SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  50
Télécharger pour lire hors ligne
EVALUASI PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL
PUSKESMAS KELURAHAN JAGAKARSA I
BULAN JANUARI – OKTOBER 2021
Disusun oleh :
dr. Irfana Efendi
Pendamping:
dr. Dewy Mismarita
NIP. 196303071989102001
PROGRAM DOKTER INTERNSIP
PUSKESMAS KELURAHAN JAGAKARSA I
DEPARTEMEN KESEHATAN PROVINSI DKI JAKARTA
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena hanya atas
rahmat dan izin-Nya saya dapat menyelesaikan evaluasi program ini. Evaluasi
program ini merupakan hasil kegiatan yang saya lakukan sebagai dokter internsip
di Puskesmas Kelurahan Jagakarsa I. Begitu banyak dukungan dan bantuan yang
saya terima dari banyak pihak. Untuk itu, saya ingin mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Kepala Puskesmas Kelurahan Jagakarsa I sekaligus dokter pendamping
internsip atas bimbingan dan bantuannya
2. Staff Puskesmas Kelurahan Jagakarsa I atas bantuan dan kerjasamanya
3. Teman-teman sejawat dokter internsip atas bantuan dan dukungannya.
Akhir kata saya berharap semoga evaluasi program ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak yang membutuhkan.
Jakarta, November 2021
dr. Irfana Efendi
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Standar Pelayanan Minimal (SPM) adalah ketentuanidan mutu pelayanan dasar
minimal sebagai urusan pemerintah untuk memenuhiohak setiap warga negara
(Kemenkes, 2019). Sesuaiodengan ketentuan yang sudah ditetapkanmpemerintah
untuk memenuhi setiap SPM yangoberlaku diharapkan targetidapat mencapai
100% untuk memenuhiokesejahteraan masyarakat.
Mutu suatu pelayanan tidak terlepas dari adanya suatu standar acuan yang
dijadikan pedoman untuk memberikan pelayanan. Pemerintah dalam mendukung
pelayanan yang bermutu yaitu dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 43 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan.
Pencapaian target SPM dengan program prioritas lainnya menjadi indikator bagi
Pemerintah Daerah untuk menilai baik atau tidaknya kinerja Kepala Daerah dalam
melaksanakan tugas dengan adanya reward dan punisment.
Standar Pelayanan Minimal merupakan ketentuan dalam memberikan
pelayanan bermutu yang secara minimal harus dilaksanakan oleh Pemerintah
daerah dengan target capaian SPM harus 100% setiap tahunnya. SPM bidang
kesehatan mencakup 12 indikator jenis layanan yaitu pelayanan kesehatan ibu
hamil, pelayanan kesehatan ibu bersalin, pelayanan kesehatan bayi baru lahir,
pelayanan kesehatan balita, pelayanan kesehatan pada usia pendidikan dasar,
pelayanan kesehatan pada usia produktif, pelayanan kesehatan pada usia lanjut,
pelayanan kesehatan penderita hipertensi, pelayanan kesehatan penderita diabetes
melitus, pelayanan kesehatan orang dengan gangguan jiwa berat, pelayanan
kesehatan orang dengan TB, dan pelayanan kesehatan orang dengan risiko
terinfeksi HIV.
Puskesmas Kelurahan Jagakarsa I merupakan fasilitas pelayanan kesehatan
yang merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan yang menyeluruh dan terpadu
bagi masyarakat di Wilayah Kelurahan Jagakarsa, puskesmas mempunyai
wewenang dan tanggung jawab atas pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam
wilayah kerjanya. Pelayanan kesehatan yang diberikan Puskesmas Kelurahan
Jagakarsa I adalah pelayanan kesehatan menyeluruh yang meliputi pelayanan:
kuratif (pengobatan), preventif (upaya pencegahan), promotif (peningkatan
kesehatan), dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan). Pelayanan tersebut ditujukan
kepada semua penduduk, tidak membedakan jenis kelamin, ras dan golongan umur,
sejak pembuahan dalam kandungan sampai tutup usia.
Dalam menuju pencapaian SPM sesuai target, dibutuhkan analisis atau evaluasi.
Ridwan, Jane dan Chreisye (2015) telah melakukan penelitian tentang Analisis
Implementasi Standar Pelayanan Minimal (SPM) di salah satu puskesmas di kota
Manado yakni Puskesmas Tuminting dengan hasil masih banyak program yang
belum sesuai target. Oleh karena itu, peneliti pun juga tertarik untuk melakukan
penelitian tentang “Evaluasi Pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal Puskesmas
Jagakarsa I Bulan Januari – Oktober 2021”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, diketahui rumusan masalah penelitian ini
adalah “Bagaimana Pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal Puskesmas Kelurahan
Jagakarsa I Bulan Januari – Oktober 2021”
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi
mengenai Pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal Puskesmas Kelurahan
Jagakarsa I Bulan Januari – Oktober 2021.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengevaluasi terkait masukan (input) yang dilihat dari kebijakan, tenaga,
dana, dan prasarana dalam pelaksanaan SPM Puskesmas Kelurahan
Jagakarsa I Bulan Januari – Oktober 2021
2. Mengevaluasi terkait proses (process) yang dilihat dari pendataan,
pelatihan, pelayanan, pencatatan dan pelaporan, dan monitoring evaluasi
dalam pelaksanaan SPM Puskesmas Kelurahan Jagakarsa I Bulan Januari –
Oktober 2021.
3. Mengevaluasi terkait keluaran (output) yaitu pencapaian target dalam
pelaksanaan SPM Puskesmas Kelurahan Jagakarsa I Bulan Januari –
Oktober 2021
1.4 Manfaat Penelitian
1. Meningkatkan wawasan, kemampuan, dan pengalaman peneliti mengenai
SPM serta mengaplikasikan ilmu yang peneliti dapatkan selama mengikuti
perkuliahan di Fakultas Kedokteran.
2. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan untuk melakukan langkah-
langkah pencapaian target dalam pelaksanaan SPM di Puskesmas
Kelurahan Jagakarsa I.
3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi tambahan bagi
Fakultas Kedokteran terutama bagian Ilmu Kedokteran Masyarakat dalam
ilmu dan teknologi untuk meningkatkan pelayanan kesehatan yang
berkaitan dengan pencapaian SPM.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian dilakukan untuk mengevaluasi pelaksanaan SPM Puskesmas
Kelurahan Jagakarsa I Bulan Januari – Oktober 2021. Meliputi pendekatan sistem
dilihat dari unsur input (kebijakan, tenaga, dana dan sarana), proses (pendataan,
pelatihan, pelayanan, pencatatan dan pelaporan, dan monitoring evaluasi), dan
output dengan menggunakan jenis penelitian kualitatif.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Puskesmas
2.1.1 Pengertian Puskesmas
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah unit pelaksana teknis
dinas kabupaten/ kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan
kesehatan di suatu wilayah kerja. Puskesmas merupakan salah satu sarana
pelayanan kesehatan yang memiliki peran penting dalam memberikan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat. Selain itu, puskesmas adalah salah satu fasilitas
pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menjadi tolak ukur dari pembangunan
kesehatan. Puskesmas memiliki tugas untuk melaksanakan kebijakan kesehatan
untuk dapat mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam
rangka mendukung terwujudnya kecamatan sehat. Dalam melaksanakan tugas
untuk mewujudkan kecamatan sehat, puskesmas menyelenggarakan fungsi
penyelenggaraan UKM (Upaya kesehatan Masyarakat) tingkat pertama, dan
penyelenggaraan UKP (Upaya Kesehatan Perorangan) tingkat pertama di wilayah
kerjanya.
Puskesmas merupakan kesatuan organisasi fungsional yang
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu,
merata dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat dengan peran serta aktif
masyarakat dan menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi tepat guna, dengan biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah dan
masyarakat luas guna mencapai derajat kesehatan yang optimal, tanpa mengabaikan
mutu pelayanan kepada perorangan.
Pelayanan kesehatan masyarakat adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan
dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat secara lebih merata,
bermutu dan sesuai dengan kondisi kesehatan masyarakat yang berada disekitarnya
agar tercapai kemampuan hidup sehat bagi masyarakat untuk mewujudkan derajat
kesehatan yang optimal. Selain itu pelayanan kesehatan masyarakat merupakan
serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan
berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan,
pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan/ atau
masyarakat.
2.1.2 Peranan dan Fungsi Puskesmas
Peranan Puskesmas Peranan Puskesmas adalah sebagai berikut :
1. Pengembangan upaya kesehatan
2. Pembinaan upaya Kesehatan
3. Pelayanan upaya keseha
Fungsi Puskes :
Puskesmas memiliki tiga fungsi pokok, yaitu :
a. Sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan Kesehatan
1. Berupaya menggerakkan lintas sektor dan dunia usaha wilayah kerja
agar menyelenggarakan pembangunan yang berwawasan kesehatan.
2. Aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari
penyelenggaraan setiap program pembangunan di wilayah kerjanya
b. Sebagai pusat pemberdayaan masyarakat
Berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat keluarga dan
masyarakat :
1. Memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri sendiri
dan masyarakat untuk hidup sehat
2. Berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk
pembiayaan
3. Ikut menetapkan menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan
program Kesehatan
4. Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka
meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat
5. Merangsang masyarakat termasuk swasta untuk melaksanakan kegiatan
dalam rangka menolong dirinya sendiri
6. Memberikan petunjuk kepada masyarakat tentang bagaimana menggali
dan menggunakan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien.
c. Sebagai pusat pelayanan kesehatan strata pertama
Menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama (primer)
secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan (kontinu) mencakup :
1. Pelayanan kesehatan perorangan yakni pelayanan yang bersifat
pribadi dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan
pemulihan kesehatan perorangan tanpa mengabaikan pemeliharaan
kesehatan dan pencegahan penyakit. Pelayanan perorangan tersebut
adalah rawat jalan dan untuk puskesmas tertentu ditambah rawat
inap.
2. Pelayanan kesehatan masyarakat yakni pelayanan yang bersifat
publik dengan tujuan utama memlihara dusun meningkatkan serta
mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan
pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat tersebut
antara lain promosi kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan
lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga,
keluarga berencana, kesehatan jiwa serta berbagai program
kesehatan masyarakat lainnya.
2.1.3 Wilayah Kerja Puskesmas
Puskesmas mempunyai wewenang dan tanggung jawab pemeliharaan
kesehatan masyarakat dalam wilayah kerjanya. Wilayah kerja Puskesmas bisa
meliputi satu kecamatan atau sebagian dari kecamatan. Luas wilayah kerja
puskesmas ditetapkan berdasrakan faktor- faktor :
a. Jumlah penduduk
b. Keadaan geografis
c. Keadaan sarana perhubungan
d. Keadaan infra struktur masyarakat lainnya
Mempertimbangkan faktor-faktor tersebut di atas, dalam upaya memperluas
jangkauan dan mutu pelayanan kesehatan, memungkinkan Puskesmas untuk
ditunjang oleh unit pelayanan kesehatan yang luas dan merata dan lebih sederhana
dalam bentuk Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling dan satuan Pelayanan
Kesehatan Swasta dalm bentuk Poliklinik. Balai pengobatan, Balai Kesehatan Ibu
dan anak , Rumah Bersalin, dokter praktek swasta serta kegiatan Kader Kesehatan
dalam rangka PKMD (Pusat kesehatan Dan Masyarakat Desa) yang secara teknis
di bawah pengawasan dan pengaturan puskesmas.
Pelayanan kesehatan yang diberikan di puskesmas adalah pelayanan
kesehatan yang meliputi pelayanan Kuratif (pengobatan), Preventif (kesehatan
pencegahan), Promotif (peningkatan kesehatan), dan Rehabilitatif (pemulihan
kesehatan) yang ditujukan kepada semua jenis dan golongan umur, sejak
pembuahan dalam kandungan sampai tutup usia.
2.2 Standar Pelayanan Minimum (SPM) Puskesmas.
Kesehatan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia dan merupakan
modal setiap warga negara dan setiap bangsa dalam mencapai tujuannya dan
mencapai kemakmuran. Sehat merupakan modal setiap individu untuk meneruskan
kehidupannya secara layak.
Pemerintah mempunyai tanggung jawab untuk menjamin setiap warga
negara memperoleh pelayanan kesehatan yang berkualitas sesuai dengan
kebutuhan. Sebagai suatu kebutuhan dasar, setiap individu bertanggung jawab
untuk memenuhi kebutuhan hidup dirinya dan orangorang yang menjadi tanggung
jawabnya, sehingga pada dasarnya pemenuhan kebutuhan masyarakat terhadap
kesehatan adalah tanggung jawab setiap warga negara.
Sejak era reformasi urusan pemerintahan secara bertahap diserahkan dari
Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah (Pemda) dan hal ini sesuai dengan
pasal 18 ayat (6) amandemen UUD 1945 yang menyatakan bahwa pemerintahan
daerah menjalankan otonomi seluasluasnya. Peraturan terakhir yang mengatur
tentang pembagian urusan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah adalah
UU Nomor 23 Tahun 2014 yang merupakan pengganti UU Nomor 32 Tahun 2004.
Pada UU 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, kesehatan adalah satu dari
enam urusan concurrent (bersama) yang bersifat wajib dan terkait dengan
pelayanan dasar. Enam urusan tersebut adalah:
1. Pendidikan
2. Kesehatan
3. Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
4. Perumahan Rakyat dan Kawasan Pemukiman
5. Ketentraman dan ketertiban Umum serta Perlindungan Masyarakat
6. Sosial
Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan adalah suatu standar dengan
batas-batas tertentu untuk mengukur kinerja penyelenggaraan kewenangan wajib
daerah yang berkaitan dengan pelayanan dasar kepada masyarakat yang mencakup
jenis pelayanan, indikator dan nilai (benchmark).
Standar Pelayanan Minimal adalah ketentuan tentang jenis dan mutu
pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap
warga secara minimal. Standar Pelayanan Minimal juga merupakan spesifikasi
teknis tentang tolak ukur pelayanan minimum yang diberikan oleh Badan layanan
Umum terhadap masyarakat Adapun fungsi Standar Pelayanan Minimum (SPM)
yaitu :
1. Menjamin terselenggaranya mutu pelayanan dasar kepada masyarakat
secara merata.
2. Menjamin tercapainya kondisi rata-rata minimal yang harus dicapai
pemerintah sebagai penyedia pelayanan kepada masyarakat.
3. Pedoman pengukuran kinerja penyelenggaraan bidang kesehatan
4. Acuan prioritas perencanaan daerah dan pembiayaan APBD bidang
kesehatan
Tujuan Standar Pelayanan Minimum (SPM) yaitu :
1. Pedoman bagi Puskesmas dalam penyelenggaraan layanan kepada
masyarakat.
2. Terjaminnya hak masyarakat dalam menerima suatu layanan.
3. Dapat digunakan sebagai alat untuk menentukan alokasi anggaran yang
dibutuhkan.
4. Alat akuntabilitas Puskesmas dalam penyelenggaraan layanannya.
5. Mendorong terwujudnya checks and balances.
Konsep SPM berubah dari Kinerja Program Kementerian menjadi Kinerja
Pemda yang memiliki konsekuensi reward dan punishment, sehingga Pemda
diharapkan untuk memastikan tersedianya sumber daya (sarana, prasarana, alat,
tenaga dan uang/biaya) yang cukup agar proses penerapan SPM berjalan adekuat.
Karena kondisi kemampuan sumber daya Pemda di seluruh Indonesia tidak sama
dalam melaksanakan keenam urusan tersebut, maka pelaksanaan urusan tersebut
diatur dengan Standar Pelayanan Minimal (SPM) untuk memastikan ketersediaan
layanan tersebut bagi seluruh warga negara.
SPM merupakan hal minimal yang harus dilaksanakan oleh Pemda untuk
rakyatnya, maka target SPM harus 100% setiap tahunnya. Untuk itu dalam
penetapan indikator SPM, Kementerian/ Lembaga Pemerintahan Non Kementerian
agar melakukan pentahapan pada jenis pelayanan, mutu pelayanan dan/atau
sasaran/lokus tertentu. SPM juga akan berfungsi sebagai instrumen untuk
memperkuat pelaksanaan Performance Based Budgeting. UU 23 Tahun 2014 juga
mengamanatkan pada Pemda untuk benar-benar memprioritaskan belanja daerah
untuk mendanai urusan pemerintahan wajib yang terkait pelayanan dasar yang
ditetapkan dengan SPM (pasal 298). Kedepannya nanti pengalokasian DAK ke
daerah akan berdasar pada kemampuan daerah untuk pencapaian target-target SPM,
daerah dengan kemampuan sumber daya yang kurang akan menjadi prioritas dalam
pengalokasian DAK.
Hal-hal tersebut di atas membuat seluruh elemen akan bersatu padu
berbenah untuk bersama-sama menuju pencapaian target-target SPM, termasuk di
dalamnya adalah pemenuhan sumber daya manusia kesehatan terutama di level
Puskesmas sesuai Permenkes Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat. Puskesmas sebagai fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama akan
menjadi unit terdepan dalam upaya pencapaian target-target SPM. Implementasi
SPM juga menjadi sangat strategis dalam kaitannya dengan pelaksanaan Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN), yang sampai saat ini masih bermasalah dengan adanya
defisit anggaran. Implementasi SPM akan memperkuat sisi promotif – preventif
sehingga diharapkan akan ber-impact pada penurunan jumlah kasus kuratif yang
harus ditanggung oleh JKN.
Tabel 1. Standar Pelayanan Kesehatan (SPM) Di Puskesmas
Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin baik ketersediaan dana,
pencapaian cakupan Indikator SPM juga nampaknya akan semakin baik.
Sebaliknya, semakin program yang memiliki kekurangan biaya biasanya cenderung
untuk semakin rendah peluangnya memenuhi target SPM. Begitu pula dengan
keberadaan sarana prasarana penunjang program juga berpengaruh terhadap
pencapaian target SPM. Semakin baik sarana prasarana (peralatan medis dan non
medis), berdampak pada semakin tingginya pencapaian cakupan indikator SPM.
2.3 Puskesmas Kelurahan Jagakarsa
2.3.1 Keadaan Geografis
Wilayah Puskesmas Kelurahan Jagakarsa I merupakan salah satu dari enam
Puskesmas Kelurahan yang berada di Wilayah Puskesmas Kecamatan Jagakarsa,
wilayah Kelurahan Jagakarsa mempunyai 2 Puskesmas kelurahan sehingga
wilayah kerjanya dibagi menjadi 2, Puskesmas Kelurahan Jagakarsa I dengan
wilayah Kerja RW 02, 04, 06 dan 07 sedangkan puskesmas Jagakarsa II dengan
wilayah Kerja RW 01, 03 dan 05.
Secara Geografis letak wilayah Kelurahan Jagakarsa I Kecamatan Jagakarsa
Jakarta Selatan terletak di 06° 15'40,8” Lintang Selatan dan 106° 45'0,00” Bujur
Timur. Luas wilayah ± 485 Ha. Terletak pada ketinggian 26,2 meter diatas
permukaan laut.
2.3.2 Batas Wilayah
Sebelah Utara : berbatasan dengan Kelurahan Ragunan & Kebagusan.
Sebelah Timur : berbatasan dengan kelurahan lenteng Agung
Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kelurahan Ciganjur & S. Sawah.
Sebelah Barat : berbatasan dengan Kelurahan Pondok Labu
Gambar 1. Peta Wilayah Kelurahan Jagakarsa
Puskesmas Kelurahan Jagakarsa I mempunyai 4 RW, dan 43 RT. Jumlah
penduduk 41.659 jiwa . Dengan Rincian sebagai berikut :
Tabel 2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kewarganegaraan dan Jenis kelamin;
RW
WNI WNA
JUMLAH
LK PR JUMLAH LK PR JUMLAH
02 5666 5029 10.695 0 0 0 10.695
04 3910 5109 9.019 4 0 4 9.023
Puskesmas Kelurahan Jagakarsa 1
06 4508 4457 8.965 0 0 0 8.965
07 6553 6410 12.963 11 2 13 12.976
JML 20637 21005 41.642 15 2 17 41.659
Data Penduduk bulan Desember 2020 dari kantor Lurah jagakarsa
Tabel 3. Jumlah KK PER RW
RW
WNI WNA
JUMLAH
LK PR JUMLAH LK PR JUMLAH
02 2306 251 2557 - - - 2557
04 2241 199 2440 4 - 4 2444
06 2226 208 2434 2 - 2 2436
07 2244 163 2407 - 1 1 2408
JML 9017 821 9838 6 1 7 9845
Data Penduduk bulan Desember 2020 dari kantor Lurah jagakarsa
Tabel 4. Jumlah Penduduk berdasarkan Agama
RW
JML KK
ISLAM
KRISTEN
KHATOLIK HINDU BUDHA
JUMLAH
PENDUDUK
LK PR PROTESTAN
02 2306 251 9.122 455 297 145 115 10.695
04 2245 199 6.694 474 324 138 147 9.023
06 2227 209 7.477 325 297 167 112 8.965
07 2245 164 11.714 532 345 120 100 12.976
JML 9023 823 35.077 1.786 1.263 570 474 41.659
Data Penduduk bulan Desember 2020 dari kantor Lurah jagakarsa
Tabel 5. Data proyeksi Program
RW
WNI
LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH
02 3.923 3.348 7.271
04 2.412 3.335 5.747
06 2.838 2.898 5.736
07 4.732 4.822 9.554
JUMLAH 13.905 14.403 28.308
Fasilitas pelayanan kesehatan di Wilayah Puskesmas Kelurahan Jagakarsa
I terdiri dari 1 Puskesmas Kelurahan, 1 RSUD, 2 Rumah bersalin, 4 apotek, 6 klinik
dokter praktik dan 12 bidan praktik swasta dan 4 toko obat, 17 Posyandu.
Puskesmas Kelurahan Jagakarsa I berdiri pada tahun 1975 diatas tanah
seluas 385 meter persegi. Terdiri dari 1 lantai dengan luas bangunan 286 meter
persegi. Letak Puskesmas Kelurahan Jagakarsa I di Jalan Jagakarsa I RT 03 RW 07
No 15, dengan No Barang : 01011104012-00005, rehabilitasi bangunan terakhir
pada tahun 2003.
Kondisi gedung puskesmas saat ini masih baik. Untuk operasional petugas
puskesmas, puskesmas memiliki 1 unit kendaraan roda dua/motor, yang diperoleh
pada tahun 2006. Kendaraan tersebut sampai saat ini masih layak pakai dan sangat
membantu untuk kegiatan di luar gedung.
2.3.3 Data Kepegawaian
- Dokter Umum = 2 orang - Petugas Kesling = 1 orang
- Dokter Gigi = 1 orang - Petugas TU = 1 orang
- Bidan = 2 orang - Petugas Loket = 1 orang
- Asisten Apoteker = 1 orang - Petugas TU = 1 orang
- Perawat = 2 orang - Pengaman Kantor = 1 orang
- Perawat Gigi = 1 orang - Cleaning Service = 1 orang
- Penata Gizi = 1 orang - TOTAL = 16 orang = 4 orang
Data lengkap kepegawaian terlampir.
2.3.4 Struktur Organisasi Pukesmas Kelurahan
Struktur organisasi Puskesmas Kelurahan Jagakarsa I adalah turunan dari
Puskesmas Kecamatan Jagakarsa, dimana tanggung jawab kepala puskesmas
kelurahan secara administrasi adalah membawahi bagian tata usaha, bagian
keuangan, bagian kesehatan masyarakat dan bagian pelayanan kesehatan. Masing-
masing bagian membawahi beberapa program. Bagian tata usaha bertanggung
jawab terhadap loket, kepegawaian, SP2TP/SIK, diklat dan perlengkapan. Bagian
Kesmas bertanggung jawab terhadap program penyakit menular, penyakit tidak
menular, gizi/PSM dan kesehatan lingkungan. Bagian pelayanan kesehatan
bertanggung jawab terhadap pelayanan kesehatan dasar, pelayanan peserta JKN,
dan farmakmin.
2.3.5 Peran Serta Masyarakat
- Jumlah kader kesehatan: 165 orang
- Jumlah Posyandu: 17 pos
- Jumlah Dokter Kecil: 162 siswa
- Jumlah Guru UKS/UKGS: 12 orang
2.3.6 Keadaan Sosial Ekonomi
2.3.6.1 Agama
- Islam : 96,76%
- Kristen : 3,06%
- Hindu/budha : 0,18%
2.3.6.2 Jumlah Keluarga Miskin :
Jumlah Keluarga Miskin sebanyak 1005 KK. Se Kelurahan Jagakarsa
Jumlah KK dengan PBI sebanyak kartu (Tidak ada data)
2.3.6.3 Pendidikan
- SD : 30%
- SMP : 45%
- SLTA : 20%
- PT : 5%
2.3.6.4 Mata Pencaharian
- PNS : 34,84%
- Pedagang : 22,22%
- Buruh : 13,59%
- TNI/Polri : 1,2%
- Petani : 0,18%
- Lain-lain : 24,71%
2.3.6.5 Daerah Rawan Banjir
- RW 02 : RT 02
- RW 04 : RT 03
2.3.6.6 Posko Narkoba
- Kantor Kelurahan Jagakarsa
- Posko Narkoba RW 07
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan studi kualitatif dengan pendekatan deskriptif
