SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  86
Télécharger pour lire hors ligne
I
S
B
N 9
7
8
-
6
2
3
-
3
0
1
-
3
5
4
-
3
1
.
J
u
d
u
l I
.
E
Q
U
I
P
ME
N
T
A
N
DS
U
P
P
L
I
E
S
I
I
.
C
O
MMU
N
I
T
Y
H
E
A
L
T
HC
E
N
T
E
R
S
I
I
I
.
H
E
A
L
T
HF
A
C
I
L
I
T
I
E
S
K
A
T
AP
E
N
G
A
N
T
A
R
P
u
j
i
S
y
u
k
u
r
k
i
t
a
p
a
n
j
a
t
k
a
n
k
e
h
a
d
i
r
a
t
A
l
l
a
h
S
WT
a
t
a
s
b
e
r
k
a
h
r
a
h
m
a
t
d
a
n
k
a
r
u
n
i
a
-
N
y
a
,
s
e
-
h
i
n
g
g
aP
e
d
o
m
a
nP
e
n
g
e
l
o
l
a
a
nS
a
r
a
n
a
,
P
r
a
s
a
r
a
n
ad
a
nA
l
a
t
K
e
s
e
h
a
t
a
nP
u
s
k
e
s
m
a
s
t
e
l
a
h
d
a
p
a
t
d
i
s
e
l
e
s
a
i
k
a
n
.
S
e
s
e
u
a
i
d
e
n
g
a
nP
e
r
a
t
u
r
a
nMe
n
t
e
r
i
K
e
s
e
h
a
t
a
nN
o
.
4
3t
a
h
u
n2
0
1
9t
e
n
t
a
n
gP
u
s
k
e
s
m
a
s
b
a
h
w
a
P
u
s
k
e
s
m
a
s
m
e
m
i
l
i
k
i
s
t
a
n
d
a
r
p
e
m
e
n
u
h
a
nm
i
n
i
m
a
l
a
g
a
r
p
e
l
a
y
a
n
a
nk
e
s
e
h
a
t
a
nd
i
P
u
s
k
e
s
m
a
s
t
e
r
l
a
k
s
a
n
a
s
e
c
a
r
a
o
pm
a
l
.
U
n
t
u
k
t
e
r
l
a
k
s
a
n
a
p
e
l
a
y
a
n
a
n
k
e
s
e
h
a
t
a
n
y
a
n
g
o
p-
m
a
l d
a
kh
a
n
y
as
e
b
a
t
a
s
p
e
m
e
n
u
h
a
nd
a
r
i
s
e
g
i
k
u
a
nt
a
s
s
a
j
a
,
n
a
m
u
nd
a
r
i
s
e
g
i
k
u
a
l
i
-
t
a
s
/
m
u
t
u
p
e
r
l
u
d
i
k
e
l
o
l
a
a
g
a
r
p
e
l
a
y
a
n
a
n
o
pm
a
l
t
e
t
a
p
t
e
r
j
a
g
a
s
e
r
t
a
m
a
m
p
u
m
e
n
i
n
g
k
a
t
-
k
a
n
p
e
l
a
y
a
n
a
n
d
i
P
u
s
k
e
s
m
a
s
.
B
u
k
u
p
e
d
o
m
a
n
i
n
i
b
e
r
i
s
i
k
a
n
m
e
n
g
e
n
a
i
p
r
o
s
e
d
u
r
p
e
n
g
e
l
o
l
a
a
n
s
a
r
a
n
a
,
p
r
a
s
a
r
a
n
a
,
d
a
n
a
l
a
t
k
e
s
e
h
a
t
a
n
d
i
P
u
s
k
e
s
m
a
s
m
u
l
a
i
d
a
r
i
p
e
r
e
n
c
a
n
a
a
n
,
p
e
n
g
a
d
a
a
n
,
p
e
n
e
r
i
m
a
a
n
,
p
e
n
g
o
p
e
r
a
-
s
i
a
n
,
p
e
m
e
l
i
h
a
r
a
a
ns
a
m
p
a
i
d
e
n
g
a
np
e
n
g
h
a
p
u
s
a
n
.
P
r
o
s
e
d
u
r
t
e
r
s
e
b
u
t
d
i
l
a
k
u
k
a
ns
e
c
a
r
a
b
e
r
k
e
s
i
n
a
m
b
u
n
g
a
n
m
e
n
j
a
d
i
s
a
t
u
s
i
k
l
u
s
p
e
n
g
e
l
o
l
a
a
n
S
P
A
.
K
a
m
i
m
e
n
y
a
d
a
r
i
m
a
s
i
hb
a
n
y
a
k
k
e
k
u
r
a
n
g
a
nd
a
l
a
mb
u
k
ui
n
i
,
u
n
t
u
k
i
t
uk
r
i
k
d
a
ns
a
r
a
n
y
a
n
g
m
e
m
b
a
n
g
u
n
d
e
m
i
p
e
n
y
e
m
p
u
r
n
a
a
n
b
u
k
u
i
n
i
s
a
n
g
a
t
d
i
h
a
r
a
p
k
a
n
.
A
k
h
i
r
k
a
t
a
,
k
a
m
i
m
e
n
g
u
c
a
p
k
a
n
t
e
r
i
m
a
k
a
s
h
k
e
p
a
d
a mp
e
n
y
u
s
u
n
d
a
n
s
e
m
u
a
p
i
h
a
k
y
a
n
g
t
e
l
a
hm
e
m
b
a
n
t
ud
a
l
a
m p
e
n
y
u
s
u
n
a
np
e
d
o
m
a
ni
n
i
.
S
e
m
o
g
ap
e
d
o
m
a
ni
n
i
d
a
p
a
t
d
i
g
u
-
n
a
k
a
ns
e
b
a
g
a
i
m
a
n
am
e
sn
y
ad
a
nm
e
m
b
a
w
ak
e
b
a
i
k
a
nd
a
l
a
mm
e
m
b
e
r
i
k
a
np
e
l
a
y
a
n
a
n
k
e
s
e
h
a
t
a
n
k
h
u
s
u
s
n
y
a
k
e
s
e
h
a
t
a
n
p
r
i
m
e
r
d
i
I
n
d
o
n
e
s
i
a
J
a
k
a
r
t
a
, 2
0
2
1
D
i
r
e
k
t
u
r
J
e
n
d
e
r
a
l
P
e
l
a
y
a
n
a
n
K
e
s
e
h
a
t
a
n
P
r
o
f
.
d
r
.
A
b
d
u
l
K
a
d
i
r
,
P
h
.
D
.
S
p
.
T
H
T
-
K
L
(
K
)
M.
A
.
R
.
S
.
K
a
t
a
P
e
n
g
a
n
t
a
r
PEDOMAN PENGELOLAAN SARANA, PRASARANA, DAN ALAT KESEHATAN PUSKESMAS iii
6.2.3. Alat Kesehatan 35
6.3. Pelaksanaan Pemeliharaan 37
6.3.1. Sarana 37
6.3.2. Prasarana 42
6.3.3. Alat Kesehatan 53
6.4. Biaya Pemeliharaan 59
6.4.1. Sarana 60
6.4.2. Prasarana 60
6.4.3. Alat Kesehatan 61
VII. Penghapusan 64
7.1. Penghapusan Sarana 65
7.2. Penghapusan Prasarana 66
7.3. Penghapusan Alat Kesehatan 66
VIII. Penutup 67
Daftar Pustaka
Lampiran-Lampiran
PEDOMAN PENGELOLAAN SARANA, PRASARANA, DAN ALAT KESEHATAN PUSKESMAS iv
DAFTAR TABEL
Hal.
Tabel 1. Contoh Penjadwalan Pemeliharaan Sarana 33
Tabel 2. Contoh Penjadwalan Pemeliharaan Prasarana 34
Tabel 3. Contoh Penjadwalan Pemeliharaan Alat Kesehatan 36
Tabel 4. Pelaksanaan Pemeliharaan Sarana 38
Tabel 5. Contoh Langkah Pemeliharaan Prasarana yang Menjadi Satu dengan
Bangunan
44
Tabel 6. Contoh Langkah Pemeliharaan Prasarana yang Terpisah dari Bangunan 47
Tabel 7. Pembersihan Alat Kesehatan Berdasarkan Jenis Bahan 55
PEDOMAN PENGELOLAAN SARANA, PRASARANA, DAN ALAT KESEHATAN PUSKESMAS v
DAFTAR GAMBAR
Hal.
Gambar 1. Pengelolaan SPA di Puskesmas 2
Gambar 2. Proses Perencanaan SPA di Puskesmas berdasar ASPAK 11
Gambar 3. Prinsip 5R 38
PEDOMAN PENGELOLAAN SARANA, PRASARANA, DAN ALAT KESEHATAN PUSKESMAS 1
PEDOMAN PENGELOLAAN
SARANA PRASARANA DAN ALAT KESEHATAN DI PUSKESMAS
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Mutu pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah ketersediaan
Sarana Prasarana dan Alat Kesehatan (SPA) yang sesuai dengan kebutuhan, laik fungsi, laik operasi,
laik pakai dan memenuhi persyaratan. Penggunaan SPA sesuai dengan Standar Operasional Prosedur
(SOP) serta melakukan penghapusan SPA yang sudah tidak memberikan manfaat dalam pelayanan
Puskesmas, diharapkan dapat memberikan dampak yang baik serta meningkatkan pelayanan di
Puskesmas. Terpenuhinya SPA serta penggunaan SPA sesuai dengan SOP merupakan salah satu
faktor untuk dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berkualitas di Puskesmas.
Pengelolaan SPA yang baik juga akan meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam penyelenggaraan
pelayanan kesehatan secara keseluruhan.
Pemenuhan SPA sesuai kebutuhan dan persyaratan di Puskesmas, dimulai dari perencanaan,
pengadaan, penerimaan, pengoperasian, pemeliharaan sampai dengan penghapusan. Dalam
prosesnya juga perlu diperhatikan pemilihan spesifikasi SPA yang sesuai dengan kebutuhan,
pelatihan bagi pengguna, pengujian dan kalibrasi. Untuk pengadaan, operasional dan pemeliharaan
SPA membutuhkan biaya yang tidak sedikit, ini bisa menjadi salah satu faktor penyebab mengapa
biaya penyelenggaraan pelayanan kesehatan kepada masyarakat cukup tinggi. Untuk itu perlu
dilakukan pengendalian agar pelayanan kesehatan kepada masyarakat di Puskesmas dapat
terselenggara dengan baik, efektif dan efisien.
1.2 PENGELOLAAN SARANA, PRASARANA DAN ALAT KESEHATAN
Pengelolaan Sarana Prasarana dan Alat Kesehatan (SPA) merupakan suatu proses yang harus
dilaksanakan untuk menghasilkan mutu pelayanan yang baik melalui suatu prosedur pengelolaan
SPA yang menjamin patient safety, pemanfaatan teknologi dan sumberdaya kesehatan secara efektif
dan efisien, serta kepuasan pelanggan. Prosedur tersebut meliputi perencanaan, pengadaan,
penerimaan, pengoperasian, pemeliharaan dan penghapusan yang dilakukan secara
berkesinambungan menjadi satu siklus pengelolaan SPA.
PEDOMAN PENGELOLAAN SARANA, PRASARANA, DAN ALAT KESEHATAN PUSKESMAS 2
Siklus pengelolaan SPA dijelaskan dalam gambar berikut ini :
Gambar 1. Siklus Pengelolaan SPA di Puskesmas
Pengelolaan SPA di Puskesmas diterapkan pada seluruh SPA yang ada, yang terdiri dari :
1. Sarana
Semua bangunan Puskesmas yang digunakan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan
masyarakat yang terdiri dari ruang pelayanan, ruang pendukung dan ruang kantor, rumah
dinas tenaga kesehatan, tempat parkir atau garasi untuk ambulans / pusling, serta semua
bangunan lainnya yang berada dalam pagar Puskesmas, bangunan puskesmas pembantu,
untuk semua komponen arsitektur dan komponen struktur.
2. Prasarana
Semua alat, jaringan dan sistem yang ada di Puskesmas, yaitu Sistem Penghawaan
(Ventilasi), Sistem Pencahayaan, Sistem Sanitasi, Sistem Kelistrikan, Sistem Komunikasi,
Sistem Gas Medik, Sistem Proteksi Petir, Sistem Proteksi Kebakaran (APAR), Sistem
Pengendalian Kebisingan, Sistem Transportasi Vertikal dalam Puskesmas, Puskesmas Keliling
(Pusling) dan Ambulans, kecuali mebelair dan peralatan elektronik.
3. Alat Kesehatan
Meliputi alat kesehatan elektromedis dan alat kesehatan non elektromedis, yaitu :
a. Alat Kesehatan elektromedis
1. Alat kesehatan elektromedis yang menggunakan listrik / genset/ tenaga surya.
PEDOMAN PENGELOLAAN SARANA, PRASARANA, DAN ALAT KESEHATAN PUSKESMAS 3
Misalnya nebulizer oksigen konsentrator, suction pump, EKG,
autoclave/sterilisator, vaccine refrigerator, doppler, inkubator bayi, infant
warmer, centrifuge, resuscitator infant T-Piece system, lampu periksa, otoskop,
dental unit, dan lainnya termasuk alat kesehatan yang digunakan untuk
pelayanan telemedicine.
2. Alat kesehatan elektromedis yang menggunakan batere.
Misalnya tensimeter digital, glucometer, alat pengukur kadar kolesterol, Hb
meter, pulse oxymeter, thermometer digital, infra red thermometer
(thermogun) dan alat ukur rapid test lainnya termasuk alat kesehatan yang
digunakan untuk pelayanan telemedicine.
b. Alat Kesehatan non elektromedis
1. Instrumen seperti gunting, pinset, nierbeken, sudip lidah, spekulum, palu reflek,
forceps, laringoskop dll.
2. Mekanikal seperti timbangan, mikroskop, stetoskop, pipet mikro, tempat tidur
pasien, tabung oksigen, regulator oksigen dll.
3. Perbekes (Perbekalan Kesehatan) seperti jarum jahit, infus set, kateter, sarung
tangan, skalpel, jarum suntik, termometer alkohol dll.
Penerapan pengelolaan SPA untuk Puskesmas BLUD sedikit berbeda dengan Puskesmas Non
BLUD, perbedaannya terletak pada kewenangan pengelolaan keuangan. Misalnya pada proses
pengadaan, untuk Puskesmas BLUD maka semua proses pengadaan belanja operasional
berapapun pagu anggarannya dilakukan oleh Puskesmas, tetapi untuk Puskesmas Non BLUD
ada pembatasan besaran pagu anggaran tergantung dari ketetapan peraturan yang berlaku di
masing-masing daerah, jika besaran pagu belanja operasional melebihi batas pagu maksimal
maka proses pengadaan menjadi kewenangan Dinas Kesehatan.
1.3 MAKSUD DAN TUJUAN
1.3.1 Maksud
Maksud penyusunan “Pedoman Pengelolaan Sarana, Prasarana, dan Alat Kesehatan” ini
adalah untuk mengoptimalkan pengelolaan Sarana Prasarana dan Alat Kesehatan di Puskesmas.
1.3.2 Tujuan
Dokumen pedoman pengelolaan sarana, prasarana, dan alat Kesehatan ini mempunyai tujuan
sebagai berikut :
PEDOMAN PENGELOLAAN SARANA, PRASARANA, DAN ALAT KESEHATAN PUSKESMAS 4
1) Tujuan Umum
Tersedianya pedoman teknis penerapan pengelolaaan Sarana, Prasarana, dan Alat Kesehatan
di Puskesmas sebagai acuan langkah dan tindakan yang diperlukan dalam pengelolaan sarana,
prasarana dan alat kesehatan mulai dari perencanaan, pengadaan, penerimaan,
pengoperasian, pemeliharaan dan penghapusan.
2) Tujuan Khusus
a. Tersedianya panduan bagi Puskesmas dalam menyelenggarakan pengelolaan Sarana
Prasarana dan Alat Kesehatan.
b. Meningkatkan kualitas dan mutu penyelenggaraan pelayanan Puskesmas melalui
pengelolaan Sarana Prasarana dan Alat Kesehatan yang baik.
c. Tersedianya regulasi dalam pelaksanakan pengelolaan Sarana Prasarana dan Alat
Kesehatan.
1.4 SASARAN
Sasaran pedoman ini adalah :
a. Puskesmas
b. Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota dan Provinsi
c. Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan lintas program terkait
d. Lintas sektor terkait pengelolaan SPA
1.5 RUANG LINGKUP
Ruang lingkup pedoman ini adalah prosedur pengelolaan Sarana Prasarana dan Alat Kesehatan
di Puskesmas yang meliputi perencanaan, pengadaan, penerimaan, pengoperasian, pemeliharaan
dan penghapusan.
1.6 DASAR HUKUM
a. Undang Undang No. 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara.
b. Undang Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 144.
c. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
d. Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah.
e. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 Tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
PEDOMAN PENGELOLAAN SARANA, PRASARANA, DAN ALAT KESEHATAN PUSKESMAS 5
f. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 Tentang Perangkat Daerah.
g. Peraturan Presiden No. 16 Tahun 2018 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
h. Permendagri No. 7 Tahun 2006 Tentang Standarisasi Sarana dan Prasarana Kerja Pemerintah
Daerah.
i. Permendagri No. 19 Tahun 2016 Tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah.
j. Permenkes No. 1077 Tahun 2011 Tentang Pedoman Penyehatan Udara Dalam Ruang Rumah.
k. Permenkes No. 31 Tahun 2018 Tentang Aplikasi Sarana Prasarana dan Alat Kesehatan.
l. Permenkes No. 57 Tahun 2014 Tentang Standar Sarana dan Prasarana Kantor.
m. Permenkes No. 54 Tahun 2015 Tentang Pengujian Dan Kalibrasi Alat Kesehatan.
n. Permenkes No. 46 Tahun 2015 Tentang Akreditasi Puskesmas, Permenkes No. 42 Tahun
2016 (Perubahan Pertama), Permenkes No. 27 Tahun 2019 (Perubahan Kedua) Permenkes
46 Tahun 2015.
o. Permenkes No. 4 Tentang Penggunaan Gas Medik dan Vakum Medik Pada Fasyankes.
p. Permenkes No. 44 Tahun 2016 Tentang Pedoman Manajemen Puskesmas.
q. Permenkes No. 31 Tahun 2018 Tentang Aplikasi Sarana Prasarana dan Alat Kesehatan.
r. Permenkes No. 43 Tahun 2019 Tentang Puskesmas.
s. Peraturan Menteri Keuangan No. 83/PMK.06/2016 Tentang Tata Cara Pelaksanaan
Pemusnahan dan Penghapusan Barang Milik Negara.
1.7 BATASAN DAN PENGERTIAN
1.7.1. Puskesmas
Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, yang
bertanggung-jawab menyelenggarakan sebagian tugas-tugas Dinas Kesehatan Kabupaten/kota
dalam pembangunan kesehatan di satu wilayah kerja yang menjadi tanggung-jawabnya.
1.7.2. Puskesmas Non Rawat Inap
Puskesmas yang menyelenggarakan pelayanan rawat jalan, perawatan di rumah (homecare),
dan Pelayanan gawat darurat.
1.7.3. Puskesmas Rawat Inap
Puskesmas yang diberi tambahan sumber daya untuk menyelenggarakan rawat inap sesuai
dengan pertimbangan kebutuhan pelayanan kesehatan.
1.7.4. Sarana
Sarana adalah bangunan yang sebagian atau seluruhnya berada di atas tanah/perairan,
ataupun di bawah tanah/perairan dan digunakan untuk penyelenggaraan atau penunjang Pelayanan.
PEDOMAN PENGELOLAAN SARANA, PRASARANA, DAN ALAT KESEHATAN PUSKESMAS 6
Sarana di Puskesmas meliputi ruang yang digunakan dalam Pelayanan baik dalam maupun luar
gedung. Ruang yang ada dibagi dalam berbagai ruangan yang lebih kecil difungsikan untuk berbagai
Pelayanan.
1.7.5. Prasarana
Prasarana adalah alat, jaringan dan sistem yang membuat suatu sarana dapat berfungsi sesuai
dengan tujuan yang diharapkan.
1.7.6. Alat Kesehatan
Alat Kesehatan adalah instrumen, apparatus, mesin dan/atau implan yang tidak mengandung
obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan dan meringankan penyakit,
merawat orang sakit, memulihkan kesehatan pada manusia, dan/atau membentuk struktur dan
memperbaiki fungsi tubuh. Alat Kesehatan terdiri dari Alat Kesehatan Elektromedis dan Alat
Kesehatan Non Elektromedis.
1.7.7. Komponen Arsitektural
Komponen arsitektural adalah komponen bangunan yang berfungsi sebagai penyekat antar
ruang, penutup antar ruang pada bidang horizontal maupun vertikal yang meliputi bukaan,
pencahayaan ruangan, misalnya dinding pasangan, dinding panel, langit-langit/plafond, kusen, pintu
dan jendela.
1.7.8. Komponen Struktural
Komponen struktural adalah komponen yang berfungsi sebagai elemen atau bagian yang
membentuk berdirinya sebuah bangunan, mulai dari pondasi, sloof, dinding, kolom, ring, kuda-kuda,
hingga atap.
1.7.9. Telemedicine
Telemedicine adalah pemberian pelayanan kesehatan jarak jauh oleh profesional kesehatan
dengan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi, meliputi pertukaran informasi diagnosis,
pengobatan, pencegahan penyakit dan cedera, penelitian dan evaluasi, dan pendidikan
berkelanjutan penyedia layanan kesehatan untuk kepentingan peningkatan kesehatan individu dan
masyarakat.
1.7.10. Penilaian Teknologi (Health Technology Management)
Analisa untuk menentukan jenis dan teknologi peralatan kesehatan yang dipilih di antara
beberapa pilihan teknologi peralatan kesehatan untuk memenuhi pelayanan kesehatan di fasilitas
pelayanan Kesehatan.
1.7.11. Pemeliharaan
PEDOMAN PENGELOLAAN SARANA, PRASARANA, DAN ALAT KESEHATAN PUSKESMAS 7
Suatu rangkaian kegiatan baik preventif maupun korektif yang dilakukan untuk menjaga alat
kesehatan bermutu, aman dan laik pakai.
1.7.12. Penghapusan
Tindakan menghapus Barang Milik Negara dari daftar barang dengan menerbitkan surat
keputusan dari pejabat yang berwenang untuk membebaskan Pengguna dan atau Kuasa Pengguna
Barang dan atau Pengelola Barang dari tanggung jawab administrasi dan fisik barang yang berada
dalam penguasaannya.
1.7.13. Pengujian
Keseluruhan tindakan yang meliputi pemeriksaan fisik dan pengukuran satu atau lebih sifat,
karakteristik dari suatu produk, proses, output untuk membandingkan hasil pengujian dari alat ukur
dengan standar untuk satuan ukuran yang sesuai guna menetapkan sifat ukurnya atau menentukan
besaran atau kesalahan pengukuran.
1.7.14. Kalibrasi
Kalibrasi adalah memastikan hubungan antara besaran yang ditunjukkan oleh suatu alat ukur
atau sistem pengukuran atau besaran yang diabadikan pada suatu bahan ukur dengan besaran yang
sebenarnya dari besaran yang diukur.
1.7.15. Standar Prosedur Operasional
Suatu set instruksi yang memiliki kekuatan sebagai suatu petunjuk yang mencakup hal-hal
dari operasi yang memiliki prosedur pasti atau terstandardisasi, tanpa kehilangan
keefektifannya.
1.7.16. Uji Fungsi
Pengujian alat kesehatan secara keseluruhan, melalui uji bagianMbagian alat dengan
kemampuan maksimum (secara teknis saat itu) tanpa beban sebenarnya, sehingga dapat diketahui
kinerja dan kemampuan alat dalam hal fungsi komponen dan keluaran. Uji fungsi dilaksanakan
sebelum alat diterima oleh Panitia Penerima Barang.
1.7.17. Uji Coba
Pengujian alat secara keseluruhan, melalui uji bagian-bagian alat dengan beban
sebenarnya (misalnya pasien), setelah uji fungsi dilakukan dengan hasil baik. Uji coba dilaksanakan
oleh operator yang telah dilatih, untuk membiasakan penggunaan alat sesuai prosedur kerjanya
dalam waktu tertentu atau berdasarkan jumlah pemakaian.
1.7.18. Recall
PEDOMAN PENGELOLAAN SARANA, PRASARANA, DAN ALAT KESEHATAN PUSKESMAS 8
Suatu tindakan yang dilakukan untuk mengatasi masalah pada suatu peralatan kesehatan, bila
tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku atau dapat menyebabkan suatu bahaya pada
penggunaannya. Suatu produk yang ditarik dari peredaran, akan diteliti ulang oleh produsen
sehingga dapat ditentukan apakah produk tersebut akan diperbaiki atau di musnahkan.
1.7.19. Izin Edar
Izin yang diberikan kepada perusahaan untuk produk alat kesehatan, yang akan diimport,
digunakan dan/atau diedarkan di wilayah Republik Indonesia, berdasarkan penilaian terhadap mutu,
keamanan dan kemanfaatan.
1.7.20. Teknologi Kesehatan
Penerapan pengetahuan dan keterampilan dalam bentuk peralatan kesehatan, obat-obatan,
vaksin, prosedur dan sistem yang dikembangkan untuk memecahkan masalah kesehatan dan
meningkatkan kualitas kehidupan.
1.7.21. Pra-Instalasi
Penyiapan material dan kelengkapan yang dibutuhkan untuk instalasi alat.
1.7.22. Instalasi Alat
Tahap kegiatan mulai dari penempatan/perletakan, perakitan, pemasangan, penyetelan,
adjustment, pengukuran keluaran sampai alat berfungsi baik.
1.7.23. Pemeriksaan Fisik
Kegiatan yang meliputi penilaian fisik secara visual, kelengkapan dan kinerja alat.
1.7.24. Spesifikasi
Data yang menguraikan kemampuan, kapasitas, teknologi, sistem, fungsi, aksesori,
keselamatan dan aspek teknis lainnya dari suatu alat.
1.7.25. Sertifikat Pengujian (Test Certificate) dari Pabrik
Sertifikat yang dikeluarkan oleh pabrik pembuat alat sebagai bukti bahwa alat yang diproduksi
telah lulus pengujian pabrik, meliputi : keluaran (output), fungsi dan keselamatan.
1.7.26. Buku Petunjuk (Manual Operation)
Petunjuk yang harus disertakan pada peralatan kesehatan yang didistribusikan, meliputi:
petunjuk operasional, petunjuk instalasi dan petunjuk pemeliharaan dalam bahasa Negara pembuat,
bahasa Inggris, bahasa Indonesia. Petunjuk yang harus disertakan sesuai jenis peralatan.
1.7.27. Suku Cadang (Spare Part)
PEDOMAN PENGELOLAAN SARANA, PRASARANA, DAN ALAT KESEHATAN PUSKESMAS 9
Komponen suatu rekomendasi pabrik alat yang mengalami kerusakan setelah jangka waktu
tertentu dan direkomendasikan harus disediakan.
1.7.28. Aksesori
Kelengkapan standar yang secara fungsi tidak dapat dipisahkan dan harus lengkap pada saat
penyerahan peralatan.
1.7.29. Dekontaminasi
Dekontaminasi adalah upaya mengurangi dan/atau menghilangkan kontaminasi oleh
mikroorganisme pada orang, peralatan, bahan dan ruang melalui pembersihan, desinfeksi dan
sterilisasi dengan cara fisik dan kimiawi.
1.7.30. Pembersihan
Sebuah proses yang secara fisik menghilangkan mikroorganisma dan bahan organik tapi tidak
selalu menghancurkan sama sekali. Pengurangan kontaminasi mikroorganisma tergantung pada
banyak faktor, termasuk efektivitas dari proses pembersihan. Pembersihan penting dilakukan agar
proses disinfeksi atau sterilisasi efektif.
1.7.31. Desinfeksi
Desinfeksi adalah upaya untuk mengurangi/menghilangkan jumlah mikroorganisme pathogen
penyebab penyakit (tidak termasuk spora) dengan fisik dan kimiawi dengan menggunakan cairan
desinfektan.
1.7.32. Desinfektan
Desinfektan adalah obat pembasmi kuman penyakit atau bahan kimia bersifat toksik yang
digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi dan memiliki kemampuan membunuh
mikroorganisme.
1.7.33. Sterilisasi
Sterilisasi adalah upaya untuk menghilangkan semua mikroorganisme termasuk endospora
dengan cara fisik dan kimiawi dengan menggunakan alat sterilisator.
1.7.34. Kontaminasi
Adanya zat pengotor atau pencemaran benda mati atau material hidup yang merupakan
bahan berbahaya, yang tidak diinginkan yang berpotensi menular atau lainnya. Kemungkinan besar
berupa bahan organik dan zat menular, juga dapat berupa zat-zat yang tidak diinginkan lainnya
misalnya residu kimia, bahan radioaktif, produk degradasi, bahan kemasan dll. Kontaminasi tersebut
menyebabkan pengaruh yang merugikan fungsi perangkat kesehatan dan dapat ditularkan ke orang
selama pemrosesan, penggunaan atau penyimpanan peralatan Kesehatan.
PEDOMAN PENGELOLAAN SARANA, PRASARANA, DAN ALAT KESEHATAN PUSKESMAS 10
1.7.35. Masa Pemeliharaan
Kegiatan yang dilaksanakan oleh penyedia dalam jangka waktu tertentu (sesuai kontrak),
dengan tujuan agar selama masa pemeliharaan SPA selalu dalam kondisi baik, berfungsi baik dan laik
pakai.
1.7.36. Masa Garansi
Jangka waktu tertentu sesuai ketentuan dalam kontrak, dimana pihak penyedia masih
bertanggungjawab terhadap perbaikan/penggantian SPA yang mengalami kerusakan akibat
kesalahan teknis dan bukan akibat kesalahan pengguna.
1.7.37. Kondisi Fisik
Kondisi SPA yang dinilai dari keadaan fisik secara visual, meliputi adanya keretakan, penyok,
bengkok, lecet, patah dan lain-lain.
PEDOMAN PENGELOLAAN SARANA, PRASARANA, DAN ALAT KESEHATAN PUSKESMAS 11
BAB II – PERENCANAAN
Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan kebutuhan terkait jenis, spesifikasi dan
jumlah SPA sesuai dengan kemampuan pelayanan atau klasifikasi Puskesmas, beban pelayanan,
perkembangan teknologi kesehatan dan sumber daya manusia. Perencanaan kebutuhan SPA sangat
bermanfaat untuk penyediaan anggaran, pelaksanaan pengadaan secara efektif, efisien dan
prosesnya dapat dipertanggung jawabkan.
Kepala Puskesmas dibantu dengan staf teknis dan staf penanggung jawab SPA menyusun
program rencana kerja, yang terbagi menjadi 2 program yaitu :
1. Program rencana kebutuhan dan pemenuhan SPA dalam mendukung kualitas pelayanan di
Puskesmas dalam jangka panjang 5 tahunan disusun berdasarkan rencana strategi (Renstra).
2. Program rencana kebutuhan dan pemenuhan SPA dalam mendukung kualitas pelayanan
kesehatan di Puskesmas jangka pendek disusun berdasarkan program jangka panjang yang
telah disusun. Program secara tahunan berisi rencana kegiatan yang akan dilaksanakan dan
disusun secara rinci yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan organisasi atau satuan
kerja
Perencanaan pengelolaan Sarana Prasarana dan Alat Kesehatan (SPA) ditujukan untuk :
1. Diperolehnya kebutuhan jenis, spesifikasi teknis dan jumlah
2. Diperolehnya perbandingan spesifikasi teknis dan fungsi
3. Diperolehnya perbandingan harga
Tahapan perencanaan meliputi penilaian kebutuhan, penentuan prioritas, data dukung
perencanaan dan pengalokasian anggaran.
2.1 PENILAIAN KEBUTUHAN
Penilaian kebutuhan (need assessment) adalah proses untuk menentukan dan mengatasi
kesenjangan antara situasi atau kondisi saat ini dengan situasi atau kondisi yang diinginkan. Penilaian
kebutuhan adalah kegiatan strategis dan merupakan bagian dari proses perencanaan SPA yang
bertujuan untuk meningkatkan kinerja pelayanan kesehatan atau memperbaiki kekurangan
pelayanan kesehatan. Penilaian Kebutuhan SPA pada dasarnya dimaksudkan untuk pemenuhan
standar pelayanan di Puskesmas sesuai kemampuan/klasifikasi Puskesmas, penggantian SPA dan
pengembangan pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan masyarakat atau perkembangan teknologi.
Penilaian kebutuhan (need assessment) diperoleh dengan mengidentifikasi :
1. Gap antara kondisi saat ini dengan standar.
2. Kerusakan yang mengharuskan adanya penggantian atau perbaikan.
PEDOMAN PENGELOLAAN SARANA, PRASARANA, DAN ALAT KESEHATAN PUSKESMAS 12
3. Kebutuhan program atau kebijakan (contoh Puskesmas PONED, Puskesmas DTPK,
WASH di Puskesmas).
Gap atau kesenjangan terhadap standar SPA di Puskesmas dapat dilihat dari ketersediaan SPA
yang ada saat (existing) ini dibandingkan dengan standar SPA di Permenkes No. 43 Tahun 2019
tentang Puskesmas, selain itu bisa juga dibandingkan dengan standar SPA yang ada dalam wahana
pendidikan DLP maupun standar SPA untuk kebutuhan kerjasama dengan BPJS Kesehatan, sepanjang
ada menunya di dalam ASPAK dan masih dalam kewenangan Puskesmas. Pemenuhan terhadap
seluruh standar tersebut dapat dilihat di dalam ASPAK. Kesenjangan (gap) antara SPA yang dimiliki
Puskesmas dibandingkan dengan standar yang ada di dalam ASPAK wajib dipenuhi dalam
perencanaan. Kesenjangan tersebut meliputi : jumlah dan jenis, kondisi alat, umur, teknologi dan
beban kerja. Proses perencanaan dengan mempertimbangkan gap antara kondisi SPA di Puskesmas
dengan ASPAK dapat dilihat dalam gambar berikut ini :
Gambar 2. Proses Perencanaan SPA di Puskesmas berdasar ASPAK
Penggantian SPA dilakukan bisa dikarenakan SPA yang sudah rusak berat, sudah lama / usang
dan perkembangan teknologi. Untuk alat kesehatan dan prasarana terdapat beberapa hal yang perlu
menjadi perhatian dalam penilaian kebutuhan antara lain ketersediaan suku cadang dan
ketersediaan bahan habis pakai, disesuaikan juga dengan ketersediaan jumlah tenaga kesehatan dan
kebutuhan pelayanan.
Dalam penilaian kebutuhan SPA juga harus memperhatikan kebijakan yang sedang
dilaksanakan antara lain :
1. Program Puskesmas PONED
Untuk mendukung program tersebut dibutuhkan pemenuhan beberapa jenis SPA di
PEDOMAN PENGELOLAAN SARANA, PRASARANA, DAN ALAT KESEHATAN PUSKESMAS 13
Puskesmas
2. Program WASH di Puskesmas
Program WASH terkait dengan pemenuhan air, sanitasi, pembersihan tangan,
sampah medis dan kebersihan lingkungan. Untuk mendukung hal tersebut perlu
adanya pemenuhan SPA yang terkait untuk seluruh Puskesmas.
Dalam penilaian kebutuhan SPA juga dibutuhkan tim perencanaan untuk melakukan
identifikasi data dan informasi SPA, yang meliputi :
a. Inventori SPA : data jenis, spesifikasi, jumlah, harga, tahun pengadaan dan kondisi SPA.
Khusus untuk alat kesehatan dan prasarana, inventori juga meliputi merk, tipe, serial
number (SN).
b. Kualitas SPA: data pemeliharaan yang terkait dengan frekuensi kerusakan, lama perbaikan,
suku cadang, biaya pemeliharaan.
c. Kinerja SPA : data pemanfaatan dan kapasitas SPA sesuai spesifikasi.
d. Keamanan SPA : data KTD/vigilance meliputi frekuensi insiden, akibat yang ditimbulkan,
publikasi KTD/vigilance.
e. Sumber Daya Manusia : data ketersediaan tenaga pengguna dan pemelihara serta
kompetensi pengguna yang akan mengoperasikan.
f. Informasi harga SPA dengan spesifikasi yang sama dari berbagai penyedia termasuk biaya
pemeliharaan serta ketersediaan suku cadang dan jaminan purna jual (respond time, lama
perbaikan) khususnya untuk alat kesehatan dan prasarana.
2.2 PRIORITAS PEMENUHAN KEBUTUHAN
Tidak selamanya hasil dari penilaian kebutuhan SPA dapat direalisasikan semuanya,
keterbatasan anggaran menjadi kendala dalam pemenuhan tersebut dikarenakan pendapatan
kemampuan dana yang terbatas, maka perencanaannya difokuskan pada SPA prioritas yang
disesuaikan dengan kriteria pada setiap Puskesmas. Beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam
penentuan prioritas diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Utilitas, Beban Kerja dan Kebutuhan Pelayanan
Utilitas merupakan tingkat penggunaan atau pemakaian SPA pada pelayanan. Hal ini terkait
dengan banyaknya kebutuhan SPA tersebut sehingga akan berpengaruh pada tingkat
pelayanan dan penghasilan Puskesmas. Beban kerja merupakan perbandingan antara jumlah
kunjungan pasien dengan ketersediaan SPA, sedangkan kebutuhan pelayanan adalah
banyaknya permintaan masyarakat atas pelayanan kesehatan yang disediakan oleh
Puskesmas.
PEDOMAN PENGELOLAAN SARANA, PRASARANA, DAN ALAT KESEHATAN PUSKESMAS 14
2. Pemenuhan Pelayan
Pemenuhan pelayanan kesehatan di Puskesmas minimal harus sesuai dengan Permenkes 43
Tahun 2019 tentang Puskesmas. Permenkes ini merupakan standar pelayanan Puskesmas
yang terkait dengan SPA yang harus dimiliki oleh Puskesmas. Pemenuhan juga bisa
berdasarkan tambahan standar lainnya sepanjang masih mejadi kewenangan Puskesmas,
misalnya untuk Puskesmas yang mejadi Wahana DLP atau Puskesmas PONED, dan lainnya.
3. Pengembangan Pelayanan
Pengembangan pelayanan di Puskesmas dari non rawat inap menjadi rawat inap.
4. Ketersediaan Tenaga Kesehatan
Ketersediaan SPA harus menyesuaikan jumlah Tenaga Kesehatan yang ada sebagai
pengguna, misalnya jumlah dental unit harus sama dengan jumlah dokter gigi.
5. Kesiapan Sarana Pendukung
Perencanaan SPA harus memperhatikan kesiapan sarana pendukung yang tersedia di
Puskesmas, misalnya beberapa alat kesehatan memerlukan ruangan/tempat khusus,
pembangunan Puskesmas memerlukan kepastian lahan dan infrastruktur pendukung,
pengadaan ambulans memerlukan lahan parkir.
2.3 DATA DUKUNG PERENCANAAN
Untuk melakukan proses perencanaan diperlukan adanya data dukung perencanaan yang
berupa dokumen-dokumen resmi untuk mendukung usulan perencanaan. Data dukung
perencanaan tersebut diterapkan pada usulan Sarana Prasarana dan Alat Kesehatan.
1. Sarana
Untuk kegiatan perencanaan sarana di Puskesmas diperlukan dokumen, antara lain :
- Berita Acara Penilaian Kerusakan Bangunan dari PU setempat.
- Analisis biaya pembangunan dari PU setempat.
- Analisis kebutuhan pembangunan baru serta kebutuhan biayanya.
- Laporan kondisi bangunan yang ditandatangi oleh Kepala Puskesmas.
Untuk analisis kebutuhan pembangunan baru di Puskesmas dikerjakan oleh Pihak Dinas
Kesehatan dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang mendukung pembangunan
Puskesmas.
2. Prasarana
Untuk kegiatan perencanaan prasarana di Puskesmas diperlukan dokumen, antara lain :
- Berita Acara Penilaian Kerusakan Prasarana (listrik, air, limbah, sistem ventilasi,
PEDOMAN PENGELOLAAN SARANA, PRASARANA, DAN ALAT KESEHATAN PUSKESMAS 15
sistem penghawaan, dll) dari PU setempat.
- Analisis biaya instalasi prasarana dari PU setempat.
- Analisis kebutuhan prasarana serta kebutuhan biayanya.
- Daftar inventaris prasarana beserta kondisinya.
- Daftar pemanfaatan dan kapasitas prasarana.
- Daftar kualitas prasarana meliputi frekuensi kerusakan dan lama perbaikan.
3. Alat kesehatan
Untuk kegiatan perencanaan alat kesehatan di Puskesmas diperlukan dokumen, antara
lain :
- Berita Acara Penilaian Kerusakan Alat Kesehatan berdasar penilaian dari BPFK
- Daftar Inventaris alat kesehatan beserta kondisinya.
- Daftar pemanfaatan dan kapasitas alat kesehatan.
- Daftar kualitas alat kesehatan meliputi frekuensi kerusakan, lama perbaikan dan
suku cadang.
2.4 PENGALOKASIAN ANGGARAN
Setelah dilakukan penilaian kebutuhan, penentuan prioritas dalam usulan SPA dan penyiapan
dokumen data dukung perencanaan selanjutnya dilakukan pengalokasian anggaran. Alokasi
anggaran untuk kebutuhan pemenuhan SPA di Puskesmas, dilakukan melalui mekanisme
penganggaran berdasarkan sumber anggaran, antara lain :
1. Dana APBD
Merupakan dana dari Pemerintah Daerah yang dapat digunakan untuk pemenuhan
dan pengelolaan SPA maupun kalibrasi. Dana Pemerintah Daerah juga bisa bersumber
dari dana transfer Pemerintah Pusat ke Pemerintah Daerah, yang terdiri dari :
a. Dana Alokasi Khusus
Dana Alokasi Khusus (DAK) adalah dana yang bersumber dari pendapatan
APBN yang dialokasikan kepada Daerah tertentu dengan tujuan untuk
membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan Daerah dan
sesuai dengan prioritas nasional.
b. Dana Alokasi Umum
Dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan
tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar-Daerah untuk mendanai
kebutuhan Daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi.
PEDOMAN PENGELOLAAN SARANA, PRASARANA, DAN ALAT KESEHATAN PUSKESMAS 16
c. Dana Otonomi Khusus (OTSUS)
Dana Otonomi Khusus adalah dana yang dialokasikan untuk membiayai
pelaksanaan otonomi khusus suatu daerah.
d. DID
Dana Insentif Daerah yang selanjutnya disingkat DID adalah bagian dari dana
TKDD yang bersumber dari APBN kepada Daerah tertentu berdasarkan
kriteria kategori tertentu dengan tujuan untuk memberikan penghargaan
atas perbaikan dan/ atau pencapaian kinerja tertentu di bidang tata kelola
keuangan daerah, pelayanan dasar publik, peningkatan perekonomian dan
kesejahteraan masyarakat.
e. Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (Cukai Rokok)
Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau yang selanjutnya disingkat DBH CHT
adalah penerimaan negara dari cukai hasil tembakau yang sebagian dibagi
hasilkan kepada provinsi dan Kabupaten/Kota sesuai dengan komposisi yang
ditetapkan ketentuan peraturan perundang- undangan.
2. Dana Kapitasi dan Non Kapitasi
Merupakan dana kapitasi dan non kapitasi berdasar jumlah kepesertaan masing-
masing Puskesmas yang dapat digunakan untuk pemenuhan dan pengelolaan SPA
maupun kalibrasi.
3. Dana BLUD
Merupakan dana yang bersumber dari jasa pelayanan yang dapat digunakan untuk
pemenuhan dan pengelolaan SPA maupun kalibrasi.
4. Corporate Social Responsibility (CSR)
Merupakan sumbangan / pemberian barang dari lembaga atau perusahaan swasta.
5. Hibah
