SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  75
Ergonomi & Faal Kerja Page 1
ERGONOMI & FAAL KERJA
OLEH:
ANDI ELMA WULANDARI (14120130001)
NURFAHIRA HERMAN (14120130014)
FITRIANI (14120130021)
WILDA YUNITA (14120130032)
ILSA WAHYUNI (14120130033)
ASTIYANI RUSLAN (14120130037)
MISRAWANI (14120130039)
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Ergonomi & Faal Kerja Page 2
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta
hidayah-Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah mata kuliah “KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA”. Kemudian shalawat beserta salam kita
sampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW yang telah
memberikan pedoman hidup yakni al-qur’an dan sunnah untuk
keselamatan umat di dunia.
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Keselamatan
dan Kesehatan Kerja studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan
Masyarakat pada Universitas Muslim Indonesia Makassar. Selanjutnya
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu
Yulianti, ST, M.Kes selaku dosen yang mengajar mata kuliah
Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan kepada segenap pihak yang telah
memberikan bimbingan serta arahan selama penulisan makalah ini.
Akhirnya penulis menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-
kekurangan dalam penulisan makalah ini, maka dari itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Makassar, 21 Oktober 2014
Penulis
Kelompok I
Ergonomi & Faal Kerja Page 3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………….. i
DAFTAR ISI…………………………………………………...…. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………….… 1
B. Rumusan Masalah…………………………………………........ 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Ergonomi dan ruang lingkupnya……………………………….. 3
B. Perancangan tempat kerja dengan pendekatan ergonomi……… 14
C. Antropometri dan peralatan……………………………………. 19
D. Kebutuhan oksigen (VO2), kapasitas kerja, dan kelelahan otot... 29
E. Bekerja posisi duduk, berdiri dan berdiri setengah duduk……... 36
F. Ergonomi-fisiologi kerja……………………………………….. 44
G. Ergonomi untuk meningkatkan produktivitas kerja…………..... 58
H. Faal kerja……………………………………………………….. 64
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………………….. 70
B. Saran…………………………………………………………..... 70
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………….72
Ergonomi & Faal Kerja Page 4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan teknologi saat ini begitu pesatnya, sehingga
peralatan sudah menjadi kebutuhan pokok pada berbagai lapangan
pekerjaan. Artinya peralatan dan teknologi merupakan penunjang yang
penting dalam upaya meningkatkan produktivitas untuk berbagai jenis
pekerjaan. Disamping itu disisi lain akan terjadi dampak negatifnya, bila
kita kurang waspada menghadapi bahaya potensial yang mungkin timbul.
Hal ini tidak akan terjadi jika dapat diantisipasi pelbagai risiko yang
mempengaruhi kehidupan para pekerja. Pelbagai risiko tersebut adalah
kemungkinan terjadinya Penyakit Akibat Kerja, Penyakit yang
berhubungan dengan pekerjaan dan Kecelakaan Akibat Kerja yang dapat
menyebabkan kecacatan atau kematian. Antisipasi ini harus dilakukan
oleh semua pihak dengan cara penyesuaian antara pekerja, proses kerja
dan lingkungan kerja. Pendekatan ini dikenal sebagai pendekatan
ergonomik.
Ergonomi yaitu ilmu yang mempelajari perilaku manusia
dalam kaitannya dengan pekerjaan mereka. Sasaran penelitian
ergonomi ialah manusia pada saat bekerja dalam lingkungan. Secara
singkat dapat dikatakan bahwa ergonomi ialah penyesuaian tugas
pekerjaan dengan kondisi tubuh manusia ialah untuk menurunkan stress
yang akan dihadapi.
Upayanya antara lain berupa menyesuaikan ukuran tempat kerja
dengan dimensi tubuh agar tidak melelahkan, pengaturan suhu, cahaya
dan kelembaban bertujuan agar sesuai dengan kebutuhan tubuh manusia.
Ada beberapa definisi menyatakan bahwa ergonomi ditujukan untuk
“fitting the job to the worker”, sementara itu ILO antara lain menyatakan,
Ergonomi & Faal Kerja Page 5
sebagai ilmu terapan biologi manusia dan hubungannya dengan ilmu
teknik bagi pekerja dan lingkungan kerjanya, agar mendapatkan kepuasan
kerja yang maksimal selain meningkatkan produktivitasnya”. Ruang
lingkup ergonomik sangat luas aspeknya, antara lain meliputi :
B. Rumusan Masalah
a. Apa ruang linglup ergonomi?
b. Bagaimana perancangan tempat kerja dengan pendekatan ergonomic?
c. Apa saja peralatan antropometri?
d. Bagaimana kebutuhan oksigen, kapasitas kerja dan kelelahan otot?
e. Bagaimana bekerja dengan posisi duduk, berdiri, dan berdiri setengah
duduk?
f. Bagaimana ergonomi dan fisiologi kerja?
g. Bagaimana cara ergonomi untuk meningkatkan produktivitas kerja?
Ergonomi & Faal Kerja Page 6
BAB II
PEMBAHASAN
A.Ergonomi dan Ruang Lingkupnya
a. Definisi Ergonomi
Istilah ergonomi (ergonomics) menurut David J. Oborne (1982)
"the word ergonomics was coined from the Greek: Ergon -work;
nomos natural laws".IEA memberikan definisi ergonomi sebagai
berikut "the study of the anatomical, physiological dan psychological
aspects of human in working environment. It is concernedwith
optimizing the fficiecy, health, safety and comfort of the people at
work, at home and at play. This generally require the study of system
in wich human, machines and the environmen interact, with the aim
offitting the tqsk to the humans"
Oleh Eko Nurmianto (1998) istilah ergonomi didefinisikan
sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya
yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering,
manajemen dan desain/perancangan. Oleh Sritomo Wignjosoebroto
(i995) istilah ergonomi didefinisikan sebagai disiplin keilmuan yang
mempelajari manusia dalam kaitannya dengan pekerjaannya. Menurut
Iftikar Z. Sutalaks ana, et.al. (1979) ergonomi didefinisikan suatu
cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi-informasi
mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia untuk
merancang suatu sistem sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada
sistem itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui
pekerjaan itu, dengan efektif, aman dan nyaman. Menurut Adnyana
Manuaba (2000) islilah ergonomi didefinisikan sebagai satu upaya
dalam bentuk ilrnu, teknologi dan seni untuk menyerasikan peralatan,
Ergonomi & Faal Kerja Page 7
mesin,pekerjaan, sistem, organisasi dan lingkungan dengan
kemampuan, keahlian dan keterbatasan manusia sehingga tercapai
satu kondisi dan lingkungan yang sehat, aman, nyaman, efesien dan
produktif, melalui pemanfaatan fungsional tubuh manusia secara
optimal dan rnaksimal.
Kemudian, istilah ergonomi oleh Wilson (1995) dikutip John R,
et.al (1998) didefinisikan "the involment of people in planning and
controlling a significant amount of their own work activities, with
sufficient knowledge and power to influence both processes and
outcome in order to achieve desirable goals ". Oleh Sutarman (1987)
istilah ergonomi didefinisikan dalam dua aspek yakni: 1) the
adjustment of man to his work and work environment; 2) the tehnical
and organizational adjustment of the work and work environment to
the human need, capabilities and limitations.
Dari berbagai pendapat di atas bahwa ergonomi masih tetap
tidak lepas dari makna dasar yakni ergon adalah kerja (work) dan
nomos adalah hukum-hukum alam (natural laws). Pengerlian kerja
(work) secara sempit adalah kegiatan yang mendapatkan upah. tetapi,
pengertian kerja secara luas adalah semua gerakan manusia
rnerupakan kerja, meski tidak mendapatkan upah. Ergo (=gerak/ kerja)
yang nomos (=alamiah) adalah gerakan yang efektif, efisien, nyaman,
aman, tidak menimbulkan kelelahan dan kecelakaan sesuai
kemampuan tubuh tetapi mendapatkan hasil kerja yang lebih optimal.
oleh karena itu dalam pendekatan ergonomi memerlukan
keseimbangan antara kemampuan tubuh dan tugas kerja.
Biasanya, jika ingin meningkatkan kemampuan tubuh manusia,
maka beberapa hal disekitar lingkungan alam manusia misal peralatan,
lingkungan fisik, posisi gerak (kerja) perlu direvisi atau dimodifikasi
atau didesain ulang disesuaikan dengan kemampuan tubuh manusia.
Dengan kemampuan tubuh meningkat secara optimal, maka tugas
kerja yang dikerjakan juga akan meningkat. Begitu juga sebaliknya,
Ergonomi & Faal Kerja Page 8
jika lingkungan alam sekitar manusia tidak sesuai dengan kemampuan
alamiah tubuh manusia, maka akan menimbulkan hasil kerja yang
tidak optimal. Pendekatan ergonomi dapat penulis gambarkan sebagai
berikut (gambar 1).
1. Anatomi
2. Fisiologi
3. Psikologi
4. Biomekanik
5. Kinesiologi
6. Enginering
7. Manajemen/Organisasi
8. Desain/redesain
Gambar 1. Pendekatan Ergonomi
Berdasarkan beberapa pendapat di atas pula, terdapat tiga hal
yang penting dalam mempelajari ergonomi, antara lain:
1. Ergonomi menitik beratkan manusia (human-centred) .Ini
diterapkan pada manusia dan fokus ergonomi pada manusia
merupakan hal yang utama bukan pada mesin atau peralatan.
MANUSIA
LINGKUNGAN
TUJUAN:
1. OPTIMAL
ISASI
2. EFISIENSI
(PRODU
KTIVITAS
)
3. KESEHAT
AN
4. KESELA
MATAN
5. AMAN
6. NYAMA
N
Ergonomi & Faal Kerja Page 9
Ergonomik ini hanya cocok bagi mereka yang ingin
mengembangkan sistem kerja.
2. Ergonomi membutuhkan bangunan sistem kerja yang terkait
dengan pengguna. Hal ini bahwa mesin dan peralatan yang
merupakan fasilitas kerja harus disesuaikan denganperformen
manusia.
3. Ergonomi menitik beratkan pada perbaikan sistem kerja. Suatu
perbaikan kemampuan dan kelemahan setiap individu, hal ini harus
dirumuskan dengan cara diukur baik secara kualitatif rnaupun
kuantitatif dalam jangka waktu tertentu.
b. Sejarah Singkat Ergonomi
Asal muasal konsep ergonomi dimulai ketika masyarakat
primitif membuat alat dari batu yang digunakan untuk memotong
hewan sebagai makanan (Kamal, 2004). Kenyataan selanjutnya
konsep ergonomi diterapkan pada dunia indusiri. Revolusi yang
dicetuskan sekitar tahun l900-an. orang bernama F.w. Taylor dan
Frank serta Lilian Gilbreth mengawali menyebut kata “ergonomits”.
Taylor memberikan prinsip bahwa hal itu sangat baik dan terkait
dengan metode yang digunakan untuk melakukan kerja. Frank dan
Gilbreths menfokuskan pada studi gerak dalam melakukan tugas kerja
di industri sehingga memiliki gerakan kerja yang ekonomis dan
mapan (=nyaman). Mereka menganjurkan agar saat bekerja tidak
menggunakan otot pada kedua tangan bersamaan, berposisi simetris
dan bergerak pelan (=statik) serta berbagai gerakan yang berlebihan
harap dikurangi agar tenaga lebih optimal dan efisien. Sejak 12 Juli
1949, ergonomi adalah suatu interdisiprin ilmu untuk menyelesaikan
problem masyarakat kerja. Kemudian, pada l6 Februari 1950 istilah
ergonomi diadopsi menjadi disiplin ilmu yang digunakan dalam
berbagai kehidupan (Edholm and Murrell, 1977 dikutip David J.
Oborne, l982).
Ergonomi & Faal Kerja Page 10
Perkembangan ergonomi sejak sekitar perang dunia kedua,
banyak orang berbicara tentang kemampuan manusia dengan mesin
dan peralatan (terutama diterapkan untuk perangkat keras peralatan
perang seperti berbagai tank, pesawat tempur, sistem komunikasi dan
lain-lain), juga hal itu sangat baik digunakan untuk menyesuaikan alat
dengan kemampuan tenaga kerja. Sungguh tidak bijaksana jika
pemimpin meminta agar tenaga kerja mengangkat susatu beban yang
tidak disesuaikan kemamouan tubuhnya, karena hal itu akan
menimbulkan kecelakaan.setiap tenaga kerja yang dipekerjakan
terlebih dahulu perlu diberikan pelatihan.(training) dan penjelasan
agar tidak terjadi kesalahan dalam bekerja.
Perkembangan disiplin ilmu ergonomi sejak tahun 1945 secara
berurutan dapat dituliskan sebagai berikut:
a. 1945: Formation of Ergonomics Research Society in the UK.
b. 1957: Human Factors Society was formed in the USA.
c. 1959: International Ergonomics Associasion (lEA) was formed
to link several human factors and ergonomics societies in
various countries.
Konggres ergonomik yang dilaksanakan IEA (pertama tahun
1961) peserta yang hadir dari kalangan pemerhati ergonomi dan dari
organisasi ergonomi mendiskusikan sekitar isu ergonomi yang
mencuat kepermukaan dunia, pada pertemuan itu terjadi interaksi
antara para pemerhati ergonomi dan para profesional. IEA sebagai
penyelenggara memberikan dukungan terhadap pengembangan
anggota dan program.
Ergonomi & Faal Kerja Page 11
c. Ruang Lingkup Ergonomi
Ruang lingkup ergonomi sangat luas aspeknya, antara lain
meliputi :
a) Tehnik
b) Fisik
c) Pengalaman psikis
d) Anatomi, utamanya yang berhubungan dengan kekuatan
dan gerakan otot dan persendian
e) Anthropometri
f) Sosiologi
g) Fisiologi, terutama berhubungan dengan temperatur tubuh,
Oxygen up take, pols, dan aktivitas otot
h) Desain, dll.
d. Tujuan dan Pentingnya Ergonomi
Tujuan ergonomik adalah untuk meningkatkan produktivitas
tenaga kerja pada suatu institusi atau organisasi. Hal ini dapat tercapai
apabila terjadi kesesuaian antara pekerja dengan pekerjaannya.
Banyak yang menyimpulkan bahwa tenaga kerja harus dimotivasi dan
kebutuhanya terpenuhi. Dengan demikian akan menurunkan jumlah
karyawan yang tidak masuk kerja (absenteeism). Pendekatan
ergonomik mencoba untuk mencapai kebaikan bagi pekerja dan
pimpinan institusi. Hal itu dapat tercapai dengan cara memperhatikan
empat tujuan utama ergonomik, antara lain: (l) memaksimalkan
eflsiensi karyawan, (2) memperbaiki kesehatan dan keselamatan kerja,
(3) menganjurkan agar bekerja aman (comfort), nyaman (convenience)
dan bersemangat, dan (4)rnemaksimalkan bentuk (performance) kerja
yang meyakinkan.
Pentingnya ergonomi dapat dijelaskan sebagai berikut. Pada
suatu masyarakat sosial, seseorang dapat beradaptasi dalam berbagai
Ergonomi & Faal Kerja Page 12
perubahan situasi, ini dapat menjadi pertimbanganseseorang yang
cerdas untuk mencapai kesuksesan. Adaptasi merupakan salah satu
karakteristik yang dimiliki manusia. Mereka dapat beradaptasi dengan
organisasi industri, proses produksi ala-talat mesin, bahkan juga dapat
beradaptasi dengan peralatan dan fasilitas yang kurang baik. Suatu
misal, tenaga kerja pabrik, bekerja di ruangan terbuka dengan
perlengkapan di bawah minus (tidak standar), mereka bekerja, tidak
menuntut, tidak ada ventilasi, panas, tertekan dan lingkungan iklim
kerja di bawah standar. Mereka sebagai operator mesin dan bertugas
mengendalikan alat kontrol yang harus didengar terletak di luar
gedung. Mereka harus dapat mendengarkan alarm jika bunyi, padahal
situasi lingkungannya bising. Konsekuensi situasi kerja seperti itu
adalah kondisi tubuh menjadi kurang optimal, tidak efisien, kualitas
rendah, danseseorang bisa mengalami gangguan kesehatan seperti
nyeri pinggang (low back pain), gangguan otot rangka, dan penurunan
daya dengar. Oleh karena itu, ergonomik menjadi penting, karena
pendekatan ergonomi adalah membuat keserasian yang baik (standar)
anlara manusia dengan mesin dan lingkungan.
e. Metode-Metode Ergonomi
1. Diagnosis
Dapat dilakukan melalui wawancara dengan pekerja, inspeksi
tempat kerja penilaian fisik pekerja, uji pencahayaan, ergonomik
checklist dan pengukuran lingkungan kerja lainnya. Variasinya
akan sangat luas mulai dari yang sederhana sampai kompleks.
2. Treatment
Pemecahan masalah ergonomi akan tergantung data dasar pada
saat diagnosis. Kadang sangat sederhana seperti merubah posisi
meubel, letak pencahayaan atau jendela yang sesuai. Membeli
furniture sesuai dengan demensi fisik pekerja.
Ergonomi & Faal Kerja Page 13
3. Follow-up
Dengan evaluasi yang subyektif atau obyektif, subyektif misalnya
dengan menanyakan kenyamanan, bagian badan yang sakit, nyeri
bahu dan siku, keletihan, sakit kepala dan lain-lain. Secara
obyektif misalnya dengan parameter produk yang ditolak, absensi
sakit, angka kecelakaan dan lain-lain.
f. Aplikasi atau Penerapan Ergonomi
1. Posisi Kerja
Terdiri dari posisi duduk dan posisi berdiri, posisi duduk dimana
kaki tidak terbebani dengan berat tubuh dan posisi stabil selama
bekerja. Sedangkan posisi berdiri dimana posisi tulang belakang
vertikal dan berat badan tertumpu secara seimbang pada dua kaki.
2. Proses Kerja
Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi
waktu bekerja dan sesuai dengan ukuran anthropometrinya. Harus
dibedakan ukuran anthropometri barat dan timur.
3. Cata Letak Tempat Kerja
Display harus jelas terlihat pada waktu melakukan aktivitas kerja.
Sedangkan simbol yang berlaku secara internasional lebih banyak
digunakan daripada kata-kata.
4. Mengangkat beban
Bermacam-macam cara dalam mengangkat beban yakni, dengan
kepala, bahu, tangan, punggung, dll. Beban yang terlalu berat dapat
menimbulkan cedera tulang punggung, jaringan otot dan
persendian akibat gerakan yang berlebihan.
Beban yang diangkat tidak melebihi aturan yang ditetapkan ILO
sbb:
a. Laki-laki dewasa 40 kg
b. Wanita dewasa 15-20 kg
c. Laki-laki (16-18 th) 15-20 kg
Ergonomi & Faal Kerja Page 14
d. Wanita (16-18 th) 12-15 kg
5. Organisasi kerja
Pekerjaan harus di atur dengan berbagai cara :
1. Alat bantu mekanik diperlukan kapanpun
2. Frekuensi pergerakan diminimalisasi
3. Jarak mengangkat beban dikurangi
4. Dalam membawa beban perlu diingat bidangnya tidak licin
dan mengangkat tidak terlalu tinggi.
5. Prinsip ergonomi yang relevan bisa diterapkan.
6. Metode mengangkat beban
Semua pekerja harus diajarkan mengangkat beban. Metode
kinetik dari pedoman penanganan harus dipakai yang didasarkan
pada dua prinsip :
1. Otot lengan lebih banyak digunakan dari pada otot punggung
2. Untuk memulai gerakan horizontal maka digunakan momentum berat
badan.
Metoda ini termasuk 5 faktor dasar :
a. Posisi kaki yang benar
b. Punggung kuat dan kekar
c. Posisi lengan dekat dengan tubuh
d. Mengangkat dengan benar
e. Menggunakan berat badan
g. Kelelahan dalam Ergonomi
Setelah pekerja melakukan pekerjaannya maka umumnya
terjadi kelelahan, dalam hal ini kita harus waspada dan harus kita
bedakanjeniskelelahannya, beberapaahlimembedakan/membaginya sebagaiberikut:
1. Kelelahan fisik
Kelelahan fisik akibat kerja yang berlebihan, dimana masih dapat
dikompensasi dan diperbaiki performansnya seperti semula. Kalau
Ergonomi & Faal Kerja Page 15
tidak terlalu berat kelelahan ini bisa hilang setelah istirahat dan
tidur yang cukup.
2. Kelelahan yang patologis
Kelelahan ini tergabung dengan penyakit yang diderita, biasanya
muncul tiba-tiba dan berat gejalanya.
3. Psikologis dan emotional fatique
Kelelahan ini adalah bentuk yang umum. Kemungkinan merupakan
sejenis “mekanisme melarikan diri dari kenyataan” pada penderita
psikosomatik. Semangat yang baik dan motivasi kerja akan
mengurangi angka kejadiannya di tempat kerja.
Upaya kesehatan kerja dalam mengatasi kelelahan, meskipun
seseorang mempunyai batas ketahanan, akan tetapi beberapa hal di
bawah ini akan mengurangi kelelahan yang tidak seharusnya terjadi :
a. Lingkungan harus bersih dari zat-zat kimia. Pencahayaan dan
ventilasi harus memadai dan tidak ada gangguan bising.
b. Jam kerja sehari diberikan waktu istirahat sejenak dan istirahat
yang cukup saat makan siang.
c. Kesehatan pekerja harus tetap dimonitor.
d. Tempo kegiatan tidak harus terus menerus.
e. Waktu perjalanan dari dan ke tempat kerja harus sesingkat
mungkin, kalau memungkinkan.
f. Secara aktif mengidentifikasi sejumlah pekerja dalam peningkatan
semangat kerja.
g. Fasilitas rekreasi dan istirahat harus disediakan di tempat kerja.
h. Waktu untuk liburan harus diberikan pada semua pekerja
i. Kelompok pekerja yang rentan harus lebih diawasi misalnya :
1. Pekerja remaja
2. Wanita hamil dan menyusui
