Sebuah impian besar membangun kedaulatan desa atas data terutama data kemiskinan yang memiliki peran strstegis dalam mempercepat kemandirian desa. Peran desa dalam pemerintahan, pembangunan dan pemberdayaan tidak lagi sepenuhnya menjadi penonton utama, tetapi harus berubah menjadi pelaku utama.
Rakyat desa bukan sekedar obyek pembangunan dari atas, tetapi justru sebagai pelaku perubahan dari bawah. Ketika perubahan berangkat dari kondisi riil rakyat desa dengan seluruh potensi yang dimiliki, maka apapun hasilo akhirnya tentunya rakyat akan memiliki catatan keberhasilan atau tidaknya.
Dan manakala, rakyat sudah mampu memberikan koreksi dan penilaian obyektif atas apa yang dirasakan, pada akhirnya memunculkan kembali modal sosial desa yang lama telah hilang. Rasa saling asih, asah dan asuh yang kemudian berkembang menjadi sebuah bangunan kepercayaan yang kuat antara pemerintah desadengan masyarakatnya. Karenanya ketika desa dan masyarakatnya diberikan hak dan kewenangan untuk belajar melakukan pendataan penduduk miskin, maka tidak aneh jika kemudian langsung memunculkan rasa kesadaran diri untuk berani mengatakan “saya sudah tidak berhak menerima raskin, dan lain-lain”.
Dan ketika para elit kekuasaan disupra desa juga memiliki “kerelaan” untuk menyerahkan sebagian kewenangan mengurusi kemiskinan kepada desa, bukan hal sulit untuk desa bisa melaksanakannya dengan sebaik-baiknya. Sebaliknya, jika supra desa terus-menerus memperlihatkan kebijakan yang sentralistik dan memposisikan desa lemah, maka harapan mewujudkan kedaulatan desa masih cukup panjang.
mars pkk yang selalu dinyanyikan saat kegiatan PKK.pptx
PENDATAAN MISKIN
1.
2.
3. Pagei
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K e m i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
PENGANTAR
TKP2KD KABUPATEN KEBUMEN
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya, Buku Pedoman Pendataan
Penduduk Miskin Selesai disusun.
Percepatan penanggulangan kemiskinan merupakan salah satu
upaya yang terus dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Kebumen dalam
rangka pengentasan kemiskinan. Terbitnya Peraturan Daerah Kabupaten
Kebumen Nomor 20 Tahun 2012 tentang Percepatan Penanggulangan
Kemiskinan serta Peraturan Bupati Nomor 31 Tahun 2014 yang
mengatur Kriteria dan Tata Cara Pendataan Penduduk Miskin
menunjukkan keseriusan dan tingginya perhatian Pemerintah
Kabupaten Kebumenterhadap isu kemiskinan.
Berdasarkan data dari BPS, selama 5 (lima) tahun terakhir ini
tingkat kemiskinan di Kabupaten Kebumen tergolong tinggi. Sehingga
perlu dilakukan langkah-langkah yang strategis dan terintegrasi untuk
menanggulangi dan mengurangi kemiskinan di Kabupaten Kebumen.
Salah satu hal pokok dalam upaya pengentasan kemiskinan adalah
tersedianya data yang valid serta akurat. Hal ini karena data tersebut
akan menjadi dasar bagi proses perencanaan, pelaksanaan dan
pengawasan program penanggulangan kemiskinan.
Untuk memperoleh data yang valid dan reliable diperlukan
mekanisme dan instrument yang benar-benar mampu mengukur tingkat
kemiskinan masyarakat sesuai kondisi dan indikatornya. Oleh karena
itu perlu disusun instrument pendataan penduduk miskin, penjelasan
serta mekanisme pendataannya dalam sebuah buku yaitu Pedoman
Pendataan Penduduk Miskin di Kabupaten Kebumen.
Diharapkan Pedoman Pendataan Penduduk Miskin Kabupaten
Kebumen Tahun Anggaran 2014 ini dapat dijadikan pedoman pada
setiap tahap pelaksanaan pendataan, sehingga data yang diperoleh
merupakan data yang valid, akurat dan benar-benar dapat mengukur
tingkat kemiskinan masyarakat. Ucapan terima kasih kami sampaikan
kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya buku
pedoman ini.
Kebumen, … Juli 2014
Ketua TKP2KD Kabupaten Kebumen
Djuwarni, Amd.Pd
4. Pageii
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K e m i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
PENGANTAR
FORD FOUNDATION
Kabupaten Kebumen merupakan sebuah contoh keberhasilan
penanggulangan kemiskinan melalui upaya kolaboratif antara
pemerintah pusat (Kementerian Koordinasi Kesejahteraan Rakyat –
Kemenkokesra), pemerintah daerah (Pemda Kabupaten Kebumen dan
pemerintah desa), lembaga donor (Ford Foundation), NGO di tingkat
nasional (Komite Kemitraan Indonesia untuk Penanggulangan
Kemiskinan – KKIPK) dan daerah (LP2M/FORMASI), dan komunitas akar
rumput di daerah pedesaan dan perkotaan. Upaya-upaya kolaboratif
yang difasilitasi oleh Strategic Alliance for Poverty Alleviation ( SAPA -
Aliansi Strategis untuk Penanggulangan Kemiskinan) di Kebumen sejak
tahun 2010 secara tidaka langsung ikut menyumbang pada percepatan
penanggulangan kemiskinan di kabupaten tersebut. SAPA sendiri adalah
kolaborasi antara Kemenkokesra, Ford Foundation, sekitar 20 NGO
nasional dan daerah, dan 32 kabupaten dan kota di 9 provinsi untuk
mendorong transparansi, partisipasi, akuntabilitas dan efektivitas
program-program penanggulangan kemiskinan.
Tabel 1. Capaian kuantitatif penanggulangan kemiskinan dan
ketimpangan di Kebumen, 2006-2012
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Angka
kemiskinan
(%)
32.49 30.25 27.87 25.73 22.70 24.06 22.40
P1 5.97 4.77 7.05 4.87 3.68 3.94 3.35
P2 1.66 1.15 2.05 1.34 0.92 0.96 1.00
Sumber: BPS, diolah oleh Sekratariat Strategic Alliance for Poverty
Reduction, SAPA.
Data dalam Tabel 1 menunjukkan bahwa sejak tahun 2006 telah
terjadi tren penurunan kemiskinan yang cukup cepat di Kebumen.
Dalam periode enam tahun, dari tahun 2006 sampai 2012, angka
kemiskinan di Kebumen berhasil diturunkan dari 32,49% menjadi
22,40%. Artinya, dalam periode enam tahun tersebut, angka kemiskinan
di Kebumen mengalami penurunan rata-rata 1.63% per tahunnya. Laju
penurunan angka kemiskinan di atas 1,5% per tahun tersebut cukup
tinggi. Bahkan, dalam periode 2006-2010, penurunan angka kemiskinan
di Kebumen selalu di atas 2%, dan mencapai 3,03% di tahun 2010. Akan
tetapi karena angka kemiskinan di Kebumen pada tahun 2011
mengalami kenaikan, laju penurunan angka kemiskinan untuk tahun
2011 dan 2012 juga mengalami pelambatan.
5. Pageiii
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K e m i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
Cukup tingginya laju penurunan angka kemiskinan di Kebumen
masih ditambah lagi dengan keberhasilan kabupaten tersebut
menurunkan angka kesenjangan ekonomi, seperti yang bisa dilihat
dalam penurunan angka P1 (Indeks Kedalaman Kemiskinan) dan P2
(Indeks Keparahan Kemiskinan). P1 turun dari 5,97 di tahun 2006
menjadi 3,35 di tahun 2012, sedang P2 dari 1,66 menjadi 1. Data-data
tersebut menunjukkan bahwa bukan saja telah terjadi penurunan
jumlah orang miskin di Kebumen, tapi kesenjangan ekonomi di Kebumen
juga mengalami penurunan secara berarti. Penurunan angka
kemiskinan dan ketimpangan menunjukkan bahwa telah terjadi
peningkatan kesejahteraan di kalangan masyarakat miskin di Kebumen
dalam kurun waktu enam tahun terakhir.
Keberhasilan Kebumen dalam menurunkan angka kemiskinan dan
pada saat yang sama menurunkan ketimpangan ekonomi tidak bisa
dilepaskan dari upaya-upaya pembenahan kebijakan dan kelembagaan.
Tabel 2 menunjukkan bahwa upaya-upaya kolaboratif tersebut di atas
berhasil membenahi TKPKD menjadi bersifat multi-stakeholders dan
aktif menjalankan peran koordinasi program-program penanggulangan
kemiskinan. Regulasi perencanaan dan penganggaran yang pertisipatif
juga berhasil digolkan di Kebumen, disertai dengan implementasi UU
Keterbukaan Informasi Publik yang membuat masyarakat bisa
mengakses data dan informasi mengenai anggaran daerah. Ditambah
dengan pembenahan yang dilakukan terhadap iiiystem dan mekanisme
Musrenbang, termasuk keberhasilan Kebumen menerapkan kuota
kecamatan untuk membiayai program-program yang direncanakan
melalui Musrenbangdes, maka semakin banyak program yang diusulkan
oleh masyarakat yang memperoleh alokasi pendanaan dari APBD.
Dengan berhasilnya integrasi perencanaan PNPM dengan iiiystem
perencanaan daerah, semakin banyak dana PNPM yang semakin tepat
sasaran sehingga menyumbang pada penurunan angka kemiskinan dan
ketimpangan.
Tabel 2. Capaian kebijakan dan kelembagaan dalam penanggulangan
kemiskinan dan ketimpangan di Kebumen, 2013
Lembaga dan kebijakan Capaian
Tim Koordinasi
Penanggulangan
Kemiskinan Daerah (TKPKD)
Keanggotaan TKPKD adalah multi-
stakeholders, ada alokasi dana dari APBD
Regulasi Percepatan
Penanggulangan
Kemiskinan Daerah
Ada Perda Nomor 20 Tahun 2012
Regulasi Perencanaan dan Ada: Peraturan Bupati Nomor 117 Tahun
6. Pageiv
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K e m i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
Penganggaran 2011
Setiap tahun diterbitkan SE Bupati
sebagai petunjuk tehnis
Penerapan Regulasi
Keterbukaan Informasi
Publik secara konsisten
Tercapai. Perda Nomor 53 Tahun 2004
Sistem dan metode
penyelenggaraan
Musrenbang partisipatif
Sistem dan metode terbentuk dan
terlaksana melalui kuota kecamatan
Kapasitas Pemda,
masyarakat dan DPRD
dalam perencanaan dan
penganggaran
Terjadi peningkatan kapasitas yang
signifikan, terutama partisipasi kelompok
marjinal
Integrasi perencanaan PNPM
dengan system perencanaan
daerah
Tercapai. Peraturan Bupati Nomor 117
Tahun 2011. Setiap tahun diterbitkan SE
Bupati untuk Musrenbang integrasi
Peningkatan alokasi
anggaran penanggulangan
kemiskinan untuk
pemenuhan hak dasar
Terjadi peningkatan alokasi anggaran
signifikan. Mulai APBD 2014 sekurang-
kurangnya 10% dari total belanja
langsung untuk belanja spesifik
kemiskinan
Sumber: Kemenkokesra, Satuan Unit Kerja Pengelola Program Strategic
Alliance for Poverty Alleviation, “Capaian Program SAPA dan Upaya
Mendorong Percepatan Penanggulangan Kemiskinan”, hasil assessment
daerah SAPA, 2013.
Pembenahan kelembagaan dan kebijakan sehingga menjadi lebih
berpihak kepada kalangan miskin dan marjinal tersebut berhasil
memberikan kewenangan yang lebih besar terhadap desa dan
masyarakatnya untuk lebih pro aktif dalam setiap pengambilan
keputusan. Keterlibatan aktif masyarakat dalam proses pengambilan
kebijakan telah terbukti meningkatkan ketepatan sasaran program.
Akan tetapi para pihak yang terlibat dalam penurunan angka
kemiskinan dan ketimpangan ekonomi di Kebumen tidak boleh berpuas
diri dengan capaian-capaian tersebut. Harus tetap diingat bahwa pada
tahun 2011 angka kemiskinan di Kebumen meningkat dari 22,70% di
tahun sebelumnya menjadi 24,06%. Bukan itu saja. Pada tahun tersebut
angka Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) naik dari 3,68 menjadi 3,94,
dan angka Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) naik dari 0,92 menjadi
0,96. Meskipun angka kemiskinan dan angka P1 di tahun 2012 kembali
menurun, angka P2 terus meningkat menjadi 1,0 di tahun 2012. Karena
itu para pihak yang terlibat dalam upaya-upaya penanggulangan
kemiskinan di Kebumen terus berkolaborasi untuk mengembangkan
7. Pagev
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K e m i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
solusi-solusi baru yang diharapkan akan bisa membantu menekan
angka kemiskinan menjadi di bawah 10% dalam lima tahun mendatang.
Tujuan tersebut hanya akan bisa tercapai apabila dalam waktu lima
tahun mendatang, angka kemiskinan di Kebumen mengalami penurunan
rata-rata di atas 2% per tahun.
Dalam dua tahun terakhir ini ada dua kelembagaan dan sistem
baru di tingkat desa yang dikembangkan untuk membantu ketepatan
pandataan orang miskin di desa dan kebutuhan mereka. Pembentukan
Tim Koordinasi Percepatan Penanggulangan Kemiskinan Desa
(TKP2KDes) dan Sistem Informasi Desa (SID) yang di dalamnya memuat
data rumah tangga miskin di desa, merupakan wujud keseriusan Pemda
Kebumen dalam memajukan kebijakan penanggulangan kemiskinan.
Upaya pembenahan pendataan di tingkat desa ini diprioritaskan karena
mayoritas penduduk miskin di Kebumen tinggal di daerah pedesaan.
Kebijakan tentang pendataan penduduk miskin, dimana indikator, bobot
dan pelaksanaan pendataannya dilakukan sendiri oleh desa secara
partisipatif diharapkan akan bisa meningkatkan ketepatan sasaran
program-program penanggulangan kemiskinan. Tidak banyak daerah di
Indonesia yang memiliki keberanian untuk berinovasi dalam soal
kebijakan penanggulangan kemiskinan karena hal tersebut dianggap
sepenuhnya otoritas pemerintah pusat.