Merupakan sumbangan atau pemberian barang yang diperlukan oleh Puskesmas dari
Masyarakat, pemerintah maupun Pihak Swasta.
Mekanisme pengalokasian anggaran diatas diatur melalui Perda masing-masing daerah.
PEDOMAN PENGELOLAAN SARANA, PRASARANA, DAN ALAT KESEHATAN PUSKESMAS 17
BAB III – PENGADAAN
Pengadaan SPA di Puskesmas mengikuti Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2021 tentang
Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 Tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah termasuk peraturan pendukungnya dan Perda masing-masing daerah. Tahapan
pengadaan SPA secara garis besar meliputi tahapan identifikasi kebutuhan pengadaan, penyusunan
jadwal pengadaan, penyiapan spesifikasi, penyusunan HPS dan pelaksanaan pengadaan.
3.1. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN
Identifikasi kebutuhan SPA disusun berdasarkan gap analisis yang ada di ASPAK, yaitu :
1. Berdasarkan jumlah dan jenis SPA maka tindak lanjutnya dapat berupa pembangunan,
penambahan ruangan, penambahan instalasi prasarana, atau pengadaan baru
prasarana dan alat kesehatan.
2. Berdasarkan kondisi SPA maka tindak lanjutnya dapat berupa pemeliharaan,
perbaikan, penggantian suku cadang dan perawatan.
3. Berdasarkan tahun pengadaan SPA maka tindak lanjutnya dapat berupa
pembangunan dan penggantian.
4. Berdasarkan mutu SPA maka tindak lanjutnya dapat berupa pengujian dan kalibrasi,
pemeriksaan baku mutu air bersih dan air limbah, pelaporan yang terkait dengan ijin
lingkungan (UPL UKL), pengisian APAR, pelaporan SLF tahun ke-5 (untuk prasarana
umum), pelaporan KTD.
Selain identifikasi kebutuhan SPA dari ASPAK, perlu juga diperhatikan kebutuhan
berdasarkan resiko pengelolaan SPA, misalnya jika terjadi seperti KLB, bencana, kebakaran, banjir,
gempa, huru-hara, yang disesuaikan dengan kebutuhan penggantian kerusakan yang terjadi.
Dalam proses identifikasi kebutuhan, untuk sarana perlu diperhatikan antara lain tingkat
kompleksitas pekerjaan dan kesiapan lahan, sedangkan untuk prasarana dan alat kesehatan antara
lain ketersediaan suku cadang, biaya operasional, kebutuhan pra-instalasi, ketersediaan ruangan,
ketersediaan SDM serta ketersediaan listrik, air dan gas.
3.2. PENYUSUNAN JADWAL PENGADAAN
Rencana jadwal pengadaan terdiri dari rencana jadwal persiapan pengadaan dan rencana
pelaksanaan pengadaan. Jadwal pengadaan harus memperhatikan waktu perencanaan dan proses
pengadaan SPA dan batas waktu yang sudah ditentukan sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan.
PEDOMAN PENGELOLAAN SARANA, PRASARANA, DAN ALAT KESEHATAN PUSKESMAS 18
Perlu diperhatikan mulainya penjadwalan terkait dengan kesiapan dokumen penganggaran di
daerah. Terkait dengan sumber anggaran, jika menggunakan dana BLUD maka waktunya bisa lebih
fleksibel, tergantung dari kesiapan dan kebutuhan masing-masing Puskesmas.
3.3. PENYIAPAN SPESIFIKASI
Spesifikasi SPA disusun dengan memperhatikan kebutuhan pelayanan kesehatan di
Puskesmas dan kesesuaian/perkembangan teknologi serta mempertimbangkan regulasi SPA yang
berlaku. Untuk sarana, spesifikasi kebutuhan menyesuaikan dengan Pedoman Pembangunan dan
Peningkatan Fungsi Bangunan Puskesmas dan Pedoman Interior Bangunan Puskesmas (desain
prototype bangunan dan prototype interior) yang telah ditetapkan serta pedoman-pedoman lain.
Untuk prasarana menyesuaikan Pedoman Prototipe Pengelolaan Air Bersih Puskesmas, Pedoman
Teknologi Biofilter untuk Mengolah Air Limbah Puskesmas, Pedoman Prototipe Energi Terbarukan
Tenaga Surya Puskesmas dan Pedoman Teknis Ambulans Puskesmas (pengelolaan air bersih,
pengolahan air limbah, listrik tenaga surya, ambulans). Untuk peralatan yang menjadi bagian
instalasi prasarana diutamakan yang memiliki sertifikasi Standar Nasional Indonesia (SNI).
Sedangkan untuk alat kesehatan menyesuaikan Pedoman Spesifikasi Alat Kesehatan Puskesmas,
dan hal penting yang perlu diperhatikan adalah alat kesehatan harus memiliki izin edar, jaminan
purna jual dan kontinuitas ketersediaan barang atau jaminan suku cadang. Dokumen penerimaan
barang juga merupakan spesifikasi yang dimasukkan dalam pengadaan barang. Untuk spesifikasi
SPA diprioritaskan khususnya produk yang memiliki sertifikat TKDN (Tingkat Komponen Dalam
Negeri).
3.4. PENYUSUNAN RAB & HPS
Harga Perkiraan Sendiri (HPS) adalah perkiraan harga barang/jasa yang ditetapkan oleh PPK
yang telah memperhitungkan biaya tidak langsung, keuntungan dan Pajak Pertambahan Nilai.
Dalam penyusunan HPS referensi harga dapat diperoleh informasi harga dari penyedia atau
informasi biaya satuan yang dipublikasikan secara resmi antara lain melalui e-purchasing. Biaya
pendukung yang diperlukan dipertimbangkan antara lain biaya pengiriman, biaya pelatihan, biaya
instalasi dan testing, biaya asuransi, dll.
3.5. PELAKSANAAN PENGADAAN
Pelaksanaan pengadaan SPA di Puskesmas untuk langkahnya secara detail mengacu pada
Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2021 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 16
PEDOMAN PENGELOLAAN SARANA, PRASARANA, DAN ALAT KESEHATAN PUSKESMAS 19
Tahun 2018 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah termasuk peraturan pendukungnya dan
Perda masing-masing daerah.
PEDOMAN PENGELOLAAN SARANA, PRASARANA, DAN ALAT KESEHATAN PUSKESMAS 20
BAB IV – PENERIMAAN
Penerimaan adalah suatu rangkaian kegiatan dalam pengelolaan SPA Puskesmas. Proses
penerimaan dibedakan berdasarkan dari sumbernya, jika menggunakan anggaran pemerintah maka
prosesnya mengikuti alur yang dijelaskan dalam pedoman ini. Jika SPA diterima dalam bentuk CSR
atau hibah maka yang perlu diperhatikan adalah berita acara hibah, garansi dan pelatihan dari
pemberi hibah, kelengkapan administrasi yang digunakan untuk keperluan operasional dan
pemeliharaan, uji fungsi dan uji coba, dokumen legalitas barang yang diberikan atau dihibahkan.
SPA yang diterima harus diperiksa kelengkapannya baik jenis, jumlah dan kondisinya serta
sesuai dengan dokumen yang menyertainya. Fungsi penerimaan SPA di Puskesmas adalah menerima
SPA yang menyangkut aspek-aspek pemeriksaan agar berfungsi dengan baik sebelum digunakan
dalam rangka menjamin mutu, keamanan dan laik pakai serta diadministrasikan dengan baik dan
benar.
Prosedur penerimaan SPA dibedakan antara proses penerimaan secara bertahap dan proses
penerimaan secara langsung atau sekaligus. Dalam proses penerimaan bertahap dilakukan
berdasarkan progress pekerjaan dan dilakukan dengan rapat rutin serta peninjauan lapangan baik
periodik maupun sesuai kebutuhan, hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi penyimpangan terhadap
perencanaan.
Sedangkan proses penerimaan secara langsung atau sekaligus dilakukan setelah masa akhir
kontrak dan progress pekerjaan mencapai 100%. Secara lebih spesifik penerimaan di akhir masa
kontrak untuk SPA dijelaskan sebagai berikut :
1. Sarana
Penerimaan sarana meliputi kegiatan penerimaan dokumen dan pengecekan
spesifikasi yang terdiri dari spesifikasi pekerjaan fisik bangunan, mekanikal elektrikal
(ME) dan infrastruktur, comissioning, serah terima pertama/provisional hand over
(PHO) pekerjaan yang disertai dengan Berita Acara Serah Terima (BAST) pertama,
masa pemeliharaan, serah terima kedua/final hand over (FHO) pekerjaan yang disertai
dengan BAST kedua, pengurusan Sertifikat Laik Fungsi (SLF) dan pengurusan ijin
penggunaan bangunan. Karena pengadaan sarana mejadi kewenangan Dinas
Kesehatan, maka di akhr prosesnya, sarana diserahkan sarana diserahkan ke
Puskesmas dilampiri dengan BAST.
2. Prasarana
Penerimaan prasarana prosesnya berbeda antara prasarana yang menjadi satu
kesatuan dengan bangunan (misalnya instalasi listrik, instalasi air) dan prasarana yang
PEDOMAN PENGELOLAAN SARANA, PRASARANA, DAN ALAT KESEHATAN PUSKESMAS 21
terpisah dari bangunan (misalnya genset, pembangkit tenaga surya, pompa air,
tabung oksigen, ambulans, pusling roda 4, pusling roda 2). Untuk prasarana yang
menjadi satu dengan bangunan proses penerimaannya sama dengan sarana karena
termuat dalam satu BAST sehingga menjadi bagian yang tidak terpisahkan satu
dengan yang lain, sedangkan prasarana yang terpisah dari bangunan proses
penerimaannya meliputi kegiatan penerimaan dokumen dan pengecekan spesifikasi,
instalasi, uji fungsi, serah terima barang, pelatihan, pencatatan dan pelabelan.
3. Alat Kesehatan
Penerimaan alat kesehatan meliputi kegiatan penerimaan dokumen dan pengecekan
spesifikasi, instalasi, uji fungsi dan uji coba, serah terima barang, pelatihan,
pencatatan dan pelabelan.
4.1. PENERIMAAN DOKUMEN
Dokumen yang diserahkan oleh pihak penyedia pada saat penerimaan SPA, meliputi :
1. Sarana (pembangunan baru)
a. Semua berkas perizinan yang diperoleh pada saat pelaksanaan konstruksi,
termasuk Surat Persetujuan Bangunan Gedung (PBG) atau Ijin Mendirikan
Bangunan (IMB) dan atau ketentuan lain sesuai Perda masing-masing daerah;
b. RKS dan Gambar Perencanaan
c. Gambar-gambar yang sesuai dengan pelaksanaan (as built drawings);
d. Kontrak kerja pelaksanaan konstruksi fisik, pekerjaan pengawasan/manajemen
konstruksi beserta segala perubahan/ addendumnya;
e. Laporan pelaksanaan konstruksi yang terdiri atas laporan harian, laporan
mingguan, laporan bulanan, laporan akhir pengawasan/ manajemen konstruksi,
dan laporan akhir pengawasan berkala;
f. Berita acara pelaksanaan konstruksi yang terdiri atas perubahan pekerjaan,
pekerjaan tambah/kurang (CCO), serah terima I (PHO) dan II (FHO) dilampiri
dengan berita acara pelaksanaan pemeliharaan pekerjaan konstruksi,
pemeriksaan pekerjaan, dan berita acara lain yang berkaitan dengan pelaksanaan
konstruksi fisik;
g. Hasil uji coba/uji kinerja (comissioning test);
h. Foto-foto dokumentasi yang diambil pada setiap tahapan kemajuan pelaksanaan
konstruksi fisik;
PEDOMAN PENGELOLAAN SARANA, PRASARANA, DAN ALAT KESEHATAN PUSKESMAS 22
i. Dokumen K3 atau SMK3;
j. Manual operasi dan pemeliharaan bangunan gedung, termasuk pengoperasian
dan pemeliharaan peralatan dan perlengkapan mekanikal-elektrikal bangunan;
k. Garansi/surat jaminan peralatan dan perlengkapan mekanikal-elektrikal
bangunan;
l. Surat pernyataan/jaminan atas kegagalan bangunan
Untuk penambahan bangunan, renovasi dan rehabilitasi disesuaikan dengan ketentuan di
daerah masing-masing.
2. Prasarana
a. Prasarana yang menjadi satu dengan pembangunan bangunan baru, dokumen
penerimaannya menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan dokumen
penerimaan sarana karena termuat dalam satu BAST.
b. Prasarana yang terpisah dari bangunan, dokumen penerimaannya meliputi :
▪ Prasarana Gedung (genset, pembangkit tenaga surya, pompa air, tabung oksigen,
AC split) :
1. Kontrak pengadaan prasarana beserta segala perubahan/addendumnya
2. Berita Acara Pemeriksaan dan Penerimaan Barang
3. Berita Acara Uji Fungsi
4. Kartu Garansi
5. Certificate of Origin (jika ada)
6. SPPT-SNI (Serifikasi Produk Penggunaan Tanda Standar Nasional Indonesia)
7. Manual (operation, service, installation)
▪ Prasarana transportasi
- Ambulans, pusling roda 4, pusling roda 2, pusling perairan
1. Kontrak pengadaan prasarana beserta segala perubahan/addendumnya
2. Berita Acara Pemeriksaan dan Penerimaan Barang
3. Berita Acara Uji Fungsi dan Uji Coba (pusling roda 4 dan roda 2), Berita Acara
Uji Laik Fungsi (pusling perairan).
4. Kartu Garansi
5. Manual (operation, service)
6. STNK
7. BPKB (pusling roda 4 dan roda 2), Serifikat Kepemilikan Kapal (pusling
perairan)
PEDOMAN PENGELOLAAN SARANA, PRASARANA, DAN ALAT KESEHATAN PUSKESMAS 23
Untuk ambulans penerimaan komponen alat kesehatan mengikuti prosedur
penerimaan alat kesehatan yang terdapat didalam ambulans.
3. Alat Kesehatan
a. Kontrak pengadaan alat kesehatan beserta segala perubahan/addendumnya
b. Berita Acara Pemeriksaan dan Penerimaan Barang
c. Berita Acara Uji Fungsi dan Uji Coba
d. Kartu Garansi
e. Certificate of Origin
f. SPPT-SNI (Serifikasi Produk Penggunaan Tanda Standar Nasional Indonesia)
g. Sertifikat ijin edar
h. Manual (operation, service, installation, wiring/schematic diagram)
i. Jaminan penyediaan suku cadang
4.2. PENGECEKAN KESESUAIAN SPESIFIKASI
Pengecekan spesifikasi yang dilakukan pada saat penerimaan SPA, meliputi :
1. Sarana
Pengecekan spesifikasi sarana dilakukan untuk pekerjaan Fisik Bangunan, Mekanikal-
Elektrikal dan Plumbing (MEP) serta Infrastrutur.
2. Prasarana
a. Prasarana yang menjadi satu dengan bangunan, pengecekan spesifikasi prosesnya sama
dengan yang dilakukan pada sarana karena termuat dalam satu BAST, sehingga menjadi
bagian yang tidak terpisahkan satu dengan yang lain.
b. Prasarana yang terpisah dari bangunan, pengecekan spesifikasi meliputi :
▪ Prasarana Gedung (genset, pembangkit tenaga surya, pompa air, tabung oksigen, AC
split)
1. Pengecekan penempatan prasarana pada tempat yang sudah ditentukan.
2. Pengecekan perakitan dan atau peletakan sesuai spesifikasi prasarana (misalnya genset
diletakkan pada pondasi).
3. Pengecekan penyambungan prasarana dengan kelengkapan dan atau material pra-
instalasi yang telah dipersiapkan.
4. Pengecekan pengaturan, pengukuran keluaran dan atau pengujian keselamatan kerja.
PEDOMAN PENGELOLAAN SARANA, PRASARANA, DAN ALAT KESEHATAN PUSKESMAS 24
5. Pengecekan instalasi dengan memperhatikan petunjuk instalasi dan gambar instalasi
dari pabrik pembuat/distributor.
▪ Prasarana Transportasi
- Ambulans dan pusling roda 4
1. Pengecekan tipe atau varian
2. Pengecekan eksterior : body dan kelengkapan fitur dan aksesoris eksterior
3. Pengecekan interior : kondisi dashboard, doortrim, kursi, plafon dan bagasi
4. Pengecekan bagian ruang mesin dan nomor kendaraan
5. Pengecekan kelengkapan standar : ban cadangan, dongkrak dan tools
6. Pengecekan sirine
7. Pengecekan sketcher
8. Pengecekan wastafel
- Pusling perairan
1. Pengecekan tipe atau varian
2. Pengecekan eksterior : body dan kelengkapan fitur dan aksesoris eksterior
3. Pengecekan interior : kondisi dashboard, doortrim, kursi, plafon, lampu, dll
4. Pengecekan bagian ruang mesin
5. Pengecekan kelengkapan standar : radio dua arah, lifejacket / pelampung, SART, Rocket
Parachute Signal, dll.
3. Alat kesehatan
Pengecekan spesifikasi dilakukan sekaligus pada saat proses instalasi, yaitu proses
pemasangan barang ke tempatnya. Sebelum instalasi dilakukan sudah melalui proses
pengiriman, penyimpanan dan penempatan barang yang dibeli ke lokasi yang diinginkan.
Instalasi alat kesehatan adalah tahap kegiatan pekerjaan pemasangan, yang meliputi:
1. Pembukaan peti/koli (unpacking).
2. Penempatan alat pada tempat yang sudah ditentukan.
3. Perakitan alat dan atau peletakan alat pada pondasi atau pada ceiling.
4. Penyambungan alat dengan kelengkapan dan atau material pra-instalasi yang telah
dipersiapkan.
5. Pengaturan dan pengukuran keluaran.
6. Instalasi harus mengacu pada petunjuk instalasi dan gambar instalasi dari pabrik
pembuat/distributor.
Beberapa hal yang harus diperhatikan pada waktu instalasi adalah sebagai berikut:
PEDOMAN PENGELOLAAN SARANA, PRASARANA, DAN ALAT KESEHATAN PUSKESMAS 25
1. Tidak mengganggu kegiatan pelayanan di Puskesmas.
2. Instalasi dilakukan oleh tenaga yang profesional dan ahli di bidangnya.
3. Kerusakan pada gedung, kelengkapan dan atau material pra-instalasi yang
diakibatkan oleh instalasi alat harus diperbaiki oleh pemasok/penyedia sehingga
kembali ke keadaan semula.
4. Pada pelaksanaan instalasi, teknisi pemasok/penyedia harus mengikutsertakan
penanggungjawab barang Puskesmas sebagai upaya alih teknologi.
4.3. SERAH TERIMA (COMISSIONING)
Comissioning adalah proses penerimaan secara fisik dan administratif termasuk pelaksanaan
uji fungsi dan uji coba untuk menjamin SPA berfungsi dengan baik, bermutu, aman dan laik pakai
serta memastikan kembali kesesuaian SPA dengan spesifikasi dalam kontrak.
1. Sarana
Comissioning pada sarana adalah uji coba bangunan, biasanya dilakukan selama masa
pemeliharaan sekaligus pemeriksaan atas hasil pelaksanaan pembangunan fisik dalam rangka
pemanfaatan bangunan. Dalam masa pemeliharaan, pihak penyedia berkewajiban
memperbaiki segala cacat atau kerusakan dan kekurangan yang terjadi selama masa
pembangunan. Apabila tidak ditentukan lain dalam kontrak kerja pelaksanaan pembangunan,
masa pemeliharaan paling sedikit 6 (enam) bulan terhitung sejak serah terima
pertama/provisional hand over (PHO). Masa pemeliharaan bangunan diakhiri dengan serah
terima kedua/final hand over (FHO) yang dilampiri dengan berita acara pelaksanaan
pemeliharaan. Pengecekan sarana terutama untuk kondisi fisik struktur bangunan, beberapa
indikator yang digunakan antara lain :
a. Tidak terjadi keretakan pada struktur bangunan dan dinding.
b. Tidak terjadi penurunan struktur bangunan dan dinding terkait dengan pondasi /
perubahan struktur.
c. Tidak terjadi lendutan pada struktur,atap, balok dan plat yang dapat menyebabkan
kerusakan.
2. Prasarana
a. Comissioning pada prasarana yang menjadi satu dengan bangunan mengikuti prosedur
comissioning di sarana karena termuat dalam satu BAST, sehingga menjadi bagian
yang tidak terpisahkan satu dengan yang lain. Prasarana yang menjadi satu dengan
bangunan meliputi mekanikal, elektrikal dan plumbing. Untuk pengecekan dapat
PEDOMAN PENGELOLAAN SARANA, PRASARANA, DAN ALAT KESEHATAN PUSKESMAS 26
dilakukan secara visual dengan melihat kondisi fisik prasarana. Sedangkan uji fungsi -
dengan melihat performance masing-masing prasarana, misalnya lampu dapat
menyala, stop kontak ada aliran listriknya, air keran hidup dan debit airnya cukup.
b. Comissioning pada prasarana yang terpisah dari bangunan kegiatannya terdiri dari
pemeriksaan fisik, uji fungsi dan pelatihan bagi pengguna dan teknisi. Hasil
penerimaan dituangkan dalam berita acara penerimaan barang sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
1. Pemeriksaan Fisik
Kegiatan meliputi penilaian fisik dan kelengkapan aksesoris. Tujuan dari pemeriksaan
ini adalah untuk mengecek kesesuaian:
▪ Merk, tipe/model, jumlah, nomor seri.
▪ Keaslian label.
▪ Bagian-bagian prasarana.
▪ Aksesoris yang dipesan.
▪ Kelengkapan dokumen teknis yang terdiri dari :
- Prasarana gedung (genset, pembangkit tenaga surya, pompa air, tabung
oksigen, AC split) : Certificate of Origin, Test Certificate, Manual (operation,
service, installation)
- Prasarana Transportasi (ambulans, pusling roda 2 dan roda 4) : STNK, BPKB,
Plat Nomor Kendaraan, Buku service, Buku Panduan/Manual.
Khusus untuk prasarana transportasi perlu dilakukan pengecekan odometer (jarak
tempuh), untuk pembelian baru.
2. Uji Fungsi
Uji fungsi dilakukan untuk mengetahui kinerja prasarana sesuai dengan yang
diharapkan atau sesuai dengan standar keamanan dan standar dari pabrikan.
Pelaksanaan uji fungsi sebagai berikut:
a. Pemeriksaan fungsi komponen/bagian :
- Prasarana gedung (tombol, saklar, indikator, putaran motor, pengereman,
dll).
- Prasarana transportasi (dashboard, lampu, gas, rem dan mekanik yang lain)
b. Kinerja output
Pada tahap ini dilakukan pengujian terhadap hasil keluaran :
- Prasarana Gedung
PEDOMAN PENGELOLAAN SARANA, PRASARANA, DAN ALAT KESEHATAN PUSKESMAS 27
Dilakukan uji pembebanan pada genset dan pembangkit tenaga surya, uji
debit pada, pompa air, uji tekanan pada regulator tabung oksigen, uji
pemakaian AC, uji fungsi berdasarkan sertifikasi pada APAR.
- Prasarana Transportasi
Dilakukan test semua fitur dan kelistrikan serta dilakukan test drive. Khusus
untuk ambulans perlu pengujian penempatan brankar dan gas medis.
3. Alat Kesehatan
Comissioning pada alat kesehatan kegiatannya terdiri dari pemeriksaan fisik, uji
fungsi, uji coba dan pelatihan bagi pengguna dan teknisi. Hasil penerimaan dituangkan
dalam berita acara penerimaan barang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Barang yang
diterima harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a. Telah dilakukan pemeriksaan fisik, instalasi dan uji fungsi
b. Telah melewati masa uji coba dengan hasil baik
c. Memiliki masa pemeliharaan sesuai program
d. Pihak penyedia bertanggung jawab selama masa garansi
Kegiatan pemeriksaan fisik, uji fungsi dan uji coba dijelaskan sebagai berikut :
1. Pemeriksaan Fisik
Kegiatan meliputi penilaian fisik dan kelengkapan aksesoris. Tujuan dari pemeriksaan ini
adalah untuk mengecek kesesuaian :
a. Merk, tipe/model, jumlah
b. Keaslian label
c. Bagian-bagian alat kesehatan
d. Aksesoris yang dipesan
e. Kelengkapan dokumen teknis yang terdiri dari : Certificate of Origin, Test Certificate,
Manual (operation, service, installation, wiring/schematic diagram)
2. Uji Fungsi
Uji fungsi dilakukan untuk mengetahui kinerja prasarana dan alat kesehatan sesuai dengan
yang diharapkan atau sesuai dengan standar keamanan dan standar dari pabrikan.
Pelaksanaan uji fungsi sebagai berikut:
a. Pemeriksaan fungsi komponen/bagian : tombol, saklar, indikator, putaran motor,
pengereman, dll).
b. Kinerja output
PEDOMAN PENGELOLAAN SARANA, PRASARANA, DAN ALAT KESEHATAN PUSKESMAS 28
Pada tahap ini dilakukan pengujian terhadap hasil keluaran misalnya dental unit diuji
putaran hand piece, daya hisap, sistem udara tekan, naik turun dental chair, cahaya lampu,
dll. Pada pengujian keluaran ini, supplier harus melakukan pengukuran, dengan
menggunakan alat ukur yang sesuai dengan keluaran yang dihasilkan setiap jenis alat.
Untuk alat kesehatan juga diperlukan pengujian aspek keselamatan khusus untuk Alat
Kesehatan Elektromedik, meliputi :
▪ Tidak ada kebocoran arus listrik ditempat yang tidak pada tempatnya (misalnya pada
body alat kesehatan jika dipegang nyetrum)
▪ Impedansi kabel pembumian (misalnya tersedia grounding)
▪ Nilai tahanan hubungan pembumian
▪ Keseimbangan/balancing
▪ Sistem pengamanan tertentu atau dilakukan kalibrasi oleh institusi penguji yang
berwenang.
2) Uji Coba
Uji coba adalah kegiatan pengujian yang dilakukan khusus untuk alat kesehatan dengan
cara melakukan penggunaan langsung pada pasien yang dilaksanakan setelah melalui proses
uji fungsi dengan baik. Uji coba dilaksanakan oleh operator yang telah dilatih untuk
membiasakan penggunaan alat sesuai prosedur kerjanya dalam waktu tertentu atau
berdasarkan jumlah pemakaian.
4.4. PELATIHAN OPERATOR DAN PENANGGUNG JAWAB BARANG
Kegiatan pelatihan dilakukan pada proses penerimaan prasarana yang terpisah dari bangunan
dan proses penerimaan alat kesehatan. Pelatihan dilakukan oleh penyedia dan sebaiknya dilakukan
setelah uji fungsi, dengan materi yang memuat prosedur penggunaan yang benar dan aman,
pengoperasian prasarana dan peralatan secara optimal, pemeliharaan harian, penyimpanan,
penggantian bahan habis pakai. Setelah pelatihan operator dan penanggungjawab barang
mendapatkan sertifikat pelatihan, dan berkewajiban menyusun Standar Operasional Prosedur (SOP)
prasarana dan alat kesehatan.
4.5. INVENTARISASI (PENCATATAN DAN PELABELAN)
Data inventaris merupakan data detil SPA yang berkaitan dengan aspek teknis maupun
administrasi untuk setiap jenis SPA. Setiap Puskesmas wajib membuat daftar inventaris yang harus
selalu dikelola/update setiap kali perubahan misalnya penambahan, pengurangan, pemindahan,
PEDOMAN PENGELOLAAN SARANA, PRASARANA, DAN ALAT KESEHATAN PUSKESMAS 29
penghapusan, sehingga data yang terdapat dalam daftar inventaris merupakan kondisi terkini. Data
inventaris dapat memberikan informasi sebagai berikut :
1. Informasi dasar untuk pengelolaan aset, termasuk pemetaan pemenuhan standar dan
membantu penjadwalan operasional, pemeliharaan, perbaikan, penarikan kembali/recall
serta penghapusan.
2. Memberikan informasi keuangan guna mendukung penilaian budget dan ekonomi.
3. Data SPA terkait jumlah, kondisi, tahun pengadaan, riwayat pemeliharaan, kalibrasi,
identitas (merk, tipe, nomor seri).
Proses inventarisasi SPA harus dicatat di Kartu Inventaris Barang milik Daerah (BMD), Kartu
Inventaris Ruangan (KIR) dan di upload ke dalam Aplikasi Sarana Prasarana dan Alat Kesehatan
(ASPAK). SPA yang sudah dicatat didalam daftar inventaris diberi label sebagai bukti
pendokumentasian dan kesesuaian dengan penerimaan.
PEDOMAN PENGELOLAAN SARANA, PRASARANA, DAN ALAT KESEHATAN PUSKESMAS 30
BAB V – PENGOPERASIAN
Pengoperasian merupakan bagian yang harus mendapat perhatian karena seringkali SPA rusak
atau tidak dapat digunakan sebagaimana mestinya bukan disebabkan karena kerusakan fungsi
tetapi karena adanya perlakuan yang tidak sesuai atau kesalahan operasional. Untuk mengantisipasi
hal tersebut, maka pemahaman cara pengoperasian SPA harus benar-benar dipahami dan pelajari,
sehingga dapat digunakan secara benar dan mengurangi keluhan kerusakan.
Dalam pelaksanaan pengoperasian terdapat prasyarat pengoperasian yaitu ketentuan yang
harus di pertimbangkan dan menjadi persyaratan SPA dapat dioperasikan secara aman dan benar.
Persyaratan pengoperasian mencakup seluruh aspek yang berhubungan dengan pengoperasian yang
terdiri dari :
▪ Sumber Daya Manusia (misalnya tenaga kesehatan yang terlatih dalam pengoperasian alat
kesehatan, tenaga terlatih dalam pengoperasian prasarana)
▪ Kelengkapan (misalnya aksesoris, alat pelindung diri)
▪ Bahan Operasional (misalnya bahan medis habis pakai, reagen, disinfectan, cairan
pembersih, BBM)
▪ Utilitas (kecukupan daya listrik, air bersih, ketersediaan pengolah limbah, gas medik, tempat
pembuangan sampah)
▪ Standar Operasional Prosedur (SOP)
5.1. PENGOPERASIAN SARANA
Pengoperasian sarana atau bangunan sebaiknya dilaksanakan setelah terbitnya Serifikat Laik
fungsi (SLF). SLF merupakan sertifikat yang diterbitkan oleh Pemerintah (dinas teknis yang mengurusi
tata kelola bangunan) terhadap bangunan gedung yang telah selesai dibangun sesuai
PBG/IMB/ketentuan lain sesuai Perda masing-masing daerah.
Pengoperasian prasarana yang menjadi satu dengan bangunan seperti instalasi listrik
dilaksanakan setelah terbitnya Sertifikat Laik Operasional (SLO). Untuk instalasi air bersih, IPAL,
jaringan komunikasi serta plumbing harus memperhatikan konektifitas instalasi.
5.2. PENGOPERASIAN ALAT KESEHATAN DAN PRASARANA YANG TERPISAH DARI BANGUNAN
Pengoperasian alat kesehatan dan prasarana yang terpisah dari bangunan terdiri dari 3 tahap,
yaitu persiapan, pelaksanaan pengoperasian dan penyimpanan. Tenaga yang mengoperasikan harus
PEDOMAN PENGELOLAAN SARANA, PRASARANA, DAN ALAT KESEHATAN PUSKESMAS 31
memiliki kompetensi yang sesuai dengan pengetahuan dan ketrampilan yang cukup. Untuk
mencapai hal tersebut dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain :
▪ Pelatihan pengoperasian pada saat penerimaan (dilakukan oleh distributor/agen).
▪ Pelatihan pengoperasian yang dilaksanakan oleh instansi lain atau internal Puskesmas.
▪ Mempelajari operasional manual dan standar prosedur pengoperasian.
5.2.1. Persiapan
Persiapan pengoperasian alat kesehatan dan prasarana yang terpisah dari bangunan harus
memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Penempatan alat kesehatan / prasarana
Hal-hal yang harus diperhatikan pada saat penempatan alat kesehatan dan prasarana :
▪ Jangkauan dan kemudahan dalam pengoperasian.
▪ Sisi ergonomis (ditempatkan di meja datar, sesuai ketinggian pengguna).
▪ Pra instalasi dari tiap prasarana dan alat kesehatan.
▪ Kecukupan : Sumber tegangan (voltase) dan daya listrik (watt), Sumber air bersih, Sumber
pencahayaan, Suhu dan kelembaban ruangan, Sistem penghawaan.
2. Adanya dukungan utilitas dan kondisi fisik secara umum, meliputi :
▪ Jaringan listrik (misalnya kesesuaian tegangan yang dibutuhkan alat kesehatan dan
prasarana)
▪ Fisik (misalnya adanya kerusakan fisik pada alat kesehatan dan prasarana)
▪ Pengecekan fungsi (misalnya pengecekan fungsi panel atau tombol alat kesehatan dan
prasarana)
5.2.2. Pelaksanaan Pengoperasian
Dalam pelaksanaan pengoperasian alat kesehatan dan prasarana yang terpisah dari bangunan
perlu memperhatikan SOP dan buku panduan operasional (manual book) yang berlaku dan
pengawasan terhadap fungsi pada saat beroperasi. Sedangkan khusus untuk alat kesehatan juga
perlu diperhatikan kesesuaian antara alat kesehatan dengan pasien pada saat dilakukan tindakan
(misalnya manset tensimeter untuk orang dewasa berbeda dengan anak-anak, timbangan bayi dan
timbangan dewasa)
PEDOMAN PENGELOLAAN SARANA, PRASARANA, DAN ALAT KESEHATAN PUSKESMAS 32
5.2.3. Perapihan dan Penyimpanan
Setelah langkah-langkah pengoperasian dilakukan, selanjutnya dilaksanakan kegiatan
perapihan dan penyimpanan. Kegiatan ini sangat berpengaruh terhadap usia pakai prasarana dan
alat kesehatan. Hal-hal yang perlu dilakukan pada kegiatan perapihan dan penyimpanan setelah
digunakan, antara lain meliputi :
1. Mematikan prasarana dan alat kesehatan sesuai prosedur.
2. Melepaskan hubungan prasarana dan alat kesehatan dari catu daya.
3. Membersihkan prasarana dan alat kesehatan maupun aksesoris yang habis dipakai.
4. Meletakan prasarana dan alat kesehatan di tempatnya.
5. Melepaskan batere untuk penyimpanan dalam waktu lama
Pemeliharaan adalah suatu upaya yang dilakukan agar SPA selalu dalam kondisi laik pakai,
dan/atau laik fungsi yang menjamin usia pakai lebih lama serta mencegah kegagalan.
Perawatan atau perbaikan adalah kegiatan untuk memperbaiki dan/atau mengganti bagian
yang rusak agar tetap laik fungsi dan mengembalikan fungsi sesuai dengan kondisi awalnya.
Perawatan digunakan untuk sarana, sedangkan perbaikan digunakan untuk alat kesehatan dan
prasarana yang terpisah dari bangunan. Ciri dari kegiatan perawatan biasanya tidak terjadwal dan
berdasarkan permintaan dari pengguna.
PEDOMAN PENGELOLAAN SARANA, PRASARANA, DAN ALAT KESEHATAN PUSKESMAS 33
BAB VI – PEMELIHARAAN
Kegiatan pemeliharaan SPA bertujuan untuk memperpanjang usia pakai, mempertahankan
mutu, memperkecil tingkat risiko bahaya penggunaan dan pencegahan infeksi serta mendapatkan
investasi yang maksimal.
Kegiatan pemeliharaan dibedakan menjadi 2, yaitu :
1. Pemeliharaan Terencana
Pemeliharaan terencana adalah pemeliharaan yang sudah terjadwal dan sudah
direncanakan sebelumnya. Pemeliharaan terencana ini dibagi menjadi 2 jenis kegiatan,
yaitu :
a. Kegiatan Inspeksi
Yaitu kegiatan pemeliharaan yaitu pengecekan sebelum digunakan atau
dioperasionalkan.
▪ Pada sarana dilakukan pemeriksaan di semua komponen bangunan
▪ Pada prasarana yang menjadi satu dengan bangunan gedung dilakukan
pemeriksaan misalnya pada jaringan listrik.
▪ Prasarana yang terpisah dari bangunan
- Prasarana Gedung (genset, pembangkit tenaga surya, pompa air, tabung
oksigen, AC split) dilakukan pemeriksaan untuk melihat apakah
komponen prasarana dalam kondisi baik sebelum digunakan.
- Prasarana transportasi (ambulans, pusling roda 4 dan pusling roda 2)
dilakukan pemeriksaan apakah semua bagian dalam kondisi baik,
misalnya ban tidak bocor, mesin dan lampu berfungsi, sebelum
digunakan.
▪ Pada alat kesehatan dilakukan pemeriksaan fungsi dan asesoris sebelum
digunakan ke pasien.
b. Pemeliharaan Pencegahan / Preventif
Kegiatan ini bertujuan untuk mengurangi kemungkinan adanya elemen yang rusak.
▪ Pada sarana dilakukan pembersihan (dinding, plafon, kusen dll), pelumasan
(kunci, engsel, grendel dll).
▪ Pada prasarana gedung dilakukan pembersihan, pelumasan, penyetelan,
penggantian komponen yang minor (genset, pembangkit tenaga surya, pompa
air, tabung oksigen, AC split).
PEDOMAN PENGELOLAAN SARANA, PRASARANA, DAN ALAT KESEHATAN PUSKESMAS 34
▪ Pada prasarana transportasi dilakukan pembersihan, pencucian, penggantian
olie dan service berkala.
▪ Pada alat Kesehatan dilakukan pembersihan, pelumasan, penyetelan,
penggantian komponen yang minor.
2. Pemeliharaan Tidak Terencana
Pemeliharaan tidak terencana adalah kegiatan pemeliharaan yang tidak terjadwal akibat
sarana, prasarana dan alat kesehatan yang sedang digunakan mengalami kerusakan akibat
pemeliharaan pencegahan/preventif tidak berjalan dengan baik. Jenis kegiatan
pemeliharaan darurat ini harus diminimalisir agar prinsip efisiensi dan efektifitas dapat
diwujudkan.
Pemeliharaan jika tidak dilakukan maka resiko yang dapat terjadi adalah mutu pelayanan yang
tidak sesuai standar, potensi terjadi kejadian yang tidak diharapkan dan kecelakaan kerja.
6.1. LINGKUP PEMELIHARAAN
6.1.1. Sarana
Pekerjaan pemeliharaan meliputi jenis pembersihan, perapihan, pemeriksaan, pengujian,
perbaikan dan/atau penggantian bahan atau perlengkapan bangunan gedung dan kegiatan sejenis
lainnnya berdasarkan pedoman pengoperasian dan pemeliharaan gedung.
Lingkup pemeliharaan bangunan gedung meliputi :
1. Komponen Arsitektur bangunan : sarana jalan keluar, dinding (tempered glass, keramik,
marmer, clading allumunium composit), plafon, kunci, grendel dan engsel, kusen, pintu,
dll.
2. Komponen Struktur bangunan : pondasi, kolom, dinding (bata merah, batu kali, beton,
kayu), kebersihan pekerjaan sipil.
3. Tata Ghra (Interior) dan Tata Ruang Luar (Eksterior)
4. Komponen luar gedung : tanki septic, talang, floor drain, atap, lisplang, tata grha (toilet,
lantai basement, plat atap beton, lobby).
6.1.2. Prasarana
Pekerjaan pemeliharaan meliputi jenis pembersihan, perapihan, pemeriksaan, pengujian,
perbaikan dan/atau penggantian bahan atau perlengkapan prasarana baik untuk prasarana yang
menjadi satu dengan bangunan dan prasarana yang terpisah dari bangunan.
Lingkup pemeliharaan prasarana meliputi :
PEDOMAN PENGELOLAAN SARANA, PRASARANA, DAN ALAT KESEHATAN PUSKESMAS 35
1. Prasarana yang menjadi satu dengan bangunan
- Komponen Mekanikal : saluran air kotor, saluran air bersih, peralatan sanitair,
pemanas air, kran air, bak cuci piring, sistem tata udara, sistem transportasi vertikal,
sistem proteksi kebakaran, sistem plumbing dan pompa.
- Komponen Elektrikal : sistem elektrikal (listrik), sistem elektronika (jaringan internet,
jaringan televisi, CCTV)
2. Prasarana yang terpisah dari bangunan
- Prasarana gedung : genset, pembangkit tenaga surya, pompa air (sumber air),
tabung oksigen, AC split.
- Prasarana transportasi : ambulans, pusling roda 4, pusling roda 2 dan pusling
perairan
6.1.3. Alat Kesehatan
Pekerjaan pemeliharaan alat kesehatan meliputi jenis perapihan, pembersihan,
pengemasan, pelumasan, penggantian, sterilisasi dan kalibrasi.
