SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  12
Makalah Teknologi pencelupan III

PENCELUPAN SERAT POLIESTER – CDP DENGAN ZAT WARNA DISPERSI
                         KATIONIK METODA EXHAUST

 I.     Teori Dasar
 Serat poliester
 Serat Poliester Serat poliester dikembangkan oleh J.R. Whinfield dan J.T.Dickson dari
 Printers Assosiation.I.C.I. di Inggris memproduksi serat poliester dengan nama
 Terylene dan kemudian Du pont di Amerika pada tahun 1953 juga membuat serat
 poliester berdasarkan patent dari Inggris dengan nama Dacron. Poliester dibuat dari
 asam tereftalat dan etilena glikol.
 Sifat fisik yang penting dari serat poliester seperti kristalitas yang tinggi, pengembunan
 yang terbatas di dalam air dan kekompakannya, menyebabkan kesulitan dalam
 penyerapan zat warna dispersi oleh serat. Hal ini diperlihatkan dalam kecepatan
 difusinya yang rendah di dalam serat. Kecepatan difusi dapat dinaikkan dengan
 menggunakan zat pengemban atau dengan mencelup pada suhu tinggi. Penggunaan zat
 pengemban dalam pencelupan memberikan suatu masalah, karena zat pengemban
 tersebut mempengaruhi sifat fisik serat polyester oleh karena itu pemakaiannya perlu
 mendapatkan kontrol. Kekurangan atau kelebihan pemakaian akan menghasilkan warna
 tidak sesuai dengan yang diinginkan. Serat poliester memegang peranan penting dalam
 industri tekstil dewasa ini, demikian pula untuk masa yang akan datang, dengan sifat
 utamanya enak dipakai dan tahan kusut, maka serat poliester cocok untuk pakaian
 wanita dan pria.
 struktur molekul : difenil, metil naftalena, triklorbenzena, ortho fhenil fhenol.

                         Gambar 1. Reaksi pembuatan dacron



 NHOOC                COOH + n HO(CH2)2OH



 Asam Tereftalat                        Etilena Glikol



 HO      OC                     COO(CH2)2O      NH+ (2n-1)H2O

                                                         n
Ketahanan terhadap reduktor
Serat poliester mempunyai ketahanan yang baik terhadap zat reduktor. Jika serat
poliester dikerjakan dalam larutan reduktor dengan suhu yang cukup tinggi dan waktu
yang relatif lama, hampir tidak ada penurunan kekuatan serat.


Ketahanan terhadap asam
Ketahanan serat poliester terhadap asam kuat, seperti asam klorida dan asam sulfat
kurang baik, tetapi terhadap asam lemah ketahanannya cukup baik. Jika serat poliester
dikerjakan dalam larutan asam lemah mendidih, penurunan kekuatannya hampir tidak
ada.


Ketahanan terhadap oksidator
Jika serat poliester dikerjakan dalam larutan oksidator dengan konsentrasi oksidator
lebih pekat dari pada untuk proses pemutihan, penurnan, kekuatannya hampir tidak ada.


Ketahanan terhadap alkali
Ketahanan serat poliester terhadap alkali lemah pada suhu kamar cukup baik, tetapi jika
suhu larutan dinaikkan sampai 100oC atau lebih dalam waktu yang cukup lama,
kekuatan serat poliester akan menurun. Pengaruh alkali terhadap serat poliester
ditentukan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah waktu proses, suhu proses, dan
kuat atau lemahnya alkali yang digunakan.


Ketahanan terhadap pelarut organik
Serat poliester larut dalam metakresol panas, asam trifluoro-asetat orto-khlorofenol,
campuran 7 bagian trikhlorofenol dan bagian fenol dan campuran 2 bagian
tetrakhloroetana dengan 3 bagian fenol. Serat poliester tahan terhadap serangga, jamur,
dan bakteri.
Zat Warna Dispersi

       Zat warna dispersi termasuk zat warna yang tidak larut dalam air, tetapi hanya
terdispersi. Digunakan untuk mewarnai serat-serat hidrofob.

       Molekul zat warna ini relatif kecil, sederhana, dan tidak memiliki gugus pelarut.
Menurut bentuk kimianya, zat warna dispersi merupakan senyawa azo atau antrakinon
dengan BM kecil dan tidak mengandung gugus pelarut. Dalam perdagangan, zat warna
dispersi merupakan senyawa-senyawa aromatik yang mengandung gugus-gugus
hidroksil atau amina yang berfungsi sebagai donor atom hidrogen untuk mengadakan
ikatan dengan gugus-gugus karbonil dalam serat.

Sifat-sifat umum zat warna dispersi menurut J.L. Edward adalah sebagai berikut :

1. Mempunyai berat molekul yang relatif kecil.
2. Kelarutan dalam medium air kecil, tetapi kelarutan dalam serat relatif besar.
3. Umumnya tidak mengion di dalam air.
4. Apabila dihaluskan dan didispersikan dengan zat pendispersi dapat dihasilkan
    dispersi yang stabil dalam larutan celup dengan ukuran 0,5-2,0 mikron.
5. Mempunyai titik leleh sekitar 150oC.
6. Mempunyai tingkat kejenuhan 30-200 mg zat warna per gram serat.
Berdasarkan ketahanan sublimasinya, zat warna dispersi dapat digolongkan menjadi 4
kelompok, yaitu :

Tipe     Zat   warna                  Exhaust                 Padd Thermosol
Dispersi               Carrier suhu          HT/HP suhu
                       1000C                 1300C
A                                Untuk Serat Poliakrilat,Selulosa Asetat
B (E)                  √                     x                X

C (SE)                 √                     √                √
D (S)                  X                     √                √



1. Golongan A
    Golongan ini memiliki kerataan yang sangat baik karena daya migrasinya sangat
    tinggi dengan ukuran molekul yang sangat kecil. Tetapi mempunyai suhu sublimasi
    yang paling kecil yaitu sekitar 180oC.