3. Pekerja yang telah berumur
4. Pekerja shift
Ergonomi & Faal Kerja Page 16
5. Migrant.
j. Para pekerja yang mempunyai kebiasaan pada alkohol dan zat
stimulan atau zat addiktif lainnya perlu diawasi.
Pemeriksaan kelelahan :
Tes kelelahan tidak sederhana, biasanya tes yang dilakukan
seperti tes pada kelopak mata dan kecepatan reflek jari dan mata
serta kecepatan mendeteksi sinyal, atau pemeriksaan pada serabut
otot secara elektrik dan sebagainya. Persoalan yang terpenting
adalah kelelahan yang terjadi apakah ada hubungannya dengan
masalah ergonomi, karena mungkin saja masalah ergonomi akan
mempercepat terjadinya kelelahan.
h. Aplikasi Ergonomi untukPerancanganTempat Kerja
Pelatihan bidang ergonomi sangat penting, sebab ahli ergonomi
umumnya berlatar belakang pendidikan tehnik, psikologi, fisiologi
atau dokter, meskipun ada juga yang dasar keilmuannya tentang
desain, manajer dan lain-lain. Akan tetapi semuanya ditujukan pada
aspek proses kerja dan lingkungan kerja.
i. Bidang Kajian Ergonomi
Sesuai dengan definisi ergonomi yang telah disebutkan, dapat
dikatakan bahwa kajian utama dari ergonomi adalah perilaku manusia
sebagai objek utama sesuai dengan prinsip fitting the task/the job to
the man. Pada berbagai literatur terdapat perbedaan dalam
menentukan bidang-bidang kajian ergonomi. Pada prinsipnya
perbedaan tersebut hanya pada pengelompokkan perilaku-perilaku
manusianya.
Berkaitan dengan bidang penyelidikan yang dilakukan,
ergonomic dikelompokkan atas empat bidang penyelidikan, yaitu:
1. Penyelidikan tentang Display.
Ergonomi & Faal Kerja Page 17
Display adalah suatu perangkat antara (interface) yang
menyajikan informasi tentang keadaan lingkungan dan
mengkomunikasikannya kepada manusia dalam bentuk angka-
angka, tanda-tanda, lambang dan sebagainya. Informasi ini dapat
disajikan dalam bentuk statis, misalnya peta suatu kota dan dapat
pula dalam bentuk dinamis yang menggambarkan perubahan
variabel menurut waktu, misalnya speedometer.
2. Penyelidikan tentang Kekuatan Fisik Manusia.
Dalam hal ini penyelidikan dilakukan terhadap aktivitas-aktivitas
manusia pada saat bekerja dan kemudian dipelajari cara mengukur
aktivitas-aktivitas tersebut. Penyelidikan ini juga mempelajari
perancangan obyek serta peralatan yang disesuaikan dengan
kemampuan fisik manusia pada saat melakukan aktivitasnya.
a. Penyelidikan tentang Ukuran Tempat Kerja.
Penyelidikan ini bertujuan untuk mendapatkan rancangan
tempat kerja yang sesuai dengan dimensi tubuh manusia agar
diperoleh tempat kerja yang baik sesuai dengan kemampuan
dan keterbatasan manusia.
b. Penyelidikan tentang Lingkungan Kerja.
Penyelidikan ini meliputi kondisi lingkungan fisik tempat
kerja dan fasilitas, seperti pengaturan cahaya, kebisingan
suara, temperatur, getaran dan lain-lain yang dianggap
mempengaruhi tingkah laku manusia.
B.Perancangan Tempat Kerja Dengan Pendekatan
Ergonomi
Tujuan pendekatan ergonomi dalam perancangan tempat kerja
adalah agar terjadi keserasian antara manusia dengan sistem kerja (man-
machine system) atau dapat dikatakan bahwa desain sistem kerja harus
menjadikan tenaga kerja dapat bekerja bekerja secara layak. Ini
Ergonomi & Faal Kerja Page 18
memerlukan keahlian desain alat dan perlengkapan, penataan (layout)
ruang kerja, penataan organisasi kerja sehingga tenaga kerja dapat bekerja
dengan baik dan efisien.
Tenaga kerja akan bekerja secara terus menerus pada setiap hari
kerja di tempat kerja tersebut. Oleh karena itu perancangan tempat kerja
menjadi penting, karena berhasil tidaknya penyelesaian suatu pekerjaan
ditentukan oleh keoptimalan tenaga kerja. Diane (2004) memberikan 12
prinsip ergonomik dalam perancangan tempat kerja agar efisien, antara
lain:
1) pastikan semua benda yang ada mudah digunakan,
2) bekerja dengan ketepatan yang tinggi,
3) hindarkan ekses kerja terulang-ulang mengulangi tugas karena ada
kesalahan
4) postur kerja harus baik (tepat)
5) hindarkan atau kurangi dari paparan getaran,
6) minimkan kelelahan dan ketegangan otot (hindarkan kerja melebihi
jam kerja
7) minimkan dari tekanan secara langsung
8) peralatan dalam ruang kerja dapat disetel (adjustabte)
9) perlengkapan harus standar
10) perbaiki organisasi kerja
11) perbaiki desain tempat kerja dan
12) berilah latihan (training) bila bekerja masih belum sempurna.
Disiplin ilmu yang terkait secara ergonomi dalam perancangan
tempat kerja antara lain: studi metode kerja, antropometri, tata retak dan
fasilitas ruang kerja, faal kerja (work physiology) dan biomekanik,
keselamatan dan kesehatan kerja, maintability, hubungan dan perilaku
manusia, dan pengaturan waktu kerja (Sritomo, 1995).
Ergonomi & Faal Kerja Page 19
a. Studi Metode Kerja
Metode kerja.perlu dipelajari agar kelelahan kerja dapat di
kurangi, menghidari masalah yang timbul pada sistem kerangka otot,
dan mendapatkan hasil pekerjaan yang lebih baik. Hal itu akan dapat
dicapai dengan cara memberikan pelatihan pada tenaga kerja
(operator). pelatihan terhadap operator terutama harus diberikan pada
tenaga kerja baru dan juga apabila perusahaan mendatangkan mesin-
mesin baru.
Mekanisme penerimaan sensory hingga menjadikan
perubahan keterampilan (skil) motorik ketika mengadakan latihan
(training) adalah sebagai berikut:
Peningkatan penguasaan selama latihan biasanya dapat di
gambarkan sebagai berikut (gambar 3):
Ergonomi & Faal Kerja Page 20
b. Antropometri
Data antropometri merupakan data ukuran dimensi tubuh
manusia. Data antropometri sangat berguna dalam perancangan suatu
produk dengan tujuan mencari keserasian produk dengan manusia
yang memakainya. Dengan demikian tidak hanya memberikan
kepuasan pada pemakai procluk saja, tetapi juga pada pembuat
produk.
Untuk mendapatkan suatu perancangan optimum dari suatu
ruang dan fasilitas akomodasi maka hal-hal yang harus diperhatikan
adalah faktor-faktor seperti panjang dari suatu dimensi tubuh manusia
baik dalam keadaan statis maupun dinamis. Dimensi tubuh manusia
yang perlu diamati misarkan: berat dan pusat masa (center of gratity)
dari suatu segmen tubuh, bentuk tubuh, jarak untuk gerakan melingkar
dari tangan dan kaki, dan lain-lain.
c. PengaturanTata Letak dan Fasilitas Kerja
Tujuan utama pengaturan tata letak dan fasilitas kerja adalah
untuk mencari gerakan-gerakan kerja yang efisien seperti hanya
dengan pengaturan gerakan material handling. Dalam suatu kegiatan
pengatuan tata letak dan fasilitas kerja disesuaikan dengan aliran
kegiatan dan gerakan yang efisien.
d. Fisiologi dan Biomekanik
Mempelajari fungsi fisiologi organ tubuh dan diperhitungkan
secara mekanika, hal ini menyangkut pengukuran kebutuhan energi
tubuh yang dikeluarkan untuk aktifitas kerja dan mempertahankan
tubuh ketika bekerja. Beban aktivitas dalam keadaan statis maupun
dinamis diukur berdasar volume oksigen (VO2) yang dikonsumsi.
Ergonomi & Faal Kerja Page 21
Data fisiologis ini bermanfaat dalam perancangan tempat kerja
maupun penjadualan kerja dan istirahat yang tidak melebihi ambang
batas kemampuan tubuh.
e. Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Aspek keselamatan dan kesehatan kerja perlu diatur dalam
suatu undang-undang atau peraturan agar tenaga kerja terhindar dari
potensi bahaya. Tenaga kerja harus dihindarkan dari unsafe condition
dan unsafe action. Perancangan lingkungan kerja perlu diatur tidak
melebihi nilai ambang batas (NAB), misal: pengaturan temperatur,
pencahayaan, kebisingan, getaran,bau dan Iain-lain.
f. Maintability, Waktu Kerja dan Hubungan Manusia
Aspek ini berkepentingan untuk perancangan dan pengukuran
kerja dengan tujuan untuk memperbaiki motivasi kerja. Memelihara
hubungan kerja sesama pekerja maupun pekerja dengan perusahaan
sangatlah diperlukan, timbulnya konflik sosial dan konflik psikologis
masyarakat kerja biasanya diawali dari komitmen hubungan
masyarakat kerja yang tidak harmonis. Penataan waktu kerja sesuai
kemampuan psikologis manusia yang menimbulkan kepuasan kerja
harus diperhatikan, kapan rnenberikan hadiah - menaikkan gaji -
menaikkan jabatan dan sangsi, perlu waktu yang tepat. Tetapi yang
paling penting dalam menjaga motivasi masyarakat kerja adalah
memelihara rasa memiliki tenaga kerja terhadap perusahaan.
Stabilitas lingkungan sosial di perusahaan atau institusi perlu
dijaga, karena stabilitas personal tidak terlepas dari lingkungan.
Wilayah (zone) personal dan lingkungan, dapat dilihat pada gambar 4
berikut ini. Pada gambar tersebut menurut orbone (1982) bahwa antar
setiap zone memungkinkan terjadi ketertutupan dan keterbukaan.
Ergonomi & Faal Kerja Page 22
Setiap zone selalu tidak konstan tergantung dari setiap perubahan
kondisi. Ini penting untuk diperhatikan dan diamati, biasanya
beberapa orang pada kelas tertentu akan mengelompok. Pada
lingkungan antar kelas kelompok orang dijaga agar tidak terjadi
konflik “wrong” karena bila terjadi akan menimbulkan pula kekacauan
pada zone perusahaan atau institusi.
.
C.Antropometri dan Peralatan
Pada saat ini telah banyak peralatan dibuat disesuaikan dengan
ukuran tubuh (antropometri) manusia (pengguna). Desain ergonomis pada
suatu populasi, peralatan yang diperuntukkan kepada kaum laki-laki dan
perempuan seharusnya berbeda,karena antropometri laki-laki dan
perempuan adalah berbeda. Suatu misal, kursi pengemudi mobil
perempuan dan laki-laki seharusnya berbeda, karena antropometrinya
berbeda, ini perlu adanya penelitian ergonomis. Begitu pula pesawat
terbang atau pesawat perang perlu didesain melalui penelitian ergonomis,
perancangan alat atau perancangan tempat kerja atau lingkungan yang
antipati terhadap antropometri nampaknya akan menjadi problem besar
pada suatu saat beberapa tahun yang akan datang.
Ergonomi & Faal Kerja Page 23
Kenyamanan ataupun ketidaknyamanan menggunakan alat
tergantung dari kesesuaian ukuran alat dengan ukuran manusia. Apabila
ukuran alat tidak disesuaikan ukuran manusia pengguna.
a. Antropometri Tangan
Ergonomi & Faal Kerja Page 24
Pada antropometri tangan (gambar 10) beberapa bagian yang
perlu diukur antara lain:
A. Panjang tangan
B. Panjang telapak tangan
C. Lebar tangan sampai ibu jari
D. Lebar tangan sampai matakarpal
E. Ketebalan tangan sampai matakarpal
F. Lingkar tangan sampai telunjuk
G. Lingkar tangan sampai ibu jari.
b. Antropometri Kaki
Pada antropometri kaki (gambar 11) beberapa bagian yang
perlu diukur antara lain:
A. Panjang kaki
B. Lebar kaki
C. Jarak antaratumit dengan telapak kaki yang lebar
D. Lebar tumit
E. Lingkar telapak kaki (ukur yang terlebar)
F. Lingkar kaki membujur.
Ergonomi & Faal Kerja Page 25
c. Cara Mendapatkan Data Antropometri
Untuk mendapatkan data antropometri yang teliti sehingga
dapat digunakan sebagai dasar ukuran desain suatu alat,
produk,ataupun perancangan display, antara lain :
1. Jumlah sampel memenuhi
2. Sampel pada masyarakat tertentu (random)
3. Dapat digeneralisasi pada populasi.
Agar data antropometri tersebut dapat digunakan, maka sampel
antropometri harus diklasifikasikan. Pengklasifikasian ini dibuat
berdasarkan perbedaan yang terpenting ukuran manusia, Klasifiksi
sampel tersebut antara lain:
1) Jenis kelamin
2) Suku bangsa (ethnic)
3) Usia
4) Jenis pekerjaan
5) Pakaian
6) Kehamilan (untuk wanita)
7) Cacat fisik tubuh.
d. Cara Kaliberasi Antropometri
penerapan data antropometri dapat dilakukan jika:
1. Ada nilai rata-rata (mean)
2. SD (standart deviasi) dari suatu distribusi normal.
percentil: suatu nilai yang menyatakan bahwa persentase tertentu
dari sekelompok orang yang dimensinya lebih besar atau sama dengan
nilai tersebut.
1. 95 percentil ≥ 95 % ukuran .... (tubuh), ini menunjukkan ukuran
tubuh besar.
Ergonomi & Faal Kerja Page 26
2. 5 percentil ≥ 5 % ukuran .... (tubuh), ini menunjukkan ukuran tubuh
kecil.
Contoh 1:
Tinggi badan pria dewasa orang Inggris usia l9-45 tahun adalah
berdistribusi normal, mean (X ) = 1.745 m, SD = 69 mm. Berapa tinggi
95 percentil (ukuran paling tinggi) dari populasi tersebut?
Jawab:
Percentil 95:
95th = X +1,645.SD (Rumus ini lihat tabel 2 distribusi normal)
= 1.745 + 1,645 (69) : 1.859 mm
Contoh 2:
Tinggi badan wanita dewasa Hongkong berdistribusi normal (X) = 1,555
m, SD = 60 mm. Berapa tinggi badan 5 percentil (tinggi terendah)?
Jawab:
5th = X-1,645.SD (Lihat pada tabel 2 distribusi normal)
= I .555 * 1,645 (60) = 1.456 mm.
Ergonomi & Faal Kerja Page 27
Percentile Calculation
1st X – 2,325dx
2,5 th X - 1,960 dx
5 th X - 1,645 dx
1O th X - 1,280 dx
50 th X
90 th X + 1,280 dx
95 th X + 1,645 dx
97,5 th X + 1,960 dx
99 th X + 2,325 dx
(Stevenson, 1989 dikutip Eko, l99l)
e. Cara Mencari Standart Deviasi
Rumus yang digunakan untuk mencari standart deviasi (SD)
data tunggal yang semua hasil skornya (hasil pengukuran antropometri)
berfiekuensi lebih adalah sebagai berikut.
∑fx2 = Jumlah hasil perkalian antara frekuensi masing-masing
skor, dengan deviasi skor yang telah dikuadratkan
N = Number of cases.
Contoh:
Misalkan hasil pengukuran tebal telapak tangan orang laki-laki
(X) dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini.
Ergonomi & Faal Kerja Page 28
f. Data Antropometri
Berdasarkan hasil survei pengukuran antropometn 20 pemuda laki-laki
usia antara19-24tahundiSurabayadapatdilihatpadatabel4berikutini :
Tabel 4.Data antropometri Pemuda Laki-laki Surabaya Usia 19 -24 tahun.
Ergonomi & Faal Kerja Page 29
g. DesainProduk(Peralatan)ErgonomisBerdasarAntropometri
Untuk mendesain peralatan secara ergonomis yang digunakan dalam
kehidupan sehari-hari atau mendesain peralatan yang ada pada lingkungan
seharusnya disesuaikan dengan manusia lingkungan tersebut. Apabila tidak
ergonomis akan menimbulkan berbagai Jampak negatif bagi manusia
tersebut. Dampak negatif bagi rmanusia tersebut akan terjadi baik dalam
waktu jangka pendek (short term) maupun jangka panjang (long term).
Bekerja pada kondisi yang tidak ergonomis dapat menimbulkan
berbagai masalah, antata lain: nyeri, kelelahan, bahkan kecelakaan. Richard
(2001) menyebutkan bahwa saat ini terdapat 80 % orang hidup setelah
dewasa mengalami nyeri bagian tubuh belakang (back pain) karena berbagai
sebab termasuk kondisi tidak ergonomis, dan karena back pain ini
mengakibatkan 40 % orang tidak masuk kerja. Tidak masuknya kerja ini
sangat merugikan perusahaan atau institusi, karena produksi berkurang. Hasil
survei yung dilakukan Gempur (2001) menyebutkan bahwa tenaga kerja
Ergonomi & Faal Kerja Page 30
bubut manual posisi berdiri tegak tidak ergonomis mengalami kelelahan otot
biomekanik pada bahu kanan sebanyak 20,8 %.Kelelahan otot bi omekanik
ini mengakibatkan produktivitas kerja menurun. Lord (1997) menyebutkan
bahwa terdapat lebih dari 50% pasien di California mengalami lordosis akibat
kerja dalam posisl berdiri dibanding kerja posisi duduk, pada kondisi tidak
ergonomis. Perubahan bentuk tubuh (vertebral) menjadi lordosis sudah
merupakan kecelakaan yang ditimbulkan dari posisi kerja waktu sebelumnya
secara jangka panjang ini sangat menggangu fisiologis kerja termasuk
berkurangnya jangkauan dan motion dalam bekerja. Yassierli (2000) yang
meneliti pada tenaga kerja di bengkel permesinan di Bandung menyebutkan
bahwa dari 80 responden mengalami kecelakaan pada pinggang sebesar 72%.
Di Hongkong, seperti yang dilaporkan Anannontsak (1996) bahwa
terdapat 38% tenaga kerja pabrik pakaian di Hongkong mengalami
kecelakaan pada bagian pinggang. Kemudian, Liu (1998) menyebutkan
balwa di Los Angeles - USA terdapat 14,5 % tenaga kerja permesinan
mengalami kecelakan berbagai kelainan tulang belakang akibat dari fasilitas
yang tidak ergonomis. Memperhatikan beberapa kesimpulan empiris di atas
memperlihatkan bahwa kecelakaan dapat terjadi karena faktor fasilitas kerja
dan posisi kerja yang tidak ergonomis. oleh karena itu, berbagai akibat yang
merugikan tenaga kerja ( jajaran manajerial- decition maker) dan pekerja/buruh (tenaga
kerjakasar;perlusegeradiselesaikandenganpendekatanergonomis."
Gambaran desain produk ergonomis berdasar antropometri lihat chart
(gambar 12) di bawah ini. Ukuran suatu alat (produk) baik berupa benda
kerja maupun instalasi seharusnya di desain sesuai ukuran tubuh manusia
(antropometri). .jadi, bukan manusia disesuaikan alat, tetapi alat harus
disesuaikan dengan manusia. Agar dapat mendesain suatu alat sesuai dengan
ukuran manusia, maka dalam mendesain produk harus disesuaikan dengan
ukuran terbesar tubuh (95 th percentile) dan ukuran terkecil tubuh (5th,
percentile) atau hasil kalibrasi ukuran setiap bagian tubuh (antropometri).
Produk yang didesain sesuai dengan hasil karibrasi antropometri disebut
desain produk ergonomi.
Ergonomi & Faal Kerja Page 31
Contoh:
Mendesain tempat tidur untuk pemuda Surabaya usia 19-24 tahun,
memerlukan beberapa data antropometri antara lain:
1. tinggi badan, untuk ukuran panjang tempat tidur
2. Setengah depa, untuk ukuran lebar tempat tidur, dan
3. lipat lutut telapak kaki, untuk ukuran tinggi tempat tidur
Apabila kita gunakan data antropometri seperti pada tabel 4 diatas yakni:
Maka, ukuran tempat tidur adalah sebagai berikut:
a. panjang tempat tidur dalam (rong) = 174,5 cm dibulatkan : 175 cm
(pakai percentile 95 th agar orang yang berbadan tinggi juga muat).
b. lebar tempat tidur (setengah depa) = 179,2 :2 cm = 89,6 cm
dibulatkan : 90 cm ( pakai percentile 9th, agar orang yang berlengan
panjang juga muat)
Ergonomi & Faal Kerja Page 32
c. tinggi tempat tidur dan tebal kasur = 43,9 cm dibulatkan = 44 cm
(pakai percentile 5th , agar orang yang lipat lututnya pendek juga
dapat naik tempat tidur dengan tidak sulit/ nyaman).
D.Kebutuhan Oksigen (VO2), Kapasitas Kerja dan Kelelahan
Otot
a. Konsumsi Oksigen
Jika 1 liter oksigen dikonsumsi oleh tubuh, maka tubuh akan
mendapatkan energi dari oksigen sebesar 4,8 kcal. Pengertian 1 kcal adalah
jumlah panas yang dibutuhkan untuk menaikkan liter air dari tubuh 14,5ºc
meniadi 15,5ºc. Pada orang yang bekerja berat menurut Astrand,et.al yang
dikutip Eko Nurmianto (1998) bahwa kerja berat akan menyebabkan
kekurangan oksigen (oxygen deht) selelah 5 menit aktivitas berlangsung.
Jika bekerja terus-menerus,maka teriadi akumulasi oxygen deht yang
selanjutnya terjadi metabolisme anaerobik. Akumulasi kekurangan oksigen
karena digunakann selama kerja akan diterima (dipulihkan kembali ketika
beristirahat yang selanjutnya tubuh segar kembali.
b. Kapasitas Kerja
Setiap individu mempunyai keterbatasan kebutuhan oksigen yang
dikonsumsi. Apabila beban kerja meningkat, maka kebutuhan oksigen
meningkat secara proporsional sampai batas kondisi maksimum. Konsumsi
oksigen (VO2) dalam perancangan kerja diharapkan berada di bawah
konsumsi oksigen dari rata-rala populasi (direkomendasikan kurang dari
50% VO2 max).
Granjean (1996) merekomendasikan bahwa untuk tingkat beban kerja
5,2 kcal/menit merupakan nilai yang direkomendasikan untuk suatu kondisi
Ergonomi & Faal Kerja Page 33
kerja berat yaitu 4 kcal/menit dari energi kerja. Konversi 5,2
kcal/menit=52/4,8=1,08 liter/menit oksigen.
c. Periode Waktu Kerja dan Istirahat
Batasan energi kerja yang direkomendasikan adalah 5,2
kcal/menit,jika melebihinya maka biasanya akan timbul rasa lelah (fatique).
Parameter lelah dilihat dari kadar asam laktat dalam tubuh. Istirahat kerja
dimulai ketika energi dalam tubuh kita masih tersisa energi 25 kcal sebelum
asam laktat muncul. Cadangan energy akan hilang.jika kita bekerja lebih
dari 5 kcal/menit. Ketika periode waktu istirahat, energi dalam tubuh kita
akan pulih kembali.
Untuk menghitung periode waktu kerja, adalah sebagai berikut:
