Dokumen tersebut merangkum peristiwa Pertempuran Ambarawa antara Tentara Keamanan Rakyat melawan pasukan Sekutu pada tahun 1945. Pertempuran ini terjadi setelah pasukan Sekutu berusaha menduduki kota Ambarawa dan melanggar gencatan senjata yang telah disepakati. Di bawah pimpinan Kolonel Soedirman, pasukan Indonesia berhasil mengalahkan pasukan Sekutu dan membebaskan kota Ambarawa dalam waktu emp
2. KELOMPOK 3
- Ilhafiah Dewi Nurilah
- Nabila Sunata
- Nurisa Aulia
- Nanda Revaliani
- Rizkya Nur Ramadhani
3. Pengertian
Perang
Ambarawa
Pertempuran Ambarawa atau Palagan Ambarawa adalah
pertempuran besar pasca kemerdekaan Indonesia.
Pertempuran Ambarawa adalah konflik yang terjadi antara
Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dengan pasukan Belanda
dan Inggris atau Sekutu di Ambarawa, Jawa Tengah.
4. Latar Belakang Peperangan
di Ambarawa
peristiwa ini dimulai dengan insiden yang terjadi di Magelang sesudah mendaratnya
Brigade Artileri dari Divisi India ke-23 di Semarang, yang dipimpin oleh Brigadir Jenderal
Bethell pada tanggal 20 Oktober 1945. Brigade tersebut bertugas mengurus tawanan perang
dan berjanji tidak akan mengganggu kedaulatan RI. Pemerintah RI memperkenankan
Brigadir Bethell untuk mengurus tawanan perang yang ada di penjara Ambarawa dan
Magelang.
Ternyata pasukan Sekutu diboncengi oleh NICA dan mempersenjatai para bekas tawanan
itu, maka pada tanggal 26 Oktober 1945, pecahlah insiden di Magelang yang berkembang
menjadi pertempuran TKR dan tentara sekutu.
insiden itu berhenti setelah kedatangan dari Presiden Soekarno dan Brigjen Bethell di
Magelang pada tahun 2 November 1945.
5. Mereka mengadakan perundingan
dan gencatan senjata dan tercapai
kata sepakat yang dituangkan ke
dalam 12 pasal, di antaranya adalah
sebagai berikut: 1. Pihak sekutu tetap akan menempatkan
pasukannya di Magelang, untuk melakukan
kewajibannya melindungi dan mengurus
evakuasi Allied Prisoners Wars and
Interneers (APWI-tawanan perang dan
interniran Sekutu).
2. Jalan raya Magelang-Ambarawa terbuka
bagi lalu lintas Indonesia-Sekutu.
3. Aktivitas NICA tidak akan diakui Sekutu
dalam badan-badan yang berada di
bawahnya.
6. Permasalahan
Peperangan Ambarawa
Penyebab pertempuran Ambarawa adalah perlawanan pasukan TKR terhadap upaya pasukan
Sekutu untu menduduki Ambarawa dan sekitarnya dan mengembalikan kekuasaan Belanda
di Indonesia melalui NICA. Seusai kalahnya Jepang pada Perang Dunia II, pasukan Sekutu
mendarat di Indonesia. Pasukan Sekutu ini terutama terdiri dari pasukan Inggris dan
koloninya dari India. Pasukan Sekutu ini awalnya bertujuan untuk melucuti pasukan Jepang
di Indonesia dan mengembalikan pasukan Jepang ke negaranya. Di Jawa Tengah, pasukan
sekutu mendarat di Semarang pada 20 Oktober 1945. Awalnya kedatangan mereka disambut
baik oleh Gubernur Wongsonegoro. Namun kemudian pasukan Sekutu membebaskan dan
mempersenjatai para tahanan Belanda, dan membantu Netherlands Indies Civil
Administration (NICA) untuk membentuk kembali pemerintahan Hindia Belanda dan
menjadikan kembali Indonesia sebagai wilayah jajahan Belanda.
7. Pasukan Sekutu juga berupaya melucuti dan membubarkan pasukan Tentara Keamanan Rakyat
(TKR). Hal ini menyebabkan konflik dan berbagai pertempuran antaa pasukan Sekutu dan
terntara Indonesia di berbagai daerah. Pada saat pasukan Sekutu di Magelang bergerak menuju
Semarang, mereka berupaya mendudui dan menguasai kota Ambarawa, yang terletak di antara
keduanya. Pada 11 December 1945, pasukan Indonesia mengepung posisi Sekutu di Ambarawa,
yang menyebabkan terjadinya pertempuran sengit antara kedua pihak. Pasukan Indonesia
dipimpin oleh Sudirman, yang kemudian diangkat sebagai Panglima TNI oleh Presiden Sukarno.