Lingkup pemeliharaan alat kesehatan meliputi :
1. Alat kesehatan elektromedis
2. Alat kesehatan non elektromedis
6.2. PERSIAPAN DAN PENJADWALAN
6.2.1. Sarana
Dalam tahapan persiapan dilakukan penyiapan dokumen inventarisasi sarana, kemudian
melakukan inventarisasi sarana yang rusak dan membuat penjadwalan untuk pemeliharaan dan
perawatan. Kegiatan inventarisasi sarana yang rusak meliputi kegiatan pencatatan dan pelaporan
kondisi sarana, dengan menentukan lokasi yang rusak, membuat catatan kondisi yang rusak,
melaporkan kondisi bagian yang rusak, memfoto dan mendokumentasikan. Contoh penjadwalan
pemeliharaan sarana meliputi penjadwalan komponen arsitektur dan komponen struktur antara lain
sebagai berikut :
PEDOMAN PENGELOLAAN SARANA, PRASARANA, DAN ALAT KESEHATAN PUSKESMAS 36
Tabel 1. Contoh Penjadwalan Pemeliharaan Sarana
KOMPONEN BANGUNAN JENIS
PEMELIHARAAN
FREKUENSI KEWENANGAN
Penutup Dinding Kaca Pembersihan 1 tahun Puskesmas/Pihak Ketiga
Penutup Dinding Keramik/
Mozaik/ Granit/ Marmer
Pembersihan 2 kali/hari Puskesmas/Pihak Ketiga
Penutup Dinding Clading
Alluminium Composit
Pemeriksaan 6 bulan Puskesmas/Pihak Ketiga
Plafon Tripleks, Gipsum Pembersihan dan
Perapihan
3 bulan Puskesmas/Pihak Ketiga
Plafon Akustik, Kayu,
Metal
Pembersihan dan
Perapihan
2 bulan Puskesmas/Pihak Ketiga
Lantai Ubin Teraso Pengepelan Setiap Hari Puskemas/Pihak Ketiga
Atap Sirap Pembersihan dan
Perapihan
6 bulan Puskesmas/Pihak Ketiga
Pondasi Pembersihan dan
Perapihan
3 bulan Puskesmas/Pihak Ketiga
Struktur Bangunan Baja,
Beton
Pembersihan dan
Perapihan
6 bulan Puskesmas/Pihak Ketiga
Struktur Kayu Pembersihan dan
Perapihan
1 bulan Puskesmas/Pihak Ketiga
Dinding Batu Kali, Beton,
Hardplex
Pembersihan dan
Perapihan
6 bulan Puskesmas/Pihak Ketiga
Dinding Kayu Pembersihan dan
Perapihan
1 bulan Puskesmas/Pihak Ketiga
Untuk penjelasan pemeliharaan sarana yang lebih detail dapat dilihat dalam Modul Pelatihan
TOT Pemeliharaan Sarana Prasarana dan Alat Kesehatan Puskesmas Tahun 2018 yang diterbitkan
oleh Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan.
6.2.2. Prasarana
Dalam tahapan persiapan dilakukan penyiapan dokumen inventarisasi prasarana, baik
prasarana yang menjadi satu dengan bangunan dan prasarana yang terpisah dari bangunan,
kemudian melakukan inventarisasi prasarana yang rusak dan membuat penjadwalan untuk
pemeliharaan, pengujian dan inspeksi.
Kegiatan inventarisasi prasarana yang rusak meliputi kegiatan pencatatan dan pelaporan
kondisi prasarana, dengan menentukan lokasi yang rusak, membuat catatan kondisi yang rusak,
melaporkan kondisi bagian yang rusak, memfoto dan mendokumentasikan. Contoh penjadwalan
pemeliharaan prasarana antara lain sebagai berikut :
PEDOMAN PENGELOLAAN SARANA, PRASARANA, DAN ALAT KESEHATAN PUSKESMAS 37
Tabel 2. Contoh Penjadwalan Pemeliharaan Prasarana
KOMPONEN BANGUNAN JENIS
PEMELIHARAAN
FREKUENSI KEWENANGAN
Prasarana yang menjadi satu dengan bangunan
Sistem Penghawaan
Ventilasi Alami :
Boven, Kusen, Rooster,
Tralis, Jendela
Pembersihan 1 Minggu Puskesmas
Sistem Pencahayaan
Void, Kaca (jendela,
dinding, plafon)
Lampu (armatur, rumah,
kap lampu)
Pembersihan dan
Perapihan
1 Minggu
6 Bulan
Puskesmas/Pihak Ketiga
Sistem Sanitasi :
Sistem Air Bersih
Tanki Air, Tandon Air, Kran
air/Shower/Selang
Bak Mandi, Wastafel,
Water Sink
Pembersihan dan
Perapihan
1 Bulan
Setiap Hari
Puskesmas/Pihak Ketiga
Sistem Sanitasi :
Sistem Limbah
Limbah padat medis dan
non medis termasuk
transport dan TPSnya
Limbah cair medis dan non
medis
Kloset dan urinoir
Septik Tank
Pembersihan dan
Perapihan
1 Minggu
Setiap Hari
Setiap Hari
1 Minggu
Puskesmas/Pihak Ketiga
Sistem Kelistrikan :
Sakelar, kotak kontak,
fitting lampu dan lampu
emergensi
PHB (Panel Hubung Bagi)
Pembersihan dan
Perapihan
1 Minggu
1 Bulan
Puskemas
Sistem Proteksi Petir Pembersihan 3 Bulan Puskesmas/Pihak Ketiga
Sistem Proteksi Kebakaran Pembersihan 1 Bulan Puskesmas/Pihak Ketiga
Sistem Komunikasi Pembersihan Setiap Hari Puskesmas/Pihak Ketiga
Sistem Transportasi
Vertikal dalam Puskesmas
Pembersihan Setiap Hari Puskesmas/Pihak Ketiga
PEDOMAN PENGELOLAAN SARANA, PRASARANA, DAN ALAT KESEHATAN PUSKESMAS 38
KOMPONEN BANGUNAN JENIS
PEMELIHARAAN
FREKUENSI KEWENANGAN
Prasarana yang terpisah dari bangunan
Sistem Penghawaan
Ventilasi Buatan:
AC Split
Exhaust Dinding
Kipas Angin
Pembersihan dan
Perapihan
3 Bulan
1 Minggu
1 Bulan
Puskesmas/Pihak Ketiga
Sistem Sanitasi
Sumur dangkal, sumur
dalam/artesis, PDAM
Pembersihan
1 Bulan
Puskesmas/Pihak Ketiga
Sistem Sanitasi
IPAL
Pembersihan dan
Perapihan
1 Bulan
Puskesmas/Pihak Ketiga
Sistem Kelistrikan
PTLS : Sel surya
Baterai dan Inverter
Pembersihan
3 Bulan
1 Bulan
Puskesmas/Pihak Ketiga
Pusling dan Ambulans Pembersihan dan
Perapihan
Setiap
selesai
pakai / 1
Minggu
Sesuai
Kebutuhan
Puskesmas/Pihak Ketiga
Sistem Gas Medik
Tabung Gas Medis, Flow
Meter, Suction pump
portable, Oksigen
konsentrator, Kran/ valve
tabung gas medis
Pembersihan dan
Perapihan
3 Bulan /
setiap kali
akan
digunakan
dan
setelah
digunakan.
Puskesmas/Pihak Ketiga
Untuk penjelasan pemeliharaan prasarana yang lebih detail dapat dilihat dalam Modu
Pelatihan TOT Pemeliharaan Sarana Prasarana dan Alat Kesehatan Puskesmas Tahun 2018 yang
diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan.
6.2.3. Alat Kesehatan
Kegiatan persiapan diawali dengan menyiapkan daftar inventarisasi kebutuhan alat yang akan
dipelihara, kartu riwayat / history alat kesehatan, kemudian membuat penjadwalan untuk
pemeliharaan dan kalibrasi.
Selama kegiatan berlangsung diakukan monitoring dan evaluasi, terutama terhadap program
yang telah direncanakan, tenaga pelaksana, penggunaan anggaran, penyediaan instrument termasuk
bahan habis pakai, SOP pemeliharaan dan pengelolaan dokumen. Kegiatan ini dilakukan agar
pelaksanaan kegiatan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
PEDOMAN PENGELOLAAN SARANA, PRASARANA, DAN ALAT KESEHATAN PUSKESMAS 39
Agar hal tersebut diatas dapat berjalan diperlukan adanya tenaga pelaksana baik user
(pengguna) ataupun teknisi elektromedis di Puskesmas dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Untuk
mendukung pelaksanaan pemeliharaan alat kesehatan di Puskesmas perlu adanya pelatihan
mengenai penggunaan dan pemeliharaan alat-alat kesehatan berbasis pengguna sebagai upaya
memberi pengetahuan dan keterampilan kepada tenaga Kesehatan dalam menggunakan dan
memelihara alat. Selain itu dilakukan pula pembinaan secara berkala dalam bentuk in-house
training. Pembinaan ini dapat dilakukan oleh unit resmi pemerintah seperti Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota bekerjasama dengan fasilitas pelayanan kesehatan yang memiliki divisi/bagian
Teknik atau instalasi pemeliharaan fasilitas pelayanan kesehatan. Adapun Kerjasama pelatihan
pemeliharaan dapat juga dilakukan dengan Pihak Ketiga.
Untuk menjamin ketelitian dan ketepatan serta keamanan penggunaan alat maka setiap alat
kesehatan yang dipergunakan oleh fasilitas pelayanan kesehatan wajib dilakukan pengujian
dan/atau kalibrasi oleh institusi penguji sekurang-kurangnya satu kali dalam satu tahun. Hal ini
berdasarkan Permenkes No. 54 Tahun 2015 tentang pengujian dan kalibrasi alat kesehatan.
Pada kegiatan ini Puskesmas melakukan identifikasi jenis pemeliharaan alat kesehatan yang
akan dilakukan disesuaikan dengan standar pemeliharaan masing-masing alat, atau
mempertimbangkan prioritas peralatan berdasarkan fungsi, resiko, pemeliharaan dan insiden.
Contoh penjadwalan pemeliharaan alat kesehatan dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3. Contoh Penjadwalan Pemeliharaan Alat Kesehatan
No Alat Kesehatan
Tes
Keselamatan
(Tahun)
Pemeliharaan
(Tahun)
Waktu Minimal
Pemeliharaan
(Jam)
Waktu
Maksimal
Pemeliharaan
(Jam)
Kalibrasi
(Tahun)
IGD
1 EKG / Electrocardiograph, Multichannel 2 2 0,5 1 1
2 AED / Defibrillator / Monitor 2 4 0,5 1,5 1
3 Doppler / Phonocardiograph 2 2 0,3 1 1
R. KESEHATAN IBU & ANAK
4 Doppler / Phonocardiograph 2 2 0,3 1 1
5 USG 1 2 0,3 3 1
R. OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
6 Doppler / Phonocardiograph 2 2 0,3 1 1
7 Timbangan bayi 1 2 0,3 1 1
R. KEGAWATDARURATAN NEONATAL
8
Baby suction pump portable /
Aspirators 0 1 0,3 0,5 1
R. KEEHATAN GIGI & MULUT
9 Dental Unit 1 1 0,3 1 1
R. LABORATORIUM
11 Kulkas / Refrigators 1 2 0,3 0,8 1
PEDOMAN PENGELOLAAN SARANA, PRASARANA, DAN ALAT KESEHATAN PUSKESMAS 40
No Alat Kesehatan
Tes
Keselamatan
(Tahun)
Pemeliharaan
(Tahun)
Waktu Minimal
Pemeliharaan
(Jam)
Waktu
Maksimal
Pemeliharaan
(Jam)
Kalibrasi
(Tahun)
12 Sentrifuse / centrifuges blood bank 1 12 0,5 1,5 1
13 Fotometer 1 2 0,5 1,5 1
14 Blood cell counter 1 2 0,3 1,5 1
15 Hematology analyser 1 2 0,5 1,5 1
16 Mikroskop Binokuler 1 2 0,5 1,5 1
17 Alat test cepat molekuler / PCR 2 2 0,3 1 1
R. FARMASI
18 Analitical balance / timbangan mikro 1 1 0,3 0,8 1
19 Shaker 1 1 0,3 0,8 1
R. RAWAT INAP
20 Alat pengukur tekanan darah (anaroid) 0 1 0,2 0,8 1
21 Alat pengukur tekanan darah (digital) 2 1 0,3 1 1
22 Lampu periksa 1 1 0,3 0,8 1
23 Stetoskop 0 2 0,5 1,5 1
24 Suction pump 0 1 0,3 0,5 1
25 Thermometer 1 2 0,3 1 1
26 Nebulizer 2 2 0,3 1 1
R. STERILISASI
27 Autoklaf / sterilisator uap 0 2 0,5 3 1
Untuk penjelasan waktu pemeliharaan dan umur ekonomis alat kesehatan yang lebih detail
dapat dilihat pada Lampiran 1 dan Lampiran 2.
6.3. PELAKSANAAN PEMELIHARAAN
Pelaksanaan pemeliharaan sederhana SPA dilakukan oleh Puskesmas, sedangkan pemeliharaan
yang lebih komplek bisa dilakukan melalui Dinas Kesehatan atau dipihak-ketigakan.
6.3.1. Sarana
Sarana yang berfungsi sebagai tempat kerja tentunya harus selalu dalam kondisi bersih dan
rapi, setiap pegawai juga diharapkan mempunyai konsistensi dan disiplin diri yang baik untuk
mewujudkan tempat kerja yang nyaman sehingga mampu mendukung terciptanya tingkat efisiensi
dan produktifitas yang tinggi di Puskesmas. Penerapan prinsip 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin)
dalam pemeliharaan sarana menjadi penting karena dapat dijadikan acuan bersama dalam
pelaksanaan pemeliharaan sehari-hari.
5R merupakan budaya tentang bagaimana seseorang memperlakukan tempat kerjanya secara
benar. Bila tempat kerja tertata rapi, bersih, dan tertib, maka kemudahan bekerja dapat diciptakan,
dengan demikian efisiensi, produktivitas, kualitas, dan keselamatan kerja dapat lebih mudah dicapai.
5R merupakan adaptasi dari 5S (Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, dan Shitsuke) yang dikembangkan di
PEDOMAN PENGELOLAAN SARANA, PRASARANA, DAN ALAT KESEHATAN PUSKESMAS 41
Jepang dan sudah digunakan oleh banyak Negara di seluruh penjuru dunia. Ini merupakan suatu
metode sederhana untuk melakukan penataan dan pembersihan tempat kerja. Berikut adalah
gambar dan penjelasan tentang Prinsip 5 R :
Gambar 3. Prinsip 5 R
1. Ringkas
Merupakan kegiatan menyingkirkan barang-barang yang tidak diperlukan sehingga segala
barang yang ada di lokasi kerja hanya barang yang benar-benar dibutuhkan dalam aktivitas
kerja
2. Resik
Merupakan kegiatan membersihkan peralatan dan daerah kerja sehingga segala
peralatan kerja tetap terjaga dalam kondisi yang baik.
3. Rapi
Segala sesuatu harus diletakkan sesuai posisi yang ditetapkan sehingga siap digunakan
pada saat diperlukan.
4. Rawat
Merupakan kegiatan menjaga kebersihan sekaligus mematuhi tahap sebelumnya (3 R /
Ringkas, Rapi, Resik) dan mempertahankan hasil yang telah dicapai pada 3R sebelumnya
dengan membakukannya (standarisasi) atau melakukan sesuai SOP.
5. Rajin
Pemeliharaan kedisiplinan pribadi masing-masing pekerja dalam menjalankan seluruh
tahapan 5R, melakukan pemeliharaan sesuai SOP secara berulang-ulang.
Pelaksanaan pemeliharaan sarana meliputi pemeliharaan di dalam gedung dan
pemeliharaan di luar gedung, antara lain :
PEDOMAN PENGELOLAAN SARANA, PRASARANA, DAN ALAT KESEHATAN PUSKESMAS 42
Tabel 4. Pelaksanaan Pemeliharaan Sarana
No Kegiatan Langkah Pemeliharaan KEWENANGAN
1 Pemeliharaan Dalam Gedung
a Pemeliharaan pelapis dinding - Membersihkan dengan cairan pembersih Puskesmas
b Pemeliharaan plafon - Membersihkan dari kotoran
- Mencat bekas bocoran
Puskesmas / Pihak Ketiga
c Pemeliharaan pintu - Membersihkan dari kotoran
- Melumasi engsel, roda dan bantalan roda
Puskesmas
d Pemeliharaan kusen - Membersihkan debu dan menyikat
kotoran yang melekat
Puskesmas
e Pemeliharaan lantai - Membersihkan debu dan menyikat
kotoran yang melekat
Puskesmas
f Pemeliharaan atap - Mengecek dan melakukan perbaikan
ringan kebocoran (ganti genteng, ganti
sirap, mencat dengan cat pelapis anti
bocor)
Puskesmas / Pihak Ketiga
g Pemeliharaan pondasi - Membersihkan area dari akar pohon dan
tanaman
- Membersihkan genangan air
- Menaburkan bahan anti rayap
Pihak Ketiga
h Pemeliharaan struktur bangunan - Membersihkan dari kotoran
- Membersihkan genangan air
- Mencat dengan cat tahan air
Pihak Ketiga
i Pemeliharaan dinding - Membersihkan dengan menyikat dinding
menggunakan sikat dan sabun
Puskesmas
2 Pemeliharaan Luar Gedung
a Pemeliharaan halaman - Membersihkan dari tanaman yang
mengganggu
Puskesmas
b Pemeliharaan taman - Merapihkan tanaman dan area taman dari
sampah
Puskesmas
c Pemeliharaan jalan - Merapihkan akses sekitar Puskesmas dari
genangan air
Puskesmas
Pemeliharaan sarana juga tidak terlepas dari beberapa kegiatan pemeliharaan seperti
pemeliharaan jalan keluar sebagai sarana penyelamat (misalnya pintu exit, jalur evakuasi, tangga),
penyediakan sistem dan sarana pemeliharaan yang memadai dan berfungsi secara baik berupa
perlengkapan/peralatan tetap dan/atau alat bantu kerja (tools). Pemeliharaan yang membutuhkan
tenaga dengan keahlian dan/atau kompetensi khusus di bidangnya bisa dipihak-ketigakan, dan jika
melakukan perubahan dan/atau penambahan fungsi ruangan harus memperhatikan persyaratan
bangunan.
Selain pemeliharaan bangunan, pemeliharaan Tata Grha (interior) dan Tata Ruang Luar
(Eksterior) Puskesmas juga diperlukan, penjelasan pemeliharaan tentang Tata Grha dan Tata Ruang
Luar Puskesmas adalah sebagai berikut :
1. Tata Grha (Interior)
PEDOMAN PENGELOLAAN SARANA, PRASARANA, DAN ALAT KESEHATAN PUSKESMAS 43
Meliputi seluruh kegiatan pemeliharaan dan perawatan bangunan gedung, di
antaranya mengenai pemeliharaan kebersihan, hygiene service, Pest Control
(pengendalian hama) mulai dari persiapan pekerjaan, proses operasional sampai kepada
hasil kerja akhir.
a. Pemeliharaan Kebersihan
Program kerja pemeliharaan kerja gedung meliputi program kerja harian,
mingguan, bulanan dan tahunan yang bertujuan untuk memelihara kebersihan
Gedung yang meliputi kebersihan seluruh ruangan serta kelengkapannya.
Jadwal pembersihan, cara dan bahan perlengkapannya berdasarkan
karakterikstik masing-masing ruangan.
b. Pemeliharaan dan Perawatan Hygiene Service
Program kerja “Hygiene Service” meliputi program pemeliharaan dan
perawatan ruangan dengan memberikan disinfectan yang memberikan kesan
bersih, tidak berbau, sehat meliputi ruang kantor, ruang tunggu, ruang
receotionist, ruang loket, ruang pendaftaran, ruang rapat maupun toilet dan
wastafel yang disesuaikan dengan fungsi dan keadaan ruangan.
c. Pemeliharaan Pest Control
Program kerja pelaksanaan pemeliharaan dan perawatan “Pest Control” bisa
dilakukan setiap tiga bulan atau enam bulan dengan pola kerja bersifat umum,
berdasarkan volume gedung secara keseluruhan dengan tujuan untuk
menghilangkan hama tikus, serangga dan dengan cara penggunaan pestisida,
penyemprotan, pengasapan (fogging) atau fumigasi, baik dalam ruangan
maupun luar ruangan untuk memberikan kenyamanan kepada pengguna
Gedung.
2. Tata Ruang Luar (eksterior)
a. Memelihara secara baik dan teratur kondisi dan permukaan tanah dan/atau
halaman luar bangunan gedung.
b. Memelihara secara baik dan teratur unsur-unsur pertamanan di luar dan di
dalam bangunan gedung, seperti vegetasi, bidang perkerasan (misalnya area
parkir, drop off), perlengkapan ruang luar (misalnya signage), saluran
pembuangan, pagar dan pintu gerbang, lampu penerangan luar, serta
pos/gardu jaga.
c. Menjaga kebersihan di luar bangunan gedung, pekarangan dan lingkungannya.
PEDOMAN PENGELOLAAN SARANA, PRASARANA, DAN ALAT KESEHATAN PUSKESMAS 44
d. Melakukan cara pemeliharaan taman yang benar oleh petugas yang mempunyai
keahlian dan/atau kompetensi di bidangnya.
Sedangkan Perawatan bangunan puskesmas meliputi perbaikan dan/atau penggantian bagian
bangunan, komponen, bahan bangunan, dan/atau prasarana dan sarana berdasarkan dokumen
rencana teknis perawatan bangunan gedung, dengan mempertimbangkan dokumen pelaksanaan
konstruksi. Perawatan bangunan bisa berupa rehabilitasi, renovasi dan restorasi yang dijelaskan
sebagai berikut :
1. Rehabilitasi
Memperbaiki bangunan yang telah rusak sebagian dengan maksud menggunakan
sesuai dengan fungsi tertentu yang tetap, baik arsitektur maupun struktur bangunan
gedung tetap dipertahankan seperti semula, sedang utilitas dapat berubah.
2. Renovasi
Memperbaiki bangunan yang telah rusak berat sebagian dengan maksud
menggunakan sesuai fungsi tertentu yang dapat tetap atau berubah, baik arsitektur,
struktur maupun utilitas bangunannya.
3. Restorasi
Memperbaiki bangunan yang telah rusak berat sebagian dengan maksud
menggunakan untuk fungsi tertentu yang dapat tetap atau berubah dengan tetap
mempertahankan arsitektur bangunannya sedangkan struktur dan utilitas
bangunannya dapat berubah.
Perbaikan dan/atau penggantian dalam kegiatan perawatan bangunan gedung dengan tingkat
kerusakan sedang dan berat dilakukan setelah dokumen rencana teknis perawatan bangunan
gedung disetujui oleh pemerintah daerah. Kerusakan bangunan adalah tidak berfungsinya bangunan
atau komponen bangunan akibat penyusutan/berakhirnya umur bangunan, atau akibat ulah
manusia atau perilaku alam seperti beban fungsi yang berlebih, kebakaran, gempa bumi, atau sebab
lain yang sejenis. Intensitas kerusakan bangunan dapat digolongkan atas tiga tingkat kerusakan,
yaitu:
a. Kerusakan ringan
1) Kerusakan ringan (kurang dari 20%) adalah kerusakan terutama pada komponen non-
struktural, seperti penutup atap, langit-langit, penutup lantai, dan dinding pengisi.
2) Perawatan untuk tingkat kerusakan ringan, biayanya maksimum adalah sebesar 35%
dari harga satuan tertinggi pembangunan bangunan gedung baru yang berlaku, untuk
tipe/klas dan lokasi yang sama.
3) Kerusakan yang tidak menyebabkan kondisi fatal dan tidak mengganggu pelayanan.
PEDOMAN PENGELOLAAN SARANA, PRASARANA, DAN ALAT KESEHATAN PUSKESMAS 45
b. Kerusakan sedang
1) Kerusakan sedang (20% – 50%) kerusakan pada sebagian komponen non-struktural,
dan atau komponen struktural seperti struktur atap, lantai, dan lain-lain.
2) Perawatan untuk tingkat kerusakan sedang, biayanya maksimum adalah sebesar 45%
dari harga satuan tertinggi pembangunan bangunan gedung baru yang berlaku, untuk
tipe/klas dan lokasi yang sama.
3) Kerusakan mengganggu pelayanan dan bila diperbaiki masih dapat melakukan
pelayanan.
c. Kerusakan berat
1) Kerusakan berat (lebih dari 50%) adalah kerusakan pada sebagian besar komponen
bangunan, baik struktural maupun non-struktural yang apabila setelah diperbaiki
masih dapat berfungsi dengan baik sebagaimana mestinya.
2) Biayanya maksimum adalah sebesar 65% dari harga satuan tertinggi pembangunan
bangunan gedung baru yang berlaku, untuk tipe/klas dan lokasi yang sama.
3) Kerusakan mengakibatkan pelayanan tidak dapat berlangsung
d. Perawatan Khusus
Untuk perawatan yang memerlukan penanganan khusus atau dalam usaha meningkatkan
wujud bangunan, seperti kegiatan renovasi atau restorasi (misal yang berkaitan dengan
perawatan bangunan gedung bersejarah).
Pemeliharaan dan perawatan bangunan harus memenuhi persyaratan keandalan yang terkait
dengan beberapa aspek, yaitu aspek keselamatan, kenyamanan dan kemudahan.
6.3.2. Prasarana
Pemeliharaan prasarana dilakukan untuk semua komponen baik prasarana yang menjadi satu
dengan bangunan maupun prasarana yang terpisah dari bangunan.
Prasarana yang menjadi satu dengan bangunan :
1. Pemeliharaan Mekanikal (Tata Udara, Sanitasi, Plumbing dan Transportasi)
a. Memelihara dan melakukan pemeriksaan berkala sistem tata udara, agar mutu
udara dalam ruangan tetap memenuhi persyaratan teknis dan kesehatan yang
disyaratkan meliputi pemeliharaan peralatan utama dan saluran udara.
Pemeliharaan dilakukan dengan cara membersihkan jendela dari debu,
membersihkan boven, kusen, rooster (lubang angin) dan trails jendela dari debu dan
kotoran yang menempel.
PEDOMAN PENGELOLAAN SARANA, PRASARANA, DAN ALAT KESEHATAN PUSKESMAS 46
b. Memelihara dan melakukan pemeriksaan berkala sistem distribusi air yang meliputi
penyediaan air bersih, sistem instalasi air kotor, sistem hidran, sprinkler dan septik
tank serta unit pengolah limbah.
c. Memelihara dan melakukan pemeriksaan berkala sistem transportasi dalam gedung,
baik berupa travelator, tangga, dan peralatan transportasi vertikal lainnya.
2. Pemeliharaan Elektrikal (Catu Daya, Tata Cahaya, Telepon, Komunikasi dan Alarm)
a. Melakukan pemeriksaan periodik dan memelihara pada perlengkapan pembangkit
daya listrik cadangan.
b. Melakukan pemeriksaan periodik dan memelihara pada perlengkapan penangkal
petir.
c. Melakukan pemeriksaan periodik dan memelihara sistem instalasi listrik, baik untuk
pasokan daya listrik maupun untuk penerangan ruangan.
d. Melakukan pemeriksaan periodik dan memelihara jaringan instalasi tata suara dan
komunikasi (telepon) serta data.
e. Melakukan pemeriksaan periodik dan memelihara jaringan sistem tanda bahaya dan
alarm.
Prasarana yang terpisah dari bangunan :
1. Pemeliharaan prasarana gedung
a. Memelihara genset beserta kelengkapannya.
b. Memelihara panel sel surya, baterai dan inverter dengan membersihkan dari
debu/kotoran.
c. Memelihara mesin pompa dan aksesorisnya dengan membersihkan lumut, kotoran
maupun tanaman yang berada di sekitar sumber air.
d. Memelihara tabung oksigen dengan menjaga kebersihan, selalu melepas flow meter
setelah selesai digunakan.
e. Memelihara AC split dengan cara membersihkan filter dan kumparan kondensor,
mengecek tekanan pada freon, serta melakukan service rutin secara berkala.
2. Pemeliharaan prasarana transportasi
a. Memelihara transportasi (ambulans, pusling roda 2, pusling roda 4, pusling perairan)
dengan cara membersihkan setelah selesai digunakan
b. Untuk ambulans, pusling roda 4, pusling roda 2 Jika masih dalam masa garansi maka
pemeliharaan dilakukan oleh dealer / agen tunggal pemegang merk (ATPM), jika
sudah melewati masa garansi maka pemeliharaan dapat dilakukan oleh Pihak Ketiga.
PEDOMAN PENGELOLAAN SARANA, PRASARANA, DAN ALAT KESEHATAN PUSKESMAS 47
Pemeliharaan yang dilakukan seperti ganti olie (waktunya 3 bulan sekali / 5000 km /
mana yang lebih dulu), ganti ban, ganti freon AC, dll.
c. Memelihara alat kesehatan yang ada di prasarana transportasi dengan cara
melakukan pembersihan, sterilisasi, dll.
Berikut adalah beberapa contoh langkah pemeliharaan prasarana yang menjadi satu dengan
bangunan :
Tabel 5. Contoh Langkah Pemeliharaan Prasarana yang Menjadi Satu dengan Bangunan
No Komponen Prasarana Langkah Pemeliharaan Kewenangan
1 Sistem Penghawaan
Ventilasi Alami :
Boven, Kusen, Rooster, Tralis, Jendela - Membersihkan debu yang
menempel
Puskesmas / Pihak
Ketiga
2 Sistem Pencahayaan
Void, Kaca (jendela, dinding, plafon)
Lampu (armatur, rumah, kap lampu)
- Membersihkan debu yang
menempel
- Membersihkan debu yang
menempel
- Mengganti bohlam lampu
yang mati
Puskesmas/Pihak
Ketiga
3 Sistem Sanitasi :
Sistem Air Bersih
Tanki Air, Tandon Air
Kran air, Shower, Selang Air
- Memasang penggantung
pada dinding untuk saluran
PVC yang tidak terlindung
dari panas matahari, jika
ada penyanggah / penopang
pipa yang lepas
- Bila terjadi kebocoran pada
sambungan pipa PVC, maka
yang harus dilakukan :
1. Matikan aliran air dari
stop kran yang ada
2. Lem kembali dengan
lem PVC sejenis dengan
pipa atau balut dengan
karet bekas ban dalam
motor untuk kondisi
darurat (bersifat
sementara) sehingga
kebocoran dapat
dihentikan
3. Jalankan kembali aliran
air bersih yang ada.
- Membersihkan tangki air
dari lumut, kotoran dengan
cara menyikat permukaan
dalam dan luar tangki air
- Memeriksa setiap keran
Puskesmas/Pihak
Ketiga
PEDOMAN PENGELOLAAN SARANA, PRASARANA, DAN ALAT KESEHATAN PUSKESMAS 48
No Komponen Prasarana Langkah Pemeliharaan Kewenangan
Bak Mandi, Wastafel, Kloset, Water
Sink
yang ada
- Kencangkan baut pengikat
putaran kran
- Ganti bila perlu, seal/karet
pada batang putar ulir kran
- Membersihkan kran air/
shower/ selang air dari karat
dan lumut. Pembersihan
karat pada kran air/ shower
dapat disiram dengan
menggunakan air soda,
diamkan beberapa saat,
kemudian disikat dengan
sikat kawat lalu dibilas
dengan air bersih
- Bersihkan setiap hari dengan
cairan sabun atau bahan
pembersih lain yang tidak
menyebabkan terjadinya
korosi pada alat-alat yang
terbuat dari metal
- Gosok dengan spon plastik
atau sikat yang lembut
- Bilas dengan air bersih
- Keringkan dengan kain lap
yang bersih.
4 Sistem Sanitasi :
Sistem Air Kotor - Bila terjadi kebocoran pada
pipa PVC yang disambung
dengan menggunakan lem,
maka yang harus dilakukan:
1. Ampelas atau buat kasar
permukaan yang retak
atau pada ujung
sambungan
2. Beri lem PVC pada
daerah yang ingin
disambung dan
sambungkan kembali
bagian tersebut
3. Bersihkan saluran
terbuka air kotor pada
sekitar bangunan dari
barang-barang yang
dapat menggangu aliran
air dalam saluran
4. Pada saluran tertutup
air kotor, periksa
melalui bak kontrol
saluran, beri jeruji dari
batang besi sebagai
penghalang sampah
agar saluran tidak
tersumbat.
Puskesmas/Pihak
Ketiga
5 Sistem Sanitasi :
Sistem Limbah
Puskesmas/Pihak
Ketiga
PEDOMAN PENGELOLAAN SARANA, PRASARANA, DAN ALAT KESEHATAN PUSKESMAS 49
No Komponen Prasarana Langkah Pemeliharaan Kewenangan
Limbah padat medis dan non medis
termasuk transport dan TPSnya
Limbah cair medis
Limbah cair non medis
Septik Tank
- Tempat sampah dibersihkan
menggunakan cairan
antiseptik (karbol), sikat,
sabun dan air mengalir
(untuk limbah non medis
tidak perlu cairan antiseptik)
- Alat transport pembuangan
limbah ke TPS (troli)
dibersihkan menggunakan
sikat, sabun dan air
mengalir
- Petugas pembersih harus
menggunakan APD (sarung
tangan rumah tangga,
masker, sepatu boot,
apron/celemek)
- Tempat penampungan
sementara limbah medis
dibersihkan menggunakan
desinfektan (chlorine 0,5%)
- Setiap limbah darah dan
cairan tubuh harus
dilakukan pengelolan awal
sebelum dibuang ke tempat
penampungan limbah
sebelum dialirkan ke
Instalasi Pembuangan Air
Limbah (IPAL) agar tidak
terjadi infeksius.
- Disesuaikan dengan
perangkat perlengkapan
sanitasi yang dipakai
(wastafel, kloset dll)
- Membersihkan area
disekitar penampungan
septik tank dari sampah dan
kotoran
6 Sistem Kelistrikan :
Sakelar, kotak kontak, fitting lampu
dan lampu emergensi, PHB (Panel
Hubung Bagi)
- Bersihkan bagian luar dari
debu,noda, air dan
kelembaban yang
menempel dengan
menggunakan kain kering
- Amati secara visual apakah
ada bagian yang rusak,
pecah dan tidak terpasang
secara sempurna
- Dengarkan secara seksama
apakah terjadi bunyi yang
mencurigakan
- Bila ada temuan kerusakan,
catat di dalam formulir atau
laporan kerusakan
- Gunakan Pemakaian barang
Puskemas
PEDOMAN PENGELOLAAN SARANA, PRASARANA, DAN ALAT KESEHATAN PUSKESMAS 50
No Komponen Prasarana Langkah Pemeliharaan Kewenangan
yang memenuhi Standar
Nasional/ Standar Industri
Indonesia.
- Selalu gunakan alas kaki
dalam melaksanakan
kegiatan pembersihan
komponen kelistrikan
- Khusus untuk fitting dan
PHB waspadai bila ada bau
yang menyengat (terbakar)
7 Sistem Proteksi Petir - Amati seluruh bak kontrol
termasuk koneksi kabelnya
- Lakukan pembersihan bak
kontrol pembumian/
grounding dari rumput atau
benda yang menghalangi
kabel grounding terhubung
dengan tanah
- Pengukuran tahanan
pentanahan setiap bak
dengan Earth Tester
- Pembersihan elektroda
- Perbaikan tahanan
pentanahan di atas standar
- Penggantian kabel dan
peralatan lain bila terjadi
kerusakan
Puskesmas/Pihak
Ketiga
8 Sistem Proteksi Kebakaran - Bersihkan tabung APAR
yang terpasang di gedung
dengan lap basah atau
spons, celupkan pada ember
yang berisi larutan deterjen,
kemudian sikat debu yang
melekat, gunakan sikat
nylon, setelah itu bilas
dengan air bersih sampai
larutan tidak tersisa dan
keringkan.
- Bersihkan tabung dan
selang APAR dari oli dengan
menggunakan kain kering
- Bersihkan pin pembuka
kunci dari korosi
- Letakan kembali pada posisi
semula
Puskesmas/Pihak
Ketiga
9 Sistem Komunikasi - Bersihkan debu pada
tombol tombol telepon,
radio komunikasi dengan
menggunakan tisu atau
dengan kain kering
Puskesmas
10 Sistem Transportasi Vertikal dalam
Puskesmas
Tangga dan Ram - Bersihkan tangga dan ram
dari kotoran dengan cara
mengepel Bersihkan tangga
dan ram dari kotoran
Puskesmas/Pihak
Ketiga
PEDOMAN PENGELOLAAN SARANA, PRASARANA, DAN ALAT KESEHATAN PUSKESMAS 51
No Komponen Prasarana Langkah Pemeliharaan Kewenangan
Lift
dengan cara mengepel
- Bersihkan dinding dan lantai
lift secara terus menerus
dan hindari lantai lift dari
tumpahan air dan lain
sebagainya, agar tidak licin
Berikut adalah beberapa contoh langkah pemeliharaan prasarana yang terpisah dari
bangunan :
Tabel 6. Contoh Langkah Pemeliharaan Prasarana yang Terpisah dari Bangunan
No Komponen Prasarana Langkah Pemeliharaan Kewenangan
1 Sistem Penghawaan
Ventilasi Buatan:
AC Split Membersihkan filter indoor AC
:
- Matikan arus listrik
- Buka tutup filter (grill) pada
Casing Indoor
- Lepaskan filter dari
dudukannya
- Cuci filter dengan sabun,
bilas atau dijemur ditempat
terbuka
- Pasang kembali filter pada
dudukannya
Membersihkan tutup (casing)
body indoor AC :
- Matikan arus
- Basahi kain lap dengan air,
kemudian peras sampai
setengah basah
- Bersihkan tutup (casing)
body indoor AC bagian luar
dan pengatur arah
hembusan (swig indoor)
- Jangan membersihkan
Bagian PCB dengan kain lap
basah.
Membersihkan bagian outdoor
AC :
- Matikan arus listrik
- Basahi kain lap dengan air,
kemudian peras sampai
setengah basah
- Bersihkan tutup (casing)
body outdoor AC
- Bersihkan kipas AC dengan
menyemprotkan air.
Puskesmas/Pihak Ketiga
PEDOMAN PENGELOLAAN SARANA, PRASARANA, DAN ALAT KESEHATAN PUSKESMAS 52
No Komponen Prasarana Langkah Pemeliharaan Kewenangan
Exhaust Dinding
Kipas Angin
Membersihkan exhaust dinding
:
- Rapikan kabel power
- Matikan dan cabut kabel
power dari sumber daya
listrik
- Siapkan larutan pembersih
dan air secukupnya
- Lepas tutup dan kipas
exhaust, cuci tutup dan
kipas exhaust sampai bersih
- Bersihkan bagian dalam
exhaust dengan sikat dan
kain basah dan bilas
- Keringkan bagian dalam
exhaust dengan kain
dimulai dari atas ke bawah
dan kembalikan kipas dan
penutup exhaust dalam
posisi semula.
Membersihkan kipas angin :
- Rapikan kabel power
- Matikan dan cabut kabel
power dari sumber listrik
- Siapkan larutan pembersih
dan air
- Bersihkan debu yang
menempel di bagian luar
kipas angin
- Lepas penutup bagian
depan, bersihkan bagian
penutup dari debu yang
menempel dengan sikat
atau kuas
- Lepas baling-baling kipas
angin dan cuci
menggunakan air sabun
- Keringkan dan dan pasang
kembali baling baling dan
bagian kipas angin lainnya.
2 Sistem Sanitasi
Sumur dangkal
PDAM
sumur dalam/artesis
- Membersihkan lumut,
tanaman dan kotoran
ditempat sumber air
disekitar sumur
- Membersihkan mesin
pompa menggunakan kain
kering
- Membersihkan air
pembuangan agar tidak
tergenang
- Membersihkan outlet
meteran PDAM secara
manual rutin sampai angka
Puskesmas/Pihak Ketiga
PEDOMAN PENGELOLAAN SARANA, PRASARANA, DAN ALAT KESEHATAN PUSKESMAS 53
No Komponen Prasarana Langkah Pemeliharaan Kewenangan
meteran terlihat dengan
jelas
- Membersihkan lumut,
tanaman dan kotoran
ditempat sumber air
disekitar sumur.
3 Sistem Sanitasi
IPAL - Membersihkan bak
penampungan dari sampah
- Membersihkan saluran
masuk dan keluar dari
sampah dan kotoran
- Membersihkan penangkap
lemak/ saringan lemak
Puskesmas/Pihak Ketiga
4 Sistem Kelistrikan
PTLS : Sel surya
Baterai
Inverter
- Bila memungkinkan,
bersihkan panel surya dari
debu, noda, air dan
kelembaban yang
menempel menggunakan
kain / wiper/ sikat yang
lembut
- Pembersihan dapat
menggunakan air yang
disemprotkan untuk
menghilangkan kotoran
yang melekat
- Bersihkan area sekitar
panel surya sehingga tidak
menghalangi cahaya yang
mengarah ke panel surya
- Bersihkan bagian luar
baterai dari debu, noda, air
dan kelembaban yang
menempel dengan
menggunakan kain kering
- Bersihkan kutub positif dan
negatif baterai dari kerak
dengan menggunakan
amplas.
- Bersihkan inverter dari
debu, noda, air dan
kelembaban yang
menempel dengan
menggunakan kain kering
Puskesmas/Pihak Ketiga
5 Pusling dan Ambulans - Untuk bagian sisi luar
lakukan pencucian seperti
pencucian kendaraan pada
umumnya
- Untuk bagian sisi dalam:
Lakukan pembersihan debu
dengan menggunakan
vacuum cleaner.
- Pembersihan dan
Puskesmas/Pihak Ketiga
Buku Pedoman Pengelolaan SPA Puskesmas.pdf
Buku Pedoman Pengelolaan SPA Puskesmas.pdf
Buku Pedoman Pengelolaan SPA Puskesmas.pdf
Buku Pedoman Pengelolaan SPA Puskesmas.pdf
Buku Pedoman Pengelolaan SPA Puskesmas.pdf
Buku Pedoman Pengelolaan SPA Puskesmas.pdf
Buku Pedoman Pengelolaan SPA Puskesmas.pdf
Buku Pedoman Pengelolaan SPA Puskesmas.pdf
Buku Pedoman Pengelolaan SPA Puskesmas.pdf
Buku Pedoman Pengelolaan SPA Puskesmas.pdf
Buku Pedoman Pengelolaan SPA Puskesmas.pdf
Buku Pedoman Pengelolaan SPA Puskesmas.pdf
Buku Pedoman Pengelolaan SPA Puskesmas.pdf
Buku Pedoman Pengelolaan SPA Puskesmas.pdf
Buku Pedoman Pengelolaan SPA Puskesmas.pdf
Buku Pedoman Pengelolaan SPA Puskesmas.pdf
Buku Pedoman Pengelolaan SPA Puskesmas.pdf
Buku Pedoman Pengelolaan SPA Puskesmas.pdf
Buku Pedoman Pengelolaan SPA Puskesmas.pdf
Buku Pedoman Pengelolaan SPA Puskesmas.pdf
Buku Pedoman Pengelolaan SPA Puskesmas.pdf
Buku Pedoman Pengelolaan SPA Puskesmas.pdf
Buku Pedoman Pengelolaan SPA Puskesmas.pdf
Buku Pedoman Pengelolaan SPA Puskesmas.pdf
Buku Pedoman Pengelolaan SPA Puskesmas.pdf

