1. Teks Cerita Sejarah
3.3 Menganalisis informasi, yang mencakup
orientasi, rangkaian kejadian yang saling
berkaitan, komplikasi dan resolusi, dalam cerita
sejarah lisan atau tulis.
4.3 Mengonstruksi nilai – nilai dari informasi
cerita sejarah dalam sebuah teks eksplanasi.
2. Pengertian Teks Cerita Sejarah
Teks cerita sejarah adalah teks yang
menjelaskan dan menceritakan tentang fakta
kejadian masa lalu yang menjadi asal-muasal
atau latar belakang terjadinya sesuatu yang
memilliki nilai kesejarahan, bisa bersifat naratif
maupun deskriptif.
3. Jenis/Macam Teks Cerita Sejarah
Berdasarka peristiwa, cerita sejarah dapat
diidentifikasi menjadi dua, yaitu :
• Cerita Sejarah yang benar-benar terjadi,
seperti proklamasi, bandung lautan api, dan
sejenisnya
• Cerita sejarah berupa khayalan, seperti novel,
cerpen, dan sejenisnya
4. Jenis/Macam Teks Cerita Sejarah
Berdasarkan Tujuan, cerita sejarah diidentifikasi
menjadi dua, yaitu :
• Cerita Sejarah Ekspositoris
Cerita sejarah ini bertujuan memperluas pengetahuan
pembaca. Tahapan-tahapan dalam suatu proses
disampaikan menggunakan bahasa yang informatif
dengan titik berat pada penggunaan kata denotatif
• Cerita Sejarah Sugestif
Cerita sejarah ini bertujuan merangsang daya khayal
pembaca. Tujuan utamanya memberi makna atas
peristiwa atau kejadian sebagai suatu pengalaman.
Bahasa yang digunakan lebih condong ke bahasa
khiasan dengan menggunakan kata-kata konotatif
5. Ciri-ciri Teks Cerita Sejarah
• Sebagai salah satu bentuk teks dalam Bahasa
Indonesia, teks cerita sejarah memiliki beberapa ciri-
ciri sebagai berikut.
• Bentuk tes bentuk teks orientasi terstruktur.
• Sering menggunakan konjungsi temporal
• Disajikan secara kronologis atau urutan peristiwa atau
urutan kejadian.
• Ada kata ganti yang digunakan untuk menggantikan
benda dan menamai seseorang atau sesuatu secara
tidak langsung.
• Menjelaskan atau menceritakan tentang fakta atau
kejadian masa lalu yang menjadi asal muasal sesuatu
yang memiliki nilai sejarah.
6. Nilai-Nilai Teks Cerita Sejarah
• Nilai Budaya : Nilai yang mengandung hubungan yang
mendalam dengan suatu masyarakat, peradaban,
atau kebudayaan.
• Nilai Moral : Nilai yang memberikan petuah atau
ajaran yang berkaitan dengan etika atau moral.
• Nilai Agama : Nilai-nilai dalam cerita yang berkaitan
atau bersumber pada nilai agama.
• Nilai Sosial : Nilai yang berkaitan dengan tata
pergaulan antara individu dengan masyarakat.
• Nilai Estetis : Nilai yang berkaitan dengan keindahan,
baik keindahan struktur, fakta, maupun penyajian
cerita.
7. Fungsi Teks Cerita Sejarah
Menurut Nugroho Notosusanto
1. Fungsi Rekreatif : Sejarah dapat memberikan
perasaan senang dan bahagia kepada pembaca
2. Fungsi Inspiratif : Dengan mempelajari sejarah
pembaca bisa mengembangkan inspirasi, imajinasi,
dan kreativitas demi keberlangsungan hidup
berbangsa dan bernegara yang lebih baik lagi
3. Fungsi Instruktif : Sejarah dapat dijadikan alat bantu
pembelajaran
4. Fungsi Edukatif : Sebagai pembelajaran dalam
kehidupan sehari-hari agar menjadi pribadi yang
dan bijaksana
8. Struktur Teks Cerita Sejarah
Teks cerita sejarah sama dengan teks yang lainnya yang memiliki bagian-
bagian atau struktur. Adapun struktur teks cerita sejarah yaitu:
• Orientasi (Pengenalan Situasi Cerita)
Dalam bagian ini, pengarang memperkenalkan setting cerita baik waktu,
tempat, maupun peristiwa. Selain itu, orientasi juga dapat disajikan dengan
mengenalkan para tokoh, menata adegan, dan hubungan antartokoh.
