Dokumen tersebut membahas kondisi sosial ekonomi daerah tertinggal di Indonesia. Daerah tertinggal tersebar di pulau-pulau terluar dan terpencil di berbagai provinsi dengan tingkat kemiskinan dan indeks pembangunan manusia yang masih tinggi. Dokumen ini juga membahas evaluasi program dana alokasi khusus untuk pembangunan sarana dan prasarana daerah tertinggal serta kebijakan baru untuk tahun 2012.
1. KEMENTERIAN
PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL
REPUBLIK INDONESIA
KEBIJAKAN DANA ALOKASI KHUSUS
BIDANG SARANA DAN PRASARANA DAERAH TERTINGGAL
Oleh :
Ir. Simon L. Himawan, MA
Kepala Biro Perencanaan dan KLN, KPDT
Disampaikan dalam Rapat Sosialisasi Kebijakan DAK 2012
Diselenggarakan oleh Ditjen Perimbangan Keuangan, Kementerian Keuangan
Jakarta, 22-23 November 2011
2. OUTLINE PAPARAN
I. KONDISI SOSIAL EKONOMI DAERAH TERTINGGAL
A. PETA DAERAH TERTINGGAL DAN PULAU TERLUAR
B. KEMISKINAN
C. IPM
D. IPDRB/KAPITA
E. FISKAL
II. DAERAH TERTINGGAL SEBAGAI PRIORITAS NASIONAL
III. EVALUASI PELAKSANAAN DAK SARANA DAN PRASARANA PERDESAAN 2011
IV. KEBIJAKAN DAK BIDANG SARANA DAN PRASARANA DAERAH TERTINGGAL 2012
A. PERUBAHAN NUMENKLATUR BIDANG DAK-SPPDT 2012
B. ARAH KEBIJAKAN DAK BIDANG SARANA DAN PRASARANA DAERAH TERTINGGAL 2012
1. ARAH KEBIJAKAN
2. TUJUAN
3. SASARAN
4. LINGKUP KEGIATAN
5. INDIKATOR KINERJA
6. INDIKATOR TEKNIS
7. FORMULA PERHITUNGAN INDEKS TEKNIS
8. SKPD PELAKSANA DI DAERAH
2
9. MASUKAN UNTUK KOORDINASI PELAKSANAAN DAK DI PUSAT DAN DAERAH
4. PETA LOKASI DAERAH TERTINGGAL DAN PULAU
PETA LOKASI DAERAH TERTINGGAL DI INDONESIA
TERLUAR DI INDONESIA
Keterangan :
1. Jumlah pulau terluar
92 pulau (Perpres 78
Tahun 2005)
2. Di daerah tertinggal
66 Pulau terluar
(71,7%), 25 pulau
DAERAH TERTINGGAL berpenghuni dengan
DAERAH MAJU
jumlah penduduk
N 71.431 jiwa (BPS,2008)
1000 0 1000 2000 Kilometers
3. Pulau terluar di daerah
W E
tertinggal tersebar di
S 23 kabupaten pada 14
provinsi.
4
5. SEBARAN DAERAH TERTINGGAL
MENURUT PULAU
Jumlah
No Wilayah %
SUMATERA, Kab
PAPUA, 35 46
1. SUMATERA 46 25%
MALUKU, 15 2. JAWA & BALI 9 5%
JAWA, 9
3. KALIMANTAN 16 9%
KALIMANTAN 4. SULAWESI 34 19%
, 16
SULAWESI, 3
4 5. NUSA TENGGARA 28 15%
NUSA
TENGGARA, 6. MALUKU 15 8%
28
7. PAPUA 35 19%
JUMLAH 183 100%
KBI
55
30% Wilayah Jumlah Kab %
KBI 55 30%
KTI KTI 128 70%
128 JUMLAH 183 100%
70% 5
6. PERKEMBANGAN TINGKAT KEMISKINAN ANTAR KABUPATEN TERTINGGAL/ NON
TERTINGGAL PADA TAHUN 2005-2008 , DAN TARGET TAHUN 2014.
