4. . Sejarah Bahasa Indonesia
Latar belakang lahirnya bahasa Indonesia
telah dicatat dalam sejarah, yaitu tanggal 28
Oktober 1928 tepatnya pada peristiwa Sumpah
Pemuda dalam ikrar ketiga sebagai bahasa
persatuan. Kelahiran bahasa Indonesia pada tahun
tersebut lebih banyak ditentukan oleh segi politik
daripada segi kebangsaan. Akan tetapi, segi politik
itu dikaitkan dengan segi kebangsaan, yaitu melihat
dan mengamati sejarah bahasa (Melayu) yang akan
diresmikan sebagai bahasa Indonesia.
5. Bahasa Melayu
Bahasa Melayu yang dimakhsudkan bukanlah
bahasa Melayu daerah atau sering dikenal dengan
bahasa Melayu kesusastraan melainkan bahasa
Melayu perhubungan (lingua franca), yaitu
bahasa Melayu yang telah menyebar ke berbagai
pelosok tanah air. Oleh karena itu, bahasa Melayu
sebagai bahasa daerah masih tetap ada dan
berkembang sampai sekarang dan yang akan
datang (dijamin oleh Undang-undang Dasar
1945,pasal 36) di provinsi Riau dengan ibu kota
Pekan Baru.
6. Pilihan bahasa Melayu sebagai dasar lahirnya bahasa Indonesia
disebabkan oleh faktor-faktor berikut:
1. Bahasa Melayu lebih demokratis. Faktor demokratis yang dimakhsudkan adalah bahasa Melayu tidak
mengenal tingkat sosial dalam berbahasa;makhsudnya tidak dikenal tingkat bahasa Melayu
bangsawan atau istana sebagaimana terdapat pada bahasa daerah lainnya di Indonesia.
2. Bahasa Melayu telah dipakai sebagai bahasa lingua franca bahasa perhubungan di Nusantara sejak
abad ke-7 melalui bukti batu tertulis, prasasti, dan tulisan-tulisan di daun lontar seperti prasasti kota
Kapur, Talang Tuo, Kedukan Bukit, dan Karang Birahi di Sumatra Selatan; batu tertulis di
Pagaruyung, Sumatera Barat; serta naskah-naskah berbahasa Melayu dengan huruf Arab (di
kerajaan-kerajaan) di Nusantara,
3. Bahasa Melayu mudah dimengerti sebagai bahasa komunikasi. Hal itu sudah terbukti bahwa bahasa
Melayu menyebar ke berbagai pelosok tanah air yang sering dikenal sebagai bahasa pergaulan.
4. Secara psikologis bahasa daerah lainnya menerima kenyataan itu tanpa rasa iri hati atau penolakan,
namun, berkomentar sangat tepat sebagai dasar bahasa Indonesia.
8. Ragam Bahasa
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) ragam
bahasa diartikan variasi bahasa menurut pemakaiannya,
topik yang dibicarakan hubungan pembicara dan teman
bicara, dan medium pembicaraannya.
Pengertian ragam bahasa ini dalam berkomunikasi perlu
memperhatikan aspek;
(1) Situasi yang dihadapi
(2) Permasalahan yang hendak disampaikan
(3) Latar belakang pendengar atau pembaca yang
dituju,dan
(4) Medium atau sarana bahasa yang digunakan
9. Ragam Bahasa Berdasarkan Situasi
Berdasarkan situasi pemakaiannya, ragam
bahasa terdiri atas tiga bagian:
Ragam bahasa formal
Ragam bahasa semiformal
Dan ragam bahasa nonformal.
10. Ragam bahasa formal memperhatikan kriteria berikut agar
bahasanya menjadi resmi.
a. Kemantapan dinamis dalam pemakaian kaidah
sehingga tidak kaku tetapi tetap lebih luwes dan
dimungkinkan ada perubahan kosa kata dan istilah
dengan benar.
b. Penggunaan fungsi-fungsi gramatikal secara konsisten
dan eksplisit.
c. Penggunaan bentukan kata secara lengkap dan tidak
disingkat.
d. Penggunaan imbuhan (afiksasi) secara eksplisit dan
konsisten.
e. Penggunaan ejaan yang baku pada ragam bahasa tulis
dan lafal yang baku pada ragam bahasa lisan.
11. Berdasarkan kriteria ragam bahasa formal di atas, pembedaan antara ragam formal,
ragam semiformal, dan ragam non-formal diamati dari hal berikut:
a. Pokok masalah yang sedang dibahas,
b. Hubungan antara pembicara dan pendengar,
c. Medium bahasa yang digunakan lisan atau
tulis,
d. Area atau lingkungan pembicaraan terjadi,
dan
e. Situasi ketika pembicaraan berlangsung.
