SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  20
Télécharger pour lire hors ligne
0
E P I S T E M O L O G I
S A I N S M O D E R N
MAKALAH
Disusun Sebagai Bahan Diskusi pada Mata Kuliah
F I L S A F A T I L M U
Dibawah Bimbingan:
Prof. Dr. Nanat Fatah Natsir, M.S
Erni Haryanti, Ph.D
Disusun Oleh: Erta Mahyudin
NIM: 3.216.2.2.007
KONSENTRASI PENDIDIKAN BAHASA ARAB
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM
PROGRAM PASCASARJANA S3
UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2018 M/1438 H
1
KAJIAN KRITIS TERHADAP EPISTEMOLOGI SAINS MODERN
Disusun Oleh:
Erta Mahyudin - NIM: 3.216.2.2.007
A. Pendahuluan
Kelahiran ilmu tidak lepas dari peranan filsafat. Filsafat telah mengubah
pola pikir manusia dari pandangan mitosentris menjadi logosentris. Perubahan
pola pikir tersebut membawa perubahan yang cukup besar dengan ditemukannya
hukum-hukum alam dan teori-teori ilmiah yang menjelaskan bagaimana
perubahan-perubahan itu terjadi. Dari sinilah lahir ilmu-ilmu yang selanjutnya
berkembang menjadi lebih terspesialisasi dalam bentuk yang lebih kecil dan
sekaligus semakin aplikatif dan terasa manfaatnya.1
Filsafat adalah pemikiran yang menyeluruh (komprehensif), radikal
(mendasar), universal, koheren dan kosisten, bertanggung jawab, dan umumnya
bebas dan spekulatif.2
Dengan karakter demikian, filsafat telah menjadi induk
semua ilmu pengetahuan. Dia memberi sumbangan dan peran sebagai induk yang
melahirkan dan membantu mengembangkan ilmu pengetahuan hingga ilmu
pengetahuan itu dapat hidup dan berkembang. Filsafat membantu ilmu
pengetahuan untuk bersikap rasional dalam mempertanggungjawabkan ilmunya.
Pertanggungjawaban secara rasional di sini berarti bahwa setiap langkah langkah
harus terbuka terhadap segala pertanyaan dan sangkalan dan harus dipertahankan
secara argumentatif, dengan argumen-argumen yang objektif.
Filsafat merupakan ilmu yang tak terbatas karena tidak hanya menyelidiki
suatu bidang tertentu dari realitas yang tertentu saja. Filsafat senantiasa
mengajukan pertanyaan tentang seluruh kenyataan yang ada. Filsafat pun selalu
mempersoalkan hakikat, prinsip, dan asas mengenai seluruh realitas yang ada,
bahkan apa saja yang dapat dipertanyakan, termasuk filsafat itu sendiri.
1
Menurut Tafsir, berbagai pengetahuan manusia yang berkembang menjadi ilmu dapat
dikelompokkan menjadi empat jenis, yaitu: pengetahuan sains, pengetahuan filsafat, dan
pengetahuan mistik. Hal. 11.
2
Adian Husaini, xxi.
2
Filsafat ilmu adalah segenap pemikiran reflektif terhdap persoalan-persoalan
mengenai segala hal yang menyangkut landasan ilmu maupun hubungan ilmu
dengan segala segi dan kehidupan manusia. Filsafat ilmu merupakan suatu bidang
pengetahuan campuran yang eksistensi dan pemekarannya bergantung pada
hubungan timbal balik dan saling pengaruh antara filsafat dan ilmu.3
Filsafat ilmu
bertugas memberi landasan filosofi untuk memahami berbagai konsep dan teori
suatu disiplin ilmu, sampai membekalkan kemampuan untuk membangun teori
ilmiah.
Seluruh dimensi kebenaran yang pernah diperbincangkan oleh umat
manusia dalam sepanjang sejarah memiliki landasan epistemologi. Dimensi
kebenaran itu sangat beragam dan ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk
sampai kepada dimensi kebenaran tersebut. Sifat khas dari sebuah rumusan
kebenaran adalah terletak dari bagaimana kebenaran itu dapat diketahui secara
pasti, kertimbang secara langsung berbicara tentang kebenaran dalam dirinya
sendiri. Dalam artian bahwa kebenaran tidak akan memiliki arti apa-apa jika cara
yang ditempuh untuk sampai kepada kebenaran tersebut tidak pernah menjadi
pertimbangan yang matang, pada posisi inilah epistemologi sangat penting dalam
seluruh kajian filsafat, termasuk filsafat ilmu.
B. Pembahasan
1. Epistemologi Sains
Epistemologi berasal dari bahasa Yunani episteme dan logos. Episteme
biasa diartikan pengetahuan atau kebenaran, dan logos diartikan pikiran, kata, atau
teori4
. Dengan makna dasar yang demikian, epistemologi secara singkat diartikan
teori pengetahuan yang benar, atau lazimnya disebut teori pengetahuan (theory of
knowledge), yaitu teori yang membahas tentang “cara mendapatkan pengetahuan
yang benar”5
dari suatu objek yang ingin dipikirkan.6
3
The Liang Gie, Pengantar Filsafat Ilmu (Yogyakarta: Pustaka ilmu, 1999), hal. 14.
4
Adian Husaini, Filsafat Ilmu Perspektif Barat dan Islam, (Jakarta: Gema Insani, 2013) hal.
27
5
Jujun, hal. 100
6
Mujamil Qomar, Epistemologi Pendidikan Islam dari Metode Rasional hingga Metode
Kritik. (Jakarta: Erlangga, 2005), hal. 1.
3
Epistemologi adalah cabang filsafat yang mempelajari asal mula (apakah
sumber-sumber pengetahuan?), struktur (jangkauan dan ruang lingkup
pengetahuan, sampai tahap mana pengetahuan yang mungkin untuk ditangkap
manusia?), metode (bagaimana mendapatkan pengetahuan yang lebih
menitikberatkan pada sebuah proses pencarian ilmu) dan kebenaran pengetahuan
(cara mengukur sah tidaknya (validitasnya) suatu pengetahuan).7
Jenis pengetahuan yang menjadi objek pembahasan dalam makalah ini
adalah pengetahuan sains. Sains yang merupakan serapan dari kata science berasal
dari kata Latin, scire yang artinya mengetahui. Dalam hal ini tidak berbeda
dengan knowledge (pengetahuan).8
Secara terminologi, sains adalah suatu
eksplorasi ke alam materi berdasarkan observasi dan mencari hubungan-hubungan
alamiah yang teratur mengenai fenomena yang diamati serta bersifat mampu
meguji diri sendiri.9
Menurut Tafsir, pengetahuan sains harus berdasarkan logika
(dalam arti sesuai dengan hukum alam/rasional) dan didukung bukti empiris.
Gejala yang paling menonjol dalam pengetahuan sain ialah adanya bukti
empiris.10
Sains bukan sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum
sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara
sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu
tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, sains terbentuk karena manusia berusaha
berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya.
2. Sumber Pengetahuan Sains
Teori pengetahuan tidak dapat menghindarkan pembahasan tentang sumber-
sumber pengetahuan tempat bahan-bahannya diperoleh. Sumber-sumber itu
7
Ahmad Tafsir, Filsafat Ilmu, (Bandung: Rosda, 2010), Hal. 27 dan Jujun S. Suriasumantri,
Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta: Sinar Harapan, 2001), hal. 101.dan Jujun,
hal.101
8
U. Maman, Pola berpikir sains; Membangkitkan Kembali Tradisi Keilmuan Islam (Bogor,
QMM Pusblishing 2012), hal. 95
9
Agus Purwanto, Nalar Ayat-ayat Semesta; Menjadikan al-Quran sebagai Basis Kontruksi
Ilmu Pengetahuan (Bandung: Mizan, 2012), Cet. I, hal. 144
10
Tafsir, hal. 6
4
menurut filosof, tidak lain adalah indra, akal dan hati. Ada juga yang berpendapat
bahwa sumber-sumber epistemologi itu antara lain adalah sebagai berikut:
a. Alam
Salah satu sumber pengetahuan sains adalah alam semesta ini. Yang dimaksud
dengan alam, adalah alam materi, alam ruang dan waktu, alam gerakan, alam
yang sekarang kita tengah hidup di dalamnya, dan kita memiliki hubungan
dengan alam ini dengan menggunakan berbagai alat indera kita.
b. Rasio dan hati
Rasio dan hati adalah dua sumber lain pengetahuan sains. Sumber yang lain
yang masih perlu dibahas adalah masalah kekuatan rasio dan pikiran manusia.
Setelah kita mengetahui bahwa alam ini merupakan “sumber luar” bagi
epistemologi, lalu apakah manusia juga memiliki “sumber dalam” bagi
epistemologi ataukah tidak memiliki? Hal ini tentunya berkaitan erat dengan
masalah rasio, berbagai perkara yang rasional, berbagai perkara yang sifatnya
fitrah. Selanjutnya sumber selanjutnya adalah hati (jiwa). Semestinya kita tidak
menyebutnya dengan “alat”, tetapi kita harus menyebutnya dengan “sumber”.
Tidak ada satu pun dari fakultas materialisme yang mengakui keberadaan
sumber ini. Karena jika meyakini hati sebagai satu sumber, sedangkan manusia
pada awal dilahirkan tidak memiliki suatu pengetahuan apapun, dan di dalam
hatinya tidak terdapat sesuatu apapun, dan juga meyakini bahwa hati dapat
menerima berbagai ilham (dan wahyu merupakan peringkat ilham yang paling
sempurna), maka sama halnya dengan mengakui adanya suatu alam yang ada
di balik alam materi ini, karena materi tidak dapat memberikan berbagai ilham
semacam itu kepada manusia. Unsur ilham adalah unsur metafisika.
c.Sejarah
Sejarah adalah sumber lain pengetahuan yang sekarang ini dianggap sebagai
suatu sumber yang sangat penting. Jika kita mengatakan bahwa alam adalah
sumber ilmu pengetahuan, maka di dalamnya juga berisi sejarah. Dengan
demikian, maka sejarah itu merupakan salah satu sumber ilmu pengetahuan.
5
d. Pengalaman indra (sense experience)
Orang sering merasa bahwa pengindraan adalah alat yang paling vital dalam
memperoleh pengetahuan. Memang dalam hidup manusia tampaknya
pengindraan adalah satu-satunya alat untuk mencerap segala objek yang ada di
luar diri manusia. Karena terlalu menekankan pada kenyataan, paham demikian
dalam filsafat disebut realisme. Realisme adalah suatu paham yang
berpendapat bahwa semua yang dapat diketahui hanya kenyataan. Jadi,
pengetahuan berawal dari kenyataan yang dapat diindrai. Tokoh pemula dari
pandangan ini adalah Aristoteles, yang berpendapat bahwa pengetahuan terjadi
bila subjek diubah di bawah pengaruh objek, artinya bentuk dari dunia luar
meninggalkan bekas dalam kehidupan batin. Objek masuk dalam diri subjek
melalui persepsi indra (sensasi). Yang demikian ini ditegaskan pula oleh
Aristoteles yang berkembang pada abad pertengahan adalah Thomas Aquinas
yang mengemukakan bahwa tiada sesuatu dapat masuk lewat ke dalam akal
yang ditangkap oleh indra.
e. Nalar (reason)
Nalar adalah salah satu corak berpikir dengan menggabungkan dua pemikiran
atau lebih dengan maksud untuk mendapatkan pengetahuan baru. Hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam masalah ini tentang asas-asas pemikiran, yaitu
sebagai berikut:
1) Principium Identitas yaitu sesuatu itu sama dengan dirinya sendiri (A=A).
Asas ini biasa disebut asas kesamaan.
2) Principium contradictioad yaitu apabila dua pendapat yang bertentangan,
tidak mungkin kedua-duanya benar dalam waktu yang bersamaan. Dengan
kata lain pada subjek yang sama tidak mungkin terdapat dua predikat yang
bertentangan pada satu waktu. Asas ini biasa disebut asas pertentangan.
3) Principium tertii exclusi yaitu apabila dua pendapat yang berlawanan tidak
mungkin keduanya benar dan tidak mugkin keduanya salah. Kebenaran
hanya terdapat satu diantara kedua itu, tidak perlu ada pendapat yang
ketiga. Asas ini biasa disebut asas tidak adanya kemungkinan ketiga.
6
f. Otoritas (authority)
Otoritas adalah kekuasaan yang sah yang dimiliki oleh seseorang dan diakui
kelompoknya. Otoritas menjadi salah satu sumber pengetahuan, karena
kelompoknya memiliki pengetahuan melalui seseorang yang mempunyai
kewibawaan dalam pengetahuannya. Pengetahuan yang diperoleh melalui
otoritas ini biasanya tanpa diuji lagi karena orang yang telah
menyampaikannya mempunyai kewibawaan tertentu. Pengetahuan karena
adanya otoritas terjadi melalui wibawa seseorang sehingga orang lain
mempunyai pengetahuan.
g. Intuisi (intuition)
Intuisi adalah suatu kemampuan yang ada pada diri manusia melalui proses
kejiwaan tanpa suatu rangsangan atau stimulus mampu untuk membuat
pernyataan berupa pengetahuan. Pengetahuan yang diperoleh melalui intuisi
tidak dapat dibuktikan seketika atau melalui kenyataan karena pengetahuan ini
muncul tanpa adanya pengetahuan lebih dahulu. Dengan demikian, peran
intuisi sebagai sumber pengetahuan adalah adanya kemampuan dalam diri
manusia yang dapat melahirkan pernyataan-pernyataan berupa pengetahuan.
h. Wahyu (revelation)
Wahyu adalah berita yang disampaikan oleh Tuhan kepada Nabi-Nya untuk
kepentingan umatnya. Kita mempunyai pengetahuan melalui wahyu, karena
ada kepercayaan tentang sesuatu yang disampaikan itu. Seseorang yang
mempunyai pengetahuan melalui wahyu secara dogmatik akan melaksanakan
dengan baik. Wahyu dapat dikatakan sebagai salah satu sumber pengetahuan,
karena kita mengenal sesuatu dengan melalui kepercayaan kita.
i. Keyakinan (faith)
Keyakinan adalah kemampuan yang ada pada diri manusia yang diperoleh