analitik yang bertujuan untuk melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan Standar
Pelayanan Minimal Puskesmas Kelurahan Jagakarsa I Bulan Januari – Oktober
2021.
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan September sampai dengan
November 2021 di Puskesmas Kelurahan Jagakarsa I.
3.3 Subjek Penelitian
Informan utama pada penelitian ini adalah semua penanggung jawab
program di Puskesmas Kelurahan Jagakarsa I. Informan lain yang mendukung
penelitian ini adalah dokter, perawat, dan kader di wilayah Puskesmas Kelurahan
Jagakarsa I.
3.4 Variabel Penelitian
Variabel penelitian ini terdiri dari input (man, money, method, material,
machine), proses (planning, organizing, actuating, controlling), dan output
(capaian standar pelayanan minimal/SPM).
3.5 Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam kepada
informan, observasi, dan telaah dokumen. Jenis data yang diambil adalah data
sekunder yang didapatkan dari laporan bulanan Puskesmas Kelurahan Jagakarsa I.
Data yang sudah terkumpul dianalisis secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk
uraian singkat sesuai dengan variabel penelitian.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.1 Hasil Langkah Pelaksanaan Evaluasi Program
1.1.1 Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah kesehatan di Puskesmas Kelurahan Jagakarsa I
dilakukan dengan membandingkan target dengan capaian program pada setiap
standar pelayanan minimal (SPM). Masalah diidentifikasi ketika terjadi
kesenjangan antara target dengan capaian. Berikut merupakan tabel capaian SPM
di Puskesmas Kelurahan Jagakarsa I Bulan Januari – Oktober 2021.
Tabel 6. Capaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) di Puskesmas Kelurahan
Jagakarsa I Bulan Januari- Oktober 2021
No. Standar Pelayanan Minimal Target
Bulan Januari – Oktober
2021 (100%/12 * 10)
Capaian
Bulan Januari –
Oktober 2021
1. Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil 83,3% 84,2%
2. Pelayanan Kesehatan Ibu Bersalin 83,3% 94,1%
3. Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir 83,3% 79,62%
4. Pelayanan Kesehatan Balita 70%/bulan* 56,15%
5. Pelayanan Kesehatan pada Usia
Pendidikan Dasar
83,3% 88,6%
6. Pelayanan Kesehatan pada Usia Produktif 60%/bulan* 65,92%
7. Pelayanan Kesehatan pada Usia Lanjut 83,3% 63,1%
8. Pelayanan Kesehatan Penderita Hipertensi 83,3% 86,45%
9. Pelayanan Kesehatan Penderita Diabetes
Melitus (DM)
83,3% 56,23%
10. Pelayanan Kesehatan Orang Dengan
Gangguan Jiwa (ODGJ)
83,3% 56,9%
11. Pelayanan Kesehatan Orang Dengan
Tuberkulosis (TB)
83,3% 34,15%
12. Pelayanan Kesehatan Dengan Risiko
Terinfeksi HIV
0% 0%**
*Target perbulan
**Tidak ada pelayanan
1.1.2 Prioritas Masalah
Prioritas masalah ditentukan dengan melihat kesenjangan tertinggi antara
target yang ditetapkan dari setiap program dengan hasil pencapaian. Setelah
diurutkan berdasarkan kesenjangannya, didapatkan 6 masalah pelayanan kesehatan
dengan kesenjangan tertinggi yaitu:
1. Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir
2. Pelayanan Kesehatan Balita
3. Pelayanan Kesehatan Pada Usia Lanjut
4. Pelayanan Kesehatan Penderita Diabetes Melitus (DM)
5. Pelayanan Kesehatan Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ)
6. Pelayanan Kesehatan Orang Dengan Tuberkulosis (TB)
Selanjutnya, penentuan prioritas masalah dilakukan menggunakan metode
USG (Urgency, Seriousness, Growth), yaitu dengan cara menentukan tingkat
urgensi, keseriusan, dan perkembangan masalah dengan memberikan nilai dari
skala 1-5. Masalah yang memiliki total nilai tertinggi merupakan masalah prioritas.
Kriteria urgency dilihat dari tersedianya waktu, yaitu seberapa mendesak masalah
tersebut harus diselesaikan. Seriousness dilihat dari seberapa serius dampak yang
diakibatkan masalah tersebut. Growth dilihat dari seberapa besar kemungkinan
masalah tersebut semakin memburuk apabila dibiarkan.
Tabel 7. Penentuan Prioritas Masalah Berdasarkan Metode USG
No. Program U S G Total
1. Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir 2 2 2 6
2. Pelayanan Kesehatan Balita 4 3 3 10
3. Pelayanan Kesehatan Pada Usia Lanjut 4 4 3 11
4. Pelayanan Kesehatan Penderita Diabetes
Melitus (DM)
4 3 3 10
5. Pelayanan Kesehatan Orang Dengan
Gangguan Jiwa (ODGJ)
4 3 3 10
6. Pelayanan Kesehatan Orang Dengan
Tuberkulosis (TB)
5 4 5 14
Berdasarkan hasil skoring USG di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa
masalah yang menjadi prioritas utama adalah pelayanan kesehatan orang dengan
tuberkulosis (TB), dilanjutkan pelayanan kesehatan Usia Lanju, ODGJ, Balita dan
DM terakhir yakni Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir.
1.1.3 Analisis Penyebab Masalah
Setelah menentukan prioritas masalah, dilakukan analisis kemungkinan-
kemungkinan penyebab dari masalah tersebut. Metode yang digunakan adalah
diagram sebab-akibat Ishikawa/fishbone.
4.1.3.1 Analisis Penyebab Masalah Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir
Gambar 2. Analisis Penyebab Masalah dengan Diagram Fishbone Pelayanan
Kesehatan Bayi Baru Lahir
Pelaporan neonatus
baru lahir di
wilayah kerja
Puskesmas belum
optimal
Masih adanya
keluarga yang
melakukan
perawatan yang
salah. (misal:
membubuhi tali
pusat dengan
ramuan
Tidak ada masalah
Eksekusi program
intervensi langsung
ke masyarakat
belum optimal di
masa pandemi
INPUT
Man
Tidak ada masalah
Money
Tidak ada masalah
Method
Alat peraga penyuluhan
perawatan neonatus belum
memadai
Material
Tidak ada masalah
Market
Kurangnya pemahaman ibu
terhadap informasi yang
diberikan
Perencanaan
jadwal program
dengan melakukan
kunjungan awal
neonatus
LINGKUNGAN
- Kondisi pandemi COVID-19 dan
takut keluar rumah
- Jarak Puskesmas cukup jauh dari
salah satu wilayah kerjanya
Planning
OUTPUT
Perawatan
Neonatus
yang salah
PROSES
Actuating
Organizing Controlling &
Evaluating
4.1.3.2 Prioritas Penyebab Masalah Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir
Berdasarkan analisis penyebab masalah, didapatkan beberapa faktor mulai
dari komponen input, proses, dan lingkungan yang mempengaruhi output berupa
rendahnya pelayanan kesehatan bayi baru lahir di Puskesmas Kelurahan Jagakarsa
I. Agar dapat fokus memecahkan suatu penyebab masalah, maka perlu ditentukan
prioritas penyebab masalah. Penentuan prioritas penyebab masalah ini dilakukan
dengan menggunakan kriteria matriks ITR (Importance, Technical Feasibility,
Resources Availability). Metode ini dilakukan dengan cara memberikan penilaian
dari skala 1-5 pada setiap faktor penyebab, lalu masing-masing kriteria dikalikan.
Faktor yang memiliki total nilai tertinggi merupakan prioritas penyebab masalah.
Tabel 8. Penentuan Prioritas Penyebab Masalah Berdasarkan Metode ITR
Pelayanaan Kesehatan Bayi Baru Lahir
No. Penyebab Masalah I T R Total
1. Pengetahuan Ibu Tentang Perawatan Neonatus
Masih Kurang
5 3 3 30
2. Alat Peraga Penyuluhan Tentang Perawatan
Neonatus Masih Belum Memadai
2 1 2 4
3. Masih Ada Keluarga Yang Melakukan
Perawatan Neonatus Yang Salah
3 3 2 18
4. Tidak Berani ke Fasyankes Dikarenakan Takut
Terkena Covid-19
5 5 5 125
Berdasarkan skoring dengan metode ITR tersebut, didapatkan bahwa
penyebab masalah yang menjadi prioritas untuk ditanggulangi adalah tidak berani
ke fasyankes dikarenakan takut terkena covid-19. Hal ini juga sejalan dengan hasil
diskusi bersama pemegang program ini bahwa masalah utama dalam pelayanan
Kesehatan bayi baru lahir saat ini terkait dengan takutnya keluarga pasien untuk
keluar rumah dikarenakan kondisi pandemic covid-19.
4.1.3.3 Alternatif Pemecahan Masalah Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir
Setelah didapatkan prioritas penyebab masalah, selanjutnya dilakukan
penyusunan berbagai alternatif solusi untuk memecahkan masalah tersebut. Berikut
merupakan alternatif pemecahan masalah yang disusun berdasarkan studi referensi
dan wawancara mendalam dengan pemegang program.
Tabel 9. Alternatif Pemecahan Masalah Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir
No. Solusi Deskripsi Tujuan Sasaran Estimasi Biaya
1. Pelaksanaan penyuluhan di
Puskesmas Kelurahan
Jagakarsa I
Menyampaikan
informasi
mengenai
pentingnya
memeriksakan
diri ke fasilitas
kesehatan bagi
neonatus baru
lahir
Kunjungan neonatal
dilakukan untuk
memantau
kesehatan bayi
sehingga bila terjadi
masalah dapat
segera
diidentifikasi.
Seluruh neonatus baru
lahir di wilayah kerja
puskesmas
0
2. Kerjasama antar sector
(Kelurahan dan fasyankes
setempat)
Melakukan
Kerjasama terkait
pelaporan data
neonatus baru
lahir di wilayah
kerja puskesmas
Agar mengetahui
data berapa jumlah
neonatus yang baru
lahir
Seluruh pihak terkait 0
3. Membuat pelatihan kader
untuk sosialisasi pentingnya
memeriksaan neonatus baru
lahir ke puskesmas
Mengadakan
pertemuan dengan
para kader secara
virtual untuk
disampaikan
kepada
masyarakat
mengenai
pentingnya
memeriksakan
neonatus baru
lahir
Agar semua
neonatus baru lahir
dapat diperiksa di
puskemas
Seluruh kader di wilayah
kerja Puskesmas
Rp. 500.000
(Zoom premium)
4.1.3.4 Prioritas Alternatif Pemecahan Masalah Pelayanan Kesehatan Bayi
Baru Lahir
Dalam menentukan prioritas dari solusi pemecahan masalah, pendekatan
yang dilakukan adalah dengan menggunakan matriks MxIxV/C. Metode ini terdiri
dari komponen:
1. Magnitude, dilihat dari seberapa besar alternatif solusi mampu untuk
memecahkan masalah. Diberi nilai 1-5 dimana semakin besar solusi dapat
menyelesaikan masalah maka nilai mendekati angka 5.
2. Importance, dilihat dari seberapa permanen solusi tersebut dapat
memecahkan masalah. Diberi nilai 1-5 dimana semakin permanen solusi
dalam menyelesaikan masalah maka nilai mendekati angka 5.
3. Vulnerability, dilihat dari seberapa cepat solusi tersebut dapat
menyelesaikan masalah. Diberi nilai 1-5 dimana semakin cepat solusi dapat
menyelesaikan masalah maka nilai mendekati angka 5.
4. Cost yaitu besar biaya solusi. Diberi nilai 1-5 dimana semakin kecil biaya
yang dikeluarkan maka nilai mendekati angka 1.
Tiga komponen pertama dikalikan, lalu dibagi dengan komponen cost.
Solusi dengan skor tertinggi merupakan pemecahan masalah terpilih.
Tabel 10. Penentuan Prioritas Alternatif Pemecahan Masalah Berdasarkan Metode
MxIxV/C Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir
No. Alternatif Pemacahan Masalah M I V C MxIxV / C
1. Pelaksanaan penyuluhan di Puskesmas Kelurahan Jagakarsa I 5 3 2 2 15
2. Kerjasama antar sector (Kelurahan dan fasyankes setempat) 3 2 2 3 4
3. Membuat pelatihan kader untuk sosialisasi pentingnya
memeriksakan neonatus baru lahir ke puskesmas
5 4 4 5 16
Tabel di atas menunjukkan bahwa total skoring tertinggi terdapat pada
alternatif pemecahan masalah berupa membuat pelatihan kader untuk sosialisasi
pentingnya memeriksakan neonatus baru lahir. Solusi ini kemudian akan disusun
sebagai rekomendasi intervensi program pelayanan kesehatan bayi baru lahir di
Puskesmas Kelurahan Jagakarsa I.
4.2.3.1 Analisis Penyebab Masalah Pelayanan Kesehatan Balita
Gambar 3. Analisis Penyebab Masalah dengan Diagram Fishbone Pelayanan
Kesehatan Balita
4.2.3.2 Prioritas Penyebab Masalah Pelayanan Kesehatan Balita
Berdasarkan analisis penyebab masalah, didapatkan beberapa faktor mulai
dari komponen input, proses, dan lingkungan yang mempengaruhi output berupa
rendahnya pelayanan kesehatan balita di Puskesmas Kelurahan Jagakarsa I. Agar
dapat fokus memecahkan suatu penyebab masalah, maka perlu ditentukan prioritas
penyebab masalah. Penentuan prioritas penyebab masalah ini dilakukan dengan
menggunakan kriteria matriks ITR (Importance, Technical Feasibility, Resources
Availability). Metode ini dilakukan dengan cara memberikan penilaian dari skala
Pelaporan
pemeriksaan berat
badan balita di
wilayah kerja
Puskesmas belum
optimal
Masih adanya
keluarga yang
belum melakukan
penimbangan berat
badan balita
dikarenakan tidak
memiliki alat
timbang
Tidak ada masalah
Eksekusi program
intervensi langsung
ke masyarakat
belum optimal di
masa pandemi
INPUT
Man
Tidak ada masalah
Money
Tidak ada masalah
Method
Langkah-langkah yang
tercantum di buku tumbuh
kembang anak belum
dilakukan dengan optimal
Material
Tidak ada masalah
Market
Kurangnya pemahaman ibu
tentang tumbuh kembang
anak
Perencanaan
jadwal program
dengan melakukan
pemeriksaan berat
badan balita
berkala
LINGKUNGAN
- Kondisi pandemi COVID-19 dan
takut keluar rumah
- Jarak Puskesmas cukup jauh dari
salah satu wilayah kerjanya
Planning
OUTPUT
Cakupan
kunjungan
Balita yang
belum optimal
PROSES
Actuating
Organizing Controlling &
Evaluating
1-5 pada setiap faktor penyebab, lalu masing-masing kriteria dikalikan. Faktor yang
memiliki total nilai tertinggi merupakan prioritas penyebab masalah.
Tabel 11. Penentuan Prioritas Penyebab Masalah Berdasarkan Metode ITR
Pelayanaan Kesehatan Balita
No. Penyebab Masalah I T R Total
1. Pengetahuan Ibu Tentang Tumbuh Kembang
Balita Masih Kurang
5 3 3 30
2. Tidak Memiliki Alat Ukur Timbangan 5 3 4 60
3. Tidak Berani ke Fasyankes Dikarenakan Takut
Terkena Covid-19
5 4 4 80
Berdasarkan skoring dengan metode ITR tersebut, didapatkan bahwa
penyebab masalah yang menjadi prioritas untuk ditanggulangi adalah tidak berani
ke fasyankes dikarenakan takut terkena covid-19. Hal ini juga sejalan dengan hasil
diskusi bersama pemegang program ini bahwa masalah utama dalam pelayanan
Kesehatan balita saat ini terkait dengan takutnya keluarga pasien untuk keluar
rumah dikarenakan kondisi pandemic covid-19.
4.2.3.3 Alternatif Pemecahan Masalah Pelayanan Kesehatan Balita
Setelah didapatkan prioritas penyebab masalah, selanjutnya dilakukan
penyusunan berbagai alternatif solusi untuk memecahkan masalah tersebut. Berikut
merupakan alternatif pemecahan masalah yang disusun berdasarkan studi referensi
dan wawancara mendalam dengan pemegang program.
Tabel 12. Alternatif Pemecahan Masalah Pelayanan Kesehatan Balita
No. Solusi Deskripsi Tujuan Sasaran Estimasi Biaya
1. Pelaksanaan penyuluhan di
Puskesmas Kelurahan
Jagakarsa I
Menyampaikan
informasi
mengenai
pentingnya
memeriksakan
tumbuh kembang
balita
Kunjungan balita
dilakukan untuk
memantau tumbuh
kembang anak
sehingga
mengetahui
Seluruh balita di wilayah
kerja puskesmas
0
perkembangan dari
balita.
2. Membuat pelatihan kader
untuk sosialisasi pentingnya
memeriksakan tumbuh
kembang balita
Mengadakan
pertemuan dengan
para kader secara
virtual untuk
disampaikan
kepada
masyarakat
mengenai
pentingnya
memeriksakan
tumbuh kembang
balita
Memantau tumbuh
kembang balita di
wilayah kerja
puskesmas
jagakarsa I
Seluruh kader di wilayah
kerja Puskesmas
Rp. 500.000
(Zoom premium)
3. Penimbangan balita secara
mandiri di rumah dengan
pelaporan via Google Form
Melakukan
penimbangan
secara mandiri di
rumah dengan
pantuan dari
kader di wilayah
setempat.
Memantau tumbuh
kembang balita di
wilayah kerja
puskesmas
jagakarsa I
Seluruh balita di wilayah
kerja puskesmas
0
4.2.3.4 Prioritas Alternatif Pemecahan Masalah Pelayanan Kesehatan Balita
Dalam menentukan prioritas dari solusi pemecahan masalah, pendekatan
yang dilakukan adalah dengan menggunakan matriks MxIxV/C. Metode ini terdiri
dari komponen:
1. Magnitude, dilihat dari seberapa besar alternatif solusi mampu untuk
memecahkan masalah. Diberi nilai 1-5 dimana semakin besar solusi dapat
menyelesaikan masalah maka nilai mendekati angka 5.
2. Importance, dilihat dari seberapa permanen solusi tersebut dapat
memecahkan masalah. Diberi nilai 1-5 dimana semakin permanen solusi
dalam menyelesaikan masalah maka nilai mendekati angka 5.
3. Vulnerability, dilihat dari seberapa cepat solusi tersebut dapat
menyelesaikan masalah. Diberi nilai 1-5 dimana semakin cepat solusi dapat
menyelesaikan masalah maka nilai mendekati angka 5.
4. Cost yaitu besar biaya solusi. Diberi nilai 1-5 dimana semakin kecil biaya
yang dikeluarkan maka nilai mendekati angka 1.
Tiga komponen pertama dikalikan, lalu dibagi dengan komponen cost.
Solusi dengan skor tertinggi merupakan pemecahan masalah terpilih.
Tabel 13. Penentuan Prioritas Alternatif Pemecahan Masalah Berdasarkan Metode
MxIxV/C Pelayanan Kesehatan Balita
No. Alternatif Pemacahan Masalah M I V C MxIxV / C
1. Pelaksanaan Penyuluhan di Puskesmas Kelurahan Jagakarsa I 5 3 2 2 15
2. Membuat Pelatihan Kader Untuk Sosialisasi Pentingnya
Memeriksakan Tumbuh Kembang Balita
4 3 3 4 9
3. Penimbangan Balita Secara Mandiri di Rumah dengan
Pelaporan via Google Form
5 5 4 2 50
Tabel di atas menunjukkan bahwa total skoring tertinggi terdapat pada
alternatif pemecahan masalah berupa penimbangan balita secara mandiri di rumah
dengan pelaporan via Google Form. Solusi ini kemudian akan disusun sebagai
rekomendasi intervensi program pelayanan kesehatan balita di Puskesmas
Kelurahan Jagakarsa I.
4.3.3.1 Analisis Penyebab Masalah Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut
Gambar 4. Analisis Penyebab Masalah dengan Diagram Fishbone Pelayanan
Kesehatan Usia Lanjut
4.3.3.2 Prioritas Penyebab Masalah Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut
Berdasarkan analisis penyebab masalah, didapatkan beberapa faktor mulai
dari komponen input, proses, dan lingkungan yang mempengaruhi output berupa
rendahnya pelayanan kesehatan usia lanjut di Puskesmas Kelurahan Jagakarsa I.
Agar dapat fokus memecahkan suatu penyebab masalah, maka perlu ditentukan
prioritas penyebab masalah. Penentuan prioritas penyebab masalah ini dilakukan
dengan menggunakan kriteria matriks ITR (Importance, Technical Feasibility,
Resources Availability). Metode ini dilakukan dengan cara memberikan penilaian
dari skala 1-5 pada setiap faktor penyebab, lalu masing-masing kriteria dikalikan.
Faktor yang memiliki total nilai tertinggi merupakan prioritas penyebab masalah.
Masih banyak
lansia yang tidak
ingin berobat ke
dokter dikarenakan
ada pengobatan
herbal.
Minat lansia yang
kurang dikarenakan
kondisi pandemi.
Tidak ada masalah
Eksekusi program
intervensi
langsung ke
masyarakat belum
optimal di masa
pandemi
(Posbindu dan
kunjungan belum
bisa berjalan)
INPUT
Man
Tidak ada masalah
Money
Tidak ada masalah
Method
Belum adanya pelayanan
khusus lansia sehingga
pelayanan masih bergabung
dengan pelayanan umum
lainnya.
Material
Tidak ada masalah
Market
Kurangnya pengetahuan
tentang Kesehatan lansia
1. Posbindu Lansia
2. Kunjungan ke lansia
yang tidak bisa ke
fasyankes terdekat
3. Skrining di Poli
Umum
LINGKUNGAN
- Kondisi pandemi COVID-19 dan
takut keluar rumah
- Jarak Puskesmas cukup jauh dari
salah satu wilayah kerjanya
Planning
OUTPUT
Cakupan
kunjungan
lansia yang
belum optimal
PROSES
Actuating
Organizing Controlling &
Evaluating
Tabel 14. Penentuan Prioritas Penyebab Masalah Berdasarkan Metode ITR
Pelayanaan Kesehatan Usia Lanjut
No. Penyebab Masalah I T R Total
1. Tidak Ada Pelayanan Posbindu Lansia 5 5 5 125
2. Minat Lansia Yang Kurang dan Masih Ada
Pengobatan Herbal
2 3 2 12
3. Tidak Berani ke Fasyankes Dikarenakan Takut
Terkena Covid-19
5 4 5 100
Berdasarkan skoring dengan metode ITR tersebut, didapatkan bahwa
penyebab masalah yang menjadi prioritas untuk ditanggulangi adalah tidak ada
pelayanan posbindu. Hal ini juga sejalan dengan hasil diskusi bersama pemegang
program ini bahwa masalah utama dalam pelayanan Kesehatan Usia Lanjut yakni
tidak ada posbindu hal ini terjadi dikarenakan kondisi pandemi yang tidak
memungkinkan untuk melakukan pelayanan posbindu.
4.3.3.3 Alternatif Pemecahan Masalah Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut
Setelah didapatkan prioritas penyebab masalah, selanjutnya dilakukan
penyusunan berbagai alternatif solusi untuk memecahkan masalah tersebut. Berikut
merupakan alternatif pemecahan masalah yang disusun berdasarkan studi referensi
dan wawancara mendalam dengan pemegang program.
Tabel 15. Alternatif Pemecahan Masalah Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut
No. Solusi Deskripsi Tujuan Sasaran Estimasi Biaya
1. Pelaksanaan penyuluhan di
Puskesmas Kelurahan
Jagakarsa I
Menyampaikan
informasi
mengenai
pentingnya
kesehatan bagi
usia lanjut
Kunjungan Lansia
bertujuan untuk
memeriksakan
status kesehatan
Seluruh Lansia di
wilayah kerja puskesmas
0
2. Membuat pelatihan kader
untuk sosialisasi pentingnya
memeriksaan pasien usia
lanjut
Mengadakan
pertemuan dengan
para kader secara
virtual untuk
Memantau
Kesehatan lansia di
wilayah kerja
Seluruh kader di wilayah
kerja Puskesmas
Rp. 500.000
(Zoom premium)
disampaikan
kepada lansia
bahwa
memeriksakan
status kesehatan
dan kontrol
pengobatan itu
penting.
puskesmas
jagakarsa I
3. Kunjungan ke rumah lansia
yang memiliki Riwayat
penyakit
Melakukan
pemeriksaan
secara berkala
bagi pasien lansia
yang tidak bisa ke
fasyankes.
Memantau dan
memeriksa status
kesehatan lansia di
wilayah kerja
kelurahan jagakarsa
I
Seluruh lansia di wilayah
kerja puskesmas
0
4. Skrinning Lansia di
Vaksinasi Covid-19
Melakukan
skrinning lansia
sebelum
dilakukan
vaksinasi covid-
19
Memantau dan
memeriksa status
kesehatan lansia di
wilayah kerja
kelurahan jagakarsa
I
Seluruh lansia di wilayah
kerja puskesmas
0
4.3.3.4 Prioritas Alternatif Pemecahan Masalah Pelayanan Kesehatan Usia
Lanjut
Dalam menentukan prioritas dari solusi pemecahan masalah, pendekatan
yang dilakukan adalah dengan menggunakan matriks MxIxV/C. Metode ini terdiri
dari komponen:
1. Magnitude, dilihat dari seberapa besar alternatif solusi mampu untuk
memecahkan masalah. Diberi nilai 1-5 dimana semakin besar solusi dapat
menyelesaikan masalah maka nilai mendekati angka 5.
2. Importance, dilihat dari seberapa permanen solusi tersebut dapat
memecahkan masalah. Diberi nilai 1-5 dimana semakin permanen solusi
dalam menyelesaikan masalah maka nilai mendekati angka 5.
3. Vulnerability, dilihat dari seberapa cepat solusi tersebut dapat
menyelesaikan masalah. Diberi nilai 1-5 dimana semakin cepat solusi dapat
menyelesaikan masalah maka nilai mendekati angka 5.
4. Cost yaitu besar biaya solusi. Diberi nilai 1-5 dimana semakin kecil biaya
yang dikeluarkan maka nilai mendekati angka 1.
Tiga komponen pertama dikalikan, lalu dibagi dengan komponen cost.
Solusi dengan skor tertinggi merupakan pemecahan masalah terpilih.
Tabel 16. Penentuan Prioritas Alternatif Pemecahan Masalah Berdasarkan Metode
MxIxV/C Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut
No. Alternatif Pemacahan Masalah M I V C MxIxV / C
1. Pelaksanaan Penyuluhan di Puskesmas Kelurahan Jagakarsa I 5 3 2 2 15
2. Membuat pelatihan kader untuk sosialisasi pentingnya
memeriksaan pasien usia lanjut
4 3 3 4 9
3. Kunjungan ke rumah lansia yang memiliki Riwayat penyakit 5 5 5 2 62.5
4. Skrinning Lansia di Vaksinasi Covid-19 5 4 3 2 30
Tabel di atas menunjukkan bahwa total skoring tertinggi terdapat pada
alternatif pemecahan masalah berupa kunjungan ke rumah lansia yang memiliki
riwayat penyakit. Solusi ini kemudian akan disusun sebagai rekomendasi intervensi
program pelayanan kesehatan usia lanjut di Puskesmas Kelurahan Jagakarsa I.
4.4.3.1 Analisis Penyebab Masalah Pelayanan Kesehatan Penderita Diabetes
Melitus
Gambar 5. Analisis Penyebab Masalah dengan Diagram Fishbone Pelayanan
Kesehatan Penderita Diabetes Melitus
4.4.3.2 Prioritas Penyebab Masalah Pelayanan Kesehatan Penderita Diabetes
Melitus