Ketika jalan raya Semarang-Ambarawa berhasil dikuasai oleh pasukan Indonesia, Sudirman
segera memerintahkan pasukannya untuk memotong rute pasokan pasukan Sekutu.
Pertempuran berakhir empat hari kemudian pada tanggal 15 Desember 1945, ketika Indonesia
berhasil menguasai kembali kendali atas Ambarawa dan pasukan Sekutu mundur ke Semarang.
9. Letnan Kolonel Isdiman
Letnan Kolonel Isdiman lahir di Pontianak pada 12
Juli 1913. Ia bersekolah di SMK Bojonegoro. Masa kecil
Isdiman dihabiskan di Cianjur. Ambarawa adalah warisan
yang diperjuangkan oleh Isdiman dan pasukan prajuritnya. Ia
berperan penting dalam Perang Ambarawa. Dia adalah orang
kepercayaan Kolonel Soedirman untuk mengatur strategi
operasional di Ambarawa. Dia memerintahkan prajurit dalam
Perang Ambarawa melawan Sekutu.Letnan Kolonel Isdiman
adalah perwira Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dan
komandan resimen TKR Banyumas. Keahliannya
membuatnya menjadi prajurit yang diandalkan Jenderal
Soedirman.Letnan Kolonel Isdiman dikenang sebagai jiwa
pemberontak yang hidup, memompa darah juang para
gerilyawan muda. Saat ini, nama Isdiman terpampang di
sebuah jalan di Purwokerto, yakni Jalan Overste Isdiman atau
biasa dikenal dengan Jalan Ovis.
10. Kolonel Soedirman
Kolonel Soedirman, nama aslinya adalah Raden
Soedirman, lahir pada tanggal 24 Januari 1916 di Purbalingga,
provinsi Jawa Tengah.Kolonel Soedirman, panglima dan
jenderal Indonesia pertama dan termuda yang menjadi
peserta Pertempuran Ambarawa. Kolonel Sudirman
bertindak sebagai panglima perang Ambarawa dan akhirnya
memenangkan perang sengit itu dengan menggunakan
taktik supit urang.Saat itu, taktik supit urang hanya
digunakan dalam kondisi yang sangat terbatas. Namun,
keberanian, keuletan, dan kecerdasan Soedirman
memanfaatkan siasat ini.Dalam pertempuran dengan Sekutu
di Ambarawa, Kolonel Soedirman dengan gagah berani
memimpin pasukannya dan pantang menyerah.
Kemenangan berkat strategi jitu ini sangat diapresiasi oleh
militer Indonesia. Presiden Soekarno langsung memberinya
pangkat Panglima Angkatan Darat.
11. Gatot Soebroto
Gatot Soebroto adalah salah satu pejuang militer
Indonesia dalam perjuangan kemerdekaan. Ia lahir
pada 10 Oktober 1907 di Banyumas, Jawa Tengah,
putra pertama dari Sajid
Boedijoewono.keikutsertaannya sebagai ahli siasat
dalam Pertempuran Ambarawa pada tanggal 20
Oktober 1945 merupakan keberhasilan yang luar biasa.
Pasukan tempur berhasil mengusir Sekutu dari
palagan Ambarawa yang terkenal dengan strategi
“capit urang” dengan Kolonel Soedirman (kemudian
menjadi Panglima).Ia menjadi salah satu tokoh
penting dalam Pertempuran Ambarawa. Peran Letnan
Kolonel Gatot Soebroto sebagai peserta Pertempuran
Ambarawa adalah sebagai juru taktik utama. Dia
menemani Kolonel Soedirman untuk melawan
tentara-tentara asing. Pemilihan Letnan Kolonel Gatot
Soebroto sebagai bagian dari Pertempuran Ambarawa
dilakukan setelah berhasil dibentuknya Divisi 5 di
Purwokerto.
12. GPH Djatikusumo
Goesti Pangeran Harjo (GPH) Djatikusumo lahir di
Surakarta, 1 Juli 1917. Ia merupakan putra Sri Susuhunan
Pakubuwono X, Raja Keraton Surakarta yang memerintah
sejak 29 Desember 1866 hingga 20 Februari 1936. GPH
Djatikusumo adalah tokoh kunci dalam Pertempuran
Ambarawa dan menjabat sebagai komandan Divisi IV. Tugas
utama divisi ini adalah melacak dan mengepung pasukan
asing. Selama pertempuran sengit di Ambarawa, Kolonel
G.P.H. Jati Kusumo menunjukkan kepemimpinan yang luar
biasa. Kepemimpinan itu yang membuat pasukan bergerak
ke arah yang benar. GPH Djatikusumo memegang banyak
posisi penting sepanjang hidupnya. Misalnya, Ketua BKR
Surakarta, Panglima Divisi TRI IV, Kepala Staf Angkatan
Darat, Menteri, dan Duta Besar. Ia memulai karir militernya
menjalani latihan militer pada zaman Belanda yaitu sebagai
Perwira Cadangan Corps Opleiding (CORO) tetapi pada
tanggal 3 Maret 1942 Djatikoesoemo masih menjadi taruna
CORO, ditugaskan untuk berperang melawan Tentara
Jepang di Ciater,Subang, Jawa Barat sampai dengan tanggal 8
Maret 1942.