2. Golongan B
    Golongan ini memiliki kerataan yang baik karena daya migrasinya juga tinggi
    dengan ukuran molekul yang kecil dan mempunyai suhu sublimasi 190oC.

3. Golongan C
    Golongan ini memiliki kerataan lebih jelek dari golongan B karena daya migrasinya
    juga lebih rendah dengan ukuran molekul yanglebih besar dan mempunyai suhu
    sublimasi sekitar210oC.
4. Golongan D
   Golongan ini memiliki kerataan yang paling jelek karena daya migrasinya paling
   rendah dengan ukuran molekulyang paling besar dan mempunyai suhu sublimasi
   sekitar 220oC.

      CDP

Sedangkan CDP merupakan kopoliester yang dihasilkan dari kopolimerisasi komponen
ketiga yang dapat mengikat zat warna kation (zat warna basa). Komponen ketiga yang
biasa ditambahkan adalah asam sulfoisoftalat dengan rumus kimianya sebagai berikut :

                                HOOC           COOH



                                          SO 3Na


KetahananTerhadapAsam
Ketahanancukupbaikterhadapasamlemah,
tetapimudahterpengaruholehasamkuat.Ketahanan         CDP    terhadapasamberbada-beda,
tergantungkepadajenisdankonsentrasiasamnya, temperaturdanwaktupengerjaannya.

KetahananTerhadap Alkali
Ketahananterhadap alkali lemahpadatemperatur yang rendah, tetapijikatemperaturdiatas
1000C ataulebihdalamwaktu yang lama akanmenurunkankekuatanserat. Jikaserat CDP
dididihkandalam alkali dibawahtekanan, makakerusakanakansemakincepatJikaserat
CDP                 dioksidasidalam                alkali           kuatsepertiNaOH,
akanterjadihidrolisapadapermukaanserat.

KetahananTerhadapReduktordanOksidator
Serat CDP kurang tahan terhadap reduktor, kekuatan akan cepat menurun, jika
dikerjakan pada waktu yang lama. Tetapi tahan terhadap oksidator

Zat warna basa
      Zat warna ini umumnya merupakan garam-garam klorida atau oksalat dari basa-
basa organik, misalnya basa amonium, oksonium, dan sering pula merupakan garam
rangkap dengan seng klorida. Oleh karena kromofor dari zat warna ini terdapat pada
kationnya, maka zat warna ini disebut juga zat warna kation. Warna-warnanya cerah
tetapi tahan lunturnya kurang baik.
Zat warna ini mempunyai daya serap terhadap serat-serat protein. Beberapa zat
warna basa yang telah dikembangkan dapat juga untuk mencelup serat poliakrilat. Pada
serat tersebut, zat warna basa memiliki tahan luntur dan tahan sinar yang baik.

     Zat warna basa selalu terionkan di dalam air dengan gugus pembawa warna
bersifat kation. Ikatannya dengan serat merupakan ikatan ionik sehingga kemampuan
migrasinya sangat jelek. Karena itu agar hasil pencelupan rata, maka harus diusahakan
warna sudah rata sejak awal pencelupan. Zat perata untuk zat warna basa adalah dari
jenis pendispersi nonionik, perata anionik, dan perata kationik.

     Zat warna basa merupakan suatu garam basa yang umumnya mempunyai struktur:
HO-R-(C6H4)-NH2 yang dapat membentuk garam dengan asam sebagai berikut :


                                                                     +      -
              R              NH2 + HCl              R              N H Cl
              OH
Zat warna basa memiliki sifat-sifat sebagai berikut :

   1. Memiliki kecerahan dan intensitas warna yang tinggi.
   2. Larut dalam alkohol tetapi tidak mudah larut dalam air.
   3. Pendidihan yang lama dapat menurunkan intensitas warna.
   4. Penambahan alkali kuat dalam larutan zat warna basa akan membentuk basa zat
       warna basa yang tidak berwarna. Bila ditambahkan asam, maka akan terbentuk lagi
       bentuk garamnya yang berwarna. Basa tersebut larut dalam eter.
   5. Karena bersifat kationik, maka dapat diendapkan oleh zat warna direk dan zat warna
       asam terutama dalam larutan yang tidak encer.
   6. Ketahanan sinar dan cucinya kurang karena itu perlu pengerjaan iring.
   Beberapa reduktor dapat mengubah zat warna menjadi basanya yang tidak berwarna.


   Zat Pengemban

   Zat pengemban sebagai suatu zat pembantu kimia yang kelarutannya dalam air sangat
   terbatas, akan melancarkan penetrasi dan penyerapan zat warna. Zat pengemban yang
   diperdagangkan mengandung zat pengemulsi yang berfungsi untuk mempertahankan
   kestabilan zat pengemban dan agar teremulsi dengan baik di dalam larutan. Zat
   pengemban mempunyai bermacam-macam struktur kimia, beberapa diantaranya yang
   banyak dipakai di dalam pencelupan serat poliester adalah difenil, o-fenilfenol,
   metliriaftalena, triklorbenzena dll. Kelarutan zat pengemban memegang peranan penting
   dalam mekanisme pencelupan dengan zat pengemban. Zat pengemban diperlukan dalam
   pencelupan serat-serat sintetik hidrofob untuk mendapatkan difusi zat warna. Karena
   mempunyai fungsi mempercepat pencelupan maka zat pengemban disebut juga sebagai
   “dyeing accelerant” atau pendorong pencelupan.