Berdasarkan analisis penyebab masalah, didapatkan beberapa faktor mulai
dari komponen input, proses, dan lingkungan yang mempengaruhi output berupa
rendahnya pelayanan kesehatan penderita DM di Puskesmas Kelurahan Jagakarsa
I.. Agar dapat fokus memecahkan suatu penyebab masalah, maka perlu ditentukan
prioritas penyebab masalah. Penentuan prioritas penyebab masalah ini dilakukan
Pelaporan pasien
diabetes melitus di
wilayah kerja
Puskesmas belum
optimal
Masih banyak
masyarakat yang
belum terskrining
PTM, dikarenakan
tidak melakukan
kunjungan ke
fasyankes
Tidak beroperasi
nya Posbindu PTM
dikarenakan kondisi
pandemi
Tidak ada masalah
Eksekusi program
intervensi
langsung ke
masyarakat belum
optimal di masa
pandemi.
INPUT
Man
Tidak ada masalah
Money
Tidak ada masalah
Method
Belum semua masyarakat
terskrinning PTM
Material
Tidak ada masalah
Market
Kurangnya pengetahuan
tentang Diabetes Melitus
Skrinning PTM di
Poli Umum dan
Vaksinasi Covid-
19
Posbindu PTM
LINGKUNGAN
- Kondisi pandemi COVID-19 dan
takut keluar rumah
- Jarak Puskesmas cukup jauh dari
salah satu wilayah kerjanya
Planning
OUTPUT
Cakupan
kunjungan
penderita
diabetes
melitus belum
optimal
PROSES
Actuating
Organizing Controlling &
Evaluating
dengan menggunakan kriteria matriks ITR (Importance, Technical Feasibility,
Resources Availability). Metode ini dilakukan dengan cara memberikan penilaian
dari skala 1-5 pada setiap faktor penyebab, lalu masing-masing kriteria dikalikan.
Faktor yang memiliki total nilai tertinggi merupakan prioritas penyebab masalah.
Tabel 17. Penentuan Prioritas Penyebab Masalah Berdasarkan Metode ITR
Pelayanaan Kesehatan Penderita Diabetes Melitus
No. Penyebab Masalah I T R Total
1. Tidak Ada Pelayanan Posbindu PTM 5 4 5 100
2. Tidak Berani ke Fasyankes Dikarenakan Takut
Terkena Covid-19
5 5 5 125
Berdasarkan skoring dengan metode ITR tersebut, didapatkan bahwa
penyebab masalah yang menjadi prioritas untuk ditanggulangi adalah tidak berani
ke fasyankes terdekat dikarenakan takut terkena covid-19. Hal ini juga sejalan
dengan hasil diskusi bersama pemegang program ini bahwa masalah utama dalam
pelayanan Kesehatan Penderita Diabetes Melitus yakni menurun nya jumlah pasien
yang berkunjung di puskesmas jagakarsa I dikarenakan pandemi covid-19.
4.4.3.3 Alternatif Pemecahan Masalah Pelayanan Kesehatan Penderita
Diabetes Melitus
Setelah didapatkan prioritas penyebab masalah, selanjutnya dilakukan
penyusunan berbagai alternatif solusi untuk memecahkan masalah tersebut. Berikut
merupakan alternatif pemecahan masalah yang disusun berdasarkan studi referensi
dan wawancara mendalam dengan pemegang program.
Tabel 18. Alternatif Pemecahan Masalah Pelayanan Kesehatan Penderita DM
No. Solusi Deskripsi Tujuan Sasaran Estimasi Biaya
1. Pelaksanaan penyuluhan di
Puskesmas Kelurahan
Jagakarsa I
Menyampaikan
informasi
mengenai
penyakit tidak
menular salah
Meningkatkan
pengetahuan
mengenai penyakitb
tidak menular
Seluruh warga di wilayah
kerja puskesmas
0
satu nya Diabetes
Melitus
2. Membuat pelatihan kader
untuk sosialisasi pentingnya
skrining penyakit tidak
menular
Mengadakan
pertemuan dengan
para kader secara
virtual untuk
disampaikan
kepada warga nya
bahwa skrining
penyakit tidak
menular itu
penting sehingga
mengetahui
kondisi kesehatan
terkini
Memantau
Kesehatan warga di
wilayah kerja
puskesmas
jagakarsa I
Seluruh kader di wilayah
kerja Puskesmas
Rp. 500.000
(Zoom premium)
3. Kunjungan ke rumah warga
(door to door) untuk
skrining PTM
Melakukan
skrining PTM
secara door to
door agar
mengetahui status
Kesehatan terkini.
Memantau dan
memeriksa status /
skrining kesehatan
warga di wilayah
kerja kelurahan
jagakarsa I
Seluruh warga di wilayah
kerja puskesmas
0
4. Kerjasama antar sector (RS,
Fasyankes, Ormas dll) pada
saat melakukan vaksinasi
covid-19 massal di wilayah
kerja puskesmas
Mengikutser
takan pihak
puskesmas ketika
melakukan
vaksinasi covid-
19 di wilayah
kerja puskesmas,
pihak puskesmas
melakukan
skrining PTM
sebelum
dilakukan
vaksinasi covid-
19
Memantau dan
memeriksa status /
skrining Kesehatan
di wilayah kerja
kelurahan jagakarsa
I
Seluruh warga di wilayah
kerja puskesmas
0
4.4.3.4 Prioritas Alternatif Pemecahan Masalah Pelayanan Kesehatan
Penderita Diabetes Melitus
Dalam menentukan prioritas dari solusi pemecahan masalah, pendekatan
yang dilakukan adalah dengan menggunakan matriks MxIxV/C. Metode ini terdiri
dari komponen:
1. Magnitude, dilihat dari seberapa besar alternatif solusi mampu untuk
memecahkan masalah. Diberi nilai 1-5 dimana semakin besar solusi dapat
menyelesaikan masalah maka nilai mendekati angka 5.
2. Importance, dilihat dari seberapa permanen solusi tersebut dapat
memecahkan masalah. Diberi nilai 1-5 dimana semakin permanen solusi
dalam menyelesaikan masalah maka nilai mendekati angka 5.
3. Vulnerability, dilihat dari seberapa cepat solusi tersebut dapat
menyelesaikan masalah. Diberi nilai 1-5 dimana semakin cepat solusi dapat
menyelesaikan masalah maka nilai mendekati angka 5.
4. Cost yaitu besar biaya solusi. Diberi nilai 1-5 dimana semakin kecil biaya
yang dikeluarkan maka nilai mendekati angka 1.
Tiga komponen pertama dikalikan, lalu dibagi dengan komponen cost.
Solusi dengan skor tertinggi merupakan pemecahan masalah terpilih.
Tabel 19. Penentuan Prioritas Alternatif Pemecahan Masalah Berdasarkan Metode
MxIxV/C Pelayanan Kesehatan Penderita Diabetes Melitus
No. Alternatif Pemacahan Masalah M I V C MxIxV / C
1. Pelaksanaan Penyuluhan di Puskesmas Kelurahan Jagakarsa I 5 3 2 2 15
2. Membuat pelatihan kader untuk sosialisasi pentingnya skrining
penyakit tidak menular
4 3 3 4 9
3. Kunjungan ke rumah warga (door to door) untuk skrining PTM 5 5 4 2 50
4. Kerjasama antar sector (RS, Fasyankes, Ormas dll) pada saat
melakukan vaksinasi covid-19 massal di wilayah kerja
puskesmas
4 4 3 2 24
Tabel di atas menunjukkan bahwa total skoring tertinggi terdapat pada
alternatif pemecahan masalah berupa kunjungan ke rumah warga (door to door)
untuk skrining PTM. Solusi ini kemudian akan disusun sebagai rekomendasi
intervensi program pelayanan kesehatan penderita diabetes melitus di Puskesmas
Kelurahan Jagakarsa I.
4.5.3.1 Analisis Penyebab Masalah Pelayanan Kesehatan Penderita ODGJ
Gambar 6. Analisis Penyebab Masalah dengan Diagram Fishbone Pelayanan
Kesehatan Penderita ODGJ
4.5.3.2 Prioritas Penyebab Masalah Pelayanan Kesehatan Penderita ODGJ
Berdasarkan analisis penyebab masalah, didapatkan beberapa faktor mulai
dari komponen input, proses, dan lingkungan yang mempengaruhi output berupa
rendahnya pelayanan kesehatan penderita ODGJ di Puskesmas Kelurahan
Jagakarsa I. Agar dapat fokus memecahkan suatu penyebab masalah, maka perlu
Pelaporan pasien
ODGJ di wilayah
kerja Puskesmas
belum optimal
Kurangnya
dukungan
pengetahuan
keluarga
Kurangnya
kepedulian keluarga
terhadap pasien
Kasus ODGJ di
wilayah kerja
sedikit.
Tidak ada masalah
Eksekusi program
intervensi
langsung ke
masyarakat belum
optimal di masa
pandemi.
INPUT
Man
Tidak ada masalah
Money
Tidak ada masalah
Method
Belum adanya pelayanan
khusus pasien ODGJ sehingga
pelayanan masih bergabung
dengan pelayanan umum
lainnya.
Material
Belum adanya buku pedoman
skrining gg jiwa bagi petugas
Kesehatan maupun kader
Market
Kurangnya pengetahuan
tentang ODGJ
Kunjungan ke
rumah pasien
ODGJ
Skrining jiwa di
Poli Umum
LINGKUNGAN
- Kondisi pandemi COVID-19 dan
takut keluar rumah
- Jarak Puskesmas cukup jauh dari
salah satu wilayah kerjanya
Planning
OUTPUT
Cakupan
kunjungan
penderita
ODGJ belum
optimal
PROSES
Actuating
Organizing Controlling &
Evaluating
ditentukan prioritas penyebab masalah. Penentuan prioritas penyebab masalah ini
dilakukan dengan menggunakan kriteria matriks ITR (Importance, Technical
Feasibility, Resources Availability). Metode ini dilakukan dengan cara memberikan
penilaian dari skala 1-5 pada setiap faktor penyebab, lalu masing-masing kriteria
dikalikan. Faktor yang memiliki total nilai tertinggi merupakan prioritas penyebab
masalah.
Tabel 20. Penentuan Prioritas Penyebab Masalah Berdasarkan Metode ITR
Pelayanaan Kesehatan Penderita ODGJ
No. Penyebab Masalah I T R Total
1. Tidak Ada Kunjungan ke Rumah Penderita
ODGJ
5 4 5 100
2. Keluarga Tidak Berani Membawa Kontrol
Pasien ODGJ Dikarenakan Kondisi Pandemi
Covid-19
5 5 5 125
Berdasarkan skoring dengan metode ITR tersebut, didapatkan bahwa
penyebab masalah yang menjadi prioritas untuk ditanggulangi adalah tidak
beraninya keluarga untuk membawa pasien ODGJ ke fasyankes terdekat
dikarenakan takut terkena covid-19. Hal ini juga sejalan dengan hasil diskusi
bersama pemegang program ini bahwa masalah utama dalam pelayanan Kesehatan
Penderita ODGJ yakni menurun nya jumlah pasien ODGJ yang berkunjung di
puskesmas jagakarsa I dikarenakan pandemi covid-19.
4.5.3.3 Alternatif Pemecahan Masalah Pelayanan Kesehatan Penderita
ODGJ
Setelah didapatkan prioritas penyebab masalah, selanjutnya dilakukan
penyusunan berbagai alternatif solusi untuk memecahkan masalah tersebut. Berikut
merupakan alternatif pemecahan masalah yang disusun berdasarkan studi referensi
dan wawancara mendalam dengan pemegang program.
Tabel 21. Alternatif Pemecahan Masalah Pelayanan Kesehatan Penderita ODGJ
No. Solusi Deskripsi Tujuan Sasaran Estimasi Biaya
1. Pelaksanaan penyuluhan di
Puskesmas Kelurahan
Jagakarsa I
Menyampaikan
informasi
mengenai
Kesehatan jiwa
Meningkatkan
pengetahuan
mengenai
Kesehatan jiwa
Seluruh warga di wilayah
kerja puskesmas
0
2. Membuat pelatihan kader
jiwa untuk dapat membina
pasien ODGJ
Mengadakan
pertemuan dengan
para kader jiwa
secara virtual dan
memberikan
pelatihan
mengenai
pembinaan pasien
ODGJ
Memantau
kesehatan jiwa
warga di wilayah
kerja puskesmas
jagakarsa I
Seluruh kader di wilayah
kerja Puskesmas
Rp. 500.000
(Zoom premium)
3. Kunjungan ke rumah pasien
ODGJ (door to door)
Melakukan
pemeriksaan
kesehatan pasien
ODGJ secara
berkala di rumah.
Memantau dan
memeriksa status
kesehatan pasien
ODGJ di wilayah
kerja kelurahan
jagakarsa I
Seluruh pasien ODGJ di
wilayah kerja puskesmas
0
4.5.3.4 Prioritas Alternatif Pemecahan Masalah Pelayanan Kesehatan
Penderita ODGJ
Dalam menentukan prioritas dari solusi pemecahan masalah, pendekatan
yang dilakukan adalah dengan menggunakan matriks MxIxV/C. Metode ini terdiri
dari komponen:
1. Magnitude, dilihat dari seberapa besar alternatif solusi mampu untuk
memecahkan masalah. Diberi nilai 1-5 dimana semakin besar solusi dapat
menyelesaikan masalah maka nilai mendekati angka 5.
2. Importance, dilihat dari seberapa permanen solusi tersebut dapat
memecahkan masalah. Diberi nilai 1-5 dimana semakin permanen solusi
dalam menyelesaikan masalah maka nilai mendekati angka 5.
3. Vulnerability, dilihat dari seberapa cepat solusi tersebut dapat
menyelesaikan masalah. Diberi nilai 1-5 dimana semakin cepat solusi dapat
menyelesaikan masalah maka nilai mendekati angka 5.
4. Cost yaitu besar biaya solusi. Diberi nilai 1-5 dimana semakin kecil biaya
yang dikeluarkan maka nilai mendekati angka 1.
Tiga komponen pertama dikalikan, lalu dibagi dengan komponen cost.
Solusi dengan skor tertinggi merupakan pemecahan masalah terpilih.
Tabel 22. Penentuan Prioritas Alternatif Pemecahan Masalah Berdasarkan Metode
MxIxV/C Pelayanan Kesehatan Penderita ODGJ
No. Alternatif Pemacahan Masalah M I V C MxIxV / C
1. Pelaksanaan Penyuluhan di Puskesmas Kelurahan Jagakarsa I 5 3 2 2 15
2. Membuat pelatihan kader jiwa untuk dapat membina pasien
ODGJ
4 3 3 4 9
3. Kunjungan ke rumah pasien ODGJ (door to door) 5 4 4 2 40
Tabel di atas menunjukkan bahwa total skoring tertinggi terdapat pada
alternatif pemecahan masalah berupa kunjungan ke rumah pasien ODGJ (door to
door). Solusi ini kemudian akan disusun sebagai rekomendasi intervensi program
pelayanan kesehatan penderita ODGJ di Puskesmas Kelurahan Jagakarsa I.
4.6.3.1 Analisis Penyebab Masalah Pelayanan Kesehatan Penderita TB
Gambar 7. Analisis Penyebab Masalah dengan Diagram Fishbone Pelayanan
Kesehatan Penderita TB
4.6.3.2 Prioritas Penyebab Masalah Pelayanan Kesehatan Penderita TB
Berdasarkan analisis penyebab masalah, didapatkan beberapa faktor mulai
dari komponen input, proses, dan lingkungan yang mempengaruhi output berupa
rendahnya pelayanan kesehatan penderita TB di Puskesmas Kelurahan Jagakarsa I.
Agar dapat fokus memecahkan suatu penyebab masalah, maka perlu ditentukan
prioritas penyebab masalah. Penentuan prioritas penyebab masalah ini dilakukan
dengan menggunakan kriteria matriks ITR (Importance, Technical Feasibility,
Resources Availability). Metode ini dilakukan dengan cara memberikan penilaian
dari skala 1-5 pada setiap faktor penyebab, lalu masing-masing kriteria dikalikan.
Faktor yang memiliki total nilai tertinggi merupakan prioritas penyebab masalah.
Pelaporan pasien
TB dari faskes lain
di wilayah kerja
Puskesmas belum
optimal
Tidak ada masalah
Eksekusi program
intervensi langsung
ke masyarakat
belum optimal di
masa pandemi
INPUT
Man
Tidak masalah
Money
Tidak ada masalah
Method
Kurangnya program
sosialisasi mengenai
pentingnya deteksi dini
suspek TB
Material
Tidak ada masalah
Market
- Kurangnya pengetahuan
masyarakat tentang TB
- Kurangnya kesadaran
masyarakat untuk berobat
- Stigma negatif masyarakat
terhadap penderita TB
- Pasien dengan tingkat
sosioekonomi menengah ke
bawah terkendala akses
untuk pergi ke Puskesmas
Perencanaan
jadwal program
penyuluhan TB
belum optimal
LINGKUNGAN
- Kondisi pandemi COVID-19 dan
takut keluar rumah
- Jarak Puskesmas cukup jauh dari
salah satu wilayah kerjanya
Planning
OUTPUT
Rendahnya
pelayanan
kesehatan
orang dengan
TB
PROSES
Actuating
Organizing Controlling &
Evaluating
Tabel 23. Penentuan Prioritas Penyebab Masalah Berdasarkan Metode ITR
Pelayanaan Kesehatan Penderita TB
No. Penyebab Masalah I T R Total
1. Kurangnya petugas Puskesmas dalam pelayanan
TB
3 1 1 3
2. Kurangnya program sosialisasi mengenai
pentingnya deteksi dini suspek TB
5 4 5 100
3. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang TB 5 3 4 60
4. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk berobat 5 3 3 45
5. Stigma negatif masyarakat terhadap penderita TB 4 2 3 24
6. Pasien dengan tingkat sosioekonomi menengah ke
bawah terkendala akses untuk pergi ke Puskesmas
4 2 1 8
7. Perencanaan jadwal program penyuluhan TB belum
optimal
5 3 4 60
8. Eksekusi program intervensi langsung ke
masyarakat belum optimal di masa pandemi
4 2 2 16
9. Pelaporan pasien TB dari faskes lain di wilayah
kerja Puskesmas belum optimal
3 3 3 27
10. Jarak Puskesmas cukup jauh dari salah satu wilayah
kerjanya
4 1 1 4
11. Kondisi pandemi COVID-19 5 1 1 5
Berdasarkan skoring dengan metode ITR tersebut, didapatkan bahwa
penyebab masalah yang menjadi prioritas untuk ditanggulangi adalah kurangnya
program sosialisasi mengenai pentingnya deteksi dini suspek TB. Hal ini juga
sejalan dengan hasil diskusi bersama pemegang program TB di Puskesmas
Kelurahan Jagakarsa I , bahwa masalah utama dalam pelayanan TB saat ini terkait
dengan rendahnya penemuan kasus baru TB akibat suspek yang enggan diperiksa.
Suspek yang terdiri dari kontak erat pasien terkonfirmasi TB ini tidak mau
memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan dengan berbagai alasan, di antaranya
karena merasa sehat dan tidak bergejala, merasa takut terdiagnosis TB karena harus
berobat dalam jangka waktu lama, merasa malu karena stigma negatif penderita TB
masih tinggi di masyarakat, atau merasa takut untuk datang ke Puskesmas karena
kondisi pandemi COVID-19 yang belum mereda.
4.6.3.3 Alternatif Pemecahan Masalah Pelayanan Kesehatan Penderita TB
Setelah didapatkan prioritas penyebab masalah, selanjutnya dilakukan
penyusunan berbagai alternatif solusi untuk memecahkan masalah tersebut. Berikut
merupakan alternatif pemecahan masalah yang disusun berdasarkan studi referensi
dan wawancara mendalam dengan pemegang program.
Tabel 24. Alternatif Pemecahan Masalah Pelayanan Kesehatan Penderita TB
No. Solusi Deskripsi Tujuan Sasaran Estimasi Biaya
1. Membuat leaflet edukasi
pentingnya deteksi dini
bagi suspek TB
Menyampaikan
informasi
mengenai
pentingnya
memeriksakan
diri ke fasilitas
kesehatan bagi
suspek TB
melalui media
cetak yang
diberikan kepada
pasien ter-
konfirmasi TB
yang datang
berobat untuk
disampaikan
kepada kontak
erat/keluarganya
Agar suspek TB
bersedia
memeriksakan diri
ke fasilitas
kesehatan
Seluruh kontak erat
pasien terkonfirmasi TB
Rp300.000
2. Membuat penyuluhan di
dalam gedung
menggunakan slide
presentasi dan video
edukasi
Menyampaikan
informasi
mengenai
pentingnya
memeriksakan
diri ke fasilitas
kesehatan bagi
suspek TB
melalui metode
interaktif dan
Agar suspek TB
bersedia
memeriksakan diri
ke fasilitas
kesehatan
Seluruh pasien yang
berobat ke Puskesmas
Rp200.000
media elektronik
audiovisual
3. Membuat pelatihan kader
untuk sosialisasi pentingnya
deteksi dini bagi suspek TB
kepada masyarakat
Mengadakan
pertemuan dengan
para kader secara
virtual untuk
disampaikan
kepada
masyarakat
mengenai
pentingnya
memeriksakan
diri ke fasilitas
kesehatan bagi
suspek TB
Agar suspek TB
bersedia
memeriksakan diri
ke fasilitas
kesehatan
Seluruh kader di wilayah
kerja Puskesmas
Rp500.000
4.6.3.4 Prioritas Alternatif Pemecahan Masalah Pelayanan Kesehatan
Penderita TB
Dalam menentukan prioritas dari solusi pemecahan masalah, pendekatan
yang dilakukan adalah dengan menggunakan matriks MxIxV/C. Metode ini terdiri
dari komponen:
1. Magnitude, dilihat dari seberapa besar alternatif solusi mampu untuk
memecahkan masalah. Diberi nilai 1-5 dimana semakin besar solusi dapat
menyelesaikan masalah maka nilai mendekati angka 5.
2. Importance, dilihat dari seberapa permanen solusi tersebut dapat
memecahkan masalah. Diberi nilai 1-5 dimana semakin permanen solusi
dalam menyelesaikan masalah maka nilai mendekati angka 5.
3. Vulnerability, dilihat dari seberapa cepat solusi tersebut dapat
menyelesaikan masalah. Diberi nilai 1-5 dimana semakin cepat solusi dapat
menyelesaikan masalah maka nilai mendekati angka 5.
4. Cost yaitu besar biaya solusi. Diberi nilai 1-5 dimana semakin kecil biaya
yang dikeluarkan maka nilai mendekati angka 1.
Tiga komponen pertama dikalikan, lalu dibagi dengan komponen cost.
Solusi dengan skor tertinggi merupakan pemecahan masalah terpilih.
Tabel 25. Penentuan Prioritas Alternatif Pemecahan Masalah Berdasarkan Metode
MxIxV/C Pelayanan Kesehatan Penderita TB
No. Alternatif Pemacahan Masalah M I V C MxIxV / C
1. Membuat leaflet edukasi pentingnya deteksi dini
bagi suspek TB
4 3 4 3 16
2. Membuat penyuluhan di dalam gedung
menggunakan slide presentasi dan video edukasi
3 2 2 2 6
3. Membuat pelatihan kader untuk sosialisasi
pentingnya deteksi dini bagi suspek TB kepada
masyarakat
5 4 3 5 12
Tabel di atas menunjukkan bahwa total skoring tertinggi terdapat pada
alternatif pemecahan masalah berupa pembuatan leaflet edukasi pentingnya deteksi
dini bagi suspek TB. Solusi ini kemudian akan disusun sebagai rekomendasi
intervensi program pelayanan TB di Puskesmas Kelurahan Jagakarsa I.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil evaluasi program pelayanan kesehatan puskesmas
kelurahan jagakarsa I dari bulan januari – oktober 2021 didapatkan ada
6 Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang tidak tercapai target yakni
a. Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir
b. Pelayanan Kesehatan Balita
c. Pelayanan Kesehatan Pada Usia Lanjut
d. Pelayanan Kesehatan Penderita Diabetes Melitus (DM)
e. Pelayanan Kesehatan Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ)
f. Pelayanan Kesehatan Orang Dengan Tuberkulosis (TB)
2. Alasan utama SPM pelayanan Kesehatan bayi baru lahir tidak tercapai
yakni tidak berani ke fasyankes dikarenakan takut terkena covid-19.
Alternatif pemecahan masalah dapat berupa membuat pelatihan kader
untuk sosialisasi pentingnya memeriksakan neonatus baru lahir.
3. Alternatif pemecahan masalah pelayanan kesehatan balita dapat
dilakukan penimbangan balita secara mandiri di rumah dengan
pelaporan via Google Form. Alternatif ini akan bisa lebih efektif jika
terjadi kerjasama antara orang tua balita dan kader setempat.
4. Masalah yang terjadi dengan kesehatan pada usia lanjut yakni tidak
terjalan nya program posbindu sehiggga cakupan kesehatan usia lanjut
tidak berjalan optimal. Solusi yang akan dilakukan adalah dengan
melakukan kunjungan ke rumah warga usia lanjut yang memiliki
riwayat penyakit.
5. Kunjungan penderita diabetes melitus di daerah wilayah kerja
puskesmas mengalami penurunan hal ini terjadi oleh karena masih
banyak warga yang takut memeriksakan kesehatan ke puskesmas
karena kondisi pandemi covid-19. Intervensi yang akan dilakukan
adalah dengan melakukan skrining penyakit tidak menular secara masal
dengan cara door to door ke rumah warga.
6. Cakupan pelayanan kesehatan ODGJ belum tercapai dengan optimal,
hal ini terjadi karena program door to door ke rumah pasien ODGJ
terkendala karena pandemic covid-19. Solusi yang akan diberikan
adalah dijalan kan kembali program tersebut dengan meminta bantuan
kader setempat untuk mengumpulkan data dan melakukan pembinaan
terhadap pasien dengan ODGJ.
7. Rendahnya capaian pelayanan TB disebabkan oleh berbagai faktor.
Salah satu penyebab yang paling utama adalah kurangnya program
sosialisasi mengenai pentingnya deteksi dini bagi orang terduga TB
(suspek). Dari beberapa alternatif pemecahan masalah yang ada, dipilih
solusi berupa pembuatan leaflet sebagai media edukasi mengenai
pentingnya deteksi dini yang akan dibagikan kepada pasien baru
terkonfirmasi TB yang selanjutnya disampaikan kepada kontak
erat/keluarganya sebagai suspek TB.
5.2 Saran
1. Bagi tenaga kesehatan terutama pemegang program pelayanan yang
belum tercapai diharapkan dapat meningkatkan kegiatan sosialisasi atau
penyuluhan, baik di dalam maupun di luar gedung melalui metode-
metode yang inovatif dan aplikatif dengan segala keterbatasan yang
dihadapi pada masa pandemi COVID-19 ini.
2. Penanggung jawab program pelayanan diharapkan memiliki timeline
tugas, target dan capaian dalam kurun waktu yang ditentukan.
3. Pemegang program pelayanan memberikan laporan evaluasi setiap
bulan kepada Kepala Puskesmas sebagai pengawas dan pembina
program pelayanan.
4. Pemegang program pelayanan diharapkan melakukan pelatihan kepada
kader masing-masing program dengan pengawasan dari dokter
puskesmas dan atau Kepala Puskesmas.
5. Pemegang program pelayanan yang belum menguasai program atau
terkendala bisa berkonsultasi dengan dokter puskesmas maupun Kepala
Puskesmas.
6. Pemegang program pelayanan yang sudah tercapai cakupannya
diharapkan juga memiliki inovasi-inovasi baru sehingga program yang
dijalankan dapat lebih optimal lagi. Inovasi yang akan dikembangkan
bisa didiskusikan dengan dokter puskesmas maupun dengan Kepala
Puskesmas.
7. Pemegang program pelayanan diharapkan update ilmu terbaru, sehingga
bisa lebih mengusai program pelayanan.
8. Bagi kader, perangkat desa, dan tokoh masyarakat diharapkan dapat
mengambil peran aktif untuk memberikan sosialisasi, dukungan, dan
penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya kesehatan bagi kita
semua.
DAFTAR PUSTAKA

