E-learning di Malaysia masih terbilang baru dibandingkan negara lain. Tiga tantangan utama
pelaksanaannya adalah akses internet yang mahal dan tidak merata, kekurangan bahan ajar
bahasa Melayu, serta biaya tinggi untuk infrastruktur dan perawatan peralatan.
1. Perkembangan e-learning di Malaysia
Erwan Nur Arief
E-learning di Malaysia masih terbilang baru jika dibandingkan dengan negara-negara barat dan
Singapura. Di Malaysia, e-learning hanya terarah pada pembelajaran jarak jauh dan
pembelajaran berbasis online yang rata-rata hanya berada di tingkat universitas dan sekolah
swasta yang mempunyai kerja sama dengan universitas luar negeri dan biasanya iurannya yang
tergolong tinggi dan mahal.
Perbedaan antara pembelajaran tradisional dan e-learning, di dalam kelas tradisional,
pembelajaran berpusat pada guru. Guru dianggap sebagai orang yang mengetahui segala hal
dalam menyalurkan ilmu pengetahuan kepada siswa. Sedangkan dalam pembelajaran modul
hanya bergantung pada teks dalam buku dan pengetahuan siswa terbatas hanya pada isi dari
kandungan buku saja.
Selain itu, apabila pelajar tidak paham dalam materi pembelajaran di dalam kelas, kemudian
anak tersebut malu untuk bertanya maka siswa tersebut akan tetap tidak memahami isi pelajaran
yang diajarkan. Seorang guru tidak dapat memberikan perhatiannya kepada setiap individu
karena banyaknya siswa di dalam kelas. Penyampaian isi materi pelajaran bergantung pada
kemampuan guru untuk menciptakan suasana belajar yang menarik dan menyenangkan.
Pembelajaran hanya dilakukan secara formal di balik empat dinding kelas saja.
Sedangkan di dalam e-learning yang menjadi fokus utamanya adalah siswa. Di dalam
pembelajaran e-learning secara tidak langsung akan memaksa pelajar menjadi mandiri dan lebih
aktif dalam pembelajarannya karena perencanaan pembelajaran dilakukan oleh siswa itu sendiri.
Siswa membuat rencana dan mencari materi dengan usaha dan inisiatif sendiri.
Dalam pencarian materi pelajaran tidak terbatas dan materi pelajaran boleh dipilih sesuai dengan
keinginan siswa asalkan sesuai dengan materi yang akan dipelajari. Siswa tidak akan merasa
malu untuk mengulang materi pelajaran yang belum tercapai untuk dapat lebih memantapkan
pemahaman materi sebelum berlanjut ke materi baru. Selain itu dalam segi waktu lebih fleksibel
dan tidak terasa dikejar oleh waktu karena pembelajaran bisa dilakukan kapan saja dan Diana
saja asalkan terdapat komputer dan internet.
Materi pembelajaran dirancang dan disediakan secara profesional. Menggunakan alat multimedia
dalam penyampaian materi pelajaran supaya berkesan dan menarik. Dalam proses tanya jawab
lebih teratur dengan menggunakan teknologi yang tersedia. E-learning yang dikelola dengan baik
dapat menghasilkan pembelajaran yang berkesan dan sistematik untuk pelajar, guru, mentor, dan
fasilitator.
Segelintir pelajar-pelajar sekolah di Malaysia sudah mula menggunakan internet sebagai
sumber maklumat yang penting. Mereka juga sudah didedahkan kepada bahan e-learning
yang ada di pasaran tempatan. Ada juga pelajar yang sudah mula mencari penyelesaian
kepada masalah yang dihadapi oleh mereka melalui rakan sebaya di dalam chatgroup atau
buletin Board. (Alam Pendidikan Bulletin Board, 2001 : Tan,)
2. Penggunaan sumber ICT Yang terancang, menarik dan isi materi yang berkesan akan
menghasilkan siswa yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Siswa yang bertanggung jawab atas statusnya sebagai pelajar
2. Siswa dapat menentukan segala keperluan untuk proses belajarnya
3. Siswa dapat memilih materi pelajaran sesuai dengan kebutuhannya
4. Siswa mendapatkan pengetahuan baru berdasarkan komunikasi dua arah atau pencarian
sendiri.
Terdapat empat model pembelajaran yang mendukung pelaksanaan e-learning di sekolah-sekolah
Malaysia. Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan. Pemilihan model
pembelajaran bergantung pada tersedianya infrastruktur telekomunikasi dan peralatan yang
tersedia di sekolah. Model-modelnya sebagai berikut:
1. Model Selective
Digunakan bila jumlah komputer memadai, dan bahan e-learning berkualitas, maka dapat
ditunjukkan kepada siswa sebagai bahan demonstrasi saja. Jika jumlah komputer tidak
memadai, siswa diberi peluang untuk mendapat pengalamannya dengan bergantian.