   Penggunaan garam glauber pada pencelupan
         Pencelupan CDP dengan zat warna basa dan dispersi pada temperatur dan tekanan
   tinggi serta pH rendah perlu menggunakan garam glauber. Garam ini mencegah
   penurunan kekuatan serat (akibat hidrolisa gugus tambahannya yaitu asam sulfoisoftalat),
   mempengaruhi migrasi dan daya absorpsi zat warna, serta kecepatan pencelupan.
Pengaruh Ph terhadap kekuatan serat CDP
Pencelupan pada pH rendah dapat menurunkan kekuatan serat CDP melalui hidrolisa
gugus tambahannya. Disamping mempengaruhi kekuatan serat, pH juga memberikan efek
terhadap hasil celupan yaitu ketahanan warnanya, corak dan kesempurnaan.
      Bila pH pencelupan makin besar, zat warna basa menjadi tidak stabil pada
temperatur tinggi sehingga dapat terurai. Maka hasil pencelupan akan berwarna muda dan
menurunkan ketahanan serat terhadap sinar.

      Bila pencelupan dengan temperatur tinggi dan pH yang rendah, maka CDP akan
terhidrolisa. Walaupun kestabilan larutan celup pada temperatur tinggi dan pH rendah
akan bertambah, tetapi penurunan kekuatan serat akan terjadi dengan cepat.

    II.    Proses pencelupan

Mekanisme Pencelupan
-   Mekanisme Pencelupan Kain CDP dengan Zat Warna Dispersi
          Pencelupan CDP dengan zat warna dispersi sama dengan pencelupan poliester
    biasa menggunakan zat warna dispersi karena pada serat CDP masih memiliki sifat
    sifat yang mirip poliester. Mekanisme pencelupan zat warna dispersi adalah solid
    solution dimana suatu zat padat akan larut dalam zat padat lain. Dalam hal ini, zat
    warna merupakan zat padat yang larut dalam serat.

          Mekanisme lain menjelaskan demikian : zat warna dispersi berpindah dari
    keadaan agregat dalam larutan celup masuk kedalam serat sebagai bentuk molekuler.
    Pigmen zat warna dispersi larut dalam jumlah yang kecil sekali, tetapi bagian zat
    warna yang terlarut tersebut sangat mudah terserap oleh bahan. Sedangkan bagian
    yang tidak larut merupakan timbunan zat warna yang sewaktu-waktu akan larut
    mempertahankan kesetimbangan.
          Bagian zat warna dalam bentuk agregat, pada suatu saat akan terpecah menjadi
    terdispersi monomolekuler. Zat warna dispersi dalam bentuk ini akan masuk ke dalam
    serat melalui pori-pori serat.
-   Mekanisme Pencelupan Kain CDP dengan Zat Warna Basa
          Secara umum, pencelupan CDP bertujuan memindahkan zat warna basa dari
    medium pencelupan ke dalam serat melalui distribusi yang merata disertai dengan
    sifat-sifat ketahanan warna yang optimum dari hasil celupannya, juga memelihara
    akibat sampingan yang minimum terhadap kekuatan serat itu sendiri.
Resep
-    Zat pendispersi       :1 %
-    Zat Warna Basa        : 1%
-    CH3COONa              : 1 ml/L
-    CH3COOH               : Ph 4-5
-    Carier                : 1 ml/L (pada suhu 1000C)
-    NaCl                  :20 gr/L (pada suhu 1300C)
    Resep R/C
-    Na2S2O4               :1ml/L

-    NaOH                  :1ml/L



     Skema Proses Pencelupan Carier


                Zat Warna Dispersi
                Zat Warna Basa
                Pendispersi        100°C
     T °C       Asam Asetat
                Natrium Asetat
                Carrier
                                                              70°C   Cuci Sabun

        40°C




                  10’        10’             45’                     10’
                                                   t’ menit
Skema Proses Pencelupan HT/HP



              Zat Warna Basa
              Natrium Asetat
              CH3COOH,NaCl                                130°C
 T °C
                                       800C
                                                                     70°C
                           0
                                                                            Cuci Sabun
                      50

       40°C




                10’        10’   15’   10’    15’   10’        45’   10’       15’
                                                          t’ menit