Contenu connexe

Tendances

Penilaian kinerja puskesmas
Penilaian kinerja puskesmasPenilaian kinerja puskesmas
Penilaian kinerja puskesmasJoni Iswanto
 
Review kebijakan program pencegahan dan pengendalian kusta dan frambusia
Review kebijakan program  pencegahan dan pengendalian kusta dan frambusia Review kebijakan program  pencegahan dan pengendalian kusta dan frambusia
Review kebijakan program pencegahan dan pengendalian kusta dan frambusia rickygunawan84
 
7. audit maternal perinatal
7. audit maternal perinatal7. audit maternal perinatal
7. audit maternal perinatalAgus Candra
 
Penyuluhan diabetes mellitus
Penyuluhan diabetes mellitusPenyuluhan diabetes mellitus
Penyuluhan diabetes mellitusYunita Manurung
 
PPT Promosi Kesehatan Anemia pada Remaja
PPT Promosi Kesehatan Anemia pada Remaja PPT Promosi Kesehatan Anemia pada Remaja
PPT Promosi Kesehatan Anemia pada Remaja Shela Rizky Tarinda
 
Bedah minor ; eksisi clavus
Bedah minor ; eksisi clavusBedah minor ; eksisi clavus
Bedah minor ; eksisi clavusAsep Hermana
 
Promosi kesehatan kuliah kamis
Promosi kesehatan kuliah kamisPromosi kesehatan kuliah kamis
Promosi kesehatan kuliah kamisDasuki Suke
 
Manajemen puskesmas
Manajemen puskesmas Manajemen puskesmas
Manajemen puskesmas renjanaera
 
PUSKESMAS SANTUN LANSIA
PUSKESMAS SANTUN LANSIAPUSKESMAS SANTUN LANSIA
PUSKESMAS SANTUN LANSIAZakiah dr
 
POWERPOINT GERMAS (PPT GERMAS)
POWERPOINT GERMAS (PPT GERMAS)POWERPOINT GERMAS (PPT GERMAS)
POWERPOINT GERMAS (PPT GERMAS)Lutfi Imansari
 
Perbedaan cros, case, cohort
Perbedaan cros, case, cohortPerbedaan cros, case, cohort
Perbedaan cros, case, cohortLisa Prihastari
 
Pelayanan Kesehatan
Pelayanan KesehatanPelayanan Kesehatan
Pelayanan KesehatanCsii M'py
 
Contoh profil indikator mutu ukm
Contoh profil indikator mutu ukmContoh profil indikator mutu ukm
Contoh profil indikator mutu ukmKlinikSubanmedika
 
Permasalahan program keluarga berencana,ppt
Permasalahan program keluarga berencana,pptPermasalahan program keluarga berencana,ppt
Permasalahan program keluarga berencana,pptmartaagustinasirait
 

Tendances (20)

Penilaian kinerja puskesmas
Penilaian kinerja puskesmasPenilaian kinerja puskesmas
Penilaian kinerja puskesmas
 
Lamp materi penyuluhan tb
Lamp materi penyuluhan tbLamp materi penyuluhan tb
Lamp materi penyuluhan tb
 
Review kebijakan program pencegahan dan pengendalian kusta dan frambusia
Review kebijakan program  pencegahan dan pengendalian kusta dan frambusia Review kebijakan program  pencegahan dan pengendalian kusta dan frambusia
Review kebijakan program pencegahan dan pengendalian kusta dan frambusia
 
7. audit maternal perinatal
7. audit maternal perinatal7. audit maternal perinatal
7. audit maternal perinatal
 
Penyuluhan diabetes mellitus
Penyuluhan diabetes mellitusPenyuluhan diabetes mellitus
Penyuluhan diabetes mellitus
 
PPT Promosi Kesehatan Anemia pada Remaja
PPT Promosi Kesehatan Anemia pada Remaja PPT Promosi Kesehatan Anemia pada Remaja
PPT Promosi Kesehatan Anemia pada Remaja
 
Bedah minor ; eksisi clavus
Bedah minor ; eksisi clavusBedah minor ; eksisi clavus
Bedah minor ; eksisi clavus
 
Promosi kesehatan kuliah kamis
Promosi kesehatan kuliah kamisPromosi kesehatan kuliah kamis
Promosi kesehatan kuliah kamis
 
Ca mammae
Ca mammaeCa mammae
Ca mammae
 
Buku Panduan Kader Posyandu
Buku Panduan Kader PosyanduBuku Panduan Kader Posyandu
Buku Panduan Kader Posyandu
 
Manajemen puskesmas
Manajemen puskesmas Manajemen puskesmas
Manajemen puskesmas
 
Manajemen Puskesmas
Manajemen PuskesmasManajemen Puskesmas
Manajemen Puskesmas
 
STUNTING.ppt
STUNTING.pptSTUNTING.ppt
STUNTING.ppt
 
Ppt dm
Ppt dmPpt dm
Ppt dm
 
PUSKESMAS SANTUN LANSIA
PUSKESMAS SANTUN LANSIAPUSKESMAS SANTUN LANSIA
PUSKESMAS SANTUN LANSIA
 
POWERPOINT GERMAS (PPT GERMAS)
POWERPOINT GERMAS (PPT GERMAS)POWERPOINT GERMAS (PPT GERMAS)
POWERPOINT GERMAS (PPT GERMAS)
 
Perbedaan cros, case, cohort
Perbedaan cros, case, cohortPerbedaan cros, case, cohort
Perbedaan cros, case, cohort
 
Pelayanan Kesehatan
Pelayanan KesehatanPelayanan Kesehatan
Pelayanan Kesehatan
 
Contoh profil indikator mutu ukm
Contoh profil indikator mutu ukmContoh profil indikator mutu ukm
Contoh profil indikator mutu ukm
 
Permasalahan program keluarga berencana,ppt
Permasalahan program keluarga berencana,pptPermasalahan program keluarga berencana,ppt
Permasalahan program keluarga berencana,ppt
 

Similaire à Evapro puskes jagakarsa

Keputusan menteri kesehatan republik indonesia
Keputusan menteri kesehatan republik indonesiaKeputusan menteri kesehatan republik indonesia
Keputusan menteri kesehatan republik indonesiaNazila Hana
 
PEMBAHASAN PUSKESMAS DALAM UNDANG 75
PEMBAHASAN PUSKESMAS  DALAM UNDANG 75PEMBAHASAN PUSKESMAS  DALAM UNDANG 75
PEMBAHASAN PUSKESMAS DALAM UNDANG 75hananazila
 
Puskesmas (tugas kelompok) IKM
Puskesmas (tugas kelompok) IKMPuskesmas (tugas kelompok) IKM
Puskesmas (tugas kelompok) IKMAinur
 
Laporan promkes fix
Laporan promkes fixLaporan promkes fix
Laporan promkes fixYulli Utami
 
PPT KELOMPOK 1 DASAR-DASAR KESMAS.pptx
PPT KELOMPOK 1 DASAR-DASAR KESMAS.pptxPPT KELOMPOK 1 DASAR-DASAR KESMAS.pptx
PPT KELOMPOK 1 DASAR-DASAR KESMAS.pptxMurniAbbas1
 
1. BUKU PEDOMAN PKP.docx
1. BUKU PEDOMAN PKP.docx1. BUKU PEDOMAN PKP.docx
1. BUKU PEDOMAN PKP.docxherusiswanto25
 
Man it pkm pabuaran kel 7 tk 2 b d3 kep dikonversi (2) (3)
Man it pkm pabuaran kel 7  tk 2 b d3 kep dikonversi (2) (3)Man it pkm pabuaran kel 7  tk 2 b d3 kep dikonversi (2) (3)
Man it pkm pabuaran kel 7 tk 2 b d3 kep dikonversi (2) (3)YayangHartini
 
