SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  31
LANJUTAN MATERI
HUKUM PERUSAHAAN
(PT, KOPERASI, YAYASAN & BUMN)
6. Perseroan Terbatas (PT) :
Istilah PT terdiri dari 2 (dua) kata, yaitu
Kata Perseoran yang artinya modal
perusahaannya terdiri atas “Sero atau
Saham”.
Sedangkan Kata Terbatas artinya
Tanggung jawab para perseronya
dibatasi hanya pada Saham yang
dimiliki di Perusahaannya saja.
PT ini secara umum diatur dalam Pasal 35 s/d Pasal 56 KUHD. Dan
secara khusus diatur berdasarkan UU Republik Indonesia Nomor 1
Tahun 1995 dan diganti melalui UU-RI Nomor 40 Tahun 2007.
Di dalam UU – RI tentang PT ini telah dinyatakan : “Bahwa
PT adalah Badan Hukum yang didirikan berdasarkan
Perjanjian, Melakukan Kegiatan Usaha dengan modal dasar
yang seluruhnya terbagi dalam SAHAM, dan memenuhi
persyaratan yang ditetapkan dalam UU PT serta Peraturan
Pelaksanaannya.
Dengan demikian Karakteristik PT adalah :
a. Asosiasi Modal;
b. Berbentuk Badan Hukum;
c. Didirikan dengan Akte Otentik;
d. Pemisahan Tugas antara Pemegang Saham dengan
Pengurus Perusahaan (Perseroan);
e. Kekuasaan Tertinggi dalam PT, terletak pada RUPS (Rapat
Umum Pemegang Saham).
Berbeda dengan bentuk-bentuk Perusahaan sebelumnya, PT ini
merupakan Badan Hukum sebagai Subyek Hukum yang bukan orang
tetapi mempunyai hak dan kewajiban seperti orang, serta mempunyai
harta kekayaan sendiri yang terpisah dari harta pribadi orang-orang
yang terlibat dalam perusahaan tersebut.
Berikutnya, PT baru dikatakan sebagai Badan Usaha yang
berbadan hukum, bila telah memenuhi persyaratan yang telah
ditentukan oleh UU.
Dalam UU-PT, Syarat untuk mendirikan PT telah diatur sebagai berikut :
a. Didirikan oleh minimal 2 (dua) orang dengan Akte Otentik di Kantor
Notaris, dan menggunakan bahasa Indonesia;
b. Mendapat Pengesahan dari Menteri Hukum & HAM Republik
Indonesia;
c. Didaftarkan dan diumumkan melalui Lembaran Berita Negara
di Kantor Kementerian Hukum & HAM Republik Indonesia.
Jadi Prosedur Pendirian PT, adalah :
1. Didirikan oleh dua orang atau lebih dengan suatu Akte Otentik
yang dibuat oleh Notaris dalam bahasa Indonesia, yang pada
akhirnya menjadi Anggaran Dasar Perusahaan;
2. Pengajuan Permohonan Pengesahan ke Kantor Kementerian
Hukum & HAM Republik Indonesia, melalui SISMINBAKUM (Sistem
Administrasi Badan Hukum);
3. Pendaftaran dan pemberitahuan pada instansi terkait;
4. Didaftarkan dan diumumkan dalam Lembaran Berita Negara,
melalui Kantor Kementerian Hukum & HAM Reoublik Indonesia.
Selanjutnya di dalam AD-PT, minimal biasanya diatur
tentang :
1. Nama & Tempat Kedudukan PT;
2. Jangka Waktu Berdirinya;
3. Maksud & Tujuan PT, serta Kegiatan Usaha yang dilakukan
oleh PT;
4. Permodalan;
5. Jumlah saham, jumlah klasifikasi saham, jumlah untuk tiap
klasifikasi, hak-hak yang melekat pada setiap sahamnya, Nilai
Nominal setiap Sahamnya;
6. Susunan, Jumlah dan Nama Anggota Direksi & Komisaris;
7. Penetapan Tempat & Tata Cara penyelenggaraan RUPS;
8. Tata Cara Pemilihan, Pengangkatan, Penggantian dan
Pemberhentian Anggota Direksi dan Komisaris;
9. Tata Cara Penggunaan Laba dan Pembagian Deviden;
10. Ketentuan-ketentuan lain menurut UU-RI tentang PT.
PT mempunyai organ-organ berupa :
a. RUPS;
b. Direksi; dan
c. Komisaris;
Dimana masing-masing organ ini mempunyai fungsi dan tanggung
jawab yang berbeda-beda.
Sebelum PT ini disahkan, biasanya Pendiri melakukan berbagai
kegiatan untuk kepentingan PT, Perbuatan tersebut mengikat PT
setelah PT resmi menjadi Badan Hukum, apabila :
a. PT secara tegas menyatakan menerima semua perjanjian
yang dibuat oleh Pendiri dengan pihak ketiga;
b. PT secara tegas menyatakan mengambil alih semua hak dan
kewajiban yang timbul dari perjanjian oleh pendiri atau orang
lain yang ditugaskan, meslipun tidak atas nama PT.;
c. PT Mengukuhkan secara tertulis semua perbuatan hukum
atas nama Perusahaan.
PT mempunyai karakteristik yang berbeda dibanding dengan
Maatschap, Firma, CV, yang merupakan perkumpulan (asosiasi
orang), sedangkan PT merupakan asosiasi modal, artinya hubungan
antar sekutu (pemegang saham) yang satu dengan lainnya terlalu
dipentingkan dalam PT, tetapi yang lebih penting adalah pemupukan
modal sebanyak-banyaknya.
Keuntungan memilih badan usaha berupa PT, yaitu
kelangsungan berdirinya Perusahaan lebih terjamin
dibandingkan dengan bentuk Persekutuan lainnya, dimana
karena alasan salah seorang sekutu meninggal dunia,
mengundurkan diri, ataupun dinyatakan pailit dan dibawah
pengampuhan, bisa menyebabkan bubarnya Perusahaan,
sedangkan dalam PT semua alasan tersebut tidak dapat
terjadi.
Kepengurusan PT dilakukan oleh orang yang
berwenang melakukan perbuatan hukum untuk dan
atas nama PT. Secara umum dapat dibedakan
menjadi 2 (dua), yaitu :
a. Daden Van Beheren, kegiatan Pengurus yaitu sekedar
menyangkut hal-hal yang bersifat rutin sehari-hari;
b. Daden Van Eigendom, yaitu kegiatan Pengurus
yang bersifat kepemilikan.
Namun dalam prakteknya, kita sulit membedakan diantara
perbuatan Pengurus Van Beheren dengan Pengurus Van
Eigendom, maka untuk mengetahui jenis Pengurusnya
biasanya kita lihat pada Anggaran Dasarnya.
Dalam UU-PT telah dinyatakan bahwa Pengurusan sehari-hari PT
dijalankan oleh Dewan Direksi, yang diawasi oleh Dewan Komisaris.
Sedangkan untuk Permodalan PT dikenal ada 3 (tiga)
macam, yaitu :
a. Modal Dasar;
b. Modal Ditempatkan;
c. Modal Disetorkan;
Modal Dasar PT terdiri atas seluruh nilai nominal saham, dan saham
tersebut dapat dikeluarkan atas nama dan/atau atas tunjuk.
Sedangkan Modal yang Ditempatkan minimal 25% pada saat PT
tersebut didirikan harus sudah ditempatkan dan pada setiap
penempatan modal harus disetorkan paling sedikit 50% dari nilai
nominal saham yang dikeluarkan.
PT ini dapat berbentuk :
1. PT Tertutup, yaitu Perusahaan yang didirikan
dengan tidak menjual sahamnya kepada
masyarakat umum;
2. PT Terbuka, yaitu Perusahaan yang modal dan
jumlah pemegang sahamnya wajib memenuhi
kriteria tertentu dan/atau perusahaan yang
melakukan penawaran sahamnya kepada
masyarakat umum, sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku di Pasar Modal.
Selanjutnya terkait dengan permodalan, maka PT dapat
dibedakan menjadi :
1. PT Modal dalam negeri (Perusahaan Nasional), dimana
minimal 51% sahamnya dimiliki oleh Negara dan/atau
Swasta Nasional;
2. PT Modal Asing, dimana modal dalam negeri milik
Negara dan/atau milik Swasta Nasional kurang dari 51%.
Terkait dengan “Penggabungan, Peleburan dan
Pengambil Alihan” PT, secara khusus diatur oleh
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 27 Tahun 1998.
Penggabungan (Merger), adalah perbuatan
hukum yang dilakukan oleh satu perseroan atau lebih
untuk menggabungkan diri dengan Perseroan lain
yang telah ada dan selanjutnya perseroan yang
menggabungkan diri menjadi bubar.
Peleburan (Konsolidasi), adalah perbuatan
hukum yang dilakukan oleh satu perseroan atau lebih
untuk meleburkan diri dengan cara membentuk satu
perseroan baru dan masing-masing perseroan yang
meleburkan diri menjadi bubar.
Pengambil Alihan (Akuisisi), adalah perbuatan hukum
yang dilakukan oleh badan hukum atau orang perseorangan
untuk mengambil alih baik seluruhnya ataupun sebagian
besar saham perseroan yang dapat mengakibatkan
beralihnya pengendalian terhadap perseroan tersebut.
Pembubaran PT, dapat terjadi karena :
1. Keputusan RUPS;
2. Jangka Waktu Pendirian Berakhir;
3. Penetapan Pengadilan Negeri Setempat.
7. Koperasi :
Koperasi berasal dari Cooperation (Inggris),
Cooperatie (Belanda), yang berarti kerjasama yang terjadi
antara beberapa orang untuk men- capai tujuan yang
sulit dicapai secara perorangan. Tujuan tersebut
adalah berupa kesejahteraan bersama dan berazaskan
Kekeluargaan.
Tujuan Koperasi berbeda dengan tujuan dengan
perseroan-perseroan sebelumnya termasuk PT., maka
Tujuan Koperasi adalah untuk memajukan
kesejahteraan anggotanya pada khususnya dan
masyarakat pada umumnya, serta ikut
membangun tatanan perekonomian nasional
dalam rangka mewujudkan masyarakat yang
maju, adil dan makmur berlandaskan Pancasila
dan UUD 1945.
Koperasi ini secara khusus diatur oleh UU-RI Nomor 25
Tahun 1992 dan diganti dengan UU-RI Nomor 17 Tahun
2012.
Selanjutnya Prosedur Pendirian :
1. Rapat pembentukan yang dihadiri oleh minimal
20 (dua puluh) orang yang mempunyai keinginan
yang sama mendirikan Koperasi, dibuat berita acara
yang untuk selanjutnya diajukan kepada Pejabat yang
diangkat dan ditunjuk oleh serta mendapat kuasa
khusus dari Menteri Koperasi Republik Indonesia;
2. Surat permohonan pengesahan pendiri Koperasi, dilampiri
dengan kata-kata pendirian dan petikan berita acara rapat, kepada
Pejabat yang diangkat oleh dan mendapat kuasa khusus dari
Menteri Koperasi. Dan pada waktu menerima akte pendirian,
Pejabat menyerahkan sehelai tanda terima yang bertanggal kepada
para pendiri Koperasi;
3. Pengesahan dan pendaftaran akte pendirian, jika
Pejabat Koperasi berpendapat bahwa isi akte pendirian
tidak bertentangan dengan UU, maka menurut
ketentuan pengesahan akte pendirian diberikan dalam
jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan setelah
diterimanya permintaan pengesahan. Akte pendirian yang
telah disahkan itu didaftarkan dalam Buku Daftar
Umum yang disediakan untuk keperluan itu di Kantor
Pejabat dengan dibubuhi tanggal dan nomor
pendaftaran serta tanda tangan pengesahan Pejabat.
Tanggal pengesahan akte pendirian berlaku sebagai
tanggal resmi berdirinya Koperasi, dan sejak itulah
Koperasi yang bersangkutan adalah telah Ber- Badan
Hukum;
4. Pengiriman akte pendirian kepada Pendiri
Koperasi, dimana akte pendirian yang bermaterai
dikirimkan kepada para Pendiri untuk
digunakan sebagaimana mestinya.
Sedangkan akte pendirian yang tidak
bermaterai disimpan di Kantor Pejabat yang
ditunjuk. Jika ada perbedaan antara 2 akte
pendirian tersebut, maka yang dianggap benar
adalah akte pendirian yang disimpan di Kantor
Pejabat yang ditunjuk;
5. Berikutnya harus diumumkan dan didaftarkan dalam
Lembaran Berita Negara, setiap akte pendirian yang
sudah disahkan, wajib diumumkan oleh Pejabat dengan
menempatkannya dalam Lembaran Berita Negara, akan
tetapi pengesahan sebagai Badan Hukum sejak
pengesahan Akte Pendirian, bukan sejak diumumkan
dalam Lembaran Berita Negara;
Organ dalam Koperasi, terdiri dari : Dewan Pengawas dan
Badan Pengurus Harian. Sedangkan Rapat Umum Anggota
(RUA) menjadi Pemegang Kekuasaan Tertinggi dalam
setiap Pengambilan Keputusan dalam Koperasi.
Dari sisi Permodalan, maka Modal Koperasi terdiri dari : Modal
Sendiri, Modal Pinjaman dan Modal Penyertaan. Modal Sendiri adalah
Modal yang menanggung resiko atau disebut juga Modal Ekuiti. Modal
Sendiri dapat berasal dari Simpanan Pokok & Simpanan Wajib
Anggota, Dana Cadangan dan Hibah.
Sedangkan Modal Pinjaman adalah Modal yang berasal dari Pinjaman
Anggota, dari Koperasi lain dan/atau anggotanya, dari Perbankan, dari
Lembaga Keuangan lainnya, Penerbitan Obligasi dan Penerbitan Surat
Hutang, atau sumber lain yang sah melalui Perjanjian tertulis dengan
pihak yang bersangkutan.
Selain itu Koperasi dapat pula melakukan pemupukan Modal yang
berasal dari Modal Penyertaan. Modal Penyertaan baik yang
