SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  38
—1
Taksonomi Tujuan Pendidikan
Menurut Bloom
HASIL
BELAJAR
Kemampuan-kemampuan yang
dimiliki siswa setelah ia
menerima pengalaman
belajarnya
Klasifikasi kemampuan
hasil belajar (Benyamin
Bloom): Ranah
• KOGNITIF
• PSIKOMOTOR
• AFEKTIF
Ranah kognitif : kemampuan berpikir,
kompetensi memperoleh pengetahuan,
pengenalan, pemahaman, konseptualisasi,
penentuan dan penalaran
Ranah psikomotor : kompetensi melakukan
pekerjaan dengan melibatkan anggota badan;
kompetensi yang berkaitan dengan gerak fisik.
2
Ranah afektif : berkaitan dengan perasaan,
emosi, sikap, derajat penerimaan atau
penolakan terhadap suatu obyek.
Ranah Kognitif (menurut taksonomi Bloom) :
pengetahuan (C1), pemahaman (C2), aplikasi
(C3), analisis(C4), sintesis (C5), dan evaluasi
(C6).
Pada tingkat pengetahuan: peserta didik
menjawab pertanyaan berdasarkan hapalan saja.
(Soal pengetahuan : soal yang menuntut jawaban yang
berdasarkan hafalan)
Pada tingkat pemahaman: peserta didik
dituntut untuk menyatakan masalah dengan
kata-katanya sendiri, memberi contoh suatu
prinsip atau konsep.
(Soal pemahaman : soal yang menuntut pembuatan
pernyataan masalah dengan kata-kata penjawab
sendiri, pemberian contoh prinsip atau contoh konsep)
Pada tingkat aplikasi: peserta didik dituntut
untuk menerapkan prinsip dan konsep dalam
suatu situasi yang baru.
(Soal aplikasi : soal yang menuntut penerapan prinsip
dan konsep dalam situasi yang belum pernah
diberikan)
Pada tingkat analisis: peserta didik diminta
untuk menguraikan informasi ke dalam
beberapa bagian, menemukan asumsi,
membedakan fakta dan pendapat, dan
menemukan hubungan sebab dan akibat.
(Soal analisis : soal yang menuntut uraian
informatif, penemuan asumsi pembedaan antara fakta
dan pendapat, dan penemuan sebab akibat)
Pada tingkat sintesis: peserta didik dituntut
menghasilkan suatu cerita, komposisi,
hipotesis, atau teorinya sendiri, dan
mengsintesiskan pengetahuan.
(Soal sintesis : soal yang menuntut pembuatan cerita,
karangan, hipotesis dengan memadukan berbagai
pengetahuan atau ilmu)
3T
Pada tingkat evaluasi: peserta didik
mengevaluasi informasi, seperti bukti sejarah,
editorial, teori-teori, dan termasuk di dalamnya
melakukan judgement terhadap hasil analisis
untuk membuat kebijakan.
4
(Soal tingkat evaluasi : soal yang menuntut pembuatan
keputusan dan kebijakan , dan penentuan “nilai”
informasi)
Daftar contoh kata kerja operasional yang
dapat dipakai untuk ranah Kognitif
Pengetahuan Pemahaman Penerapan Analisis Sintesis Penilaian
Mengutip Memperkirakan Menugaskan Menganalisis Mengabstraksi Membandingkan
Menyebutkan Menjelaskan Mengurutkan Mengaudit Mengatur Menyimpulkan
Menjelaskan Mengkategorikan Menentukan Memecahkan Menganimasi Menilai
Menggambar Mencirikan Menerapkan Menegaskan Mengumpulkan Mengarahkan
Membilang Merinci Menyesuaikan Mendeteksi Mengkategorikan Mengkritik
Mengidentifikasi Mengasosiasikan Mengkalkulasi Mendiagnosis Mengkode Menimbang
Mendaftar Membandingkan Memodifikasi Menyeleksi Mengkombinasikan Memutuskan
Menunjukkan Menghitung Mengklasifiksi Memerinci Menyusun Memisahkan
Memberi label Mengkontraskan Menghitung Menominasikan Mengarang Memprediksi
Memberi indeks Mengubah Membangun Mendiagramkan Membangun Memperjelas
Memasangkan Mempertahankan Mengurutkan Mengkorelasikan Menanggulangi Menugaskan
Menamai Menguraikan Membiasakan Merasionalkan Menghubungkan Menafsirkan
Manandai Menjalin Mencegah Menguji Menciptakan Mempertahankan
Membaca Membedakan Menggambarkan Mencerahkan Mengkreasikan Memerinci
Menyadari Mendiskusikan Menggunakan Menjelajah Mengoreksi Mengukur
Menghafal Menggali Menilai Membagankan Merancang Merangkum
Meniru Mencontohkan Melatih Menyimpulkan Merencanakan Membuktikan
Mencatat Menerangkan Menggali Menemukan Mendikte Memvalidasi
Mengulang Mengemukakan Mengemukakan Menelaah Meningkatkan Mengetes
Mereproduksi Mempolakan Mengadaptasi Memaksimalkan Memperjelas Mendukung
Meninjau Memperluas Menyelidiki Memerintahkan Memfasilitasi Memilih
Memilih Menyimpulkan Mengoperasikan Mengedit Membentuk Memproyeksikan
Menyatakan Meramalkan Mempersoalkan Mengaitkan Merumuskan
Mempelajari Merangkum Mengkonsepkan Memilih Menggeneralisasi
Mentabulasi Menjabarkan Melaksanakan Mengukur Menggabungkan
Memberi kode Meramalkan Melatih Memadukan
Menelusuri Memproduksi Mentransfer Membatas
Menulis Memproses Mereparasi
Mengaitkan Menampilkan
Menyusun Menyiapkan
Mensimulasikan Memproduksi
Memecahkan Merangkum
Melakukan Merekonstruksi
Mentabulasi
"5T
Contoh kata kerja operasional yang dapat
dipakai untuk ranah afektif
Contoh kata kerja operasional yang dapat
dipakai untuk ranah psikomotor
(Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah, 2003)
Menerima Menanggapi Menilai Mengelola Menghayati
Memilih Menjawab Mengasumsikan Menganut Mengubah perilaku
Mempertanyakan Membantu Meyakini Mengubah Berakhlak mulia
Mengikuti Mengajukan Melengkapi Menata Mempengaruhi
Memberi Mengompromi Meyakinkan Mengklasifikasikan Mendengarkan
Menganut Menyenangi Memperjelas Mengombinasi Mengkualifikasi
Mematuhi Menyambut Memprakarsai Mempertahankan Melayani
Meminati Mendukung Mengimani Membangun Menunjukkan
Menyetujui Mengundang Membentuk pendapat Membuktikan
Menampilkan Menggabungkan Memadukan Memecahkan
Melaporkan Memperjelas Mengelola
Memilih Mengusulkan Menegosiasikan
Mengatakan Menekankan Merembuk
Memilah Menyumbang
Menolak
Menirukan Memanipulasi Pengalamiahan Artikulasi
Mengaktifkan Mengoreksi Mengalihkan Mengalihkan
Menyesuaikan Mendemonstrasikan Mengantikan Mempertajam
Menggabungkan Merancang Memutar Membentuk
Melamar Memilah Mengirim Memadankan
Mengatur Melatih Memindahkan Menggunakan
Mengumpulkn Memperbaiki Mendorong Memulai
Menimbang Mengidentifikasikan Menarik Menyetir
Memperkecil Mengisi Memproduksi Menjeniskan
Membangun Menempatkan Mencampur Menempel
Mengubah Membuat Mengoperasikan Mensketsa
Membersihkan Memanipulasi Mengemas Melonggarkan
Memposisikan Mereparasi Membungkus Menimbang
Mengonstruksi Mencampur
CONTOH KISI KISI SOAL
Jenjang Sekolah
Kelas/Semester
Mata Pelajaran
Pokok Bahasan
Alokasi Waktu
Jumlah Soal
SD/MI
IV/I
Sains
Sifat-Sifat Benda Padat 15
menit 4
Indikator No.
Soal
Jenjang Kemampuan Dan Tingkat Kesulitan Skor
Tertin
ggi
Kunci
JawabanMuda i Sedan g
Sukar
Cl C2 CS Cl C2 CS Cl C2 CS
1. Siswa dapat menyebutkan
benda-benda disekitarnya
yang termasuk wujud
benda padat.
1 3
2. Siswa dapat
mengidentifikasi sifat
benda padat
2
3
2
5
Terlampir
3. Siswa dapat menerapkan
sifat benda padat dalam
kehidupan sehari-hari
4
5
4
2
Terlampir
7
CONTOH SOAL SD
Petunjuk Soal:
1. Tulis nama dan nomor absen pada lembar jawaban yyang telah tersedia
2. Jawablah pertanyaan pada lembar jawaban yang telah tersedia
3. Kerjakan secara teliti dan cermat
4. Waktu 15 menit
5. Selamat bekerja dan semoga sukses
1. Sebutkan tiga contoh benda padat yang ada di ruang kelasmu?
2. Bagaimana bentuk pensil, penggaris dan plastisin setelah dipindahkan?
3. Jika sebuah pensil diserut terus-menerus, apakah pensil tersebut berubah
bentuk? Sifat benda padat apakah yang ditunjukkan pada peristiwa tersebut?
4. Apa yang kamu rasakan jika mengangkat tas yang berisi buku? Mengapa
demikian?
5. Apa akibatnya bila kita menyimpan kapak di atas meja kaca yang tipis?
Sifat benda padat apa yang diterapkan pada peristiwa tersebut?
CONTOH KUNCI JAWABAN DAN PEDOMAN PENSKORAN
nT0
T
Artikel
No
Soal
Kunci Jawaban Skor Skor
Total
1. - Buku 1 3
- Pensil 1
- Penggaris 1
- meja, kursi, papan tulis.
2. Pensil, penggaris dan plastisin tidak berubah bentuk, 2 2
warna dan ukuran.
3. - Ya akan berubah bentuk 2 5
- Bahwa benda padat dapat diubah bentuknya 3
dengan perlakuan tertentu.
4. - Akan terasa berat 2 5
- Karena tas dan buku merupakan benda padat yang 3
memiliki sifat yaitu benda padat memiliki berat.
5. - Kaca tipis akan pecah karena kapaknya berat. 3 5
- Benda padat yang memiliki berat. 2
Taksonomi Tujuan Pendidikan Menurut Bloom
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia
menerima pengalaman belajarnya. Untuk mengevaluasi hasil belajar siswa yang
diharapkan, diperlukan tujuan yang bersifat operasional yaitu tujuan berupa tingkah laku
yang dapat dikerjakan dan diukur. Tujuan berkaitan dengan sifat secara operasional dan
tujuan pembelajaran khusus (Subiyanto, 1986: 46).
Benyamin Bloom mengklasifikasikan kemampuan hasil belajar ke dalam tiga
kategori, yaitu:
a. Ranah kognitif, meliputi kemampuan menyatakan kembali konsep atau prinsip yang
telah dipelajari dan kemampuan intelektual.
b. Ranah afektif, berkenaan dengan sikap dan nilai yang terdiri atas aspek
penerimaan, tanggapan, penilaian, pengelolaan, dan penghayatan (karakterisasi).
c. Ranah psikomotorik, mencakup kemampuan yang berupa keterampilan fisik
(motorik) yang terdiri dari gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan
perseptual, ketepatan, keterampilan kompleks, serta ekspresif dan interperatif.
Taksonomi tujuan pembelajaran dalam kawasan kognitif menurut Bloom terdiri atas
enam tingkatan yaitu (1) Pengetahuan, (2) Pemahaman, (3) Penerapan, (4) Analisis,
(5) Sintesis, dan (6) Evaluasi. Keenam jenis taksonomi tersebut diuraikan satu per satu
berikut ini.
—
10
1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah kemampuan yang paling rendah tetapi paling dasar dalam
kawasan kognitif. Kemampuan untuk mengetahui adalah kemampuan untuk mengenal
atau mengingat kembali sesuatu objek, ide, prosedur, prinsip atau teori yang pernah
ditemukan dalam pengalaman tanpa memanipulasikannya dalam bentuk atau simbol
lain. Kemampuan mengetahui sedikit lebih rendah dibawah kemampuan memahami,
karena itu orang yang mengetahui belum tentu memahami atau mengerti apa yang
diketahuinya.
2. Pemahaman
Pemahaman adalah kemampuan untuk memahami segala pengetahuan yang
diajarkan seperti kemampuan mengungkapkan dengan struktur kalimat lain,
membandingkan, menafsirkan, dan sebagainya. Kemampuan memahami dapat juga
disebut dengan istilah “mengerti”.
Kemampuan-kemampuan yang tergolong dalam taksonomi ini, mulai dari yang
terendah sampai yang tertinggi ialah:
a) Translasi, yaitu kemampuan untuk mengubah simbol tertentu menjadi simbol lain
tanpa perubahan makna.
b) Interpretasi, yaitu kemampuan untuk menjelaskan makna yang terdapat di dalam
simbol, baik simbol verbal maupun nonverbal.
c) Ekstrapolasi, yaitu kemampuan untuk melihat kecenderungan atau arah atau
kelanjutan dari suatu temuan.
3. Penerapan
Penerapan ialah kemampuan untuk menggunakan konsep, prinsip, prosedur atau
teori tertentu pada situasi tertentu. Seseorang menguasai kemampuan ini jika ia
dapat memberi contoh, menggunakan, mengklasifikasikan, memanfaatkan,
menyelesaikan, dan mengidentifikasikan mana yang sama.
4. Analisis
Analisis adalah usaha memilah suatu integritas menjadi unsur-unsur atau
bagian-bagian sehinggga jelas susunannya. Secara rinci Bloom mengemukakan tiga
jenis kemampuan analisis, yaitu: (1) Menganalisis unsur, (2) Menganalisis hubungan,
dan (3) Menganalisis prinsip-prinsip organisasi.
5. Sintesis
Jenjang sintesis merupakan kemampuan untuk mengintegrasikan bagian- bagian
yang terpisah menjadi suatu keseluruhan yang terpadu, atau menggabungkan bagian-
bagian sehingga terjelma pola yang berkaitan secara logis, atau mengambil kesimpulan
dari peristiwa-peristiwa yang ada hubungannya satu dengan yang lainnya.
6. Evaluasi
Evaluasi merupakan kemampuan tertinggi, yaitu bila seseorang dapat
melakukan penilaian terhadap suatu situasi, nilai-nilai, atau ide-ide. Evaluasi ialah
kemampuan untuk mengambil keputusan, menyatakan pendapat atau memberi penilaian
berdasarkan kriteria-kriteria tertentu baik kualitatif maupun kuantitatif.
Taksonomi tujuan pengajaran pada kawasan afektif dikategorikan dalam lima jenis kategori
yang menurut W. Gulo (2002: 66) yaitu: (1) Penerimaan, (2) Tanggapan,
(3) Penilaian, (4) Pengelolaan, dan (5) Penghayatan (karakterisasi).
1. Penerimaan, meliputi penerimaan secara pasif terhadap suatu masalah, situasi, gejala,
nilai, dan keyakinan. Contoh kata kerja operasional yang biasa digunakan untuk
mengukur aspek penerimaan adalah memilih, mengikuti, meminati, memberi, dan
sebagainya.
2. Tanggapan, berkenaan dengan jawaban dan kesenangan menanggapi atau
merealisasikan sesuatu yang sesuai dengan nilai-nilai yang dianut masyarakat. Contoh
kata kerja operasional yang biasa digunakan untuk mengukur aspek tanggapan adalah
mengajukan, melaporkan, menampilkan, mendukung, dan sebagainya.
3. Penilaian, berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus
tertentu. Contoh kata kerja operasional yang biasa digunakan untuk mengukur aspek
penilaian adalah meyakini, mengusulkan, menekankan, meyakinkan, dan sebagainya.
4. Pengelolaan, meliputi konseptualisasi nilai-nilai menjadi suatu sistem nilai. Contoh
kata kerja operasional yang biasa digunakan untuk mengukur aspek pengelolaan adalah
mempertahankan, mengubah, memadukan, membentuk pendapat, dan sebagainya.
5. Penghayatan (karakterisasi), keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki
seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Contoh kata kerja
operasional yang biasa digunakan untuk mengukur aspek penghayatan adalah
mendengarkan, memecahkan, mempengaruhi, dan sebagainya.
Selain ranah kognitif dan ranah afektif, ranah psikomotorik termasuk ke dalam
taksonomi tujuan pembelajaran menurut Bloom, seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya. Taksonomi pembelajaran terhadap ranah psikomotorik secara garis besar
dibedakan kedalam 4 tahap, yaitu:
1. Meniru merupakan kemampuan untuk melakukan sesuatu sesuai dengan contoh yang
diamatinya walaupun belum mengerti makna atau hakikat dari keterampilan itu. Contoh
kata kerja operasional yang biasa digunakan untuk mengukur aspek ini adalah
mengkonstruksi, menggabungkan, mengatur, mnyesuaikan, dan sebagainya.
2. Memanipulasi merupakan kemampuan dalam melakukan suatu tindakan seperti yang
diajarkan, dalam arti mampu memilih yang diperlukan. Kata kerja yang sering
digunakan dalam mengukur aspek ini adalah menempatkan, membuat, memanipulasi,
merancang, dan sebagainya.
3. Pengalamiahan merupakan suatu penampilan tindakan dimana hal-hal yang diajarkan
(sebagai contoh) telah menjadi suatu kebiasaan dan gerakan-gerakan yang ditampilkan
lebih meyakinkan. Contoh kata kerja operasional yang biasa digunakan untuk mengukur
aspek ini diantaranya adalah memutar, memindahkan, menarik, mendorong, dan
sebagainya.
4. Artikulasi merupakan suatu tahap dimana seseorang dapat melakukan suatu
keterampilan yang lebih komplek terutama yang berhubungan dengan gerakan
interpretatif. Contoh kata kerja operasional yang biasa digunakan untuk mengukur aspek
ini adalah menggunakan, mensketsa, menimbang, menjeniskan, dan sebagainya.
TT[
14
1. Ranah Kognitif
Ranah kognitif meliputi kemampuan menyatakan kembali konsep atau prinsip yang
telah dipelajari dan kemampuan intelektual (knowledge). Sebagian besar tujuan
instruksional berada dalam ranah kognitif. Kemudian Bloom membagi ranah kognitif
kedalam enam jenjang kemampuan secara hierarkis, yaitu:
□ Recall of Data (Hafalan/C1)
Merupakan kemampuan menyatakan kembali fakta, konsep, prinsip, prosedur atau
istilah yang telah dipelajari tanpa harus memahami atau dapat menggunakannya. Tingkatan
ini merupakan tingkatan yang paling rendah namun menjadi prasyarat bagi tingkatan
selanjutnya. Kemampuan yang dimiliki hanya kemampuan menangkap informasi kemudian
menyatakan kembali informasi tersebut tanpa harus memahaminya. Contoh kata kerja yang
digunakan yaitu menyebutkan, mendefinisikan, menggambarkan.
□ Comprehension (Pemahaman/C2)
Merupakan salah satu jenjang kemampuan dalam proses berpikir dimana siswa
dituntut untuk memahami yang berarti mengetahui tentang sesuatu hal dan dapat melihatnya
dari beberapa segi. Pada tingkatan ini, selain hapal siswa juga harus memahami makna yang
terkandung misalnya dapat menjelaskan suatu gejala, dapat menginterpretasikan grafik,
bagan atau diagram serta dapat menjelaskan konsep atau
prinsip dengan kata-kata sendiri. Contoh kata kerja yang digunakan yaitu
menyajikan, menginterpretasikan, menjelaskan.
□ Application (Penerapan/C3)
Merupakan kemampuan berpikir lebih tinggi daripada pemahaman. Jenjang
penerapan merupakan kemampuan menggunakan prinsip, teori, hukum, aturan, maupun
metode yang dipelajari pada situasi baru atau pada situasi kongkrit. Contoh kata kerja yang
digunakan yaitu mengaplikasikan, menghitung, menunjukkan.
□ Analysis (Analisis/C4)
Merupakan kemampuan untuk menganalisa atau merinci suatu situasi, atau
pengetahuan menurut komponen yang lebih kecil atau lebih terurai dan memahami
hubungan diantara bagian yang satu dengan yang lain. Contoh kata kerja yang digunakan
yaitu menganalisa, membandingkan, mengklasifikasikan.
□ Synthesis (Sintesis/C5)
Merupakan kemampuan untuk mengintegrasikan bagian-bagian yang terpisah
menjadi suatu keseluruhan yang terpadu, atau menggabungkan bagian-bagian (unsur- unsur)
sehingga terjelma pola yang berkaitan secara logis, atau mengambil kesimpulan dari
peristiwa-peristiwa yang ada hubungannya satu dengan yang lainnya. Kemampuan ini
misalnya dalam merencanakan eksperimen, menyusun karangan, menggabungkan objek-
objek yang memiliki sifat sama ke dalam satu klasifikasi. Contoh kata kerja yang digunakan
yaitu menghasilkan, merumuskan, mengorganisasikan.
□ Evaluation (Evaluasi/C6)
Merupakan kemampuan untuk membuat pertimbangan (penilaian) terhadap suatu
situasi, nilai-nilai atau ide-ide. Kemampuan ini merupakan kemampuan tertinggi dari
kemampuan lainnya, yaitu bila seseorang dapat melakukan penilaian terhadap situasi, nilai-
nilai atau ide-ide. Evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin
dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara kerja, materi dan kriteria tertentu. Untuk dapat
membuat suatu penilaian, seseorang harus memahami, dapat menerapkan, menganalisis dan
mensintesis terlebih dahulu. Contoh kata kerja yang digunakan yaitu menilai, menafsirkan,
menaksir, memutuskan.
2. Ranah Afektif
Ranah afektif berkenaan dengan sikap (attitude), apresiasi (appreciation), dan
motivasi (motivation) siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Kartwohl & Bloom (Dimyati
& Mudjiono, 1994; Syambasri Munaf, 2001) membagi ranah afektif menjadi lima aspek,
yaitu:
□ Receiving (Penerimaan)
Merupakan tingkat afektif yang terendah, meliputi penerimaan secara pasif terhadap
suatu masalah, situasi, gejala, nilai dan keyakinan. Misalnya mendengarkan dengan
seksama penjelasan guru energi dan panas.
□ Responding (Jawaban)
Merupakan bagian afektif yang meliputi keinginan dan kesenangan menanggapi
atau merealisasikan sesuatu sesuai dengan nilai-nilai yang dianut masyarakat. Misalnya
menyerahkan laporan praktikum/tugas tepat waktu.
□ Valuing (Penilaian)
Mengacu pada nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus tertentu. Reaksi-
reaksi yang dapat muncul seperti menerima, menolak atau tidak menghiraukan. Misalnya
menunjukkan rasa tanggung jawab terhadap alat-alat laboratorium yang dipakai waktu
praktikum dan bersikap jujur dalam kegiatan pembelajaran.
“
□ Organization (Organisasi)
Meliputi konseptualisasi nilai-nilai menjadi satu sistem nilai. Sikap-sikap yang
membuat lebih konsisten dapat menimbulkan konflik-konflik internal dan membentuk suatu
sistem nilai internal. Sikap yang ditunjukkan misalnya mampu menimbang akibat positif
dan negatifnya tentang kemajuan sains terhadap kehidupan umat manusia.
□ Characterization (Karakteristik)
Merupakan keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang yang
mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Misalnya bersedia mengubah
pendapat jika ditunjukkan bukti-bukti yang tidak mendukung pendapatnya.
3. Ranah Psikomotor
Ranah psikomotor tampak dalam bentuk keterampilan manual fisik (skills) dan
kemampuan bertindak individu. Harrow (Syambasri Munaf, 2001) mengembangkan ranah
psikomotor dengan enam jenjang, yaitu:
□ Gerakan refleks, gerakan yang tidak disadari.
□ Keterampilan gerakan-gerakan dasar, yaitu gerakan yang menuntut kepada
keterampilan yang sifatnya kompleks.
□ Kemampuanperseptual, termasuk membedakan visual, auditif, motoris.