Contenu connexe

Tendances

Contoh program peningkatan_mutu_dan_keselamatan_pasien
Contoh program peningkatan_mutu_dan_keselamatan_pasienContoh program peningkatan_mutu_dan_keselamatan_pasien
Contoh program peningkatan_mutu_dan_keselamatan_pasien
Sri Yusanti
 
PEDOMAN PENYUSUNAN DOKUMEN AKREDITASI.pptx
PEDOMAN PENYUSUNAN DOKUMEN AKREDITASI.pptxPEDOMAN PENYUSUNAN DOKUMEN AKREDITASI.pptx
PEDOMAN PENYUSUNAN DOKUMEN AKREDITASI.pptx
ShintaDinyanti1
 
ICRA DALAM IMPLEMENTASI PPI DI PUSKESMAS.pptx
ICRA DALAM IMPLEMENTASI PPI DI PUSKESMAS.pptxICRA DALAM IMPLEMENTASI PPI DI PUSKESMAS.pptx
ICRA DALAM IMPLEMENTASI PPI DI PUSKESMAS.pptx
PatenPisan1
 
Sosialisasi Janji Layanan JKN.pdf
Sosialisasi Janji Layanan JKN.pdfSosialisasi Janji Layanan JKN.pdf
Sosialisasi Janji Layanan JKN.pdf
IdhaRoma
 
Agenda dan notulen rapat mutu
Agenda dan notulen rapat mutuAgenda dan notulen rapat mutu
Agenda dan notulen rapat mutu
dr.Ade Adra
 

