langsung munculnya ular duwe tersebut. Selain itu, masyarakat setempat sangat percaya jika patahnya pohon beringin yang terdapat di pura sebagai pertanda grubug (musibah). Hal tersebut disimpulkan dari kejadian-kejadian yang pernah terjadi secara turun temurun. Gambar 4.1. GERBANG PURA KEHEN Sumber: www.banglikab.go.id. (edited) Mei 2012. Tidak hanya itu, letak bagian yang patah juga diyakini sebagai pertanda musibah tersebut akan melanda orang tertentu. Misalnya pada saat raja Bangli meninggal dunia, dahan pohon beringin yang letaknya di Kaja Kangin (UtaraTimur) patah. Kemudian jika ada pendeta yang meninggal, maka dahan pohon beringin sebelah Kaja Kauh (Barat Daya) patah. Sedangkan jika bagian yang 53
  • 54. patah letaknya Kelod Kangin (Timur Lau) dan Kelod Kauh (Tenggara) maka diyakini akan ada musibah yang menimpa masyarakat. Terkait upacara, karya di Pura Kehen Bangli berlangsung setiap enam bulan sekali tepatnya pada Hari Raya Pagerwesi yakni setiap Buda Kliwon Wuku Sinta. Namun, upacara besarnya yaitu Ngusaba Dewa atau biasa disebut Karya Agung Bhatara Turun Kabeh berlangsung setiap tiga tahun sekali, tepatnya Purnama Kalima, Saniscara Pon Wuku Sinta. Selain itu desa yang tergabung dalam Gebog (tatanan masyarakat) Domas (800) dan Bebanuan Pura Kehen memiliki peran masing-masing, mulai dari persiapan hingga pelaksanaan dalam suatu acara. Pembagian tugas tersebut dilakukan berdasarkan dresta dan sukat yang telah dilaksankan dari tahun-ketahun dan tidak akan pernah diubah atau ditukar-tukar. Selain sebagai bentuk pertanggung jawaban atas tugas masing-masing, juga memunculkan semangat kebersamaan dan saling memiliki terhadap karya yang berlangsung di Pura Kehen. Pemangku di Pura Kehen berjumlah 33 orang yang terbagi atas dua golongan, yakni Dangka dan Pemaksan. Dangka terdiri dari 16 orang pemangku yang bertugas sebagai pangempon khusus perampean atau pelinggih-pelinggih di jeroan. Sedangkan Pemaksan yang terdiri dari 17 orang bertugas sebagai pembantu Dangka. Sumber: www.banglikab.go.id. 28 Mei 2012. b. Desa Panglipuran Panorama dan budaya unik seperti Desa Adat Penglipuran adalah daya tarik tersendiri. Desa ini terletak di Kelurahan Kubu, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli, sekitar 45 Km dari Kota Denpasar. Begitu memasuki areal desa tersebut, mata sudah pasti akan bertemu arsitektur rumah yang hampir semuanya mirip. Kemiripan bangunan rumah itu antara lain bentuk gerbang yang sama dengan sedikit atap dari bambu, pintu pun hanya selebar orang 54
  • 55. dewasa berkacak pinggang dengan tinggi sekitar dua setengah meter yang biasa disebut angkul-angkul, dan cat rumah menggunakan dari tanah, bukan cat tembok. Itu keunikan awal perjumpaan. Kesamaan lainnya juga terdapat pada pembagian bangunan di dalam rumah, seperti bale, kamar, dan dapur. Hampir semuanya juga menggunakan bahan baku bambu. Sejak 1995, Pemerintah Provinsi Bali dan Kabupaten Bangli menetapkan desa ini menjadi salah satu obyek wisata unggulan Pulau Dewata. Desa ini memiliki panorama, kesejukan, kenyamanan, keheningan, kedamaian, dan keunikan dengan bentuk atau arsitektur bangunan berbeda serta kerapian zonasi desanya. Tak kalah menarik, warganya pun sadar lingkungan serta berswasembada air dengan manajemen mirip dengan perusahaan daerah air minum. Gambar 4.2. DESA PANGLIPURAN Sumber: www.banglikab.go.id. (edited) 28 Mei 2012 Daya tarik yang kuat dari Desa Adat Penglipuran ini masih berupaya mempertahankan zonasi hunian yang mirip pembagian tubuh manusia. Zona ini terbagi tiga bagian, yaitu zona parahyangan (hulu/kepala), zona pawongan (badan), dan zona palemahan (kaki). Zona parahyangan merupakan daerah suci dan paling tinggi dibandingkan zona lainnya dengan ketinggian sekitar 700 meter dari permukaan laut dan merupakan wilayah sembahyang bersama 55
