SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  29
Psikologi Komunikasi Pertemuan ke 5
Landasan berkomunikasi
dalam Islam
 ,” Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu sekalian
  dari seorang laki-laki dan seorang perempuan serta menjadikan
  kamu sekalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya
  kamu saling mengenal, sesungguhnya orang yang paling mulia
  di antara kamu sekalian di sisi Allah adalah yang paling takwa
  diantara kamu sekalian”. (Al Hujarat, : 13)
 ”Tidak kami utus seorang rasul kecuali ia harus menjelaskan
  dengann bahasa kaumnya”(QS.Ibrahim:4)
 Allah menyuruh kita untuk saling mengenal, mestipun berbeda
  suku, berbeda bangsa, berbeda budaya, berbeda warna
  kulit,sebagai manusia kita harus menjalin komunikasi yang baik.
  SelanjutnyaAllah juga menegaskan yang paling mulia di sisi
  Allah bukanlah yang paling kaya, paling cantik, paling
  pintar, paling popular dsbnya, namun yang paling mulia adalah
  manusia yang paling bertakwa kepada Allah SWT.
 Rasululah SAW mengatakan ,”Sebaik-baiknya manusia
  adalah orang yang dapat bermanfaat bagi orang lain,”
  atau ,”Sebaik-baiknya manusia adalah orang yang
  sangat baik dengan tetangganya,”
 “Berbicaralah kepada manusia sesuai dengan kadar
  akal (intelektualitas) mereka” (H.R. Muslim).

 kita harus bisa berkomunikasi dengan nilai-nilai yang
 islami, hingga lisan kita tidak sampai menyakiti orang
 lain, bahkan sebaliknya setiap kata yang diucapkan
 dapat menyejukkan hati.
Komunikasi dalam Al Qur’an
 qaulan sadida (jujur) (QS.4:9;33:70)
 qaulan baligha (membekas di Jiwa)(QS 4:63)
 qaulan karima (Mulia) (QS 17:23)
 qaulan layyina (lemah lembut)(QS 20:44)
 qaulan maisuura (ringan)( QS 17:28)
 qaulan ma’rufa (baik)(QS 4:5).
Qaulan sadidan
 “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
  meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir
  terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa
  kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan Qaulan Sadida –perkataan
  yang benar” (QS. 4:9)
 artinya pembicaraan yang benar , jujur, (pichtall
  menerjemahkannya” straight to the point“
  ), lurus, tidak bohong, tidak berbelit-belit.
 Ucapan yang benar tentu ucapan yang sesuai
  dengan Al-Qur’an , Al sunnah, dan ilmu.
 pesan yang benar adalah prasyarat untuk
  kebesaran (kebaikan, kemaslahatan) amal.
Qaulan Baligha
(Perkataan Yang Membekas Pada Jiwa)

 “Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui
  apa yang di dalam hati mereka. karena itu berpalinglah
  kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan
  katakanlah kepada mereka Qaulan Baligha –perkataan yang
  berbekas pada jiwa mereka.“ (QS An-Nissa :63).
 Qaulan Baligha artinya menggunakan kata-kata yang
  efektif, tepat sasaran, komunikatif, mudah
  dimengerti, langsung ke pokok masalah (straight to the
  point), dan tidak berbelit-belit atau bertele-tele. Agar
  komunikasi tepat sasaran, gaya bicara dan pesan yang
  disampaikan hendaklah disesuaikan dengan kadar
  intelektualitas komunikan dan menggunakan bahasa yang
  dimengerti oleh mereka.
Qaulan Karima
(Perkataan Yang Mulia)

 “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu
 jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu
 berbuat baik pada kedua orangtuamu dengan sebaik-
 baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau
 kedua duanya sampai berumur lanjut dalam
 pemeliharaanmu, seklai kali janganlah kamu
 mengatakan kepada kedanya perkatan ‘ah’ dan kamu
 janganlah membentak mereka dan ucapkanlah kepada
 mereka Qaulan Karima –ucapan yang mulia” (QS. Al-
 Isra: 23).
Qaulan Karima
(Perkataan Yang Mulia)

 perkataan yang mulia, santun penuh penghormatan
  dan penghargaan tidak menggurui tidak perlu retorika
  yang meledak-ledak.
 Dalam perspektif dakwah maka term pergaulan qaulan
  karima diperlakukan jika dakwah itu ditujukan kepada
  kelompok orang yang sudah masuk kategori usia
  lanjut.
Qaulan Layyinan
(Perkataan Yang Lembut)

 Allah Ta’ala berfirman: “Dan berkat rahmat Allah engkau
  (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka.
  Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah
  mereka menjauhkan diri dari sekitarmu,….”(Ali Imran ayat
  159)
 “Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan Qulan
  Layina –kata-kata yang lemah-lembut…” (QS. Thaha: 44).
  Ayat di atas adalah perintah Allah SWT kepada Nabi Musa
  dan Harun agar berbicara lemah-lembut, tidak
  kasar, kepada Fir’aun.
 Qaulan Layina berarti pembicaraan yang lemah-
  lembut, dengan suara yang enak didengar, dan penuh
  keramahan, sehingga dapat menyentuh hati
Qaulan Ma’rufa
(Perkataan Yang Baik)

 Kata Qaulan Ma`rufa disebutkan Allah dalam QS An-Nissa
  ayat 5 dan 8, QS. Al-Baqarah ayat 235 dan 263, serta Al-
  Ahzab ayat 32.
 “Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang
  belum sempurna akalnya[268], harta (mereka yang ada
  dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok
  kehidupan. berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil
  harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka Qaulan Ma’rufa –
  kata-kata yang baik.” (QS An-Nissa :5)
 “Dan apabila sewaktu pembagian itu hadir kerabat, anak
  yatim dan orang miskin, Maka berilah mereka dari harta itu
  (sekadarnya) dan ucapkanlah kepada mereka Qaulan
  Ma’rufa –perkataan yang baik” (QS An-Nissa :8).
Qaulan Ma’rufa (Perkataan Yang
Baik)

