Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1) Dokumen tersebut membahas tentang tuntutan masyarakat Dayak di Kalimantan Tengah untuk mendapatkan otonomi khusus berdasarkan beberapa alasan seperti pembagian sumber daya alam yang tidak merata.
Materi Inisiasi 4 Metode Penelitian Komunikasi Universitas Terbuka
Kajian Otonomi Khusus Di Provinsi Kalimantan Tengah
1. 1
KAJIAN OTONOMI KHUSUS DI PROVINSI KALIMANTAN
TENGAH
Damai Alam Usop, S.Sos
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Palangka Raya
E-mail : DamaiUsop@mail.com
ABSTRACT
This research aims to describe and describe the public's views on the proposed special autonomy
in the province of central borneo. This research is a qualitative descriptive study with content
analysis method or content analysis. This method is used to study the contents of a data. The Data
in this study is the laws, rules, books, writings, articles, and social media concerning special
autonomy. Data analysis steps start from reading, data logging, and data analysis stages. The
validity of the data used in this study is triangulation theory. Data analysis techniques used include
data collection, data reduction, data presentation, and withdrawal of sympulsion. The results
showed that most central borneo communities based on the Damai Alam Usop glasses, considered
that autonomy might be enforced in the province of central borneo. Social background of the public
culture includes Dayak and beliefs, occupation, education, religion, shelter, language, and tribes.
The values of education are social education, moral, cultural, religious, economic, political, and
historical.
Keywords: Special Autonomy, Central Borneo, Dayak, Social Education, Moral, Cultural,
Religious, Economic, Political, Historical
1. PENDAHULUAN
Negara Kesatuan Republik Indonesia
dibagi atas daerah-daerah provinsi.
Negara mengakui dan menghormati
satuan-satuan pemerintahan daerah yang
bersifat khusus atau bersifat istimewa
yang diatur dengan undang-undang.
Yang dimaksud satuan-satuan
pemerintahan daerah yang bersifat
khusus adalah daerah yang diberikan
otonomi khusus. Daerah-daerah yang
diberikan otonomi khusus ini contohnya
adalah Provinsi Daerah Khusus Ibukota
Jakarta, Aceh, Provinsi Papua, dan
Provinsi Papua Barat. Menurut Dowa
Palito, otonomi khusus adalah
kewenangan khusus yang diberikan
kepada daerah ‘tertentu’ untuk mengatur
dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat menurut prakarsa sendiri tetapi
sesuai dengan hak dan aspirasi
masyarakat di daerah tersebut.
Kewenangan ini diberikan agar daerah
‘tertentu’ dapat menata daerah dan bagian
dari daerah tersebut agar lebih baik lagi di
bidang tertentu sesuai dengan aspirasi
2. 2
daerahnya. Otonomi khusus ditawarkan
melebihi otonomi daerah biasa, karena
otonomi ini diberikan kepada daerah
‘tertentu’ yang berarti daerah tersebut
mempunyai kelompok gerakan
kemerdekaan yang ingin memisahkan
dirinya (daerahnya) dari wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Secara
tidak langsung pemerintah memberikan
otonomi khusus ini sebagai bentuk
pendekatan damai agar kelompok
gerakan tersebut tidak terus bergejolak.
Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini
berusaha untuk menjelaskan kajian
otonomi khusus di provinsi kalimantan
tengah. Tuntutan Reformasi yang mana
salah satu poinnya adalah mendesak
pemerintah menghapuskan bentuk
sentralisasi yang nampak otoriter hampir
dalam semua sektor dan bidang yang
mana harus digantikan dengan
desentralisasi agar hubungan antara
pemerintah pusat dan daerah lebih adil
serta transparan melahirkan suatu produk
Undang-undang yaitu Otonomi Daerah.
Pelaksanaan otonomi daerah hingga saat
ini masih jauh dari tujuan awal
diberlakukannya Undang-undang
Otonomi Daerah tersebut. Seperti
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN)
yang masih marak di daerah hingga
melahirkan “raja-raja kecil” atau dinasti.
