SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  4
Kemajemukan: Kekuatan atau Ancaman? 
1 
…. Sejarah telah membuktikan bahwa kehancuran iman dan 
agama disebabkan oleh kebodohan. Jangan sekali-kali berbuat 
bodoh…. [kutipan ungkapan dalam film tanda Tanya (“?”)] 
Banyak orang berkata bahwa Indonesia adalah bangsa yang majemuk. 
Kemajemukan biasanya diidentikkan dengan keanekaragaman suku, agama, ras, dan 
budaya. Tak dapat dipungkiri bahwa kemajemukan tersebut disatu sisi dapat 
menghasilkan sebuah kekuatan yang kokoh, namun jangan lupa, kemajemukan dapat 
juga menjadi sebuah kelemahan yang memicu terjadinya disintegrasi. Kemajemukan 
menjadi kekuatan apabila kemajemukan tersebut dapat diakomodir sedemikian rupa 
sehingga menghasilkan nilai persatuan dan kesatuan yang menjunjung tinggi 
pluralitas. Di sisi lain, kemajemukan dapat menjadi ancaman apabila ego golongan 
begitu tinggi sedangkan pemahaman akan nilai pluralitas masih sangatlah rendah. 
Dengan demikian, kemajemukan bagaikan pisau bermata dua yang dapat 
mengarah/diarahkan pada sisi positif ataupun sisi negatifnya. 
Sejauh penulis mengamati dinamika kehidupan Indonesia dewasa ini, penulis 
mendapati berbagai macam persoalan yang berhubungan dengan kemajemukan. 
Persoalan yang berkaitan dengan kemajemukan tersebut seringkali diwarnai dengan 
isu-isu yang mengandung SARA. Menurut hemat penulis, maraknya isu-isu yang 
berbau SARA disebabkan belum mampunya masyarakat Indonesia menggali 
kesejatian makna realitas yang terungkap dalam sebuah kata pluralitas. Melihat fakta 
demikian, seakan-akan mind set yang ada adalah yang berbeda dianggap sebagai 
musuh yang harus dibumihanguskan. Hal ini menjadi ironi ketika falsafah dasar 
negara Indonesia adalah Pancasila yang mengusung semangat Bhinneka Tunggal Ika. 
Dimana perbedaan seharusnya dipandang sebagai sebuah kewajaran yang justru 
menuntut kedewasaan setiap pribadi dan golongan untuk tidak bersikap eksklusif 
melainkan memiliki sikap inklusif. 
Melihat historisitas bangsa Indonesia, semangat untuk bersatu dalam 
kemajemukan sebenarnya telah muncul dalam perjuangan pergolakan Indonesia di 
masa kolonialisme. Peristiwa Sumpah Pemuda (28 Oktober 1928) merupakan bukti 
konkrit adanya kesadaran pemuda Indonesia saat itu untuk bersatu di dalam 
perbedaan. Perasaan senasib sepenanggungan menumbuhkan semangat untuk bersatu 
guna mengusir penjajah dari bumi pertiwi. Penulis merasa perlu berterima kasih atas 
prakarsa pemuda saat itu, karena dengan adanya moment sumpah pemuda, lahirlah 
bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu di tengah keanekaragaman budaya (baca: 
bahasa) yang ada di tanah air. Menurut hemat penulis, perumusan Pancasila sebagai 
dasar negara tidak lepas dari adanya semangat untuk bersatu di dalam kemajemukan. 
Maka dari itu, semangat yang ada dalam Pancasila dan peristiwa sumpah pemuda 
seharusnya menjadi payung bersama dalam dinamika kehidupan bangsa Indonesia 
yang sarat dengan nilai-nilai kemajemukan. 
Tulisan ini merupakan usaha penulis guna menganalisis dinamika kehidupan 
rakyat Indonesia dewasa ini yang hidup di dalam kemajemukan. Hipotesis yang 
diajukan oleh penulis adalah kemajemukan yang ada di Indonesia belum mampu 
diakomodir secara baik dan tepat. Indikatornya adalah penulis sering menjumpai 
berbagai masalah sosial yang dilatarbelakangi oleh isu-isu yang mengandung SARA
(suku, agama, dan ras). Maka dari itu, melalui tulisan ini penulis ingin mengkaji dan 
sekaligus menuangkan pemikiran mengenai dinamika kemajemukan yang terjadi di 
Indonesia dalam secercah tulisan ini. 
2 
Sebuah miss-link 
Sebagaimana telah disinggung di atas, para penggagas sistem dan bentuk 
negara Indonesia telah merumuskan Pancasila sebagai falsafah hidup bangsa. 
Pancasila merupakan norma paling mendasar dan sekaligus tertinggi (grand norm) 
yang berisikan nilai-nilai ketuhanan (monotheism), kemanusiaan (humanity), 
persatuan (nasionalism), demokrasi (democracy), dan keadilan sosial (socialism). 
Sejauh penulis memahami, semangat yang ada dalam pancasila adalah cita-cita ideal 
yang diambil dari khazanah tradisi pemikiran Barat. Namun sejauh penulis 
mengamati, semangat dalam pancasila tersebut belum mampu dicerna secara baik 
oleh kebanyakan orang Indonesia. Indikator belum dipahaminya semangat pancasila 
dengan baik adalah sering munculnya berbagai permasalahan yang selalu berbau 
SARA, entah disebabkan oleh adanya unsur politik praktis, kultur feodal yang masih 
kental, dsb. Inilah sisi kontradiktif yang menjangkiti bangsa ini. Justru ketika 
ideodalgi negara memegang prinsip keterbukaan yang mengakomodir segala 
keberbedaan (pluralitas), namun yang terjadi justru adalah konflik-konflik mengenai 
pluralitas itu sendiri. 
Dari sini muncul sebuah pertanyaan yang menggelitik diri penulis, yaitu: Sisi 
manakah yang harus dibenahi dari keruwetan kontradiktif tersebut? Menurut hemat 
penulis, munculnya masalah yang berbau SARA tersebut disebabkan karena sumber 
daya manusia (SDM) Indonesia yang belum mampu mencerna nilai-nilai luhur 
pancasila tersebut dengan baik. Secara lebih lugas, hal ini terkait dengan masih 
rendahnya kualitas SDM. Kebanyakan orang Indonesia masih mudah jatuh (baca: 
dihasut) dengan provokasi-povokasi (pernyataan-pernyataan) yang belum tentu 
kebenarannya. Hal itu menandai juga dengan masih kentalnya budaya masa (ikut-ikutan) 
di negara ini. Budaya masa yang dimaksud oleh penulis adalah sebuah budaya 
dimana masyarakatnya belum mampu berpikir (kritis) secara mandiri. Terlebih lagi, 
adanya sikap yang belum berani untuk mengambil sikap/posisi kontra terhadap suatu 
hal yang salah. Kebanyakan orang justru memilih ikut menceburkan diri pada suatu 
sikap yang jelas-jelas keliru. Entah motivasinya untuk membiarkan kesalahan yang 
ada atau bahkan justru telah kehilangan kesadaran untuk membedakan mana yang 
baik dan mana yang buruk. Sebagaimana terjadinya fenomena korupsi akut yang 
terjadi di negara ini, ketika lingkungan sekitar korupsi, maka aku pun harus ikut 
korupsi. Justru ketika aku tidak korupsi, maka aku akan dianggap aneh/salah oleh 
lingkungan sekitarku yang korupsi. Inilah banalitas kejahatan yang turut melanda 
negara ini. 
Lalu dimanakah miss link-nya? Sebagaimana telah tersirat di atas, bahwa 
nilai-nilai yang ada dalam pancasila bukan merupakan produk khas budaya 
masyarakat Indonesia. Nilai-nilai dalam pancasila, pertama-tama, berasal dari tradisi 
pemikiran Barat yang telah mengalami masa pencerahan (Aufklarung). Tradisi 
pemikiran Barat berhasil menelurkan nilai-nilai tersebut karena mereka telah 
mengalami sebuah bentuk penyadaran akan pentingnya otonomi akal budi dalam 
memahami realitas. Miss link-nya adalah bangsa Indonesia belum memiliki kesadaran 
akan pentingnya peran akal budi dalam memahami realitas. Dengan kata lain, 