□ Kemampuan dalam bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan dan ketepatan.
□ Gerakan-gerakan skill,mulai dari keterampilan sederhana sampai kompleks.
□ Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi, seperti gerakan ekspresif dan
interpretatif.
TT[
Bahan tulisan Penilaian Pendidikan Karakter
Universitas Negeri Yogyakarta
PENILAIAN PENDIDIKAN KARAKTER
Oleh : Djemari Mardapi *)
A. Pendahuluan
Aristotle, filsof Yunani, menyatakan bahwa karakter yang baik merupakan pengamalan
tingkah laku yang benar (Lickona, 1991:50). Tingkah laku yang benar dilihat dari sisi orang lain
dan lingkungan. Lebih lanjut Aristotle mengatakan bahwa kehidupan pada zaman modern
cenderung melupakan budi pekerti termasuk orientasi diri, seperti kontrol diri, sikap dermawan,
dan rasa sosial. Karakter adalah seperangkat trait yang menentukan sosok seseorang sebagai
individu (Kurtus, 2010). Karakter menentukan apakah sesorang dalam mencapai keinginannya
menggunakan cara yang benar menurut lingkungannya dan mematuhi hukum dan aturan
kelompok. Jadi, karakter merupakan sifat atau watak seseorang yang bisa baik dan bisa tidak
baik berdasarkan penilaian lingkungannya.
Karakter berkaitan dengan personalitas walaupun ada perbedaannya. Personalitas
merupakan trait bawaan sejak lahir, sedang karakter merupakan perilaku hasil pembelajaran.
Sesorang lahir dengan trait personaliti tertentu, Seseorang ada yang pemalu dan ada yang
terbuka dan mudah bicara. Klasifikasi lain adalah apakah sesorang beroritentasi pada tugas atau
senang kegiatan sosial. Hal ini yang menjadikan sesorang memiliki sifat ingin menguasai, ingin
2
mempengaruhi, personaliti stabil atau patuh.
Karakter pada dasarnya diperoleh melalui interaksi dengan orang tua, guru, teman, dan
lingkungan. Karakter diperoleh dari hasil pembelajaran secara langsung atau pengamatan
terhadap orang lain. Pembelajaran langsung dapat berupa ceramah dan diskusi tentang karakter,
sedang pengamatan diperoleh melalaui pengalaman sehari-hari apa yang dilihat di lingkungan
termasuk media televisi. Karakter berkaitan dengan sikap dan nilai. Sikap merupakan
predisposisi terhadap suatu objek atau gejala, yaitu positif atau negatif. Nilai berkaitan dengan
baik dan buruk yang berkaitan dengan keyakinan individu. Jadi, karakter seseorang dibentuk
melalui pengalaman sehari-hari, apa yang dilihat dan apa yang didengar terutama dari seseorang
yang menjadi acuan atau idola seseorang.
Karakter yang selalu dikaitkan dengan pendidikan karakter sering digunakan untuk
menyatakan seberapa baik seseorang. Atau dengan kata lain, sesorang yang menampilkan
kualitas personal yang cocok dengan yang diinginkan masyarakat dapat dinyatakan memiliki
karakter yang baik dan mengembangkan kualitas karakter sering dilihat sebagai tujuan
pendidikan. Komponan ini merupakan bagian dari aspek afektif pada standar nasional
pendidikan.
Menurut Krathwohl (1961), bila ditelusuri hampir semua tujuan kognitif mempunyai
komponen afektif. Dalam pembelajaran sains, misalnya, di dalamnya ada komponen sikap
ilmiah. Sikap ilmiah adalah komponen afektif. Peringkat (level) ranah afektif menurut taksonomi
Krathwol ada lima, yaitu: receiving (attending), responding, valuing, organization, dan
characterization. Pada peringkat receiving atau attending, peserta didik memiliki keinginan
memperhatikan suatu penomena khusus atau stimulus, misalnya kegiatan musik, kegiatan
belajar, kegiatan olah raga, dan sebagainya. Dilihat dari tugas pendidik, hal ini berkaitan dengan
pengarahan perhatian siswa terhadap suatu kegiatan..
Responding merupakan partisipasi aktif siswa, yaitu sebagian dari perilakunya. Pada
peringkat ini peserta didik tidak saja mengunjungi fenomena khusus tetapi ia juga bereaksi. Hasil
pembelajaran pada daerah ini menekankan keinginan memberi respons, kepuasan dalam
memberi respons. Peringkat yang tinggi pada kategori ini adalah minat, yaitu hal-hal yang
menekankan pada pencarian hasil dan kesenangan pada aktivitas khusus. Misalnya, kesenangan
3
dalam membaca buku.
Valuing adalah sesuatu yang memiliki manfaat atau kepercayaan atas manfaat sesuatu. Hal
ini menyangkut pikiran atau tindakan yang dianggap sebagai nilai keyakinan atau sikap dan
menunjukan derajat internalisasi dan komitmen. Derajat rentangannya mulai dari menerima
suatu nilai, misalnya keinginan untuk meningkatkan keterampilan sampai pada tingkat
komitmen. Valuing atau penilaian berbasis pada internalisasi dari seperangkat nilai yang spesifik.
Hasil belajar pada peringkat ini berhubungan dengan perilaku yang konsisten dan stabil. Dalam
tujuan pembelajaran, penilaian ini diklasifikasi sebagai sikap dan apresiasi.
Pada peringkat organisasi, nilai satu dengan nilai lain dikaitkan dan konflik antarnilai
diselesaikan, dan mulai membangun sistem nilai internal yang konsisten. Hasil pembelajaran
pada peringkat ini berupa konseptualisasi nilai atau organisasi sistem nilai. Misalnya
pengembangan filsafat hidup.
Peringkat ranah afektif tertinggi adalah characterization atau nilai yang kompleks. Pada
peringkat ini siswa memiliki sistem nilai yang mengendalikan perilaku sampai pada suatu waktu
tertentu hingga terbentuk gaya hidup. Hasil pembelajaran pada peringkat ini berkaitan dengan
personal, emosi, dan sosial.
Etika adalah cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi
studi mengenai standar dan penilaian moral. Etika mencakup analisis dan penerapan konsep
seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab. Etika terbagi menjadi tiga bagian utama:
meta-etika (studi konsep etika), etika normatif (studi penentuan nilai etika), dan etika terapan
(studi penggunaan nilai-nilai etika). Berkaitan dengan masalah dalam pembahasan ini, fokusnya
adalah pada etika normatif, yaitu ketentuan-ketentuan yang telah ditentukan dan norma-norma
yang berlaku di masyarakat.
Etika berkaitan dengan moral. Pengertian yang sederhana, moral adalah tindakan yang
dapat dikategorikan benar atau salah, sedang etika adalah standar atau kriteria untuk menyatakan
benar atau salah. Hal ini selalu berkaitan dengan keyakinan dan kebiasaan seseorang. Namun
sering terjadi, sering kali keyakinan tidak menjadi kebiasaan. Seseorang yakin kalau tertib itu
akan membuat kita nyaman, namun karena sudah menjadi kebiasaan, kenyamanan sering hanya
untuk diri sendiri tanpa memperhatikan orang lain. Oleh karena itu, perlu diajarkan bagaimana
4
keyakainan itu menjadi kebiasaan sehari-hari.
Kebiasaan ini berkaitan dengan kultur masyarakat yang merupakan perpaduan kultur dari
berbagai kultur. Kultur ini yang membangun kebiasaan, yang dikenal dengan istilah
“pembiasaan” dalam pembelajaran. Pembisaan ini tidak cukup dengan pembelajaran untuk
memahami saja, tetapi lebih jauh lagi adalah untuk membangun kebiasaan, yaitu dengan
menerapkan kultur positif. Kultur positif adalah kebiasaan mengikuti norma yang telah
disepakati yang berupa peraturan dalam melakukan pekerjaaan atau kegiatan, termasuk dalam
menggunakan jalan bagi pengendera dan pejalan kaki.
B. Penilaian Karakter
Karakter merupakan bagian dari ranah afektif. Menurut Andersen (1980) ada dua metode
yang dapat digunakan untuk mengukur ranah afektif, yaitu metode observasi dan metode
laporan-diri. Penggunaan metode observasi berdasarkan pada asumsi bahwa karateristik afektif
dapat dilihat dari perilaku atau perbuatan yang ditampilkan, reaksi psikologi, atau keduanya.
Metode laporan-diri berasumsi bahwa yang mengetahui keadaan afektif seseorang adalah dirinya
sendiri. Namun, hal ini menuntut kejujuran dalam mengungkap karakteristik afektif diri sendiri.
Menurut Lewin (dalam Andersen, 1980), perilaku seseorang merupakan fungsi dari watak
yang terdiri atas kognitif, afektif, dan psikomotor, dan karakteristik lingkungan saat perilaku
atau perbuatan ditampilkan. Jadi, tindakan atau perbuatan seseeorang ditentukan watak dirinya
dan kondisi lingkungan.
Penilaian adalah kegiatan untuk menentukan pencapaian hasil pembelajaran. Hasil
pembelajaran dapat dikategorikan menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, psikomotor, dan
afektif. Setiap peserta didik memiliki tiga ranah tersebut, hanya kedalamannya tidak sama. Ada
peserta didik yang memiliki keunggulan pada ranah kognitif, atau pengetahuan, dan ada yang
memiliki keunggulan pada ranah psikomotor atau keterampilan. Namun, keduanya harus
dilandasi oleh ranah afektif yang baik. Pengetahuan yang dimiliki seseorang harus dimanfaatkan
untuk kebaikan masyarakat. Demikian juga keterampilan yang dimiliki peserta didik juga harus
dilandasi olah ranah afektif yang baik, yaitu dimanfaatkan untuk kebaikan orang lain.
Penilaian pada ranah afektif, seperti pada ranah lainnya memerlukan data yang bisa berupa
kuantitaitf atau kualitatif. Data kuantatif diperoleh melalui pengukuran atau pengamatan dan
5
hasilnya berbentuk angka. Data kualitiatif pada umumnya diperoleh melalui pengamatan. Untuk
itu, diperlukan instrumen nontes, yaitu instrumen yang hasilnya tidak ada yang salah atau benar.
Data kualitatif diperoleh dengan menggunakan isntrumen dalam bentuk pedoman pengamatan.
Instumen untuk pendidikan karakter yang akan dibahas di sini adalah instrumen minat,
instrumen sikap, instrumen konsep diri, instrumen nilai, dan instrumen moral.
Instrumen minat bertujuan untuk memperoleh informasi tentang minat peserta didik
terhadap mata pelajaran yang selanjutnya digunakan untuk meningkatkan minat peserta didik
terhadap mata pelajaran. Instrumen sikap bertujuan untuk mengetahui sikap peserta didik
terhadap suatu objek, misalnya sikap terhadap kegiatan sekolah, sikap terhadap guru, dan
sebagainya. Sikap terhadap mata pelajaran bisa positif bisa negatif. Hasil pengukuran sikap
berguna untuk menentukan strategi pembelajaran yang tepat untuk peserta didik.
Instrumen konsep diri dimaksudkan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan diri
sendiri. Peserta didik melakukan evaluasi secara objektif terhadap potensi yang ada dalam
dirinya. Karakteristik potensi peserta didik sangat penting untuk menentukan jenjang karirnya.
Informasi kekuatan dan kelemahan peserta didik digunakan untuk menentukan program yang
sebaiknya ditempuh oleh peserta didik. Informasi karakteristik peserta didik diperoleh dari hasil
pengukuran dan pengamatan.
Instrumen nilai dan keyakinan dimaksudkan untuk mengungkap nilai dan keyakinan
individu. Informasi yang diperoleh berupa nilai dan keyakinan yang positif dan yang negatif.
Hal-hal yang positif diperkuat sedang yang negatif diperlemah dan akhirnya dihilangkan.
Instrumen moral dimaksudkan untuk mengungkap moral. Informasi moral seseorang diperoleh
melalui pengamatan perbuatan yang ditampilkan dan laporan diri, yaitu mengisi kuesioner.
Informasi hasil pengamatan bersama dengan hasil kuesioner menjadi informasi penting tentang
moral seseorang.
Instrumen yang digunakan bisa dalam bentuk kuesioner. Bentuk kuesioner ini memiliki
kelemahan dan kebaikannya. Kebaikannya adalah cakupan materi yang ditanyakan bisa lebih
banyak. Kelemahan penggunaan instrumen kuesioner dalam mengukur karakter atau aspek
afektif sesorang adalah pada validitas jawaban. Karena yang dijawab belum tentu yang
dipraktikkan sehari-hari. Ada unsur social desirability, yaitu apa yang dianggap baik oleh
6
masyarakat. Oleh karena itu, instrumen tersebut harus dilengkapi dengan data hasil kegiatan
pengamatan. Pengamatan karakteristik afektif peserta didik dilakukan di tempat terjadinya
kegiatan belajar dan mengajar serta di lingkungan sekolah. Untuk mengetahui keadaan ranah
afektif peserta didik, pendidik harus menyiapkan diri untuk mencatat setiap tindakan yang
muncul dari peserta didik yang berkaitan dengan indikator ranah afektif peserta didik. Untuk itu,
perlu ditentukan indikator substansi yang akan diukur. Seperti indikator jujur, tanggungjawab,
kerja sama, hormat pada orang lain, ingin selalu berbuat baik, dan sebagainya.
Karakter yang baik melibatkan pemahaman, perhatian, dan bertindak sesuai dengan nilai-
nilai etika. Pendekatan yagn holistik terhadap pengembangan karakter oleh karenanya mencari
untuk mengembangkan kognitif, emosi, dan aspek prilaku dari kehidupan moral. Peserta didik
berkembang untuk memahamai nilai inti dengan mempelajarinya, mendiskusikannya,
mengamati model perilaku, dan memecahkan masalah yang mencakup nilai-nilai. Jadi, peserta
didik harus paham nilai inti dan komitmen mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran yang dilaksanakan harus menarik dan bermakna bagi peserta didik.
Pembelajaran yang bermakna dan menarik dapat melalui penggunakan metode pembelajaran
yang aktif, tidak hanya sebagai pendengar saja, seperti belajar kooperatif, pendekatan
penyelesaian masalah, dan projek berbasis pengalaman. Pendekatan ini akan meningkatkan
otonomi peserta didik, yaitu dengan membangun minat peserta didik, memberi kesempatan
untuk berpikir kreatif, dan menguji ide mereka. Pendidik karakter yang efektif selalu mencari
interseksi antara konten akademik dan kualitas karakter yang ingin dikembangkan. Koneksi
karakter ini bisa dalam bentuk yang banyak, seperti menentukan isu etika mutakhir dalam bidang
sains, mendiskusikan praktik selama ini dan bagaimana yang seharusnya, mendiskusiakan trait
karakter dan dilema etika dalam literatur atau buku.
Karakter sering didefinisikan sebagai melakukan yang benar tanpa ada yang melihat. Etika
yang baik adalah selalu mengikuti aturan yang telah disepakati, menghargai hak dan kebutuhan
orang lain, tidak takut hukuman atau ingin mendapat pujian saja. Peserta didik diharapkan
menjadi orang selalu berbuat baik kepada orang lain. Untuk itu, sekolah harus bekerja sama
dengan peserta didik dalam memahami aturan, dan kesadaran akan pengaruh tingkah laku
seseorang terhadap orang lain. Tanamkan keyakinan bahwa untuk memperoleh perlakukan yang
7
baik harus memberi kebaikan kepada orang lain.
Peserta didik merupakan pembelajar konstruktif, mereka belajar paling baik melalui
melakukan. Untuk membangun karakter yang baik, peserta didik memerlukan banyak
kesempatan untuk menerapkan rasa sosial, tanggung jawab, jujur, dan keadilan dalam interaksi
sehari-hari dan dalam diskusi-diskusi. Dalam praktik di sekolah hal ini dapat dilakukan melalui
praktik bagaimana membangun kelompok belajar koperatif, membangun konsensus dalam
pertemuan kelas, mengurangi pertentangan dalam suatu permainan olah raga, dan bagaimana
semangat kebersamaan dan kepedulian sesama.
Pemikiran atau perilaku harus memiliki dua kriteria untuk diklasifikasikan sebagai ranah
afektif (Andersen, 1981:4). Pertama, prilaku ini melibatkan perasaan dan emosi seseorang.
Kedua prilaku ini harus tipikal pemikiran prilaku seseorang. Kriteria lain yang termasuk ranah
afektif ini adalah: intensitas, arah, dan target. Intensitas menyatakan derajatatau kekuatan dari
perasaan. Beberapa perasaan lebih kuat dari yang lain, misalnya cinta lebih kuat dari senang.
Selain itu, sebagian orang kemungkinan memiliki perasaan yang lebih kuat dibanding yang lain.
Arah berkaitan dengan orientasi positif atau negatif dari perasaan. Arah menunjukkan
apakah perasaan itu baik atau buruk. Misalnya, senang pada pelajaran dimaknai positif, sedang
kecemasan dimaknai negatif. Bila intensitas dan arah perasaan ditinjau bersama- sama,
karakteristik afektif berada dalam suatu skala yang kontinum.
Karakteristik afektif yang ketiga adalah target. Target mengacu pada objek, aktivitas, atau
ide sebagai arah perasaan. Bila kecemasan merupakan karakteristik afektif yang ditinjau, ada
beberapa kemungkinan target. Peserta didik mungkin bereaksi terhadap sekolah, matematika,
situasi sosial, atau pengajaran. Tiap unsur ini bisa merupakan target dari kecemasan. Kadang-
kadang target ini diketahui oleh seseorang, namun kadang-kadang tidak diketahui. Seringkali
peserta didik merasa tegang bila menghadapi tes di kelas. Peserta didik tersebut cenderung sadar
bahwa target ketegangan adalah tes.
Ada empat tipe karakteristik afektif yang penting, yaitu sikap, minat, konsep diri, dan
nilai. Empat tipe afektif yang akan dibahas dalam pedoman ini, khususnya tentang penilaiannya.
Pembahasan meliputi definisi konseptual, definisi operasional dan penentuan indikator. Sesuai
dengan karakteristik afektif yang terkait dengan mata pelajaran, masalah yang akan dibahas
8
mencakup empat ranah, yaitu minat, sikap, nilai., dan konsep diri.
Pimpinan lembaga pendidikan harus memimpin usaha membangun karakter yang baik.
Paling awal usaha membangun pendidikan karakter adalah sekolah membentuk komite
pendidikan karakter yang terdiri atas pendidik, peserta didik, orang tua, dan masyarakat yang
bertugas merencanakan, menerapkan, dan memberi dukungan. Apabila empat komponen
tersebut bisa bekerja sama dalam membangun karakter peserata ddik, akan diperoleh hasil
seperti yang diharapkan.
1. Sikap
Sikap menurut Fishbein dan Ajzen (1975) adalah suatu predisposisi yang dipelajari untuk
merespon secara positif atau negatif terhadap suatu objek, situasi, konsep, atau orang. Objek
sekolah adalah sikap siswa terhadap sekolah, sikap siswa terhadap mata pelajaran.
Ranah sikap siswa ini penting untuk ditingkatkan (Popham, 1999:204). Sikap siswa terhadap
mata pelajaran, misalnya bahasa Inggeris, harus lebih positif setelah siswa mengikuti pelajaran
bahasa Inggeris. Jadi, sikap siswa setelah mengikuti pelajaranharus lebih positif dibanding
sebelum mengikuti pelajaran. Perubahan ini merupakan salah satu indikator keberhasilan guru
dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Untuk itu, guru harus membuat rencana
pembelajaran termasuk pengalaman belajar siswa yang membuat sikap siswa terhadap
matapelajaran menjadi lebih positif.
2. Minat
Menurut Getzel (1966:98), minat adalah suatu disposisi yang terorganisir melalui
pengalaman yang mendorong seseorang untuk memperoleh objek khusus, aktivitas,
pemahaman, dan keterampilan untuk tujuan perhatian atau pencapaian. Hal penting pada
minat adalah intensitasnya. Secara umum minat termasuk karakteristik afektif yang memiliki
intensitas tinggi.
3. Nilai
Nilai menurut Rokeach (1968) merupakan suatu keyakinan yang dalam tentang perbuatan,
tindakan, atau perilaku yang dianggap baik dan yang dianggap jelek.
Menurut Andersen target nilai cenderung menjadi ide, tetapi sesuai dengan definisi oleh
9
Rokeach, target dapat juga berupa sesuatu seperti sikap dan perilaku. Arah nilai dapat positif
dapat negatif. Selanjutnya intensitas nilai dapat dikatakan tinggi atau rendah tergantung pada
situasi dan nilai yang diacu.
Definisi lain tentang nilai disampaikan oleh Tyler (1973:7), yaitu nilai adalah suatu objek,
aktivitas, atau ide yang dinyatakan oleh individu yang mengendalikan pendidikan dalam
mengarahkan minat, sikap, dan kepuasan. Selanjutnya, dijelaskan bahwa sejak manusia belajar
menilai suatu objek, aktivitas, dan ide sehingga objek ini menjadi pengatur penting minat, sikap,
dan kepuasan. Oleh karena itu, sekolah harus menolong siswa menemukan dan menguatkan nilai
yang bermakna dan signifikan bagi siswa dalam memperoleh kebahagiaan personal dan memberi
konstribusi positif terhadap masyarakat.
Beberapa ranah afektif yang tergolong penting adalah sebagai berikut.
(a) Kejujuran: peserta didik harus jujur dalam perkataan dan perbuatan dalam berinteraksi
dengan lingkungan termasuk orang lain.
(b) Integritas: peserta didik harus mengikat pada kode nilai, misalnya etika, dan moral.
(c) Adil: peserta didik harus berpendapat bahwa semua orang memperoleh perlakuan
hukum yang sama.
(d) Kebebasan: peserta didik harus yakin bahwa mereka memiliki kebebasan yang terbatas,
dalam arti bebas tetapi tidaka merugikan pihak lain.
(e) Kerjasama: peserta didik harus mempu bekerja sama dengan orang lain dalam
mengerjakan kebaikan.
4. Konsep Diri
Menurut Smith (.............. : ....), konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan individu
terhadap kemampuan dan kelemahan yang dimilikinya. Target, arah, dan intensitas konsep diri
pada dasarnya seperti ranah afektif yang lain. Target konsep diri biasanya orang tetapi dapat juga
institusi seperti sekolah. Arah konsep diri bisa posititf atau negatif, dan intensitasnya bisa
dinyatakan dalam suatu daerah kontinum, yaitu mulai dari yang rendah sampai yang tinggi.