melalui kepercayaan. Sesungguhnya antara sumber pengetahuan berupa wahyu
dan keyakinan ini sangat sukar untuk dibedakan secara jelas, karena keduanya
7
menetapkan bahwa alat lain yang dipergunakannya adalah kepercayaan.
Perbedaannya barangkali jika keyakinan terhadap wahyu yang secara dogmatik
diikutinya adalah peraturan yang berupa agama. Adapun keyakinan melalui
kemampuan kejiwaan manusia merupakan pematangan (maturation) dari
kepercayaan. Karena kepercayaan itu bersifat dinamik mampu menyesuaikan
dengan keadaan yang sedang terjadi. Sedangkan keyakinan itu sangat statik,
kecuali ada bukti-bukti baru yang akurat dan cocok buat kepercayaannya.
3. Ruang Ruang Lingkup Sains
Apa yang dikaji oleh pengetahuan sains adalah semua objek yang empiris.
Objek kajian sain hanyalah objek yang berada dalam ruang lingkup pengalaman
manusia. Yang dimaksud dengan pengalaman di sini adalah pengalaman indera. 11
Sains menjadi berbeda dengan pengetahuan filsafat dan mistik karena ia
membatasi ruang jelajahnya hanya pada alam materi atau semua bentuk
pengalaman manusia. Artinya, objek penelaan sains meliputi segenap gejala yang
dapat ditangkap oleh pengalaman manusia lewat pancaindra.12
Dengan demikian,
segala sesuatu yang ada di alam sekitar menjadi ranah kajian sains.
Sains memiliki ruang lingkup yang terbatas yaitu hanya kepada hal yang
dapat dipahami oleh indera kita seperti pengelihatan, pendengaran, rabaan,
sentuhan, dan juga ucapan. Dan dapat di bilang bahwa sains merupakan
pengetahuan yang didapat dari proses pembelajaran dan juga pembuktian. Itu
adalah sains murni, yang berbeda dengan sains terapan karena sains terapan
merupakan aplikasi sains yang memang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan
Manusia.
Objek-objek yang dapat diteliti oleh sains banyak sekali: alam, tetumbuhan,
hewan, dan manusia, serta kejadian-kejadian di sekitar alam, tetumbuhan, hewan
dan manusia itu sendiri, semuanya dapat diteliti oleh sains. Dari penelitian itulah
11
Jujun, hal. 27
12
U. Maman, Pola berpikir sains; Membangkitkan Kembali Tradisi Keilmuan Islam
(Bogor, QMM Pusblishing 2012), hal. 94
8
muncul teori-teori sains. Teori-teori itu berkelompok atau dikelompokkan dalam
masing-masing cabang sains yang dapat dibagi menjadi:
a. Ilmu sains kealaman.
1) Kimia; Kimia Analitik, kimia anorganik, Elektrokimia, Kimia organik,
kimia polimer, thermokimia, ilmu material, dan lainnya.
2) Biologi; Anatomi, Ekologi, biofisika, taksonomi, virulogi, zoologi, fisiologi,
genetika, dan lainnya.
3) Fisika; fisika material, kinetika, fisika nuklir, dinamika, mekanika quantum,
optik, thermodinamika, dan lainnya.
4) Astronomi,
5) Ilmu bumi; Ilmu lingkungan, paleontologi, geologi, geodesi, hydrologi,
meteorologi, oceanografi dan lainnya.
b. Ilmu sains sosial.
1) Sosiologi; sosiologi komunikasi, sosiologi politik, sosiologi pendidikan
2) Antropologi; antropologi budaya, antropologi ekonomi, antropologi politik.
3) Psikologi; psikologi pendidikan, psikologi anak, psikologi abnormal.
4) Ekonomi; ekonomi makro, ekonomi lingkungan, ekonomi pedesaan.
5) Politik, politik dalam negri, politik hukum, politik internasional
c. Ilmu sains humaniora
1) Seni, seni abstrak, seni grafika, seni pahat, seni tari
2) Hukum, hukum pidana, hukum tata usaha negara, hukum adat
3) Filsafat, logika, ethika, estetika
4) Bahasa; sastra
5) Agama; Islam, Kristen, Hindu, dll
6) Sejarah; sejarah Indonesia, sejarah dunia, dll
3. Bagaimana Memperoleh Pengetahuan Sains
Objek epistemologi ini menurut Jujun S.Suriasumatri berupa “segenap
proses yang terlibat dalam usaha kita untuk memperoleh pengetahuan.” Proses
9
untuk memperoleh pengetahuan inilah yang menjadi sasaran teori pengetahuan
dan sekaligus berfungsi mengantarkan tercapainya tujuan, sebab sasaran itu
merupakan suatu tahap pengantara yang harus dilalui dalam mewujudkan tujuan.
Tanpa suatu sasaran, mustahil tujuan bisa terealisir, sebaliknya tanpa suatu tujuan,
maka sasaran menjadi tidak terarah sama sekali.
a) Rasionalisme
Pengalaman manusia sudah berkembang sejak lama. Perkembangan sain
didorong oleh faham Humanisme.13
Humanisme ialah faham yang
mengajarkan bahwa manusia mampu mengatur dirinya dan alam. Sejak zaman
dahulu, manusia telah menginginkan adanya aturan untuk mengatur manusia.
Orang zaman Yunani sudah menemukan manusialah yang membuat aturan itu.
Menurut mereka aturan itu harus dibuat berdasarkan dan bersumber pada
sesuatu yang ada pada manusia. Alat itu ialah akal. Aturan itu ialah logika
alami yang ada pada akal setiap manusia. Dari sinilah kemudian humanisme
melahirkan rasionalisme.
Rasionalisme berpendirian bahwa sumber pengetahuan terletak pada
akal. Bukan karena rasionalisme mengingkari nilai pengalaman, melainkan
pengalaman paling-paling dipandang sebagai sejenis perangsang bagi pikiran.
Para penganut rasionalisme yakin bahwa kebenaran dan kesesatan terletak di
dalam ide kita, dan bukannya di dalam diri barang sesuatu. Jika kebenaran
mengandung makna mempunyai ide yang sesuai dengan atau menunjuk kepada
kenyataan, maka kebenaran hanya dapat ada di dalam pikiran kita dan hanya
dapat diperoleh dengan akal budi saja.
Penganut rasionalisme berpandangan bahwa ia dapat dicapai dengan
menggunakan akal budi (intellect) sebagai sumber utama. Hal ini didasarkan
pada pandangan bahwa pada dasarnya pengetahuan adalah suatu sistem
dedukatif yang dapat dipahami secara rasional dengan ukuran kebenaran
adalah konsistensi logis. Penganut rasionalisme meyakini bahwa metode
rasional yang dedukatif, rasional, matematis dan inferensial dapat digunakan
untuk mencapai pengetahuan.
13
Tafsir, hal. 28
10
b) Empirisme
Secara radikal empirisme berpendirian bahwa sebenarnya kita hanya bisa
memperoleh pengetahuan melalui pengalaman dengan menggunakan indra
ilmiah. Thomas Hobbes, salah seorang penganut empirisme mengemukakan
bahwa empiris (pengalaman) adalah awal dari segala pengetahuan. Karena itu
semua diturunkan dari pengalaman. Tokoh empiris lain adalah John Locke. Ia
terkenal dengan teori Tabula Rasanya. Menurut Locke, rasio manusia pada
mulanya sebagai lembaran kertas putih (as white paper). Apa yang kemudian
mengisinya, seluruhnya berasal dari pengalaman, baik pengalaman lahiriah
(sensation) maupun pengalaman batiniah (reflection). George Barkeley adalah
tokoh lain empiris yang mengemukakan teori immaterialisme atas dasar prinsip
empirisisme. Menurutnya sama sekali tidak ada substansi yang bersifat
material. Yang ada hanyalah ciri-ciri yang dapat diamati, atau dengan kata lain,
yang ada hanyalah pengalaman dalam jiwa saja (being is being perceived).
David Hume tidak menerima konsep mengenai substansi, sebab menurutnya,
apa yang dialami manusia hanyalah kesan-kesan tentang beberapa ciri yang
selalu terdapat bersama-sama
Aliran ini memandang akal sebagai sejenis tempat penampungan, yang
secara pasif menerima hasil-hasil penginderaan tersebut. Ini berarti semua
pengetahuan kita betapapun rumitnya dapat dilacak kembali sampai kepada
pengalaman-pengalaman inderawi yang pertama-tama, yang dapat diibaratkan
sebagai atom-atom yang menyusun objek-objek material. Apa yang tidak dapat
atau tidak perlu dilacak kembali secara demikian itu bukanlah pengetahuan,
atau setidak-tidaknya bukanlah pengetahuan mengenai hal-hal yang faktual.
c) Positivisme
Metode ini dikeluarkan oleh August Comte (1798-1857). Metode ini
berpangkal dari apa yang telah diketahui, yang faktual, yang positif. Ia
menyampaikan segala uraian atau persoalan di luar yang ada sebagai fakta.
Menurut Comte perkembangan pemikiran manusia berlangsung dalam tiga
tahap yaitu teologis, metofisis, dan positif.
11
Positivisme mengajarkan bahwa kebenaran adalah yang logis, ada bukti
empirisnya, yang terukur. “Terukur” inilah sumbangan terpenting positivisme.
Jadi, hal panas yang empiris oleh positivisme dikatakan air ini 80 derajat
celcius, air mendidih ini 100 derajat celcius, besi mendidih ini 1000 derajat
cekcius, ini satu meter penjangnya, ini satu ton beratnya, san seterusnya.
Ukuran-ukuran ini operasional, kuantitatif, tidak memugkinkan perbedaan-
perbedaan. Dengan ukuran ini maka kontes kencantikan dapat dioperasikan.
Kehidupan menjadi penuh dengan ukuran-ukuran kuantitatif.
d) Metode Ilmiah – Logico-Hypothetic-deductive
Metode Ilmiah mengatakan untuk memperoleh pengetahuan yang benar
dilakukan langkah berikut: logico-hypothetico-verificartif. Maksudnya, mula-
mula buktikan bahwa itu logis, kemudian ajukan hipotesis kemudian lakukan
pembuktian hipotesis itu secara empiris.
Metode Ilmiah secara teknis dan rinci dijelaskan dalam satu bidang ilmu
yang disebut Metode Riset.14
Metode Riset menghasilkan model-model
penelitian. Model-model penelitian inilah yang menjadi instansi terakhir dan
memang operasional dalam membuat aturan (untuk mengatur manusia dan
alam) tadi. Hasil-hasil penelitian itulah yang sekarang serupa tumpukan
pengetahuan sain dalam berbagai bidang
Deducto-Hypothetico-Verifikatif adalah suatu metode ilmiah yang
menggabungkan antara metode deduktif dan induktif. Metode induktif
memberikan kerangka pemikiran yang logis, sedangkan metode induktif
memberikan kerangka pembuktian atau pengujian untuk memastikan suatu
kebenaran.
Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
1) Perumusan masalah
Suatu penelitian harus berdasarkan masalah penelitian, bukan masalah biasa
(penyelesaiannya bisa dilakukan tanpa penelitian). Masalah-masalah yang
diungkapkan harus didukung dengan kenyataan atau fakta.
14
Tafsir, hal. 33
12
2. Penyusunan kerangka berpikir dalam pengujian hipotesis
Penyusunan kajian pustaka dilakukan menggunakan berbagai sumberseperti
buku, koran, majalah dan hasil penelitian sebelumnya (jurnal,tesis, disertasi).3.
Perumusan hipotesisPerumusan hipotesis atau pengajuan hipotesis (dugaan
sementara)dirumuskan sesuai dengan kerangka berpikir yang telah dibangun.
Landasan epistemologi ilmu disebut metode ilmiah, yaitu cara yang
dilakukan ilmu dalam menyusun pengetahuan yang benar. Metode ilmiah
merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Jadi,
ilmu pengetahuan merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode
ilmiah. Tidak semua pengetahuan disebut ilmiah, sebab ilmu merupakan
pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat
tertentu. Syarat-syarat yang harus dipenuhi agar suatu pengetahuan bisa disebut
ilmu yakni tercantum dalam metode ilmiah.
Metode ilmiah berperan dalam tataran transformasi dari wujud
pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan. Bisa tidaknya pengetahuan menjadi
ilmu pengetahuan sangat bergantung pada metode ilmiah. Dengan demikian
metode ilmiah selalu disokong oleh dua pilar pengetahuan, yaitu rasio dan
fakta secara integratif.
e) Fenomenalisme
Bapak Fenomenalisme adalah Immanuel Kant.Kant membuat uraian
tentang pengalaman.Barang sesuatu sebagaimana terdapat dalam dirinya
sendiri merangsang alat inderawi kita dan diterima oleh akal kita dalam
bentuk-bentuk pengalaman dan disusun secara sistematis dengan jalan
penalaran.Karena itu kita tidak pernah mempunyai pengetahuan tentang
barang sesuatu seperti keadaannya sendiri, melainkan hanya tentang sesuatu
seperti yang menampak kepada kita, artinya, pengetahuan tentang gejala
(Phenomenon).
Bagi Kant para penganut empirisme benar bila berpendapat bahwa
semua pengetahuan didasarkan pada pengalaman meskipun benar hanya
untuk sebagian.Tetapi para penganut rasionalisme juga benar, karena akal
13
memaksakan bentuk-bentuknya sendiri terhadap barang sesuatu serta
pengalaman.
f) Intusionisme
Menurut Bergson, intuisi adalah suatu sarana untuk mengetahui
secara langsung dan seketika. Analisa, atau pengetahuan yang diperoleh
dengan jalan pelukisan, tidak akan dapat menggantikan hasil pengenalan
secara langsung dari pengetahuan intuitif.
Salah satu di antara unsur-unsur yang berharga dalam intuisionisme
Bergson ialah, paham ini memungkinkan adanya suatu bentuk pengalaman
di samping pengalaman yang dihayati oleh indera.Dengan demikian data
yang dihasilkannya dapat merupakan bahan tambahan bagi pengetahuan di
samping pengetahuan yang dihasilkan oleh penginderaan.Kant masih tetap
benar dengan mengatakan bahwa pengetahuan didasarkan pada pengalaman,