Bahwa pada Pelaksanaannya, otonomi
daerah dicemari dengan perilaku yang
jauh dari harapan publik dikarenakan
tindakan oknum-oknum petinggi daerah
tidak bertanggung jawab. Ditambah
dengan kedekatan antara pelaku usaha
dan pejabat tinggi Pemerintahan yang
memberikan peluang investasi modal
asing yang semakin merajalela mengeruk
sumber daya alam (SDA) di bumi
Kalimantan Tengah yang hampir
menguasai lebih dari separuh wilayah di
masing-masing kabupaten, hingga
masyarakat lokal kehilangan hak atas
tanahnya dan istilahnya hanya sebagai
“penonton” ditanah sendiri. Lajunya
deforestasi untuk pembukaan dan
perluasan lahan perkebunan kelapa sawit
dan pertambangan di Kalimantan Tengah
merupakan konsekuensi yang dapat
menimbulkan masalah lingkungan, sosial
dan ekonomi di daerah. Karena
Kalimantan Tengah adalah Provinsi
Terluas kedua Setelah Papua dan 1,5 kali
pulau jawa memiliki sumber daya alam
(SDA) yang begitu melimpah seperti
tambang, perkebunan, serta sektor
kehutanan namun selama ini Kalimantan
Tengah dengan hak otonominya, belum
mampu memberikan kesejahteraan dan
3. 3
pembangunan yang merata seperti yang
diamanahkan undang-undang dan cita-
cita otonomi daerah tersebut. Dari hal
tersebut, penelitian ini berusaha untuk
menjelaskan tentang kajian otonomi
khusus di provinsi kalimantan tengah.
2. KAJIAN PUSTAKA
Otonomi Khusus ini sangat menarik
untuk diteliti. Sebelumnya terdapat
penelitian yang mendekati dalam
mengkaji tentang Otonomi Khusus yaitu
sebagai berikut:
1. Hesti Alvionita (2014) yang meneliti
tentang Pengaturan Otonomi Khusus
Bagi Daerah Otonom Di Indonesia.
Penelitian tersebut membahas tentang
kriteria dan pengaturan otonomi
khusus di Indonesia.
2. Mohammad A. Musa'ad (2011) yang
meneliti tentang Kontekstualisasi
Pelaksanaan Otonomi Khusus Di
Provinsi Papua. Penelitian tersebut
membahas tentang Perspektif
Struktur Dan Kewenangan
Pemerintahan pada daerah otonomi
khusus di Papua.
3. METODOLOGI PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode kualitatif yang bersifat
deskriptif. Menurut Nazir (1988), metode
deskriptif merupakan suatu metode
dalam meneliti status sekelompok
manusia, suatu objek, suatu set kondisi,
suatu sistem pemikiran ataupun suatu
kelas peristiwa pada masa sekarang.
Tujuan dari penelitian deskriptif ini
adalah untuk membuat deskripsi,
gambaran, atau lukisan secara sistematis,
faktual dan akurat mengenai fakta-fakta,
sifat-sifat serta hubungan antarfenomena
yang diselidiki.
Jenis penelitian ini adalah studi dokumen
atau teks merupakan kajian yang menitik
beratkan pada analisis atau interpretasi
bahan tertulis berdasarkan konteksnya.
Bahan bisa berupa catatan yang
terpublikasikan, buku teks, surat kabar,
majalah, surat-surat, film, catatan harian,
naskah, artikel, dan sejenisnya. Untuk
memperoleh kredibilitas yang tinggi
peneliti dokumen harus yakin bahwa
naskah-naskah itu otentik. Penelitian
jenis ini bisa juga untuk menggali pikiran
seseorang yang tertuang di dalam buku
atau naskah-naskah yang terpublikasikan.
Para pendidik menggunakan metode
penelitian ini untuk mengkaji tingkat
keterbacaan sebuah teks, atau untuk
menentukan tingkat pencapaian
pemahaman terhadap topik tertentu dari
sebuah teks.
4. 4
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil temuan dilapangan menemukan
beberapa latar belakang yang menjadi
dasar kajian otonomi khusus di provinsi
kalimantan tengah, yang diantaranya
yaitu :
1. Media
Pada tahun 2008, Masyarakat adat
Dayak di empat provinsi se-
Kalimantan mendesak pemerintah
pusat memberikan otonomi khusus
untuk wilayah Kalimantan guna
pengelolaan dan pemanfaatan sumber
daya alam. Dijelaskan Lukas Tingkes
melalui Media Online Nasional
Kompas1
. "Pemerintah pusat agar
memberikan otonomi khusus kepada
kawasan Kalimantan, meliputi
Provinsi Kalimantan Tengah,
Kalimantan Timur, Kalimantan
Barat, dan Kalimantan Selatan".
Gubernur pada saat itu Agustin Teras
Narang juga menegaskan "Mengapa
harus otsus, memangnya selama ini
kurang diperhatikan pemerintah.