bersumber dari Pemerintah maupun dari masyarakat dilaksanakan
dalam rangka memperkuat kegiatan usaha Koperasi terutama yang
berbentuk Investasi.
Selanjutnya terkait dengan Pembubaran
Koperasi,
Pembubaran Koperasi dapat dilakukan :
1. Melalui Rapat Umum Anggota;
2. Berdasarkan Keputusan Pemerintah.
Apabila pembubaran dilakukan melalui Rapat Umum
Anggota, maka Keputusan RUA itu Harus diberitahukan
secara tertulis oleh Kuasa Rapat kepada semua Kreditur
dan Pemerintah.
Apabila pembubaran itu berdasarkan Keputusan
Pemerintah, maka pembubarannya tersebut :
a. Terdapat bukti bahwa Koperasi yang
bersangkutan tidak memenuhi ketentuan UU;
b. Kegiatan dalam Koperasi tersebut telah benar- benar
bertentangan dengan UU, Ketertiban Umum dan/atau
Kesusilaan;
c. Kelangsungan hidupnya tidak dapat lagi diharapkan;
8. Yayasan :
Yayasan ini secara khusus diatur dalam UU
Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2004
tentang Yayasan.
UU Yayasan ini untuk memberikan legalitas bagi
keberadaan Yayasan agar tidak menyimpang dari
filosofi dasar tujuan dibentuknya Yayasan yang non
komersial, disamping itu juga untuk meluruskan
fungsinya sebagai usaha amal yang bergerak dibidang :
Sosial, Keagamaan, Kemanusiaan dan Pendidikan.
Yayasan ini tidak dibolehkan membagi-bagikan hasil
kegiatan usahanya kepada Pembina, Pengurus dan
Pengawas Yayasan. Dalam penjelasannya, Pembina,
Pengurus dan Pengawas harus bekerja keras secara
sukarela tanpa menerima Gaji, Upah dan HR tetap. Hal ini
kemudian direvisi bahwa HR dapat diberikan hanya untuk
Pengurus secara langsung.
Pengurus juga dilarang mengadakan perjanjian
dengan organisasi yang terafiliasi dengan
Yayasan (Pendiri), Pembina, Pengurus dan/atau
Pengawas Yayasan, atau dengan seseorang yang
bekerja kepada Yayasan, kecuali bermanfaat bagi
tercapainya maksud dan tujuan Yayasan.
Selanjutnya mengenai ORGAN Yayasan telah ditentukan
tugas & wewenangnya masing-masing, agar tidak terjadi
persekongkolan.
ORGAN Yayasan terdiri dari :
a. Dewan Pembina, sekurang-kurangnya 1 (satu)
orang;
b. Dewan Pengawas, sekurang-kurangnya 1 (satu)
orang;
c. Dewan Pengurus, sekurang-kurangnya 3 (tiga)
orang (Ketua, Sekretaris dan Bendahara).
Khusus untuk Operasional Harian, Pengurus
dapat mengangkat Pelaksana Kegiatan Usahanya.
Berikutnya, Dewan Pengurus dan Dewan
Pengawas Diangkat & Diberhentikan oleh
Dewan Pembina.
Masa Jabatannya 5 (lima) Tahun dan dapat
diperpanjang 5 (lima) Tahun kembali untuk satu
periode jabatannya.
Jabatan dalam ORGAN Yayasan TIDAK BOLEH
Dirangkap.
Selanjutnya untuk Dewan Pembina, tidak ada
batasan waktu masa jabatan. Dan yang dapat
diangkat menjadi Dewan Pembina Yayasan
adalah : Orang Perorangan yaitu Pendiri Yayasan
atau yang ditunjuk oleh Pendiri yang berbadan
hukum sebagai wakilnya.
Berikutnya terkait dengan Kegiatan Yayasan,
maka Kegiatan Usaha Yayasan harus dapat
dirinci dengan jelas mengenai kegiatan riil
Yayasan.
Oleh karenanya, Yayasan dapat mendirikan
Badan Usaha yang sesuai dengan maksud dan
tujuan Yayasan yang bersangkutan, tetapi tidak
boleh melebihi investasinya 25% dari harta
kekayaan Yayasan, serta Organ Yayasan tidak
boleh duduk sebagai Pengurus Badan Usaha
yang dibentuk.
Dengan demikian Yayasan dapat dikomersilkan,
asal hasil dari Badan Usaha milik Yayasan
tersebut digunakan untuk mengoptimalkan
kegiatan sosial di Yayasan.
Bagi Yayasan yang memperoleh dana bantuan dari
Negara, bantuan Luarnegeri atau Pihak lain yang tidak
mengikat, sebesar : Rp. 500.000.000,-- (Lima ratus juta
rupiah) atau lebih, dan Bagi Yayasan yang mempunyai
Kekayaan sebesar:Rp. 20.000.000.000,-- (Dua puluh
milyar rupiah) atau lebih, HARUS & WAJIB ikhtisar
Laporan Tahunannya DIUMUMKAN dalam Surat Kabar
Harian Nasional & Daerah, dan Diaudit oleh Kantor
Akuntan Publik untuk selanjutnya dilaporkan kepada
Instansi Terkait dan Masyarakat sekitarnya.
Sedangkan Yayasan yang kekayaannya kurang
dari ketentuan diatas, Pengumuman Laporan
Yayasan Cukup Ditempel di Kantor Yayasan yang
bersangkutan.
Pemeriksaan Terhadap Yayasan, dapat diajukan
oleh Pihak Ketiga (Masyarakat) yang
berkepentingan, jika dianggap sampai adanya
dugaan penyimpangan dan/atau merugikan Uang
Negara, atas permintaan Kantor Kejaksaan
Negeri setempat.
Prosedur Pendirian Yayasan diatur sebagai berikut :
Hasil Musyawarah dalam bentuk Berita Acara para pendiri
dilampirkan dalam surat permohonan kepada Kantor
Notaris yang ditunjuk, Kemudian di daftarkan kepada
Kantor Kementerian Hukum & HAM Republik Indonesia,
untuk selanjutnya didaftarkan pada Lembaran Berita
Negara, kuranglebih jangka waktunya maksimal 6 (enam)
bulan, baru Akte Yayasan di sahkan dari Kantor Notaris
yang bersangkutan, untuk diberikan kepada para Pendiri
Yayasan, maka sejak saat itulah Yayasan secara Sah
menjadi Badan Hukum.
Tentang Pertanggung Jawaban Yayasan,
telah diatur bahwa Dewan Pembina dan
Dewan Pengawas TIDAK BERTANGGUNG
JAWAB pada perbuatan hukum apapun,
sehingga khusus untuk Yayasan yang
paling bertanggung jawab adalah Dewan
Pengurus.
Dengan demikian Dewan Pengurus Yayasan
HARUS & WAJIB untuk mematuhi seluruh
ketentuan yang diatur dalam AD/ART Yayasan,
UU Yayasan, Peraturan Perundang-undangan lain
yang berlaku, Ketertiban Umum, Kesusilaan,
Moral & Adat Istiadat.
9. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) :
Secara khusus diatur dalam UU-RI Nomor 19
Tahun 2003, tentang BUMN.
BUMN ini mempunyai 2 (dua) bentuk, yaitu “Perusahaan
Persero” dan “Perusahaan Umum”.
Perusahaan Perseroan bertujuan untuk memupuk
Keuntungan, sehingga Perusahaan Perseroan ini juga
sepenuhnya tunduk pada UU-RI tentang PT.
Sedangkan Perusahaan Umum dibentuk oleh Pemerintah
untuk melaksanakan usaha sebagai implementasi
Kewajiban Pemerintah guna menyediakan barang dan jasa
tertentu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Perum.
Ini walaupun keberadaannya untuk melaksanakan
kemanfaatan umum, namun demikian sebagai Badan
Usaha diupayakan untuk tetap mandiri dan untuk itu Harus
diupayakan juga untuk mendapat laba agar bisa hidup
berkelanjutan.
Perusahaan Perseroan adalah BUMN yang
berbentuk PT dimana modalnya terbagi kedalam
saham yang dapat seluruhnya atau paling sedikit
51% sahamnya harus dimiliki oleh Negara,
dengan tujuan utamanya mengejar Keuntungan.
Sedangkan Perusahaan Umum adalah BUMN yang
seluruh modalnya dimiliki oleh Negara sehingga tidak
terbagi atas saham, yang tujuannya untuk kemanfaatan
umum berupa penyediaan barang dan jasa yang bermutu
tinggi dan sekaligus mengejar keuntungan berdasarkan
prinsip pengelolaan perusahaan.
Berikutnya terkait dengan sumber modal BUMN
berasal dari Kekayaan Negara yang dipisahkan.
Berarti sumbernya dari APBN, Kapitalisasi
Cadangan dan/atau Sumber Lainnya yang sah.
Berikutnya, soal Kepengurusan BUMN.
Kepengurusan BUMN secara teknis dilakukan dan
dijalankan oleh DIREKSI, dimana Direksi bertanggung
jawab penuh atas Kepengurusan BUMN sesuai dengan
kepentingan dan tujuan BUMN, serta mewakili BUMN
baik di dalam maupun di luar Pengadilan.
Sedangkan dalam hal Pengawasan BUMN, menjadi
wewenang Dewan KOMISARIS dan Desan PENGAWAS
sesuai yang diatur dalam UU-BUMN dan UU-PT.
Selanjutnya terkait dengan PENDIRIAN Persero BUMN,
secara umum harus diusulkan oleh Menteri BUMN-RI
kepada Presiden RI, disertai dengan Dasar
Pertimbangan setelah memalui Pengkajian bersama
antara Menteri-Menteri Teknis Terkait dan Menteri
Keuangan. (Proses selanjutnya, secara teknis pendirian
Persero BUMN mengikuti persyaratan yang diatur dalam
UU-PT).
Terkait dengan ORGAN Persero, terdiri dari : RUPS,
Direksi dan Komisaris.
Berdasarkan UU-BUMN, Menteri BUMN-RI bertindak
sebagai Pimpinan RUPS dalam hal seluruh Sahamnya
dimiliki oleh Negara, sedangkan dalam hal tidak seluruh
sahamnya dimiliki oleh Negara, Menteri BUMN-RI dapat
memberikan kuasanya dengan HAK SUBSITUSI
kepada perorangan atau Badan Hukum untuk
mewakilinya dalam RUPS, sedangkan untuk hal-hal
tertentu penerima kuasa wajib terlebih dahulu
memperoleh persetujuan dari Menteri BUMN-RI
sebelum hal-hal dimaksud dipuruskan dalam RUPS.
(Hal ini perlu mendapat persetujuan dari
Menteri, mengingat sifatnya yang sangat
strategis bagi kelangsungan Persero BUMN).
Berikutnya Pendirian Perusahaan Umum Milik Negara.
Perum didirikan berdasarkan Usulan dari Menteri BUMN
kepada Presiden RI, disertai dengan dasar pertimbangan
setelah dikaji oleh para Menteri-Menteri Teknis Terkait dan
Menteri Keuangan, melalui Peraturan Pemerintah (PP),
maka sejak itulah Perum ini menjadi Badan Hukum.
Pendirian Perum. Harus dan Wajib memenuhi
kriteria sebagai berikut :
1. Bidang Usaha atau Kegiatannya harus
berkaitan dengan kepentingan orang
banyak;
2. Didirikan tidak semata-mata untuk mengejar
keuntungan semata;
3. Didasarkan pengkajian yang memenuhi
persyaratan ekonomis yang diperlukan bagi
berdirinya suatu badan usaha (mandiri).
Organ Perum, terdiri dari :
Menteri BUMN-RI, Dewan Direksi & Dewan Pengawas.
Kedudukan Menteri disini sebagai Organ yang memegang
kekuasaan tertinggi dalam Perum. Mempunyai segala
wewenang yang tidak diberikan kepada Dewan Direksi
maupun Dewan Pengawas, dalam batas yang telah
ditentukan. Oleh karenanya Menteri memberikan
persetujuan atas kebijakan pengembangan usaha Perum
yang diusulkan oleh Dewan Direksi & mendapat
persetujuan Dewan Pengawas.
Dengan demikian Pertanggung Jawaban Perum ini telah
ditentukan : “Bahwa Menteri BUMN-RI tidak
bertanggung jawab atas segala perbuatan hukum
yang dibuat oleh Perum dan tidak bertanggung
jawab atas kerugian Perum, melebihi dari nilai
kekayaan Negara yang telah dipisahkan dari
Perum”.
Kecuali bila Menteri BUMN-RI melakukan :
1. Baik langsung maupun tidak langsung,
dengan itikad tidak baik telah memanfaatkan
fasilitas Perum, semata-mata untuk kepentingan
pribadinya;
2. Terlibat dalam perbuatan melawan/ melanggar
hukum yang dilakukan oleh Perum;
3. Perbuatan langsung maupun tidak langsung
secara melawan/melanggar hukum telah
menggunakan kekayaan Perum.
Karena modal Perum pada dasarnya merupakan kekayaan
negara yang telah dipisahkan, sehingga pemilik modal
hanya bertanggung jawab sebesar nilai penyertaan yang
disetorkan, dan tidak meliputi harta kekayaan negara di
luar modal tersebut. Jika terjadi tindakan di luar
mekanisme korporasi sebagaimana diatur dalam
ketentuan UU-BUMN.
Terakhir masalah Penggabungan, Peleburan,
Pengambil Alihan dan Pembubaran BUMN :
Penggabungan ataupun Peleburan BUMN dapat
dilakukan dengan BUMN lainnya yang telah ada, tanpa
dilakukan LIKUIDASI terlebih dahulu. Dengan adanya
penggabungan tersebut, Persero atau Perum yang
menggabungkan diri menjadi bubar. Sedangkan
dengan adanya Peleburan BUMN, maka BUMN yang
saling meleburkan diri tersebut menjadi bubar dan
membentuk BUMN baru.
Selanjutnya terkait dengan Pengambil Alihan BUMN, baik
seluruh ataupun sebagian saham atau modalnya, maka
mengakibatkan BERALIHNYA pengendalian terhadap BUMN
tersebut.
Dalam hal Pembubaran BUMN Harus dilakukan
melalui Peraturan Pemerintah (PP) dan hasil
likuidasinya dijadikan sebagai penyertaan modal pada
BUMN lain atau BUMN yang baru. Jika tidak
diterapkan hal demikian, maka sisa hasil likuidasi
disetorkan langsung ke Kas Negara, karena
merupakan hak Negara sebagai Pemegang Saham

