Manusia diciptakan oleh Allah untuk beribadah kepada-Nya. Manusia memiliki tiga perspektif menurut Al-Quran yaitu sebagai hamba Allah, sebagai anggota masyarakat, dan sebagai khalifah Allah di bumi. Al-Quran juga menyebut manusia sebagai bani Adam untuk menekankan persaudaraan antar manusia.
2. KEDUDUKAN MANUSIA
Secara perinsip manusia diciptakan oleh Allah swt.
dengan satu kewajiban yaitu beribadah kepada-
Nya.
الِإ َسْناإلَو َّنِْاْل ُتْقَلَخ اَمَوِلِِوََُُُُْْي
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia
melainkan supaya mereka mengabdi kepada-
Ku”. (Q.S. Adz Dzariyat [51]: 56)
3. Kedudukan manusia sebagai hamba Allah
dalam ayat tersebut dijelaskan melalui
kalimat liya`buduni, yang terdiri dari kata
kerja, subjek dan objek.
Penggunaan huruf lam yang berfungsi
sebagai penghubung dan bermakna tujuan
atau kegunaan, memberikan kesemata—
ataan, bawa jin dan manusia diciptakan
hanya untuk menghamba dan mengabdi
kepada Allah swt.
5. 1. Manusia Sebagai Hamba Allah
(Abd Allah)
َوَاَٱّللْاُودُبۡعيِلَ اَّلِإَْا ٓوُرِمَُأٓامََُِٱلدهَلين ِصِل ۡخُمََين
ََوة ٰولاصَٱلْاوُميِقُيَوءٓافنُحَٰذَوَۚة ٰوكاَٱلزْاوُت ۡؤُيَُينِدَكِل
َِةمِيقۡٱل٥
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya
menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan
kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang
lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan
menunaikan zakat; dan yang demikian itulah
agama yang lurus” (Q.S. Al-Bayyinah [98]: 5)
6. 2. Manusia sebagai al-Nas
Manusia, di dalam al- Qur’an juga
disebut dengan al- nas. Konsep al-
nas ini cenderung mengacu pada
status manusia dalam kaitannya
dengan lingkungan masyarakat di
sekitarnya
7. يآَاُّهيأَُكابَرْاوُقاتَٱ ُاسانٱلَانَنِمَمُكقليَخِذاَٱلُمَٖةد ِح َٰو ٖسۡف
ََِماثباَوهج ۡواَزهۡنَِمقلخوَاَو ايرِثَك ااَّلج ِاَرمُهۡنَ َۚاءٓاسِن
َُلءٓاسيَتِذاَٱل اَٱّللْاوُقاتٱوَِإَ َۚامح ۡر ۡٱۡلۦَوِهِبَونَانَك اَٱّللان
َ ۡمُكۡيلعايباِقر
“Hai sekalian manusia, bertaqwalaha kepada Tuhan-mu yang
telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya
Allah menciptakan istirinya, dan dari pada keduanya Alah
memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak.
Dan bertakwalah kepada Allah dengan (mempergunakan)
namanya kamu saling meminta satu sama lain dan peliharalah
hubungan silaturahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan
mengawasi kamu.” (QS:4:1).
8. 3. Manusia Sebagai Khalifah Allah
َِةكِئ
ٰٓلمۡلِلَكُّبَرالَقۡذِإوَِض ۡر ۡيَٱۡلِفَ ٞلِعايَجِنِإَ
يِفَُلع ۡجتَأْا ٓوُلاَق
ٗۖاةيفِلخَياَويهِفَُدِسۡفُيَناَمهَُكِفۡس
َحِبَُحِبسُنَُن ۡحنَوءٓامِٱلدََق ٗۖكَل ُسِدقُنَوكِد ۡمَٓيِنِإَال
َونُملۡعَتاََّلَمُملۡعأ
“Ingatlah ketika Tuhan-mu berfirman kepada para malaikat “Sesungguhnya Aku
hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata:”Mengapa
Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan
memuji engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku
mengetahui apa yang kamu tidak ketahui.” (QS:2: 30)
9. 4. Manusia Sebagai Bani Adam
Konsep bani Adam mengacu pada penghormatan
kepada nilainilai kemanusiaan.
Konsep ini menitikbertakan pembinaan hubungan
persaudaraan antar sesama manusia dan
menyatakan bahwa semua manusia berasal dari
keturunan yang sama. Dengan demikian manusia
dengan latar belakang sosia kultural, agama, bangsa
dan bahasa yang berbeda tetaplah bernilai sama,
dan harus diperlakukan dengan sama.