 “Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu dengan
  sindiran atau kamu Menyembunyikan (keinginan mengawini mereka)
  dalam hatimu. Allah mengetahui bahwa kamu akan menyebut-nyebut
  mereka, dalam pada itu janganlah kamu Mengadakan janji kawin
  dengan mereka secara rahasia, kecuali sekadar mengucapkan (kepada
  mereka) Qaulan Ma’rufa –perkataan yang baik…” (QS. Al-Baqarah:235).
 “Qulan Ma’rufa –perkataan yang baik– dan pemberian maaf lebih baik
  dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan
  si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun.” (QS. Al-Baqarah:
  263).
 “Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang
  lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam
  berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam
  hatinya] dan ucapkanlah Qaulan Ma’rufa –perkataan yang baik.” (QS.
  Al-Ahzab: 32).
Qaulan Maisuura
(Perkataan Yang Ringan)

 ”Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh
  rahmat dari Tuhannya yang kamu harapkan, maka
  katakanlah kepada mereka Qaulan Maysura –ucapan yang
  mudah” (QS. Al-Isra: 28).
 Istilah Qaulan Maisura tersebut dalam Al-Isra. Kalimat
  maisura berasal dari kata yasr, yang artinya mudah. Qaulan
  maisura adalah lawan dari kata ma’sura, perkataan yang
  sulit. Sebagai bahasa Komunikasi, qaulan maisura artinya
  perkataan yang mudah diterima, dan ringan, yang
  pantas, yang tidak berliku-liku. Dakwah dengan qaulan
  maisura yang artinya pesan yang disampaikan itu
  sederhana, mudah dimengerti dan dapat dipahami secara
  spontan tanpa harus berpikir dua kali. Pesan dakwah model
  ini tidak memerlukan dalil naqli maupun argument-
  argumen logika.
Hadist Psikologi Komunikasi
 rasullullah SAW adalah komunikator yang
  hebat, setiap pesan yang beliau sampaikan pasti
  berkesan dihati para sahabat, bahkan dihati kaum
  kafir yang memusuhinya.
 Hampir semua hadist disampaikan dengan
  memperhatikan konteknya/psikologi komunikannya
  (hadist ttg org yang paling mulia….)
 Man roa mingkum munkaron….yg selemah iman itu
  yg pakai phisik
Hadist Psikologi Komunikasi
1. qulil haqqa walaukana murran (katakanlah apa
   yang benar walaupun pahit rasanya) (hadis).
2. falyakul khairan au liyasmut (katakanlah bila
   benar kalau tidak bisa,diamlah).
3. laa takul qabla tafakur (janganlah berbicara
   sebelum berpikir terlebih dahulu).


