SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  7
Materi 1
Sistem Bilangan Riil
Kalkulus didasarkan pada sistem bilangan riil dan sifat-sifatnya. Tetapi apakah bilangan riil
itu dan apa sifat-sifatnya? Untuk menjawabnya, kita mulai dengan beberapa sistem bilangan
yang lebih sederhana.
Bilangan-Bilangan Bulat dan Rasional
Di antara sistem bilangan, yang paling sederhana adalah bilangan-bilangan asli,
1 , 2, 3, 4, 5, 6, . . . . .
Dengan bilangan ini kita dapat menghitung: buku-buku kita, teman-teman kita, dan uang
kita. Jika kita gandengkan negartifnya dengan nol, kita peroleh bilangan-bilangan bulat:
. . . . . , -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3, . . . . .
Bilamana kita mencoba mengukur panjang, berat atau tegangan listrik, bilangan-bilangan
bulat tidak memadai. Bilangan ini terlalu kurang untuk memberikan ketelitian yang cukup.
Kita dituntun untuk juga mempertimbangkan hasil bagi (rasio) dari bilangan-bilangan bulat
(gambar 1) yaitu bilangan-bilangan seperti :
3
4
,
−7
8
,
21
5
,
19
−2
,
16
2
dan
−17
1
Gambar 1
Perhatikan bahwa kita menyertakan 16/2 dan -17/1, walaupun secara normal kita
menuliskannya sebagai 8 dan -17, karena sesuai dengan arti pembagian yang biasa mereka
sama dengan yang belakangan. Kita tidak menyertakan 5/0 atau -9/0, karena tidak mungkin
membuat pengertian dari lambang-lambang ini, marilah kita bersepakat untuk seterusnya
membuang jauh-jauh dari pikiran kita pembagian oleh nol dalam materi ini (gambar 2).
Bilangan-bilangan yang dapat dituliskan dalam bentuk m/n , dimana m dan n adalah
bilangan-bilangan bulat dengan n ≠ 0, disebut bilangan-bilangan rasional.
Apakah bilangan-bilanagn rasional berfungsi mengukur semua panjang? Tidak. Fakta yang
mengejutkan ini ditemukan oleh orang Yunani kuno beberapa abad sebelum masehi.
Mereka memperlihatkan bahwa meskipun √2 merupakan panjang sisi miring sebuah
segitiga siku-siku dengan sisi 1 (gambar 3), bilangan ini tidak dapat dituliskan sebagai suatu
hasil bagi dari dua bilangan bulat. Jadi √2 adalah suatu bilangan tak-rasional (Irasional).
Demikian juga √3 , √5 ,√7 dan 𝜋 serta sekelompok bilangan lain.
Bilangan – bilangan Riil
Sekumpulan bilangan (rasional dan tak-rasional) yang dapat mengukur panjang, bersama-
sama dengan negatifnya dan nol kita namakan bilangan-bilangan riil.
Bilangan-bilangan riil dapat dipandang sebagai pengenal (label) untuk titik-titik sepanjang
sebuah garis mendatar. Di sana bilangan-bilangan ini mengukur jarak ke kanan atau ke kiri
(jarak berarah) dari suatu titik tetap yang disebut titik asal dan diberi label 0 (gambar 4).
Walaupun kita tidak mungkin memperlihatkan semua label itu, tiap titik memang
mempunyai sebuah label tunggal bilangan riil. Bilangan ini disebut koordinat titik tertentu.
Dan garis koordinat yang dihasilkan diacu sebagai garis riil.
Terdapat lambang-lambang baku untuk mengenali kelas-kelas bilangan yang sejauh ini telah
dibahas. Mulai sekarang , N akan menyatakan himpunan bilangan asli (bilangan bulat
positif), Z menyatakan himpunan bilangan bulat, Q (hasil bagi bilangan bulat) menyatakan
himpunan bilangan rasional, dan R himpunan bilangan riil. Seperti ditunjukkan pada gambar
5,
N ⊂ Z ⊂ Q ⊂ R
Di sini ⊂ adalah lambang himpunan bagian; dibaca “ adalah himpunan bagian dari”.
Hampir semua mahasiswa akan ingat bahwa sistem bilangan masih dapat diperluas
lebih jauh lagi ke bilangan yang disebut bilangan kompleks. Bilangan-bilangan ini
berbentuk a + b√−𝟏, di mana a dan b adalah bilangan-bilangan riil. Bilangan-bilangan
kompleks akan jarang dipakai dalam buku ini. Kenyataannya, jika kita mengatakn
bilangan tanpa penjelasan khusus, anda dapat mengangap bahwa yang dimaksudkan
adalah bilangan riil. Bilangan-bilangan riil merupakan ciri utama dalam kalkulus.
Empat Operasi Hitungan
Dengan dua bilangan riil x dan y, kita dapat menambahkan atau mengalikan keduanya untuk
memperoleh dua bilangan riil baru x + y dan x . y (biasanya cukup dituliskan xy).
Penambahan dan perkalian mempunyai sifat-sifat yang telah dikenal berikut. Selanjutnya,
kita menyebutnya sifat-sifat medan.
Sifat-Sifat Medan
1. Hukum komutatif. x + y = y + x dan xy = yx
2. Hukum asosiatif. x + (y + z) = (x + y) + z dan x(yz) = (xy)z
3. Hukum distribusi. x (y + z) = xy + xz
4. Elemen-elemen identitas. Terdapat dua bilangan riil yang berlainan 0 dan 1 yang
memenuhi x + 0 = x dan x . 1 = x
5. Balikan (invers). Setiap bilangan x mempunyai balikan aditif (disebut juga sebuah
negatif), -x yang memenuhi x + (-x) = 0. Juga, setiap bilangan x kecuali 0 mempunyai
balikan perkalian (disebut juga kebalikan) x-1 yang memenuhi x . x-1 = 1.
Pengurangan dan pembagian didefinisikan dengan :
x – y = x + (-y)
dan
𝑥
𝑦
= x.y-1.
Dari fakta-fakta dasar ini, banyak yang lain menyusul. Kenyataannya, hampir semua aljabar
pada akhirnya berpatokan pada lima sifat medan dan definisi pengurangan dan pembagian
tersebut.
Urutan Pada Garis Bilangan Riil.
Misalkan x < y berarti x berada di sebelah kiri y pada garis bilangan riil (lihat gambar)
Urutan
Bilangan-bilangan riil bukan nol secara baik dipisahkan menjadi dua himpunan terpisah
(bilangan-bilangan riil positif dan bilangan-bilangan riil negatif). Fakta ini memungkinkan kita
memperkenalkan relasi urutan < (dibaca “ kurang dari) yaitu
x < y ↔ y – x positif
Lambang dua anak panah ↔ di sini merupakan konjungsi dari → (sehingga) dan ← (karena).
Jadi, ↔ boleh dibaca “setara dengan” atau sebagai “ jika dan hanya jika”. Kita setuju bahwa
x < y dan y > x akan berarti sama. Sehingga 3 < 4 sama dengan 4 > 3 dan -3 < -2 sama
dengan -2 > -3. Perhatikan ungkapan geometrik < yang ditunjukkan dalam sifat-sifat urutan
di bawah ini :