Man it pkm pabuaran kel 7 tk 2 b d3 kep
Man it pkm pabuaran kel 7  tk 2 b d3 kepMan it pkm pabuaran kel 7  tk 2 b d3 kep
Man it pkm pabuaran kel 7 tk 2 b d3 kepFebiFrastikaYuniar
 
Man it pkm pabuaran kel 7 tk 2 b d3 kep
Man it pkm pabuaran kel 7  tk 2 b d3 kepMan it pkm pabuaran kel 7  tk 2 b d3 kep
Man it pkm pabuaran kel 7 tk 2 b d3 kepdianoktaviani10
 
Man it pkm pabuaran kel 7 tk 2 b d3 kep
Man it pkm pabuaran kel 7  tk 2 b d3 kepMan it pkm pabuaran kel 7  tk 2 b d3 kep
Man it pkm pabuaran kel 7 tk 2 b d3 kepYayangHartini
 
Man it pkm pabuaran kel 7 tk 2 b d3 kep dikonversi (2) (3)
Man it pkm pabuaran kel 7  tk 2 b d3 kep dikonversi (2) (3)Man it pkm pabuaran kel 7  tk 2 b d3 kep dikonversi (2) (3)
Man it pkm pabuaran kel 7 tk 2 b d3 kep dikonversi (2) (3)FebiFrastikaYuniar
 
Man it pkm pabuaran kel 7 tk 2 b d3 kep
Man it pkm pabuaran kel 7  tk 2 b d3 kep Man it pkm pabuaran kel 7  tk 2 b d3 kep
Man it pkm pabuaran kel 7 tk 2 b d3 kep AgisIrham
 
Laporan tugas bidan ptt (autosaved)
Laporan tugas bidan ptt (autosaved)Laporan tugas bidan ptt (autosaved)
Laporan tugas bidan ptt (autosaved)ILYAS FIRDAUS
 
makalah analisis di puskesmas baros
makalah analisis di puskesmas baros makalah analisis di puskesmas baros
makalah analisis di puskesmas baros Sonia Aleadinata
 
makalah analisa data di puskesmas baros sukabumi
makalah analisa data di puskesmas baros sukabumimakalah analisa data di puskesmas baros sukabumi
makalah analisa data di puskesmas baros sukabumiwulansrilestari
 
analisa data puskesmas baros sukabumi
analisa data puskesmas baros sukabumianalisa data puskesmas baros sukabumi
analisa data puskesmas baros sukabumiMelaniPutrikhoirunis
 
makalah analisis di puskesmas baros
makalah analisis di puskesmas baros makalah analisis di puskesmas baros
makalah analisis di puskesmas baros Sonia Aleadinata
 
makalah analisis di puskesmas baros
makalah analisis di puskesmas barosmakalah analisis di puskesmas baros
makalah analisis di puskesmas barosermapurwati1
 

Similaire à Evapro puskes jagakarsa (20)

Keputusan menteri kesehatan republik indonesia
Keputusan menteri kesehatan republik indonesiaKeputusan menteri kesehatan republik indonesia
Keputusan menteri kesehatan republik indonesia
 
PEMBAHASAN PUSKESMAS DALAM UNDANG 75
PEMBAHASAN PUSKESMAS  DALAM UNDANG 75PEMBAHASAN PUSKESMAS  DALAM UNDANG 75
PEMBAHASAN PUSKESMAS DALAM UNDANG 75
 
Puskesmas (tugas kelompok) IKM
Puskesmas (tugas kelompok) IKMPuskesmas (tugas kelompok) IKM
Puskesmas (tugas kelompok) IKM
 
Laporan promkes fix
Laporan promkes fixLaporan promkes fix
Laporan promkes fix
 
PPT KELOMPOK 1 DASAR-DASAR KESMAS.pptx
PPT KELOMPOK 1 DASAR-DASAR KESMAS.pptxPPT KELOMPOK 1 DASAR-DASAR KESMAS.pptx
PPT KELOMPOK 1 DASAR-DASAR KESMAS.pptx
 
1. BUKU PEDOMAN PKP.docx
1. BUKU PEDOMAN PKP.docx1. BUKU PEDOMAN PKP.docx
1. BUKU PEDOMAN PKP.docx
 
Makalah puskesmas
Makalah  puskesmasMakalah  puskesmas
Makalah puskesmas
 
Man it pkm pabuaran kel 7 tk 2 b d3 kep dikonversi (2) (3)
Man it pkm pabuaran kel 7  tk 2 b d3 kep dikonversi (2) (3)Man it pkm pabuaran kel 7  tk 2 b d3 kep dikonversi (2) (3)
Man it pkm pabuaran kel 7 tk 2 b d3 kep dikonversi (2) (3)
 
Man it pkm pabuaran kel 7 tk 2 b d3 kep
Man it pkm pabuaran kel 7  tk 2 b d3 kepMan it pkm pabuaran kel 7  tk 2 b d3 kep
Man it pkm pabuaran kel 7 tk 2 b d3 kep
 
Man it pkm pabuaran kel 7 tk 2 b d3 kep
Man it pkm pabuaran kel 7  tk 2 b d3 kepMan it pkm pabuaran kel 7  tk 2 b d3 kep
Man it pkm pabuaran kel 7 tk 2 b d3 kep
 
Man it pkm pabuaran kel 7 tk 2 b d3 kep
Man it pkm pabuaran kel 7  tk 2 b d3 kepMan it pkm pabuaran kel 7  tk 2 b d3 kep
Man it pkm pabuaran kel 7 tk 2 b d3 kep
 
Man it pkm pabuaran kel 7 tk 2 b d3 kep dikonversi (2) (3)
Man it pkm pabuaran kel 7  tk 2 b d3 kep dikonversi (2) (3)Man it pkm pabuaran kel 7  tk 2 b d3 kep dikonversi (2) (3)
Man it pkm pabuaran kel 7 tk 2 b d3 kep dikonversi (2) (3)
 
Man it pkm pabuaran kel 7 tk 2 b d3 kep
Man it pkm pabuaran kel 7  tk 2 b d3 kep Man it pkm pabuaran kel 7  tk 2 b d3 kep
Man it pkm pabuaran kel 7 tk 2 b d3 kep
 
(5). program pembinaan kesehatan komunitas
(5). program pembinaan kesehatan komunitas(5). program pembinaan kesehatan komunitas
(5). program pembinaan kesehatan komunitas
 
Laporan tugas bidan ptt (autosaved)
Laporan tugas bidan ptt (autosaved)Laporan tugas bidan ptt (autosaved)
Laporan tugas bidan ptt (autosaved)
 
makalah analisis di puskesmas baros
makalah analisis di puskesmas baros makalah analisis di puskesmas baros
makalah analisis di puskesmas baros
 
makalah analisa data di puskesmas baros sukabumi
makalah analisa data di puskesmas baros sukabumimakalah analisa data di puskesmas baros sukabumi
makalah analisa data di puskesmas baros sukabumi
 
analisa data puskesmas baros sukabumi
analisa data puskesmas baros sukabumianalisa data puskesmas baros sukabumi
analisa data puskesmas baros sukabumi
 
makalah analisis di puskesmas baros
makalah analisis di puskesmas baros makalah analisis di puskesmas baros
makalah analisis di puskesmas baros
 
makalah analisis di puskesmas baros
makalah analisis di puskesmas barosmakalah analisis di puskesmas baros
makalah analisis di puskesmas baros
 

Dernier

Salinan PPT TATA BAHASA Bahasa Indonesia
Salinan PPT TATA BAHASA Bahasa IndonesiaSalinan PPT TATA BAHASA Bahasa Indonesia
Salinan PPT TATA BAHASA Bahasa Indonesiasdn4mangkujayan
 
KISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkks
KISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkksKISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkks
KISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkksdanzztzy405
 
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptxUKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptxzidanlbs25
 
ASUMSI DAN KARAKTERISTIK AKUNTANSI SYARIAH.pptx
ASUMSI DAN KARAKTERISTIK AKUNTANSI SYARIAH.pptxASUMSI DAN KARAKTERISTIK AKUNTANSI SYARIAH.pptx
ASUMSI DAN KARAKTERISTIK AKUNTANSI SYARIAH.pptxAdrimanMulya
 
Perlindungan Anak Dalam Hukum Perdata (2).pdf
Perlindungan Anak Dalam Hukum Perdata (2).pdfPerlindungan Anak Dalam Hukum Perdata (2).pdf
Perlindungan Anak Dalam Hukum Perdata (2).pdfjeffrisovana999
 
Contoh Algoritma Asosiasi pada data mining
Contoh Algoritma Asosiasi pada data miningContoh Algoritma Asosiasi pada data mining
Contoh Algoritma Asosiasi pada data miningSamFChaerul
 
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...Shary Armonitha
 
514034136-Tugas-Modul-4-5-Komputer-Dan-Media-Pembelajaran.pptx
514034136-Tugas-Modul-4-5-Komputer-Dan-Media-Pembelajaran.pptx514034136-Tugas-Modul-4-5-Komputer-Dan-Media-Pembelajaran.pptx
514034136-Tugas-Modul-4-5-Komputer-Dan-Media-Pembelajaran.pptxAbidinMaulana
 
KONSEP DASAR ADVOKASI GIZI KEBIJAKAN PEMERINTAHAN
KONSEP DASAR ADVOKASI GIZI KEBIJAKAN PEMERINTAHANKONSEP DASAR ADVOKASI GIZI KEBIJAKAN PEMERINTAHAN
KONSEP DASAR ADVOKASI GIZI KEBIJAKAN PEMERINTAHANDevonneDillaElFachri
 

Dernier (11)

Salinan PPT TATA BAHASA Bahasa Indonesia
Salinan PPT TATA BAHASA Bahasa IndonesiaSalinan PPT TATA BAHASA Bahasa Indonesia
Salinan PPT TATA BAHASA Bahasa Indonesia
 
KISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkks
KISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkksKISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkks
KISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkks
 
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptxUKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
 
ASUMSI DAN KARAKTERISTIK AKUNTANSI SYARIAH.pptx
ASUMSI DAN KARAKTERISTIK AKUNTANSI SYARIAH.pptxASUMSI DAN KARAKTERISTIK AKUNTANSI SYARIAH.pptx
ASUMSI DAN KARAKTERISTIK AKUNTANSI SYARIAH.pptx
 
Abortion pills in Jeddah+966543202731/ buy cytotec
Abortion pills in Jeddah+966543202731/ buy cytotecAbortion pills in Jeddah+966543202731/ buy cytotec
Abortion pills in Jeddah+966543202731/ buy cytotec
 
Abortion pills in Kuwait salmiyah [+966572737505 ] Get Cytotec in Kuwait city...
Abortion pills in Kuwait salmiyah [+966572737505 ] Get Cytotec in Kuwait city...Abortion pills in Kuwait salmiyah [+966572737505 ] Get Cytotec in Kuwait city...
Abortion pills in Kuwait salmiyah [+966572737505 ] Get Cytotec in Kuwait city...
 
Perlindungan Anak Dalam Hukum Perdata (2).pdf
Perlindungan Anak Dalam Hukum Perdata (2).pdfPerlindungan Anak Dalam Hukum Perdata (2).pdf
Perlindungan Anak Dalam Hukum Perdata (2).pdf
 
Contoh Algoritma Asosiasi pada data mining
Contoh Algoritma Asosiasi pada data miningContoh Algoritma Asosiasi pada data mining
Contoh Algoritma Asosiasi pada data mining
 
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
 
514034136-Tugas-Modul-4-5-Komputer-Dan-Media-Pembelajaran.pptx
514034136-Tugas-Modul-4-5-Komputer-Dan-Media-Pembelajaran.pptx514034136-Tugas-Modul-4-5-Komputer-Dan-Media-Pembelajaran.pptx
514034136-Tugas-Modul-4-5-Komputer-Dan-Media-Pembelajaran.pptx
 
KONSEP DASAR ADVOKASI GIZI KEBIJAKAN PEMERINTAHAN
KONSEP DASAR ADVOKASI GIZI KEBIJAKAN PEMERINTAHANKONSEP DASAR ADVOKASI GIZI KEBIJAKAN PEMERINTAHAN
KONSEP DASAR ADVOKASI GIZI KEBIJAKAN PEMERINTAHAN
 