Diterbitkannya dua buku yang berjudul “Kedaulatan Desa atas
Data Kemiskinan” sebagai panduan pendataan penduduk miskin dan
buku “Gerakan Desa Melawan Kemiskinan” sebagai panduan TKP2KDes
diharapkan akan memberikan informasi dan panduan bagi para
pemangku pemerintahan desa sampai kabupaten/kota, para pegiat desa
dan pemberdayaan masyarakat. Apalagi pada tahun 2015 nanti UU Desa
akan diberlakukan dan desa akan menerima tambahan dana yang tidak
sedikit. Tantangannya adalah bagaimana supaya tambahan dana
tersebut bisa berdampak pada penurunan angka kemiskinan dan
ketimpangan ekonomi di daerah pedesaan.
Kedua buku ini diharapkan akan memberikan dukungan awal bagi
seluruh elemen masyarakat di Kebumen yang memiliki kepekaan dalam
mengawal keberdayaan desa. Kunci keberhasilan yang paling
menentukan adalah sejauh mana para pembaca akan mampu
membangun kolaborasi yang lebih produktif untuk menghasilkan
kebijakan yang lebih pro poor, pro job, pro growth dan pro environment.
Atas nama Ford Foundation kami mengucapkan banyak terima
kasih, khususnya kepada Bupati Kebumen, Wakil Bupati selaku Ketua
TKP2KD, dan seluruh jajaran pemerintahan Kebumen atas kerjasama
yang telah memberikan inspirasi terbangunnya pola kerjasama
8. Pagevi
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K e m i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
kemitraan yang saling menguntungkan dengan rekan-rekan di
FORMASI/LP2M. Kepada rekan-rekan FORMASI kami ucapkan terima
atas kerjasama selama ini. Demikian juga kepada 10 desa di Kebumen
yang menjadi percontohan program FORMASI/LP2M-Ford Foundation.
Mudah-mudahan buku ini bisa ikut mendorong munculnya kebijakan
dan praktek penanggulangan kemiskinan di tingkat desa. Terima kasih.
Alexander Irwan
Senior Program Officer
Transparent, Effective and Accountable Government
9. Pagevii
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K e m i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
PENGANTAR
FORUM MASYARAKAT SIPIL
Desa dan Kemiskinan.... itulah yang langsung tergambar ketika
membicarakan posisi desa sebagai bagian dari negara yang paling bawah
dan dekat dengan rakyatnya. Problem kemiskinan identik dengan
problem yang dialami oleh mayoritas masyarakat yang tinggal di wilayah
desa. Sementara kewenangan desa untuk mengurus persoalan
kemiskinan “hampir pasti” tidak memiliki kekuasaan apapun. Desa
hanya berposisi sebagai pihak yang diwajibkan untuk menerima
kebijakan soal kemiskinan tanpa boleh mengajukan “protes” manakala
terjadi permasalahan di desa. Kebijakan penanggulangan kemiskinan
masih sangat centralistic dari pemerintah pusat. Kedudukan pemerintah
daerah masih sebatas mediator bahkan ada yang hanya “tukang
nomboki” karena diwajibkan menyediakan cost sharing pendanaan dan
program.
Salah satu permasalahan yang paling sering muncul dan
menimbulkan “konflik sosial” adalah soal data rumah tangga miskin
atau penduduk miskin. Apalagi ketika hasil pendataan harus 100%
dijadikan dasar untuk pemberian bantuan bagi masyarakat miskin.
Hampir dipastikan, data yang diperintahkan dari atas untuk kemudian
dipergunakan oleh desa, sudah menjadi rahasia umum selalu membawa
dampak negativ yakni ketidakpercayaan antara pemerintah desa dengan
masyarakatnya. Pemerintah desa sering menerima tuduhan bahwa
proses pendataan tidak terbuka, tidak valid bahkan
nepotisme/mengutamakan keluarga dan orang-orang dekatnya. Kondisi
paling parah ketika ketidakpercayaan masyarakat dilampiaskan dengan
cara-cara yang kurang terkendali dan sudah jauh keluar dari nilai-nilai
kemasyarakatan di desa.
Muncul pertanyaan, apakah dengan kejadian tersebut masyarakat
yang mencoba peduli, kritis dan melakukan protes kepada pemerintahan
desa begitu saja akan dipersalahkan ? Sementara para aparatur
pemerintah desa sendiri tidak mengetahui harus memberikan jawaban
bagaimana, karena memang pemerintah desa sama sekali tidak memiliki
otoritas apapun soal hasil pendataan. Bahkan proses pendataannyapun
pemerintah desa tidak tahu menahu. Tentunya, tidak segampang yang
dibayangkan ketika pemerintah desa harus bersikap menghadapi
tuntutan masyarakatnya. Sistem pemerintahan desa yang senantiasa
berupaya mengayomi rakyatnya tidak gampang dihilangkan begitu saja,
meskipun permasalahan itu ditimbulkan dari kebijakan pemerintah
lebih atas. Pemerintah desa sekuat tenaga akan mencoba melindungi
10. Pageviii
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K e m i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
meskipun tidak sedikit yang kemudian berdampak pada persoalan
hukum.
Diberlakukan Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 20
Tahun 2012 Percepatan Penanggulangan Kemiskinan Daerah. Pada
Pasal 8, Pemerintahan desa diberikan kewenangan untuk melaksanakan
pendataan penduduk miskin secara partisipatif dan hasil pendataan
diolah dalam sistem informasi desa. Mandat tersebut merupakan
kebijakan yang inovatif, berani dan progresif guna memberikan proteksi
terhadap kewenangan desa dalam hal pendataan penduduk miskin.
Penilaian demikian tidaklah berlebihan, karena memang tidak banyak
daerah yang memiliki keberanian terutama soal kebijakan pendataan
kemiskinan partisipatif, apalagi sampai memberikan kewenangan
terhadap desa
Progresifitas pemerintah Kabupaten Kebumen manakala
dihubungkan dengan kewenangan desa yang tercantum dalam Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, ibarat peribahasa “tumbu
dapat tutup”. Artinya apa yang dimandatkan dalam perda juga
diperintahkan dalam Undang-Undang Desa, dan tidak ada yang
bertentangan. Kehadiran Undang-Undang Desa hakikatnya memang
memberikan semua jawaban atas ketidakberdayaan desa menjadi lebih
berdaya dan memiliki otoritas yang sebelumnya tidak diatur.
Semoga buku ini memberikan manfaat bagi desa agar lebih
mempunyai kesiapan menyongsong implementasi Undang-Undang Desa,
terutama menuju pembangunan yang lebih berkeadilan untuk semua,
terutama kelompok miskin dan perempuan marjinal.
Yusuf Murtiono
Dewan Presidium FORMASI
11. Pageix
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K e m i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
DAFTAR ISI
PENGANTAR FORD FOUNDATION ........................................................................ ii
PENGANTAR FORUM MASYARAKAT SIPIL....................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................................... ix
DAFTAR SINGKATAN................................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................1
A. LATAR BELAKANG ....................................................................................1
B. PENGERTIAN...............................................................................................2
C. MAKSUD DAN TUJUAN ...........................................................................3
D. DASAR HUKUM ..........................................................................................4
BAB II ANALISIS KEMISKINAN PARTISIPATIF.................................................6
A. LATAR BELAKANG ....................................................................................7
B. TAHAPAN AKP.............................................................................................8
C. KELUARAN AKP........................................................................................13
BAB III VARIABEL INDIKATOR DAN KRITERIA PENDUDUK MISKIN.....15
A. VARIABEL INDIKATOR PENDUDUK MISKIN .................................15
B. KRITERIA PENDUDUK MISKIN...........................................................20
C. PENGGOLONGAN PENDUDUK MISKIN DAN NON MISKIN ......23
BAB IV PENGORGANISASIAN PENDATAAN.....................................................24
A. PENGERTIAN PENGORGANISASIAN PENDATAAN ......................24
B. TUJUAN PENGORGANISASIAN PENDATAAN ................................24
C. PIHAK YANG BERPERAN DALAM PENDATAAN............................24
BAB V PENDATAAN PENDUDUK MISKIN........................................................29
A. ALUR MEKANISME PENDATAAN .......................................................29
12. Pagex
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K e m i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
B. SOSIALISASI & PEMBENTUKAN TIM PENDATAAN.....................30
C. PEMBEKALAN TIM PENDATAAN........................................................32
D. PENENTUAN POPULASI PENDUDUK MISKIN SEMENTARA ....32
E. PENENTUAN PENDUDUK MISKIN.....................................................35
BAB VI ETIKA DAN INSTRUMEN PENDATAAN...............................................37
A. ETIKA PENDATAAN.................................................................................37
B. INSTRUMEN/ FORMULIR PENDATAAN...........................................39
13. Pagexi
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K e m i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
DAFTAR SINGKATAN
AKP : Analisis Kemiskinan Partisipatif
APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
APBDesa : Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa
Bappeda : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
BPD : Badan Permusyawaratan Desa
BPS : Badan Pusat Statistik
Kades : Kepala Desa
KK : Kartu Keluarga
KTP : Kartu Tanda Penduduk
Musdes : Musyawarah Desa
Musdus : Musyawarah Dusun
NIK : Nomor Induk Keluarga
Perbup : Peraturan Bupati
Perda : Peraturan Daerah
Perdes : Peraturan Desa
PNPM : Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
PP : Peraturan Pemerintah
PPA : Participatory Poverty Assessment
PPLS : Program Pendataan Perlindungan Sosial
PRA : Participatory Rural Appraisal
RKPDesa : Rencana Kerja Pemerintah Desa
RPJMDesa : Rencana Pembangunan Jangkah Menengah Desa
RT : Rukun Tetangga
RTM : Rumah Tangga Miskin
RW : Rukun Warga
SID : Sistem Informasi Desa
SPPKD : Strategi Percepatan Penanggulangan Kemiskinan
Daerah
SRTPK : Strategi Rencana Tindak Penanggulangan Kemiskinan
SNPK : Strategi Nasional Penanggulangan Kemiskinan
TKP2KD : Tim Koordinasi Percepatan Penanggulangan
Kemiskinan Daerah
TKP2KDes : Tim Koordinasi Percepatan Penanggulangan
Kemiskinan Desa
UU : Undang-Undang
14. Pagexii
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K e m i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Perda Nomor 20 Tahun 2012 tentang
Percepatan Penanggulangan Kemiskinan
…… 59
Lampiran 2 : Perbup Nomor 31 Tahun 2014 tentang
Kriteria dan Tata Cara Pendataan
Penduduk Miskin
…… 79
Lampiran 3 : Contoh Keputusan Kepala Desa/ Lurah
tentang Tim Koordinasi Percepatan
Penanggulangan Kemiskinan Desa/
Kelurahan
…… 91
Lampiran 4 : Contoh Keputusan Kepala Desa/ Lurah
tentang Tim Pendataan Penduduk Miskin
Desa/ Kelurahan
…… 97
Lampiran 5 : Contoh Keputusan Kepala Desa/
Kelurahan tentang Daftar Rumah Tangga
Miskin Desa/ Kelurahan
…… 101
Lampiran 6 : Contoh Berita Acara Musyawarah RT …… 105
Lampiran 7 : Contoh Berita Acara Musyawarah Dusun …… 107
Lampiran 8 : Contoh Berita Acara Musyawarah Desa/
Kelurahan
…… 109
Lampiran 9 : Contoh Daftar Rumah Tangga Miskin
Sementara RT
…… 111
Lampiran 10 : Contoh Daftar Rumah Tangga Miskin
Sementara Dusun
…… 112
Lampiran 11 : Contoh Daftar Rumah Tangga Miskin
Sementara Desa/ Kelurahan
…… 113
Lampiran 12 : Formulir Pendataan Penduduk Miskin …… 114
Lampiran 13 : Kode Kecamatan dan Desa/Kelurahan …… 117
15. Page1
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K e m i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penanggulangan kemiskinan merupakan salah satu terjemahan
dari cita-cita bangsa Indonesia, hal tersebut termaktub dalam
pembukaan UUD 1945, "Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan
Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan
selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu
gerbang kemerdekaan negara Indonesia, yang merdeka, bersatu,
berdaulat, adil dan makmur". Cita-cita adil dan makmur harus
menjadi nafas setiap pembangunan di Indonesia. Kenapa kemiskinan
dapat menjadi terjemahan dari adil dan makmur karena kemiskinan
itu timbul dari berbagai kesenjangan sehingga tidak terpenuhinya
hak-hak dasar manusia yang bermartabat.
Di sisi lain, kemiskinan adalah masalah yang bersifat
multidimensi dan multisektor dengan beragam karakteristiknya dan
merupakan kondisi yang harus segera diatasi untuk
mempertahankan dan mengembangkan kehidupan manusia
bermartabat. Kemiskinan disebut sebagai masalah yang multidimensi
dikarenakan begitu banyak penyebab dan permasalahan yang saling
berkaitan. Dengan demikian permasalahan kemiskinan perlu
penanganan yang serius dari berbagai pihak.
Pemerintah Kabupaten sendiri menegaskan dalam
penanggulangan kemiskinan perlu langkah-langkah strategis dan
terintegrasi yang dituangkan dalam Perda No 1 Tahun 2010 tentang
RPJPD (Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah) Tahun
2005-2025. Cita-cita Kabupaten Kebumen selama 20 tahun yang
tertuang dalam RPJPD Kemudian diterjemahkan menjadi langkah-
langkah strategis untuk mencapai cita-cita tersebut. Salah satunya
adalah dengan adanya Perda No 20 Tahun 2012 tentang Percepatan
Penanggulangan Kemiskinan. Hal tersebut merupakan bentuk
keseriusan Pemerintah Kabupaten Kebumen dalam upaya
penanggulan kemiskinan yang selama ini dianggap kurang efektif.
Dari berbagai upaya penanggulangan kemiskinan, data memiliki
peran yang sangat penting karena data merupakan pijakan dalam
perumusan kebijakan penanggulangan kemiskinan. Dengan data
yang valid, diharapkan akan meningkatkan kualitas kebijakan publik
dan rasa keadilan rakyat. Dengan pertimbangan tersebut maka
disusunlah Perbup Nomor 31 Tahun 2014 tentang Kriteria dan Tata
Cara Pendataan Penduduk Miskin yang merupakan penjabaran dari
16. Page2
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K e m i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
Perda No 20 Tahun 2012 tentang Percepatan Penanggulanagn
Kemiskinan. Pendataan penduduk miskin ini dilaksanakan secara
partisipatif sebagai wujud demokrasi permusyawaratan yang
merupakan identitas demokrasi Indonesia dan Pemerintah Kabupaten
Kebumen khususnya.
