Pengantar Ilmu Ekonomi Kewilayahan, Teori dan Contoh Implementasi
KEBIJAKAN DIVIDEN
1. TUGAS MANAJEMEN KEUANGAN
“Kebijakan Dividen”
DISUSUN OLEH:
Cyndi Louisa (07)
NPM : 4301170216
Kelas: 3-03 DIII Kebendaharaan Negara 2017
T.A 2018/2019
PKN STAN
2. KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan anugrah
dari-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir manajemen keuangan tentang
“Kebijakan Dividen” ini.
Terlebih penulis ucapkan terimakasih kepada dosen manajemen keuangan Bapak
Abshor Marantika yang telah mengajarkan tentang dividend policy. Disamping itu, penulis
mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis
selama pembuatan makalah ini berlangsung sehingga dapat terealisasikanlah makalah ini.
Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi para pembaca. Penulis mengharapkan kritik dan saran terhadap makalah ini agar
kedepannya dapat penulis perbaiki.
Tangerang Selatan, 30 Desember 2018
Cyndi Louisa
3. KEBIJAKAN DIVIDEN/DIVIDEND POLICY
Apa itu kebijakan dividen?
Pengertian kebijakan dividen adalah kebijakan yang berhubungan dengan
penentuan pembagian pendapatan (earning) biasanya untuk akhir tahun antara pengguna
pendapatan untuk dibayarkan kepada para pemegang saham sebagai dividen atau untuk
digunakan dalam perusahaan, yang berarti pendapatan tersebut harus ditanam di dalam
perusahaan .
ALAT UKUR BERKAITAN DENGAN DIVIDEN
1. Dividend per Share; ukuran yang menunjukkan berapa jumlah dividen per lembar
sahamnya. Dengan rumus:
Contoh: PT.X memiliki total saham beredar 56.000.000 lembar. Tahun 2018 dibagi
dividen sebesar Rp 8.000.000.000
Berapakah besarnya DPS?
DPS 2018 = Rp 8.000.000.000/56.000.000 lbr
= Rp 142,9 per lembar saham
2. Dividend Yield; alat ukur kinerja saham. Dengan Rumus:
Contoh: PT.X tahun 2007 membayar dividen interim sebanyak satu kali sebesar Rp
120 per saham dan tidak membayar dividen final. Harga Saham PT.X pada
penutupan tahun 2007 adalah Rp 2.400 per saham. Berapakah besarnya Dividend
Yield?
Jawab:
DY: Rp 120 ÷ Rp 2400 = 0,05
3. Dividend Payout Ratio; Persentase dividen yang dibagi dari EAT disebut
Dividend Payout Ratio (DPR).
4. Atau
DPS = Total Dividen/Total Saham Beredar
EPS = EAT/Total Saham Beredar
Prosentasi laba ditahan dari EAT adalah 1 – DPR
Contoh: PT. Y pada thaun 2000 membayar dividen sebesar Rp 15.000 juta. Laba
bersih yang diperoleh Rp 92.000.000.000 Sampai akhir tahun tsb jumlah saham beredar 360
juta saham. Harga penutupan saham PT. Y Rp 1.500
Berapakah besarnya DPR
DPS = Rp Rp15.000 juta/360 juta = Rp 42
EPS = Rp 92.000.000.000/360 juta = Rp 255
DPR = Rp42/Rp255 = 16,47%
Pihak Pemegang Earning After Tax(EAT) :
1. Pemegang Saham dalam bentuk dividen. Dividen merupakan aliran kas yang
dibayarkan kepada para pemegang saham atau equity inventors.
2. Perusahaan dalam bentuk laba ditahan. Laba ditahan (retained earning) dengan
demikian merupakan salah satu dari sumber dana yang paling penting untuk
membiayai pertumbuhan perusahaan
Jika perusahaan memilih untuk membagikan laba sebagai dividen
mengurangi laba yang ditahan dan selanjutnya mengurangi total sumber dana
intern atau internal financial.
Sebaliknya jika perusahaan memilih untuk menahan laba yang diperoleh
kemampuan pembentukan dana intern akan semakin besar.