E = Konsumsienergi selama pekeriaanberlangsung (kcal/menit).
(E-5,0) = Cadangan energi dalam tubuh habis (kcal/menit)
Tw = Waktu bekerja (time working) (menit)
Rumus = Tw 25 Menit
E-5
Untuk menghitung periode waktu istirahat, sebagai berikut:
Ketika istirahat diharapkan energi pulih kembali. Asumsi bahwa
selama istirahat tubuh juga membutuhkan energi sebesar 1.5 kcal/menit.
Jadi tingkat energi yang akan dibangun adalah 5,0 kcal/menit dikurangi 1,5
kcal/menit. Waktu kerja dianggap konstan dan diasumsikan berdasar
cadangan energi dalam tubuh sebelum Ielah=25 kcal.
Periode istirahat yang dibutuhkan Tr (time resting), rumus:
Tr
25
5−1,5
7,1 Menit
Ergonomi & Faal Kerja Page 34
Contoh:
Seorang petani mencangkul (shoveling), energi yarrg dikeluarkan
ketika bekerja 9,0 kcal/menit. Berapa lama bekerja yang diperkenankan
dan istirahat yang dibutuhkan?
Jawab:
Tw =
25
9−5
6,25 Menit
Jadi pekerja harus bekerja selama 6,25 menit dan istirahat 7,1 menit dan
seterusnya.
d. Metabolisme Aerob dan Anaerob Otot
Metabolisme aerob. Ketika istirahat atau kerja ringan, sumber energi
yang digunakan diambil dari lipid berupa asam lemak bebas (FFA= Free
Fatty Acid) . Kemudian, bila intensitas kerja meningkat, penyediaan energi
tidak cukup diambil dari lipid, tetapi diambil pula dari karbohidrat sebagai
komponen campuran bahan bakar otot. Selama kerja berlangsung tersebut,
sebagian besar energi untuk keratinfospat dan sintesis ulang ATP
(Adenoside TriPhosphate) berasal dari penguraian glukosa menjadi CO, dan
H2O. Sebagaimana pendapat Lodish,et.al. (2001) bahwa "pada kondisi
oksidasi aerob, asam lemak dan gula-gula (glukosa) dimetabolis menjadi
CO, dan H2O melalui pelepasan energi dari ikatan phosphoanhydrite pada
molekul Af P". Jadi, metabolik jalur ini adalah bahwa gula darah masuk ke
dalam sel dan mengalami degradasi melalui serangkaian reaksi kimia
menjadi piruvat. Sumber glukosa lain, juga merupakan sumber piruvat
adalah glikogen suatu polimer karbohidrat yang banyak di hati dan otot
rangka. Dengan oksigen yang cukup banyak (aerob), piruvat memasuki
proses asam sitrat (siklus Krebs). Dalam siklus tersebut piruvat dioksidasi
menjadi CO2 dan H2O. Seluruh proses tersebut dinamakan glikolisis aerobik.
Ergonomi & Faal Kerja Page 35
Penguraian glukosa atau glikogen menjadi CO2 melepaskan energi yang
cukup besar untuk membentuk ATP dari ADP (Adenosine Diphosphate).
Metabolisme Anaerob Otot.Ketika intensitas kerja otot meningkat,
maka pasokan oksigen tidak mencukupi. Dalam kondisi seperti itu,
dibutuhkan tambahan ATP disediakan melalui MEA (Metabolisme Energi
Anaerobic). MEA tersebut menyebabkan konsentrasi asam laktat meningkat
dan glikogen menurun. Dalam MEA predominan tersebut, kreatinfosfat
tetap digunakan untuk sintesis ulang ATP. Sebagian sintesis ATP dipenuhi
dengan menggunahan energi yang diIepaskan melalui penguraian anaerobic
glukosa menjadi laktat. Sebagaimana pendapat Becker et al. (1999) bahwa
"ketika anaerobik cadangan piruvat digunakan elektron aseptor untuk
NADH menjadi NAD, oleh karena itu terjadi regenerasi oksidasi koenzim
reaksi Gly 6 pada glikolisis. Hasil terbanyak dari reduksi piruvat adalah
laktat. Jadi selama glikolisis, banyak glukosa diurai hasil terbanyak dari
reduksi tersebut adalah piruvat dan asam laktat dalam otot skelet.
e. kelelahan Otot Biomekanik (Kelelahan Otot Ditinjau dari
Biokimia)
Karbohidrat berasal dari makanan, dalam tubuh mengalami perubahan
atau metabolisme. Hasil metabolisme karbohidrat antara lain glukosa.
Glukosa terdapat dalam darah dapat ditimbun dalam sel yang berupa
polimer, glukosa atau glikogen. Menurut Peter ( 1999) bahwa "sebagian
karbohidrat makanan dikonversi menjadi lemak dan akibatnya dimetabolisis
sebagai lemak". Oleh karena itu dalam suatu kegiatan yang membutuhkan
kontraksi otot, sumber energy tubuh dapat diperoleh dari tiga sumber,
sebagaimana menurut Becker et al. (1999) yakni dari "glukosa dalam darah,
timbunan glikogen dalam sel hati dan otot rangka, dan simpanan
triasilgliserol (lemak) di jaringan adiposa".
Ergonomi & Faal Kerja Page 36
Perubahan biokimia yang terjadi selama kontraksi otot menurut Anna
(1994) bahwa "asam laktat banyak terjadi sehingga menimbulkan rasa
lelah". Menurut Gul'ton et al' (1997) bahwa "kelelahan otot meningkat
hampir berbanding langsung dengan kecepatan penurunan glikogen otot".
Kroemer et al. (1986) dikutip Yassierli et al. (2000) mengatakan bahwa:
"kontraksi otot rangka yang lama dan kuat, dimana proses metabolisme
tidak mampu lagi meneruskan supply energi yang dibutuhkan serta untuk
membuang metabolisme, khususnya asam laktat. Jika asam laktat yang
banyak (dari penyediaan ATP) terkumpul, otot akan kehilangan
kemampuannya. Terbatasnya aliran darah pada otot (ketika berkontraksi),
otot menekan pembuluh darah dan membawa oksigen juga semakin
memungkinkan terjadinya kelelahan".
Menurut Yassierli dan Iftikar Sutalaksana (2000) “Jika yang terjadi
adalah kontraksi otot statis, maka kontraksi ini akan nrengurangi aliran
darah secara kontinu selama kontraksi tersebut sedangkan pada kontraksi
dinamis tidak demikian yang terjadi hanya sebentar-sebentar yakni ketika
kontraksi itu terjadi. Ketika aliran darah menurun, metabolit akan
terakumulasi dan supply oksigen otot akan berkurang secara cepat. Mungkin
akan berpindah metabolisme menjadi anaerobik dan meningkatkan asam
laktat yang kemudian mempercepat kelelahan".
Ketika laktat menumpuk dalam otot, maka kelebihannya masuk dalam
darah dan sebagian masuk dalam hati. Asam laktat dalam hati akan diubah
menjadi glukosa ketika otot membutuhkan energi, hal itu terjadi dengan
siklus Cori. Siklus Cori merupakan keterkaitan glikolisis dalam otot dengan
glukoneogenesis (pembentukan glukosa atau glikogen dari sumber bukan
karbohidrat) dalam hati, lihat pada gambar 13. Menurut Becker et a|. (1999),
bahwa "otot rangka banyak memperoleh energi dari glikolisis, khususnya
ketika latihan (exercise). Laktat mengalir ke aliran darah menuju hati, teiadi
reoksidasi menjadi piruvat. Piruvat merupakan substrat untuk proses
glukoneogenesis, dan glukosa yang terbentuk kembali lagi ke dalam
peredaran darah".
Ergonomi & Faal Kerja Page 37
Apabila oksigen mencukupi, terjadi metabolisme aerobik pada otot
skelet. Kontraksi otot dalam keadaan aerob, asam laktat tiduk menumpuk dan
piruvat dioksidasi lebih lanjut meniadi CO2 dan H2O. Sebagaimana menurut
Lodish (2001) bahwa "pada kondisi oksidasi aerobik, asam lemak dan gula-
gula (glukosa) dimetabolis menjadi CO2 dan H2O melalui pelepasan energi
dari ikatan phosphoanhydrite pada molekul ATP”.
Keadaan piruvat dari glikolisis dalam kondisi aerob dan anaerob dapat
dilihat pada gambar 74. Pada gambar 14 tersebut menurut Becker et al.
(1999) bahwa piruvat tergantung dari keterlibatan organisme dan tersedianya
oksigen (a) Dalam kondisi aerobik, banyak organisme merubah piruvat
menjadi asetat yang melibatkan oksidasi NAD* seperti suatu elektron
akseptor dan dekarboksilasi (pelepasan atom karbon seperti co2). Asetat
teraktivasi diikuti oleh pengangkut coenzim A seperti asetil coenzim A (asetil
CoA). Asetil CoA selanjutnya sebagai substrat untuk respirasi aerobik.
Ketika anaerobik (hypoxic condition), cadangan piruvat digunakan elektron
aseptor untuk oksidasi NADH menjadi NAD*, oleh karena itu terjadi
Ergonomi & Faal Kerja Page 38
regenerasi oksidasi coenzim reaksi Gly 6 pada glikolisis. Hasil produk
terbanyak dari reduksi piruvat adalah: (b) laktat (banyak di sel binatang dan
berbagai bakteri) atau (c) ethanol dan co2 (banyak di sel tanaman dan ragi
serta mikroorganisme lainnya). Enzim yang dipakai katalis suatu reaksi lihat
pada kotak (box) gambar 14. Dalam sel eukaryoto, semua reaksi dari
respirasi aerobik tergantung piruvat dalam mitokhondria.
Konsentrasi kreatinfosfat dalam otot jauh lebih besar dari pada
konsentrasi ATP dalam otot, sebagaimana pendapat Anna (1994) bahwa
"dalam otot terdapat juga senyawa berenergi tinggi seperti kreatinfosfat,
konsentrasi ATP dalam otot hanya sedikit, sedangkan konsentrasi
kreatinfosfat j auh lebih besar". Kreatinfosfat ini sebagai pengimbang jika
dalam otot kekurangan ATP. Lihat gambar l5 di bawah ini.
Ergonomi & Faal Kerja Page 39
Pada gambar 15 di atas, kreatinfosfat dapat bereaksi dengan ADP
secara reversible untuk membentuk ATP dengan jalan memberikan gugus
fosfat kepada ADP dan berubah menjadi keratin. Apabila ATP banyak
dibutuhkan maka reaksi berkisar ke kanan, sedangkan apabila ATP telah
dapat terbentuk kembali oleh proses glikolisis dan siklus asam sitrat (Kreb's),
maka reaksi tersebut berjalan ke kiri, artinya kreatinfosfat terbentuk kembali.
Oleh karena itu, sebagai parameter kelelahan otot dapat dipelajari
berdasar kandungan metabolit, sebagaimana menurut Niels (2000)
menyebutkan bahwa "otot mulai lelah ketika isi metabolit (metabolite
content) mengandung (dalam mmol/kg dw) ATP (26,9 ± I,2);
phosphacreatine (73,1± 3,8); glycogen (126,4 ± 6,9); lactate (22,9 ± 2,2)".
E. Bekerja, PosisiDuduk, BerdiriSetengah Duduk
a. PrinsipPosisiDuduk
Posisi duduk pada otot rangka (muscolusskeletal) dan tulang belakang
(vertebral) terutama pada pinggang (sacrum,lumbar dan thoracic) harus
dapat ditahan oleh sandaran kursi agar terhindar dari nyeri (back pain) dan
Ergonomi & Faal Kerja Page 40
terhind ar cepatlelah (fatique). Menurut Richard Ablett (2001) saat ini
terdapat 80% orang hidup setelah dewasa mengalami nyeri pada bagian
tubuh belakang (back pain) karena berbagai sebab, dan karena back pain ini
mengakibatkan 40 o/o orangtidak masuk kerja. Selain itu, ketika duduk kaki
harus berada pada alas kaki dan dalam sikap duduk dapat bergerak dengan
relaksasi.
Pada posisi duduk tekanan tulang belakang akan meningkat dibanding
berdiri atau berbaring, bila posisi duduk tidak benar. Diasumsikan menurut
Eko Nurmianto (1998) tekanan posisi tidak duduk 100% , maka tekanan
akan meningkat menjadi 140% bila sikap duduk tegang dan kaku, dan
tekanan akan meningkat menjadi 190% apabila saat duduk dilakukan
membungkuk ke depan. Oleh karena itu perlu sikap duduk yang benar dan
dapat relaksasasi (tidak statis).
b. Posisi Duduk
Ada beberapa posisi duduk seperti yang terlihat pada gambar 16-20 di
bawah ini:
Ergonomi & Faal Kerja Page 41
Ergonomi & Faal Kerja Page 42
c. Posisi Kerja
Bekerja dengan posisi berdiri terus menerus sangat mungkin akan
terjadi penumpukan darah dan berbagai cairan tubuh pada kaki, hal ini akan
bertambah bila berbagai bentuk dan ukuran sepatu yang tidak sesuai. Seperti
pembersih (clerks), dokter gigi, penjaga tiket, tukang cukur (barbers) pasti
memerlukan sepatu ketika bekerja, apabila sepatu tidak pas (tidak sesuai)
maka sangat mungkin akan sobek (bengkak) pada jari kaki, mata kaki, dan
bagian sekitar telapak kaki. Oleh karena itu perlu adanya penelitian lebih
lanjut sepatu kerja secara ergonomis. Sepatu yang baik adalah sepatu dapat
menahan kaki (tubuh), bukan kaki direpotkan untuk menahan sepatu. Desain
sepatu untuk kerja berdiri, ukuran sepatu harus lebih longgar dari ukuran
telapak kaki, apabila bagian sepatu di kaki terjadi penahanan yang kuat pada
Ergonomi & Faal Kerja Page 43
tali sendi (ligaments) pergelangan kaki, dan hal itu terjadi pada jangka
waktu yang lama, maka otot rangka (muscles) akan mudah mengalami
kelelahan (fatigued). Berbagai tinggi tumit sepatu dan kaki lihat gambar 21
di bawah ini.
Beberapa penelitian yang lalu telah berusaha untuk mengurangi
kelelahan pada tenaga keria posisi berdiri, seperti Granjeun (1998) dikutip
Sanders et al. (1993) merekomendasi bahwa untuk jenis pekerjaan teliti
(precision) letak tinggi meja kerja diatur l0 cm di atas tinggi siku, untuk
jenis pekeriaan ringan (light)letak tinggi rneja diatur sejajar dengan tinggi
siku,dan untuk jenis pekerjaan berat (heavy) letak tinggi meja kerja diatur 10
cm di bawah iinggi siku" lihat gambar 22. Begitu pula Suma'mur (1994)
menyebutkan bahwa ada beberapa hal yang harus diperhatikan untuk
mendapatkan posisi berdiri "tinggi kerja sebaihnya 5-10 cm di bawah siku,
arah penglihatan 23-37 derajat ke bawah".
Ergonomi & Faal Kerja Page 44
d. Kerja Berdiri Setengah Duduk
Berdasarkan hasil penelitian Gempur (2003) bahwa tenaga kerja
bubut yang telah terbiasa bekerja dengan posisi berdiri tegak (TG) diubah
menjadi posisi berdiri setengah duduk tanpa sandaran (SDTS) dan setengah
duduk pakai sandaran (SDPS) (lihat gambar 23,24, dan 25). menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan tingkat kelelahan otot biomekanik (TKOB) antar
kelompok. Rata-rata nilai nominal TKOB kerja bubut posisi berdiri TG 2,2
> SDTS 1,8 > SDPS 1,4 (lihat grafik I ). Jadi, kerja bubut posisi berdiri TG
lebih melelahkan dibanding SDTS maupun SDPS. Kelelahan otot
biomekanik tersebut berbanding langsung dengan peningkatan asam laktat
dan penurunan glukosa, sebagaimana disebutkan oleh Guyton et.al. (1997)
bahwa "kelelahan otot meningkat hampir berbanding langsung dengan
kecepatan penurunan glikogen otot", dan disebutkan pula oleh Kroemer
et.al.(1986), Anna (1994), Niels (2000) bahwa "dalam keadaan anaerob,
asam laktat banyak terjadi sehingga menimbulkan rasa lelah dan dalam hal
ini glikogen dalam otot berkurang". Berdasarhan hasil penelitian Gempur
(2003) terbukti bahwa koefisien respons metabolisme energi anaerobik
(MEA) posisi berdiri TG (laktat 4,853 rnmol/kg, glukosa 0,221 mg%);
Ergonomi & Faal Kerja Page 45
SDTS turun menjadi (lalttat 3,100 mmol/kg, glukosa 0,175 mg%); dan
SDPS menjadi (laktat 3,314 mntol/kg, glukosa 0,07089 mg%), jadi respons
MEA pada kerja bubut posisi berdiri TG lebih tinggi dibanding posisi berdiri
SDTS maupun SDTS.
Ergonomi & Faal Kerja Page 46
Berdasarkan penelitian Gempur (2003) bahwa posisi kerja berdiri TG,
SDTS, dan SDPS berpengaruh terhadap perubahan sudut tubuh (PST). Besar
PST antar kelompok kerja bubut, untuk kelompok posisi berdiri TG (PST
rata-rata 22,8 ± 9,2112 derajat), posisi berdiri SDTS (PST rata-rata 14,7 ±
6,4987 derajat), dan posisi berdiri SDPS (PST rata-rata 14,8 ± 7,9554
derajat) (lihat grafik 1). Hal itu dapat dijelaskan bahwa, suatu kondisi tempat
kerja untuk jenis kerja posisi berdiri diubah maka akan mengakibatkan
perubahan pula pada performen tubuh. Oleh karena itu, apabila bekerja
dalam jangka waktu yang relatif lama dengan performen posisi berdiri yang
berbeda maka berdampak pada besar performen PST.
Perubahan performen PST berdampak pada TKOB. Hal itu dapat
dijelaskan bahwa kerja posisi berdiri pada awal kerja sampai dengan akhir
kerja, tubuh semakin condong ke depan, akibatnya PST semakin besar pula.
Apabila terjadi PST semakin besar maka momen gaya yang diterima otot
biomekanik juga semakin besar. Momen gaya yang diterima otot
Ergonomi & Faal Kerja Page 47
biomekanik semakin besar maka tubuh memerlukan tambahan energi dari
pemecahan adenosin triphospat (ATP) dengan cara metabolisme energi
respirasi anaerobik. Meningkatnya asam laktat tersebut akan mempercepat
kelelahan otot biomekanik.
Hasil penelitian Gempur (2003) diperlihatkan pula bahwa terdapat
hubungan antara perubahan posisi berdiri, PST, TKOB, dan produktivitas
kerja. Rata-rata hasil produktivitas kerja kelompok kerja bubut posisi berdiri
TG (23,000 ± 3,5692), posisi berdiri SDTS (28,060 ± 2,4833), dan posisi
berdiri SDTS (27,061 ± 1,6189) (lihat grafik 1). Hasil produktivitas kerja
kelompok TG jauh di bawah hasil produktivitas kerja kelompok SDTS
maupun SDPS. Hal ini sebagai bukti bahwa kerja posisi berdiri TG
mengalami kelelahan otot biomekanik lebih tinggi, sehingga mempunyai
produktivitas kerja rendah. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan
kerja posisi berdiri SDTS maupun SDPS lebih tidak melelahkan dan
produktivitas kerja lebih tinggi dibanding kerja posisi berdiri TG.
F. Ergonomi Fisiologi Kerja
a. Gerakan Tubuh oleh Otot Rangka (SkeletalMuscles)
Otot rangka (skeletal muscles) adalah "otot bergaris yang menempel
pada tulang-tulang (bones) dan menghasilkan kekuatan gerak saat
dibutuhkan untuk memikul kekuatan keluar yang tegas (Kroemer et al.,
1997). Otot rangka biasanya dikaitkan pada duatempat tertentu, tempat
yang terkuat diam (fix) disebut origo (as all kepala) dan yang lebih dapat
bergerak (mobile) disebut insertion (ekor). Jadi, origo dianggap sebagai
tempat dari mana otot timbul (mulai), dan insertio adalah tempat ke arah
mana otot berjalan (akhir). Namun, sebagian kecil setiap otot dapat
menggerakkan baik origo maupun insertionya. Origo dan inserlio juga
dapat berbalik fungsi. Hal itu dicontohkan oleh Evelyn (2000) misal:
"biseps timbul dari skapula dan berjalan turun ke lengan, berinsertios di
radius. Skapula sebagai tempat terpancang, dan radius tempat yang
Ergonomi & Faal Kerja Page 48
digerakkan biseps. Apabila kedua tangan berpegangan pada sebuah batang
horisontal kemudian badan diangkat setinggi di atas lengan. maka biseps
akan membantu gerakan ini. Dengan demikian otot bekerja dengan
origo dan insertio yang terbalik yakni radius menjadi tempat yang lebih
kuat mengait dan skapula tempat yang harus bergerak".
Otot rangka merupakan sekelompok otot untuk menggerakkan
berbagai bagian kerangka. Setiap kelompok berlawanan dengan yang
lain disebut otot antagonis. Misalkan,fleksor adalah antagonis dari
ekstensor (fleksor dan ekstensor merupakan fungsi otot), begitu pula
abduktor antagonis dari adduktor. Kelompok yang menstabilkan anggota
sewaktu bagian lain bergerak disebut otot fixasi. Sekelompok otot
menahan sendi sewaktu yang lain bergerak (seperti fleksor dari otot
pergelangan tangan menguatkan jari sewaktu diluruskan) ini disebut
kerjasama saling membantu (sinergis).
Otot rangka dibentuk oleh sejumlah serat berdiameter sekitar 10 -
80 mikrometer. Masing-masing serat terbuat dari rangkaian sub unit yang
lebih kecil (Guyton et al., 1997). Lihat gambar 26 di bawah ini, merupakan
bagian struktur hirarki otot rangka dari bagian yang lebih luas sampai
serat otot bahkan sampai semua yang ada di dalamnya.
bergaris (otot jantung dan otot rangka) maupun otot polos akan
mengalami kontraksi. Oleh Ganong (1999) disebutkan bahwa "sel-sel otot
Ergonomi & Faal Kerja Page 49
dapat dirangsang secara kimiawi,listrik dan mekanik untuk
membangkitkan potensial aksi yang dihantarkan sepanjang membran sel".
Otot memiliki mekanisme kontraktil yang dirangsang oleh potensial aksi.
Kontraksi tersebutdihasilkan oleh protein kontraktil aktin dan miosin.
b. Gerak Biomekanik
Pada dasarnya gerakan dibagi menjadi dua kategori, yakni
gerakan terencana dan gerakan tidak terencana, sebagaimana disebutkan
oleh Adrian et al. ( 1989) bahwa "pola (pattern) gerakkan dapat
dikategorikan seperti terencana (planner) atau tak terencana (non-
planner). Semua jenis gerakan pada organ tubuh maupun tubuh yang
terencana dan tidak terencana dilakukan oleh kontraksi otot.
Untuk gerakan biomekanik, sebagaimana disebutkan Adrian et al.
(1989) merupakan "ilmu yang menyelidiki ,menggambarkan dan
menganalisis beberapa gerakan manusia"Gerakan biomekanik ini
dipelajari diharapkan mendapatkan gerakan yang ehsien. Dengan kata
lain menurut Ganong (1999) bahwa "faktor momentum dan keseimbangan
dipadukan dalam gerakan tubuh untuk memperoleh gerakan maksimal
dengan kerja otot yung minimal". Dalam gerakan biomekanika "otot
beraksi terhadap tulang untuk mengendalikan gerak rotasi disekitar
sambungan tulang" (Eko, 1998).
Misalkan sajak terjadinya gerak pada fleksi tungkai dan sendi
paha, menurut Ganong(1999) otot-otot paha belakang terentang di panggul ,
melalui sendi panggul dan sendi lutut sampai ke tibia dan fibula,