Selain memuat tentang 36 indikator kemiskinan, dalam Perbup
tersebut juga diamanatkan untuk melakukan pendataan penduduk
miskin di tingkat desa setiap tahun yang pelaksanaannya
dikoordinasikan oleh TKP2KDes (Tim Koordinasi Percepatan
Penanggulangan Kemiskinan Desa). TKP2KDes sendiri merupakan
wadah koordinasi lintas sektor dan lintas pemangku kepentingan
untuk percepatan penanggulangan kemiskinan di desa.
Dalam rangka melaksanakan pendataan penduduk miskin di
tingkat desa sesuai amanat Perbup Nomor 31 Tahun 2014, TKP2KD
Kabupaten Kebumen perlu menyusun Buku Pedoman Pendataan
Penduduk Miskin. Buku pedoman ini diharapkan dapat menjadi
acuan dalam mentransformasikan pemahaman dan teknis
pelaksanaan pendataan di tingkat desa/ kelurahan, sehingga data
yang diperoleh valid dan akurat.
B. PENGERTIAN
1. Kemiskinan adalah kondisi dimana seseorang dan/atau
sekelompok orang, baik laki-laki maupun perempuan tidak
terpenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan
mengembangkan kehidupannya yang bermartabat.
2. Penduduk Miskin adalah seseorang atau kelompok orang yang
tidak mampu memenuhi hak-hak dasarnya.
3. Hak dasar adalah hak masyarakat yang harus dilindungi oleh
Pemerintah Daerah dalam rangka mempertahankan dan
mengembangnkan kehidupan yang
bermartabat terutama hak ekonomi,
sosial dan budaya.
4. Musyawarah Desa atau yang disebut
dengan nama lain adalah musyawarah
antara Badan Permusyawaratan Desa,
Pemerintah Desa, dan unsur
masyarakat yang diselenggarakan
oleh Badan Permusyawaratan Desa
untuk menyepakati hal yang bersifat
strategis.
17. Page3
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K e m i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
5. Rumah Tangga adalah seseorang atau sekelompok orang yang
mendiami sebagian atau seluruh bangunan fisik atau sensus dan
umumnya tinggal bersama serta makan dari satu dapur.
6. Rumah Tangga Miskin adalah Rumah Tangga yang tidak mampu
memenuhi hak-hak dasarnya
7. Rumah Tangga Miskin Sementara adalah rumah tangga miskin
hasil musyawarah desa dan olah komputer sebelum menjadi
rumah tangga miskin tetap.
8. Rumah Tangga Miskin Tetap adalah rumah tangga setelah
melalui proses sanggahan.
9. Pendataan Penduduk Miskin adalah pendataan penduduk miskin
berdasarkan kriteria penduduk miskin yang dilaksanakan dengan
metode sensus dan partisipatif.
10. Penanggulangan Kemiskinan adalah kebijakan dan program
Pemerintah, Pemerintah Daerah, yang dilakukan secara
sistematis, terencana, dan bersinergi dengan dunia usaha dan
masyarakat untuk mengurangi jumlah penduduk miskin dalam
rangka meningkatkan derajat kesejahteraan rakyat.
11. Program penanggulangan kemiskinan adalah kegiatan yang
dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dunia usaha,
serta masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
miskin melalui bantuan sosial, pemberdayaan masyarakat,
pemberdayaan usaha ekonomi mikro dan kecil serta program lain
dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi.
12. Kriteria penduduk miskin adalah kriteria yang menunjukkan
karakteristik penyebab kemiskinan penduduk yang terdiri dari
Kriteria penduduk miskin daerah dan Kriteria penduduk miskin
klaster.
13. Kriteria penduduk miskin daerah adalah kriteria penduduk
miskin di tingkat kabupaten.
14. Kriteria penduduk miskin klaster adalah kriteria penduduk
miskin di tingkat klaster.
15. Klaster adalah pengelompokan wilayah kecamatan berdasarkan
kondisi topografi, letak geografis, mata pencaharian, dan
kondisi ekonomi sosial budaya.
C. MAKSUD DAN TUJUAN
1. Menyusun data kemiskinan (data tunggal
kemiskinan di desa).
2. Mendapatkan data penduduk miskin agregat
baik tingkat kabupaten, kecamatan maupun
desa.
18. Page4
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K e m i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
3. Mendapatkan data penduduk miskin yang sesuai dengan kondisi
daerah dan klaster.
4. Mendorong responsifitas baik pemerintah desa maupun
pemerintah daerah dalam penanggulangan kemiskinan.
5. Meningkatkan partisipasi dan koordinasi program penanggulangan
kemiskinan.
6. Mendorong keterbukaan informasi di desa terutama berkait data
dan program kemiskinan.
7. Menjadi dasar penyusunan program dan kegiatan percepatan
penanggulangan kemiskinan baik di tingkat kabupaten maupun
desa.
D. DASAR HUKUM
1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan
Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa
Tengah;
2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional;
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan
Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah;
4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah;
5. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan
Sosial;
6. Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga;
7. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan;
8. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 tentang Penanganan
Fakir Miskin;
9. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa ;
10. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1950 tentang Penetapan
Mulai Berlakunya Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950
tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam
Lingkungan Propinsi Jawa Tengah;
11. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah;
19. Page5
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K e m i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
12. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah
Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota;
13. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan,
Tatacara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan
Rencana Pembangunan Daerah;
14. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial;
15. Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2007 tentang Pengesahan,
Pengundangan dan Penyebarluasan Peraturan Perundang-
undangan;
16. Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010 tentang Percepatan
Penanggulangan Kemiskinan;
17. Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan
Kesehatan;
18. Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 53 Tahun 2004
tentang Partisipasi Masyarakat dalam Proses Kebijakan Publik;
19. Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 2 Tahun 2007
tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah;
20. Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 11 Tahun 2008
tentang Urusan Pemerintahan yang Menjadi Kewenangan
Pemerintahan Daerah;
21. Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 1 Tahun 2010
tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
Kabupaten Kebumen Tahun 2005-2025;
22. Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 17 Tahun 2010
tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
Kabupaten Kebumen Tahun 2010 - 2015;
23. Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 20 Tahun 2012
tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan;
24. Peraturan Bupati Nomor 31 Tahun 2014 tentang Kriteria dan
Tata Cara Pendataan Penduduk Miskin
20. Page6
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K e m i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
BAB II
ANALISIS KEMISKINAN PARTISIPATIF
Sebagaimana dijelaskan pada bab sebelumnya, bahwa upaya
mengentaskan kemiskinan tidak mudah serta membutuhkan strategi
yang terpadu, karena persoalan kemiskinan bersifat multi dimensi.
Salah satu problem besar setiap ada peluncuran program bantuan
kemiskinan, adalah selalu menimbulkan banyak protes dari masyarakat
disebabkan data penduduk/rumah tangga miskin diaggap tidak valid.
Pendataan kemiskinan yang pada dasarnya ditujukan untuk
memperoleh data base rumah tangga atau penduduk miskin di desa
sesuai dengan variabel yang disepakati di desa itu sendiri. Selain itu,
pendataan kemiskinan juga diharapkan dapat membantu masyarakat
untuk memenuhi kebutuhan dasarnya secara lebih layak.
Beberapa persoalan yang selalu muncul dalam pelaksanaan
pendataan penduduk miskin adalah pertama soal objektifitas atau
belum sesuai dengan ketentuan indikator kemiskinan lokal desa. Kedua,
tidak adanya ruang sedikitpun partisipasi masyarakat selama ini dalam
pelaksanaan pendataan. Ketiga, lemahnya jaminan hukum terhadap
produk data kemiskinan yang dilaksanakan dan dikelola sendiri oleh
desa ataupun kabupaten. Sehingga semua produk hasil pendataan versi
lokal dianggap tidak legal, tidak sah dipergunakan untuk publik. Dan
persoalan pelaksanaan pendataan ketika kewenangannya diberikan
kepada desa dan kabupaten adalah tentang kesiapan sumber daya
manusia pendata dan pengolah data di desa.beserta metodologi yang
dipergunakan. Serta sikap masyarakat yang dianggap kurang jujur
dalam memberikan informasi terhadap keadaan rumahnya sehingga
sulitnya petugas untuk mendata.
Lemahnya akurasi dan validasi data penduduk miskin serta
tertutupnya ruang partisipasi masyarakat dalam setiap tahapan proses
pendataan hendaknya mampu diatasi secara bersama-sama. Dalam
konteks validasi dan akurasi data kemiskinan, paling tidak sistem
pembaharuan data harus dilaksanakan setiap tahun. Sedangkan dalam
konteks partisipasi, maka pelibatan masyarakat tidak sekedar hanya
menjadi responden, tetapi bagaimana dapat terlibat sejak dalam proses
sosialisasi pendataan, pembentukan tim pendataan, pelaksanaan sampai
dengan evaluasi akhir hasil pendataan. Karenanya, sebelum melakukan
pendataan perlu dirumuskan secara partisipatif
berbagai persoalan yang berkait dengan variabel
indikator, Kriteria sampai dengan perencanaan
21. Page7
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K e m i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
strategis untuk penyusunan program dan kegiatan penanggulangan
kemiskinan.
A. LATAR BELAKANG
Analisis Kemiskinan Partisipatif yang disingkat AKP dilakukan
untuk memahami suara masyarakat miskin baik laki-laki maupun
perempuan tentang masalah kemiskinan yang mereka hadapi dan
mengakomodasikan suara masyarakat miskin dalam perumusan
kebijakan. Artinya bahwa AKP bisa dikembangkan sebagai media
diagnosis kemiskinan, yakni sebuah instrumen untuk
mengakomodasi pandangan orang miskin terhadap kemiskinan dan
memformulasikan strategi penanggulangan kemiskinan dalam
kebijakan publik.
AKP tidak sekedar alat analisis, tetapi mempunyai peran penting
dalam menyediakan ruang bagi masyarakat miskin untuk
menganalisis masalahnya, menyuarakan kepentingannya, dan
memutuskan solusi terhadap masalah yang mereka hadapi, tetapi
hasil analisa kemiskinan partisipatif bisa diperkuat dengan informasi
dan data kuantitatif yang dihimpun oleh Badan Pusat Statistik dan
berbagai sumber data yang digunakan sebagai dasar melakukan
diagnosis kemiskinan.
Berdasarkan presentasi kerangka kerja AKP P2TPD, 20 Maret
2003, definisi Kerja Analisis Kemiskinan Partisipatif (AKP) adalah
proses assesmen, konsultasi, dan analisis partisipatif atas persoalan
kemiskinan kabupaten, serta penyusunan strategi dan rencana
tindak pengurangan kemiskinan, sampai dengan
institusionalisasinya. Sebagai proses yang partisipatif, maka
pelaksanaan pendataan dengan menggunakan AKP harus dilakukan
secara bersama antara masyarakat dengan pemerintah secara
serentak pada waktu yang telah ditentukan.
Salah satu hal penting dalam penerapan AKP adalah untuk
mengembangkan penyusunan Strategi Penanggulangan Kemiskinan
Daerah (SPKD) dengan memahami kondisi kemiskinan yang
sebenarnya. Upaya pengentasan kemiskinan harus dilandasi adanya
pemahaman menyeluruh mengenai karakteristik sosial, budaya, dan
ekonomi penduduk miskin akan dapat membantu proses
perencanaan dan pelaksanaannya sehingga akan memberikan hasil
lebih baik. Pada intinya bahwa AKP merupakan serangkaian kegiatan
analisis kemiskinan yang mulai dari perencanaan, pelaksanaan
sampai monitoring dan evaluasi akses, partisipasi, kontrol
masyarakat mendapatkan proporsi yang memadahi.
22. Page8
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K e m i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
Sedangkan untuk penerapan AKP di Kabupaten Kebumen telah
dimulai sejak tahun 2003 pada saat penyusunan Strategi Rencana
Tindak Penanggulangan Kemiskinan ( SRTPK ) tahun 2003-2007.
Dimana dalam proses penentuan indikator dan program kegiatan
didasarkan pada kondisi kewilayah geografis pada tingkat kecamatan
yang dikenal dengan sebutan klaster.
Klaster adalah pengelompokan wilayah kecamatan berdasarkan
kondisi topografi, letak geografis, mata pencaharian, dan kondisi
ekonomi sosial budaya. Dari 26 Kecamatan di Kabupaten Kebumen.
Klaster dikelompokkan menjadi 5 klaster, yaitu:
1. Klaster Perkotaan meliputi Kecamatan Prembun, Kecamatan
Kutowinangun, Kecamatan Kebumen, Kecamatan Pejagoan,
Kecamatan Sruweng, Kecamatan Karanganyar, dan Kecamatan
Gombong;
2. Klaster Pesisir meliputi Kecamatan Mirit, Kecamatan Ambal,
Kecamatan Buluspesantren, Kecamatan Klirong, Kecamatan
Petanahan dan Kecamatan Puring;
3. Klaster Pesisir Bergunung meliputi Kecamatan Ayah dan
Kecamatan Buayan;
4. Klaster Pegunungan meliputi Kecamatan Padureso, Kecamatan
Poncowarno, Kecamatan Karangsambung, Kecamatan Sadang,
Kecamatan Karanggayam, Kecamatan Sempor, Kecamatan
Rowokele dan Kecamatan Alian; dan
5. Klaster Bonorawan meliputi Kecamatan Bonorowo, Kecamatan
Adimulyo dan Kecamatan Kuwarasan.
B. TAHAPAN AKP
Tahapan pelaksanaan AKP ketika awal-awal akan
menyusun dokumen SRTPK atau SPKD cukup detail dan
panjang. Dimulai dari penentuan desa sasaran assessmen
dengan menggunakan metode PPA/PRA, diskusi
hasil sementara assessment desa-desa dalam satu
kecamatan, kemudian FGD perwakilan desa
masing-masing kecamatan dalam satu klaster
(beberapa kecamatan), FGD antar klaster dalam satu
kabupaten, konsultasi publik, dan seterusnya. Dimana
hasil dari proses AKP diatas disamping menghasilkan variabel,
indikator, bobot kemiskinan juga lengkap dengan bahan untuk
menyusun dokumen SPKD/SRTPK. Sebuah dokumen yang memuat
lengkap tentang strategi, program dan kegiatan penanggulangan
kemiskinan selama kurun waktu 3 tahun.