5. Macam – macam Kebijakan Dividen
1. Kebijakan dividen yang stabil
Banyak perusahaan yang menjalankan kebijakan dividen yang stabil, artinya
jumlah dividen perlembar yang dibayarkan setiap tahunnya relatif tetap selama
jangka waktu tertentu meskipun pendapatan per lembar saham setiap tahunnya
berfluktuasi.
2. Kebijakan dividen dengan penetapan jumlah dividen minimal plus jumlah ekstra
tertentu
Kebijakan ini menetapkan jumlah rupiah minimal dividen per lembar saham
tiap tahunnya. Dalam keadaan keuangan yang lebih baik perusahaan akan
membayarkan dividen ekstra diatas jumlah minimal tersebut.
3. Kebijakan dividen dengan penetapan dividen payout ratio yang konstan
Jenis kebijakan dividen yang ketiga adalah penetapan dividen payout ratio
yang konstan. Perusahaan yang menjalankan kebijakan ini menetapkan dividen
payout ratio yang konstan misalnya 50%. Ini berarti bahwa jumlah dividen per
lembar saham yang dibayarkan setiap tahunnya akan berfluktuasi sesuai dengan
perkembangan keuntungan netto yang diperoleh setiap tahunnya.
4. Kebijakan dividen yang fleksibel
Kebijakan dividen yang terakhir adalah penetapan dividen payout ratio yang
fleksibel, yang besarnya setiap tahun disesuaikan dengan posisi financial dan
kebijakan financial dari perusahaan yang bersangkutan.
Teori – teori Kebijakan Dividen
1. Teori Dividen Tidak Relevan dari Modigliani Miller dan Black Scholes
Miller & Scholes mengatakan “pemodal dapat menghindari pajak atas dividen
dengan:
1. Meminjam dana dengan beban bunga yang besarnya sama dengan
dividen dan menggunakan dana tersebut untuk investasi
2. Capital gain dari investasi dana pinjaman tersebut tidak akan muncul
sehingga tidak ada pajak utk capital gain”
Contoh:
Pemodal melakukan investasi saham pada PT.X Rp. 10.000.000 dgn dividen
4%. Kenaikan harga saham per tahun 8%. Untuk menambah investasi pada
PT. DAMAI pemodal meminjam uang di bank Rp 20.000.000 dengan bunga
6% per tahun.
6. Penghasilan: Dividen: 4% x 30.000.000 = 1.200.000
Bunga Bank: 6% x 20.000.000 = 1.200.000 –
Pajak = 0
Apresiasi Saham Tahunan:
Gain: 8% x 30.000.000 = 2.400.000 (selama saham tdk dijual,
tidak ada gain berati tidak ada pajak)
2. Teori Dividen Tidak Relevan dari Modigliani dan Miller
Modigliani dan Miller (MM) berpendapat , nilai suatu perusahaan tidak
ditentukan oleh besar kecilnya Dividend Payout Ratio, tapi ditentukan oleh
laba bersih sebelum pajak (EBIT) dan kelas risiko perusahaan. Jadi menurut
MM, dividen adalah tidak relevan untuk diperhitungkan karena tidak akan
meningkatkan kesejahteraan pemegang saham. Menurut MM, kenaikan nilai
perusahaan dipengaruhi oleh kemampuan perusahaan untuk mendapatkan
keuntungan atau earning power dari asset perusahaan. Pernyataan MM ini
didasarkan pada beberapa asumsi penting yang lemah seperti :
Pasar modal sempurna dimana para investor rasional.
Tidak ada biaya emisi saham baru jika perusahaan menerbitkan saham
baru.
Tidak ada pajak baik perorangan maupun pajak penghasilan perusahaan.
Informasi tentang investasi tersedia untuk setiap individu.
3. Teori The Bird in The Hand
Gordon dan Lintner menyatakan bahwa biaya modal sendiri
perusahaan akan naik jika Dividend Payout rendah karena investor lebih suka
menerima dividen dari pada capital gains. Menurut mereka, investor
memandang dividend yield lebih pasti dari pada capital gains yield.
4. Clientele theory
Clientele theory merupakan teori tentang dividen mengenai investor. Antara
institutional dan individual; dibandingkan juga umur dan golongan kelasnya.
