2. Konsep Dasar Kebidanan I
Pembimbing:
Saur Sariaty P., SKM, M.Kes
Tingkat: IA
Anggota:
Alifa Rahmannisa R.
Amalia Marjan T.
Dea Ulfiah A.
Elma Maharani I. Irma Perwati
Febrianti Nur A.
Kukuh Devani S.
Intan Puspita S.
Rina Oktavia
PROGRAM STUDI KEBIDANAN BANDUNG
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES REPUBLIK INDONESIA
2013
3. Tujuan
• Mengidentifikasi bahaya lingkungan yang terdapat dalam rumah dan
dalam komunitas.
• Mendemonstrasikan tindakan keamanan yang sesuai di institusi
perawatan kesehatan di rumah, komunitas, dan tempat kerja.
• Mengalami penurunan frekuensi atau keparahan cedera.
• Mendemonstrasikan praktik pengasuhan anak yang aman atau praktik
gaya hidup sehat.
4.
5. 1. Kecelakaan
Bayi dan anak-anak sangat rentan terhadap beberapa
bahaya, seperti jatuh atau menelan zat yang berbahaya, luka
bakar, sufokasi atau tercekik, kecelakaan kendaraan
bermotor, jatuh, dan keracunan.
6. Tindakan yang Dilakukan
• Gunakan tempat duduk di mobil yang telah disetujui oleh pemerintah.
Tempat duduk tersebut harus terletak di jok belakang, dengan
menghadap ke arah belakang.
• Jangan tinggalkan bayi sendirian pada tempat dengan permukaan
tinggi
• Periksa suhu air mandi bayi sebelum digunakan dan suhu susu
formula sebelum diberikan kepada bayi.
berlanjut.....
7. • Gendong bayi dengan posisi tegak, saat pemberian makan. Jangan
sangga botol pemberian makan. Potong makanan kecil-kecil, dan
jangan berikan kacang atau berondong kepada bayi.
• Periksa apakah boks bayi memenuhi standar keselamatan yang
diberlakukan oleh pemerintah: jarak antar-jeruji tidak lebih dari 6 cm,
cat bebas timbel, tinggi sisi boks, kasur yang ukurannya sesuai
dengan luar boks.
berlanjut.....
8. • Gunakan boks tempat bermain anak dengan sisi yang terbuat dari
jaring kecil. Jangan biarkan sisi boks tempat bermain anak turun.
• Beri mainan yang lembut, besar, dan tidak memiliki bagian yang dapat
dilepas atau bagian ujung yang tajam.
• Pasang pagar pengaman di sisi tangga dan pasang terali jendela.
Awasi bayi pada ayunan bayi dan kursi yang tinggi.
berlanjut.....
9. • Pasang penutup pada stopkontak. Usahakan kabel listrik diluar
jangkauan bayi.
• Letakkan tanaman, pembersih rumah tangga, dan keranjang sampah
diluar jangkauan bayi. Tutup rapat zat yang dapat menyebabkan
keracunan, seperti obat-obatan, cat, dan minyak tanah.
berlanjut.....
11. • Dapat dicegah dengan antipiretik dan kompres air hangat.
• Tentukan status oksigenasi. Berikan oksigen jika pembacaan
oksimetri nadi kurang dari 95%
• Anak –anak
perlindungan
sering
kejang
perlu
menggunakan
helm
untuk
• Anak – anak yang sedang menggunakan obat anti kejang harus
menggunakan tanda identifikasi medis (gelang atau kalung)
12. 3. Keracunan
Penyebab utama keracunan pada anak-anak adalah pengawasan
yang tidak adekuat dan penyimpanan zat rumah tangga beracaun yang
tidak tepat.
13. Pelaksanaan Pencegahan Keracunan
• Berfokus pada penyuluhan kepada orang tua untuk menciptakan
lingkungan yang aman bagi anak-anak
• Menyingkirkan obat-obatan yang tidak dipergunakan kembali dengan
membasuhnya ke dalam toilet.
14. Tindakan Penyuluhan:
Mencegah Keracunan
• Letakan agens beracun termasuk obat dan agens pembersih dalam
lemari atau pasang cantelan khusus
•
Jangan simpan cairan atau materi padat beracun dalam wadah
makanan, seperti botol minuman ringan, toples selai kacang atau
kardus susu.
berlanjut.....
15. • Jangan buang label wadah atau menggunakan kembali wadah
kosong untuk menyimpan zat lain.