23. Page9
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K e m i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
Tetapi untuk penerapan AKP yang akan dibahas dalam pokok
bahasan ini dibatasi pada pelaksanaan AKP untuk menentukan
variabel dan indikator serta bobot pada masing-masing klaster.
Kemudian dilanjutkan konsultasi publik di tingkat kabupaten untuk
kemudian dijadikan dasar penyusunan Peraturan Bupati Kebumen
tentang Kriteria dan indikator penduduk miskin.
Adapun beberapa tahapan AKP yang telah dilaksanakan di
kabupaten Kebumen, selengkapnya sebagai berikut:
1. Persiapan
Sebelum melakukan analisa kemiskinan bersama masyarakat
khususnya masyarakat miskin ada beberapa persiapan yang
dilakukan, diantaranya adalah:
a. Pembentukan dan Penguatan Tim AKP
Pembentukan Tim AKP dilakukan ditingkat Kabupaten yang
difasilitasi oleh TKP2KD. Masing-masing tim beranggotakan 5
orang (L=3; P=2) yang berasal dari unsur Bappeda, LSM, dan
PNPM. Tim AKP mempunyai tugas untuk memfasilitasi proses
AKP di masing-masing wilayah klaster. Adapun penentuan
klaster di Kebumen telah dipetakan sejak tahun 2003, yakni
terdiri dari Klaster Perkotaan, Klaster Pegunungan, Klaster
Pesisir Bergunung, Klaster Pesisir, dan Klaster Bonorawan.
1) Koordinasi dan Penguatan Kapasitas Tim, yang bertujuan
untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tim,
sehingga benar-benar memahami konsep dasar AKP, Proses
dan tehnik fasilitasi kepada masyarakat.
2) Peserta pembekalan yang diharuskan aktif adalah semua
anggota tim AKP
3) Pembekalan difasilitasi oleh TKP2KD
4) Materi pembekalan adalah:
Sosialisasi peraturan perundangan tentang
Percepatan Penanggulangan Kemiskinan
Konsep Dasar AKP
Mekanisme dan Tahapan AKP
Tehnik Pendataan Partisipatif
Tehnik Fasilitasi Partisipatif
b. Penyusunan Rencana Kerja AKP
Perencanaan kerja yang bersifat tentatif harus disusun terlebih
dan disepakati terlebih dahulu oleh seluruh anggota tim dan
jika dimungkinkan disosialisasikan kepada masyarakat.
24. Page10
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K e m i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
Rencana kerja (workplan) disesuaikan masing-masing klaster
dan sedikitnya memuat :
1) Waktu pelaksanaan AKP
2) Tempat pelaksanaan AKP
3) Nama kegiatan
4) Tujuan kegiatan
5) Output yang diharapkan
6) Peserta yang akan diundang
7) Perlengkapan yang dibutuhkan
2. Assessment dan Analisis Indikator Kemiskinan
Kegiatan assessment dan analisis data dan indikator kemiskinan
bertujuan mendapatkan beberapa data kemiskinan beserta
indikatornya yang dipergunakan oleh BPS maupun beberapa SKPD
yang telah menerapkan program kemiskinan.
a. Assessment dan Analisa Data Sekunder
1) Assessment merupakan kegiatan tim yang dimaksudkan
untuk mengumpulkan beberapa data kemiskinan dan
indikator dari BPS berupa PPLS, Dinas Kesehatan, BKKBN
Dinas Pendidikan, PNPM dan daftar desa tertinggal. Dari
data tersebut kemudian dijadikan sebagai bahan awal untuk
melakukan analisis selanjutnya.
2) Analisa hasil assessment dapat dilaksanakan dalam
beberapa bentuk kegiatan, seperti FGD internal tim, diskusi
antara tim dengan pemangku data program kemiskinan/
SKPD untuk membandingkan indikator kemiskinan yang
dipergunakan dalam mengimplementasikan program
kegiatan masing-masing SKPD. Selanjutnya disepakati
adanya data kemiskinan beserta indikator awal yang telah
dipadukan dari beberapa SKPD dengan menjadikan
indikator BPS sebagai rujukan pokok. Hasil analisis tersebut
kemudian dijadikan dasar oleh tim pada masing-masing
klaster untuk dikembangkan sesuai kondisi local klaster
dalam bentuk kegiatan FGD.
b. FGD tingkat Klaster
Focus group discussion atau FGD tingkat klaster merupakan
kegiatan diskusi terfokus yang melibatkan beberapa unsur dari
perwakilan masyarakat miskin, pemerintahan desa dan
kecamatan dalam satu klaster. FGD dilaksanakan di 5 klaster
yaitu klaster Pegunungan, Pesisir Bergunung, Pesisir,
Perkotaan dan Bonorawan.
Secara detail teknis sebagai berikut :
25. Page11
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K e m i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
1) Penanggungjawab
Sebagai penanggungjawab penyelenggara sekaligus
berkewajiban mengundang seluruh peserta FGD adalah
TKP2KD, dalam hal ini adalah Bappeda sebagai sekretaris
TKP2KD.
2) Kepanitiaan
Kepanitiaan bertugas menyiapkan tempat, konsumsi dan
perlengkapan FGD sepenuhnya diserahkan kepada
pemerintahan desa yang terpilih menjadi tempat FGD.
3) Fasilitator
Fasilitator adalah bagian dari Tim AKP yang telah ditentukan
dan bertugas memfasilitasi seluruh proses FGD sampai
dengan penyusunan laporan akhir FGD.
4) Peserta
Peserta FGD yang diundang adalah beberapa elemen baik
dari masyarakat maupun unsur pemerintahan. Peserta
harus merepresentasikan unsur:
Perwakilan kecamatan
Perwakilan Pemerintahan desa
Tokoh Masyarakat
Tokoh Agama
Keterwakilan Perempuan
Warga miskin
Dunia usaha
Pemangku kepentingan lainnya
5) Keluaran (Out put)
Gambaran /definisi kemiskinan klaster
Indikator kemiskinan klaster
Bobot indikator setiap klaster
Ciri/faktor pembeda setiap
klaster
Metodologi pendataan penduduk
miskin
c. FGD Integrasi
FGD integrasi merupakan kegiatan
diskusi terfokus yang diselenggarakan di
tingkat kabupaten untuk mendapatkan
kesepakatan variabel indikator dan Kriteria kemiskinan tingkat
daaerah/ kabupaten dengan cara mengintegrasikan hasil FGD
masing-masing klaster.
Secara detail teknis pelaksanaan FGD integrasi sebagai berikut:
1) Penanggungjawab dan Kepanitiaan
26. Page12
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K e m i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
Penanggungjawab penyelenggara sekaligus berperan panitia
penyelenggaran yang berkewajiban mengundang seluruh
peserta, menyiapkan tempat, konsumsi dan perlengkapan
FGD adalah TKP2KD, dalam hal ini adalah Bappeda sebagai
sekretaris TKP2KD.
2) Fasilitator
Fasilitator berasal dari koordinator tim AKP tingkat
kabupaten atau yang disepakati oleh tim dan dibantu satu
orang penulis bertindak sebagai notulen, dan bertugas
memfasilitasi seluruh proses FGD integrasi sampai dengan
penyusunan laporan akhir FGD.
3) Peserta
Peserta FGD yang diundang adalah beberapa elemen baik
dari masyarakat maupun unsur pemerintahan dari beberapa
kecamatan dalam satu klaster. Peserta harus
merepresentasikan unsur:
Delegasi kecamatan dari masing-masing klaster
Delegasi Pemerintahan desa dari masing-masing klaster
Delegasi masyarakat miskin dan perempuan dari masing-
masing klaster.
Unsur Perguruan Tinggi, LSM dan Media tingkat
kabupaten
BPS, dan SKPD terkait data kemiskinan
PNPM terkait data kemiskinan
4) Keluaran (Out put )
Gambaran/definisi kemiskinan daerah
Indikator kemiskinan daerah
Bobot indikator setiap daerah
Ciri/faktor pembeda setiap daerah
Metodologi pendataan penduduk miskin daerah
d. Konsultasi Publik
Setelah seluruh proses FGD dilakukan dan mendapatkan
gambaran berkait dengan
definisi kemiskinan daerah, indikator, bobot
dan metodologi pendataan, selanjutnya
dilaksanakan uji publik untuk
mendapatkan masukan dari
berbagai elemen di tingkat
kabupaten. Kegiatan konsultasi
publik merupakan forum diskusi
besar yang memberikan
kesempatan seluas-luasnya
27. Page13
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K e m i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
kepada seluruh pemangku kepentingan memberikan masukan
guna penyempurnaan akhir sebelum dijadikan draft peraturan
bupati. Detail kegiatan konsultasi publik digambarkan sebagai
berikut:
1) Peserta konsultasi publik lebih kurang 150 orang terdiri dari:
1. Perwakilan anggota DPRD
2. BPS, dan SKPD terkait data kemiskinan
3. Delegasi kecamatan dari masing-masing klaster
4. Delegasi Pemerintahan desa dari masing-masing klaster
5. Delegasi masyarakat miskin dan perempuan dari masing-
masing klaster.
6. Unsur Perguruan Tinggi, LSM dan Media tingkat
kabupaten
7. PNPM terkait data kemiskinan
2) Penanggunggjawab
Penanggungjawab penyelenggara sekaligus berperan panitia
penyelenggaran yang berkewajiban mengundang seluruh
peserta, menyiapkan tempat, konsumsi dan perlengkapan
konsultasi publik adalah TKP2KD, selaku Sekretaris TKP2KD
Kabupaten Kebumen
3) Fasilitator
Fasilitator sekaligus moderator berasal dari koordinator tim
AKP tingkat kabupaten atau yang disepakati oleh tim dan
dibantu satu orang penulis bertindak sebagai notulen, dan
bertugas memfasilitasi seluruh proses konsultasi publik
sampai dengan penyusunan laporan akhir.
C. KELUARAN AKP
Keluaran (out put) dari AKP pada setiap tahapan proses yang
telah dibahas di atas tidak serta merta diterapkan untuk pelaksanaan
pendataan. Akan tetapi hasil akhir dari kesepakatan yang dihasilkan
melalui konsultasi publik sepenuhnya menjadi masukan (input)
dalam penyusunan Peraturan Bupati Kebumen tentang Kriteria dan
Tata Cara Pendataan Penduduk Miskin. Meskipun demikian, bukan
berarti ruang-ruang partisipasi masyarakat telah selesai. Justru
pengawalan masyarakat harus lebih diperkuat dalam penyusunan
rancangan peraturan dimaksud. Hasil akhir dari regulasi yang ada
diharapkan tidak keluar dari kesepakatan yang telah dibangun
melalui proses yang sangat panjang.
Yang dimaksud keluaran AKP pada bahasan disini adalah
gambaran/definisi kemiskinan, indikator, Kriteria dan metodologi
serta tahapan pendataan penduduk miskin yang semuanya menjadi
satu dokumen sebagai input utama Rancangan Peraturan Bupati
28. Page14
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K e m i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
tentang Kriteria dan Tata Cara Pendataan Penduduk Miskin yang
secara detail akan dibahas pada bab-bab berikutnya. Adapun output
AKP selengkapnya meliputi : Gambaran Umum/Definisi Kemiskinan
Daerah; Variabel Indikator Penduduk Miskin Daerah; Variabel
Indikator penduduk Miskin Klaster; Bobot dan Kriteria Penduduk
Miskin Daerah; Bobot dan Kriteria Penduduk Miskin Klaster;
Pengorganisasi Pendataan Penduduk Miskin; dan Tahapan Pendataan
Penduduk Miskin.
29. Page15
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K e m i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
BAB III
VARIABEL INDIKATOR DAN KRITERIA PENDUDUK MISKIN
A. VARIABEL INDIKATOR PENDUDUK MISKIN
Variabel indikator dan kriteria penduduk miskin yang ada di
Kabupaten Kebumen merupakan hasil dari Analisa Kemiskinan
Partisipatif (AKP) yang difasilitasi oleh TKP2KD Kabupaten Kebumen
dan melibatkan semua pihak baik SKPD, pemerintahan desa dan
masyarakat, pelaku program penanggulangan kemiskinan (seperti,
PNPM), Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dan pemangku
kepentingan lainnya. Melalui AKP dihasilkan dua variabel indikator
penduduk miskin, yaitu variabel indikator penduduk miskin daerah
dan variabel indikator penduduk miskin klaster.
1. Variabel Indikator Penduduk Miskin Daerah
Indikator penduduk miskin daerah adalah indikator penduduk
miskin tingkat kabupaten yang penentuannya dihasilkan melalui
penggabungan indikator klaster yang telah disepakati melalui FGD
integrasi. Indikator penduduk miskin daerah terdiri 36, meliputi:
17. Jenis tempat pembuangan akhir
tinja;
18. Jarak tempat pembuangan akhir
tinja dengan sumber air minum;
19. Kepemilikan aset (selain tanah,
bangunan dan emas)
20. Kepemilikan tanah;
21. Kepemilikan emas;
22. Cara memperoleh aset;
23. Kepemilikan sarana telekomunikasi;
24. Pendidikan yang ditamatkan kepala
keluarga;
25. Ketrampilan yang dimiliki;
26. Jenis pekerjaan Kepala Keluarga;
27. Kepemilikan usaha
28. Jarak terhadap pelayanan publik
dasar;
29. Tingkat kesulitan terhadap
pelayanan publik dasar
30. Akses pemasaran;
31. Membeli lebih dari satu stel pakaian
baru bagi setiap anggota keluarga
dalam satu tahun;
32. Intensitas terhadap bencana;
33. Terdapat anggota keluarga
berkebutuhan khusus (difabel);
34. Terdapat anggota keluarga yang
menderita penyakit kronis;
35. Dukungan saluran irigasi pertanian;
36. Pemanfaatan waktu luang.
1. Pendapatan Perkapita Perbulan Keluarga;
2. Mendapatkan program/bantuan dari
pemerintah;
3. Rata-rata makan per hari;
4. Kemampuan membeli
daging/unggas/susu/ikan dalam satu
minggu;
5. Pelayanan kesehatan yang bisa diakses
untuk berobat;
6. Penggunaan/Pemakaian alat KB;
7. Status penguasaan bangunan tempat
tinggal yang ditempati;
8. Jumlah keluarga dalam 1 (satu) rumah
tangga;
9. Luas lantai bangunan tempat tinggal per
anggota keluarga;
10. Jenis lantai tempat tinggal terluas (60%
lebih);
11. Jenis dinding tempat tinggal terluas (60%
lebih);
12. Jenis atap tempat tinggal terluas (60%
lebih);
13. Sumber penerangan utama;
14. Sumber air minum;
15. Bahan bakar/energi utama untuk
memasak;
16. Penggunaan fasilitas tempat buang air
besar;
30. Page16
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K e m i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
2. Variabel Indikator Penduduk Miskin Klaster
Variabel indikator penduduk miskin klaster memiliki perbedaan
yang cukup variatif dan benar-benar sesuai dengan karakter
penduduknya. Hal ini menunjukkan bahwa penyebab kemiskinan
pada masing-masing wilayah berbeda-beda termasuk urutan
prioritas penyebab kemiskinan tersebut. Suatu misal, jika
peringkat pertama penyebab kemiskinan di perkotaan adalah
pendapatan, maka di klaster pesisir penyebab peringkat pertama
adalah pendidikan yang ditamatkan. Demikian untuk klaster yang
lain juga memiliki perbedaan yang cukup menarik untuk dipahami
lebih jauh.