Evapro puskes jagakarsa

  • 1. EVALUASI PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL PUSKESMAS KELURAHAN JAGAKARSA I BULAN JANUARI – OKTOBER 2021 Disusun oleh : dr. Irfana Efendi Pendamping: dr. Dewy Mismarita NIP. 196303071989102001 PROGRAM DOKTER INTERNSIP PUSKESMAS KELURAHAN JAGAKARSA I DEPARTEMEN KESEHATAN PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2021
  • 2. KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena hanya atas rahmat dan izin-Nya saya dapat menyelesaikan evaluasi program ini. Evaluasi program ini merupakan hasil kegiatan yang saya lakukan sebagai dokter internsip di Puskesmas Kelurahan Jagakarsa I. Begitu banyak dukungan dan bantuan yang saya terima dari banyak pihak. Untuk itu, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Kepala Puskesmas Kelurahan Jagakarsa I sekaligus dokter pendamping internsip atas bimbingan dan bantuannya 2. Staff Puskesmas Kelurahan Jagakarsa I atas bantuan dan kerjasamanya 3. Teman-teman sejawat dokter internsip atas bantuan dan dukungannya. Akhir kata saya berharap semoga evaluasi program ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan. Jakarta, November 2021 dr. Irfana Efendi
  • 4. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Standar Pelayanan Minimal (SPM) adalah ketentuanidan mutu pelayanan dasar minimal sebagai urusan pemerintah untuk memenuhiohak setiap warga negara (Kemenkes, 2019). Sesuaiodengan ketentuan yang sudah ditetapkanmpemerintah untuk memenuhi setiap SPM yangoberlaku diharapkan targetidapat mencapai 100% untuk memenuhiokesejahteraan masyarakat. Mutu suatu pelayanan tidak terlepas dari adanya suatu standar acuan yang dijadikan pedoman untuk memberikan pelayanan. Pemerintah dalam mendukung pelayanan yang bermutu yaitu dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan. Pencapaian target SPM dengan program prioritas lainnya menjadi indikator bagi Pemerintah Daerah untuk menilai baik atau tidaknya kinerja Kepala Daerah dalam melaksanakan tugas dengan adanya reward dan punisment. Standar Pelayanan Minimal merupakan ketentuan dalam memberikan pelayanan bermutu yang secara minimal harus dilaksanakan oleh Pemerintah daerah dengan target capaian SPM harus 100% setiap tahunnya. SPM bidang kesehatan mencakup 12 indikator jenis layanan yaitu pelayanan kesehatan ibu hamil, pelayanan kesehatan ibu bersalin, pelayanan kesehatan bayi baru lahir, pelayanan kesehatan balita, pelayanan kesehatan pada usia pendidikan dasar, pelayanan kesehatan pada usia produktif, pelayanan kesehatan pada usia lanjut, pelayanan kesehatan penderita hipertensi, pelayanan kesehatan penderita diabetes melitus, pelayanan kesehatan orang dengan gangguan jiwa berat, pelayanan kesehatan orang dengan TB, dan pelayanan kesehatan orang dengan risiko terinfeksi HIV. Puskesmas Kelurahan Jagakarsa I merupakan fasilitas pelayanan kesehatan yang merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan yang menyeluruh dan terpadu
  • 5. bagi masyarakat di Wilayah Kelurahan Jagakarsa, puskesmas mempunyai wewenang dan tanggung jawab atas pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam wilayah kerjanya. Pelayanan kesehatan yang diberikan Puskesmas Kelurahan Jagakarsa I adalah pelayanan kesehatan menyeluruh yang meliputi pelayanan: kuratif (pengobatan), preventif (upaya pencegahan), promotif (peningkatan kesehatan), dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan). Pelayanan tersebut ditujukan kepada semua penduduk, tidak membedakan jenis kelamin, ras dan golongan umur, sejak pembuahan dalam kandungan sampai tutup usia. Dalam menuju pencapaian SPM sesuai target, dibutuhkan analisis atau evaluasi. Ridwan, Jane dan Chreisye (2015) telah melakukan penelitian tentang Analisis Implementasi Standar Pelayanan Minimal (SPM) di salah satu puskesmas di kota Manado yakni Puskesmas Tuminting dengan hasil masih banyak program yang belum sesuai target. Oleh karena itu, peneliti pun juga tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Evaluasi Pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal Puskesmas Jagakarsa I Bulan Januari – Oktober 2021”. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, diketahui rumusan masalah penelitian ini adalah “Bagaimana Pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal Puskesmas Kelurahan Jagakarsa I Bulan Januari – Oktober 2021” 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi mengenai Pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal Puskesmas Kelurahan Jagakarsa I Bulan Januari – Oktober 2021.
  • 6. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengevaluasi terkait masukan (input) yang dilihat dari kebijakan, tenaga, dana, dan prasarana dalam pelaksanaan SPM Puskesmas Kelurahan Jagakarsa I Bulan Januari – Oktober 2021 2. Mengevaluasi terkait proses (process) yang dilihat dari pendataan, pelatihan, pelayanan, pencatatan dan pelaporan, dan monitoring evaluasi dalam pelaksanaan SPM Puskesmas Kelurahan Jagakarsa I Bulan Januari – Oktober 2021. 3. Mengevaluasi terkait keluaran (output) yaitu pencapaian target dalam pelaksanaan SPM Puskesmas Kelurahan Jagakarsa I Bulan Januari – Oktober 2021 1.4 Manfaat Penelitian 1. Meningkatkan wawasan, kemampuan, dan pengalaman peneliti mengenai SPM serta mengaplikasikan ilmu yang peneliti dapatkan selama mengikuti perkuliahan di Fakultas Kedokteran. 2. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan untuk melakukan langkah- langkah pencapaian target dalam pelaksanaan SPM di Puskesmas Kelurahan Jagakarsa I. 3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi tambahan bagi Fakultas Kedokteran terutama bagian Ilmu Kedokteran Masyarakat dalam ilmu dan teknologi untuk meningkatkan pelayanan kesehatan yang berkaitan dengan pencapaian SPM. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian dilakukan untuk mengevaluasi pelaksanaan SPM Puskesmas Kelurahan Jagakarsa I Bulan Januari – Oktober 2021. Meliputi pendekatan sistem dilihat dari unsur input (kebijakan, tenaga, dana dan sarana), proses (pendataan, pelatihan, pelayanan, pencatatan dan pelaporan, dan monitoring evaluasi), dan output dengan menggunakan jenis penelitian kualitatif.
  • 7. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Puskesmas 2.1.1 Pengertian Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah unit pelaksana teknis dinas kabupaten/ kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Puskesmas merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan yang memiliki peran penting dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Selain itu, puskesmas adalah salah satu fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menjadi tolak ukur dari pembangunan kesehatan. Puskesmas memiliki tugas untuk melaksanakan kebijakan kesehatan untuk dapat mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka mendukung terwujudnya kecamatan sehat. Dalam melaksanakan tugas untuk mewujudkan kecamatan sehat, puskesmas menyelenggarakan fungsi penyelenggaraan UKM (Upaya kesehatan Masyarakat) tingkat pertama, dan penyelenggaraan UKP (Upaya Kesehatan Perorangan) tingkat pertama di wilayah kerjanya. Puskesmas merupakan kesatuan organisasi fungsional yang menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat dengan peran serta aktif masyarakat dan menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna, dengan biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah dan masyarakat luas guna mencapai derajat kesehatan yang optimal, tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada perorangan. Pelayanan kesehatan masyarakat adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat secara lebih merata, bermutu dan sesuai dengan kondisi kesehatan masyarakat yang berada disekitarnya agar tercapai kemampuan hidup sehat bagi masyarakat untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Selain itu pelayanan kesehatan masyarakat merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan
  • 8. masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan/ atau masyarakat. 2.1.2 Peranan dan Fungsi Puskesmas Peranan Puskesmas Peranan Puskesmas adalah sebagai berikut : 1. Pengembangan upaya kesehatan 2. Pembinaan upaya Kesehatan 3. Pelayanan upaya keseha Fungsi Puskes : Puskesmas memiliki tiga fungsi pokok, yaitu : a. Sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan Kesehatan 1. Berupaya menggerakkan lintas sektor dan dunia usaha wilayah kerja agar menyelenggarakan pembangunan yang berwawasan kesehatan. 2. Aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap program pembangunan di wilayah kerjanya b. Sebagai pusat pemberdayaan masyarakat Berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat keluarga dan masyarakat : 1. Memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat 2. Berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk pembiayaan 3. Ikut menetapkan menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program Kesehatan 4. Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat 5. Merangsang masyarakat termasuk swasta untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka menolong dirinya sendiri 6. Memberikan petunjuk kepada masyarakat tentang bagaimana menggali dan menggunakan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien.
  • 9. c. Sebagai pusat pelayanan kesehatan strata pertama Menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama (primer) secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan (kontinu) mencakup : 1. Pelayanan kesehatan perorangan yakni pelayanan yang bersifat pribadi dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan perorangan tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit. Pelayanan perorangan tersebut adalah rawat jalan dan untuk puskesmas tertentu ditambah rawat inap. 2. Pelayanan kesehatan masyarakat yakni pelayanan yang bersifat publik dengan tujuan utama memlihara dusun meningkatkan serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat tersebut antara lain promosi kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga, keluarga berencana, kesehatan jiwa serta berbagai program kesehatan masyarakat lainnya. 2.1.3 Wilayah Kerja Puskesmas Puskesmas mempunyai wewenang dan tanggung jawab pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam wilayah kerjanya. Wilayah kerja Puskesmas bisa meliputi satu kecamatan atau sebagian dari kecamatan. Luas wilayah kerja puskesmas ditetapkan berdasrakan faktor- faktor : a. Jumlah penduduk b. Keadaan geografis c. Keadaan sarana perhubungan d. Keadaan infra struktur masyarakat lainnya Mempertimbangkan faktor-faktor tersebut di atas, dalam upaya memperluas jangkauan dan mutu pelayanan kesehatan, memungkinkan Puskesmas untuk ditunjang oleh unit pelayanan kesehatan yang luas dan merata dan lebih sederhana dalam bentuk Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling dan satuan Pelayanan Kesehatan Swasta dalm bentuk Poliklinik. Balai pengobatan, Balai Kesehatan Ibu
  • 10. dan anak , Rumah Bersalin, dokter praktek swasta serta kegiatan Kader Kesehatan dalam rangka PKMD (Pusat kesehatan Dan Masyarakat Desa) yang secara teknis di bawah pengawasan dan pengaturan puskesmas. Pelayanan kesehatan yang diberikan di puskesmas adalah pelayanan kesehatan yang meliputi pelayanan Kuratif (pengobatan), Preventif (kesehatan pencegahan), Promotif (peningkatan kesehatan), dan Rehabilitatif (pemulihan kesehatan) yang ditujukan kepada semua jenis dan golongan umur, sejak pembuahan dalam kandungan sampai tutup usia. 2.2 Standar Pelayanan Minimum (SPM) Puskesmas. Kesehatan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia dan merupakan modal setiap warga negara dan setiap bangsa dalam mencapai tujuannya dan mencapai kemakmuran. Sehat merupakan modal setiap individu untuk meneruskan kehidupannya secara layak. Pemerintah mempunyai tanggung jawab untuk menjamin setiap warga negara memperoleh pelayanan kesehatan yang berkualitas sesuai dengan kebutuhan. Sebagai suatu kebutuhan dasar, setiap individu bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan hidup dirinya dan orangorang yang menjadi tanggung jawabnya, sehingga pada dasarnya pemenuhan kebutuhan masyarakat terhadap kesehatan adalah tanggung jawab setiap warga negara. Sejak era reformasi urusan pemerintahan secara bertahap diserahkan dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah (Pemda) dan hal ini sesuai dengan pasal 18 ayat (6) amandemen UUD 1945 yang menyatakan bahwa pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluasluasnya. Peraturan terakhir yang mengatur tentang pembagian urusan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah adalah UU Nomor 23 Tahun 2014 yang merupakan pengganti UU Nomor 32 Tahun 2004. Pada UU 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, kesehatan adalah satu dari enam urusan concurrent (bersama) yang bersifat wajib dan terkait dengan pelayanan dasar. Enam urusan tersebut adalah: 1. Pendidikan 2. Kesehatan 3. Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
  • 11. 4. Perumahan Rakyat dan Kawasan Pemukiman 5. Ketentraman dan ketertiban Umum serta Perlindungan Masyarakat 6. Sosial Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan adalah suatu standar dengan batas-batas tertentu untuk mengukur kinerja penyelenggaraan kewenangan wajib daerah yang berkaitan dengan pelayanan dasar kepada masyarakat yang mencakup jenis pelayanan, indikator dan nilai (benchmark). Standar Pelayanan Minimal adalah ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal. Standar Pelayanan Minimal juga merupakan spesifikasi teknis tentang tolak ukur pelayanan minimum yang diberikan oleh Badan layanan Umum terhadap masyarakat Adapun fungsi Standar Pelayanan Minimum (SPM) yaitu : 1. Menjamin terselenggaranya mutu pelayanan dasar kepada masyarakat secara merata. 2. Menjamin tercapainya kondisi rata-rata minimal yang harus dicapai pemerintah sebagai penyedia pelayanan kepada masyarakat. 3. Pedoman pengukuran kinerja penyelenggaraan bidang kesehatan 4. Acuan prioritas perencanaan daerah dan pembiayaan APBD bidang kesehatan Tujuan Standar Pelayanan Minimum (SPM) yaitu : 1. Pedoman bagi Puskesmas dalam penyelenggaraan layanan kepada masyarakat. 2. Terjaminnya hak masyarakat dalam menerima suatu layanan. 3. Dapat digunakan sebagai alat untuk menentukan alokasi anggaran yang dibutuhkan. 4. Alat akuntabilitas Puskesmas dalam penyelenggaraan layanannya. 5. Mendorong terwujudnya checks and balances.
  • 12. Konsep SPM berubah dari Kinerja Program Kementerian menjadi Kinerja Pemda yang memiliki konsekuensi reward dan punishment, sehingga Pemda diharapkan untuk memastikan tersedianya sumber daya (sarana, prasarana, alat, tenaga dan uang/biaya) yang cukup agar proses penerapan SPM berjalan adekuat. Karena kondisi kemampuan sumber daya Pemda di seluruh Indonesia tidak sama dalam melaksanakan keenam urusan tersebut, maka pelaksanaan urusan tersebut diatur dengan Standar Pelayanan Minimal (SPM) untuk memastikan ketersediaan layanan tersebut bagi seluruh warga negara. SPM merupakan hal minimal yang harus dilaksanakan oleh Pemda untuk rakyatnya, maka target SPM harus 100% setiap tahunnya. Untuk itu dalam penetapan indikator SPM, Kementerian/ Lembaga Pemerintahan Non Kementerian agar melakukan pentahapan pada jenis pelayanan, mutu pelayanan dan/atau sasaran/lokus tertentu. SPM juga akan berfungsi sebagai instrumen untuk memperkuat pelaksanaan Performance Based Budgeting. UU 23 Tahun 2014 juga mengamanatkan pada Pemda untuk benar-benar memprioritaskan belanja daerah untuk mendanai urusan pemerintahan wajib yang terkait pelayanan dasar yang ditetapkan dengan SPM (pasal 298). Kedepannya nanti pengalokasian DAK ke daerah akan berdasar pada kemampuan daerah untuk pencapaian target-target SPM, daerah dengan kemampuan sumber daya yang kurang akan menjadi prioritas dalam pengalokasian DAK. Hal-hal tersebut di atas membuat seluruh elemen akan bersatu padu berbenah untuk bersama-sama menuju pencapaian target-target SPM, termasuk di dalamnya adalah pemenuhan sumber daya manusia kesehatan terutama di level Puskesmas sesuai Permenkes Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat. Puskesmas sebagai fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama akan menjadi unit terdepan dalam upaya pencapaian target-target SPM. Implementasi SPM juga menjadi sangat strategis dalam kaitannya dengan pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), yang sampai saat ini masih bermasalah dengan adanya defisit anggaran. Implementasi SPM akan memperkuat sisi promotif – preventif sehingga diharapkan akan ber-impact pada penurunan jumlah kasus kuratif yang harus ditanggung oleh JKN.
  • 13. Tabel 1. Standar Pelayanan Kesehatan (SPM) Di Puskesmas Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin baik ketersediaan dana, pencapaian cakupan Indikator SPM juga nampaknya akan semakin baik. Sebaliknya, semakin program yang memiliki kekurangan biaya biasanya cenderung untuk semakin rendah peluangnya memenuhi target SPM. Begitu pula dengan keberadaan sarana prasarana penunjang program juga berpengaruh terhadap pencapaian target SPM. Semakin baik sarana prasarana (peralatan medis dan non medis), berdampak pada semakin tingginya pencapaian cakupan indikator SPM. 2.3 Puskesmas Kelurahan Jagakarsa 2.3.1 Keadaan Geografis Wilayah Puskesmas Kelurahan Jagakarsa I merupakan salah satu dari enam Puskesmas Kelurahan yang berada di Wilayah Puskesmas Kecamatan Jagakarsa, wilayah Kelurahan Jagakarsa mempunyai 2 Puskesmas kelurahan sehingga wilayah kerjanya dibagi menjadi 2, Puskesmas Kelurahan Jagakarsa I dengan
  • 14. wilayah Kerja RW 02, 04, 06 dan 07 sedangkan puskesmas Jagakarsa II dengan wilayah Kerja RW 01, 03 dan 05. Secara Geografis letak wilayah Kelurahan Jagakarsa I Kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan terletak di 06° 15'40,8” Lintang Selatan dan 106° 45'0,00” Bujur Timur. Luas wilayah ± 485 Ha. Terletak pada ketinggian 26,2 meter diatas permukaan laut. 2.3.2 Batas Wilayah Sebelah Utara : berbatasan dengan Kelurahan Ragunan & Kebagusan. Sebelah Timur : berbatasan dengan kelurahan lenteng Agung Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kelurahan Ciganjur & S. Sawah. Sebelah Barat : berbatasan dengan Kelurahan Pondok Labu Gambar 1. Peta Wilayah Kelurahan Jagakarsa Puskesmas Kelurahan Jagakarsa I mempunyai 4 RW, dan 43 RT. Jumlah penduduk 41.659 jiwa . Dengan Rincian sebagai berikut : Tabel 2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kewarganegaraan dan Jenis kelamin; RW WNI WNA JUMLAH LK PR JUMLAH LK PR JUMLAH 02 5666 5029 10.695 0 0 0 10.695 04 3910 5109 9.019 4 0 4 9.023 Puskesmas Kelurahan Jagakarsa 1
  • 15. 06 4508 4457 8.965 0 0 0 8.965 07 6553 6410 12.963 11 2 13 12.976 JML 20637 21005 41.642 15 2 17 41.659 Data Penduduk bulan Desember 2020 dari kantor Lurah jagakarsa Tabel 3. Jumlah KK PER RW RW WNI WNA JUMLAH LK PR JUMLAH LK PR JUMLAH 02 2306 251 2557 - - - 2557 04 2241 199 2440 4 - 4 2444 06 2226 208 2434 2 - 2 2436 07 2244 163 2407 - 1 1 2408 JML 9017 821 9838 6 1 7 9845 Data Penduduk bulan Desember 2020 dari kantor Lurah jagakarsa Tabel 4. Jumlah Penduduk berdasarkan Agama RW JML KK ISLAM KRISTEN KHATOLIK HINDU BUDHA JUMLAH PENDUDUK LK PR PROTESTAN 02 2306 251 9.122 455 297 145 115 10.695 04 2245 199 6.694 474 324 138 147 9.023 06 2227 209 7.477 325 297 167 112 8.965 07 2245 164 11.714 532 345 120 100 12.976 JML 9023 823 35.077 1.786 1.263 570 474 41.659 Data Penduduk bulan Desember 2020 dari kantor Lurah jagakarsa Tabel 5. Data proyeksi Program RW WNI LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH 02 3.923 3.348 7.271 04 2.412 3.335 5.747 06 2.838 2.898 5.736 07 4.732 4.822 9.554
  • 16. JUMLAH 13.905 14.403 28.308 Fasilitas pelayanan kesehatan di Wilayah Puskesmas Kelurahan Jagakarsa I terdiri dari 1 Puskesmas Kelurahan, 1 RSUD, 2 Rumah bersalin, 4 apotek, 6 klinik dokter praktik dan 12 bidan praktik swasta dan 4 toko obat, 17 Posyandu. Puskesmas Kelurahan Jagakarsa I berdiri pada tahun 1975 diatas tanah seluas 385 meter persegi. Terdiri dari 1 lantai dengan luas bangunan 286 meter persegi. Letak Puskesmas Kelurahan Jagakarsa I di Jalan Jagakarsa I RT 03 RW 07 No 15, dengan No Barang : 01011104012-00005, rehabilitasi bangunan terakhir pada tahun 2003. Kondisi gedung puskesmas saat ini masih baik. Untuk operasional petugas puskesmas, puskesmas memiliki 1 unit kendaraan roda dua/motor, yang diperoleh pada tahun 2006. Kendaraan tersebut sampai saat ini masih layak pakai dan sangat membantu untuk kegiatan di luar gedung. 2.3.3 Data Kepegawaian - Dokter Umum = 2 orang - Petugas Kesling = 1 orang - Dokter Gigi = 1 orang - Petugas TU = 1 orang - Bidan = 2 orang - Petugas Loket = 1 orang - Asisten Apoteker = 1 orang - Petugas TU = 1 orang - Perawat = 2 orang - Pengaman Kantor = 1 orang - Perawat Gigi = 1 orang - Cleaning Service = 1 orang - Penata Gizi = 1 orang - TOTAL = 16 orang = 4 orang Data lengkap kepegawaian terlampir. 2.3.4 Struktur Organisasi Pukesmas Kelurahan Struktur organisasi Puskesmas Kelurahan Jagakarsa I adalah turunan dari Puskesmas Kecamatan Jagakarsa, dimana tanggung jawab kepala puskesmas kelurahan secara administrasi adalah membawahi bagian tata usaha, bagian keuangan, bagian kesehatan masyarakat dan bagian pelayanan kesehatan. Masing- masing bagian membawahi beberapa program. Bagian tata usaha bertanggung jawab terhadap loket, kepegawaian, SP2TP/SIK, diklat dan perlengkapan. Bagian
  • 17. Kesmas bertanggung jawab terhadap program penyakit menular, penyakit tidak menular, gizi/PSM dan kesehatan lingkungan. Bagian pelayanan kesehatan bertanggung jawab terhadap pelayanan kesehatan dasar, pelayanan peserta JKN, dan farmakmin. 2.3.5 Peran Serta Masyarakat - Jumlah kader kesehatan: 165 orang - Jumlah Posyandu: 17 pos - Jumlah Dokter Kecil: 162 siswa - Jumlah Guru UKS/UKGS: 12 orang 2.3.6 Keadaan Sosial Ekonomi 2.3.6.1 Agama - Islam : 96,76% - Kristen : 3,06% - Hindu/budha : 0,18% 2.3.6.2 Jumlah Keluarga Miskin : Jumlah Keluarga Miskin sebanyak 1005 KK. Se Kelurahan Jagakarsa Jumlah KK dengan PBI sebanyak kartu (Tidak ada data) 2.3.6.3 Pendidikan - SD : 30% - SMP : 45% - SLTA : 20% - PT : 5% 2.3.6.4 Mata Pencaharian - PNS : 34,84% - Pedagang : 22,22% - Buruh : 13,59% - TNI/Polri : 1,2% - Petani : 0,18% - Lain-lain : 24,71% 2.3.6.5 Daerah Rawan Banjir - RW 02 : RT 02
  • 18. - RW 04 : RT 03 2.3.6.6 Posko Narkoba - Kantor Kelurahan Jagakarsa - Posko Narkoba RW 07