tetapi dengan demikian pengalaman harus meliputi baik pengalaman
inderawi maupun pengalaman intuitif.
Hendaknya diingat, intusionisme tidak mengingkati nilai pengalaman
inderawi yang biasa dan pengetahuan yang disimpulkan
darinya.Intusionisme, setidak-tidaknya dalam beberapa bentuk hanya
mengatakan bahwa pengetahuan yang lengkap di peroleh melalui intuisi,
sebagai lawan dari pengetahuan yang nisbi yang meliputi sebagian saja yang
diberikan oleh analisis. Ada yang berpendirian bahwa apa yang diberikan
oleh indera hanyalah apa yang menampak belaka, sebagai lawan dari apa
yang diberikan oleh intuisi, yaitu kenyataan. Mereka mengatakan, barang
sesuatu tidak pernah merupakan sesuatu seperti yang menampak kepada
kita, dan hanya intuisilah yang dapat menyingkapkan kepada kita keadaanya
yang senyatanya.
g) Dialektis
Yaitu tahap logika yang mengajarkan kaidah-kaidah dan metode
penuturan serta analisis sistematik tentang ide-ide untuk mencapai apa yang
14
terkandung dalam pandangan. Dalam kehidupan sehari-hari dialektika
berarti kecakapan untuk melekukan perdebatan.Dalam teori pengetahuan ini
merupakan bentuk pemikiran yang tidak tersusun dari satu pikiran tetapi
pemikiran itu seperti dalam percakapan, bertolak paling kurang dua kutub.15
h) Kritisisme
Kritisisme adalah suatu aliran filsafati, yang dalam epistemologi berupaya
menunjukkan jalan untuk mencapai pengetahuan tanpa harus terjebak dalam
ekstrimitas empirisme dan rasionalisme. Menurut Kant, memang benar bahwa
kita punya pengalaman inderawi, tapi sama benarnya juga bahwa kita
mempunyai pengetahuan yang menghubungkan hal-hal, yang untuk
mencapainya, kita harus keluar menembus pengalaman. Bagi Kant,
pengetahuan manusia pada dasarnya terjadi alas unsur-unsur aposteriori
(sesudah pengalaman) dan apriori (mendahului pengalaman)
5. Ukuran Kebenaran Pengetahuan Sains; Verifikasi dan Falsifikasi
Dalam kajian Epistemologi, kajian mengenai kebenaran haruslah objektif
sehingga siapapun akan mendapatkan pemahaman yang sama pada saat
memandang sebuah masalah dan solusi dari masalah tersebut. Kalaupun ada
yan berbeda, hal itu karena sudut pandang yang tidak sama.
a. Verifikasi
Verifikasi adalah teori filsafat logis yang mengatakan bahwasumber
pengetahuan itu berasal dari pengalaman yang kemudian diuji dengan metode
verifikasi yang dibuktikan kebenarannya secara empiris. Apabila pernyataan
tersebut dapat diverifikasi maka pernyataan tersebut bermakna (ilmiah), dan
apabila pernyataan itu tidak dapat diverifikasi maka pernyataan itu tidak
bermakna (non ilmiah) seperti estetika, etika, agama, metafisika. Tujuannya untuk
menemukan teori-teori, generalisasi dan hukum.16
15
Wikipedia, Epistemologi, dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Epistemologi diunggah pada
Sabtu, 28 Maret 2015,
16
[1] Rizal Mustansyir,Filsafat Analitik,hlm;87
15
Adapun prinsip verifikasi itu merupakan pengandaian untuk melengkapi
suatu kriteria, sehingga melalui kriteria tersebut dapat ditentukan apakah suatu
kalimat mengandung makna atau tidak. Melalui prinsip ini tidak hanya kalimat
yang teruji secara empirik saja yang dapat di analisis Prinsip verifikasi ini
menyatakan bahwa suatu proporsi adalah bermakna jika ia dapat diuji dengan
pengalaman dan dapat diverifikasi dengan pengamatan. Perlu diingat bahwa,
menurut positivisme logis hanya pengamatan indrawi itulah yang relevan,
pengalaman adalah satu-satunya sumber dasar pengetahuan dan dalam analisa
logis dapat dilakukan dengan bantuan simbol-simbol logika dengan menggunakan
metode untuk pemecahkan masalah melalui metode verifikasi yaitu bila terdapat
sesuatu yang tidak dapat diverifikasi secara empirik maka hasilnya adalah sia-
sia.Verifikasi data dimaksudkan untuk mengumpulkan, mengola, dan
menganaslisis data untuk menguji hipotesis. Apabila hipotesis telah diuji melalui
fakta-fata empiris maka jawaban mencapai tingkat definitif, dan kebenaran
ilmiahnya dapat dipertanggung jawabkan manakala telah melalui prosedur yang
benar.
Dalam kerangka pemikiran semacam itu, filsafat ilmu pengetahuan mereka
pandang semata-mata sebagi logika ilmu (The Logic of Science),yang ada dalam
konteks logika ilmu hanyalah pengujian dan pembenaran (contexs of justification)
ilmu pengetahuan yang bersangkutan. Mereka tidak peduli bagaimana ilmu
pengetahuan tertentu itu muncul dan berkembang. Mereka hanya merasa
berkepentingan dengan pengujian susunan logis pernyataan-pernyataan ilmiah
yang digunakan. Akibatnya, filsafat ilmu, dalam hal ini yang dimaksud logika
ilmu-kian jauh dari kenyataan ilmu pengetahuan yang terjadi sebenarnya, karena
terlalu sibuk dengan apa yang seharusnya terjadi dalam ilmu pengetahuan..
Pendekatan verifikasi menyatakan sesuatu baru layak disebut ilmu
pengetahuan jika pernyataan-pernyataannya dapat diverifikasi, yakni dapat
dibuktikan kebenarannya oleh panca indera. Pendekatan ini merupakan prinsip
positivisme atau naturalisme. Pendekatan verifikasi menghendaki adanya bukti
empirik terhadap hipotesa sebelum dia menjadi sebuah teori. Dalam
pembuktiannya, pendekatan verifikasi menggunakan metode induktif dimana
16
fakta-fakta dikumpulkan terlebih dahulu, kemudian membuat generalisasi.
Pendekatan ini lazim digunakan dalam ilmu-ilmu alam. Jika beberapa materi A
tidak ada yang bersifat B, A pasti tidak bersifat B. Generalisasi tidak memeriksa
seluruh A dan menyimpulkan sifat A, tetapi hanya mengambil sampel saja.
Kalau verifikasi digunakan untuk mencari kebenaran suatu teori, maka
falsifikasi digunakan untuk mencari kesalahan sebuah teori. Suatu teori harus
falsifiable, yaitu berpeluang untuk disalahkan secara induktif-empiris atau
deduktif-rasional. Semakin besar kemungkinan atau peluang untuk disanggah,
semakin baik dan kokoh validitas teori itu . Hal itu karena teori yang disanggah
akan terus memperbaiki diri dan semakin lama semakin kuat bangunannya.
Hipotesa yang dipakai sebelum teori tersebut dapat dibuktikan pun dicari
kesalahannya. Jika terdapat kesalahan dalam hipotesa maka gugurlah hipotesa
berikut teori yang akan dibangun.
b. Falsifikasi
Baik secara morfologis maupun semantik, perlu diuraikan bagaimana kata
falsifikasi. Falsifikasi secara otomatis terkandung pada falsibilitas. Kata falsify itu
sendiri adalah kata kerja jadian yang terbentuk dari kata sifat false yang berarti
salah dan ditambahkan kepadanya akhiran ify yang berarti menyebabkan
'menjadi'. Adapun falsification adalah bentuk kata benda dari kata kerja falsify.
Dengan demikian jelaslah bahwa kata sifat false diubah menjadi kata kerja dengan
menambahkan akhiran ify sehingga menjadi falsify dan dibendakan dengan
menambahkan akhiran action sehingga ia berubah menjadi falsification yang
diIndonesiakan menjadi falsifikasi yang berarti 'hal pembuktian salah'.
Falsifikasi adalah suatu paham atau pemikiran yang berpendapat bahwa
setiap teori yang dikemukakan manusia tidak akan seluruhnya sesuai dengan hasil
observasi atau percobaan. Dengan kata lain menurut pandangan falsifikasionisme,
ilmu dipandang sebagai satu set hipotesa yang bersifat tentatif untuk
menggambarkan atau menghitung tingkah laku suatu aspek dunia atau universe.
17
Jadi bagi mereka tidak ada suatu ilmu yang dibuat manusia bisa seratus persen
sama apabila dikonfrontasi dengan hasil pengamatan dari kenyataan yang ada.17
Dalam hal ini, akan dikemukakan bagaimana seorang memperoleh
pengetahuan dan selanjutnya pengetahauan tersebut dapat diputuskan ilmiah atau
tidak ilmiah, atau bagian dari true science atau bagian dari
pseudoscinces. Menurut Popper, manusia dalam memperoleh pengetahuan
berdasarkan rasio yang ia miliki. Pandangan ini sesuai dengan pandangan kaum
rasionalis yang mengakui bahwa ada prinsip-prinsip dasar dunia tertentu yang
diakui benar oleh manusia. Prinsip-prinsip pertama ini bersumber dalam budi
manusia dan tidak dijabarkan pengalaman, bahkan apa yang dialami dalam
pengalaman emprisis bergantung pada prinsip-prinsip ini .
Pendekatan falsifikasi dikembangkan oleh Karl Raymund Popper, seorang
doktor filsafat yang ahli dalam berbagai disiplin ilmu. Ia mencela pendekatan
induktif yang dipakai verifikasi karena menurutnya, ilmu pengetahuan yang
berdiri di atas dogma verifikatif itu justru telah kehilangan daya rasional-kritisnya.
Popper menilai generalisasi adalah proses penyimpulan keyakinan yang sifatnya
tebakan logis. Dengan begitu, ia menegaskan bahwa suatu teori ilmiah tidak
pernah benar secara definitif. Kritik lainnya yang dikemukakan Popper adalah
bahwa prinsip verifikasi tidak pernah mungkin untuk menyatakan kebenaran
hukum-hukum umum. Oleh karena itu, ilmu pengetahuan alam yang kebanyakan
terdiri dari hukum-hukum umum, tidak bermakna seperti metafisika. Popper pun
menyatakan bahwa ilmu pengetahuan pun lahir dari pemikiran metafisis,
walaupun keilmiahannya tetap harus diuji.
Kebenaran menurut falsifikasionis merupakan sebuah masalah karena suatu
ilmu pengetahuan tidak akan pernah mencapai taraf kebenaran dalam konteks
falsifikasi. Kegiatan ilmiah hanya sanggup melangkah mendekati kebenaran atau
menyerupai kebenaran. Teori adalah hipotesa yang belum dibuktikan
kesalahannya dan teori yang dapat bertahan dari falsifikasi akan diterima secara
tentatif sebagai kebenaran.
17
[2] Prof.Dr.H.Noeng Muhadjir,Filsafat Ilmu,edisi II,hlm; hlm;92-104
18
Pendekatan falsifikasi pun mengundang kritik. Validitas pendekatan ini
hanya pada unsur-unsur struktur epistemologis, bukan fundamental. Pendekatan
ini terbentur pada masalah genesis, yaitu kelahiran ilmu pengetahuan baru. Ilmu
pengetahuan yang baru tidak bisa dinilai benar atau salahnya. Dalam pendekatan
verifikasi, ilmu pengetahuan ini dapat menjadi benar. Namun dalam falsifikasi,
ilmu pengetahuan baru ini bisa saja salah. Thomas Kuhn kemudian mengajukan
pendekatan yang lebih fragmentaris yang cenderung terspesialisasi berdasarkan
langkah-langkah ilmiah menurut bidangnya masing-masing. Ia menamakannya
paradigma. Istilah ini mengacu pada satu set praktek-praktek, seperti metode
observasi dan interpretasi, dan asumsi dasar atau nilai-nilai yang mendefinisikan
disiplin ilmu selama periode waktu tertentu. Paradigma ilmu pengetahuan
mengandung pertanyaan-pertanyaan seperti apa yang akan diamati dan diteliti,
jenis pertanyaan yang seharusnya ditanyakan dan diselidiki untuk jawaban yang
berkaitan dengan subyek ini, bagaimana pertanyaan-pertanyaan ini harus
terstruktur, bagaimana hasil penyelidikan ilmiah harus ditafsirkan, dan
sebagainya.
C. Penutup
Epistemologi adalah teori pengetahuan yang merupakan cabang filsafat
yang berurusan dengan hakikat dan ruang lingkup pengetahuan, pengandaian-
pengandaian dan dasar-dasarnya serta pertanggung jawaban atas pertanyaan
mengenai pengetahuan yang dimiliki. Dengan adanya penjelasan mengenai
epistemologi, maka akan diketahui asal mulanya pengetahuan, terjadinya
pengetahuan, dan sumber-sumber pengetahuan. Sehingga kita mengetahui dengan
jelas dari mana kita mendapatkan pengetahuan dan cara memperolehnya.
Sumber-sumber pengetahuan tersebut antara lain adalah alam, akal, hati,
pengalaman indera, sejarah, intuisi, keyakinan, dan lainnya. Pengetahuan yang
diperoleh manusia melalui akal, indra, dan sumber-sumber tersebut mempunyai
metode tersendiri dalam pengetahuan tersebut. Dan tanpa sumber-sumber tersebut
maka kita tidak tahu darimana pengetahuan itu berasal.
19
Daftar Pustaka
Ahmad Hanafi, M.A. Pengantar Filsafat Islam, cet.V. Jakarta: PT Bulan Bintang,
1991.
Amsal Bakhtiar. Filsafat Islam. Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997.
Bakhtiar, Amsal. Filsafat Ilmu. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005.
Jujun S.Suriasumantri. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer, cet.18.
Jakarta:Pustaka Sinar Harapan, 2005.
Kartanegara, Mulyadhi. Menyibak Tirai Kejahilan: Pengantar Epistemologi Islam.
Bandung: Mizan, 2003
Muhammad Baqir Ash-Shadr. Falsafatuna. Cet.VI. Bandung: Mizan, 1998
Muthahhari, Murtadha. Mengenal Epistemologi: Sebuah Pembuktian Terhadap
Rapuhnya Pemikiran Asing Dan Kokohnya Pemikiran Islam. Jakarta:
Lentera, 2001.
Surajiyo, Filsafat Ilmu Dan Perkembangannya di Indonesia:
SuatuPengantar.ed.I,cet.3. Jakarta: Bumi Aksara, 2008.