30
26.1 26.9 26.4
Rata2 %
25 23.3 Penduduk Miskin
21.4
Target rata2 Daerah Kab/Kota Non
20 Dating
16.7 16.4 16.6 Tertinggal 14,2%
15.4
14.2
% 15 Rata2 %
14.6 14.5 Penduduk Miskin
13.9 13.4
10 Kab. Dating
Tarrget nasional (max
5 10%)
% Miskin
0 Nasional
2014
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Grafik 1 : Target Proyeksi
Angka Kemiskinan
• Untuk mewujudkan target tingkat kemiskinan di daerah tertinggal sebesar 14,2 persen
pada tahun 2014 diperlukan pengurangan tingkat kemiskinan sebesar 7,2 persen
selama 5 tahun, atau rata-rata berkurang sebesar 1,44 persen setiap tahun.
• Berdasarkan rata-rata penurunan tingkat kemiskinan eksisting hanya sebesar 0,69
persen, maka diperlukan selama 11 tahun (dari tahun 2009) untuk mewujudkan target
Tingkat Kemiskinan 14,2 persen. (Grafik 1) 6
7. PERKEMBANGAN TINGKAT KEMISKINAN ANTAR KABUPATEN TERTINGGAL/ NON
TERTINGGAL PADA TAHUN 2005-2008 , DAN TARGET TAHUN 2014.
NASIONAL 14.2
28.0
Grafik 2 (bar) : Angka
PIDIE JAYA
Kemiskinan di beberapa
LAMPUNG UTARA 29.0
Dating (bps, 2009)
BANGKALAN 30.5
TTS, NTT 31.1
SAMPANG 31.9
SUMBA BARAT 35.4 %
MTB, MALUKU 37.2
KEP. ARU 38.8
SUPIORI 50.7
TELUK BINTUNI 51.9
0.0 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0
60
Grafik 3(Scatter) : Sebaran Dating
50 Menurut Tingkat Kemiskinan • Sebanyak 78 % daerah
tertinggal berada di atas
40 tingkat kemiskinan Nasional
(14,15%) (Grafik 3)
30
%
20
10
0
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180
7
8. PERKEMBANGAN IPM ANTAR KELOMPOK DAERAH TERTINGGAL DAN NON
TERTINGGAL (PERIODE 2004-2008)
74 Target Rata-rata
71.8 72.3
71.2 IPM 72,2
72 70.5
70 71.2
70.1 70.6 Rata2 IPM
68 69.6
Kab/Kota Non
Dating
66
66.1 65.9 Rata2 IPM Kab.
64 65.4 Dating
64.6
Grafik (line) : Trend Angka IPM
62 IPM Nasional
(2009-2014)
60
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
• Rata-rata IPM daerah maju dan daerah tertinggal menunjukkan perkembangan divergen (melebar)
kesenjangan kesejahteraan masyarakat meningkat
• Rata-rata IPM daerah Tertinggal menunjukkan tren menurun dalam periode 2007-2008, disebabkan
Daerah Otonomi Baru (DOB) dengan IPM lebih rendah dari kabupaten induknya.
• Untuk mewujudkan target pencapaian IPM 72,2 pada tahun 2014 diperlukan akselerasi dengan rata-
rata peningkatan sebesar 1,05 per tahun sementara peningkatan rata-rata IPM eksisting hanya
sebesar 0,43, sehingga diperlukan selama 14 tahun (dari tahun 2008) untuk mewujudkan target IPM
72,2..
8
9. PERKEMBANGAN RATA-RATA PDRB PERKAPITA ANTAR KELOMPOK DAERAH
TERTINGGAL DAN NON TERTINGGAL (PERIODE 2004-2008)
9
7.85 8.12
7.55 Rata2 PDRB
8 7.26 Perkapita
6.91
7 Kab/Kota Non
7.06 Dating (ADHK)
6 6.57 6.82
6.50
6.14 Rata2 PDRB
Juta Rp.
