SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  20
KELOMPOK 4
Arif Rahman Al Habsyi
Likha Uswatun
Novia Sari
Yuyun Yulianingsih
Glaukoma merupakan gangguan penglihatan yang disebabkan
oleh meningkatnya tekanan bola mata. Meningkatnya tekanan di
dalam bola mata ini disebabkan oleh ketidakseimbangan antara
produksi cairan dan pembuangan cairan dalam bola mata dan
tekanan yang tinggi dallam bola mata bisa merusak jaringan-
jaringan saraf halus yang ada di retina dan di belakang bola
mata.
Sekitar 90% glukoma primer terjadi pada orang dengan sudut terbuka.
Penyebab utama glukoma sudut terbuka kronis merupakan proses degeneratif
pada jaringan trabekular sehingga terjadi penurunan aliran humor aquous.
Hipertensi, penyakit kardiovaskular, diabetes dan obesitas berhubungan
dengan perkembangan glukoma. Peningkatan tekanan intraokular juga terjadi
karena uveitis (inflamasi pada uvea, struktur penyaring). Penekanan akibat
tumor yang tumbuh cepat dan penggunan kortikosteroid topikal kronis juga
dapat menghasilkan manifestasi glukosa sudut terbuka. Penyebab glukoma
tekanan rendah atau mengapa saraf optik rusak walaupun tekanan intraokular
normal (antara 12 dan 21 mmHg) tidak diketahui.
 Tekanan mata normal adalah antara 12 sampai 21 mmHg dengan rata-
rata adalah 15,5 mmHg. Tekanan diatas 21 dianggap tidak normal. Pada
glukoma yang kronis, tekanan intraokuler naik dengan derajat sedang
sekita 22-40 mmHg, sementara pada glukoma akut, biasanya lebih dari 40
mmHg. Meskipun begitu, kerusakan dapat terjadi pada tekanan yang
bervariasi antar individu. Namun, yang dsangat penting diketahui bahwa
tanpa penatalaksanaan yang adekuat, dalam 12 sampai 24 jam, dapat
terjadi kebukaan per 2 sampai 5 hari
 Efek peningkatan tekanan intraokular ditemukan pada sesuai bentuk
glukosa yang manifestasinya dipengaruhi perjalanan tekanan intraokuler
 Penurunan penglihatan pada glukoma terutama disebabkan atrofi sel
ganglion difusi yang menyebabkan penipisan lapisan saraf-saraf dan inti
bagian dalam retina dan berkurangnya akses di saraf optikus. Diskus
optikus menjadi atrofik, disertai pembesaran cekungan optiku. Iris dan
korpus siliaris juga menjadi atrofik dan prosesus siliaris memperlihatkan
degeneratif hialin
 Pada glucoma sudut terbuka akut, tekanan intraokuler dapat mencapai
60-80 mmHg sehingga terjadi kerusakan iskemik pada iris yag disertai
edema kornea.
Penyakit mata lain
(Trauma, uveltis)
Kelainan anatomis, kegagalan
perkembangan organ mata
Glukoma sudut terbuka
(Obstruksi aliran aqueus
humor) dan glaucoma sudut
tertutup ( aqueus humor
terganggu)Penyempitan sudut
mata/obstruksi aliran
drainage aqueus humor
Gangguan aliran drainase
Nyeri mata di kepala Peningkatan tekanan intra
okulet (TIO)
Bola mata terlihat menonjol
Tekanan pada saraf vagus Tekanan pembuluh darah
diretina
Tekanan pada sel ganglion
dan saraf optik
Mual muntah
Gangguan citra tubuh
Ketidakseimbangan
nutrusi kurang dari
kebutuhan tubuh
Suplai O2 kemata Kerusakan retina, gangguan
fungsi penglihatan
Nyeri
Iskemik
Penurunan fungsi
penglihatan, penurunan
lapang pandang, fotofobia
Resiko cidera
Resiko retinopati (kebutaan)
Gangguan persepsi
Kebutaan
Apabila terjadi peningkatan tekanan intraokuler
akan timbul penggaungan dan degenerasi saraf
optikus yang dapat disebabkan oleh beberapa
faktor
 Gangguan perdarahan pada papil
 Tekanan intra okuler yang tinggi secara
mekanik menekan papil saraf optik yang
merupakan tempat dengan daya tahan paling
lemah pada bola mata
 Sampai saat ini, patofisiologi sesungguhnya
dari kelainan ini masih belum jelas
 Kelainan lapang pandang pada glaukoma
Berdasarkan penyebabnya, glaukoma dibedakan dalam :
 Glaukoma Primer dan sekunder mengacu pada apakah
penyakit terjadi sendiri atau disebabkan gangguan lain
 Glaukoma akut dan kronis dimaksudkan onset dan durasi
penyakit
 Glaukoma terbuka (sudut lebar) dan tertutup (sudut sempit)
digunakan untuk mendeskripsikan lebar sudut antara iris dan
kornea sudut kamera okuli anterior yang sempit secara
anatomis menjadi predisposisi untuk mengalami onset akut
glukoma sudut tertutup
 Nyeri pada mata dan sekitarnya (orbita, kepala, gigi,
telinga)
 Pandangan kabut, melihat halo sekitar lampu
 Mual, muntah, berkeringat
 Mata merah, hiperemia konjungtiva, dan siliar
 Visus menurun
 Edema kornea
 Bilik mata depan dangkal (mungkin tidak ditemui pada
glaukoma sudut terbuka)
 Pupil lebar lonjong, tidak ada refleks terhadap cahaya
 TIO meningkat
 Oftalmoskopi
 Tonometri
 perimetri
 Pemeriksaan Ultrasonotrapi
Pengobatan dilakukan dengan prinsip menurunkan TIO
(Tekanan Intra Okuler), membuka sudut yang tertutup (
pada glaukoma sudut tertutup), melakukan tindakan
suportif (mengurangi nyeri, mual, muntah, serta
mengurangi radang), mencegah adanya sudut tertutup