Konsep diri ini penting untuk menentukan jenjang karir peserta didik,, yaitu dengan
mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri sehingga ia bisa memilih karir yang tepat bagi
dirinya. Selain itu, informasi konsep diri ini penting bagi sekolah untuk memotivasi belajar
10
siswa dengan tepat.
Dalam memililih karakterisitk afektif untuk pengukuran, para pengelola pendidikan harus
mempertimbangkan rational teorie dan isi program sekolah. Masalah yang timbul adalah
bagaimana ranah afektif akan diukur. Isi dan validitas konstruk ranah afektif tergantung pada
definisi operasional yang secara langung mengikuti definisi konseptual. Andersen (1980)
menggambarkan dua pendekatan untuk mengukur ranah afektif, yaitu pendekatan acuan ranah
dan pendekatan peta kalimat. Pada pendekatan acuan ranah, hal yang pertama diperhatikan
adalah target dan arah karakteristik afektif dan selanjutnya memperhatikan intensitasnya.
C. Pengembangan Instrumen
Instrumen afektif yang dibahas pada tulisan ini adalah sikap, minat, nilai, dan konsep
diri. Ada sepuluh langkah yang harus diikuti dalam mengembangkan instrumen afektif, yaitu
sebagai berikut.
(1) Menentukan spesifikasi instrumen
(2) Menulis instrumen
(3) Menentukan skala instrumen
(4) Menentukan sistem penskoran
(5) Mentelaah instrumen
(6) Melakukan ujicoba
(7) Menganalisis instrumen
(8) Merakit instrumen
(9) Melaksanakan pengukuran
(10) Menafsirkan hasil pengukuran
1. Spesifikasi Instrumen
Spesifikasi instrumen terdiri atas tujuan dan kisi-kisi instrumen. Dalam bidang pendidikan
pada dasarnya pengukuran afektif ditinjau dari tujuannya , yaitu ada empat macam instrumen,
yaitu (a) instrumen sikap, (b) instrumen minat, (c) instrumen konsep diri, dan (d) instrumen
nilai.
Instrumen minat bertujuan untuk memperoleh informasi tentang minat peserta didik
terhadap mata pelajaran yang selanjutnya digunakan untuk meningkatkan minat peserta didik
11
terhadap suatu mata pelajaran.
Instrumen sikap bertujuan untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap suatu objek,
misalnya kegiatan sekolah. Sikap terhadap mata pelajaran bisa positif bisa negatif. Hasil
pengukuran sikap berguna untuk menentukan strategi pembelajaran yang tepat untuk siswa.
Instrumen konsep diri bertujuan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri.
Peserta didik melakukan evaluasi terhadap potensi yang ada dalam dirinya. Insformasi kekuatan
dan kelemahan peserta didik digunakan untuk menentukan program yang sebaiknya ditempuh
oleh peserta didik tersebut. Hal ini berdasarkan informasi karakteristik siswa yang diperoleh dari
hasil pengukuran. Karakteristik potensi peserta didik sangat penting untuk menentukan jenjang
karirnya.
Instrumen nilai dan keyakinan bertujuan untuk mengungkap nilai dan keyakinan individu.
Informasi yang diperoleh berupa nilai dan keyakinan yang positif dan yang negatif. Hal-hal yang
positif diperkuat, sedang yang negatif diperlemah dan akhirnya dihilangkan.
Setelah tujuan pengukuran afektif ditetapkan, kegiatan berikutnya adalah menyusun kisi-
kisi instrumen. Kisi-kisi, juga disebut blue-print, merupakan tabel matrik yang berisi spesifikasi
instrumen yang akan ditulis. Kisi-kisi ini pada dasarnya berisi definisi konseptual yang ingin
diukur, kemudian ditentukan definisi operasional, dan selanjutnya diuraikan menjadi sejumlah
indikator. Indikator ini merupakan acuan untuk menulis instrumen. Jadi, pertanyaan atau
pernyataan ditulis berdasarkan indikator.
Langkah pertama dalam menentukan kisi-kisi adalah menentukan definisi konseptual yang
diambil dari buku teks. Selanjutnya ditentukan definisi operasional, yaitu yang bisa diukur.
Definisi operasional kemudian dijabarkan menjadi sejumlah indikator. Indikator merupakan
pedoman dalam menulis instrumen. Tiap indikator dapat ditulis dua atau lebih butir instrumen.
Definisi konseptual diambil dari teori-teori yang ada dalam buku, sedang definisi operasional
dapat dikembangkan oleh tim pembuat instrumen. Selanjutnya, definisi operasional
dikembangkan menjadi sejumlah indikator. Indikator ini menjadi acuan penulis instrumen. Salah
satu format kisi-kisi instrumen afektif ditunjukkan Tabel 1.
2. Penulisan Instrumen
Ada empat aspek dari ranah afektif yang dapat dinilai di sekolah, yaitu sikap, minat,
12
percaya diri, dan nilai. Penilaian ranah afektif siswa dilakukan dengan menggunakan
instrumen afektif. Hal ini akan dibahas berturut-turut di bahah ini.
a. Instrumen Sikap
Definisi konseptual: sikap mengacu pada kecenderungan merespons secara konsisten
baik menyukai atau tidak menyukai suatu objek. Instrumen sikap dimaksudkan untuk
mengetahui sikap siswa terhadap suatu objek, misalnya kegiatan sekolah. Sikap dapat positif
dapat negatif. Definisi operasional: sikap adalah perasaan positip atau negatif terhadap suatu
objek. Objek dapat berupa kegiatan atau mata pelajaran. Cara yang mudah untuk mengetahui
sikap peserta didik adalah melalui kusioner.
Tabel 1. Kisi-Kisi Instrumen Afektif
Definisi konseptual: Sikap adalah ....................................................
Definisi operasional: ............................................................................
Pertanyaan tentang sikap meminta responden menunjukkan perasaan yang positif atau
negatif terhadap suatu objek, atau satu kebijakan. Kata-kata yang digunakan pada pertanyaan
sikap menyatakan arah perasaan seseorang: menerima-menolak, menyenangi-tidak
menyenangi, baik-buruk, diingini-tidak diingini.
Indikator sikap terhadap mata pelajaran matematika misalnya sebagai berikut.
(1) Membaca buku matematika
(2) Belajar matematika
(3) Interaksi dengan guru matematika
(4) Mengerjakan tugas matematika
No.
Indikator Jumlah butir Pertanyaan/Pernyataan Skala
1
2
3
4
5.
13
(5) Diskusi tentang matematika
(6) Memiliki buku matematika
Contoh kuesioner:
(1) Saya senang membaca buku matematika.
(2) Saya senang belajar matematika.
(3) Saya sering bertanya pada guru tentang pelajaran matematika.
(4) Saya senang mengerjakan soal matematika.
(5) Saya selalu mencari soal-soal matematika.
b. Instrumen Minat
Instrumen minat bertujuan untuk memperoleh informasi tentang minat peserta didik
terhadap suatu mata pelajaran yang selanjutnya digunakan untuk meningkatkan minat siswa
terhadap suatu mata pelajaran. Definisi konseptual: minat adalah watak yang tersusun melalui
pengalaman yang mendorong individu mencari objek, aktivitas, pengertian, keterampilan untuk
tujuan perhatian atau penguasaan. Definisi operasional: minat adalah keingintahuan seseorang
tentang keadaan suatu objek. Indikator minat, misalnya minat terhadap matematika.
(1) Manfaat belajar matematika.
(2) Usaha memahami matematika
(3) Membaca buku matematika
(4) Bertanya di kelas
(5) Bertanya pada teman
(6) Bertanya pada orang lain
(7) Mengerjakan soal matematika
Contoh kuesioner:
(1) Matematika bermanfaat untuk menuju kesuksesan belajar.
(2) Saya berusaha memahami mata pelajaran matematika.
(3) Saya senang membaca buku yang berkaitan dengan matematika.
(4) Saya selalu bertanya di kelas pada pelajaran matematika.
14
(5) Saya berusaha memahami pelajaran matematika dengan bertanya kepada siapa pun.
c. Instrumen Konsep diri
Instrumen konsep diri dimaksudkan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan diri
sendiri. Informasi kekuatan dan kelemahan siswa digunakan untuk menentukan program yang
sebaiknya ditempuh oleh siswa. Hal ini berdasarkan informasi karakteristik siswa yang diperoleh
dari hasil pengukuran.
Definisi konsep diri: persepsi seseorang terhadap dirinya sendiri yang menyangkut
keunggulan dan kelemahannya. Definisi operasional: konsep diri adalah pernyataan tentang
kemampuan diri sendiri yang menyangkut mata pelajaran. Indikator konsep diri adalah:
(1) Fisika saya rasakan sebagai mata pelajaran yang paling sulit.
(2) Mata pelajaran bahasa Inggeris saya rasakan paling mudah.
(3) Keunggulan saya adalah fisik yang tinggi.
(4) Kelemahan saya adalah kemampuan berkomunakasi.
(5) Saya senang membantu teman belajar ketrampilan.
Contoh instrumen:
(1) Saya sulit mengikuti pelajaran matemeatika.
(2) Mata pelajaran bahasa mudah saya pahami.
(3) Saya mudah menghapal.
(4) Saya mampu membuat karangan yang baik.
(5) Saya merasa sulit mengikuti pelajaran fisika.
(6) Saya bisa bermain sepak bola dengan baik.
(7) Saya mampu membuat karya seni yang variatif.
d. Instrumen Nilai
Moral, nilai, dan etika merupakan konsep penting dalam pembentukan kompetensi
peserta didik. Pencapaian kemampuan kognitif dan psikomotorik tidak akan memberi manfaat
bagi masyarakat apabila tidak diikuti dengan kempetensi. Kemampuan lulusan suatu jenjang
pendidikan akan baik bila digunakan untuk membantu orang lain, namun dapat menjadi tidak
15
baik bila kemampuan tersebut digunakan untuk merugikan orang lain. Hal inilah letak
pentingnya kemampuan afektif.
Peaget dan Kohlberg banyak membahas tentang perkembangan moral anak. Namun
Kohlberg mengabaikan masalah hubungan antara judgment moral dan tindakan moral. Ia hanya
mempelajari prinsip moral seseorang melalui penafsiran respon verbal terhadap dilema
hipetetikal, bukan pada bagaimana sesungguhnya seseorang bertindak.
Nilai seseorang pada dasarnya terungkap melalui bagiamana ia berbuat atau keinginan
berbuat. Hermin dan Simon memasukkan pada bagian nilai seperti keyakinan, sikap, aktivitas
atau perasaan yang memuaskan, antar lain yang didukung dan terpadu dengan prilaku yang
sessungguhnya serta berulang dalam kehidupan seseorang. Jadi nilai berkaitan dengan
keyakinan, sikap dan aktivitas atau tindakan seseorang. Tindakan merupakan refleksi dari nilai
yang dianutnya.
Definisi konseptual: nilai adalah keyakinan yang dalam terhadap suatu pendapat,
kegiatan, atau suatu objek. Definsi operasional: nilai adalah keyakinan seseorang tentang
keadaan suatu objek atau kegiatan. Misalnya, keyakinan akan kemampuan siswa, kayakinan
tentang kinerja guru. Kemungkinan ada yang berkeyakinan bahwa prestasi siswa sulit untuk
ditingkatkan. Atau ada yang berkeyakinan bahwa guru sulit untuk melakukan perubahan.
Instrumen nilai dan keyakinan dimaksudkan untuk mengungkap nilai dan keyakinan
individu. Informasi yang diperoleh berupa nilai dan keyakinan yang positif dan yang negatif.
Hal-hal yang positif diperkuat sedang yang negatif diperlemah dan akhirnya dihilangkan.
Indikator nilai adalah sebagai berikut.
(1) Keyakinan tentang prestasi belajar siswa
(2) Keyakinan atas keberhasilan siswa
(3) Keyakinan atas harapan orang tua.
(4) Keyakinan atas dukungan masyarakat.
(5) Keyakinan atas sekolah dapat mengubah nasip seseorang
Contoh kuesioner tentang nilai siswa:
(1) Saya berkeyakinan bahwa prestasi belajar siswa sulit untuk ditingkatkan.
(2) Saya berkeyakinan bahwa kinerja guru sudah maksimum.
16
(3) Saya berkeyakinan bahwa siswa yang ikut bimbingan tes cenderung akan
diterima di perguruan tinggi.
(4) Saya berkeyakinan sekolah tidak akan mampu mengubah tingkat kesejahteraan
masyarakat.
(5) Saya berkeyakinan bahwa perubahan selalu membawa masalah.
(6) Saya berkeyakinan bahwa hasil yang dicapai siswa adalah karena nasip
keberuntungan.
Selain melalui kuesioner ranah afektif siswa, sikap, minat, konsep diri, dan nilai dapat
digali melalui pengamatan. Pengamatan karakteristik afektif siswa dilakukan di tempat
terjadinya kegiatan belajar dan mengajar. Untuk mengetahui keadaan ranah afektif siswa, guru
harus menyiapkan diri untuk mencatat setiap tindakan yang muncul dari siswa yang berkaitan
dengan indikator ranah afektif siswa. Untuk itu, perlu ditentukan dulu indikator substansi yang
akan diukur.
d. Instrumen Nilai Moral
Instrumen ini bertujuan untuk mengetahui nilai moral peserta didik. Moral didefinisikan
sebagai pendapat, tindakan yang dianggap baik dan yang dianggap tidak baik. Indikator nilai
moral sesuai dengan definisi di atas adalah sebagai berikut.
(1) Memegang janji
(2) Membantu orang lain
(3) Menghormati orang lain
(4) Kejujuran
Contoh instrumen dengan skala Likert.
(1) Bila berjanji pada teman, saya tidak harus selalu menepati.
(2) Bila berjanji kepada orang yang lebih tua, saya berusaha menepatinya.
(3) Bila berjanji pada anak kecil, saya tidak harus selalu menepatinya.
(4) Bila menghadapi kesulitan, saya selalu minta bantuan orang lain.
(5) Bila ada orang lain yang menghadapi kesulitan, saya berusaha membantunya.
17
(6) Kesulitan orang lain merupakan tanggung jawabnya sendiri.
(7) Bila bertemu teman, saya selalu menyapanya walau ia tidak melihat saya.
(8) Bila bertemu guru saya, saya selalu menyapanya, walau ia tidak melihat saya.
(9) Saya selalu bercerita tentang hal yang menyenangkan teman saya walau tidak
seluruhnya benar.
(10) . Bila ada orang yang bercerita, saya tidak selalu mempercayainya.
3. Telaah Instrumen
Kegiatan pada telaah instrumen adalah meniliti: a) apakah butir pertanyaan atau
pernyataan sesuai dengan indikator, b) bahasa yang digunakan apa sudah komunikatif dan
menggunakan tata bahasa yang benar, dan c) apakah butir peranyaaan atau pernyataan tidak bias,
d) apakah format instrumen menarik untuk dibaca, e) apakah jumlah butir sudah tepat sehinggga
tidak menjemukan menjawabnya.
Telaah dilakukan oleh pakar dalam bidang yang diukur dan akan lebih baik bila ada pakar
pengukuran. Telaah bisa juga dilakukan oleh teman sejawat bila yang diinginkan adalah
masukan tentang bahasa dan format instrumen. Bahasa yang digunakan adalah yang sesuai
dengan tingkat pendidikan responden. Hasil telaah ini selanjutnya digunakan untuk memperbaiki
instrumen.
D. Skala Pengukuran
Secara garis besar skala instrumen yang sering digunakan dalam penelitian, yaitu Skala
Thurstone, Skala Likert, dan Skala Beda semantik. Skala Thurstone terdiri dri 7 kategori, yang
paling banyak bernilai 7 dan yang paling kecil bernilai 1.
Contoh Skala Thurstone, Minat terhadap pelajaran Sejarah
7 6 5 4 3 2 1
1. Saya senang belajar Sejarah ...!......! !
!...... !......!..... ! !
2. Pelajaran sejarah bermanfaat !...... ! ......!..... ! !......!.......!......!
3. Saya berusaha hadir tiap pelajaransejarah !...... ! ......!..... ! !......!.......!......!
18
4. Saya berusaha memiliki bukupelajaran
sejarah !...... ! ......!..... ! !......!.......!......!
5. Pelajaran sejarah membosankan.....! !
!...... ! ..... !..... ! ! ......!
Keterangan:
SS : Sangat setuju S : Setuju
TS: Tidak setuju STS: Sangat
tidak setuju
Contoh skala Beda semantik
Pelajaran sejarah
Menyenangkan ! .............!.......!........!.......!........!.......!.......! Membosankan
Sulit !......!.......!........!.......!........!.......!.......! Mudah
Bermanfaat !......!.......!........!.......!........!.......!.......! Sia-sia
Menantang !......!.......!........!.......!........!.......!...... ! Menjemukan
Hapalan !......!.......!........!.......!........!.......!.......! Penalaran
Panjang instrumen berhubungan dengan masalah kebosanan, yaitu tingkat kejemuan
dalam mengisi instrumen. Lama pengisian instrumen sebaiknya tidak lebih dari 30 menit.
Langkah pertama dalam menulis suatu pertanyaan atau pernyataan adalah informasi apa yang
ingin diperoleh, struktur pertanyaan, dan pemilihan kata-kata.
Pertanyaan yang diajukan jangan sampai bias, yaitu mengarahkan jawaban responden
pada arah tertentu, positif atau negatif.
Contoh pertanyaan yang bias.
Sebagian besar guru setuju semua peserta didik yang menempuh ulangan akhir lulus.
Contoh skala Likert, Sikap terhadap pelajaran matematika
4 3 2 1
1
.
Pelajaran matematika bermanfaat SS S TS ST
S
2
.
Pelajaran matematika sulit SS S TS ST
S
3
.
Tidak semua siswa harus belajar matematika SS S TS ST
S
4
.
Pelajaran matematika harus dibuat mudah SS S TS ST
S
5
. Harus banyak aplikasi pada pelajaran Matematika SS S TS
ST
S
19
Apakah saudara setuju bila semua perserta didik yang mengikuti ulangan lulus semua?
Contoh pertanyaan yang tidak bias:
Sebagian guru setuju bahwa tidak semua siswa harus lulus, namun sebagian lain tidak
setuju. Apakah saudara setuju bila semua siswa yang menempuh ujian akhir lulus semua?
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan kata-kata untuk suatu
kuesioner, yaitu sebagai berikut.
(a) Gunakan kata-kata yang sederhana sesuai dengan tingkat pendidikan.
(b) Pertanyaannya. jangan samar-samar
(c) Hindari pertanyaan yang bias.
(d) Hindari pertanyaan hipotetikal atau pengandaian.
E. Penyusunan Butir Soal Bentuk Daftar Cek
Daftar cek berisi seperangkat butir soal yang mencerminkan rangkaian
tindakan/perbuatan yang harus ditampilkan oleh peserta ujian, yang merupakan indikator-
indikator dari keterampilan yang akan diukur. Oleh karena itu, dalam menyusun daftar cek: (1)
carilah indikator-indikator penguasaan keterampilan yang diujikan, (2) susunlah indikator-
indikator tersebut sesuai dengan urutan penampilannya. Kemudian dilakukan pengamatan
terhadap subjek yang dinilai untuk melihat pemunculan indikator-indikator yang dimaksud.
Jika indikator tersebut muncul, diberi tanda V atau tulis kata "ya" pada tempat yang telah
disediakan.
F. Pengamatan
Penilaian ranah afektif peserta didik selain menggunakan kuesioner juga bisa dilakukan
melalui observasi atau pengamatan. Prosedurnya sama, yaitu dimulai dengan penentuan
definisi konseptual dan definisi operasional. Definisi konseptual kemudian diturunkan menjadi
sejumlah indikator. Indikator ini menjadi isi pedoman observasi.
Misalnya, indikator peserta didik berminat pada mata pelajaran matematika adalah kehadiran
di kelas, kerajinan dalam mengerjakan tugas-tugas, banyaknya bertanya, kerapian dan
kelengkapan catatan. Hasil observasi akan melengkapi informasi hasil kuesioner. Dengan
20
demikian, informasi yang diperoleh akan lebih akurat sehingga kebijakan yang ditempuh akan
lebih tepat.
G. Kesimpulan
Cukup banyak ranah afektif yang penting untuk dinilai. Namun, yang perlu diperhatikan
adalah kemampuan guru untuk melakukan penilaian. Untuk itu, pada tahap awal dicari
komponen afektif yang bisa dinilai untuk guru. Namun, pada tahun berikutnya bisa ditambah
ranah afektif lain untuk dinilai.
Jenis instrumen yang dikembangkan dibatasi sesuai dengan ranah afektif yang penting di
kelas agar guru dan para pengelola pendidikan dapat mengembangkannya. Ranah afektif yang
penting dikembangkan adalah sikap dan minat peserta didik. Pengembangan instrumen afektif
dilakukan melalui langkah berikut ini.
(1) Menentukan definisi konseptual atau konstruk yang akan diukur.
(2) Menentukan definisi operasional
(3) Menentukan indikator
(4) Menulis instrumen.
Instrumen yang dibuat harus ditelah oleh teman sejawat untuk mengetahui keterbacaan,
substansi yang ditanyakan, dan bahasa yang digunakan. Hasil telaah digunakan untuk
memperbaiki instrumen. Selanjutnya, instrumen tersebut di uji coba di lapangan. Hasil uji coba
akan menghasilkan informasi yang berupa variasi jawaban, indeks beda, dan indeks keandalan
instrumen. Hasil uji coba digunakan untuk memperbaiki instrumen. Hal yang penting pada
instrumen afektif adalah besarnya indeks keandalan instrumen yang dikatakan baik adalah
minimum 0,70.
Penafsiran hasil pengukuran menggunakan distribusi normal dengan dua kategori yaitu
positif atau negatif. Positif berarti minat peserta didik baik atau sikap peserta didik terhadap
suatu objek adalah positif, sedang negatif berarti minat peserta didik kecil atau sikap peserta
didik terhadap objek negatif. Demikian juga untuk instrumen yang direncanakan untuk
mengukur ranah afektif yang lain.
21
Daftar Bacaan
Allen, Mary. Yen., & Yen, Wendy. M. 1979. Intrductioan measurement theory. Berkeley,
California: Brooks/Cole Publishing Company.
Andersen, Lorin. W. 1981. Assessing affective characteristic in the schools. Boston: Allyn and
Bacon.
Fishbein,M.,&Ajzen,I.1975. Belief, attitude, intention, and behavior: An Introduction to theory
and research. Reading, MA:
Gable, Robert. K. 1986. Instrument development in the affective domain.Boston: Kluwer-
Nijhoff Publishing Golemen, Daniel. 2006. Social intelligence. New York: Bantam Deli..
Lickona, Thomas. 1991. Educating for character. New York: Bantam Books Popham,W.J.1999.
Classroom assessment. Boston:Allyn and Bacon
Rokeach,Milton.1968. Beliefs attitudes and values. New York:Josey-Bass Inc.Pub
Rousseau, J. J. 1991. Emile. Allan Bloom (trans) London: Penguin Books.