5 Perkapita Kab.
5.10 5.30
5.01 4.94 Dating (ADHK)
4 4.65
3
Rata2 PDRB
2 Perkapita Total
Kab/Kota (ADHK)
1
-
2004 2005 2006 2007 2008
• Disparitas PDRB per kapita antar rata-rata PDRB perkapita daerah maju dengan rata-
rata PDRB perkapita daerah tertinggal cenderung meningkat KESENJANGAN
MENINGKAT
• Upaya mengurangi kesenjangan antar wilayah masih perlu ditingkatkan
PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL
9
10. DAERAH MAJU DENGAN PAD BESAR DAN DAK
DIATAS RATA-RATA NASIONAL (APBD 2010)
JUTAAN RUPIAH
NO 5 KABUPATEN DG DAK TINGGI APBD PAD DAU DAK
@ RATA RATA DAERAH MAJU 716.172,- 57.324,- 406.085,- 47.557,-
@ RATA RATA DAERAH TERTINGGAL 486.566,- 22.680,- 315.047,- 44.905,-
1 Kab. Bogor 2.128.453,- 370.459,- 1.115.704,- 143.081,-
2 Kab. Bandung 1.759.861,- 165.287,- 1.086.282,- 118.904,-
3 Kab. Cianjur 1.246.777,- 108.386,- 877.994,- 101.270,-
4 Kab. Magelang 886.037,- 78.651,- 604.522,- 100.912,-
5 Kab. Cilacap 1.204.549,- 126.058,- 793.267,- 100.844,-
NO 5 KABUPATEN DG DAK TERENDAH APBD PAD DAU DAK
@ RATA RATA DAERAH MAJU 716.172,- 57.324,- 406.085,- 47.557,-
@ RATA RATA DAERAH TERTINGGAL 486.566,- 22.680,- 315.047,- 44.905,-
1 Kab. Sabu Raijua, NTT 117.910,- 1.105,- 64.261,- 30.086,-
2 Kab. Maybrat, Papua 209.116,- 0,- 115.710,- 36.911,-
3 Kab. Kepulauan Morotai, Malut 175.707,- 1.550,- 76.154,- 26.903,-
4 Kab. Kepulauan Mentawai 371.066,- 26.285,- 287.490,- 29.631,-
5 Kab. Tambrauw, Papua Barat 142.842,- 56,- 71.861,- 29.400,-
10
Sumber : djpk.depkeu.go.id (Data diolah)
11. PETA LOKASI DAERAH TERTINGGAL DAN PULAU
PETA LOKASI DAERAH TERTINGGAL DI INDONESIA
TERLUAR DI INDONESIA
Keterangan :
1. Jumlah pulau terluar
92 pulau (Perpres 78
Tahun 2005)
2. Di daerah tertinggal
66 Pulau terluar
(71,7%), 25 pulau
DAERAH TERTINGGAL berpenghuni dengan
DAERAH MAJU
jumlah penduduk
N 71.431 jiwa (BPS,2008)
1000 0 1000 2000 Kilometers
3. Pulau terluar di daerah
W E
tertinggal tersebar di
S 23 kabupaten pada 14
provinsi.
11
12. SEBARAN DAERAH TERTINGGAL
MENURUT PULAU
Jumlah
No Wilayah %
SUMATERA, Kab
PAPUA, 35 46
1. SUMATERA 46 25%
MALUKU, 15 2. JAWA & BALI 9 5%
JAWA, 9
3. KALIMANTAN 16 9%
KALIMANTAN 4. SULAWESI 34 19%
, 16
SULAWESI, 3
4 5. NUSA TENGGARA 28 15%
NUSA
TENGGARA, 6. MALUKU 15 8%
28
7. PAPUA 35 19%
JUMLAH 183 100%
KBI
55
30% Wilayah Jumlah Kab %
KBI 55 30%
KTI KTI 128 70%
128 JUMLAH 183 100%
70% 12
13. PERKEMBANGAN TINGKAT KEMISKINAN ANTAR KABUPATEN TERTINGGAL/ NON
TERTINGGAL PADA TAHUN 2005-2008 , DAN TARGET TAHUN 2014.
30
26.1 26.9 26.4
Rata2 %
25 23.3 Penduduk Miskin
21.4
Target rata2 Daerah Kab/Kota Non
20 Dating
16.7 16.4 16.6 Tertinggal 14,2%
15.4
14.2
% 15 Rata2 %
14.6 14.5 Penduduk Miskin
13.9 13.4
10 Kab. Dating
Tarrget nasional (max
5 10%)
% Miskin
0 Nasional
2014
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Grafik 1 : Target Proyeksi
Angka Kemiskinan
• Untuk mewujudkan target tingkat kemiskinan di daerah tertinggal sebesar 14,2 persen
pada tahun 2014 diperlukan pengurangan tingkat kemiskinan sebesar 7,2 persen
selama 5 tahun, atau rata-rata berkurang sebesar 1,44 persen setiap tahun.