ulang serta mencegah gangguan pada mata yang baik
(sebelahnya).
1. Riwayat
a. Riwayat okular
• Tanda peningkatan TIO: nyeri tumpul, mual, muntah,
pandangan kabur.
• Pernah mengalami infeksi: uveitis, trauma, pembedahan.
b. Riwayat kesehatan
• Menderita diabetes melitus, hipertensi, penyakit kardiovaskular,
gangguan tiroid.
• Keluarga menderita glaukoma
• Penggunaan obat kortikosteroid jangka lama: topikal/sistemik
• Penggunaan antidepresan trisklik, antihistamin, fenotiazine
c. Psikososial
kemampuan aktivitas, gangguan membaca, risiko jatuh,
berkendaraan
d. Pengkajian umum
• Usia
• Gejala penyakit sistemik: diabetes melitus,
hipertensi, gangguan kardiovaskular, hiperteroid.
• Gejala gastrointestinal: mual, muntah
e. Pengkajian khusus mata
• Pengukuran TIO dengan tonometer (TIO >
23mmHg)
• Nyeri tumpul orbita.
• Perimetri: menunjukan penurunan luas lapang
pandang.
• Kemerahan (hiperemia mata)
• Gonioskopi menunjukan sudut mata tertutup atau
terbuka.
 Penurunan persepsi sensori: penglihatan yang
berhuungan dengan penurunan tajam penglihatan
dan kejelasan penglihatan.
 Nyeri yang berhubungan dengan peningkatan
tekanan intraokular.
 Resiko cidera yang berhubungan dengan
peningkatan TIO, perdarahan, kehilangan viterus.
 Gangguan perawatan diri yang berhubungan dengan
penurunan penglihatan, pembatasan aktifitas pasca
operasi.
 Penurunan persepsi sensori: penglihatan yang
berhubungan dengan penurunan tajam penglihatan dan
kejelasan penglihatan.
Intervensi Rasional
Kaji ketajaman penglihatan klien Mengidentifikasi kemampuan
visual klien
Dekati klien dari sisi yang sehat Memberikan rangsang sensori,
mengurangi rasa isolasi/terasering
Identifikasi alternatif untuk
optimalisasi sumber rangsangan
Memberikan keakuratan
penglihatan dan perawatannya
Sesuaikan lingkungan untuk
optimalisasi penglihatan
Meningkatkan kemampuan
persepsi sensori
Anjurkan penggunaan alternatif
rangsang lingkungan yang dapat
diterima: auditorik, taktil
Meningkatkan kemampuan respons
terhadap stimulus lingkungan
 Nyeri yang berhubungan dengan peningkatan
tekanan intraokular.
Intervensi Rasional
Kaji derajat nyeri setiap hari atau
sesering mungkin jika diperlukan
Nyeri glukoma umumnya sangat
parah terutama pada glukoma
sudut tertutup
Terangkan penyebab nyeri dan
faktor/tindakan yang dapat
memicu nyeri
Penyebab munculnya nyeri adalah
peningkatan tekanan intraokular,
yang dapat meningkat akibat
dipicu oleh: mengejan, batuk, dll.
Anjurkan klien untuk menghindari
perilaku yang dapat memprovokasi
nyeri
Untuk mencegah peningkatan TIO
lebih lanjut
Kolaborasi pemberian obat
analgesik
Analgesik berfungsi untuk
meningkatkan ambang nyeri
Anjurkan tindakan distraksi dan
relaksasi pada klien
Untuk menurunkan sensasi nyeri
dan memblokir sensasi nyeri
menuju otak
 Resiko cidera yang berhubungan dengan peningkatan TIO, perdarahan,
kehilangan viterus.
Intervensi Rasional
Diskusikan tentang rasa sakit,
pembatasan aktivitas dan pembalutan
mata
Meningkatkan kerjasama dan
pembatasan yang diperlukan
Tempatkan klien pada tempat tidur
yang lebih rendah dan anjurkan untuk
membatasi pergerakan mendadak/
tiba-tiba serta menggerakkan kepala
berlebih
Istirahat mutlak diberikan 12-24 jam
pascaoperasi
Bantu aktivitas selama fase istirahat.
Ambulasi dilakukan dengan hati-hati
Mencegah/menurunkan risiko
komplikasi cedera
Ajarkan klien untuk menghindari
tindakan yang dapat menyebabkan
cidera
Tindakan yang dapat meningkatkan
TIO dan menimbulkan kerusakan
struktur mata pasca operasi antara lain:
mengejan, menggerakkan kepala,
membungkuk terlalu lama, batuk
Amati kondisi mata: luka menonjol,
nyeri mendadak, mual muntah
Berbagai kondisi seperi luka menonjol,
nyeri mendadak, dll.
 Gangguan perawatan diri yang berhubungan dengan
penurunan penglihatan, pembatasan aktifitas pasca
operasi.
Intervensi Rasional
Terangkan pentingnya perawatan diri
dan pembatasan aktivitas selama fase
pascaoperasi
Klien dianjurkan untuk istirahat
ditempat tidur pada 2-3 jam pertama
pascaoperasi atau 12 jam jika ada
komplikasi. Selama fase ini, bantuan
total diperlukan bagi klien
Bantu klien untuk memenuhi
kebutuhan perawatan diri
Memenuhi kebutuhan perawatan diri
Secara bertahap, libatkan klien dalam
memenuhi kebutuhan diri
Pelibatan klien dalam aktivitas
perawatan dirinya dilakukan
bertahap dengan berpedoman pada
prinsip bahwa aktivitas tersebut tidak
memprovokasi peningkatan TIO dan
menyebabkan cidera mata
 Tamsuri Anas. 2010. Klien Gangguan Mata dan
Penglihatan: Keperawatan Medikal-Bedah.
Jakarta: EGC.
 Nanda. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa dan Nanda Nic-Noc
Edisi Revisi Jilid 2. Jogjakarta: Mediaction
 Syaifuddin,Drs.H. 2006. Anatomi Fisiologi
Untuk Mahasiswa Keperawatan Edisi 3.
Jakarta: EGC.
Syukron Katsiran Ziddan 