 http://arshadgraffity.blogspot.com/2011/01/makala
               h-etika-komunikasi-perspektif.html
Hadist psikologi komunikasi
4. Nabi menganjurkan berbicara yang baik-baik
     saja, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi
     Dunya, “Sebutkanlah apa-apa yang baik mengenai
     sahabatmu yang tidak hadir dalam pertemuan, terutama
     hal-hal yang kamu sukai terhadap sahabatmu itu
     sebagaimana sahabatmu menyampaikan kebaikan dirimu
     pada saat kamu tidak hadir”.
5. “Sesungguhnya Allah tidak suka kepada orang-orang…yaitu
     mereka yang menjungkirkan-balikkan fakta (fakta)
     dengan lidahnya seperti seekor sapi yang mengunyah-
     ngunyah rumput dengan lidahnya”.
Tidak sombong
 Beliau bersabda,” Sesungguhnya Allah telah memberi
  wahyu kepadaku, yaitu kamu sekalian hendaklah bersikap
  tawadhu sehingga tidak ada seseorang bersikap sombong
  kepada yang lain, dan tidak ada seseorang menganiaya
  yang lain,” (Hr Muslim). Dan dalam riwayat lain Anas RA
  berkata,” Bila ada budak di Madinah memegang tangan
  nabi SAW, maka beliau pergi mengikuti kemana budak itu
  menghendaki”. (Hr Bukhari)
 Sungguh, sikap tawadhu benar-benar dicontohkan
  langsung oleh rasul, yang tidak membedakan status sosial
  kendati beliau adalah manusia yang paling mulia di dunia
  dan akhirat namun tetap menghargai seorang budak.
Catatan tambahan
 Hadith
1. Shodaqoh walau sebesar zarroh
2. Memperlakukan org lain spt kita ingin diperlakukan
3. Memberikan salam
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang
siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
HIKMAH
 Selalu menggunakan akal budi (pengalaman
  pengetahuannya), arif dan tajam pikirannya. Pandai dan
  ingat-ingat (Kamus Besar Bahasa Indonesia).
 Menyampaikan ajaran Islam untuk membawa orang
  kepada kebenaran dengan mempertimbangkan
  kemampuan dan ketajaman rasional atau kadar akal
  penerima dakwah (Al-Bayanuni, 1991: 245)
 Ilmu yang sahih yang menggerakkan kemauan untuk
  melakukan suatu perbuatan yang berguna ( M
  Yunan, 2003: 8).
 Hikmah bukan hanya ilmu semata, tetapi ilmu yang sehat
  yang mudah dicernakan, berpadu dengan rasa
  perisa, sehingga menjadi penggerak untuk melakukan
  sesuatu yang bermanfaat, yaitu suatu tindakan yang efektif
  (M Natsir, 1996: 164)
 Metode Hikmah dalam kegiatan dakwah muncul
  berbagai bentuk, seperti mengenal strata
  mad’u, kapan harus bicara dan kapan harus
  diam, mencari titik temu, toleran tanpa kehilangan
  sibghah, memilih kata yang tepat, cara
  berpisah, uswatun hasanah dan lisanul hal (M
  Yunus, 2003: xiii).
 Komunikasi yang benar dan menyentuh jiwa, yang
  dengan ilmu pengetahuan, kecakapan memilih materi
  dakwah yang sesuai dengan kemampuan
  mad’u, pandai memilih bahasa sehingga mad’u tidak
  merasa berat dalam menerima islam.
  (Salmadasi, 2005: 6).
MAUIZAH CHASANAH
 Memberi nasehat, memberi peringatan kepada seseorang
  yang bisa membawa taubat kepada Allah swt (Ibnu
  Manzur, 1995: 346-347).
 Mauizah: zdanny (diyakini kebenarannya) (M Fakhar ar-
  Razi, 1994: 141).
 Sesuatu yang masuk ke dalam hati yang lembut dan orang
  mendapat pelajaran itu merasakan mendapat peringatan
  halus yang mendalam (Said Qutub, 1980: 2201).
 Abdullah Ahmad An-Nasafi: Perkataan-perkataan yang
  tidak tersembunyi bagi mereka, bahwa engkau
  memberikan nasehat dan menghendaki manfaat kepada
  mereka atau dengan Qur’an (Hasanuddin, 1996: 37)
 Dalam komunikasi metode maizah hasanah sama dengan
  public speaking atau pidato. Pidato yang memiliki kriteria:
  sifat tanggapan dengan hasil pidato itu terhadap
  pendengan, logisnya posisi pembicara dengan kebenaran
  pembicaraan, motif dan maksud pembicara, dasar-dasar
  seni pidato yang baik (Rustica C Carpio, Private and public
  speaking, terj Rahman zaenuddin, 2005: 25).
 Dari penjelasan diatas, maka A Karni mengatakan bahwa
  kata Mauizah dapat dikelompokkan kepada:
  pertama, mauizah yang lebih dekat dengan dalil, kedua:
  berkaitan dengan kepuasan hati dan jiwa.
 Mauizah: pelajaran yang disampaikan dengan dalil-dalil
  atau argumentasi-argumentasi yang tepat dan dapat
  memuaskan sasaran dakwah yang dihadapi, sehingga
  jiwanya menjadi tenang ( Awis Karni, 2000: 51)
 Sasaran Mauizah hasanah: tertuju kepada peringatan
  yang baik dan dapat menyentuh hari sanubari
  seseorang, sehingga objek dakwah terdorong berbuat
  baik (Salmadanis, 2002: 186-187).
 Maka dengan metode bil mauizah hasanah adalah
  dakwah yang mampu meresap ke dalam hati dengan
  halus dan lemah lembut. Tidak bersikap menghardik,
  memarahi dan mengancam, tidak membuka aib atau
  kesalahan-kesalahan mad’u karena alasan tidak tahu.
  Sikap sejuk dan lembut dalam menyampaikan islam
  akan mendatangkan petunjuk bagi hati yang sesat,
  menjinakkan hati yang benci sehingga mendatangkan
  kebaikan (Sayyid Qutub, 2201).
BIL MUJADALAH
 JADALAH: membantah atau berbantah-bantahan (ibnu Munzir, 1995:
  108).
 Mufassir: Ar-Razi: bantahan yang tidak membawa kepada pertikaian
  dan kebencian, tetapi membawa kepada kebenaran (Ar-Razi, mafatih
  ghai: 142).
 Jadi: sebuah dakwah dengan debat terbuka, argumentatif dan jawaban
  dapat memuaskan masyarakat (mad’u)
 Tanthawi: landasan dalam mujadalah: (1) kejujuran, menjauhi
  kebohongan dan kekaburan (2). Tematik dan objektif dalam menyikapi
  masalah, yaitu tidak keluar dari tema dialog sehingga pembicaraan
  jelas dan mencapai sasaran. (3). Argumentatif dan logis (4).bertujuan
  untuk mencapai kebenaran (5). Bersikap tawadu’, menghindari
  perasaan benar sendiri (6). Memberi kesempatan kepada pihak lawan
  untuk mengemukakan argumentasi (Tanthawi, 1984: 18).
BENTUK-BENTUK MUJADALAH
 Metode Debat: pembicaraan antar dua orang atau
  lebih yang cenderung salaing menjatuhkan lawan.
  Masing2 pihak saling mempertahankan pendapatnya
  dan sulit melakukan kompromi.
 Metode Al-Hiwar (Dialog): metode dialog yang lebih
  berimbang, karena masing-masing pembicaraan
  memiliki hak dan kesempatan untuk mengemukakan
  pendapat.
 Metode Al-Asilah dan Ajwibah (Tanya jawab). Proses
  dakwah ketika mad’u memberikan pertanyaan kepada
  da’I kemudian da’I menjawab segenap kegelihan yang
  ditanyakan. (Munzier Suparta, 2003: 315)
kesimpulan
Metode dakwah Rasulullah senantiasa berlandaskan pada Al-Qur’an, yang dapat dilihat pada surat An-Nahl:
  125. Disampaikan dengan cara yang hikmah dan pengajaran yang baik dan dengan diskusi.
  Hikmah ialah perkataan yang tegas dan benar yang membedakan antara yang hak dan batil. Penyampaian
  dakwah dengan cara yang hikmah merupakan pencirian nilai islam yang benar, yang sangat bertujuan untuk
  memberikan keteguhan dalam penyebarnnya dan tidak menimbulkan keraguan dan kesamaran dalam
  syiarnya. Metode hikmah dalam islam berlandaskan atas kelemah-lembutan. Rasulullah telah mengajarkan
  kelemah lembutan yang beliau tunjukan kepada para sahabat maupun kepada musuh yang akan membunuh
  beliau.
  Mauizhoh hasanah (pelajaran yang baik) Pelajaran yang baik ini dapat diterapkan dengan cara membalas
  kejahatan dengan kebaikan. Rasulullah sering dicaci oleh seorang pengemis buta. Rasulullah senantiasa
  bersabar menyuapi dan memberi makan si pengemis, sementara dirinya selalu dihujat. Setelah Rasulullah
  wafat barulah si pengemis tersebut mengetahui bahwa yang menyuapi dan memberikannya makan selama ini
  adalah Rasulullah. Landas si pengemis masuk islam.
  Mendebat dengan cara yang baik. Berdebat yang dimaksud adalah perdebatan mencari kebenaran demi
  kebaikan bersama bukan sebuah kemenangan. Rasulullah sosok yang kurang menyukai untuk berdebat.
  Pernah beliau diundang berdebat tentang kebenaran agama islam oleh seorang kafir Quraish, beliau
  menghadapinnya dengan tenang dan cerdas. Beliau mempersilahkan sang Quraish untuk berbicara
  mengungkapkan hajatnya. Lalu setelah terlihat sang Quraish akan menyelesaikan statemennya, Rasulullah
  berkata: “sudah selesai anda berbicara?”.
  Pada masa sekrang ini, banyak kalangan muallaf islam yang menemukan kejernihan dan hidayah dengan
  perdebatan. Namun, dibalik tersebut juga banyak mereka yang dengan perdebatan masih belum mendapatkan
  hidayah malah emosi dan kecongkaan yang subur mewarnai kehidupannya.
Al-Ahzab [33]: 70