Contenu connexe

Tendances

Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...
Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...
Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...Idik Saeful Bahri
 
Wajib daftar perusahaan
Wajib daftar perusahaanWajib daftar perusahaan
Wajib daftar perusahaanamanda lubis
 
Ppt Perlindungan Konsumen
Ppt Perlindungan KonsumenPpt Perlindungan Konsumen
Ppt Perlindungan Konsumenrianymonika
 
HUKUM SURAT-SURAT BERHARGA
HUKUM SURAT-SURAT BERHARGA HUKUM SURAT-SURAT BERHARGA
HUKUM SURAT-SURAT BERHARGA Fair Nurfachrizi
 
Surat kuasa khusus
Surat   kuasa khususSurat   kuasa khusus
Surat kuasa khususNasria Ika
 
hukum acara perdata oleh sanyoto
hukum acara perdata oleh sanyotohukum acara perdata oleh sanyoto
hukum acara perdata oleh sanyotoDnr Creatives
 
Contoh kasus hukum perdata internasional
Contoh kasus hukum perdata internasionalContoh kasus hukum perdata internasional
Contoh kasus hukum perdata internasionalEvirna Evirna
 
P P Hukum Perdata Internasional U I B 08 2
P P  Hukum  Perdata  Internasional  U I B 08 2P P  Hukum  Perdata  Internasional  U I B 08 2
P P Hukum Perdata Internasional U I B 08 2daron malakiano
 
Benda berwujud dan tidak berwujud sebagai objek hukum
Benda berwujud dan tidak berwujud sebagai objek hukumBenda berwujud dan tidak berwujud sebagai objek hukum
Benda berwujud dan tidak berwujud sebagai objek hukumrabu12
 
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...Idik Saeful Bahri
 
Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan Agama
Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan AgamaPembuktian dalam Hukum Acara Peradilan Agama
Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan AgamaDaniel_Alfaruqi
 

Tendances (20)

Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...
Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...
Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...
 