Contenu connexe

Tendances

Sintak berbagai model pembelajaran
Sintak berbagai model pembelajaranSintak berbagai model pembelajaran
Sintak berbagai model pembelajaranrestya21
 
Format Penilaian Keterampilan Peserta Didik Diskusi dan Presentasi
Format Penilaian Keterampilan Peserta Didik Diskusi dan PresentasiFormat Penilaian Keterampilan Peserta Didik Diskusi dan Presentasi
Format Penilaian Keterampilan Peserta Didik Diskusi dan PresentasiMuhamad Yogi
 
Contoh RPP menggunakan Framework UbD
Contoh RPP menggunakan Framework UbDContoh RPP menggunakan Framework UbD
Contoh RPP menggunakan Framework UbDUwes Chaeruman
 
memahami Understanding by Design
memahami Understanding by Designmemahami Understanding by Design
memahami Understanding by DesignSMK Negeri 6 Malang
 
Contoh rpp kurikulum 2013
Contoh rpp kurikulum 2013Contoh rpp kurikulum 2013
Contoh rpp kurikulum 2013Nia Piliang
 
Rencana evaluasi & Peerteaching PPG Daljab 2022 .pptx
Rencana evaluasi & Peerteaching PPG Daljab 2022 .pptxRencana evaluasi & Peerteaching PPG Daljab 2022 .pptx
Rencana evaluasi & Peerteaching PPG Daljab 2022 .pptxAmelia Hadyana
 
Contoh instrumen dan rubrik penilaian
Contoh instrumen dan rubrik penilaianContoh instrumen dan rubrik penilaian
Contoh instrumen dan rubrik penilaianNarto Wastyowadi
 
Topik 2 Kelompok 4 - Ruang Kolaborasi.pptx
Topik 2 Kelompok 4 - Ruang Kolaborasi.pptxTopik 2 Kelompok 4 - Ruang Kolaborasi.pptx
Topik 2 Kelompok 4 - Ruang Kolaborasi.pptxNantaAgga1
 
Kata kerja operasional revisi taksonomi bloom
Kata kerja operasional revisi taksonomi bloomKata kerja operasional revisi taksonomi bloom
Kata kerja operasional revisi taksonomi bloomRiyani Widyaningsih
 
Contoh rubrik penilaian psikomotorik
Contoh rubrik penilaian psikomotorikContoh rubrik penilaian psikomotorik
Contoh rubrik penilaian psikomotorikMuhammad Idris
 
Pedoman observasi untuk peserta didik
Pedoman observasi untuk peserta didikPedoman observasi untuk peserta didik
Pedoman observasi untuk peserta didikTyasMommy Cozy Azalea
 
Laporan observasi Perkembangan Siswa Sekolah Dasar Negeri 04 Jaten kec.Jaten ...
Laporan observasi Perkembangan Siswa Sekolah Dasar Negeri 04 Jaten kec.Jaten ...Laporan observasi Perkembangan Siswa Sekolah Dasar Negeri 04 Jaten kec.Jaten ...
Laporan observasi Perkembangan Siswa Sekolah Dasar Negeri 04 Jaten kec.Jaten ...Arif Winahyu
 
Portofolio UKIN PPG Dlajab.docx
Portofolio UKIN PPG Dlajab.docxPortofolio UKIN PPG Dlajab.docx
Portofolio UKIN PPG Dlajab.docxRatnaSarum
 
Teori Belajar Kognitif dan Penerapannya dalam Pembelajaran
Teori Belajar Kognitif dan Penerapannya dalam PembelajaranTeori Belajar Kognitif dan Penerapannya dalam Pembelajaran
Teori Belajar Kognitif dan Penerapannya dalam PembelajaranFitri Yusmaniah
 
instrumen lembar penilaian diri (sikap)
instrumen lembar penilaian diri (sikap)instrumen lembar penilaian diri (sikap)
instrumen lembar penilaian diri (sikap)Pristiadi Utomo
 
Perkembangan sosial anak usia sd
Perkembangan sosial anak usia sdPerkembangan sosial anak usia sd
Perkembangan sosial anak usia sdShinta Nz
 
PERKEMBANGAN KOGNITIF, MORAL DAN SOSIAL
PERKEMBANGAN KOGNITIF, MORAL DAN SOSIALPERKEMBANGAN KOGNITIF, MORAL DAN SOSIAL
PERKEMBANGAN KOGNITIF, MORAL DAN SOSIALDadang DjokoKaryanto
 
instrumen lembar penilaian antar peserta didik (sikap)
instrumen lembar penilaian antar peserta didik (sikap)instrumen lembar penilaian antar peserta didik (sikap)
instrumen lembar penilaian antar peserta didik (sikap)Pristiadi Utomo
 

Tendances (20)

Pedoman penskoran
Pedoman penskoranPedoman penskoran
Pedoman penskoran
 
Sintak berbagai model pembelajaran
Sintak berbagai model pembelajaranSintak berbagai model pembelajaran
Sintak berbagai model pembelajaran
 
Format Penilaian Keterampilan Peserta Didik Diskusi dan Presentasi
Format Penilaian Keterampilan Peserta Didik Diskusi dan PresentasiFormat Penilaian Keterampilan Peserta Didik Diskusi dan Presentasi
Format Penilaian Keterampilan Peserta Didik Diskusi dan Presentasi
 
Contoh RPP menggunakan Framework UbD
Contoh RPP menggunakan Framework UbDContoh RPP menggunakan Framework UbD
Contoh RPP menggunakan Framework UbD
 
memahami Understanding by Design
memahami Understanding by Designmemahami Understanding by Design
memahami Understanding by Design
 
Contoh rpp kurikulum 2013
Contoh rpp kurikulum 2013Contoh rpp kurikulum 2013
Contoh rpp kurikulum 2013
 
Rencana evaluasi & Peerteaching PPG Daljab 2022 .pptx
Rencana evaluasi & Peerteaching PPG Daljab 2022 .pptxRencana evaluasi & Peerteaching PPG Daljab 2022 .pptx
Rencana evaluasi & Peerteaching PPG Daljab 2022 .pptx
 
Contoh instrumen dan rubrik penilaian
Contoh instrumen dan rubrik penilaianContoh instrumen dan rubrik penilaian
Contoh instrumen dan rubrik penilaian
 
Rubrik penilaian
Rubrik penilaianRubrik penilaian
Rubrik penilaian
 
Topik 2 Kelompok 4 - Ruang Kolaborasi.pptx
Topik 2 Kelompok 4 - Ruang Kolaborasi.pptxTopik 2 Kelompok 4 - Ruang Kolaborasi.pptx
Topik 2 Kelompok 4 - Ruang Kolaborasi.pptx
 
Kata kerja operasional revisi taksonomi bloom
Kata kerja operasional revisi taksonomi bloomKata kerja operasional revisi taksonomi bloom
Kata kerja operasional revisi taksonomi bloom
 
Contoh rubrik penilaian psikomotorik
Contoh rubrik penilaian psikomotorikContoh rubrik penilaian psikomotorik
Contoh rubrik penilaian psikomotorik
 
Pedoman observasi untuk peserta didik
Pedoman observasi untuk peserta didikPedoman observasi untuk peserta didik
Pedoman observasi untuk peserta didik
 
Laporan observasi Perkembangan Siswa Sekolah Dasar Negeri 04 Jaten kec.Jaten ...
Laporan observasi Perkembangan Siswa Sekolah Dasar Negeri 04 Jaten kec.Jaten ...Laporan observasi Perkembangan Siswa Sekolah Dasar Negeri 04 Jaten kec.Jaten ...
Laporan observasi Perkembangan Siswa Sekolah Dasar Negeri 04 Jaten kec.Jaten ...
 