070. (Hai orang-orang yang beriman!
Bertakwalah kamu sekalian kepada
Allah dan katakanlah perkataan yang
benar) yakni perkataan yang tidak
menyalahi.
HADITS
                                                                      

“Sesungguhnya Allah Maha lembut, mencintai kelembutan, dia memberikan
     kepada yang lembut apa yang tidak diberikan kepada yang kasar”
                                                               
 “Sesungguhnya, tidaklah kelembutan itu ada pada sesuatu kecuali ia akan
      membaguskannya, dan tidaklah (kelembutan) itu tercabut dari
                sesuatu, kecuali akan memburukkannya”
                                                 
 “Barang siapa yang tidak terdapat kelembutan padanya, maka tidak ada
                           kebaikan padanya”
                                                                      



   “Hendaklah kalian bersikap memudahkan dan jangan menyulitkan.
  Hendaklah kalian menyampaikan kabar gembira dan jangan membuat
 mereka lari, karena sesungguhnya kalian diutus untuk memudahkan dan
                        bukan untuk menyulitkan.”
Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah
       lembut, Mudah-mudahan ia ingat atau takut". (Thaahaa: 42)




  Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap
   mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka
           menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah
   mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan
   mereka dalam urusan itu[246]. kemudian apabila kamu telah membulatkan
tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-
           orang yang bertawakkal kepada-Nya. (Q.S Ali Imran: 159)

Contenu connexe

Tendances

Al qiyadah wal jundiyah
Al qiyadah wal jundiyahAl qiyadah wal jundiyah
Al qiyadah wal jundiyah
Abdul Hakim
 
Quran Sebagai sumber Ajaran Islam
Quran Sebagai sumber Ajaran IslamQuran Sebagai sumber Ajaran Islam
Quran Sebagai sumber Ajaran Islam
Marhamah Saleh
 
Kepribadian Muslimah
Kepribadian MuslimahKepribadian Muslimah
Kepribadian Muslimah
iqbalgoh
 
Pengurusan jenazah powerpoint
Pengurusan jenazah powerpointPengurusan jenazah powerpoint
Pengurusan jenazah powerpoint
Nenk Ajalah
 
73 FIRQAH DALAM ISLAM
73 FIRQAH DALAM ISLAM73 FIRQAH DALAM ISLAM
73 FIRQAH DALAM ISLAM
rahman rahman
 

Tendances (20)

Al qiyadah wal jundiyah
Al qiyadah wal jundiyahAl qiyadah wal jundiyah
Al qiyadah wal jundiyah
 
MENUNTUT ILMU
MENUNTUT ILMUMENUNTUT ILMU
MENUNTUT ILMU
 
Kepribadian islam
Kepribadian islamKepribadian islam
Kepribadian islam
 
Menutup Aurat yang Benar - Sesuai Syariah .PPT
Menutup Aurat yang Benar - Sesuai Syariah .PPTMenutup Aurat yang Benar - Sesuai Syariah .PPT
Menutup Aurat yang Benar - Sesuai Syariah .PPT
 
Ppt hadits
Ppt haditsPpt hadits
Ppt hadits
 
2. PPT syariah islam menebar rahmat seluruh alam (Edisi 2)
2. PPT syariah islam menebar rahmat seluruh alam (Edisi 2)2. PPT syariah islam menebar rahmat seluruh alam (Edisi 2)
2. PPT syariah islam menebar rahmat seluruh alam (Edisi 2)
 
04.1 KONSEP AKAD
04.1 KONSEP AKAD04.1 KONSEP AKAD
04.1 KONSEP AKAD
 
Quran Sebagai sumber Ajaran Islam
Quran Sebagai sumber Ajaran IslamQuran Sebagai sumber Ajaran Islam
Quran Sebagai sumber Ajaran Islam
 
Kepribadian Muslimah
Kepribadian MuslimahKepribadian Muslimah
Kepribadian Muslimah
 
Al-aam dan Khos Fiqh Muamalah
Al-aam dan Khos Fiqh MuamalahAl-aam dan Khos Fiqh Muamalah
Al-aam dan Khos Fiqh Muamalah
 
Konsep pendidikan ibnu khaldun
Konsep pendidikan ibnu khaldunKonsep pendidikan ibnu khaldun
Konsep pendidikan ibnu khaldun
 
Alam kubur
Alam kuburAlam kubur
Alam kubur
 
Thaharah
ThaharahThaharah
Thaharah
 
Pengurusan jenazah powerpoint
Pengurusan jenazah powerpointPengurusan jenazah powerpoint
Pengurusan jenazah powerpoint
 
73 FIRQAH DALAM ISLAM
73 FIRQAH DALAM ISLAM73 FIRQAH DALAM ISLAM
73 FIRQAH DALAM ISLAM
 
ppt aliran dalam ilmu kalam
ppt aliran dalam ilmu kalamppt aliran dalam ilmu kalam
ppt aliran dalam ilmu kalam
 
Makalah ulumul hadist
Makalah ulumul hadistMakalah ulumul hadist
Makalah ulumul hadist
 
Al qur’an sebagai pedoman hidup
Al qur’an sebagai pedoman hidupAl qur’an sebagai pedoman hidup
Al qur’an sebagai pedoman hidup
 
Kematian menurut al quran & hadist
Kematian menurut al quran & hadistKematian menurut al quran & hadist
Kematian menurut al quran & hadist
 
Asbabul wurud-ulumul hadits
Asbabul wurud-ulumul haditsAsbabul wurud-ulumul hadits
Asbabul wurud-ulumul hadits
 

Similaire à Komunikasi islami

Syarifudin ambon, pola komunikasi tercanggih di dunia
Syarifudin ambon, pola komunikasi tercanggih di duniaSyarifudin ambon, pola komunikasi tercanggih di dunia
Syarifudin ambon, pola komunikasi tercanggih di dunia
Syarifudin Amq
 