Sifat-sifat urutan
1. Trikotomi. Jika x dan y adalah bilangan-bilangan , maka pasti satu di antara yang
berikut berlaku :
x < y atau x = y atau x > y
2. Ketransitifan, x < y dan y < z → x < z
3. Penambahan : x < y ↔ x + z < y + z
4. perkalian : bilangan z positif , x < y ↔ xz < yz. Bilamana z negatif, x < y ↔ xz > yz
relasi urutan ≤ (dibaca “kurang dari atau sama dengan”) adalah sepupu pertama dari <.
Relasi ini didefinisikan dengan : x ≤ y ↔ y – x positif atau nol.
Sifat-sifat urutan 2, 3, dan 4 berlaku dengan lambang-lambang < dan > diganti oleh ≤ dan ≥.
Sedikit Logika
Hasil penting dalam matematika disebut teorema, dan anda akan menemukan cukup
banyak teorema dalam materi ini. Teorema yang dianggap amat penting untuk diketahui
dalam materi ini biasanya diberi nama (misalnya teorema Pythagoras), sedangkan lainnya
dimuat dalam kelompok-kelompok soal dan diperkenalkan dengan kata tunjukkan bahwa
atau buktikan bahwa. Untuk membedakannya dengan aksioma atau definisi yang
kebenarannya telah dianggap pasti, teorema memerlukan pembuktian.
Teorema yang dapat dinyatakan dalam bentuk “Jika P maka Q” seringkali disingkat dengan
P→Q. Kita namakan P sebagai hipotesis dan Q sebagai kesimpulan teorema tersebut.
Pembuktian yang mengandung unsur “ tunjukkanlah bahwa P harus dapat menyatakan Q”.
Para mahasiswa tingkat pertama kadang-kadang mengalami kesulitan membedakan P →Q
dengan kebalikannya Q → P. Jelasnya, kedua pernyataan ini tidak sama, sebagai contoh:
“Jika Maman adalah seorang sunda maka dia adalah orang Indonesia” merupakan
pernyataan yang benar, akan tetapi kebalikannya “ Bila Maman adalah Orang Indonesia
maka ia adalah orang Sunda” jelas merupakan pernyataan yang salah. Di lainpihak ∼Q → ∼P
yang dibaca “bukan Q menyatakan bukan P” dinamakan Kontrapositif yang ekivalen dengan
P → Q. Pada contoh tadi, akan benar bahwa “ Bila Maman bukan orang Indonesia maka ia
bukan orang Sunda”.
Karena pernyataan dan kontrapositifnya adalah ekivalen, kita sering menggunakan bentuk
ini untuk membuktikan suatu teorema, dan cara seperti ini dinamakan pembuktian dengan
kontradiksi. Jadi untuk membuktikan P → Q, kita dapat memisalkan ∼Q dan mencobanya
untuk menyimpulkan ∼P darinya, dengan perkataan lain kita mencoba mengkontradiksi P.
Di sini diberikan contoh sederhana.
Teorema : jumlah dari suatu bilangan rasional dan bilangan tak rasional adalah tak rasional.
Bukti : teorema ini dapat ditulis sebagai berikut : “Bla x = m/n, dimana m dan n adalah
bilangan bulat, dan y adalah bilangan tak rasional, maka x + y adalah tak rasional”. Kita
misalkan x + y rasional, dan dengan demikian x + y = p/q dimana p dan q adalah bilangan
bulat, maka :
Y = p/q – x = p/q – m/n = (np – mq)/ qn
Ini berarti y adalah bilangan rasional, bertentangan dengan hipotesis. Kita berikan teorema
terbukti.
Cara lain untuk menunjukkan pembuktian secara kontradiksi adalah dengan hukum
Excluded Middle yang berbunyi : Salah satu di antara R atau ∼R, bukan kedua-duanya.
Pada teorema di atas, bila R adalah pernyataan “ Jumlah suatu bilangan rasional dan
bilangan tak rasional adalah tak rasional”, pembuktian kita menunjukkan bahwa ∼R, tidak
benar, maka berati R benar.
Kadangkala, untuk melakukan pembuktian kita memerlukan cara lain yang dikenal dengan
induksi Matematika, yang pada kesempatan ini tidak akan dibahas karena terlalu rinci.
Pembuktian dengan kontradiksi dikenal pula dengan nama reductio ad absurdum, seperti
apa yang telah dikatakan oleh pakar matematika besar G.H. Hardy: “Reductio ad absurdum
yang sangat disenangi oleh Euclid, adalah merupakan senjata paling ampuh bagi para
matematikawan. Merupakan gambit yang jauh lebih ampuh dari gambit catur manapun;
seorang pemain catur dapat menawarkan pengorbanan sebuah bidak ataupun buah lainnya,
akan tetapi matematikawan menawarkan permainan.
Latihan Soal 1
Dalam soal 1 – 18, sederhanakan sebanyak mungkin. Pastikan untuk menghilangkan
semua tanda kurung dan memudahkan semua pecahan
1. 4 – 3(8 – 12) – 6
2. 2[3 – 2(4 – 8)]
3. -4[3(-6 + 13) – 2(5 – 9)]
4. 5[-1(7 + 12 – 16) + 4] + 2
5. 5/4 – (1/4 + 2/3)
6. ¾ - (7/12 – 2/9)
7. 1/3 [1/2 (1/4 – 1/3) + 1/6]
8. -1/3[2/5 – ½(1/3 – 1/5)
9. 14/33(2/3 – 1/7)2
10. (5/7 + 7/9)/(1 + ½)
11. (11/49 – 3/7) / (11/49 + 3/7)
12. (½ - ¾ + 7/8) / (1/2 + ¾ - 7/8)
13. 1 -
2
2+
3
4
14. 2 +
1
1+
5
2
15. (√2 + √3 )( √2 - √3 )
16. (√2 + √3 )2
17. 3√2 (√2 - √8 )
18. (5/6 + 1/3)-2
Dalam soal 19 – 28, lakukan operasi yang diminta dan sederhanakan
19. (2x – 3)(2x + 3)
20. (2x – 3)2
21. (3x – 9)(2x + 1)
22. (3x + 11)(2x – 4)
23. (3t2 –t +1)2
24. (2t – 1)3
25. (x2 – 4) / (x – 2)
26. (x2 – x – 6)/(x – 3)
27. (2x – 2x2) / (x3 – 2x2 + x)
28.
18
𝑥2+ 3𝑥
-
4
𝑥
+
6
𝑥+3
29. Cari nilai masing-masing berikut; jika tak terdifinisi, katakan demikian
a. 0.0 d. 8/0
b. 0/0 e. 80
c. 0/8 f. 08
30. Perlihatkan bahwa pembagian oleh 0 adalah tanpa arti sebagai berikut : andaikan a ≠
0. Jika a/0 = b, maka a = 0.b = 0 yang merupakan kontradiksi. Sekarang cari alasan
mengapa 0/0 juga tanpa arti.
31. Nyatakan apakah masing-masing berikut benar atau salah
a. -2 < -20 d. -4 > -16
b. 1 > -39 e. 6/7 < 34/39
c. -3 < 5/9 f. -5/7 < -44/59
32. Buktikan masing-masing jika a > 0, b > 0
a. a < b ↔ a2 < b2
b. a < b ↔ 1/a > 1/b
33. Buktikan bahwa rata-rata dua buah bilangan terletak diantara kedua bilangan itu,
artinya buktikan bahwa
a < b → a <
𝑎 + 𝑏
2
< b
34. Mana di antara berikut selalu benar jika a ≤ b
a. a – 4 ≤ b – 4 c. a2 ≤ ab
b. –a ≤ -b d. a3 ≤ a2b
35. Mana di antara berikut rasional dan mana yang tak rasional
a. √4 d. (1 + √3 )2
b. 0,375 e. (3√2 )(5√2)
c. 1 + √2 f. 5√2
36. Apakah jumlah dua bilangan tak rasional pasti tak rasional? jelaskan