Wajib daftar perusahaan
Wajib daftar perusahaanWajib daftar perusahaan
Wajib daftar perusahaan
 
Ppt Perlindungan Konsumen
Ppt Perlindungan KonsumenPpt Perlindungan Konsumen
Ppt Perlindungan Konsumen
 
HUKUM PERUSAHAAN
HUKUM PERUSAHAANHUKUM PERUSAHAAN
HUKUM PERUSAHAAN
 
HUKUM SURAT-SURAT BERHARGA
HUKUM SURAT-SURAT BERHARGA HUKUM SURAT-SURAT BERHARGA
HUKUM SURAT-SURAT BERHARGA
 
Hukum Acara Perdata.pptx
Hukum Acara Perdata.pptxHukum Acara Perdata.pptx
Hukum Acara Perdata.pptx
 
Surat kuasa khusus
Surat   kuasa khususSurat   kuasa khusus
Surat kuasa khusus
 
Hukum Jaminan
Hukum JaminanHukum Jaminan
Hukum Jaminan
 
Dasar hukum pt
Dasar hukum ptDasar hukum pt
Dasar hukum pt
 
hukum acara perdata oleh sanyoto
hukum acara perdata oleh sanyotohukum acara perdata oleh sanyoto
hukum acara perdata oleh sanyoto
 
Hukum dagang
Hukum dagangHukum dagang
Hukum dagang
 
Contoh kasus hukum perdata internasional
Contoh kasus hukum perdata internasionalContoh kasus hukum perdata internasional
Contoh kasus hukum perdata internasional
 
P P Hukum Perdata Internasional U I B 08 2
P P  Hukum  Perdata  Internasional  U I B 08 2P P  Hukum  Perdata  Internasional  U I B 08 2
P P Hukum Perdata Internasional U I B 08 2
 
Bumn
BumnBumn
Bumn
 
Hukum pajak slide
Hukum pajak slideHukum pajak slide
Hukum pajak slide
 
Acaraperdata
AcaraperdataAcaraperdata
Acaraperdata
 
Benda berwujud dan tidak berwujud sebagai objek hukum
Benda berwujud dan tidak berwujud sebagai objek hukumBenda berwujud dan tidak berwujud sebagai objek hukum
Benda berwujud dan tidak berwujud sebagai objek hukum
 
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
 
Hukum agraria
Hukum agraria   Hukum agraria
Hukum agraria
 
Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan Agama
Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan AgamaPembuktian dalam Hukum Acara Peradilan Agama
Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan Agama
 

Similaire à LANJUTAN MATERI HUKUM PERUSAHAAN

Perseroan terbatas
Perseroan terbatasPerseroan terbatas
Perseroan terbatasegintabrando
 
3, hbl, riski ariyani, hapzi ali, umb, 2019
3, hbl, riski ariyani, hapzi ali, umb, 20193, hbl, riski ariyani, hapzi ali, umb, 2019
3, hbl, riski ariyani, hapzi ali, umb, 2019riskiariyani2976
 
Hbl3, agung pangestu, hapzi ali, modul hbl, bentuk badan usaha, perseroan ter...
Hbl3, agung pangestu, hapzi ali, modul hbl, bentuk badan usaha, perseroan ter...Hbl3, agung pangestu, hapzi ali, modul hbl, bentuk badan usaha, perseroan ter...
Hbl3, agung pangestu, hapzi ali, modul hbl, bentuk badan usaha, perseroan ter...AgungAgungPangestu
 
HBL3 Muhammad Rizal Ramadhan. hapzi ali, modul hbl, bentuk badan usaha, perse...
HBL3 Muhammad Rizal Ramadhan. hapzi ali, modul hbl, bentuk badan usaha, perse...HBL3 Muhammad Rizal Ramadhan. hapzi ali, modul hbl, bentuk badan usaha, perse...
HBL3 Muhammad Rizal Ramadhan. hapzi ali, modul hbl, bentuk badan usaha, perse...Muhammad Ramadhan
 
Perseroan terbatas in Bahasa
Perseroan terbatas in BahasaPerseroan terbatas in Bahasa
Perseroan terbatas in BahasaYesica Adicondro
 
5. badan usaha berbadan hukum
5. badan usaha berbadan hukum5. badan usaha berbadan hukum
5. badan usaha berbadan hukumGindha Wayka
 
Mendirikan perseroan terbatas
Mendirikan perseroan terbatasMendirikan perseroan terbatas
Mendirikan perseroan terbatasDua Dunia
 
Hbl, megi irianti pariakan, hapzi ali, bentuk badan hukum,perseroan terbatas,...
Hbl, megi irianti pariakan, hapzi ali, bentuk badan hukum,perseroan terbatas,...Hbl, megi irianti pariakan, hapzi ali, bentuk badan hukum,perseroan terbatas,...
Hbl, megi irianti pariakan, hapzi ali, bentuk badan hukum,perseroan terbatas,...megiirianti083
 
Hbl,3, fariz satiano, hapzi ali, bentuk badan hukum, perseroan terbatas, univ...
Hbl,3, fariz satiano, hapzi ali, bentuk badan hukum, perseroan terbatas, univ...Hbl,3, fariz satiano, hapzi ali, bentuk badan hukum, perseroan terbatas, univ...
Hbl,3, fariz satiano, hapzi ali, bentuk badan hukum, perseroan terbatas, univ...farizsatiano32
 
2 h bisnis.organ bisnis
2 h bisnis.organ bisnis2 h bisnis.organ bisnis
2 h bisnis.organ bisnisAbu Aulia
 
Aspek hukum s.n indah maria g-ivan rifky a-ma.4
Aspek hukum s.n indah maria g-ivan rifky a-ma.4Aspek hukum s.n indah maria g-ivan rifky a-ma.4
Aspek hukum s.n indah maria g-ivan rifky a-ma.4Indra Abdam Muwakhid
 
Hbl minggu 1, hefti juliza, hapzi ali, resume aspek hukum bentuk badan usaha,...
Hbl minggu 1, hefti juliza, hapzi ali, resume aspek hukum bentuk badan usaha,...Hbl minggu 1, hefti juliza, hapzi ali, resume aspek hukum bentuk badan usaha,...
Hbl minggu 1, hefti juliza, hapzi ali, resume aspek hukum bentuk badan usaha,...Hefti Juliza
 
Hbl, fahrun rizaldi, hapzi ali, hukum badan usaha, universitas mercu buana
Hbl, fahrun rizaldi, hapzi ali, hukum badan usaha, universitas mercu buanaHbl, fahrun rizaldi, hapzi ali, hukum badan usaha, universitas mercu buana
Hbl, fahrun rizaldi, hapzi ali, hukum badan usaha, universitas mercu buanafahrunrz
 
Af-Subyek hukum dalam kegiatan bisnis 1
Af-Subyek hukum dalam kegiatan bisnis 1Af-Subyek hukum dalam kegiatan bisnis 1
Af-Subyek hukum dalam kegiatan bisnis 1Afrian Rachmawati
 
Af-subyek hukum dalam kegiatan bisnis
Af-subyek hukum dalam kegiatan bisnisAf-subyek hukum dalam kegiatan bisnis
Af-subyek hukum dalam kegiatan bisnisAfrian Rachmawati
 
Hbl minggu 1, hefti juliza, hapzi ali, resume aspek hukum bentuk badan usaha,...
Hbl minggu 1, hefti juliza, hapzi ali, resume aspek hukum bentuk badan usaha,...Hbl minggu 1, hefti juliza, hapzi ali, resume aspek hukum bentuk badan usaha,...
Hbl minggu 1, hefti juliza, hapzi ali, resume aspek hukum bentuk badan usaha,...Hefti Juliza
 
HBL, Hayyu Safitri, Hapzi Ali, Artikel Hukum Bisnis dan Lingkungan, Universit...
HBL, Hayyu Safitri, Hapzi Ali, Artikel Hukum Bisnis dan Lingkungan, Universit...HBL, Hayyu Safitri, Hapzi Ali, Artikel Hukum Bisnis dan Lingkungan, Universit...
HBL, Hayyu Safitri, Hapzi Ali, Artikel Hukum Bisnis dan Lingkungan, Universit...Hayyu Safitri
 

Similaire à LANJUTAN MATERI HUKUM PERUSAHAAN (20)

Bumn
BumnBumn
Bumn
 
Bentuk+badan+usaha
Bentuk+badan+usahaBentuk+badan+usaha
Bentuk+badan+usaha
 
Perseroan terbatas
Perseroan terbatasPerseroan terbatas
Perseroan terbatas
 
3, hbl, riski ariyani, hapzi ali, umb, 2019
3, hbl, riski ariyani, hapzi ali, umb, 20193, hbl, riski ariyani, hapzi ali, umb, 2019
3, hbl, riski ariyani, hapzi ali, umb, 2019
 
Hbl3, agung pangestu, hapzi ali, modul hbl, bentuk badan usaha, perseroan ter...
Hbl3, agung pangestu, hapzi ali, modul hbl, bentuk badan usaha, perseroan ter...Hbl3, agung pangestu, hapzi ali, modul hbl, bentuk badan usaha, perseroan ter...
Hbl3, agung pangestu, hapzi ali, modul hbl, bentuk badan usaha, perseroan ter...
 