Syarifudin ambon, pola komunikasi tercanggih di dunia
Syarifudin ambon, pola komunikasi tercanggih di duniaSyarifudin ambon, pola komunikasi tercanggih di dunia
Syarifudin ambon, pola komunikasi tercanggih di dunia
Syarifudin Amq
 
Bagaimana menyentuh hati (da'wah) abbas as siisi
Bagaimana menyentuh hati (da'wah)  abbas as siisiBagaimana menyentuh hati (da'wah)  abbas as siisi
Bagaimana menyentuh hati (da'wah) abbas as siisi
Amir Dauly
 
Bagaimana menyentuh hati (Abbas As-Sisi)
Bagaimana menyentuh hati (Abbas As-Sisi)Bagaimana menyentuh hati (Abbas As-Sisi)
Bagaimana menyentuh hati (Abbas As-Sisi)
Mohd Shukri Mat Nor
 
[Abbas as siisi] bagaimana menyentuh hati (at-thariq ilal quluub)
[Abbas as siisi] bagaimana menyentuh hati (at-thariq ilal quluub)[Abbas as siisi] bagaimana menyentuh hati (at-thariq ilal quluub)
[Abbas as siisi] bagaimana menyentuh hati (at-thariq ilal quluub)
Irfan Dadi
 
Mitos dan etika komunikasi antarpribadi
Mitos dan etika komunikasi antarpribadiMitos dan etika komunikasi antarpribadi
Mitos dan etika komunikasi antarpribadi
Ana Sofiani
 
Bertutur santun dalam islam
Bertutur santun dalam islamBertutur santun dalam islam
Bertutur santun dalam islam
yuniarkowahyu
 
Bertutur santun dalam islam
Bertutur santun dalam islamBertutur santun dalam islam
Bertutur santun dalam islam
yuniarkowahyu
 
Bertuntun santun dalam islam
Bertuntun santun dalam islamBertuntun santun dalam islam
Bertuntun santun dalam islam
yuniarkowahyu
 
Bertutur Santun dalam Islam
Bertutur Santun dalam IslamBertutur Santun dalam Islam
Bertutur Santun dalam Islam
yuniarkowahyu
 

Similaire à Komunikasi islami (20)

Syarifudin ambon, pola komunikasi tercanggih di dunia
Syarifudin ambon, pola komunikasi tercanggih di duniaSyarifudin ambon, pola komunikasi tercanggih di dunia
Syarifudin ambon, pola komunikasi tercanggih di dunia
 
Syarifudin ambon, pola komunikasi tercanggih di dunia
Syarifudin ambon, pola komunikasi tercanggih di duniaSyarifudin ambon, pola komunikasi tercanggih di dunia
Syarifudin ambon, pola komunikasi tercanggih di dunia
 
laporan_pai_menjaga_lisan.docx
laporan_pai_menjaga_lisan.docxlaporan_pai_menjaga_lisan.docx
laporan_pai_menjaga_lisan.docx
 
Bagaimana menyentuh hati (da'wah)
Bagaimana menyentuh hati (da'wah)  Bagaimana menyentuh hati (da'wah)
Bagaimana menyentuh hati (da'wah)
 
Bagaimana menyentuh hati (da'wah) abbas as siisi
Bagaimana menyentuh hati (da'wah)  abbas as siisiBagaimana menyentuh hati (da'wah)  abbas as siisi
Bagaimana menyentuh hati (da'wah) abbas as siisi
 
Bagaimana menyentuh hati (Abbas As-Sisi)
Bagaimana menyentuh hati (Abbas As-Sisi)Bagaimana menyentuh hati (Abbas As-Sisi)
Bagaimana menyentuh hati (Abbas As-Sisi)
 
[Abbas as siisi] bagaimana menyentuh hati (at-thariq ilal quluub)
[Abbas as siisi] bagaimana menyentuh hati (at-thariq ilal quluub)[Abbas as siisi] bagaimana menyentuh hati (at-thariq ilal quluub)
[Abbas as siisi] bagaimana menyentuh hati (at-thariq ilal quluub)
 
Bagaimana menyentuh hati (da'wah) abbas as siisi
Bagaimana menyentuh hati (da'wah)  abbas as siisiBagaimana menyentuh hati (da'wah)  abbas as siisi
Bagaimana menyentuh hati (da'wah) abbas as siisi
 
Bagaimana menyentuh hati abbas as-sisi
Bagaimana menyentuh hati   abbas as-sisiBagaimana menyentuh hati   abbas as-sisi
Bagaimana menyentuh hati abbas as-sisi
 
Mitos dan etika komunikasi antarpribadi
Mitos dan etika komunikasi antarpribadiMitos dan etika komunikasi antarpribadi
Mitos dan etika komunikasi antarpribadi
 
Bertutur santun dalam islam
Bertutur santun dalam islamBertutur santun dalam islam
Bertutur santun dalam islam
 
Macam-macam Qaulan
Macam-macam QaulanMacam-macam Qaulan
Macam-macam Qaulan
 
Komunikasi (islam)
Komunikasi (islam)Komunikasi (islam)
Komunikasi (islam)
 
Bertutur santun dalam islam
Bertutur santun dalam islamBertutur santun dalam islam
Bertutur santun dalam islam
 
Bertuntun santun dalam islam
Bertuntun santun dalam islamBertuntun santun dalam islam
Bertuntun santun dalam islam
 
Bertuntur santun dalam islam
Bertuntur santun dalam islamBertuntur santun dalam islam
Bertuntur santun dalam islam
 
Bertutur Santun dalam Islam
Bertutur Santun dalam IslamBertutur Santun dalam Islam
Bertutur Santun dalam Islam
 
Menjadi pembina sejati
Menjadi pembina sejatiMenjadi pembina sejati
Menjadi pembina sejati
 
Tabligh, dakwah, dan khutbah
Tabligh, dakwah, dan khutbahTabligh, dakwah, dan khutbah
Tabligh, dakwah, dan khutbah
 
Menjadi Pembina Dakwah
Menjadi Pembina DakwahMenjadi Pembina Dakwah
Menjadi Pembina Dakwah
 