Contenu connexe

Tendances

Sub grup normal dan grup fakto
Sub grup normal dan grup faktoSub grup normal dan grup fakto
Sub grup normal dan grup faktoYadi Pura
 
Homomorfisma grup
Homomorfisma grupHomomorfisma grup
Homomorfisma grupYadi Pura
 
Contoh soal dan pembahasan subgrup
Contoh soal dan pembahasan subgrupContoh soal dan pembahasan subgrup
Contoh soal dan pembahasan subgrupKabhi Na Kehna
 
Geometri analitik bidang lingkaran
Geometri analitik bidang  lingkaran Geometri analitik bidang  lingkaran
Geometri analitik bidang lingkaran barian11
 
PEMETAAN STRUKTUR ALJABAR
PEMETAAN STRUKTUR ALJABARPEMETAAN STRUKTUR ALJABAR
PEMETAAN STRUKTUR ALJABARNailul Hasibuan
 
Modul 2 keterbagian bilangan bulat
Modul 2   keterbagian bilangan bulatModul 2   keterbagian bilangan bulat
Modul 2 keterbagian bilangan bulatAcika Karunila
 
Aljabar 3-struktur-aljabar
Aljabar 3-struktur-aljabarAljabar 3-struktur-aljabar
Aljabar 3-struktur-aljabarmaman wijaya
 
Kelipatan persekutuan terkecil KPK teobil
Kelipatan persekutuan terkecil KPK teobilKelipatan persekutuan terkecil KPK teobil
Kelipatan persekutuan terkecil KPK teobilNailul Hasibuan
 
Bilangan kompleks lengkap
Bilangan kompleks lengkapBilangan kompleks lengkap
Bilangan kompleks lengkapagus_budiarto
 
Analisis real-lengkap-a1c
Analisis real-lengkap-a1cAnalisis real-lengkap-a1c
Analisis real-lengkap-a1cUmmu Zuhry
 
03 limit dan kekontinuan
03 limit dan kekontinuan03 limit dan kekontinuan
03 limit dan kekontinuanRudi Wicaksana
 
Modul 7 persamaan diophantine
Modul 7   persamaan diophantineModul 7   persamaan diophantine
Modul 7 persamaan diophantineAcika Karunila
 

Tendances (20)

Sub grup normal dan grup fakto
Sub grup normal dan grup faktoSub grup normal dan grup fakto
Sub grup normal dan grup fakto
 
Homomorfisma grup
Homomorfisma grupHomomorfisma grup
Homomorfisma grup
 
Contoh soal dan pembahasan subgrup
Contoh soal dan pembahasan subgrupContoh soal dan pembahasan subgrup
Contoh soal dan pembahasan subgrup
 
Pembuktian dalam matematika
Pembuktian dalam matematikaPembuktian dalam matematika
Pembuktian dalam matematika
 
Geometri analitik bidang lingkaran
Geometri analitik bidang  lingkaran Geometri analitik bidang  lingkaran
Geometri analitik bidang lingkaran
 
Fungsi Pembangkit
Fungsi PembangkitFungsi Pembangkit
Fungsi Pembangkit
 
PEMETAAN STRUKTUR ALJABAR
PEMETAAN STRUKTUR ALJABARPEMETAAN STRUKTUR ALJABAR
PEMETAAN STRUKTUR ALJABAR
 
Modul 2 keterbagian bilangan bulat
Modul 2   keterbagian bilangan bulatModul 2   keterbagian bilangan bulat
Modul 2 keterbagian bilangan bulat
 