Contenu connexe

Tendances

Katarak dr. lk
Katarak dr. lkKatarak dr. lk
Katarak dr. lk
materi-x2
 
Anatomi fisiologi mata dr.Adhita Dwi A
Anatomi fisiologi mata dr.Adhita Dwi AAnatomi fisiologi mata dr.Adhita Dwi A
Anatomi fisiologi mata dr.Adhita Dwi A
Adhita Dwi Aryanti
 

Tendances (20)

Askep glukoma
Askep glukomaAskep glukoma
Askep glukoma
 
Kelainan Refraksi
Kelainan RefraksiKelainan Refraksi
Kelainan Refraksi
 
Glaukoma
Glaukoma Glaukoma
Glaukoma
 
Vertigo
VertigoVertigo
Vertigo
 
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Penglihatan (Katarak)
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan  Gangguan Penglihatan (Katarak)Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan  Gangguan Penglihatan (Katarak)
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Penglihatan (Katarak)
 
Miopi
Miopi Miopi
Miopi
 
Anatomi mata
Anatomi mataAnatomi mata
Anatomi mata
 
Kelainan Refraksi dan Lasik
Kelainan Refraksi dan LasikKelainan Refraksi dan Lasik
Kelainan Refraksi dan Lasik
 
Katarak dr. lk
Katarak dr. lkKatarak dr. lk
Katarak dr. lk
 
Referat Endophtalmitis
Referat EndophtalmitisReferat Endophtalmitis
Referat Endophtalmitis
 
Soal mata
Soal mataSoal mata
Soal mata
 
Amblyopia DNP
Amblyopia DNP Amblyopia DNP
Amblyopia DNP
 
Pembedahan pada mata
Pembedahan pada mataPembedahan pada mata
Pembedahan pada mata
 
Ulkus kornea
Ulkus korneaUlkus kornea
Ulkus kornea
 
Lp vertigo
Lp vertigoLp vertigo
Lp vertigo
 
Kaspan katarak senilis imatur
Kaspan   katarak senilis imaturKaspan   katarak senilis imatur
Kaspan katarak senilis imatur
 
Penyakit alzheimer
Penyakit alzheimerPenyakit alzheimer
Penyakit alzheimer
 
PEDIATRIC ASSESSMENT TRIANGLE.pptx
PEDIATRIC ASSESSMENT TRIANGLE.pptxPEDIATRIC ASSESSMENT TRIANGLE.pptx
PEDIATRIC ASSESSMENT TRIANGLE.pptx
 
Anatomi fisiologi mata dr.Adhita Dwi A
Anatomi fisiologi mata dr.Adhita Dwi AAnatomi fisiologi mata dr.Adhita Dwi A
Anatomi fisiologi mata dr.Adhita Dwi A
 
ototoksik
ototoksikototoksik
ototoksik
 

En vedette

En vedette (20)

Luka Bakar
Luka BakarLuka Bakar
Luka Bakar
 
Pendelegasian Dalam Keperawatan
Pendelegasian Dalam KeperawatanPendelegasian Dalam Keperawatan
Pendelegasian Dalam Keperawatan
 