Portofolio UKIN PPG Dlajab.docx
Portofolio UKIN PPG Dlajab.docxPortofolio UKIN PPG Dlajab.docx
Portofolio UKIN PPG Dlajab.docx
 
Teori Belajar Kognitif dan Penerapannya dalam Pembelajaran
Teori Belajar Kognitif dan Penerapannya dalam PembelajaranTeori Belajar Kognitif dan Penerapannya dalam Pembelajaran
Teori Belajar Kognitif dan Penerapannya dalam Pembelajaran
 
instrumen lembar penilaian diri (sikap)
instrumen lembar penilaian diri (sikap)instrumen lembar penilaian diri (sikap)
instrumen lembar penilaian diri (sikap)
 
Perkembangan sosial anak usia sd
Perkembangan sosial anak usia sdPerkembangan sosial anak usia sd
Perkembangan sosial anak usia sd
 
PERKEMBANGAN KOGNITIF, MORAL DAN SOSIAL
PERKEMBANGAN KOGNITIF, MORAL DAN SOSIALPERKEMBANGAN KOGNITIF, MORAL DAN SOSIAL
PERKEMBANGAN KOGNITIF, MORAL DAN SOSIAL
 
instrumen lembar penilaian antar peserta didik (sikap)
instrumen lembar penilaian antar peserta didik (sikap)instrumen lembar penilaian antar peserta didik (sikap)
instrumen lembar penilaian antar peserta didik (sikap)
 

Similaire à Taksonomi bloom

Kata kerja operasional
Kata kerja operasionalKata kerja operasional
Kata kerja operasionalahmad mujidin
 
Pentaksiran Bahasa Melayu Sekolah Rendah
Pentaksiran Bahasa Melayu Sekolah RendahPentaksiran Bahasa Melayu Sekolah Rendah
Pentaksiran Bahasa Melayu Sekolah RendahJOLIN TAIMIN
 
Taksonomi Tujuan Pendidikan dan Hasil Evaluasi Belajar.pptx
Taksonomi Tujuan Pendidikan dan Hasil Evaluasi Belajar.pptxTaksonomi Tujuan Pendidikan dan Hasil Evaluasi Belajar.pptx
Taksonomi Tujuan Pendidikan dan Hasil Evaluasi Belajar.pptxdikiarifhidayatullah
 
Teori belajar
Teori belajar Teori belajar
Teori belajar Yuliana
 
Ranah penilaian kognitif
Ranah penilaian kognitif Ranah penilaian kognitif
Ranah penilaian kognitif Ayu Varadita
 
766 1 taksonomi bloom - retno-ok-mima
766 1 taksonomi bloom - retno-ok-mima766 1 taksonomi bloom - retno-ok-mima
766 1 taksonomi bloom - retno-ok-mimaYan Bali
 
766 1 taksonomi bloom - retno-ok-mima
766 1 taksonomi bloom - retno-ok-mima766 1 taksonomi bloom - retno-ok-mima
766 1 taksonomi bloom - retno-ok-mimaAnnik Qurniawati
 
Bloom's taxonomy
Bloom's taxonomyBloom's taxonomy
Bloom's taxonomyadiyatul
 
Sikap, Motivasi, Minat Terhadap Pembelajaran Matematika
Sikap, Motivasi, Minat Terhadap Pembelajaran MatematikaSikap, Motivasi, Minat Terhadap Pembelajaran Matematika
Sikap, Motivasi, Minat Terhadap Pembelajaran MatematikaInterest_Matematika_2011
 
Pentaksiranbahasamelayusekolahrendah bmm 3103 (agus)
Pentaksiranbahasamelayusekolahrendah bmm 3103 (agus)Pentaksiranbahasamelayusekolahrendah bmm 3103 (agus)
Pentaksiranbahasamelayusekolahrendah bmm 3103 (agus)Boss
 
Rpp operasi aljabar pertemuan ke 5
Rpp operasi aljabar pertemuan ke 5Rpp operasi aljabar pertemuan ke 5
Rpp operasi aljabar pertemuan ke 5umar fauzi
 
Pengembangan Tujuan dan Materi Pembelajaran
Pengembangan Tujuan dan Materi PembelajaranPengembangan Tujuan dan Materi Pembelajaran
Pengembangan Tujuan dan Materi PembelajaranNini Ibrahim01
 

Similaire à Taksonomi bloom (20)

Kata kerja operasional
Kata kerja operasionalKata kerja operasional
Kata kerja operasional
 
Ruang lingkup modul kognitif
Ruang lingkup modul kognitifRuang lingkup modul kognitif
Ruang lingkup modul kognitif
 
Taksonomi Bloom 3 Ranah lengkap
Taksonomi Bloom 3 Ranah lengkapTaksonomi Bloom 3 Ranah lengkap
Taksonomi Bloom 3 Ranah lengkap
 
Pentaksiran Bahasa Melayu Sekolah Rendah
Pentaksiran Bahasa Melayu Sekolah RendahPentaksiran Bahasa Melayu Sekolah Rendah
Pentaksiran Bahasa Melayu Sekolah Rendah
 
Taksonomi Tujuan Pendidikan dan Hasil Evaluasi Belajar.pptx
Taksonomi Tujuan Pendidikan dan Hasil Evaluasi Belajar.pptxTaksonomi Tujuan Pendidikan dan Hasil Evaluasi Belajar.pptx
Taksonomi Tujuan Pendidikan dan Hasil Evaluasi Belajar.pptx
 
Penilaian Kompetensi Kognitif
Penilaian Kompetensi KognitifPenilaian Kompetensi Kognitif
Penilaian Kompetensi Kognitif
 
Teori belajar
Teori belajar Teori belajar
Teori belajar
 
Ranah penilaian kognitif
Ranah penilaian kognitif Ranah penilaian kognitif
Ranah penilaian kognitif
 
W pengenalan-kbat
W pengenalan-kbatW pengenalan-kbat
W pengenalan-kbat
 
766 1 taksonomi bloom - retno-ok-mima
766 1 taksonomi bloom - retno-ok-mima766 1 taksonomi bloom - retno-ok-mima
766 1 taksonomi bloom - retno-ok-mima
 
766 1 taksonomi bloom - retno-ok-mima
766 1 taksonomi bloom - retno-ok-mima766 1 taksonomi bloom - retno-ok-mima
766 1 taksonomi bloom - retno-ok-mima
 
Taksonomi Bloom
Taksonomi BloomTaksonomi Bloom
Taksonomi Bloom
 
Essay tests
Essay testsEssay tests
Essay tests
 
Bloom's taxonomy
Bloom's taxonomyBloom's taxonomy
Bloom's taxonomy
 
Sikap, Motivasi, Minat Terhadap Pembelajaran Matematika
Sikap, Motivasi, Minat Terhadap Pembelajaran MatematikaSikap, Motivasi, Minat Terhadap Pembelajaran Matematika
Sikap, Motivasi, Minat Terhadap Pembelajaran Matematika
 
Pengembangan Desain Instruksional Berkarakter (Siti Khadijah Ibrahim)
Pengembangan Desain Instruksional Berkarakter (Siti Khadijah Ibrahim)   Pengembangan Desain Instruksional Berkarakter (Siti Khadijah Ibrahim)
Pengembangan Desain Instruksional Berkarakter (Siti Khadijah Ibrahim)
 
Pentaksiranbahasamelayusekolahrendah bmm 3103 (agus)
Pentaksiranbahasamelayusekolahrendah bmm 3103 (agus)Pentaksiranbahasamelayusekolahrendah bmm 3103 (agus)
Pentaksiranbahasamelayusekolahrendah bmm 3103 (agus)
 
Rpp operasi aljabar pertemuan ke 5
Rpp operasi aljabar pertemuan ke 5Rpp operasi aljabar pertemuan ke 5
Rpp operasi aljabar pertemuan ke 5
 
Penyusunan kisi
Penyusunan kisiPenyusunan kisi
Penyusunan kisi
 
Pengembangan Tujuan dan Materi Pembelajaran
Pengembangan Tujuan dan Materi PembelajaranPengembangan Tujuan dan Materi Pembelajaran
Pengembangan Tujuan dan Materi Pembelajaran
 

Dernier

AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxsdn3jatiblora
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxRizkyPratiwi19
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxdpp11tya
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptxcontoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptxHR MUSLIM
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatLatihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatArfiGraphy
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxSlasiWidasmara1
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxmawan5982
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxazhari524
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 

Dernier (20)

AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptxcontoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatLatihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 

