3. 1. SPEKTRUM UV-VIS
A. Senyawa F-1 mempunyai panjang gelombang (λ)
maksimal (CHCl3) pada 345 (0,514); 241 (0,637); 210
(0,312) yang menginformasikan bahwa F-1
mempunyai kromofor.
B. Pada λ 345 nm mengindikasikan ikatan rangkap
terkonjugasi panjang, mungkin juga merupakan suatu
aromatik.
C. Pada λ 485 nm tidak terindikasi ikatannya dikarenakan
ikatan tunggal yang terbaca pada daerah lebih dari λ
450 nm
5. A. Vibrasi C-H pada 3800 /cm- 2700/cm
B. Vibrasi (medium-weak) menunjukkan adanya O-H atau N-H pada 3421,5 /cm. Amines
alipatik/ aromatik pada daerah sekitar daerah sekitar 3240 – 3440 /cm.
C. Vibrasi (medium) Alkana pada daerah 2850 – 2900/cm atau Vibrasi (medium) alkena
terkonjugasi pada daerah 2900 – 3100/cm. Terlihat pula vibrasi (weak) alkena
terkonjugasi pada daerah 1600 – 1640/cm.
D. Vibrasi Overtune
E. Vibrasi Aromatik terkonjugasi keton (C=O) pada daerah 1600 – 1650/cm (strong) dan
pada daerah 1200 – 1360/cm (medium).
F. Vibrasi (medium) alkana pada daerah 1360 – 1500/cm
G. Vibrasi streaching C-O pada daerah 1300 – 1000/cm
H. Vibrasi (strong) eter aliphatik pada daerah 1120 – 1160/cm. Vibrasi eter aromatik
pada daerah 1200 – 1240/cm (strong) dan pada daerah 1000 – 1050/cm (medium).
I. Vibrasi (weak) bending C-H pada daerah < 800/cm.
2. SPEKTRUM INFRA-RED (IR)
6. Pita serapan –C=O nampak pada 1645 cm-1 memberi indikasi
bahwa –C=O tersebut sebagai –C=O terikat oleh suatu atom –N-
terikat sebagai gugus amida (-N-C=O).
Keberadaan gugus aromatik seperti yang nampak pada data
spektrum UV, dipertegas dengan adanya serapan pada 1600-
1585 dan 1500-1400 cm-1 merupakan serapan ulur dari –C=C-
aromatik.
Oleh karena itu, F-1 dapat dipastikan sebagai suatu senyawa
aromatik, alkaloid yang mempunyai ikatan amida.
2. SPEKTRUM INFRA-RED (IR)
8. Data GC-MS (Gas Chromatography – Mass Spectrometry)
menunjukkan bahwa senyawa F-1 merupakan senyawa murni
dengan tingkat kemurnian 100% (GC) dengan waktu retensi (Rt.)
5,19 menit dan mempunyai puncak molekul ion pada m/z 351.
Puncak ion molekul [M]+. ganjil (m/z 351) menginformasikan
bahwa dalam struktur F-1 terdapat atom nitrogen (-N-) dalam
hitungan ganjil (1, 3, 5, 7 dst.), pengertian ini dikenal dengan
istilah Nitrogen Rules (Silverstein dan Websters, 1998).
Perkiraan identitas sebagai alkaloid ini konsisten dengan hasil
visualisasi F-1 pada kromatografi lapis tipis dengan penampak
spesifik alkaloid Dragendorff memberi warna merah oranye
(Wahyuono dkk., 2006).
3. SPEKTRUM MS
9. 3. SPEKTRUM MS
NOMOR MASSA FRAGMENT (RUMUS KIMIA)
44 CO2
55 C3H5N
76 C6H4
89 C4H902 atau C4H11NO
116 C6H1202
145 C8H17O2 atau C9H7NO atau C10H9O
168 C9H14NO2 atau C10H18NO
176 C10H10NO2
189 C12H15NO
10.
11. Spektrum 13C-NMR (600 Mhz, CDCl3) dari F-1 menginformasikan adanya 20
atom karbon, dan berdasarkan atas data 13C-NMR dengan teknik APT
(Attached Proton Test) (Gambar 4) diketahui bahwa dalam F-1 terdapat 10
atom -C sebagai C-kuaterner aromatik (δ, 161,06; 152,38; 150,51; 149,40;
148,31; 136,60; 133,32; 131,00; 124,72; 120,36 ppm) , 5 =CH aromatik (δ,
123,23; 119,98; 108,88; 105,65; 102,25 ppm) , 1 -CH2 dioksida (δ, 102,38 ppm)
, 2 metoksi (δ, 62,57; 57,84 ppm) , dan 2 –CH2 (δ, 40,32 dan 29,68 ppm) yang
salah satunya terikat oleh suatu elektronegatif atom (δ, 40,32 ppm).
F-1 nampak sangat sederhana, berdasarkan atas perhitungan rasio
integrasinya diketahui bahwa jumlah proton pada F-1 adalah 17 proton.