kontraksi otot belakang tersebut menghasilkan gerak fleksi tungkai dan
sendi paha". Bila pada saat yang bersamaan paha juga mengalami fleksi
pada sendi panggul, maka menurut Ganong 1999) yang terjadi adalah
“pemanjangan beberapa otot paha belakang yang melingkup sendi
panggul akan cenderung mengkompensasi kontraksi otot tersebut
melalui sendi lutut".
Ergonomi & Faal Kerja Page 50
Untuk gerakan kedua tangan bersama-sama menggenggam beban
suatu benda dengan posisi tubuh berdiri atau duduk. Posisi seperti itu
dalam kondisi kontraksi isometrik (statis). Thompson (1981) telah
mengadakan percobaan (exercises) berturut-turut selama 5 sampai 20 detik,
ternyata bahwa "abduksi terletak pada ketahanan adduktor sendi bahu
(shoulder joint); agonis terletak pada otot teres major, latissimus dorsi,
posterior deltoideus; antagonis terletak pada otot pectoralis major dan
anterior deltoideus. Kemudian, adduksi dan tekanan terletak ketahanan
abduktor tulang bahu; agonis terletak pada otot rhomboideus major,
rhomboideus minor dan otot trapezius; antagonis terletak pada otot
serratus anterior, pectoralis minor, dan otot trapezius atas. Dari percobaan
tersebut diketahui bahwa isometrik melibatkan banyak kontraksi otot,
tergantung bentuk percobaan dan sendi yang digerakkan.
Untuk pekerjaan bubut yang berdiri statis dan tangan menekan
handel secara statis, tentu melibatkan banyak otot yang mengalami
kontraksi. Namun dilihat dari keluhan klinis bahwa tukang bubut
mengalami kelelahan biomekanik terbesar pada bahu kanan, punggung
dan pinggang, hal ini dapat diprediksi dari otot-otot yang
menghubungkan antara tangan, bahu, leher dan tulang belakang. Dr
antara otot-otot tersebut menurut Thompson (1981)adalah otot trapezius,
rhomboideus dan latissimus dorsi. Menurut Thompson ( 1981) pula
bahwa "otot trapezius yang menghubungkan dasar tengkorak tali sendi
leher, vertebral pada cervical 7 dan seluruh thoracic ". Sebagaimana pula
disebutkan oleh Nederhand (2000) bahwa "disfungsi otot cervical
dapaldilihat pada upper lrapezius mltscles". Otot rhomboideus yang
mengikat vertebral setelah cervical dan Tl -T5. Otot latissimus dorsi
mengikat puncak pantat pada pangguT, sacrum belakang danvertebral
lumbar dan T-5 bawah sampai iga 3 bawah. Menurut hasil penelitian
McGill et al. (2000) bahwa "terjadinya injury terhebat pada tulang
belakang ini terbesar disebabkan oleh lumbar yang terbebani".
Ergonomi & Faal Kerja Page 51
Kemudian otot skelet yang menjaga dari membungkuk keberdiri
menurut Thompson (1981) adalah"erector spine muscle(sacrospinalis);
otot ini menghubungkan pantat atas di ilium,permukaan pantat bawah
di sacrum, iga (ribs) 7 bawah, semlralumbar dan semua thoracic". Otot
skelet yang termasuk menjadisatu dalam erector spine adalah iliocostalis,
longissimus dorsi,spinalis dorsi, dan berbagai jenis otot di lumbar
thoracic, dan cervival bagian spinal columna. Menurut Shirazi et
al.(1996)bahwa postur yang menerima beban 2800 N lebih besar diterima
oleh otot erector sPine di L1"
Hukum dasar dalam biomekanika dirumuskan oleh Isaac Newton
(1643-1727) untuk mempelajari gerakan mekanik pada manusia dan
hewan. Pada awalnya Newton mengembangkan hukum gerakan dan
menjelaskan gaya tarik gravitasi antara dua benda. terdapat 3 hukum
dasar mekanika yang dicetuskan oleh Newton. Hukum Newton pertama,
ini disebut pula hukum inersia (hukum kelembaman), kaitinya bahwa
benda mempunyai sifat mempertahankan keadaannya; apabila suatu benda
sedang bergerak maka benda itu akan bergerak terus. Demikianpula,apabila
suatu benda sedang tidak bergerak maka benda itu bersifat malas untuk
mulai bergerak. Dapat pula dikatakan bahwa semua obyek/benda akanbergerak
apabila ada gaya yang mengakibatkan pergerakan benda itu. Pandangan
tersebut sebagai hukum Newton yang berbunyi “setiap obyek berlangsung
dalam keadaan istirahat, atau gerakan yang sama pada suatu garis lurus.
Kecuali benda itu Terpaksa untuk berubah keadaan oleh gaya yang
bekerja apadanya" Hukum Newton pertama ini dipakai untuk mengukur
suatu pengamatan.
Hukum Newton kedua, apabila ada gaya yang bekerja pada suatu
benda maka akan mengalami suatu percepatan yang arahnya sama dengan
arah gaya. Percepatan (a) dan gaya (F) adalah sebanding dalam besaran.
Apabila kedua besaran ini sebanding maka salah satu adalah sama
dengan hasil perkalian bilangan konstan. Jadi hubungan gaya (F) adalah
sebanding dalam besaran. Apabila kedua besaran ini sebanding maka
Ergonomi & Faal Kerja Page 52
salah satu adalah sama dengan hasil perkalian bilangan konstan. Jadi
hubungan gaya (F) dan percepatan (a) oleh Newton dirumuskan sebagai
berikut:
F = m.a (1 Kg m/detik2: 1 N)
M = massa benda atau massa inisial (m dinyatakan 1kg massa)
a = percepatan (1 m/detik2).
Massa benda berlainan dengan berat benda, massa benda adalah
kuantitas skalar, sedangkan berat benda adalah gaya gravitasi yang
bekerj apadabenda tersebut dan merupakan kuantitas vector (Fg : gaya
gravrtasi, Fg: m . a).
Hukum Newton ketiga, bilamana benda A memberi gaya F pada
suatu benda B, pada waktu bersamaan benda B memberi gaya R pada
benda A; maka gaya R sama dengan gaya F tetapi mempunyai arah yang
berlawanan (lihat gambar 27).
Gaya pada tubuh dan di dalam tubuh. Terdapat gaya yang bekerja
di dalam tubuh kita sendiri . Gaya yang bekerja dalam tubuh dapat
diketahui ketika kita menabrak suatu obyek. Sedangkan gaya yang
berada dalam tubuh, sering tidak kita ketahui, padahal gaya itu ada,
misalkan gaya otot menyebabkan mengalirnya darah dan paru-paru yang
memperoleh udara. Newton telah membuat hukum gravitasi secara
Ergonomi & Faal Kerja Page 53
universal yang merupakan dasar gaya yang dikenal dengan gaya gravitasi.
Hukum ini merupakan gaya tarik antara dua benda, misalkan berat badan,
ini merupakan gaya tarik bumi terhadap badan kita. Terjadinya varises
pada vena merupakan gaya tarik bumi terhadap aliran darah yang
mengalir secara berlawanan.
Selain gravitasi ada pula gaya listrik, yaitu gaya antara elektron
dan proton pada atom hydrogen. Terdapat pula dua gaya yang mendasar
yaitu gaya inti kuat yang dihasilkan oleh proton dan gaya inti lemah yang
dihasilkan elektron (beta) dari inti atom.apabila ditinjau dari segi statis
dinamisnya tubuh manusia, maka gaya yang bekerja pada tubuh manusia
dibagi dalam dua tipe yakni gaya pada tubuh dalam keadaan statis, dan
gayapada tubuh dalam keadaan dinamis.
Gaya pada tubuh dalam keadaan statis/stasioner berarti obyek/tubuh
dalam keadaan setimbang, berarti pula jumlah gaya dalam segala arah sama
dengan nol, dan jumlah momen gaya terhadap sumbu juga sama dengan
nol.Sistemototdantulang tubuh manusia bekerja sebagai pengungkit
(pengumpil). Terdapat tiga macam kelas pengungkit yang bekerja dalam
tubuh manusia.antara lain:
1.) kelas sistem pengungkit lihat gambar 28 berikut ini.
Ergonomi & Faal Kerja Page 54
2.) Kelas dua sistem pengungkit lihat gambar 29 berikut ini.
3.) Kelas ketiga sistem pengumpil,lihat gambar 30 berikut ini
Pada sistem pengungkit kelas pertama, Secara mekanika didefinisikan sebagai
perbandinganantara gayaototdangayaberat.
Oleh karena momen gaya=0, maka
Ergonomi & Faal Kerja Page 55
W.IW =0
M. IM = 0, atau
W. IW =M. IM
M = IW
W =IM
M/W =IW/M
c. Mekanisme Kontraksi Otot
Mekanisme umum kontraksi otot menurut Guyton et al. (1997) dan
Ira et al. (1999) adalah sebagai berikut: (1) suatu potensial aksi berjalan di
sepanjang sebuah saraf motorik sampaike ujungnya pada serat otot,(2) pada
setiap ujung, syaraf menyekresi substansi neurotransmitter, yaitu
asetilkolin, (3)asetilkolin bekerja pada membran serabut otot untuk
membuka gerbang asetilkolin melalui molekul protein dalam membran
serat otot,(4) terbukanya saluran asetilkolin memungkinkan ion natrium
mengalir ke bagian dalam membran serat otot pada titik terminal saraf,
peristiwa ini akan menimbulkan suatu potensial aksi dalam serat otot, (5)
potensial aksi berjalan di sepanjang membran serat otot seperti potensial
aksi berjalan di sepanjang membran saraf,(6) potensial aksi akan
menimbulkan depolarisasi membran serat otot terus ke dalam serat otot,
menyebabkan retikulum sarkoplasma melepaskan sejumlah besar ion
kalsium (Ca) ke dalam miofibril,(7) ikatan troponin C (Tc) dan Ca akan
menggeser tropomiosin pada posisinya, sehingga aktif site (cross bridges)
aktin membuka dan kepala miosin menempel pada aktin yang selanjutnya
terjadi proses sliding (kontraksi).
Mekanisme pergerakan(sliding) filamen dari kontraksi otot menurut
Albert et al. (1998)dapat dilihat pada gambar 31,keadaan relaksasi dari
suatu sarkomer (atas) dan keadaan kontraksi (bawah). Pada keadaan
relaksasi, ujung filamen aktin yang berasal dari dua lempeng yang
berurutan sedikit saling tumpang tindih satu sama lain, sementara pada
Ergonomi & Faal Kerja Page 56
waktu bersamaan menjadi lebih dekat pada filament miosin. Sebaliknya,
keadaan kontraksi, filament aktin telah tertarik ke dalam di antara filamen
miosin, sehingga saling tumpang tindih satu sama lain. Lempeng Z
jugatelah ditarik oleh filamen aktin sampai ke ujung filament miosin. Jadi,
kontraksi otot terjadi karena mekanisme pergeseran filamen.
lra et al.(1999) memberikan kesimpulan teori sliding Illamen
kontraksi isotonik (lihat gambar 32) sebagai berikut: (1)suatu miofiber,
bersama-sama dengan beberapa miofibril,suatu gerakan pemendekan otot, (2)
gerakan pemendekan myofibril disebabkan oleh memendeknya sarcomeres-
sejauh penyusutan (reduced) pada garis Z (atau discs), (3) pemendekan
sarcomeres dibarengi oleh sliding beberapa miofilamen - panjang masing-
masing filamen akan tetap sama selama kontraksi, (4) hasil sliding filament
merupakan kesesuaian tenaga yang dibutuhkan untuk cross bridges miosin
dengan cara lapisan filamen (aktin) menarik lebih kuat dari pada filarnen
(miosin), (5) tetap akan memanjang dengan jarak sebesar garis A selama
kontraksi otot, (6) sebesar jarak garis A akan menarik menutup bersama-
sama dengan memendeknya sebesar jarak garis I, (7) jarak garis H akan
memendek selama kontraksi, baik pada sarcomeres bagian samping maupun
tengah.
Ergonomi & Faal Kerja Page 57
S
e
l
a
n
j
u
t
n
y
selanjutnya, gambaran bentuk cross bridges suatu protein miosin dapat dilihat
pada gambar 33. Menurut Ira et al. (1999)bahwa kepala miosin (myosin
heads) hanya dapat menempel aktin ketika otot distimulasi untuk melakukan
kontraksi.
Tahap-tahap cross bridges menurut Vander et al. (1990) terdapat 4
tahapan. Tahapan tersebut lihat gambar 34 merupakan sebuah pemaparan
siklus cross bridges. Tahap 4: suatu pemberian ATP yang diperlukan
miosin, berupa energi kimia. Energi ini akan dipindahkan ke miosin (M),
hasil yang telah diberikan energi adalah (M+) dengancara menghidrolisis
ATP, ADP dan inorganik fosfa(Pi). Tahap 1: ketika serat otot distimulasi
Ergonomi & Faal Kerja Page 58
untuk melakukan kontraksi, energi cross bridge miosin mengikat aktin (A)
suatu molekul pada lapisan filamen. Tahap 2: suatu ikatan energi myosin
tersebut untuk memicu aktin menempel menjadi satu dalam suatu simpanan
energi miosin, terjadilah gerakan cross bridge. ADp dan Pi dilepaskan
(released) dari miosin sejak cross bridge mulai bergerak. Tahap 3: sejak
cross bridge bergerak, loncatan myosin sangat menempel aktin, dan
penempelan (kaitan) tersebut harus dilepaskan (broken) disesuaikan
dengan molekul aktin baru danbila terjadi pengulangan siklus. Ikatan
molekul ATp untuk myosin adalah disesuaikan dengan respons untuk
melakukan penempelan (link) antara aktin dan myosin.
Memperhatikan beberapa pendapat di atas bahwa ATP selain
digunakan untuk proses kehidupan pada membran sel dan proses sintetis
pada sel, juga untuk kontraksi otot. Penyediaan ATP pada kontraksi otot,
ATP diperlukan terutama pada proses sliding oleh heads myosin dan
calcium pump yaitu memasukkan kembali Ca ke dalam sarkoplasmik
retikulum.
d. Bentuk Kontraksi Otot
Guyton et aI. (1997) menyebutkan bahwa "kontraksi otot dikatakan
isometrik bila otot tidak memendek selama kontraksi". Ganong et al.
Ergonomi & Faal Kerja Page 59
(1999) juga menyebutkan bahwa "kontraksi isometric dapat terjadi tanpa
pemendekan yang berarti di seluruh berkas otot". Pada sistem isometrik ini
otot melawan transduser kekuatan tanpa mengurangi panjang otot.
Kontraksi isometrik sebetulnya juga mengalami pemendekan otot tetapi
sangat sedikit, sebagamana Ira et al.(1999) menyebutkan “Jika aktivitas
sejumlah serat otot mengalami pemendekan sangat sedikit, kontraksi
tersebut adalah isometrik (if the number of muscle fiber activated is too
few to shorten the muscle, the contraction is called an isometric)".
Pada literatur lain, kontraksi otot isometrik disebut sebagai kontraksi
statis, sebagaimana dikatakan Suma'mur (1989) bahwa "pada kerja otot
statis suatu otot menetap berkontraksi untuk suatu periode waktu secara
kontinu". Thompson (1981) memberikan contoh bahwa "kontraksi
isometric selama 5 -20 menit baik tubuh dalam posisi berdiri maupun
duduk, keadaan otot pada sendi bahu (shoulder joint) yang agonist: otot
teres major, latissimus dorsi, posterior deltoideus;yang antagonist: otot
pectoralis major, dan anterior deltoideus". Selanjutnya, menurut
Thompson (1981) pula kontraksi isometrik pada tulang bahu (shoulder
girdle), otot yang agonist dan antagonist “agonist: otot rhomboideus
major,rhomboideus minor, trapezius; antagonist: serratus anterior
pectoralis minor trapezius (upper) ".
Ira et al. (1999)menyebutkan bahwa "kontraksi dikatakan isotonik
bila otot memendek dan tekanan otot tetap konstan". Ganong et al.
(1999)menyebutkan pula bahwa "kontraksi melawan beban yang tetap,
dengan pemendekan otot, dinamakan kontraksi isotonik ("tegangan yang
sama)". Kontraksi isotonik bergantung pada beban yang dilawan oleh
kontraksi otot juga pada inersia beban. Kontraksi isotonik ini biasajuga
disebut sebagai kontraksi dinamis.
Chow (1999) menyebutkan bahwa "bentuk kontraksi otot isokinetik
didiskripsikan sebagai karakteristik kontraksi otot pada bagian tubuh yang
bergerak dengan kecepatan sudut konstan". Bentuk kontraksi isokinetik
sebagaimana dicontohkan Nathan (2000) bahwa dalam percobaannya "mengkondisikan
Ergonomi & Faal Kerja Page 60
isokinetic dengan memanjangkan lutut sebesar 60o permenit posisi duduk semi-bersandar,
dan 180o permenit posisi duduk bersandar". Memperhatikan beberapa pendapat di
atas bahwa tenaga kerja dalam bekerja posisi berdiri diam di tempat (statis)
seperti tukang bubut sangat dimungkinkan lebih banyak mengalami
kontraksi otot isometrik daripada isotonik. Kemudian, kerja bubut
tersebut juga menggerakkan handel mesin bubut yang memerlukan momen
putar (torque) tangan untuk membentuk benda kerja secara teliti dan pelan,
hal ini sangat mungkin otot lebih besar mengalami kontraksi isokinetik.
e. Pemasukan Energi Selama Kontraksi
Kontraksi otot membutuhkan energi.Sumber energi untuk kontraksi
adalah hasil hidrolisis ATP (Adenosine Tri Phosphate). Sumber energi
yang dapat segera digunakan adalah derivat fosfat organik berenergi tinggi
yang terdapat di otot. Menurut Ganong et.al(1999) bahwa "sumber utama
diperoleh dari metabolisme intermedier karbohidrat dan lipid". Namun
menurut Kroemer et al. (1997) bahwa ”lemak (fat) dihadirkan sebagai
sumber energi ketika dalam waktu lama otot berkontraksi". Hal tersebut
dapat dilihat pada gambar 35 di bawah ini, merupakan skematik respirasi
proses menghasilkan energi selama kontraksi otot.
f. Bekerja Pada Suatu lndustri
Pada suatu industri (perusahaan) walau telah menggunakan peralatan
mesin manual atau otomatik, tidak terlepas dari peranan manusia.Jadi
Ergonomi & Faal Kerja Page 61
manusia sebetulnya aktor utama dalam sebuah industry.Gerakan-gerakan
yang dibutuhkan untuk kerja membutuhkan gerakan otot rangka/otot
biomekanik (muscles skeletal). Otot dapat bergerak membutuhkan kontraksi
otot, dan kontraksi otot dapat terjadi membutuhkan pemasukan energi. Hal
itu sebagaimana yang telah di bahas pada bagian/subbab sebelumnya.
Gerakan-gerakan manusia dalam bekerja perlu dirancang secara ergonomis
agar tidak menimbulkan mudah lelah atau nyeri. Oleh karena itu, agar terjadi
keseimbangan beban tubuh dengan beban kerja perlu adanya desain atau
redesain, substitusi atau modifikasi alat dan lingkungan kerja.Hasil desain,
redesain, substitusi atau modifikasi alat dan lingkungan kerja dapat diukur
dengan alat parameter antara lain sebagai berikut :
1.) Gangguan otot skelet (otot rangka):dapat didatamenggunakankuesioner Nordic Body
Map. Kuesioner tersebut lihat pada lampiran 1. Cara lain, dapat pula menggunakan
EIectromyograf (EMG).
2.) Kelelahan: dapat didata dengan menggunakan kuesioner30 item
kelelahan umum. Cara lain, dapat menggunakan Fliker Test, atau
mengukur secara biological konsentrasi asam laktat dalam darah (otot).
3.) Lingkungan kerja: fungsi alat-alat yang digunakan untuk mengukur
lingkungan kerja antara lain:
a. Intensitas cahaya : Luxmeter.
b. Tingkat kebisingan : Sound Level Meter
c. Suhu/temperatur : Thermometer suhu basah sling thermometer dan
Globcrthermometer.
d. Kelembaban : Higrometer.
e. Kecepatan angin : Anemometer.
f. Kadar debu : Personal dust sampler.
G.Ergonomiuntuk Meningkatkan Produktivitas Kerja
Patkin (1995) mengatakan bahwa analisis ergonomi untuk membantu
pekerjaan pembedahan yakni dengan cara mendesain suatu instrumen tertentu
sehingga dapat menghindari ketidaksesuaian kapasitas manusia dengan
Ergonomi & Faal Kerja Page 62
teknologi. Tanpa desain yang baik, bagaimana proses tersebut berjalan dan
property apa yang tepat, serta apabila hanya dicoba-coba maka produktivitas
akan rendah, banyak kesalahan, bahkan operator bisa menjadi frustasi.
Suma' mur ( 1 9 8 9) mengatakan bahwa penerapan ergonomi pada
berbagai bidang pekerjaan telah terbukti menyebabkan kenaikan produktivitas
secara jelas. Besarnya kenaikan mencapai 10% atau lebih. Tomanic (1995)
mengatakan pula, dalam hasil penelitiannya pada pekerja hutan bahwa dengan
mengembangkan metode dan teknik baru, fungsi mesin memberikan pelayanan
kebutuhan manusia secara ergonomi sehingga informasi mesin tersebut dengan
cepat diterima manusia (pekerja) maka kualitas operator meningkat secara
profesional, memperkecil kebutuhan energi dan kerja para pekerja hutan dapat
optimal. Gempur (1999) dari hasil penelitian pada tenaga kerja kerajinan kayu
bagian gosok dengan posisi kerja lesehan di lantai diubah menjadi posisi duduk
di kursi dan meja kerja ergonomis ternyata dapat meningkatkan produktivitas
kerja 21,8% dan menurunkan kelelahan 8,4%.
a. Produktivitas Kerja
Sebelum membicarakan produktivitas kerja, terlebih dulu
dikemukakan pengertian produktivitas secara umum. Menurut Sritomo
(1992) produktivitas adalah ratio antara keluaran (output) dan masukan
(input). Rasio masukan dan keluaran yang merupakan produktivitas kerja
ini juga merupakan efisiensi kerja. Pengertian masukan dan keluaran
tersebut masih bersifat abstrak. Dalarn hal ukuran masukan dan keluaran
tersebut bisa dikonversikan dalam bentuk nilai.
Produktivitas kerja menurut Sritomo (I992) adalah sebagai rasio
jumlah keluaran yang dihasilkan pertotal tenaga kerja yang dipekerjakan.
Berdasar pengertian tersebut, keluaran (output) dan masukan (input) harus
sudah nampak dalam bentuk nilai. Pada umumnya keluaran (output) dari
suatu industri dikaitkan dengan keluaran secara fisik yakni produk akhir
yang dihasilkan dan dapat berupa satuan jumlah. Total tenaga kerja yang
dipekerjakan (input) bisa berbentuk satuan waktu (man-hours) yakni berupa