Aljabar 3-struktur-aljabar
Aljabar 3-struktur-aljabarAljabar 3-struktur-aljabar
Aljabar 3-struktur-aljabar
 
ANALISIS REAL
ANALISIS REALANALISIS REAL
ANALISIS REAL
 
Kelipatan persekutuan terkecil KPK teobil
Kelipatan persekutuan terkecil KPK teobilKelipatan persekutuan terkecil KPK teobil
Kelipatan persekutuan terkecil KPK teobil
 
Koset Suatu Grup
Koset Suatu GrupKoset Suatu Grup
Koset Suatu Grup
 
Bilangan kompleks
Bilangan kompleksBilangan kompleks
Bilangan kompleks
 
Analisis real
Analisis realAnalisis real
Analisis real
 
Bilangan kompleks lengkap
Bilangan kompleks lengkapBilangan kompleks lengkap
Bilangan kompleks lengkap
 
Analisis real-lengkap-a1c
Analisis real-lengkap-a1cAnalisis real-lengkap-a1c
Analisis real-lengkap-a1c
 
Aplikasi teori bilangan
Aplikasi teori bilanganAplikasi teori bilangan
Aplikasi teori bilangan
 
03 limit dan kekontinuan
03 limit dan kekontinuan03 limit dan kekontinuan
03 limit dan kekontinuan
 
Modul 7 persamaan diophantine
Modul 7   persamaan diophantineModul 7   persamaan diophantine
Modul 7 persamaan diophantine
 
Kalkulus 1
Kalkulus 1Kalkulus 1
Kalkulus 1
 

En vedette

Bab i sistem bilangan riil
Bab i sistem bilangan riilBab i sistem bilangan riil
Bab i sistem bilangan riilAdhi99
 
Bilangan real dan rasional sementara cara menerangkannya
Bilangan real dan rasional sementara cara menerangkannyaBilangan real dan rasional sementara cara menerangkannya
Bilangan real dan rasional sementara cara menerangkannyaArif Winahyu
 
Matematika Dasar Bab I Sistem Bilangan Riil
Matematika Dasar Bab I Sistem Bilangan RiilMatematika Dasar Bab I Sistem Bilangan Riil
Matematika Dasar Bab I Sistem Bilangan RiilAdhi99
 
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.3
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.3Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.3
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.3Arvina Frida Karela
 
Sejarah bilangan imajiner
Sejarah bilangan imajinerSejarah bilangan imajiner
Sejarah bilangan imajinerZ4676HW
 
Konsep pembaharuan dalam pendidikan islam
Konsep pembaharuan dalam pendidikan islamKonsep pembaharuan dalam pendidikan islam
Konsep pembaharuan dalam pendidikan islamNizar Syamsi
 
4. MAKALAH GRUPOIDA,SEMIGRUP DAN MONOIDA
4. MAKALAH GRUPOIDA,SEMIGRUP DAN MONOIDA4. MAKALAH GRUPOIDA,SEMIGRUP DAN MONOIDA
4. MAKALAH GRUPOIDA,SEMIGRUP DAN MONOIDAAYANAH SEPTIANITA
 
Pembelajaran Bilangan Genap, Ganjil, Prima, Komposit dan FPB & KPK
Pembelajaran Bilangan Genap, Ganjil, Prima, Komposit dan FPB & KPKPembelajaran Bilangan Genap, Ganjil, Prima, Komposit dan FPB & KPK
Pembelajaran Bilangan Genap, Ganjil, Prima, Komposit dan FPB & KPKI Gede Putu Suryawan (Wawan)
 
Solar Panel revisited
Solar Panel revisitedSolar Panel revisited
Solar Panel revisitedserafin lalo
 
Holcim Conference at mount abu
Holcim Conference at mount abuHolcim Conference at mount abu
Holcim Conference at mount abuTrip Navigator
 
Kerntaak 1 van mijn Examenjaar 2014 MBO Bouwkunde BOL 4
Kerntaak 1 van mijn Examenjaar 2014 MBO Bouwkunde BOL 4Kerntaak 1 van mijn Examenjaar 2014 MBO Bouwkunde BOL 4
Kerntaak 1 van mijn Examenjaar 2014 MBO Bouwkunde BOL 4Fred den Boer
 
Axis - WHEELOMANIA - Nov 2014
Axis  - WHEELOMANIA - Nov 2014Axis  - WHEELOMANIA - Nov 2014
Axis - WHEELOMANIA - Nov 2014Trip Navigator
 

En vedette (20)

Bab i sistem bilangan riil
Bab i sistem bilangan riilBab i sistem bilangan riil
Bab i sistem bilangan riil
 
Bab 1 sistem bilangan riil
Bab 1 sistem bilangan riilBab 1 sistem bilangan riil
Bab 1 sistem bilangan riil
 
Analisis Real
Analisis RealAnalisis Real
Analisis Real
 
Bilangan real dan rasional sementara cara menerangkannya
Bilangan real dan rasional sementara cara menerangkannyaBilangan real dan rasional sementara cara menerangkannya
Bilangan real dan rasional sementara cara menerangkannya
 
Desimal, kerapatan dan kalkulator
Desimal, kerapatan dan kalkulatorDesimal, kerapatan dan kalkulator
Desimal, kerapatan dan kalkulator
 
Matematika Dasar Bab I Sistem Bilangan Riil
Matematika Dasar Bab I Sistem Bilangan RiilMatematika Dasar Bab I Sistem Bilangan Riil
Matematika Dasar Bab I Sistem Bilangan Riil
 
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.3
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.3Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.3
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.3
 
Sejarah bilangan imajiner
Sejarah bilangan imajinerSejarah bilangan imajiner
Sejarah bilangan imajiner
 
Mf113 kalkulus
Mf113 kalkulusMf113 kalkulus
Mf113 kalkulus
 
Konsep pembaharuan dalam pendidikan islam
Konsep pembaharuan dalam pendidikan islamKonsep pembaharuan dalam pendidikan islam
Konsep pembaharuan dalam pendidikan islam
 
01 sistem bilangan real
01 sistem bilangan real01 sistem bilangan real
01 sistem bilangan real
 