Indonesia belum mengalami masa pencerahan sebagaimana telah dialami oleh 
masyarakat Barat. Maka dari itu, nilai-nilai dari tradisi Barat yang coba ditanamkan
dalam Pancasila tak urung hanya menjadi slogan kosong yang tak mampu terpahami 
hakekatnya. Ada jurang yang belum dijembatani. 
3 
Fanatisme Sempit 
Fanatisme sempit pada agama dan ideologi tertentu menciptakan sekat-sekat 
dalam dunia-kehidupan. Ketika manusia masih terkungkung dalam parsialitas 
perspektif (agama, budaya, suku, ras, ideologi), maka manusia seringkali jatuh untuk 
memutlakkan s(u)atu kebenaran saja dan bahkan cenderung menganggap yang lain 
bukan sebagai saudara melainkan musuh yang harus dibumihanguskan. Mengutip 
iklan kecap di TV: “kecapku selalu nomer satu”. Dengan kata lain, agamaku; 
budayaku; sukuku; ideologiku selalu yang kuanggap paling “benar” dan yang lain 
mungkin hanya sedikit benar atau bahkan tidak benar (salah) sama sekali. Inilah sisi 
yang harus dikritisi secara terus-menerus. Jika manusia hanya terkungkung dala 
s(u)atu perspektif dimensi, tidak mampu keluar darinya, dan bahkan hanya menelan 
secara mentah-mentah isi ajaran di dalamnya, maka dapat dipastikan bahwa 
kehidupan bersama sebagai bangsa yang plural akan kacau balau. Maka, agar 
terbebas dari kerangka perspektif yang parsial tersebut manusia harus menjadi 
individu yang mampu berpikir mandiri, bebas dan merdeka. 
Pribadi yang berpikir secara mandiri adalah pribadi yang kuat dalam membuat 
distingsi-distingsi (pembedaan-pembedaan) terhadap segala sesuatu. Pribadi yang 
mampu berpikir mandiri adalah manusia yang “terbebas” dari keterkungkungan 
dimensi parsialitas hidupnya. Pribadi yang demikian tidak lagi terjebak dalam 
fanatisme sempit, melainkan mampu berpikir secara terbuka, mampu menerima yang 
lain (yang berbeda) serta mengakomodir perbedaan itu dalam suatu bentuk usaha 
penyelesaian konflik yang dialogis. Terlebih lagi, pribadi yang berpikir secara 
mandiri selalu dapat membaca situasi zaman dan menafsirkannya secara kontekstual 
dengan zaman dimana ia hidup. 
Pribadi yang mampu berpikir secara mandiri tidak lagi terkotak-kotak dalam 
parsialitas agama, suku, ras, budaya dan ideologi tertentu melainkan semakin 
menyadari kepenuhan dirinya sebagai manusia yang utuh dan tak terbagi-bagi. 
Namun demikian, tesis menjadi manusia yang utuh dan tak terbagi-bagi tetap 
memiliki sisi paradoks dan self critic (kritik diri)-nya, yakni justru di dalam dimensi-dimensi 
parsialitasnya (agama, komunitas yang memegang iideologi tertentu, dsb) 
manusia terkadang justru menemukan identitas sosialnya. Tanpa adanya parsialitas 
(perspektif-perspektif) dimensi kemanusiaan tersebut seringkali manusia akan jatuh 
pada suatu kekosongan. Suatu kehidupan tanpa adanya titik pijak nilai dan makna. 
Apakah itu justru yang disebut menjadi manusia yang utuh? Hmm… tak tahulah… 
Kultur Feodal 
Contoh adanya kultur feodal dalam masyarakat Indonesia yang disoroti oleh 
penulis adalah pertama, atasan selalu benar dan wajib ditaati. Dengan kata lain, 
bawahan harus taat buta pada pimpinannya, sekalipun pimpinannya tersebut (pasti 
dapat) salah. Contoh kedua kultur feodal adalah masyarakat yang masih erat 
memegang mitos dan adat-istiadat leluhur tanpa mengkajinya kembali dengan lebih 
rasional, dsb. Inilah beberapa contoh kultur feodal yang dirasakan oleh penulis. 
Tingkah laku demikian masih kita jumpai hingga saat ini, seperti: pemberian sesajen 
pada makam atau tempat-tempat yang dianggap keramat, kepercayaan buta pada 
mitos-mitos tradisional, dsb.
Menurut hemat penulis, corak masyarakat feodal masih sangat minim dalam 
menggunakan rasionalitas. Dengan kata lain, alam pikir yang ada dalam masyarakat 
feodal (tradisional) masih merupakan alam pikir yang lebih memegang mitos 
daripada logos. Alam pikir masyarakat feodal lebih cenderung menggunakan jalan 
mistis untuk menyelesaikan permasalahan hidupnya ketimbang menggunakan 
rasionalitasnya. Sebagai contoh: menggunakan dukun untuk memperlancar usaha 
ketimbang menggunakan logika untuk menganalisis strategi dagangnya, mencari 
kekayaan dengan jalan pintas (pesugihan) ketimbang berusaha keras untuk mencapai 
sukses, dsb. Praktek-praktek inilah yang menandai sebuah masyarakat tradisional 
(feodal), Manusia masih berpegang kuat pada mitos dan belum menggunakan 
kekuatan akal budi untuk memecahkan permasalahan hidupnya. 
Seringkali penyakit budaya masa (ikut-ikutan) juga masih kental dalam corak 
masyarakat feodal ini. Corak masyarakat yang demikian cenderung mudah untuk 
dihasut dan diprovokasi. Menelan secara mentah isu yang ada tanpa mengkajinya 
dengan penalaran yang baik dan dialogis. Hal itu disebabkan karena mereka belum 
terbiasa untuk menyelesaikan masalah yang mengedepankan rasionalitas yang 
dialogis. Maka tak heran jika masyarakat feodal malah lebih cenderung 
mengedepankan otot daripada otak. Tawuran antar pelajar yang sering terjadi, 
kekerasan dalam kasus-kasus SARA, dsb. merupakan contoh konkrit bahwa 
masyarakat Indonesia masih kental dengan kultur feodalnya. 
Ciri masyarakat feodal juga ditandai dengan belum adanya kemampuan 
berpikir secara mandiri (berpikir kritis) untuk mencerna/menganalisis suatu masalah 
dan berani mengambil sikap oposisi jika pendapat umum yang ada itu keliru. 
Menurut hemat penulis, sikap mental demikianlah yang menjadi hambatan bagi 
terciptanya suatu masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai/semangat 
keberagaman. Ketidakmampuan untuk berpikir secara mandiri mengandaikan masih 
lemahnya semangat dialogis dan tidak berani mengambil sikap (o)posisi atas berbagai 
fenomena yang jelas-jelas dipenuhi unsur penindasan. Lemahnya kemampuan untuk 
berpikir secara mandiri membuat kita jatuh pada budaya massa yang pada akhirnya 
selalu berujung pada konflik dan kekerasan. 
4 
Perluasan Kesadaran 
Pendidikanlah yang memperluas kesadaran manusia. Pendidikanlah yang 
memampukan manusia berpikir secara mandiri, logis dan sistematis. Pendidikanlah 
yang memampukan manusia keluar dari keterkungkungan dimensi perspektivalnya 
(suku, agama, ras, budaya, dan ideologi). Pendidikanlah yang memampukan seorang 
menjadi pribadi yang berpikir secara mandiri. Pribadi yang telah mampu berpikir 
secara mandiri tidak lagi menjadikan agama sebagai doktrin yang mutlak. Budaya 
tidak lagi memenjara sikap dan tindakan manusia dan ideologi tidak lagi ditelan 
secara mentah-mentah. Pribadi yang mampu berpikir secara mandiri adalah seorang 
manusia yang utuh yang telah mampu membebaskan pikirannya dari tidur 
dogmatisnya. Dengan demikian, pribadi yang berpikir secara mandiri adalah pribadi 
yang benar-benar matang dalam kemanusiaannya. Salam pencerahan dan mari kita 
lawan kebodohan. Setuju? 
Email: dominus_vobis_cum@yahoo.com