Tendances (20)

Contoh program peningkatan_mutu_dan_keselamatan_pasien
Contoh program peningkatan_mutu_dan_keselamatan_pasienContoh program peningkatan_mutu_dan_keselamatan_pasien
Contoh program peningkatan_mutu_dan_keselamatan_pasien
 
Self Assessment Puskesmas Dawan 1, Klungkung with motivation
Self Assessment Puskesmas Dawan 1, Klungkung with motivationSelf Assessment Puskesmas Dawan 1, Klungkung with motivation
Self Assessment Puskesmas Dawan 1, Klungkung with motivation
 
BAB 1 KMP.pdf
BAB 1 KMP.pdfBAB 1 KMP.pdf
BAB 1 KMP.pdf
 
PLAN INM PUSKESMAS.pptx
PLAN INM PUSKESMAS.pptxPLAN INM PUSKESMAS.pptx
PLAN INM PUSKESMAS.pptx
 
Mou puskesmas tunggakjati dengan bidan apkjr 2017
Mou puskesmas tunggakjati dengan bidan apkjr 2017 Mou puskesmas tunggakjati dengan bidan apkjr 2017
Mou puskesmas tunggakjati dengan bidan apkjr 2017
 
SK TENTANG PEDOMAN STANDAR PELAYANAN PADA PUSKESMAS
SK TENTANG PEDOMAN STANDAR PELAYANAN PADA PUSKESMAS  SK TENTANG PEDOMAN STANDAR PELAYANAN PADA PUSKESMAS
SK TENTANG PEDOMAN STANDAR PELAYANAN PADA PUSKESMAS
 
Sop monitoring
Sop monitoringSop monitoring
Sop monitoring
 
Pedoman mutu cakung 2022.doc
Pedoman mutu cakung 2022.docPedoman mutu cakung 2022.doc
Pedoman mutu cakung 2022.doc
 
Instrumen akreditasi puskesmas
Instrumen akreditasi puskesmasInstrumen akreditasi puskesmas
Instrumen akreditasi puskesmas
 
SK JENIS - JENIS PELAYANAN PUSKESMAS
 SK JENIS - JENIS PELAYANAN PUSKESMAS SK JENIS - JENIS PELAYANAN PUSKESMAS
SK JENIS - JENIS PELAYANAN PUSKESMAS
 
Bab 1 admen
Bab 1 admenBab 1 admen
Bab 1 admen
 
Kebijakan perkesmas
Kebijakan perkesmasKebijakan perkesmas
Kebijakan perkesmas
 
Contoh indikator ukm
Contoh indikator ukmContoh indikator ukm
Contoh indikator ukm
 
Buku Pedoman P4K (Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi) 2008
Buku Pedoman P4K (Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi) 2008Buku Pedoman P4K (Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi) 2008
Buku Pedoman P4K (Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi) 2008
 
PEDOMAN PENYUSUNAN DOKUMEN AKREDITASI.pptx
PEDOMAN PENYUSUNAN DOKUMEN AKREDITASI.pptxPEDOMAN PENYUSUNAN DOKUMEN AKREDITASI.pptx
PEDOMAN PENYUSUNAN DOKUMEN AKREDITASI.pptx
 
Bab 5 mutu
Bab 5 mutuBab 5 mutu
Bab 5 mutu
 
ICRA DALAM IMPLEMENTASI PPI DI PUSKESMAS.pptx
ICRA DALAM IMPLEMENTASI PPI DI PUSKESMAS.pptxICRA DALAM IMPLEMENTASI PPI DI PUSKESMAS.pptx
ICRA DALAM IMPLEMENTASI PPI DI PUSKESMAS.pptx
 
Sosialisasi Janji Layanan JKN.pdf
Sosialisasi Janji Layanan JKN.pdfSosialisasi Janji Layanan JKN.pdf
Sosialisasi Janji Layanan JKN.pdf
 
SK PELAYANAN FARMASI.docx
SK PELAYANAN FARMASI.docxSK PELAYANAN FARMASI.docx
SK PELAYANAN FARMASI.docx
 
Agenda dan notulen rapat mutu
Agenda dan notulen rapat mutuAgenda dan notulen rapat mutu
Agenda dan notulen rapat mutu
 

Similaire à Buku Pedoman Pengelolaan SPA Puskesmas.pdf

Kepemimpinan dan manajemen puskesmas.pptx
Kepemimpinan dan manajemen puskesmas.pptxKepemimpinan dan manajemen puskesmas.pptx
Kepemimpinan dan manajemen puskesmas.pptx
IchoTbg
 
pengantar sistem manajemen k3 rumah sakit.pptx
pengantar sistem manajemen k3 rumah sakit.pptxpengantar sistem manajemen k3 rumah sakit.pptx
pengantar sistem manajemen k3 rumah sakit.pptx
Dedi265627
 
MKP - ORGANISASI MUTU 2022 TINI(1).pptx
MKP - ORGANISASI MUTU 2022 TINI(1).pptxMKP - ORGANISASI MUTU 2022 TINI(1).pptx
MKP - ORGANISASI MUTU 2022 TINI(1).pptx
lilik85
 
PERAN_DIREKTUR_DAN_KETU_TIM_DALAM_PERSIA.pdf
PERAN_DIREKTUR_DAN_KETU_TIM_DALAM_PERSIA.pdfPERAN_DIREKTUR_DAN_KETU_TIM_DALAM_PERSIA.pdf
PERAN_DIREKTUR_DAN_KETU_TIM_DALAM_PERSIA.pdf
ssuser2ce16a
 
Draft lampiran sk direktur buku pedoman pelayanan
Draft lampiran sk direktur buku pedoman pelayananDraft lampiran sk direktur buku pedoman pelayanan
Draft lampiran sk direktur buku pedoman pelayanan
rsd kol abundjani
 

Similaire à Buku Pedoman Pengelolaan SPA Puskesmas.pdf (20)

PENYUSUNAN DOKUMEN PAK TJAHJONO.pdf
PENYUSUNAN DOKUMEN PAK TJAHJONO.pdfPENYUSUNAN DOKUMEN PAK TJAHJONO.pdf
PENYUSUNAN DOKUMEN PAK TJAHJONO.pdf
 
Kepemimpinan dan manajemen puskesmas.pptx
Kepemimpinan dan manajemen puskesmas.pptxKepemimpinan dan manajemen puskesmas.pptx
Kepemimpinan dan manajemen puskesmas.pptx
 
Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) dan SIMRS
Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) dan SIMRSSistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) dan SIMRS
Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) dan SIMRS
 
Mengenal Macam Dokumen.pptx
Mengenal Macam Dokumen.pptxMengenal Macam Dokumen.pptx
Mengenal Macam Dokumen.pptx
 
MATERI ASPAK
MATERI ASPAKMATERI ASPAK
MATERI ASPAK
 
pengantar sistem manajemen k3 rumah sakit.pptx
pengantar sistem manajemen k3 rumah sakit.pptxpengantar sistem manajemen k3 rumah sakit.pptx
pengantar sistem manajemen k3 rumah sakit.pptx
 
Pedoman pelaporan
Pedoman pelaporanPedoman pelaporan
Pedoman pelaporan
 
Pedoman pelaporan insiden kejadian pasien
Pedoman pelaporan insiden kejadian pasienPedoman pelaporan insiden kejadian pasien
Pedoman pelaporan insiden kejadian pasien
 
MKP - ORGANISASI MUTU 2022 TINI(1).pptx
MKP - ORGANISASI MUTU 2022 TINI(1).pptxMKP - ORGANISASI MUTU 2022 TINI(1).pptx
MKP - ORGANISASI MUTU 2022 TINI(1).pptx
 
4drNico Starkes-Instrumen PAB Juni 2022.pdf
4drNico Starkes-Instrumen PAB Juni 2022.pdf4drNico Starkes-Instrumen PAB Juni 2022.pdf
4drNico Starkes-Instrumen PAB Juni 2022.pdf
 
PERAN_DIREKTUR_DAN_KETU_TIM_DALAM_PERSIA.pdf
PERAN_DIREKTUR_DAN_KETU_TIM_DALAM_PERSIA.pdfPERAN_DIREKTUR_DAN_KETU_TIM_DALAM_PERSIA.pdf
PERAN_DIREKTUR_DAN_KETU_TIM_DALAM_PERSIA.pdf
 
Draft lampiran sk direktur buku pedoman pelayanan
Draft lampiran sk direktur buku pedoman pelayananDraft lampiran sk direktur buku pedoman pelayanan
Draft lampiran sk direktur buku pedoman pelayanan
 
Fitri nurmalasari design training
Fitri nurmalasari design trainingFitri nurmalasari design training
Fitri nurmalasari design training
 
232255012 panduan-nasional-keselamatan-pasien-rs-persi-2008
232255012 panduan-nasional-keselamatan-pasien-rs-persi-2008232255012 panduan-nasional-keselamatan-pasien-rs-persi-2008
232255012 panduan-nasional-keselamatan-pasien-rs-persi-2008
 
SAK B1.pdf
SAK  B1.pdfSAK  B1.pdf
SAK B1.pdf
 
Etikum
EtikumEtikum
Etikum
 
Kelompok 2_Tugas 1_PPT_Perencanaan Pengembangan dan Evaluasi SIK.pdf
Kelompok 2_Tugas 1_PPT_Perencanaan Pengembangan dan Evaluasi SIK.pdfKelompok 2_Tugas 1_PPT_Perencanaan Pengembangan dan Evaluasi SIK.pdf
Kelompok 2_Tugas 1_PPT_Perencanaan Pengembangan dan Evaluasi SIK.pdf
 
Penyusunan rancangan rekam medis elektronik (RME)
Penyusunan rancangan rekam medis elektronik (RME)Penyusunan rancangan rekam medis elektronik (RME)
Penyusunan rancangan rekam medis elektronik (RME)
 
Rs ananda laporan bimbingan tkp
Rs ananda laporan bimbingan tkpRs ananda laporan bimbingan tkp
Rs ananda laporan bimbingan tkp
 
Doc AKREDITASI KLINIK PRATAMA PAPAY.pptx
Doc AKREDITASI KLINIK PRATAMA PAPAY.pptxDoc AKREDITASI KLINIK PRATAMA PAPAY.pptx
Doc AKREDITASI KLINIK PRATAMA PAPAY.pptx
 