• Berdasarkan rata-rata penurunan tingkat kemiskinan eksisting hanya sebesar 0,69
persen, maka diperlukan selama 11 tahun (dari tahun 2009) untuk mewujudkan target
Tingkat Kemiskinan 14,2 persen. (Grafik 1) 13
14. PERKEMBANGAN TINGKAT KEMISKINAN ANTAR KABUPATEN TERTINGGAL/ NON
TERTINGGAL PADA TAHUN 2005-2008 , DAN TARGET TAHUN 2014.
NASIONAL 14.2
28.0
Grafik 2 (bar) : Angka
PIDIE JAYA
Kemiskinan di beberapa
LAMPUNG UTARA 29.0
Dating (bps, 2009)
BANGKALAN 30.5
TTS, NTT 31.1
SAMPANG 31.9
SUMBA BARAT 35.4 %
MTB, MALUKU 37.2
KEP. ARU 38.8
SUPIORI 50.7
TELUK BINTUNI 51.9
0.0 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0
60
Grafik 3(Scatter) : Sebaran Dating
50 Menurut Tingkat Kemiskinan • Sebanyak 78 % daerah
tertinggal berada di atas
40 tingkat kemiskinan Nasional
(14,15%) (Grafik 3)
30
%
20
10
0
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180
14
15. PERKEMBANGAN IPM ANTAR KELOMPOK DAERAH TERTINGGAL DAN
NON TERTINGGAL (PERIODE 2004-2008)
74 Target Rata-rata
71.8 72.3
71.2 IPM 72,2
72 70.5
70 71.2
70.1 70.6 Rata2 IPM
68 69.6
Kab/Kota Non
Dating
66
66.1 65.9 Rata2 IPM Kab.
64 65.4 Dating
64.6
Grafik (line) : Trend Angka IPM
62 IPM Nasional
(2009-2014)
60
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
• Rata-rata IPM daerah maju dan daerah tertinggal menunjukkan perkembangan divergen (melebar)
kesenjangan kesejahteraan masyarakat meningkat
• Rata-rata IPM daerah Tertinggal menunjukkan tren menurun dalam periode 2007-2008, disebabkan
Daerah Otonomi Baru (DOB) dengan IPM lebih rendah dari kabupaten induknya.
• Untuk mewujudkan target pencapaian IPM 72,2 pada tahun 2014 diperlukan akselerasi dengan rata-
rata peningkatan sebesar 1,05 per tahun sementara peningkatan rata-rata IPM eksisting hanya
sebesar 0,43, sehingga diperlukan selama 14 tahun (dari tahun 2008) untuk mewujudkan target IPM
72,2..
15
16. PERKEMBANGAN RATA-RATA PDRB PERKAPITA ANTAR KELOMPOK
DAERAH TERTINGGAL DAN NON TERTINGGAL (PERIODE 2004-2008)
9
7.85 8.12
7.55 Rata2 PDRB
8 7.26 Perkapita
6.91
7 Kab/Kota Non
7.06 Dating (ADHK)
6 6.57 6.82
6.50
6.14 Rata2 PDRB
Juta Rp.