Ergonomi & Faal Kerja Page 63
jam kerjayang dipakai untuk menyelesaikan pekerjaan. Sinungan (1997)
juga mengatakan bahwa produktivitas tenaga kerja dapat diukur menurut
sistem masukan fisik perorangan (per-orang) atau perjam kerja. Secara
umum produktivitas dapat diformulasikan sebagai berikut :
Produktivitas=
𝑂𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡
𝐼𝑛𝑝𝑢𝑡 ( 𝑚𝑒𝑎𝑠𝑢𝑟𝑎𝑏𝑙𝑒)+ 𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡 (𝑖𝑛𝑣𝑖𝑠𝑖𝑏𝑙𝑒)
Input (measurable) pada dasarnya bisa diukur atau dihitung besarnya,
dalam arti dapat dinilai secala eksak dalam bentuk nyata dan kuantitatif.
Untuk beberapa masukan atau keluaran tertentu kadang agak sulit jika
diukur/dinilai besarnya karena sifatnya abstrak. Dalam hal ini ukuran nilai
masukan atau keluaran dapat dikonversikan ke dalam bentuk nilai uang.
Input (lnvisible) yakni masukan yang tidak bisa atau sulit dinilai dan diukur
besarnya, akan tetapi cukup penting dalam menentukan tingkat produktivitas
kerja. Faktor invisible tersebut antara lain: tingkat pengetahuan, kemampuan
teknis, metodologi kerja dan pengetahuan organisasi, serta motivasi kerja.
Berdasarkan formulasi di atas, dapat digunakan untuk mengukur atau
menghitung produktivitas dengan jalan mengukur indeks keluaran dan indeks
masukannya. Produktivitas akan bertambah bila ada penambahan secara
porposional dari nilai keluaran permasukan. Apabila masukan dalam keadaan
konstan, sedangkan keluaran yang dihasilkan terus bertambah maka hal ini
menunjukkan bahwa beberapa sumber produksi (masukan) telah berhasil
dilaksanakan, dioperasionalkan, dimanfaatkan dan dikeloIa secara efektif dan
efisien. Perlu diingat bahwa penambahan produksi yang dihasilkan tidak akan
selalu membawa ke arah penambahan produktivitas, perhatikan contoh
sebagai berikut :
20 (𝑜𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡)
100 (𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡 )
menjadi
150 (𝑜𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡)
100 (𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡 )
Ergonomi & Faal Kerja Page 64
Produktivitas dinyatakan bertambah apabila rasio keluaran per
masukan berubah dari:
120 (𝑜𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡)
100 (𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡)
menjadi
150 (𝑜𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡)
125 (𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡)
Apabila rasio yang diperoleh seperti berikut ini, dikatakan sama (tidak
ada kenaikan atau penurunan produktivitas) :
120 (𝑜𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡)
100(𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡)
menjadi
150 (𝑜𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡)
135 (𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡)
Di katakan produktivitas menurun ap abira rasio keluaran dan
masukan lebih kecil dari sebelumnya, seperti berikut ini:
Produktivitas tenaga kerja =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙𝑘𝑎𝑛
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎𝑘𝑎𝑛
Untuk mengukur produktivitas kerja dari pada tenaga kerja manusia,
operator mesin dapat menggunakan formulasi sebagai berikut:
Produktivitas tenaga kerja ditunjukkan sebagai rasio dari jumlah
keluaran yang dihasilkan per total tenaga kerja yang dipekerjakan. Masukan
(input)di sini bisapula diukurdalam satuan jam manusia (man-hours) yakni
jam kerja yang dipakai untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut. Tenaga kerja
yang dipekerjakan dapat terdiri dari tenaga kerja langsung ataupun tidak
langsung, namun biasanya meliputi keduanya. Untuk beberapa produk
tertentu rasio ini dapat pula dinyatakan dalam jumlah produk yang dibuat
perjam kerja yang digunakan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disebutkan bahwa sebagai kriteria
produktivitas, terdapat dua unsur yakni: pertama, besar atau kecilnya
keluaran yang dihasilkan, dan kedua adalah waktu kerja yang dibutuhkan
Ergonomi & Faal Kerja Page 65
untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut. Menurut Sukanto (1993) bahwa
seseorang tenaga kerja dinyatakan produktif jikalau ia telah menunjukkan
output kerja yang paling tidak telah mencapai suatu ketentuan nominal.
Ketentuan ini didasarkan atas besarnya keluaran yang dihasilkan secara
normal dan diselesaikan dalam jangka waktu yang layak pula.
b. Peningkatan Produktivitas Kerja
Sebagai usaha peningkatan produktivitas kerja atau efesiensi kerja
adalah dengan jalan waktu yang digunakan untuk mengerjakan satu satuan
berkurang berdasarkan tingkat konstanta tertentu. Untuk meningkatkan
produktivitas kerja menurut Sritomo (1992) ditentukan oleh dua faktor,
yakni faktor teknis dan faktor manusia. Faktor teknis akan memberikan
pengaruh yang besar terhadap usaha peningkatan produktivitas pada
beberapa industri yang banyak menggunakan proses mekanisasi atau
otomasi. Jadi, penelitian mengenai produktivitas yang mengutamakan faktor
teknis dititikberatkan pada aspek pengembangan teknologi dibandingkan
manusianya. Sebaliknya, untuk usaha yang pengaruh teknis relatif kecil
sedangkan faktor manusia sebagai unsur dalam sistem produksi yang lebih
menonjol, maka usaha untuk peningkatan produktivitas akan lebih diarahkan
pada segi manusia dari pada teknologi.
Faktor teknis merupakan faktor yang berhubungan dengan pemakaian
dan penerapan fasilitas produksi secara lebih baik, penerapan metode kerja
yang lebih efektif dan efisien, dan atau penggunaan bahan baku yang lebih
ekonomis. Faktor manusia merupakan faktor yang mempunyai pengaruh
terhadap usaha yang dilakukan manusia. Terdapat dua hal pokok yang
terkait dengan faktor manusia yakni kemampuan kerja (ability) pekerja
tersebut dan motivasi kerja yang merupakan pendorong ke arah kemajuan
dan peningkatan prestasi kerja seseorang.
Sutalaksana (1979) mengatakan bahwa keberhasilan keria
(produktivitas) secara garis besar dipengaruhi oleh dua kelompok yakni
Ergonomi & Faal Kerja Page 66
kelompok faktor individual dan faktor situasional. Faktor individual
datangnya dari diri pekerja itu sendiri dan sering kali sudah ada sebelum si
pekerja yang bersangkutan datang di tempat kerjanya kecuali pendidikan dan
pengalaman. Faktor situasional hampir sepenuhnya di luar dari diri pekerja.
Faktor situasional ini dapat diatur dan diubah baik dari segi sosial dan
keorganisasian serta fisik pekerjaan yang bersangkutan.
Memperhatikan uraian diatas,dapat disimpulkan bahwa peningkatan
produktivitas dapat dilakukan dengan cara memperbaiki fasilitas produksi
(faktor teknis) mengubah dan mengatur secara fisik (faktor situasional)
sehingga kemampuan pekerja (faktor manusia) dapat meningkat. Apabila
kemampuan kerja (ability) dapat meningkat, maka kelambatan kerja dapat
diperkecil atau waktu yang diperlukan mengerjakan sesuatu dalam satu
satuan dapat diperpendek, dengan demikian produktivitas dapat meningkat.
c. Kelambatan Kerjan dan Produktivitas
Kelambatan kerja diukur dengan waktu. Sebagaimana sebelumnya
telah dibahas bahwa produktivitas diukur dalam satuan hasil produksi per
satuan waktu; apabila dengan hasil produksi meningkat tetapi waktu yang
digunakan tetap (tidak terjadi kelambatan kerja), maka produktivitas
dikatakan meningkat. Sebaliknya, apabila hasil produksi tetap tetapi waktu
yang digunakan menyelesaikan pekerjaan lebih lama (terjadi kelambatan
kerja), maka dapat dikatakan produktivitas menurun.
Terjadinya kelambatan kerja menurut Sutalaksana (1979) dipengaruhi
dalam empat unsur yakni: kelambatan yang tak terhindarkan (unavoidable
delay), kelambatan yang dapat dihindarkan (avoidable delay), perencanaan
(plan) dan istirahat untuk menghilangkan kelelahan (rest to overcome
fatique).
Kelambatan yang tak terhindarkan adalah kelambatan yang
diakibatkan oleh beberapa hal yang terjadi di luar kemampuan pengendalian
pekerja. Hal ini timbul karena ketentuan cara kerja yang mengakibatkan
Ergonomi & Faal Kerja Page 67
menganggurnya pengerjaan. Misalkan padamnya listrik, rusaknya peralatan
dan lain-lain yangm engakibatkan kelambatan.
Kelambatan yang dapat dihindarkan yakni kelambatan yang
ditimbulkan sepanjang waktu kerja baik disengaja maupun tak disengaja.
Misalkan pekerja sakit batuk, ia sepanjang waktu kerja batuk-batuk yang
menimbulkan gangguan pada pekerjaannya. Untuk mengurangi kelambatan
ini harus diadakan perbaikan pekerjanya sendiri tanpa harus merubah proses
operasinya.
Perencanaan, merupakan proses mental, operator berfikir untuk
mengambil tindakan yang akan diambil selanjutnya. Kelambatan ini terjadi
karena tenaga kerja masih perlu proses berfikir lebih lama, ini biasanya
terjadi pada tenaga kerja baru.
Istirahat untuk menghilangkan rasa lelah,initi tidak terjadi pada setiap
siklus kerja, tetapi teriadi secara periodik. Waktu untuk memulihkan kembali
kondisi badannya dari rasa lelah sebagai akibat dari kerja yang berbeda-
beda, tidak saja karena jenis pekerjaannya, tetapi juga karena tingkat
kemampuan daya tahan individu tenaga kerja.s
Kelambatan kerja berkaitan denganp roduktivitas ini dapat diperbaiki
dengan cara penyesuaian ukuran tempat kerja dengan kemampuan dan
keterbatasan manusia, penelitian dibidang ini menggunakan ilmu ergonomi.
Tempat kerja yang disesuaikan manusia termasuk di dalamnya adalah
memperhatikan ketepatan menggunakan tubuh, lingkungan kerja
(temperatur, bising, ventilasi, kelembaban, dan paparan lainnya), posisi kerja
dan gizi kerja.
H.Faal Kerja
a. Definisi Faal Kerja
Ilmu tentang faal yang di khususkan untuk manusia yang bekerja
disebut faal kerja. Secara faal, bekerja adalah hasil kerjasama dalam
koordinasi yang sebaikbaiknya dari dria (mata, telinga, peraba, perasa dan
Ergonomi & Faal Kerja Page 68
lain-lain), otak dan susunan saraf-saraf di pusat dan perifer, serta otot-otot.
Selanjutnya untuk petukaran zat yang diperlukan dan harus dibuang masih
diperlukan peredaran darah ked an dari otot-otot. Dalam hal ini, jantung,
paru-paru. hati, usus, dan lain-lainnya menunjang kelancaran proses
pekerjaan.
Mula-mula koordinasi indera, susunan syaraf, otot. dan alat-alat lain
berjalan secara sukar dan masih harus disertai upaya-upaya yang diperlukan.
Kenyataan ini terlihat pada seorang tenaga kerja baru yang sedang menjalani
latihan. Lambat laun gerakan menjadi suatu ref1eks, sehingga bekerja
menjadi automatis. Semakin cepat sifat refleks dan automatis tersebut yang
disertai semakin baik koordinasi serta hasil kerja, semakin tinggi pulalah
ketrampilan seseorang.
Otot-otot adalah salah satu organ yang terpenting terutama untuk
pekerjaan fisik. Otot bekerja dengan jalan kontraksi dan melemas. Kekuatan
ditentukan oleh jumlah yang besar serat-seratnya, daya kontraksi dan
cepatnya berkontraksi. Sebelum kontraksi (mengerut), darah diantara serat-
serat otot atau di luar pembuluh-pembuluh ototnya terjepit, sehingga
peredaran darah, jadi juga pertukaran zat terganggu dan hal demikian
menjadi sebab kelelahan otot. Maka dari itu, kerutan yang selalu diselingi
pelemasan, disebut kontraksi dinamis, sangat tepat bagi bekerjanya otot-otot.
Pekerjaan-pekerjaan demikian misalnya mengayuh pedal, sepeda,
memutar. roda, memukul lonceng, mencangkul dan lain.lain. Kerja terus-
menerus dari suatu otot, sekalipun bersifat dinarnik, selalu diikuti dengan
kelelahan, yang perlu istirahat untuk pemulihan. Atas dasar kenyataan itu,
waktu istirahat dalam kerja atau sesudah kerja sangat penting. Kelelahan
otot secara fisik antara lain akibat zat-zat sisa metabolisme seperti asam
laktat, C02, dan sebagainya. Namun kelelahan, sesuai dengan mekanisme
kerja, tidak saja ditentukan oleh keadaan ototnya sendiri, melainkan terdapat
komponen mental psikologis yang sering-sering juga besar pengaruhnya.
Otot-otot yang lelah akan menunjukkan kurangnya kekuatan dari padanya,
Ergonomi & Faal Kerja Page 69
bertambah panjangnya waktu later kontraksi dan waktu melemas,
berkurangnya koordinasi, serta otot gemetar (tremor).
Otot dan tulang merupakan dua alat yang sangat penting dalam
bekerja. Kerutan dan pelemasan otot dipindahkan kepada tulang menjadi
gerakan-gerakan fleksi, abduksi, rotasi, supinasi dan lain.lain. Demikian
pentingnya kedua alat ini sebagai suatu kesatuan, maka berkembanglah ilmu
biomekanik, yaitu ilmu tentang gerakan otot dan tulang, yang dengan
pengetrapannya diharapkan, agar dengan tenaga sekecil-kecilnya dapat
dicapai hasil kerja sebesar-besarnya. Biomekanika memberikan
pengetahuan-pengetahuan tentang gerakan-gerakan dan kekuatan pada
penggunaan leher dan kepala, tulang belakang, lengan, tangan, kaki, jari-jari
dan sebagainya.
Otot dan tulang merupakan faktor-faktor terpenting bagi ukuran-
ukuran tubuh, ukuran tinggi dan besar dari tubuh ataupun bagian-bagiannya.
Ukuran-ukuran ini menentukan pula kemampuan fisik tenaga kerja.
Peralatan kerja dan mesin perlu serasi dengan ukuran-ukuran demikian
untuk hasil kerja sebesar-besarnya. Maka berkembanglah ilrnu yang disebut
Antropometri, yaitu ilmu tentang ukuran-ukuran tubuh, baik dalam keadaan
statis, ataupun dinamis.
Yang sangat penting bagi pekerjaan adalah ukuran-ukuran:
1. Tinggi badan berdiri, tinggi bahu, tinggi siku, tinggi pinggul, depan
dan panjang lengan.
2. Tinggi duduk, panjang lengan atas, panjang lengan bawah dan tangan,
tinggi lutut, jarak lekuk lutut-garis punggung, jarak lekuk lutut telapak
kaki.
Fungsi tubuh saat bekerja, hal yang perlu diperhatikan saat kerja :
sesuai kapasitas tubuh, variasi individu dan patokan beban kerja ( 30 - 40 %
uptake O2 atau 40 % kekuatan otot). Kerja fisik : perpindahan tubuh,
memindahkan objek, mempertahankan sikap tubuh
a. Kapasitas Fisik
Ergonomi & Faal Kerja Page 70
Kemampuan orang untuk menerima beban fisik saat
kerja dipengaruhi: somatik, pekerjaan, psikis, lingkungan & adaptasi/
latihan parameter : denyut jantung, tekanan darah, irama pernapasan,
suhu tubuh, kebutuhan kalori, kebutuhan O2
b. Kerja Otot
Organ utama kerja fisik kontraksi & relaksasi ditentukan oleh :
jumlah serat, daya kontraksi & kecepatan kontraksi
c. Kerja statis & dinamis, Perlu phospat energi tinggi
Perbedaan Kerja otot statis dan dinamis yaitu :
1. Statis :
a. Kontraksi tetap
b. Aliran darah terhambat
c. Energi lebih besar
2. Dinamis
a. Berirama
b. Dipompa
c. Energi kurang
Kriteria kerja statis kerja ringan selama 4 menit/ lebih kerja sedang
selama 1 menit/ lebih
a. Sistem Sirkulasi Saat Kerja
Kerja berakibat perubahan uptake oksigen oleh jantung dan paru.
Kemampuan kerja terkuat dipengaruhi oleh jumlah maksimum oksigen.
Parameter: denyut jantung (HR) Diukur secara: Langsung: EKG,
pulsemeter Tak langsung: denyut nadi Denyut nadi: peregangan
pembuluh darah akibat gelombang tekanan sistol jantung, jumlah
denyutan menyatakan jumlah HR skala denyut jantung
1. Resting pulse : sebelum kerja
2. Working pulse : selama kerja
3. Work pulse : beda sebelum-selama (max : 30 beat/menit)
4. Recovery pulse : jml denyut selesai kerja – recovery (ukur fatigue &
recovery)
Ergonomi & Faal Kerja Page 71
5. Total work pulse
Sistem Palpasi Dengan 3 ujung jari pada radialis dihitung 15” atau
30” untuk denyut nadi istirahat, duduk sistem 10 denyut kondisi kerja
dihitung mulai 0 - 10 / 1 - 11, dicatat waktunya dengan stopwatch recovery
Pulse Dihitung Detik 30-60; 90-120; 150-180 selanjutnya dirata-rata menit I
<110/Menit ; I-Iii >= 10
a. Ventilasi Pulmonal Saat Kerja
Gerakan masa gas keluar masuk paru untuk mencukupi
metabolism.Perkalian antara kecepatan pernapasan dengan nilai rata-rata
tidal volume yang ekspirasikan normal 10-20 x/menit. Dalam dan
kecepatan napas seimbang (anak : dewasa ; latihan : tidak). Pengaturan
frekuensi napas saat kerja belum jelas. Spindel otot, Faktor yang
berpengaruh :
1. Rangsangan langsung ke pusat napas
2. Rangsangan tak langsung pada propioceptor
3. Faktor humoral : kadar oksigen, karbondioksida dan ion H
Pembatasan napas adalah kebutuhan O2, Istirahat : 0,5-1 ml O2/l
ventilasi naik 10 kali saat kerja, Ventilasi pulmonal kerja sangat berat >
ventilasi pembebanan maksimal
a. Ginjal Saat Kerja
1. Dipengaruhi oleh aliran darah ke ginjal
2. Penurunan berarti bila HR 135-140x/menit atau 50%
3. Hypohydrasi kerja di lingkungan panas
4. Komponen fungsi ginjal
b. Pencernaan
Saat kerja terjadi pengurangan gerakan & sekresi lambung bertambah
sesuai kerja. Disebabkan oleh aktivitas simpatik & parasimpatik normal
kembali setelah 1-2 jam kerja
Kebutuhan kalori/ hari ditentukan :
1. Metabolisme basal
2. Spesific Dynamic Action
Ergonomi & Faal Kerja Page 72
3. Kalori untuk kerja
4. Kalori untuk aktivitas diluar kerja
c. Faktor-Faktor yang Diperhatikan dalam Ilmu Faal
a. Faktor beban kerja dan peralatan di dalam tubuh
b. Faktor waktu (lama dan periodisitas)
c. Faktor lingkungan (kebisingan, toksisitas)
d. Bahaya yang Bersifat Faal
Bahaya ini terjadi karena beban kerja yang terlalu berat, peralatan
yang digunakan tidak serasi dengan tenaga kerja, pengaturan kecepatan ban
berjalan misalnya yang perlu diatur sesuai dengan kecepatan operator
melayaninya agar tidak stress.
Ergonomi & Faal Kerja Page 73
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Potensi bahaya fisik, yaitu potensi bahaya yang dapat menyebabkan
gangguan-gangguan kesehatan terhadap tenaga kerja yang terpapar, misalnya:
terpapar kebisingan intensitas tinggi, suhu ekstrim (panas & dingin),
intensitas penerangan kurang memadai, getaran, radiasi.
Penerapan Ergonomi di tempat kerja bertujuan agar pekerja saat
bekerja selalu dalam keadaan sehat, nyaman, selamat, produktif dan
sejahtera. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, perlu kemauan, kemampuan
dan kerjasama yang baik dari semua pihak. Pihak pemerintah dalam hal ini
Departemen Kesehatan sebagai lembaga yang bertanggungjawab terhadap
kesehatan masyarakat, membuat berbagai peraturan, petunjuk teknis dan
pedoman K3 di Tempat Kerja serta menjalin kerjasama lintas program
maupun lintas sektor terkait dalam pembinaannya
Faal kerja yaitu, Ilmu tentang fisiologi tubuh manusia saat bekerja.
Bekerja merupakan hasil koordinasi dari kerja sama indera, otak, syaraf dan
otot yang ditunjang oleh kerja jantung, paru, ginjal dan lain-lain
B. Saran
Pendekatan disiplin ergonomi diarahkan pada upaya memperbaiki
performansi kerja manusia seperti menambah kecepatan kerja, accuracy,
keselamatan kerja disamping untuk mengurangi energi kerja yang berlebihan
serta mengurangi datangnya kelelahan yang terlalu cepat. Disamping itu
Ergonomi & Faal Kerja Page 74
disiplin ergonomi diharapkan mampu memperbaiki pendayagunaan sumber
daya manusia serta meminimalkan kerusakan peralatan yang disebabkan
kesalahan manusia (human errors). Manusia adalah manusia, bukannya
mesin. Mesin tidak seharusnya mengatur manusia, untuk itu bebanilah
manusia (operator/pekerja) dengan tugas-tugas yang manusiawi.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Dalam
penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan oleh sebab itu
kritik yang sifatnya membangun sangat kami harapkan.
Ergonomi & Faal Kerja Page 75
DAFTAR PUSTAKA
Evolab,2008. Ergonomi dan Faal Kerja
(http://laboratoriumlingkungan.blogspot.com//2011/04/ergonomi-dan-faal.htmi)
.(akses,desember2008)
Gampur,Dr,. Santoso, Drs.,M.Kes.(2004).Ergonomi manusia, peralatan dan
lingkungan. Penerbit Prestasi Pustaka,Jakarta.
Prihati, Lale ulfa,2012. Bahaya fisik ditempat kerja
(http://laboratoriumlingkungan.blogspot.com/2012/08/bahaya-fisik-
ditempat-kerja.htmi). (akses,03 agustus 2012)