4. MAKALAH GRUPOIDA,SEMIGRUP DAN MONOIDA
4. MAKALAH GRUPOIDA,SEMIGRUP DAN MONOIDA4. MAKALAH GRUPOIDA,SEMIGRUP DAN MONOIDA
4. MAKALAH GRUPOIDA,SEMIGRUP DAN MONOIDA
 
Pembelajaran Bilangan Genap, Ganjil, Prima, Komposit dan FPB & KPK
Pembelajaran Bilangan Genap, Ganjil, Prima, Komposit dan FPB & KPKPembelajaran Bilangan Genap, Ganjil, Prima, Komposit dan FPB & KPK
Pembelajaran Bilangan Genap, Ganjil, Prima, Komposit dan FPB & KPK
 
MICE Trip to Malaysia
MICE Trip to MalaysiaMICE Trip to Malaysia
MICE Trip to Malaysia
 
Solar Panel revisited
Solar Panel revisitedSolar Panel revisited
Solar Panel revisited
 
Holcim Conference at mount abu
Holcim Conference at mount abuHolcim Conference at mount abu
Holcim Conference at mount abu
 
MICE trip to Jordan
MICE trip to JordanMICE trip to Jordan
MICE trip to Jordan
 
Kerntaak 1 van mijn Examenjaar 2014 MBO Bouwkunde BOL 4
Kerntaak 1 van mijn Examenjaar 2014 MBO Bouwkunde BOL 4Kerntaak 1 van mijn Examenjaar 2014 MBO Bouwkunde BOL 4
Kerntaak 1 van mijn Examenjaar 2014 MBO Bouwkunde BOL 4
 
MICE Trip to Tashkent
MICE Trip to TashkentMICE Trip to Tashkent
MICE Trip to Tashkent
 
Axis - WHEELOMANIA - Nov 2014
Axis  - WHEELOMANIA - Nov 2014Axis  - WHEELOMANIA - Nov 2014
Axis - WHEELOMANIA - Nov 2014
 

Similaire à Sistem bilangan riil

Pendahuluan kalkulus kal1[1]
Pendahuluan kalkulus kal1[1]Pendahuluan kalkulus kal1[1]
Pendahuluan kalkulus kal1[1]Ajir Aja
 
Sistem bilangan real ( matematika i )
Sistem bilangan real ( matematika i )Sistem bilangan real ( matematika i )
Sistem bilangan real ( matematika i )yusufhidayat1995
 
Hakikat matematika
Hakikat matematikaHakikat matematika
Hakikat matematikaAuci Pernia
 
Persamaan dan pertidaksamaan nilai harga mutlak
Persamaan dan pertidaksamaan nilai harga mutlakPersamaan dan pertidaksamaan nilai harga mutlak
Persamaan dan pertidaksamaan nilai harga mutlakMono Manullang
 
Modul 6 fungsi-fungsi multiplikatif
Modul 6   fungsi-fungsi multiplikatifModul 6   fungsi-fungsi multiplikatif
Modul 6 fungsi-fungsi multiplikatifAcika Karunila
 
Akrab bersama sandi matematika
Akrab bersama sandi matematikaAkrab bersama sandi matematika
Akrab bersama sandi matematikaAfif Faith
 
jbptunikompp-gdl-bennymusta-23350-1-pertemua-1.ppt
jbptunikompp-gdl-bennymusta-23350-1-pertemua-1.pptjbptunikompp-gdl-bennymusta-23350-1-pertemua-1.ppt
jbptunikompp-gdl-bennymusta-23350-1-pertemua-1.pptssuserb0558b1
 
Modul kalkulus i_bab_i_(bil_riil)[1]
Modul kalkulus i_bab_i_(bil_riil)[1]Modul kalkulus i_bab_i_(bil_riil)[1]
Modul kalkulus i_bab_i_(bil_riil)[1]089697859631
 
Bahan ajar matematika dasar universitas
Bahan ajar matematika dasar universitasBahan ajar matematika dasar universitas
Bahan ajar matematika dasar universitasAndika Saputra
 

Similaire à Sistem bilangan riil (20)

Pendahulan teori bilangan
Pendahulan teori bilanganPendahulan teori bilangan
Pendahulan teori bilangan
 
Pendahuluan kalkulus kal1[1]
Pendahuluan kalkulus kal1[1]Pendahuluan kalkulus kal1[1]
Pendahuluan kalkulus kal1[1]
 
Kalkulus 1-Mkul
Kalkulus 1-MkulKalkulus 1-Mkul
Kalkulus 1-Mkul
 
Jenis jenis bilangan
Jenis jenis bilanganJenis jenis bilangan
Jenis jenis bilangan
 
Sistem bilangan real ( matematika i )
Sistem bilangan real ( matematika i )Sistem bilangan real ( matematika i )
Sistem bilangan real ( matematika i )
 
83047338 modul2
83047338 modul283047338 modul2
83047338 modul2
 
Bab 3 mtk
Bab 3 mtkBab 3 mtk
Bab 3 mtk
 
Hakikat matematika
Hakikat matematikaHakikat matematika
Hakikat matematika
 
pendahuluan limit
pendahuluan limitpendahuluan limit
pendahuluan limit
 
Persamaan linear
Persamaan linear Persamaan linear
Persamaan linear
 
Persamaan dan pertidaksamaan nilai harga mutlak
Persamaan dan pertidaksamaan nilai harga mutlakPersamaan dan pertidaksamaan nilai harga mutlak
Persamaan dan pertidaksamaan nilai harga mutlak
 
Modul 6 fungsi-fungsi multiplikatif
Modul 6   fungsi-fungsi multiplikatifModul 6   fungsi-fungsi multiplikatif
Modul 6 fungsi-fungsi multiplikatif
 
Akrab bersama sandi matematika
Akrab bersama sandi matematikaAkrab bersama sandi matematika
Akrab bersama sandi matematika
 
jbptunikompp-gdl-bennymusta-23350-1-pertemua-1.ppt
jbptunikompp-gdl-bennymusta-23350-1-pertemua-1.pptjbptunikompp-gdl-bennymusta-23350-1-pertemua-1.ppt
jbptunikompp-gdl-bennymusta-23350-1-pertemua-1.ppt
 