Asuhan Keperawatan pada Perdarahan Kehamilan Muda
Asuhan Keperawatan pada Perdarahan Kehamilan MudaAsuhan Keperawatan pada Perdarahan Kehamilan Muda
Asuhan Keperawatan pada Perdarahan Kehamilan Muda
 
Negosiaisi Dalam Keperawatan
Negosiaisi Dalam KeperawatanNegosiaisi Dalam Keperawatan
Negosiaisi Dalam Keperawatan
 
Persalinan Normal
Persalinan NormalPersalinan Normal
Persalinan Normal
 
Konflik Management Keperawatan
Konflik Management KeperawatanKonflik Management Keperawatan
Konflik Management Keperawatan
 
Asuhan Keperawatan Pada Wanita Hamil Trimester I-III
Asuhan Keperawatan Pada Wanita Hamil Trimester I-IIIAsuhan Keperawatan Pada Wanita Hamil Trimester I-III
Asuhan Keperawatan Pada Wanita Hamil Trimester I-III
 
Konsep Dasar Manajement Keperawatan
Konsep Dasar Manajement KeperawatanKonsep Dasar Manajement Keperawatan
Konsep Dasar Manajement Keperawatan
 
Operan (timbang terima) Management Keperawatan
Operan (timbang terima) Management KeperawatanOperan (timbang terima) Management Keperawatan
Operan (timbang terima) Management Keperawatan
 
Carib studies religion and the justice system ppt
Carib studies religion and the justice system pptCarib studies religion and the justice system ppt
Carib studies religion and the justice system ppt
 
OMA OMSK
OMA OMSKOMA OMSK
OMA OMSK
 
Glaukoma
GlaukomaGlaukoma
Glaukoma
 
Anfis Payudara
Anfis PayudaraAnfis Payudara
Anfis Payudara
 
Perspektif Keperawatan Maternitas
Perspektif Keperawatan MaternitasPerspektif Keperawatan Maternitas
Perspektif Keperawatan Maternitas
 
Asuhan Keperawatan pada Pasien Post Partum Normal atas Indikasi Ketuban Pecah...
Asuhan Keperawatan pada Pasien Post Partum Normal atas Indikasi Ketuban Pecah...Asuhan Keperawatan pada Pasien Post Partum Normal atas Indikasi Ketuban Pecah...
Asuhan Keperawatan pada Pasien Post Partum Normal atas Indikasi Ketuban Pecah...
 
Konsep Dasar Sectio Caesarea
Konsep Dasar Sectio CaesareaKonsep Dasar Sectio Caesarea
Konsep Dasar Sectio Caesarea
 
Anatomi Perkemihan
Anatomi Perkemihan Anatomi Perkemihan
Anatomi Perkemihan
 
Anatomi Sistem Reproduksi Pria
Anatomi Sistem Reproduksi PriaAnatomi Sistem Reproduksi Pria
Anatomi Sistem Reproduksi Pria
 
Katarak
KatarakKatarak
Katarak
 
Katarak
KatarakKatarak
Katarak
 

Similaire à Glaukoma

ujian glaukoma ppt tahun 2018:2019 atasnama Rahma noora
ujian glaukoma ppt tahun 2018:2019 atasnama Rahma nooraujian glaukoma ppt tahun 2018:2019 atasnama Rahma noora
ujian glaukoma ppt tahun 2018:2019 atasnama Rahma noora
RFFooraa
 
424603177-Diabetic-Foot.pptx
424603177-Diabetic-Foot.pptx424603177-Diabetic-Foot.pptx
424603177-Diabetic-Foot.pptx
redhabiby
 
Presentasi lapkas3 dakriosistitis
Presentasi lapkas3 dakriosistitisPresentasi lapkas3 dakriosistitis
Presentasi lapkas3 dakriosistitis
Dhila Fadhila
 
Warta diabet september 2013
Warta diabet september 2013Warta diabet september 2013
Warta diabet september 2013
Maria Vita
 

Similaire à Glaukoma (20)

Askep glaukoma.pptx
Askep glaukoma.pptxAskep glaukoma.pptx
Askep glaukoma.pptx
 
Glaukoma
GlaukomaGlaukoma
Glaukoma
 
Glaukoma AKPER PEMKAB MUNA
Glaukoma AKPER PEMKAB MUNA Glaukoma AKPER PEMKAB MUNA
Glaukoma AKPER PEMKAB MUNA
 
Glaukoma cidera
Glaukoma cideraGlaukoma cidera
Glaukoma cidera
 
Glukoma
GlukomaGlukoma
Glukoma
 
Bab i mte
Bab i mte Bab i mte
Bab i mte
 
106227936 low-tension-glaucoma
106227936 low-tension-glaucoma106227936 low-tension-glaucoma
106227936 low-tension-glaucoma
 
AFIYAH INGGRET (LAPORAN PRAKERIN).pptx
AFIYAH INGGRET (LAPORAN PRAKERIN).pptxAFIYAH INGGRET (LAPORAN PRAKERIN).pptx
AFIYAH INGGRET (LAPORAN PRAKERIN).pptx
 