Contenu connexe

Tendances

Pengantar Anatomi Fisiologi
Pengantar Anatomi FisiologiPengantar Anatomi Fisiologi
Pengantar Anatomi Fisiologi
Dokter Tekno
 
Ppt hazard biologi virus
Ppt hazard biologi virusPpt hazard biologi virus
Ppt hazard biologi virus
Ida Saumi
 
CONTOH PROPOSAL PKM-GAGASAN TERTULIS (PKM-GT) (DIDANAI DIKTI 2017)
CONTOH PROPOSAL PKM-GAGASAN TERTULIS (PKM-GT) (DIDANAI DIKTI 2017)CONTOH PROPOSAL PKM-GAGASAN TERTULIS (PKM-GT) (DIDANAI DIKTI 2017)
CONTOH PROPOSAL PKM-GAGASAN TERTULIS (PKM-GT) (DIDANAI DIKTI 2017)
Meda Aji Saputro
 

Tendances (20)

Ergonomi Dalam Bekerja
Ergonomi Dalam BekerjaErgonomi Dalam Bekerja
Ergonomi Dalam Bekerja
 
Pengantar Anatomi Fisiologi
Pengantar Anatomi FisiologiPengantar Anatomi Fisiologi
Pengantar Anatomi Fisiologi
 
PPT kesehatan dan keselamatan kerja (K3)
PPT kesehatan dan keselamatan kerja (K3)PPT kesehatan dan keselamatan kerja (K3)
PPT kesehatan dan keselamatan kerja (K3)
 
Ppt hazard biologi virus
Ppt hazard biologi virusPpt hazard biologi virus
Ppt hazard biologi virus
 
Konsep dasar gerakan dalam manual terapi
Konsep dasar gerakan dalam manual terapiKonsep dasar gerakan dalam manual terapi
Konsep dasar gerakan dalam manual terapi
 
Biomekanika
BiomekanikaBiomekanika
Biomekanika
 
Makalah Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Makalah Manajemen Kesehatan dan Keselamatan KerjaMakalah Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Makalah Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja
 
Biomekanika
BiomekanikaBiomekanika
Biomekanika
 
Laporan antropometri
Laporan antropometriLaporan antropometri
Laporan antropometri
 
Presentation K3 ( PPT Kesehatan Keselamatan Kerja )
Presentation K3 ( PPT Kesehatan Keselamatan Kerja )Presentation K3 ( PPT Kesehatan Keselamatan Kerja )
Presentation K3 ( PPT Kesehatan Keselamatan Kerja )
 
Perkembangan Kepribadian & Perilaku Manusia
Perkembangan Kepribadian & Perilaku Manusia Perkembangan Kepribadian & Perilaku Manusia
Perkembangan Kepribadian & Perilaku Manusia
 
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pelabuhan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pelabuhan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pelabuhan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pelabuhan
 
Makalah kesehatan lingkungan
Makalah kesehatan lingkunganMakalah kesehatan lingkungan
Makalah kesehatan lingkungan
 
Keanekaragaman Makhluk Hidup dan Persebarannya
Keanekaragaman Makhluk Hidup dan PersebarannyaKeanekaragaman Makhluk Hidup dan Persebarannya
Keanekaragaman Makhluk Hidup dan Persebarannya
 
Arti loyalitas dan implementasinya dalam suatu organisasi hal
Arti loyalitas dan implementasinya dalam suatu organisasi halArti loyalitas dan implementasinya dalam suatu organisasi hal
Arti loyalitas dan implementasinya dalam suatu organisasi hal
 
Presentasi lab statistik
Presentasi lab statistikPresentasi lab statistik
Presentasi lab statistik
 
Essay kse
Essay kseEssay kse
Essay kse
 
CONTOH PROPOSAL PKM-GAGASAN TERTULIS (PKM-GT) (DIDANAI DIKTI 2017)
CONTOH PROPOSAL PKM-GAGASAN TERTULIS (PKM-GT) (DIDANAI DIKTI 2017)CONTOH PROPOSAL PKM-GAGASAN TERTULIS (PKM-GT) (DIDANAI DIKTI 2017)
CONTOH PROPOSAL PKM-GAGASAN TERTULIS (PKM-GT) (DIDANAI DIKTI 2017)
 
sistem termoregulasi
sistem termoregulasisistem termoregulasi
sistem termoregulasi
 
Kepribadian sehat dan tidak sehat
Kepribadian sehat dan tidak sehatKepribadian sehat dan tidak sehat
Kepribadian sehat dan tidak sehat
 

En vedette

Penerapan smk3 & ergonomi dalam pandangan islam
Penerapan smk3 & ergonomi dalam pandangan islamPenerapan smk3 & ergonomi dalam pandangan islam
Penerapan smk3 & ergonomi dalam pandangan islam
Agam Real
 
49619147 bab-iii-metodologi-penelitian
49619147 bab-iii-metodologi-penelitian49619147 bab-iii-metodologi-penelitian
49619147 bab-iii-metodologi-penelitian
Dorado Sb
 
Makalah biomekanika akbid
Makalah biomekanika akbidMakalah biomekanika akbid
Makalah biomekanika akbid
Yadhi Muqsith
 
Makalah AnfisTulang dan Otot Tengkorak
Makalah AnfisTulang dan Otot TengkorakMakalah AnfisTulang dan Otot Tengkorak
Makalah AnfisTulang dan Otot Tengkorak
Dian Setianingrum
 
Anatomi dan fisiologi tubuh manusia 4 & 5
Anatomi dan fisiologi tubuh manusia   4 & 5Anatomi dan fisiologi tubuh manusia   4 & 5
Anatomi dan fisiologi tubuh manusia 4 & 5
Zuzu Aja
 
SMK-MAK kelas10 smk perancangan sistem kerja dan ergonomi industri liswarti
SMK-MAK kelas10 smk perancangan sistem kerja dan ergonomi industri liswartiSMK-MAK kelas10 smk perancangan sistem kerja dan ergonomi industri liswarti
SMK-MAK kelas10 smk perancangan sistem kerja dan ergonomi industri liswarti
sekolah maya
 
K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)
K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)
K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)
Herry Prakoso
 

En vedette (20)

Topic 6 Product Design
Topic 6 Product DesignTopic 6 Product Design
Topic 6 Product Design
 
Penerapan smk3 & ergonomi dalam pandangan islam
Penerapan smk3 & ergonomi dalam pandangan islamPenerapan smk3 & ergonomi dalam pandangan islam
Penerapan smk3 & ergonomi dalam pandangan islam
 
49619147 bab-iii-metodologi-penelitian
49619147 bab-iii-metodologi-penelitian49619147 bab-iii-metodologi-penelitian
49619147 bab-iii-metodologi-penelitian
 
Faktor faktor yang mempengaruhi produksi kopi agribisnis di kecamatan silo
Faktor faktor yang mempengaruhi produksi kopi agribisnis di kecamatan siloFaktor faktor yang mempengaruhi produksi kopi agribisnis di kecamatan silo
Faktor faktor yang mempengaruhi produksi kopi agribisnis di kecamatan silo
 
Ppt bab 1 kerangka manisia, fungsi dan perawatannnya
Ppt bab 1 kerangka manisia, fungsi dan perawatannnyaPpt bab 1 kerangka manisia, fungsi dan perawatannnya
Ppt bab 1 kerangka manisia, fungsi dan perawatannnya
 
materi kuliah fisika teknik I : hukum - hukum newton tentang gerak
materi kuliah fisika teknik I : hukum - hukum newton tentang gerakmateri kuliah fisika teknik I : hukum - hukum newton tentang gerak
materi kuliah fisika teknik I : hukum - hukum newton tentang gerak
 
Kinesiologi dan biomekanika
Kinesiologi dan biomekanikaKinesiologi dan biomekanika
Kinesiologi dan biomekanika
 
Makalah biomekanika akbid
Makalah biomekanika akbidMakalah biomekanika akbid
Makalah biomekanika akbid
 
Elbow presentation
Elbow presentationElbow presentation
Elbow presentation
 
Makalah kinesiologi
Makalah kinesiologiMakalah kinesiologi
Makalah kinesiologi
 
Makalah AnfisTulang dan Otot Tengkorak
Makalah AnfisTulang dan Otot TengkorakMakalah AnfisTulang dan Otot Tengkorak
Makalah AnfisTulang dan Otot Tengkorak
 
Anatomi dan fisiologi tubuh manusia 4 & 5
Anatomi dan fisiologi tubuh manusia   4 & 5Anatomi dan fisiologi tubuh manusia   4 & 5
Anatomi dan fisiologi tubuh manusia 4 & 5
 
Buku sistem gerak manusia
Buku sistem gerak manusiaBuku sistem gerak manusia
Buku sistem gerak manusia
 
Sistem muskuloskeletal (jenuarista, wafa)
Sistem muskuloskeletal (jenuarista, wafa)Sistem muskuloskeletal (jenuarista, wafa)
Sistem muskuloskeletal (jenuarista, wafa)
 
Anatomi Terapan Pada Bahu dan Lengan Atas
Anatomi Terapan Pada Bahu dan Lengan AtasAnatomi Terapan Pada Bahu dan Lengan Atas
Anatomi Terapan Pada Bahu dan Lengan Atas
 
8 2. Gerak pada Manusia
8 2. Gerak pada Manusia8 2. Gerak pada Manusia
8 2. Gerak pada Manusia
 
Neck & trunk rom measurement
Neck & trunk rom measurementNeck & trunk rom measurement
Neck & trunk rom measurement
 
SMK-MAK kelas10 smk perancangan sistem kerja dan ergonomi industri liswarti
SMK-MAK kelas10 smk perancangan sistem kerja dan ergonomi industri liswartiSMK-MAK kelas10 smk perancangan sistem kerja dan ergonomi industri liswarti
SMK-MAK kelas10 smk perancangan sistem kerja dan ergonomi industri liswarti
 
Anfis tulang
Anfis tulangAnfis tulang
Anfis tulang
 
K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)
K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)
K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)
 

Similaire à Makalah

ERGONOMI DALAM LINGKUNGAN KERJA.pdf
ERGONOMI DALAM LINGKUNGAN KERJA.pdfERGONOMI DALAM LINGKUNGAN KERJA.pdf
ERGONOMI DALAM LINGKUNGAN KERJA.pdf
SitiMaijah
 
24817092566667y7-Ergonomi-Kerja2-ppt.ppt
24817092566667y7-Ergonomi-Kerja2-ppt.ppt24817092566667y7-Ergonomi-Kerja2-ppt.ppt
24817092566667y7-Ergonomi-Kerja2-ppt.ppt
matbewok01
 
PPT ERGONOMI #1 (Konsep Dasar Ergonomi).pptx
PPT ERGONOMI #1 (Konsep Dasar Ergonomi).pptxPPT ERGONOMI #1 (Konsep Dasar Ergonomi).pptx
PPT ERGONOMI #1 (Konsep Dasar Ergonomi).pptx
johan113673
 
Riza-ERGONOMI lalakskssndnsndlasndlksnflsknadfksadf
Riza-ERGONOMI lalakskssndnsndlasndlksnflsknadfksadfRiza-ERGONOMI lalakskssndnsndlasndlksnflsknadfksadf
Riza-ERGONOMI lalakskssndnsndlasndlksnflsknadfksadf
SafrizaAhmad2
 
1 pengertian ergonomi
1 pengertian ergonomi1 pengertian ergonomi
1 pengertian ergonomi
Garnet Waluyo
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: pengantar ergonomi
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: pengantar ergonomiITP UNS Semester 3, HIPERKES: pengantar ergonomi
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: pengantar ergonomi
Fransiska Puteri
 

Similaire à Makalah (20)

Pendahuluan Ergonomi.ppt
Pendahuluan Ergonomi.pptPendahuluan Ergonomi.ppt
Pendahuluan Ergonomi.ppt
 
Pendahuluan ergonomi.ppt
Pendahuluan ergonomi.pptPendahuluan ergonomi.ppt
Pendahuluan ergonomi.ppt
 
167_20220318063114_e-2.Pendahuluan Ergonomi (1).ppt
167_20220318063114_e-2.Pendahuluan Ergonomi (1).ppt167_20220318063114_e-2.Pendahuluan Ergonomi (1).ppt
167_20220318063114_e-2.Pendahuluan Ergonomi (1).ppt
 
13. ERGONOMI.pptx
13. ERGONOMI.pptx13. ERGONOMI.pptx
13. ERGONOMI.pptx
 
ERGONOMI DALAM LINGKUNGAN KERJA.pdf
ERGONOMI DALAM LINGKUNGAN KERJA.pdfERGONOMI DALAM LINGKUNGAN KERJA.pdf
ERGONOMI DALAM LINGKUNGAN KERJA.pdf
 
24817092566667y7-Ergonomi-Kerja2-ppt.ppt
24817092566667y7-Ergonomi-Kerja2-ppt.ppt24817092566667y7-Ergonomi-Kerja2-ppt.ppt
24817092566667y7-Ergonomi-Kerja2-ppt.ppt
 
PPT ERGONOMI #1 (Konsep Dasar Ergonomi).pptx
PPT ERGONOMI #1 (Konsep Dasar Ergonomi).pptxPPT ERGONOMI #1 (Konsep Dasar Ergonomi).pptx
PPT ERGONOMI #1 (Konsep Dasar Ergonomi).pptx
 
Ergonomi dasar
Ergonomi dasarErgonomi dasar
Ergonomi dasar
 
Presentation1a
Presentation1aPresentation1a
Presentation1a
 
Tinjauan ergonomi
Tinjauan ergonomiTinjauan ergonomi
Tinjauan ergonomi
 
Ergonomi dan Antropometri (Pak Wawan) (1).pptx
Ergonomi dan Antropometri (Pak Wawan) (1).pptxErgonomi dan Antropometri (Pak Wawan) (1).pptx
Ergonomi dan Antropometri (Pak Wawan) (1).pptx
 
Riza-ERGONOMI lalakskssndnsndlasndlksnflsknadfksadf
Riza-ERGONOMI lalakskssndnsndlasndlksnflsknadfksadfRiza-ERGONOMI lalakskssndnsndlasndlksnflsknadfksadf
Riza-ERGONOMI lalakskssndnsndlasndlksnflsknadfksadf
 
MATERI-KE-4A-ERGONOMI.pptx
MATERI-KE-4A-ERGONOMI.pptxMATERI-KE-4A-ERGONOMI.pptx
MATERI-KE-4A-ERGONOMI.pptx
 
1 pengertian ergonomi
1 pengertian ergonomi1 pengertian ergonomi
1 pengertian ergonomi
 
Usulan meja dan kursi kerja yang baik secara
Usulan meja dan kursi kerja yang baik secaraUsulan meja dan kursi kerja yang baik secara
Usulan meja dan kursi kerja yang baik secara
 
MODUL_1_ERGONOMI DASAR.docx
MODUL_1_ERGONOMI DASAR.docxMODUL_1_ERGONOMI DASAR.docx
MODUL_1_ERGONOMI DASAR.docx
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: pengantar ergonomi
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: pengantar ergonomiITP UNS Semester 3, HIPERKES: pengantar ergonomi
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: pengantar ergonomi
 
Ergonomi kesehatan
Ergonomi kesehatanErgonomi kesehatan
Ergonomi kesehatan
 
(1) PENGANTAR ERGONOMI.ppt
(1) PENGANTAR ERGONOMI.ppt(1) PENGANTAR ERGONOMI.ppt
(1) PENGANTAR ERGONOMI.ppt
 
Dasar Ergonomi
Dasar ErgonomiDasar Ergonomi
Dasar Ergonomi
 

Dernier

Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
novibernadina
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
pipinafindraputri1
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
JuliBriana2
 

Dernier (20)

DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
 
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKAksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
 
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptxMemperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptxTEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
 
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYSOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
 