Buku Pedoman Pengelolaan SPA Puskesmas.pdf

  • 1.
  • 3.
  • 4. K A T AP E N G A N T A R P u j i S y u k u r k i t a p a n j a t k a n k e h a d i r a t A l l a h S WT a t a s b e r k a h r a h m a t d a n k a r u n i a - N y a , s e - h i n g g aP e d o m a nP e n g e l o l a a nS a r a n a , P r a s a r a n ad a nA l a t K e s e h a t a nP u s k e s m a s t e l a h d a p a t d i s e l e s a i k a n . S e s e u a i d e n g a nP e r a t u r a nMe n t e r i K e s e h a t a nN o . 4 3t a h u n2 0 1 9t e n t a n gP u s k e s m a s b a h w a P u s k e s m a s m e m i l i k i s t a n d a r p e m e n u h a nm i n i m a l a g a r p e l a y a n a nk e s e h a t a nd i P u s k e s m a s t e r l a k s a n a s e c a r a o pm a l . U n t u k t e r l a k s a n a p e l a y a n a n k e s e h a t a n y a n g o p- m a l d a kh a n y as e b a t a s p e m e n u h a nd a r i s e g i k u a nt a s s a j a , n a m u nd a r i s e g i k u a l i - t a s / m u t u p e r l u d i k e l o l a a g a r p e l a y a n a n o pm a l t e t a p t e r j a g a s e r t a m a m p u m e n i n g k a t - k a n p e l a y a n a n d i P u s k e s m a s . B u k u p e d o m a n i n i b e r i s i k a n m e n g e n a i p r o s e d u r p e n g e l o l a a n s a r a n a , p r a s a r a n a , d a n a l a t k e s e h a t a n d i P u s k e s m a s m u l a i d a r i p e r e n c a n a a n , p e n g a d a a n , p e n e r i m a a n , p e n g o p e r a - s i a n , p e m e l i h a r a a ns a m p a i d e n g a np e n g h a p u s a n . P r o s e d u r t e r s e b u t d i l a k u k a ns e c a r a b e r k e s i n a m b u n g a n m e n j a d i s a t u s i k l u s p e n g e l o l a a n S P A . K a m i m e n y a d a r i m a s i hb a n y a k k e k u r a n g a nd a l a mb u k ui n i , u n t u k i t uk r i k d a ns a r a n y a n g m e m b a n g u n d e m i p e n y e m p u r n a a n b u k u i n i s a n g a t d i h a r a p k a n . A k h i r k a t a , k a m i m e n g u c a p k a n t e r i m a k a s h k e p a d a mp e n y u s u n d a n s e m u a p i h a k y a n g t e l a hm e m b a n t ud a l a m p e n y u s u n a np e d o m a ni n i . S e m o g ap e d o m a ni n i d a p a t d i g u - n a k a ns e b a g a i m a n am e sn y ad a nm e m b a w ak e b a i k a nd a l a mm e m b e r i k a np e l a y a n a n k e s e h a t a n k h u s u s n y a k e s e h a t a n p r i m e r d i I n d o n e s i a J a k a r t a , 2 0 2 1 D i r e k t u r J e n d e r a l P e l a y a n a n K e s e h a t a n P r o f . d r . A b d u l K a d i r , P h . D . S p . T H T - K L ( K ) M. A . R . S .
  • 6. PEDOMAN PENGELOLAAN SARANA, PRASARANA, DAN ALAT KESEHATAN PUSKESMAS iii 6.2.3. Alat Kesehatan 35 6.3. Pelaksanaan Pemeliharaan 37 6.3.1. Sarana 37 6.3.2. Prasarana 42 6.3.3. Alat Kesehatan 53 6.4. Biaya Pemeliharaan 59 6.4.1. Sarana 60 6.4.2. Prasarana 60 6.4.3. Alat Kesehatan 61 VII. Penghapusan 64 7.1. Penghapusan Sarana 65 7.2. Penghapusan Prasarana 66 7.3. Penghapusan Alat Kesehatan 66 VIII. Penutup 67 Daftar Pustaka Lampiran-Lampiran
  • 7. PEDOMAN PENGELOLAAN SARANA, PRASARANA, DAN ALAT KESEHATAN PUSKESMAS iv DAFTAR TABEL Hal. Tabel 1. Contoh Penjadwalan Pemeliharaan Sarana 33 Tabel 2. Contoh Penjadwalan Pemeliharaan Prasarana 34 Tabel 3. Contoh Penjadwalan Pemeliharaan Alat Kesehatan 36 Tabel 4. Pelaksanaan Pemeliharaan Sarana 38 Tabel 5. Contoh Langkah Pemeliharaan Prasarana yang Menjadi Satu dengan Bangunan 44 Tabel 6. Contoh Langkah Pemeliharaan Prasarana yang Terpisah dari Bangunan 47 Tabel 7. Pembersihan Alat Kesehatan Berdasarkan Jenis Bahan 55
  • 8. PEDOMAN PENGELOLAAN SARANA, PRASARANA, DAN ALAT KESEHATAN PUSKESMAS v DAFTAR GAMBAR Hal. Gambar 1. Pengelolaan SPA di Puskesmas 2 Gambar 2. Proses Perencanaan SPA di Puskesmas berdasar ASPAK 11 Gambar 3. Prinsip 5R 38
  • 9. PEDOMAN PENGELOLAAN SARANA, PRASARANA, DAN ALAT KESEHATAN PUSKESMAS 1 PEDOMAN PENGELOLAAN SARANA PRASARANA DAN ALAT KESEHATAN DI PUSKESMAS BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Mutu pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah ketersediaan Sarana Prasarana dan Alat Kesehatan (SPA) yang sesuai dengan kebutuhan, laik fungsi, laik operasi, laik pakai dan memenuhi persyaratan. Penggunaan SPA sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) serta melakukan penghapusan SPA yang sudah tidak memberikan manfaat dalam pelayanan Puskesmas, diharapkan dapat memberikan dampak yang baik serta meningkatkan pelayanan di Puskesmas. Terpenuhinya SPA serta penggunaan SPA sesuai dengan SOP merupakan salah satu faktor untuk dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berkualitas di Puskesmas. Pengelolaan SPA yang baik juga akan meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Pemenuhan SPA sesuai kebutuhan dan persyaratan di Puskesmas, dimulai dari perencanaan, pengadaan, penerimaan, pengoperasian, pemeliharaan sampai dengan penghapusan. Dalam prosesnya juga perlu diperhatikan pemilihan spesifikasi SPA yang sesuai dengan kebutuhan, pelatihan bagi pengguna, pengujian dan kalibrasi. Untuk pengadaan, operasional dan pemeliharaan SPA membutuhkan biaya yang tidak sedikit, ini bisa menjadi salah satu faktor penyebab mengapa biaya penyelenggaraan pelayanan kesehatan kepada masyarakat cukup tinggi. Untuk itu perlu dilakukan pengendalian agar pelayanan kesehatan kepada masyarakat di Puskesmas dapat terselenggara dengan baik, efektif dan efisien. 1.2 PENGELOLAAN SARANA, PRASARANA DAN ALAT KESEHATAN Pengelolaan Sarana Prasarana dan Alat Kesehatan (SPA) merupakan suatu proses yang harus dilaksanakan untuk menghasilkan mutu pelayanan yang baik melalui suatu prosedur pengelolaan SPA yang menjamin patient safety, pemanfaatan teknologi dan sumberdaya kesehatan secara efektif dan efisien, serta kepuasan pelanggan. Prosedur tersebut meliputi perencanaan, pengadaan, penerimaan, pengoperasian, pemeliharaan dan penghapusan yang dilakukan secara berkesinambungan menjadi satu siklus pengelolaan SPA.
  • 10. PEDOMAN PENGELOLAAN SARANA, PRASARANA, DAN ALAT KESEHATAN PUSKESMAS 2 Siklus pengelolaan SPA dijelaskan dalam gambar berikut ini : Gambar 1. Siklus Pengelolaan SPA di Puskesmas Pengelolaan SPA di Puskesmas diterapkan pada seluruh SPA yang ada, yang terdiri dari : 1. Sarana Semua bangunan Puskesmas yang digunakan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan masyarakat yang terdiri dari ruang pelayanan, ruang pendukung dan ruang kantor, rumah dinas tenaga kesehatan, tempat parkir atau garasi untuk ambulans / pusling, serta semua bangunan lainnya yang berada dalam pagar Puskesmas, bangunan puskesmas pembantu, untuk semua komponen arsitektur dan komponen struktur. 2. Prasarana Semua alat, jaringan dan sistem yang ada di Puskesmas, yaitu Sistem Penghawaan (Ventilasi), Sistem Pencahayaan, Sistem Sanitasi, Sistem Kelistrikan, Sistem Komunikasi, Sistem Gas Medik, Sistem Proteksi Petir, Sistem Proteksi Kebakaran (APAR), Sistem Pengendalian Kebisingan, Sistem Transportasi Vertikal dalam Puskesmas, Puskesmas Keliling (Pusling) dan Ambulans, kecuali mebelair dan peralatan elektronik. 3. Alat Kesehatan Meliputi alat kesehatan elektromedis dan alat kesehatan non elektromedis, yaitu : a. Alat Kesehatan elektromedis 1. Alat kesehatan elektromedis yang menggunakan listrik / genset/ tenaga surya.
  • 11. PEDOMAN PENGELOLAAN SARANA, PRASARANA, DAN ALAT KESEHATAN PUSKESMAS 3 Misalnya nebulizer oksigen konsentrator, suction pump, EKG, autoclave/sterilisator, vaccine refrigerator, doppler, inkubator bayi, infant warmer, centrifuge, resuscitator infant T-Piece system, lampu periksa, otoskop, dental unit, dan lainnya termasuk alat kesehatan yang digunakan untuk pelayanan telemedicine. 2. Alat kesehatan elektromedis yang menggunakan batere. Misalnya tensimeter digital, glucometer, alat pengukur kadar kolesterol, Hb meter, pulse oxymeter, thermometer digital, infra red thermometer (thermogun) dan alat ukur rapid test lainnya termasuk alat kesehatan yang digunakan untuk pelayanan telemedicine. b. Alat Kesehatan non elektromedis 1. Instrumen seperti gunting, pinset, nierbeken, sudip lidah, spekulum, palu reflek, forceps, laringoskop dll. 2. Mekanikal seperti timbangan, mikroskop, stetoskop, pipet mikro, tempat tidur pasien, tabung oksigen, regulator oksigen dll. 3. Perbekes (Perbekalan Kesehatan) seperti jarum jahit, infus set, kateter, sarung tangan, skalpel, jarum suntik, termometer alkohol dll. Penerapan pengelolaan SPA untuk Puskesmas BLUD sedikit berbeda dengan Puskesmas Non BLUD, perbedaannya terletak pada kewenangan pengelolaan keuangan. Misalnya pada proses pengadaan, untuk Puskesmas BLUD maka semua proses pengadaan belanja operasional berapapun pagu anggarannya dilakukan oleh Puskesmas, tetapi untuk Puskesmas Non BLUD ada pembatasan besaran pagu anggaran tergantung dari ketetapan peraturan yang berlaku di masing-masing daerah, jika besaran pagu belanja operasional melebihi batas pagu maksimal maka proses pengadaan menjadi kewenangan Dinas Kesehatan. 1.3 MAKSUD DAN TUJUAN 1.3.1 Maksud Maksud penyusunan “Pedoman Pengelolaan Sarana, Prasarana, dan Alat Kesehatan” ini adalah untuk mengoptimalkan pengelolaan Sarana Prasarana dan Alat Kesehatan di Puskesmas. 1.3.2 Tujuan Dokumen pedoman pengelolaan sarana, prasarana, dan alat Kesehatan ini mempunyai tujuan sebagai berikut :
  • 12. PEDOMAN PENGELOLAAN SARANA, PRASARANA, DAN ALAT KESEHATAN PUSKESMAS 4 1) Tujuan Umum Tersedianya pedoman teknis penerapan pengelolaaan Sarana, Prasarana, dan Alat Kesehatan di Puskesmas sebagai acuan langkah dan tindakan yang diperlukan dalam pengelolaan sarana, prasarana dan alat kesehatan mulai dari perencanaan, pengadaan, penerimaan, pengoperasian, pemeliharaan dan penghapusan. 2) Tujuan Khusus a. Tersedianya panduan bagi Puskesmas dalam menyelenggarakan pengelolaan Sarana Prasarana dan Alat Kesehatan. b. Meningkatkan kualitas dan mutu penyelenggaraan pelayanan Puskesmas melalui pengelolaan Sarana Prasarana dan Alat Kesehatan yang baik. c. Tersedianya regulasi dalam pelaksanakan pengelolaan Sarana Prasarana dan Alat Kesehatan. 1.4 SASARAN Sasaran pedoman ini adalah : a. Puskesmas b. Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota dan Provinsi c. Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan lintas program terkait d. Lintas sektor terkait pengelolaan SPA 1.5 RUANG LINGKUP Ruang lingkup pedoman ini adalah prosedur pengelolaan Sarana Prasarana dan Alat Kesehatan di Puskesmas yang meliputi perencanaan, pengadaan, penerimaan, pengoperasian, pemeliharaan dan penghapusan. 1.6 DASAR HUKUM a. Undang Undang No. 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara. b. Undang Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144. c. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. d. Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah. e. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 Tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
  • 13. PEDOMAN PENGELOLAAN SARANA, PRASARANA, DAN ALAT KESEHATAN PUSKESMAS 5 f. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 Tentang Perangkat Daerah. g. Peraturan Presiden No. 16 Tahun 2018 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. h. Permendagri No. 7 Tahun 2006 Tentang Standarisasi Sarana dan Prasarana Kerja Pemerintah Daerah. i. Permendagri No. 19 Tahun 2016 Tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah. j. Permenkes No. 1077 Tahun 2011 Tentang Pedoman Penyehatan Udara Dalam Ruang Rumah. k. Permenkes No. 31 Tahun 2018 Tentang Aplikasi Sarana Prasarana dan Alat Kesehatan. l. Permenkes No. 57 Tahun 2014 Tentang Standar Sarana dan Prasarana Kantor. m. Permenkes No. 54 Tahun 2015 Tentang Pengujian Dan Kalibrasi Alat Kesehatan. n. Permenkes No. 46 Tahun 2015 Tentang Akreditasi Puskesmas, Permenkes No. 42 Tahun 2016 (Perubahan Pertama), Permenkes No. 27 Tahun 2019 (Perubahan Kedua) Permenkes 46 Tahun 2015. o. Permenkes No. 4 Tentang Penggunaan Gas Medik dan Vakum Medik Pada Fasyankes. p. Permenkes No. 44 Tahun 2016 Tentang Pedoman Manajemen Puskesmas. q. Permenkes No. 31 Tahun 2018 Tentang Aplikasi Sarana Prasarana dan Alat Kesehatan. r. Permenkes No. 43 Tahun 2019 Tentang Puskesmas. s. Peraturan Menteri Keuangan No. 83/PMK.06/2016 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Pemusnahan dan Penghapusan Barang Milik Negara. 1.7 BATASAN DAN PENGERTIAN 1.7.1. Puskesmas Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, yang bertanggung-jawab menyelenggarakan sebagian tugas-tugas Dinas Kesehatan Kabupaten/kota dalam pembangunan kesehatan di satu wilayah kerja yang menjadi tanggung-jawabnya. 1.7.2. Puskesmas Non Rawat Inap Puskesmas yang menyelenggarakan pelayanan rawat jalan, perawatan di rumah (homecare), dan Pelayanan gawat darurat. 1.7.3. Puskesmas Rawat Inap Puskesmas yang diberi tambahan sumber daya untuk menyelenggarakan rawat inap sesuai dengan pertimbangan kebutuhan pelayanan kesehatan. 1.7.4. Sarana Sarana adalah bangunan yang sebagian atau seluruhnya berada di atas tanah/perairan, ataupun di bawah tanah/perairan dan digunakan untuk penyelenggaraan atau penunjang Pelayanan.
  • 14. PEDOMAN PENGELOLAAN SARANA, PRASARANA, DAN ALAT KESEHATAN PUSKESMAS 6 Sarana di Puskesmas meliputi ruang yang digunakan dalam Pelayanan baik dalam maupun luar gedung. Ruang yang ada dibagi dalam berbagai ruangan yang lebih kecil difungsikan untuk berbagai Pelayanan. 1.7.5. Prasarana Prasarana adalah alat, jaringan dan sistem yang membuat suatu sarana dapat berfungsi sesuai dengan tujuan yang diharapkan. 1.7.6. Alat Kesehatan Alat Kesehatan adalah instrumen, apparatus, mesin dan/atau implan yang tidak mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang sakit, memulihkan kesehatan pada manusia, dan/atau membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh. Alat Kesehatan terdiri dari Alat Kesehatan Elektromedis dan Alat Kesehatan Non Elektromedis. 1.7.7. Komponen Arsitektural Komponen arsitektural adalah komponen bangunan yang berfungsi sebagai penyekat antar ruang, penutup antar ruang pada bidang horizontal maupun vertikal yang meliputi bukaan, pencahayaan ruangan, misalnya dinding pasangan, dinding panel, langit-langit/plafond, kusen, pintu dan jendela. 1.7.8. Komponen Struktural Komponen struktural adalah komponen yang berfungsi sebagai elemen atau bagian yang membentuk berdirinya sebuah bangunan, mulai dari pondasi, sloof, dinding, kolom, ring, kuda-kuda, hingga atap. 1.7.9. Telemedicine Telemedicine adalah pemberian pelayanan kesehatan jarak jauh oleh profesional kesehatan dengan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi, meliputi pertukaran informasi diagnosis, pengobatan, pencegahan penyakit dan cedera, penelitian dan evaluasi, dan pendidikan berkelanjutan penyedia layanan kesehatan untuk kepentingan peningkatan kesehatan individu dan masyarakat. 1.7.10. Penilaian Teknologi (Health Technology Management) Analisa untuk menentukan jenis dan teknologi peralatan kesehatan yang dipilih di antara beberapa pilihan teknologi peralatan kesehatan untuk memenuhi pelayanan kesehatan di fasilitas pelayanan Kesehatan. 1.7.11. Pemeliharaan
  • 15. PEDOMAN PENGELOLAAN SARANA, PRASARANA, DAN ALAT KESEHATAN PUSKESMAS 7 Suatu rangkaian kegiatan baik preventif maupun korektif yang dilakukan untuk menjaga alat kesehatan bermutu, aman dan laik pakai. 1.7.12. Penghapusan Tindakan menghapus Barang Milik Negara dari daftar barang dengan menerbitkan surat keputusan dari pejabat yang berwenang untuk membebaskan Pengguna dan atau Kuasa Pengguna Barang dan atau Pengelola Barang dari tanggung jawab administrasi dan fisik barang yang berada dalam penguasaannya. 1.7.13. Pengujian Keseluruhan tindakan yang meliputi pemeriksaan fisik dan pengukuran satu atau lebih sifat, karakteristik dari suatu produk, proses, output untuk membandingkan hasil pengujian dari alat ukur dengan standar untuk satuan ukuran yang sesuai guna menetapkan sifat ukurnya atau menentukan besaran atau kesalahan pengukuran. 1.7.14. Kalibrasi Kalibrasi adalah memastikan hubungan antara besaran yang ditunjukkan oleh suatu alat ukur atau sistem pengukuran atau besaran yang diabadikan pada suatu bahan ukur dengan besaran yang sebenarnya dari besaran yang diukur. 1.7.15. Standar Prosedur Operasional Suatu set instruksi yang memiliki kekuatan sebagai suatu petunjuk yang mencakup hal-hal dari operasi yang memiliki prosedur pasti atau terstandardisasi, tanpa kehilangan keefektifannya. 1.7.16. Uji Fungsi Pengujian alat kesehatan secara keseluruhan, melalui uji bagianMbagian alat dengan kemampuan maksimum (secara teknis saat itu) tanpa beban sebenarnya, sehingga dapat diketahui kinerja dan kemampuan alat dalam hal fungsi komponen dan keluaran. Uji fungsi dilaksanakan sebelum alat diterima oleh Panitia Penerima Barang. 1.7.17. Uji Coba Pengujian alat secara keseluruhan, melalui uji bagian-bagian alat dengan beban sebenarnya (misalnya pasien), setelah uji fungsi dilakukan dengan hasil baik. Uji coba dilaksanakan oleh operator yang telah dilatih, untuk membiasakan penggunaan alat sesuai prosedur kerjanya dalam waktu tertentu atau berdasarkan jumlah pemakaian. 1.7.18. Recall
  • 16. PEDOMAN PENGELOLAAN SARANA, PRASARANA, DAN ALAT KESEHATAN PUSKESMAS 8 Suatu tindakan yang dilakukan untuk mengatasi masalah pada suatu peralatan kesehatan, bila tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku atau dapat menyebabkan suatu bahaya pada penggunaannya. Suatu produk yang ditarik dari peredaran, akan diteliti ulang oleh produsen sehingga dapat ditentukan apakah produk tersebut akan diperbaiki atau di musnahkan. 1.7.19. Izin Edar Izin yang diberikan kepada perusahaan untuk produk alat kesehatan, yang akan diimport, digunakan dan/atau diedarkan di wilayah Republik Indonesia, berdasarkan penilaian terhadap mutu, keamanan dan kemanfaatan. 1.7.20. Teknologi Kesehatan Penerapan pengetahuan dan keterampilan dalam bentuk peralatan kesehatan, obat-obatan, vaksin, prosedur dan sistem yang dikembangkan untuk memecahkan masalah kesehatan dan meningkatkan kualitas kehidupan. 1.7.21. Pra-Instalasi Penyiapan material dan kelengkapan yang dibutuhkan untuk instalasi alat. 1.7.22. Instalasi Alat Tahap kegiatan mulai dari penempatan/perletakan, perakitan, pemasangan, penyetelan, adjustment, pengukuran keluaran sampai alat berfungsi baik. 1.7.23. Pemeriksaan Fisik Kegiatan yang meliputi penilaian fisik secara visual, kelengkapan dan kinerja alat. 1.7.24. Spesifikasi Data yang menguraikan kemampuan, kapasitas, teknologi, sistem, fungsi, aksesori, keselamatan dan aspek teknis lainnya dari suatu alat. 1.7.25. Sertifikat Pengujian (Test Certificate) dari Pabrik Sertifikat yang dikeluarkan oleh pabrik pembuat alat sebagai bukti bahwa alat yang diproduksi telah lulus pengujian pabrik, meliputi : keluaran (output), fungsi dan keselamatan. 1.7.26. Buku Petunjuk (Manual Operation) Petunjuk yang harus disertakan pada peralatan kesehatan yang didistribusikan, meliputi: petunjuk operasional, petunjuk instalasi dan petunjuk pemeliharaan dalam bahasa Negara pembuat, bahasa Inggris, bahasa Indonesia. Petunjuk yang harus disertakan sesuai jenis peralatan. 1.7.27. Suku Cadang (Spare Part)
  • 17. PEDOMAN PENGELOLAAN SARANA, PRASARANA, DAN ALAT KESEHATAN PUSKESMAS 9 Komponen suatu rekomendasi pabrik alat yang mengalami kerusakan setelah jangka waktu tertentu dan direkomendasikan harus disediakan. 1.7.28. Aksesori Kelengkapan standar yang secara fungsi tidak dapat dipisahkan dan harus lengkap pada saat penyerahan peralatan. 1.7.29. Dekontaminasi Dekontaminasi adalah upaya mengurangi dan/atau menghilangkan kontaminasi oleh mikroorganisme pada orang, peralatan, bahan dan ruang melalui pembersihan, desinfeksi dan sterilisasi dengan cara fisik dan kimiawi. 1.7.30. Pembersihan Sebuah proses yang secara fisik menghilangkan mikroorganisma dan bahan organik tapi tidak selalu menghancurkan sama sekali. Pengurangan kontaminasi mikroorganisma tergantung pada banyak faktor, termasuk efektivitas dari proses pembersihan. Pembersihan penting dilakukan agar proses disinfeksi atau sterilisasi efektif. 1.7.31. Desinfeksi Desinfeksi adalah upaya untuk mengurangi/menghilangkan jumlah mikroorganisme pathogen penyebab penyakit (tidak termasuk spora) dengan fisik dan kimiawi dengan menggunakan cairan desinfektan. 1.7.32. Desinfektan Desinfektan adalah obat pembasmi kuman penyakit atau bahan kimia bersifat toksik yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi dan memiliki kemampuan membunuh mikroorganisme. 1.7.33. Sterilisasi Sterilisasi adalah upaya untuk menghilangkan semua mikroorganisme termasuk endospora dengan cara fisik dan kimiawi dengan menggunakan alat sterilisator. 1.7.34. Kontaminasi Adanya zat pengotor atau pencemaran benda mati atau material hidup yang merupakan bahan berbahaya, yang tidak diinginkan yang berpotensi menular atau lainnya. Kemungkinan besar berupa bahan organik dan zat menular, juga dapat berupa zat-zat yang tidak diinginkan lainnya misalnya residu kimia, bahan radioaktif, produk degradasi, bahan kemasan dll. Kontaminasi tersebut menyebabkan pengaruh yang merugikan fungsi perangkat kesehatan dan dapat ditularkan ke orang selama pemrosesan, penggunaan atau penyimpanan peralatan Kesehatan.
  • 18. PEDOMAN PENGELOLAAN SARANA, PRASARANA, DAN ALAT KESEHATAN PUSKESMAS 10 1.7.35. Masa Pemeliharaan Kegiatan yang dilaksanakan oleh penyedia dalam jangka waktu tertentu (sesuai kontrak), dengan tujuan agar selama masa pemeliharaan SPA selalu dalam kondisi baik, berfungsi baik dan laik pakai. 1.7.36. Masa Garansi Jangka waktu tertentu sesuai ketentuan dalam kontrak, dimana pihak penyedia masih bertanggungjawab terhadap perbaikan/penggantian SPA yang mengalami kerusakan akibat kesalahan teknis dan bukan akibat kesalahan pengguna. 1.7.37. Kondisi Fisik Kondisi SPA yang dinilai dari keadaan fisik secara visual, meliputi adanya keretakan, penyok, bengkok, lecet, patah dan lain-lain.
  • 19. PEDOMAN PENGELOLAAN SARANA, PRASARANA, DAN ALAT KESEHATAN PUSKESMAS 11 BAB II – PERENCANAAN Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan kebutuhan terkait jenis, spesifikasi dan jumlah SPA sesuai dengan kemampuan pelayanan atau klasifikasi Puskesmas, beban pelayanan, perkembangan teknologi kesehatan dan sumber daya manusia. Perencanaan kebutuhan SPA sangat bermanfaat untuk penyediaan anggaran, pelaksanaan pengadaan secara efektif, efisien dan prosesnya dapat dipertanggung jawabkan. Kepala Puskesmas dibantu dengan staf teknis dan staf penanggung jawab SPA menyusun program rencana kerja, yang terbagi menjadi 2 program yaitu : 1. Program rencana kebutuhan dan pemenuhan SPA dalam mendukung kualitas pelayanan di Puskesmas dalam jangka panjang 5 tahunan disusun berdasarkan rencana strategi (Renstra). 2. Program rencana kebutuhan dan pemenuhan SPA dalam mendukung kualitas pelayanan kesehatan di Puskesmas jangka pendek disusun berdasarkan program jangka panjang yang telah disusun. Program secara tahunan berisi rencana kegiatan yang akan dilaksanakan dan disusun secara rinci yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan organisasi atau satuan kerja Perencanaan pengelolaan Sarana Prasarana dan Alat Kesehatan (SPA) ditujukan untuk : 1. Diperolehnya kebutuhan jenis, spesifikasi teknis dan jumlah 2. Diperolehnya perbandingan spesifikasi teknis dan fungsi 3. Diperolehnya perbandingan harga Tahapan perencanaan meliputi penilaian kebutuhan, penentuan prioritas, data dukung perencanaan dan pengalokasian anggaran. 2.1 PENILAIAN KEBUTUHAN Penilaian kebutuhan (need assessment) adalah proses untuk menentukan dan mengatasi kesenjangan antara situasi atau kondisi saat ini dengan situasi atau kondisi yang diinginkan. Penilaian kebutuhan adalah kegiatan strategis dan merupakan bagian dari proses perencanaan SPA yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja pelayanan kesehatan atau memperbaiki kekurangan pelayanan kesehatan. Penilaian Kebutuhan SPA pada dasarnya dimaksudkan untuk pemenuhan standar pelayanan di Puskesmas sesuai kemampuan/klasifikasi Puskesmas, penggantian SPA dan pengembangan pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan masyarakat atau perkembangan teknologi. Penilaian kebutuhan (need assessment) diperoleh dengan mengidentifikasi : 1. Gap antara kondisi saat ini dengan standar. 2. Kerusakan yang mengharuskan adanya penggantian atau perbaikan.
  • 20. PEDOMAN PENGELOLAAN SARANA, PRASARANA, DAN ALAT KESEHATAN PUSKESMAS 12 3. Kebutuhan program atau kebijakan (contoh Puskesmas PONED, Puskesmas DTPK, WASH di Puskesmas). Gap atau kesenjangan terhadap standar SPA di Puskesmas dapat dilihat dari ketersediaan SPA yang ada saat (existing) ini dibandingkan dengan standar SPA di Permenkes No. 43 Tahun 2019 tentang Puskesmas, selain itu bisa juga dibandingkan dengan standar SPA yang ada dalam wahana pendidikan DLP maupun standar SPA untuk kebutuhan kerjasama dengan BPJS Kesehatan, sepanjang ada menunya di dalam ASPAK dan masih dalam kewenangan Puskesmas. Pemenuhan terhadap seluruh standar tersebut dapat dilihat di dalam ASPAK. Kesenjangan (gap) antara SPA yang dimiliki Puskesmas dibandingkan dengan standar yang ada di dalam ASPAK wajib dipenuhi dalam perencanaan. Kesenjangan tersebut meliputi : jumlah dan jenis, kondisi alat, umur, teknologi dan beban kerja. Proses perencanaan dengan mempertimbangkan gap antara kondisi SPA di Puskesmas dengan ASPAK dapat dilihat dalam gambar berikut ini : Gambar 2. Proses Perencanaan SPA di Puskesmas berdasar ASPAK Penggantian SPA dilakukan bisa dikarenakan SPA yang sudah rusak berat, sudah lama / usang dan perkembangan teknologi. Untuk alat kesehatan dan prasarana terdapat beberapa hal yang perlu menjadi perhatian dalam penilaian kebutuhan antara lain ketersediaan suku cadang dan ketersediaan bahan habis pakai, disesuaikan juga dengan ketersediaan jumlah tenaga kesehatan dan kebutuhan pelayanan. Dalam penilaian kebutuhan SPA juga harus memperhatikan kebijakan yang sedang dilaksanakan antara lain : 1. Program Puskesmas PONED Untuk mendukung program tersebut dibutuhkan pemenuhan beberapa jenis SPA di
  • 21. PEDOMAN PENGELOLAAN SARANA, PRASARANA, DAN ALAT KESEHATAN PUSKESMAS 13 Puskesmas 2. Program WASH di Puskesmas Program WASH terkait dengan pemenuhan air, sanitasi, pembersihan tangan, sampah medis dan kebersihan lingkungan. Untuk mendukung hal tersebut perlu adanya pemenuhan SPA yang terkait untuk seluruh Puskesmas. Dalam penilaian kebutuhan SPA juga dibutuhkan tim perencanaan untuk melakukan identifikasi data dan informasi SPA, yang meliputi : a. Inventori SPA : data jenis, spesifikasi, jumlah, harga, tahun pengadaan dan kondisi SPA. Khusus untuk alat kesehatan dan prasarana, inventori juga meliputi merk, tipe, serial number (SN). b. Kualitas SPA: data pemeliharaan yang terkait dengan frekuensi kerusakan, lama perbaikan, suku cadang, biaya pemeliharaan. c. Kinerja SPA : data pemanfaatan dan kapasitas SPA sesuai spesifikasi. d. Keamanan SPA : data KTD/vigilance meliputi frekuensi insiden, akibat yang ditimbulkan, publikasi KTD/vigilance. e. Sumber Daya Manusia : data ketersediaan tenaga pengguna dan pemelihara serta kompetensi pengguna yang akan mengoperasikan. f. Informasi harga SPA dengan spesifikasi yang sama dari berbagai penyedia termasuk biaya pemeliharaan serta ketersediaan suku cadang dan jaminan purna jual (respond time, lama perbaikan) khususnya untuk alat kesehatan dan prasarana. 2.2 PRIORITAS PEMENUHAN KEBUTUHAN Tidak selamanya hasil dari penilaian kebutuhan SPA dapat direalisasikan semuanya, keterbatasan anggaran menjadi kendala dalam pemenuhan tersebut dikarenakan pendapatan kemampuan dana yang terbatas, maka perencanaannya difokuskan pada SPA prioritas yang disesuaikan dengan kriteria pada setiap Puskesmas. Beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam penentuan prioritas diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Utilitas, Beban Kerja dan Kebutuhan Pelayanan Utilitas merupakan tingkat penggunaan atau pemakaian SPA pada pelayanan. Hal ini terkait dengan banyaknya kebutuhan SPA tersebut sehingga akan berpengaruh pada tingkat pelayanan dan penghasilan Puskesmas. Beban kerja merupakan perbandingan antara jumlah kunjungan pasien dengan ketersediaan SPA, sedangkan kebutuhan pelayanan adalah banyaknya permintaan masyarakat atas pelayanan kesehatan yang disediakan oleh Puskesmas.
  • 22. PEDOMAN PENGELOLAAN SARANA, PRASARANA, DAN ALAT KESEHATAN PUSKESMAS 14 2. Pemenuhan Pelayan Pemenuhan pelayanan kesehatan di Puskesmas minimal harus sesuai dengan Permenkes 43 Tahun 2019 tentang Puskesmas. Permenkes ini merupakan standar pelayanan Puskesmas yang terkait dengan SPA yang harus dimiliki oleh Puskesmas. Pemenuhan juga bisa berdasarkan tambahan standar lainnya sepanjang masih mejadi kewenangan Puskesmas, misalnya untuk Puskesmas yang mejadi Wahana DLP atau Puskesmas PONED, dan lainnya. 3. Pengembangan Pelayanan Pengembangan pelayanan di Puskesmas dari non rawat inap menjadi rawat inap. 4. Ketersediaan Tenaga Kesehatan Ketersediaan SPA harus menyesuaikan jumlah Tenaga Kesehatan yang ada sebagai pengguna, misalnya jumlah dental unit harus sama dengan jumlah dokter gigi. 5. Kesiapan Sarana Pendukung Perencanaan SPA harus memperhatikan kesiapan sarana pendukung yang tersedia di Puskesmas, misalnya beberapa alat kesehatan memerlukan ruangan/tempat khusus, pembangunan Puskesmas memerlukan kepastian lahan dan infrastruktur pendukung, pengadaan ambulans memerlukan lahan parkir. 2.3 DATA DUKUNG PERENCANAAN Untuk melakukan proses perencanaan diperlukan adanya data dukung perencanaan yang berupa dokumen-dokumen resmi untuk mendukung usulan perencanaan. Data dukung perencanaan tersebut diterapkan pada usulan Sarana Prasarana dan Alat Kesehatan. 1. Sarana Untuk kegiatan perencanaan sarana di Puskesmas diperlukan dokumen, antara lain : - Berita Acara Penilaian Kerusakan Bangunan dari PU setempat. - Analisis biaya pembangunan dari PU setempat. - Analisis kebutuhan pembangunan baru serta kebutuhan biayanya. - Laporan kondisi bangunan yang ditandatangi oleh Kepala Puskesmas. Untuk analisis kebutuhan pembangunan baru di Puskesmas dikerjakan oleh Pihak Dinas Kesehatan dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang mendukung pembangunan Puskesmas. 2. Prasarana Untuk kegiatan perencanaan prasarana di Puskesmas diperlukan dokumen, antara lain : - Berita Acara Penilaian Kerusakan Prasarana (listrik, air, limbah, sistem ventilasi,
  • 23. PEDOMAN PENGELOLAAN SARANA, PRASARANA, DAN ALAT KESEHATAN PUSKESMAS 15 sistem penghawaan, dll) dari PU setempat. - Analisis biaya instalasi prasarana dari PU setempat. - Analisis kebutuhan prasarana serta kebutuhan biayanya. - Daftar inventaris prasarana beserta kondisinya. - Daftar pemanfaatan dan kapasitas prasarana. - Daftar kualitas prasarana meliputi frekuensi kerusakan dan lama perbaikan. 3. Alat kesehatan Untuk kegiatan perencanaan alat kesehatan di Puskesmas diperlukan dokumen, antara lain : - Berita Acara Penilaian Kerusakan Alat Kesehatan berdasar penilaian dari BPFK - Daftar Inventaris alat kesehatan beserta kondisinya. - Daftar pemanfaatan dan kapasitas alat kesehatan. - Daftar kualitas alat kesehatan meliputi frekuensi kerusakan, lama perbaikan dan suku cadang. 2.4 PENGALOKASIAN ANGGARAN Setelah dilakukan penilaian kebutuhan, penentuan prioritas dalam usulan SPA dan penyiapan dokumen data dukung perencanaan selanjutnya dilakukan pengalokasian anggaran. Alokasi anggaran untuk kebutuhan pemenuhan SPA di Puskesmas, dilakukan melalui mekanisme penganggaran berdasarkan sumber anggaran, antara lain : 1. Dana APBD Merupakan dana dari Pemerintah Daerah yang dapat digunakan untuk pemenuhan dan pengelolaan SPA maupun kalibrasi. Dana Pemerintah Daerah juga bisa bersumber dari dana transfer Pemerintah Pusat ke Pemerintah Daerah, yang terdiri dari : a. Dana Alokasi Khusus Dana Alokasi Khusus (DAK) adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada Daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan Daerah dan sesuai dengan prioritas nasional. b. Dana Alokasi Umum Dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar-Daerah untuk mendanai kebutuhan Daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi.
  • 24. PEDOMAN PENGELOLAAN SARANA, PRASARANA, DAN ALAT KESEHATAN PUSKESMAS 16 c. Dana Otonomi Khusus (OTSUS) Dana Otonomi Khusus adalah dana yang dialokasikan untuk membiayai pelaksanaan otonomi khusus suatu daerah. d. DID Dana Insentif Daerah yang selanjutnya disingkat DID adalah bagian dari dana TKDD yang bersumber dari APBN kepada Daerah tertentu berdasarkan kriteria kategori tertentu dengan tujuan untuk memberikan penghargaan atas perbaikan dan/ atau pencapaian kinerja tertentu di bidang tata kelola keuangan daerah, pelayanan dasar publik, peningkatan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat. e. Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (Cukai Rokok) Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau yang selanjutnya disingkat DBH CHT adalah penerimaan negara dari cukai hasil tembakau yang sebagian dibagi hasilkan kepada provinsi dan Kabupaten/Kota sesuai dengan komposisi yang ditetapkan ketentuan peraturan perundang- undangan. 2. Dana Kapitasi dan Non Kapitasi Merupakan dana kapitasi dan non kapitasi berdasar jumlah kepesertaan masing- masing Puskesmas yang dapat digunakan untuk pemenuhan dan pengelolaan SPA maupun kalibrasi. 3. Dana BLUD Merupakan dana yang bersumber dari jasa pelayanan yang dapat digunakan untuk pemenuhan dan pengelolaan SPA maupun kalibrasi. 4. Corporate Social Responsibility (CSR) Merupakan sumbangan / pemberian barang dari lembaga atau perusahaan swasta. 5. Hibah Merupakan sumbangan atau pemberian barang yang diperlukan oleh Puskesmas dari Masyarakat, pemerintah maupun Pihak Swasta. Mekanisme pengalokasian anggaran diatas diatur melalui Perda masing-masing daerah.