Contoh: Investor yang sudah berumur lanjut & penghasilannya tergantung dividen
akan menyukai dividen payout yang tinggi.
Contoh Soal:
Perusahaan mempunyai jumlah saham yg beredar 45.000 lembar. Dari data tersebut
diminta menentukan :
a) Laba per lembar [EPS]
7. b) Besarnya dividen per lembar saham jika kebijakan dividen stabil Rp 1.500
per lembar; kecuali jika laba per lembar saham yg diperoleh perusahaan
mencapai Rp 6.000 dua periode berturut-turut, dividen akan dibayarkan
menjadi Rp 2.000 per lembar.
Penyelesaian:
a)
Year Perhitungan EPS
2005 120.000.000 : 45000 Rp 2667
2006 50.000.000: 45000 Rp 1111
2007 150.000.000 : 45000 Rp 3333
2008 250.000.000 : 45000 Rp 5556
2009 300.000.000 : 45000 Rp 6667
2010 325.000.000 : 45000 Rp 7222
2011 350.000.000 : 45000 Rp 7778
2012 275.000.000 : 45000 Rp 6111
b) Dividen ditetapkan stabil Rp1.500 per lembar dan menjadi Rp 2.000 per lembar
jika EPS dua periode berturut-turut Rp 6.000
Year DPS
2005 1500
2006 1500
2007 1500
2008 1500
8. 2009 2000
2010 2000
2011 2000
2012 2000
Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen
1. Kebutuhan Dana Untuk Membayar Utang
Apabila perusahaan akan memiliki utang atau menjual obligasi untuk
membiayai perusahaan, maka harus direncanakan terlebih dahulu bagaimana cara
membayar hutang itu. Dengan cara, dilunasi pada hari jatuhnya dengan mengganti
utang tersebut dengan utang baru atau alternatif lain ialah perusahaan harus
menyediakan dana sendiri yang berasal dari keuntungan perusahaan untuk
melunasi utang tersebut. Apabila perusahaan menetapkan bahwa pelunasan
utangnya akan diambil dari laba ditahan, berarti hanya sebagian kecil saja dari
pendapatan atau earning yang dibayarkan sebagai dividen. Dengan kata lain
perusahaan harus menetapkan dividend payout ratio yang rendah.
2. Likuiditas
Likuiditas di perusahaan ialah pertimbangan utama untuk kebijakan dividen.
Karena dividen bagi perusahaan adalah kas keluar, sehingga semakin besar posisi
kas dan likuiditas perusahaan secara keseluruhan akan semakin besar kemampuan
perusahaan untuk membayar dividen.
3. Tingkat Pertumbuhan Perusahaan
Makin cepat tingkat pertumbuhan perusahaan, maka makin besar dana yang
dibutuhkan, makin besar kesempatan untuk memperoleh keuntungan, makin besar
bagian dari pendapatan yang ditahan dalam perusahaan, sehingga dapat
disimpulkan makin rendah dividend payout ratio nya, berarti perusahaan ada
dalam kondisi well established. Jika kebutuhan dana perusahaan dapat dipenuhi
dengan dana yang berasal dari pasar modal atau sumber dana eksteren lainnya,
maka keadaannya adalah berbeda. Dalam hal yang demikian perusahaan dapat
menetapkan dividend payout ratio yang tinggi.
4. Keadaan Pemegang Saham
Jika perusahaan itu kepemilikan sahamnya relatif tertutup, manajemen
biasanya mengetahui dividen yang diharapkan oleh pemegang saham dan dapat
bertindak dengan tepat. Jika hampir semua pemegang saham berada dalam
golongan high tax dan lebih suka memperoleh capital gains, maka perusahaan dapat
mempertahankan dividend payout ratio yang rendah.
9. 5. Pembatasan Hukum
Pembatasan hukum tertentu dapat membatasi jumlah dividen yang bisa
dibayarkan perusahaan.
6. Pengawasan Terhadap Perusahaan
Misalnya, mempercayakan pada pembelanjaan interen dalam usaha
mempertahankan control terhadap perusahaan, dapat mengurangi dividen payout
ratio nya.