2.1. Klaster Perkotaan
Klaster perkotaan sering disebut sebagai wilayah tengah
yang dilalui jalan utama antar kota yang membentang mulai
dari barat (Kec.Gombong ) sampai timur wilayah Kebumen (Kec.
Prembun). Meskipun demikian,
masih ada beberapa kecamatan
yang masuk klaster perkotaan
tetapi memiliki banyak desa-desa
wilayah pegunungan, seperti Kec.
Sruweng, Pejagoan, dan Prembun.
Pada klaster perkotaan diperoleh
sebanyak 15 variabel indikator
penduduk miskin dan merupakan klaster paling sedikit
dibanding klaster yang lain.
Selengkapnya sebagai berikut :
1. Pendapatan perkapita perbulan
2. Jenis pekerjaan Kepala keluarga
3. Status penguasaan bangunan tempat tinggal yang
ditempati
4. Kepemilikan tanah
5. Jenis lantai tempat tinggal terluas (60% lebih)
6. Jenis dinding tempat tinggal terluas (60% lebih)
7. Jenis atap tempat tinggal terluas (60% lebih)
8. Pendidikan yang ditamatkan
9. Jumlah keluarga dalam rumah tangga
10. Pelayanan kesehatan yang bisa diakses untuk berobat
11. Penggunaan fasilitas tempat buang air besar
12. Sumber air minum
13. Sumber penerangan utama
14. Dalam satu minggu mampu membeli
daging/unggas/susu/ikan
31. Page17
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K e m i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
15. Rata-rata makan per hari
2.2. Klaster Pesisir
Klaster pesisir bagi masyarakat Kebumen cukup dikenal
dengan sebutan Urut Sewu, yaitu kecamatan-kecamatan yang
secara kewilayahan memiliki wilayah pantai bagian dari laut
selatan. Meski demikian, tidak semua desa pada wilayah
kecamatan tersebut berada pada wilayah pantai. Artinya masih
banyak desa diwilayah urut sewu seluruhnya persawahan.
Pada klaster pesisir diperoleh sebanyak 25 varaibel indikator
kemiskinan, sebagai berikut :
2.3. Klaster Pesisir Bergunung
Klaster pesisir bergunung merupakan klaster yang hanya
terdiri dari 2 kecamatan, yakni Kecamatan Ayah dan Buayan.
Klaster ini paling sedikit kecamatannya dibanding klaster-
klaster yang lain. Meskipun demikian, klaster yang notabennya
memiliki potensi wisata besar dengan Goa Jatijajar di Kec. Ayah
dan Pantai Karangbolong serta Sarang Burung Walet yang
dahulu pernah menjadi primadona Kab. Kebumen sekaligus
9. Kepemilikan asset
10. Cara memperoleh asset
11. Jenis lantai tempat tinggal terluas
(60% lebih)
12. Rata-rata makan per hari
13. Jenis atap tempat tinggal terluas
(60% lebih)
14. Penggunaan / Pemakaian Alat KB
15. Membeli lebih dari satu stel
pakaian baru bagi setiap anggota
keluarga dalam satu tahun
16. Sumber penerangan utama
17. Mendapatkan program/bantuan
18. Sumber air minum
19. Kepemilikan sarana telekomunikasi
20. Jika memiliki tanah, berapa
luasannya
21. Jika memiliki emas, berapa gram
kepemilikan emas
22. Bahan bakar/energi utama untuk
memasak
23. Penggunaan fasilitas tempat buang
air besar
24. Tempat pembuangan akhir tinja
25. Jarak tempat pembuangan akhir
tinja dari sumber air minum
1. Pendidikan yang ditamatkan
2. Pendapatan perkapita perbulan
3. Status penguasaan bangunan
tempat tinggal yang ditempati
4. Pelayanan kesehatan yang bisa
diakses untuk berobat
5. Jumlah keluarga dalam rumah
tangga
6. Luas lantai bangunan tempat
tinggal
7. Jenis dinding tempat tinggal
terluas (60% lebih)
8. Dalam satu minggu mampu
membeli daging/unggas/susu
ikan
32. Page18
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K e m i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
memberikan sumbangan PAD yang cukup besar, memiliki 24
variabel indikator kemiskinan, sebagai berikut:
2.4. Klaster Pegunungan
Klaster pegunungan memiliki istilah wilayah cincinnya
Kabupaten Kebumen, karena berada pada wilayah pinggiran
yang membentang mulai dari barat (Kec.Rowokele) wilayah
paling utara sampai dengan wilayah timur (Kec. Padureso).
Klaster ini tingkat kemiskinannya rata-rata cukup tinggi,
bahkan paling tinggi, seperti Kecamatan Karanggayam. Pada
klaster pegunungan diperoleh 26 variabel indikator kemiskinan,
dan selengkapnya sebagai berikut :
1. Pendapatan perkapita perbulan
2. Status penguasaan bangunan tempat tinggal yang
ditempati
3. Kepemilikan aset (selain tanah, bangunan dan emas)
4. Jenis lantai tempat
tinggal terluas (60%
lebih)
5. Jumlah keluarga dalam
rumah tangga
15. Kepemilikan asset
16. Cara memperoleh asset
17. Pelayanan kesehatan yang bisa
diakses untuk berobat
18. Kepemilikan tanah
19. Penggunaan fasilitas tempat buang
air besar
20. Tempat pembuangan akhir tinja
21. Jarak tempat pembuangan akhir
tinja dari sumber air minum
22. Kepemilikan sarana tekekomunikasi
23. Jika memiliki emas, berapa gram
kepemilikan emas
24. Mendapatkan program/bantuan
1. Status penguasaan bangunan
tempat tinggal yang ditempati
2. Pendapatan perkapita perbulan
3. Luas lantai bangunan tempat
tinggal
4. Jumlah keluarga dalam rumah
tangga
5. Jenis lantai tempat tinggal terluas
(60% lebih)
6. Membeli lebih dari satu stel
pakaian baru bagi setiap anggota
keluarga dalam satu tahun
7. Jenis atap tempat tinggal terluas
(60% lebih)
8. Jenis dinding tempat tinggal terluas
(60% lebih)
9. Rata-rata makan per hari
10. Sumber air minum
11. Pendidikan yang ditamatkan
12. Dalam satu minggu mampu
membeli daging/unggas/susu ikan
13. Bahan bakar/energi utama untuk
memasak
14. Sumber penerangan utama
33. Page19
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K e m i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
6. Luas lantai bangunan tempat tinggal
7. Jenis dinding tempat tinggal terluas (60% lebih)
8. Jenis atap tempat tinggal terluas (60% lebih)
9. Rata-rata makan per hari
10. Membeli lebih dari satu stel pakaian baru bagi setiap
anggota keluarga
11. Pelayanan kesehatan yang bisa diakses untuk berobat
12. Sumber air minum
13. Bahan bakar/energi utama untuk memasak
14. Sumber penerangan utama
15. Penggunaan fasilitas tempat buang air besar
16. Dalam satu minggu mampu membeli daging/unggas/susu/
ikan
17. Jika memiliki tanah, berapa luasannya
18. Jika memiliki emas, berapa gram kepemilikan emas
19. Cara memperoleh asset
20. Kepemilikan Usaha
21. Pendidikan yang ditamatkan
22. Mendapatkan program/bantuan
23. Tempat pembuangan akhir tinja
24. Jarak tempat pembuangan akhir tinja dari sumber air
minum
25. Kepemilikan sarana telekomunikasi
26. Penggunaan/Pemakaian alat KB
2.5. Klaster Bonorawan
Wilayah Bonorawan merupakan wilayah yang daratannya
berada di bawah permukaan laut. Sehingga setiap musim
hujan tiba banjir selalu menggenangi persawahan bahkan
sampai menimbulkan gagal tanam, dan apabila musim
kemarau tiba, maka kekeringan yang dihadapi bahkan tidak
bisa tanam apapun. Klaster Bonorawan
merupakan klaster yang memiliki 27 variabel
indikator kemiskinan, paling banyak
dibanding klaster lain, sebagaimana
dibawah ini :
1. Pendapatan
Perkapita/Perorang
2. Jika memiliki tanah, berapa luasannya
3. Intensitas terhadap bencana
4. Dukungan saluran irigasi pertanian
34. Page20
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K e m i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
5. Status penguasaan bangunan tempat tinggal yang
ditempati
6. Jenis atap tempat tinggal terluas (60% lebih)
7. Jenis dinding tempat tinggal terluas (60% lebih)
8. Jenis lantai tempat tinggal terluas (60% lebih)
9. Luas lantai bangunan tempat tinggal
10. Jenis pekerjaan Kepala Keluarga
11. Rata-rata makan per hari
12. Sumber air minum
13. Membeli lebih dari satu stel pakaian baru bagi setiap
anggota keluarga
14. Penggunaan fasilitas tempat buang air besar
15. Tempat pembuangan akhir tinja
16. Jarak tempat pembuangan akhir tinja dari sumber air
minum
17. Pelayanan kesehatan yang bisa diakses untuk berobat
18. Penggunaan/Pemakaian alat KB
19. Sumber penerangan utama
20. Cara memperoleh asset
21. Kepemilikan sarana tekekomunikasi
22. Jika memiliki emas, berapa gram kepemilikan emas
23. Kepemilikan asset
24. Jumlah keluarga dalam rumah tangga
25. Tingkat kesulitan terhadap pelayanan publik dasar
26. Bahan bakar/energi utama untuk memasak
27. Dalam satu minggu mampu konsumsi daging / unggas /
susu/ikan
B. KRITERIA PENDUDUK MISKIN
Kriteria penduduk miskin merupakan hasil pembobotan dan
penilaian dari seluruh variabel indikator kemiskinan dengan tetap
mempertimbangkan kondisi masing-masing klaster. Hasil akhir
pembobotan dan penilaian dikelompokkan menjadi 5 kriteria
penduduk miskin, yang meliputi : Penduduk Sangat Miskin (SM),
Miskin (M), Hampir Miskin (HM), Rentan Miskin (RM), dan Tidak
Miskin (TM). Kriteria penduduk miskin di Kabupaten Kebumen dibagi
menjadi 2 kelompok besar, yaiitu kriteri penduduk miskin daerah dan
kriteria penduduk miskin klaster.
1. Kriteria Penduduk Miskin Daerah
Kriteria penduduk miskin daerah merupakan kriteria penduduk
miskin yang akan dipergunakan untuk mengelompokkan kriteria
kemiskinan di tingkat kabupaten. Hasil pengelompokkan menjadi
35. Page21
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K e m i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
data base kemiskinan Kabupaten Kebumen yang kemudian
dijadikan pedoman oleh Bupati dalam merumuskan kebijakan
penanggulangan kemiskinan daerah. Adapun kriteria penduduk
miskin daerah sebagai berikut :
2. Kriteria Penduduk Miskin Klaster
Kriteria penduduk miskin klaster merupakan
kriteria penduduk miskin yang akan dipergunakan
untuk mengelompokkan kriteria kemiskinan
tingkat klaster. Hasil pengelompokkan menjadi
data base kemiskinan masing-masing desa
yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala
Desa. Kemudian oleh masing-masing desa
dikirim kepada Bupati untuk dijadikan dasar
penyusunan data penduduk miskin kabupaten.
Adapun kriteria penduduk miskin klaster adalah
sebagai berikut:
2.1. Kriteria Penduduk Miskin Klaster Perkotaan
a. Kriteria penduduk sangat miskin, dengan bobot nilai 0,18
sampai dengan kurang dari 0,34;
b. Kriteria miskin, dengan bobot nilai 0,34 sampai dengan
kurang dari 0,51;
c. Kriteria hampir miskin, dengan bobot nilai 0,51 sampai
dengan kurang dari 0,67;
d. Kriteria rentan miskin, dengan bobot nilai 0,67 sampai
dengan kurang dari 0,84;
e. Kriteria penduduk tidak miskin, dengan bobot nilai lebih
dari 0,84.
2.2. Kriteria Penduduk Miskin Klaster Pesisir
a. Kriteria penduduk sangat miskin, dengan bobot nilai 0,20
sampai dengan kurang dari 0,36;
b. Kriteria miskin, dengan bobot nilai 0,36 sampai dengan
kurang dari 0,52;
a. Kriteria penduduk sangat miskin, dengan bobot nilai 0,22
sampai dengan kurang dari 0,38;
b. Kriteria miskin, dengan bobot nilai 0,38 sampai dengan kurang
dari 0,53;
c. Kriteria hampir miskin, dengan bobot nilai 0,53 sampai dengan
kurang dari 0,69;
d. Kriteria rentan miskin, dengan bobot nilai 0,69 sampai dengan
kurang dari 0,84;
e. Kriteria tidak miskin, dengan bobot nilai lebih dari 0,84.
36. Page22
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K e m i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
c. Kriteria hampir miskin, dengan bobot nilai 0,52 sampai
dengan kurang dari 0,68;
d. Kriteria penduduk rentan miskin, dengan bobot nilai 0,68
sampai dengan kurang dari 0,84;
e. Kriteria penduduk tidak miskin, dengan bobot nilai lebih
dari 0,84.
2.3. Kriteria Penduduk Miskin Klaster Pesisir Bergunung
a. Kriteria penduduk sangat miskin, dengan bobot nilai 0,20
sampai dengan kurang dari 0,36;
b. Kriteria miskin, dengan bobot nilai 0,36 sampai dengan
kurang dari 0,52;
c. Kriteria hampir miskin, dengan bobot nilai 0,52 sampai
dengan kurang dari 0,68;
d. Kriteria rentan miskin, dengan bobot nilai 0,68 sampai
dengan kurang dari 0,84;
e. Kriteria penduduk tidak miskin, dengan bobot nilai lebih
dari 0,84.