  • 19. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan studi kualitatif dengan pendekatan deskriptif analitik yang bertujuan untuk melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal Puskesmas Kelurahan Jagakarsa I Bulan Januari – Oktober 2021. 3.2 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan September sampai dengan November 2021 di Puskesmas Kelurahan Jagakarsa I. 3.3 Subjek Penelitian Informan utama pada penelitian ini adalah semua penanggung jawab program di Puskesmas Kelurahan Jagakarsa I. Informan lain yang mendukung penelitian ini adalah dokter, perawat, dan kader di wilayah Puskesmas Kelurahan Jagakarsa I. 3.4 Variabel Penelitian Variabel penelitian ini terdiri dari input (man, money, method, material, machine), proses (planning, organizing, actuating, controlling), dan output (capaian standar pelayanan minimal/SPM). 3.5 Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam kepada informan, observasi, dan telaah dokumen. Jenis data yang diambil adalah data sekunder yang didapatkan dari laporan bulanan Puskesmas Kelurahan Jagakarsa I. Data yang sudah terkumpul dianalisis secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk uraian singkat sesuai dengan variabel penelitian.
  • 20. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Hasil Langkah Pelaksanaan Evaluasi Program 1.1.1 Identifikasi Masalah Identifikasi masalah kesehatan di Puskesmas Kelurahan Jagakarsa I dilakukan dengan membandingkan target dengan capaian program pada setiap standar pelayanan minimal (SPM). Masalah diidentifikasi ketika terjadi kesenjangan antara target dengan capaian. Berikut merupakan tabel capaian SPM di Puskesmas Kelurahan Jagakarsa I Bulan Januari – Oktober 2021. Tabel 6. Capaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) di Puskesmas Kelurahan Jagakarsa I Bulan Januari- Oktober 2021 No. Standar Pelayanan Minimal Target Bulan Januari – Oktober 2021 (100%/12 * 10) Capaian Bulan Januari – Oktober 2021 1. Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil 83,3% 84,2% 2. Pelayanan Kesehatan Ibu Bersalin 83,3% 94,1% 3. Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir 83,3% 79,62% 4. Pelayanan Kesehatan Balita 70%/bulan* 56,15% 5. Pelayanan Kesehatan pada Usia Pendidikan Dasar 83,3% 88,6% 6. Pelayanan Kesehatan pada Usia Produktif 60%/bulan* 65,92% 7. Pelayanan Kesehatan pada Usia Lanjut 83,3% 63,1% 8. Pelayanan Kesehatan Penderita Hipertensi 83,3% 86,45% 9. Pelayanan Kesehatan Penderita Diabetes Melitus (DM) 83,3% 56,23% 10. Pelayanan Kesehatan Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) 83,3% 56,9% 11. Pelayanan Kesehatan Orang Dengan Tuberkulosis (TB) 83,3% 34,15% 12. Pelayanan Kesehatan Dengan Risiko Terinfeksi HIV 0% 0%** *Target perbulan **Tidak ada pelayanan
  • 21. 1.1.2 Prioritas Masalah Prioritas masalah ditentukan dengan melihat kesenjangan tertinggi antara target yang ditetapkan dari setiap program dengan hasil pencapaian. Setelah diurutkan berdasarkan kesenjangannya, didapatkan 6 masalah pelayanan kesehatan dengan kesenjangan tertinggi yaitu: 1. Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir 2. Pelayanan Kesehatan Balita 3. Pelayanan Kesehatan Pada Usia Lanjut 4. Pelayanan Kesehatan Penderita Diabetes Melitus (DM) 5. Pelayanan Kesehatan Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) 6. Pelayanan Kesehatan Orang Dengan Tuberkulosis (TB) Selanjutnya, penentuan prioritas masalah dilakukan menggunakan metode USG (Urgency, Seriousness, Growth), yaitu dengan cara menentukan tingkat urgensi, keseriusan, dan perkembangan masalah dengan memberikan nilai dari skala 1-5. Masalah yang memiliki total nilai tertinggi merupakan masalah prioritas. Kriteria urgency dilihat dari tersedianya waktu, yaitu seberapa mendesak masalah tersebut harus diselesaikan. Seriousness dilihat dari seberapa serius dampak yang diakibatkan masalah tersebut. Growth dilihat dari seberapa besar kemungkinan masalah tersebut semakin memburuk apabila dibiarkan. Tabel 7. Penentuan Prioritas Masalah Berdasarkan Metode USG No. Program U S G Total 1. Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir 2 2 2 6 2. Pelayanan Kesehatan Balita 4 3 3 10 3. Pelayanan Kesehatan Pada Usia Lanjut 4 4 3 11 4. Pelayanan Kesehatan Penderita Diabetes Melitus (DM) 4 3 3 10 5. Pelayanan Kesehatan Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) 4 3 3 10 6. Pelayanan Kesehatan Orang Dengan Tuberkulosis (TB) 5 4 5 14
  • 22. Berdasarkan hasil skoring USG di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa masalah yang menjadi prioritas utama adalah pelayanan kesehatan orang dengan tuberkulosis (TB), dilanjutkan pelayanan kesehatan Usia Lanju, ODGJ, Balita dan DM terakhir yakni Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir. 1.1.3 Analisis Penyebab Masalah Setelah menentukan prioritas masalah, dilakukan analisis kemungkinan- kemungkinan penyebab dari masalah tersebut. Metode yang digunakan adalah diagram sebab-akibat Ishikawa/fishbone. 4.1.3.1 Analisis Penyebab Masalah Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir Gambar 2. Analisis Penyebab Masalah dengan Diagram Fishbone Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir Pelaporan neonatus baru lahir di wilayah kerja Puskesmas belum optimal Masih adanya keluarga yang melakukan perawatan yang salah. (misal: membubuhi tali pusat dengan ramuan Tidak ada masalah Eksekusi program intervensi langsung ke masyarakat belum optimal di masa pandemi INPUT Man Tidak ada masalah Money Tidak ada masalah Method Alat peraga penyuluhan perawatan neonatus belum memadai Material Tidak ada masalah Market Kurangnya pemahaman ibu terhadap informasi yang diberikan Perencanaan jadwal program dengan melakukan kunjungan awal neonatus LINGKUNGAN - Kondisi pandemi COVID-19 dan takut keluar rumah - Jarak Puskesmas cukup jauh dari salah satu wilayah kerjanya Planning OUTPUT Perawatan Neonatus yang salah PROSES Actuating Organizing Controlling & Evaluating
  • 23. 4.1.3.2 Prioritas Penyebab Masalah Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir Berdasarkan analisis penyebab masalah, didapatkan beberapa faktor mulai dari komponen input, proses, dan lingkungan yang mempengaruhi output berupa rendahnya pelayanan kesehatan bayi baru lahir di Puskesmas Kelurahan Jagakarsa I. Agar dapat fokus memecahkan suatu penyebab masalah, maka perlu ditentukan prioritas penyebab masalah. Penentuan prioritas penyebab masalah ini dilakukan dengan menggunakan kriteria matriks ITR (Importance, Technical Feasibility, Resources Availability). Metode ini dilakukan dengan cara memberikan penilaian dari skala 1-5 pada setiap faktor penyebab, lalu masing-masing kriteria dikalikan. Faktor yang memiliki total nilai tertinggi merupakan prioritas penyebab masalah. Tabel 8. Penentuan Prioritas Penyebab Masalah Berdasarkan Metode ITR Pelayanaan Kesehatan Bayi Baru Lahir No. Penyebab Masalah I T R Total 1. Pengetahuan Ibu Tentang Perawatan Neonatus Masih Kurang 5 3 3 30 2. Alat Peraga Penyuluhan Tentang Perawatan Neonatus Masih Belum Memadai 2 1 2 4 3. Masih Ada Keluarga Yang Melakukan Perawatan Neonatus Yang Salah 3 3 2 18 4. Tidak Berani ke Fasyankes Dikarenakan Takut Terkena Covid-19 5 5 5 125 Berdasarkan skoring dengan metode ITR tersebut, didapatkan bahwa penyebab masalah yang menjadi prioritas untuk ditanggulangi adalah tidak berani ke fasyankes dikarenakan takut terkena covid-19. Hal ini juga sejalan dengan hasil diskusi bersama pemegang program ini bahwa masalah utama dalam pelayanan Kesehatan bayi baru lahir saat ini terkait dengan takutnya keluarga pasien untuk keluar rumah dikarenakan kondisi pandemic covid-19.
  • 24. 4.1.3.3 Alternatif Pemecahan Masalah Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir Setelah didapatkan prioritas penyebab masalah, selanjutnya dilakukan penyusunan berbagai alternatif solusi untuk memecahkan masalah tersebut. Berikut merupakan alternatif pemecahan masalah yang disusun berdasarkan studi referensi dan wawancara mendalam dengan pemegang program. Tabel 9. Alternatif Pemecahan Masalah Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir No. Solusi Deskripsi Tujuan Sasaran Estimasi Biaya 1. Pelaksanaan penyuluhan di Puskesmas Kelurahan Jagakarsa I Menyampaikan informasi mengenai pentingnya memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan bagi neonatus baru lahir Kunjungan neonatal dilakukan untuk memantau kesehatan bayi sehingga bila terjadi masalah dapat segera diidentifikasi. Seluruh neonatus baru lahir di wilayah kerja puskesmas 0 2. Kerjasama antar sector (Kelurahan dan fasyankes setempat) Melakukan Kerjasama terkait pelaporan data neonatus baru lahir di wilayah kerja puskesmas Agar mengetahui data berapa jumlah neonatus yang baru lahir Seluruh pihak terkait 0 3. Membuat pelatihan kader untuk sosialisasi pentingnya memeriksaan neonatus baru lahir ke puskesmas Mengadakan pertemuan dengan para kader secara virtual untuk disampaikan kepada masyarakat mengenai pentingnya memeriksakan neonatus baru lahir Agar semua neonatus baru lahir dapat diperiksa di puskemas Seluruh kader di wilayah kerja Puskesmas Rp. 500.000 (Zoom premium)
  • 25. 4.1.3.4 Prioritas Alternatif Pemecahan Masalah Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir Dalam menentukan prioritas dari solusi pemecahan masalah, pendekatan yang dilakukan adalah dengan menggunakan matriks MxIxV/C. Metode ini terdiri dari komponen: 1. Magnitude, dilihat dari seberapa besar alternatif solusi mampu untuk memecahkan masalah. Diberi nilai 1-5 dimana semakin besar solusi dapat menyelesaikan masalah maka nilai mendekati angka 5. 2. Importance, dilihat dari seberapa permanen solusi tersebut dapat memecahkan masalah. Diberi nilai 1-5 dimana semakin permanen solusi dalam menyelesaikan masalah maka nilai mendekati angka 5. 3. Vulnerability, dilihat dari seberapa cepat solusi tersebut dapat menyelesaikan masalah. Diberi nilai 1-5 dimana semakin cepat solusi dapat menyelesaikan masalah maka nilai mendekati angka 5. 4. Cost yaitu besar biaya solusi. Diberi nilai 1-5 dimana semakin kecil biaya yang dikeluarkan maka nilai mendekati angka 1. Tiga komponen pertama dikalikan, lalu dibagi dengan komponen cost. Solusi dengan skor tertinggi merupakan pemecahan masalah terpilih. Tabel 10. Penentuan Prioritas Alternatif Pemecahan Masalah Berdasarkan Metode MxIxV/C Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir No. Alternatif Pemacahan Masalah M I V C MxIxV / C 1. Pelaksanaan penyuluhan di Puskesmas Kelurahan Jagakarsa I 5 3 2 2 15 2. Kerjasama antar sector (Kelurahan dan fasyankes setempat) 3 2 2 3 4 3. Membuat pelatihan kader untuk sosialisasi pentingnya memeriksakan neonatus baru lahir ke puskesmas 5 4 4 5 16 Tabel di atas menunjukkan bahwa total skoring tertinggi terdapat pada alternatif pemecahan masalah berupa membuat pelatihan kader untuk sosialisasi pentingnya memeriksakan neonatus baru lahir. Solusi ini kemudian akan disusun sebagai rekomendasi intervensi program pelayanan kesehatan bayi baru lahir di Puskesmas Kelurahan Jagakarsa I.
  • 26. 4.2.3.1 Analisis Penyebab Masalah Pelayanan Kesehatan Balita Gambar 3. Analisis Penyebab Masalah dengan Diagram Fishbone Pelayanan Kesehatan Balita 4.2.3.2 Prioritas Penyebab Masalah Pelayanan Kesehatan Balita Berdasarkan analisis penyebab masalah, didapatkan beberapa faktor mulai dari komponen input, proses, dan lingkungan yang mempengaruhi output berupa rendahnya pelayanan kesehatan balita di Puskesmas Kelurahan Jagakarsa I. Agar dapat fokus memecahkan suatu penyebab masalah, maka perlu ditentukan prioritas penyebab masalah. Penentuan prioritas penyebab masalah ini dilakukan dengan menggunakan kriteria matriks ITR (Importance, Technical Feasibility, Resources Availability). Metode ini dilakukan dengan cara memberikan penilaian dari skala Pelaporan pemeriksaan berat badan balita di wilayah kerja Puskesmas belum optimal Masih adanya keluarga yang belum melakukan penimbangan berat badan balita dikarenakan tidak memiliki alat timbang Tidak ada masalah Eksekusi program intervensi langsung ke masyarakat belum optimal di masa pandemi INPUT Man Tidak ada masalah Money Tidak ada masalah Method Langkah-langkah yang tercantum di buku tumbuh kembang anak belum dilakukan dengan optimal Material Tidak ada masalah Market Kurangnya pemahaman ibu tentang tumbuh kembang anak Perencanaan jadwal program dengan melakukan pemeriksaan berat badan balita berkala LINGKUNGAN - Kondisi pandemi COVID-19 dan takut keluar rumah - Jarak Puskesmas cukup jauh dari salah satu wilayah kerjanya Planning OUTPUT Cakupan kunjungan Balita yang belum optimal PROSES Actuating Organizing Controlling & Evaluating
  • 27. 1-5 pada setiap faktor penyebab, lalu masing-masing kriteria dikalikan. Faktor yang memiliki total nilai tertinggi merupakan prioritas penyebab masalah. Tabel 11. Penentuan Prioritas Penyebab Masalah Berdasarkan Metode ITR Pelayanaan Kesehatan Balita No. Penyebab Masalah I T R Total 1. Pengetahuan Ibu Tentang Tumbuh Kembang Balita Masih Kurang 5 3 3 30 2. Tidak Memiliki Alat Ukur Timbangan 5 3 4 60 3. Tidak Berani ke Fasyankes Dikarenakan Takut Terkena Covid-19 5 4 4 80 Berdasarkan skoring dengan metode ITR tersebut, didapatkan bahwa penyebab masalah yang menjadi prioritas untuk ditanggulangi adalah tidak berani ke fasyankes dikarenakan takut terkena covid-19. Hal ini juga sejalan dengan hasil diskusi bersama pemegang program ini bahwa masalah utama dalam pelayanan Kesehatan balita saat ini terkait dengan takutnya keluarga pasien untuk keluar rumah dikarenakan kondisi pandemic covid-19. 4.2.3.3 Alternatif Pemecahan Masalah Pelayanan Kesehatan Balita Setelah didapatkan prioritas penyebab masalah, selanjutnya dilakukan penyusunan berbagai alternatif solusi untuk memecahkan masalah tersebut. Berikut merupakan alternatif pemecahan masalah yang disusun berdasarkan studi referensi dan wawancara mendalam dengan pemegang program. Tabel 12. Alternatif Pemecahan Masalah Pelayanan Kesehatan Balita No. Solusi Deskripsi Tujuan Sasaran Estimasi Biaya 1. Pelaksanaan penyuluhan di Puskesmas Kelurahan Jagakarsa I Menyampaikan informasi mengenai pentingnya memeriksakan tumbuh kembang balita Kunjungan balita dilakukan untuk memantau tumbuh kembang anak sehingga mengetahui Seluruh balita di wilayah kerja puskesmas 0
  • 28. perkembangan dari balita. 2. Membuat pelatihan kader untuk sosialisasi pentingnya memeriksakan tumbuh kembang balita Mengadakan pertemuan dengan para kader secara virtual untuk disampaikan kepada masyarakat mengenai pentingnya memeriksakan tumbuh kembang balita Memantau tumbuh kembang balita di wilayah kerja puskesmas jagakarsa I Seluruh kader di wilayah kerja Puskesmas Rp. 500.000 (Zoom premium) 3. Penimbangan balita secara mandiri di rumah dengan pelaporan via Google Form Melakukan penimbangan secara mandiri di rumah dengan pantuan dari kader di wilayah setempat. Memantau tumbuh kembang balita di wilayah kerja puskesmas jagakarsa I Seluruh balita di wilayah kerja puskesmas 0 4.2.3.4 Prioritas Alternatif Pemecahan Masalah Pelayanan Kesehatan Balita Dalam menentukan prioritas dari solusi pemecahan masalah, pendekatan yang dilakukan adalah dengan menggunakan matriks MxIxV/C. Metode ini terdiri dari komponen: 1. Magnitude, dilihat dari seberapa besar alternatif solusi mampu untuk memecahkan masalah. Diberi nilai 1-5 dimana semakin besar solusi dapat menyelesaikan masalah maka nilai mendekati angka 5. 2. Importance, dilihat dari seberapa permanen solusi tersebut dapat memecahkan masalah. Diberi nilai 1-5 dimana semakin permanen solusi dalam menyelesaikan masalah maka nilai mendekati angka 5. 3. Vulnerability, dilihat dari seberapa cepat solusi tersebut dapat menyelesaikan masalah. Diberi nilai 1-5 dimana semakin cepat solusi dapat menyelesaikan masalah maka nilai mendekati angka 5.
  • 29. 4. Cost yaitu besar biaya solusi. Diberi nilai 1-5 dimana semakin kecil biaya yang dikeluarkan maka nilai mendekati angka 1. Tiga komponen pertama dikalikan, lalu dibagi dengan komponen cost. Solusi dengan skor tertinggi merupakan pemecahan masalah terpilih. Tabel 13. Penentuan Prioritas Alternatif Pemecahan Masalah Berdasarkan Metode MxIxV/C Pelayanan Kesehatan Balita No. Alternatif Pemacahan Masalah M I V C MxIxV / C 1. Pelaksanaan Penyuluhan di Puskesmas Kelurahan Jagakarsa I 5 3 2 2 15 2. Membuat Pelatihan Kader Untuk Sosialisasi Pentingnya Memeriksakan Tumbuh Kembang Balita 4 3 3 4 9 3. Penimbangan Balita Secara Mandiri di Rumah dengan Pelaporan via Google Form 5 5 4 2 50 Tabel di atas menunjukkan bahwa total skoring tertinggi terdapat pada alternatif pemecahan masalah berupa penimbangan balita secara mandiri di rumah dengan pelaporan via Google Form. Solusi ini kemudian akan disusun sebagai rekomendasi intervensi program pelayanan kesehatan balita di Puskesmas Kelurahan Jagakarsa I.
  • 30. 4.3.3.1 Analisis Penyebab Masalah Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut Gambar 4. Analisis Penyebab Masalah dengan Diagram Fishbone Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut 4.3.3.2 Prioritas Penyebab Masalah Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut Berdasarkan analisis penyebab masalah, didapatkan beberapa faktor mulai dari komponen input, proses, dan lingkungan yang mempengaruhi output berupa rendahnya pelayanan kesehatan usia lanjut di Puskesmas Kelurahan Jagakarsa I. Agar dapat fokus memecahkan suatu penyebab masalah, maka perlu ditentukan prioritas penyebab masalah. Penentuan prioritas penyebab masalah ini dilakukan dengan menggunakan kriteria matriks ITR (Importance, Technical Feasibility, Resources Availability). Metode ini dilakukan dengan cara memberikan penilaian dari skala 1-5 pada setiap faktor penyebab, lalu masing-masing kriteria dikalikan. Faktor yang memiliki total nilai tertinggi merupakan prioritas penyebab masalah. Masih banyak lansia yang tidak ingin berobat ke dokter dikarenakan ada pengobatan herbal. Minat lansia yang kurang dikarenakan kondisi pandemi. Tidak ada masalah Eksekusi program intervensi langsung ke masyarakat belum optimal di masa pandemi (Posbindu dan kunjungan belum bisa berjalan) INPUT Man Tidak ada masalah Money Tidak ada masalah Method Belum adanya pelayanan khusus lansia sehingga pelayanan masih bergabung dengan pelayanan umum lainnya. Material Tidak ada masalah Market Kurangnya pengetahuan tentang Kesehatan lansia 1. Posbindu Lansia 2. Kunjungan ke lansia yang tidak bisa ke fasyankes terdekat 3. Skrining di Poli Umum LINGKUNGAN - Kondisi pandemi COVID-19 dan takut keluar rumah - Jarak Puskesmas cukup jauh dari salah satu wilayah kerjanya Planning OUTPUT Cakupan kunjungan lansia yang belum optimal PROSES Actuating Organizing Controlling & Evaluating
  • 31. Tabel 14. Penentuan Prioritas Penyebab Masalah Berdasarkan Metode ITR Pelayanaan Kesehatan Usia Lanjut No. Penyebab Masalah I T R Total 1. Tidak Ada Pelayanan Posbindu Lansia 5 5 5 125 2. Minat Lansia Yang Kurang dan Masih Ada Pengobatan Herbal 2 3 2 12 3. Tidak Berani ke Fasyankes Dikarenakan Takut Terkena Covid-19 5 4 5 100 Berdasarkan skoring dengan metode ITR tersebut, didapatkan bahwa penyebab masalah yang menjadi prioritas untuk ditanggulangi adalah tidak ada pelayanan posbindu. Hal ini juga sejalan dengan hasil diskusi bersama pemegang program ini bahwa masalah utama dalam pelayanan Kesehatan Usia Lanjut yakni tidak ada posbindu hal ini terjadi dikarenakan kondisi pandemi yang tidak memungkinkan untuk melakukan pelayanan posbindu. 4.3.3.3 Alternatif Pemecahan Masalah Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut Setelah didapatkan prioritas penyebab masalah, selanjutnya dilakukan penyusunan berbagai alternatif solusi untuk memecahkan masalah tersebut. Berikut merupakan alternatif pemecahan masalah yang disusun berdasarkan studi referensi dan wawancara mendalam dengan pemegang program. Tabel 15. Alternatif Pemecahan Masalah Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut No. Solusi Deskripsi Tujuan Sasaran Estimasi Biaya 1. Pelaksanaan penyuluhan di Puskesmas Kelurahan Jagakarsa I Menyampaikan informasi mengenai pentingnya kesehatan bagi usia lanjut Kunjungan Lansia bertujuan untuk memeriksakan status kesehatan Seluruh Lansia di wilayah kerja puskesmas 0 2. Membuat pelatihan kader untuk sosialisasi pentingnya memeriksaan pasien usia lanjut Mengadakan pertemuan dengan para kader secara virtual untuk Memantau Kesehatan lansia di wilayah kerja Seluruh kader di wilayah kerja Puskesmas Rp. 500.000 (Zoom premium)
  • 32. disampaikan kepada lansia bahwa memeriksakan status kesehatan dan kontrol pengobatan itu penting. puskesmas jagakarsa I 3. Kunjungan ke rumah lansia yang memiliki Riwayat penyakit Melakukan pemeriksaan secara berkala bagi pasien lansia yang tidak bisa ke fasyankes. Memantau dan memeriksa status kesehatan lansia di wilayah kerja kelurahan jagakarsa I Seluruh lansia di wilayah kerja puskesmas 0 4. Skrinning Lansia di Vaksinasi Covid-19 Melakukan skrinning lansia sebelum dilakukan vaksinasi covid- 19 Memantau dan memeriksa status kesehatan lansia di wilayah kerja kelurahan jagakarsa I Seluruh lansia di wilayah kerja puskesmas 0 4.3.3.4 Prioritas Alternatif Pemecahan Masalah Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut Dalam menentukan prioritas dari solusi pemecahan masalah, pendekatan yang dilakukan adalah dengan menggunakan matriks MxIxV/C. Metode ini terdiri dari komponen: 1. Magnitude, dilihat dari seberapa besar alternatif solusi mampu untuk memecahkan masalah. Diberi nilai 1-5 dimana semakin besar solusi dapat menyelesaikan masalah maka nilai mendekati angka 5. 2. Importance, dilihat dari seberapa permanen solusi tersebut dapat memecahkan masalah. Diberi nilai 1-5 dimana semakin permanen solusi dalam menyelesaikan masalah maka nilai mendekati angka 5. 3. Vulnerability, dilihat dari seberapa cepat solusi tersebut dapat menyelesaikan masalah. Diberi nilai 1-5 dimana semakin cepat solusi dapat menyelesaikan masalah maka nilai mendekati angka 5.
  • 33. 4. Cost yaitu besar biaya solusi. Diberi nilai 1-5 dimana semakin kecil biaya yang dikeluarkan maka nilai mendekati angka 1. Tiga komponen pertama dikalikan, lalu dibagi dengan komponen cost. Solusi dengan skor tertinggi merupakan pemecahan masalah terpilih. Tabel 16. Penentuan Prioritas Alternatif Pemecahan Masalah Berdasarkan Metode MxIxV/C Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut No. Alternatif Pemacahan Masalah M I V C MxIxV / C 1. Pelaksanaan Penyuluhan di Puskesmas Kelurahan Jagakarsa I 5 3 2 2 15 2. Membuat pelatihan kader untuk sosialisasi pentingnya memeriksaan pasien usia lanjut 4 3 3 4 9 3. Kunjungan ke rumah lansia yang memiliki Riwayat penyakit 5 5 5 2 62.5 4. Skrinning Lansia di Vaksinasi Covid-19 5 4 3 2 30 Tabel di atas menunjukkan bahwa total skoring tertinggi terdapat pada alternatif pemecahan masalah berupa kunjungan ke rumah lansia yang memiliki riwayat penyakit. Solusi ini kemudian akan disusun sebagai rekomendasi intervensi program pelayanan kesehatan usia lanjut di Puskesmas Kelurahan Jagakarsa I.