BEBERAPA ASPEK DALAM KEBIJAKAN DIVIDEN :
1. Stock Dividend (Dividen Saham) adalah dividen yang diberikan kepada para
pemegang saham dalam bentuk saham-saham oleh perusahaan itu sendiri. Dengan
demikian para pemegang saham mempunyai jumlah lembar saham yang lebih
banyak setelah menerima Stock Dividen. Tujuan perusahaan memberikan stock
dividend adalah untuk menghemat kas karena adanya kesempatan investasi yang
lebih menguntungkan.
Nilai Dividen Saham:
Keterangan: Vd = Nilai dividen saham per saham
Ps = Harga wajar dividen (diputuskan dalam RUPS => harga
penutup sebelum RUPS)
Rd = Rasio Dividen saham
Contoh :
i. Bulan Juli 2008 PT Suparma (SPMA) membayar dividen saham dgn
rasio 100:20 dan nilai nominalnya Rp 2.000. Harga pasar satu saham
adalah Rp1.200. Berapa Nilai dividen yang dibayarkan?
VD = Rp1.200/(100/20) = Rp 240
Setiap pemegang 1 lembar saham menerima proporsi saham
baru yg setara dgn nilai Rp 240
10. ii. PT. ABC memiliki 5.000.000 lembar saham beredar. EAT Rp 4
milyar sehingga EPS Rp 800,00/lembar. Saat ini harga pasar
saham PT. ABC Rp 40.000,00 sehingga PER = 50x. Kemudian
perusahaan mengambil kebijakan untuk memberikan share
dividend 20%.
Berapakah EPS dan harga saham sesudah share dividend?
Jawab:
EAT = Rp 4 Milyar
Jumlah saham sesudah share dividen = (1+0,2) x 5.000.000
= 6.000.000 lembar
EPS sesudah share dividend = Rp 4,0 milyar ÷ 6.000.000 lbr
= Rp 666,7
Harga pasar saham sesudah share dividend = PER x EPS
= 50 x Rp 666,7
= Rp 33.335,00
2. Stock Split (Pemecahan Saham) merupakan kebijakan untuk meningkatkan jumlah
lembar saham dengan cara pemecahan jumlah lembar saham menjadi jumlah lembar
yang lebih banyak dengan pegurangan nilai nominal saham yang lebih kecil secara
proporsional. Tujuan stock splits adalah untuk menempatkan harga saham dalam
trading range tertentu.
Contoh: PT. ABC memiliki 5.000.000 lembar saham beredar. EAT Rp 4 milyar
sehingga EPS Rp800,00/ lembar. Saat ini harga pasar saham Rp 40.000,00 sehingga
PER 50x. Perusahaan mengambil kebijakan share split, di mana satu lembar saham
dipecah menjadi 2 lembar saham.
Berapakah EPS dan harga saham sesudah share split?
Jawab:
EAT = Rp 4 Milyar
Jumlah saham sesudah share split = 2 x 5.000.000
= 10.000.000 lembar
EPS sesudah share split = Rp 4 milyar ÷ 10.000.000 = Rp 400,00
PER = 50x (konstan) Harga saham = Rp 20.000,00
11. Persamaan antara Stock Devidend dan Stock Split, yaitu:
a. Tidak ada pendistribusian kas dalam kedua bentuk itu.
b. Mengakibatan jumlah lembar saham yang beredar meningkat.
c. Total modal sendiri (net worth) tidak berubah, tetapi hanya
komposisinya saja yang berubah.
Perbedaan antara antara stock splits dan stock dividen adalah:
Stock split merupakan pemecahan nilai saham ke dalam nilai nominal yang lebih
kecil sehingga jumlah lembar saham yang beredah bertambah.
Stock dividen merupakan pemindahbukuan dari rekening laba ditahan ke dalam
rekening modal saham.