2.4. Kriteria Penduduk Miskin Klaster Pegunungan
a. Kriteria penduduk sangat miskin, dengan bobot nilai 0,20
sampai dengan kurang dari 0,36;
b. Kriteria penduduk miskin, dengan bobot nilai 0,36 sampai
dengan kurang dari 0,52;
c. Kriteria penduduk hampir miskin, dengan bobot nilai 0,52
sampai dengan kurang dari 0,68;
d. Kriteria penduduk rentan miskin, dengan bobot nilai 0,68
sampai dengan kurang dari 0,84;
e. Kriteria penduduk tidak miskin, dengan bobot nilai lebih
dari 0,84.
2.5. Kriteria Penduduk Miskin Klaster Bonorawan
a. Kriteria penduduk sangat miskin, dengan bobot nilai 0,21
sampai dengan kurang dari 0,37;
b. Kriteria penduduk miskin, dengan bobot nilai 0,37 sampai
dengan kurang dari 0,53;
c. Kriteria penduduk hampir miskin, dengan bobot nilai 0,53
sampai dengan kurang dari 0,68;
d. Kriteria penduduk rentan miskin, dengan bobot nilai 0,68
sampai dengan kurang dari 0,84;
e. Kriteria penduduk tidak miskin, dengan bobot nilai lebih
dari 0,84
37. Page23
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K e m i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
Jumlah Data
Penduduk
Miskin
Jumlah Data
Penduduk Non
Miskin
DATA AGREGAT
Kriteria
Penduduk
Hampir Miskin
Kriteria
Penduduk
Rentan Miskin
Kriteria
Penduduk Tidak
Miskin
PENDUDUK NON
MISKIN
Kriteria
Penduduk
Sangat Miskin
Kriteria
Penduduk
Miskin
PENDUDUK
MISKIN
C. PENGGOLONGAN PENDUDUK MISKIN DAN NON MISKIN
Penggolongan penduduk miskin merupakan pengelompokkan dari 5
kriteria penduduk miskin yang telah diolah melalui aplikasi yang
telah diprogram dalam komputer. Sumber data yang dipergunakan
adalah formulir pendataan yang telah diperoleh melalui wawancara
masing-masing kepala rumah tangga dari hasil pendataan pada
formulir. Adapun penggolongan penduduk miskin dibagi menjadi 2 ,
yaitu Penduduk Miskin dan Penduduk Non Miskin. Selengkapnya
penggolongan penduduk miskin sebagaimana dibawah ini.
Golongan
penduduk
miskin terdiri
dari kriteria
penduduk
sangat miskin,
dan kriteria
penduduk
miskin.
Sedangkan
Penduduk Non
Miskin terdiri
dari kriteria,
penduduk
hampir miskin,
penduduk
rentan miskin
dan penduduk tidak miskin.
Masing-masing golongan selanjutnya dibuat data agregat yang
menggambarkan jumlah keseluruhan penduduk miskin desa dan
jumlah penduduk non miskin desa.
38. Page24
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K e m i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
BAB IV
PENGORGANISASIAN PENDATAAN
A. PENGERTIAN PENGORGANISASIAN PENDATAAN
Pengorganisasian pendataan penduduk miskin diartikan sebagai
sebuah upaya membangun hubungan antar pelaku pendataan baik
secara posisi maupun tugas yang ada pada organisasi atau kelompok
tertentu dalam mencapai keberhasilan pendataan penduduk miskin.
Pengorganisasi memegang peranan penting terhadap kelancaran dan
keberhasilan pendataan. Karenanya perencanaan sebelum memulai
pelaksanaan pendataan dengan cara memberikaan kejelasan tugas,
kewenangan dan sistem kerja merupakan kebutuhan yang tidak bisa
dilewatkan begitu saja. Tanpa adanya perencanaan yang matang,
dikhawatirkan hasil akhir pendataan tidak akan berubah dari
kebiasaan buruk pendataan yang selama ini banyak dikeluhkan.
B. TUJUAN PENGORGANISASIAN PENDATAAN
1. Meningkatkan efektifitas pola koordinasi pendataan penduduk
miskin dari tingkat desa sampai kabupaten
2. Mengintegrasikan sistem pendataan penduduk miskin
3. Mengimplementasikan pendataan penduduk miskin secara
partisipatif dan sesuai dengan tahapan
4. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pendataan
penduduk miskin
C. PIHAK YANG BERPERAN DALAM PENDATAAN
1. Pengorganisasian di Tingkat Kabupaten
Pengorganisasian di tingkat kabupaten,
sebagaimana dimandatkan dalam Perda
Percepatan Penanggulangan Kemiskinan,
maka Bupati memiliki kewenangan
sebagai penanggungjawab sekaligus
menetapkan/ mengesahkan data
penduduk miskin daerah. Dalam
pelaksanaan pendataan yang memiliki
kewenangan mengkordinasikan adalah
TKP2KD. Sementara Camat mempunyai tugas dan fungsi
mengkoordinasikan hasil pendataan penduduk miskin dari desa-
desa dalam satu wilayah kecamatan.
39. Page25
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K e m i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
2. Pengorgansasian di Tingkat Desa
Setiap desa memiliki kewajiban melaksanakan pendataan
penduduk miskin dengan terlebih dahulu membentuk Tim
Koordinasi Percepatan
Penanggulangan Kemiskinan
Desa (TKP2KDes) dengan
Keputusan Kepala Desa.
Selanjutnya TKP2KDes sesuai
kewenangannya memfasilitasi
pembentukan tim pendataan
dengan melibatkan seluruh unsur
Pengurus RT, dan Kepala Dusun.
Secara lebih rinci pengorganisasi
pendataan penduduk miskin di tingkat desa terdiri dari Kepala
Desa sebagai penanggungjawab, BPD sebagai penanggungjawab
pelaksana musyawarah desa, TKP2KDes sebagai pihak yang
bertanggungjawab mengkoordinasikan pendataan mulai
perencanaaan sampai pertanggungjawaban dan pelaporan,
kemudian Kepala Dusun dan Ketua RT sebagai pelaksana
musyawarah RT dan musyawarah Dusun. Sedangkan tim
pendataan adalah pihak yang paling bertanggungjawab dalam
penggalian data dan informasi. Adapun tugas dan kewenangan
masing pihak akan dibahas lebih rinci berikutnya.
TUGAS DAN KEWENANGAN
1. Bupati
Tugas
a. Bertanggung jawab di dalam Pendataan Penduduk Miskin
yang di koordinasikan oleh TKP2KD.
b. Melakukan koordinasi dengan TKP2KD.
c. Membuat Keputusan Bupati tentang Data Penduduk Miskin
Kabupaten Kebumen.
Kewenangan
a. Meminta pertanggungjawaban kepada TKP2KD tentang
pendataan penduduk miskin di Kabupaten Kebumen.
b. Memberikan atau tidak memberikan permohonan data
penduduk miskin yang terkait dengan hak-hak pribadi.
2. TKP2KD
Tugas
a. Mengkoordinasikan pendataan penduduk miskin di
Kabupaten Kebumen
40. Page26
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K e m i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
b. Mengelola data penduduk miskin dalam sistem informasi
manejemen kemiskinan daerah.
c. Melaporkan hasil pendataan penduduk miskin kepada
Bupati.
Kewenangan
a. Melakukan pembinaan kepada tim pendataan dan
TKP2KDes dalam hal pendataan.
b. Merekomendasikan atau tidak permohonan data yang di
ajukan kepada Bupati.
3. Camat
Tugas
a. Mengkoordinasikan pendataan penduduk miskin yang ada
di Kecamatan.
b. Melaporkan kegiatan pendataan penduduk miskin kepada
Bupati cq TKP2KD.
Kewenangan
a. Pengendalian dan evaluasi pelaksanaan pendataan
penduduk miskin di wilayahnya.
b. Pembinaan kepada Kepala Desa dan TKP2KDes.
4. Kepala Desa
Tugas
a. Bertanggung jawab dalam Pendataan
Penduduk Miskin di Desa yang di
koordinasikan oleh TKP2KDes.
b. Melakukan koordinasi dengan
TKP2KDes.
c. Melaporkan hasil pendataan penduduk
miskin kepada Bupati melalui Camat.
Kewenangan
a. Menetapkan Keputusan Kepala Desa tentang Data
Penduduk Miskin Desa.
b. Menetapkan Keputusan Kepala Desa tentang TKP2KDes.
c. Menetapkan Keputusan Kepala Desa tentang Tim
Pendataan.
5. TKP2KDes
Tugas:
a. Mengkoordinasikan pendataan penduduk miskin di desa.
b. Memfasilitasi proses musyawarah baik Musyawarah RT,
Dusun, dan Musyawarah Desa.
c. Mengumumkan Daftar Calon Rumah Tangga Miskin
Sementara, Daftar Rumah Tangga Miskin Sementara dan
Daftar Rumah Tangga Miskin.
41. Page27
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K e m i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
d. Memverifikasi sanggahan Daftar Rumah Tangga Miskin
Sementara dari masyarakat
e. Melaporkan hasil pendataan penduduk miskin kepada
Kepala Desa.
Kewenangan:
a. Mengendalilkan pendataan
penduduk miskin di desa.
b. Membentuk Tim Pendataan di
desa
c. Melibatkan semua pihak di
desa untuk turut
mensukseskan pendataan
penduduk miskin.
6. BPD (Badan Permusyawaratan Desa)
Tugas BPD adalah menyelenggarakan musyawarah desa untuk
menentukan Daftar Rumah Tangga Miskin Sementara.
Kewenangan BPD adalah melakukan pengawasan atas
penyelenggaraan pendataan penduduk miskin di desa.
7. Kepala Dusun
Tugas Kepala Dusun adalah menyelenggarakan musyawarah
dusun
Kewenangan Kepala Dusun adalah mengusulkan daftar rumah
tangga miskin di wilayahnya untuk dibawa dalam musyawarah
desa
8. Rukun Tetangga
Tugas RT adalah menyelenggarakan musyawarah Rukun
Tetangga
Kewenangan RT adalah mengusulkan daftar rumah
tangga miskin di wilayahnya untuk
dibawa dalam musyawarah dusun.
9. Tim Pendataan
Tugas:
a. Mengikuti pembekalan pendataan
penduduk miskin
b. Melaksanakan interview terhadap
seluruh responden dari daftar
Rumah Tangga Miskin Sementara
hasil musyawarah setelah tidak ada
sanggahan dari masyarakat;
c. Melaksanakan entri data ke dalam sistem aplikasi komputer;
42. Page28
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K e m i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
d. Melaksanakan olah data dengan keluarannya adalah daftar
Rumah Tangga Miskin berdasarkan kriteria, serta data
agregat penduduk miskin.
Kewenangan Tim Pendataan adalah melaksanakan tugas sesuai
dengan panduan umum.
43. Page29
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K e m i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
BAB V
PENDATAAN PENDUDUK MISKIN
Pendataan penduduk miskin merupakan satu rangkaian kegiatan
pendataan baik yang dilakukan oleh pemerintah kabupaten sampai
dengan pemerintah desa. Secara garis besar tanggungjawab pendataan
dibagi dalam tiga tahap. Pertama, tahap persiapan, Kedua, tahap
pelaksanaan pendataan dan, Ketiga tahap penetapan dan paloparan.
Pada tahap persiapan pemerintah kabupaten mensosialisasikan regulasi
dan pedoman pendataan kepada desa dan kecamatan serta memberikan
pelatihan tata cara pendataan penduduk miskin. Kemudian tahap
kedua, seluruh desa melakukan pendataan yang dimulai dari sosialisasi
dan pembentukan tim sampai dengan pengolahan data kemiskinan. Dan
pada tahap ketiga, masing-masing pemerintahan desa melaporkan hasil
pendataan kepada Bupati untuk kemudian ditetapkan menjadi data
kemiskinan daerah melalui Keputusan Bupati. Sebagaimana bagan alur
dibawah ini.
A. ALUR MEKANISME PENDATAAN
Pelaksanaan pendataan dilakukan melalui masing-masing kepala
rumah tangga melalui beberapa tahapan yang diharapkan dapat
memberikan hasil akhir lebih valid dan dapat
dipertanggungjawabkan. Seluruh proses dan tahapan yang dibangun
mengutamakan prinsip-prinsip transparansi dan partisipatif.
Sehingga metodologi partisipatif dalam AKP konsisten bisa diterapkan
mulai tahap awal sosialisasi sampai selesai pengolahan data
penduduk miskin. Hal penting yang harus dihindari dalam setiap
tahapan proses pendataan adalah melakukan manipulasi sumber
data maupun partisipasi warga yang seharusnya dilibatkan serta
PERSIAPAN
•Sosialisasi Regulasi &
pedoman
Kabupaten/TKP2KD
kepada Desa dan
Kecamatan
•Pelatihan TKP2KDes
dan TKP2K
Kecamatan tentang
tata cara pendataan
PELAKSANAAN
• Sosialisasi dan
Pembentukan Tim
Pendataan
• Pembekalan Tim Pendataan
• Pengumpulan sumber data
sekunder
• Pelaksanaan Pendataan
• Entri hasil pendataan
• verifikasi atas sanggahan
• penyempurnaan hasil
pendataan sesuai hasil
verifikasi
• Pembuatan dokumen data
base kemiskinan desa
PELAPORAN
•Penetapan hasil
pendataan oleh
Kepala Desa
•Melaporkan hasil
pendataan kepada
Bupati melalui
TKP2KD
44. Page30
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K e m i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
memunculkan dominasi-dominasi pihak-pihak tertentu dalam
musyawarah.
Hal terpenting yang harus dipegang dan dipahami oleh semua pihak
adalah alur mekanisme pendataan penduduk miskin yang telah
disusun secara partisipatif. Setiap tahapan maupun kebutuhan data
dan informasi yang ada merupakan satu rangkaian yang saling
mendukung. Sehingga satu sama lain tidak bisa begitu saja
dihilangkan. Karena itu mengawal kepatuhan terhadap alur
mekanisme pendataan menjadi hal penting. Adapun alur mekanisme
pendataan penduduk miskin selengkapnya di bawah ini.