Contenu connexe

Tendances

Hubungan filsafat dengan ilmu lain
Hubungan filsafat dengan ilmu  lainHubungan filsafat dengan ilmu  lain
Hubungan filsafat dengan ilmu lainNick V
 
Pengaruh Gadget Terhadap Perkembangan Anak Usia Dini
Pengaruh Gadget Terhadap Perkembangan Anak Usia DiniPengaruh Gadget Terhadap Perkembangan Anak Usia Dini
Pengaruh Gadget Terhadap Perkembangan Anak Usia DiniDery Andrian Romadhon
 
Makalah filsafat ilmu tugas 1
Makalah filsafat ilmu tugas 1Makalah filsafat ilmu tugas 1
Makalah filsafat ilmu tugas 1Fandi Fandi
 
Hubungan ilmu, agama dn filsafat
Hubungan ilmu, agama dn filsafatHubungan ilmu, agama dn filsafat
Hubungan ilmu, agama dn filsafatSusi Yanti
 
PPT Filsafat Ilmu (Sejarah Filsafat Barat)
PPT Filsafat Ilmu (Sejarah Filsafat Barat)PPT Filsafat Ilmu (Sejarah Filsafat Barat)
PPT Filsafat Ilmu (Sejarah Filsafat Barat)AldiwaPandu
 
Makalah metode ijtihad dan macam macam ijtihad
Makalah  metode ijtihad dan macam macam ijtihadMakalah  metode ijtihad dan macam macam ijtihad
Makalah metode ijtihad dan macam macam ijtihadInternet Explorer
 
Makalah Sumber Pengetahuan
Makalah Sumber PengetahuanMakalah Sumber Pengetahuan
Makalah Sumber Pengetahuansayid bukhari
 
Tantangan dan masa depan ilmu
Tantangan dan masa depan ilmuTantangan dan masa depan ilmu
Tantangan dan masa depan ilmuayu Naoman
 
Hubungan hubungan dalam logika 2
Hubungan hubungan dalam logika 2Hubungan hubungan dalam logika 2
Hubungan hubungan dalam logika 2Bagoes Prasetya
 
Dinamika Kepribadian Sigmund Freud
Dinamika Kepribadian Sigmund FreudDinamika Kepribadian Sigmund Freud
Dinamika Kepribadian Sigmund Freudelmakrufi
 
Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...
Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...
Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...YuliaKartika6
 
Filsafat agama ilmu jadi.pptx
Filsafat agama ilmu jadi.pptxFilsafat agama ilmu jadi.pptx
Filsafat agama ilmu jadi.pptxrara wibowo
 
PPT Perkembangan psikologi di indonesia
PPT Perkembangan psikologi di indonesiaPPT Perkembangan psikologi di indonesia
PPT Perkembangan psikologi di indonesiapinkanalice
 
ilmu pengetahuan alam dan teknologi bagi kehidupan manusia
ilmu pengetahuan alam dan teknologi bagi kehidupan manusiailmu pengetahuan alam dan teknologi bagi kehidupan manusia
ilmu pengetahuan alam dan teknologi bagi kehidupan manusiaAprilia putri
 

Tendances (20)

Hubungan filsafat dengan ilmu lain
Hubungan filsafat dengan ilmu  lainHubungan filsafat dengan ilmu  lain
Hubungan filsafat dengan ilmu lain
 
Ppt filsafat pancasila
Ppt filsafat pancasilaPpt filsafat pancasila
Ppt filsafat pancasila
 
Makalah filsafat manusia
Makalah filsafat manusiaMakalah filsafat manusia
Makalah filsafat manusia
 
Pengaruh Gadget Terhadap Perkembangan Anak Usia Dini
Pengaruh Gadget Terhadap Perkembangan Anak Usia DiniPengaruh Gadget Terhadap Perkembangan Anak Usia Dini
Pengaruh Gadget Terhadap Perkembangan Anak Usia Dini
 
Makalah filsafat ilmu tugas 1
Makalah filsafat ilmu tugas 1Makalah filsafat ilmu tugas 1
Makalah filsafat ilmu tugas 1
 
Hubungan ilmu, agama dn filsafat
Hubungan ilmu, agama dn filsafatHubungan ilmu, agama dn filsafat
Hubungan ilmu, agama dn filsafat
 
SOCRATES
SOCRATESSOCRATES
SOCRATES
 
PPT Filsafat Ilmu (Sejarah Filsafat Barat)
PPT Filsafat Ilmu (Sejarah Filsafat Barat)PPT Filsafat Ilmu (Sejarah Filsafat Barat)
PPT Filsafat Ilmu (Sejarah Filsafat Barat)
 
Makalah metode ijtihad dan macam macam ijtihad
Makalah  metode ijtihad dan macam macam ijtihadMakalah  metode ijtihad dan macam macam ijtihad
Makalah metode ijtihad dan macam macam ijtihad
 
Makalah Sumber Pengetahuan
Makalah Sumber PengetahuanMakalah Sumber Pengetahuan
Makalah Sumber Pengetahuan
 
Tantangan dan masa depan ilmu
Tantangan dan masa depan ilmuTantangan dan masa depan ilmu
Tantangan dan masa depan ilmu
 
Definisi Filsafat Ilmu
Definisi Filsafat IlmuDefinisi Filsafat Ilmu
Definisi Filsafat Ilmu
 
Hubungan hubungan dalam logika 2
Hubungan hubungan dalam logika 2Hubungan hubungan dalam logika 2
Hubungan hubungan dalam logika 2
 
Dinamika Kepribadian Sigmund Freud
Dinamika Kepribadian Sigmund FreudDinamika Kepribadian Sigmund Freud
Dinamika Kepribadian Sigmund Freud
 
Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...
Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...
Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...
 
Filsafat agama ilmu jadi.pptx
Filsafat agama ilmu jadi.pptxFilsafat agama ilmu jadi.pptx
Filsafat agama ilmu jadi.pptx
 
PPT Perkembangan psikologi di indonesia
PPT Perkembangan psikologi di indonesiaPPT Perkembangan psikologi di indonesia
PPT Perkembangan psikologi di indonesia
 
Makalah logika
Makalah logikaMakalah logika
Makalah logika
 
ilmu pengetahuan alam dan teknologi bagi kehidupan manusia
ilmu pengetahuan alam dan teknologi bagi kehidupan manusiailmu pengetahuan alam dan teknologi bagi kehidupan manusia
ilmu pengetahuan alam dan teknologi bagi kehidupan manusia
 
makalah filsafat
makalah filsafatmakalah filsafat
makalah filsafat
 

Similaire à E p i s t e m o l o g i

Tugas mandiri fki juliana rafiati
Tugas mandiri fki juliana rafiatiTugas mandiri fki juliana rafiati
Tugas mandiri fki juliana rafiatiJulianaRafiati
 
PPT RASIONALITAS ILMU FILSAFAT.pptx
PPT RASIONALITAS ILMU FILSAFAT.pptxPPT RASIONALITAS ILMU FILSAFAT.pptx
PPT RASIONALITAS ILMU FILSAFAT.pptx22D082MuhammadIlham
 
Hakikat fi ls_afat_ilmu
Hakikat fi ls_afat_ilmuHakikat fi ls_afat_ilmu
Hakikat fi ls_afat_ilmuIkramComputer
 
Makalah Pengertian Filsafat
Makalah Pengertian FilsafatMakalah Pengertian Filsafat
Makalah Pengertian Filsafatsayid bukhari
 
Makalah Substansi Filsafat Ilmu
Makalah Substansi Filsafat IlmuMakalah Substansi Filsafat Ilmu
Makalah Substansi Filsafat Ilmusayid bukhari
 
Ontologi epistemologi dan_aksiologi_ilmu
Ontologi epistemologi dan_aksiologi_ilmuOntologi epistemologi dan_aksiologi_ilmu
Ontologi epistemologi dan_aksiologi_ilmuecaishak
 
Epistemologi makna & kebenaran ok
Epistemologi makna & kebenaran okEpistemologi makna & kebenaran ok
Epistemologi makna & kebenaran okRizal Fahmi
 
Aliran rasionalisme revi
Aliran rasionalisme reviAliran rasionalisme revi
Aliran rasionalisme reviPahlepy2013
 
Aliran rasionalisme revi
Aliran rasionalisme reviAliran rasionalisme revi
Aliran rasionalisme reviPahlepy2013
 
Aliran rasionalisme revi
Aliran rasionalisme reviAliran rasionalisme revi
Aliran rasionalisme reviPahlepy2013
 
Aliran rasionalisme revi
Aliran rasionalisme reviAliran rasionalisme revi
Aliran rasionalisme reviPahlepy2013
 
Aliran rasionalisme revi
Aliran rasionalisme reviAliran rasionalisme revi
Aliran rasionalisme reviPahlepy2013
 
TUGAS AKHIR KEL 13.pdf
TUGAS AKHIR KEL 13.pdfTUGAS AKHIR KEL 13.pdf
TUGAS AKHIR KEL 13.pdfregistaannisa
 
Sejarah perkembangan filsafat
Sejarah perkembangan filsafatSejarah perkembangan filsafat
Sejarah perkembangan filsafatKhusnoel Khatimah
 
PPT RASIONALITAS ILMU FILSAFAT.pptx
PPT RASIONALITAS ILMU FILSAFAT.pptxPPT RASIONALITAS ILMU FILSAFAT.pptx
PPT RASIONALITAS ILMU FILSAFAT.pptxLinnoNarendraSeptyaw
 
FKI-Muhamad Husni M (2205056063).docx
FKI-Muhamad Husni M (2205056063).docxFKI-Muhamad Husni M (2205056063).docx
FKI-Muhamad Husni M (2205056063).docxMuhamadHusniMubarok1
 

Similaire à E p i s t e m o l o g i (20)

Tugas mandiri fki juliana rafiati
Tugas mandiri fki juliana rafiatiTugas mandiri fki juliana rafiati
Tugas mandiri fki juliana rafiati
 
Filsafat Pendidikan
Filsafat PendidikanFilsafat Pendidikan
Filsafat Pendidikan
 
PPT RASIONALITAS ILMU FILSAFAT.pptx
PPT RASIONALITAS ILMU FILSAFAT.pptxPPT RASIONALITAS ILMU FILSAFAT.pptx
PPT RASIONALITAS ILMU FILSAFAT.pptx
 
Hakikat fi ls_afat_ilmu
Hakikat fi ls_afat_ilmuHakikat fi ls_afat_ilmu
Hakikat fi ls_afat_ilmu
 
Makalah Pengertian Filsafat
Makalah Pengertian FilsafatMakalah Pengertian Filsafat
Makalah Pengertian Filsafat
 