HBL3 Muhammad Rizal Ramadhan. hapzi ali, modul hbl, bentuk badan usaha, perse...
HBL3 Muhammad Rizal Ramadhan. hapzi ali, modul hbl, bentuk badan usaha, perse...HBL3 Muhammad Rizal Ramadhan. hapzi ali, modul hbl, bentuk badan usaha, perse...
HBL3 Muhammad Rizal Ramadhan. hapzi ali, modul hbl, bentuk badan usaha, perse...
 
HUKUM PERUSAHAAN
HUKUM PERUSAHAAN HUKUM PERUSAHAAN
HUKUM PERUSAHAAN
 
Perseroan terbatas in Bahasa
Perseroan terbatas in BahasaPerseroan terbatas in Bahasa
Perseroan terbatas in Bahasa
 
5. badan usaha berbadan hukum
5. badan usaha berbadan hukum5. badan usaha berbadan hukum
5. badan usaha berbadan hukum
 
Mendirikan perseroan terbatas
Mendirikan perseroan terbatasMendirikan perseroan terbatas
Mendirikan perseroan terbatas
 
Hbl, megi irianti pariakan, hapzi ali, bentuk badan hukum,perseroan terbatas,...
Hbl, megi irianti pariakan, hapzi ali, bentuk badan hukum,perseroan terbatas,...Hbl, megi irianti pariakan, hapzi ali, bentuk badan hukum,perseroan terbatas,...
Hbl, megi irianti pariakan, hapzi ali, bentuk badan hukum,perseroan terbatas,...
 
Hbl,3, fariz satiano, hapzi ali, bentuk badan hukum, perseroan terbatas, univ...
Hbl,3, fariz satiano, hapzi ali, bentuk badan hukum, perseroan terbatas, univ...Hbl,3, fariz satiano, hapzi ali, bentuk badan hukum, perseroan terbatas, univ...
Hbl,3, fariz satiano, hapzi ali, bentuk badan hukum, perseroan terbatas, univ...
 
2 h bisnis.organ bisnis
2 h bisnis.organ bisnis2 h bisnis.organ bisnis
2 h bisnis.organ bisnis
 
Aspek hukum s.n indah maria g-ivan rifky a-ma.4
Aspek hukum s.n indah maria g-ivan rifky a-ma.4Aspek hukum s.n indah maria g-ivan rifky a-ma.4
Aspek hukum s.n indah maria g-ivan rifky a-ma.4
 
Hbl minggu 1, hefti juliza, hapzi ali, resume aspek hukum bentuk badan usaha,...
Hbl minggu 1, hefti juliza, hapzi ali, resume aspek hukum bentuk badan usaha,...Hbl minggu 1, hefti juliza, hapzi ali, resume aspek hukum bentuk badan usaha,...
Hbl minggu 1, hefti juliza, hapzi ali, resume aspek hukum bentuk badan usaha,...
 
Hbl, fahrun rizaldi, hapzi ali, hukum badan usaha, universitas mercu buana
Hbl, fahrun rizaldi, hapzi ali, hukum badan usaha, universitas mercu buanaHbl, fahrun rizaldi, hapzi ali, hukum badan usaha, universitas mercu buana
Hbl, fahrun rizaldi, hapzi ali, hukum badan usaha, universitas mercu buana
 
Af-Subyek hukum dalam kegiatan bisnis 1
Af-Subyek hukum dalam kegiatan bisnis 1Af-Subyek hukum dalam kegiatan bisnis 1
Af-Subyek hukum dalam kegiatan bisnis 1
 
Af-subyek hukum dalam kegiatan bisnis
Af-subyek hukum dalam kegiatan bisnisAf-subyek hukum dalam kegiatan bisnis
Af-subyek hukum dalam kegiatan bisnis
 
Hbl minggu 1, hefti juliza, hapzi ali, resume aspek hukum bentuk badan usaha,...
Hbl minggu 1, hefti juliza, hapzi ali, resume aspek hukum bentuk badan usaha,...Hbl minggu 1, hefti juliza, hapzi ali, resume aspek hukum bentuk badan usaha,...
Hbl minggu 1, hefti juliza, hapzi ali, resume aspek hukum bentuk badan usaha,...
 
HBL, Hayyu Safitri, Hapzi Ali, Artikel Hukum Bisnis dan Lingkungan, Universit...
HBL, Hayyu Safitri, Hapzi Ali, Artikel Hukum Bisnis dan Lingkungan, Universit...HBL, Hayyu Safitri, Hapzi Ali, Artikel Hukum Bisnis dan Lingkungan, Universit...
HBL, Hayyu Safitri, Hapzi Ali, Artikel Hukum Bisnis dan Lingkungan, Universit...
 

Plus de Fair Nurfachrizi

Ketatanegaraan dan Sistem Hukum Nasional
Ketatanegaraan dan Sistem Hukum NasionalKetatanegaraan dan Sistem Hukum Nasional
Ketatanegaraan dan Sistem Hukum NasionalFair Nurfachrizi
 
Multikulturalisme & Kebangsaan Indonesia
Multikulturalisme & Kebangsaan IndonesiaMultikulturalisme & Kebangsaan Indonesia
Multikulturalisme & Kebangsaan IndonesiaFair Nurfachrizi
 
Identitas Nasional dan Faham Kebangsaan
Identitas Nasional dan Faham KebangsaanIdentitas Nasional dan Faham Kebangsaan
Identitas Nasional dan Faham KebangsaanFair Nurfachrizi
 
Pancasila Sebagai Sistem Etika
Pancasila Sebagai Sistem EtikaPancasila Sebagai Sistem Etika
Pancasila Sebagai Sistem EtikaFair Nurfachrizi
 
Pancasila Sebagai Sistem Filsafat
Pancasila Sebagai Sistem FilsafatPancasila Sebagai Sistem Filsafat
Pancasila Sebagai Sistem FilsafatFair Nurfachrizi
 
Konsep Masyarakat Bangsa dan Negara
Konsep Masyarakat Bangsa dan NegaraKonsep Masyarakat Bangsa dan Negara
Konsep Masyarakat Bangsa dan NegaraFair Nurfachrizi
 
Peran & Fungsi Mahasiswa Indonesia
Peran & Fungsi Mahasiswa IndonesiaPeran & Fungsi Mahasiswa Indonesia
Peran & Fungsi Mahasiswa IndonesiaFair Nurfachrizi
 
Pancasila dan Demokrasi Ekonomi
Pancasila dan Demokrasi EkonomiPancasila dan Demokrasi Ekonomi
Pancasila dan Demokrasi EkonomiFair Nurfachrizi
 
Pemerintahan, Perwakilan dan Sistem Pemilu
Pemerintahan, Perwakilan dan Sistem PemiluPemerintahan, Perwakilan dan Sistem Pemilu
Pemerintahan, Perwakilan dan Sistem PemiluFair Nurfachrizi
 
Sistem Politik & Demokrasi
Sistem Politik & DemokrasiSistem Politik & Demokrasi
Sistem Politik & DemokrasiFair Nurfachrizi
 

Plus de Fair Nurfachrizi (20)

Integrasi Nasional
Integrasi NasionalIntegrasi Nasional
Integrasi Nasional
 
Ketahanan Nasional
Ketahanan NasionalKetahanan Nasional
Ketahanan Nasional
 
Wawasan ke-Indonesiaan
Wawasan ke-IndonesiaanWawasan ke-Indonesiaan
Wawasan ke-Indonesiaan
 
Ketatanegaraan dan Sistem Hukum Nasional
Ketatanegaraan dan Sistem Hukum NasionalKetatanegaraan dan Sistem Hukum Nasional
Ketatanegaraan dan Sistem Hukum Nasional
 
Multikulturalisme & Kebangsaan Indonesia
Multikulturalisme & Kebangsaan IndonesiaMultikulturalisme & Kebangsaan Indonesia
Multikulturalisme & Kebangsaan Indonesia
 
Identitas Nasional dan Faham Kebangsaan
Identitas Nasional dan Faham KebangsaanIdentitas Nasional dan Faham Kebangsaan
Identitas Nasional dan Faham Kebangsaan
 
Ideologi Negara
Ideologi NegaraIdeologi Negara
Ideologi Negara
 
Pancasila Sebagai Sistem Etika
Pancasila Sebagai Sistem EtikaPancasila Sebagai Sistem Etika
Pancasila Sebagai Sistem Etika
 
Pancasila Sebagai Sistem Filsafat
Pancasila Sebagai Sistem FilsafatPancasila Sebagai Sistem Filsafat
Pancasila Sebagai Sistem Filsafat
 
Negara & Warga Negara
Negara & Warga NegaraNegara & Warga Negara
Negara & Warga Negara
 
Konsep Warga Negara
Konsep Warga NegaraKonsep Warga Negara
Konsep Warga Negara
 
Konsep Masyarakat Bangsa dan Negara
Konsep Masyarakat Bangsa dan NegaraKonsep Masyarakat Bangsa dan Negara
Konsep Masyarakat Bangsa dan Negara
 