13. Soerono
Reksodimedjo
Jenderal TNI (Purn.) Soerono Reksodimedjo (6
September 1923 – 3 Agustus 2010) adalah Kepala Staf TNI
Angkatan Darat dari April 1973 hingga Mei 1974 dan Wakil
Panglima Angkatan Bersenjata. Pada saat peristiwa Palagan
Ambarawa, beliau menjabat sebagai Kapten di bawah
komando satuan militer Letnan Kolonel Gatot Subroto. Dan
selama menjabat sebagai Gubernur NMA tahun 1965, Soerono
membantu Panglima Kodam VII/Diponegoro saat itu, Brigjen
Soerjo Soempeno mengalahkan aksi G30S/PKI di Jawa
Tengah khususnya di lingkungan Kodam Diponegoro sendiri,
setelah saat mengumumkan berdirinya Kodam Diponegoro.
Dewan Revolusi Daerah Jawa Tengah melalui stasiun RRI
Semarang sekitar pukul 13.00 WIB, dengan Kolonel Inf.
Asisten Intelijen Sahirman 1 Kodam VII/Diponegoro sebagai
Presiden.
14. Sarbini Martodihardjo
Jenderal TNI (Anumerta) Mas Sarbini Martodihardjo
lahir pada tanggal 10 Juni 1914. Ia adalah seorang jenderal
purnawirawan yang dilahirkan di Desa Indrosari, Kecamatan
Buluspesantren, Kebumen, Jawa Tengah dan banyak
mengabdi selama masa perjuangan baik di bidang militer
maupun pemerintahan Republik Indonesia. adalah seorang
purnawirawan jenderal kelahiran Desa Indrosari, Kecamatan
Buluspesantren, Kebumen, Jawa Tengah dan telah berkali-
kali berdinas di medan perang baik di angkatan darat
maupun di angkatan darat dalam pemerintahan Republik
Indonesia. pada tanggal 20 Oktober 1945, ia yang saat itu
berpangkat Letnan Kolonel memimpin pasukan Resimen
Pusat Kedu, Tentara Keamanan Rakyat untuk menyerang dan
menutupi pengepungan pasukan Sekutu dan NICA di Desa
Jambu , Ambarawa dikenal sebagai Insiden Palagan
Ambarawa.
15. PUNCAK
PERTEMPURAN
AMBARAWA
Letkol M. Sarbini mengerahkan pasukan untuk
mengepung sekutu dari segala penjuru. Situasi ini sempat
mereda saat Presiden Soekarno turun tangan
menenangkan suasana dan memerintahkan untuk
gencatan senjata.
Namun, sekutu melanggar aturan tersebut. Pasukan
sekutu diam-diam bergerak meninggalkan Magelang
menuju Ambarawa.
Letkol Isdiman mengadang pasukan sekutu. Namun
sayang, usaha Letkol Isdiman membebaskan dua desa
yang dikuasai sekutu dibayar dengan nyawanya.
16. Setelah Letkol Isdiman tewas, komando perang diambil alih oleh Kolonel Soedirman.
Kehadiran Soedirman di garis depan perang memberikan semangat bagi para pasukan TKR.
Soedirman menyusun strategi dengan mencari titik lemah sekutu. Soedirmanenggunakan taktik
gelar supit urang atau pengepungan rangkap dari kedua sisi agar musuh tidak dapat melarikan
diri. Jalur komunikasi dan logistik pasukan sekutu juga diputus untuk mengurangi kekuatan
militer. Kolonel Soedirman dan pasukannya berhasil mendesak pasukan sekutu yang bersembunyi
di Benteng Willem selama empat hari.
Pertarungan di Benteng Willem pada 15 Desember 1945 menjadi tanda kemenangan Indonesia atas
pasukan sekutu. Sisa pasukan sekutu yang kalah mundur ke Semarang.
Keberhasilan para pejuang mempertahankan Ambarawa dari sekutu diperingati menjadi HARI
JUANG KARTIKA.