Makalah filsafat 4
Makalah filsafat 4Makalah filsafat 4
Makalah filsafat 4
 
UTS Filsafat Ilmu.pdf
UTS Filsafat Ilmu.pdfUTS Filsafat Ilmu.pdf
UTS Filsafat Ilmu.pdf
 
Makalah Substansi Filsafat Ilmu
Makalah Substansi Filsafat IlmuMakalah Substansi Filsafat Ilmu
Makalah Substansi Filsafat Ilmu
 
Ontologi epistemologi dan_aksiologi_ilmu
Ontologi epistemologi dan_aksiologi_ilmuOntologi epistemologi dan_aksiologi_ilmu
Ontologi epistemologi dan_aksiologi_ilmu
 
Epistemologi makna & kebenaran ok
Epistemologi makna & kebenaran okEpistemologi makna & kebenaran ok
Epistemologi makna & kebenaran ok
 
Aliran rasionalisme revi
Aliran rasionalisme reviAliran rasionalisme revi
Aliran rasionalisme revi
 
Aliran rasionalisme revi
Aliran rasionalisme reviAliran rasionalisme revi
Aliran rasionalisme revi
 
Aliran rasionalisme revi
Aliran rasionalisme reviAliran rasionalisme revi
Aliran rasionalisme revi
 
Aliran rasionalisme revi
Aliran rasionalisme reviAliran rasionalisme revi
Aliran rasionalisme revi
 
Aliran rasionalisme revi
Aliran rasionalisme reviAliran rasionalisme revi
Aliran rasionalisme revi
 
TUGAS AKHIR KEL 13.pdf
TUGAS AKHIR KEL 13.pdfTUGAS AKHIR KEL 13.pdf
TUGAS AKHIR KEL 13.pdf
 
Sejarah perkembangan filsafat
Sejarah perkembangan filsafatSejarah perkembangan filsafat
Sejarah perkembangan filsafat
 
PPT RASIONALITAS ILMU FILSAFAT.pptx
PPT RASIONALITAS ILMU FILSAFAT.pptxPPT RASIONALITAS ILMU FILSAFAT.pptx
PPT RASIONALITAS ILMU FILSAFAT.pptx
 
Revisi pid klmpk 11
Revisi pid klmpk 11Revisi pid klmpk 11
Revisi pid klmpk 11
 
FKI-Muhamad Husni M (2205056063).docx
FKI-Muhamad Husni M (2205056063).docxFKI-Muhamad Husni M (2205056063).docx
FKI-Muhamad Husni M (2205056063).docx
 

Plus de Erta Erta

Pengajaran kosakata dengan Media Lagu
Pengajaran kosakata dengan Media LaguPengajaran kosakata dengan Media Lagu
Pengajaran kosakata dengan Media LaguErta Erta
 
Relevansi agama dan sains
Relevansi agama dan sainsRelevansi agama dan sains
Relevansi agama dan sainsErta Erta
 
Intergrasi ilmu dan agama serta gagasan islamisasi ilmu pengetahuan (makalah)
Intergrasi ilmu dan agama serta gagasan islamisasi ilmu pengetahuan (makalah)Intergrasi ilmu dan agama serta gagasan islamisasi ilmu pengetahuan (makalah)
Intergrasi ilmu dan agama serta gagasan islamisasi ilmu pengetahuan (makalah)Erta Erta
 
Meramal kebijakan
Meramal kebijakan Meramal kebijakan
Meramal kebijakan Erta Erta
 
Isu isu seputar radikalisme (makalah)
Isu isu seputar radikalisme (makalah)Isu isu seputar radikalisme (makalah)
Isu isu seputar radikalisme (makalah)Erta Erta
 
Pemikiran ali ahmad madkur tentang kurikulum pendidikan islam
Pemikiran ali ahmad madkur tentang kurikulum pendidikan islamPemikiran ali ahmad madkur tentang kurikulum pendidikan islam
Pemikiran ali ahmad madkur tentang kurikulum pendidikan islamErta Erta
 
Pemikiran ali ahmad madkur tentang ilmu pengetahuan dalam islam
Pemikiran ali ahmad madkur tentang ilmu pengetahuan dalam islamPemikiran ali ahmad madkur tentang ilmu pengetahuan dalam islam
Pemikiran ali ahmad madkur tentang ilmu pengetahuan dalam islamErta Erta
 
An nazham menurut abdul qahir aljurjani (tugas uas)
An nazham menurut abdul qahir aljurjani (tugas uas)An nazham menurut abdul qahir aljurjani (tugas uas)
An nazham menurut abdul qahir aljurjani (tugas uas)Erta Erta
 
Memenangi globalisasi dari kritik diri
Memenangi globalisasi dari kritik diri Memenangi globalisasi dari kritik diri
Memenangi globalisasi dari kritik diri Erta Erta
 
Dawafi suluk fil quran (makalah)
Dawafi suluk fil quran (makalah)Dawafi suluk fil quran (makalah)
Dawafi suluk fil quran (makalah)Erta Erta
 
04 lingkungan bahasa (makalah perbaikan)
04 lingkungan bahasa (makalah perbaikan)04 lingkungan bahasa (makalah perbaikan)
04 lingkungan bahasa (makalah perbaikan)Erta Erta
 
Pembaharuan sistem pendidikan pondok pesantren
Pembaharuan sistem pendidikan pondok  pesantrenPembaharuan sistem pendidikan pondok  pesantren
Pembaharuan sistem pendidikan pondok pesantrenErta Erta
 
Total physical response
Total physical responseTotal physical response
Total physical responseErta Erta
 
03 kondisi dan karakteristik perencanaan pendidikan
03 kondisi dan karakteristik perencanaan pendidikan03 kondisi dan karakteristik perencanaan pendidikan
03 kondisi dan karakteristik perencanaan pendidikanErta Erta
 
Kepribadian dalam psikologi islami
Kepribadian dalam psikologi islamiKepribadian dalam psikologi islami
Kepribadian dalam psikologi islamiErta Erta
 
Problem proposisi umum
Problem proposisi umumProblem proposisi umum
Problem proposisi umumErta Erta
 
Rasulullah sebagai pendidik holistik ideal revised
Rasulullah sebagai pendidik holistik ideal  revised Rasulullah sebagai pendidik holistik ideal  revised
Rasulullah sebagai pendidik holistik ideal revised Erta Erta
 
Pendidikan emosional (hadits tarbawiy)
Pendidikan emosional (hadits tarbawiy)Pendidikan emosional (hadits tarbawiy)
Pendidikan emosional (hadits tarbawiy)Erta Erta
 
0 kajian kritis terhadap epistemologi sains modern (makalah)
0 kajian kritis terhadap epistemologi sains modern (makalah)0 kajian kritis terhadap epistemologi sains modern (makalah)
0 kajian kritis terhadap epistemologi sains modern (makalah)Erta Erta
 
00 makalah isu isu seputar radikalisme (revisi)
00 makalah isu isu seputar radikalisme (revisi)00 makalah isu isu seputar radikalisme (revisi)
00 makalah isu isu seputar radikalisme (revisi)Erta Erta
 

Plus de Erta Erta (20)

Pengajaran kosakata dengan Media Lagu
Pengajaran kosakata dengan Media LaguPengajaran kosakata dengan Media Lagu
Pengajaran kosakata dengan Media Lagu
 
Relevansi agama dan sains
Relevansi agama dan sainsRelevansi agama dan sains
Relevansi agama dan sains
 
Intergrasi ilmu dan agama serta gagasan islamisasi ilmu pengetahuan (makalah)
Intergrasi ilmu dan agama serta gagasan islamisasi ilmu pengetahuan (makalah)Intergrasi ilmu dan agama serta gagasan islamisasi ilmu pengetahuan (makalah)
Intergrasi ilmu dan agama serta gagasan islamisasi ilmu pengetahuan (makalah)
 
Meramal kebijakan
Meramal kebijakan Meramal kebijakan
Meramal kebijakan
 
Isu isu seputar radikalisme (makalah)
Isu isu seputar radikalisme (makalah)Isu isu seputar radikalisme (makalah)
Isu isu seputar radikalisme (makalah)
 
Pemikiran ali ahmad madkur tentang kurikulum pendidikan islam
Pemikiran ali ahmad madkur tentang kurikulum pendidikan islamPemikiran ali ahmad madkur tentang kurikulum pendidikan islam
Pemikiran ali ahmad madkur tentang kurikulum pendidikan islam
 
Pemikiran ali ahmad madkur tentang ilmu pengetahuan dalam islam
Pemikiran ali ahmad madkur tentang ilmu pengetahuan dalam islamPemikiran ali ahmad madkur tentang ilmu pengetahuan dalam islam
Pemikiran ali ahmad madkur tentang ilmu pengetahuan dalam islam
 
An nazham menurut abdul qahir aljurjani (tugas uas)
An nazham menurut abdul qahir aljurjani (tugas uas)An nazham menurut abdul qahir aljurjani (tugas uas)
An nazham menurut abdul qahir aljurjani (tugas uas)
 
Memenangi globalisasi dari kritik diri
Memenangi globalisasi dari kritik diri Memenangi globalisasi dari kritik diri
Memenangi globalisasi dari kritik diri
 
Dawafi suluk fil quran (makalah)
Dawafi suluk fil quran (makalah)Dawafi suluk fil quran (makalah)
Dawafi suluk fil quran (makalah)
 
04 lingkungan bahasa (makalah perbaikan)
04 lingkungan bahasa (makalah perbaikan)04 lingkungan bahasa (makalah perbaikan)
04 lingkungan bahasa (makalah perbaikan)
 
Pembaharuan sistem pendidikan pondok pesantren
Pembaharuan sistem pendidikan pondok  pesantrenPembaharuan sistem pendidikan pondok  pesantren
Pembaharuan sistem pendidikan pondok pesantren
 
Total physical response
Total physical responseTotal physical response
Total physical response
 
03 kondisi dan karakteristik perencanaan pendidikan
03 kondisi dan karakteristik perencanaan pendidikan03 kondisi dan karakteristik perencanaan pendidikan
03 kondisi dan karakteristik perencanaan pendidikan
 
Kepribadian dalam psikologi islami
Kepribadian dalam psikologi islamiKepribadian dalam psikologi islami
Kepribadian dalam psikologi islami
 
Problem proposisi umum
Problem proposisi umumProblem proposisi umum
Problem proposisi umum
 
Rasulullah sebagai pendidik holistik ideal revised
Rasulullah sebagai pendidik holistik ideal  revised Rasulullah sebagai pendidik holistik ideal  revised
Rasulullah sebagai pendidik holistik ideal revised
 
Pendidikan emosional (hadits tarbawiy)
Pendidikan emosional (hadits tarbawiy)Pendidikan emosional (hadits tarbawiy)
Pendidikan emosional (hadits tarbawiy)
 
0 kajian kritis terhadap epistemologi sains modern (makalah)
0 kajian kritis terhadap epistemologi sains modern (makalah)0 kajian kritis terhadap epistemologi sains modern (makalah)
0 kajian kritis terhadap epistemologi sains modern (makalah)
 
00 makalah isu isu seputar radikalisme (revisi)
00 makalah isu isu seputar radikalisme (revisi)00 makalah isu isu seputar radikalisme (revisi)
00 makalah isu isu seputar radikalisme (revisi)
 

Dernier

PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxdpp11tya
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...MetalinaSimanjuntak1
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMIGustiBagusGending
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfChananMfd
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfNurulHikmah50658
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...Kanaidi ken
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...asepsaefudin2009
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...Kanaidi ken
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxRizkyPratiwi19
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSdheaprs
 
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajaraksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajarHafidRanggasi
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)MustahalMustahal
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTIndraAdm
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxsyahrulutama16
 
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidupfamela161
 

Dernier (20)

PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
 
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajaraksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
 