10. يآَٓيِنبَبِلَ ۡمُكۡيلاَعنۡلنزَأۡدَقمادءي ِرَو ۡمُكِت ٰء ۡويَس ِر ٰوُيَاااسَٗۖااش
َكِلَٰذ َۚٞرۡيَخكِلَٰذ ٰىوۡقاتَٱل ُاسبِلوََي ۡمُهالعَلِ اَٱّللِتٰايَء ۡنِمَونُراكاذ
٢٦َاشَٱلُمُكاننِتۡفَيََّلمادَءٓيِنبٰيَُكۡيوبَأجر ۡخَأٓامَكُنٰطۡيَِةانجَۡٱلنِمَم
َاَسمُهي ِرُيِلَامُهاسبِلَامُهۡنَُعع ِنزيَۡمُكٰىرُۥَيهانِإََۚٓامِهِت ٰء ۡوَُۥهُليِبقَووُهَ
َََّلُثۡيَح ۡنِمَۡۗۡمُهن ۡورتاَٱلنۡلعاَجانِإَِذالِلَءٓايِل ۡوَأينِطٰياشَََّلين
َونُنِم ۡؤُي٢٧
:“Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu
pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk
perhiasan. Dan pakaian taqwa itulah yang paling baik. Yang
demikian itu adalah sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah,
semoga mereka selalu ingat. Hai anak Adam janganlah kamu ditipu
oleh syaitan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapamu
dari surga, …” (QS : 7; 26-27).
11. 5. Manusia Sebagai al- Insan
Manusia disebut al- insan
dalam al- Qur’an mengacu
pada potensi yang diberikan
Tuhan kepadanya.
12. 6. Manusia Sebagai Makhluk Biologis
(al- Basyar)
َِنَطَِم ٖةلٰلُسَنَِمنٰنسِ ۡاَٱۡلنۡقلَخۡدقلوَ ٖين١٢َِفَاةفۡطُنَُهٰنۡلعَجامُثَي
َ ٖينِكامَ ٖاررق١٣ََفاةقلَعةفۡطُّناَٱلنۡقلَخامُثَاةغ ۡضُمَةقلعۡاَٱلنۡقلخَانۡقلخف
َام ۡحَلمٰظِعۡاَٱلن ۡوسكاَف امٰظِعَةغ ۡضُمۡٱلََۚراخاَءًقۡلَُخهٰنۡأنشَأامُثَاَكاربتَف
َينِقِل ٰخَۡٱلُنس ۡحَأُ اٱّلل١٤
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari sari pati
tanah. Lalu Kami jadikan saripati itu air mani yang disimpan dalam
tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan
segumpal darah, lalu menjadi segumpal daging, dan segumpal daging
itu kemudian Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu
Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk
berbentuk lain, maka Maha Sucilah Allah, Pencipta yang paling
baik.”(QS: 23: 12-14).
14. 1. Beribadah Kepada Allah
َُكابُواَردُبْعَا ُاساناَالُّهياَأيََوْمُكقليَخِذاَالُمَينِذاالَْنِم
َْمُكِلْبقَْمُكالعلَونُقاتت(٢١)
“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang
telah menciptakanmu dan orang-orang
yang sebelummu, agar kamu bertakwa”,
(Q.S. Al Baqarah [2]: 21)
15. 2. Memelihara Hubungan Baik Dengan
Sesama Manusia
َُمُكابواَرُقاتَا ُاساناَالُّهياَأيَْفَن ْنَِمْمُكقليَخِذاالٍَةد ِاحَو ٍس
َْنَِماثباَوهج ْواَزهْنَِمقلخوَسِناَوًيرِثاَّلَكج ِاَرمُهًَءا
َِبَونُلاءسيَتِذاَال اواَاّللُقاتاوَاَاّللانِإَامح ْاۡلرَوِهَْمُكْيلَعانك
َاًبيِقر
“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah
menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan
isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki
dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan
(mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan
(peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan
mengawasi kamu”. (Q.S. An Nisa [4]: 1)
16. 3. Menjaga Kelestarian Alam
َاَوًف ْوَخُهوُعْدااَوه ِالحْصِإَدْعَب ِض ْيَاۡلرِفَُوادِسْفُتََّلوَنَِمٌيب ِرَقِ اَاّللةمْحَرانِإَاًعمط
َينِنِسْحُمْال(٥٦)َْيدَيْنياَبًرْشُبَاحي َِالرُلِس ْرُيَِيذاَالوُهوًَباحَس ْتالقاَأذِإَىاتَحِهِتمْحرَا
َْخأَفاءمَْالِهِبَانْلزْنأٍَفتِيٍَمدلبِلَُهانْقُسَاَّلقِثَْخُنَكِلذَِكتارماَالثِلُكَْنَِمِهِبَانْجرَمَْالُج ِرَىت ْو
َونُراكذَتْمُكالعل(٥٧)ََرِنْذِإِبَُهُتابَنُجُرْخَيُبِياَُالطدلبْالوَِكَّلَنِإَُجُرْخََّلَيثُبِيَخذاالَوِهِبًَاد
َونُرُكْشَيٍم ْوقِلَِتاَاآلي ُف ِرصُنَكِلذك(٥٨)
“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah)
memperbaikinya dan Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima)
dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah Amat dekat kepada orang-
orang yang berbuat baik. Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita
gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); hingga apabila angin itu telah
membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami
turunkan hujan di daerah itu, Maka Kami keluarkan dengan sebab hujan itu pelbagai
macam buah-buahan. seperti Itulah Kami membangkitkan orang-orang yang telah
mati, Mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran. Dan tanah yang baik, tanaman-
tanamannya tumbuh subur dengan seizin Allah; dan tanah yang tidak subur, tanaman-
tanamannya hanya tumbuh merana. Demikianlah Kami mengulangi tanda-tanda
kebesaran (Kami) bagi orang-orang yang bersyukur”. (Q.S. Al A`raf [7]: 56-58).