Peran & Fungsi Mahasiswa Indonesia
Peran & Fungsi Mahasiswa IndonesiaPeran & Fungsi Mahasiswa Indonesia
Peran & Fungsi Mahasiswa Indonesia
 
Pancasila dan Demokrasi Ekonomi
Pancasila dan Demokrasi EkonomiPancasila dan Demokrasi Ekonomi
Pancasila dan Demokrasi Ekonomi
 
Pemerintahan, Perwakilan dan Sistem Pemilu
Pemerintahan, Perwakilan dan Sistem PemiluPemerintahan, Perwakilan dan Sistem Pemilu
Pemerintahan, Perwakilan dan Sistem Pemilu
 
Sistem Politik & Demokrasi
Sistem Politik & DemokrasiSistem Politik & Demokrasi
Sistem Politik & Demokrasi
 
Hak Asasi Manusia
Hak Asasi ManusiaHak Asasi Manusia
Hak Asasi Manusia
 
Otonomi Daerah
Otonomi DaerahOtonomi Daerah
Otonomi Daerah
 
Globalisasi
GlobalisasiGlobalisasi
Globalisasi
 
SPT 2013 OP Norma
SPT 2013 OP NormaSPT 2013 OP Norma
SPT 2013 OP Norma
 

Dernier

CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSdheaprs
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxSlasiWidasmara1
 
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptxcontoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptxHR MUSLIM
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxPurmiasih
 
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
HiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaHiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaafarmasipejatentimur
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...asepsaefudin2009
 
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdfDiskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdfHendroGunawan8
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 

Dernier (20)

CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
 
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptxcontoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
 
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
HiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaHiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
 
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdfDiskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 