Taksonomi bloom

  • 1. —1 Taksonomi Tujuan Pendidikan Menurut Bloom HASIL BELAJAR Kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya Klasifikasi kemampuan hasil belajar (Benyamin Bloom): Ranah • KOGNITIF • PSIKOMOTOR • AFEKTIF Ranah kognitif : kemampuan berpikir, kompetensi memperoleh pengetahuan, pengenalan, pemahaman, konseptualisasi, penentuan dan penalaran Ranah psikomotor : kompetensi melakukan pekerjaan dengan melibatkan anggota badan; kompetensi yang berkaitan dengan gerak fisik.
  • 2. 2 Ranah afektif : berkaitan dengan perasaan, emosi, sikap, derajat penerimaan atau penolakan terhadap suatu obyek. Ranah Kognitif (menurut taksonomi Bloom) : pengetahuan (C1), pemahaman (C2), aplikasi (C3), analisis(C4), sintesis (C5), dan evaluasi (C6). Pada tingkat pengetahuan: peserta didik menjawab pertanyaan berdasarkan hapalan saja. (Soal pengetahuan : soal yang menuntut jawaban yang berdasarkan hafalan) Pada tingkat pemahaman: peserta didik dituntut untuk menyatakan masalah dengan kata-katanya sendiri, memberi contoh suatu prinsip atau konsep. (Soal pemahaman : soal yang menuntut pembuatan pernyataan masalah dengan kata-kata penjawab sendiri, pemberian contoh prinsip atau contoh konsep) Pada tingkat aplikasi: peserta didik dituntut untuk menerapkan prinsip dan konsep dalam suatu situasi yang baru. (Soal aplikasi : soal yang menuntut penerapan prinsip dan konsep dalam situasi yang belum pernah
  • 3. diberikan) Pada tingkat analisis: peserta didik diminta untuk menguraikan informasi ke dalam beberapa bagian, menemukan asumsi, membedakan fakta dan pendapat, dan menemukan hubungan sebab dan akibat. (Soal analisis : soal yang menuntut uraian informatif, penemuan asumsi pembedaan antara fakta dan pendapat, dan penemuan sebab akibat) Pada tingkat sintesis: peserta didik dituntut menghasilkan suatu cerita, komposisi, hipotesis, atau teorinya sendiri, dan mengsintesiskan pengetahuan. (Soal sintesis : soal yang menuntut pembuatan cerita, karangan, hipotesis dengan memadukan berbagai pengetahuan atau ilmu) 3T Pada tingkat evaluasi: peserta didik mengevaluasi informasi, seperti bukti sejarah, editorial, teori-teori, dan termasuk di dalamnya melakukan judgement terhadap hasil analisis untuk membuat kebijakan.
  • 4. 4 (Soal tingkat evaluasi : soal yang menuntut pembuatan keputusan dan kebijakan , dan penentuan “nilai” informasi) Daftar contoh kata kerja operasional yang dapat dipakai untuk ranah Kognitif Pengetahuan Pemahaman Penerapan Analisis Sintesis Penilaian Mengutip Memperkirakan Menugaskan Menganalisis Mengabstraksi Membandingkan Menyebutkan Menjelaskan Mengurutkan Mengaudit Mengatur Menyimpulkan Menjelaskan Mengkategorikan Menentukan Memecahkan Menganimasi Menilai Menggambar Mencirikan Menerapkan Menegaskan Mengumpulkan Mengarahkan Membilang Merinci Menyesuaikan Mendeteksi Mengkategorikan Mengkritik Mengidentifikasi Mengasosiasikan Mengkalkulasi Mendiagnosis Mengkode Menimbang Mendaftar Membandingkan Memodifikasi Menyeleksi Mengkombinasikan Memutuskan Menunjukkan Menghitung Mengklasifiksi Memerinci Menyusun Memisahkan Memberi label Mengkontraskan Menghitung Menominasikan Mengarang Memprediksi Memberi indeks Mengubah Membangun Mendiagramkan Membangun Memperjelas Memasangkan Mempertahankan Mengurutkan Mengkorelasikan Menanggulangi Menugaskan Menamai Menguraikan Membiasakan Merasionalkan Menghubungkan Menafsirkan Manandai Menjalin Mencegah Menguji Menciptakan Mempertahankan Membaca Membedakan Menggambarkan Mencerahkan Mengkreasikan Memerinci Menyadari Mendiskusikan Menggunakan Menjelajah Mengoreksi Mengukur Menghafal Menggali Menilai Membagankan Merancang Merangkum Meniru Mencontohkan Melatih Menyimpulkan Merencanakan Membuktikan Mencatat Menerangkan Menggali Menemukan Mendikte Memvalidasi Mengulang Mengemukakan Mengemukakan Menelaah Meningkatkan Mengetes Mereproduksi Mempolakan Mengadaptasi Memaksimalkan Memperjelas Mendukung Meninjau Memperluas Menyelidiki Memerintahkan Memfasilitasi Memilih Memilih Menyimpulkan Mengoperasikan Mengedit Membentuk Memproyeksikan Menyatakan Meramalkan Mempersoalkan Mengaitkan Merumuskan Mempelajari Merangkum Mengkonsepkan Memilih Menggeneralisasi Mentabulasi Menjabarkan Melaksanakan Mengukur Menggabungkan Memberi kode Meramalkan Melatih Memadukan Menelusuri Memproduksi Mentransfer Membatas Menulis Memproses Mereparasi Mengaitkan Menampilkan Menyusun Menyiapkan Mensimulasikan Memproduksi Memecahkan Merangkum Melakukan Merekonstruksi Mentabulasi
  • 5. "5T Contoh kata kerja operasional yang dapat dipakai untuk ranah afektif Contoh kata kerja operasional yang dapat dipakai untuk ranah psikomotor (Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah, 2003) Menerima Menanggapi Menilai Mengelola Menghayati Memilih Menjawab Mengasumsikan Menganut Mengubah perilaku Mempertanyakan Membantu Meyakini Mengubah Berakhlak mulia Mengikuti Mengajukan Melengkapi Menata Mempengaruhi Memberi Mengompromi Meyakinkan Mengklasifikasikan Mendengarkan Menganut Menyenangi Memperjelas Mengombinasi Mengkualifikasi Mematuhi Menyambut Memprakarsai Mempertahankan Melayani Meminati Mendukung Mengimani Membangun Menunjukkan Menyetujui Mengundang Membentuk pendapat Membuktikan Menampilkan Menggabungkan Memadukan Memecahkan Melaporkan Memperjelas Mengelola Memilih Mengusulkan Menegosiasikan Mengatakan Menekankan Merembuk Memilah Menyumbang Menolak Menirukan Memanipulasi Pengalamiahan Artikulasi Mengaktifkan Mengoreksi Mengalihkan Mengalihkan Menyesuaikan Mendemonstrasikan Mengantikan Mempertajam Menggabungkan Merancang Memutar Membentuk Melamar Memilah Mengirim Memadankan Mengatur Melatih Memindahkan Menggunakan Mengumpulkn Memperbaiki Mendorong Memulai Menimbang Mengidentifikasikan Menarik Menyetir Memperkecil Mengisi Memproduksi Menjeniskan Membangun Menempatkan Mencampur Menempel Mengubah Membuat Mengoperasikan Mensketsa Membersihkan Memanipulasi Mengemas Melonggarkan Memposisikan Mereparasi Membungkus Menimbang Mengonstruksi Mencampur
  • 6. CONTOH KISI KISI SOAL Jenjang Sekolah Kelas/Semester Mata Pelajaran Pokok Bahasan Alokasi Waktu Jumlah Soal SD/MI IV/I Sains Sifat-Sifat Benda Padat 15 menit 4 Indikator No. Soal Jenjang Kemampuan Dan Tingkat Kesulitan Skor Tertin ggi Kunci JawabanMuda i Sedan g Sukar Cl C2 CS Cl C2 CS Cl C2 CS 1. Siswa dapat menyebutkan benda-benda disekitarnya yang termasuk wujud benda padat. 1 3 2. Siswa dapat mengidentifikasi sifat benda padat 2 3 2 5 Terlampir 3. Siswa dapat menerapkan sifat benda padat dalam kehidupan sehari-hari 4 5 4 2 Terlampir
  • 7. 7 CONTOH SOAL SD Petunjuk Soal: 1. Tulis nama dan nomor absen pada lembar jawaban yyang telah tersedia 2. Jawablah pertanyaan pada lembar jawaban yang telah tersedia 3. Kerjakan secara teliti dan cermat 4. Waktu 15 menit 5. Selamat bekerja dan semoga sukses 1. Sebutkan tiga contoh benda padat yang ada di ruang kelasmu? 2. Bagaimana bentuk pensil, penggaris dan plastisin setelah dipindahkan? 3. Jika sebuah pensil diserut terus-menerus, apakah pensil tersebut berubah bentuk? Sifat benda padat apakah yang ditunjukkan pada peristiwa tersebut? 4. Apa yang kamu rasakan jika mengangkat tas yang berisi buku? Mengapa demikian? 5. Apa akibatnya bila kita menyimpan kapak di atas meja kaca yang tipis? Sifat benda padat apa yang diterapkan pada peristiwa tersebut? CONTOH KUNCI JAWABAN DAN PEDOMAN PENSKORAN
  • 8. nT0 T Artikel No Soal Kunci Jawaban Skor Skor Total 1. - Buku 1 3 - Pensil 1 - Penggaris 1 - meja, kursi, papan tulis. 2. Pensil, penggaris dan plastisin tidak berubah bentuk, 2 2 warna dan ukuran. 3. - Ya akan berubah bentuk 2 5 - Bahwa benda padat dapat diubah bentuknya 3 dengan perlakuan tertentu. 4. - Akan terasa berat 2 5 - Karena tas dan buku merupakan benda padat yang 3 memiliki sifat yaitu benda padat memiliki berat. 5. - Kaca tipis akan pecah karena kapaknya berat. 3 5 - Benda padat yang memiliki berat. 2
  • 9. Taksonomi Tujuan Pendidikan Menurut Bloom Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Untuk mengevaluasi hasil belajar siswa yang diharapkan, diperlukan tujuan yang bersifat operasional yaitu tujuan berupa tingkah laku yang dapat dikerjakan dan diukur. Tujuan berkaitan dengan sifat secara operasional dan tujuan pembelajaran khusus (Subiyanto, 1986: 46). Benyamin Bloom mengklasifikasikan kemampuan hasil belajar ke dalam tiga kategori, yaitu: a. Ranah kognitif, meliputi kemampuan menyatakan kembali konsep atau prinsip yang telah dipelajari dan kemampuan intelektual. b. Ranah afektif, berkenaan dengan sikap dan nilai yang terdiri atas aspek penerimaan, tanggapan, penilaian, pengelolaan, dan penghayatan (karakterisasi). c. Ranah psikomotorik, mencakup kemampuan yang berupa keterampilan fisik (motorik) yang terdiri dari gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, ketepatan, keterampilan kompleks, serta ekspresif dan interperatif. Taksonomi tujuan pembelajaran dalam kawasan kognitif menurut Bloom terdiri atas enam tingkatan yaitu (1) Pengetahuan, (2) Pemahaman, (3) Penerapan, (4) Analisis, (5) Sintesis, dan (6) Evaluasi. Keenam jenis taksonomi tersebut diuraikan satu per satu berikut ini. —
  • 10. 10 1. Pengetahuan Pengetahuan adalah kemampuan yang paling rendah tetapi paling dasar dalam kawasan kognitif. Kemampuan untuk mengetahui adalah kemampuan untuk mengenal atau mengingat kembali sesuatu objek, ide, prosedur, prinsip atau teori yang pernah ditemukan dalam pengalaman tanpa memanipulasikannya dalam bentuk atau simbol lain. Kemampuan mengetahui sedikit lebih rendah dibawah kemampuan memahami, karena itu orang yang mengetahui belum tentu memahami atau mengerti apa yang diketahuinya. 2. Pemahaman Pemahaman adalah kemampuan untuk memahami segala pengetahuan yang diajarkan seperti kemampuan mengungkapkan dengan struktur kalimat lain, membandingkan, menafsirkan, dan sebagainya. Kemampuan memahami dapat juga disebut dengan istilah “mengerti”. Kemampuan-kemampuan yang tergolong dalam taksonomi ini, mulai dari yang terendah sampai yang tertinggi ialah: a) Translasi, yaitu kemampuan untuk mengubah simbol tertentu menjadi simbol lain tanpa perubahan makna. b) Interpretasi, yaitu kemampuan untuk menjelaskan makna yang terdapat di dalam simbol, baik simbol verbal maupun nonverbal. c) Ekstrapolasi, yaitu kemampuan untuk melihat kecenderungan atau arah atau kelanjutan dari suatu temuan. 3. Penerapan Penerapan ialah kemampuan untuk menggunakan konsep, prinsip, prosedur atau teori tertentu pada situasi tertentu. Seseorang menguasai kemampuan ini jika ia
  • 11. dapat memberi contoh, menggunakan, mengklasifikasikan, memanfaatkan, menyelesaikan, dan mengidentifikasikan mana yang sama. 4. Analisis Analisis adalah usaha memilah suatu integritas menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian sehinggga jelas susunannya. Secara rinci Bloom mengemukakan tiga jenis kemampuan analisis, yaitu: (1) Menganalisis unsur, (2) Menganalisis hubungan, dan (3) Menganalisis prinsip-prinsip organisasi. 5. Sintesis Jenjang sintesis merupakan kemampuan untuk mengintegrasikan bagian- bagian yang terpisah menjadi suatu keseluruhan yang terpadu, atau menggabungkan bagian- bagian sehingga terjelma pola yang berkaitan secara logis, atau mengambil kesimpulan dari peristiwa-peristiwa yang ada hubungannya satu dengan yang lainnya. 6. Evaluasi Evaluasi merupakan kemampuan tertinggi, yaitu bila seseorang dapat melakukan penilaian terhadap suatu situasi, nilai-nilai, atau ide-ide. Evaluasi ialah kemampuan untuk mengambil keputusan, menyatakan pendapat atau memberi penilaian berdasarkan kriteria-kriteria tertentu baik kualitatif maupun kuantitatif. Taksonomi tujuan pengajaran pada kawasan afektif dikategorikan dalam lima jenis kategori yang menurut W. Gulo (2002: 66) yaitu: (1) Penerimaan, (2) Tanggapan, (3) Penilaian, (4) Pengelolaan, dan (5) Penghayatan (karakterisasi). 1. Penerimaan, meliputi penerimaan secara pasif terhadap suatu masalah, situasi, gejala, nilai, dan keyakinan. Contoh kata kerja operasional yang biasa digunakan untuk mengukur aspek penerimaan adalah memilih, mengikuti, meminati, memberi, dan
  • 12. sebagainya. 2. Tanggapan, berkenaan dengan jawaban dan kesenangan menanggapi atau merealisasikan sesuatu yang sesuai dengan nilai-nilai yang dianut masyarakat. Contoh kata kerja operasional yang biasa digunakan untuk mengukur aspek tanggapan adalah mengajukan, melaporkan, menampilkan, mendukung, dan sebagainya. 3. Penilaian, berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus tertentu. Contoh kata kerja operasional yang biasa digunakan untuk mengukur aspek penilaian adalah meyakini, mengusulkan, menekankan, meyakinkan, dan sebagainya. 4. Pengelolaan, meliputi konseptualisasi nilai-nilai menjadi suatu sistem nilai. Contoh kata kerja operasional yang biasa digunakan untuk mengukur aspek pengelolaan adalah mempertahankan, mengubah, memadukan, membentuk pendapat, dan sebagainya. 5. Penghayatan (karakterisasi), keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Contoh kata kerja operasional yang biasa digunakan untuk mengukur aspek penghayatan adalah mendengarkan, memecahkan, mempengaruhi, dan sebagainya. Selain ranah kognitif dan ranah afektif, ranah psikomotorik termasuk ke dalam taksonomi tujuan pembelajaran menurut Bloom, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Taksonomi pembelajaran terhadap ranah psikomotorik secara garis besar dibedakan kedalam 4 tahap, yaitu: 1. Meniru merupakan kemampuan untuk melakukan sesuatu sesuai dengan contoh yang diamatinya walaupun belum mengerti makna atau hakikat dari keterampilan itu. Contoh kata kerja operasional yang biasa digunakan untuk mengukur aspek ini adalah mengkonstruksi, menggabungkan, mengatur, mnyesuaikan, dan sebagainya. 2. Memanipulasi merupakan kemampuan dalam melakukan suatu tindakan seperti yang diajarkan, dalam arti mampu memilih yang diperlukan. Kata kerja yang sering
  • 13. digunakan dalam mengukur aspek ini adalah menempatkan, membuat, memanipulasi, merancang, dan sebagainya. 3. Pengalamiahan merupakan suatu penampilan tindakan dimana hal-hal yang diajarkan (sebagai contoh) telah menjadi suatu kebiasaan dan gerakan-gerakan yang ditampilkan lebih meyakinkan. Contoh kata kerja operasional yang biasa digunakan untuk mengukur aspek ini diantaranya adalah memutar, memindahkan, menarik, mendorong, dan sebagainya. 4. Artikulasi merupakan suatu tahap dimana seseorang dapat melakukan suatu keterampilan yang lebih komplek terutama yang berhubungan dengan gerakan interpretatif. Contoh kata kerja operasional yang biasa digunakan untuk mengukur aspek ini adalah menggunakan, mensketsa, menimbang, menjeniskan, dan sebagainya. TT[
  • 14. 14 1. Ranah Kognitif Ranah kognitif meliputi kemampuan menyatakan kembali konsep atau prinsip yang telah dipelajari dan kemampuan intelektual (knowledge). Sebagian besar tujuan instruksional berada dalam ranah kognitif. Kemudian Bloom membagi ranah kognitif kedalam enam jenjang kemampuan secara hierarkis, yaitu: □ Recall of Data (Hafalan/C1) Merupakan kemampuan menyatakan kembali fakta, konsep, prinsip, prosedur atau istilah yang telah dipelajari tanpa harus memahami atau dapat menggunakannya. Tingkatan ini merupakan tingkatan yang paling rendah namun menjadi prasyarat bagi tingkatan selanjutnya. Kemampuan yang dimiliki hanya kemampuan menangkap informasi kemudian menyatakan kembali informasi tersebut tanpa harus memahaminya. Contoh kata kerja yang digunakan yaitu menyebutkan, mendefinisikan, menggambarkan. □ Comprehension (Pemahaman/C2) Merupakan salah satu jenjang kemampuan dalam proses berpikir dimana siswa dituntut untuk memahami yang berarti mengetahui tentang sesuatu hal dan dapat melihatnya dari beberapa segi. Pada tingkatan ini, selain hapal siswa juga harus memahami makna yang terkandung misalnya dapat menjelaskan suatu gejala, dapat menginterpretasikan grafik, bagan atau diagram serta dapat menjelaskan konsep atau
  • 15. prinsip dengan kata-kata sendiri. Contoh kata kerja yang digunakan yaitu menyajikan, menginterpretasikan, menjelaskan. □ Application (Penerapan/C3) Merupakan kemampuan berpikir lebih tinggi daripada pemahaman. Jenjang penerapan merupakan kemampuan menggunakan prinsip, teori, hukum, aturan, maupun metode yang dipelajari pada situasi baru atau pada situasi kongkrit. Contoh kata kerja yang digunakan yaitu mengaplikasikan, menghitung, menunjukkan. □ Analysis (Analisis/C4) Merupakan kemampuan untuk menganalisa atau merinci suatu situasi, atau pengetahuan menurut komponen yang lebih kecil atau lebih terurai dan memahami hubungan diantara bagian yang satu dengan yang lain. Contoh kata kerja yang digunakan yaitu menganalisa, membandingkan, mengklasifikasikan. □ Synthesis (Sintesis/C5) Merupakan kemampuan untuk mengintegrasikan bagian-bagian yang terpisah menjadi suatu keseluruhan yang terpadu, atau menggabungkan bagian-bagian (unsur- unsur) sehingga terjelma pola yang berkaitan secara logis, atau mengambil kesimpulan dari peristiwa-peristiwa yang ada hubungannya satu dengan yang lainnya. Kemampuan ini misalnya dalam merencanakan eksperimen, menyusun karangan, menggabungkan objek- objek yang memiliki sifat sama ke dalam satu klasifikasi. Contoh kata kerja yang digunakan yaitu menghasilkan, merumuskan, mengorganisasikan. □ Evaluation (Evaluasi/C6) Merupakan kemampuan untuk membuat pertimbangan (penilaian) terhadap suatu situasi, nilai-nilai atau ide-ide. Kemampuan ini merupakan kemampuan tertinggi dari kemampuan lainnya, yaitu bila seseorang dapat melakukan penilaian terhadap situasi, nilai- nilai atau ide-ide. Evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin
  • 16. dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara kerja, materi dan kriteria tertentu. Untuk dapat membuat suatu penilaian, seseorang harus memahami, dapat menerapkan, menganalisis dan mensintesis terlebih dahulu. Contoh kata kerja yang digunakan yaitu menilai, menafsirkan, menaksir, memutuskan. 2. Ranah Afektif Ranah afektif berkenaan dengan sikap (attitude), apresiasi (appreciation), dan motivasi (motivation) siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Kartwohl & Bloom (Dimyati & Mudjiono, 1994; Syambasri Munaf, 2001) membagi ranah afektif menjadi lima aspek, yaitu: □ Receiving (Penerimaan) Merupakan tingkat afektif yang terendah, meliputi penerimaan secara pasif terhadap suatu masalah, situasi, gejala, nilai dan keyakinan. Misalnya mendengarkan dengan seksama penjelasan guru energi dan panas. □ Responding (Jawaban) Merupakan bagian afektif yang meliputi keinginan dan kesenangan menanggapi atau merealisasikan sesuatu sesuai dengan nilai-nilai yang dianut masyarakat. Misalnya menyerahkan laporan praktikum/tugas tepat waktu. □ Valuing (Penilaian) Mengacu pada nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus tertentu. Reaksi- reaksi yang dapat muncul seperti menerima, menolak atau tidak menghiraukan. Misalnya menunjukkan rasa tanggung jawab terhadap alat-alat laboratorium yang dipakai waktu praktikum dan bersikap jujur dalam kegiatan pembelajaran. “
  • 17. □ Organization (Organisasi) Meliputi konseptualisasi nilai-nilai menjadi satu sistem nilai. Sikap-sikap yang membuat lebih konsisten dapat menimbulkan konflik-konflik internal dan membentuk suatu sistem nilai internal. Sikap yang ditunjukkan misalnya mampu menimbang akibat positif dan negatifnya tentang kemajuan sains terhadap kehidupan umat manusia. □ Characterization (Karakteristik) Merupakan keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Misalnya bersedia mengubah pendapat jika ditunjukkan bukti-bukti yang tidak mendukung pendapatnya. 3. Ranah Psikomotor Ranah psikomotor tampak dalam bentuk keterampilan manual fisik (skills) dan kemampuan bertindak individu. Harrow (Syambasri Munaf, 2001) mengembangkan ranah psikomotor dengan enam jenjang, yaitu: □ Gerakan refleks, gerakan yang tidak disadari. □ Keterampilan gerakan-gerakan dasar, yaitu gerakan yang menuntut kepada keterampilan yang sifatnya kompleks. □ Kemampuanperseptual, termasuk membedakan visual, auditif, motoris. □ Kemampuan dalam bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan dan ketepatan. □ Gerakan-gerakan skill,mulai dari keterampilan sederhana sampai kompleks. □ Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi, seperti gerakan ekspresif dan interpretatif.