• Komplikasi (Konflik)
Komplikasi merupakan inti dari cerita. Pada bagian ini digambarkan mulai
timbulnya permasalahan yang bisa terjadi perubahan nasib beberapa
tokohnya dan perlahan-lahan menanjak sampai klimaks/puncak konflik
• Solusi (Penyelesaian)
Kondisi konflik yang mulai menurun dan mengarah pada tuntutan terhadap
suatu hal, terutama dari pelaku utama.
• Reorientasi (pendapat penulis)
Biasanya berisi opini atau komentar penulis tentang peristiwa yang
diceritakan.
9. Contoh cerita Sejarah
Pangeran Diponegoro
Dilahirkan dari keluarga Kesultanan Yogyakarta, memiliki jiwa
kepemimpinan dan kepahlawanan. Hatinya yang bersih dan sebagai seorang
pangeran akhirnya menuntunnya menjadi seorang yang harus tampil di
depan guna membela kehormatan keluarga, kerajaan, rakyat dan bangsanya
dari penjajahan Belanda.
Namun resiko dari kebersihan hatinya, ia ditangkap oleh Belanda
dengan cara licik, rekayasa perundingan. Namun walaupun begitu, beliau
tidak akan pernah menyesal karena beliau wafat dengan hati yang tenang,
tidak berhutang pada bangsanya, rakyatnya, keluarganya, terutama pada
dirinya sendiri.
Kejujuran, kesederhanaan, kerendahan hati, kebersihan hati,
kepemimpinan, kepahlawanan, itulah barangkali sedikit sifat yang
tertangkap bila menelusuri perjalanan perjuangan Pahlawan kita yang lahir
di Yogyakarta tanggal 11 November 1785 ini.
Pangeran Diponegoro yang bernama asli Raden Mas Ontowiryo, ini
menunjukkan kesederhanaan atau kerendahan hatinya itu ketika menolak
keinginan ayahnya, Sultan Hamengku Buwono III untuk mengangkatnya
menjadi raja. Beliau menolak mengingat bunda yang melahirkannya
bukanlah permaisuri.
10. Bagi orang-orang yang tamak akan kedudukan, penolakan itu pasti
sangat disayangkan. Sebab bagi orang tamak, jangankan diberi, bila perlu
merampas pun dilakukan. Melihat penolakan ini, sangat jelas sifat tamak
tidak ada sedikitpun pada Pangeran ini. Yang ada hanyalah hati yang bersih.
Beliau tidak mau menerima apa yang menurut beliau bukan haknya. Itulah
sifat yang dipertunjukkannya dalam penolakan terhadap tawaran ayahnya
tersebut.
Namun sebaliknya, beliau juga akan memperjuangkan sampai mati
apa yang menurut beliau menjadi haknya. Sifatnya ini jelas terlihat jika
memperhatikan sikap beliau ketika melihat perlakuan Belanda di Yogyakarta
sekitar tahun 1920. Hatinya semakin tidak bisa menerima ketika melihat
campur tangan Belanda yang semakin besar dalam persoalan kerajaan
Yogyakarta. Berbagai peraturan tata tertib yang dibuat oleh Pemerintah
Belanda menurutnya sangat merendahkan martabat raja-raja Jawa. Sikap ini
juga sangat jelas memperlihatkan sifat kepemimpinan dan kepahlawanan
beliau.