Hakikat Matematika
Hakikat MatematikaHakikat Matematika
Hakikat Matematika
 
Modul kalkulus i_bab_i_(bil_riil)[1]
Modul kalkulus i_bab_i_(bil_riil)[1]Modul kalkulus i_bab_i_(bil_riil)[1]
Modul kalkulus i_bab_i_(bil_riil)[1]
 
Kalkulus 1
Kalkulus 1Kalkulus 1
Kalkulus 1
 
Bahan ajar matematika dasar universitas
Bahan ajar matematika dasar universitasBahan ajar matematika dasar universitas
Bahan ajar matematika dasar universitas
 
15. pldv
15. pldv15. pldv
15. pldv
 
Relasi rekursif
Relasi rekursifRelasi rekursif
Relasi rekursif
 

Plus de Fazar Ikhwan Guntara (20)

kemonotonan dan kecekungan
kemonotonan dan kecekungankemonotonan dan kecekungan
kemonotonan dan kecekungan
 
maksimum dan minimum
maksimum dan minimummaksimum dan minimum
maksimum dan minimum
 
notasi leibniz
notasi leibniznotasi leibniz
notasi leibniz
 
aturan rantai
aturan rantaiaturan rantai
aturan rantai
 
aturan pencarian turunan
aturan pencarian turunanaturan pencarian turunan
aturan pencarian turunan
 
kekontinuan fungsi
kekontinuan fungsikekontinuan fungsi
kekontinuan fungsi
 
teorema limit
teorema limitteorema limit
teorema limit
 
fungsi trigonometri
fungsi trigonometrifungsi trigonometri
fungsi trigonometri
 
operasi pada fungsi
operasi pada fungsioperasi pada fungsi
operasi pada fungsi
 
fungsi dan grafiknya
fungsi dan grafiknyafungsi dan grafiknya
fungsi dan grafiknya
 
grafik persamaan
grafik persamaangrafik persamaan
grafik persamaan
 
ketaksamaan
ketaksamaanketaksamaan
ketaksamaan
 
Keragaman dan kesetaraan
Keragaman dan kesetaraanKeragaman dan kesetaraan
Keragaman dan kesetaraan
 
Manusia sebagai mahluk budaya
Manusia sebagai mahluk budayaManusia sebagai mahluk budaya
Manusia sebagai mahluk budaya
 
Manusia sain, teknologi dan seni
Manusia sain, teknologi dan seniManusia sain, teknologi dan seni
Manusia sain, teknologi dan seni
 
Gerak lurus berubah beraturan (glbb)
Gerak lurus berubah beraturan (glbb) Gerak lurus berubah beraturan (glbb)
Gerak lurus berubah beraturan (glbb)
 
Besaran dan turunan
Besaran dan turunan Besaran dan turunan
Besaran dan turunan
 
Transformasi linier
Transformasi linier Transformasi linier
Transformasi linier
 
Ruang eigen
Ruang eigen Ruang eigen
Ruang eigen
 
Ruang hasil kali dalam
Ruang hasil kali dalam Ruang hasil kali dalam
Ruang hasil kali dalam
 

Dernier

Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfEniNuraeni29
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxNurindahSetyawati1
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...pipinafindraputri1
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...Kanaidi ken
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxDEAAYUANGGREANI
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxdpp11tya
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfWidyastutyCoyy
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdfanitanurhidayah51
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfJarzaniIsmail
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatanssuser963292
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"baimmuhammad71
 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptxSusanSanti20
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptPpsSambirejo
 

Dernier (20)

Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
 
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
 

Sistem bilangan riil

  • 1. Materi 1 Sistem Bilangan Riil Kalkulus didasarkan pada sistem bilangan riil dan sifat-sifatnya. Tetapi apakah bilangan riil itu dan apa sifat-sifatnya? Untuk menjawabnya, kita mulai dengan beberapa sistem bilangan yang lebih sederhana. Bilangan-Bilangan Bulat dan Rasional Di antara sistem bilangan, yang paling sederhana adalah bilangan-bilangan asli, 1 , 2, 3, 4, 5, 6, . . . . . Dengan bilangan ini kita dapat menghitung: buku-buku kita, teman-teman kita, dan uang kita. Jika kita gandengkan negartifnya dengan nol, kita peroleh bilangan-bilangan bulat: . . . . . , -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3, . . . . . Bilamana kita mencoba mengukur panjang, berat atau tegangan listrik, bilangan-bilangan bulat tidak memadai. Bilangan ini terlalu kurang untuk memberikan ketelitian yang cukup. Kita dituntun untuk juga mempertimbangkan hasil bagi (rasio) dari bilangan-bilangan bulat (gambar 1) yaitu bilangan-bilangan seperti : 3 4 , −7 8 , 21 5 , 19 −2 , 16 2 dan −17 1 Gambar 1 Perhatikan bahwa kita menyertakan 16/2 dan -17/1, walaupun secara normal kita menuliskannya sebagai 8 dan -17, karena sesuai dengan arti pembagian yang biasa mereka sama dengan yang belakangan. Kita tidak menyertakan 5/0 atau -9/0, karena tidak mungkin membuat pengertian dari lambang-lambang ini, marilah kita bersepakat untuk seterusnya membuang jauh-jauh dari pikiran kita pembagian oleh nol dalam materi ini (gambar 2). Bilangan-bilangan yang dapat dituliskan dalam bentuk m/n , dimana m dan n adalah bilangan-bilangan bulat dengan n ≠ 0, disebut bilangan-bilangan rasional. Apakah bilangan-bilanagn rasional berfungsi mengukur semua panjang? Tidak. Fakta yang mengejutkan ini ditemukan oleh orang Yunani kuno beberapa abad sebelum masehi. Mereka memperlihatkan bahwa meskipun √2 merupakan panjang sisi miring sebuah
  • 2. segitiga siku-siku dengan sisi 1 (gambar 3), bilangan ini tidak dapat dituliskan sebagai suatu hasil bagi dari dua bilangan bulat. Jadi √2 adalah suatu bilangan tak-rasional (Irasional). Demikian juga √3 , √5 ,√7 dan 𝜋 serta sekelompok bilangan lain. Bilangan – bilangan Riil Sekumpulan bilangan (rasional dan tak-rasional) yang dapat mengukur panjang, bersama- sama dengan negatifnya dan nol kita namakan bilangan-bilangan riil. Bilangan-bilangan riil dapat dipandang sebagai pengenal (label) untuk titik-titik sepanjang sebuah garis mendatar. Di sana bilangan-bilangan ini mengukur jarak ke kanan atau ke kiri (jarak berarah) dari suatu titik tetap yang disebut titik asal dan diberi label 0 (gambar 4). Walaupun kita tidak mungkin memperlihatkan semua label itu, tiap titik memang mempunyai sebuah label tunggal bilangan riil. Bilangan ini disebut koordinat titik tertentu. Dan garis koordinat yang dihasilkan diacu sebagai garis riil. Terdapat lambang-lambang baku untuk mengenali kelas-kelas bilangan yang sejauh ini telah dibahas. Mulai sekarang , N akan menyatakan himpunan bilangan asli (bilangan bulat positif), Z menyatakan himpunan bilangan bulat, Q (hasil bagi bilangan bulat) menyatakan himpunan bilangan rasional, dan R himpunan bilangan riil. Seperti ditunjukkan pada gambar 5, N ⊂ Z ⊂ Q ⊂ R Di sini ⊂ adalah lambang himpunan bagian; dibaca “ adalah himpunan bagian dari”. Hampir semua mahasiswa akan ingat bahwa sistem bilangan masih dapat diperluas lebih jauh lagi ke bilangan yang disebut bilangan kompleks. Bilangan-bilangan ini berbentuk a + b√−𝟏, di mana a dan b adalah bilangan-bilangan riil. Bilangan-bilangan kompleks akan jarang dipakai dalam buku ini. Kenyataannya, jika kita mengatakn bilangan tanpa penjelasan khusus, anda dapat mengangap bahwa yang dimaksudkan adalah bilangan riil. Bilangan-bilangan riil merupakan ciri utama dalam kalkulus. Empat Operasi Hitungan Dengan dua bilangan riil x dan y, kita dapat menambahkan atau mengalikan keduanya untuk memperoleh dua bilangan riil baru x + y dan x . y (biasanya cukup dituliskan xy).
  • 3. Penambahan dan perkalian mempunyai sifat-sifat yang telah dikenal berikut. Selanjutnya, kita menyebutnya sifat-sifat medan. Sifat-Sifat Medan 1. Hukum komutatif. x + y = y + x dan xy = yx 2. Hukum asosiatif. x + (y + z) = (x + y) + z dan x(yz) = (xy)z 3. Hukum distribusi. x (y + z) = xy + xz 4. Elemen-elemen identitas. Terdapat dua bilangan riil yang berlainan 0 dan 1 yang memenuhi x + 0 = x dan x . 1 = x 5. Balikan (invers). Setiap bilangan x mempunyai balikan aditif (disebut juga sebuah negatif), -x yang memenuhi x + (-x) = 0. Juga, setiap bilangan x kecuali 0 mempunyai balikan perkalian (disebut juga kebalikan) x-1 yang memenuhi x . x-1 = 1. Pengurangan dan pembagian didefinisikan dengan : x – y = x + (-y) dan 𝑥 𝑦 = x.y-1. Dari fakta-fakta dasar ini, banyak yang lain menyusul. Kenyataannya, hampir semua aljabar pada akhirnya berpatokan pada lima sifat medan dan definisi pengurangan dan pembagian tersebut. Urutan Pada Garis Bilangan Riil. Misalkan x < y berarti x berada di sebelah kiri y pada garis bilangan riil (lihat gambar) Urutan Bilangan-bilangan riil bukan nol secara baik dipisahkan menjadi dua himpunan terpisah (bilangan-bilangan riil positif dan bilangan-bilangan riil negatif). Fakta ini memungkinkan kita memperkenalkan relasi urutan < (dibaca “ kurang dari) yaitu x < y ↔ y – x positif Lambang dua anak panah ↔ di sini merupakan konjungsi dari → (sehingga) dan ← (karena). Jadi, ↔ boleh dibaca “setara dengan” atau sebagai “ jika dan hanya jika”. Kita setuju bahwa x < y dan y > x akan berarti sama. Sehingga 3 < 4 sama dengan 4 > 3 dan -3 < -2 sama dengan -2 > -3. Perhatikan ungkapan geometrik < yang ditunjukkan dalam sifat-sifat urutan di bawah ini :