E p i s t e m o l o g i

  • 1. 0 E P I S T E M O L O G I S A I N S M O D E R N MAKALAH Disusun Sebagai Bahan Diskusi pada Mata Kuliah F I L S A F A T I L M U Dibawah Bimbingan: Prof. Dr. Nanat Fatah Natsir, M.S Erni Haryanti, Ph.D Disusun Oleh: Erta Mahyudin NIM: 3.216.2.2.007 KONSENTRASI PENDIDIKAN BAHASA ARAB PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM PROGRAM PASCASARJANA S3 UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG 2018 M/1438 H
  • 2. 1 KAJIAN KRITIS TERHADAP EPISTEMOLOGI SAINS MODERN Disusun Oleh: Erta Mahyudin - NIM: 3.216.2.2.007 A. Pendahuluan Kelahiran ilmu tidak lepas dari peranan filsafat. Filsafat telah mengubah pola pikir manusia dari pandangan mitosentris menjadi logosentris. Perubahan pola pikir tersebut membawa perubahan yang cukup besar dengan ditemukannya hukum-hukum alam dan teori-teori ilmiah yang menjelaskan bagaimana perubahan-perubahan itu terjadi. Dari sinilah lahir ilmu-ilmu yang selanjutnya berkembang menjadi lebih terspesialisasi dalam bentuk yang lebih kecil dan sekaligus semakin aplikatif dan terasa manfaatnya.1 Filsafat adalah pemikiran yang menyeluruh (komprehensif), radikal (mendasar), universal, koheren dan kosisten, bertanggung jawab, dan umumnya bebas dan spekulatif.2 Dengan karakter demikian, filsafat telah menjadi induk semua ilmu pengetahuan. Dia memberi sumbangan dan peran sebagai induk yang melahirkan dan membantu mengembangkan ilmu pengetahuan hingga ilmu pengetahuan itu dapat hidup dan berkembang. Filsafat membantu ilmu pengetahuan untuk bersikap rasional dalam mempertanggungjawabkan ilmunya. Pertanggungjawaban secara rasional di sini berarti bahwa setiap langkah langkah harus terbuka terhadap segala pertanyaan dan sangkalan dan harus dipertahankan secara argumentatif, dengan argumen-argumen yang objektif. Filsafat merupakan ilmu yang tak terbatas karena tidak hanya menyelidiki suatu bidang tertentu dari realitas yang tertentu saja. Filsafat senantiasa mengajukan pertanyaan tentang seluruh kenyataan yang ada. Filsafat pun selalu mempersoalkan hakikat, prinsip, dan asas mengenai seluruh realitas yang ada, bahkan apa saja yang dapat dipertanyakan, termasuk filsafat itu sendiri. 1 Menurut Tafsir, berbagai pengetahuan manusia yang berkembang menjadi ilmu dapat dikelompokkan menjadi empat jenis, yaitu: pengetahuan sains, pengetahuan filsafat, dan pengetahuan mistik. Hal. 11. 2 Adian Husaini, xxi.
  • 3. 2 Filsafat ilmu adalah segenap pemikiran reflektif terhdap persoalan-persoalan mengenai segala hal yang menyangkut landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala segi dan kehidupan manusia. Filsafat ilmu merupakan suatu bidang pengetahuan campuran yang eksistensi dan pemekarannya bergantung pada hubungan timbal balik dan saling pengaruh antara filsafat dan ilmu.3 Filsafat ilmu bertugas memberi landasan filosofi untuk memahami berbagai konsep dan teori suatu disiplin ilmu, sampai membekalkan kemampuan untuk membangun teori ilmiah. Seluruh dimensi kebenaran yang pernah diperbincangkan oleh umat manusia dalam sepanjang sejarah memiliki landasan epistemologi. Dimensi kebenaran itu sangat beragam dan ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk sampai kepada dimensi kebenaran tersebut. Sifat khas dari sebuah rumusan kebenaran adalah terletak dari bagaimana kebenaran itu dapat diketahui secara pasti, kertimbang secara langsung berbicara tentang kebenaran dalam dirinya sendiri. Dalam artian bahwa kebenaran tidak akan memiliki arti apa-apa jika cara yang ditempuh untuk sampai kepada kebenaran tersebut tidak pernah menjadi pertimbangan yang matang, pada posisi inilah epistemologi sangat penting dalam seluruh kajian filsafat, termasuk filsafat ilmu. B. Pembahasan 1. Epistemologi Sains Epistemologi berasal dari bahasa Yunani episteme dan logos. Episteme biasa diartikan pengetahuan atau kebenaran, dan logos diartikan pikiran, kata, atau teori4 . Dengan makna dasar yang demikian, epistemologi secara singkat diartikan teori pengetahuan yang benar, atau lazimnya disebut teori pengetahuan (theory of knowledge), yaitu teori yang membahas tentang “cara mendapatkan pengetahuan yang benar”5 dari suatu objek yang ingin dipikirkan.6 3 The Liang Gie, Pengantar Filsafat Ilmu (Yogyakarta: Pustaka ilmu, 1999), hal. 14. 4 Adian Husaini, Filsafat Ilmu Perspektif Barat dan Islam, (Jakarta: Gema Insani, 2013) hal. 27 5 Jujun, hal. 100 6 Mujamil Qomar, Epistemologi Pendidikan Islam dari Metode Rasional hingga Metode Kritik. (Jakarta: Erlangga, 2005), hal. 1.
  • 4. 3 Epistemologi adalah cabang filsafat yang mempelajari asal mula (apakah sumber-sumber pengetahuan?), struktur (jangkauan dan ruang lingkup pengetahuan, sampai tahap mana pengetahuan yang mungkin untuk ditangkap manusia?), metode (bagaimana mendapatkan pengetahuan yang lebih menitikberatkan pada sebuah proses pencarian ilmu) dan kebenaran pengetahuan (cara mengukur sah tidaknya (validitasnya) suatu pengetahuan).7 Jenis pengetahuan yang menjadi objek pembahasan dalam makalah ini adalah pengetahuan sains. Sains yang merupakan serapan dari kata science berasal dari kata Latin, scire yang artinya mengetahui. Dalam hal ini tidak berbeda dengan knowledge (pengetahuan).8 Secara terminologi, sains adalah suatu eksplorasi ke alam materi berdasarkan observasi dan mencari hubungan-hubungan alamiah yang teratur mengenai fenomena yang diamati serta bersifat mampu meguji diri sendiri.9 Menurut Tafsir, pengetahuan sains harus berdasarkan logika (dalam arti sesuai dengan hukum alam/rasional) dan didukung bukti empiris. Gejala yang paling menonjol dalam pengetahuan sain ialah adanya bukti empiris.10 Sains bukan sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, sains terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. 2. Sumber Pengetahuan Sains Teori pengetahuan tidak dapat menghindarkan pembahasan tentang sumber- sumber pengetahuan tempat bahan-bahannya diperoleh. Sumber-sumber itu 7 Ahmad Tafsir, Filsafat Ilmu, (Bandung: Rosda, 2010), Hal. 27 dan Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta: Sinar Harapan, 2001), hal. 101.dan Jujun, hal.101 8 U. Maman, Pola berpikir sains; Membangkitkan Kembali Tradisi Keilmuan Islam (Bogor, QMM Pusblishing 2012), hal. 95 9 Agus Purwanto, Nalar Ayat-ayat Semesta; Menjadikan al-Quran sebagai Basis Kontruksi Ilmu Pengetahuan (Bandung: Mizan, 2012), Cet. I, hal. 144 10 Tafsir, hal. 6
  • 5. 4 menurut filosof, tidak lain adalah indra, akal dan hati. Ada juga yang berpendapat bahwa sumber-sumber epistemologi itu antara lain adalah sebagai berikut: a. Alam Salah satu sumber pengetahuan sains adalah alam semesta ini. Yang dimaksud dengan alam, adalah alam materi, alam ruang dan waktu, alam gerakan, alam yang sekarang kita tengah hidup di dalamnya, dan kita memiliki hubungan dengan alam ini dengan menggunakan berbagai alat indera kita. b. Rasio dan hati Rasio dan hati adalah dua sumber lain pengetahuan sains. Sumber yang lain yang masih perlu dibahas adalah masalah kekuatan rasio dan pikiran manusia. Setelah kita mengetahui bahwa alam ini merupakan “sumber luar” bagi epistemologi, lalu apakah manusia juga memiliki “sumber dalam” bagi epistemologi ataukah tidak memiliki? Hal ini tentunya berkaitan erat dengan masalah rasio, berbagai perkara yang rasional, berbagai perkara yang sifatnya fitrah. Selanjutnya sumber selanjutnya adalah hati (jiwa). Semestinya kita tidak menyebutnya dengan “alat”, tetapi kita harus menyebutnya dengan “sumber”. Tidak ada satu pun dari fakultas materialisme yang mengakui keberadaan sumber ini. Karena jika meyakini hati sebagai satu sumber, sedangkan manusia pada awal dilahirkan tidak memiliki suatu pengetahuan apapun, dan di dalam hatinya tidak terdapat sesuatu apapun, dan juga meyakini bahwa hati dapat menerima berbagai ilham (dan wahyu merupakan peringkat ilham yang paling sempurna), maka sama halnya dengan mengakui adanya suatu alam yang ada di balik alam materi ini, karena materi tidak dapat memberikan berbagai ilham semacam itu kepada manusia. Unsur ilham adalah unsur metafisika. c.Sejarah Sejarah adalah sumber lain pengetahuan yang sekarang ini dianggap sebagai suatu sumber yang sangat penting. Jika kita mengatakan bahwa alam adalah sumber ilmu pengetahuan, maka di dalamnya juga berisi sejarah. Dengan demikian, maka sejarah itu merupakan salah satu sumber ilmu pengetahuan.
  • 6. 5 d. Pengalaman indra (sense experience) Orang sering merasa bahwa pengindraan adalah alat yang paling vital dalam memperoleh pengetahuan. Memang dalam hidup manusia tampaknya pengindraan adalah satu-satunya alat untuk mencerap segala objek yang ada di luar diri manusia. Karena terlalu menekankan pada kenyataan, paham demikian dalam filsafat disebut realisme. Realisme adalah suatu paham yang berpendapat bahwa semua yang dapat diketahui hanya kenyataan. Jadi, pengetahuan berawal dari kenyataan yang dapat diindrai. Tokoh pemula dari pandangan ini adalah Aristoteles, yang berpendapat bahwa pengetahuan terjadi bila subjek diubah di bawah pengaruh objek, artinya bentuk dari dunia luar meninggalkan bekas dalam kehidupan batin. Objek masuk dalam diri subjek melalui persepsi indra (sensasi). Yang demikian ini ditegaskan pula oleh Aristoteles yang berkembang pada abad pertengahan adalah Thomas Aquinas yang mengemukakan bahwa tiada sesuatu dapat masuk lewat ke dalam akal yang ditangkap oleh indra. e. Nalar (reason) Nalar adalah salah satu corak berpikir dengan menggabungkan dua pemikiran atau lebih dengan maksud untuk mendapatkan pengetahuan baru. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam masalah ini tentang asas-asas pemikiran, yaitu sebagai berikut: 1) Principium Identitas yaitu sesuatu itu sama dengan dirinya sendiri (A=A). Asas ini biasa disebut asas kesamaan. 2) Principium contradictioad yaitu apabila dua pendapat yang bertentangan, tidak mungkin kedua-duanya benar dalam waktu yang bersamaan. Dengan kata lain pada subjek yang sama tidak mungkin terdapat dua predikat yang bertentangan pada satu waktu. Asas ini biasa disebut asas pertentangan. 3) Principium tertii exclusi yaitu apabila dua pendapat yang berlawanan tidak mungkin keduanya benar dan tidak mugkin keduanya salah. Kebenaran hanya terdapat satu diantara kedua itu, tidak perlu ada pendapat yang ketiga. Asas ini biasa disebut asas tidak adanya kemungkinan ketiga.
  • 7. 6 f. Otoritas (authority) Otoritas adalah kekuasaan yang sah yang dimiliki oleh seseorang dan diakui kelompoknya. Otoritas menjadi salah satu sumber pengetahuan, karena kelompoknya memiliki pengetahuan melalui seseorang yang mempunyai kewibawaan dalam pengetahuannya. Pengetahuan yang diperoleh melalui otoritas ini biasanya tanpa diuji lagi karena orang yang telah menyampaikannya mempunyai kewibawaan tertentu. Pengetahuan karena adanya otoritas terjadi melalui wibawa seseorang sehingga orang lain mempunyai pengetahuan. g. Intuisi (intuition) Intuisi adalah suatu kemampuan yang ada pada diri manusia melalui proses kejiwaan tanpa suatu rangsangan atau stimulus mampu untuk membuat pernyataan berupa pengetahuan. Pengetahuan yang diperoleh melalui intuisi tidak dapat dibuktikan seketika atau melalui kenyataan karena pengetahuan ini muncul tanpa adanya pengetahuan lebih dahulu. Dengan demikian, peran intuisi sebagai sumber pengetahuan adalah adanya kemampuan dalam diri manusia yang dapat melahirkan pernyataan-pernyataan berupa pengetahuan. h. Wahyu (revelation) Wahyu adalah berita yang disampaikan oleh Tuhan kepada Nabi-Nya untuk kepentingan umatnya. Kita mempunyai pengetahuan melalui wahyu, karena ada kepercayaan tentang sesuatu yang disampaikan itu. Seseorang yang mempunyai pengetahuan melalui wahyu secara dogmatik akan melaksanakan dengan baik. Wahyu dapat dikatakan sebagai salah satu sumber pengetahuan, karena kita mengenal sesuatu dengan melalui kepercayaan kita. i. Keyakinan (faith) Keyakinan adalah kemampuan yang ada pada diri manusia yang diperoleh melalui kepercayaan. Sesungguhnya antara sumber pengetahuan berupa wahyu dan keyakinan ini sangat sukar untuk dibedakan secara jelas, karena keduanya