• Jangan mengandalkan memasak sebagai tindakan menghilangkan
zat kimia beracun dalam sayuran.
• Ajarkan anak-anak untuk tidak memakan semua bagian tanaman atau
jamur yang tidak diketahui.
berlanjut.....
16. • Tempel stiker peringatan racun yang dirancang khusus untuk anakanak
• Jangan katakan obat adalah permen atau berpura-pura menikmati
minum obat di depan anak-anak, biarkan mereka melihat pentingnya
minum obat tanpa melebih-lebihkannya.
berlanjut.....
17. • Baca dan ikuti petunjuk pada label semua produk sebelum
menggunakan produk tersebut.
• Jangan simpan tanaman beracun di rumah, dan jangan menanam
tumbuhan beracun di halaman.
• Tempelkan nomor telepon pusat pengendalian keracunan di dekat
atau di gagang telepon
19. 1. Disfungsi Kognitif
Dapat berupa :
bingung, disorientasi,
pembuatan keputusan.
gangguan
daya
Tindakan:
• Buat batasan aktifitas yang aman.
• Singkirkan benda yang membahayakan.
ingat,
atau
hambatan
20. 2. Gangguan Gaya Berjalan atau keseimbangan
dan Kesulitan Berjalan
• Gunakan sepatu atau sandal yang pas di kaki, dengan sol antiselip.
• Gunakan alat bantu ambulansi jika perlu (tongkat, kruk, walker,
rungkup/penopang, kursi roda).
• Beri bantuan saat ambulansi, jika perlu.
• Amati gaya berjalan dan keseimbangan tubuh.
21. 3. Kesulitan untuk Berdiri dan Duduk di Kursi atau
Bangkit dari dan ke Tempat Tidur
• Dorong klien untuk meminta bantuan.
• Pertahankan tempat tidur dalam posisi yang rendah.
• Lengkapi dinding kamar mandi dengan susur tangan.
• Naikkan dudukan toilet.
22. 4. Sering Berkemih
• Sediakan kursi buang air disisi tempat tidur.
• Bantu klien berkemih secara teratur dan terjadwal.
23. 5. Kejang
Klien dapat rentan terhadap kejang akibat kondisi medis yang
permanen atau sementara, seperti reaksi obat, epilepsi, atau demam
yang sangat tinggi.
24. Tindakan Kewaspadaan Kejang
• Jelaskan kepada klien tentang prosedur yang akan Anda lakukan,
alasan pentingnya prosedur tersebut, dan bagaimana ia dapat bekerja
sama dengan Anda demi kelancaran prosedur tersebut.
• Cuci tangan dan amati prosedur pengontrolan infeksi yang tepat.
Apabila klien sedang kejang, kenakan sarung tangan bersih sebagai
persiapan untuk melakukan tindakan perawatan pernapasan.
• Jaga privasi klien.
berlanjut.....
25. • Pasang bantalan pada setiap sisi tempat tidur. Pasang selimut atau
kain lain di sekitar kepala, kaki, dan pagar tempat tidur.
• Siapkan peralatan pengisapan lendir oral dan periksa apakah alat
tersebut berfungsi.
• Sesuai kebijakan instansi, letakkan spatel lidah yang telah dilapisi
kaca atau gudel di tempat tidur terjangkau di dekat bagian kepala
tempat tidur.
26. Apabila Terjadi Serangan Kejang
• Dampingi klien dan minta bantuan jika perlu.
• Apabila klien tidak berada di tempat tidur, bantu klien mendekat ke
lantai dan lindungi kepala klien dalam pangkuan Anda atau pada
bantal
• Sesuai kebijakan instansi, masukan gudel atau spatel lidah di antar
gigi atas dan gigi bawah klien.
berlanjut.....
27. • Pasang sungkup oksigen.
• Ubah posisi klien lateral, jika memungkinkan.
• Catat durasi kejang.
• Pindahkan benda di lingkungan untuk menjamin bahwa klien tidak
mengalamu cedera.
• Observasi perkembangan kejang. Observasi warna kulit. Jika
memungkinkan, periksa nadi dan pernapasan.
berlanjut.....
28. • Beri obat antikejang yang diprogramkan.
• Gunakan perlengkapan untuk mengisap lendir pada gudel jika klien
muntah atau memiliki sekresi oral yang berlebihan.
• Saat kejang telah berakhir, bantu klien mengatur posisi yang nyaman.