Gambar 1. Bagan Alur & Mekanisme
Pendataan Penduduk Miskin
B. SOSIALISASI & PEMBENTUKAN TIM PENDATAAN
a. Pengertian
Sosialisasi yang dimaksudkan di sini adalah upaya pemerintah
desa untuk menyampaikan informasi berkait seluk beluk
pendataan penduduk miskin, mulai dari pengertian, tujuan,
manfaat sampai dengan tatacara pendataan serta
pelaporan dan pertanggungjawaban maupun
pihak-pihak yang terlibat. Selain itu, sosialisasi
juga dimaksudkan mendapatkan respon balik dari
masyarakat sehingga pada saat pelaksanaan
45. Page31
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K e m i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
mendapat dukungan penuh karena masyarakat sudah memiliki
pemahaman. Sosialisasi juga dipergunakan sebagai forum untuk
memilih dan membentuk tim pendataan yang nantinya akan
mempunyai tugas melakukan pendataan secara langsung kepada
masyarakat desa.
b. Tujuan
Adanya pemahaman tentang pentingnya data kemiskinan yang
akurat, valid yang disusun secara partisipatf.
Warga masyarakat memahami tentang pengertian pendataan,
dasar hukum, tujuan dan manfaat serta hak dan kewajiban
masing-masing pihak.
Warga masyarakat memahami tahapan, mekanisme, metode,
pihak yang harus terlibat, tim yang akan memfasilitasi proses
serta perkiraan waktu yang diperlukan dalam pendataan
penduduk miskin
c. Metode
Ceramah dan Tanya Jawab
d. Keluaran
Peserta benar-benar memahami seluk beluk pendataan mulai
dari awal sampai akhir yang berupa data kemiskinan desa
selanjutnya memberikan dukungan penuh terhadap setiap
tahapan pelaksanaan pendataan.
Terbentuknya Tim Pendataan sesuai kebutuhan dan ditetapkan
dengan Keputusan Kepala Desa. Tim Pendataan diharapkan
memenuhi kriteria minimal mempunyai kemauan, pengalaman,
kejujuran, komitmen dan integritas
Adanya kesepakatan awal rencana kegiatan pendataan
Dokumen Proses, meliputi : Undangan, Daftar yang diundang,
Daftar Hadir, Notulen, Berita Acara dan Foto Kegiatan
e. Peserta
Pemerintah Desa
BPD
Lembaga Kemasyarakatan Desa
Tokoh Agama
Tokoh Masyarakat
Keterwakilan Perempuan
Masyarakat/Warga Miskin
Dunia usaha
Pemangku kepentingan lainnya
f. Narasumber
Kepala Desa
TKP2KD
46. Page32
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K e m i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
Camat
Lembaga Swadaya Masyarakat
g. Panitia dan Fasilitator
Panitia penyelenggara adalah Pemerintah Desa
Fasilitator adalah TKP2KDes
C. PEMBEKALAN TIM PENDATAAN
a. Pembekalan bertujuan untuk meningkatkan ketrampilan Tim
Pendataan dalam pengumpulan data penduduk miskin dan
memasukkan data kedalam sistem aplikasi komputer.
b. Peserta pembekalan adalah tim Pendataan
c. Pembekalan diselenggarakan oleh pemerintah desa
d. Pembekalan difasilitasi oleh TKP2KDes
e. Narasumber pembekalan adalah :
Kepala Desa
TKP2KD
Camat
Lembaga Swadaya Masyarakat
f. Materi pembekalan adalah :
Perbup Tentang Kriteria dan
Tata Cara Pendataan Penduduk
Miskin
Mekanisme dan Tahapan Pendataan
Penduduk Miskin
Teknik Wawancara
Form kuesioner pendataan penduduk miskin
Entri data
Tugas dan kewenangan Tim Pendataan
D. PENENTUAN POPULASI PENDUDUK MISKIN SEMENTARA
a. Penentuan populasi penduduk miskin sementara dilakukan dengan
membuat Daftar Calon Rumah Tangga Miskin Sementara yang
diperoleh dari data Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS)
tahun terakhir oleh BPS ditambah usulan baru dari masyarakat
secara partisipatif.
b. Daftar Calon rumah Tangga Miskin Sementara, dimusyawarahkan
dengan masyarakat dan dilakukan secara berjenjang mulai dari
tingkat RT, Dusun, Desa.
1. Musyawarah RT
a. Musyawarah RT dilaksanakan dalam rangka menentukan
daftar calon rumah tangga miskin sementara di tingkat RT
b. Musyawarah RT diselenggarakan oleh ketua/pengurus RT
47. Page33
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K e m i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
c. Musyawarah RT difasilitasi oleh TKP2KDes
d. Peserta musyawarah RT terdiri dari
unsur:
Tokoh Masyarakat
Tokoh Agama
Keterwakilan Perempuan
Warga miskin
Dunia usaha
Pemangku kepentingan
lainnya
e. Keluaran/ output dari
Musyawarah RT adalah Daftar Calon
Rumah Tangga Miskin Sementara Tingkat RT
f. Hasil Musyawarah RT dituangkan dalam Berita Acara
2. Musyawarah Dusun
a. Musyawarah Dusun dilaksanakan dalam rangka
memusyawarahkan hasil musyawarah RT penentuan Daftar
Calon Rumah Tangga Miskin Sementara
b. Musyawarah Dusun diselenggarakan oleh Kepala Dusun
c. Musyawarah Dusun difasilitasi oleh TKP2Kdes
d. Peserta musyawarah dusun terdiri dari unsur:
Tokoh Masyarakat
Tokoh Agama
Keterwakilan Perempuan
Warga miskin
Dunia usaha
Pemangku kepentingan lainnya
e. Keluaran/ output dari Musyawarah Dusun adalah Daftar
Calon Rumah Tangga Miskin Sementara tingkat Dusun
f. Hasil Musyawarah Dusun dituangkan dalam Berita Acara
3. Musyawarah Desa
a. Musyawarah Desa dilaksanakan dalam rangka
memusyawarahkan hasil musyawarah
dusun penentuan Daftar Calon
Rumah Tangga Miskin
Sementara
b. Musyawarah Desa
diselenggarakan oleh Badan
Permusyawaratan Desa
c. Musyawarah Desa
difasilitasi oleh TKP2KDes
48. Page34
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K e m i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
d. Peserta musyawarah desa terdiri dari unsur:
Pemerintah desa
BPD
Lembaga Kemasyarakatan Desa
Tokoh Masyarakat
Tokoh Agama
Keterwakilan Perempuan
Warga miskin
Dunia usaha
Pemangku kepentingan lainnya
e. Keluaran/ output dari Musyawarah Desa adalah Daftar Calon
Rumah Tangga Miskin Sementara Tingkat desa
f. Hasil Musyawarah Desa dituangkan dalam Berita Acara
4. Publikasi Hasil Musyawarah Desa
a. Hasil Musyawarah Desa berupa Daftar Calon Rumah Tangga
Miskin Sementara dipublikasikan selama 7 hari untuk
mendapatkan tanggapan/sanggahan dari masyarakat
b. Publikasi Hasil Musyawarah Desa dapat dilakukan dalam
bentuk:
Papan Pengumuman
Selebaran/pamphlet/poster
Forum musyawarah formal/ non formal
Dll
c. Publikasi Daftar Calon Rumah Tangga Miskin Sementara
dilaksanakan oleh TKP2KDes dengan memperhatikan hak-
hak pribadi yang dilindungi Undang-Undang
5. Verifikasi dan Penetapan Daftar Rumah Tangga Miskin
Sementara
a. Masa sanggah terhadap Daftar Calon Rumah Tangga Miskin
Sementara adalah 7 (tujuh) hari sejak musyawarah desa.
b. Apabila terdapat sanggahan, maka dilakukan verifikasi oleh
TKP2KDes dalam waktu paling lama 3 (tiga) hari sejak
sanggahan diterima.
c. Apabila selama masa sanggah
tidak ada sanggahan, maka Daftar
Calon Rumah Tangga Miskin
Sementara ditetapkan sebagai
Daftar Rumah Tangga Miskin
Sementara dan digunakan
sebagai acuan Pendataan.
49. Page35
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K e m i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
E. PENENTUAN PENDUDUK MISKIN
Penentuan Penduduk miskin, didasarkan pada isian formulir
pendataan yang dilakukan pada populasi rumah tangga miskin
sementara yang sudah diolah dengan menggunakan aplikasi berbasis
komputer dan sudah melalui proses sanggahan, baik setelah
musyawarah RT, musyawarah dusun maupun musyawarah desa.
Setiap sanggahan akan dilakukan verifikasi oleh TKP2KDes sesuai
dengan materi sanggahan yang diterima.
1. Pendataanan Penduduk Miskin
a. Basis pendataan penduduk miskin adalah Daftar Rumah
Tangga Miskin Sementara.
b. Pendataan dilaksanakan oleh petugas Pendataan
c. Pendataan dilaksanakan dengan cara petugas pendataan
datang ke setiap rumah tangga miskin sementara atau dengan
mengumpulkan ± 10 rumah tangga miskin sementara dan
mengisi kuesioner pendataan penduduk miskin.
2. Entri dan Pengolahan Data Pendataanan Penduduk Miskin
a. Entri data hasil Pendataan menggunakan sistem aplikasi
komputer
b. Entri data hasil Pendataan dilaksanakan oleh Tim Pendataan
c. Sistem aplikasi komputer mengelola data hasil Pendataan,
keluarannya berupa Data Agregat dan Daftar
Rumah Tangga dengan kriteria:
1. Kriteria Sangat Miskin
2. Kriteria Miskin
3. Kriteria Hampir Miskin
4. Kriteria Rentan Miskin
5. Kriteria Tidak Miskin
d. Dari hasil entri dan pengolahan data
tersebut, di buat Daftar Rumah Tangga Miskin,
Daftar Rumah Tangga Non Miskin dan Data Agregat.
3. Publikasi Hasil Entri dan Pengolahan Data
a. TKP2KDes mempublikasikan Daftar Rumah Tangga Miskin,
Daftar Rumah Tangga Non Miskin dan Data Agregat.
b. Publikasi dapat dilakukan dalam bentuk:
Papan pengumuman
Selebaran/pamphlet/poster
Forum musyawarah formal/ non formal
Dll
c. Publikasi Daftar Rumah Tangga Miskin,
Daftar Rumah Tangga Non Miskin dan Data
50. Page36
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K e m i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
Agregat dilaksanakan oleh TKP2KDes dengan memperhatikan
hak-hak pribadi yang dilindungi Undang-Undang
4. Verifikasi dan Penetapan Data Penduduk Miskin
a. Masa sanggah terhadap Daftar Rumah Tangga Miskin, Daftar
Rumah Tangga Tidak Miskin dan Data Agregat adalah 7 hari
sejak diumumkan
b. Apabila terdapat sanggahan, maka dilakukan verifikasi oleh
TKP2KDes dalam waktu paling lama 3 hari sejak sanggahan
diterima.
c. Apabila selama masa sanggah tidak ada sanggahan, maka
Daftar Rumah Tangga Miskin ditetapkan dengan Keputusan
Kepala Desa tentang Daftar Rumah Tangga Miskin Desa.
51. Page37
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K e m i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
BAB VI
ETIKA DAN INSTRUMEN PENDATAAN
Pengumpulan data dilakukan dengan mengunjungi rumah tangga
sebagai objek pendataan atau dengan mengumpulkan beberapa rumah
tangga sesuai dengan petunjuk yang diberikan dalam buku pedoman ini.
A. ETIKA PENDATAAN
1. Etika Bertamu
Etika bertamu menjadi salah satu hal yang harus diperhatikan
dalam sebuah pendataan, sehingga nara sumber/responden
merasa nyaman saat petugas pendataan berkunjung untuk
melakukan wawancara. Beberapa hal yang perlu diperhatikan
pada saat bertamu atau melakukan
kunjungan, diantaranya sebagai
berikut:
Buatlah janji atau pemberitahuan
kunjungan pendataan kepada
nara sumber/responden.
Hindari waktu-waktu istirahat
atau waktu yang terlalu
pagi/malam saat melakukan kunjungan kepada
nara sumber/responden.
Gunakan pakaian yang pantas dan sopan saat mengunjungi
nara sumber/responden.
Mengucapkan salam dan mengetuk pintu sebelum masuk ke
dalam rumah
Jangan masuk/menikmati hidangan sebelum dipersilahkan
oleh nara sumber/responden sebagai pemilik rumah.
Sebelum menyampaikan maksud kedatangan, bangun rapport
(hubungan baik) dengan pemilik rumah. Misal: menanyakan
kabar dll.
Sampaikan maksud kunjungan dengan kata yang sopan dan
tidak menyakiti nara sumber/responden sebagai pemilik
rumah.
Beperilaku dan bertutur kata dengan sopan saat melakukan
kunjungan.
Gunakan intonasi yang sewajarnya saat berbicara/bertanya.
Perhatikan jangka waktu saat berkunjung untuk melakukan
wawancara, usahakan jangan terlalu lama saat berkunjung
Berpamitanlah dan mengucapkan terima kasih kepada nara
sumber/responden sebelum meninggalkan rumah
52. Page38
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K e m i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
2. Etika Wawancara
Etika wawancara adalah sebuah metode untuk melakukan
wawancara dengan cara yang baik. Dengan berpegang pada etika
wawancara, nara sumber akan lebih terbuka dalam proses
wawancara sehingga maksud
dan tujuan wawancara bisa
tercapai.
Agar mendapatkan hasil
wawancara yang baik, ada
beberapa hal yang perlu
diperhatikan, diantaranya
adalah:
Lakukan persiapan sebelum melaksanakan wawancara.
Persiapan tersebut menyangkut outline wawancara,
penguasaan materi wawancara, pengenalan mengenai
karakter/sifat/kebiasaan orang yang akan diwawancarai dan
sebagainya.
Taatilah norma-norma yang berlaku di tempat pelaksanaan
wawancara.
Dalam melakukan wawancara, tim pendataan boleh didampingi
oleh TKP2KDes dan atau/ RT setempat.
Wawancara dimulai dengan memperkenalkan diri dan
menjelaskan maksud kedatangan Saudara sebagai petugas
pendataan.
Sampaikan pertanyaan dengan bahasa yang mudah dipahami
oleh nara sumber/responden, dimulai dari petanyaan-
pertanyaan yang mudah.
Hindari menyampaikan pertanyaan yang umum, sampaikan
pertanyaan yang bersifat khusus. Hal ini sangat membantu
untuk memfokusan jawaban nara sumber/responden.
Hindari pengajuan dua pertanyaan atau lebih dalam satu kali
bertanya.