  • 56. bernama Pura Penataran. Menuruni beberapa anak tangga dari Pura Penataran, pengunjung memasuki zona pawongan, yang terdiri atas rumah tinggal di bagian barat (kauh) dan timur (kangin). Kedua bagian kauh dan kangin dipisahkan oleh rurung gede yang berupa jalan sekitar tiga meter yang membujur dari utara menurun ke selatan. Pada wilayah pawongan dihuni 226 kepala keluarga. Penduduknya rata-rata bermata pencarian petani, peternak, dan perajin bambu. Nenek moyang mereka mengajarkan agar ramah lingkungan. Karena itu, luas tanah tinggal 112 hektar itu hampir 40% adalah hutan bambu. Bahkan, menebang bambu pun tak bisa sembarangan tebang. Harus izin dan mendapat izin dari pemangku adat setempat. Gambar 4.3. BAMBOO FOREST Sumber: Dokumentasi Tim. (edited) Mei 2012. Budayawan Katut Sumarta, mengatakan, kekhasan keturunan Bali Aga di antaranya adalah sangat memuja dan menghormati perempuan, selain menjunjung tinggi keharmonisan alam, manusia, dan Tuhan (konsep Tri Hita Karana). Wujud hormat kepada perempuan itu dituangkan ke dalam awig-awig 56
  • 57. (semacam kesepakatan bersama dan biasanya berkaitan dengan pelanggaran), termasuk di Desa Penglipuran. Dalam awig-awig, siapa pun laki-laki di desa itu hanya diizinkan menikah dengan satu perempuan. Tidak dibenarkan adanya poligami. Jika laki-laki itu ketahuan melakukan poligami atas sepengetahuan istri pertama atau tidak, ia tetap harus mendapatkan hukuman. Hukuman yang dijatuhkan adalah dikucilkan. Laki-laki itu tak boleh tinggal serumah dengan istri pertamanya selamanya. Parahnya, ia juga tak boleh menginjakkan kaki dan bersembahyang di pura. Intinya, ia dikucilkan baik batin maupun secara sosial. Di Desa Penglipuran, tempat pengucilan itu pun dinamai Karang Memadu. Luas tanahnya hanya sepetak. Sejarah ratusan tahun lalu hingga sekarang, Karang Memadu belum pernah ditempati sehingga masih berupa tanah tanpa bangunan.Sekitar 1994, warga sempat terpikir untuk mengubahnya, tetapi batal. Selain dilarang menduakan istri, warga juga enggan melakukan kesalahan lainnya, seperti mencuri. Jika ketahuan melakukan kejahatan, hukumannya juga berat karena harus memberikan sesaji sedikitnya lima ekor ayam berbagai warna ke masing-masing empat pura leluhur mereka. Jadi, pasti semua warga akan tahu siapa yang melakukan kejahatan dengan adanya upacara itu. Sementara zona palemahan adalah zona untuk setra atau orang yang sudah meninggal. Karena secara budaya, warga Hindu Bali di Penglipuran tidak menganut budaya Ngaben. Jenazah hanya dikubur tanpa dibakar. Alasannya, pembakaran bisa menjadikan pencemaran untuk lingkungan. Satu lagi yang khas dari desa adat ini, minuman asli loloh cemceman. Rasanya seperti air tape atau es rujak di Pulau Jawa. Namun, warnanya kehijauan karena berasal dari daun cem-ceman yang diperas, di beri air kelapa serta garam, dan direbus. Sumber: www.banglikab.go.id. 28 Mei 2012. 57
  • 58. 3. Paket Wisata yang Ditawarkan Kawasan pariwisata Gunung Api Batur memiliki sejumlah destinasi pariwisata yang sangat layak dijual kepada wisatawan baik itu asing maupun domestik. Berikut ini adalah beberapa ringkasan paket wisata yang dijual oleh travel-travel agent atau biro perjalanan sebagai tujuan wisata bagi konsumen/wisatawan yang tim kelompokkan berdasarkan kategori/jenis aktivitas wisata yang dilakukan. Penjabaran data temuan mengenai aktivitas wisata di Gunung Api Batur dapat dilihat di halaman selanjutnya. 58
  • 59. Tabel 4.7. TABEL CHECKLIST AKTIVITAS WISATA DI KAWASAN PARIWISATA GUNUNG API BATUR Aktivitas Wisata di Kawasan Pariwisata Gunung Batur No ODTW Jarak (Waktu/K m) 1. Pura Ulun Danu ± 45 Menit Ibadah, melihat upacara adat 2. Danau Batur ± 60 Menit Mancing, sarana transportasi, sight seeing dan photography 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Restoran Apung Kedisan (Desa Kedisan) Trunyan (Desa Trunyan) Pura Pancering Jagat (Desa Trunyan) Panelokan (Desa Batur selatan) Museum Gunung Api Batur (Desa Batur Selatan) Toya Bungkah (Desa Batur Selatan) Gunung Api Batur ± 60 Menit ± 160 Menit ± 120 Menit Jenis Kegiatan yang dilakukan Menikmati santapan khas yaitu ikan tawar, sambil melihat keindahan danau batur dan gunung batur Melihat keunikan kuburan warga desa trunyan Menyaksikan upacara adat Kategori Kegiatan Wisata Wisata Budaya dan Ziarah Wisata Rekreasi Wisata Rekreasi dan Kuliner Wisata Budaya Wisata Budaya ± 10 Menit Melihat keindahan alam gunung batur dan photography Wisata Rekreasi ± 5 Menit Memperkaya pengetahuan masyarakat akan gunung Batur Widiawisata ± 75 Menit Berendam air panas ± 3 Jam Sumber: Checklist 2012 Tracking, hiking, sightseeing, dan photography Wisata Kesehatan Wisata Petualangan, Wisata Rekreasi Keterangan Upacara di pura ini dirayakan setiap tahun, dan dinamakan Ngusaba Kedasa. Syarat masuk dengan menggunakan kain selendang. Selain menyediakan menu yang lezat, di restoran terapung danau Batur ini juga menyediakan aktivitas watersport seperti jetski dan juga memancing Desa trunyan memeiliki tiga jenis kuburan yang diperuntukan untuk tiga jenis kematian yang berbeda-beda Barong Brutuk hanya diadakan beberapa kali setahun, setiap diadakan upacara Terdapat restoran-restoran dan penjualan souvenir di sekitar panelokan Buka pada hari kerja dan tiket masuknya gratis Masyarakat sekitar percaya bahwa air panas tersebut dapat menyembuhkan penyakit, fasilitas lain; adalah hotel dan restoran serta aula untuk mementaskan tarian tradisional maupun modern Terdapat guide lokal dan pelayan wisatawan disana
  • 60. C. KONDISI PENGELOLA INDUSTRI KREATIF 1. Fungsi dan Tujuan Dentination Management Organization (DMO) Peran serta DMO dalam mengembangkan kawasan pariwisata Gunung Api Batur memerlukan fungsi dan tujuan yang tepat guna, berikut ini adalah hasil analisa checklist mengenai Fungsi dan Tujuan DMO di dalam mengembangkan kawasan pariwisata Gunung Api Batur: Tabel 4.8. No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. TABEL FUNGSI DAN TUJUAN DMO Fungsi & Tujuan DMO Melakukan Koordinasi, Kemitraan dan Jejaring Melakukan Konsultasi dan Advokasi Pembenahan Fasilitas Standar Pelayanan Melakukan Penelitian Meningkatkan Pemberdayaan Masyarakat Menyelenggarakan Pemasaran Melakukan Promosi Investasi Monitoring dan Evaluasi Melakukan Survey Kualitas Pelayanan Penyusunan Programprogram Inovasi tentang Destinasi/Program Manajer/Event Generator Menerapkan Krisis Manajemen Kondisi Aktual Koordinasi ke berbagai pemangku kepentingan telah dilakukan, namun untuk kemitraan dan jejaring kerjasama antar pemangku kepentingan dengan masyarakat lokal masih belum terjalin dengan baik. Koordinasi dengan masyarakat lokal masih belum optimal ditandai dengan rendahnya kesadaran masyarakat untuk turut serta dalam menciptakan suasana yang aman dan nyaman bagi wisatawan yang berkunjung ke kawasan pariwisata Gunung Api Batur, Bali. Fasilitas standar pelayanan belum sepenuhnya terbenahi. Belum banyak penelitian yang dilakukan untuk melihat sejauh mana perkembangan industri kreatif yang terdapat di kawasan pariwisata Gunung Api Batur, Bali. Sudah terdapat perencanaan program pengembangan dan kegiatan yang melibatkan masyarakat lokal, namun belum terlaksana, dikarenakan masih banyak masyarakat lokal yang belum terkoordinir dengan baik. Penyusunan program kegiatan pemasaran sudah dilakukan, namun belum terlihat pelaksanaannya. Kegiatan promosi investasi di daerah gunung batur masih belum optimal ditandai dengan masih banyaknya kawasan yang belum terkelola dengan baik. (Belum Diketahui) (Belum Diketahui) Penyusunan program-program inovasi tentang destinasi/program manajer/event generator belum terlihat, dikarenakan aktivitas wisatawan di kawasan Gunung Api Batur selama ini sangat monoton, sebagian besar wisatawan hanya sekedar datang untuk berkunjung saja. Rencana tindakan yang bersifat proaktif dan efektif terhadap dampak krisis yang ditimbulkan sudah ada, namun untuk saat ini kondisi lingkungan baik fisik maupun non fisik (sosial budaya dan kesehatan) masih dalam tahap yang wajar, sehingga penerapan krisis manajemen untuk saat ini belum begitu terlihat. Kesesuaian Belum Sesuai Belum Sesuai Belum Sesuai Belum Sesuai Belum Sesuai Belum Sesuai Belum Sesuai Belum Sesuai Belum Sesuai Sumber: Tim Peneliti DMO Gunung Api Batur 2012 60
  • 61. Peran Serta, Kepentingan, dan Tugas dari Stakeholders Industri 2. Kreatif Beberapa Stakeholders yang terkait secara langsung (direct) maupun tidak langsung (indirect) di dalam pengelolaan Industri kawasan pariwisata Gunung Api Batur. Berikut hasil penjabaranya: Tabel 4.9. TABEL STAKEHOLDER YANG TERKAIT DALAM PENGELOLAAN INDUSTRI KREATIF DI GUNUNG API BATUR No. 1. Stakeholder Pemerintah Daerah Peran Perencanaan, Pembangunan, Pengeluaran kebijakan, Pembuatan dan penegakan peraturan. Kepentingan Membuat konsep (master plan) tentang pengelolaan industri kreatif di Gunung Api Batur, Bali - - - 2. Pelaku Industri Pelaksana program pemerintah dalam pengelolaan industri kreatif. 3. Masyarakat Lokal Pendukung program pemerintah dan pelaku industri kreatif. Mengembangkan industri kreatif di Gunung Api Batur, Bali dan sebagai penyedia produk industri kreatif di Gunung Api Batur, Bali Dalam hal ini, masyarakat lokal hanya perlu menjalankan rutinitas keseharian mereka yang memiliki ciri khas dan keunikan yang tidak dimiliki oleh masyarakat daerah lain. Tugas Merencanakan program kerja Melaksanakan pembangunan daerah yang berhubungan dengan industri kreatif yang telah direncanakan sebelumnya Mengeluarkan kebijakan terhadap pelaku-pelaku industri kreatif Membuat peraturan yang terkait dengan pengelolaan industri kreatif yang ada di Gunung Api Batur, Bali Menciptakan produk industri kreatif Memasarkan hasil industri kreatif Mempromosikan hasil produk industri kreatif yang ada di Gunung Api Batur, Bali _ Sumber: Tim Peneliti DMO Gunung Api Batur 2012 61
  • 62. 3. Kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Bangli Tentang Kepariwisataan Dalam kegiatan kepariwisataan di kawasan pariwisata Gunung Api Batur, pihak Pemerintah Daerah Kabupaten Bangli memiliki sejumlah kebijakan mengenai program pengembangan pariwisata di Daerah Kabupaten Bangli berikut: Tabel 4.10. No. 1. TABEL KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH KAB. BANGLI TENTANG KEPARIWISATAAN Kebijakan Pengembangan Daya Tarik a. dan Atraksi Wisata di Kab. Bangli b. c. d. 2. Pengurangan Kesenjangan Ekonomi dan Sosial dalam Pembangunan Kepariwisataan di Kab. Bangli a. b. c. 3. Peningkatan Keamanan, Kenyamanan dan Aspek Kesehatan Kepariwisataan a. b. c. d. 4. Peningkatan Sumber Daya Manusia Kepariwisataan a. b. c. d. Deskripsi Mengidentifikasi obyek, daya tarik dan atraksi wisata yang sudah, sedang dan belum berkembang sesuai dengan jenisnya (alam, budaya dan minat khusus). Meningkatkan kualitas obyek, daya tarik dan atraksi wisata sesuai dengan potensi dan keunikannya melalui peningkatkan sarana, prasarana serta upaya pembinaan dan peningkatan SDM (Sumber Daya Manusia). Meningkatkan peran serta masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pengembangan obyek, daya tarik dan atraksi wisata dengan melibatkan seluruh komponen yang bergerak di sub sektor pariwisata. Menjaga kelestarian daerah tujuan wisata dalam rangka pengembangan pariwisata berkelanjutan melalui pemeliharaan secara berkala. Memeratakan pembangunan kepariwisataan di daerah Bangli sesuai dengan potensi dan kemampuan masingmasing. Mengembangkan pariwisata kerakyatan (pengembangan desa wisata, eko wisata dan agro wisata). Mengembangkan pola kemitraan dalam pengembangan pariwisata terutama antara swasta dan masyarakat. Menciptakan keamanan daerah tujuan wisata dengan melibatkan desa adat dan aparat keamanan. Melaksanakan pembangunan kepariwisataan dengan memperhati-kan aspek kelestarian lingkungan. Mengupayakan pengelolaan limbah industri pariwisata, Menjaga hygines dan sanitasi makanan dan minuman yang disajikan kepada wisatawan. Melaksanakan pendidikan dan latihan kepada aparat pariwisata. Melaksanakan pendidikan dan latihan kepada pengelola daerah tujuan wisata. Memberikan pembinaan kepada masyarakat dan swasta yang bergerak di bidang pariwisata. Melaksanakan studi banding ke daerah-daerah yang pembangunan kepariwisataannya lebih maju. Sumber: Assessment Baseline DMO Cluster Bali 2011 62
  • 63. D. DATA SEKUNDER 1. Kabupaten Bangli Kabupaten Bangli merupakan bagian dari Provinsi Bali bagian Utara, dengan luas wilayah 520,81 Km² atau 9,25 % dari seluruh wilayah Provinsi Bali. Secara administratif sendiri Kabupaten Bangli terbagi menjadi 4 Kecamatan dan 72 Desa yaitu: a. Kecamatan Bangli, dengan luas 56,3 Km², terdiri dari 9 desa atau kelurahan; b. Kecamatan Susut dengan luas 49,3 Km², terdiri dari 9 desa; c. Kecamatan Tembuku dengan luas 48,3 Km², terdiri dari 6 desa; dan d. Kecamatan Kintamani dengan luas 366,9 Km², terdiri dari 48 desa. Kecamatan Kintamani yang menjadi fokus penilitian kami merupakan salah satu dataran tinggi yang ada di Pulau Bali dengan kemiringan lereng antara 30 – 70% dan merupakan daerah pegunungan yang berelief kasar. Kondisi geologi dan litologi kawasan tersebut berupa endapan vulkanologi muda dan tua. Namun kawasan Kecamatan Kintamani pada umumnya berhawa sejuk dengan temperatur udara berkisar antara 18ºC - 23ºC dengan curah hujan tahunan 1.840 mm/th. Wilayah Kecamatan Kintamani juga memiliki hutan negara sekitar 6.399,60 ha (35,72%) dan kebun seluas 1.350,10 Ha (7,53%) (RT/RW ODTWK Kintamani, 2007). Dari 48 Desa yang ada dalam wilayah administrasi Kecamatan Kintamani, telah dibagi 63
  • 64. kembali menjadi 15 Desa yang merupakan daerah kawasan wisata. Letak 15 Desa tersebut berada di sekitaran Gunung Api Batur dan Danau Batur. Gunung Api Batur merupakan salah satu gunung merapi dari sekian ratus gunung merapi yang masih aktif di Indonesia, terletak di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali. Terletak di barat laut Gunung Agung. Gunung ini memiliki kaldera berukuran 13,8 x 10 Km² dan merupakan salah satu yang terbesar dan terindah di dunia (Van Bemmelen, 1949). Pematang kaldera tingginya berkisar antara 1267 m- 2152 m (puncak Gunung Abang). Kaldera Gunung Api Batur diperkirakan terbentuk akibat dua letusan besar 29.300 dan 20.150 tahun yang lalu. Gunung Api Batur terdiri dari tiga kerucut gunung api dengan masing-masing kawahnya; Batur I, Batur II, dan Batur III. Kawasan pariwisata Gunung Api Batur secara geografis terletak pada koordinat 08˚3’40” - 08˚50’48” LS dan 114˚25’53” - 115˚42’40” BT, dan dibatasi oleh: Tabel 4.11. BATAS WILAYAH KABUPATEN BANGLI Utara Timur •Kab.Buleleng •Kawasan Kaledra Gunung Api Batur •Kab. Karangasem Selatan •Kab.Klungkung •Kab. Gianyar Barat •Kab. Gianyar •Kab. Badung •Kab.Buleleng Sumber: Disparda Kabupaten Bangli, Bali 2012. 64
  • 65. 2. Visi-Misi Kabuaten Bangli Sebagai salah satu sektor pembangunan Kabupaten Bangli, visi dan misi pengembangan pariwisata Kabupaten Bangli khususnya pada wilayah hinterland Kaldera Gunung Api Batur harus mengacu kepada visi pembangunan Kabupaten Bangli, “Terwujudnya Masyarakat Bangli yang Sejahtera, Mandiri, Terdidik dan Siap Mengabdi (sewyakirti) berdasarkan Tri Hita Karana”. Selain itu, beberapa isu strategis utama pembangunan Kabupaten Bangli juga bisa menjadi landasan pengembangan pariwisata pada wilayah hinterland Kaldera Gunung Api Batur di Kabupaten Bangli. Isu-isu strategis utama pembangunan Kabupaten Bangli Tersebut adalah: a. Mewujudkan masyarakat Bangli yang tangguh dan unggul; b. Melestarikan kebudayaan Bali; c. Mewujudkan ketertiban dan keamanan masyarakat Bangli yang berkeadilan dan demokratis; d. Mewujudkan masyarakat Bangli yang sejahtera dan mandiri; e. Mewujudkan Bangli yang asri dan lestari. Sumber: Bali Assessment 2011. 65
  • 66. 3. Kecamatan Kintamani Terletak di dataran tinggi bagian utara Provinsi Bali, berjarak ±2 jam dari Kota Denpasar. secara administrasi Kecamatan Kintamani terdiri dari 48 Desa, yaitu: Tabel 4.12. DAFTAR 48 DESA YANG MENJADI BAGIAN DARI KEC. KINTAMANI No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 Kode Pos 80652 80652 80652 80652 80652 80652 80652 80652 80652 80652 80652 80652 80652 80652 80652 80652 80652 80652 80652 80652 80652 80652 80652 80652 80652 80652 80652 80652 80652 80652 80652 80652 80652 80652 80652 80652 80652 80652 80652 80652 80652 Desa/ Kelurahan Abang Songan* Abuan Awan Bantang Banua Batu Dinding* Batukaang Batur Selatan* Batur Tengah* Batur Utara* Bayungcerik Bayunggede Belancan Belandingan Belanga Belantih Binyan Bonyoh Buahan* Bunutin Catur Daup Dausa Gunungbau Katung Kedisan* Kintamani* Kutuh Langgahan Lembean Mangguh Manikliyu Mengani Pengejaran Pinggan* Satra Sekaan Sekardadi Selulung Serahi Siyakin Kecamatan Kintamani Kintamani Kintamani Kintamani Kintamani Kintamani Kintamani Kintamani Kintamani Kintamani Kintamani Kintamani Kintamani Kintamani Kintamani Kintamani Kintamani Kintamani Kintamani Kintamani Kintamani Kintamani Kintamani Kintamani Kintamani Kintamani Kintamani Kintamani Kintamani Kintamani Kintamani Kintamani Kintamani Kintamani Kintamani Kintamani Kintamani Kintamani Kintamani Kintamani Kintamani DT2 Kota, Kabupaten DT2 Kota, Kabupaten Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Bangli Bangli Bangli Bangli Bangli Bangli Bangli Bangli Bangli Bangli Bangli Bangli Bangli Bangli Bangli Bangli Bangli Bangli Bangli Bangli Bangli Bangli Bangli Bangli Bangli Bangli Bangli Bangli Bangli Bangli Bangli Bangli Bangli Bangli Bangli Bangli Bangli Bangli Bangli Bangli Bangli Provinsi Bali Bali Bali Bali Bali Bali Bali Bali Bali Bali Bali Bali Bali Bali Bali Bali Bali Bali Bali Bali Bali Bali Bali Bali Bali Bali Bali Bali Bali Bali Bali Bali Bali Bali Bali Bali Bali Bali Bali Bali Bali 66
  • 67. 42 43 44 45 46 47 48 80652 80652 80652 80652 80652 80652 80652 Songan A* Songan B* Subaya Sukawana Suter* Terunyan* Ulian Kintamani Kintamani Kintamani Kintamani Kintamani Kintamani Kintamani Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Bangli Bangli Bangli Bangli Bangli Bangli Bangli Bali Bali Bali Bali Bali Bali Bali Sumber: Pengolahan Data dari “Kintamani Dalam Angka 2011 Tabel 4.13. JUMLAH PENDUDUK PER DESA/KELURAHAN BEDASARKAN JENIS KELAMIN DI 13 DESA KAWASAN PARIWISATA GUNUNG API BATUR TAHUN 2010 Nama Desa Batur Utara Batur Selatan Batur Tengah Pinggan Kintamani Songan A Songan B Kedisan Buahan Trunyan Suter Abang Songan Abang Batudinding Jumlah Laki-Laki Jenis Kelamin Perempuan Jumlah 873 2479 1254 861 2704 2742 3568 858 903 1344 878 579 1139 20182 877 2700 1245 812 2721 2630 3484 882 819 1294 881 597 1246 20188 1750 5179 2499 1673 5425 5372 7052 1740 1722 2638 1759 1176 2385 40370 Sumber: Pengolahan Data dari “Kintamani Dalam Angka 2011” 4. Kawasan Pariwisata Gunung Api Batur Kawasan pariwisata Gunung Api Batur telah menjadi objek wisata dunia sejak lama dimulai ketika masa penjajahan Belanda, pada masa ini kawasan pariwisata Gunung Api Batur dikelompokkan menjadi 15 Desa yang menjadi kawasan penyanggah kaldera Gunung Api Batur (Sumber: DMO Bali Assesment 2010). Dari 15 Desa tersebut merupakan bagian dari Kecamatan Kintamani yang sering disebut kawasan pariwisata Kintamani atau kawasan pariwisata Gunung Batur berikut desa-desa tersebut: Batur Utara, Batur Selatan, Batur Tengah, Kintamani, Sukawana, Pinggan, Belandingan, Songan A, Songan B, Trunyan, Kedisan, Buahan, Abang 67
  • 68. Songan, Suter, dan Desa Abang Batu Dinding. Namun pada penelitian kali ini Desa Sukawana dan Desa Belandingan tidak dapat dilakukan penelitian mendalam berkaitan dengan bencana alam yang tengah dialami warga Desa Belandingan, dan permasalahan teknis selama penelitian di Desa Sukawana. Sehingga penelitian kali ini hanya melibatkan 13 Desa lainnya. 5. Peraturan Daerah Kabupaten Bangli Untuk memberikan arah kebijakan yang jelas dan panduan terhadap pengembangan pariwisata di Kintamani dan Kabupaten Bangli pada umumnya maka dipedomani berbagai peraturan dan perundang-undangan yang berhubungan dengan bidang kepaariwisataan serta diterbitkan berbagai peraturan daerah dan peraturan teknis lainnya. Beberapa peraturan dan perundang-undangan tesebut diantaranya: a. Undang-undang No 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan b. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor PM.8597/HK501/MKP/2010 tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha Pariwisata c. PERDA Provinsi Daerah Tk I Bali Nomor 14 Tahun 1989 tentang Penyerahan sebagian urusan pemerintah propinsi daerah TK I Bali di Bidang Kepariwisataan Kepada Daerah Tk II d. Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 16 tahun 2009 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah e. Peraturan Daerah Kabupaten Daerah TK II Bangli Nomor 4 Tahun 1990 tentang Retribusi Obyek Wisata f. Peraturan Bupati Bangli Nomor 14 Tahun 2007 tentang pemberian izin pelayanan jasa pemanduan pendakian gununga batur kintamani g. Keputusan Bupati Kepala Daerah Tk II Bangli Nomor 171 Tahun 1990 tentang penetapan obyek-obyek wisata 68
  • 69. h. Keputusan Bupati Kepala Daerah Tk. II Bangli Nomor 172 Tahun 1990 Tentang Retribusi Obyek wisata. i. Keputusan Bupati Kepala Daerah Tk. II Bangli Nomor 173 Tahun 1990 Tentang Penunjukan Dinas Pariwisata untuk melaksanakan pungutan Retribusi Obyek wisata. j. Keputusan Bupati Kepala Daerah TK II Bangli Nomor 263 Tahun 1991 tentang penunjukkan Yayasan Tampuryang Batur dan Yayasan Bintang Danu sebagai Petugas Pungutan Retribusi Obyek Wisata k. Keputusan Bupati Kepala Daerah TK II Bangli Nomor 387 Tahun 1991 Tentang Penunjukan Panitia Pura Penulisan sebagai Petugas Pungut Obyek Wisata Kawasan Penulisan. l. Keputusan Bupati Kepala Daerah TK II Bangli Nomor 405 Tahun 1992 Tentang Pungutan Retribusi obyek Wisata Di Kabupaten Daerah TK II Bangli m. Keputusan Bupati Kepala Daerah TK II Bangli Nor 258 Tahun 1999 tentang penetapan tariff angkutan wisata motor boat di Danau Batur n. Keputusan Bupati Kepala Daerah II Bangli Nomor 377 Tahun 1999 tentang pemberian Ijin Pengelolaan Pendakian Gunung Batur Kintamani o. Keputusan Bupati Kepala Daerah II Bangli Nomor 377 A Tahun 1999 tentang Ijin Pelayanan Jasa Pemanduan Pendakian Gunung Batur Kintamani p. Keputusan Bupati Kepala Daerah II Bangli Nomor 378 Tahun 1999 tentang penetapan tarif Jasa Pemandu Pendakian Gunung Batur Kintamani q. Keputusan Bupati Bangli Nomor 232 Tahun 2001 tentang perubahan ketiga atas keputusan bupati kepala daerah Tk II Bangli Nomor 258 tahun 1999 tentang penetapan tarif angkutan wisata motor boat di danau batur 69
  • 70. r. Keputusan Bupati Bangli Nomor 556.05/171/2001 tentang penunjukan petugas pengelola dan daya Tarik Wisata di Kabupaten Bangli s. Kesempatan Bersama Pemerintah Kabupaten Bangli dengan Universitas Udayana Nomor 3 Tahun 2007, Nomor 1959/J14/Kl 04.01/2007 tentang implementasi Tri Dharma Perguruan Tinggi Dalam Pengembangan kepariwisataan di Kabupaten Bangli. t. Keputusan Bupati Bangli Nomor 556.05/96/2009 tentang Pembentukkan Panitia pelaksana Pembentukan Kelembagaan Pengelola Kepariwisataan di Kabupaten Bangli. u. Keputusan Bupati Bangli Nomor 660/130/2010 tentang Pembentukan Tim Koordinasi Pengelolaan Kawasan Geopark Gunungapi Batur Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali. v. Peraturan Daerah Kabupaten Bangli Nomor 7 Tahun 2010 tentang Retribusi Tempat rekreasi dan Olah Raga. w. Keputusan Bupati Bangli Nomor 556/134/2010 tentang Penunjukkan Petugas Pungut Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah Raga. 70
  • 71. E. DATA PRIMER: Resume Wawancara 13 Desa Kawasan Pariwisata Gunung Api Batur Data primer kami yang pertama berupa hasil wawancara dengan beberapa Informan yang berfokus pada pedoman wawancara tentang Potensi Industri Kreatif, berikut penjabarannya: 1. Desa Batur Utara Bedasarkan data hasil wawancara yang telah kami lakukan dengan Perbekel dari Desa Batur Utara terdapat beberapa informasi mengenai kondisi Desa Batur Utara. Desa Batur Utara Mayoritas sumber mata pencaharian desa 5% bergerak sebagai Petani, 5% sebagai Buruh, 20% sebagai Pegawai dan 70% sebagai Wirausaha. Hasil pertaniannya yaitu Jeruk, Kopi, Sayur-Sayuran, Terong Belanda. Sebagian besar dari warga desa Batur Utara menjadi Wirausaha, seperti berjualan didaerah kawasan wisata seperti Panelokan dan Daerah Pura Ulun Danu. Dari Hasil wawancara dengan perbekel di Desa Batur Utara Memiliki Beberapa Sumber Daya Alam yang Dapat di jadikan suatu Potensi Industri Kreatif yaitu Pengembangan terong belanda, Terong Belanda merupakan sejenis sayuran yang bisa tumbuh di kawasan dataran tinggi vulkano. Sayuran ini sangat baik untuk diolah jadi lauk-pauk, beberapa Restoran Lokal di kawasan Pariwisata Gunung Api Batur menyediakan menu ini, meskipun saat ini terong belanda ini cukup langka pertumbuhannya. Beberapa tahun yang lalu Desa ini juga diakui telah mendapatkan bantuan dalam Bentuk Mesin untuk pengolahan Terong Belanda menjadi sauce, dan makanan olahan lain berbahan Terong Belanda untuk dikembangkan. Selain Pengembangan 71
  • 72. Terong Belanda Desa Batur Utara Terdapat Pengembangan Ikan Mujair, Ikan Mujair di Desa Batur sendiri memiliki keunikan didalam pengolahannya, karena di dalam bumbu yang dipakai untuk mengolah Ikan Mujair Tersebut menggunakan Umbi-Umbian yang menjadi suatu ciri khas Kuliner dari Desa Batur Utara. Selain memiliki Sumber Daya Alam, Desa Batur Utara juga memiliki banyak kesenian yang sering ditampilkan di Pura Ulun Danu, terutama ketika acara-acara keagamaan umat Hindu. Mereka memiliki sanggar tersendiri yang berada tepat dibelakang kantor Perbekel/Desa Batur Utara yang bisa dijadikan sebagai daya tarik untuk menarik perhatian wisatawan. Desa Batur Utara Terdapat wisata spiritual di Pura Ulun Danu, dan pernah didatangi oleh orang-orang penting seperti, Presiden Soekarno, Soeharto, dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pernah berkunjung ke Pura Ulun Danu untuk berwisata spiritual disana. Adanya Aktifitas Pasar yang menjadi ciri khas desa Batur Utara, seperti adanya Pasar Besar yang diadakan setiap 3 hari sekali. Dari Informasi Wawancara dari Perbekel bahwa terdapat kendala dengan Kondisi Aktual di Desa Batur Utara yaitu untuk pengolahan terong belanda memiliki kendala di dalam proses pengolahannya di karenakan didalam produksi untuk mengolah terong belanda memerlukan biaya operasional yang besar untuk mengoperasikan Kapasitas mesin Tersebut, sedangkan Hasil Panen dari Terong Belanda Kurang Dari standar Kapasitas Mesin. 72