Biarkan klien mengungkapkan perasaannya mengenai kejang.
berlanjut.....
29. 6. Jatuh
Perawat harus mendorong mereka melakukan kontak harian atau
kontak yang lebih sering dengan teman atau anggota keluarga lain,
memasang sistem respons kedaruratan personal, dan melakukan
tindakan untuk mempertahankan lingkungan fisik yang dapat mencegah
terjadinya jatuh.
30. Tindakan Pencegahan
• Pemasangan susur tangan di dinding koridor
• Pemasangan bel pemanggul di sisi tempat tidur
• Susur tangan di area toilet; pengunci roda tempat tidur, kursi roda,
dan roda bankar; pagar tempat tidur; lampu tidur; dsb
• Selalu pertahankan tempat tidur rumah sakit pada posisi rendah
dengan roda terkunci saat tidak dilakukan perawatan sehingga
memudahkan klien naik-turun tempat tidur.
berlanjut.....
31. • Pastikan bahwa keset kamar mandi yang tidak licin tersedia di dekat
bathtub dan shower
• Anjurkan klien untuk meengenakan alas kaki yang tidak licin.
• Pertahankan lingkungan tetap rapi, terutama pertahankan agar kabel
listrik tidak menjuntai dilantai dan atur perabot agat tidak menghalangi
jalan.
33. 1. Suara Bising
• Saat sakit atau cedera, individu sering kali sensitif terhadap suara
yang biasanya tidak mengganggu mereka.
• Pengaruh psikologis suara meliputi peningkatan frekuensi jantung dan
frekuensi napas, peningkatan aktivitas otot, mual, dan tuli, apabila
suara tersebut cukup keras.
34. Meminimalkan Kebisingan
a. Ubin akustik pada lantai atau dinding dan plafon akustik serta tirai dan
karpet dapat menyerap suara.
b. Memasang musik latar untuk menyamarkan suara dan memberi
pengaruh menenangkan pada beberapa orang.
c. Menganjurkan klien melindungi pendengaran mereka sedapat
mungkin
35. 2. Bahaya Listrik
Tindakan Pencegahan :
a. Semua arus listrik dengan arus terhubung dengan tanah harus
terpasang dengan benar.
b.
Periksa apakah kabel terurai atau terdapat tanda kerusakan
sebelum menggunakan alat.
c.
Jangan sambungkan terlalu banyak alat listrik ke stopkontak atau
kotak sekring.
berlanjut.....
36. • Saat melepaskan steker dari stopkontak, genggam steker dengan
tegas, kemudian tarik steker tersebut.
• Jangan gunakan alat listrik di dekat wastafel, bathtub, shower, atau
area lain yang basah karena air mudah menghantarkan listrik.
• Jauhkan kabel dan alat dari jangkauan anak-anak.
berlanjut.....
37. • Pasang penutup pada stopkontak dinding untuk melindungi anak.
• Ganti semua kabel yang tidak berlapis isolator agar memenuhi
standar keamanan.
• Pertahankan kabel listrik tergulung rapi atau terfiksasi pada lantai
yang tidak dilalui orang sehingga tidak menyebabkan kerusakan atau
tersandung kabel tersebut.
38. 3. Radiasi
Cedera radiasi dapat terjadi akibat pajanan berlebihan terhadap
materi radioaktif yang digunakan dalam prosedur diagnostik dan
terapeutik.
39. Pemasangan Restrain
Restrain merupakan alat pelindung yang digunakan untuk
membatasi aktivitas fisik atau bagian tubuh klien. Tujuan restrain adalah
mencegah klien mencederai dirinya sendiri dan orang lain.
40. Macam-Macam Restrain
a. Restrain fisik : alat inekanik, materi, atau perlengkapan yang
terpasang pada tubuh klien; alat tersebut sulit dilepas dan
membatasi gerakan klien
b. Restrain kimia: neuroleptik, ansiolitik, sedatif, dan psikotropik yang
digunakan untuk mengendalikan perilaku sosial yang suka
mengacau.
41. Nyeri
Definisi Nyeri:
• Mc. Cofffery (1979), mendefinisikan nyeri sebagai suatu keadaan
yang memengaruhi seseorang, yang keberadaan nyeri dapat
diketahui hanya jika orang tersebut pernah mengalaminya.