LANJUTAN MATERI HUKUM PERUSAHAAN

  • 1. LANJUTAN MATERI HUKUM PERUSAHAAN (PT, KOPERASI, YAYASAN & BUMN)
  • 2. 6. Perseroan Terbatas (PT) : Istilah PT terdiri dari 2 (dua) kata, yaitu Kata Perseoran yang artinya modal perusahaannya terdiri atas “Sero atau Saham”. Sedangkan Kata Terbatas artinya Tanggung jawab para perseronya dibatasi hanya pada Saham yang dimiliki di Perusahaannya saja.
  • 3. PT ini secara umum diatur dalam Pasal 35 s/d Pasal 56 KUHD. Dan secara khusus diatur berdasarkan UU Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1995 dan diganti melalui UU-RI Nomor 40 Tahun 2007. Di dalam UU – RI tentang PT ini telah dinyatakan : “Bahwa PT adalah Badan Hukum yang didirikan berdasarkan Perjanjian, Melakukan Kegiatan Usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam SAHAM, dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam UU PT serta Peraturan Pelaksanaannya. Dengan demikian Karakteristik PT adalah : a. Asosiasi Modal; b. Berbentuk Badan Hukum; c. Didirikan dengan Akte Otentik; d. Pemisahan Tugas antara Pemegang Saham dengan Pengurus Perusahaan (Perseroan); e. Kekuasaan Tertinggi dalam PT, terletak pada RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham). Berbeda dengan bentuk-bentuk Perusahaan sebelumnya, PT ini merupakan Badan Hukum sebagai Subyek Hukum yang bukan orang tetapi mempunyai hak dan kewajiban seperti orang, serta mempunyai harta kekayaan sendiri yang terpisah dari harta pribadi orang-orang yang terlibat dalam perusahaan tersebut.
  • 4. Berikutnya, PT baru dikatakan sebagai Badan Usaha yang berbadan hukum, bila telah memenuhi persyaratan yang telah ditentukan oleh UU. Dalam UU-PT, Syarat untuk mendirikan PT telah diatur sebagai berikut : a. Didirikan oleh minimal 2 (dua) orang dengan Akte Otentik di Kantor Notaris, dan menggunakan bahasa Indonesia; b. Mendapat Pengesahan dari Menteri Hukum & HAM Republik Indonesia; c. Didaftarkan dan diumumkan melalui Lembaran Berita Negara di Kantor Kementerian Hukum & HAM Republik Indonesia. Jadi Prosedur Pendirian PT, adalah : 1. Didirikan oleh dua orang atau lebih dengan suatu Akte Otentik yang dibuat oleh Notaris dalam bahasa Indonesia, yang pada akhirnya menjadi Anggaran Dasar Perusahaan; 2. Pengajuan Permohonan Pengesahan ke Kantor Kementerian Hukum & HAM Republik Indonesia, melalui SISMINBAKUM (Sistem Administrasi Badan Hukum); 3. Pendaftaran dan pemberitahuan pada instansi terkait; 4. Didaftarkan dan diumumkan dalam Lembaran Berita Negara, melalui Kantor Kementerian Hukum & HAM Reoublik Indonesia.
  • 5. Selanjutnya di dalam AD-PT, minimal biasanya diatur tentang : 1. Nama & Tempat Kedudukan PT; 2. Jangka Waktu Berdirinya; 3. Maksud & Tujuan PT, serta Kegiatan Usaha yang dilakukan oleh PT; 4. Permodalan; 5. Jumlah saham, jumlah klasifikasi saham, jumlah untuk tiap klasifikasi, hak-hak yang melekat pada setiap sahamnya, Nilai Nominal setiap Sahamnya; 6. Susunan, Jumlah dan Nama Anggota Direksi & Komisaris; 7. Penetapan Tempat & Tata Cara penyelenggaraan RUPS; 8. Tata Cara Pemilihan, Pengangkatan, Penggantian dan Pemberhentian Anggota Direksi dan Komisaris; 9. Tata Cara Penggunaan Laba dan Pembagian Deviden; 10. Ketentuan-ketentuan lain menurut UU-RI tentang PT.
  • 6. PT mempunyai organ-organ berupa : a. RUPS; b. Direksi; dan c. Komisaris; Dimana masing-masing organ ini mempunyai fungsi dan tanggung jawab yang berbeda-beda. Sebelum PT ini disahkan, biasanya Pendiri melakukan berbagai kegiatan untuk kepentingan PT, Perbuatan tersebut mengikat PT setelah PT resmi menjadi Badan Hukum, apabila : a. PT secara tegas menyatakan menerima semua perjanjian yang dibuat oleh Pendiri dengan pihak ketiga; b. PT secara tegas menyatakan mengambil alih semua hak dan kewajiban yang timbul dari perjanjian oleh pendiri atau orang lain yang ditugaskan, meslipun tidak atas nama PT.; c. PT Mengukuhkan secara tertulis semua perbuatan hukum atas nama Perusahaan. PT mempunyai karakteristik yang berbeda dibanding dengan Maatschap, Firma, CV, yang merupakan perkumpulan (asosiasi orang), sedangkan PT merupakan asosiasi modal, artinya hubungan antar sekutu (pemegang saham) yang satu dengan lainnya terlalu dipentingkan dalam PT, tetapi yang lebih penting adalah pemupukan modal sebanyak-banyaknya.
  • 7. Keuntungan memilih badan usaha berupa PT, yaitu kelangsungan berdirinya Perusahaan lebih terjamin dibandingkan dengan bentuk Persekutuan lainnya, dimana karena alasan salah seorang sekutu meninggal dunia, mengundurkan diri, ataupun dinyatakan pailit dan dibawah pengampuhan, bisa menyebabkan bubarnya Perusahaan, sedangkan dalam PT semua alasan tersebut tidak dapat terjadi. Kepengurusan PT dilakukan oleh orang yang berwenang melakukan perbuatan hukum untuk dan atas nama PT. Secara umum dapat dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu : a. Daden Van Beheren, kegiatan Pengurus yaitu sekedar menyangkut hal-hal yang bersifat rutin sehari-hari; b. Daden Van Eigendom, yaitu kegiatan Pengurus yang bersifat kepemilikan.
  • 8. Namun dalam prakteknya, kita sulit membedakan diantara perbuatan Pengurus Van Beheren dengan Pengurus Van Eigendom, maka untuk mengetahui jenis Pengurusnya biasanya kita lihat pada Anggaran Dasarnya. Dalam UU-PT telah dinyatakan bahwa Pengurusan sehari-hari PT dijalankan oleh Dewan Direksi, yang diawasi oleh Dewan Komisaris. Sedangkan untuk Permodalan PT dikenal ada 3 (tiga) macam, yaitu : a. Modal Dasar; b. Modal Ditempatkan; c. Modal Disetorkan; Modal Dasar PT terdiri atas seluruh nilai nominal saham, dan saham tersebut dapat dikeluarkan atas nama dan/atau atas tunjuk. Sedangkan Modal yang Ditempatkan minimal 25% pada saat PT tersebut didirikan harus sudah ditempatkan dan pada setiap penempatan modal harus disetorkan paling sedikit 50% dari nilai nominal saham yang dikeluarkan.
  • 9. PT ini dapat berbentuk : 1. PT Tertutup, yaitu Perusahaan yang didirikan dengan tidak menjual sahamnya kepada masyarakat umum; 2. PT Terbuka, yaitu Perusahaan yang modal dan jumlah pemegang sahamnya wajib memenuhi kriteria tertentu dan/atau perusahaan yang melakukan penawaran sahamnya kepada masyarakat umum, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Pasar Modal. Selanjutnya terkait dengan permodalan, maka PT dapat dibedakan menjadi : 1. PT Modal dalam negeri (Perusahaan Nasional), dimana minimal 51% sahamnya dimiliki oleh Negara dan/atau Swasta Nasional; 2. PT Modal Asing, dimana modal dalam negeri milik Negara dan/atau milik Swasta Nasional kurang dari 51%.
  • 10. Terkait dengan “Penggabungan, Peleburan dan Pengambil Alihan” PT, secara khusus diatur oleh Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 27 Tahun 1998. Penggabungan (Merger), adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu perseroan atau lebih untuk menggabungkan diri dengan Perseroan lain yang telah ada dan selanjutnya perseroan yang menggabungkan diri menjadi bubar. Peleburan (Konsolidasi), adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu perseroan atau lebih untuk meleburkan diri dengan cara membentuk satu perseroan baru dan masing-masing perseroan yang meleburkan diri menjadi bubar.
  • 11. Pengambil Alihan (Akuisisi), adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh badan hukum atau orang perseorangan untuk mengambil alih baik seluruhnya ataupun sebagian besar saham perseroan yang dapat mengakibatkan beralihnya pengendalian terhadap perseroan tersebut. Pembubaran PT, dapat terjadi karena : 1. Keputusan RUPS; 2. Jangka Waktu Pendirian Berakhir; 3. Penetapan Pengadilan Negeri Setempat. 7. Koperasi : Koperasi berasal dari Cooperation (Inggris), Cooperatie (Belanda), yang berarti kerjasama yang terjadi antara beberapa orang untuk men- capai tujuan yang sulit dicapai secara perorangan. Tujuan tersebut adalah berupa kesejahteraan bersama dan berazaskan Kekeluargaan.
  • 12. Tujuan Koperasi berbeda dengan tujuan dengan perseroan-perseroan sebelumnya termasuk PT., maka Tujuan Koperasi adalah untuk memajukan kesejahteraan anggotanya pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur berlandaskan Pancasila dan UUD 1945. Koperasi ini secara khusus diatur oleh UU-RI Nomor 25 Tahun 1992 dan diganti dengan UU-RI Nomor 17 Tahun 2012. Selanjutnya Prosedur Pendirian : 1. Rapat pembentukan yang dihadiri oleh minimal 20 (dua puluh) orang yang mempunyai keinginan yang sama mendirikan Koperasi, dibuat berita acara yang untuk selanjutnya diajukan kepada Pejabat yang diangkat dan ditunjuk oleh serta mendapat kuasa khusus dari Menteri Koperasi Republik Indonesia;
  • 13. 2. Surat permohonan pengesahan pendiri Koperasi, dilampiri dengan kata-kata pendirian dan petikan berita acara rapat, kepada Pejabat yang diangkat oleh dan mendapat kuasa khusus dari Menteri Koperasi. Dan pada waktu menerima akte pendirian, Pejabat menyerahkan sehelai tanda terima yang bertanggal kepada para pendiri Koperasi; 3. Pengesahan dan pendaftaran akte pendirian, jika Pejabat Koperasi berpendapat bahwa isi akte pendirian tidak bertentangan dengan UU, maka menurut ketentuan pengesahan akte pendirian diberikan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan setelah diterimanya permintaan pengesahan. Akte pendirian yang telah disahkan itu didaftarkan dalam Buku Daftar Umum yang disediakan untuk keperluan itu di Kantor Pejabat dengan dibubuhi tanggal dan nomor pendaftaran serta tanda tangan pengesahan Pejabat. Tanggal pengesahan akte pendirian berlaku sebagai tanggal resmi berdirinya Koperasi, dan sejak itulah Koperasi yang bersangkutan adalah telah Ber- Badan Hukum;
  • 14. 4. Pengiriman akte pendirian kepada Pendiri Koperasi, dimana akte pendirian yang bermaterai dikirimkan kepada para Pendiri untuk digunakan sebagaimana mestinya. Sedangkan akte pendirian yang tidak bermaterai disimpan di Kantor Pejabat yang ditunjuk. Jika ada perbedaan antara 2 akte pendirian tersebut, maka yang dianggap benar adalah akte pendirian yang disimpan di Kantor Pejabat yang ditunjuk; 5. Berikutnya harus diumumkan dan didaftarkan dalam Lembaran Berita Negara, setiap akte pendirian yang sudah disahkan, wajib diumumkan oleh Pejabat dengan menempatkannya dalam Lembaran Berita Negara, akan tetapi pengesahan sebagai Badan Hukum sejak pengesahan Akte Pendirian, bukan sejak diumumkan dalam Lembaran Berita Negara;
  • 15. Organ dalam Koperasi, terdiri dari : Dewan Pengawas dan Badan Pengurus Harian. Sedangkan Rapat Umum Anggota (RUA) menjadi Pemegang Kekuasaan Tertinggi dalam setiap Pengambilan Keputusan dalam Koperasi. Dari sisi Permodalan, maka Modal Koperasi terdiri dari : Modal Sendiri, Modal Pinjaman dan Modal Penyertaan. Modal Sendiri adalah Modal yang menanggung resiko atau disebut juga Modal Ekuiti. Modal Sendiri dapat berasal dari Simpanan Pokok & Simpanan Wajib Anggota, Dana Cadangan dan Hibah. Sedangkan Modal Pinjaman adalah Modal yang berasal dari Pinjaman Anggota, dari Koperasi lain dan/atau anggotanya, dari Perbankan, dari Lembaga Keuangan lainnya, Penerbitan Obligasi dan Penerbitan Surat Hutang, atau sumber lain yang sah melalui Perjanjian tertulis dengan pihak yang bersangkutan. Selain itu Koperasi dapat pula melakukan pemupukan Modal yang berasal dari Modal Penyertaan. Modal Penyertaan baik yang bersumber dari Pemerintah maupun dari masyarakat dilaksanakan dalam rangka memperkuat kegiatan usaha Koperasi terutama yang berbentuk Investasi.