III.     Kekurangan dan kelebihan

Pencelupan dengan Metoda Carier
Penelupan dilakukan pada suhu lebih rebdah sehingga energi yang di pergunakan
tidak tinggi, tetapo dengan adanya carier merugikan karena carier bersifat racun.
Metode Pencelupan dengan Suhu Mendidih
Cara ini merupakan alternatif dari cara pencelupan yang dikehendaki dengan jalan
                                                                       o
menaikkan suhu dalam metode ini umumnya berkisar antara 130 C. Dengan cara
menaikkan suhu maka waktu pencelupan lebih pendek dan ketuaan warna lebih
tinggi, serta pengerjaan lebih mudah, tahan lunturnya lebih baik. Suhu sangat
berpengaruh terhadap hasil pencelupan. Penelitian yang dilakukan oleh Hafild dan
Brodadust mendapatkan bahwa hasil warna dan kerataan pencelupan juga tergantung
pada suhu.
IV.      Kesimpulan
1. Pencelupan Serat Poliester – Cdp Dengan Zat Warna Dispersi Kationik Metoda
      Exhaust dapat denggan dua cara pencelupan Carier dan HT/HP
2. Untuk metoda carier suhu 1000C dengan penambahan carrier
3. Untuk metoda HT/HP suhu 1300C dengan penambahan NaCl.
4. Zat warna dispersi yang digunakan untuk metoda carrier adalah E dan SE
5. Zat warna dispersi yang digunakan untuk metodaHT/HP adalah S dan SE
6. pH rendah dapat menurunkan kekuatan serat CDP melalui hidrolisa gugus
      tambahannya. Bila pH pencelupan makin besar, zat warna basa menjadi tidak
      stabil pada temperatur tinggi sehingga dapat terurai. Maka hasil pencelupan akan
      berwarna muda dan menurunkan ketahanan serat terhadap sinar.
Daftar Pustaka
   Gitopadmojo, Isminingsih. 2003. Zat Pembantu Tekstil. Bandung: Sekolah Tinggi
    Teknologi Tekstil.
   Karyana, Dede. 2005. Bahan Ajar Praktek Pencelupan. Bandung: Sekolah Tinggi
    Teknologi
   Tekstil.
   Karyana, Dede. 2011. Kimia zat warna . Bandung : Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil.
   Karyana, Dede. 2011. Teori pencelupan 2. Bandung : Sekolah Tinggi Teknologi
    Tekstil.
   Karyana, Dede. 2009. Pencelupan CDP Dengan Zat Warna Dispersi. Bandung:

    Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil.

   Karyana, Dede. 2011. Pencelupan CDP dengan Zat Warna Basa. Bandung: Sekolah
    Tinggi Teknologi Tekstil.
MAKALAH TEKNOLOGI PENCELUPAN II

Pencelupan Serat Poliester – Cdp Dengan Zat Warna Dispersi Kationik Metoda
                                           Exhaust




  Disusun oleh;
  Nama                               : Endi Juariah              (09.K40007)
                                      Norma Yulanda              (09.K40013)
                                      Nurul Husna                (09.K40029)
  Grup                               : K – 1,2
  Dosen                              : Dede Karyana
  Tanggal Laporan                    : 4 Juni 2012




   SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TEKSTIL BANDUNG 2012
                  JL.Jakarta no. 31 Bandung 40172 telp (022) 7272580 Fak 7271694

Contenu connexe

Tendances

Analisa kerusakan serat selulosa scr kualitatif
Analisa kerusakan serat selulosa scr kualitatifAnalisa kerusakan serat selulosa scr kualitatif
Analisa kerusakan serat selulosa scr kualitatif
Operator Warnet Vast Raha
 

Tendances (20)

Uji zat warna pada selulosa
Uji zat warna pada selulosaUji zat warna pada selulosa
Uji zat warna pada selulosa
 
Celup poliester disperse carrier
Celup poliester   disperse carrierCelup poliester   disperse carrier
Celup poliester disperse carrier
 
LAPORAN PRAKTEK PENGANJIAN (SIZING) PADA BENANG
LAPORAN PRAKTEK PENGANJIAN (SIZING) PADA BENANG LAPORAN PRAKTEK PENGANJIAN (SIZING) PADA BENANG
LAPORAN PRAKTEK PENGANJIAN (SIZING) PADA BENANG
 
Identifikasi protein
Identifikasi proteinIdentifikasi protein
Identifikasi protein
 
Analisa kerusakan serat selulosa scr kualitatif
Analisa kerusakan serat selulosa scr kualitatifAnalisa kerusakan serat selulosa scr kualitatif
Analisa kerusakan serat selulosa scr kualitatif
 
Proses pengelantangan
Proses pengelantanganProses pengelantangan
Proses pengelantangan
 
PRAKTEK PENGELANTANGAN KAIN CAMPURAN (TC) SECARA SIMULTAN
PRAKTEK PENGELANTANGAN KAIN CAMPURAN (TC) SECARA SIMULTANPRAKTEK PENGELANTANGAN KAIN CAMPURAN (TC) SECARA SIMULTAN
PRAKTEK PENGELANTANGAN KAIN CAMPURAN (TC) SECARA SIMULTAN
 
PENCELUPAN KAIN KAPAS SECARA BATCHING (CPB) DENGAN ZAT WARNA REAKTIF DINGIN
PENCELUPAN KAIN KAPAS SECARA BATCHING (CPB) DENGAN ZAT WARNA REAKTIF DINGINPENCELUPAN KAIN KAPAS SECARA BATCHING (CPB) DENGAN ZAT WARNA REAKTIF DINGIN
PENCELUPAN KAIN KAPAS SECARA BATCHING (CPB) DENGAN ZAT WARNA REAKTIF DINGIN
 
Celup poliester disperse pengaruh p h
Celup poliester   disperse pengaruh p hCelup poliester   disperse pengaruh p h
Celup poliester disperse pengaruh p h
 
Laporan pp 3
Laporan pp 3Laporan pp 3
Laporan pp 3
 
Sutera
SuteraSutera
Sutera
 
Celup akrilat basa
Celup akrilat   basaCelup akrilat   basa
Celup akrilat basa
 
Laporan simultan pada kain kapas by benkur
Laporan simultan pada kain kapas by benkurLaporan simultan pada kain kapas by benkur
Laporan simultan pada kain kapas by benkur
 