Contenu connexe

Tendances

Makalah kebudayaan
Makalah kebudayaanMakalah kebudayaan
Makalah kebudayaan
Jaka_caniago
 
270110130006 erika silviani b tugas ke 3 keanekaragaman budaya dan bahasa daerah
270110130006 erika silviani b tugas ke 3 keanekaragaman budaya dan bahasa daerah270110130006 erika silviani b tugas ke 3 keanekaragaman budaya dan bahasa daerah
270110130006 erika silviani b tugas ke 3 keanekaragaman budaya dan bahasa daerah
Erika Silviani
 
(Tugas Presentasi IPS) Potensi Keberagaman Budaya di Indonesia
(Tugas Presentasi IPS) Potensi Keberagaman Budaya di Indonesia(Tugas Presentasi IPS) Potensi Keberagaman Budaya di Indonesia
(Tugas Presentasi IPS) Potensi Keberagaman Budaya di Indonesia
Mira Sari
 
Global Village
Global VillageGlobal Village
Global Village
dianaists
 
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebu...
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebu...Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebu...
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebu...
Tri Adnyana
 
Kajian sosial (Budaya dan Masyarakat)
Kajian sosial (Budaya dan Masyarakat)Kajian sosial (Budaya dan Masyarakat)
Kajian sosial (Budaya dan Masyarakat)
PAKLONG CIKGU
 
budaya dan kepelbagaian kelompok di Malaysia
budaya dan kepelbagaian kelompok di Malaysiabudaya dan kepelbagaian kelompok di Malaysia
budaya dan kepelbagaian kelompok di Malaysia
SheeAriep Areila
 
Akulturasi budaya tionghoa di indonesia slide ppt
Akulturasi budaya tionghoa di indonesia slide pptAkulturasi budaya tionghoa di indonesia slide ppt
Akulturasi budaya tionghoa di indonesia slide ppt
Hans Siahaan
 

Tendances (19)

Keanekaragaman kebudayaan dan masyarakat
Keanekaragaman kebudayaan dan masyarakatKeanekaragaman kebudayaan dan masyarakat
Keanekaragaman kebudayaan dan masyarakat
 
Makalah kebudayaan
Makalah kebudayaanMakalah kebudayaan
Makalah kebudayaan
 
Makalah Multikuturalisme
Makalah MultikuturalismeMakalah Multikuturalisme
Makalah Multikuturalisme
 
270110130006 erika silviani b tugas ke 3 keanekaragaman budaya dan bahasa daerah
270110130006 erika silviani b tugas ke 3 keanekaragaman budaya dan bahasa daerah270110130006 erika silviani b tugas ke 3 keanekaragaman budaya dan bahasa daerah
270110130006 erika silviani b tugas ke 3 keanekaragaman budaya dan bahasa daerah
 
Ppt multikultur
Ppt multikulturPpt multikultur
Ppt multikultur
 
(Tugas Presentasi IPS) Potensi Keberagaman Budaya di Indonesia
(Tugas Presentasi IPS) Potensi Keberagaman Budaya di Indonesia(Tugas Presentasi IPS) Potensi Keberagaman Budaya di Indonesia
(Tugas Presentasi IPS) Potensi Keberagaman Budaya di Indonesia
 
Global Village
Global VillageGlobal Village
Global Village
 
Keragaman budaya
Keragaman budayaKeragaman budaya
Keragaman budaya
 
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebu...
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebu...Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebu...
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebu...
 
keanekaragaman Budaya
keanekaragaman Budayakeanekaragaman Budaya
keanekaragaman Budaya
 
Pertanyaan dan jawaban pengaruh aspek sosial budaya
Pertanyaan dan jawaban pengaruh aspek sosial budayaPertanyaan dan jawaban pengaruh aspek sosial budaya
Pertanyaan dan jawaban pengaruh aspek sosial budaya
 
Manusia,keragaman dan kesederajatan.
Manusia,keragaman dan kesederajatan. Manusia,keragaman dan kesederajatan.
Manusia,keragaman dan kesederajatan.
 