Sebagaimana diketahui bahwa Belanda pada setiap kesempatan
selalu menggunakan politik 'memecah-belah'-nya. Di Yogyakarta sendiri
pun, Pangeran Diponegoro melihat, bahwa para bangsawan di sana sering di
adu domba Belanda. Ketika kedua bangsawan yang diadu-domba saling
mencurigai, tanah-tanah kerajaan pun semakin banyak diambil oleh Belanda
untuk perkebunan pengusaha-pengusaha dari negeri kincir angin itu.
11. Melihat keadaan demikian, Pangeran Diponegoro menunjukkan
sikap tidak senang dan memutuskan meninggalkan keraton untuk
seterusnya menetap di Tegalrejo. Melihat sikapnya yang demikian,
Belanda malah menuduhnya menyiapkan pemberontakan. Sehingga
pada tanggal 20 Juni 1825, Belanda melakukan penyerangan ke
Tegalrejo. Dengan demikian Perang Diponegoro pun telah dimulai.
Dalam perang di Tegalrejo ini, Pangeran dan pasukannya
terpaksa mundur, dan selajutnya mulai membangun pertahanan baru di
Selarong. Perang dilakukan secara bergerilya dimana pasukan sering
berpindah-pindah untuk menjaga agar pasukannya sulit dihancurkan
pihak Belanda. Taktik perang gerilya ini pada tahun-tahun pertama
membuat pasukannya unggul dan banyak menyulitkan pihak Belanda.
Namun setelah Belanda mengganti siasat dengan membangun
benteng-benteng di daerah yang sudah dikuasai, akhirnya pergerakan
pasukan Diponegoro pun tidak bisa lagi sebebas sebelumnya. Disamping
itu, pihak Belanda pun selalu membujuk tokoh-tokoh yang mengadakan
perlawanan agar menghentikan perang. Akhirnya, terhitung sejak tahun
1829 perlawanan dari rakyat pun semakin berkurang.
12. Belanda yang sesekali masih mendapatkan perlawanan dari pasukan
Diponegoro, dengan berbagai cara terus berupaya untuk menangkap pangeran.
Bahkan sayembara pun dipergunaan. Hadiah 50.000 Gulden diberikan kepada
siapa saja yang bisa menangkap Diponegoro. Diponegoro sendiri tidak pernah
mau menyerah sekalipun kekuatannya semakin melemah.
Karena berbagai cara yang dilakukan oleh Belanda tidak pernah
berhasil, maka permainan licik dan kotor pun dilakukan. Diponegoro diundang
ke Magelang untuk berunding, dengan jaminan kalau tidak ada pun
kesepakatan, Diponegoro boleh kembali ke tempatnya dengan aman.
Diponegoro yang jujur dan berhati bersih, percaya atas niat baik yang diusulkan
Belanda tersebut. Apa lacur, undangan perundingan tersebut rupanya sudah
menjadi rencana busuk untuk menangkap pangeran ini. Dalam perundingan di
Magelang tanggal 28 Maret 1830, beliau ditangkap dan dibuang ke Menado
yang dikemudian hari dipindahkan lagi ke Ujungpandang.
Setelah kurang lebih 25 tahun ditahan di Benteng Rotterdam,
Ujungpandang, akhirnya pada tanggal 8 Januari 1855 beliau meninggal.
Jenazahnya pun dimakamkan di sana. Beliau wafat sebagai pahlawan bangsa
yang tidak pernah mau menyerah pada kezaliman manusia.
13. Pertanyaan Teks Cerita Sejrah
1. Teks di atas termasuk jenis/macam Teks Cerita
Sejarah apa?
2. Siapakah Pangeran Diponegoro?
3. Konflik apa saja yang dihadapi pangeran Dionegoro?
4. Bagaimana cara Pangeran Diponegoro menghadapi
setiap permasalahan yang beliau hadapi?
5. Mengapa Pangeran diponegoro disebut sebagai
pahlawan bangsa yang tidak mau menyerh pada
kezaliman manusi?
6. Nilai apa saja yang dapat diteladani dari Pangeran
Diponegoro?