Berdasarkan atas data 13C-NMR dan spektrum massa tersebut diatas, elemen
penyusun senyawa F-1 dapat ditentukan sebagai C20H17O5N. Berdasarkan
atas data diatas dan literatur, identifikasi F-1 mengarah pada alkaloida
protoberberine atau tetrahidroberberine dan letak gugus – C=O
berdampingan dengan atom –N membentuk ikatan amida
4. SPEKTRUM NMR
12.
13. Spektrum 1H-NMR F-1 menunjukkan adanya signal pada δ, 2,94 pp (t, J= 6.5 Hz, 2H)
yang coupled dengan signal pada δ, 4,34 ppm (t, J=6.0 Hz, 2H) menurut data 2D-NMR
(COSY, Corelation spectroscopy).
Hal ini menjelaskan bahwa kedua gugus –CH2 berdampingan dan saling coupled (First
order), dan pergeseran kimia yang down field gugus –CH2 (δ, 4.34 ppm) sebagai –CH2-
N-C=O. Sedangkan gugus – CH2 yang up filed (δ, 2,94 ppm) adalah –CH2 pada posisi β
dari atom –N-. Signal singlet terintegrasi sebagai 2 proton pada δ, 6,05 ppm
merupakan gugus –CH2- dioksida yang tidak ter-coupled oleh proton lain dari molekul.
Posisi metilenedioksida (-O-CH2-O-) terbukti terletak pada ring-A dari pada ring-D,
karena proton metilena tidak ter-coupled oleh proton lain (H-1 dan H-4) pada 2D-NMR
dengan teknik NOESY (Nuclear overhauser effects spectroscopy). Demikian pula dengan
posisi dua –OCH3 group, kedua gugus ini terletak pada ring-D yaitu pada C-9 dan C-10.
Hal ini nampak pada 2D-NMR NOESY terjadi longrange coupling antara –OCH3 (C-10)
dengan H-11, selain itu nampak adanya first order coupling antara H-11 dan H-12
(dublet, J= 7,0 Hz, ortho) yang menginformasikan lebih jauh bahwa posisi kedua gugus
–OCH3. Gugus –OCH3 (C-9) lebih dowbfield dibandingkan dengan –OCH3 (C-10) karena
pengaruh gugus –C=O yang electron withdrawing memungkinkan –OCH3 (C-9) sedikit
lebih dowbfield.
4. SPEKTRUM NMR
16. SUMBER :
JURNAL IDENTIFIKASI STRUKTUR SENYAWA BIOAKTIF
DARI AKAR KUNING (FIBRAUREA CHLOROLEUCA
MIERS.) (#03-SBK-029) KOLEKSI DARI HUTAN
KALIMANTAN TENGAH
17. IDENTIFIKASI STRUKTUR SENYAWA BIOAKTIF DARI
AKAR KUNING (FIBRAUREA CHLOROLEUCA MIERS.)
(#03-SBK-029) KOLEKSI DARI HUTAN KALIMANTAN
TENGAH
OLEH:
SUBAGUS WAHYUONO1), JUSAIN SETIADI1), DJOKO
SANTOSA1), WIDYATI PRIHATININGTIAS1), MAE SRI
HARTATI W.2), SOEKOTJO3), SITI MUSLIMAH W.3)
18. IDENTIFIKASI STRUKTUR SENYAWA BIOAKTIF DARI AKAR
KUNING (FIBRAUREA CHLOROLEUCA MIERS.) (#03-SBK-029)
KOLEKSI DARI HUTAN KALIMANTAN TENGAH
Akar kuning (F. chloroleuca) telah dimanfaatkan secara
tradisional oleh masyarakat Indonesia untuk mengatasi
berbagai macam penyakit.
Isolasi senyawa aktif dengan metoda Bioassay Guided
Isolation telah dilaporkan. Senyawa bioaktif yang
diperoleh (F-1) (500 μg/ml) mampu menghambat 20%
pertumbuhan kanker in vitro (sel HeLa), namun struktur F-
1 ini belum diidentifikasi.
19. IDENTIFIKASI STRUKTUR SENYAWA BIOAKTIF DARI AKAR KUNING
(FIBRAUREA CHLOROLEUCA MIERS.) (#03-SBK-029) KOLEKSI DARI HUTAN
KALIMANTAN TENGAH
Identitas suatu senyawa sangat penting dalam
menentukan arah dan potensi aktivitas suatu senyawa,
oleh karena itu struktur senyawa F-1 perlu ditentukan.
Pada publikasi ini dilaporkan penentuan struktur F-1
secara spektroskopi yaitu spektroskopi ultraviolet (UV)
untuk melihat apakah F-1 mempunyai suatu kromofor,
spektroskopi inframerah (IR) untuk melihat adanya gugus
fungsional dan spektroskopi massa (MS) untuk
mendapatkan informasi bobot molekul F-1. Struktur
absolut F-1 dilakukan dengan spektroskopi Nuklir
Magnetik Resonans (NMR) baik 13C- maupun 1H- NMR.