• Wolf Weifsel Feurst (1974), mengatakan nyeri merupakan suatu
perasaan menderita secara fisik dan mental atau perasaan yang bisa
menimbulkan ketegangan.
berlanjut.....
42. • Artur C. Curton (1983), mengatakan bahwa nyeri merupakan suatu
mekanisme bagai tubuh, timbul ketika jaringan sedang dirusak
sehingga individu tersebut bereaksi untuk menghilangkan rangsangan
nyeri.
• Secara umum, nyeri diartikan sebagai suatu keadaan yang tidak
menyenangkan akibat terjadinya rangsangan fisik maupun dari
serabut saraf dalam tubuh ke otak dan diikuti oleh reaksi fisik,
fisiologis, maupun emosional.
43. Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri
• Arti Nyeri
• Persepsi Nyeri
• Toleransi Nyeri
• Reaksi terhadap Nyeri
44. Arti Nyeri
Arti nyeri bagi individu memiliki banyak perbedaan dan hampir
sebagian arti nyeri tersebut merupakan arti yang negatif, seperti
membahayakan, merusak, dan lain-lain. Keadaan ini dipengaruhi oleh
berbagai faktor, seperti usia, jenis kelamin, latar belakang sosial kultural,
lingkungan dan pengalaman.
45. Persepsi Nyeri
Merupakan penilaian sangat subjektif, tepatnya pada konteks
(pada fungsi evaluatif secara kognitif). Persepsi ini dipengaruhi oleh
faktor yang dapat memicu stimulasi nociceptor.
46. Toleransi Nyeri
Faktor yang dapat mempengaruhi toleransi nyeri antara lain
alkohol, obat-obatan, hipnotis, gesekan atau garukan, pengalihan
perhatian, kepercayaan yang kuat. Sedangkan faktor yang menurunkan
toleransi antara lain kelelahan, rasa marah, bosan, cemas, nyeri yang
tak kunjung hilang, sakit, dan lain-lain.
47. Reaksi Terhadap Nyeri
Merupakan bentuk respon seseorang terhadap nyeri, seperti
ketakutan, gelisah, cemas, menangis dan menjerit. Semua ini
merupakan bentuk respon nyeri yang dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor, seperti: arti nyeri, tingkat persepsi nyeri, pengalaman masa lalu,
nilai budaya, harapan sosial, kesehatan fisik dan mental, takut, cemas,
usia dan lain-lain.
49. Unoccupied Bed (Tempat Tidur yang Belum Ada
Klien di atasnya)
• Closed bad (tempat tidur tertutup)
• Open bed (tempat tidur terbuka)
50. Closed Bed (Tempat Tidur Tertutup)
Merupakan tempat tidur yang sudah disiapkan dan masih tertutup
dengan sprei penutup (over laken) diatasnya.
51. Prosedur Pelaksanaan Closed Bed (Tempat
Tidur Tertutup)
1. Cuci tangan.
2. Letakkan alat tenun yang telah disusun sesuai pemakaian didekat
tempat tidur.
3. Pasang alas kasur dan kasur.
4. Pasang sprei besar/laken dengan ketentuan berikut:
a. Garis tengah lipatan diletakkan tepat ditengah kasur.
b. Bentangkan sprei, masukkan sprei bagian kepala kebawah kasur ± 30 cm;
demikian juga pada kaki, tarik setegang mungkin.
berlanjut.....
52. c.
Pada ujung setiap sisi kasur bentuk sisi 90⁰, lalu masukkan seluruh tepi sprei
kebawah kasur dengan rapid an tegang
5. Letakkan perlak melintang pada kasur ± 50 cm dari bagian kepala.
6. Letakkan stik laken diatas sprei melintang, kemudian masukkan sisisisinya kebawah kasur bersama dengan perlak.
berlanjut....
53. 7. Pasang boven pada kasur daerah bagian kaki, pada bagian atas
yang terbalik masukkan kebawah kasur ± 10 cm kemudian ujung sisi
bagian bawah (kaki) dibentuk 90⁰ dan masukkan kebawah kasur.tarik
sisi atas sampai terbentang.
8. Pasang selimut pada kasur bagian kaki, pada bagian atas yang
terbalik dimasukkan kebawah kasur ± 10 cm kemudian ujung sisisisinya dibentuk 90⁰ dan masukkan kebawah kasur. Tarik sisi atas
sampai terbentang.
berlanjut.....
54. 9. Lipat ujung atas boven sampai tampak garis/pitanya.