  • 34. 4.4.3.1 Analisis Penyebab Masalah Pelayanan Kesehatan Penderita Diabetes Melitus Gambar 5. Analisis Penyebab Masalah dengan Diagram Fishbone Pelayanan Kesehatan Penderita Diabetes Melitus 4.4.3.2 Prioritas Penyebab Masalah Pelayanan Kesehatan Penderita Diabetes Melitus Berdasarkan analisis penyebab masalah, didapatkan beberapa faktor mulai dari komponen input, proses, dan lingkungan yang mempengaruhi output berupa rendahnya pelayanan kesehatan penderita DM di Puskesmas Kelurahan Jagakarsa I.. Agar dapat fokus memecahkan suatu penyebab masalah, maka perlu ditentukan prioritas penyebab masalah. Penentuan prioritas penyebab masalah ini dilakukan Pelaporan pasien diabetes melitus di wilayah kerja Puskesmas belum optimal Masih banyak masyarakat yang belum terskrining PTM, dikarenakan tidak melakukan kunjungan ke fasyankes Tidak beroperasi nya Posbindu PTM dikarenakan kondisi pandemi Tidak ada masalah Eksekusi program intervensi langsung ke masyarakat belum optimal di masa pandemi. INPUT Man Tidak ada masalah Money Tidak ada masalah Method Belum semua masyarakat terskrinning PTM Material Tidak ada masalah Market Kurangnya pengetahuan tentang Diabetes Melitus Skrinning PTM di Poli Umum dan Vaksinasi Covid- 19 Posbindu PTM LINGKUNGAN - Kondisi pandemi COVID-19 dan takut keluar rumah - Jarak Puskesmas cukup jauh dari salah satu wilayah kerjanya Planning OUTPUT Cakupan kunjungan penderita diabetes melitus belum optimal PROSES Actuating Organizing Controlling & Evaluating
  • 35. dengan menggunakan kriteria matriks ITR (Importance, Technical Feasibility, Resources Availability). Metode ini dilakukan dengan cara memberikan penilaian dari skala 1-5 pada setiap faktor penyebab, lalu masing-masing kriteria dikalikan. Faktor yang memiliki total nilai tertinggi merupakan prioritas penyebab masalah. Tabel 17. Penentuan Prioritas Penyebab Masalah Berdasarkan Metode ITR Pelayanaan Kesehatan Penderita Diabetes Melitus No. Penyebab Masalah I T R Total 1. Tidak Ada Pelayanan Posbindu PTM 5 4 5 100 2. Tidak Berani ke Fasyankes Dikarenakan Takut Terkena Covid-19 5 5 5 125 Berdasarkan skoring dengan metode ITR tersebut, didapatkan bahwa penyebab masalah yang menjadi prioritas untuk ditanggulangi adalah tidak berani ke fasyankes terdekat dikarenakan takut terkena covid-19. Hal ini juga sejalan dengan hasil diskusi bersama pemegang program ini bahwa masalah utama dalam pelayanan Kesehatan Penderita Diabetes Melitus yakni menurun nya jumlah pasien yang berkunjung di puskesmas jagakarsa I dikarenakan pandemi covid-19. 4.4.3.3 Alternatif Pemecahan Masalah Pelayanan Kesehatan Penderita Diabetes Melitus Setelah didapatkan prioritas penyebab masalah, selanjutnya dilakukan penyusunan berbagai alternatif solusi untuk memecahkan masalah tersebut. Berikut merupakan alternatif pemecahan masalah yang disusun berdasarkan studi referensi dan wawancara mendalam dengan pemegang program. Tabel 18. Alternatif Pemecahan Masalah Pelayanan Kesehatan Penderita DM No. Solusi Deskripsi Tujuan Sasaran Estimasi Biaya 1. Pelaksanaan penyuluhan di Puskesmas Kelurahan Jagakarsa I Menyampaikan informasi mengenai penyakit tidak menular salah Meningkatkan pengetahuan mengenai penyakitb tidak menular Seluruh warga di wilayah kerja puskesmas 0
  • 36. satu nya Diabetes Melitus 2. Membuat pelatihan kader untuk sosialisasi pentingnya skrining penyakit tidak menular Mengadakan pertemuan dengan para kader secara virtual untuk disampaikan kepada warga nya bahwa skrining penyakit tidak menular itu penting sehingga mengetahui kondisi kesehatan terkini Memantau Kesehatan warga di wilayah kerja puskesmas jagakarsa I Seluruh kader di wilayah kerja Puskesmas Rp. 500.000 (Zoom premium) 3. Kunjungan ke rumah warga (door to door) untuk skrining PTM Melakukan skrining PTM secara door to door agar mengetahui status Kesehatan terkini. Memantau dan memeriksa status / skrining kesehatan warga di wilayah kerja kelurahan jagakarsa I Seluruh warga di wilayah kerja puskesmas 0 4. Kerjasama antar sector (RS, Fasyankes, Ormas dll) pada saat melakukan vaksinasi covid-19 massal di wilayah kerja puskesmas Mengikutser takan pihak puskesmas ketika melakukan vaksinasi covid- 19 di wilayah kerja puskesmas, pihak puskesmas melakukan skrining PTM sebelum dilakukan vaksinasi covid- 19 Memantau dan memeriksa status / skrining Kesehatan di wilayah kerja kelurahan jagakarsa I Seluruh warga di wilayah kerja puskesmas 0
  • 37. 4.4.3.4 Prioritas Alternatif Pemecahan Masalah Pelayanan Kesehatan Penderita Diabetes Melitus Dalam menentukan prioritas dari solusi pemecahan masalah, pendekatan yang dilakukan adalah dengan menggunakan matriks MxIxV/C. Metode ini terdiri dari komponen: 1. Magnitude, dilihat dari seberapa besar alternatif solusi mampu untuk memecahkan masalah. Diberi nilai 1-5 dimana semakin besar solusi dapat menyelesaikan masalah maka nilai mendekati angka 5. 2. Importance, dilihat dari seberapa permanen solusi tersebut dapat memecahkan masalah. Diberi nilai 1-5 dimana semakin permanen solusi dalam menyelesaikan masalah maka nilai mendekati angka 5. 3. Vulnerability, dilihat dari seberapa cepat solusi tersebut dapat menyelesaikan masalah. Diberi nilai 1-5 dimana semakin cepat solusi dapat menyelesaikan masalah maka nilai mendekati angka 5. 4. Cost yaitu besar biaya solusi. Diberi nilai 1-5 dimana semakin kecil biaya yang dikeluarkan maka nilai mendekati angka 1. Tiga komponen pertama dikalikan, lalu dibagi dengan komponen cost. Solusi dengan skor tertinggi merupakan pemecahan masalah terpilih. Tabel 19. Penentuan Prioritas Alternatif Pemecahan Masalah Berdasarkan Metode MxIxV/C Pelayanan Kesehatan Penderita Diabetes Melitus No. Alternatif Pemacahan Masalah M I V C MxIxV / C 1. Pelaksanaan Penyuluhan di Puskesmas Kelurahan Jagakarsa I 5 3 2 2 15 2. Membuat pelatihan kader untuk sosialisasi pentingnya skrining penyakit tidak menular 4 3 3 4 9 3. Kunjungan ke rumah warga (door to door) untuk skrining PTM 5 5 4 2 50 4. Kerjasama antar sector (RS, Fasyankes, Ormas dll) pada saat melakukan vaksinasi covid-19 massal di wilayah kerja puskesmas 4 4 3 2 24 Tabel di atas menunjukkan bahwa total skoring tertinggi terdapat pada alternatif pemecahan masalah berupa kunjungan ke rumah warga (door to door) untuk skrining PTM. Solusi ini kemudian akan disusun sebagai rekomendasi
  • 38. intervensi program pelayanan kesehatan penderita diabetes melitus di Puskesmas Kelurahan Jagakarsa I. 4.5.3.1 Analisis Penyebab Masalah Pelayanan Kesehatan Penderita ODGJ Gambar 6. Analisis Penyebab Masalah dengan Diagram Fishbone Pelayanan Kesehatan Penderita ODGJ 4.5.3.2 Prioritas Penyebab Masalah Pelayanan Kesehatan Penderita ODGJ Berdasarkan analisis penyebab masalah, didapatkan beberapa faktor mulai dari komponen input, proses, dan lingkungan yang mempengaruhi output berupa rendahnya pelayanan kesehatan penderita ODGJ di Puskesmas Kelurahan Jagakarsa I. Agar dapat fokus memecahkan suatu penyebab masalah, maka perlu Pelaporan pasien ODGJ di wilayah kerja Puskesmas belum optimal Kurangnya dukungan pengetahuan keluarga Kurangnya kepedulian keluarga terhadap pasien Kasus ODGJ di wilayah kerja sedikit. Tidak ada masalah Eksekusi program intervensi langsung ke masyarakat belum optimal di masa pandemi. INPUT Man Tidak ada masalah Money Tidak ada masalah Method Belum adanya pelayanan khusus pasien ODGJ sehingga pelayanan masih bergabung dengan pelayanan umum lainnya. Material Belum adanya buku pedoman skrining gg jiwa bagi petugas Kesehatan maupun kader Market Kurangnya pengetahuan tentang ODGJ Kunjungan ke rumah pasien ODGJ Skrining jiwa di Poli Umum LINGKUNGAN - Kondisi pandemi COVID-19 dan takut keluar rumah - Jarak Puskesmas cukup jauh dari salah satu wilayah kerjanya Planning OUTPUT Cakupan kunjungan penderita ODGJ belum optimal PROSES Actuating Organizing Controlling & Evaluating
  • 39. ditentukan prioritas penyebab masalah. Penentuan prioritas penyebab masalah ini dilakukan dengan menggunakan kriteria matriks ITR (Importance, Technical Feasibility, Resources Availability). Metode ini dilakukan dengan cara memberikan penilaian dari skala 1-5 pada setiap faktor penyebab, lalu masing-masing kriteria dikalikan. Faktor yang memiliki total nilai tertinggi merupakan prioritas penyebab masalah. Tabel 20. Penentuan Prioritas Penyebab Masalah Berdasarkan Metode ITR Pelayanaan Kesehatan Penderita ODGJ No. Penyebab Masalah I T R Total 1. Tidak Ada Kunjungan ke Rumah Penderita ODGJ 5 4 5 100 2. Keluarga Tidak Berani Membawa Kontrol Pasien ODGJ Dikarenakan Kondisi Pandemi Covid-19 5 5 5 125 Berdasarkan skoring dengan metode ITR tersebut, didapatkan bahwa penyebab masalah yang menjadi prioritas untuk ditanggulangi adalah tidak beraninya keluarga untuk membawa pasien ODGJ ke fasyankes terdekat dikarenakan takut terkena covid-19. Hal ini juga sejalan dengan hasil diskusi bersama pemegang program ini bahwa masalah utama dalam pelayanan Kesehatan Penderita ODGJ yakni menurun nya jumlah pasien ODGJ yang berkunjung di puskesmas jagakarsa I dikarenakan pandemi covid-19. 4.5.3.3 Alternatif Pemecahan Masalah Pelayanan Kesehatan Penderita ODGJ Setelah didapatkan prioritas penyebab masalah, selanjutnya dilakukan penyusunan berbagai alternatif solusi untuk memecahkan masalah tersebut. Berikut merupakan alternatif pemecahan masalah yang disusun berdasarkan studi referensi dan wawancara mendalam dengan pemegang program.
  • 40. Tabel 21. Alternatif Pemecahan Masalah Pelayanan Kesehatan Penderita ODGJ No. Solusi Deskripsi Tujuan Sasaran Estimasi Biaya 1. Pelaksanaan penyuluhan di Puskesmas Kelurahan Jagakarsa I Menyampaikan informasi mengenai Kesehatan jiwa Meningkatkan pengetahuan mengenai Kesehatan jiwa Seluruh warga di wilayah kerja puskesmas 0 2. Membuat pelatihan kader jiwa untuk dapat membina pasien ODGJ Mengadakan pertemuan dengan para kader jiwa secara virtual dan memberikan pelatihan mengenai pembinaan pasien ODGJ Memantau kesehatan jiwa warga di wilayah kerja puskesmas jagakarsa I Seluruh kader di wilayah kerja Puskesmas Rp. 500.000 (Zoom premium) 3. Kunjungan ke rumah pasien ODGJ (door to door) Melakukan pemeriksaan kesehatan pasien ODGJ secara berkala di rumah. Memantau dan memeriksa status kesehatan pasien ODGJ di wilayah kerja kelurahan jagakarsa I Seluruh pasien ODGJ di wilayah kerja puskesmas 0 4.5.3.4 Prioritas Alternatif Pemecahan Masalah Pelayanan Kesehatan Penderita ODGJ Dalam menentukan prioritas dari solusi pemecahan masalah, pendekatan yang dilakukan adalah dengan menggunakan matriks MxIxV/C. Metode ini terdiri dari komponen: 1. Magnitude, dilihat dari seberapa besar alternatif solusi mampu untuk memecahkan masalah. Diberi nilai 1-5 dimana semakin besar solusi dapat menyelesaikan masalah maka nilai mendekati angka 5. 2. Importance, dilihat dari seberapa permanen solusi tersebut dapat memecahkan masalah. Diberi nilai 1-5 dimana semakin permanen solusi dalam menyelesaikan masalah maka nilai mendekati angka 5.
  • 41. 3. Vulnerability, dilihat dari seberapa cepat solusi tersebut dapat menyelesaikan masalah. Diberi nilai 1-5 dimana semakin cepat solusi dapat menyelesaikan masalah maka nilai mendekati angka 5. 4. Cost yaitu besar biaya solusi. Diberi nilai 1-5 dimana semakin kecil biaya yang dikeluarkan maka nilai mendekati angka 1. Tiga komponen pertama dikalikan, lalu dibagi dengan komponen cost. Solusi dengan skor tertinggi merupakan pemecahan masalah terpilih. Tabel 22. Penentuan Prioritas Alternatif Pemecahan Masalah Berdasarkan Metode MxIxV/C Pelayanan Kesehatan Penderita ODGJ No. Alternatif Pemacahan Masalah M I V C MxIxV / C 1. Pelaksanaan Penyuluhan di Puskesmas Kelurahan Jagakarsa I 5 3 2 2 15 2. Membuat pelatihan kader jiwa untuk dapat membina pasien ODGJ 4 3 3 4 9 3. Kunjungan ke rumah pasien ODGJ (door to door) 5 4 4 2 40 Tabel di atas menunjukkan bahwa total skoring tertinggi terdapat pada alternatif pemecahan masalah berupa kunjungan ke rumah pasien ODGJ (door to door). Solusi ini kemudian akan disusun sebagai rekomendasi intervensi program pelayanan kesehatan penderita ODGJ di Puskesmas Kelurahan Jagakarsa I.
  • 42. 4.6.3.1 Analisis Penyebab Masalah Pelayanan Kesehatan Penderita TB Gambar 7. Analisis Penyebab Masalah dengan Diagram Fishbone Pelayanan Kesehatan Penderita TB 4.6.3.2 Prioritas Penyebab Masalah Pelayanan Kesehatan Penderita TB Berdasarkan analisis penyebab masalah, didapatkan beberapa faktor mulai dari komponen input, proses, dan lingkungan yang mempengaruhi output berupa rendahnya pelayanan kesehatan penderita TB di Puskesmas Kelurahan Jagakarsa I. Agar dapat fokus memecahkan suatu penyebab masalah, maka perlu ditentukan prioritas penyebab masalah. Penentuan prioritas penyebab masalah ini dilakukan dengan menggunakan kriteria matriks ITR (Importance, Technical Feasibility, Resources Availability). Metode ini dilakukan dengan cara memberikan penilaian dari skala 1-5 pada setiap faktor penyebab, lalu masing-masing kriteria dikalikan. Faktor yang memiliki total nilai tertinggi merupakan prioritas penyebab masalah. Pelaporan pasien TB dari faskes lain di wilayah kerja Puskesmas belum optimal Tidak ada masalah Eksekusi program intervensi langsung ke masyarakat belum optimal di masa pandemi INPUT Man Tidak masalah Money Tidak ada masalah Method Kurangnya program sosialisasi mengenai pentingnya deteksi dini suspek TB Material Tidak ada masalah Market - Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang TB - Kurangnya kesadaran masyarakat untuk berobat - Stigma negatif masyarakat terhadap penderita TB - Pasien dengan tingkat sosioekonomi menengah ke bawah terkendala akses untuk pergi ke Puskesmas Perencanaan jadwal program penyuluhan TB belum optimal LINGKUNGAN - Kondisi pandemi COVID-19 dan takut keluar rumah - Jarak Puskesmas cukup jauh dari salah satu wilayah kerjanya Planning OUTPUT Rendahnya pelayanan kesehatan orang dengan TB PROSES Actuating Organizing Controlling & Evaluating
  • 43. Tabel 23. Penentuan Prioritas Penyebab Masalah Berdasarkan Metode ITR Pelayanaan Kesehatan Penderita TB No. Penyebab Masalah I T R Total 1. Kurangnya petugas Puskesmas dalam pelayanan TB 3 1 1 3 2. Kurangnya program sosialisasi mengenai pentingnya deteksi dini suspek TB 5 4 5 100 3. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang TB 5 3 4 60 4. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk berobat 5 3 3 45 5. Stigma negatif masyarakat terhadap penderita TB 4 2 3 24 6. Pasien dengan tingkat sosioekonomi menengah ke bawah terkendala akses untuk pergi ke Puskesmas 4 2 1 8 7. Perencanaan jadwal program penyuluhan TB belum optimal 5 3 4 60 8. Eksekusi program intervensi langsung ke masyarakat belum optimal di masa pandemi 4 2 2 16 9. Pelaporan pasien TB dari faskes lain di wilayah kerja Puskesmas belum optimal 3 3 3 27 10. Jarak Puskesmas cukup jauh dari salah satu wilayah kerjanya 4 1 1 4 11. Kondisi pandemi COVID-19 5 1 1 5 Berdasarkan skoring dengan metode ITR tersebut, didapatkan bahwa penyebab masalah yang menjadi prioritas untuk ditanggulangi adalah kurangnya program sosialisasi mengenai pentingnya deteksi dini suspek TB. Hal ini juga sejalan dengan hasil diskusi bersama pemegang program TB di Puskesmas Kelurahan Jagakarsa I , bahwa masalah utama dalam pelayanan TB saat ini terkait dengan rendahnya penemuan kasus baru TB akibat suspek yang enggan diperiksa. Suspek yang terdiri dari kontak erat pasien terkonfirmasi TB ini tidak mau memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan dengan berbagai alasan, di antaranya karena merasa sehat dan tidak bergejala, merasa takut terdiagnosis TB karena harus berobat dalam jangka waktu lama, merasa malu karena stigma negatif penderita TB masih tinggi di masyarakat, atau merasa takut untuk datang ke Puskesmas karena kondisi pandemi COVID-19 yang belum mereda.
  • 44. 4.6.3.3 Alternatif Pemecahan Masalah Pelayanan Kesehatan Penderita TB Setelah didapatkan prioritas penyebab masalah, selanjutnya dilakukan penyusunan berbagai alternatif solusi untuk memecahkan masalah tersebut. Berikut merupakan alternatif pemecahan masalah yang disusun berdasarkan studi referensi dan wawancara mendalam dengan pemegang program. Tabel 24. Alternatif Pemecahan Masalah Pelayanan Kesehatan Penderita TB No. Solusi Deskripsi Tujuan Sasaran Estimasi Biaya 1. Membuat leaflet edukasi pentingnya deteksi dini bagi suspek TB Menyampaikan informasi mengenai pentingnya memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan bagi suspek TB melalui media cetak yang diberikan kepada pasien ter- konfirmasi TB yang datang berobat untuk disampaikan kepada kontak erat/keluarganya Agar suspek TB bersedia memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan Seluruh kontak erat pasien terkonfirmasi TB Rp300.000 2. Membuat penyuluhan di dalam gedung menggunakan slide presentasi dan video edukasi Menyampaikan informasi mengenai pentingnya memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan bagi suspek TB melalui metode interaktif dan Agar suspek TB bersedia memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan Seluruh pasien yang berobat ke Puskesmas Rp200.000
  • 45. media elektronik audiovisual 3. Membuat pelatihan kader untuk sosialisasi pentingnya deteksi dini bagi suspek TB kepada masyarakat Mengadakan pertemuan dengan para kader secara virtual untuk disampaikan kepada masyarakat mengenai pentingnya memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan bagi suspek TB Agar suspek TB bersedia memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan Seluruh kader di wilayah kerja Puskesmas Rp500.000 4.6.3.4 Prioritas Alternatif Pemecahan Masalah Pelayanan Kesehatan Penderita TB Dalam menentukan prioritas dari solusi pemecahan masalah, pendekatan yang dilakukan adalah dengan menggunakan matriks MxIxV/C. Metode ini terdiri dari komponen: 1. Magnitude, dilihat dari seberapa besar alternatif solusi mampu untuk memecahkan masalah. Diberi nilai 1-5 dimana semakin besar solusi dapat menyelesaikan masalah maka nilai mendekati angka 5. 2. Importance, dilihat dari seberapa permanen solusi tersebut dapat memecahkan masalah. Diberi nilai 1-5 dimana semakin permanen solusi dalam menyelesaikan masalah maka nilai mendekati angka 5. 3. Vulnerability, dilihat dari seberapa cepat solusi tersebut dapat menyelesaikan masalah. Diberi nilai 1-5 dimana semakin cepat solusi dapat menyelesaikan masalah maka nilai mendekati angka 5. 4. Cost yaitu besar biaya solusi. Diberi nilai 1-5 dimana semakin kecil biaya yang dikeluarkan maka nilai mendekati angka 1.
  • 46. Tiga komponen pertama dikalikan, lalu dibagi dengan komponen cost. Solusi dengan skor tertinggi merupakan pemecahan masalah terpilih. Tabel 25. Penentuan Prioritas Alternatif Pemecahan Masalah Berdasarkan Metode MxIxV/C Pelayanan Kesehatan Penderita TB No. Alternatif Pemacahan Masalah M I V C MxIxV / C 1. Membuat leaflet edukasi pentingnya deteksi dini bagi suspek TB 4 3 4 3 16 2. Membuat penyuluhan di dalam gedung menggunakan slide presentasi dan video edukasi 3 2 2 2 6 3. Membuat pelatihan kader untuk sosialisasi pentingnya deteksi dini bagi suspek TB kepada masyarakat 5 4 3 5 12 Tabel di atas menunjukkan bahwa total skoring tertinggi terdapat pada alternatif pemecahan masalah berupa pembuatan leaflet edukasi pentingnya deteksi dini bagi suspek TB. Solusi ini kemudian akan disusun sebagai rekomendasi intervensi program pelayanan TB di Puskesmas Kelurahan Jagakarsa I.
  • 47. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 1. Berdasarkan hasil evaluasi program pelayanan kesehatan puskesmas kelurahan jagakarsa I dari bulan januari – oktober 2021 didapatkan ada 6 Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang tidak tercapai target yakni a. Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir b. Pelayanan Kesehatan Balita c. Pelayanan Kesehatan Pada Usia Lanjut d. Pelayanan Kesehatan Penderita Diabetes Melitus (DM) e. Pelayanan Kesehatan Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) f. Pelayanan Kesehatan Orang Dengan Tuberkulosis (TB) 2. Alasan utama SPM pelayanan Kesehatan bayi baru lahir tidak tercapai yakni tidak berani ke fasyankes dikarenakan takut terkena covid-19. Alternatif pemecahan masalah dapat berupa membuat pelatihan kader untuk sosialisasi pentingnya memeriksakan neonatus baru lahir. 3. Alternatif pemecahan masalah pelayanan kesehatan balita dapat dilakukan penimbangan balita secara mandiri di rumah dengan pelaporan via Google Form. Alternatif ini akan bisa lebih efektif jika terjadi kerjasama antara orang tua balita dan kader setempat. 4. Masalah yang terjadi dengan kesehatan pada usia lanjut yakni tidak terjalan nya program posbindu sehiggga cakupan kesehatan usia lanjut tidak berjalan optimal. Solusi yang akan dilakukan adalah dengan melakukan kunjungan ke rumah warga usia lanjut yang memiliki riwayat penyakit. 5. Kunjungan penderita diabetes melitus di daerah wilayah kerja puskesmas mengalami penurunan hal ini terjadi oleh karena masih banyak warga yang takut memeriksakan kesehatan ke puskesmas karena kondisi pandemi covid-19. Intervensi yang akan dilakukan adalah dengan melakukan skrining penyakit tidak menular secara masal dengan cara door to door ke rumah warga.
  • 48. 6. Cakupan pelayanan kesehatan ODGJ belum tercapai dengan optimal, hal ini terjadi karena program door to door ke rumah pasien ODGJ terkendala karena pandemic covid-19. Solusi yang akan diberikan adalah dijalan kan kembali program tersebut dengan meminta bantuan kader setempat untuk mengumpulkan data dan melakukan pembinaan terhadap pasien dengan ODGJ. 7. Rendahnya capaian pelayanan TB disebabkan oleh berbagai faktor. Salah satu penyebab yang paling utama adalah kurangnya program sosialisasi mengenai pentingnya deteksi dini bagi orang terduga TB (suspek). Dari beberapa alternatif pemecahan masalah yang ada, dipilih solusi berupa pembuatan leaflet sebagai media edukasi mengenai pentingnya deteksi dini yang akan dibagikan kepada pasien baru terkonfirmasi TB yang selanjutnya disampaikan kepada kontak erat/keluarganya sebagai suspek TB. 5.2 Saran 1. Bagi tenaga kesehatan terutama pemegang program pelayanan yang belum tercapai diharapkan dapat meningkatkan kegiatan sosialisasi atau penyuluhan, baik di dalam maupun di luar gedung melalui metode- metode yang inovatif dan aplikatif dengan segala keterbatasan yang dihadapi pada masa pandemi COVID-19 ini. 2. Penanggung jawab program pelayanan diharapkan memiliki timeline tugas, target dan capaian dalam kurun waktu yang ditentukan. 3. Pemegang program pelayanan memberikan laporan evaluasi setiap bulan kepada Kepala Puskesmas sebagai pengawas dan pembina program pelayanan. 4. Pemegang program pelayanan diharapkan melakukan pelatihan kepada kader masing-masing program dengan pengawasan dari dokter puskesmas dan atau Kepala Puskesmas.
  • 49. 5. Pemegang program pelayanan yang belum menguasai program atau terkendala bisa berkonsultasi dengan dokter puskesmas maupun Kepala Puskesmas. 6. Pemegang program pelayanan yang sudah tercapai cakupannya diharapkan juga memiliki inovasi-inovasi baru sehingga program yang dijalankan dapat lebih optimal lagi. Inovasi yang akan dikembangkan bisa didiskusikan dengan dokter puskesmas maupun dengan Kepala Puskesmas. 7. Pemegang program pelayanan diharapkan update ilmu terbaru, sehingga bisa lebih mengusai program pelayanan. 8. Bagi kader, perangkat desa, dan tokoh masyarakat diharapkan dapat mengambil peran aktif untuk memberikan sosialisasi, dukungan, dan penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya kesehatan bagi kita semua.