5 Perkapita Kab.
5.10 5.30
5.01 4.94 Dating (ADHK)
4 4.65
3
Rata2 PDRB
2 Perkapita Total
Kab/Kota (ADHK)
1
-
2004 2005 2006 2007 2008
• Disparitas PDRB per kapita antar rata-rata PDRB perkapita daerah maju dengan rata-
rata PDRB perkapita daerah tertinggal cenderung meningkat KESENJANGAN
MENINGKAT
• Upaya mengurangi kesenjangan antar wilayah masih perlu ditingkatkan
PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL
16
17. DAERAH MAJU DENGAN PAD BESAR DAN DAK
DIATAS RATA-RATA NASIONAL (APBD 2010)
JUTAAN RUPIAH
NO 5 KABUPATEN DG DAK TINGGI APBD PAD DAU DAK
@ RATA RATA DAERAH MAJU 716.172,- 57.324,- 406.085,- 47.557,-
@ RATA RATA DAERAH TERTINGGAL 486.566,- 22.680,- 315.047,- 44.905,-
1 Kab. Bogor 2.128.453,- 370.459,- 1.115.704,- 143.081,-
2 Kab. Bandung 1.759.861,- 165.287,- 1.086.282,- 118.904,-
3 Kab. Cianjur 1.246.777,- 108.386,- 877.994,- 101.270,-
4 Kab. Magelang 886.037,- 78.651,- 604.522,- 100.912,-
5 Kab. Cilacap 1.204.549,- 126.058,- 793.267,- 100.844,-
NO 5 KABUPATEN DG DAK TERENDAH APBD PAD DAU DAK
@ RATA RATA DAERAH MAJU 716.172,- 57.324,- 406.085,- 47.557,-
@ RATA RATA DAERAH TERTINGGAL 486.566,- 22.680,- 315.047,- 44.905,-
1 Kab. Sabu Raijua, NTT 117.910,- 1.105,- 64.261,- 30.086,-
2 Kab. Maybrat, Papua 209.116,- 0,- 115.710,- 36.911,-
3 Kab. Kepulauan Morotai, Malut 175.707,- 1.550,- 76.154,- 26.903,-
4 Kab. Kepulauan Mentawai 371.066,- 26.285,- 287.490,- 29.631,-
5 Kab. Tambrauw, Papua Barat 142.842,- 56,- 71.861,- 29.400,-
17
Sumber : djpk.depkeu.go.id (Data diolah)
19. PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL
MERUPAKAN PRIORITAS NASIONAL DAN BIDANG , RPJMN 2010-2014
BUKU 1 BUKU 2
Prioritas Nasional Prioritas Bidang
11 Prioritas Nasional: 11 Bidang :
1. Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola 1. Kebijakan pengarusutamaan dan lintas
2. Pendidikan bidang
3. Kesehatan 2. Pembangunan sosial budaya dan
4. Penanggulangan Kemiskinan kehidupan beragama
5. Ketahanan Pangan 3. Ekonomi
6. Infrastruktur 4. Ilmu pengetahuan dan teknologi
7. Iklim Investasi dan Iklim Usaha 5. Sarana dan prasarana
8. Energi 6. Politik
9. Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Sub bidang : politik dalam negeri dan
Bencana komunikasi
10. Daerah Tertinggal, Terdepan, Terluar, & Prioritas sub bidang : pelembagaan
Pasca-konflik demokrasi
11. Kebudayaan, Kreativitas dan Inovasi 7. Pertahanan dan keamanan
Teknologi 8. Hukum dan aparatur
9. Wilayah dan tata ruang
Prioritas Lainnya : Prioritas Bidang : Pembangunan
1. Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Daerah Tertinggal
2. Bidang Perekonomian 7. Sumber daya alam dan lingkungan hidup
3. Bidang Kesejahteraan Rakyat 8. Sistem pendukung manajemen
pembangunan nasional
19
20. PRIORITAS 10 : DAERAH TERTINGGAL, TERDEPAN, TERLUAR, DAN
PASCA-KONFLIK
TARGET PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL
HINGGA TAHUN 2014:
1. PENGENTASAN DAERAH TERTINGGAL SEDIKITNYA 50 KABUPATEN;
2. IPM = 72,2 (sekarang 67,7);
3. PERTUMBUHAN EKONOMI = 7,1 % (sekarang 6,6 %);
4. PENDUDUK MISKIN =14,2 % (sekarang 18,8 %);
5. PENGANGGURAN TURUN sebesar 2,2% per tahun
substansi inti yang dilakukan oleh KPDT :
“Pengembangan kebijakan dan koordinasi pembangunan
dibidang ekonomi, kualitas sumber daya manusia, infrastruktur
di daerah tertinggal”
20
22. PERMASALAHAN PELAKSANAAN DAK-SARANA DAN
PRASARANA PERDESAAN TAHUN 2011
1. Keterlambatan Sosialisasi JUKNIS
• Keterlambatan sosialisasi JUKNIS oleh KPDT (Bulan Maret 2011);
2. Menu kegiatan dalam JUKNIS terlalu sempit
• Kebutuhan dan harapan daerah tertinggal sangat besar dan beragam,
sementara pilihan menu kegiatan DAK SPP terbatas
3. SKPD pelaksana
• SKPD pelaksana yang ditunjuk oleh Bupati ada yang tidak sesuai dengan
kebutuhan kegiatan, seperti:
• Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa;
• Dinas Pekerjaan Umum/Kimpraswil;
• Sekretaris Daerah.
4. Pemda kesulitan dalam melaksanakan mekanisme
hibah kepada pengelola
5. Rendahnya kepatuhan daerah dalam menyampaikan
pelaporan pelaksanaan DAK-SPDT
23. Sumatera Barat 90%
Aceh 29%
Bangka Belitung 22%
Jambi 17%
Sulawesi Tengah 8%
2008
Lampung 8%
Kalimantan Tengah 7%
Sumatera Selatan 6%
Jawa Timur 5%
Sulawesi Selatan 4%
Jawa Tengah 92%
Sumatera Barat 90%
D.I. Yogyakarta 83%
Kalimantan Tengah 80%
Maluku Utara 56%
Nusa Tenggara Barat 55%
Kalimantan Barat 40%
Aceh 29%
Kalimantan Selatan 29%
Bangka Belitung 22%
2009
Bali 20%
Jambi 17%
Sulawesi Tengah 17%
Sulawesi Tenggara 15%
Lampung 8%
Jawa Timur 8%
Sumatera Selatan 6%
Sulawesi Selatan 4%
Papua 4%
Sumatera Utara 3%
Jawa Tengah 100%
Nusa Tenggara Barat 100%
Sulawesi Utara 100%
Kalimantan Tengah 93%
Sulawesi Selatan 88%
Bangka Belitung 88%
Maluku 75%
Kalimantan Selatan 71%
Gorontalo 71%
Lampung 67%
Kalimantan Timur 67%
Sulawesi Barat 67%
Sumatera Selatan 63%
Sumatera Utara 56%
Bali 50%
2010
Maluku Utara 50%
Kalimantan Barat 40%
Aceh 38%
D.I. Yogyakarta 33%
Kepulauan Riau 25%
Banten 22%
Bengkulu 18%
KEPATUHAN DAERAH DALAM
Jambi 17%
Sulawesi Tengah 17%
Riau 8%
Jawa Timur 8%
Sulawesi Tenggara 8%
PELAPORAN DAK TAHUN 2008 - 2010
Jawa Barat 7%
Sumber: Kemdagri, 2011
Papua 3%
24. KEPATUHAN DAERAH DALAM MENYAMPAIKAN
LAPORAN TRIWULANAN DAK-SPP TAHUN 2011
Kepada KPDT
30
25 25
25
20
15 14 14
10
10
5 5
5 3
0
I II III Lengkap I, II, III
Jumlah Kabupaten %
Per 31 Oktober 2011 24
25. LANJUTAN...............
5. Lembaga Pengelola di Tingkat Masyarakat Perlu adanya penjelasan yang lebih
spesifik tentang kelembagaan pengelolaan, termasuk teknis pengelolaan.
• Lembaga pengelola sarana dan prasarana yang ditunjuk oleh Bupati
beragam, seperti:
• BUMDES;
• Camat;
• Kepala Desa;
• Koperasi Karyawan Dinas Perhubungan;
• Dinas Perhubungan.
6. Optimalisasi fungsi moda transportasi
• Moda transportasi pick up roda 4 ada yang digunakan untuk mobil dinas pejabat
(Dinas perhubungan, camat, dll);
• Besaran tonase Kapal tidak sesuai dengan kondisi wilayah (alur, potensi ekonomi)
sehingga tidak optimal penggunaannya dan mahalnya biaya pemeliharaan. Kapa
tidak termanfaatkan.
7. Bentuk dan Jenis kegiatan yang tidak sesuai JUKNIS/kebutuhan/kemampuan
• Pengadaan angkutan roda 4 yang seharusnya 4x2 single cabin menjadi 4x4 double
cabin;
• Ada yang dialokasikan untuk sarana perdesaan (jalan desa);
• Pengadaan angkutan roda 6 yang seharusnya 4x2 dengan 6 roda (truck) menjadi
Dum Truck.
8. Pemanfaatan sisa lelang
• ada daerah yang tidak memanfaatkannya atau ada yang menggunakannya untuk
bahan bakar
27. PERUBAHAN NOMENKLATUR DAK BIDANG SARANA DAN
PRASARANA DAERAH TERTINGGAL TAHUN 2012
Nomenklatur Bidang DAK diubah:
dari
“DAK Bidang Sarana dan Prasarana Perdesaan”
(tahun 2011)
menjadi
“DAK Bidang Sarana Prasarana Daerah Tertinggal”
(tahun 2012)
27
28. ARAH KEBIJAKAN
Mendukung kebijakan pembangunan daerah tertinggal
yang diamanatkan dalam RPJMN 2010-2014 yaitu untuk
melakukan percepatan pembangunan daerah tertinggal
dengan meningkatkan pengembangan perekonomian
daerah yang didukung oleh ketersediaan infrastruktur
perekonomian, sehingga daerah tertinggal dapat tumbuh
dan berkembang secara lebih cepat guna dapat
mengejar ketertinggalan pembangunannya dari daerah
lain yang sudah relatif lebih maju.
28
29. TUJUAN
• Mendukung upaya percepatan pembangunan
di daerah tertinggal melalui penyediaan
sarana dan prasarana pendukung
pengembangan ekonomi lokal serta
terbangunnya sinergi antara kegiatan yang
didanai dari DAK dengan kegiatan sektor
lainnya.
29
30. SASARAN
Sasaran Dana Alokasi Khusus Sarana Prasarana Daerah
Tertinggal (DAK SPDT):
adalah meningkatnya ketersediaan sarana dan prasarana pendukung
pengembangan ekonomi lokal dengan didukung keterpaduan pelaksanaan
kegiatan lintas sektor baik yang berasal dari sumber pendanaan DAK dan
juga sumber pendanaan pembangunan lainnya.
Sasaran kebutuhan DAK SPDT secara menyeluruh:
tersedianya sarana dan prasarana transportasi di daerah tertinggal
seperti: moda transportasi darat di 14.765 desa, moda transportasi air di
4.778 desa, terbangun/terehabilitasinya dermaga kecil/tambatan perahu
di 3.149 di desa, terbangunnya pembangkit energi listrik di 3.908 desa,
dan Pembangunan/rehabilitasi 4.000 embung irigasi untuk menunjang
sektor pertanian.
30
31. LINGKUP KEGIATAN
Subbidang/Menu Kegiatan yang Dapat Dipilih :
• Penyediaan moda transportasi darat/perairan untuk
meningkatkan mobilitas barang dan penumpang antar wilayah
perdesaan dengan pusat pertumbuhan,
• Pembangunan dan rehabilitasi dermaga kecil atau tambatan
perahu untuk mendukung angkutan orang dan barang,
khususnya dermaga kecil atau tambatan perahu di wilayah pesisir
yang tidak ditangani Kementerian Perhubungan,
• Penyediaan/pembangunan pembangkit energi listrik terbarukan
perdesaan yang memanfaatkan sumber energi mikrohidro dan
pikohidro
• Pembangunan/rehabilitasi embung irigasi untuk menunjang
sektor pertanian
• Pembangunan/Rehabilitasi jembatan antar
31
32. INDIKATOR KINERJA
• Indikator keluaran (output) untuk kegiatan Dana Alokasi
Khusus Sarana Prasarana Daerah Tertinggal (DAK SPDT) TA
2012 adalah :
– Jumlah moda transportasi darat/perairan
– Jumlah dermaga kecil/tambatan perahu
– Jumlah unit pembangkit listrik mikrohidro/pikohidro
– Jumlah embung
– Jumlah jembatan antar desa
– Jumlah SKPD yang menyerahkan laporan triwulan tepat waktu
– Jumlah SKPD yang menyerahkan laporan akhir tepat waktu
32
33. INDIKATOR KINERJA...lanjutan
II. INDIKATOR OUTCOME
• Meningkatnya volume pergerakan barang/penumpang dari pusat-pusat produksi
menuju pusat-pusat pemasaran. Indikator yang digunakan adalah “jumlah desa
yang masyarakatnya memperoleh kemudahan dalam mengakses moda
transportasi darat/perairan”.
• Meningkatnya kualitas pelayanan transportasi perairan di daerah tertinggal.
Indikator yang digunakan adalah “jumlah desa yang meningkat kualitas
pelayanannya dalam bongkar muat barang/orang melalui dermaga
kecil/tambatan perahu”.
• Meningkatnya aktivitas sosial ekonomi masyarakat yang berbasis energi listrik.
Indikator yang digunakan adalah “jumlah Kepala Keluarga yang memperoleh
pelayanan penyediaan energi listrik (mikrohidro/pikohidro)”.