Komunikasi islami

  • 2. Landasan berkomunikasi dalam Islam  ,” Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu sekalian dari seorang laki-laki dan seorang perempuan serta menjadikan kamu sekalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal, sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu sekalian di sisi Allah adalah yang paling takwa diantara kamu sekalian”. (Al Hujarat, : 13)  ”Tidak kami utus seorang rasul kecuali ia harus menjelaskan dengann bahasa kaumnya”(QS.Ibrahim:4)  Allah menyuruh kita untuk saling mengenal, mestipun berbeda suku, berbeda bangsa, berbeda budaya, berbeda warna kulit,sebagai manusia kita harus menjalin komunikasi yang baik. SelanjutnyaAllah juga menegaskan yang paling mulia di sisi Allah bukanlah yang paling kaya, paling cantik, paling pintar, paling popular dsbnya, namun yang paling mulia adalah manusia yang paling bertakwa kepada Allah SWT.
  • 3.  Rasululah SAW mengatakan ,”Sebaik-baiknya manusia adalah orang yang dapat bermanfaat bagi orang lain,” atau ,”Sebaik-baiknya manusia adalah orang yang sangat baik dengan tetangganya,”  “Berbicaralah kepada manusia sesuai dengan kadar akal (intelektualitas) mereka” (H.R. Muslim).  kita harus bisa berkomunikasi dengan nilai-nilai yang islami, hingga lisan kita tidak sampai menyakiti orang lain, bahkan sebaliknya setiap kata yang diucapkan dapat menyejukkan hati.
  • 4. Komunikasi dalam Al Qur’an  qaulan sadida (jujur) (QS.4:9;33:70)  qaulan baligha (membekas di Jiwa)(QS 4:63)  qaulan karima (Mulia) (QS 17:23)  qaulan layyina (lemah lembut)(QS 20:44)  qaulan maisuura (ringan)( QS 17:28)  qaulan ma’rufa (baik)(QS 4:5).
  • 5. Qaulan sadidan  “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan Qaulan Sadida –perkataan yang benar” (QS. 4:9)  artinya pembicaraan yang benar , jujur, (pichtall menerjemahkannya” straight to the point“ ), lurus, tidak bohong, tidak berbelit-belit.  Ucapan yang benar tentu ucapan yang sesuai dengan Al-Qur’an , Al sunnah, dan ilmu.  pesan yang benar adalah prasyarat untuk kebesaran (kebaikan, kemaslahatan) amal.
  • 6. Qaulan Baligha (Perkataan Yang Membekas Pada Jiwa)  “Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati mereka. karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka Qaulan Baligha –perkataan yang berbekas pada jiwa mereka.“ (QS An-Nissa :63).  Qaulan Baligha artinya menggunakan kata-kata yang efektif, tepat sasaran, komunikatif, mudah dimengerti, langsung ke pokok masalah (straight to the point), dan tidak berbelit-belit atau bertele-tele. Agar komunikasi tepat sasaran, gaya bicara dan pesan yang disampaikan hendaklah disesuaikan dengan kadar intelektualitas komunikan dan menggunakan bahasa yang dimengerti oleh mereka.
  • 7. Qaulan Karima (Perkataan Yang Mulia)  “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada kedua orangtuamu dengan sebaik- baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, seklai kali janganlah kamu mengatakan kepada kedanya perkatan ‘ah’ dan kamu janganlah membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Qaulan Karima –ucapan yang mulia” (QS. Al- Isra: 23).
  • 8. Qaulan Karima (Perkataan Yang Mulia)  perkataan yang mulia, santun penuh penghormatan dan penghargaan tidak menggurui tidak perlu retorika yang meledak-ledak.  Dalam perspektif dakwah maka term pergaulan qaulan karima diperlakukan jika dakwah itu ditujukan kepada kelompok orang yang sudah masuk kategori usia lanjut.
  • 9. Qaulan Layyinan (Perkataan Yang Lembut)  Allah Ta’ala berfirman: “Dan berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu,….”(Ali Imran ayat 159)  “Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan Qulan Layina –kata-kata yang lemah-lembut…” (QS. Thaha: 44). Ayat di atas adalah perintah Allah SWT kepada Nabi Musa dan Harun agar berbicara lemah-lembut, tidak kasar, kepada Fir’aun.  Qaulan Layina berarti pembicaraan yang lemah- lembut, dengan suara yang enak didengar, dan penuh keramahan, sehingga dapat menyentuh hati
  • 10. Qaulan Ma’rufa (Perkataan Yang Baik)  Kata Qaulan Ma`rufa disebutkan Allah dalam QS An-Nissa ayat 5 dan 8, QS. Al-Baqarah ayat 235 dan 263, serta Al- Ahzab ayat 32.  “Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya[268], harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka Qaulan Ma’rufa – kata-kata yang baik.” (QS An-Nissa :5)  “Dan apabila sewaktu pembagian itu hadir kerabat, anak yatim dan orang miskin, Maka berilah mereka dari harta itu (sekadarnya) dan ucapkanlah kepada mereka Qaulan Ma’rufa –perkataan yang baik” (QS An-Nissa :8).
  • 11. Qaulan Ma’rufa (Perkataan Yang Baik)  “Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu dengan sindiran atau kamu Menyembunyikan (keinginan mengawini mereka) dalam hatimu. Allah mengetahui bahwa kamu akan menyebut-nyebut mereka, dalam pada itu janganlah kamu Mengadakan janji kawin dengan mereka secara rahasia, kecuali sekadar mengucapkan (kepada mereka) Qaulan Ma’rufa –perkataan yang baik…” (QS. Al-Baqarah:235).  “Qulan Ma’rufa –perkataan yang baik– dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun.” (QS. Al-Baqarah: 263).  “Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya] dan ucapkanlah Qaulan Ma’rufa –perkataan yang baik.” (QS. Al-Ahzab: 32).