  • 16. Selanjutnya terkait dengan Pembubaran Koperasi, Pembubaran Koperasi dapat dilakukan : 1. Melalui Rapat Umum Anggota; 2. Berdasarkan Keputusan Pemerintah. Apabila pembubaran dilakukan melalui Rapat Umum Anggota, maka Keputusan RUA itu Harus diberitahukan secara tertulis oleh Kuasa Rapat kepada semua Kreditur dan Pemerintah. Apabila pembubaran itu berdasarkan Keputusan Pemerintah, maka pembubarannya tersebut : a. Terdapat bukti bahwa Koperasi yang bersangkutan tidak memenuhi ketentuan UU; b. Kegiatan dalam Koperasi tersebut telah benar- benar bertentangan dengan UU, Ketertiban Umum dan/atau Kesusilaan; c. Kelangsungan hidupnya tidak dapat lagi diharapkan;
  • 17. 8. Yayasan : Yayasan ini secara khusus diatur dalam UU Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2004 tentang Yayasan. UU Yayasan ini untuk memberikan legalitas bagi keberadaan Yayasan agar tidak menyimpang dari filosofi dasar tujuan dibentuknya Yayasan yang non komersial, disamping itu juga untuk meluruskan fungsinya sebagai usaha amal yang bergerak dibidang : Sosial, Keagamaan, Kemanusiaan dan Pendidikan. Yayasan ini tidak dibolehkan membagi-bagikan hasil kegiatan usahanya kepada Pembina, Pengurus dan Pengawas Yayasan. Dalam penjelasannya, Pembina, Pengurus dan Pengawas harus bekerja keras secara sukarela tanpa menerima Gaji, Upah dan HR tetap. Hal ini kemudian direvisi bahwa HR dapat diberikan hanya untuk Pengurus secara langsung.
  • 18. Pengurus juga dilarang mengadakan perjanjian dengan organisasi yang terafiliasi dengan Yayasan (Pendiri), Pembina, Pengurus dan/atau Pengawas Yayasan, atau dengan seseorang yang bekerja kepada Yayasan, kecuali bermanfaat bagi tercapainya maksud dan tujuan Yayasan. Selanjutnya mengenai ORGAN Yayasan telah ditentukan tugas & wewenangnya masing-masing, agar tidak terjadi persekongkolan. ORGAN Yayasan terdiri dari : a. Dewan Pembina, sekurang-kurangnya 1 (satu) orang; b. Dewan Pengawas, sekurang-kurangnya 1 (satu) orang; c. Dewan Pengurus, sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang (Ketua, Sekretaris dan Bendahara). Khusus untuk Operasional Harian, Pengurus dapat mengangkat Pelaksana Kegiatan Usahanya.
  • 19. Berikutnya, Dewan Pengurus dan Dewan Pengawas Diangkat & Diberhentikan oleh Dewan Pembina. Masa Jabatannya 5 (lima) Tahun dan dapat diperpanjang 5 (lima) Tahun kembali untuk satu periode jabatannya. Jabatan dalam ORGAN Yayasan TIDAK BOLEH Dirangkap. Selanjutnya untuk Dewan Pembina, tidak ada batasan waktu masa jabatan. Dan yang dapat diangkat menjadi Dewan Pembina Yayasan adalah : Orang Perorangan yaitu Pendiri Yayasan atau yang ditunjuk oleh Pendiri yang berbadan hukum sebagai wakilnya.
  • 20. Berikutnya terkait dengan Kegiatan Yayasan, maka Kegiatan Usaha Yayasan harus dapat dirinci dengan jelas mengenai kegiatan riil Yayasan. Oleh karenanya, Yayasan dapat mendirikan Badan Usaha yang sesuai dengan maksud dan tujuan Yayasan yang bersangkutan, tetapi tidak boleh melebihi investasinya 25% dari harta kekayaan Yayasan, serta Organ Yayasan tidak boleh duduk sebagai Pengurus Badan Usaha yang dibentuk. Dengan demikian Yayasan dapat dikomersilkan, asal hasil dari Badan Usaha milik Yayasan tersebut digunakan untuk mengoptimalkan kegiatan sosial di Yayasan.
  • 21. Bagi Yayasan yang memperoleh dana bantuan dari Negara, bantuan Luarnegeri atau Pihak lain yang tidak mengikat, sebesar : Rp. 500.000.000,-- (Lima ratus juta rupiah) atau lebih, dan Bagi Yayasan yang mempunyai Kekayaan sebesar:Rp. 20.000.000.000,-- (Dua puluh milyar rupiah) atau lebih, HARUS & WAJIB ikhtisar Laporan Tahunannya DIUMUMKAN dalam Surat Kabar Harian Nasional & Daerah, dan Diaudit oleh Kantor Akuntan Publik untuk selanjutnya dilaporkan kepada Instansi Terkait dan Masyarakat sekitarnya. Sedangkan Yayasan yang kekayaannya kurang dari ketentuan diatas, Pengumuman Laporan Yayasan Cukup Ditempel di Kantor Yayasan yang bersangkutan.
  • 22. Pemeriksaan Terhadap Yayasan, dapat diajukan oleh Pihak Ketiga (Masyarakat) yang berkepentingan, jika dianggap sampai adanya dugaan penyimpangan dan/atau merugikan Uang Negara, atas permintaan Kantor Kejaksaan Negeri setempat. Prosedur Pendirian Yayasan diatur sebagai berikut : Hasil Musyawarah dalam bentuk Berita Acara para pendiri dilampirkan dalam surat permohonan kepada Kantor Notaris yang ditunjuk, Kemudian di daftarkan kepada Kantor Kementerian Hukum & HAM Republik Indonesia, untuk selanjutnya didaftarkan pada Lembaran Berita Negara, kuranglebih jangka waktunya maksimal 6 (enam) bulan, baru Akte Yayasan di sahkan dari Kantor Notaris yang bersangkutan, untuk diberikan kepada para Pendiri Yayasan, maka sejak saat itulah Yayasan secara Sah menjadi Badan Hukum.
  • 23. Tentang Pertanggung Jawaban Yayasan, telah diatur bahwa Dewan Pembina dan Dewan Pengawas TIDAK BERTANGGUNG JAWAB pada perbuatan hukum apapun, sehingga khusus untuk Yayasan yang paling bertanggung jawab adalah Dewan Pengurus. Dengan demikian Dewan Pengurus Yayasan HARUS & WAJIB untuk mematuhi seluruh ketentuan yang diatur dalam AD/ART Yayasan, UU Yayasan, Peraturan Perundang-undangan lain yang berlaku, Ketertiban Umum, Kesusilaan, Moral & Adat Istiadat.
  • 24. 9. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) : Secara khusus diatur dalam UU-RI Nomor 19 Tahun 2003, tentang BUMN. BUMN ini mempunyai 2 (dua) bentuk, yaitu “Perusahaan Persero” dan “Perusahaan Umum”. Perusahaan Perseroan bertujuan untuk memupuk Keuntungan, sehingga Perusahaan Perseroan ini juga sepenuhnya tunduk pada UU-RI tentang PT. Sedangkan Perusahaan Umum dibentuk oleh Pemerintah untuk melaksanakan usaha sebagai implementasi Kewajiban Pemerintah guna menyediakan barang dan jasa tertentu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Perum. Ini walaupun keberadaannya untuk melaksanakan kemanfaatan umum, namun demikian sebagai Badan Usaha diupayakan untuk tetap mandiri dan untuk itu Harus diupayakan juga untuk mendapat laba agar bisa hidup berkelanjutan.
  • 25. Perusahaan Perseroan adalah BUMN yang berbentuk PT dimana modalnya terbagi kedalam saham yang dapat seluruhnya atau paling sedikit 51% sahamnya harus dimiliki oleh Negara, dengan tujuan utamanya mengejar Keuntungan. Sedangkan Perusahaan Umum adalah BUMN yang seluruh modalnya dimiliki oleh Negara sehingga tidak terbagi atas saham, yang tujuannya untuk kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan jasa yang bermutu tinggi dan sekaligus mengejar keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan. Berikutnya terkait dengan sumber modal BUMN berasal dari Kekayaan Negara yang dipisahkan. Berarti sumbernya dari APBN, Kapitalisasi Cadangan dan/atau Sumber Lainnya yang sah.
  • 26. Berikutnya, soal Kepengurusan BUMN. Kepengurusan BUMN secara teknis dilakukan dan dijalankan oleh DIREKSI, dimana Direksi bertanggung jawab penuh atas Kepengurusan BUMN sesuai dengan kepentingan dan tujuan BUMN, serta mewakili BUMN baik di dalam maupun di luar Pengadilan. Sedangkan dalam hal Pengawasan BUMN, menjadi wewenang Dewan KOMISARIS dan Desan PENGAWAS sesuai yang diatur dalam UU-BUMN dan UU-PT. Selanjutnya terkait dengan PENDIRIAN Persero BUMN, secara umum harus diusulkan oleh Menteri BUMN-RI kepada Presiden RI, disertai dengan Dasar Pertimbangan setelah memalui Pengkajian bersama antara Menteri-Menteri Teknis Terkait dan Menteri Keuangan. (Proses selanjutnya, secara teknis pendirian Persero BUMN mengikuti persyaratan yang diatur dalam UU-PT).
  • 27. Terkait dengan ORGAN Persero, terdiri dari : RUPS, Direksi dan Komisaris. Berdasarkan UU-BUMN, Menteri BUMN-RI bertindak sebagai Pimpinan RUPS dalam hal seluruh Sahamnya dimiliki oleh Negara, sedangkan dalam hal tidak seluruh sahamnya dimiliki oleh Negara, Menteri BUMN-RI dapat memberikan kuasanya dengan HAK SUBSITUSI kepada perorangan atau Badan Hukum untuk mewakilinya dalam RUPS, sedangkan untuk hal-hal tertentu penerima kuasa wajib terlebih dahulu memperoleh persetujuan dari Menteri BUMN-RI sebelum hal-hal dimaksud dipuruskan dalam RUPS. (Hal ini perlu mendapat persetujuan dari Menteri, mengingat sifatnya yang sangat strategis bagi kelangsungan Persero BUMN).
  • 28. Berikutnya Pendirian Perusahaan Umum Milik Negara. Perum didirikan berdasarkan Usulan dari Menteri BUMN kepada Presiden RI, disertai dengan dasar pertimbangan setelah dikaji oleh para Menteri-Menteri Teknis Terkait dan Menteri Keuangan, melalui Peraturan Pemerintah (PP), maka sejak itulah Perum ini menjadi Badan Hukum. Pendirian Perum. Harus dan Wajib memenuhi kriteria sebagai berikut : 1. Bidang Usaha atau Kegiatannya harus berkaitan dengan kepentingan orang banyak; 2. Didirikan tidak semata-mata untuk mengejar keuntungan semata; 3. Didasarkan pengkajian yang memenuhi persyaratan ekonomis yang diperlukan bagi berdirinya suatu badan usaha (mandiri).
  • 29. Organ Perum, terdiri dari : Menteri BUMN-RI, Dewan Direksi & Dewan Pengawas. Kedudukan Menteri disini sebagai Organ yang memegang kekuasaan tertinggi dalam Perum. Mempunyai segala wewenang yang tidak diberikan kepada Dewan Direksi maupun Dewan Pengawas, dalam batas yang telah ditentukan. Oleh karenanya Menteri memberikan persetujuan atas kebijakan pengembangan usaha Perum yang diusulkan oleh Dewan Direksi & mendapat persetujuan Dewan Pengawas. Dengan demikian Pertanggung Jawaban Perum ini telah ditentukan : “Bahwa Menteri BUMN-RI tidak bertanggung jawab atas segala perbuatan hukum yang dibuat oleh Perum dan tidak bertanggung jawab atas kerugian Perum, melebihi dari nilai kekayaan Negara yang telah dipisahkan dari Perum”.
  • 30. Kecuali bila Menteri BUMN-RI melakukan : 1. Baik langsung maupun tidak langsung, dengan itikad tidak baik telah memanfaatkan fasilitas Perum, semata-mata untuk kepentingan pribadinya; 2. Terlibat dalam perbuatan melawan/ melanggar hukum yang dilakukan oleh Perum; 3. Perbuatan langsung maupun tidak langsung secara melawan/melanggar hukum telah menggunakan kekayaan Perum. Karena modal Perum pada dasarnya merupakan kekayaan negara yang telah dipisahkan, sehingga pemilik modal hanya bertanggung jawab sebesar nilai penyertaan yang disetorkan, dan tidak meliputi harta kekayaan negara di luar modal tersebut. Jika terjadi tindakan di luar mekanisme korporasi sebagaimana diatur dalam ketentuan UU-BUMN.
  • 31. Terakhir masalah Penggabungan, Peleburan, Pengambil Alihan dan Pembubaran BUMN : Penggabungan ataupun Peleburan BUMN dapat dilakukan dengan BUMN lainnya yang telah ada, tanpa dilakukan LIKUIDASI terlebih dahulu. Dengan adanya penggabungan tersebut, Persero atau Perum yang menggabungkan diri menjadi bubar. Sedangkan dengan adanya Peleburan BUMN, maka BUMN yang saling meleburkan diri tersebut menjadi bubar dan membentuk BUMN baru. Selanjutnya terkait dengan Pengambil Alihan BUMN, baik seluruh ataupun sebagian saham atau modalnya, maka mengakibatkan BERALIHNYA pengendalian terhadap BUMN tersebut. Dalam hal Pembubaran BUMN Harus dilakukan melalui Peraturan Pemerintah (PP) dan hasil likuidasinya dijadikan sebagai penyertaan modal pada BUMN lain atau BUMN yang baru. Jika tidak diterapkan hal demikian, maka sisa hasil likuidasi disetorkan langsung ke Kas Negara, karena merupakan hak Negara sebagai Pemegang Saham