Dokumen tersebut membahas tentang akulturasi pemikiran Islam dan budaya lokal di Indonesia, khususnya dalam bidang pemikiran. Beberapa poin utama yang diangkat antara lain:
1. Pemikiran keislaman di Indonesia dipengaruhi oleh hasil penterjemahan ulama terhadap al-Quran dan al-Hadits serta penafsiran ulama terhadap ajaran Islam.
2. Pemikiran keislaman awal di Nusantara banyak bercorak mistik karena
1. Pertemuan XII
Akulturasi Islam dan Budaya Lokal
dalam bidang Pemikiran
Pengantar
Mempelajari pemikiran Islam dalam akulturasinya dengan
budaya lokal di Nusantara, kita mesti mendasarkannya pada
khasanah pemikiran itu dalam sejarah.
Berdasarkan analisa historis dapat diketahui pola-pola
pemikiran keislaman dalam budaya tersebut dan dalam
perubahannya pada setiap periode sejarah Islam di Nusantara.
Pola pemikiran dimaksud secara periodik dapat dipetakan
sedikitnnya menjadi periode awal Islam, periode kolonial, dan
masa modern
Pola-pola pmikiran demikian, ternyata masih dapat dijumpai
dalam pergumulan pemikiran dan realitas sosial keagamaan
masyarakat Islam di Indonesia dewasa ini
2. Makna Pemikiran Keislaman
• Hasil penterjemahan ulama terhadap sumber ajaran
Islam, al-Quran dan al-Hadits
• Hasil penafsiran ulama terhadap pokok-pokok ajaran
Islam: bidang aqidah, bidang syari’ah, bidang akhlak
dan tasawuf
• Keragaman filsafat tentang ketuhanan,
kemanusiaan, dan hubungan manusia dengan Tuhan
• Hubungan pemikiran keislaman dan kebudayaan
lokal, berarti pemikiran-pemikiran tentang sendi
ajaran Islam itu yang diakulturasikan dengan
pemikiran religi di dalam sesuatu kebudayaan
3. Pemikiran keislaman yang Beriringan
dengan Islamisasi Nusantara
• Oleh karena Islam yang mula tersiar di wilayah
Nusantara dikembangkan oleh para ulama Sufi,
maka ajaran Islam atas pemikiran Sufi (ajaran
tasawuf) itulah yang lebih berpengaruh terhadap
religi masyarakat Nusantara
• Pada masanya, masyarakat Nusantara telah memiliki
religi yang bersumberkan pada ajaran mistik
(animisme maupun Hinduisme dan Budhisme)
• Karena itu, ketersambungan pemikiran keislaman
dan pemikiran religi pada masyarakat Nusantara,
yang mula-mula adalah pemikiran yang bercorak
mistis
4. Proses Akulturasi Pemikiran Islam dalam
Budaya Lokal
• Para ulama Sufi atau Wali mengembangkan
pemikirannnya melalui kitab-kitab kuna di
lingkungan budaya pesantren
• Sementara itu, pemikiran religi (khususnya di Jawa)
berkembang melalui karya-karya sastra pujangga
atau sastrawan Jawa
• Dalam proses akulturasi ini, peran para pujangga
itulah menyadap konsep-konsep ketuhanan, etika,
falsafah kebatinan dari lingkungan budaya pesantren
• Hasil akulturasi itu, lahirlah karya-karya pujangga
Jawa seperti suluk, wirid, dan primbon
5. Garis Besar Pemikiran yang Akulturatif
• Uraian tentang ajaran Ketuhanan dengan segala
aspek pendukungnya, khususnya rincian tentang
sifat-sifat Tuhan
• Falsafah kejawen yang menerangkan konsep tentang
cahaya (merah, hitam, kuning, putih) untuk
melukiskan tentang nafsu-nafsu
• Ajaran tasawuf yang dijadikan sumber ajaran yang
luhur menggambarkan sikap mental dan moral yang
tinggi
• Laku mistik kejawen atas empat tahap ajaran
tasawuf: syareat, tarekat, hakikat, dan makrifat
6. Pemikiran Keislaman dan Corak Keagaman
Masyarakat Nusantara
• Pada Masyarakat Melayu:
- Pengaruh Nuruddin ar-Raniri
- Pengaruh Pemikiran Hamzah Fansuri
• Pada Masyarakat Jawa
- Pemikiran para Pujangga Kraton
- Pemikiran para Ulama Pesantren
7. Karakteristik Keislaman dalam budaya
• Masih mempertahankan tradisi lama dengan
diperkaya dan disesuaikan dengan tradisi Islam,
dengan karakter sifat mistisnya
• Islam kejawen penuh dengan simbol-simbol
atau lambang-lambang, karena orang Jawa
pada awal Islam belum terbiasa berpikir abstrak
• Karakteristik kebudayaan Jawa adalah
kepercayaan atas suratan nasib, sehingga
berkaitan erat dengan falsafat mistik yang
mempercayai orang-orang pilihan (para wali
Allah)
8. Contoh-contoh Pemikiran Keislaman
akulturatif
- Pemikiran Nuruddin al-Raniri dan Hamzah
Pansuri
- Mangkunegoro IV: ajaran bagi orang
muda, ajaran bagi orang tua, suluk-
suluk
- Karya-karya Ronggowarsito
- Pemikiran Syeikh Siti Jenar