  • 25. PEDOMAN PENGELOLAAN SARANA, PRASARANA, DAN ALAT KESEHATAN PUSKESMAS 17 BAB III – PENGADAAN Pengadaan SPA di Puskesmas mengikuti Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2021 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah termasuk peraturan pendukungnya dan Perda masing-masing daerah. Tahapan pengadaan SPA secara garis besar meliputi tahapan identifikasi kebutuhan pengadaan, penyusunan jadwal pengadaan, penyiapan spesifikasi, penyusunan HPS dan pelaksanaan pengadaan. 3.1. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN Identifikasi kebutuhan SPA disusun berdasarkan gap analisis yang ada di ASPAK, yaitu : 1. Berdasarkan jumlah dan jenis SPA maka tindak lanjutnya dapat berupa pembangunan, penambahan ruangan, penambahan instalasi prasarana, atau pengadaan baru prasarana dan alat kesehatan. 2. Berdasarkan kondisi SPA maka tindak lanjutnya dapat berupa pemeliharaan, perbaikan, penggantian suku cadang dan perawatan. 3. Berdasarkan tahun pengadaan SPA maka tindak lanjutnya dapat berupa pembangunan dan penggantian. 4. Berdasarkan mutu SPA maka tindak lanjutnya dapat berupa pengujian dan kalibrasi, pemeriksaan baku mutu air bersih dan air limbah, pelaporan yang terkait dengan ijin lingkungan (UPL UKL), pengisian APAR, pelaporan SLF tahun ke-5 (untuk prasarana umum), pelaporan KTD. Selain identifikasi kebutuhan SPA dari ASPAK, perlu juga diperhatikan kebutuhan berdasarkan resiko pengelolaan SPA, misalnya jika terjadi seperti KLB, bencana, kebakaran, banjir, gempa, huru-hara, yang disesuaikan dengan kebutuhan penggantian kerusakan yang terjadi. Dalam proses identifikasi kebutuhan, untuk sarana perlu diperhatikan antara lain tingkat kompleksitas pekerjaan dan kesiapan lahan, sedangkan untuk prasarana dan alat kesehatan antara lain ketersediaan suku cadang, biaya operasional, kebutuhan pra-instalasi, ketersediaan ruangan, ketersediaan SDM serta ketersediaan listrik, air dan gas. 3.2. PENYUSUNAN JADWAL PENGADAAN Rencana jadwal pengadaan terdiri dari rencana jadwal persiapan pengadaan dan rencana pelaksanaan pengadaan. Jadwal pengadaan harus memperhatikan waktu perencanaan dan proses pengadaan SPA dan batas waktu yang sudah ditentukan sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan.
  • 26. PEDOMAN PENGELOLAAN SARANA, PRASARANA, DAN ALAT KESEHATAN PUSKESMAS 18 Perlu diperhatikan mulainya penjadwalan terkait dengan kesiapan dokumen penganggaran di daerah. Terkait dengan sumber anggaran, jika menggunakan dana BLUD maka waktunya bisa lebih fleksibel, tergantung dari kesiapan dan kebutuhan masing-masing Puskesmas. 3.3. PENYIAPAN SPESIFIKASI Spesifikasi SPA disusun dengan memperhatikan kebutuhan pelayanan kesehatan di Puskesmas dan kesesuaian/perkembangan teknologi serta mempertimbangkan regulasi SPA yang berlaku. Untuk sarana, spesifikasi kebutuhan menyesuaikan dengan Pedoman Pembangunan dan Peningkatan Fungsi Bangunan Puskesmas dan Pedoman Interior Bangunan Puskesmas (desain prototype bangunan dan prototype interior) yang telah ditetapkan serta pedoman-pedoman lain. Untuk prasarana menyesuaikan Pedoman Prototipe Pengelolaan Air Bersih Puskesmas, Pedoman Teknologi Biofilter untuk Mengolah Air Limbah Puskesmas, Pedoman Prototipe Energi Terbarukan Tenaga Surya Puskesmas dan Pedoman Teknis Ambulans Puskesmas (pengelolaan air bersih, pengolahan air limbah, listrik tenaga surya, ambulans). Untuk peralatan yang menjadi bagian instalasi prasarana diutamakan yang memiliki sertifikasi Standar Nasional Indonesia (SNI). Sedangkan untuk alat kesehatan menyesuaikan Pedoman Spesifikasi Alat Kesehatan Puskesmas, dan hal penting yang perlu diperhatikan adalah alat kesehatan harus memiliki izin edar, jaminan purna jual dan kontinuitas ketersediaan barang atau jaminan suku cadang. Dokumen penerimaan barang juga merupakan spesifikasi yang dimasukkan dalam pengadaan barang. Untuk spesifikasi SPA diprioritaskan khususnya produk yang memiliki sertifikat TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri). 3.4. PENYUSUNAN RAB & HPS Harga Perkiraan Sendiri (HPS) adalah perkiraan harga barang/jasa yang ditetapkan oleh PPK yang telah memperhitungkan biaya tidak langsung, keuntungan dan Pajak Pertambahan Nilai. Dalam penyusunan HPS referensi harga dapat diperoleh informasi harga dari penyedia atau informasi biaya satuan yang dipublikasikan secara resmi antara lain melalui e-purchasing. Biaya pendukung yang diperlukan dipertimbangkan antara lain biaya pengiriman, biaya pelatihan, biaya instalasi dan testing, biaya asuransi, dll. 3.5. PELAKSANAAN PENGADAAN Pelaksanaan pengadaan SPA di Puskesmas untuk langkahnya secara detail mengacu pada Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2021 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 16
  • 27. PEDOMAN PENGELOLAAN SARANA, PRASARANA, DAN ALAT KESEHATAN PUSKESMAS 19 Tahun 2018 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah termasuk peraturan pendukungnya dan Perda masing-masing daerah.
  • 28. PEDOMAN PENGELOLAAN SARANA, PRASARANA, DAN ALAT KESEHATAN PUSKESMAS 20 BAB IV – PENERIMAAN Penerimaan adalah suatu rangkaian kegiatan dalam pengelolaan SPA Puskesmas. Proses penerimaan dibedakan berdasarkan dari sumbernya, jika menggunakan anggaran pemerintah maka prosesnya mengikuti alur yang dijelaskan dalam pedoman ini. Jika SPA diterima dalam bentuk CSR atau hibah maka yang perlu diperhatikan adalah berita acara hibah, garansi dan pelatihan dari pemberi hibah, kelengkapan administrasi yang digunakan untuk keperluan operasional dan pemeliharaan, uji fungsi dan uji coba, dokumen legalitas barang yang diberikan atau dihibahkan. SPA yang diterima harus diperiksa kelengkapannya baik jenis, jumlah dan kondisinya serta sesuai dengan dokumen yang menyertainya. Fungsi penerimaan SPA di Puskesmas adalah menerima SPA yang menyangkut aspek-aspek pemeriksaan agar berfungsi dengan baik sebelum digunakan dalam rangka menjamin mutu, keamanan dan laik pakai serta diadministrasikan dengan baik dan benar. Prosedur penerimaan SPA dibedakan antara proses penerimaan secara bertahap dan proses penerimaan secara langsung atau sekaligus. Dalam proses penerimaan bertahap dilakukan berdasarkan progress pekerjaan dan dilakukan dengan rapat rutin serta peninjauan lapangan baik periodik maupun sesuai kebutuhan, hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi penyimpangan terhadap perencanaan. Sedangkan proses penerimaan secara langsung atau sekaligus dilakukan setelah masa akhir kontrak dan progress pekerjaan mencapai 100%. Secara lebih spesifik penerimaan di akhir masa kontrak untuk SPA dijelaskan sebagai berikut : 1. Sarana Penerimaan sarana meliputi kegiatan penerimaan dokumen dan pengecekan spesifikasi yang terdiri dari spesifikasi pekerjaan fisik bangunan, mekanikal elektrikal (ME) dan infrastruktur, comissioning, serah terima pertama/provisional hand over (PHO) pekerjaan yang disertai dengan Berita Acara Serah Terima (BAST) pertama, masa pemeliharaan, serah terima kedua/final hand over (FHO) pekerjaan yang disertai dengan BAST kedua, pengurusan Sertifikat Laik Fungsi (SLF) dan pengurusan ijin penggunaan bangunan. Karena pengadaan sarana mejadi kewenangan Dinas Kesehatan, maka di akhr prosesnya, sarana diserahkan sarana diserahkan ke Puskesmas dilampiri dengan BAST. 2. Prasarana Penerimaan prasarana prosesnya berbeda antara prasarana yang menjadi satu kesatuan dengan bangunan (misalnya instalasi listrik, instalasi air) dan prasarana yang
  • 29. PEDOMAN PENGELOLAAN SARANA, PRASARANA, DAN ALAT KESEHATAN PUSKESMAS 21 terpisah dari bangunan (misalnya genset, pembangkit tenaga surya, pompa air, tabung oksigen, ambulans, pusling roda 4, pusling roda 2). Untuk prasarana yang menjadi satu dengan bangunan proses penerimaannya sama dengan sarana karena termuat dalam satu BAST sehingga menjadi bagian yang tidak terpisahkan satu dengan yang lain, sedangkan prasarana yang terpisah dari bangunan proses penerimaannya meliputi kegiatan penerimaan dokumen dan pengecekan spesifikasi, instalasi, uji fungsi, serah terima barang, pelatihan, pencatatan dan pelabelan. 3. Alat Kesehatan Penerimaan alat kesehatan meliputi kegiatan penerimaan dokumen dan pengecekan spesifikasi, instalasi, uji fungsi dan uji coba, serah terima barang, pelatihan, pencatatan dan pelabelan. 4.1. PENERIMAAN DOKUMEN Dokumen yang diserahkan oleh pihak penyedia pada saat penerimaan SPA, meliputi : 1. Sarana (pembangunan baru) a. Semua berkas perizinan yang diperoleh pada saat pelaksanaan konstruksi, termasuk Surat Persetujuan Bangunan Gedung (PBG) atau Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) dan atau ketentuan lain sesuai Perda masing-masing daerah; b. RKS dan Gambar Perencanaan c. Gambar-gambar yang sesuai dengan pelaksanaan (as built drawings); d. Kontrak kerja pelaksanaan konstruksi fisik, pekerjaan pengawasan/manajemen konstruksi beserta segala perubahan/ addendumnya; e. Laporan pelaksanaan konstruksi yang terdiri atas laporan harian, laporan mingguan, laporan bulanan, laporan akhir pengawasan/ manajemen konstruksi, dan laporan akhir pengawasan berkala; f. Berita acara pelaksanaan konstruksi yang terdiri atas perubahan pekerjaan, pekerjaan tambah/kurang (CCO), serah terima I (PHO) dan II (FHO) dilampiri dengan berita acara pelaksanaan pemeliharaan pekerjaan konstruksi, pemeriksaan pekerjaan, dan berita acara lain yang berkaitan dengan pelaksanaan konstruksi fisik; g. Hasil uji coba/uji kinerja (comissioning test); h. Foto-foto dokumentasi yang diambil pada setiap tahapan kemajuan pelaksanaan konstruksi fisik;
  • 30. PEDOMAN PENGELOLAAN SARANA, PRASARANA, DAN ALAT KESEHATAN PUSKESMAS 22 i. Dokumen K3 atau SMK3; j. Manual operasi dan pemeliharaan bangunan gedung, termasuk pengoperasian dan pemeliharaan peralatan dan perlengkapan mekanikal-elektrikal bangunan; k. Garansi/surat jaminan peralatan dan perlengkapan mekanikal-elektrikal bangunan; l. Surat pernyataan/jaminan atas kegagalan bangunan Untuk penambahan bangunan, renovasi dan rehabilitasi disesuaikan dengan ketentuan di daerah masing-masing. 2. Prasarana a. Prasarana yang menjadi satu dengan pembangunan bangunan baru, dokumen penerimaannya menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan dokumen penerimaan sarana karena termuat dalam satu BAST. b. Prasarana yang terpisah dari bangunan, dokumen penerimaannya meliputi : ▪ Prasarana Gedung (genset, pembangkit tenaga surya, pompa air, tabung oksigen, AC split) : 1. Kontrak pengadaan prasarana beserta segala perubahan/addendumnya 2. Berita Acara Pemeriksaan dan Penerimaan Barang 3. Berita Acara Uji Fungsi 4. Kartu Garansi 5. Certificate of Origin (jika ada) 6. SPPT-SNI (Serifikasi Produk Penggunaan Tanda Standar Nasional Indonesia) 7. Manual (operation, service, installation) ▪ Prasarana transportasi - Ambulans, pusling roda 4, pusling roda 2, pusling perairan 1. Kontrak pengadaan prasarana beserta segala perubahan/addendumnya 2. Berita Acara Pemeriksaan dan Penerimaan Barang 3. Berita Acara Uji Fungsi dan Uji Coba (pusling roda 4 dan roda 2), Berita Acara Uji Laik Fungsi (pusling perairan). 4. Kartu Garansi 5. Manual (operation, service) 6. STNK 7. BPKB (pusling roda 4 dan roda 2), Serifikat Kepemilikan Kapal (pusling perairan)
  • 31. PEDOMAN PENGELOLAAN SARANA, PRASARANA, DAN ALAT KESEHATAN PUSKESMAS 23 Untuk ambulans penerimaan komponen alat kesehatan mengikuti prosedur penerimaan alat kesehatan yang terdapat didalam ambulans. 3. Alat Kesehatan a. Kontrak pengadaan alat kesehatan beserta segala perubahan/addendumnya b. Berita Acara Pemeriksaan dan Penerimaan Barang c. Berita Acara Uji Fungsi dan Uji Coba d. Kartu Garansi e. Certificate of Origin f. SPPT-SNI (Serifikasi Produk Penggunaan Tanda Standar Nasional Indonesia) g. Sertifikat ijin edar h. Manual (operation, service, installation, wiring/schematic diagram) i. Jaminan penyediaan suku cadang 4.2. PENGECEKAN KESESUAIAN SPESIFIKASI Pengecekan spesifikasi yang dilakukan pada saat penerimaan SPA, meliputi : 1. Sarana Pengecekan spesifikasi sarana dilakukan untuk pekerjaan Fisik Bangunan, Mekanikal- Elektrikal dan Plumbing (MEP) serta Infrastrutur. 2. Prasarana a. Prasarana yang menjadi satu dengan bangunan, pengecekan spesifikasi prosesnya sama dengan yang dilakukan pada sarana karena termuat dalam satu BAST, sehingga menjadi bagian yang tidak terpisahkan satu dengan yang lain. b. Prasarana yang terpisah dari bangunan, pengecekan spesifikasi meliputi : ▪ Prasarana Gedung (genset, pembangkit tenaga surya, pompa air, tabung oksigen, AC split) 1. Pengecekan penempatan prasarana pada tempat yang sudah ditentukan. 2. Pengecekan perakitan dan atau peletakan sesuai spesifikasi prasarana (misalnya genset diletakkan pada pondasi). 3. Pengecekan penyambungan prasarana dengan kelengkapan dan atau material pra- instalasi yang telah dipersiapkan. 4. Pengecekan pengaturan, pengukuran keluaran dan atau pengujian keselamatan kerja.
  • 32. PEDOMAN PENGELOLAAN SARANA, PRASARANA, DAN ALAT KESEHATAN PUSKESMAS 24 5. Pengecekan instalasi dengan memperhatikan petunjuk instalasi dan gambar instalasi dari pabrik pembuat/distributor. ▪ Prasarana Transportasi - Ambulans dan pusling roda 4 1. Pengecekan tipe atau varian 2. Pengecekan eksterior : body dan kelengkapan fitur dan aksesoris eksterior 3. Pengecekan interior : kondisi dashboard, doortrim, kursi, plafon dan bagasi 4. Pengecekan bagian ruang mesin dan nomor kendaraan 5. Pengecekan kelengkapan standar : ban cadangan, dongkrak dan tools 6. Pengecekan sirine 7. Pengecekan sketcher 8. Pengecekan wastafel - Pusling perairan 1. Pengecekan tipe atau varian 2. Pengecekan eksterior : body dan kelengkapan fitur dan aksesoris eksterior 3. Pengecekan interior : kondisi dashboard, doortrim, kursi, plafon, lampu, dll 4. Pengecekan bagian ruang mesin 5. Pengecekan kelengkapan standar : radio dua arah, lifejacket / pelampung, SART, Rocket Parachute Signal, dll. 3. Alat kesehatan Pengecekan spesifikasi dilakukan sekaligus pada saat proses instalasi, yaitu proses pemasangan barang ke tempatnya. Sebelum instalasi dilakukan sudah melalui proses pengiriman, penyimpanan dan penempatan barang yang dibeli ke lokasi yang diinginkan. Instalasi alat kesehatan adalah tahap kegiatan pekerjaan pemasangan, yang meliputi: 1. Pembukaan peti/koli (unpacking). 2. Penempatan alat pada tempat yang sudah ditentukan. 3. Perakitan alat dan atau peletakan alat pada pondasi atau pada ceiling. 4. Penyambungan alat dengan kelengkapan dan atau material pra-instalasi yang telah dipersiapkan. 5. Pengaturan dan pengukuran keluaran. 6. Instalasi harus mengacu pada petunjuk instalasi dan gambar instalasi dari pabrik pembuat/distributor. Beberapa hal yang harus diperhatikan pada waktu instalasi adalah sebagai berikut:
  • 33. PEDOMAN PENGELOLAAN SARANA, PRASARANA, DAN ALAT KESEHATAN PUSKESMAS 25 1. Tidak mengganggu kegiatan pelayanan di Puskesmas. 2. Instalasi dilakukan oleh tenaga yang profesional dan ahli di bidangnya. 3. Kerusakan pada gedung, kelengkapan dan atau material pra-instalasi yang diakibatkan oleh instalasi alat harus diperbaiki oleh pemasok/penyedia sehingga kembali ke keadaan semula. 4. Pada pelaksanaan instalasi, teknisi pemasok/penyedia harus mengikutsertakan penanggungjawab barang Puskesmas sebagai upaya alih teknologi. 4.3. SERAH TERIMA (COMISSIONING) Comissioning adalah proses penerimaan secara fisik dan administratif termasuk pelaksanaan uji fungsi dan uji coba untuk menjamin SPA berfungsi dengan baik, bermutu, aman dan laik pakai serta memastikan kembali kesesuaian SPA dengan spesifikasi dalam kontrak. 1. Sarana Comissioning pada sarana adalah uji coba bangunan, biasanya dilakukan selama masa pemeliharaan sekaligus pemeriksaan atas hasil pelaksanaan pembangunan fisik dalam rangka pemanfaatan bangunan. Dalam masa pemeliharaan, pihak penyedia berkewajiban memperbaiki segala cacat atau kerusakan dan kekurangan yang terjadi selama masa pembangunan. Apabila tidak ditentukan lain dalam kontrak kerja pelaksanaan pembangunan, masa pemeliharaan paling sedikit 6 (enam) bulan terhitung sejak serah terima pertama/provisional hand over (PHO). Masa pemeliharaan bangunan diakhiri dengan serah terima kedua/final hand over (FHO) yang dilampiri dengan berita acara pelaksanaan pemeliharaan. Pengecekan sarana terutama untuk kondisi fisik struktur bangunan, beberapa indikator yang digunakan antara lain : a. Tidak terjadi keretakan pada struktur bangunan dan dinding. b. Tidak terjadi penurunan struktur bangunan dan dinding terkait dengan pondasi / perubahan struktur. c. Tidak terjadi lendutan pada struktur,atap, balok dan plat yang dapat menyebabkan kerusakan. 2. Prasarana a. Comissioning pada prasarana yang menjadi satu dengan bangunan mengikuti prosedur comissioning di sarana karena termuat dalam satu BAST, sehingga menjadi bagian yang tidak terpisahkan satu dengan yang lain. Prasarana yang menjadi satu dengan bangunan meliputi mekanikal, elektrikal dan plumbing. Untuk pengecekan dapat
  • 34. PEDOMAN PENGELOLAAN SARANA, PRASARANA, DAN ALAT KESEHATAN PUSKESMAS 26 dilakukan secara visual dengan melihat kondisi fisik prasarana. Sedangkan uji fungsi - dengan melihat performance masing-masing prasarana, misalnya lampu dapat menyala, stop kontak ada aliran listriknya, air keran hidup dan debit airnya cukup. b. Comissioning pada prasarana yang terpisah dari bangunan kegiatannya terdiri dari pemeriksaan fisik, uji fungsi dan pelatihan bagi pengguna dan teknisi. Hasil penerimaan dituangkan dalam berita acara penerimaan barang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 1. Pemeriksaan Fisik Kegiatan meliputi penilaian fisik dan kelengkapan aksesoris. Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk mengecek kesesuaian: ▪ Merk, tipe/model, jumlah, nomor seri. ▪ Keaslian label. ▪ Bagian-bagian prasarana. ▪ Aksesoris yang dipesan. ▪ Kelengkapan dokumen teknis yang terdiri dari : - Prasarana gedung (genset, pembangkit tenaga surya, pompa air, tabung oksigen, AC split) : Certificate of Origin, Test Certificate, Manual (operation, service, installation) - Prasarana Transportasi (ambulans, pusling roda 2 dan roda 4) : STNK, BPKB, Plat Nomor Kendaraan, Buku service, Buku Panduan/Manual. Khusus untuk prasarana transportasi perlu dilakukan pengecekan odometer (jarak tempuh), untuk pembelian baru. 2. Uji Fungsi Uji fungsi dilakukan untuk mengetahui kinerja prasarana sesuai dengan yang diharapkan atau sesuai dengan standar keamanan dan standar dari pabrikan. Pelaksanaan uji fungsi sebagai berikut: a. Pemeriksaan fungsi komponen/bagian : - Prasarana gedung (tombol, saklar, indikator, putaran motor, pengereman, dll). - Prasarana transportasi (dashboard, lampu, gas, rem dan mekanik yang lain) b. Kinerja output Pada tahap ini dilakukan pengujian terhadap hasil keluaran : - Prasarana Gedung
  • 35. PEDOMAN PENGELOLAAN SARANA, PRASARANA, DAN ALAT KESEHATAN PUSKESMAS 27 Dilakukan uji pembebanan pada genset dan pembangkit tenaga surya, uji debit pada, pompa air, uji tekanan pada regulator tabung oksigen, uji pemakaian AC, uji fungsi berdasarkan sertifikasi pada APAR. - Prasarana Transportasi Dilakukan test semua fitur dan kelistrikan serta dilakukan test drive. Khusus untuk ambulans perlu pengujian penempatan brankar dan gas medis. 3. Alat Kesehatan Comissioning pada alat kesehatan kegiatannya terdiri dari pemeriksaan fisik, uji fungsi, uji coba dan pelatihan bagi pengguna dan teknisi. Hasil penerimaan dituangkan dalam berita acara penerimaan barang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Barang yang diterima harus memenuhi ketentuan sebagai berikut: a. Telah dilakukan pemeriksaan fisik, instalasi dan uji fungsi b. Telah melewati masa uji coba dengan hasil baik c. Memiliki masa pemeliharaan sesuai program d. Pihak penyedia bertanggung jawab selama masa garansi Kegiatan pemeriksaan fisik, uji fungsi dan uji coba dijelaskan sebagai berikut : 1. Pemeriksaan Fisik Kegiatan meliputi penilaian fisik dan kelengkapan aksesoris. Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk mengecek kesesuaian : a. Merk, tipe/model, jumlah b. Keaslian label c. Bagian-bagian alat kesehatan d. Aksesoris yang dipesan e. Kelengkapan dokumen teknis yang terdiri dari : Certificate of Origin, Test Certificate, Manual (operation, service, installation, wiring/schematic diagram) 2. Uji Fungsi Uji fungsi dilakukan untuk mengetahui kinerja prasarana dan alat kesehatan sesuai dengan yang diharapkan atau sesuai dengan standar keamanan dan standar dari pabrikan. Pelaksanaan uji fungsi sebagai berikut: a. Pemeriksaan fungsi komponen/bagian : tombol, saklar, indikator, putaran motor, pengereman, dll). b. Kinerja output
  • 36. PEDOMAN PENGELOLAAN SARANA, PRASARANA, DAN ALAT KESEHATAN PUSKESMAS 28 Pada tahap ini dilakukan pengujian terhadap hasil keluaran misalnya dental unit diuji putaran hand piece, daya hisap, sistem udara tekan, naik turun dental chair, cahaya lampu, dll. Pada pengujian keluaran ini, supplier harus melakukan pengukuran, dengan menggunakan alat ukur yang sesuai dengan keluaran yang dihasilkan setiap jenis alat. Untuk alat kesehatan juga diperlukan pengujian aspek keselamatan khusus untuk Alat Kesehatan Elektromedik, meliputi : ▪ Tidak ada kebocoran arus listrik ditempat yang tidak pada tempatnya (misalnya pada body alat kesehatan jika dipegang nyetrum) ▪ Impedansi kabel pembumian (misalnya tersedia grounding) ▪ Nilai tahanan hubungan pembumian ▪ Keseimbangan/balancing ▪ Sistem pengamanan tertentu atau dilakukan kalibrasi oleh institusi penguji yang berwenang. 2) Uji Coba Uji coba adalah kegiatan pengujian yang dilakukan khusus untuk alat kesehatan dengan cara melakukan penggunaan langsung pada pasien yang dilaksanakan setelah melalui proses uji fungsi dengan baik. Uji coba dilaksanakan oleh operator yang telah dilatih untuk membiasakan penggunaan alat sesuai prosedur kerjanya dalam waktu tertentu atau berdasarkan jumlah pemakaian. 4.4. PELATIHAN OPERATOR DAN PENANGGUNG JAWAB BARANG Kegiatan pelatihan dilakukan pada proses penerimaan prasarana yang terpisah dari bangunan dan proses penerimaan alat kesehatan. Pelatihan dilakukan oleh penyedia dan sebaiknya dilakukan setelah uji fungsi, dengan materi yang memuat prosedur penggunaan yang benar dan aman, pengoperasian prasarana dan peralatan secara optimal, pemeliharaan harian, penyimpanan, penggantian bahan habis pakai. Setelah pelatihan operator dan penanggungjawab barang mendapatkan sertifikat pelatihan, dan berkewajiban menyusun Standar Operasional Prosedur (SOP) prasarana dan alat kesehatan. 4.5. INVENTARISASI (PENCATATAN DAN PELABELAN) Data inventaris merupakan data detil SPA yang berkaitan dengan aspek teknis maupun administrasi untuk setiap jenis SPA. Setiap Puskesmas wajib membuat daftar inventaris yang harus selalu dikelola/update setiap kali perubahan misalnya penambahan, pengurangan, pemindahan,
  • 37. PEDOMAN PENGELOLAAN SARANA, PRASARANA, DAN ALAT KESEHATAN PUSKESMAS 29 penghapusan, sehingga data yang terdapat dalam daftar inventaris merupakan kondisi terkini. Data inventaris dapat memberikan informasi sebagai berikut : 1. Informasi dasar untuk pengelolaan aset, termasuk pemetaan pemenuhan standar dan membantu penjadwalan operasional, pemeliharaan, perbaikan, penarikan kembali/recall serta penghapusan. 2. Memberikan informasi keuangan guna mendukung penilaian budget dan ekonomi. 3. Data SPA terkait jumlah, kondisi, tahun pengadaan, riwayat pemeliharaan, kalibrasi, identitas (merk, tipe, nomor seri). Proses inventarisasi SPA harus dicatat di Kartu Inventaris Barang milik Daerah (BMD), Kartu Inventaris Ruangan (KIR) dan di upload ke dalam Aplikasi Sarana Prasarana dan Alat Kesehatan (ASPAK). SPA yang sudah dicatat didalam daftar inventaris diberi label sebagai bukti pendokumentasian dan kesesuaian dengan penerimaan.
  • 38. PEDOMAN PENGELOLAAN SARANA, PRASARANA, DAN ALAT KESEHATAN PUSKESMAS 30 BAB V – PENGOPERASIAN Pengoperasian merupakan bagian yang harus mendapat perhatian karena seringkali SPA rusak atau tidak dapat digunakan sebagaimana mestinya bukan disebabkan karena kerusakan fungsi tetapi karena adanya perlakuan yang tidak sesuai atau kesalahan operasional. Untuk mengantisipasi hal tersebut, maka pemahaman cara pengoperasian SPA harus benar-benar dipahami dan pelajari, sehingga dapat digunakan secara benar dan mengurangi keluhan kerusakan. Dalam pelaksanaan pengoperasian terdapat prasyarat pengoperasian yaitu ketentuan yang harus di pertimbangkan dan menjadi persyaratan SPA dapat dioperasikan secara aman dan benar. Persyaratan pengoperasian mencakup seluruh aspek yang berhubungan dengan pengoperasian yang terdiri dari : ▪ Sumber Daya Manusia (misalnya tenaga kesehatan yang terlatih dalam pengoperasian alat kesehatan, tenaga terlatih dalam pengoperasian prasarana) ▪ Kelengkapan (misalnya aksesoris, alat pelindung diri) ▪ Bahan Operasional (misalnya bahan medis habis pakai, reagen, disinfectan, cairan pembersih, BBM) ▪ Utilitas (kecukupan daya listrik, air bersih, ketersediaan pengolah limbah, gas medik, tempat pembuangan sampah) ▪ Standar Operasional Prosedur (SOP) 5.1. PENGOPERASIAN SARANA Pengoperasian sarana atau bangunan sebaiknya dilaksanakan setelah terbitnya Serifikat Laik fungsi (SLF). SLF merupakan sertifikat yang diterbitkan oleh Pemerintah (dinas teknis yang mengurusi tata kelola bangunan) terhadap bangunan gedung yang telah selesai dibangun sesuai PBG/IMB/ketentuan lain sesuai Perda masing-masing daerah. Pengoperasian prasarana yang menjadi satu dengan bangunan seperti instalasi listrik dilaksanakan setelah terbitnya Sertifikat Laik Operasional (SLO). Untuk instalasi air bersih, IPAL, jaringan komunikasi serta plumbing harus memperhatikan konektifitas instalasi. 5.2. PENGOPERASIAN ALAT KESEHATAN DAN PRASARANA YANG TERPISAH DARI BANGUNAN Pengoperasian alat kesehatan dan prasarana yang terpisah dari bangunan terdiri dari 3 tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan pengoperasian dan penyimpanan. Tenaga yang mengoperasikan harus
  • 39. PEDOMAN PENGELOLAAN SARANA, PRASARANA, DAN ALAT KESEHATAN PUSKESMAS 31 memiliki kompetensi yang sesuai dengan pengetahuan dan ketrampilan yang cukup. Untuk mencapai hal tersebut dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain : ▪ Pelatihan pengoperasian pada saat penerimaan (dilakukan oleh distributor/agen). ▪ Pelatihan pengoperasian yang dilaksanakan oleh instansi lain atau internal Puskesmas. ▪ Mempelajari operasional manual dan standar prosedur pengoperasian. 5.2.1. Persiapan Persiapan pengoperasian alat kesehatan dan prasarana yang terpisah dari bangunan harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut : 1. Penempatan alat kesehatan / prasarana Hal-hal yang harus diperhatikan pada saat penempatan alat kesehatan dan prasarana : ▪ Jangkauan dan kemudahan dalam pengoperasian. ▪ Sisi ergonomis (ditempatkan di meja datar, sesuai ketinggian pengguna). ▪ Pra instalasi dari tiap prasarana dan alat kesehatan. ▪ Kecukupan : Sumber tegangan (voltase) dan daya listrik (watt), Sumber air bersih, Sumber pencahayaan, Suhu dan kelembaban ruangan, Sistem penghawaan. 2. Adanya dukungan utilitas dan kondisi fisik secara umum, meliputi : ▪ Jaringan listrik (misalnya kesesuaian tegangan yang dibutuhkan alat kesehatan dan prasarana) ▪ Fisik (misalnya adanya kerusakan fisik pada alat kesehatan dan prasarana) ▪ Pengecekan fungsi (misalnya pengecekan fungsi panel atau tombol alat kesehatan dan prasarana) 5.2.2. Pelaksanaan Pengoperasian Dalam pelaksanaan pengoperasian alat kesehatan dan prasarana yang terpisah dari bangunan perlu memperhatikan SOP dan buku panduan operasional (manual book) yang berlaku dan pengawasan terhadap fungsi pada saat beroperasi. Sedangkan khusus untuk alat kesehatan juga perlu diperhatikan kesesuaian antara alat kesehatan dengan pasien pada saat dilakukan tindakan (misalnya manset tensimeter untuk orang dewasa berbeda dengan anak-anak, timbangan bayi dan timbangan dewasa)
  • 40. PEDOMAN PENGELOLAAN SARANA, PRASARANA, DAN ALAT KESEHATAN PUSKESMAS 32 5.2.3. Perapihan dan Penyimpanan Setelah langkah-langkah pengoperasian dilakukan, selanjutnya dilaksanakan kegiatan perapihan dan penyimpanan. Kegiatan ini sangat berpengaruh terhadap usia pakai prasarana dan alat kesehatan. Hal-hal yang perlu dilakukan pada kegiatan perapihan dan penyimpanan setelah digunakan, antara lain meliputi : 1. Mematikan prasarana dan alat kesehatan sesuai prosedur. 2. Melepaskan hubungan prasarana dan alat kesehatan dari catu daya. 3. Membersihkan prasarana dan alat kesehatan maupun aksesoris yang habis dipakai. 4. Meletakan prasarana dan alat kesehatan di tempatnya. 5. Melepaskan batere untuk penyimpanan dalam waktu lama Pemeliharaan adalah suatu upaya yang dilakukan agar SPA selalu dalam kondisi laik pakai, dan/atau laik fungsi yang menjamin usia pakai lebih lama serta mencegah kegagalan. Perawatan atau perbaikan adalah kegiatan untuk memperbaiki dan/atau mengganti bagian yang rusak agar tetap laik fungsi dan mengembalikan fungsi sesuai dengan kondisi awalnya. Perawatan digunakan untuk sarana, sedangkan perbaikan digunakan untuk alat kesehatan dan prasarana yang terpisah dari bangunan. Ciri dari kegiatan perawatan biasanya tidak terjadwal dan berdasarkan permintaan dari pengguna.
  • 41. PEDOMAN PENGELOLAAN SARANA, PRASARANA, DAN ALAT KESEHATAN PUSKESMAS 33 BAB VI – PEMELIHARAAN Kegiatan pemeliharaan SPA bertujuan untuk memperpanjang usia pakai, mempertahankan mutu, memperkecil tingkat risiko bahaya penggunaan dan pencegahan infeksi serta mendapatkan investasi yang maksimal. Kegiatan pemeliharaan dibedakan menjadi 2, yaitu : 1. Pemeliharaan Terencana Pemeliharaan terencana adalah pemeliharaan yang sudah terjadwal dan sudah direncanakan sebelumnya. Pemeliharaan terencana ini dibagi menjadi 2 jenis kegiatan, yaitu : a. Kegiatan Inspeksi Yaitu kegiatan pemeliharaan yaitu pengecekan sebelum digunakan atau dioperasionalkan. ▪ Pada sarana dilakukan pemeriksaan di semua komponen bangunan ▪ Pada prasarana yang menjadi satu dengan bangunan gedung dilakukan pemeriksaan misalnya pada jaringan listrik. ▪ Prasarana yang terpisah dari bangunan - Prasarana Gedung (genset, pembangkit tenaga surya, pompa air, tabung oksigen, AC split) dilakukan pemeriksaan untuk melihat apakah komponen prasarana dalam kondisi baik sebelum digunakan. - Prasarana transportasi (ambulans, pusling roda 4 dan pusling roda 2) dilakukan pemeriksaan apakah semua bagian dalam kondisi baik, misalnya ban tidak bocor, mesin dan lampu berfungsi, sebelum digunakan. ▪ Pada alat kesehatan dilakukan pemeriksaan fungsi dan asesoris sebelum digunakan ke pasien. b. Pemeliharaan Pencegahan / Preventif Kegiatan ini bertujuan untuk mengurangi kemungkinan adanya elemen yang rusak. ▪ Pada sarana dilakukan pembersihan (dinding, plafon, kusen dll), pelumasan (kunci, engsel, grendel dll). ▪ Pada prasarana gedung dilakukan pembersihan, pelumasan, penyetelan, penggantian komponen yang minor (genset, pembangkit tenaga surya, pompa air, tabung oksigen, AC split).
  • 42. PEDOMAN PENGELOLAAN SARANA, PRASARANA, DAN ALAT KESEHATAN PUSKESMAS 34 ▪ Pada prasarana transportasi dilakukan pembersihan, pencucian, penggantian olie dan service berkala. ▪ Pada alat Kesehatan dilakukan pembersihan, pelumasan, penyetelan, penggantian komponen yang minor. 2. Pemeliharaan Tidak Terencana Pemeliharaan tidak terencana adalah kegiatan pemeliharaan yang tidak terjadwal akibat sarana, prasarana dan alat kesehatan yang sedang digunakan mengalami kerusakan akibat pemeliharaan pencegahan/preventif tidak berjalan dengan baik. Jenis kegiatan pemeliharaan darurat ini harus diminimalisir agar prinsip efisiensi dan efektifitas dapat diwujudkan. Pemeliharaan jika tidak dilakukan maka resiko yang dapat terjadi adalah mutu pelayanan yang tidak sesuai standar, potensi terjadi kejadian yang tidak diharapkan dan kecelakaan kerja. 6.1. LINGKUP PEMELIHARAAN 6.1.1. Sarana Pekerjaan pemeliharaan meliputi jenis pembersihan, perapihan, pemeriksaan, pengujian, perbaikan dan/atau penggantian bahan atau perlengkapan bangunan gedung dan kegiatan sejenis lainnnya berdasarkan pedoman pengoperasian dan pemeliharaan gedung. Lingkup pemeliharaan bangunan gedung meliputi : 1. Komponen Arsitektur bangunan : sarana jalan keluar, dinding (tempered glass, keramik, marmer, clading allumunium composit), plafon, kunci, grendel dan engsel, kusen, pintu, dll. 2. Komponen Struktur bangunan : pondasi, kolom, dinding (bata merah, batu kali, beton, kayu), kebersihan pekerjaan sipil. 3. Tata Ghra (Interior) dan Tata Ruang Luar (Eksterior) 4. Komponen luar gedung : tanki septic, talang, floor drain, atap, lisplang, tata grha (toilet, lantai basement, plat atap beton, lobby). 6.1.2. Prasarana Pekerjaan pemeliharaan meliputi jenis pembersihan, perapihan, pemeriksaan, pengujian, perbaikan dan/atau penggantian bahan atau perlengkapan prasarana baik untuk prasarana yang menjadi satu dengan bangunan dan prasarana yang terpisah dari bangunan. Lingkup pemeliharaan prasarana meliputi :