10. Masukkan bantal kedalam sarungnya dan letakkan diatas tempat
tidur dengan bagian yang terbuka dibagian bawah.
11. Pasang sprei penutup (over laken).
12. Cuci tangan.
55. Open Bed (Tempat Tidur Terbuka)
Merupakan tempat tidur yang sudah disiapkan tanpa sprei
penutup (over laken).
56. Prosedur Pelaksanaan Open Bed (Tempat Tidur
Terbuka)
Seperti menyiapkan tempat tidur tertutup, tetapi tidak dipasang
over laken. Jika telah tersediatempat tidur tertutup, angkat over laken
kemudian lipat.
57. Occupied Bed (Mengganti Tempat Tidur dengan
Klien Diatasnya)
Pengertian:
Mangganti alat tenun kotor pada tempat tidur klien tanpa
memindahkan klien.
Tujuan:
a.
Memberian perasaan senang pada klien
b.
Mencegah terjadinya dekubitus
c.
Memberikan kebersihan dan kerapian
58. Dilakukan pada:
Tempat tidur klien yang tirah baring total.
Prosedur:
Sama dengan cara mengganti dan memasang alat tenun pada
tempat tidur, tetapi dilakukan sebagian-sebagian dari tempat tidur
tersebut
59. Persiapan alat:
a. Alat tenun bersih disusun menurut pemakaiannya
b. Kuris/bangku
c. Tempat kain kotor yang tertutup
d. Dua ember kecil berisi larutan desinfektan (lisol 1%) dan air bersih
e. Lap kerja 3 buah
60. Persiapan klien:
Klien diberi tahu jika memungkinkan (klien sadar).
Prosedur pelaksanaan:
1. Cuci tangan
2. Bawa alat yang telah disiapkan ke dekat klien
3. Bersihkan rangka tempat tidur
4. Letakkan bantal dan selimut klien yang tidak perlu di kursi (jika keadaan klien
memungkinkan/tidak mengganggu klien)
berlanjut.....
61. 5. Miringkan klien ke satu sisi (jika perlu, ganjal dengan bantal/ guling
supaya tidak jatuh)
6. Lepaskan alat tenun pada bagian yang kosong, dari bawah kasur lalu
gulung satu per satu sampai dengan di bawah punggung klien.
a. Gulung stik laken ke tengah tempat tidur sejauh mungkin
b. Bersihkan perlak dengan larutan desinfektan dan keringkan lalu gulung ke
tengah tempat tidur sejauh mungkin
c.
Gulung laken/sprei besar ke tengah tempat tidur sejauh mungkin
berlanjut.....
62. 7. Bersihkan alas tempat tidur dan kasur dengan lap lembab larutan
desinfektan, lalu lap dengan lap kering.
8. Bentangkan sprei besar bersih dan gulung setengah bagian, letakkan
gulungannya di bawah punggung klien, ratakan setengah bagian lagi
kemudian pasangkan di bawah kasur
9. Gulung perlak dan ratakan kembali
berlanjut.....
63. 10. Bentangkan stik laken bersih di atas perlak, gulung setengah bagian,
dan letakkan di bawah punggung klien, ratakan setengah bagian lagi
di atas perlak, lalu masukkan ke bawah kasur bersama dengan
perlak
11. Setelah selelsai dan rapi pada satu bagian, miringkan klien kea rah
berlawanan yang tadi telah di bersihkan (ganjal dengan bantal jika
perlu agar klien tidak terjatuh)
12. Lepaskan alat tenun yang kotor dari bawah kasur
berlanjut.....
64. 13. Angkat stik laken dan masukkan pada tempat kain kotor
14. Bersihkan perlak seperti tadi kemudian gulung ke tengah
15. Lepaskan laken kotor dan masukkan ke tempat kain kotor
16. Bersihkan alat tempat tidur dan kasur seperti tadi
17. Buka gulungan laken dari bawah punggung klien, tarik, dan ratakan
setegang mungkin kemudian masukkan ke bawah kasur
berlanjut.....
65. 18. Pasang perlak dan sprei seperti tadi
19. Lepaskan sarung bantal dan guling yang kotor, ratakan isinya
kemudian pasang sarung yang bersih
20. Susun bantal, lalu baringkan kembali klien dalam sikap yang nyaman
21. Ganti selimut kotor dengan yang bersih
22. Bereskan alat dan kembalikan ketempatnya
23. Cuci tangan