Kajian sosial (Budaya dan Masyarakat)
Kajian sosial (Budaya dan Masyarakat)Kajian sosial (Budaya dan Masyarakat)
Kajian sosial (Budaya dan Masyarakat)
 
budaya dan kepelbagaian kelompok di Malaysia
budaya dan kepelbagaian kelompok di Malaysiabudaya dan kepelbagaian kelompok di Malaysia
budaya dan kepelbagaian kelompok di Malaysia
 
Makalah multikultural
Makalah multikulturalMakalah multikultural
Makalah multikultural
 
Multikulturalisme
MultikulturalismeMultikulturalisme
Multikulturalisme
 
Akulturasi budaya tionghoa di indonesia slide ppt
Akulturasi budaya tionghoa di indonesia slide pptAkulturasi budaya tionghoa di indonesia slide ppt
Akulturasi budaya tionghoa di indonesia slide ppt
 
MANUSIA, KERAGAMAN DAN KESEDERAJATAN.ppt
MANUSIA, KERAGAMAN DAN KESEDERAJATAN.pptMANUSIA, KERAGAMAN DAN KESEDERAJATAN.ppt
MANUSIA, KERAGAMAN DAN KESEDERAJATAN.ppt
 
Perbezaan budaya
Perbezaan budayaPerbezaan budaya
Perbezaan budaya
 

Similaire à Pluralitas

8621006 buku-sunda-buat-bangsa-1
8621006 buku-sunda-buat-bangsa-18621006 buku-sunda-buat-bangsa-1
8621006 buku-sunda-buat-bangsa-1
AndryHidahsyat
 
Makalah pendidikan kewarganegaraan peran pemuda dalam mengembangkan nasionalisme
Makalah pendidikan kewarganegaraan peran pemuda dalam mengembangkan nasionalismeMakalah pendidikan kewarganegaraan peran pemuda dalam mengembangkan nasionalisme
Makalah pendidikan kewarganegaraan peran pemuda dalam mengembangkan nasionalisme
KhairulAnwarGenaliwe
 
pendekatan multikultural dalam pembelajaran
pendekatan multikultural dalam pembelajaranpendekatan multikultural dalam pembelajaran
pendekatan multikultural dalam pembelajaran
Andy Wilson
 
Makalah kewarganegaraan
Makalah kewarganegaraanMakalah kewarganegaraan
Makalah kewarganegaraan
dinasep
 
Review Artikel Imaji Kebebasan Pluralitas
Review Artikel Imaji Kebebasan PluralitasReview Artikel Imaji Kebebasan Pluralitas
Review Artikel Imaji Kebebasan Pluralitas
Natalia Gultom
 

Similaire à Pluralitas (20)

8621006 buku-sunda-buat-bangsa-1
8621006 buku-sunda-buat-bangsa-18621006 buku-sunda-buat-bangsa-1
8621006 buku-sunda-buat-bangsa-1
 
Pancasila sebagai karakter dan identitas bangsa
Pancasila sebagai karakter dan identitas bangsa Pancasila sebagai karakter dan identitas bangsa
Pancasila sebagai karakter dan identitas bangsa
 
3304118 makalah
3304118 makalah3304118 makalah
3304118 makalah
 
Makalah pancasila 16060484079
Makalah pancasila 16060484079Makalah pancasila 16060484079
Makalah pancasila 16060484079
 
Budayawan dan politisi pancasilais
Budayawan dan politisi pancasilaisBudayawan dan politisi pancasilais
Budayawan dan politisi pancasilais
 
PPT KEL 7.pptx
PPT KEL 7.pptxPPT KEL 7.pptx
PPT KEL 7.pptx
 
TBM dan Pancasila sebagai Rumah Kita
TBM dan Pancasila sebagai Rumah KitaTBM dan Pancasila sebagai Rumah Kita
TBM dan Pancasila sebagai Rumah Kita
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
Makalah pendidikan kewarganegaraan peran pemuda dalam mengembangkan nasionalisme
Makalah pendidikan kewarganegaraan peran pemuda dalam mengembangkan nasionalismeMakalah pendidikan kewarganegaraan peran pemuda dalam mengembangkan nasionalisme
Makalah pendidikan kewarganegaraan peran pemuda dalam mengembangkan nasionalisme
 
nasionalisme, ideologi, model-model tannas konstitusi dan budaya politik
nasionalisme, ideologi, model-model tannas konstitusi dan budaya politiknasionalisme, ideologi, model-model tannas konstitusi dan budaya politik
nasionalisme, ideologi, model-model tannas konstitusi dan budaya politik
 
Filsafat perselingkuhan
Filsafat perselingkuhanFilsafat perselingkuhan
Filsafat perselingkuhan
 
Identitas Nasional
Identitas NasionalIdentitas Nasional
Identitas Nasional
 
Prinsip Kemajemukan.pptx
Prinsip Kemajemukan.pptxPrinsip Kemajemukan.pptx
Prinsip Kemajemukan.pptx
 
pendekatan multikultural dalam pembelajaran
pendekatan multikultural dalam pembelajaranpendekatan multikultural dalam pembelajaran
pendekatan multikultural dalam pembelajaran
 
Identitas nasional kel 1
Identitas nasional kel 1Identitas nasional kel 1
Identitas nasional kel 1
 
Makalah kewarganegaraan
Makalah kewarganegaraanMakalah kewarganegaraan
Makalah kewarganegaraan
 
Makalah wawasan-kebangsaan
Makalah wawasan-kebangsaanMakalah wawasan-kebangsaan
Makalah wawasan-kebangsaan
 
Review Artikel Imaji Kebebasan Pluralitas
Review Artikel Imaji Kebebasan PluralitasReview Artikel Imaji Kebebasan Pluralitas
Review Artikel Imaji Kebebasan Pluralitas
 
Ideologi pancasila sebagai ideologi bangsa.pptx
Ideologi pancasila sebagai ideologi bangsa.pptxIdeologi pancasila sebagai ideologi bangsa.pptx
Ideologi pancasila sebagai ideologi bangsa.pptx
 
wasbang latsar.pptx
wasbang latsar.pptxwasbang latsar.pptx
wasbang latsar.pptx
 

Plus de David Jones

Plus de David Jones (7)

KAJIAN FILOSOFIS ATAS TEORI DISKURSUS JÜRGEN HABERMAS
KAJIAN FILOSOFIS ATAS TEORI DISKURSUS  JÜRGEN HABERMASKAJIAN FILOSOFIS ATAS TEORI DISKURSUS  JÜRGEN HABERMAS
KAJIAN FILOSOFIS ATAS TEORI DISKURSUS JÜRGEN HABERMAS
 