12. Kelima pembedaan ragam bahasa di atas, dipertegas lagi pembedaan antara ragam
bahasa formal dan bahasa non-formal yang paling mencolok adalah sebagai berikut:
a. Penggunaan kata sapaan dan kata ganti, misalnya:
Saya dan gue/ogut anda dan lu/ente.
b. Penggunaan imbuhan (afiksasi), awalan (prefiks),
akhiran (sufiks), gabungan awalan dan akhiran
(simulfiks), dan imbuhan terpisah (konfiks). Misalnya:
Awalan : menyapa-apaan
Akhiran : kalikan-kaliin
Simulfiks : menggambarkan-gambarin-
menyerahkan-nyerahin.
Konfiks : Kesalahan-nyalahin-pembetulan-
betulin
13. c. Penggunaan unsur fatik (persuasi) lebih sering muncul dalam ragam
bahasa nonformal, seperti sih, deh, dong, kok, lho, ya kale, gitu ya.
d. Penghilangan unsur atau fungsi kalimat (S-P-O-Pel-Ket) dalam
ragam bahasa nonformal yang menganggu penyampaian suatu
pesan. Misalnya;
Penghilangan subjek : Kepada hadirin harap
berdiri.
Penghilangan predikat : Laporan itu untuk
pimpinan.
Penghilangan objeK : SCTV melaporkan dari
Medan.
Penghilangan pelengkap : Mereka diskusi di lantai II
14. 1. Ragam bahasa formal
a. Selamat pagi pak, mohon maaf saya sedikit
terlambat masuk kantor.
b. Pekerjaan yang Bapak berikan kepada saya
kemarin sudah saya selesaikan.
15. 2. Ragam bahasa semiformal
3. Ragam bahasa nonformal
Contoh:
a. Bro, gue cabut duluan ya.
b. Tenang aja coy kalau sama gue, semua
urusan gue jamin beres.
16. Ragam Bahasa Berdasarkan Medium
Berdasarkan mediumnya ragam bahasa terdiri atas
dua ragam bahasa, yaitu:
a. Ragam bahasa lisan
Ragam bahasa lisan adalah bahasa yang dilafalkan
langsung oleh penuturnya kepada pendengar atau
teman bicaranya. Ragam bahasa lisan ini ditentukan
oleh intonasi dalam pemahaman maknanya.
Misalnya:
1) Kucing/ makan tikus mati.
2) Kucing makan//tikus mati.
3) Kucing makan tikus/mati.
17. Penanda lafal dalam contoh di atas adalah garis
miring (/), yaitu perhentian sementara yang disebut
jeda, yang posisinya berbeda sehingga makna kalimat
tidak sama. Dalam ragam tulis, apabila makna yang
dimakhsudkan secara berturut dari contoh di atas (a,b,
dan c), peranan tanda baca (pungutasi) sangat penting
dalam contoh ini menggunakan tanda hubung (-).
Perhatikan urutan contoh ragam tulis berikut.
1). Kucing makan-tikus-mati.
2). Kucing makan dan tikus mati.
3). Kucing (yang)-makan-tikus-mati.
18. Ragam lisan adalah ragam bahasa yang
diungkapkan dengan sarana lisan yang ditandai
oleh pengulangan-pengulangan, intonasi,
spontanitas sehingga kriteria kejelasan, ketegasan,
ketepatan, dan kelugasan terpenuhi oleh si
penutur. Perhatikan contoh ragam lisan berikut.
1). Kucing makan-tikus-mati.
2). Kucing makan dan tikus mati.
3). Kucing (yang)-makan-tikus-mati.
19. Ragam lisan adalah ragam bahasa yang diungkapkan-
pengulangan, intonasi, spontanitas, sehingga kriteria kejelasan,
ketegasan, ketepatan, dan kelugasan terpenuhi oleh si penutur.
Perhatikan contoh ragam lisan berikut.
1). Jika tak kuat, tak usah kau lanjutkan kerja ini.
2). Entar kakak bikin yang lebih yuhud gambarnya
3). Makalah anatomi kamu sudah serahkan kemarin
20. b. Ragam Bahasa Tulis
Ragam bahasa tulis adalah ragam bahasa yang
ditulis atau dicetak dengan memperhatikan penempatan
tanda baca dan ejaan secara benar. Ragam bahasa tulis
dapat bersifat formal, semiformal, dan non-formal. Dalam
penulisan makalah seminar dan skripsi, penulis harus
menggunakan ragam bahasa formal sedangkan ragam
bahasa semiformal digunakan dalam perkuliahan dan
ragam bahasa nonformal digunakan keseharian secara
informal.