Referat_Glaukoma Sudut Tertutup_Ida wahyuni.pptx
Referat_Glaukoma Sudut Tertutup_Ida wahyuni.pptxReferat_Glaukoma Sudut Tertutup_Ida wahyuni.pptx
Referat_Glaukoma Sudut Tertutup_Ida wahyuni.pptx
 
8.-Askep-tiroid.pptx
8.-Askep-tiroid.pptx8.-Askep-tiroid.pptx
8.-Askep-tiroid.pptx
 
CR Glaukoma Simpleks.pptx
CR Glaukoma Simpleks.pptxCR Glaukoma Simpleks.pptx
CR Glaukoma Simpleks.pptx
 
ujian glaukoma ppt tahun 2018:2019 atasnama Rahma noora
ujian glaukoma ppt tahun 2018:2019 atasnama Rahma nooraujian glaukoma ppt tahun 2018:2019 atasnama Rahma noora
ujian glaukoma ppt tahun 2018:2019 atasnama Rahma noora
 
MAKALAH PEMERIKSAAN FISIK PERSEPSI SENSORIK KATARAK.pdf
MAKALAH PEMERIKSAAN FISIK PERSEPSI SENSORIK KATARAK.pdfMAKALAH PEMERIKSAAN FISIK PERSEPSI SENSORIK KATARAK.pdf
MAKALAH PEMERIKSAAN FISIK PERSEPSI SENSORIK KATARAK.pdf
 
424603177-Diabetic-Foot.pptx
424603177-Diabetic-Foot.pptx424603177-Diabetic-Foot.pptx
424603177-Diabetic-Foot.pptx
 
Presentasi lapkas3 dakriosistitis
Presentasi lapkas3 dakriosistitisPresentasi lapkas3 dakriosistitis
Presentasi lapkas3 dakriosistitis
 
Presentasi WGW. 2023.pptx
Presentasi WGW. 2023.pptxPresentasi WGW. 2023.pptx
Presentasi WGW. 2023.pptx
 
Dr. srinagar :-seminar glaukoma utk awam-
Dr. srinagar :-seminar glaukoma utk awam-Dr. srinagar :-seminar glaukoma utk awam-
Dr. srinagar :-seminar glaukoma utk awam-
 
Asuhan keperawatan trauma mata
Asuhan keperawatan trauma mataAsuhan keperawatan trauma mata
Asuhan keperawatan trauma mata
 
Warta diabet september 2013
Warta diabet september 2013Warta diabet september 2013
Warta diabet september 2013
 
Bab 1
Bab 1Bab 1
Bab 1
 

Plus de Fransiska Oktafiani

Plus de Fransiska Oktafiani (20)

Satuan acara penyuluhan dan leaflet diare pada anak
Satuan acara penyuluhan dan leaflet diare pada anakSatuan acara penyuluhan dan leaflet diare pada anak
Satuan acara penyuluhan dan leaflet diare pada anak
 
Format asuhan keperawatan anak 2018
Format asuhan keperawatan anak 2018Format asuhan keperawatan anak 2018
Format asuhan keperawatan anak 2018
 
Patofisiologi diare pada anak
Patofisiologi diare pada anakPatofisiologi diare pada anak
Patofisiologi diare pada anak
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK USIA 17 BULAN (TODDLER) DENGAN DIARE
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK USIA 17 BULAN (TODDLER) DENGAN DIARE ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK USIA 17 BULAN (TODDLER) DENGAN DIARE
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK USIA 17 BULAN (TODDLER) DENGAN DIARE
 
Proposal Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan pada Anak Todler dengan Diare
Proposal Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan pada Anak Todler dengan DiareProposal Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan pada Anak Todler dengan Diare
Proposal Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan pada Anak Todler dengan Diare
 
Buku Panduan Karya Tulis Ilmiah Berbasis Studi Kasus 2018
Buku Panduan Karya Tulis Ilmiah Berbasis Studi Kasus 2018Buku Panduan Karya Tulis Ilmiah Berbasis Studi Kasus 2018
Buku Panduan Karya Tulis Ilmiah Berbasis Studi Kasus 2018
 
Sejarah Obat Herbal Indonesia
Sejarah Obat Herbal IndonesiaSejarah Obat Herbal Indonesia
Sejarah Obat Herbal Indonesia
 
DIAGNOSTIK INVASIF DAN INTERVENSI NON BEDAH
DIAGNOSTIK INVASIF DAN INTERVENSI NON BEDAHDIAGNOSTIK INVASIF DAN INTERVENSI NON BEDAH
DIAGNOSTIK INVASIF DAN INTERVENSI NON BEDAH
 
Drugs And Defibrillation
Drugs And DefibrillationDrugs And Defibrillation
Drugs And Defibrillation
 
Sindroma Koroner Akut
Sindroma Koroner AkutSindroma Koroner Akut
Sindroma Koroner Akut
 