Many Child Many Livelihood
Many Child Many LivelihoodMany Child Many Livelihood
Many Child Many Livelihood
 
Kritisisme dan kehidupan bersama
Kritisisme dan kehidupan bersamaKritisisme dan kehidupan bersama
Kritisisme dan kehidupan bersama
 
Demokrasi pancasila perpaduan antara liberal dan komunis
Demokrasi pancasila perpaduan antara liberal dan komunisDemokrasi pancasila perpaduan antara liberal dan komunis
Demokrasi pancasila perpaduan antara liberal dan komunis
 
Status ontologis (eksistensi) kejahatan on. word
Status ontologis (eksistensi) kejahatan on. wordStatus ontologis (eksistensi) kejahatan on. word
Status ontologis (eksistensi) kejahatan on. word
 
Ontological status of evil
Ontological status of evilOntological status of evil
Ontological status of evil
 
Teori dan praxis
Teori dan praxisTeori dan praxis
Teori dan praxis
 

Dernier

undang undang penataan ruang daerah kabupaten bogor
undang undang penataan ruang daerah kabupaten bogorundang undang penataan ruang daerah kabupaten bogor
undang undang penataan ruang daerah kabupaten bogor
ritch4
 
KISI-KISI USEK PJOK TA 2023-2024 anans ajaja jaja hdsh
KISI-KISI USEK PJOK TA 2023-2024 anans ajaja jaja hdshKISI-KISI USEK PJOK TA 2023-2024 anans ajaja jaja hdsh
KISI-KISI USEK PJOK TA 2023-2024 anans ajaja jaja hdsh
DosenBernard
 
Keracunan bahan kimia,ektasi,opiat,makanan.ppt
Keracunan bahan kimia,ektasi,opiat,makanan.pptKeracunan bahan kimia,ektasi,opiat,makanan.ppt
Keracunan bahan kimia,ektasi,opiat,makanan.ppt
DIGGIVIO2
 
Jual Obat Aborsi Tasikmalaya ( Asli Ampuh No.1 ) 082223109953 Tempat Klinik J...
Jual Obat Aborsi Tasikmalaya ( Asli Ampuh No.1 ) 082223109953 Tempat Klinik J...Jual Obat Aborsi Tasikmalaya ( Asli Ampuh No.1 ) 082223109953 Tempat Klinik J...
Jual Obat Aborsi Tasikmalaya ( Asli Ampuh No.1 ) 082223109953 Tempat Klinik J...
Jual Obat Aborsi Tasikmalaya ( Asli Ampuh No.1 ) 082223109953
 
KELOMPOK 6- DINAMIKA DAN TANTANGAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI.pdf
KELOMPOK 6- DINAMIKA DAN TANTANGAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI.pdfKELOMPOK 6- DINAMIKA DAN TANTANGAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI.pdf
KELOMPOK 6- DINAMIKA DAN TANTANGAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI.pdf
InnesKana26
 
Jual Cytotec Di Majalengka Ori👗082322223014👗Pusat Peluntur Kandungan Konsultasi
Jual Cytotec Di Majalengka Ori👗082322223014👗Pusat Peluntur Kandungan KonsultasiJual Cytotec Di Majalengka Ori👗082322223014👗Pusat Peluntur Kandungan Konsultasi
Jual Cytotec Di Majalengka Ori👗082322223014👗Pusat Peluntur Kandungan Konsultasi
ssupi412
 
Jual Pil Penggugur Kandungan 085225524732 Obat Aborsi Cytotec Asli
Jual Pil Penggugur Kandungan 085225524732 Obat Aborsi Cytotec AsliJual Pil Penggugur Kandungan 085225524732 Obat Aborsi Cytotec Asli
Jual Pil Penggugur Kandungan 085225524732 Obat Aborsi Cytotec Asli
Jual Cytotec Asli 085225524732 Obat Penggugur Kandungan
 
Jual Cytotec Di Sinjai Ori 👙082122229359👙Pusat Peluntur Kandungan Konsultasi
Jual Cytotec Di Sinjai Ori 👙082122229359👙Pusat Peluntur Kandungan KonsultasiJual Cytotec Di Sinjai Ori 👙082122229359👙Pusat Peluntur Kandungan Konsultasi
Jual Cytotec Di Sinjai Ori 👙082122229359👙Pusat Peluntur Kandungan Konsultasi
ssupi412
 

Dernier (20)

Materi Pajak Untuk BOS tahun 2024 untuk madrasah MI,MTS, dan MA
Materi Pajak Untuk BOS tahun 2024 untuk madrasah MI,MTS, dan MAMateri Pajak Untuk BOS tahun 2024 untuk madrasah MI,MTS, dan MA
Materi Pajak Untuk BOS tahun 2024 untuk madrasah MI,MTS, dan MA
 
Bimbingan Teknis Penyusunan Soal Pilihan Berganda 2024.pptx
Bimbingan Teknis Penyusunan Soal Pilihan Berganda  2024.pptxBimbingan Teknis Penyusunan Soal Pilihan Berganda  2024.pptx
Bimbingan Teknis Penyusunan Soal Pilihan Berganda 2024.pptx
 
contoh judul tesis untuk mahasiswa pascasarjana
contoh judul tesis untuk mahasiswa pascasarjanacontoh judul tesis untuk mahasiswa pascasarjana
contoh judul tesis untuk mahasiswa pascasarjana
 
apotek jual obat aborsi Bogor Wa 082223109953 obat aborsi Cytotec Di Bogor
apotek jual obat aborsi Bogor Wa 082223109953 obat aborsi Cytotec Di Bogorapotek jual obat aborsi Bogor Wa 082223109953 obat aborsi Cytotec Di Bogor
apotek jual obat aborsi Bogor Wa 082223109953 obat aborsi Cytotec Di Bogor
 
PPT Kelompok 2 tantangan Manajemen Inovasi.pptx
PPT Kelompok 2 tantangan Manajemen Inovasi.pptxPPT Kelompok 2 tantangan Manajemen Inovasi.pptx
PPT Kelompok 2 tantangan Manajemen Inovasi.pptx
 
undang undang penataan ruang daerah kabupaten bogor
undang undang penataan ruang daerah kabupaten bogorundang undang penataan ruang daerah kabupaten bogor
undang undang penataan ruang daerah kabupaten bogor
 
Digital Onboarding (Bisnis Digital) Fase F
Digital Onboarding (Bisnis Digital) Fase FDigital Onboarding (Bisnis Digital) Fase F
Digital Onboarding (Bisnis Digital) Fase F
 