  • 12. Qaulan Maisuura (Perkataan Yang Ringan)  ”Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhannya yang kamu harapkan, maka katakanlah kepada mereka Qaulan Maysura –ucapan yang mudah” (QS. Al-Isra: 28).  Istilah Qaulan Maisura tersebut dalam Al-Isra. Kalimat maisura berasal dari kata yasr, yang artinya mudah. Qaulan maisura adalah lawan dari kata ma’sura, perkataan yang sulit. Sebagai bahasa Komunikasi, qaulan maisura artinya perkataan yang mudah diterima, dan ringan, yang pantas, yang tidak berliku-liku. Dakwah dengan qaulan maisura yang artinya pesan yang disampaikan itu sederhana, mudah dimengerti dan dapat dipahami secara spontan tanpa harus berpikir dua kali. Pesan dakwah model ini tidak memerlukan dalil naqli maupun argument- argumen logika.
  • 13. Hadist Psikologi Komunikasi  rasullullah SAW adalah komunikator yang hebat, setiap pesan yang beliau sampaikan pasti berkesan dihati para sahabat, bahkan dihati kaum kafir yang memusuhinya.  Hampir semua hadist disampaikan dengan memperhatikan konteknya/psikologi komunikannya (hadist ttg org yang paling mulia….)  Man roa mingkum munkaron….yg selemah iman itu yg pakai phisik
  • 14. Hadist Psikologi Komunikasi 1. qulil haqqa walaukana murran (katakanlah apa yang benar walaupun pahit rasanya) (hadis). 2. falyakul khairan au liyasmut (katakanlah bila benar kalau tidak bisa,diamlah). 3. laa takul qabla tafakur (janganlah berbicara sebelum berpikir terlebih dahulu). http://arshadgraffity.blogspot.com/2011/01/makala h-etika-komunikasi-perspektif.html
  • 15. Hadist psikologi komunikasi 4. Nabi menganjurkan berbicara yang baik-baik saja, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Dunya, “Sebutkanlah apa-apa yang baik mengenai sahabatmu yang tidak hadir dalam pertemuan, terutama hal-hal yang kamu sukai terhadap sahabatmu itu sebagaimana sahabatmu menyampaikan kebaikan dirimu pada saat kamu tidak hadir”. 5. “Sesungguhnya Allah tidak suka kepada orang-orang…yaitu mereka yang menjungkirkan-balikkan fakta (fakta) dengan lidahnya seperti seekor sapi yang mengunyah- ngunyah rumput dengan lidahnya”.
  • 16. Tidak sombong  Beliau bersabda,” Sesungguhnya Allah telah memberi wahyu kepadaku, yaitu kamu sekalian hendaklah bersikap tawadhu sehingga tidak ada seseorang bersikap sombong kepada yang lain, dan tidak ada seseorang menganiaya yang lain,” (Hr Muslim). Dan dalam riwayat lain Anas RA berkata,” Bila ada budak di Madinah memegang tangan nabi SAW, maka beliau pergi mengikuti kemana budak itu menghendaki”. (Hr Bukhari)  Sungguh, sikap tawadhu benar-benar dicontohkan langsung oleh rasul, yang tidak membedakan status sosial kendati beliau adalah manusia yang paling mulia di dunia dan akhirat namun tetap menghargai seorang budak.
  • 17. Catatan tambahan  Hadith 1. Shodaqoh walau sebesar zarroh 2. Memperlakukan org lain spt kita ingin diperlakukan 3. Memberikan salam
  • 18. Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
  • 19. HIKMAH  Selalu menggunakan akal budi (pengalaman pengetahuannya), arif dan tajam pikirannya. Pandai dan ingat-ingat (Kamus Besar Bahasa Indonesia).  Menyampaikan ajaran Islam untuk membawa orang kepada kebenaran dengan mempertimbangkan kemampuan dan ketajaman rasional atau kadar akal penerima dakwah (Al-Bayanuni, 1991: 245)  Ilmu yang sahih yang menggerakkan kemauan untuk melakukan suatu perbuatan yang berguna ( M Yunan, 2003: 8).  Hikmah bukan hanya ilmu semata, tetapi ilmu yang sehat yang mudah dicernakan, berpadu dengan rasa perisa, sehingga menjadi penggerak untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat, yaitu suatu tindakan yang efektif (M Natsir, 1996: 164)
  • 20.  Metode Hikmah dalam kegiatan dakwah muncul berbagai bentuk, seperti mengenal strata mad’u, kapan harus bicara dan kapan harus diam, mencari titik temu, toleran tanpa kehilangan sibghah, memilih kata yang tepat, cara berpisah, uswatun hasanah dan lisanul hal (M Yunus, 2003: xiii).  Komunikasi yang benar dan menyentuh jiwa, yang dengan ilmu pengetahuan, kecakapan memilih materi dakwah yang sesuai dengan kemampuan mad’u, pandai memilih bahasa sehingga mad’u tidak merasa berat dalam menerima islam. (Salmadasi, 2005: 6).
  • 21. MAUIZAH CHASANAH  Memberi nasehat, memberi peringatan kepada seseorang yang bisa membawa taubat kepada Allah swt (Ibnu Manzur, 1995: 346-347).  Mauizah: zdanny (diyakini kebenarannya) (M Fakhar ar- Razi, 1994: 141).  Sesuatu yang masuk ke dalam hati yang lembut dan orang mendapat pelajaran itu merasakan mendapat peringatan halus yang mendalam (Said Qutub, 1980: 2201).  Abdullah Ahmad An-Nasafi: Perkataan-perkataan yang tidak tersembunyi bagi mereka, bahwa engkau memberikan nasehat dan menghendaki manfaat kepada mereka atau dengan Qur’an (Hasanuddin, 1996: 37)
  • 22.  Dalam komunikasi metode maizah hasanah sama dengan public speaking atau pidato. Pidato yang memiliki kriteria: sifat tanggapan dengan hasil pidato itu terhadap pendengan, logisnya posisi pembicara dengan kebenaran pembicaraan, motif dan maksud pembicara, dasar-dasar seni pidato yang baik (Rustica C Carpio, Private and public speaking, terj Rahman zaenuddin, 2005: 25).  Dari penjelasan diatas, maka A Karni mengatakan bahwa kata Mauizah dapat dikelompokkan kepada: pertama, mauizah yang lebih dekat dengan dalil, kedua: berkaitan dengan kepuasan hati dan jiwa.  Mauizah: pelajaran yang disampaikan dengan dalil-dalil atau argumentasi-argumentasi yang tepat dan dapat memuaskan sasaran dakwah yang dihadapi, sehingga jiwanya menjadi tenang ( Awis Karni, 2000: 51)