Defibrillation || DC (Dirrect Current) Shock
Defibrillation || DC (Dirrect Current) ShockDefibrillation || DC (Dirrect Current) Shock
Defibrillation || DC (Dirrect Current) Shock
 
Ambulans Keperawatan
Ambulans KeperawatanAmbulans Keperawatan
Ambulans Keperawatan
 
Cardiopulmonary Resuscitation (CPR) atau Resusitasi Jantung Paru-paru
Cardiopulmonary Resuscitation (CPR) atau Resusitasi Jantung Paru-paruCardiopulmonary Resuscitation (CPR) atau Resusitasi Jantung Paru-paru
Cardiopulmonary Resuscitation (CPR) atau Resusitasi Jantung Paru-paru
 
Diagnosis & Penanganan Syok
Diagnosis & Penanganan SyokDiagnosis & Penanganan Syok
Diagnosis & Penanganan Syok
 
proses keperawatan jiwa 2017
proses keperawatan jiwa 2017proses keperawatan jiwa 2017
proses keperawatan jiwa 2017
 
konsep dasar karya tulis ilmiah
konsep dasar karya tulis ilmiahkonsep dasar karya tulis ilmiah
konsep dasar karya tulis ilmiah
 
Konsep keperawatan keluarga 2017
Konsep keperawatan keluarga 2017Konsep keperawatan keluarga 2017
Konsep keperawatan keluarga 2017
 
penyajian data hasil karya tulis ilmiah
 penyajian data hasil karya tulis ilmiah  penyajian data hasil karya tulis ilmiah
penyajian data hasil karya tulis ilmiah
 
Skenario penyegaran kader
Skenario penyegaran kaderSkenario penyegaran kader
Skenario penyegaran kader
 
Bagian inti BABI KTI
Bagian inti BABI KTIBagian inti BABI KTI
Bagian inti BABI KTI
 

Dernier

IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONALIMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
BagasTriNugroho5
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
andi861789
 
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptxKETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
Zuheri
 
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptSISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
Acephasan2
 
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakatKONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
Zuheri
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
NezaPurna
 
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
nadyahermawan
 
Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...
Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...
Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...
AGHNIA17
 
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptxDAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
kemenaghajids83
 

Dernier (20)

PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUNPPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
 
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONALIMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
 
FRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptx
FRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptxFRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptx
FRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptx
 
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdfPentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
 
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggiHigh Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
 
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptxStatistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
 
4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf
4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf
4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf
 
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptxKETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
 
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptSISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
 
power point kesehatan reproduksi pria dan wanita
power point kesehatan reproduksi pria dan wanitapower point kesehatan reproduksi pria dan wanita
power point kesehatan reproduksi pria dan wanita
 
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakatKONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
 
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
 
Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...
Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...
Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...
 
KOHORT balita 2015 DI PUSKESMAS HARUS DIBUAT.pdf
KOHORT balita 2015 DI PUSKESMAS HARUS DIBUAT.pdfKOHORT balita 2015 DI PUSKESMAS HARUS DIBUAT.pdf
KOHORT balita 2015 DI PUSKESMAS HARUS DIBUAT.pdf
 
Jenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdf
Jenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdfJenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdf
Jenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdf
 
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptxDAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
 
Farmakologi Pengelolaan Obat Homecare_pptx
Farmakologi Pengelolaan Obat Homecare_pptxFarmakologi Pengelolaan Obat Homecare_pptx
Farmakologi Pengelolaan Obat Homecare_pptx
 
Logic Model perencanaan dan evaluasi kesehatan
Logic Model perencanaan dan evaluasi kesehatanLogic Model perencanaan dan evaluasi kesehatan
Logic Model perencanaan dan evaluasi kesehatan
 