Jujur saja, bagi saya Kalimantan
sudah cukup diperhatikan. Hanya
1
https://nasional.kompas.com/read/2008/05/30/154545
88/masyarakat.dayak.minta.otsus
kurang perimbangan”. Perimbangan
yang dimaksud Agustin Teras Narang
itu dari sisi masyarakat adat Dayak
yang seharusnya bisa ikut
berkembang dalam pembangunan
pemerintah, bahwa masyarakat
Dayak juga harusnya sadar dan
berupaya meningkatkan
kemampuannya agar tidak terus
hidup dalam ketertinggalan.
Informasi terkini terkait otonomi
khusus, yaitu pada tahun 2018
melalui Media Online Banjarmasin
Tribunnews2
, Gubernur Kalimantan
Tengah, H Sugianto Sabran beberapa
kali melempar wacana untuk
menjadikan Bumi Tambun Bungai
sebagai daerah otonomi khusus
seperti layaknya provinsi lain yang
maju. Harapan munculnya ide
otonomi khusus tersebut dikarenakan
banyak hal. Diantaranya, karena
pembagian hasil antara pusat dan
daerah yang masih sangat kecil,
karena hasil Bumi Kalimantan
Tengah yang banyak namun tidak
sebanding dengan pembangunan
daerahnya. Gubernur Kalimantan
2
https://banjarmasin.tribunnews.com/2018/12/21/guber
nur-kalteng-lempar-wacana-otonomi-khusus-dewan-
adat-dayak-respon-positif
5. 5
Tengah H. Sugianto Sabran
menyatakan “Salah satu yang
dipermasalahkan adalah upaya
Kalteng dalam menambah
pendapatan asli daerah dengan
memungut kepada pihak ketiga yang
masih ada kesan dilarang, padahal
dana itu untuk membangun daerah
Kalteng agar lebih maju. Wajar
Kalteng ingin otonomi khusus, tentu
untuk pembangunan deerah yang
lebih mantap".
Alasan ini terkait juga dengan Kota
Palangkaraya dalam sejarahnya
dicadangkan sebagai Ibu Kota Negara
Republik Indonesia yang sejak lama
di gaungkan oleh Presiden Soekarno,
juga masalah kecilnya kewenangan
daerah untuk memberlakukan
pungutan kepada pihak ketiga, karena
ada kesan kewenangan terlalu
dibatasi pusat.
Pada tahun 2019, Seminar
Internasional dan Ekspedisi Napak
Tilas Damai Tumbang Anoi 1894
tahun 2019, pada 22 – 24 Juli 2019,
hasilnya menuntut diberlakukan
Otonomi Khusus Kebudayaan Suku
Dayak sehubungan pemindahan Ibu
Kota Negara (IKN) dari Jakarta ke
Kalimantan. Disampaikan oleh
Media Online Independensi Dagut
Herman Djunas, Yulius Yohanes dan
Demud Anggen, mengilustrasikan,
pembacaan Protokol Tumbang Anoi
Nasional dan Internasional 2019,
bertepatan dengan Perayaan Hari
Ulang Tahun Kemerdekaan Republik
Indonesia ke-74, Sabtu, 17 Agustus
2019, dimaknai sebuah era
revitalisasi peradaban Kebudayaan
Suku Dayak, dalam pergulatan
regional, nasional dan internasional.
Menurut Dagut Herman Djunas
“Tuntutan Otonomi Khusus
Kebudayaan Suku Dayak, tetap
dalam konteks Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI).
Sejarahnya, ideologi Pancasila
disarikan dari kebudayaan berbagai
suku bangsa di Indonesia. Karena
sejarahnya Suku Dayak bagian tidak
terpisahkan dari NKRI, maka
Kebudayaan Suku Dayak turut andil
di dalam melahirkan ideologi
Pancasila. Merevitalisasi
Kebudayaan Suku Dayak, merawat
dan mencintai Kebudayaan Suku
Dayak, merupakan wujud nyata di
dalam pengalaman ideologi Pancsila
dalam bingkai NKRI”.
6. 6
Sejak 1894, sudah tiga kali kegiatan
serupa di Tumbang Anoi, yaitu tahun
1994, 2014 dan 2019. Kegiatan
serupa pada 22 – 24 Juli 2019, diikuti
paling banyak peserta, sekitar dua
ribu orang saat pembukaan, termasuk
dari Negara Bagian Sabah dan Negara
Bagian Sarawak, Federasi Malaysia.