Poliester weight reduce
Poliester weight reducePoliester weight reduce
Poliester weight reduce
 
Lap 4.cap naftol
Lap 4.cap naftolLap 4.cap naftol
Lap 4.cap naftol
 
Lap 8. poliakrilat basa
Lap 8. poliakrilat basaLap 8. poliakrilat basa
Lap 8. poliakrilat basa
 
Celup nilon asam
Celup nilon   asamCelup nilon   asam
Celup nilon asam
 
Deguming sutera zhie
Deguming sutera zhieDeguming sutera zhie
Deguming sutera zhie
 
Celup poliester disperse pengaruh hs
Celup poliester   disperse pengaruh hsCelup poliester   disperse pengaruh hs
Celup poliester disperse pengaruh hs
 
Poliester bleaching
Poliester bleachingPoliester bleaching
Poliester bleaching
 

Similaire à Makalah celup iii

Similaire à Makalah celup iii (20)

Karya ilmiah
Karya ilmiahKarya ilmiah
Karya ilmiah
 
Karya ilmiah
Karya ilmiahKarya ilmiah
Karya ilmiah
 
Karya ilmiah
Karya ilmiahKarya ilmiah
Karya ilmiah
 
Identifikaspoliester
IdentifikaspoliesterIdentifikaspoliester
Identifikaspoliester
 
Celup akrilat basa
Celup akrilat   basaCelup akrilat   basa
Celup akrilat basa
 
Celup akrilat basa
Celup akrilat   basaCelup akrilat   basa
Celup akrilat basa
 
Celup poliester disperse pengaruh p h
Celup poliester   disperse pengaruh p hCelup poliester   disperse pengaruh p h
Celup poliester disperse pengaruh p h
 
Celup poliester disperse pengaruh p h
Celup poliester   disperse pengaruh p hCelup poliester   disperse pengaruh p h
Celup poliester disperse pengaruh p h
 
Uas basaq
Uas basaqUas basaq
Uas basaq
 
Uas basaq
Uas basaqUas basaq
Uas basaq
 
Asam karboksilat dan turunannya dalam kehidupan
Asam karboksilat dan turunannya dalam kehidupanAsam karboksilat dan turunannya dalam kehidupan
Asam karboksilat dan turunannya dalam kehidupan
 
Uas basaqq
Uas basaqqUas basaqq
Uas basaqq
 
Uas basaqq
Uas basaqqUas basaqq
Uas basaqq
 
Celup poliester disperse pengaruh hs
Celup poliester   disperse pengaruh hsCelup poliester   disperse pengaruh hs
Celup poliester disperse pengaruh hs
 
Celup poliester disperse pengaruh hs
Celup poliester   disperse pengaruh hsCelup poliester   disperse pengaruh hs
Celup poliester disperse pengaruh hs
 
Celup poliester disperse carrier
Celup poliester   disperse carrierCelup poliester   disperse carrier
Celup poliester disperse carrier
 
Celup poliester disperse carrier
Celup poliester   disperse carrierCelup poliester   disperse carrier
Celup poliester disperse carrier
 
Celup nilon asam
Celup nilon   asamCelup nilon   asam
Celup nilon asam
 
Celup cdp zw kationik
Celup cdp   zw kationikCelup cdp   zw kationik
Celup cdp zw kationik
 
Biokimia i lipid
Biokimia i lipidBiokimia i lipid
Biokimia i lipid
 

Dernier

Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
JarzaniIsmail
 
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docxKisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
FitriaSarmida1
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
nabilafarahdiba95
 

Dernier (20)

MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusiaKonseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
 
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
 
PANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptx
PANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptxPANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptx
PANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptx
 
668579210-Visi-Gp-Berdasarkan-Tahapan-Bagja.pdf
668579210-Visi-Gp-Berdasarkan-Tahapan-Bagja.pdf668579210-Visi-Gp-Berdasarkan-Tahapan-Bagja.pdf
668579210-Visi-Gp-Berdasarkan-Tahapan-Bagja.pdf
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
 
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYSOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanProgram Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
 
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptxMemperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan BerkelanjutanTopik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
Prakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptx
Prakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptxPrakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptx
Prakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptx
 
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docxKisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
 