  • 8. 7 menetapkan bahwa alat lain yang dipergunakannya adalah kepercayaan. Perbedaannya barangkali jika keyakinan terhadap wahyu yang secara dogmatik diikutinya adalah peraturan yang berupa agama. Adapun keyakinan melalui kemampuan kejiwaan manusia merupakan pematangan (maturation) dari kepercayaan. Karena kepercayaan itu bersifat dinamik mampu menyesuaikan dengan keadaan yang sedang terjadi. Sedangkan keyakinan itu sangat statik, kecuali ada bukti-bukti baru yang akurat dan cocok buat kepercayaannya. 3. Ruang Ruang Lingkup Sains Apa yang dikaji oleh pengetahuan sains adalah semua objek yang empiris. Objek kajian sain hanyalah objek yang berada dalam ruang lingkup pengalaman manusia. Yang dimaksud dengan pengalaman di sini adalah pengalaman indera. 11 Sains menjadi berbeda dengan pengetahuan filsafat dan mistik karena ia membatasi ruang jelajahnya hanya pada alam materi atau semua bentuk pengalaman manusia. Artinya, objek penelaan sains meliputi segenap gejala yang dapat ditangkap oleh pengalaman manusia lewat pancaindra.12 Dengan demikian, segala sesuatu yang ada di alam sekitar menjadi ranah kajian sains. Sains memiliki ruang lingkup yang terbatas yaitu hanya kepada hal yang dapat dipahami oleh indera kita seperti pengelihatan, pendengaran, rabaan, sentuhan, dan juga ucapan. Dan dapat di bilang bahwa sains merupakan pengetahuan yang didapat dari proses pembelajaran dan juga pembuktian. Itu adalah sains murni, yang berbeda dengan sains terapan karena sains terapan merupakan aplikasi sains yang memang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan Manusia. Objek-objek yang dapat diteliti oleh sains banyak sekali: alam, tetumbuhan, hewan, dan manusia, serta kejadian-kejadian di sekitar alam, tetumbuhan, hewan dan manusia itu sendiri, semuanya dapat diteliti oleh sains. Dari penelitian itulah 11 Jujun, hal. 27 12 U. Maman, Pola berpikir sains; Membangkitkan Kembali Tradisi Keilmuan Islam (Bogor, QMM Pusblishing 2012), hal. 94
  • 9. 8 muncul teori-teori sains. Teori-teori itu berkelompok atau dikelompokkan dalam masing-masing cabang sains yang dapat dibagi menjadi: a. Ilmu sains kealaman. 1) Kimia; Kimia Analitik, kimia anorganik, Elektrokimia, Kimia organik, kimia polimer, thermokimia, ilmu material, dan lainnya. 2) Biologi; Anatomi, Ekologi, biofisika, taksonomi, virulogi, zoologi, fisiologi, genetika, dan lainnya. 3) Fisika; fisika material, kinetika, fisika nuklir, dinamika, mekanika quantum, optik, thermodinamika, dan lainnya. 4) Astronomi, 5) Ilmu bumi; Ilmu lingkungan, paleontologi, geologi, geodesi, hydrologi, meteorologi, oceanografi dan lainnya. b. Ilmu sains sosial. 1) Sosiologi; sosiologi komunikasi, sosiologi politik, sosiologi pendidikan 2) Antropologi; antropologi budaya, antropologi ekonomi, antropologi politik. 3) Psikologi; psikologi pendidikan, psikologi anak, psikologi abnormal. 4) Ekonomi; ekonomi makro, ekonomi lingkungan, ekonomi pedesaan. 5) Politik, politik dalam negri, politik hukum, politik internasional c. Ilmu sains humaniora 1) Seni, seni abstrak, seni grafika, seni pahat, seni tari 2) Hukum, hukum pidana, hukum tata usaha negara, hukum adat 3) Filsafat, logika, ethika, estetika 4) Bahasa; sastra 5) Agama; Islam, Kristen, Hindu, dll 6) Sejarah; sejarah Indonesia, sejarah dunia, dll 3. Bagaimana Memperoleh Pengetahuan Sains Objek epistemologi ini menurut Jujun S.Suriasumatri berupa “segenap proses yang terlibat dalam usaha kita untuk memperoleh pengetahuan.” Proses
  • 10. 9 untuk memperoleh pengetahuan inilah yang menjadi sasaran teori pengetahuan dan sekaligus berfungsi mengantarkan tercapainya tujuan, sebab sasaran itu merupakan suatu tahap pengantara yang harus dilalui dalam mewujudkan tujuan. Tanpa suatu sasaran, mustahil tujuan bisa terealisir, sebaliknya tanpa suatu tujuan, maka sasaran menjadi tidak terarah sama sekali. a) Rasionalisme Pengalaman manusia sudah berkembang sejak lama. Perkembangan sain didorong oleh faham Humanisme.13 Humanisme ialah faham yang mengajarkan bahwa manusia mampu mengatur dirinya dan alam. Sejak zaman dahulu, manusia telah menginginkan adanya aturan untuk mengatur manusia. Orang zaman Yunani sudah menemukan manusialah yang membuat aturan itu. Menurut mereka aturan itu harus dibuat berdasarkan dan bersumber pada sesuatu yang ada pada manusia. Alat itu ialah akal. Aturan itu ialah logika alami yang ada pada akal setiap manusia. Dari sinilah kemudian humanisme melahirkan rasionalisme. Rasionalisme berpendirian bahwa sumber pengetahuan terletak pada akal. Bukan karena rasionalisme mengingkari nilai pengalaman, melainkan pengalaman paling-paling dipandang sebagai sejenis perangsang bagi pikiran. Para penganut rasionalisme yakin bahwa kebenaran dan kesesatan terletak di dalam ide kita, dan bukannya di dalam diri barang sesuatu. Jika kebenaran mengandung makna mempunyai ide yang sesuai dengan atau menunjuk kepada kenyataan, maka kebenaran hanya dapat ada di dalam pikiran kita dan hanya dapat diperoleh dengan akal budi saja. Penganut rasionalisme berpandangan bahwa ia dapat dicapai dengan menggunakan akal budi (intellect) sebagai sumber utama. Hal ini didasarkan pada pandangan bahwa pada dasarnya pengetahuan adalah suatu sistem dedukatif yang dapat dipahami secara rasional dengan ukuran kebenaran adalah konsistensi logis. Penganut rasionalisme meyakini bahwa metode rasional yang dedukatif, rasional, matematis dan inferensial dapat digunakan untuk mencapai pengetahuan. 13 Tafsir, hal. 28
  • 11. 10 b) Empirisme Secara radikal empirisme berpendirian bahwa sebenarnya kita hanya bisa memperoleh pengetahuan melalui pengalaman dengan menggunakan indra ilmiah. Thomas Hobbes, salah seorang penganut empirisme mengemukakan bahwa empiris (pengalaman) adalah awal dari segala pengetahuan. Karena itu semua diturunkan dari pengalaman. Tokoh empiris lain adalah John Locke. Ia terkenal dengan teori Tabula Rasanya. Menurut Locke, rasio manusia pada mulanya sebagai lembaran kertas putih (as white paper). Apa yang kemudian mengisinya, seluruhnya berasal dari pengalaman, baik pengalaman lahiriah (sensation) maupun pengalaman batiniah (reflection). George Barkeley adalah tokoh lain empiris yang mengemukakan teori immaterialisme atas dasar prinsip empirisisme. Menurutnya sama sekali tidak ada substansi yang bersifat material. Yang ada hanyalah ciri-ciri yang dapat diamati, atau dengan kata lain, yang ada hanyalah pengalaman dalam jiwa saja (being is being perceived). David Hume tidak menerima konsep mengenai substansi, sebab menurutnya, apa yang dialami manusia hanyalah kesan-kesan tentang beberapa ciri yang selalu terdapat bersama-sama Aliran ini memandang akal sebagai sejenis tempat penampungan, yang secara pasif menerima hasil-hasil penginderaan tersebut. Ini berarti semua pengetahuan kita betapapun rumitnya dapat dilacak kembali sampai kepada pengalaman-pengalaman inderawi yang pertama-tama, yang dapat diibaratkan sebagai atom-atom yang menyusun objek-objek material. Apa yang tidak dapat atau tidak perlu dilacak kembali secara demikian itu bukanlah pengetahuan, atau setidak-tidaknya bukanlah pengetahuan mengenai hal-hal yang faktual. c) Positivisme Metode ini dikeluarkan oleh August Comte (1798-1857). Metode ini berpangkal dari apa yang telah diketahui, yang faktual, yang positif. Ia menyampaikan segala uraian atau persoalan di luar yang ada sebagai fakta. Menurut Comte perkembangan pemikiran manusia berlangsung dalam tiga tahap yaitu teologis, metofisis, dan positif.
  • 12. 11 Positivisme mengajarkan bahwa kebenaran adalah yang logis, ada bukti empirisnya, yang terukur. “Terukur” inilah sumbangan terpenting positivisme. Jadi, hal panas yang empiris oleh positivisme dikatakan air ini 80 derajat celcius, air mendidih ini 100 derajat celcius, besi mendidih ini 1000 derajat cekcius, ini satu meter penjangnya, ini satu ton beratnya, san seterusnya. Ukuran-ukuran ini operasional, kuantitatif, tidak memugkinkan perbedaan- perbedaan. Dengan ukuran ini maka kontes kencantikan dapat dioperasikan. Kehidupan menjadi penuh dengan ukuran-ukuran kuantitatif. d) Metode Ilmiah – Logico-Hypothetic-deductive Metode Ilmiah mengatakan untuk memperoleh pengetahuan yang benar dilakukan langkah berikut: logico-hypothetico-verificartif. Maksudnya, mula- mula buktikan bahwa itu logis, kemudian ajukan hipotesis kemudian lakukan pembuktian hipotesis itu secara empiris. Metode Ilmiah secara teknis dan rinci dijelaskan dalam satu bidang ilmu yang disebut Metode Riset.14 Metode Riset menghasilkan model-model penelitian. Model-model penelitian inilah yang menjadi instansi terakhir dan memang operasional dalam membuat aturan (untuk mengatur manusia dan alam) tadi. Hasil-hasil penelitian itulah yang sekarang serupa tumpukan pengetahuan sain dalam berbagai bidang Deducto-Hypothetico-Verifikatif adalah suatu metode ilmiah yang menggabungkan antara metode deduktif dan induktif. Metode induktif memberikan kerangka pemikiran yang logis, sedangkan metode induktif memberikan kerangka pembuktian atau pengujian untuk memastikan suatu kebenaran. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut: 1) Perumusan masalah Suatu penelitian harus berdasarkan masalah penelitian, bukan masalah biasa (penyelesaiannya bisa dilakukan tanpa penelitian). Masalah-masalah yang diungkapkan harus didukung dengan kenyataan atau fakta. 14 Tafsir, hal. 33
  • 13. 12 2. Penyusunan kerangka berpikir dalam pengujian hipotesis Penyusunan kajian pustaka dilakukan menggunakan berbagai sumberseperti buku, koran, majalah dan hasil penelitian sebelumnya (jurnal,tesis, disertasi).3. Perumusan hipotesisPerumusan hipotesis atau pengajuan hipotesis (dugaan sementara)dirumuskan sesuai dengan kerangka berpikir yang telah dibangun. Landasan epistemologi ilmu disebut metode ilmiah, yaitu cara yang dilakukan ilmu dalam menyusun pengetahuan yang benar. Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Jadi, ilmu pengetahuan merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah. Tidak semua pengetahuan disebut ilmiah, sebab ilmu merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat yang harus dipenuhi agar suatu pengetahuan bisa disebut ilmu yakni tercantum dalam metode ilmiah. Metode ilmiah berperan dalam tataran transformasi dari wujud pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan. Bisa tidaknya pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan sangat bergantung pada metode ilmiah. Dengan demikian metode ilmiah selalu disokong oleh dua pilar pengetahuan, yaitu rasio dan fakta secara integratif. e) Fenomenalisme Bapak Fenomenalisme adalah Immanuel Kant.Kant membuat uraian tentang pengalaman.Barang sesuatu sebagaimana terdapat dalam dirinya sendiri merangsang alat inderawi kita dan diterima oleh akal kita dalam bentuk-bentuk pengalaman dan disusun secara sistematis dengan jalan penalaran.Karena itu kita tidak pernah mempunyai pengetahuan tentang barang sesuatu seperti keadaannya sendiri, melainkan hanya tentang sesuatu seperti yang menampak kepada kita, artinya, pengetahuan tentang gejala (Phenomenon). Bagi Kant para penganut empirisme benar bila berpendapat bahwa semua pengetahuan didasarkan pada pengalaman meskipun benar hanya untuk sebagian.Tetapi para penganut rasionalisme juga benar, karena akal