Glaukoma

  • 1. KELOMPOK 4 Arif Rahman Al Habsyi Likha Uswatun Novia Sari Yuyun Yulianingsih
  • 2. Glaukoma merupakan gangguan penglihatan yang disebabkan oleh meningkatnya tekanan bola mata. Meningkatnya tekanan di dalam bola mata ini disebabkan oleh ketidakseimbangan antara produksi cairan dan pembuangan cairan dalam bola mata dan tekanan yang tinggi dallam bola mata bisa merusak jaringan- jaringan saraf halus yang ada di retina dan di belakang bola mata.
  • 3.
  • 4. Sekitar 90% glukoma primer terjadi pada orang dengan sudut terbuka. Penyebab utama glukoma sudut terbuka kronis merupakan proses degeneratif pada jaringan trabekular sehingga terjadi penurunan aliran humor aquous. Hipertensi, penyakit kardiovaskular, diabetes dan obesitas berhubungan dengan perkembangan glukoma. Peningkatan tekanan intraokular juga terjadi karena uveitis (inflamasi pada uvea, struktur penyaring). Penekanan akibat tumor yang tumbuh cepat dan penggunan kortikosteroid topikal kronis juga dapat menghasilkan manifestasi glukosa sudut terbuka. Penyebab glukoma tekanan rendah atau mengapa saraf optik rusak walaupun tekanan intraokular normal (antara 12 dan 21 mmHg) tidak diketahui.
  • 5.  Tekanan mata normal adalah antara 12 sampai 21 mmHg dengan rata- rata adalah 15,5 mmHg. Tekanan diatas 21 dianggap tidak normal. Pada glukoma yang kronis, tekanan intraokuler naik dengan derajat sedang sekita 22-40 mmHg, sementara pada glukoma akut, biasanya lebih dari 40 mmHg. Meskipun begitu, kerusakan dapat terjadi pada tekanan yang bervariasi antar individu. Namun, yang dsangat penting diketahui bahwa tanpa penatalaksanaan yang adekuat, dalam 12 sampai 24 jam, dapat terjadi kebukaan per 2 sampai 5 hari  Efek peningkatan tekanan intraokular ditemukan pada sesuai bentuk glukosa yang manifestasinya dipengaruhi perjalanan tekanan intraokuler  Penurunan penglihatan pada glukoma terutama disebabkan atrofi sel ganglion difusi yang menyebabkan penipisan lapisan saraf-saraf dan inti bagian dalam retina dan berkurangnya akses di saraf optikus. Diskus optikus menjadi atrofik, disertai pembesaran cekungan optiku. Iris dan korpus siliaris juga menjadi atrofik dan prosesus siliaris memperlihatkan degeneratif hialin  Pada glucoma sudut terbuka akut, tekanan intraokuler dapat mencapai 60-80 mmHg sehingga terjadi kerusakan iskemik pada iris yag disertai edema kornea.
  • 6. Penyakit mata lain (Trauma, uveltis) Kelainan anatomis, kegagalan perkembangan organ mata Glukoma sudut terbuka (Obstruksi aliran aqueus humor) dan glaucoma sudut tertutup ( aqueus humor terganggu)Penyempitan sudut mata/obstruksi aliran drainage aqueus humor Gangguan aliran drainase Nyeri mata di kepala Peningkatan tekanan intra okulet (TIO) Bola mata terlihat menonjol Tekanan pada saraf vagus Tekanan pembuluh darah diretina Tekanan pada sel ganglion dan saraf optik Mual muntah Gangguan citra tubuh Ketidakseimbangan nutrusi kurang dari kebutuhan tubuh Suplai O2 kemata Kerusakan retina, gangguan fungsi penglihatan Nyeri Iskemik Penurunan fungsi penglihatan, penurunan lapang pandang, fotofobia Resiko cidera Resiko retinopati (kebutaan) Gangguan persepsi Kebutaan
  • 7. Apabila terjadi peningkatan tekanan intraokuler akan timbul penggaungan dan degenerasi saraf optikus yang dapat disebabkan oleh beberapa faktor  Gangguan perdarahan pada papil  Tekanan intra okuler yang tinggi secara mekanik menekan papil saraf optik yang merupakan tempat dengan daya tahan paling lemah pada bola mata  Sampai saat ini, patofisiologi sesungguhnya dari kelainan ini masih belum jelas  Kelainan lapang pandang pada glaukoma
  • 8. Berdasarkan penyebabnya, glaukoma dibedakan dalam :  Glaukoma Primer dan sekunder mengacu pada apakah penyakit terjadi sendiri atau disebabkan gangguan lain  Glaukoma akut dan kronis dimaksudkan onset dan durasi penyakit  Glaukoma terbuka (sudut lebar) dan tertutup (sudut sempit) digunakan untuk mendeskripsikan lebar sudut antara iris dan kornea sudut kamera okuli anterior yang sempit secara anatomis menjadi predisposisi untuk mengalami onset akut glukoma sudut tertutup
  • 9.  Nyeri pada mata dan sekitarnya (orbita, kepala, gigi, telinga)  Pandangan kabut, melihat halo sekitar lampu  Mual, muntah, berkeringat  Mata merah, hiperemia konjungtiva, dan siliar  Visus menurun  Edema kornea  Bilik mata depan dangkal (mungkin tidak ditemui pada glaukoma sudut terbuka)  Pupil lebar lonjong, tidak ada refleks terhadap cahaya  TIO meningkat
  • 10.  Oftalmoskopi  Tonometri  perimetri  Pemeriksaan Ultrasonotrapi
  • 11. Pengobatan dilakukan dengan prinsip menurunkan TIO (Tekanan Intra Okuler), membuka sudut yang tertutup ( pada glaukoma sudut tertutup), melakukan tindakan suportif (mengurangi nyeri, mual, muntah, serta mengurangi radang), mencegah adanya sudut tertutup ulang serta mencegah gangguan pada mata yang baik (sebelahnya).