• Meningkatnya ketersediaan air baku untuk mendukung sektor pertanian di
daerah tertinggal. Indikator yang digunakan adalah “luas lahan pertanian yang
memperoleh aliran irigasi dari embung”.
• Meningkatnya jumlah pergerakan orang antar desa di daerah tertinggal. Indikator
yang digunakan adalah ”jumlah desa yang dapat diakses sepanjang tahun”.
33
34. KRITERIA TEKNIS
a. Indeks ketertinggalan daerah
b. Jumlah kabupaten menurut persentase desa yang
membutuhkan moda
c. Transportasi darat dan perairan
d. Jumlah kabupaten menurut persentase desa yang tidak
dilayani listrik.
e. Rasio elektrifikasi menurut kabupaten.
f. Lahan pertanian yang tidak berpengairan menurut kabupaten
g. Lahan pertanian yang beririgrasi non teknis menurut
kabupaten
h. Tingkat kepatuhan daerah dalam menyampaikan laporan
i. Prioritas pengentasan ketertinggalan
34
36. KONDISI KEGIATAN DAK 2011
(potensi Tumpang Tindih)
1. Dermaga Kecil DAK LISTRIK
2. Moda Transportasi PERDESAAN
Listrik
3. Jalan desa DAK SPDT Perdesa
an
1. Jalan
2. Angkutan
Perdesaan
1. Jalan Desa
DAK SARANA DAN DAK 2. Angkutan Perdesaan
PRASARANA
KAWASAN
TRANSPORTASI
PERBATASAN PERDESAAN
1. Jalan
2. Angkutan Perdesaan
37. PENGELOLAAN DAK SAAT INI
TUJUAN DAK:
1. Pelayanan Dasar Masy PUSAT
2. Mendorong Percptan
Pemb. Daerah
Pelayanan Mendorong Pert. Lingkungan
Dasar Ekonomi Hidup
Peruma Listrik Perdagan Trans. Kehuta
Pendidikan Kesehatan KB han Jalan Perdesaan gan Perdesaan LH
nan
Air Kes. Praspe Kelautan dan Perba
minum
Sanitasi
Transpt m
Pertanian
Perikanan
Irigasi SPDT tasan
DAERAH
SKPD SKPD SKPD SKPD SKPD SKPD SKPD
SKPD SKPD
SKPD SKPD SKPD SKPD SKPD
SKPD SKPD SKPD SKPD SKPD
Di Pusat dan Daerah belum ada mekanisme sinkronisasi dan koordinasi
38. HARAPAN PENGELOLAAN DAK KE DEPAN
TUJUAN DAK:
1. Pelayanan Dasar Masy PUSAT
2. Mendorong Percptan
Pemb. Daerah
TIM KOORDINASI
Pelayanan Mendorong Pert.
Lingkungan
Dasar Ekonomi Hidup
Peruma Listrik Perdagan Trans. Kehuta
Pendidikan Kesehatan KB han Jalan Perdesaan gan Perdesaan LH
nan
Air Kes. Praspe Kelautan dan Perba
minum
Sanitasi
Transpt m
Pertanian
Perikanan
Irigasi SPDT tasan
DAERAH
SKPD SKPD SKPD SKPD SKPD SKPD
SKPD SKPD
SKPD SKPD
SKPD SKPD SKPD SKPD
SKPD
SKPD SKPD SKPD SKPD
TIM KOORDINASI
39. CONTOH KASUS PENGELOLAAN DAK SARANA DAN
PRASARANA PERDESAAN DI DAERAH TERTINGGAL
1. Peran Bappeda belum optimal Institusi
Perencanaan di Daerah sekaligus anggota
TAPD (Tim Anggaran Pemerintah Daerah)
2. Koordinasi antar SKPD dalam Pengelolaan DAK
di Daerah Belum Berjalan optimal sehingga
Pelaksanaan DAK belum efektif.
40. KELEMAHAN PENGELOLAAN DAK SAAT INI
1. Koordinasi pengelolaan DAK di tingkat pusat
belum solid/optimal
2. Koordinasi pengelolaan DAK di daerah belum
optimal
PERLUNYA ATURAN TENTANG MEKANISME
DAN PROSEDUR PENGELOLAAN DAK BAIK DI
TINGKAT PUSAT MAUPUN DI DAERAH.