3. Repurchase of Stock
Untuk pemberian deviden berupa uang tunai, perusahaan
dapat mendistribusikan pendapatan kepada pemegang saham dengan cara membeli
kembali saham perusahaan (repurchasing stock). Saham yang dibeli sebagai
perkiraan Treasury Stock. Dengan dibelinya kembali sebagian saham, maka jumlah
saham yang beredar akan berkurang, yang berarti tidak berpengaruh buruk
terhadap keuntungan perusahaan, maka EPS akan meningkat, yang dapat
meningkatkan harga pasar saham. Kenaikan harga pasar saham itu akan
memberikan capital gains sebagai ganti deviden kepada para pemegang sahamnya.
Harga stock repurchase pada ekuilibrium dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut:
Keterangan: P : harga stock repurchase equilibrium
S : jumlah saham beredar sebelum stock repurchase
Pc : harga saham saat ini sebelum stock repurchase
N : jumlah lembar saham yang akan dibeli kembali oleh perusahaan.
Ada 3 metode yang dapat digunakan untuk membeli kembali saham :
a. Saham dapat dibeli kembali pada pasar terbuka/terbuka ( open
market )
12. b. Adanya tawaran yang diberikan oleh perusahaan untuk membeli
saham kepada pemegang saham yakni investor dengan harga diatas
harga pasar ( pendekatan tender offer )
c. Perusahaan membeli sejumlah sahamnya kembali dari satu atau
beberapa pemegang saham besar ( pendekatan negotiated basis )
Contoh:
PT. ABC memiliki EAT tahun 2011 sebesar Rp 5 juta dan sebanyak 80% akan
didistribusikan kepada para pemegang saham. Jumlah saham yang beredar ada
2.000.000 lembar. PT ABC dihadapkan pada pilihan untuk mendistribusikan 75%
EAT tersebut dengan cara membagikan dividen kas atau membeli kembali saham
perusahaan lewat tender. Harga pasar saham saat ini adalah Rp 50,00/lembar.
Jawab:
Metode 1 (pembayaran dividen)
Dividen/lembar saham = Rp 3.750.000/2.000.000 lbr
= Rp 1,875/lembar
Harga saham = Rp 50 + Rp 1,875 = Rp 51,875/lbr
Metode 2 (pembelian kembali saham)
Jumlah saham yg dapat dibeli = Rp 3.750.000/Rp 51,875
= 72. 289 lembar
Jika sebanyak 95.238 lbr saham dibeli kembali maka saham yang beredar menjadi =
2.000.000 lbr – 72.289 lbr = 19.927.711 lbr
EPS sebelum repurchasing of share = Rp 5.000.000/2.000.000 lbr
= Rp 2,5 /lembar
PER = Rp 50/2,5 = 20x
13. Kesimpulan
Kebijakan deviden merupakan bagian yang tidak dapat dipisahan dengan keputusan
keuangan perusahaan. Secara definisi, kebijakan deviden adalah keputusan apakah laba
yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagi kepada pemegang saham dalam
bentuk deviden atau akan ditahan. Faktor yang mempengaruhi kebijakan deviden yaitu
posisi likuiditas perusahaan, kebutuhan dana untuk membayar hutang, tingkat
pertumbuhan perusahaan, pengawasan terhadap perusahaan, kemampuan meminjam,
tingkat keuntungan, stabilitas return, dan akses kepasar modal. Pendapat tentang kebijakan
deviden yaitu pendapat tentang ketidakrelevanan deviden (irrelevant theory) dan Pendapat
tentang relevansi deviden (relevant theory). Macam-macam kebijakan deviden yaitu
kebijakan deviden yang stabil, kebijakan deviden dengan penetapan jumlah deviden
minimal ditambah jumlah ekstra tertentu, kebijakan deviden dengan penetapan deviden
payout ratio yang konstan, dan kebijakan deviden yang stabil.
Dalam keputusan pembagian dividen perlu dipertimbangkan kelangsungan
pertumbuhan perusahaan kedepannya. Dengan demikian laba tidak seluruhnya dibagikan
ke dalam bentuk dividen namun perlu disisihkan untuk dapat diinvestasikan
kembali/ditahan. Besar kecilnya deviden yang akan dibayarkan oleh perusahaan tergantung
pada kebijakan deviden dari masing-masing perusahaan, sehingga pertimbangan manajer
sangat diperlukan.