Makalah celup iii

  • 1. Makalah Teknologi pencelupan III PENCELUPAN SERAT POLIESTER – CDP DENGAN ZAT WARNA DISPERSI KATIONIK METODA EXHAUST I. Teori Dasar Serat poliester Serat Poliester Serat poliester dikembangkan oleh J.R. Whinfield dan J.T.Dickson dari Printers Assosiation.I.C.I. di Inggris memproduksi serat poliester dengan nama Terylene dan kemudian Du pont di Amerika pada tahun 1953 juga membuat serat poliester berdasarkan patent dari Inggris dengan nama Dacron. Poliester dibuat dari asam tereftalat dan etilena glikol. Sifat fisik yang penting dari serat poliester seperti kristalitas yang tinggi, pengembunan yang terbatas di dalam air dan kekompakannya, menyebabkan kesulitan dalam penyerapan zat warna dispersi oleh serat. Hal ini diperlihatkan dalam kecepatan difusinya yang rendah di dalam serat. Kecepatan difusi dapat dinaikkan dengan menggunakan zat pengemban atau dengan mencelup pada suhu tinggi. Penggunaan zat pengemban dalam pencelupan memberikan suatu masalah, karena zat pengemban tersebut mempengaruhi sifat fisik serat polyester oleh karena itu pemakaiannya perlu mendapatkan kontrol. Kekurangan atau kelebihan pemakaian akan menghasilkan warna tidak sesuai dengan yang diinginkan. Serat poliester memegang peranan penting dalam industri tekstil dewasa ini, demikian pula untuk masa yang akan datang, dengan sifat utamanya enak dipakai dan tahan kusut, maka serat poliester cocok untuk pakaian wanita dan pria. struktur molekul : difenil, metil naftalena, triklorbenzena, ortho fhenil fhenol. Gambar 1. Reaksi pembuatan dacron NHOOC COOH + n HO(CH2)2OH Asam Tereftalat Etilena Glikol HO OC COO(CH2)2O NH+ (2n-1)H2O n
  • 2. Ketahanan terhadap reduktor Serat poliester mempunyai ketahanan yang baik terhadap zat reduktor. Jika serat poliester dikerjakan dalam larutan reduktor dengan suhu yang cukup tinggi dan waktu yang relatif lama, hampir tidak ada penurunan kekuatan serat. Ketahanan terhadap asam Ketahanan serat poliester terhadap asam kuat, seperti asam klorida dan asam sulfat kurang baik, tetapi terhadap asam lemah ketahanannya cukup baik. Jika serat poliester dikerjakan dalam larutan asam lemah mendidih, penurunan kekuatannya hampir tidak ada. Ketahanan terhadap oksidator Jika serat poliester dikerjakan dalam larutan oksidator dengan konsentrasi oksidator lebih pekat dari pada untuk proses pemutihan, penurnan, kekuatannya hampir tidak ada. Ketahanan terhadap alkali Ketahanan serat poliester terhadap alkali lemah pada suhu kamar cukup baik, tetapi jika suhu larutan dinaikkan sampai 100oC atau lebih dalam waktu yang cukup lama, kekuatan serat poliester akan menurun. Pengaruh alkali terhadap serat poliester ditentukan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah waktu proses, suhu proses, dan kuat atau lemahnya alkali yang digunakan. Ketahanan terhadap pelarut organik Serat poliester larut dalam metakresol panas, asam trifluoro-asetat orto-khlorofenol, campuran 7 bagian trikhlorofenol dan bagian fenol dan campuran 2 bagian tetrakhloroetana dengan 3 bagian fenol. Serat poliester tahan terhadap serangga, jamur, dan bakteri. Zat Warna Dispersi Zat warna dispersi termasuk zat warna yang tidak larut dalam air, tetapi hanya terdispersi. Digunakan untuk mewarnai serat-serat hidrofob. Molekul zat warna ini relatif kecil, sederhana, dan tidak memiliki gugus pelarut. Menurut bentuk kimianya, zat warna dispersi merupakan senyawa azo atau antrakinon dengan BM kecil dan tidak mengandung gugus pelarut. Dalam perdagangan, zat warna dispersi merupakan senyawa-senyawa aromatik yang mengandung gugus-gugus
  • 3. hidroksil atau amina yang berfungsi sebagai donor atom hidrogen untuk mengadakan ikatan dengan gugus-gugus karbonil dalam serat. Sifat-sifat umum zat warna dispersi menurut J.L. Edward adalah sebagai berikut : 1. Mempunyai berat molekul yang relatif kecil. 2. Kelarutan dalam medium air kecil, tetapi kelarutan dalam serat relatif besar. 3. Umumnya tidak mengion di dalam air. 4. Apabila dihaluskan dan didispersikan dengan zat pendispersi dapat dihasilkan dispersi yang stabil dalam larutan celup dengan ukuran 0,5-2,0 mikron. 5. Mempunyai titik leleh sekitar 150oC. 6. Mempunyai tingkat kejenuhan 30-200 mg zat warna per gram serat. Berdasarkan ketahanan sublimasinya, zat warna dispersi dapat digolongkan menjadi 4 kelompok, yaitu : Tipe Zat warna Exhaust Padd Thermosol Dispersi Carrier suhu HT/HP suhu 1000C 1300C A Untuk Serat Poliakrilat,Selulosa Asetat B (E) √ x X C (SE) √ √ √ D (S) X √ √ 1. Golongan A Golongan ini memiliki kerataan yang sangat baik karena daya migrasinya sangat tinggi dengan ukuran molekul yang sangat kecil. Tetapi mempunyai suhu sublimasi yang paling kecil yaitu sekitar 180oC. 2. Golongan B Golongan ini memiliki kerataan yang baik karena daya migrasinya juga tinggi dengan ukuran molekul yang kecil dan mempunyai suhu sublimasi 190oC. 3. Golongan C Golongan ini memiliki kerataan lebih jelek dari golongan B karena daya migrasinya juga lebih rendah dengan ukuran molekul yanglebih besar dan mempunyai suhu sublimasi sekitar210oC.