  • 4. Sifat-sifat urutan 1. Trikotomi. Jika x dan y adalah bilangan-bilangan , maka pasti satu di antara yang berikut berlaku : x < y atau x = y atau x > y 2. Ketransitifan, x < y dan y < z → x < z 3. Penambahan : x < y ↔ x + z < y + z 4. perkalian : bilangan z positif , x < y ↔ xz < yz. Bilamana z negatif, x < y ↔ xz > yz relasi urutan ≤ (dibaca “kurang dari atau sama dengan”) adalah sepupu pertama dari <. Relasi ini didefinisikan dengan : x ≤ y ↔ y – x positif atau nol. Sifat-sifat urutan 2, 3, dan 4 berlaku dengan lambang-lambang < dan > diganti oleh ≤ dan ≥. Sedikit Logika Hasil penting dalam matematika disebut teorema, dan anda akan menemukan cukup banyak teorema dalam materi ini. Teorema yang dianggap amat penting untuk diketahui dalam materi ini biasanya diberi nama (misalnya teorema Pythagoras), sedangkan lainnya dimuat dalam kelompok-kelompok soal dan diperkenalkan dengan kata tunjukkan bahwa atau buktikan bahwa. Untuk membedakannya dengan aksioma atau definisi yang kebenarannya telah dianggap pasti, teorema memerlukan pembuktian. Teorema yang dapat dinyatakan dalam bentuk “Jika P maka Q” seringkali disingkat dengan P→Q. Kita namakan P sebagai hipotesis dan Q sebagai kesimpulan teorema tersebut. Pembuktian yang mengandung unsur “ tunjukkanlah bahwa P harus dapat menyatakan Q”. Para mahasiswa tingkat pertama kadang-kadang mengalami kesulitan membedakan P →Q dengan kebalikannya Q → P. Jelasnya, kedua pernyataan ini tidak sama, sebagai contoh: “Jika Maman adalah seorang sunda maka dia adalah orang Indonesia” merupakan pernyataan yang benar, akan tetapi kebalikannya “ Bila Maman adalah Orang Indonesia maka ia adalah orang Sunda” jelas merupakan pernyataan yang salah. Di lainpihak ∼Q → ∼P yang dibaca “bukan Q menyatakan bukan P” dinamakan Kontrapositif yang ekivalen dengan P → Q. Pada contoh tadi, akan benar bahwa “ Bila Maman bukan orang Indonesia maka ia bukan orang Sunda”. Karena pernyataan dan kontrapositifnya adalah ekivalen, kita sering menggunakan bentuk ini untuk membuktikan suatu teorema, dan cara seperti ini dinamakan pembuktian dengan kontradiksi. Jadi untuk membuktikan P → Q, kita dapat memisalkan ∼Q dan mencobanya untuk menyimpulkan ∼P darinya, dengan perkataan lain kita mencoba mengkontradiksi P. Di sini diberikan contoh sederhana. Teorema : jumlah dari suatu bilangan rasional dan bilangan tak rasional adalah tak rasional.
  • 5. Bukti : teorema ini dapat ditulis sebagai berikut : “Bla x = m/n, dimana m dan n adalah bilangan bulat, dan y adalah bilangan tak rasional, maka x + y adalah tak rasional”. Kita misalkan x + y rasional, dan dengan demikian x + y = p/q dimana p dan q adalah bilangan bulat, maka : Y = p/q – x = p/q – m/n = (np – mq)/ qn Ini berarti y adalah bilangan rasional, bertentangan dengan hipotesis. Kita berikan teorema terbukti. Cara lain untuk menunjukkan pembuktian secara kontradiksi adalah dengan hukum Excluded Middle yang berbunyi : Salah satu di antara R atau ∼R, bukan kedua-duanya. Pada teorema di atas, bila R adalah pernyataan “ Jumlah suatu bilangan rasional dan bilangan tak rasional adalah tak rasional”, pembuktian kita menunjukkan bahwa ∼R, tidak benar, maka berati R benar. Kadangkala, untuk melakukan pembuktian kita memerlukan cara lain yang dikenal dengan induksi Matematika, yang pada kesempatan ini tidak akan dibahas karena terlalu rinci. Pembuktian dengan kontradiksi dikenal pula dengan nama reductio ad absurdum, seperti apa yang telah dikatakan oleh pakar matematika besar G.H. Hardy: “Reductio ad absurdum yang sangat disenangi oleh Euclid, adalah merupakan senjata paling ampuh bagi para matematikawan. Merupakan gambit yang jauh lebih ampuh dari gambit catur manapun; seorang pemain catur dapat menawarkan pengorbanan sebuah bidak ataupun buah lainnya, akan tetapi matematikawan menawarkan permainan.
  • 6. Latihan Soal 1 Dalam soal 1 – 18, sederhanakan sebanyak mungkin. Pastikan untuk menghilangkan semua tanda kurung dan memudahkan semua pecahan 1. 4 – 3(8 – 12) – 6 2. 2[3 – 2(4 – 8)] 3. -4[3(-6 + 13) – 2(5 – 9)] 4. 5[-1(7 + 12 – 16) + 4] + 2 5. 5/4 – (1/4 + 2/3) 6. ¾ - (7/12 – 2/9) 7. 1/3 [1/2 (1/4 – 1/3) + 1/6] 8. -1/3[2/5 – ½(1/3 – 1/5) 9. 14/33(2/3 – 1/7)2 10. (5/7 + 7/9)/(1 + ½) 11. (11/49 – 3/7) / (11/49 + 3/7) 12. (½ - ¾ + 7/8) / (1/2 + ¾ - 7/8) 13. 1 - 2 2+ 3 4 14. 2 + 1 1+ 5 2 15. (√2 + √3 )( √2 - √3 ) 16. (√2 + √3 )2 17. 3√2 (√2 - √8 ) 18. (5/6 + 1/3)-2 Dalam soal 19 – 28, lakukan operasi yang diminta dan sederhanakan 19. (2x – 3)(2x + 3) 20. (2x – 3)2 21. (3x – 9)(2x + 1) 22. (3x + 11)(2x – 4) 23. (3t2 –t +1)2 24. (2t – 1)3 25. (x2 – 4) / (x – 2) 26. (x2 – x – 6)/(x – 3) 27. (2x – 2x2) / (x3 – 2x2 + x) 28. 18 𝑥2+ 3𝑥 - 4 𝑥 + 6 𝑥+3 29. Cari nilai masing-masing berikut; jika tak terdifinisi, katakan demikian a. 0.0 d. 8/0 b. 0/0 e. 80 c. 0/8 f. 08
  • 7. 30. Perlihatkan bahwa pembagian oleh 0 adalah tanpa arti sebagai berikut : andaikan a ≠ 0. Jika a/0 = b, maka a = 0.b = 0 yang merupakan kontradiksi. Sekarang cari alasan mengapa 0/0 juga tanpa arti. 31. Nyatakan apakah masing-masing berikut benar atau salah a. -2 < -20 d. -4 > -16 b. 1 > -39 e. 6/7 < 34/39 c. -3 < 5/9 f. -5/7 < -44/59 32. Buktikan masing-masing jika a > 0, b > 0 a. a < b ↔ a2 < b2 b. a < b ↔ 1/a > 1/b 33. Buktikan bahwa rata-rata dua buah bilangan terletak diantara kedua bilangan itu, artinya buktikan bahwa a < b → a < 𝑎 + 𝑏 2 < b 34. Mana di antara berikut selalu benar jika a ≤ b a. a – 4 ≤ b – 4 c. a2 ≤ ab b. –a ≤ -b d. a3 ≤ a2b 35. Mana di antara berikut rasional dan mana yang tak rasional a. √4 d. (1 + √3 )2 b. 0,375 e. (3√2 )(5√2) c. 1 + √2 f. 5√2 36. Apakah jumlah dua bilangan tak rasional pasti tak rasional? jelaskan