Dengar dan perhatikanlah saat nara sumber/responden
menjawab pertanyaan.
Boleh menyela apabila jawaban nara sumber/responden lari
dari topik, selalah nara sumber/responden dengan sopan.
Boleh melakukan pendalaman terhadap jawaban nara
sumber/responden dengan menyampaikan beberapa
pertanyaan tambahan.
Janganlah memberikan tanggapan/kesan yang tidak baik
terhadap jawaban yang diberikan nara sumber/responden.
53. Page39
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K e m i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
Janganlah mendebat jawaban yang disampaikan nara
sumber/responden.
Perhatikan komunikasi dengan nara sumber/responden agar ia
tidak merasa segan untuk memberi jawaban yang tepat dan
benar.
Dalam melakukan pendataan, petugas pendata akan menemui
berbagai macam sikap tuan rumah/responden. Gunakan
kecakapan, kesabaran dan keramahan agar wawancara
berhasil.
Jika tuan rumah/responden membelokkan percakapan ke hal-
hal yang menyimpang dari tujuan pendataan, kembalikanlah
pembicaraan secara bijaksana ke arah instrumen pendataan
Setelah selesai melakukan pendataan jangan lupa ucapkan
terima kasih atas bantuan tuan rumah/responden. Sampaikan
kepada tuan rumah/responden bahwa ada kemungkinan
petugas akan datang kembali bila ada keterangan yang masih
diperlukan ataupun untuk melakukan verifikasi data.
Bila dibutuhkan bisa menggunakan alat bantu berupa alat
rekam, kamera dll.
3. Etika Pengisian Instrumen/Formulir Pendataan
Sebelum pada tata cara pengisian Instrumen/Formulir pendataan,
perlu diperhatikan etika pengisian Instrumen/Formulir pendataan
terlebih dahulu. Ada beberapa etika pengisian Instrumen/Formulir
pendataan yang perlu diperhatikan, yaitu sebagai berikut:
Dalam pengisian instrumen pendataan tidak boleh melenceng
dari instruksi yang ada dalam formulir pendataan.
Menuliskan sesuai dengan jawaban nara sumber/responden
Usahakan tidak memperlihatkan Instrumen/Formulir
pendataan kepada responden
Mengisi dengan alat tulis yang mudah digunakan oleh pendata
Jangan membuat kesan bahwa jawaban nara
sumber/responden sedang di tulis oleh anda, sehingga nara
sumber/responden dapat dengan leluasa menceritakan apa
yang anda tanyakan.
B. INSTRUMEN/ FORMULIR PENDATAAN
Instrumen/ formulir adalah sebuah lembar yang berisi
beberapa pertanyaan formal yang harus diisi.
Pertanyaan formal yang dimaksud dalam
formulir ini adalah pertanyaan yang
berhubungan dengan indikator dan variabel
54. Page40
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K e m i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
kemiskinan di kabupaten Kebumen
Dalam pengisian instrumen pendataan, perlu diperhatikan aturan
yang berlaku pada setiap rincian ataupun pertanyaan tertentu. Pada
dasarnya, cara pengisian rincian atau pertanyaan dapat
dikelompokkan sebagai berikut :
1. Menuliskan nama/keterangan di tempat yang tersedia kemudian
membubuhkan kode yang sesuai dengan nama/keterangan yang
dimaksud pada kotak yang tersedia
2. Memberi tanda silang ( X ) atau melingkari ( ) pada kode
jawaban.
3. Memberi tanda silang ( X ) melingkari ( ) pada kode jawaban,
kemudian menuliskan isian pada formulir.
4. Apabila ada tambahan informasi dapat menuliskan di kuesioner
atau lembar tersendiri
Instrumen/formulir pendataan sebagaimana terlampir bertujuan
untuk memperoleh keterangan/informasi mengenai data penduduk
berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan.
BLOK I : KETERANGAN ALAMAT (Diisi sesuai Kartu Keluarga)
Blok ini bertujuan untuk mengetahui lokasi rumah tangga yang
menjadi obyek pendataan
Rincian 1 dan 2 : sudah jelas
Rincian 3 s.d 5 : Kecamatan, Desa/Kelurahan dan Dusun
Tuliskan nama Kecamatan, Desa/Kelurahan dan Dusun. Pada kolom
Kecamatan dan Desa/Kelurahan, coret salah satu yang tidak perlu.
Tulis Kode untuk rincian Kecamatan dan Desa/Kelurahan pada
kolom yang tersedia. Data kode wilayah Kecamatan dan
Desa/Kelurahan terlampir.
Rincian 6 : RT/RW
Tuliskan nomor Rukun Tetangga (RT) dan Rukun Warga (RW) dengan
angka, masing-masing dua digit pada kotak yang tersedia.
Contoh untuk rumah tangga yang tinggal di RT
01/RW IV maka ditulis Rt = 01 dan RW =
04.
Rincian 7 : No. Kartu Keluarga
Tuliskan Nomor Kartu Keluarga
sebagaimana yang tercantum pada Kartu
Keluarga pada kotak yang tersedia. Jika
terdapat lebih dari satu keluarga, maka
tuliskan Nomor Kartu Keluarga Kepala Rumah Tangga.
55. Page41
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K e m i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
Rincian 8 : Klaster
Tuliskan klaster desa tersebut sesuai dengan ketentuan klaster yang
ada di Kabupaten Kebumen. Klaster terdiri dari 5, yaitu:
1. Klaster Perkotaan, meliputi Kecamatan Prembun, Kecamatan
Kutowinangun, Kecamatan Kebumen, Kecamatan Pejagoan,
Kecamatan Sruweng, Kecamatan Karanganyar, dan Kecamatan
Gombong
2. Klaster Pesisir, meliputi Kecamatan Mirit, Kecamatan Ambal,
Kecamatan Buluspesantren, Kecamatan Klirong, Kecamatan
Petanahan dan Kecamatan Puring
3. Klaster Pesisir Bergunung, meliputi Kecamatan Ayah dan
Kecamatan Buayan;
4. Klaster Pegunungan, meliputi Kecamatan Padureso, Kecamatan
Poncowarno, Kecamatan Karangsambung, Kecamatan Sadang,
Kecamatan Karanggayam, Kecamatan Sempor, Kecamatan
Rowokele dan Kecamatan Alian
5. Klaster Bonorawan, meliputi Kecamatan Bonorowo, Kecamatan
Adimulyo dan Kecamatan Kuwarasan
BLOK II : KETERANGAN SOSIAL EKONOMI ANGGOTA RUMAH
TANGGA
Blok ini ditujukan untuk mengetahui
keterangan dan kondisi Sosial dan
Ekonomi anggota rumah tangga
sebagai obyek pendataan.
Kolom (1) : Nomor Urut Anggota
Rumah Tangga
Tuliskan nomor urut anggota rumah tangga
mulai nomor 1 dari kepala rumah tangga hingga hingga nomor
terakhir untuk anggota terakhir. Banyaknya baris yang terisi
menunjukkan banyaknya jumlah anggota rumah tangga.
Kolom (2) : Nama Anggota Rumah Tangga
Tuliskan secara lengkap nama setiap anggota rumah tangga urut
mulai dari kepala rumah tangga, suami/istri, anak, menantu, cucu,
anggota rumah tangga lain dan lainnya.
Gambar 1. Kuesioner Blok I
56. Page42
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K e m i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
Anggota Rumah Tangga adalah semua orang yang biasanya tinggal
disuatu rumah tangga, baik yang berada di rumah pada waktu
pencacahan maupun sementara tidak ada (de jure). Anggota rumah
tangga yang bepergian 6 bulan atau lebih, dan anggota rumah tangga
yang bepergian kurang dari 6 bulan tetapi dengan tujuan
pindah/akan meninggalkan rumah 6 bulan atau lebih, tidak dianggap
sebagai angggota rumah tangga. Tamu yang telah tinggal di rumah
tangga selama 6 bulan atau lebih maupun kurang dari 6 bulan tetapi
berniat akan bertempat tinggal 6 bulan atau lebih, dianggap sebagai
anggota rumah tangga (de facto).
Kolom (3) : Nomor Induk Kependudukan (NIK)
Tuliskan Nomor Induk Kependudukan (NIK) pada kotak yang sudah
disediakan bagi anggota rumah tangga yang sudah memiliki NIK
sesuai dengan yang tercantum pada dokumen administrasi
kependudukan (KK/ Akte Kelahrian/ KTP)
Kolom (4) : Hubungan dengan Kepala Rumah Tangga
Isikan kode hubungan setiap anggota rumah tangga dengan kepala
rumah tangga.
Keterangan kode kolom (4) Hubungan dengan Kepala
Rumah Tangga:
1. Kepala RT
2. Istri/ Suami
3. Anak
4. Menantu
5. Cucu
6. Orang Tua/
Mertua
7. Famili Lain
8. Lainnya
Kolom (5) : Hubungan dengan Kepala Keluarga
Isikan kode hubungan setiap anggota rumah tangga dengan kepala
keluarga.
Keterangan kode kolom (5) Hubungan dengan Kepala Keluarga:
1. Kepala Keluarga
2. Istri/ Suami
3. Anak
4. Menantu
5. Cucu
6. Orang Tua/
Mertua
7. Famili Lain
8. Lainnya
Catatan: Jika terdapat lebih dari satu keluarga dalam satu rumah
tangga, maka terdapat lebih dari satu Kepala Keluarga.
Kolom (6) : Jenis Kelamin
Isikan kode 1 untuk anggota rumah tangga berjenis kelamin laki-laki
dan isikan kode 2 untuk anggota rumah tangga berjenis kelamin
perempuan.
57. Page43
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K e m i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
Kolom (7) : Bulan dan tahun lahir
Isikan bulan lahir setiap anggota rumah tangga dengan angka dua
digit pada kotak yang tersedia Isikan dua digit terakhir tahun lahir
untuk setiap anggota rumah tangga pada kotak yang tersedia.
Kolom (8) : Status Perkawinan
Isikan kode status perkawinan masing-masing anggota rumah tangga.
Keterangan kode kolom (8).
1. Belum Kawin
2. Kawin
3. Cerai Hidup
4. Cerai Mati
Keterangan:
Kawin adalah seseorang yang mempunyai istri (bagi laki-laki) atau
suami (bagi perempuan) pada saat pendataan, baik tinggal bersama
maupun terpisah, mencakup mereka yang kawin sah secara hukum
maupun agama dan adat.
Cerai hidup adalah status dari mereka yang hidup berpisah sebagai
suami istri karena bercerai dan belum kawin lagi.
Cerai mati adalah status dari mereka yang di tinggal mati oleh
suami/istrinya dan belum kawin lagi.
Kolom (9) : Kepemilikan Kartu Identitas
Isikan kode Kepemilikan Kartu Identitas masing-masing anggota
rumah tangga:
1. Tidak memiliki kartu
identitas
2. Hanya memiliki KTP
3. Hanya memiliki SIM
4. Memiliki KTP dan SIM
Kolom (10) : Status Kependudukan
Isikan kode 1 jika anggota rumah tangga adalah penduduk tetap dan
kode 2 jika anggota rumah tangga adalah penduduk pendatang.
Keterangan:
Penduduk tetap adalah penduduk yang secara administrasi
kependudukan terdaftar sebagai penduduk wilayah tersebut dengan
dibuktikan kartu identitas setempat atau administrasi lainnya.
Penduduk Pendatang adalah penduduk yang secara administrasi
kependudukan tidak terdaftar sebagai penduduk wilayah
tersebut.
Kolom (11) : Jenis Cacat
Kolom 11 ditujukan untuk mengetahui apakah
terdapat anggota rumah tangga yang menderita
cacat fisik atau mental. Isikan kode kolom (11)
pada kotak yang tersedia.
58. Page44
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K e m i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
Kode Kolom (11) Jenis Cacat:
0. Tidak cacat
1. Tuna Daksa/Cacat Tubuh
2. Tuna Netra/Buta
3. Tuna Rungu
4. Tuna Wicara
5. Tuna Rungu dan Wicara
6. Tuna Netra dan Cacat
Tubuh
7. Tuna Netra, Rungu dan Wicara
8. Tuna Rungu, Wicara dan Cacat Tubuh
9. Tuna Tungu, Wicara, Netra dan Cacat
tubuh
10.Cacat Mental Retardasi
11.Mantan Penderita Gangguan Jiwa
12.Cacat Fisik dan Mental
Tuna daksa adalah bentuk kelainan atau kecacatan pada sistem
otot, tulang, persendian dan saraf yang disebabkan oleh penyakit,
virus, dan kecelakaan baik yang terjadi sebelum lahir, saat lahir dan
sesudah kelahiran.
Cacat Mental Retardasi atau yang biasa disebut keterbelakangan
mental adalah keadaan dengan tingkat kecerdasan di bawah rata-rata
atau kurangnya kemampuan mental dan keterampilan yang
diperlukan dalam menjalankan kehidupannya sehari-hari.
Cacat Fisik dan Mental adalah keadaan seseorang yang
menyandang dua jenis kecacatan sekaligus, yaitu kecacatan yang
mengakibatkan gangguan pada fungsi tubuh, antara lain gerak
tubuh, penglihatan, pendengaran, dan kemampuan bicara dan
kelainan mental dan/atau tingkah laku, baik cacat bawaan maupun
akibat dari penyakit.
Kolom (12) : Penyakit Kronis/ Menahun
Kolom 12 ditujukan untuk mengetahui
apakah terdapat anggota keluarga yang
menderita penyakit kronis/menahun.
Isikan kode yang sesuai dengan kondisi
masing-masing anggota keluarga pada kotak yang tersedia.
Kode kolom (12) Penyakit Kronis/ Menahun:
1. Tidak ada
2. Hipertensi (tekanan darah
tinggi)
3. Rematik
4. Asthma
5. Masalah Jantung
6. Tuberculosis (TBC)
7. Stroke
8. Kanker atau Tumor Ganas
9. Lainnya (gagal ginjal, paru-paru,
flek, HIV dll)
10. Diabetes (kencing manis)
Kolom (13) : Pendidikan dalam KK
Isikan kode tingkat pendidikan masing-masing anggota rumah tangga
sebagaimana yang tercantum dalam Kartu Keluarga
Kode Kolom (13) Pendidikan dalam KK.
0. Tidak/Belum Sekolah
1. Tidak Tamat
SD/Sederajat
5. Diploma I/ II
6. Akademi/ Diploma III/ Sarjana
Muda