  • 18. TT[ Bahan tulisan Penilaian Pendidikan Karakter Universitas Negeri Yogyakarta PENILAIAN PENDIDIKAN KARAKTER Oleh : Djemari Mardapi *) A. Pendahuluan Aristotle, filsof Yunani, menyatakan bahwa karakter yang baik merupakan pengamalan tingkah laku yang benar (Lickona, 1991:50). Tingkah laku yang benar dilihat dari sisi orang lain dan lingkungan. Lebih lanjut Aristotle mengatakan bahwa kehidupan pada zaman modern cenderung melupakan budi pekerti termasuk orientasi diri, seperti kontrol diri, sikap dermawan, dan rasa sosial. Karakter adalah seperangkat trait yang menentukan sosok seseorang sebagai individu (Kurtus, 2010). Karakter menentukan apakah sesorang dalam mencapai keinginannya menggunakan cara yang benar menurut lingkungannya dan mematuhi hukum dan aturan kelompok. Jadi, karakter merupakan sifat atau watak seseorang yang bisa baik dan bisa tidak baik berdasarkan penilaian lingkungannya. Karakter berkaitan dengan personalitas walaupun ada perbedaannya. Personalitas merupakan trait bawaan sejak lahir, sedang karakter merupakan perilaku hasil pembelajaran. Sesorang lahir dengan trait personaliti tertentu, Seseorang ada yang pemalu dan ada yang terbuka dan mudah bicara. Klasifikasi lain adalah apakah sesorang beroritentasi pada tugas atau senang kegiatan sosial. Hal ini yang menjadikan sesorang memiliki sifat ingin menguasai, ingin
  • 19. 2 mempengaruhi, personaliti stabil atau patuh. Karakter pada dasarnya diperoleh melalui interaksi dengan orang tua, guru, teman, dan lingkungan. Karakter diperoleh dari hasil pembelajaran secara langsung atau pengamatan terhadap orang lain. Pembelajaran langsung dapat berupa ceramah dan diskusi tentang karakter, sedang pengamatan diperoleh melalaui pengalaman sehari-hari apa yang dilihat di lingkungan termasuk media televisi. Karakter berkaitan dengan sikap dan nilai. Sikap merupakan predisposisi terhadap suatu objek atau gejala, yaitu positif atau negatif. Nilai berkaitan dengan baik dan buruk yang berkaitan dengan keyakinan individu. Jadi, karakter seseorang dibentuk melalui pengalaman sehari-hari, apa yang dilihat dan apa yang didengar terutama dari seseorang yang menjadi acuan atau idola seseorang. Karakter yang selalu dikaitkan dengan pendidikan karakter sering digunakan untuk menyatakan seberapa baik seseorang. Atau dengan kata lain, sesorang yang menampilkan kualitas personal yang cocok dengan yang diinginkan masyarakat dapat dinyatakan memiliki karakter yang baik dan mengembangkan kualitas karakter sering dilihat sebagai tujuan pendidikan. Komponan ini merupakan bagian dari aspek afektif pada standar nasional pendidikan. Menurut Krathwohl (1961), bila ditelusuri hampir semua tujuan kognitif mempunyai komponen afektif. Dalam pembelajaran sains, misalnya, di dalamnya ada komponen sikap ilmiah. Sikap ilmiah adalah komponen afektif. Peringkat (level) ranah afektif menurut taksonomi Krathwol ada lima, yaitu: receiving (attending), responding, valuing, organization, dan characterization. Pada peringkat receiving atau attending, peserta didik memiliki keinginan memperhatikan suatu penomena khusus atau stimulus, misalnya kegiatan musik, kegiatan belajar, kegiatan olah raga, dan sebagainya. Dilihat dari tugas pendidik, hal ini berkaitan dengan pengarahan perhatian siswa terhadap suatu kegiatan.. Responding merupakan partisipasi aktif siswa, yaitu sebagian dari perilakunya. Pada peringkat ini peserta didik tidak saja mengunjungi fenomena khusus tetapi ia juga bereaksi. Hasil pembelajaran pada daerah ini menekankan keinginan memberi respons, kepuasan dalam memberi respons. Peringkat yang tinggi pada kategori ini adalah minat, yaitu hal-hal yang menekankan pada pencarian hasil dan kesenangan pada aktivitas khusus. Misalnya, kesenangan
  • 20. 3 dalam membaca buku. Valuing adalah sesuatu yang memiliki manfaat atau kepercayaan atas manfaat sesuatu. Hal ini menyangkut pikiran atau tindakan yang dianggap sebagai nilai keyakinan atau sikap dan menunjukan derajat internalisasi dan komitmen. Derajat rentangannya mulai dari menerima suatu nilai, misalnya keinginan untuk meningkatkan keterampilan sampai pada tingkat komitmen. Valuing atau penilaian berbasis pada internalisasi dari seperangkat nilai yang spesifik. Hasil belajar pada peringkat ini berhubungan dengan perilaku yang konsisten dan stabil. Dalam tujuan pembelajaran, penilaian ini diklasifikasi sebagai sikap dan apresiasi. Pada peringkat organisasi, nilai satu dengan nilai lain dikaitkan dan konflik antarnilai diselesaikan, dan mulai membangun sistem nilai internal yang konsisten. Hasil pembelajaran pada peringkat ini berupa konseptualisasi nilai atau organisasi sistem nilai. Misalnya pengembangan filsafat hidup. Peringkat ranah afektif tertinggi adalah characterization atau nilai yang kompleks. Pada peringkat ini siswa memiliki sistem nilai yang mengendalikan perilaku sampai pada suatu waktu tertentu hingga terbentuk gaya hidup. Hasil pembelajaran pada peringkat ini berkaitan dengan personal, emosi, dan sosial. Etika adalah cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral. Etika mencakup analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab. Etika terbagi menjadi tiga bagian utama: meta-etika (studi konsep etika), etika normatif (studi penentuan nilai etika), dan etika terapan (studi penggunaan nilai-nilai etika). Berkaitan dengan masalah dalam pembahasan ini, fokusnya adalah pada etika normatif, yaitu ketentuan-ketentuan yang telah ditentukan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Etika berkaitan dengan moral. Pengertian yang sederhana, moral adalah tindakan yang dapat dikategorikan benar atau salah, sedang etika adalah standar atau kriteria untuk menyatakan benar atau salah. Hal ini selalu berkaitan dengan keyakinan dan kebiasaan seseorang. Namun sering terjadi, sering kali keyakinan tidak menjadi kebiasaan. Seseorang yakin kalau tertib itu akan membuat kita nyaman, namun karena sudah menjadi kebiasaan, kenyamanan sering hanya untuk diri sendiri tanpa memperhatikan orang lain. Oleh karena itu, perlu diajarkan bagaimana
  • 21. 4 keyakainan itu menjadi kebiasaan sehari-hari. Kebiasaan ini berkaitan dengan kultur masyarakat yang merupakan perpaduan kultur dari berbagai kultur. Kultur ini yang membangun kebiasaan, yang dikenal dengan istilah “pembiasaan” dalam pembelajaran. Pembisaan ini tidak cukup dengan pembelajaran untuk memahami saja, tetapi lebih jauh lagi adalah untuk membangun kebiasaan, yaitu dengan menerapkan kultur positif. Kultur positif adalah kebiasaan mengikuti norma yang telah disepakati yang berupa peraturan dalam melakukan pekerjaaan atau kegiatan, termasuk dalam menggunakan jalan bagi pengendera dan pejalan kaki. B. Penilaian Karakter Karakter merupakan bagian dari ranah afektif. Menurut Andersen (1980) ada dua metode yang dapat digunakan untuk mengukur ranah afektif, yaitu metode observasi dan metode laporan-diri. Penggunaan metode observasi berdasarkan pada asumsi bahwa karateristik afektif dapat dilihat dari perilaku atau perbuatan yang ditampilkan, reaksi psikologi, atau keduanya. Metode laporan-diri berasumsi bahwa yang mengetahui keadaan afektif seseorang adalah dirinya sendiri. Namun, hal ini menuntut kejujuran dalam mengungkap karakteristik afektif diri sendiri. Menurut Lewin (dalam Andersen, 1980), perilaku seseorang merupakan fungsi dari watak yang terdiri atas kognitif, afektif, dan psikomotor, dan karakteristik lingkungan saat perilaku atau perbuatan ditampilkan. Jadi, tindakan atau perbuatan seseeorang ditentukan watak dirinya dan kondisi lingkungan. Penilaian adalah kegiatan untuk menentukan pencapaian hasil pembelajaran. Hasil pembelajaran dapat dikategorikan menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, psikomotor, dan afektif. Setiap peserta didik memiliki tiga ranah tersebut, hanya kedalamannya tidak sama. Ada peserta didik yang memiliki keunggulan pada ranah kognitif, atau pengetahuan, dan ada yang memiliki keunggulan pada ranah psikomotor atau keterampilan. Namun, keduanya harus dilandasi oleh ranah afektif yang baik. Pengetahuan yang dimiliki seseorang harus dimanfaatkan untuk kebaikan masyarakat. Demikian juga keterampilan yang dimiliki peserta didik juga harus dilandasi olah ranah afektif yang baik, yaitu dimanfaatkan untuk kebaikan orang lain. Penilaian pada ranah afektif, seperti pada ranah lainnya memerlukan data yang bisa berupa kuantitaitf atau kualitatif. Data kuantatif diperoleh melalui pengukuran atau pengamatan dan
  • 22. 5 hasilnya berbentuk angka. Data kualitiatif pada umumnya diperoleh melalui pengamatan. Untuk itu, diperlukan instrumen nontes, yaitu instrumen yang hasilnya tidak ada yang salah atau benar. Data kualitatif diperoleh dengan menggunakan isntrumen dalam bentuk pedoman pengamatan. Instumen untuk pendidikan karakter yang akan dibahas di sini adalah instrumen minat, instrumen sikap, instrumen konsep diri, instrumen nilai, dan instrumen moral. Instrumen minat bertujuan untuk memperoleh informasi tentang minat peserta didik terhadap mata pelajaran yang selanjutnya digunakan untuk meningkatkan minat peserta didik terhadap mata pelajaran. Instrumen sikap bertujuan untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap suatu objek, misalnya sikap terhadap kegiatan sekolah, sikap terhadap guru, dan sebagainya. Sikap terhadap mata pelajaran bisa positif bisa negatif. Hasil pengukuran sikap berguna untuk menentukan strategi pembelajaran yang tepat untuk peserta didik. Instrumen konsep diri dimaksudkan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri. Peserta didik melakukan evaluasi secara objektif terhadap potensi yang ada dalam dirinya. Karakteristik potensi peserta didik sangat penting untuk menentukan jenjang karirnya. Informasi kekuatan dan kelemahan peserta didik digunakan untuk menentukan program yang sebaiknya ditempuh oleh peserta didik. Informasi karakteristik peserta didik diperoleh dari hasil pengukuran dan pengamatan. Instrumen nilai dan keyakinan dimaksudkan untuk mengungkap nilai dan keyakinan individu. Informasi yang diperoleh berupa nilai dan keyakinan yang positif dan yang negatif. Hal-hal yang positif diperkuat sedang yang negatif diperlemah dan akhirnya dihilangkan. Instrumen moral dimaksudkan untuk mengungkap moral. Informasi moral seseorang diperoleh melalui pengamatan perbuatan yang ditampilkan dan laporan diri, yaitu mengisi kuesioner. Informasi hasil pengamatan bersama dengan hasil kuesioner menjadi informasi penting tentang moral seseorang. Instrumen yang digunakan bisa dalam bentuk kuesioner. Bentuk kuesioner ini memiliki kelemahan dan kebaikannya. Kebaikannya adalah cakupan materi yang ditanyakan bisa lebih banyak. Kelemahan penggunaan instrumen kuesioner dalam mengukur karakter atau aspek afektif sesorang adalah pada validitas jawaban. Karena yang dijawab belum tentu yang dipraktikkan sehari-hari. Ada unsur social desirability, yaitu apa yang dianggap baik oleh
  • 23. 6 masyarakat. Oleh karena itu, instrumen tersebut harus dilengkapi dengan data hasil kegiatan pengamatan. Pengamatan karakteristik afektif peserta didik dilakukan di tempat terjadinya kegiatan belajar dan mengajar serta di lingkungan sekolah. Untuk mengetahui keadaan ranah afektif peserta didik, pendidik harus menyiapkan diri untuk mencatat setiap tindakan yang muncul dari peserta didik yang berkaitan dengan indikator ranah afektif peserta didik. Untuk itu, perlu ditentukan indikator substansi yang akan diukur. Seperti indikator jujur, tanggungjawab, kerja sama, hormat pada orang lain, ingin selalu berbuat baik, dan sebagainya. Karakter yang baik melibatkan pemahaman, perhatian, dan bertindak sesuai dengan nilai- nilai etika. Pendekatan yagn holistik terhadap pengembangan karakter oleh karenanya mencari untuk mengembangkan kognitif, emosi, dan aspek prilaku dari kehidupan moral. Peserta didik berkembang untuk memahamai nilai inti dengan mempelajarinya, mendiskusikannya, mengamati model perilaku, dan memecahkan masalah yang mencakup nilai-nilai. Jadi, peserta didik harus paham nilai inti dan komitmen mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran yang dilaksanakan harus menarik dan bermakna bagi peserta didik. Pembelajaran yang bermakna dan menarik dapat melalui penggunakan metode pembelajaran yang aktif, tidak hanya sebagai pendengar saja, seperti belajar kooperatif, pendekatan penyelesaian masalah, dan projek berbasis pengalaman. Pendekatan ini akan meningkatkan otonomi peserta didik, yaitu dengan membangun minat peserta didik, memberi kesempatan untuk berpikir kreatif, dan menguji ide mereka. Pendidik karakter yang efektif selalu mencari interseksi antara konten akademik dan kualitas karakter yang ingin dikembangkan. Koneksi karakter ini bisa dalam bentuk yang banyak, seperti menentukan isu etika mutakhir dalam bidang sains, mendiskusikan praktik selama ini dan bagaimana yang seharusnya, mendiskusiakan trait karakter dan dilema etika dalam literatur atau buku. Karakter sering didefinisikan sebagai melakukan yang benar tanpa ada yang melihat. Etika yang baik adalah selalu mengikuti aturan yang telah disepakati, menghargai hak dan kebutuhan orang lain, tidak takut hukuman atau ingin mendapat pujian saja. Peserta didik diharapkan menjadi orang selalu berbuat baik kepada orang lain. Untuk itu, sekolah harus bekerja sama dengan peserta didik dalam memahami aturan, dan kesadaran akan pengaruh tingkah laku seseorang terhadap orang lain. Tanamkan keyakinan bahwa untuk memperoleh perlakukan yang
  • 24. 7 baik harus memberi kebaikan kepada orang lain. Peserta didik merupakan pembelajar konstruktif, mereka belajar paling baik melalui melakukan. Untuk membangun karakter yang baik, peserta didik memerlukan banyak kesempatan untuk menerapkan rasa sosial, tanggung jawab, jujur, dan keadilan dalam interaksi sehari-hari dan dalam diskusi-diskusi. Dalam praktik di sekolah hal ini dapat dilakukan melalui praktik bagaimana membangun kelompok belajar koperatif, membangun konsensus dalam pertemuan kelas, mengurangi pertentangan dalam suatu permainan olah raga, dan bagaimana semangat kebersamaan dan kepedulian sesama. Pemikiran atau perilaku harus memiliki dua kriteria untuk diklasifikasikan sebagai ranah afektif (Andersen, 1981:4). Pertama, prilaku ini melibatkan perasaan dan emosi seseorang. Kedua prilaku ini harus tipikal pemikiran prilaku seseorang. Kriteria lain yang termasuk ranah afektif ini adalah: intensitas, arah, dan target. Intensitas menyatakan derajatatau kekuatan dari perasaan. Beberapa perasaan lebih kuat dari yang lain, misalnya cinta lebih kuat dari senang. Selain itu, sebagian orang kemungkinan memiliki perasaan yang lebih kuat dibanding yang lain. Arah berkaitan dengan orientasi positif atau negatif dari perasaan. Arah menunjukkan apakah perasaan itu baik atau buruk. Misalnya, senang pada pelajaran dimaknai positif, sedang kecemasan dimaknai negatif. Bila intensitas dan arah perasaan ditinjau bersama- sama, karakteristik afektif berada dalam suatu skala yang kontinum. Karakteristik afektif yang ketiga adalah target. Target mengacu pada objek, aktivitas, atau ide sebagai arah perasaan. Bila kecemasan merupakan karakteristik afektif yang ditinjau, ada beberapa kemungkinan target. Peserta didik mungkin bereaksi terhadap sekolah, matematika, situasi sosial, atau pengajaran. Tiap unsur ini bisa merupakan target dari kecemasan. Kadang- kadang target ini diketahui oleh seseorang, namun kadang-kadang tidak diketahui. Seringkali peserta didik merasa tegang bila menghadapi tes di kelas. Peserta didik tersebut cenderung sadar bahwa target ketegangan adalah tes. Ada empat tipe karakteristik afektif yang penting, yaitu sikap, minat, konsep diri, dan nilai. Empat tipe afektif yang akan dibahas dalam pedoman ini, khususnya tentang penilaiannya. Pembahasan meliputi definisi konseptual, definisi operasional dan penentuan indikator. Sesuai dengan karakteristik afektif yang terkait dengan mata pelajaran, masalah yang akan dibahas
  • 25. 8 mencakup empat ranah, yaitu minat, sikap, nilai., dan konsep diri. Pimpinan lembaga pendidikan harus memimpin usaha membangun karakter yang baik. Paling awal usaha membangun pendidikan karakter adalah sekolah membentuk komite pendidikan karakter yang terdiri atas pendidik, peserta didik, orang tua, dan masyarakat yang bertugas merencanakan, menerapkan, dan memberi dukungan. Apabila empat komponen tersebut bisa bekerja sama dalam membangun karakter peserata ddik, akan diperoleh hasil seperti yang diharapkan. 1. Sikap Sikap menurut Fishbein dan Ajzen (1975) adalah suatu predisposisi yang dipelajari untuk merespon secara positif atau negatif terhadap suatu objek, situasi, konsep, atau orang. Objek sekolah adalah sikap siswa terhadap sekolah, sikap siswa terhadap mata pelajaran. Ranah sikap siswa ini penting untuk ditingkatkan (Popham, 1999:204). Sikap siswa terhadap mata pelajaran, misalnya bahasa Inggeris, harus lebih positif setelah siswa mengikuti pelajaran bahasa Inggeris. Jadi, sikap siswa setelah mengikuti pelajaranharus lebih positif dibanding sebelum mengikuti pelajaran. Perubahan ini merupakan salah satu indikator keberhasilan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Untuk itu, guru harus membuat rencana pembelajaran termasuk pengalaman belajar siswa yang membuat sikap siswa terhadap matapelajaran menjadi lebih positif. 2. Minat Menurut Getzel (1966:98), minat adalah suatu disposisi yang terorganisir melalui pengalaman yang mendorong seseorang untuk memperoleh objek khusus, aktivitas, pemahaman, dan keterampilan untuk tujuan perhatian atau pencapaian. Hal penting pada minat adalah intensitasnya. Secara umum minat termasuk karakteristik afektif yang memiliki intensitas tinggi. 3. Nilai Nilai menurut Rokeach (1968) merupakan suatu keyakinan yang dalam tentang perbuatan, tindakan, atau perilaku yang dianggap baik dan yang dianggap jelek. Menurut Andersen target nilai cenderung menjadi ide, tetapi sesuai dengan definisi oleh
  • 26. 9 Rokeach, target dapat juga berupa sesuatu seperti sikap dan perilaku. Arah nilai dapat positif dapat negatif. Selanjutnya intensitas nilai dapat dikatakan tinggi atau rendah tergantung pada situasi dan nilai yang diacu. Definisi lain tentang nilai disampaikan oleh Tyler (1973:7), yaitu nilai adalah suatu objek, aktivitas, atau ide yang dinyatakan oleh individu yang mengendalikan pendidikan dalam mengarahkan minat, sikap, dan kepuasan. Selanjutnya, dijelaskan bahwa sejak manusia belajar menilai suatu objek, aktivitas, dan ide sehingga objek ini menjadi pengatur penting minat, sikap, dan kepuasan. Oleh karena itu, sekolah harus menolong siswa menemukan dan menguatkan nilai yang bermakna dan signifikan bagi siswa dalam memperoleh kebahagiaan personal dan memberi konstribusi positif terhadap masyarakat. Beberapa ranah afektif yang tergolong penting adalah sebagai berikut. (a) Kejujuran: peserta didik harus jujur dalam perkataan dan perbuatan dalam berinteraksi dengan lingkungan termasuk orang lain. (b) Integritas: peserta didik harus mengikat pada kode nilai, misalnya etika, dan moral. (c) Adil: peserta didik harus berpendapat bahwa semua orang memperoleh perlakuan hukum yang sama. (d) Kebebasan: peserta didik harus yakin bahwa mereka memiliki kebebasan yang terbatas, dalam arti bebas tetapi tidaka merugikan pihak lain. (e) Kerjasama: peserta didik harus mempu bekerja sama dengan orang lain dalam mengerjakan kebaikan. 4. Konsep Diri Menurut Smith (.............. : ....), konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan individu terhadap kemampuan dan kelemahan yang dimilikinya. Target, arah, dan intensitas konsep diri pada dasarnya seperti ranah afektif yang lain. Target konsep diri biasanya orang tetapi dapat juga institusi seperti sekolah. Arah konsep diri bisa posititf atau negatif, dan intensitasnya bisa dinyatakan dalam suatu daerah kontinum, yaitu mulai dari yang rendah sampai yang tinggi. Konsep diri ini penting untuk menentukan jenjang karir peserta didik,, yaitu dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri sehingga ia bisa memilih karir yang tepat bagi dirinya. Selain itu, informasi konsep diri ini penting bagi sekolah untuk memotivasi belajar