2. Jurnal
Dalam Jurnal Online yang berjudul
“Mengangkat Kearifan Lokal”. Yang
diangkat oleh JJ. Kusni pada 29 Maret
20093
. Sebelum adanya tuntutan
Otonomi Khusus di Provinsi
Kalimantan Tengah, Otonomi Daerah
adalah salah satu prestasi masyarakat
Dayak dalam memperjuangkan
harkat dan martabatnya hidup
bernegara. Dalam jurnal tersebut
dituliskan terkait masalah kearifan
lokal, menyangkut masalah yang
dikatakan tradisional dan modern,
pada tahun 2001, pernah dibicarakan
dalam sebuah diskusi di Aula Kantor
Gubernur Kalteng semasa periode
Aswawi Gani menduduki jabatan
gubernur. Hadir dalam diskusi yang
bertujuan memberikan
3
https://jurnaltoddoppuli.wordpress.com/2009/03/31/m
engangkat-kearifan-lokal/
pendampingan pelaksanaan otonomi
daerah tersebut, antara lain Prof. Dr.
Sajogyo dari IPB Bogor, Prof H.
Usop M.A dari Lembaga
Musyawarah Masyarakat Dayak dan
Daerah Kalimantan Tengah
(LMMDD-KT) dan sejumlah pejabat
propinsi. Seperti yang biasa terjadi
dalam sebuah diskusi yang hidup,
berbagai pendapat telah diajukan, di
antaranya yang mengatakan
modernisasi identik dengan
penguasaan dan aplikasi tekhnologi
modern. Keterbelakangan Kalteng
karena kekurangan dalam
menterapkan teknologi canggih
kekinian. Pendapat lain menyebutkan
bahwa ketrampilan teknis, termasuk
penguasaan teknologi kekinian dan
mutakhir tanpa dibimbing oleh suatu
wacana dan komitmen manusiawi,
maka ketrampilan demikian, tidak
lebih dari ketrampilan seorang
tukang. Yang diperlukan untuk
memajukan, memberdayakan dan
membangun Kalteng adalah manusia
berwacana, berkomitmen manusiawi
dan berketrampilan kekinian serta
mutakhir. Manusia beginilah yang
7. 7
mampu membawa Kalteng menjadi
sebuah propinsi tanggap zaman.
Karena modern adalah kemampuan
menjawab tantangan secara tanggap
dan apresisiatif. Tanggap artinya
bahwa tekhnologi canggih kekinian
dan mutakhir itu niscaya akan
melahirkan teknologi yang tepat
guna. Prinsip tepat guna ini juga
berlaku juga terhadap kebudayaan
masa silam yang disebut tradisional.
Dengan istilah lain kebudayaan
tradisional itu direvitalisasi untuk
kemudian di restitusi. Alasan untuk
perlunya menyaring dan revitalisasi
kebudayaan masa silam atau
tradisional ini, karena tidak semua
yang silam itu tepat guna dan tanggap
zaman. Dengan melakukan
revitalisasi maka kebudayaan dan
modernisasi yang kita kembangkan
menjadi tidak lepas akar. Jalan
pemberdayaan dan pembangunan
serta otonomi daerah, disebutkan oleh
Prof. Dr. Sajogyo disebut sebagai
“Jalan Kalimantan”.
Kata Kalimantan bisa digantikan
dengan kata lain seperti Sulawesi,
Papua, Sumatera, Flores, dan lain-
lain. Yang dimaksudkan dengan
kearifan lokal, saya kira tidak jauh
dari isi dan pengertian (Jalan
Kalimantan) yang dirumuskan oleh
Prof. Dr. Sajogyo.
Adanya sikap baru yang
menggembirakan terhadap nilai-nilai
dan kearifan lokal ini. Sikap baru
menggembirakan ini diperlihatkan
antara oleh koran-koran Kalteng yang
penerbitannya menyertakan
ungkapan-ungkapan yang dijadikan
motto oleh berbagai kabupaten dan
daerah dalam memberdayakan
kabupaten dan daerah mereka.
Kotapraja Palangka Raya misalnya,
mempunyai motto : Isen Mulang
(Pantang Mundur, Tak Pulang Jika
Tak Menang), Pulang Pisau
mengangkat motto Handep Hapakat
(Persatuan dan Kesatuan Semua
Komponen Masyarakat atau Gotong
Royong), Kabupaten Katingan yang
diresmikan statusnya pada 20 Juli
2002 mengambil motto Penyang
Hinje Simpei (Hidup Rukun dan
Damai untuk Kesejahteraan Bersama
– sesuai tradisi budaya betang), Kuala
Kurun bermotto Habangkalan
Penyang Karuhei Tatau (Cita-cita
Membangun Bersama Dilandasi
Iman yang Tinggi), Gawi Barinjam
(Bekerja Bersama-sama untuk
8. 8
Mencapai Tujuan Mulia) diangkat
oleh Sukamara sebagai motto
kabupaten, sedangkan Kabupaten
Kotawaringin Timur yang
beribukotakan Sampit menggunakan
motto Habaring Hurung (Gotong
Royong), Sanaman Lampang sebagai
nama makam pahlawan di Palangka
Raya.