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
 

Makalah

  • 1. Ergonomi & Faal Kerja Page 1 ERGONOMI & FAAL KERJA OLEH: ANDI ELMA WULANDARI (14120130001) NURFAHIRA HERMAN (14120130014) FITRIANI (14120130021) WILDA YUNITA (14120130032) ILSA WAHYUNI (14120130033) ASTIYANI RUSLAN (14120130037) MISRAWANI (14120130039) FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
  • 2. Ergonomi & Faal Kerja Page 2 KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah mata kuliah “KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA”. Kemudian shalawat beserta salam kita sampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup yakni al-qur’an dan sunnah untuk keselamatan umat di dunia. Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Keselamatan dan Kesehatan Kerja studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat pada Universitas Muslim Indonesia Makassar. Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Yulianti, ST, M.Kes selaku dosen yang mengajar mata kuliah Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan kepada segenap pihak yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama penulisan makalah ini. Akhirnya penulis menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan- kekurangan dalam penulisan makalah ini, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Makassar, 21 Oktober 2014 Penulis Kelompok I
  • 3. Ergonomi & Faal Kerja Page 3 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR…………………………………………….. i DAFTAR ISI…………………………………………………...…. ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang……………………………………………….… 1 B. Rumusan Masalah…………………………………………........ 2 BAB II PEMBAHASAN A. Ergonomi dan ruang lingkupnya……………………………….. 3 B. Perancangan tempat kerja dengan pendekatan ergonomi……… 14 C. Antropometri dan peralatan……………………………………. 19 D. Kebutuhan oksigen (VO2), kapasitas kerja, dan kelelahan otot... 29 E. Bekerja posisi duduk, berdiri dan berdiri setengah duduk……... 36 F. Ergonomi-fisiologi kerja……………………………………….. 44 G. Ergonomi untuk meningkatkan produktivitas kerja…………..... 58 H. Faal kerja……………………………………………………….. 64 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan…………………………………………………….. 70 B. Saran…………………………………………………………..... 70 DAFTAR PUSTAKA……………………………………………….72
  • 4. Ergonomi & Faal Kerja Page 4 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi saat ini begitu pesatnya, sehingga peralatan sudah menjadi kebutuhan pokok pada berbagai lapangan pekerjaan. Artinya peralatan dan teknologi merupakan penunjang yang penting dalam upaya meningkatkan produktivitas untuk berbagai jenis pekerjaan. Disamping itu disisi lain akan terjadi dampak negatifnya, bila kita kurang waspada menghadapi bahaya potensial yang mungkin timbul. Hal ini tidak akan terjadi jika dapat diantisipasi pelbagai risiko yang mempengaruhi kehidupan para pekerja. Pelbagai risiko tersebut adalah kemungkinan terjadinya Penyakit Akibat Kerja, Penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan dan Kecelakaan Akibat Kerja yang dapat menyebabkan kecacatan atau kematian. Antisipasi ini harus dilakukan oleh semua pihak dengan cara penyesuaian antara pekerja, proses kerja dan lingkungan kerja. Pendekatan ini dikenal sebagai pendekatan ergonomik. Ergonomi yaitu ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya dengan pekerjaan mereka. Sasaran penelitian ergonomi ialah manusia pada saat bekerja dalam lingkungan. Secara singkat dapat dikatakan bahwa ergonomi ialah penyesuaian tugas pekerjaan dengan kondisi tubuh manusia ialah untuk menurunkan stress yang akan dihadapi. Upayanya antara lain berupa menyesuaikan ukuran tempat kerja dengan dimensi tubuh agar tidak melelahkan, pengaturan suhu, cahaya dan kelembaban bertujuan agar sesuai dengan kebutuhan tubuh manusia. Ada beberapa definisi menyatakan bahwa ergonomi ditujukan untuk “fitting the job to the worker”, sementara itu ILO antara lain menyatakan,
  • 5. Ergonomi & Faal Kerja Page 5 sebagai ilmu terapan biologi manusia dan hubungannya dengan ilmu teknik bagi pekerja dan lingkungan kerjanya, agar mendapatkan kepuasan kerja yang maksimal selain meningkatkan produktivitasnya”. Ruang lingkup ergonomik sangat luas aspeknya, antara lain meliputi : B. Rumusan Masalah a. Apa ruang linglup ergonomi? b. Bagaimana perancangan tempat kerja dengan pendekatan ergonomic? c. Apa saja peralatan antropometri? d. Bagaimana kebutuhan oksigen, kapasitas kerja dan kelelahan otot? e. Bagaimana bekerja dengan posisi duduk, berdiri, dan berdiri setengah duduk? f. Bagaimana ergonomi dan fisiologi kerja? g. Bagaimana cara ergonomi untuk meningkatkan produktivitas kerja?
  • 6. Ergonomi & Faal Kerja Page 6 BAB II PEMBAHASAN A.Ergonomi dan Ruang Lingkupnya a. Definisi Ergonomi Istilah ergonomi (ergonomics) menurut David J. Oborne (1982) "the word ergonomics was coined from the Greek: Ergon -work; nomos natural laws".IEA memberikan definisi ergonomi sebagai berikut "the study of the anatomical, physiological dan psychological aspects of human in working environment. It is concernedwith optimizing the fficiecy, health, safety and comfort of the people at work, at home and at play. This generally require the study of system in wich human, machines and the environmen interact, with the aim offitting the tqsk to the humans" Oleh Eko Nurmianto (1998) istilah ergonomi didefinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan desain/perancangan. Oleh Sritomo Wignjosoebroto (i995) istilah ergonomi didefinisikan sebagai disiplin keilmuan yang mempelajari manusia dalam kaitannya dengan pekerjaannya. Menurut Iftikar Z. Sutalaks ana, et.al. (1979) ergonomi didefinisikan suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu, dengan efektif, aman dan nyaman. Menurut Adnyana Manuaba (2000) islilah ergonomi didefinisikan sebagai satu upaya dalam bentuk ilrnu, teknologi dan seni untuk menyerasikan peralatan,
  • 7. Ergonomi & Faal Kerja Page 7 mesin,pekerjaan, sistem, organisasi dan lingkungan dengan kemampuan, keahlian dan keterbatasan manusia sehingga tercapai satu kondisi dan lingkungan yang sehat, aman, nyaman, efesien dan produktif, melalui pemanfaatan fungsional tubuh manusia secara optimal dan rnaksimal. Kemudian, istilah ergonomi oleh Wilson (1995) dikutip John R, et.al (1998) didefinisikan "the involment of people in planning and controlling a significant amount of their own work activities, with sufficient knowledge and power to influence both processes and outcome in order to achieve desirable goals ". Oleh Sutarman (1987) istilah ergonomi didefinisikan dalam dua aspek yakni: 1) the adjustment of man to his work and work environment; 2) the tehnical and organizational adjustment of the work and work environment to the human need, capabilities and limitations. Dari berbagai pendapat di atas bahwa ergonomi masih tetap tidak lepas dari makna dasar yakni ergon adalah kerja (work) dan nomos adalah hukum-hukum alam (natural laws). Pengerlian kerja (work) secara sempit adalah kegiatan yang mendapatkan upah. tetapi, pengertian kerja secara luas adalah semua gerakan manusia rnerupakan kerja, meski tidak mendapatkan upah. Ergo (=gerak/ kerja) yang nomos (=alamiah) adalah gerakan yang efektif, efisien, nyaman, aman, tidak menimbulkan kelelahan dan kecelakaan sesuai kemampuan tubuh tetapi mendapatkan hasil kerja yang lebih optimal. oleh karena itu dalam pendekatan ergonomi memerlukan keseimbangan antara kemampuan tubuh dan tugas kerja. Biasanya, jika ingin meningkatkan kemampuan tubuh manusia, maka beberapa hal disekitar lingkungan alam manusia misal peralatan, lingkungan fisik, posisi gerak (kerja) perlu direvisi atau dimodifikasi atau didesain ulang disesuaikan dengan kemampuan tubuh manusia. Dengan kemampuan tubuh meningkat secara optimal, maka tugas kerja yang dikerjakan juga akan meningkat. Begitu juga sebaliknya,
  • 8. Ergonomi & Faal Kerja Page 8 jika lingkungan alam sekitar manusia tidak sesuai dengan kemampuan alamiah tubuh manusia, maka akan menimbulkan hasil kerja yang tidak optimal. Pendekatan ergonomi dapat penulis gambarkan sebagai berikut (gambar 1). 1. Anatomi 2. Fisiologi 3. Psikologi 4. Biomekanik 5. Kinesiologi 6. Enginering 7. Manajemen/Organisasi 8. Desain/redesain Gambar 1. Pendekatan Ergonomi Berdasarkan beberapa pendapat di atas pula, terdapat tiga hal yang penting dalam mempelajari ergonomi, antara lain: 1. Ergonomi menitik beratkan manusia (human-centred) .Ini diterapkan pada manusia dan fokus ergonomi pada manusia merupakan hal yang utama bukan pada mesin atau peralatan. MANUSIA LINGKUNGAN TUJUAN: 1. OPTIMAL ISASI 2. EFISIENSI (PRODU KTIVITAS ) 3. KESEHAT AN 4. KESELA MATAN 5. AMAN 6. NYAMA N
  • 9. Ergonomi & Faal Kerja Page 9 Ergonomik ini hanya cocok bagi mereka yang ingin mengembangkan sistem kerja. 2. Ergonomi membutuhkan bangunan sistem kerja yang terkait dengan pengguna. Hal ini bahwa mesin dan peralatan yang merupakan fasilitas kerja harus disesuaikan denganperformen manusia. 3. Ergonomi menitik beratkan pada perbaikan sistem kerja. Suatu perbaikan kemampuan dan kelemahan setiap individu, hal ini harus dirumuskan dengan cara diukur baik secara kualitatif rnaupun kuantitatif dalam jangka waktu tertentu. b. Sejarah Singkat Ergonomi Asal muasal konsep ergonomi dimulai ketika masyarakat primitif membuat alat dari batu yang digunakan untuk memotong hewan sebagai makanan (Kamal, 2004). Kenyataan selanjutnya konsep ergonomi diterapkan pada dunia indusiri. Revolusi yang dicetuskan sekitar tahun l900-an. orang bernama F.w. Taylor dan Frank serta Lilian Gilbreth mengawali menyebut kata “ergonomits”. Taylor memberikan prinsip bahwa hal itu sangat baik dan terkait dengan metode yang digunakan untuk melakukan kerja. Frank dan Gilbreths menfokuskan pada studi gerak dalam melakukan tugas kerja di industri sehingga memiliki gerakan kerja yang ekonomis dan mapan (=nyaman). Mereka menganjurkan agar saat bekerja tidak menggunakan otot pada kedua tangan bersamaan, berposisi simetris dan bergerak pelan (=statik) serta berbagai gerakan yang berlebihan harap dikurangi agar tenaga lebih optimal dan efisien. Sejak 12 Juli 1949, ergonomi adalah suatu interdisiprin ilmu untuk menyelesaikan problem masyarakat kerja. Kemudian, pada l6 Februari 1950 istilah ergonomi diadopsi menjadi disiplin ilmu yang digunakan dalam berbagai kehidupan (Edholm and Murrell, 1977 dikutip David J. Oborne, l982).
  • 10. Ergonomi & Faal Kerja Page 10 Perkembangan ergonomi sejak sekitar perang dunia kedua, banyak orang berbicara tentang kemampuan manusia dengan mesin dan peralatan (terutama diterapkan untuk perangkat keras peralatan perang seperti berbagai tank, pesawat tempur, sistem komunikasi dan lain-lain), juga hal itu sangat baik digunakan untuk menyesuaikan alat dengan kemampuan tenaga kerja. Sungguh tidak bijaksana jika pemimpin meminta agar tenaga kerja mengangkat susatu beban yang tidak disesuaikan kemamouan tubuhnya, karena hal itu akan menimbulkan kecelakaan.setiap tenaga kerja yang dipekerjakan terlebih dahulu perlu diberikan pelatihan.(training) dan penjelasan agar tidak terjadi kesalahan dalam bekerja. Perkembangan disiplin ilmu ergonomi sejak tahun 1945 secara berurutan dapat dituliskan sebagai berikut: a. 1945: Formation of Ergonomics Research Society in the UK. b. 1957: Human Factors Society was formed in the USA. c. 1959: International Ergonomics Associasion (lEA) was formed to link several human factors and ergonomics societies in various countries. Konggres ergonomik yang dilaksanakan IEA (pertama tahun 1961) peserta yang hadir dari kalangan pemerhati ergonomi dan dari organisasi ergonomi mendiskusikan sekitar isu ergonomi yang mencuat kepermukaan dunia, pada pertemuan itu terjadi interaksi antara para pemerhati ergonomi dan para profesional. IEA sebagai penyelenggara memberikan dukungan terhadap pengembangan anggota dan program.
  • 11. Ergonomi & Faal Kerja Page 11 c. Ruang Lingkup Ergonomi Ruang lingkup ergonomi sangat luas aspeknya, antara lain meliputi : a) Tehnik b) Fisik c) Pengalaman psikis d) Anatomi, utamanya yang berhubungan dengan kekuatan dan gerakan otot dan persendian e) Anthropometri f) Sosiologi g) Fisiologi, terutama berhubungan dengan temperatur tubuh, Oxygen up take, pols, dan aktivitas otot h) Desain, dll. d. Tujuan dan Pentingnya Ergonomi Tujuan ergonomik adalah untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja pada suatu institusi atau organisasi. Hal ini dapat tercapai apabila terjadi kesesuaian antara pekerja dengan pekerjaannya. Banyak yang menyimpulkan bahwa tenaga kerja harus dimotivasi dan kebutuhanya terpenuhi. Dengan demikian akan menurunkan jumlah karyawan yang tidak masuk kerja (absenteeism). Pendekatan ergonomik mencoba untuk mencapai kebaikan bagi pekerja dan pimpinan institusi. Hal itu dapat tercapai dengan cara memperhatikan empat tujuan utama ergonomik, antara lain: (l) memaksimalkan eflsiensi karyawan, (2) memperbaiki kesehatan dan keselamatan kerja, (3) menganjurkan agar bekerja aman (comfort), nyaman (convenience) dan bersemangat, dan (4)rnemaksimalkan bentuk (performance) kerja yang meyakinkan. Pentingnya ergonomi dapat dijelaskan sebagai berikut. Pada suatu masyarakat sosial, seseorang dapat beradaptasi dalam berbagai
  • 12. Ergonomi & Faal Kerja Page 12 perubahan situasi, ini dapat menjadi pertimbanganseseorang yang cerdas untuk mencapai kesuksesan. Adaptasi merupakan salah satu karakteristik yang dimiliki manusia. Mereka dapat beradaptasi dengan organisasi industri, proses produksi ala-talat mesin, bahkan juga dapat beradaptasi dengan peralatan dan fasilitas yang kurang baik. Suatu misal, tenaga kerja pabrik, bekerja di ruangan terbuka dengan perlengkapan di bawah minus (tidak standar), mereka bekerja, tidak menuntut, tidak ada ventilasi, panas, tertekan dan lingkungan iklim kerja di bawah standar. Mereka sebagai operator mesin dan bertugas mengendalikan alat kontrol yang harus didengar terletak di luar gedung. Mereka harus dapat mendengarkan alarm jika bunyi, padahal situasi lingkungannya bising. Konsekuensi situasi kerja seperti itu adalah kondisi tubuh menjadi kurang optimal, tidak efisien, kualitas rendah, danseseorang bisa mengalami gangguan kesehatan seperti nyeri pinggang (low back pain), gangguan otot rangka, dan penurunan daya dengar. Oleh karena itu, ergonomik menjadi penting, karena pendekatan ergonomi adalah membuat keserasian yang baik (standar) anlara manusia dengan mesin dan lingkungan. e. Metode-Metode Ergonomi 1. Diagnosis Dapat dilakukan melalui wawancara dengan pekerja, inspeksi tempat kerja penilaian fisik pekerja, uji pencahayaan, ergonomik checklist dan pengukuran lingkungan kerja lainnya. Variasinya akan sangat luas mulai dari yang sederhana sampai kompleks. 2. Treatment Pemecahan masalah ergonomi akan tergantung data dasar pada saat diagnosis. Kadang sangat sederhana seperti merubah posisi meubel, letak pencahayaan atau jendela yang sesuai. Membeli furniture sesuai dengan demensi fisik pekerja.
  • 13. Ergonomi & Faal Kerja Page 13 3. Follow-up Dengan evaluasi yang subyektif atau obyektif, subyektif misalnya dengan menanyakan kenyamanan, bagian badan yang sakit, nyeri bahu dan siku, keletihan, sakit kepala dan lain-lain. Secara obyektif misalnya dengan parameter produk yang ditolak, absensi sakit, angka kecelakaan dan lain-lain. f. Aplikasi atau Penerapan Ergonomi 1. Posisi Kerja Terdiri dari posisi duduk dan posisi berdiri, posisi duduk dimana kaki tidak terbebani dengan berat tubuh dan posisi stabil selama bekerja. Sedangkan posisi berdiri dimana posisi tulang belakang vertikal dan berat badan tertumpu secara seimbang pada dua kaki. 2. Proses Kerja Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi waktu bekerja dan sesuai dengan ukuran anthropometrinya. Harus dibedakan ukuran anthropometri barat dan timur. 3. Cata Letak Tempat Kerja Display harus jelas terlihat pada waktu melakukan aktivitas kerja. Sedangkan simbol yang berlaku secara internasional lebih banyak digunakan daripada kata-kata. 4. Mengangkat beban Bermacam-macam cara dalam mengangkat beban yakni, dengan kepala, bahu, tangan, punggung, dll. Beban yang terlalu berat dapat menimbulkan cedera tulang punggung, jaringan otot dan persendian akibat gerakan yang berlebihan. Beban yang diangkat tidak melebihi aturan yang ditetapkan ILO sbb: a. Laki-laki dewasa 40 kg b. Wanita dewasa 15-20 kg c. Laki-laki (16-18 th) 15-20 kg
  • 14. Ergonomi & Faal Kerja Page 14 d. Wanita (16-18 th) 12-15 kg 5. Organisasi kerja Pekerjaan harus di atur dengan berbagai cara : 1. Alat bantu mekanik diperlukan kapanpun 2. Frekuensi pergerakan diminimalisasi 3. Jarak mengangkat beban dikurangi 4. Dalam membawa beban perlu diingat bidangnya tidak licin dan mengangkat tidak terlalu tinggi. 5. Prinsip ergonomi yang relevan bisa diterapkan. 6. Metode mengangkat beban Semua pekerja harus diajarkan mengangkat beban. Metode kinetik dari pedoman penanganan harus dipakai yang didasarkan pada dua prinsip : 1. Otot lengan lebih banyak digunakan dari pada otot punggung 2. Untuk memulai gerakan horizontal maka digunakan momentum berat badan. Metoda ini termasuk 5 faktor dasar : a. Posisi kaki yang benar b. Punggung kuat dan kekar c. Posisi lengan dekat dengan tubuh d. Mengangkat dengan benar e. Menggunakan berat badan g. Kelelahan dalam Ergonomi Setelah pekerja melakukan pekerjaannya maka umumnya terjadi kelelahan, dalam hal ini kita harus waspada dan harus kita bedakanjeniskelelahannya, beberapaahlimembedakan/membaginya sebagaiberikut: 1. Kelelahan fisik Kelelahan fisik akibat kerja yang berlebihan, dimana masih dapat dikompensasi dan diperbaiki performansnya seperti semula. Kalau
  • 15. Ergonomi & Faal Kerja Page 15 tidak terlalu berat kelelahan ini bisa hilang setelah istirahat dan tidur yang cukup. 2. Kelelahan yang patologis Kelelahan ini tergabung dengan penyakit yang diderita, biasanya muncul tiba-tiba dan berat gejalanya. 3. Psikologis dan emotional fatique Kelelahan ini adalah bentuk yang umum. Kemungkinan merupakan sejenis “mekanisme melarikan diri dari kenyataan” pada penderita psikosomatik. Semangat yang baik dan motivasi kerja akan mengurangi angka kejadiannya di tempat kerja. Upaya kesehatan kerja dalam mengatasi kelelahan, meskipun seseorang mempunyai batas ketahanan, akan tetapi beberapa hal di bawah ini akan mengurangi kelelahan yang tidak seharusnya terjadi : a. Lingkungan harus bersih dari zat-zat kimia. Pencahayaan dan ventilasi harus memadai dan tidak ada gangguan bising. b. Jam kerja sehari diberikan waktu istirahat sejenak dan istirahat yang cukup saat makan siang. c. Kesehatan pekerja harus tetap dimonitor. d. Tempo kegiatan tidak harus terus menerus. e. Waktu perjalanan dari dan ke tempat kerja harus sesingkat mungkin, kalau memungkinkan. f. Secara aktif mengidentifikasi sejumlah pekerja dalam peningkatan semangat kerja. g. Fasilitas rekreasi dan istirahat harus disediakan di tempat kerja. h. Waktu untuk liburan harus diberikan pada semua pekerja i. Kelompok pekerja yang rentan harus lebih diawasi misalnya : 1. Pekerja remaja 2. Wanita hamil dan menyusui 3. Pekerja yang telah berumur 4. Pekerja shift
  • 16. Ergonomi & Faal Kerja Page 16 5. Migrant. j. Para pekerja yang mempunyai kebiasaan pada alkohol dan zat stimulan atau zat addiktif lainnya perlu diawasi. Pemeriksaan kelelahan : Tes kelelahan tidak sederhana, biasanya tes yang dilakukan seperti tes pada kelopak mata dan kecepatan reflek jari dan mata serta kecepatan mendeteksi sinyal, atau pemeriksaan pada serabut otot secara elektrik dan sebagainya. Persoalan yang terpenting adalah kelelahan yang terjadi apakah ada hubungannya dengan masalah ergonomi, karena mungkin saja masalah ergonomi akan mempercepat terjadinya kelelahan. h. Aplikasi Ergonomi untukPerancanganTempat Kerja Pelatihan bidang ergonomi sangat penting, sebab ahli ergonomi umumnya berlatar belakang pendidikan tehnik, psikologi, fisiologi atau dokter, meskipun ada juga yang dasar keilmuannya tentang desain, manajer dan lain-lain. Akan tetapi semuanya ditujukan pada aspek proses kerja dan lingkungan kerja. i. Bidang Kajian Ergonomi Sesuai dengan definisi ergonomi yang telah disebutkan, dapat dikatakan bahwa kajian utama dari ergonomi adalah perilaku manusia sebagai objek utama sesuai dengan prinsip fitting the task/the job to the man. Pada berbagai literatur terdapat perbedaan dalam menentukan bidang-bidang kajian ergonomi. Pada prinsipnya perbedaan tersebut hanya pada pengelompokkan perilaku-perilaku manusianya. Berkaitan dengan bidang penyelidikan yang dilakukan, ergonomic dikelompokkan atas empat bidang penyelidikan, yaitu: 1. Penyelidikan tentang Display.
  • 17. Ergonomi & Faal Kerja Page 17 Display adalah suatu perangkat antara (interface) yang menyajikan informasi tentang keadaan lingkungan dan mengkomunikasikannya kepada manusia dalam bentuk angka- angka, tanda-tanda, lambang dan sebagainya. Informasi ini dapat disajikan dalam bentuk statis, misalnya peta suatu kota dan dapat pula dalam bentuk dinamis yang menggambarkan perubahan variabel menurut waktu, misalnya speedometer. 2. Penyelidikan tentang Kekuatan Fisik Manusia. Dalam hal ini penyelidikan dilakukan terhadap aktivitas-aktivitas manusia pada saat bekerja dan kemudian dipelajari cara mengukur aktivitas-aktivitas tersebut. Penyelidikan ini juga mempelajari perancangan obyek serta peralatan yang disesuaikan dengan kemampuan fisik manusia pada saat melakukan aktivitasnya. a. Penyelidikan tentang Ukuran Tempat Kerja. Penyelidikan ini bertujuan untuk mendapatkan rancangan tempat kerja yang sesuai dengan dimensi tubuh manusia agar diperoleh tempat kerja yang baik sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan manusia. b. Penyelidikan tentang Lingkungan Kerja. Penyelidikan ini meliputi kondisi lingkungan fisik tempat kerja dan fasilitas, seperti pengaturan cahaya, kebisingan suara, temperatur, getaran dan lain-lain yang dianggap mempengaruhi tingkah laku manusia. B.Perancangan Tempat Kerja Dengan Pendekatan Ergonomi Tujuan pendekatan ergonomi dalam perancangan tempat kerja adalah agar terjadi keserasian antara manusia dengan sistem kerja (man- machine system) atau dapat dikatakan bahwa desain sistem kerja harus menjadikan tenaga kerja dapat bekerja bekerja secara layak. Ini
  • 18. Ergonomi & Faal Kerja Page 18 memerlukan keahlian desain alat dan perlengkapan, penataan (layout) ruang kerja, penataan organisasi kerja sehingga tenaga kerja dapat bekerja dengan baik dan efisien. Tenaga kerja akan bekerja secara terus menerus pada setiap hari kerja di tempat kerja tersebut. Oleh karena itu perancangan tempat kerja menjadi penting, karena berhasil tidaknya penyelesaian suatu pekerjaan ditentukan oleh keoptimalan tenaga kerja. Diane (2004) memberikan 12 prinsip ergonomik dalam perancangan tempat kerja agar efisien, antara lain: 1) pastikan semua benda yang ada mudah digunakan, 2) bekerja dengan ketepatan yang tinggi, 3) hindarkan ekses kerja terulang-ulang mengulangi tugas karena ada kesalahan 4) postur kerja harus baik (tepat) 5) hindarkan atau kurangi dari paparan getaran, 6) minimkan kelelahan dan ketegangan otot (hindarkan kerja melebihi jam kerja 7) minimkan dari tekanan secara langsung 8) peralatan dalam ruang kerja dapat disetel (adjustabte) 9) perlengkapan harus standar 10) perbaiki organisasi kerja 11) perbaiki desain tempat kerja dan 12) berilah latihan (training) bila bekerja masih belum sempurna. Disiplin ilmu yang terkait secara ergonomi dalam perancangan tempat kerja antara lain: studi metode kerja, antropometri, tata retak dan fasilitas ruang kerja, faal kerja (work physiology) dan biomekanik, keselamatan dan kesehatan kerja, maintability, hubungan dan perilaku manusia, dan pengaturan waktu kerja (Sritomo, 1995).