  • 12. 1. Riwayat a. Riwayat okular • Tanda peningkatan TIO: nyeri tumpul, mual, muntah, pandangan kabur. • Pernah mengalami infeksi: uveitis, trauma, pembedahan. b. Riwayat kesehatan • Menderita diabetes melitus, hipertensi, penyakit kardiovaskular, gangguan tiroid. • Keluarga menderita glaukoma • Penggunaan obat kortikosteroid jangka lama: topikal/sistemik • Penggunaan antidepresan trisklik, antihistamin, fenotiazine c. Psikososial kemampuan aktivitas, gangguan membaca, risiko jatuh, berkendaraan
  • 13. d. Pengkajian umum • Usia • Gejala penyakit sistemik: diabetes melitus, hipertensi, gangguan kardiovaskular, hiperteroid. • Gejala gastrointestinal: mual, muntah e. Pengkajian khusus mata • Pengukuran TIO dengan tonometer (TIO > 23mmHg) • Nyeri tumpul orbita. • Perimetri: menunjukan penurunan luas lapang pandang. • Kemerahan (hiperemia mata) • Gonioskopi menunjukan sudut mata tertutup atau terbuka.
  • 14.  Penurunan persepsi sensori: penglihatan yang berhuungan dengan penurunan tajam penglihatan dan kejelasan penglihatan.  Nyeri yang berhubungan dengan peningkatan tekanan intraokular.  Resiko cidera yang berhubungan dengan peningkatan TIO, perdarahan, kehilangan viterus.  Gangguan perawatan diri yang berhubungan dengan penurunan penglihatan, pembatasan aktifitas pasca operasi.
  • 15.  Penurunan persepsi sensori: penglihatan yang berhubungan dengan penurunan tajam penglihatan dan kejelasan penglihatan. Intervensi Rasional Kaji ketajaman penglihatan klien Mengidentifikasi kemampuan visual klien Dekati klien dari sisi yang sehat Memberikan rangsang sensori, mengurangi rasa isolasi/terasering Identifikasi alternatif untuk optimalisasi sumber rangsangan Memberikan keakuratan penglihatan dan perawatannya Sesuaikan lingkungan untuk optimalisasi penglihatan Meningkatkan kemampuan persepsi sensori Anjurkan penggunaan alternatif rangsang lingkungan yang dapat diterima: auditorik, taktil Meningkatkan kemampuan respons terhadap stimulus lingkungan
  • 16.  Nyeri yang berhubungan dengan peningkatan tekanan intraokular. Intervensi Rasional Kaji derajat nyeri setiap hari atau sesering mungkin jika diperlukan Nyeri glukoma umumnya sangat parah terutama pada glukoma sudut tertutup Terangkan penyebab nyeri dan faktor/tindakan yang dapat memicu nyeri Penyebab munculnya nyeri adalah peningkatan tekanan intraokular, yang dapat meningkat akibat dipicu oleh: mengejan, batuk, dll. Anjurkan klien untuk menghindari perilaku yang dapat memprovokasi nyeri Untuk mencegah peningkatan TIO lebih lanjut Kolaborasi pemberian obat analgesik Analgesik berfungsi untuk meningkatkan ambang nyeri Anjurkan tindakan distraksi dan relaksasi pada klien Untuk menurunkan sensasi nyeri dan memblokir sensasi nyeri menuju otak
  • 17.  Resiko cidera yang berhubungan dengan peningkatan TIO, perdarahan, kehilangan viterus. Intervensi Rasional Diskusikan tentang rasa sakit, pembatasan aktivitas dan pembalutan mata Meningkatkan kerjasama dan pembatasan yang diperlukan Tempatkan klien pada tempat tidur yang lebih rendah dan anjurkan untuk membatasi pergerakan mendadak/ tiba-tiba serta menggerakkan kepala berlebih Istirahat mutlak diberikan 12-24 jam pascaoperasi Bantu aktivitas selama fase istirahat. Ambulasi dilakukan dengan hati-hati Mencegah/menurunkan risiko komplikasi cedera Ajarkan klien untuk menghindari tindakan yang dapat menyebabkan cidera Tindakan yang dapat meningkatkan TIO dan menimbulkan kerusakan struktur mata pasca operasi antara lain: mengejan, menggerakkan kepala, membungkuk terlalu lama, batuk Amati kondisi mata: luka menonjol, nyeri mendadak, mual muntah Berbagai kondisi seperi luka menonjol, nyeri mendadak, dll.
  • 18.  Gangguan perawatan diri yang berhubungan dengan penurunan penglihatan, pembatasan aktifitas pasca operasi. Intervensi Rasional Terangkan pentingnya perawatan diri dan pembatasan aktivitas selama fase pascaoperasi Klien dianjurkan untuk istirahat ditempat tidur pada 2-3 jam pertama pascaoperasi atau 12 jam jika ada komplikasi. Selama fase ini, bantuan total diperlukan bagi klien Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri Memenuhi kebutuhan perawatan diri Secara bertahap, libatkan klien dalam memenuhi kebutuhan diri Pelibatan klien dalam aktivitas perawatan dirinya dilakukan bertahap dengan berpedoman pada prinsip bahwa aktivitas tersebut tidak memprovokasi peningkatan TIO dan menyebabkan cidera mata
  • 19.  Tamsuri Anas. 2010. Klien Gangguan Mata dan Penglihatan: Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta: EGC.  Nanda. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid 2. Jogjakarta: Mediaction  Syaifuddin,Drs.H. 2006. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC.