Publicité

FLAVONOID PART II.pptx

6 Sep 2022
Publicité

Contenu connexe

Publicité

FLAVONOID PART II.pptx

  1. FLAVONOID PART II
  2. Pengujian Flavonoid Secara KLT • Ekstrak tanaman setelah dimaserasi dengan etanol 70% diuji kadar flavonoidnya secara kualitatif dan sebagai pembanding adalah kuersetin yang telah dilarutkan dengan etanol 70%. • Keduanya ditotolkan bersama-sama pada lempeng kromatografi lapis tipis (KLT) dengan fase diam silika gel dan fase gerak etil asetat : metanol (3:1). • Bercak kromatogram (noda) yang dihasilkan diamati dengan menggunakan penampak noda sinar ultraviolet 254 nm dan 366 nm, sebelum dan setelah disemprot dengan AlCl3 5%. • Bercak dengan flouresensi warna kuning menunjukkan adanya flavonoid.
  3. Contoh Hasil Uji KLT Ekstrak buah pare
  4. Kuersetin sebagai standar penentuan kadar flavonoid total Kuersetin dipilih sebagai standar karena termasuk senyawa flavonoid yang paling efektif dalam menangkap radikal bebas (radikal hidroksil (OH-), anion superoksida (O2-), dan radikal peroksil (COO-) serta mampu menghambat berbagai reaksi oksidasi karena dapat menghasilkan radikal fenolik yang stabil dari cincin aromatisnya
  5. Penggunaan Pereaksi AlCl pada Pengukuran Kadar Flavonoid Total • Prinsip dari penggunaan pereaksi AlCl ini adalah AlCl membentuk kompleks asam yang stabil dengan C-4 gugus keton, lalu dengan C-3 atau C-5 gugus hidroksil dari flavon dan flavonol. • Selain itu AlCl juga membentuk kompleks asam yang labil dengan gugus ortodihidroksil pada cincin A atau B dari flavonoid (Chang et al.2002) sehingga akan mempunyai serapan maksimum pada panjang gelombang 440 nm yang diukur dengan spektrofotometer UV-VIS.
  6. Penetapan Kadar Flavonoid Total 1) Preparasi Larutan Baku Kuersetin  Pertama kali dibuat larutan induk kuersetin 1000 ppm dengan cara menimbang 0,0250 g kuersetin dan dilarutkan dengan etanol p.a hingga volume 25 ml.  Selanjutnya dibuat larutan baku kerja kuersetin dengan konsentrasi 100 ppm dengan mengencerkan larutan induk 1000 ppm  Kemudian dibuat larutan standar kuersetin dari konsentrasi 100 ppm dengan deret konsentrasi 1 ppm, 5 ppm, 10 ppm, 20 ppm,dan 40 ppm.
  7.  Kemudian ditambahkan  0,1 ml AlCl3 10% Natrium asetat 1 M 0,1 ml dan 2,80 ml aquades steril.  Campuran dikocok sampai homogen lalu dibiarkan selama 30 menit.  Kemudian siap dibaca pada spektrofotometer Ultra violet Visible (UV-Vis) pada panjang gelombang 440 nm .
  8. 2) Penetapan kadar Flavonoid Total  Sampel dari ekstrak tanaman dilarutkan dengan etanol p.a (2%-8%)  Ditambahkan 0,1 ml AlCl3 10% Natrium asetat 1M 0,1 ml dan 2,80 ml aquades steril.  Campuran dikocok sampai homogen lalu dibiarkan selama 30 menit. Kemudian diukur serapannya (Absorbansinya) dengan spektrofotometer UV-VIS pada λ 440 nm.  Dibuat kurva regresi linier menggunakan standar kuersetin
  9. Pengujian kemampuan antioksidan dalam ekstrak tanaman • Pengujian antioksidan dengan metode kemampuan mereduksi ekstrak etanol tanaman menggunakan metode Oyaizu. • Menurut Katja, et al 2009, dalam penentuan daya reduksi, antioksidan berfungsi sebagai reduktor . • Antioksidan dalam sampel akan mereduksi Fe3+ (kompleks kalium ferisianida [K3Fe(CN)6] menjadi Fe2+ (bentuk ferro) • Reaksi ini berdasarkan Reaksi FENTON yang terjadi dalam tanaman maupun dalam tubuh manusia.
  10. Reaksi Fenton • Reaksi Fenton sebenarnya merupakan reaksi yang normal terjadi dalam tumbuhan maupun dalam tubuh manusia. • Fe2+ + H2O2 Fe3+ + OH• + OH – • Tetapi pada keadaan stress oksidatif Reaksi Fenton berjalan lebih cepat sampai 4-5 kali lipat dibandingkan dalam keadaan normal sehingga pembentukan OH• dan OH – yang merupakan radikal bebas golongan ROS(Reactive Oxygen Species) juga bertambah banyak 4-5 kali lipat. • Hal ini menyebabkan kerusakan sel bertambah parah.
  11. Penentuan kemampuan mereduksi ekstrak tanaman • Dibuat larutan ekstrak etanol tanaman dengan konsentrasi 2%, 4%, 6%, dan 8%. • Kemudian masing-masing diambil 1,0 ml lalu ditambah dengan 2,50 ml dapar phospat 0,2 M pH 6,6. • Kemudian ditambahkan 2,50 ml larutan K3Fe(CN)6 1 % • Selanjutnya diinkubasi selama 20 menit pada suhu 50 ˚C • Setelah itu ditambahkan Trikloro asetat (TCA) 10% sebanyak 2,50 ml. • Lalu di kocok sampai homogen, selanjutnya disentrifugasi pada 3000 rpm selama 10 menit
  12. • Sebanyak 5,0 ml lapisan atas dari larutan tersebut ditambahkan dengan 5,0 ml aquades steril dan 1,0 ml FeCl3 0,1% • Diukur absorbansinya pada λ 700 nm • Sebagai pembanding disiapkan larutan standar kuersetin konsentrasi 10 ppm, 20 ppm, 40 ppm dan 80 ppm • Larutan standar kuersetin perlakuannya dibuat sama seperti perlakuan pada ekstrak tanaman
  13. Contoh Hasil Pengukuran Standar kuersetin
  14. Grafik Perbandingan Konsentrasi Standar Kuersetin dengan absorbansinya
  15. Hasil pengukuran kadar Flavonoid Ekstrak Buah Pare Semakin tinggi konsentrasi ekstrak buah pare semakin tinggi kadar flavonoid totalnya (Warna kuning semakin tua)
  16. Hubungan antara daya reduksi ekstrak dengan kadar flavonoid Semakin tinggi kadar flavonoid total ekstrak buah pare (terbentuknya warna biru) semakin tinggi kemampuan daya reduksinya
  17. • Ekstrak dengan daya reduksi tinggi merupakan donor elektron yang potensial dan memiliki kemampuan untuk menghentikan reaksi berantai peroksidasi lipid yang ditimbulkan oleh serangan radikal bebas, dengan cara mengubah radikal bebas menjadi produk yang lebih stabil. • Aktivitas antioksidan dengan cara mendonorkan atom hidrogen kepada radikal bebas sehingga menjadi netral.
  18. Uji Aktivitas Antioksidan Flavonoid dengan metode DPPH • Metode DPPH (1,1 diphenyl-2picrylhydrazyl) banyak digunakan dalam uji aktivitas antioksidan flavonoid. • Pada metode ini antioksidan flavonoid (AH) bereaksi dengan radikal bebas DPPH dengan cara mendonorkan atom hidrogen, menyebabkan perubahan warna DPPH dari warna ungu menjadi kuning • Intensitas warna diukur dengan spektrofotometer UV-VIS pada panjang gelombang 517 nm
  19. Metode DPPH • DPPH merupakan radikal bebas yang stabil pada suhu kamar dan sering digunakan untuk menilai aktivitas antioksidan beberapa senyawa atau ekstrak bahan alam. • Interaksi antioksidan dengan DPPH baik secara transfer elektron atau radikal hidrogen pada DPPH akan menetralkan karakter radikal bebas dari DPPH. • Jika semua elektron pada radikal bebas DPPH menjadi berpasangan maka warna larutan akan berubah dari ungu tua menjadi kuning terang
  20. • Adapun reaksinya sebagai berikut: UNGU KUNING
  21. Pembuatan Larutan Induk DPPH • Sebanyak 9,8 mg serbuk DPPH ditimbang, dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL dilarutkan dengan metanol lalu volumenya dicukupkan sampai garis tanda (konsentrasi 200 ppm) • Pembuatan larutan blanko DPPH • Larutan DPPH (konsentrasi 200 ppm) dipipet sebanyak 2 mL, kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL, lalu dicukupkan volumenya dengan metanol sampai garis tanda (konsentrasi 40 ppm)
  22. Pembuatan Larutan Uji Kuersetin • Pembuatan larutan uji kuersetin (Sebagai kontrol positif) • Larutan induk dipipet sebanyak 0,125 mL; 0,25 mL; 0,5 mL; 1,0 mL • Lalu dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL untuk mendapatkan konsentrasi larutan uji 1,25 ppm; 2,5 ppm; 5 ppm dan 10 ppm. • Lalu ke dalam masing-masing labu ukur ditambahkan 2 mL larutan DPPH (konsentrasi 200 ppm), dicukupkan volumenya dengan metanol sampai garis tanda. • Diamkan selama 60 menit, diukur serapannya menggunakan spektrofotometer UV-Visble pada panjang gelombang yang diperoleh.
  23. Persiapan sampel uji • Larutan induk sampel uji dipipet sebanyak 0,25 mL; 0,5 mL; 1,0 mL dan 2,0 mL ke dalam labu ukur 10 mL untuk mendapatkan konsentrasi larutan uji 25 ppm; 50 ppm; 100 ppm dan 200 ppm • Lalu ke dalam masing-masing labu ukur ditambahkan 2 mL larutan DPPH (konsentrasi 200 ppm), dicukupkan volumenya dengan metanol sampai garis tanda. • Diamkan selama 60 menit pada suhu kamar, diukur serapannya menggunakan spektrofotometer UV-Visible pada panjang gelombang yang diperoleh (panjang gelombang 515 – 517 nm)
  24. Perhitungan Aktivitas perendaman radikal bebas A sampel = Absorbansi sampel
  25. Hasil Uji DPPH Standar Kuersetin
  26. Contoh Hasil Uji DPPH Sampel EKSTRAK Tanaman
  27. Nilai IC 50 (Inhibitory Concentration) • Perhitungan yang digunakan dalam penentuan aktivitas peredaman radikal bebas adalah dengan mencari nilai IC 50 • Nilai tersebut menggambarkan besarnya konsentrasi senyawa uji yang dapat meredam radikal bebas sebesar 50%. • Nilai IC50 diperoleh berdasarkan perhitungan persamaan regresi dengan cara memplot konsentrasi larutan uji dan persen (%) inhibisi atau peredaman DPPH sebagai parameter aktivitas antioksidan
  28. • Konsentrasi sampel (ppm) sebagai absis (sumbu X) dan nilai persen (%) inhibisi sebagai ordinat (sumbu Y). • Hasil persamaan regresi linier dan hasil analisis nilai IC 50 diperoleh dari absorbansi ekstrak sampel dan kuersetin
  29. Contoh Hasil Uji IC 50 Larutan Uji Persamaan Regresi IC50 (ppm) A Y= 0,335 + 6,617 130,326 B Y= 0,295 + 9,485 137,187 C Y= 0,314 + 11,076 123,817 D Y= 0,310 + 9,723 129,670 Standar kuersetin Y= 9,055 + 5,128 4,950 Molyneux (2004) menyatakan bahwa suatu zat mempunyai sifat antioksidan bila nilai IC50 < 200 ppm, tetapi dengan kategori lemah
  30. THANK YOU
Publicité