  • 43. PEDOMAN PENGELOLAAN SARANA, PRASARANA, DAN ALAT KESEHATAN PUSKESMAS 35 1. Prasarana yang menjadi satu dengan bangunan - Komponen Mekanikal : saluran air kotor, saluran air bersih, peralatan sanitair, pemanas air, kran air, bak cuci piring, sistem tata udara, sistem transportasi vertikal, sistem proteksi kebakaran, sistem plumbing dan pompa. - Komponen Elektrikal : sistem elektrikal (listrik), sistem elektronika (jaringan internet, jaringan televisi, CCTV) 2. Prasarana yang terpisah dari bangunan - Prasarana gedung : genset, pembangkit tenaga surya, pompa air (sumber air), tabung oksigen, AC split. - Prasarana transportasi : ambulans, pusling roda 4, pusling roda 2 dan pusling perairan 6.1.3. Alat Kesehatan Pekerjaan pemeliharaan alat kesehatan meliputi jenis perapihan, pembersihan, pengemasan, pelumasan, penggantian, sterilisasi dan kalibrasi. Lingkup pemeliharaan alat kesehatan meliputi : 1. Alat kesehatan elektromedis 2. Alat kesehatan non elektromedis 6.2. PERSIAPAN DAN PENJADWALAN 6.2.1. Sarana Dalam tahapan persiapan dilakukan penyiapan dokumen inventarisasi sarana, kemudian melakukan inventarisasi sarana yang rusak dan membuat penjadwalan untuk pemeliharaan dan perawatan. Kegiatan inventarisasi sarana yang rusak meliputi kegiatan pencatatan dan pelaporan kondisi sarana, dengan menentukan lokasi yang rusak, membuat catatan kondisi yang rusak, melaporkan kondisi bagian yang rusak, memfoto dan mendokumentasikan. Contoh penjadwalan pemeliharaan sarana meliputi penjadwalan komponen arsitektur dan komponen struktur antara lain sebagai berikut :
  • 44. PEDOMAN PENGELOLAAN SARANA, PRASARANA, DAN ALAT KESEHATAN PUSKESMAS 36 Tabel 1. Contoh Penjadwalan Pemeliharaan Sarana KOMPONEN BANGUNAN JENIS PEMELIHARAAN FREKUENSI KEWENANGAN Penutup Dinding Kaca Pembersihan 1 tahun Puskesmas/Pihak Ketiga Penutup Dinding Keramik/ Mozaik/ Granit/ Marmer Pembersihan 2 kali/hari Puskesmas/Pihak Ketiga Penutup Dinding Clading Alluminium Composit Pemeriksaan 6 bulan Puskesmas/Pihak Ketiga Plafon Tripleks, Gipsum Pembersihan dan Perapihan 3 bulan Puskesmas/Pihak Ketiga Plafon Akustik, Kayu, Metal Pembersihan dan Perapihan 2 bulan Puskesmas/Pihak Ketiga Lantai Ubin Teraso Pengepelan Setiap Hari Puskemas/Pihak Ketiga Atap Sirap Pembersihan dan Perapihan 6 bulan Puskesmas/Pihak Ketiga Pondasi Pembersihan dan Perapihan 3 bulan Puskesmas/Pihak Ketiga Struktur Bangunan Baja, Beton Pembersihan dan Perapihan 6 bulan Puskesmas/Pihak Ketiga Struktur Kayu Pembersihan dan Perapihan 1 bulan Puskesmas/Pihak Ketiga Dinding Batu Kali, Beton, Hardplex Pembersihan dan Perapihan 6 bulan Puskesmas/Pihak Ketiga Dinding Kayu Pembersihan dan Perapihan 1 bulan Puskesmas/Pihak Ketiga Untuk penjelasan pemeliharaan sarana yang lebih detail dapat dilihat dalam Modul Pelatihan TOT Pemeliharaan Sarana Prasarana dan Alat Kesehatan Puskesmas Tahun 2018 yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan. 6.2.2. Prasarana Dalam tahapan persiapan dilakukan penyiapan dokumen inventarisasi prasarana, baik prasarana yang menjadi satu dengan bangunan dan prasarana yang terpisah dari bangunan, kemudian melakukan inventarisasi prasarana yang rusak dan membuat penjadwalan untuk pemeliharaan, pengujian dan inspeksi. Kegiatan inventarisasi prasarana yang rusak meliputi kegiatan pencatatan dan pelaporan kondisi prasarana, dengan menentukan lokasi yang rusak, membuat catatan kondisi yang rusak, melaporkan kondisi bagian yang rusak, memfoto dan mendokumentasikan. Contoh penjadwalan pemeliharaan prasarana antara lain sebagai berikut :
  • 45. PEDOMAN PENGELOLAAN SARANA, PRASARANA, DAN ALAT KESEHATAN PUSKESMAS 37 Tabel 2. Contoh Penjadwalan Pemeliharaan Prasarana KOMPONEN BANGUNAN JENIS PEMELIHARAAN FREKUENSI KEWENANGAN Prasarana yang menjadi satu dengan bangunan Sistem Penghawaan Ventilasi Alami : Boven, Kusen, Rooster, Tralis, Jendela Pembersihan 1 Minggu Puskesmas Sistem Pencahayaan Void, Kaca (jendela, dinding, plafon) Lampu (armatur, rumah, kap lampu) Pembersihan dan Perapihan 1 Minggu 6 Bulan Puskesmas/Pihak Ketiga Sistem Sanitasi : Sistem Air Bersih Tanki Air, Tandon Air, Kran air/Shower/Selang Bak Mandi, Wastafel, Water Sink Pembersihan dan Perapihan 1 Bulan Setiap Hari Puskesmas/Pihak Ketiga Sistem Sanitasi : Sistem Limbah Limbah padat medis dan non medis termasuk transport dan TPSnya Limbah cair medis dan non medis Kloset dan urinoir Septik Tank Pembersihan dan Perapihan 1 Minggu Setiap Hari Setiap Hari 1 Minggu Puskesmas/Pihak Ketiga Sistem Kelistrikan : Sakelar, kotak kontak, fitting lampu dan lampu emergensi PHB (Panel Hubung Bagi) Pembersihan dan Perapihan 1 Minggu 1 Bulan Puskemas Sistem Proteksi Petir Pembersihan 3 Bulan Puskesmas/Pihak Ketiga Sistem Proteksi Kebakaran Pembersihan 1 Bulan Puskesmas/Pihak Ketiga Sistem Komunikasi Pembersihan Setiap Hari Puskesmas/Pihak Ketiga Sistem Transportasi Vertikal dalam Puskesmas Pembersihan Setiap Hari Puskesmas/Pihak Ketiga
  • 46. PEDOMAN PENGELOLAAN SARANA, PRASARANA, DAN ALAT KESEHATAN PUSKESMAS 38 KOMPONEN BANGUNAN JENIS PEMELIHARAAN FREKUENSI KEWENANGAN Prasarana yang terpisah dari bangunan Sistem Penghawaan Ventilasi Buatan: AC Split Exhaust Dinding Kipas Angin Pembersihan dan Perapihan 3 Bulan 1 Minggu 1 Bulan Puskesmas/Pihak Ketiga Sistem Sanitasi Sumur dangkal, sumur dalam/artesis, PDAM Pembersihan 1 Bulan Puskesmas/Pihak Ketiga Sistem Sanitasi IPAL Pembersihan dan Perapihan 1 Bulan Puskesmas/Pihak Ketiga Sistem Kelistrikan PTLS : Sel surya Baterai dan Inverter Pembersihan 3 Bulan 1 Bulan Puskesmas/Pihak Ketiga Pusling dan Ambulans Pembersihan dan Perapihan Setiap selesai pakai / 1 Minggu Sesuai Kebutuhan Puskesmas/Pihak Ketiga Sistem Gas Medik Tabung Gas Medis, Flow Meter, Suction pump portable, Oksigen konsentrator, Kran/ valve tabung gas medis Pembersihan dan Perapihan 3 Bulan / setiap kali akan digunakan dan setelah digunakan. Puskesmas/Pihak Ketiga Untuk penjelasan pemeliharaan prasarana yang lebih detail dapat dilihat dalam Modu Pelatihan TOT Pemeliharaan Sarana Prasarana dan Alat Kesehatan Puskesmas Tahun 2018 yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan. 6.2.3. Alat Kesehatan Kegiatan persiapan diawali dengan menyiapkan daftar inventarisasi kebutuhan alat yang akan dipelihara, kartu riwayat / history alat kesehatan, kemudian membuat penjadwalan untuk pemeliharaan dan kalibrasi. Selama kegiatan berlangsung diakukan monitoring dan evaluasi, terutama terhadap program yang telah direncanakan, tenaga pelaksana, penggunaan anggaran, penyediaan instrument termasuk bahan habis pakai, SOP pemeliharaan dan pengelolaan dokumen. Kegiatan ini dilakukan agar pelaksanaan kegiatan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
  • 47. PEDOMAN PENGELOLAAN SARANA, PRASARANA, DAN ALAT KESEHATAN PUSKESMAS 39 Agar hal tersebut diatas dapat berjalan diperlukan adanya tenaga pelaksana baik user (pengguna) ataupun teknisi elektromedis di Puskesmas dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Untuk mendukung pelaksanaan pemeliharaan alat kesehatan di Puskesmas perlu adanya pelatihan mengenai penggunaan dan pemeliharaan alat-alat kesehatan berbasis pengguna sebagai upaya memberi pengetahuan dan keterampilan kepada tenaga Kesehatan dalam menggunakan dan memelihara alat. Selain itu dilakukan pula pembinaan secara berkala dalam bentuk in-house training. Pembinaan ini dapat dilakukan oleh unit resmi pemerintah seperti Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota bekerjasama dengan fasilitas pelayanan kesehatan yang memiliki divisi/bagian Teknik atau instalasi pemeliharaan fasilitas pelayanan kesehatan. Adapun Kerjasama pelatihan pemeliharaan dapat juga dilakukan dengan Pihak Ketiga. Untuk menjamin ketelitian dan ketepatan serta keamanan penggunaan alat maka setiap alat kesehatan yang dipergunakan oleh fasilitas pelayanan kesehatan wajib dilakukan pengujian dan/atau kalibrasi oleh institusi penguji sekurang-kurangnya satu kali dalam satu tahun. Hal ini berdasarkan Permenkes No. 54 Tahun 2015 tentang pengujian dan kalibrasi alat kesehatan. Pada kegiatan ini Puskesmas melakukan identifikasi jenis pemeliharaan alat kesehatan yang akan dilakukan disesuaikan dengan standar pemeliharaan masing-masing alat, atau mempertimbangkan prioritas peralatan berdasarkan fungsi, resiko, pemeliharaan dan insiden. Contoh penjadwalan pemeliharaan alat kesehatan dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3. Contoh Penjadwalan Pemeliharaan Alat Kesehatan No Alat Kesehatan Tes Keselamatan (Tahun) Pemeliharaan (Tahun) Waktu Minimal Pemeliharaan (Jam) Waktu Maksimal Pemeliharaan (Jam) Kalibrasi (Tahun) IGD 1 EKG / Electrocardiograph, Multichannel 2 2 0,5 1 1 2 AED / Defibrillator / Monitor 2 4 0,5 1,5 1 3 Doppler / Phonocardiograph 2 2 0,3 1 1 R. KESEHATAN IBU & ANAK 4 Doppler / Phonocardiograph 2 2 0,3 1 1 5 USG 1 2 0,3 3 1 R. OBSTETRI DAN GINEKOLOGI 6 Doppler / Phonocardiograph 2 2 0,3 1 1 7 Timbangan bayi 1 2 0,3 1 1 R. KEGAWATDARURATAN NEONATAL 8 Baby suction pump portable / Aspirators 0 1 0,3 0,5 1 R. KEEHATAN GIGI & MULUT 9 Dental Unit 1 1 0,3 1 1 R. LABORATORIUM 11 Kulkas / Refrigators 1 2 0,3 0,8 1
  • 48. PEDOMAN PENGELOLAAN SARANA, PRASARANA, DAN ALAT KESEHATAN PUSKESMAS 40 No Alat Kesehatan Tes Keselamatan (Tahun) Pemeliharaan (Tahun) Waktu Minimal Pemeliharaan (Jam) Waktu Maksimal Pemeliharaan (Jam) Kalibrasi (Tahun) 12 Sentrifuse / centrifuges blood bank 1 12 0,5 1,5 1 13 Fotometer 1 2 0,5 1,5 1 14 Blood cell counter 1 2 0,3 1,5 1 15 Hematology analyser 1 2 0,5 1,5 1 16 Mikroskop Binokuler 1 2 0,5 1,5 1 17 Alat test cepat molekuler / PCR 2 2 0,3 1 1 R. FARMASI 18 Analitical balance / timbangan mikro 1 1 0,3 0,8 1 19 Shaker 1 1 0,3 0,8 1 R. RAWAT INAP 20 Alat pengukur tekanan darah (anaroid) 0 1 0,2 0,8 1 21 Alat pengukur tekanan darah (digital) 2 1 0,3 1 1 22 Lampu periksa 1 1 0,3 0,8 1 23 Stetoskop 0 2 0,5 1,5 1 24 Suction pump 0 1 0,3 0,5 1 25 Thermometer 1 2 0,3 1 1 26 Nebulizer 2 2 0,3 1 1 R. STERILISASI 27 Autoklaf / sterilisator uap 0 2 0,5 3 1 Untuk penjelasan waktu pemeliharaan dan umur ekonomis alat kesehatan yang lebih detail dapat dilihat pada Lampiran 1 dan Lampiran 2. 6.3. PELAKSANAAN PEMELIHARAAN Pelaksanaan pemeliharaan sederhana SPA dilakukan oleh Puskesmas, sedangkan pemeliharaan yang lebih komplek bisa dilakukan melalui Dinas Kesehatan atau dipihak-ketigakan. 6.3.1. Sarana Sarana yang berfungsi sebagai tempat kerja tentunya harus selalu dalam kondisi bersih dan rapi, setiap pegawai juga diharapkan mempunyai konsistensi dan disiplin diri yang baik untuk mewujudkan tempat kerja yang nyaman sehingga mampu mendukung terciptanya tingkat efisiensi dan produktifitas yang tinggi di Puskesmas. Penerapan prinsip 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin) dalam pemeliharaan sarana menjadi penting karena dapat dijadikan acuan bersama dalam pelaksanaan pemeliharaan sehari-hari. 5R merupakan budaya tentang bagaimana seseorang memperlakukan tempat kerjanya secara benar. Bila tempat kerja tertata rapi, bersih, dan tertib, maka kemudahan bekerja dapat diciptakan, dengan demikian efisiensi, produktivitas, kualitas, dan keselamatan kerja dapat lebih mudah dicapai. 5R merupakan adaptasi dari 5S (Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, dan Shitsuke) yang dikembangkan di
  • 49. PEDOMAN PENGELOLAAN SARANA, PRASARANA, DAN ALAT KESEHATAN PUSKESMAS 41 Jepang dan sudah digunakan oleh banyak Negara di seluruh penjuru dunia. Ini merupakan suatu metode sederhana untuk melakukan penataan dan pembersihan tempat kerja. Berikut adalah gambar dan penjelasan tentang Prinsip 5 R : Gambar 3. Prinsip 5 R 1. Ringkas Merupakan kegiatan menyingkirkan barang-barang yang tidak diperlukan sehingga segala barang yang ada di lokasi kerja hanya barang yang benar-benar dibutuhkan dalam aktivitas kerja 2. Resik Merupakan kegiatan membersihkan peralatan dan daerah kerja sehingga segala peralatan kerja tetap terjaga dalam kondisi yang baik. 3. Rapi Segala sesuatu harus diletakkan sesuai posisi yang ditetapkan sehingga siap digunakan pada saat diperlukan. 4. Rawat Merupakan kegiatan menjaga kebersihan sekaligus mematuhi tahap sebelumnya (3 R / Ringkas, Rapi, Resik) dan mempertahankan hasil yang telah dicapai pada 3R sebelumnya dengan membakukannya (standarisasi) atau melakukan sesuai SOP. 5. Rajin Pemeliharaan kedisiplinan pribadi masing-masing pekerja dalam menjalankan seluruh tahapan 5R, melakukan pemeliharaan sesuai SOP secara berulang-ulang. Pelaksanaan pemeliharaan sarana meliputi pemeliharaan di dalam gedung dan pemeliharaan di luar gedung, antara lain :
  • 50. PEDOMAN PENGELOLAAN SARANA, PRASARANA, DAN ALAT KESEHATAN PUSKESMAS 42 Tabel 4. Pelaksanaan Pemeliharaan Sarana No Kegiatan Langkah Pemeliharaan KEWENANGAN 1 Pemeliharaan Dalam Gedung a Pemeliharaan pelapis dinding - Membersihkan dengan cairan pembersih Puskesmas b Pemeliharaan plafon - Membersihkan dari kotoran - Mencat bekas bocoran Puskesmas / Pihak Ketiga c Pemeliharaan pintu - Membersihkan dari kotoran - Melumasi engsel, roda dan bantalan roda Puskesmas d Pemeliharaan kusen - Membersihkan debu dan menyikat kotoran yang melekat Puskesmas e Pemeliharaan lantai - Membersihkan debu dan menyikat kotoran yang melekat Puskesmas f Pemeliharaan atap - Mengecek dan melakukan perbaikan ringan kebocoran (ganti genteng, ganti sirap, mencat dengan cat pelapis anti bocor) Puskesmas / Pihak Ketiga g Pemeliharaan pondasi - Membersihkan area dari akar pohon dan tanaman - Membersihkan genangan air - Menaburkan bahan anti rayap Pihak Ketiga h Pemeliharaan struktur bangunan - Membersihkan dari kotoran - Membersihkan genangan air - Mencat dengan cat tahan air Pihak Ketiga i Pemeliharaan dinding - Membersihkan dengan menyikat dinding menggunakan sikat dan sabun Puskesmas 2 Pemeliharaan Luar Gedung a Pemeliharaan halaman - Membersihkan dari tanaman yang mengganggu Puskesmas b Pemeliharaan taman - Merapihkan tanaman dan area taman dari sampah Puskesmas c Pemeliharaan jalan - Merapihkan akses sekitar Puskesmas dari genangan air Puskesmas Pemeliharaan sarana juga tidak terlepas dari beberapa kegiatan pemeliharaan seperti pemeliharaan jalan keluar sebagai sarana penyelamat (misalnya pintu exit, jalur evakuasi, tangga), penyediakan sistem dan sarana pemeliharaan yang memadai dan berfungsi secara baik berupa perlengkapan/peralatan tetap dan/atau alat bantu kerja (tools). Pemeliharaan yang membutuhkan tenaga dengan keahlian dan/atau kompetensi khusus di bidangnya bisa dipihak-ketigakan, dan jika melakukan perubahan dan/atau penambahan fungsi ruangan harus memperhatikan persyaratan bangunan. Selain pemeliharaan bangunan, pemeliharaan Tata Grha (interior) dan Tata Ruang Luar (Eksterior) Puskesmas juga diperlukan, penjelasan pemeliharaan tentang Tata Grha dan Tata Ruang Luar Puskesmas adalah sebagai berikut : 1. Tata Grha (Interior)
  • 51. PEDOMAN PENGELOLAAN SARANA, PRASARANA, DAN ALAT KESEHATAN PUSKESMAS 43 Meliputi seluruh kegiatan pemeliharaan dan perawatan bangunan gedung, di antaranya mengenai pemeliharaan kebersihan, hygiene service, Pest Control (pengendalian hama) mulai dari persiapan pekerjaan, proses operasional sampai kepada hasil kerja akhir. a. Pemeliharaan Kebersihan Program kerja pemeliharaan kerja gedung meliputi program kerja harian, mingguan, bulanan dan tahunan yang bertujuan untuk memelihara kebersihan Gedung yang meliputi kebersihan seluruh ruangan serta kelengkapannya. Jadwal pembersihan, cara dan bahan perlengkapannya berdasarkan karakterikstik masing-masing ruangan. b. Pemeliharaan dan Perawatan Hygiene Service Program kerja “Hygiene Service” meliputi program pemeliharaan dan perawatan ruangan dengan memberikan disinfectan yang memberikan kesan bersih, tidak berbau, sehat meliputi ruang kantor, ruang tunggu, ruang receotionist, ruang loket, ruang pendaftaran, ruang rapat maupun toilet dan wastafel yang disesuaikan dengan fungsi dan keadaan ruangan. c. Pemeliharaan Pest Control Program kerja pelaksanaan pemeliharaan dan perawatan “Pest Control” bisa dilakukan setiap tiga bulan atau enam bulan dengan pola kerja bersifat umum, berdasarkan volume gedung secara keseluruhan dengan tujuan untuk menghilangkan hama tikus, serangga dan dengan cara penggunaan pestisida, penyemprotan, pengasapan (fogging) atau fumigasi, baik dalam ruangan maupun luar ruangan untuk memberikan kenyamanan kepada pengguna Gedung. 2. Tata Ruang Luar (eksterior) a. Memelihara secara baik dan teratur kondisi dan permukaan tanah dan/atau halaman luar bangunan gedung. b. Memelihara secara baik dan teratur unsur-unsur pertamanan di luar dan di dalam bangunan gedung, seperti vegetasi, bidang perkerasan (misalnya area parkir, drop off), perlengkapan ruang luar (misalnya signage), saluran pembuangan, pagar dan pintu gerbang, lampu penerangan luar, serta pos/gardu jaga. c. Menjaga kebersihan di luar bangunan gedung, pekarangan dan lingkungannya.
  • 52. PEDOMAN PENGELOLAAN SARANA, PRASARANA, DAN ALAT KESEHATAN PUSKESMAS 44 d. Melakukan cara pemeliharaan taman yang benar oleh petugas yang mempunyai keahlian dan/atau kompetensi di bidangnya. Sedangkan Perawatan bangunan puskesmas meliputi perbaikan dan/atau penggantian bagian bangunan, komponen, bahan bangunan, dan/atau prasarana dan sarana berdasarkan dokumen rencana teknis perawatan bangunan gedung, dengan mempertimbangkan dokumen pelaksanaan konstruksi. Perawatan bangunan bisa berupa rehabilitasi, renovasi dan restorasi yang dijelaskan sebagai berikut : 1. Rehabilitasi Memperbaiki bangunan yang telah rusak sebagian dengan maksud menggunakan sesuai dengan fungsi tertentu yang tetap, baik arsitektur maupun struktur bangunan gedung tetap dipertahankan seperti semula, sedang utilitas dapat berubah. 2. Renovasi Memperbaiki bangunan yang telah rusak berat sebagian dengan maksud menggunakan sesuai fungsi tertentu yang dapat tetap atau berubah, baik arsitektur, struktur maupun utilitas bangunannya. 3. Restorasi Memperbaiki bangunan yang telah rusak berat sebagian dengan maksud menggunakan untuk fungsi tertentu yang dapat tetap atau berubah dengan tetap mempertahankan arsitektur bangunannya sedangkan struktur dan utilitas bangunannya dapat berubah. Perbaikan dan/atau penggantian dalam kegiatan perawatan bangunan gedung dengan tingkat kerusakan sedang dan berat dilakukan setelah dokumen rencana teknis perawatan bangunan gedung disetujui oleh pemerintah daerah. Kerusakan bangunan adalah tidak berfungsinya bangunan atau komponen bangunan akibat penyusutan/berakhirnya umur bangunan, atau akibat ulah manusia atau perilaku alam seperti beban fungsi yang berlebih, kebakaran, gempa bumi, atau sebab lain yang sejenis. Intensitas kerusakan bangunan dapat digolongkan atas tiga tingkat kerusakan, yaitu: a. Kerusakan ringan 1) Kerusakan ringan (kurang dari 20%) adalah kerusakan terutama pada komponen non- struktural, seperti penutup atap, langit-langit, penutup lantai, dan dinding pengisi. 2) Perawatan untuk tingkat kerusakan ringan, biayanya maksimum adalah sebesar 35% dari harga satuan tertinggi pembangunan bangunan gedung baru yang berlaku, untuk tipe/klas dan lokasi yang sama. 3) Kerusakan yang tidak menyebabkan kondisi fatal dan tidak mengganggu pelayanan.
  • 53. PEDOMAN PENGELOLAAN SARANA, PRASARANA, DAN ALAT KESEHATAN PUSKESMAS 45 b. Kerusakan sedang 1) Kerusakan sedang (20% – 50%) kerusakan pada sebagian komponen non-struktural, dan atau komponen struktural seperti struktur atap, lantai, dan lain-lain. 2) Perawatan untuk tingkat kerusakan sedang, biayanya maksimum adalah sebesar 45% dari harga satuan tertinggi pembangunan bangunan gedung baru yang berlaku, untuk tipe/klas dan lokasi yang sama. 3) Kerusakan mengganggu pelayanan dan bila diperbaiki masih dapat melakukan pelayanan. c. Kerusakan berat 1) Kerusakan berat (lebih dari 50%) adalah kerusakan pada sebagian besar komponen bangunan, baik struktural maupun non-struktural yang apabila setelah diperbaiki masih dapat berfungsi dengan baik sebagaimana mestinya. 2) Biayanya maksimum adalah sebesar 65% dari harga satuan tertinggi pembangunan bangunan gedung baru yang berlaku, untuk tipe/klas dan lokasi yang sama. 3) Kerusakan mengakibatkan pelayanan tidak dapat berlangsung d. Perawatan Khusus Untuk perawatan yang memerlukan penanganan khusus atau dalam usaha meningkatkan wujud bangunan, seperti kegiatan renovasi atau restorasi (misal yang berkaitan dengan perawatan bangunan gedung bersejarah). Pemeliharaan dan perawatan bangunan harus memenuhi persyaratan keandalan yang terkait dengan beberapa aspek, yaitu aspek keselamatan, kenyamanan dan kemudahan. 6.3.2. Prasarana Pemeliharaan prasarana dilakukan untuk semua komponen baik prasarana yang menjadi satu dengan bangunan maupun prasarana yang terpisah dari bangunan. Prasarana yang menjadi satu dengan bangunan : 1. Pemeliharaan Mekanikal (Tata Udara, Sanitasi, Plumbing dan Transportasi) a. Memelihara dan melakukan pemeriksaan berkala sistem tata udara, agar mutu udara dalam ruangan tetap memenuhi persyaratan teknis dan kesehatan yang disyaratkan meliputi pemeliharaan peralatan utama dan saluran udara. Pemeliharaan dilakukan dengan cara membersihkan jendela dari debu, membersihkan boven, kusen, rooster (lubang angin) dan trails jendela dari debu dan kotoran yang menempel.
  • 54. PEDOMAN PENGELOLAAN SARANA, PRASARANA, DAN ALAT KESEHATAN PUSKESMAS 46 b. Memelihara dan melakukan pemeriksaan berkala sistem distribusi air yang meliputi penyediaan air bersih, sistem instalasi air kotor, sistem hidran, sprinkler dan septik tank serta unit pengolah limbah. c. Memelihara dan melakukan pemeriksaan berkala sistem transportasi dalam gedung, baik berupa travelator, tangga, dan peralatan transportasi vertikal lainnya. 2. Pemeliharaan Elektrikal (Catu Daya, Tata Cahaya, Telepon, Komunikasi dan Alarm) a. Melakukan pemeriksaan periodik dan memelihara pada perlengkapan pembangkit daya listrik cadangan. b. Melakukan pemeriksaan periodik dan memelihara pada perlengkapan penangkal petir. c. Melakukan pemeriksaan periodik dan memelihara sistem instalasi listrik, baik untuk pasokan daya listrik maupun untuk penerangan ruangan. d. Melakukan pemeriksaan periodik dan memelihara jaringan instalasi tata suara dan komunikasi (telepon) serta data. e. Melakukan pemeriksaan periodik dan memelihara jaringan sistem tanda bahaya dan alarm. Prasarana yang terpisah dari bangunan : 1. Pemeliharaan prasarana gedung a. Memelihara genset beserta kelengkapannya. b. Memelihara panel sel surya, baterai dan inverter dengan membersihkan dari debu/kotoran. c. Memelihara mesin pompa dan aksesorisnya dengan membersihkan lumut, kotoran maupun tanaman yang berada di sekitar sumber air. d. Memelihara tabung oksigen dengan menjaga kebersihan, selalu melepas flow meter setelah selesai digunakan. e. Memelihara AC split dengan cara membersihkan filter dan kumparan kondensor, mengecek tekanan pada freon, serta melakukan service rutin secara berkala. 2. Pemeliharaan prasarana transportasi a. Memelihara transportasi (ambulans, pusling roda 2, pusling roda 4, pusling perairan) dengan cara membersihkan setelah selesai digunakan b. Untuk ambulans, pusling roda 4, pusling roda 2 Jika masih dalam masa garansi maka pemeliharaan dilakukan oleh dealer / agen tunggal pemegang merk (ATPM), jika sudah melewati masa garansi maka pemeliharaan dapat dilakukan oleh Pihak Ketiga.
  • 55. PEDOMAN PENGELOLAAN SARANA, PRASARANA, DAN ALAT KESEHATAN PUSKESMAS 47 Pemeliharaan yang dilakukan seperti ganti olie (waktunya 3 bulan sekali / 5000 km / mana yang lebih dulu), ganti ban, ganti freon AC, dll. c. Memelihara alat kesehatan yang ada di prasarana transportasi dengan cara melakukan pembersihan, sterilisasi, dll. Berikut adalah beberapa contoh langkah pemeliharaan prasarana yang menjadi satu dengan bangunan : Tabel 5. Contoh Langkah Pemeliharaan Prasarana yang Menjadi Satu dengan Bangunan No Komponen Prasarana Langkah Pemeliharaan Kewenangan 1 Sistem Penghawaan Ventilasi Alami : Boven, Kusen, Rooster, Tralis, Jendela - Membersihkan debu yang menempel Puskesmas / Pihak Ketiga 2 Sistem Pencahayaan Void, Kaca (jendela, dinding, plafon) Lampu (armatur, rumah, kap lampu) - Membersihkan debu yang menempel - Membersihkan debu yang menempel - Mengganti bohlam lampu yang mati Puskesmas/Pihak Ketiga 3 Sistem Sanitasi : Sistem Air Bersih Tanki Air, Tandon Air Kran air, Shower, Selang Air - Memasang penggantung pada dinding untuk saluran PVC yang tidak terlindung dari panas matahari, jika ada penyanggah / penopang pipa yang lepas - Bila terjadi kebocoran pada sambungan pipa PVC, maka yang harus dilakukan : 1. Matikan aliran air dari stop kran yang ada 2. Lem kembali dengan lem PVC sejenis dengan pipa atau balut dengan karet bekas ban dalam motor untuk kondisi darurat (bersifat sementara) sehingga kebocoran dapat dihentikan 3. Jalankan kembali aliran air bersih yang ada. - Membersihkan tangki air dari lumut, kotoran dengan cara menyikat permukaan dalam dan luar tangki air - Memeriksa setiap keran Puskesmas/Pihak Ketiga
  • 56. PEDOMAN PENGELOLAAN SARANA, PRASARANA, DAN ALAT KESEHATAN PUSKESMAS 48 No Komponen Prasarana Langkah Pemeliharaan Kewenangan Bak Mandi, Wastafel, Kloset, Water Sink yang ada - Kencangkan baut pengikat putaran kran - Ganti bila perlu, seal/karet pada batang putar ulir kran - Membersihkan kran air/ shower/ selang air dari karat dan lumut. Pembersihan karat pada kran air/ shower dapat disiram dengan menggunakan air soda, diamkan beberapa saat, kemudian disikat dengan sikat kawat lalu dibilas dengan air bersih - Bersihkan setiap hari dengan cairan sabun atau bahan pembersih lain yang tidak menyebabkan terjadinya korosi pada alat-alat yang terbuat dari metal - Gosok dengan spon plastik atau sikat yang lembut - Bilas dengan air bersih - Keringkan dengan kain lap yang bersih. 4 Sistem Sanitasi : Sistem Air Kotor - Bila terjadi kebocoran pada pipa PVC yang disambung dengan menggunakan lem, maka yang harus dilakukan: 1. Ampelas atau buat kasar permukaan yang retak atau pada ujung sambungan 2. Beri lem PVC pada daerah yang ingin disambung dan sambungkan kembali bagian tersebut 3. Bersihkan saluran terbuka air kotor pada sekitar bangunan dari barang-barang yang dapat menggangu aliran air dalam saluran 4. Pada saluran tertutup air kotor, periksa melalui bak kontrol saluran, beri jeruji dari batang besi sebagai penghalang sampah agar saluran tidak tersumbat. Puskesmas/Pihak Ketiga 5 Sistem Sanitasi : Sistem Limbah Puskesmas/Pihak Ketiga
  • 57. PEDOMAN PENGELOLAAN SARANA, PRASARANA, DAN ALAT KESEHATAN PUSKESMAS 49 No Komponen Prasarana Langkah Pemeliharaan Kewenangan Limbah padat medis dan non medis termasuk transport dan TPSnya Limbah cair medis Limbah cair non medis Septik Tank - Tempat sampah dibersihkan menggunakan cairan antiseptik (karbol), sikat, sabun dan air mengalir (untuk limbah non medis tidak perlu cairan antiseptik) - Alat transport pembuangan limbah ke TPS (troli) dibersihkan menggunakan sikat, sabun dan air mengalir - Petugas pembersih harus menggunakan APD (sarung tangan rumah tangga, masker, sepatu boot, apron/celemek) - Tempat penampungan sementara limbah medis dibersihkan menggunakan desinfektan (chlorine 0,5%) - Setiap limbah darah dan cairan tubuh harus dilakukan pengelolan awal sebelum dibuang ke tempat penampungan limbah sebelum dialirkan ke Instalasi Pembuangan Air Limbah (IPAL) agar tidak terjadi infeksius. - Disesuaikan dengan perangkat perlengkapan sanitasi yang dipakai (wastafel, kloset dll) - Membersihkan area disekitar penampungan septik tank dari sampah dan kotoran 6 Sistem Kelistrikan : Sakelar, kotak kontak, fitting lampu dan lampu emergensi, PHB (Panel Hubung Bagi) - Bersihkan bagian luar dari debu,noda, air dan kelembaban yang menempel dengan menggunakan kain kering - Amati secara visual apakah ada bagian yang rusak, pecah dan tidak terpasang secara sempurna - Dengarkan secara seksama apakah terjadi bunyi yang mencurigakan - Bila ada temuan kerusakan, catat di dalam formulir atau laporan kerusakan - Gunakan Pemakaian barang Puskemas
  • 58. PEDOMAN PENGELOLAAN SARANA, PRASARANA, DAN ALAT KESEHATAN PUSKESMAS 50 No Komponen Prasarana Langkah Pemeliharaan Kewenangan yang memenuhi Standar Nasional/ Standar Industri Indonesia. - Selalu gunakan alas kaki dalam melaksanakan kegiatan pembersihan komponen kelistrikan - Khusus untuk fitting dan PHB waspadai bila ada bau yang menyengat (terbakar) 7 Sistem Proteksi Petir - Amati seluruh bak kontrol termasuk koneksi kabelnya - Lakukan pembersihan bak kontrol pembumian/ grounding dari rumput atau benda yang menghalangi kabel grounding terhubung dengan tanah - Pengukuran tahanan pentanahan setiap bak dengan Earth Tester - Pembersihan elektroda - Perbaikan tahanan pentanahan di atas standar - Penggantian kabel dan peralatan lain bila terjadi kerusakan Puskesmas/Pihak Ketiga 8 Sistem Proteksi Kebakaran - Bersihkan tabung APAR yang terpasang di gedung dengan lap basah atau spons, celupkan pada ember yang berisi larutan deterjen, kemudian sikat debu yang melekat, gunakan sikat nylon, setelah itu bilas dengan air bersih sampai larutan tidak tersisa dan keringkan. - Bersihkan tabung dan selang APAR dari oli dengan menggunakan kain kering - Bersihkan pin pembuka kunci dari korosi - Letakan kembali pada posisi semula Puskesmas/Pihak Ketiga 9 Sistem Komunikasi - Bersihkan debu pada tombol tombol telepon, radio komunikasi dengan menggunakan tisu atau dengan kain kering Puskesmas 10 Sistem Transportasi Vertikal dalam Puskesmas Tangga dan Ram - Bersihkan tangga dan ram dari kotoran dengan cara mengepel Bersihkan tangga dan ram dari kotoran Puskesmas/Pihak Ketiga
  • 59. PEDOMAN PENGELOLAAN SARANA, PRASARANA, DAN ALAT KESEHATAN PUSKESMAS 51 No Komponen Prasarana Langkah Pemeliharaan Kewenangan Lift dengan cara mengepel - Bersihkan dinding dan lantai lift secara terus menerus dan hindari lantai lift dari tumpahan air dan lain sebagainya, agar tidak licin Berikut adalah beberapa contoh langkah pemeliharaan prasarana yang terpisah dari bangunan : Tabel 6. Contoh Langkah Pemeliharaan Prasarana yang Terpisah dari Bangunan No Komponen Prasarana Langkah Pemeliharaan Kewenangan 1 Sistem Penghawaan Ventilasi Buatan: AC Split Membersihkan filter indoor AC : - Matikan arus listrik - Buka tutup filter (grill) pada Casing Indoor - Lepaskan filter dari dudukannya - Cuci filter dengan sabun, bilas atau dijemur ditempat terbuka - Pasang kembali filter pada dudukannya Membersihkan tutup (casing) body indoor AC : - Matikan arus - Basahi kain lap dengan air, kemudian peras sampai setengah basah - Bersihkan tutup (casing) body indoor AC bagian luar dan pengatur arah hembusan (swig indoor) - Jangan membersihkan Bagian PCB dengan kain lap basah. Membersihkan bagian outdoor AC : - Matikan arus listrik - Basahi kain lap dengan air, kemudian peras sampai setengah basah - Bersihkan tutup (casing) body outdoor AC - Bersihkan kipas AC dengan menyemprotkan air. Puskesmas/Pihak Ketiga
  • 60. PEDOMAN PENGELOLAAN SARANA, PRASARANA, DAN ALAT KESEHATAN PUSKESMAS 52 No Komponen Prasarana Langkah Pemeliharaan Kewenangan Exhaust Dinding Kipas Angin Membersihkan exhaust dinding : - Rapikan kabel power - Matikan dan cabut kabel power dari sumber daya listrik - Siapkan larutan pembersih dan air secukupnya - Lepas tutup dan kipas exhaust, cuci tutup dan kipas exhaust sampai bersih - Bersihkan bagian dalam exhaust dengan sikat dan kain basah dan bilas - Keringkan bagian dalam exhaust dengan kain dimulai dari atas ke bawah dan kembalikan kipas dan penutup exhaust dalam posisi semula. Membersihkan kipas angin : - Rapikan kabel power - Matikan dan cabut kabel power dari sumber listrik - Siapkan larutan pembersih dan air - Bersihkan debu yang menempel di bagian luar kipas angin - Lepas penutup bagian depan, bersihkan bagian penutup dari debu yang menempel dengan sikat atau kuas - Lepas baling-baling kipas angin dan cuci menggunakan air sabun - Keringkan dan dan pasang kembali baling baling dan bagian kipas angin lainnya. 2 Sistem Sanitasi Sumur dangkal PDAM sumur dalam/artesis - Membersihkan lumut, tanaman dan kotoran ditempat sumber air disekitar sumur - Membersihkan mesin pompa menggunakan kain kering - Membersihkan air pembuangan agar tidak tergenang - Membersihkan outlet meteran PDAM secara manual rutin sampai angka Puskesmas/Pihak Ketiga
  • 61. PEDOMAN PENGELOLAAN SARANA, PRASARANA, DAN ALAT KESEHATAN PUSKESMAS 53 No Komponen Prasarana Langkah Pemeliharaan Kewenangan meteran terlihat dengan jelas - Membersihkan lumut, tanaman dan kotoran ditempat sumber air disekitar sumur. 3 Sistem Sanitasi IPAL - Membersihkan bak penampungan dari sampah - Membersihkan saluran masuk dan keluar dari sampah dan kotoran - Membersihkan penangkap lemak/ saringan lemak Puskesmas/Pihak Ketiga 4 Sistem Kelistrikan PTLS : Sel surya Baterai Inverter - Bila memungkinkan, bersihkan panel surya dari debu, noda, air dan kelembaban yang menempel menggunakan kain / wiper/ sikat yang lembut - Pembersihan dapat menggunakan air yang disemprotkan untuk menghilangkan kotoran yang melekat - Bersihkan area sekitar panel surya sehingga tidak menghalangi cahaya yang mengarah ke panel surya - Bersihkan bagian luar baterai dari debu, noda, air dan kelembaban yang menempel dengan menggunakan kain kering - Bersihkan kutub positif dan negatif baterai dari kerak dengan menggunakan amplas. - Bersihkan inverter dari debu, noda, air dan kelembaban yang menempel dengan menggunakan kain kering Puskesmas/Pihak Ketiga 5 Pusling dan Ambulans - Untuk bagian sisi luar lakukan pencucian seperti pencucian kendaraan pada umumnya - Untuk bagian sisi dalam: Lakukan pembersihan debu dengan menggunakan vacuum cleaner. - Pembersihan dan Puskesmas/Pihak Ketiga