3. HAKIKAT PUASA
Puasa menurut bahasa adalah; Menahan diri dari perkara yang
disenangi hati. Sedangkan menurut Syara’ adalah; Menahan diri dari
perkara yang membathalkan puasa pada siang hari, karena perkara
yang dapat membathalkan puasa adalah perkara yang paling besar
yang disenangi hati
hadits qudsi: "Puasa itu adalah untukku dan akulah yang akan
membalasnya"
4. PUASA UMAT TERDAHULU
Puasa Nabi Adam As
Puasa Nabi Nuh As
Puasa Nabi Ibrahim As
Puasa Nabi Musa As
Puasa Nabi Daud As
Puasa Ramadhan
6. PUASA BAGI ORANG YANG SAKIT DAN BAGI MUSAFIR
Orang sakit mendapatkan dispensasi (rukhsoh) untuk tidak
berpuasa, dengan catatan bahwa orang tersebut harus mengganti
puasa yang ditinggalkannya pada kesempatan lain atau dikenal
sebagai qadha. Dengan batasan bahwa sakit ini adalah sakit yang
menyebabkan seseorang tidak mampu secara fisik untuk melakukan
puasa.
7. Salah satu kelompok orang yang diberi keringanan boleh tidak berpuasa
adalah orang yang sedang melakukan perjalanan (musafir). Berikut
ketentuan-ketentuan yang tidak disebutkan secara rinci didalam Al-
Qur’an :
Perjalanan yang dilakukan menempuh jarak perjalanan yang
membolehkan mengqashar shalat
Perjalanan yang dilakukan adalah perjalanan yang mubah, bukan
perjalanan untuk melakukan suatu kemaksiatan
Perjalanannya dilakukan pada malam hari dan sebelum terbit fajar
(waktu subbuh) telah melewati batas daerah tempat tinggalnya,
dalam konteks wilayah Indonesia adalah batas kelurahan
8. Bila ia pergi setelah terbitnya fajar maka ia tidak diperbolehkan
berbuka dan wajib berpuasa penuh pada hari itu.
Seorang musafir (yang dalam keadaan melakukan perjalanan
sebagaimana syarat-syarat di atas) yang pada waktu pagi hari
berpuasa diperbolehkan berbuka membatalkan puasanya.
Seorang musafir yang telah bermukim di suatu tempat dilarang
berbuka (tidak berpuasa).
9. FAEDAH PUASA
Seseorang yang berpuasa akan lebih dekat dengan sifat-sifat terpuji
(malakiyah).
Puasa dapat membersihkan dan menjernihkan jiwa pelakunya dari
sifat kebinatangan
Puasa dapat membersihkan dan menjernihkan jiwa pelakunya dari
sifat kebinatangan
Puasa dapat menjaga kesehatan tubuh karena perut adalah sumber
penyakit, dan tindakan antisipatif adalah pangkal pengobatan bagi
setiap penyakit
Puasa bisa membuat terang pikiran dan membersihkan hati
seseorang rasul bersabda “siapa yang perutnya lapar (puasa),
pikirannya akan menjadi jembar (luas wawasannya) dan hatinya
akan bersih.