KISI-KISI USEK PJOK TA 2023-2024 anans ajaja jaja hdsh
KISI-KISI USEK PJOK TA 2023-2024 anans ajaja jaja hdshKISI-KISI USEK PJOK TA 2023-2024 anans ajaja jaja hdsh
KISI-KISI USEK PJOK TA 2023-2024 anans ajaja jaja hdsh
 
Keracunan bahan kimia,ektasi,opiat,makanan.ppt
Keracunan bahan kimia,ektasi,opiat,makanan.pptKeracunan bahan kimia,ektasi,opiat,makanan.ppt
Keracunan bahan kimia,ektasi,opiat,makanan.ppt
 
PPT SEMINAR PROPOSAL KLASIFIKASI CNN.pptx
PPT SEMINAR PROPOSAL KLASIFIKASI CNN.pptxPPT SEMINAR PROPOSAL KLASIFIKASI CNN.pptx
PPT SEMINAR PROPOSAL KLASIFIKASI CNN.pptx
 
Jual Obat Aborsi Tasikmalaya ( Asli Ampuh No.1 ) 082223109953 Tempat Klinik J...
Jual Obat Aborsi Tasikmalaya ( Asli Ampuh No.1 ) 082223109953 Tempat Klinik J...Jual Obat Aborsi Tasikmalaya ( Asli Ampuh No.1 ) 082223109953 Tempat Klinik J...
Jual Obat Aborsi Tasikmalaya ( Asli Ampuh No.1 ) 082223109953 Tempat Klinik J...
 
Menganalisis T Test dengan menggunakan SPSS
Menganalisis T Test dengan menggunakan SPSSMenganalisis T Test dengan menggunakan SPSS
Menganalisis T Test dengan menggunakan SPSS
 
KELOMPOK 6- DINAMIKA DAN TANTANGAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI.pdf
KELOMPOK 6- DINAMIKA DAN TANTANGAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI.pdfKELOMPOK 6- DINAMIKA DAN TANTANGAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI.pdf
KELOMPOK 6- DINAMIKA DAN TANTANGAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI.pdf
 
Jual Cytotec Di Majalengka Ori👗082322223014👗Pusat Peluntur Kandungan Konsultasi
Jual Cytotec Di Majalengka Ori👗082322223014👗Pusat Peluntur Kandungan KonsultasiJual Cytotec Di Majalengka Ori👗082322223014👗Pusat Peluntur Kandungan Konsultasi
Jual Cytotec Di Majalengka Ori👗082322223014👗Pusat Peluntur Kandungan Konsultasi
 
Jual Pil Penggugur Kandungan 085225524732 Obat Aborsi Cytotec Asli
Jual Pil Penggugur Kandungan 085225524732 Obat Aborsi Cytotec AsliJual Pil Penggugur Kandungan 085225524732 Obat Aborsi Cytotec Asli
Jual Pil Penggugur Kandungan 085225524732 Obat Aborsi Cytotec Asli
 
PPT PROFESI KEPENDIDIKAN kelompok 7.pptx
PPT PROFESI KEPENDIDIKAN kelompok 7.pptxPPT PROFESI KEPENDIDIKAN kelompok 7.pptx
PPT PROFESI KEPENDIDIKAN kelompok 7.pptx
 
Materi Pajak Untuk Bantuan Operasional Sekolah ( BOS )
Materi Pajak Untuk Bantuan Operasional Sekolah ( BOS )Materi Pajak Untuk Bantuan Operasional Sekolah ( BOS )
Materi Pajak Untuk Bantuan Operasional Sekolah ( BOS )
 
Alur Pengajuan Surat Keterangan Pindah (Individu) lewat IKD.pdf
Alur Pengajuan Surat Keterangan Pindah (Individu) lewat IKD.pdfAlur Pengajuan Surat Keterangan Pindah (Individu) lewat IKD.pdf
Alur Pengajuan Surat Keterangan Pindah (Individu) lewat IKD.pdf
 
Jual Cytotec Di Sinjai Ori 👙082122229359👙Pusat Peluntur Kandungan Konsultasi
Jual Cytotec Di Sinjai Ori 👙082122229359👙Pusat Peluntur Kandungan KonsultasiJual Cytotec Di Sinjai Ori 👙082122229359👙Pusat Peluntur Kandungan Konsultasi
Jual Cytotec Di Sinjai Ori 👙082122229359👙Pusat Peluntur Kandungan Konsultasi
 
PEMANTAUAN HEMODINAMIK.dalam keperawatan pptx
PEMANTAUAN HEMODINAMIK.dalam keperawatan pptxPEMANTAUAN HEMODINAMIK.dalam keperawatan pptx
PEMANTAUAN HEMODINAMIK.dalam keperawatan pptx
 

