2. Pendidikan berperan penting dalam proses pembangunan suatu bangsa.
Untuk membangunan suatu bangsa, peran sumber daya manusia
merupakan modal utama. Dari hal tersebut, pendidikan merupakan wadah
utama dalam memproduksi sumber daya manusia yang berkualitas.
Keberadaan manusia yang kreatif, inovatif, mandiri serta berpikir terbuka
merupakan peluang besar bagi suatu bangsa dalam proses pembangunan.
Dalam mencari data kondisi pendidikan di Indonesia, kami menggunakan
APM sebagai acuan utama. Angka Partisipasi Murni (APM) adalah
persentase siswa dengan usia yang berkaitan dengan jenjang
pendidikannya dari jumlah penduduk di usia yang sama. APM
menunjukkan partisipasi sekolah penduduk usia sekolah di tingkat
pendidikan tertentu. APM juga merupakan indikatorAPM melihat
partisipasi penduduk kelompok usia standar di jenjang pendidikan yang
sesuai dengan standar tersebut. APM di suatu jenjang pendidikan didapat
dengan membagi jumlah siswa atau penduduk usia sekolah yang sedang
bersekolah dengan jumlah penduduk kelompok usia yang berkaitan dengan
jenjang sekolah tersebut daya serap penduduk usia sekolah di setiap
jenjang pendidikan.
3.
4. Hambatan geografis
Masih terdapat banyak sarana pendidikan yang sulit untuk diakses karena
kurangnya infrastruktur untuk menjangkaunya.
Ketimpangan pembangunan ekonomi.
Pembangunan fasilitas penunjang perekonomian antar daerah yang tidak merata
berdampak pada pendapat masyarakat yang timpang. Hal ini menyebabkan
tidak semua masyarakat dapat menikmati sarana pendidikan yang memadai
karena sebagian masyarakat dengan pendapatan minim tidak mampu
mencukupi kebutuhan.
Insfrastruktur dan sarana yang rusak
Keberadaan infrastruktur dan sarana di antara wilayah-wilayah Indonesia tidak
semua dapat dimanfaatkan seperti yang diharapkan. Hal ini terjadi karena
keberadaannya yang rusak dan menghambat pertumbuhan ekonomi masyarakat,
mengakibatkan masih bercokolnya jumlah warga miskin dan berpendidikan
rendah.
5. Sosial ekonomi yang kurang
Tidak jarang orang tua merupakan hambatan bagi anak untuk memperoleh pendidikan.
Rendahnya pengetahuan tentang pentingnya pendidikan ditambah minimnya
pendapatan orang tua akan membatasi kesempatan belajar sehingga menimbulkan
kesulitan pada anak. Banyak anak-anak dari keluarga tersebut yang lebih diminta untuk
bekerja dari pada bersekolah.
Mahalnya biaya pendidikan
Walaupun pemerintah sudah memberlakukan wajib belajar 9 tahun dan membebaskan
uang sekolah serta memberi berbagai kemudahan dan beasiswa, tapi kemiskinan
membuat banyak keluarga memutuskan untuk tidak menyekolahkan anak-anaknya lebih
lanjut. Hal ini dapat dipahami mengingat sekolah tidak hanya bayar uang sekolah tapi
juga membeli seragam, biaya transpor, uang jajan dan pungutan sekolah.
Rendahnya Kualitas Sarana Fisik
Banyak sekali sekolah dan perguruan tinggi di daerah yang gedungnya rusak,
kepemilikan dan penggunaan media belajar rendah, buku perpustakaan tidak lengkap.
Sementara laboratorium tidak standar, pemakaian teknologi informasi tidak memadai
dan sebagainya. Bahkan masih banyak sekolah yang tidak memiliki gedung sendiri,
tidak memiliki perpustakaan, tidak memiliki laboratorium dan sebagainya. Selain itu,
banyak pula sekolah yang tidak dapat menampung jumlah peserta didik karena sarana
pendidikan yang rendah
6. Rendahnya Kualitas Guru
Keadaan guru di Indonesia juga amat memprihatinkan. Kebanyakan guru belum
memiliki profesionalisme yang memadai untuk menjalankan tugasnya sebagaimana
disebut dalam pasal 39 UU No 20/2003 yaitu merencanakan pembelajaran,
melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan
pembimbingan, melakukan pelatihan, melakukan penelitian dan melakukan
pengabdian masyarakat. Kualitas guru dan pengajar yang rendah juga dipengaruhi
oleh masih rendahnya tingkat kesejahteraan guru
Rendahnya Relevansi Pendidikan dengan Kebutuhan
Menurut data Balitbang Depdiknas 1999, setiap tahunnya sekitar 3 juta anak putus
sekolah dan tidak memiliki keterampilan hidup sehingga menimbulkan masalah
ketenagakerjaan tersendiri. Adanya ketidakserasian antara hasil pendidikan dan
kebutuhan dunia kerja ini disebabkan kurikulum yang materinya kurang funsional
terhadap keterampilan yang dibutuhkan ketika peserta didik memasuki dunia kerja.
Korupsi di lembaga pemerintahan
Tidak jarang anggaran yang telah dicanangkan untuk kegiatan perbaikan kualitas
pendidikan digunakan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab dalam lembaga
pemerintahan untuk kepentingan pribadi atau golongan. Hal tersebut menyebabkan
tidak berkembangnya kualitas pendidikan.
7. Terhambatnya pembangunan
Keberadaan manusia yang berkualitas merupakan modal utama dalam
pembangunan. Kualitas yang dibutuhkan dapat diperoleh dari kualitas
pendidikan yang tinggi. Meskipun terdapat jumlah penduduk yang besar,
namun masih berada dibawah kualitas yang dibutuhkan, menyebabkan tidak
terpenuhinya kebutuhan tenaga ahli yang diperlukan dalam pembangunan. Hal
ini menyebabkan ketergantunagan terhadap tenaga ahli dari luar daerah.