Penggunaan motto-motto yang
diangkat dari ungkapan-ungkapan
lokal demikian, saya pahami sekali
lagi betapa dari nilai-nilai lokal
tradisional masih terdapat yang
tanggap zaman dan apresiatif. Dari
nilai-nilai lokal ini yang tanggap
zaman dan apresisiatif, hanya
mungkin diangkat jika kita mengenal
budaya lokal. Pengenalan, bisa
diperoleh melalui bacaan, dari kisah-
kisah tetua, bila kita melakukan
penelitian. Dari beberapa sumber
yang saya ketahui, pengangkatan
motto-motto di atas berasal dari usul-
usul para tetua yang mengenal budaya
lokal dan umumnya tidak berasal dari
angkatan muda. Yang terakhir ini
mengesankan adanya keterasingan
mereka dari budaya daerah mereka
sendiri sekali pun mereka tinggal di
daerah kelahiran mereka sendiri.
Pengangkatan kembali nilai-nilai
budaya Dayak yang tanggap zaman
oleh koran-koran Kalteng, semoga
saja bisa mendorong minat angkatan
muda dan berbagai pihak untuk
mempelajari sejarah dan budaya
Dayak, di samping usaha untuk kian
lebih memperhatikan masalah
muatan lokal dalam proses ajar-
mengajar. Modernisasi sebagai buah
kebudayaan dalam menjawab
permasalahan zaman oleh angkatan
sekarang, kiranya akan mustahil
mempunyai akar dan komunikatif
jika terasing dari budaya lokal yang
tanggap zaman. Kebudayaan lokal
merupakan bahasa orang lokal dalam
berdialog dengan budaya nasional
dan dunia. kekhawatirannya,
angkatan yang tercerabut dari akar
budayanya akan melahirkan suatu
angkatan epigon. Gampang
ditaklukkan oleh budaya asing
dominan. Penaklukan secara budaya
gerbang terbuka bagi penaklukan di
bidang-bidang lain : politik-sosial-
ekonomi. Yang ditakluk akan secara
gampang memandang budaya sendiri
sebagai sesuatu yang kadaluwarsa
dan tidak modern.
9. 9
Dari jurnal tersebut, dapat dipastikan
Provinsi Kalimantan Tengah atau
Masyarakat Dayak sudah
memperjuangkan harkat dan
martabatnya sejak lama bahkan
lahirnya Otonomi Daerah adalah
buah dari perjuangan hak-hak
masyarakat Dayak untuk berdikari
dan cerdas secara kebudayaan.
5. KESIMPULAN
Peneliti melakukan penelitian yang
berjudul “Kajian Otonomi Khusus Di
Provinsi Kalimantan Tengah”. Dalam
penelitian ini memiliki rumusan masalah
yang dianalisis menggunakan metode
kualitatif yang bersifat deskriptif dan
jenis penelitiannya adalah studi dokumen
atau teks yang menitik beratkan pada
analisis atau interpretasi bahan tertulis
seperti media online dan jurnal.
Berdasarkan hasil temuan mengenai
penelitian dapat disimpulkan bahwa
menunjukkan bahwa Otonomi khusus
mungkin diberlakukan di Provinsi
Kalimantan Tengah. Latar belakang
sosial budaya masyarakat mencakup adat
dan kepercayaan, pekerjaan, pendidikan,
agama, tempat tinggal, bahasa, dan suku.
Adapun nilai-nilai pendidikan yang
terkandung adalah pendidikan sosial,
moral, budaya, agama, ekonomi, politik,
dan historis. Perjuangan itu menjadi
langkah strategis untuk mensejahterakan
masyarakat Kalimantan Tengah.
6. DAFTAR PUSTAKA
Alvionita, Hesti, 2014. Pengaturan
Otonomi Khusus Bagi Otonom di
Indonesia. Bengkulu, Universitas
Bengkulu.
Musa'ad, Mohammad, 2002. Penguatan
Otonomi Daerah di Balik
Bayang-Bayang Ancaman
Disintegrasi, Bandung, ITB Pres.
Nazir, Mohammad, 1988). Metode
Penelitian, Jakarta, Ghalia
Indonesia.