Pluralitas

  • 1. Kemajemukan: Kekuatan atau Ancaman? 1 …. Sejarah telah membuktikan bahwa kehancuran iman dan agama disebabkan oleh kebodohan. Jangan sekali-kali berbuat bodoh…. [kutipan ungkapan dalam film tanda Tanya (“?”)] Banyak orang berkata bahwa Indonesia adalah bangsa yang majemuk. Kemajemukan biasanya diidentikkan dengan keanekaragaman suku, agama, ras, dan budaya. Tak dapat dipungkiri bahwa kemajemukan tersebut disatu sisi dapat menghasilkan sebuah kekuatan yang kokoh, namun jangan lupa, kemajemukan dapat juga menjadi sebuah kelemahan yang memicu terjadinya disintegrasi. Kemajemukan menjadi kekuatan apabila kemajemukan tersebut dapat diakomodir sedemikian rupa sehingga menghasilkan nilai persatuan dan kesatuan yang menjunjung tinggi pluralitas. Di sisi lain, kemajemukan dapat menjadi ancaman apabila ego golongan begitu tinggi sedangkan pemahaman akan nilai pluralitas masih sangatlah rendah. Dengan demikian, kemajemukan bagaikan pisau bermata dua yang dapat mengarah/diarahkan pada sisi positif ataupun sisi negatifnya. Sejauh penulis mengamati dinamika kehidupan Indonesia dewasa ini, penulis mendapati berbagai macam persoalan yang berhubungan dengan kemajemukan. Persoalan yang berkaitan dengan kemajemukan tersebut seringkali diwarnai dengan isu-isu yang mengandung SARA. Menurut hemat penulis, maraknya isu-isu yang berbau SARA disebabkan belum mampunya masyarakat Indonesia menggali kesejatian makna realitas yang terungkap dalam sebuah kata pluralitas. Melihat fakta demikian, seakan-akan mind set yang ada adalah yang berbeda dianggap sebagai musuh yang harus dibumihanguskan. Hal ini menjadi ironi ketika falsafah dasar negara Indonesia adalah Pancasila yang mengusung semangat Bhinneka Tunggal Ika. Dimana perbedaan seharusnya dipandang sebagai sebuah kewajaran yang justru menuntut kedewasaan setiap pribadi dan golongan untuk tidak bersikap eksklusif melainkan memiliki sikap inklusif. Melihat historisitas bangsa Indonesia, semangat untuk bersatu dalam kemajemukan sebenarnya telah muncul dalam perjuangan pergolakan Indonesia di masa kolonialisme. Peristiwa Sumpah Pemuda (28 Oktober 1928) merupakan bukti konkrit adanya kesadaran pemuda Indonesia saat itu untuk bersatu di dalam perbedaan. Perasaan senasib sepenanggungan menumbuhkan semangat untuk bersatu guna mengusir penjajah dari bumi pertiwi. Penulis merasa perlu berterima kasih atas prakarsa pemuda saat itu, karena dengan adanya moment sumpah pemuda, lahirlah bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu di tengah keanekaragaman budaya (baca: bahasa) yang ada di tanah air. Menurut hemat penulis, perumusan Pancasila sebagai dasar negara tidak lepas dari adanya semangat untuk bersatu di dalam kemajemukan. Maka dari itu, semangat yang ada dalam Pancasila dan peristiwa sumpah pemuda seharusnya menjadi payung bersama dalam dinamika kehidupan bangsa Indonesia yang sarat dengan nilai-nilai kemajemukan. Tulisan ini merupakan usaha penulis guna menganalisis dinamika kehidupan rakyat Indonesia dewasa ini yang hidup di dalam kemajemukan. Hipotesis yang diajukan oleh penulis adalah kemajemukan yang ada di Indonesia belum mampu diakomodir secara baik dan tepat. Indikatornya adalah penulis sering menjumpai berbagai masalah sosial yang dilatarbelakangi oleh isu-isu yang mengandung SARA
  • 2. (suku, agama, dan ras). Maka dari itu, melalui tulisan ini penulis ingin mengkaji dan sekaligus menuangkan pemikiran mengenai dinamika kemajemukan yang terjadi di Indonesia dalam secercah tulisan ini. 2 Sebuah miss-link Sebagaimana telah disinggung di atas, para penggagas sistem dan bentuk negara Indonesia telah merumuskan Pancasila sebagai falsafah hidup bangsa. Pancasila merupakan norma paling mendasar dan sekaligus tertinggi (grand norm) yang berisikan nilai-nilai ketuhanan (monotheism), kemanusiaan (humanity), persatuan (nasionalism), demokrasi (democracy), dan keadilan sosial (socialism). Sejauh penulis memahami, semangat yang ada dalam pancasila adalah cita-cita ideal yang diambil dari khazanah tradisi pemikiran Barat. Namun sejauh penulis mengamati, semangat dalam pancasila tersebut belum mampu dicerna secara baik oleh kebanyakan orang Indonesia. Indikator belum dipahaminya semangat pancasila dengan baik adalah sering munculnya berbagai permasalahan yang selalu berbau SARA, entah disebabkan oleh adanya unsur politik praktis, kultur feodal yang masih kental, dsb. Inilah sisi kontradiktif yang menjangkiti bangsa ini. Justru ketika ideodalgi negara memegang prinsip keterbukaan yang mengakomodir segala keberbedaan (pluralitas), namun yang terjadi justru adalah konflik-konflik mengenai pluralitas itu sendiri. Dari sini muncul sebuah pertanyaan yang menggelitik diri penulis, yaitu: Sisi manakah yang harus dibenahi dari keruwetan kontradiktif tersebut? Menurut hemat penulis, munculnya masalah yang berbau SARA tersebut disebabkan karena sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang belum mampu mencerna nilai-nilai luhur pancasila tersebut dengan baik. Secara lebih lugas, hal ini terkait dengan masih rendahnya kualitas SDM. Kebanyakan orang Indonesia masih mudah jatuh (baca: dihasut) dengan provokasi-povokasi (pernyataan-pernyataan) yang belum tentu kebenarannya. Hal itu menandai juga dengan masih kentalnya budaya masa (ikut-ikutan) di negara ini. Budaya masa yang dimaksud oleh penulis adalah sebuah budaya dimana masyarakatnya belum mampu berpikir (kritis) secara mandiri. Terlebih lagi, adanya sikap yang belum berani untuk mengambil sikap/posisi kontra terhadap suatu hal yang salah. Kebanyakan orang justru memilih ikut menceburkan diri pada suatu sikap yang jelas-jelas keliru. Entah motivasinya untuk membiarkan kesalahan yang ada atau bahkan justru telah kehilangan kesadaran untuk membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Sebagaimana terjadinya fenomena korupsi akut yang terjadi di negara ini, ketika lingkungan sekitar korupsi, maka aku pun harus ikut korupsi. Justru ketika aku tidak korupsi, maka aku akan dianggap aneh/salah oleh lingkungan sekitarku yang korupsi. Inilah banalitas kejahatan yang turut melanda negara ini. Lalu dimanakah miss link-nya? Sebagaimana telah tersirat di atas, bahwa nilai-nilai yang ada dalam pancasila bukan merupakan produk khas budaya masyarakat Indonesia. Nilai-nilai dalam pancasila, pertama-tama, berasal dari tradisi pemikiran Barat yang telah mengalami masa pencerahan (Aufklarung). Tradisi pemikiran Barat berhasil menelurkan nilai-nilai tersebut karena mereka telah mengalami sebuah bentuk penyadaran akan pentingnya otonomi akal budi dalam memahami realitas. Miss link-nya adalah bangsa Indonesia belum memiliki kesadaran akan pentingnya peran akal budi dalam memahami realitas. Dengan kata lain, Indonesia belum mengalami masa pencerahan sebagaimana telah dialami oleh masyarakat Barat. Maka dari itu, nilai-nilai dari tradisi Barat yang coba ditanamkan