21. ,
Ragam tulis adalah variasi bahasa yang dipergunakan
melalui sarana tulisan dan dapat diperkuat atau
didukung oleh seperangkat visual untuk mencapai
sasaran. Sarana visual yang dimakhsudkan adalah
bantuan berupa skema, grafik, peta, gambar, foto,
warna, atau benda-benda konkret yang lainnya . Contoh
yang akan diberikan berikut ini adalah sarana tulis aja.
Perhatikanlah contoh yang dimakhsud berikut ini.
1) Jikalau tidak kuat, tidak perlu engkau teruskan
pekerjaan itu.
2) Nanti kakak buatkan yang lebih bagus gambarmu.
3) Makalah anatomi sudah kamu serahkan kemarin.
22. Berikut ini dideskripsikan perbedaan dan
persamaan antara bahasa lisan dan bahasa tulis
dalam bentuk bagan penggunaan ragam bahasa
dan laras bahasa dalam penulisan karya ilmiah
harus berupaya pada:
1) Ragam bahasa formal
2) Ragam bahasa tulis
3) Ragam bahasa lisan
4) Laras bahasa ilmiah, dan
5) Berbahasa Indonesia dengan baik dan benar.
23. c. Ragam baku
Ragam baku adalah ragam bahasa yang dipakai jika
teman bicara, termasuk orang yang dihormati oleh pembicara,
termasuk juga topik yang akan dibicarakan, bersifat resmi
(seperti surat, perundang-undangan, dan karya teknis), dari
pembicaraan itu diadakan dalam forum resmi (seperti rapat,
simposium, seminar, dan kongres). Ragam bahasa baku ini
disebut juga ragam resmi yang dapat berupa sarana bahasa
lisan dan tulis. Perhatikan contoh berikut.
1). Atas perhatian saudara, saya sampaikan terima kasih.
2). Penghargaan yang tinggi saya tunjukan kepada Bapak Dr.
H.B Jasin yang berkat koleksi buku-bukunya saya dapat
memperoleh data yang saya perlukan.
24. d. Ragam tidak baku
Ragam tidak baku (lisan atau tulis) adalah
ragam bahasa yang menyalahi kaidah-kaidah yang
terdapat dalam ragam baku. Karena itu, ragam ini
tidak dapat dilembagakan pemakaiannya serta tidak
terpelihara dan tidak seragam. Perhatikan contoh
ragam tidak baku berikut:
1). Pegawai negeri pada ngobyek dengan
dikontrakkannya rumah BTN.
2). Kepada yth. Bapak pimpinan perusahaan, Bapak
Drs. Anglikan Ramean, waktu dan tempat kami
persilakan.
25. e. Ragam Dialek
Ragam dialek adalah ragam bahasa (Indonesia) yang
dipengaruhi oleh bahasa daerah si pembicara atau ragam
bahasa daerah yang ditandai oleh daerah atau kota si
pembicara asal (tinggal). Ragam bahasa Indonesia dialek
sunda tentu berbeda dengan dialek jawa atau ragam
bahasa Indonesia dialek Jakarta tidak sama dengan ragam
dialek medan. Contoh:
a. Paklek dan Bulek Nining pamit pulang dulu ya, lusa
Nining berkunjung lagi (ragam dailek Jawa).
b. Kamu tidak boleh berbuat semena-mena terhadap
orang lain.
26. F. Ragam Resmi
Ragam resmi sama halnya dengan ragam baku
(lihat ragam baku).
G. Ragam Akrab
Ragam akrab adalah bahasa yang dipakai jika
pembicara menganggap teman sebagai sesama
(dalam usia atau profesi kerja) atau orang yang
lebih muda atau lebih rendah statusnya yang
biasanya dalam situasi tidak resmi. Contoh:
1). Percayalah, semuanya bisa diatur.
2). Bagi kami usul itu oke-oke saja asal transportasi
ditanggung panitia.
27. h. Ragam tidak resmi
Ragam tidak resmi adalah ragam bahasa
yang digunakan dalam situasi tidak resmi.
Sebagian bahasa lisan ditandai oleh penggunaan
slang dan elipsis dalam lingkungan yang amat
akrab. Ragam ini disebut ragam santai. Contoh:
1) Gue heran liat lu, begitu cuek sama cewek
secantik itu.
2) Apa sih yang digosipin? Itu tu….