  • 27. 10 siswa dengan tepat. Dalam memililih karakterisitk afektif untuk pengukuran, para pengelola pendidikan harus mempertimbangkan rational teorie dan isi program sekolah. Masalah yang timbul adalah bagaimana ranah afektif akan diukur. Isi dan validitas konstruk ranah afektif tergantung pada definisi operasional yang secara langung mengikuti definisi konseptual. Andersen (1980) menggambarkan dua pendekatan untuk mengukur ranah afektif, yaitu pendekatan acuan ranah dan pendekatan peta kalimat. Pada pendekatan acuan ranah, hal yang pertama diperhatikan adalah target dan arah karakteristik afektif dan selanjutnya memperhatikan intensitasnya. C. Pengembangan Instrumen Instrumen afektif yang dibahas pada tulisan ini adalah sikap, minat, nilai, dan konsep diri. Ada sepuluh langkah yang harus diikuti dalam mengembangkan instrumen afektif, yaitu sebagai berikut. (1) Menentukan spesifikasi instrumen (2) Menulis instrumen (3) Menentukan skala instrumen (4) Menentukan sistem penskoran (5) Mentelaah instrumen (6) Melakukan ujicoba (7) Menganalisis instrumen (8) Merakit instrumen (9) Melaksanakan pengukuran (10) Menafsirkan hasil pengukuran 1. Spesifikasi Instrumen Spesifikasi instrumen terdiri atas tujuan dan kisi-kisi instrumen. Dalam bidang pendidikan pada dasarnya pengukuran afektif ditinjau dari tujuannya , yaitu ada empat macam instrumen, yaitu (a) instrumen sikap, (b) instrumen minat, (c) instrumen konsep diri, dan (d) instrumen nilai. Instrumen minat bertujuan untuk memperoleh informasi tentang minat peserta didik terhadap mata pelajaran yang selanjutnya digunakan untuk meningkatkan minat peserta didik
  • 28. 11 terhadap suatu mata pelajaran. Instrumen sikap bertujuan untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap suatu objek, misalnya kegiatan sekolah. Sikap terhadap mata pelajaran bisa positif bisa negatif. Hasil pengukuran sikap berguna untuk menentukan strategi pembelajaran yang tepat untuk siswa. Instrumen konsep diri bertujuan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri. Peserta didik melakukan evaluasi terhadap potensi yang ada dalam dirinya. Insformasi kekuatan dan kelemahan peserta didik digunakan untuk menentukan program yang sebaiknya ditempuh oleh peserta didik tersebut. Hal ini berdasarkan informasi karakteristik siswa yang diperoleh dari hasil pengukuran. Karakteristik potensi peserta didik sangat penting untuk menentukan jenjang karirnya. Instrumen nilai dan keyakinan bertujuan untuk mengungkap nilai dan keyakinan individu. Informasi yang diperoleh berupa nilai dan keyakinan yang positif dan yang negatif. Hal-hal yang positif diperkuat, sedang yang negatif diperlemah dan akhirnya dihilangkan. Setelah tujuan pengukuran afektif ditetapkan, kegiatan berikutnya adalah menyusun kisi- kisi instrumen. Kisi-kisi, juga disebut blue-print, merupakan tabel matrik yang berisi spesifikasi instrumen yang akan ditulis. Kisi-kisi ini pada dasarnya berisi definisi konseptual yang ingin diukur, kemudian ditentukan definisi operasional, dan selanjutnya diuraikan menjadi sejumlah indikator. Indikator ini merupakan acuan untuk menulis instrumen. Jadi, pertanyaan atau pernyataan ditulis berdasarkan indikator. Langkah pertama dalam menentukan kisi-kisi adalah menentukan definisi konseptual yang diambil dari buku teks. Selanjutnya ditentukan definisi operasional, yaitu yang bisa diukur. Definisi operasional kemudian dijabarkan menjadi sejumlah indikator. Indikator merupakan pedoman dalam menulis instrumen. Tiap indikator dapat ditulis dua atau lebih butir instrumen. Definisi konseptual diambil dari teori-teori yang ada dalam buku, sedang definisi operasional dapat dikembangkan oleh tim pembuat instrumen. Selanjutnya, definisi operasional dikembangkan menjadi sejumlah indikator. Indikator ini menjadi acuan penulis instrumen. Salah satu format kisi-kisi instrumen afektif ditunjukkan Tabel 1. 2. Penulisan Instrumen Ada empat aspek dari ranah afektif yang dapat dinilai di sekolah, yaitu sikap, minat,
  • 29. 12 percaya diri, dan nilai. Penilaian ranah afektif siswa dilakukan dengan menggunakan instrumen afektif. Hal ini akan dibahas berturut-turut di bahah ini. a. Instrumen Sikap Definisi konseptual: sikap mengacu pada kecenderungan merespons secara konsisten baik menyukai atau tidak menyukai suatu objek. Instrumen sikap dimaksudkan untuk mengetahui sikap siswa terhadap suatu objek, misalnya kegiatan sekolah. Sikap dapat positif dapat negatif. Definisi operasional: sikap adalah perasaan positip atau negatif terhadap suatu objek. Objek dapat berupa kegiatan atau mata pelajaran. Cara yang mudah untuk mengetahui sikap peserta didik adalah melalui kusioner. Tabel 1. Kisi-Kisi Instrumen Afektif Definisi konseptual: Sikap adalah .................................................... Definisi operasional: ............................................................................ Pertanyaan tentang sikap meminta responden menunjukkan perasaan yang positif atau negatif terhadap suatu objek, atau satu kebijakan. Kata-kata yang digunakan pada pertanyaan sikap menyatakan arah perasaan seseorang: menerima-menolak, menyenangi-tidak menyenangi, baik-buruk, diingini-tidak diingini. Indikator sikap terhadap mata pelajaran matematika misalnya sebagai berikut. (1) Membaca buku matematika (2) Belajar matematika (3) Interaksi dengan guru matematika (4) Mengerjakan tugas matematika No. Indikator Jumlah butir Pertanyaan/Pernyataan Skala 1 2 3 4 5.
  • 30. 13 (5) Diskusi tentang matematika (6) Memiliki buku matematika Contoh kuesioner: (1) Saya senang membaca buku matematika. (2) Saya senang belajar matematika. (3) Saya sering bertanya pada guru tentang pelajaran matematika. (4) Saya senang mengerjakan soal matematika. (5) Saya selalu mencari soal-soal matematika. b. Instrumen Minat Instrumen minat bertujuan untuk memperoleh informasi tentang minat peserta didik terhadap suatu mata pelajaran yang selanjutnya digunakan untuk meningkatkan minat siswa terhadap suatu mata pelajaran. Definisi konseptual: minat adalah watak yang tersusun melalui pengalaman yang mendorong individu mencari objek, aktivitas, pengertian, keterampilan untuk tujuan perhatian atau penguasaan. Definisi operasional: minat adalah keingintahuan seseorang tentang keadaan suatu objek. Indikator minat, misalnya minat terhadap matematika. (1) Manfaat belajar matematika. (2) Usaha memahami matematika (3) Membaca buku matematika (4) Bertanya di kelas (5) Bertanya pada teman (6) Bertanya pada orang lain (7) Mengerjakan soal matematika Contoh kuesioner: (1) Matematika bermanfaat untuk menuju kesuksesan belajar. (2) Saya berusaha memahami mata pelajaran matematika. (3) Saya senang membaca buku yang berkaitan dengan matematika. (4) Saya selalu bertanya di kelas pada pelajaran matematika.
  • 31. 14 (5) Saya berusaha memahami pelajaran matematika dengan bertanya kepada siapa pun. c. Instrumen Konsep diri Instrumen konsep diri dimaksudkan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri. Informasi kekuatan dan kelemahan siswa digunakan untuk menentukan program yang sebaiknya ditempuh oleh siswa. Hal ini berdasarkan informasi karakteristik siswa yang diperoleh dari hasil pengukuran. Definisi konsep diri: persepsi seseorang terhadap dirinya sendiri yang menyangkut keunggulan dan kelemahannya. Definisi operasional: konsep diri adalah pernyataan tentang kemampuan diri sendiri yang menyangkut mata pelajaran. Indikator konsep diri adalah: (1) Fisika saya rasakan sebagai mata pelajaran yang paling sulit. (2) Mata pelajaran bahasa Inggeris saya rasakan paling mudah. (3) Keunggulan saya adalah fisik yang tinggi. (4) Kelemahan saya adalah kemampuan berkomunakasi. (5) Saya senang membantu teman belajar ketrampilan. Contoh instrumen: (1) Saya sulit mengikuti pelajaran matemeatika. (2) Mata pelajaran bahasa mudah saya pahami. (3) Saya mudah menghapal. (4) Saya mampu membuat karangan yang baik. (5) Saya merasa sulit mengikuti pelajaran fisika. (6) Saya bisa bermain sepak bola dengan baik. (7) Saya mampu membuat karya seni yang variatif. d. Instrumen Nilai Moral, nilai, dan etika merupakan konsep penting dalam pembentukan kompetensi peserta didik. Pencapaian kemampuan kognitif dan psikomotorik tidak akan memberi manfaat bagi masyarakat apabila tidak diikuti dengan kempetensi. Kemampuan lulusan suatu jenjang pendidikan akan baik bila digunakan untuk membantu orang lain, namun dapat menjadi tidak
  • 32. 15 baik bila kemampuan tersebut digunakan untuk merugikan orang lain. Hal inilah letak pentingnya kemampuan afektif. Peaget dan Kohlberg banyak membahas tentang perkembangan moral anak. Namun Kohlberg mengabaikan masalah hubungan antara judgment moral dan tindakan moral. Ia hanya mempelajari prinsip moral seseorang melalui penafsiran respon verbal terhadap dilema hipetetikal, bukan pada bagaimana sesungguhnya seseorang bertindak. Nilai seseorang pada dasarnya terungkap melalui bagiamana ia berbuat atau keinginan berbuat. Hermin dan Simon memasukkan pada bagian nilai seperti keyakinan, sikap, aktivitas atau perasaan yang memuaskan, antar lain yang didukung dan terpadu dengan prilaku yang sessungguhnya serta berulang dalam kehidupan seseorang. Jadi nilai berkaitan dengan keyakinan, sikap dan aktivitas atau tindakan seseorang. Tindakan merupakan refleksi dari nilai yang dianutnya. Definisi konseptual: nilai adalah keyakinan yang dalam terhadap suatu pendapat, kegiatan, atau suatu objek. Definsi operasional: nilai adalah keyakinan seseorang tentang keadaan suatu objek atau kegiatan. Misalnya, keyakinan akan kemampuan siswa, kayakinan tentang kinerja guru. Kemungkinan ada yang berkeyakinan bahwa prestasi siswa sulit untuk ditingkatkan. Atau ada yang berkeyakinan bahwa guru sulit untuk melakukan perubahan. Instrumen nilai dan keyakinan dimaksudkan untuk mengungkap nilai dan keyakinan individu. Informasi yang diperoleh berupa nilai dan keyakinan yang positif dan yang negatif. Hal-hal yang positif diperkuat sedang yang negatif diperlemah dan akhirnya dihilangkan. Indikator nilai adalah sebagai berikut. (1) Keyakinan tentang prestasi belajar siswa (2) Keyakinan atas keberhasilan siswa (3) Keyakinan atas harapan orang tua. (4) Keyakinan atas dukungan masyarakat. (5) Keyakinan atas sekolah dapat mengubah nasip seseorang Contoh kuesioner tentang nilai siswa: (1) Saya berkeyakinan bahwa prestasi belajar siswa sulit untuk ditingkatkan. (2) Saya berkeyakinan bahwa kinerja guru sudah maksimum.
  • 33. 16 (3) Saya berkeyakinan bahwa siswa yang ikut bimbingan tes cenderung akan diterima di perguruan tinggi. (4) Saya berkeyakinan sekolah tidak akan mampu mengubah tingkat kesejahteraan masyarakat. (5) Saya berkeyakinan bahwa perubahan selalu membawa masalah. (6) Saya berkeyakinan bahwa hasil yang dicapai siswa adalah karena nasip keberuntungan. Selain melalui kuesioner ranah afektif siswa, sikap, minat, konsep diri, dan nilai dapat digali melalui pengamatan. Pengamatan karakteristik afektif siswa dilakukan di tempat terjadinya kegiatan belajar dan mengajar. Untuk mengetahui keadaan ranah afektif siswa, guru harus menyiapkan diri untuk mencatat setiap tindakan yang muncul dari siswa yang berkaitan dengan indikator ranah afektif siswa. Untuk itu, perlu ditentukan dulu indikator substansi yang akan diukur. d. Instrumen Nilai Moral Instrumen ini bertujuan untuk mengetahui nilai moral peserta didik. Moral didefinisikan sebagai pendapat, tindakan yang dianggap baik dan yang dianggap tidak baik. Indikator nilai moral sesuai dengan definisi di atas adalah sebagai berikut. (1) Memegang janji (2) Membantu orang lain (3) Menghormati orang lain (4) Kejujuran Contoh instrumen dengan skala Likert. (1) Bila berjanji pada teman, saya tidak harus selalu menepati. (2) Bila berjanji kepada orang yang lebih tua, saya berusaha menepatinya. (3) Bila berjanji pada anak kecil, saya tidak harus selalu menepatinya. (4) Bila menghadapi kesulitan, saya selalu minta bantuan orang lain. (5) Bila ada orang lain yang menghadapi kesulitan, saya berusaha membantunya.
  • 34. 17 (6) Kesulitan orang lain merupakan tanggung jawabnya sendiri. (7) Bila bertemu teman, saya selalu menyapanya walau ia tidak melihat saya. (8) Bila bertemu guru saya, saya selalu menyapanya, walau ia tidak melihat saya. (9) Saya selalu bercerita tentang hal yang menyenangkan teman saya walau tidak seluruhnya benar. (10) . Bila ada orang yang bercerita, saya tidak selalu mempercayainya. 3. Telaah Instrumen Kegiatan pada telaah instrumen adalah meniliti: a) apakah butir pertanyaan atau pernyataan sesuai dengan indikator, b) bahasa yang digunakan apa sudah komunikatif dan menggunakan tata bahasa yang benar, dan c) apakah butir peranyaaan atau pernyataan tidak bias, d) apakah format instrumen menarik untuk dibaca, e) apakah jumlah butir sudah tepat sehinggga tidak menjemukan menjawabnya. Telaah dilakukan oleh pakar dalam bidang yang diukur dan akan lebih baik bila ada pakar pengukuran. Telaah bisa juga dilakukan oleh teman sejawat bila yang diinginkan adalah masukan tentang bahasa dan format instrumen. Bahasa yang digunakan adalah yang sesuai dengan tingkat pendidikan responden. Hasil telaah ini selanjutnya digunakan untuk memperbaiki instrumen. D. Skala Pengukuran Secara garis besar skala instrumen yang sering digunakan dalam penelitian, yaitu Skala Thurstone, Skala Likert, dan Skala Beda semantik. Skala Thurstone terdiri dri 7 kategori, yang paling banyak bernilai 7 dan yang paling kecil bernilai 1. Contoh Skala Thurstone, Minat terhadap pelajaran Sejarah 7 6 5 4 3 2 1 1. Saya senang belajar Sejarah ...!......! ! !...... !......!..... ! ! 2. Pelajaran sejarah bermanfaat !...... ! ......!..... ! !......!.......!......! 3. Saya berusaha hadir tiap pelajaransejarah !...... ! ......!..... ! !......!.......!......!
  • 35. 18 4. Saya berusaha memiliki bukupelajaran sejarah !...... ! ......!..... ! !......!.......!......! 5. Pelajaran sejarah membosankan.....! ! !...... ! ..... !..... ! ! ......! Keterangan: SS : Sangat setuju S : Setuju TS: Tidak setuju STS: Sangat tidak setuju Contoh skala Beda semantik Pelajaran sejarah Menyenangkan ! .............!.......!........!.......!........!.......!.......! Membosankan Sulit !......!.......!........!.......!........!.......!.......! Mudah Bermanfaat !......!.......!........!.......!........!.......!.......! Sia-sia Menantang !......!.......!........!.......!........!.......!...... ! Menjemukan Hapalan !......!.......!........!.......!........!.......!.......! Penalaran Panjang instrumen berhubungan dengan masalah kebosanan, yaitu tingkat kejemuan dalam mengisi instrumen. Lama pengisian instrumen sebaiknya tidak lebih dari 30 menit. Langkah pertama dalam menulis suatu pertanyaan atau pernyataan adalah informasi apa yang ingin diperoleh, struktur pertanyaan, dan pemilihan kata-kata. Pertanyaan yang diajukan jangan sampai bias, yaitu mengarahkan jawaban responden pada arah tertentu, positif atau negatif. Contoh pertanyaan yang bias. Sebagian besar guru setuju semua peserta didik yang menempuh ulangan akhir lulus. Contoh skala Likert, Sikap terhadap pelajaran matematika 4 3 2 1 1 . Pelajaran matematika bermanfaat SS S TS ST S 2 . Pelajaran matematika sulit SS S TS ST S 3 . Tidak semua siswa harus belajar matematika SS S TS ST S 4 . Pelajaran matematika harus dibuat mudah SS S TS ST S 5 . Harus banyak aplikasi pada pelajaran Matematika SS S TS ST S
  • 36. 19 Apakah saudara setuju bila semua perserta didik yang mengikuti ulangan lulus semua? Contoh pertanyaan yang tidak bias: Sebagian guru setuju bahwa tidak semua siswa harus lulus, namun sebagian lain tidak setuju. Apakah saudara setuju bila semua siswa yang menempuh ujian akhir lulus semua? Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan kata-kata untuk suatu kuesioner, yaitu sebagai berikut. (a) Gunakan kata-kata yang sederhana sesuai dengan tingkat pendidikan. (b) Pertanyaannya. jangan samar-samar (c) Hindari pertanyaan yang bias. (d) Hindari pertanyaan hipotetikal atau pengandaian. E. Penyusunan Butir Soal Bentuk Daftar Cek Daftar cek berisi seperangkat butir soal yang mencerminkan rangkaian tindakan/perbuatan yang harus ditampilkan oleh peserta ujian, yang merupakan indikator- indikator dari keterampilan yang akan diukur. Oleh karena itu, dalam menyusun daftar cek: (1) carilah indikator-indikator penguasaan keterampilan yang diujikan, (2) susunlah indikator- indikator tersebut sesuai dengan urutan penampilannya. Kemudian dilakukan pengamatan terhadap subjek yang dinilai untuk melihat pemunculan indikator-indikator yang dimaksud. Jika indikator tersebut muncul, diberi tanda V atau tulis kata "ya" pada tempat yang telah disediakan. F. Pengamatan Penilaian ranah afektif peserta didik selain menggunakan kuesioner juga bisa dilakukan melalui observasi atau pengamatan. Prosedurnya sama, yaitu dimulai dengan penentuan definisi konseptual dan definisi operasional. Definisi konseptual kemudian diturunkan menjadi sejumlah indikator. Indikator ini menjadi isi pedoman observasi. Misalnya, indikator peserta didik berminat pada mata pelajaran matematika adalah kehadiran di kelas, kerajinan dalam mengerjakan tugas-tugas, banyaknya bertanya, kerapian dan kelengkapan catatan. Hasil observasi akan melengkapi informasi hasil kuesioner. Dengan
  • 37. 20 demikian, informasi yang diperoleh akan lebih akurat sehingga kebijakan yang ditempuh akan lebih tepat. G. Kesimpulan Cukup banyak ranah afektif yang penting untuk dinilai. Namun, yang perlu diperhatikan adalah kemampuan guru untuk melakukan penilaian. Untuk itu, pada tahap awal dicari komponen afektif yang bisa dinilai untuk guru. Namun, pada tahun berikutnya bisa ditambah ranah afektif lain untuk dinilai. Jenis instrumen yang dikembangkan dibatasi sesuai dengan ranah afektif yang penting di kelas agar guru dan para pengelola pendidikan dapat mengembangkannya. Ranah afektif yang penting dikembangkan adalah sikap dan minat peserta didik. Pengembangan instrumen afektif dilakukan melalui langkah berikut ini. (1) Menentukan definisi konseptual atau konstruk yang akan diukur. (2) Menentukan definisi operasional (3) Menentukan indikator (4) Menulis instrumen. Instrumen yang dibuat harus ditelah oleh teman sejawat untuk mengetahui keterbacaan, substansi yang ditanyakan, dan bahasa yang digunakan. Hasil telaah digunakan untuk memperbaiki instrumen. Selanjutnya, instrumen tersebut di uji coba di lapangan. Hasil uji coba akan menghasilkan informasi yang berupa variasi jawaban, indeks beda, dan indeks keandalan instrumen. Hasil uji coba digunakan untuk memperbaiki instrumen. Hal yang penting pada instrumen afektif adalah besarnya indeks keandalan instrumen yang dikatakan baik adalah minimum 0,70. Penafsiran hasil pengukuran menggunakan distribusi normal dengan dua kategori yaitu positif atau negatif. Positif berarti minat peserta didik baik atau sikap peserta didik terhadap suatu objek adalah positif, sedang negatif berarti minat peserta didik kecil atau sikap peserta didik terhadap objek negatif. Demikian juga untuk instrumen yang direncanakan untuk mengukur ranah afektif yang lain.
  • 38. 21 Daftar Bacaan Allen, Mary. Yen., & Yen, Wendy. M. 1979. Intrductioan measurement theory. Berkeley, California: Brooks/Cole Publishing Company. Andersen, Lorin. W. 1981. Assessing affective characteristic in the schools. Boston: Allyn and Bacon. Fishbein,M.,&Ajzen,I.1975. Belief, attitude, intention, and behavior: An Introduction to theory and research. Reading, MA: Gable, Robert. K. 1986. Instrument development in the affective domain.Boston: Kluwer- Nijhoff Publishing Golemen, Daniel. 2006. Social intelligence. New York: Bantam Deli.. Lickona, Thomas. 1991. Educating for character. New York: Bantam Books Popham,W.J.1999. Classroom assessment. Boston:Allyn and Bacon Rokeach,Milton.1968. Beliefs attitudes and values. New York:Josey-Bass Inc.Pub Rousseau, J. J. 1991. Emile. Allan Bloom (trans) London: Penguin Books.