  • 3. dalam Pancasila tak urung hanya menjadi slogan kosong yang tak mampu terpahami hakekatnya. Ada jurang yang belum dijembatani. 3 Fanatisme Sempit Fanatisme sempit pada agama dan ideologi tertentu menciptakan sekat-sekat dalam dunia-kehidupan. Ketika manusia masih terkungkung dalam parsialitas perspektif (agama, budaya, suku, ras, ideologi), maka manusia seringkali jatuh untuk memutlakkan s(u)atu kebenaran saja dan bahkan cenderung menganggap yang lain bukan sebagai saudara melainkan musuh yang harus dibumihanguskan. Mengutip iklan kecap di TV: “kecapku selalu nomer satu”. Dengan kata lain, agamaku; budayaku; sukuku; ideologiku selalu yang kuanggap paling “benar” dan yang lain mungkin hanya sedikit benar atau bahkan tidak benar (salah) sama sekali. Inilah sisi yang harus dikritisi secara terus-menerus. Jika manusia hanya terkungkung dala s(u)atu perspektif dimensi, tidak mampu keluar darinya, dan bahkan hanya menelan secara mentah-mentah isi ajaran di dalamnya, maka dapat dipastikan bahwa kehidupan bersama sebagai bangsa yang plural akan kacau balau. Maka, agar terbebas dari kerangka perspektif yang parsial tersebut manusia harus menjadi individu yang mampu berpikir mandiri, bebas dan merdeka. Pribadi yang berpikir secara mandiri adalah pribadi yang kuat dalam membuat distingsi-distingsi (pembedaan-pembedaan) terhadap segala sesuatu. Pribadi yang mampu berpikir mandiri adalah manusia yang “terbebas” dari keterkungkungan dimensi parsialitas hidupnya. Pribadi yang demikian tidak lagi terjebak dalam fanatisme sempit, melainkan mampu berpikir secara terbuka, mampu menerima yang lain (yang berbeda) serta mengakomodir perbedaan itu dalam suatu bentuk usaha penyelesaian konflik yang dialogis. Terlebih lagi, pribadi yang berpikir secara mandiri selalu dapat membaca situasi zaman dan menafsirkannya secara kontekstual dengan zaman dimana ia hidup. Pribadi yang mampu berpikir secara mandiri tidak lagi terkotak-kotak dalam parsialitas agama, suku, ras, budaya dan ideologi tertentu melainkan semakin menyadari kepenuhan dirinya sebagai manusia yang utuh dan tak terbagi-bagi. Namun demikian, tesis menjadi manusia yang utuh dan tak terbagi-bagi tetap memiliki sisi paradoks dan self critic (kritik diri)-nya, yakni justru di dalam dimensi-dimensi parsialitasnya (agama, komunitas yang memegang iideologi tertentu, dsb) manusia terkadang justru menemukan identitas sosialnya. Tanpa adanya parsialitas (perspektif-perspektif) dimensi kemanusiaan tersebut seringkali manusia akan jatuh pada suatu kekosongan. Suatu kehidupan tanpa adanya titik pijak nilai dan makna. Apakah itu justru yang disebut menjadi manusia yang utuh? Hmm… tak tahulah… Kultur Feodal Contoh adanya kultur feodal dalam masyarakat Indonesia yang disoroti oleh penulis adalah pertama, atasan selalu benar dan wajib ditaati. Dengan kata lain, bawahan harus taat buta pada pimpinannya, sekalipun pimpinannya tersebut (pasti dapat) salah. Contoh kedua kultur feodal adalah masyarakat yang masih erat memegang mitos dan adat-istiadat leluhur tanpa mengkajinya kembali dengan lebih rasional, dsb. Inilah beberapa contoh kultur feodal yang dirasakan oleh penulis. Tingkah laku demikian masih kita jumpai hingga saat ini, seperti: pemberian sesajen pada makam atau tempat-tempat yang dianggap keramat, kepercayaan buta pada mitos-mitos tradisional, dsb.
  • 4. Menurut hemat penulis, corak masyarakat feodal masih sangat minim dalam menggunakan rasionalitas. Dengan kata lain, alam pikir yang ada dalam masyarakat feodal (tradisional) masih merupakan alam pikir yang lebih memegang mitos daripada logos. Alam pikir masyarakat feodal lebih cenderung menggunakan jalan mistis untuk menyelesaikan permasalahan hidupnya ketimbang menggunakan rasionalitasnya. Sebagai contoh: menggunakan dukun untuk memperlancar usaha ketimbang menggunakan logika untuk menganalisis strategi dagangnya, mencari kekayaan dengan jalan pintas (pesugihan) ketimbang berusaha keras untuk mencapai sukses, dsb. Praktek-praktek inilah yang menandai sebuah masyarakat tradisional (feodal), Manusia masih berpegang kuat pada mitos dan belum menggunakan kekuatan akal budi untuk memecahkan permasalahan hidupnya. Seringkali penyakit budaya masa (ikut-ikutan) juga masih kental dalam corak masyarakat feodal ini. Corak masyarakat yang demikian cenderung mudah untuk dihasut dan diprovokasi. Menelan secara mentah isu yang ada tanpa mengkajinya dengan penalaran yang baik dan dialogis. Hal itu disebabkan karena mereka belum terbiasa untuk menyelesaikan masalah yang mengedepankan rasionalitas yang dialogis. Maka tak heran jika masyarakat feodal malah lebih cenderung mengedepankan otot daripada otak. Tawuran antar pelajar yang sering terjadi, kekerasan dalam kasus-kasus SARA, dsb. merupakan contoh konkrit bahwa masyarakat Indonesia masih kental dengan kultur feodalnya. Ciri masyarakat feodal juga ditandai dengan belum adanya kemampuan berpikir secara mandiri (berpikir kritis) untuk mencerna/menganalisis suatu masalah dan berani mengambil sikap oposisi jika pendapat umum yang ada itu keliru. Menurut hemat penulis, sikap mental demikianlah yang menjadi hambatan bagi terciptanya suatu masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai/semangat keberagaman. Ketidakmampuan untuk berpikir secara mandiri mengandaikan masih lemahnya semangat dialogis dan tidak berani mengambil sikap (o)posisi atas berbagai fenomena yang jelas-jelas dipenuhi unsur penindasan. Lemahnya kemampuan untuk berpikir secara mandiri membuat kita jatuh pada budaya massa yang pada akhirnya selalu berujung pada konflik dan kekerasan. 4 Perluasan Kesadaran Pendidikanlah yang memperluas kesadaran manusia. Pendidikanlah yang memampukan manusia berpikir secara mandiri, logis dan sistematis. Pendidikanlah yang memampukan manusia keluar dari keterkungkungan dimensi perspektivalnya (suku, agama, ras, budaya, dan ideologi). Pendidikanlah yang memampukan seorang menjadi pribadi yang berpikir secara mandiri. Pribadi yang telah mampu berpikir secara mandiri tidak lagi menjadikan agama sebagai doktrin yang mutlak. Budaya tidak lagi memenjara sikap dan tindakan manusia dan ideologi tidak lagi ditelan secara mentah-mentah. Pribadi yang mampu berpikir secara mandiri adalah seorang manusia yang utuh yang telah mampu membebaskan pikirannya dari tidur dogmatisnya. Dengan demikian, pribadi yang berpikir secara mandiri adalah pribadi yang benar-benar matang dalam kemanusiaannya. Salam pencerahan dan mari kita lawan kebodohan. Setuju? Email: dominus_vobis_cum@yahoo.com