17. 4. Amar Ma`ruf Nahi Munkar
َِإَونُعْدَيٌةامَُأْمُكْنَِمْنُكتْلوَونُرُمْأيَو ِْريخْىَالل
َْنُمَْالِنَعن ْوهْنيَوِوفُرْعمْالِبَُمُهَكِئولُأَو ِرك
َونُحِلْفُمْال(١٠٤)
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan
umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh
kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang
munkar[217]; merekalah orang-orang yang
beruntung”. (Q.S. Ali Imran [3]: 104)
18. 5. Menegakkan Keadilan
َْالِبَينِام اوواَقُنوُكَواُنَآمينِذااَالُّهياَأيََع ْولَوِ ا َِّللاءدهُشَِطْسِقَىل
َْنِإَينِبرْقاۡلَوِْنيدِلاوَْالِوَأْمُكِسُفْنأَُ ااّللاَفًيرِقَف ْوًّاَأيِنَغ ْنُكَيَىل ْوَأ
َواَوُلِدْعَتْنىَأوهْواَالُعِباتالَتاَفمِهِبَانِإواَفُض ِرْعُتَ ْوواَأ ُوْلَتْنِإَ اَاّلل
َاًيرِبَخونُلمْعاَتمِبَانك(١٣٥)
“Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar
penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri
atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. jika ia kaya ataupun miskin, Maka Allah
lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu
karena ingin menyimpang dari kebenaran. dan jika kamu memutar balikkan
(kata-kata) atau enggan menjadi saksi, Maka Sesungguhnya Allah adalah
Maha mengetahui segala apa yang kamu kerjakan”. (Q.S. An-Nisa [4]: 135)
19. 6. Saling Tolong Menolong dalam
Kebaikan dan Takwa
َِ اَاّللرِئاعواَشُّل ِحُتَواََّلُنَآمينِذااَالُّهياَأيََويْدهَّْلَالَوامرحَْالرْهاشَّلَالَوََّل
َونُغْتبَيامرحَْالْتيبَْالينَِّلَآمَودِئالقْالَاَوًناْوض ِرَوْمِهِبَرْنِْالَمضَفَاذِإ
ََقُآننَشْمُكانم ِرْجَّلَيُواَوداطْصاَفْمُتْللحَِد ِجْسمَْالِنَعْمُكوُّدَصْنَأٍم ْو
ََو ِرِبْىَاللواَعُناوعتُواَودتْعَتْنَأِامرحْالَْىَاۡلثلواَعُناوعَّلَتىَووْقاتالَِم
ََُْالديِدَش اَاّللانِإَ اواَاّللُقاتاَوِانوْدُعْالوَِباقِع(٢)
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar Allah, dan
jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-
binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu
orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan
keredhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, Maka
bolehlah berburu. dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum
karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat
aniaya (kepada mereka). dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan)
kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat
siksa-Nya”. (Q.S. Al Maidah [5]: 2)
21. Kegiatan pendidikan merupakan kegiatan yang
melibatkan manusia secara penuh, dilakukan
oleh manusia, antar manusia, dan untuk
manusia
Kewajiban manusia akan memberikan implikasi
pada konsep pendidikan Islam, karena sejatinya
pendidikan itu diperuntukkan bagi manusia itu
sendiri. Sehingga pendidikan Islam harus
mampu menjadikan manusia dapat
melaksanakan kewajibannya secara sempurna.