Rendahnya penguasaan teknologi maju
Kemajuan zaman menyebabkan segalanya harus bersifat efisien. Hal tersebut
tentu saja memerlukan peran teknologi untuk memenuhinya. Dengan rendahnya
kualitas pendidikan yang dimiliki, tidak jarang penguasaan teknologi masih
sulit untuk dipenuhi. Hal ini menyebabkan didatangkannya para ahli di bidang
teknologi yang berasal dari luar daerah.
8. Tidak teratasinya kemiskinan
Kemiskinan merupakan akar dari permasalahan yang timbul
di berbagai daerah. Cara yang tepat dalam mengatasi
kemiskinan adalah pendidikan yang berkualitas dan relevan
terhadap kebutuhan masyarakat. Pendidikan merupakan
sarana mobilitas yang paling tepat dalam membangun
kehidupan yang lebih baik.
Pola pikir masyarakat yang sempit
Rendahnya tingkat pendidikan mengakibatkan sulitnya
masyarakat menerima hal-hal yang baru. Masyarakat juga
masih sulit menerima pentingnya peran pendidikan bagi
kelangsungan hidup mereka.
9. Kesadaran pentingnya pendidikan
Masyarakat telah menyadari bagaimana pendidikan berperan penting dalam
kehidupan mereka. Dengan pendidikan, masyarakat dapat memperoleh
pekerjaan dan pendapatan yang lebih baik. Maka para generasi tu tetap
mempertahankan peran pendidikan terhadap generasi selanjutnya karena
percaya dapat memperoleh pekerjaan dan penghasilan yang lebih baik.
Pendidikan menjadi tanggung jawab bersama
Keluarga dan pemerintah daerah beserta lembaganya memiliki rasa tanggung
jawab bersama atas berjalannya sistem pendidikan di daerah tersebut.
Kesadaran ini telah tertanam karena penanaman nilai dan moral yang didapat
dalam proses pendidikan.
Pola pikir masyarakat yang terbuka
Keterbukaan masyarakat dalam menerima hal baru menyebabkan kesadaran
akan pendidikan berkembang.
10. Fenomena tidak meratanya pendidikan di Indonesia dapat dikaitkan dengan Teori
Modernisasi. Hal ini disebabkan karena faktor kendala dari mutu pendidikan
sebagian besar merupakan faktor internal. Implikasi teori modernisasi dalam
bidang pendidikan ini membuktikan perlunya bantuan dari pihak luar untuk
membantu dalam memperbaki kondisi yang ada.
Untuk provinsi NAD, modernisasi sudah terjadi pada masyarakat. Masyarakat
sudah mempunyai kesadaran akan pentingnya pendidikan serta kebutuhan
berprestasi individu untuk pembangunan daerah. Kemudahan masyarakat dalam
berinteraksi dengan daerah lain mendorong percepatan modernisasi dalam setiap
individu. Selain itu, mobilitas masyarakat pun tergolong tinggi. Mereka tidak
enggan untuk menetap di daerah lain untuk memperoleh pendidikan yang lebih
baik yang kemudian kembali ke daerahnya untuk di terapkan.
Sedangkan pada provinsi Papua, modernisasi belum menyentuh masyarakat secara
merata. Hal ini menyebabkan masih rendahnya masyarakat dalam mengartikan
peran pendidikan. Selain itu, letak geografis Papua yang menghambat
masyrakatnya untuk melakukan hubungan dengan daerah lain memperlambat
mobilitas pada masyarakat. Masih sangat minimnya infrasturuktur yang memadai
membuat masyarakat tidak dapat memperoleh pendidikan secara layak.
11. Faktor yang sangat memperanguhi rendahnya pendidikan di propinsi Papua adalah
pemikiran masyarakat yang masih sangat tertutup dalam menerima pengalaman baru.
Mereka cenderung memepertahankan apa yang sudah ada dalam masyarakat. Banyak dari
mereka yang masih sulit menerima ilmu pengetahuan sehingga tidak dapat mengolah
sumber daya alam.
Dalam hal ini, Papua sangat membutuhkan bantuan dari luar untuk memperbaiki kondisi
pendidikan yang ada. Seperti contoh, mendatangkan guru yang berkualitas dan kompeten
dalam bidang pendidikan. Serta partisipasi pemerintah pusat dalam pengawasan kebijaka-
kebijakan ndi bidabg pendidikan agar kelak masyarakat dapat memiliki kesdaran akan
pentingnya pendidikan bagi pembangunan daerah dan nasional. Dikarnakan ketidak
merataan dalam membagikan kue pembangunan bagi sekolah-sekolah yang ada di daerah
terbelakang, ini mungkin yang menimbulkan kecemburuan sosial kepada masyarakat desa
terhadap masyarakat kota, yang seharusnya pembagian kue ini merata sampai kepelosok
negri, dalam hal ini, pemerintahan pusat sudah memberikan dana untuk pembangunan
sarana-sarana pendidikan yang ada di daerah terbelakang, akan tetapi dana-dana yang
dikucurkan oleh pemerintah pusat tidak sepenuhnya diterima oleh pemda-pemda setempat,
karena ada oknum-oknum yang secara sembunyi-sembunyi ingin memperkaya dirinya
sendiri tanpa melihat akibat yang dilakukanya. Pengawasan juga harus ditegaskan untuk
tidak terjadi kesenjangan antara masyarakat desa dan masyarakat kota dalam menikmati kue
pembangunan.