  • 14. 13 memaksakan bentuk-bentuknya sendiri terhadap barang sesuatu serta pengalaman. f) Intusionisme Menurut Bergson, intuisi adalah suatu sarana untuk mengetahui secara langsung dan seketika. Analisa, atau pengetahuan yang diperoleh dengan jalan pelukisan, tidak akan dapat menggantikan hasil pengenalan secara langsung dari pengetahuan intuitif. Salah satu di antara unsur-unsur yang berharga dalam intuisionisme Bergson ialah, paham ini memungkinkan adanya suatu bentuk pengalaman di samping pengalaman yang dihayati oleh indera.Dengan demikian data yang dihasilkannya dapat merupakan bahan tambahan bagi pengetahuan di samping pengetahuan yang dihasilkan oleh penginderaan.Kant masih tetap benar dengan mengatakan bahwa pengetahuan didasarkan pada pengalaman, tetapi dengan demikian pengalaman harus meliputi baik pengalaman inderawi maupun pengalaman intuitif. Hendaknya diingat, intusionisme tidak mengingkati nilai pengalaman inderawi yang biasa dan pengetahuan yang disimpulkan darinya.Intusionisme, setidak-tidaknya dalam beberapa bentuk hanya mengatakan bahwa pengetahuan yang lengkap di peroleh melalui intuisi, sebagai lawan dari pengetahuan yang nisbi yang meliputi sebagian saja yang diberikan oleh analisis. Ada yang berpendirian bahwa apa yang diberikan oleh indera hanyalah apa yang menampak belaka, sebagai lawan dari apa yang diberikan oleh intuisi, yaitu kenyataan. Mereka mengatakan, barang sesuatu tidak pernah merupakan sesuatu seperti yang menampak kepada kita, dan hanya intuisilah yang dapat menyingkapkan kepada kita keadaanya yang senyatanya. g) Dialektis Yaitu tahap logika yang mengajarkan kaidah-kaidah dan metode penuturan serta analisis sistematik tentang ide-ide untuk mencapai apa yang
  • 15. 14 terkandung dalam pandangan. Dalam kehidupan sehari-hari dialektika berarti kecakapan untuk melekukan perdebatan.Dalam teori pengetahuan ini merupakan bentuk pemikiran yang tidak tersusun dari satu pikiran tetapi pemikiran itu seperti dalam percakapan, bertolak paling kurang dua kutub.15 h) Kritisisme Kritisisme adalah suatu aliran filsafati, yang dalam epistemologi berupaya menunjukkan jalan untuk mencapai pengetahuan tanpa harus terjebak dalam ekstrimitas empirisme dan rasionalisme. Menurut Kant, memang benar bahwa kita punya pengalaman inderawi, tapi sama benarnya juga bahwa kita mempunyai pengetahuan yang menghubungkan hal-hal, yang untuk mencapainya, kita harus keluar menembus pengalaman. Bagi Kant, pengetahuan manusia pada dasarnya terjadi alas unsur-unsur aposteriori (sesudah pengalaman) dan apriori (mendahului pengalaman) 5. Ukuran Kebenaran Pengetahuan Sains; Verifikasi dan Falsifikasi Dalam kajian Epistemologi, kajian mengenai kebenaran haruslah objektif sehingga siapapun akan mendapatkan pemahaman yang sama pada saat memandang sebuah masalah dan solusi dari masalah tersebut. Kalaupun ada yan berbeda, hal itu karena sudut pandang yang tidak sama. a. Verifikasi Verifikasi adalah teori filsafat logis yang mengatakan bahwasumber pengetahuan itu berasal dari pengalaman yang kemudian diuji dengan metode verifikasi yang dibuktikan kebenarannya secara empiris. Apabila pernyataan tersebut dapat diverifikasi maka pernyataan tersebut bermakna (ilmiah), dan apabila pernyataan itu tidak dapat diverifikasi maka pernyataan itu tidak bermakna (non ilmiah) seperti estetika, etika, agama, metafisika. Tujuannya untuk menemukan teori-teori, generalisasi dan hukum.16 15 Wikipedia, Epistemologi, dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Epistemologi diunggah pada Sabtu, 28 Maret 2015, 16 [1] Rizal Mustansyir,Filsafat Analitik,hlm;87
  • 16. 15 Adapun prinsip verifikasi itu merupakan pengandaian untuk melengkapi suatu kriteria, sehingga melalui kriteria tersebut dapat ditentukan apakah suatu kalimat mengandung makna atau tidak. Melalui prinsip ini tidak hanya kalimat yang teruji secara empirik saja yang dapat di analisis Prinsip verifikasi ini menyatakan bahwa suatu proporsi adalah bermakna jika ia dapat diuji dengan pengalaman dan dapat diverifikasi dengan pengamatan. Perlu diingat bahwa, menurut positivisme logis hanya pengamatan indrawi itulah yang relevan, pengalaman adalah satu-satunya sumber dasar pengetahuan dan dalam analisa logis dapat dilakukan dengan bantuan simbol-simbol logika dengan menggunakan metode untuk pemecahkan masalah melalui metode verifikasi yaitu bila terdapat sesuatu yang tidak dapat diverifikasi secara empirik maka hasilnya adalah sia- sia.Verifikasi data dimaksudkan untuk mengumpulkan, mengola, dan menganaslisis data untuk menguji hipotesis. Apabila hipotesis telah diuji melalui fakta-fata empiris maka jawaban mencapai tingkat definitif, dan kebenaran ilmiahnya dapat dipertanggung jawabkan manakala telah melalui prosedur yang benar. Dalam kerangka pemikiran semacam itu, filsafat ilmu pengetahuan mereka pandang semata-mata sebagi logika ilmu (The Logic of Science),yang ada dalam konteks logika ilmu hanyalah pengujian dan pembenaran (contexs of justification) ilmu pengetahuan yang bersangkutan. Mereka tidak peduli bagaimana ilmu pengetahuan tertentu itu muncul dan berkembang. Mereka hanya merasa berkepentingan dengan pengujian susunan logis pernyataan-pernyataan ilmiah yang digunakan. Akibatnya, filsafat ilmu, dalam hal ini yang dimaksud logika ilmu-kian jauh dari kenyataan ilmu pengetahuan yang terjadi sebenarnya, karena terlalu sibuk dengan apa yang seharusnya terjadi dalam ilmu pengetahuan.. Pendekatan verifikasi menyatakan sesuatu baru layak disebut ilmu pengetahuan jika pernyataan-pernyataannya dapat diverifikasi, yakni dapat dibuktikan kebenarannya oleh panca indera. Pendekatan ini merupakan prinsip positivisme atau naturalisme. Pendekatan verifikasi menghendaki adanya bukti empirik terhadap hipotesa sebelum dia menjadi sebuah teori. Dalam pembuktiannya, pendekatan verifikasi menggunakan metode induktif dimana
  • 17. 16 fakta-fakta dikumpulkan terlebih dahulu, kemudian membuat generalisasi. Pendekatan ini lazim digunakan dalam ilmu-ilmu alam. Jika beberapa materi A tidak ada yang bersifat B, A pasti tidak bersifat B. Generalisasi tidak memeriksa seluruh A dan menyimpulkan sifat A, tetapi hanya mengambil sampel saja. Kalau verifikasi digunakan untuk mencari kebenaran suatu teori, maka falsifikasi digunakan untuk mencari kesalahan sebuah teori. Suatu teori harus falsifiable, yaitu berpeluang untuk disalahkan secara induktif-empiris atau deduktif-rasional. Semakin besar kemungkinan atau peluang untuk disanggah, semakin baik dan kokoh validitas teori itu . Hal itu karena teori yang disanggah akan terus memperbaiki diri dan semakin lama semakin kuat bangunannya. Hipotesa yang dipakai sebelum teori tersebut dapat dibuktikan pun dicari kesalahannya. Jika terdapat kesalahan dalam hipotesa maka gugurlah hipotesa berikut teori yang akan dibangun. b. Falsifikasi Baik secara morfologis maupun semantik, perlu diuraikan bagaimana kata falsifikasi. Falsifikasi secara otomatis terkandung pada falsibilitas. Kata falsify itu sendiri adalah kata kerja jadian yang terbentuk dari kata sifat false yang berarti salah dan ditambahkan kepadanya akhiran ify yang berarti menyebabkan 'menjadi'. Adapun falsification adalah bentuk kata benda dari kata kerja falsify. Dengan demikian jelaslah bahwa kata sifat false diubah menjadi kata kerja dengan menambahkan akhiran ify sehingga menjadi falsify dan dibendakan dengan menambahkan akhiran action sehingga ia berubah menjadi falsification yang diIndonesiakan menjadi falsifikasi yang berarti 'hal pembuktian salah'. Falsifikasi adalah suatu paham atau pemikiran yang berpendapat bahwa setiap teori yang dikemukakan manusia tidak akan seluruhnya sesuai dengan hasil observasi atau percobaan. Dengan kata lain menurut pandangan falsifikasionisme, ilmu dipandang sebagai satu set hipotesa yang bersifat tentatif untuk menggambarkan atau menghitung tingkah laku suatu aspek dunia atau universe.
  • 18. 17 Jadi bagi mereka tidak ada suatu ilmu yang dibuat manusia bisa seratus persen sama apabila dikonfrontasi dengan hasil pengamatan dari kenyataan yang ada.17 Dalam hal ini, akan dikemukakan bagaimana seorang memperoleh pengetahuan dan selanjutnya pengetahauan tersebut dapat diputuskan ilmiah atau tidak ilmiah, atau bagian dari true science atau bagian dari pseudoscinces. Menurut Popper, manusia dalam memperoleh pengetahuan berdasarkan rasio yang ia miliki. Pandangan ini sesuai dengan pandangan kaum rasionalis yang mengakui bahwa ada prinsip-prinsip dasar dunia tertentu yang diakui benar oleh manusia. Prinsip-prinsip pertama ini bersumber dalam budi manusia dan tidak dijabarkan pengalaman, bahkan apa yang dialami dalam pengalaman emprisis bergantung pada prinsip-prinsip ini . Pendekatan falsifikasi dikembangkan oleh Karl Raymund Popper, seorang doktor filsafat yang ahli dalam berbagai disiplin ilmu. Ia mencela pendekatan induktif yang dipakai verifikasi karena menurutnya, ilmu pengetahuan yang berdiri di atas dogma verifikatif itu justru telah kehilangan daya rasional-kritisnya. Popper menilai generalisasi adalah proses penyimpulan keyakinan yang sifatnya tebakan logis. Dengan begitu, ia menegaskan bahwa suatu teori ilmiah tidak pernah benar secara definitif. Kritik lainnya yang dikemukakan Popper adalah bahwa prinsip verifikasi tidak pernah mungkin untuk menyatakan kebenaran hukum-hukum umum. Oleh karena itu, ilmu pengetahuan alam yang kebanyakan terdiri dari hukum-hukum umum, tidak bermakna seperti metafisika. Popper pun menyatakan bahwa ilmu pengetahuan pun lahir dari pemikiran metafisis, walaupun keilmiahannya tetap harus diuji. Kebenaran menurut falsifikasionis merupakan sebuah masalah karena suatu ilmu pengetahuan tidak akan pernah mencapai taraf kebenaran dalam konteks falsifikasi. Kegiatan ilmiah hanya sanggup melangkah mendekati kebenaran atau menyerupai kebenaran. Teori adalah hipotesa yang belum dibuktikan kesalahannya dan teori yang dapat bertahan dari falsifikasi akan diterima secara tentatif sebagai kebenaran. 17 [2] Prof.Dr.H.Noeng Muhadjir,Filsafat Ilmu,edisi II,hlm; hlm;92-104
  • 19. 18 Pendekatan falsifikasi pun mengundang kritik. Validitas pendekatan ini hanya pada unsur-unsur struktur epistemologis, bukan fundamental. Pendekatan ini terbentur pada masalah genesis, yaitu kelahiran ilmu pengetahuan baru. Ilmu pengetahuan yang baru tidak bisa dinilai benar atau salahnya. Dalam pendekatan verifikasi, ilmu pengetahuan ini dapat menjadi benar. Namun dalam falsifikasi, ilmu pengetahuan baru ini bisa saja salah. Thomas Kuhn kemudian mengajukan pendekatan yang lebih fragmentaris yang cenderung terspesialisasi berdasarkan langkah-langkah ilmiah menurut bidangnya masing-masing. Ia menamakannya paradigma. Istilah ini mengacu pada satu set praktek-praktek, seperti metode observasi dan interpretasi, dan asumsi dasar atau nilai-nilai yang mendefinisikan disiplin ilmu selama periode waktu tertentu. Paradigma ilmu pengetahuan mengandung pertanyaan-pertanyaan seperti apa yang akan diamati dan diteliti, jenis pertanyaan yang seharusnya ditanyakan dan diselidiki untuk jawaban yang berkaitan dengan subyek ini, bagaimana pertanyaan-pertanyaan ini harus terstruktur, bagaimana hasil penyelidikan ilmiah harus ditafsirkan, dan sebagainya. C. Penutup Epistemologi adalah teori pengetahuan yang merupakan cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan ruang lingkup pengetahuan, pengandaian- pengandaian dan dasar-dasarnya serta pertanggung jawaban atas pertanyaan mengenai pengetahuan yang dimiliki. Dengan adanya penjelasan mengenai epistemologi, maka akan diketahui asal mulanya pengetahuan, terjadinya pengetahuan, dan sumber-sumber pengetahuan. Sehingga kita mengetahui dengan jelas dari mana kita mendapatkan pengetahuan dan cara memperolehnya. Sumber-sumber pengetahuan tersebut antara lain adalah alam, akal, hati, pengalaman indera, sejarah, intuisi, keyakinan, dan lainnya. Pengetahuan yang diperoleh manusia melalui akal, indra, dan sumber-sumber tersebut mempunyai metode tersendiri dalam pengetahuan tersebut. Dan tanpa sumber-sumber tersebut maka kita tidak tahu darimana pengetahuan itu berasal.
  • 20. 19 Daftar Pustaka Ahmad Hanafi, M.A. Pengantar Filsafat Islam, cet.V. Jakarta: PT Bulan Bintang, 1991. Amsal Bakhtiar. Filsafat Islam. Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997. Bakhtiar, Amsal. Filsafat Ilmu. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005. Jujun S.Suriasumantri. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer, cet.18. Jakarta:Pustaka Sinar Harapan, 2005. Kartanegara, Mulyadhi. Menyibak Tirai Kejahilan: Pengantar Epistemologi Islam. Bandung: Mizan, 2003 Muhammad Baqir Ash-Shadr. Falsafatuna. Cet.VI. Bandung: Mizan, 1998 Muthahhari, Murtadha. Mengenal Epistemologi: Sebuah Pembuktian Terhadap Rapuhnya Pemikiran Asing Dan Kokohnya Pemikiran Islam. Jakarta: Lentera, 2001. Surajiyo, Filsafat Ilmu Dan Perkembangannya di Indonesia: SuatuPengantar.ed.I,cet.3. Jakarta: Bumi Aksara, 2008.