  • 4. 4. Golongan D Golongan ini memiliki kerataan yang paling jelek karena daya migrasinya paling rendah dengan ukuran molekulyang paling besar dan mempunyai suhu sublimasi sekitar 220oC. CDP Sedangkan CDP merupakan kopoliester yang dihasilkan dari kopolimerisasi komponen ketiga yang dapat mengikat zat warna kation (zat warna basa). Komponen ketiga yang biasa ditambahkan adalah asam sulfoisoftalat dengan rumus kimianya sebagai berikut : HOOC COOH SO 3Na KetahananTerhadapAsam Ketahanancukupbaikterhadapasamlemah, tetapimudahterpengaruholehasamkuat.Ketahanan CDP terhadapasamberbada-beda, tergantungkepadajenisdankonsentrasiasamnya, temperaturdanwaktupengerjaannya. KetahananTerhadap Alkali Ketahananterhadap alkali lemahpadatemperatur yang rendah, tetapijikatemperaturdiatas 1000C ataulebihdalamwaktu yang lama akanmenurunkankekuatanserat. Jikaserat CDP dididihkandalam alkali dibawahtekanan, makakerusakanakansemakincepatJikaserat CDP dioksidasidalam alkali kuatsepertiNaOH, akanterjadihidrolisapadapermukaanserat. KetahananTerhadapReduktordanOksidator Serat CDP kurang tahan terhadap reduktor, kekuatan akan cepat menurun, jika dikerjakan pada waktu yang lama. Tetapi tahan terhadap oksidator Zat warna basa Zat warna ini umumnya merupakan garam-garam klorida atau oksalat dari basa- basa organik, misalnya basa amonium, oksonium, dan sering pula merupakan garam rangkap dengan seng klorida. Oleh karena kromofor dari zat warna ini terdapat pada kationnya, maka zat warna ini disebut juga zat warna kation. Warna-warnanya cerah tetapi tahan lunturnya kurang baik.
  • 5. Zat warna ini mempunyai daya serap terhadap serat-serat protein. Beberapa zat warna basa yang telah dikembangkan dapat juga untuk mencelup serat poliakrilat. Pada serat tersebut, zat warna basa memiliki tahan luntur dan tahan sinar yang baik. Zat warna basa selalu terionkan di dalam air dengan gugus pembawa warna bersifat kation. Ikatannya dengan serat merupakan ikatan ionik sehingga kemampuan migrasinya sangat jelek. Karena itu agar hasil pencelupan rata, maka harus diusahakan warna sudah rata sejak awal pencelupan. Zat perata untuk zat warna basa adalah dari jenis pendispersi nonionik, perata anionik, dan perata kationik. Zat warna basa merupakan suatu garam basa yang umumnya mempunyai struktur: HO-R-(C6H4)-NH2 yang dapat membentuk garam dengan asam sebagai berikut : + - R NH2 + HCl R N H Cl OH
  • 6. Zat warna basa memiliki sifat-sifat sebagai berikut : 1. Memiliki kecerahan dan intensitas warna yang tinggi. 2. Larut dalam alkohol tetapi tidak mudah larut dalam air. 3. Pendidihan yang lama dapat menurunkan intensitas warna. 4. Penambahan alkali kuat dalam larutan zat warna basa akan membentuk basa zat warna basa yang tidak berwarna. Bila ditambahkan asam, maka akan terbentuk lagi bentuk garamnya yang berwarna. Basa tersebut larut dalam eter. 5. Karena bersifat kationik, maka dapat diendapkan oleh zat warna direk dan zat warna asam terutama dalam larutan yang tidak encer. 6. Ketahanan sinar dan cucinya kurang karena itu perlu pengerjaan iring. Beberapa reduktor dapat mengubah zat warna menjadi basanya yang tidak berwarna. Zat Pengemban Zat pengemban sebagai suatu zat pembantu kimia yang kelarutannya dalam air sangat terbatas, akan melancarkan penetrasi dan penyerapan zat warna. Zat pengemban yang diperdagangkan mengandung zat pengemulsi yang berfungsi untuk mempertahankan kestabilan zat pengemban dan agar teremulsi dengan baik di dalam larutan. Zat pengemban mempunyai bermacam-macam struktur kimia, beberapa diantaranya yang banyak dipakai di dalam pencelupan serat poliester adalah difenil, o-fenilfenol, metliriaftalena, triklorbenzena dll. Kelarutan zat pengemban memegang peranan penting dalam mekanisme pencelupan dengan zat pengemban. Zat pengemban diperlukan dalam pencelupan serat-serat sintetik hidrofob untuk mendapatkan difusi zat warna. Karena mempunyai fungsi mempercepat pencelupan maka zat pengemban disebut juga sebagai “dyeing accelerant” atau pendorong pencelupan. Penggunaan garam glauber pada pencelupan Pencelupan CDP dengan zat warna basa dan dispersi pada temperatur dan tekanan tinggi serta pH rendah perlu menggunakan garam glauber. Garam ini mencegah penurunan kekuatan serat (akibat hidrolisa gugus tambahannya yaitu asam sulfoisoftalat), mempengaruhi migrasi dan daya absorpsi zat warna, serta kecepatan pencelupan.