2. Model Sequential
Digunakan jika jumlah komputer tidak memadai, pelajar dibagi dalam kelompok kecil
dari satu sumber ke sumber pelajaran lain. Bahan e-learning digunakan sebagai bahan
rujukan.
3. Model StaticStation
Digunakan jika jumlah komputer tidak memadai, guru mempunyai beberapa sumber
materi yang berbeda untuk mencapai objektif pelajaran yang sama. E-learnng digunakan
oleh kelompok siswa ketika siswa lain menggunakan sumber belajar lain untuk mencapai
objektif pelajaran yang sama.
4. Model Laboratory
Digunakan jika jumlah komputer memadai untuk semua siswa, dan materi e-learning
dapat digunakan oleh semua siswa sebagai pembelajaran mandiri. Model ini digunakan
bila sekolah memiliki komputer yang dilengkapi dengan fasilitas internet.
3. Sekolah Pintar
Proyek rintis Sekolah Pintar sebelumnya telah dilaksanakan oleh Telekom Smart SchoolSdnBhd
(TSS). TSS dibentuk pada Juni 1999 untuk melaksanakan Proyek Sekolah Bestari Koridor Raya
Multimedia, MSC. Dua aspek penting harus terdapat pada sekolah yang akan menjadi Sekolah
Pintar adalah kemudahan dalam infrastruktur IT dan latihan guru.
Sehingga pada 31 Januari 2003, terdapat 7.498 sekolah dasar dan 1.881 sekolah menengah di
negara Malaysia, dan jumlah seluruh sekolah di Malaysia terdapat 9.279 sekolah. Dari jumlah
tersebut, terdapat Sekolah Pintar sebanyak 387 sekolah, yaitu 87 yang sudah menjadi Sekolah
Pintar dan 300 sekolah lagi segera akan menjadi Sekolah Pintar. Terdapat sebanyak 100 Sekolah
Pintar pada 2004 dan 200 Sekolah Pintar pada 2005. (Utusan Pendidikan, 11 November 2003).
sekolah Bestari baru yang bakal diwujudkan menjelang tahun 2005 dijangka akan
menampilkan ciri-ciri pendidikan bestari terbaik, lebih dan terkini...tidak semestinya kita
akan menggunakan konsep Sekolah Bestari yang sama seperti yang digunakan sebelum
ini...(Utusan Pendidikan, 22 November 2003, ChangFoong Mae)
...perancangan yang lebih terancang dan sistematik dibuat untuk mencapai sasaran satu
komputer bagi setiap 10 orang pelajar di sekolah rendah dan menengah di seluruh negara
menjelang pertengahan tempo pembangunan ini dan seterusnya dipertingkatkan lagi
selepas itu kepada satu komputer setiap lima pelajar...
Kutipan perkataan YB Tan Sri Musa bin Mohamad, Menteri Pendidikan dalam Seminar
pembangunan Pendidikan 2001-2010.
Strategi yang digunakan dalam Sekolah Pintar adalah :
1. Menghasilkan tenaga kerja yang berpemikiran literasi teknologi
2. Melahirkan siswa yang berpikir kreatif dan kritis
3. Mendukung pembangunan individu secara menyeluruh
4. Menyediakan peluang untuk meningkatkan potensi dan kecakapan setiap individu
5. Pendidikan bersifat demokrasi
Isu Dan Permasalahan Dalam Pelaksanaan E-Learning
1. Akses/biaya pengendalian
Akses pada ICT merupakan masalah utama di Malaysia. 83% masyarakat di kawasan luar
bandar dan 60% di kawasan bandar untuk dapat mengakses ICT tergolong mahal. Dari
1,5 juta rakyat Malaysia yang menggunakan internet, 50% berada di kawasan
4. Selangordan Wilayah Persekutuan. Ini mewujudkan jurang digital yang ketara di dalam
masyarakat Malaysia (EducaionQuarterly:35 :2001). Ketiadaan akses internet merupakan
masalah utama yang dirasakan oleh sekolah-sekolah tertentu. Begitu juga sekolah yang
tidak memiliki komputer atau listrik memberikan cambukan yang hebat dalam
pelaksanaan e-learning.
2. Kekurangan Bahan Pengajaran dan Pembelajaran
Kekurangan bahan pengajaran dan pembelajaran Bahasa Melayu juga membuat resah.
Bahasa Inggris digunakan hampir 80% pada halaman web (Media Asia: 176, 1999).
3. Biaya peralatan/infrastruktur
Melibatkan biaya yang tinggi untuk mendapatkan infrastruktur telekomunikasi, peralatan
dan software. Biaya perawatan komputer pun harus dipertimbangkan. Software pun
sebaiknya membeli yang asli bukan bajakan. Tentu saja hal ini membutuhkan biaya yang
sangat tinggi karena satu software hanya untuk satu komputer.