  • 23.  Sasaran Mauizah hasanah: tertuju kepada peringatan yang baik dan dapat menyentuh hari sanubari seseorang, sehingga objek dakwah terdorong berbuat baik (Salmadanis, 2002: 186-187).  Maka dengan metode bil mauizah hasanah adalah dakwah yang mampu meresap ke dalam hati dengan halus dan lemah lembut. Tidak bersikap menghardik, memarahi dan mengancam, tidak membuka aib atau kesalahan-kesalahan mad’u karena alasan tidak tahu. Sikap sejuk dan lembut dalam menyampaikan islam akan mendatangkan petunjuk bagi hati yang sesat, menjinakkan hati yang benci sehingga mendatangkan kebaikan (Sayyid Qutub, 2201).
  • 24. BIL MUJADALAH  JADALAH: membantah atau berbantah-bantahan (ibnu Munzir, 1995: 108).  Mufassir: Ar-Razi: bantahan yang tidak membawa kepada pertikaian dan kebencian, tetapi membawa kepada kebenaran (Ar-Razi, mafatih ghai: 142).  Jadi: sebuah dakwah dengan debat terbuka, argumentatif dan jawaban dapat memuaskan masyarakat (mad’u)  Tanthawi: landasan dalam mujadalah: (1) kejujuran, menjauhi kebohongan dan kekaburan (2). Tematik dan objektif dalam menyikapi masalah, yaitu tidak keluar dari tema dialog sehingga pembicaraan jelas dan mencapai sasaran. (3). Argumentatif dan logis (4).bertujuan untuk mencapai kebenaran (5). Bersikap tawadu’, menghindari perasaan benar sendiri (6). Memberi kesempatan kepada pihak lawan untuk mengemukakan argumentasi (Tanthawi, 1984: 18).
  • 25. BENTUK-BENTUK MUJADALAH  Metode Debat: pembicaraan antar dua orang atau lebih yang cenderung salaing menjatuhkan lawan. Masing2 pihak saling mempertahankan pendapatnya dan sulit melakukan kompromi.  Metode Al-Hiwar (Dialog): metode dialog yang lebih berimbang, karena masing-masing pembicaraan memiliki hak dan kesempatan untuk mengemukakan pendapat.  Metode Al-Asilah dan Ajwibah (Tanya jawab). Proses dakwah ketika mad’u memberikan pertanyaan kepada da’I kemudian da’I menjawab segenap kegelihan yang ditanyakan. (Munzier Suparta, 2003: 315)
  • 26. kesimpulan Metode dakwah Rasulullah senantiasa berlandaskan pada Al-Qur’an, yang dapat dilihat pada surat An-Nahl: 125. Disampaikan dengan cara yang hikmah dan pengajaran yang baik dan dengan diskusi. Hikmah ialah perkataan yang tegas dan benar yang membedakan antara yang hak dan batil. Penyampaian dakwah dengan cara yang hikmah merupakan pencirian nilai islam yang benar, yang sangat bertujuan untuk memberikan keteguhan dalam penyebarnnya dan tidak menimbulkan keraguan dan kesamaran dalam syiarnya. Metode hikmah dalam islam berlandaskan atas kelemah-lembutan. Rasulullah telah mengajarkan kelemah lembutan yang beliau tunjukan kepada para sahabat maupun kepada musuh yang akan membunuh beliau. Mauizhoh hasanah (pelajaran yang baik) Pelajaran yang baik ini dapat diterapkan dengan cara membalas kejahatan dengan kebaikan. Rasulullah sering dicaci oleh seorang pengemis buta. Rasulullah senantiasa bersabar menyuapi dan memberi makan si pengemis, sementara dirinya selalu dihujat. Setelah Rasulullah wafat barulah si pengemis tersebut mengetahui bahwa yang menyuapi dan memberikannya makan selama ini adalah Rasulullah. Landas si pengemis masuk islam. Mendebat dengan cara yang baik. Berdebat yang dimaksud adalah perdebatan mencari kebenaran demi kebaikan bersama bukan sebuah kemenangan. Rasulullah sosok yang kurang menyukai untuk berdebat. Pernah beliau diundang berdebat tentang kebenaran agama islam oleh seorang kafir Quraish, beliau menghadapinnya dengan tenang dan cerdas. Beliau mempersilahkan sang Quraish untuk berbicara mengungkapkan hajatnya. Lalu setelah terlihat sang Quraish akan menyelesaikan statemennya, Rasulullah berkata: “sudah selesai anda berbicara?”. Pada masa sekrang ini, banyak kalangan muallaf islam yang menemukan kejernihan dan hidayah dengan perdebatan. Namun, dibalik tersebut juga banyak mereka yang dengan perdebatan masih belum mendapatkan hidayah malah emosi dan kecongkaan yang subur mewarnai kehidupannya.
  • 27. Al-Ahzab [33]: 70 070. (Hai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kamu sekalian kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar) yakni perkataan yang tidak menyalahi.
  • 28. HADITS  “Sesungguhnya Allah Maha lembut, mencintai kelembutan, dia memberikan kepada yang lembut apa yang tidak diberikan kepada yang kasar”  “Sesungguhnya, tidaklah kelembutan itu ada pada sesuatu kecuali ia akan membaguskannya, dan tidaklah (kelembutan) itu tercabut dari sesuatu, kecuali akan memburukkannya”   “Barang siapa yang tidak terdapat kelembutan padanya, maka tidak ada kebaikan padanya”   “Hendaklah kalian bersikap memudahkan dan jangan menyulitkan. Hendaklah kalian menyampaikan kabar gembira dan jangan membuat mereka lari, karena sesungguhnya kalian diutus untuk memudahkan dan bukan untuk menyulitkan.”
  • 29. Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, Mudah-mudahan ia ingat atau takut". (Thaahaa: 42) Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu[246]. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang- orang yang bertawakkal kepada-Nya. (Q.S Ali Imran: 159)

Notes de l'éditeur

  1. http://sumut.kemenag.go.id/file/file/komunikasi/ykhp1332918502.pdf