  • 7. Pengaruh Ph terhadap kekuatan serat CDP Pencelupan pada pH rendah dapat menurunkan kekuatan serat CDP melalui hidrolisa gugus tambahannya. Disamping mempengaruhi kekuatan serat, pH juga memberikan efek terhadap hasil celupan yaitu ketahanan warnanya, corak dan kesempurnaan. Bila pH pencelupan makin besar, zat warna basa menjadi tidak stabil pada temperatur tinggi sehingga dapat terurai. Maka hasil pencelupan akan berwarna muda dan menurunkan ketahanan serat terhadap sinar. Bila pencelupan dengan temperatur tinggi dan pH yang rendah, maka CDP akan terhidrolisa. Walaupun kestabilan larutan celup pada temperatur tinggi dan pH rendah akan bertambah, tetapi penurunan kekuatan serat akan terjadi dengan cepat. II. Proses pencelupan Mekanisme Pencelupan - Mekanisme Pencelupan Kain CDP dengan Zat Warna Dispersi Pencelupan CDP dengan zat warna dispersi sama dengan pencelupan poliester biasa menggunakan zat warna dispersi karena pada serat CDP masih memiliki sifat sifat yang mirip poliester. Mekanisme pencelupan zat warna dispersi adalah solid solution dimana suatu zat padat akan larut dalam zat padat lain. Dalam hal ini, zat warna merupakan zat padat yang larut dalam serat. Mekanisme lain menjelaskan demikian : zat warna dispersi berpindah dari keadaan agregat dalam larutan celup masuk kedalam serat sebagai bentuk molekuler. Pigmen zat warna dispersi larut dalam jumlah yang kecil sekali, tetapi bagian zat warna yang terlarut tersebut sangat mudah terserap oleh bahan. Sedangkan bagian yang tidak larut merupakan timbunan zat warna yang sewaktu-waktu akan larut mempertahankan kesetimbangan. Bagian zat warna dalam bentuk agregat, pada suatu saat akan terpecah menjadi terdispersi monomolekuler. Zat warna dispersi dalam bentuk ini akan masuk ke dalam serat melalui pori-pori serat. - Mekanisme Pencelupan Kain CDP dengan Zat Warna Basa Secara umum, pencelupan CDP bertujuan memindahkan zat warna basa dari medium pencelupan ke dalam serat melalui distribusi yang merata disertai dengan sifat-sifat ketahanan warna yang optimum dari hasil celupannya, juga memelihara akibat sampingan yang minimum terhadap kekuatan serat itu sendiri.
  • 8. Resep - Zat pendispersi :1 % - Zat Warna Basa : 1% - CH3COONa : 1 ml/L - CH3COOH : Ph 4-5 - Carier : 1 ml/L (pada suhu 1000C) - NaCl :20 gr/L (pada suhu 1300C) Resep R/C - Na2S2O4 :1ml/L - NaOH :1ml/L Skema Proses Pencelupan Carier Zat Warna Dispersi Zat Warna Basa Pendispersi 100°C T °C Asam Asetat Natrium Asetat Carrier 70°C Cuci Sabun 40°C 10’ 10’ 45’ 10’ t’ menit
  • 9. Skema Proses Pencelupan HT/HP Zat Warna Basa Natrium Asetat CH3COOH,NaCl 130°C T °C 800C 70°C 0 Cuci Sabun 50 40°C 10’ 10’ 15’ 10’ 15’ 10’ 45’ 10’ 15’ t’ menit III. Kekurangan dan kelebihan Pencelupan dengan Metoda Carier Penelupan dilakukan pada suhu lebih rebdah sehingga energi yang di pergunakan tidak tinggi, tetapo dengan adanya carier merugikan karena carier bersifat racun. Metode Pencelupan dengan Suhu Mendidih Cara ini merupakan alternatif dari cara pencelupan yang dikehendaki dengan jalan o menaikkan suhu dalam metode ini umumnya berkisar antara 130 C. Dengan cara menaikkan suhu maka waktu pencelupan lebih pendek dan ketuaan warna lebih tinggi, serta pengerjaan lebih mudah, tahan lunturnya lebih baik. Suhu sangat berpengaruh terhadap hasil pencelupan. Penelitian yang dilakukan oleh Hafild dan Brodadust mendapatkan bahwa hasil warna dan kerataan pencelupan juga tergantung pada suhu.
  • 10. IV. Kesimpulan 1. Pencelupan Serat Poliester – Cdp Dengan Zat Warna Dispersi Kationik Metoda Exhaust dapat denggan dua cara pencelupan Carier dan HT/HP 2. Untuk metoda carier suhu 1000C dengan penambahan carrier 3. Untuk metoda HT/HP suhu 1300C dengan penambahan NaCl. 4. Zat warna dispersi yang digunakan untuk metoda carrier adalah E dan SE 5. Zat warna dispersi yang digunakan untuk metodaHT/HP adalah S dan SE 6. pH rendah dapat menurunkan kekuatan serat CDP melalui hidrolisa gugus tambahannya. Bila pH pencelupan makin besar, zat warna basa menjadi tidak stabil pada temperatur tinggi sehingga dapat terurai. Maka hasil pencelupan akan berwarna muda dan menurunkan ketahanan serat terhadap sinar.
  • 11. Daftar Pustaka  Gitopadmojo, Isminingsih. 2003. Zat Pembantu Tekstil. Bandung: Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil.  Karyana, Dede. 2005. Bahan Ajar Praktek Pencelupan. Bandung: Sekolah Tinggi Teknologi  Tekstil.  Karyana, Dede. 2011. Kimia zat warna . Bandung : Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil.  Karyana, Dede. 2011. Teori pencelupan 2. Bandung : Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil.  Karyana, Dede. 2009. Pencelupan CDP Dengan Zat Warna Dispersi. Bandung: Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil.  Karyana, Dede. 2011. Pencelupan CDP dengan Zat Warna Basa. Bandung: Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil.
  • 12. MAKALAH TEKNOLOGI PENCELUPAN II Pencelupan Serat Poliester – Cdp Dengan Zat Warna Dispersi Kationik Metoda Exhaust Disusun oleh; Nama : Endi Juariah (09.K40007) Norma Yulanda (09.K40013) Nurul Husna (09.K40029) Grup : K – 1,2 Dosen : Dede Karyana Tanggal Laporan : 4 Juni 2012 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TEKSTIL BANDUNG 2012 JL.Jakarta no. 31 Bandung 40172 telp (022) 7272580 Fak 7271694