  • 19. Ergonomi & Faal Kerja Page 19 a. Studi Metode Kerja Metode kerja.perlu dipelajari agar kelelahan kerja dapat di kurangi, menghidari masalah yang timbul pada sistem kerangka otot, dan mendapatkan hasil pekerjaan yang lebih baik. Hal itu akan dapat dicapai dengan cara memberikan pelatihan pada tenaga kerja (operator). pelatihan terhadap operator terutama harus diberikan pada tenaga kerja baru dan juga apabila perusahaan mendatangkan mesin- mesin baru. Mekanisme penerimaan sensory hingga menjadikan perubahan keterampilan (skil) motorik ketika mengadakan latihan (training) adalah sebagai berikut: Peningkatan penguasaan selama latihan biasanya dapat di gambarkan sebagai berikut (gambar 3):
  • 20. Ergonomi & Faal Kerja Page 20 b. Antropometri Data antropometri merupakan data ukuran dimensi tubuh manusia. Data antropometri sangat berguna dalam perancangan suatu produk dengan tujuan mencari keserasian produk dengan manusia yang memakainya. Dengan demikian tidak hanya memberikan kepuasan pada pemakai procluk saja, tetapi juga pada pembuat produk. Untuk mendapatkan suatu perancangan optimum dari suatu ruang dan fasilitas akomodasi maka hal-hal yang harus diperhatikan adalah faktor-faktor seperti panjang dari suatu dimensi tubuh manusia baik dalam keadaan statis maupun dinamis. Dimensi tubuh manusia yang perlu diamati misarkan: berat dan pusat masa (center of gratity) dari suatu segmen tubuh, bentuk tubuh, jarak untuk gerakan melingkar dari tangan dan kaki, dan lain-lain. c. PengaturanTata Letak dan Fasilitas Kerja Tujuan utama pengaturan tata letak dan fasilitas kerja adalah untuk mencari gerakan-gerakan kerja yang efisien seperti hanya dengan pengaturan gerakan material handling. Dalam suatu kegiatan pengatuan tata letak dan fasilitas kerja disesuaikan dengan aliran kegiatan dan gerakan yang efisien. d. Fisiologi dan Biomekanik Mempelajari fungsi fisiologi organ tubuh dan diperhitungkan secara mekanika, hal ini menyangkut pengukuran kebutuhan energi tubuh yang dikeluarkan untuk aktifitas kerja dan mempertahankan tubuh ketika bekerja. Beban aktivitas dalam keadaan statis maupun dinamis diukur berdasar volume oksigen (VO2) yang dikonsumsi.
  • 21. Ergonomi & Faal Kerja Page 21 Data fisiologis ini bermanfaat dalam perancangan tempat kerja maupun penjadualan kerja dan istirahat yang tidak melebihi ambang batas kemampuan tubuh. e. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Aspek keselamatan dan kesehatan kerja perlu diatur dalam suatu undang-undang atau peraturan agar tenaga kerja terhindar dari potensi bahaya. Tenaga kerja harus dihindarkan dari unsafe condition dan unsafe action. Perancangan lingkungan kerja perlu diatur tidak melebihi nilai ambang batas (NAB), misal: pengaturan temperatur, pencahayaan, kebisingan, getaran,bau dan Iain-lain. f. Maintability, Waktu Kerja dan Hubungan Manusia Aspek ini berkepentingan untuk perancangan dan pengukuran kerja dengan tujuan untuk memperbaiki motivasi kerja. Memelihara hubungan kerja sesama pekerja maupun pekerja dengan perusahaan sangatlah diperlukan, timbulnya konflik sosial dan konflik psikologis masyarakat kerja biasanya diawali dari komitmen hubungan masyarakat kerja yang tidak harmonis. Penataan waktu kerja sesuai kemampuan psikologis manusia yang menimbulkan kepuasan kerja harus diperhatikan, kapan rnenberikan hadiah - menaikkan gaji - menaikkan jabatan dan sangsi, perlu waktu yang tepat. Tetapi yang paling penting dalam menjaga motivasi masyarakat kerja adalah memelihara rasa memiliki tenaga kerja terhadap perusahaan. Stabilitas lingkungan sosial di perusahaan atau institusi perlu dijaga, karena stabilitas personal tidak terlepas dari lingkungan. Wilayah (zone) personal dan lingkungan, dapat dilihat pada gambar 4 berikut ini. Pada gambar tersebut menurut orbone (1982) bahwa antar setiap zone memungkinkan terjadi ketertutupan dan keterbukaan.
  • 22. Ergonomi & Faal Kerja Page 22 Setiap zone selalu tidak konstan tergantung dari setiap perubahan kondisi. Ini penting untuk diperhatikan dan diamati, biasanya beberapa orang pada kelas tertentu akan mengelompok. Pada lingkungan antar kelas kelompok orang dijaga agar tidak terjadi konflik “wrong” karena bila terjadi akan menimbulkan pula kekacauan pada zone perusahaan atau institusi. . C.Antropometri dan Peralatan Pada saat ini telah banyak peralatan dibuat disesuaikan dengan ukuran tubuh (antropometri) manusia (pengguna). Desain ergonomis pada suatu populasi, peralatan yang diperuntukkan kepada kaum laki-laki dan perempuan seharusnya berbeda,karena antropometri laki-laki dan perempuan adalah berbeda. Suatu misal, kursi pengemudi mobil perempuan dan laki-laki seharusnya berbeda, karena antropometrinya berbeda, ini perlu adanya penelitian ergonomis. Begitu pula pesawat terbang atau pesawat perang perlu didesain melalui penelitian ergonomis, perancangan alat atau perancangan tempat kerja atau lingkungan yang antipati terhadap antropometri nampaknya akan menjadi problem besar pada suatu saat beberapa tahun yang akan datang.
  • 23. Ergonomi & Faal Kerja Page 23 Kenyamanan ataupun ketidaknyamanan menggunakan alat tergantung dari kesesuaian ukuran alat dengan ukuran manusia. Apabila ukuran alat tidak disesuaikan ukuran manusia pengguna. a. Antropometri Tangan
  • 24. Ergonomi & Faal Kerja Page 24 Pada antropometri tangan (gambar 10) beberapa bagian yang perlu diukur antara lain: A. Panjang tangan B. Panjang telapak tangan C. Lebar tangan sampai ibu jari D. Lebar tangan sampai matakarpal E. Ketebalan tangan sampai matakarpal F. Lingkar tangan sampai telunjuk G. Lingkar tangan sampai ibu jari. b. Antropometri Kaki Pada antropometri kaki (gambar 11) beberapa bagian yang perlu diukur antara lain: A. Panjang kaki B. Lebar kaki C. Jarak antaratumit dengan telapak kaki yang lebar D. Lebar tumit E. Lingkar telapak kaki (ukur yang terlebar) F. Lingkar kaki membujur.
  • 25. Ergonomi & Faal Kerja Page 25 c. Cara Mendapatkan Data Antropometri Untuk mendapatkan data antropometri yang teliti sehingga dapat digunakan sebagai dasar ukuran desain suatu alat, produk,ataupun perancangan display, antara lain : 1. Jumlah sampel memenuhi 2. Sampel pada masyarakat tertentu (random) 3. Dapat digeneralisasi pada populasi. Agar data antropometri tersebut dapat digunakan, maka sampel antropometri harus diklasifikasikan. Pengklasifikasian ini dibuat berdasarkan perbedaan yang terpenting ukuran manusia, Klasifiksi sampel tersebut antara lain: 1) Jenis kelamin 2) Suku bangsa (ethnic) 3) Usia 4) Jenis pekerjaan 5) Pakaian 6) Kehamilan (untuk wanita) 7) Cacat fisik tubuh. d. Cara Kaliberasi Antropometri penerapan data antropometri dapat dilakukan jika: 1. Ada nilai rata-rata (mean) 2. SD (standart deviasi) dari suatu distribusi normal. percentil: suatu nilai yang menyatakan bahwa persentase tertentu dari sekelompok orang yang dimensinya lebih besar atau sama dengan nilai tersebut. 1. 95 percentil ≥ 95 % ukuran .... (tubuh), ini menunjukkan ukuran tubuh besar.
  • 26. Ergonomi & Faal Kerja Page 26 2. 5 percentil ≥ 5 % ukuran .... (tubuh), ini menunjukkan ukuran tubuh kecil. Contoh 1: Tinggi badan pria dewasa orang Inggris usia l9-45 tahun adalah berdistribusi normal, mean (X ) = 1.745 m, SD = 69 mm. Berapa tinggi 95 percentil (ukuran paling tinggi) dari populasi tersebut? Jawab: Percentil 95: 95th = X +1,645.SD (Rumus ini lihat tabel 2 distribusi normal) = 1.745 + 1,645 (69) : 1.859 mm Contoh 2: Tinggi badan wanita dewasa Hongkong berdistribusi normal (X) = 1,555 m, SD = 60 mm. Berapa tinggi badan 5 percentil (tinggi terendah)? Jawab: 5th = X-1,645.SD (Lihat pada tabel 2 distribusi normal) = I .555 * 1,645 (60) = 1.456 mm.
  • 27. Ergonomi & Faal Kerja Page 27 Percentile Calculation 1st X – 2,325dx 2,5 th X - 1,960 dx 5 th X - 1,645 dx 1O th X - 1,280 dx 50 th X 90 th X + 1,280 dx 95 th X + 1,645 dx 97,5 th X + 1,960 dx 99 th X + 2,325 dx (Stevenson, 1989 dikutip Eko, l99l) e. Cara Mencari Standart Deviasi Rumus yang digunakan untuk mencari standart deviasi (SD) data tunggal yang semua hasil skornya (hasil pengukuran antropometri) berfiekuensi lebih adalah sebagai berikut. ∑fx2 = Jumlah hasil perkalian antara frekuensi masing-masing skor, dengan deviasi skor yang telah dikuadratkan N = Number of cases. Contoh: Misalkan hasil pengukuran tebal telapak tangan orang laki-laki (X) dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini.
  • 28. Ergonomi & Faal Kerja Page 28 f. Data Antropometri Berdasarkan hasil survei pengukuran antropometn 20 pemuda laki-laki usia antara19-24tahundiSurabayadapatdilihatpadatabel4berikutini : Tabel 4.Data antropometri Pemuda Laki-laki Surabaya Usia 19 -24 tahun.
  • 29. Ergonomi & Faal Kerja Page 29 g. DesainProduk(Peralatan)ErgonomisBerdasarAntropometri Untuk mendesain peralatan secara ergonomis yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari atau mendesain peralatan yang ada pada lingkungan seharusnya disesuaikan dengan manusia lingkungan tersebut. Apabila tidak ergonomis akan menimbulkan berbagai Jampak negatif bagi manusia tersebut. Dampak negatif bagi rmanusia tersebut akan terjadi baik dalam waktu jangka pendek (short term) maupun jangka panjang (long term). Bekerja pada kondisi yang tidak ergonomis dapat menimbulkan berbagai masalah, antata lain: nyeri, kelelahan, bahkan kecelakaan. Richard (2001) menyebutkan bahwa saat ini terdapat 80 % orang hidup setelah dewasa mengalami nyeri bagian tubuh belakang (back pain) karena berbagai sebab termasuk kondisi tidak ergonomis, dan karena back pain ini mengakibatkan 40 % orang tidak masuk kerja. Tidak masuknya kerja ini sangat merugikan perusahaan atau institusi, karena produksi berkurang. Hasil survei yung dilakukan Gempur (2001) menyebutkan bahwa tenaga kerja
  • 30. Ergonomi & Faal Kerja Page 30 bubut manual posisi berdiri tegak tidak ergonomis mengalami kelelahan otot biomekanik pada bahu kanan sebanyak 20,8 %.Kelelahan otot bi omekanik ini mengakibatkan produktivitas kerja menurun. Lord (1997) menyebutkan bahwa terdapat lebih dari 50% pasien di California mengalami lordosis akibat kerja dalam posisl berdiri dibanding kerja posisi duduk, pada kondisi tidak ergonomis. Perubahan bentuk tubuh (vertebral) menjadi lordosis sudah merupakan kecelakaan yang ditimbulkan dari posisi kerja waktu sebelumnya secara jangka panjang ini sangat menggangu fisiologis kerja termasuk berkurangnya jangkauan dan motion dalam bekerja. Yassierli (2000) yang meneliti pada tenaga kerja di bengkel permesinan di Bandung menyebutkan bahwa dari 80 responden mengalami kecelakaan pada pinggang sebesar 72%. Di Hongkong, seperti yang dilaporkan Anannontsak (1996) bahwa terdapat 38% tenaga kerja pabrik pakaian di Hongkong mengalami kecelakaan pada bagian pinggang. Kemudian, Liu (1998) menyebutkan balwa di Los Angeles - USA terdapat 14,5 % tenaga kerja permesinan mengalami kecelakan berbagai kelainan tulang belakang akibat dari fasilitas yang tidak ergonomis. Memperhatikan beberapa kesimpulan empiris di atas memperlihatkan bahwa kecelakaan dapat terjadi karena faktor fasilitas kerja dan posisi kerja yang tidak ergonomis. oleh karena itu, berbagai akibat yang merugikan tenaga kerja ( jajaran manajerial- decition maker) dan pekerja/buruh (tenaga kerjakasar;perlusegeradiselesaikandenganpendekatanergonomis." Gambaran desain produk ergonomis berdasar antropometri lihat chart (gambar 12) di bawah ini. Ukuran suatu alat (produk) baik berupa benda kerja maupun instalasi seharusnya di desain sesuai ukuran tubuh manusia (antropometri). .jadi, bukan manusia disesuaikan alat, tetapi alat harus disesuaikan dengan manusia. Agar dapat mendesain suatu alat sesuai dengan ukuran manusia, maka dalam mendesain produk harus disesuaikan dengan ukuran terbesar tubuh (95 th percentile) dan ukuran terkecil tubuh (5th, percentile) atau hasil kalibrasi ukuran setiap bagian tubuh (antropometri). Produk yang didesain sesuai dengan hasil karibrasi antropometri disebut desain produk ergonomi.
  • 31. Ergonomi & Faal Kerja Page 31 Contoh: Mendesain tempat tidur untuk pemuda Surabaya usia 19-24 tahun, memerlukan beberapa data antropometri antara lain: 1. tinggi badan, untuk ukuran panjang tempat tidur 2. Setengah depa, untuk ukuran lebar tempat tidur, dan 3. lipat lutut telapak kaki, untuk ukuran tinggi tempat tidur Apabila kita gunakan data antropometri seperti pada tabel 4 diatas yakni: Maka, ukuran tempat tidur adalah sebagai berikut: a. panjang tempat tidur dalam (rong) = 174,5 cm dibulatkan : 175 cm (pakai percentile 95 th agar orang yang berbadan tinggi juga muat). b. lebar tempat tidur (setengah depa) = 179,2 :2 cm = 89,6 cm dibulatkan : 90 cm ( pakai percentile 9th, agar orang yang berlengan panjang juga muat)
  • 32. Ergonomi & Faal Kerja Page 32 c. tinggi tempat tidur dan tebal kasur = 43,9 cm dibulatkan = 44 cm (pakai percentile 5th , agar orang yang lipat lututnya pendek juga dapat naik tempat tidur dengan tidak sulit/ nyaman). D.Kebutuhan Oksigen (VO2), Kapasitas Kerja dan Kelelahan Otot a. Konsumsi Oksigen Jika 1 liter oksigen dikonsumsi oleh tubuh, maka tubuh akan mendapatkan energi dari oksigen sebesar 4,8 kcal. Pengertian 1 kcal adalah jumlah panas yang dibutuhkan untuk menaikkan liter air dari tubuh 14,5ºc meniadi 15,5ºc. Pada orang yang bekerja berat menurut Astrand,et.al yang dikutip Eko Nurmianto (1998) bahwa kerja berat akan menyebabkan kekurangan oksigen (oxygen deht) selelah 5 menit aktivitas berlangsung. Jika bekerja terus-menerus,maka teriadi akumulasi oxygen deht yang selanjutnya terjadi metabolisme anaerobik. Akumulasi kekurangan oksigen karena digunakann selama kerja akan diterima (dipulihkan kembali ketika beristirahat yang selanjutnya tubuh segar kembali. b. Kapasitas Kerja Setiap individu mempunyai keterbatasan kebutuhan oksigen yang dikonsumsi. Apabila beban kerja meningkat, maka kebutuhan oksigen meningkat secara proporsional sampai batas kondisi maksimum. Konsumsi oksigen (VO2) dalam perancangan kerja diharapkan berada di bawah konsumsi oksigen dari rata-rala populasi (direkomendasikan kurang dari 50% VO2 max). Granjean (1996) merekomendasikan bahwa untuk tingkat beban kerja 5,2 kcal/menit merupakan nilai yang direkomendasikan untuk suatu kondisi
  • 33. Ergonomi & Faal Kerja Page 33 kerja berat yaitu 4 kcal/menit dari energi kerja. Konversi 5,2 kcal/menit=52/4,8=1,08 liter/menit oksigen. c. Periode Waktu Kerja dan Istirahat Batasan energi kerja yang direkomendasikan adalah 5,2 kcal/menit,jika melebihinya maka biasanya akan timbul rasa lelah (fatique). Parameter lelah dilihat dari kadar asam laktat dalam tubuh. Istirahat kerja dimulai ketika energi dalam tubuh kita masih tersisa energi 25 kcal sebelum asam laktat muncul. Cadangan energy akan hilang.jika kita bekerja lebih dari 5 kcal/menit. Ketika periode waktu istirahat, energi dalam tubuh kita akan pulih kembali. Untuk menghitung periode waktu kerja, adalah sebagai berikut: E = Konsumsienergi selama pekeriaanberlangsung (kcal/menit). (E-5,0) = Cadangan energi dalam tubuh habis (kcal/menit) Tw = Waktu bekerja (time working) (menit) Rumus = Tw 25 Menit E-5 Untuk menghitung periode waktu istirahat, sebagai berikut: Ketika istirahat diharapkan energi pulih kembali. Asumsi bahwa selama istirahat tubuh juga membutuhkan energi sebesar 1.5 kcal/menit. Jadi tingkat energi yang akan dibangun adalah 5,0 kcal/menit dikurangi 1,5 kcal/menit. Waktu kerja dianggap konstan dan diasumsikan berdasar cadangan energi dalam tubuh sebelum Ielah=25 kcal. Periode istirahat yang dibutuhkan Tr (time resting), rumus: Tr 25 5−1,5 7,1 Menit
  • 34. Ergonomi & Faal Kerja Page 34 Contoh: Seorang petani mencangkul (shoveling), energi yarrg dikeluarkan ketika bekerja 9,0 kcal/menit. Berapa lama bekerja yang diperkenankan dan istirahat yang dibutuhkan? Jawab: Tw = 25 9−5 6,25 Menit Jadi pekerja harus bekerja selama 6,25 menit dan istirahat 7,1 menit dan seterusnya. d. Metabolisme Aerob dan Anaerob Otot Metabolisme aerob. Ketika istirahat atau kerja ringan, sumber energi yang digunakan diambil dari lipid berupa asam lemak bebas (FFA= Free Fatty Acid) . Kemudian, bila intensitas kerja meningkat, penyediaan energi tidak cukup diambil dari lipid, tetapi diambil pula dari karbohidrat sebagai komponen campuran bahan bakar otot. Selama kerja berlangsung tersebut, sebagian besar energi untuk keratinfospat dan sintesis ulang ATP (Adenoside TriPhosphate) berasal dari penguraian glukosa menjadi CO, dan H2O. Sebagaimana pendapat Lodish,et.al. (2001) bahwa "pada kondisi oksidasi aerob, asam lemak dan gula-gula (glukosa) dimetabolis menjadi CO, dan H2O melalui pelepasan energi dari ikatan phosphoanhydrite pada molekul Af P". Jadi, metabolik jalur ini adalah bahwa gula darah masuk ke dalam sel dan mengalami degradasi melalui serangkaian reaksi kimia menjadi piruvat. Sumber glukosa lain, juga merupakan sumber piruvat adalah glikogen suatu polimer karbohidrat yang banyak di hati dan otot rangka. Dengan oksigen yang cukup banyak (aerob), piruvat memasuki proses asam sitrat (siklus Krebs). Dalam siklus tersebut piruvat dioksidasi menjadi CO2 dan H2O. Seluruh proses tersebut dinamakan glikolisis aerobik.
  • 35. Ergonomi & Faal Kerja Page 35 Penguraian glukosa atau glikogen menjadi CO2 melepaskan energi yang cukup besar untuk membentuk ATP dari ADP (Adenosine Diphosphate). Metabolisme Anaerob Otot.Ketika intensitas kerja otot meningkat, maka pasokan oksigen tidak mencukupi. Dalam kondisi seperti itu, dibutuhkan tambahan ATP disediakan melalui MEA (Metabolisme Energi Anaerobic). MEA tersebut menyebabkan konsentrasi asam laktat meningkat dan glikogen menurun. Dalam MEA predominan tersebut, kreatinfosfat tetap digunakan untuk sintesis ulang ATP. Sebagian sintesis ATP dipenuhi dengan menggunahan energi yang diIepaskan melalui penguraian anaerobic glukosa menjadi laktat. Sebagaimana pendapat Becker et al. (1999) bahwa "ketika anaerobik cadangan piruvat digunakan elektron aseptor untuk NADH menjadi NAD, oleh karena itu terjadi regenerasi oksidasi koenzim reaksi Gly 6 pada glikolisis. Hasil terbanyak dari reduksi piruvat adalah laktat. Jadi selama glikolisis, banyak glukosa diurai hasil terbanyak dari reduksi tersebut adalah piruvat dan asam laktat dalam otot skelet. e. kelelahan Otot Biomekanik (Kelelahan Otot Ditinjau dari Biokimia) Karbohidrat berasal dari makanan, dalam tubuh mengalami perubahan atau metabolisme. Hasil metabolisme karbohidrat antara lain glukosa. Glukosa terdapat dalam darah dapat ditimbun dalam sel yang berupa polimer, glukosa atau glikogen. Menurut Peter ( 1999) bahwa "sebagian karbohidrat makanan dikonversi menjadi lemak dan akibatnya dimetabolisis sebagai lemak". Oleh karena itu dalam suatu kegiatan yang membutuhkan kontraksi otot, sumber energy tubuh dapat diperoleh dari tiga sumber, sebagaimana menurut Becker et al. (1999) yakni dari "glukosa dalam darah, timbunan glikogen dalam sel hati dan otot rangka, dan simpanan triasilgliserol (lemak) di jaringan adiposa".
  • 36. Ergonomi & Faal Kerja Page 36 Perubahan biokimia yang terjadi selama kontraksi otot menurut Anna (1994) bahwa "asam laktat banyak terjadi sehingga menimbulkan rasa lelah". Menurut Gul'ton et al' (1997) bahwa "kelelahan otot meningkat hampir berbanding langsung dengan kecepatan penurunan glikogen otot". Kroemer et al. (1986) dikutip Yassierli et al. (2000) mengatakan bahwa: "kontraksi otot rangka yang lama dan kuat, dimana proses metabolisme tidak mampu lagi meneruskan supply energi yang dibutuhkan serta untuk membuang metabolisme, khususnya asam laktat. Jika asam laktat yang banyak (dari penyediaan ATP) terkumpul, otot akan kehilangan kemampuannya. Terbatasnya aliran darah pada otot (ketika berkontraksi), otot menekan pembuluh darah dan membawa oksigen juga semakin memungkinkan terjadinya kelelahan". Menurut Yassierli dan Iftikar Sutalaksana (2000) “Jika yang terjadi adalah kontraksi otot statis, maka kontraksi ini akan nrengurangi aliran darah secara kontinu selama kontraksi tersebut sedangkan pada kontraksi dinamis tidak demikian yang terjadi hanya sebentar-sebentar yakni ketika kontraksi itu terjadi. Ketika aliran darah menurun, metabolit akan terakumulasi dan supply oksigen otot akan berkurang secara cepat. Mungkin akan berpindah metabolisme menjadi anaerobik dan meningkatkan asam laktat yang kemudian mempercepat kelelahan". Ketika laktat menumpuk dalam otot, maka kelebihannya masuk dalam darah dan sebagian masuk dalam hati. Asam laktat dalam hati akan diubah menjadi glukosa ketika otot membutuhkan energi, hal itu terjadi dengan siklus Cori. Siklus Cori merupakan keterkaitan glikolisis dalam otot dengan glukoneogenesis (pembentukan glukosa atau glikogen dari sumber bukan karbohidrat) dalam hati, lihat pada gambar 13. Menurut Becker et a|. (1999), bahwa "otot rangka banyak memperoleh energi dari glikolisis, khususnya ketika latihan (exercise). Laktat mengalir ke aliran darah menuju hati, teiadi reoksidasi menjadi piruvat. Piruvat merupakan substrat untuk proses glukoneogenesis, dan glukosa yang terbentuk kembali lagi ke dalam peredaran darah".
  • 37. Ergonomi & Faal Kerja Page 37 Apabila oksigen mencukupi, terjadi metabolisme aerobik pada otot skelet. Kontraksi otot dalam keadaan aerob, asam laktat tiduk menumpuk dan piruvat dioksidasi lebih lanjut meniadi CO2 dan H2O. Sebagaimana menurut Lodish (2001) bahwa "pada kondisi oksidasi aerobik, asam lemak dan gula- gula (glukosa) dimetabolis menjadi CO2 dan H2O melalui pelepasan energi dari ikatan phosphoanhydrite pada molekul ATP”. Keadaan piruvat dari glikolisis dalam kondisi aerob dan anaerob dapat dilihat pada gambar 74. Pada gambar 14 tersebut menurut Becker et al. (1999) bahwa piruvat tergantung dari keterlibatan organisme dan tersedianya oksigen (a) Dalam kondisi aerobik, banyak organisme merubah piruvat menjadi asetat yang melibatkan oksidasi NAD* seperti suatu elektron akseptor dan dekarboksilasi (pelepasan atom karbon seperti co2). Asetat teraktivasi diikuti oleh pengangkut coenzim A seperti asetil coenzim A (asetil CoA). Asetil CoA selanjutnya sebagai substrat untuk respirasi aerobik. Ketika anaerobik (hypoxic condition), cadangan piruvat digunakan elektron aseptor untuk oksidasi NADH menjadi NAD*, oleh karena itu terjadi
  • 38. Ergonomi & Faal Kerja Page 38 regenerasi oksidasi coenzim reaksi Gly 6 pada glikolisis. Hasil produk terbanyak dari reduksi piruvat adalah: (b) laktat (banyak di sel binatang dan berbagai bakteri) atau (c) ethanol dan co2 (banyak di sel tanaman dan ragi serta mikroorganisme lainnya). Enzim yang dipakai katalis suatu reaksi lihat pada kotak (box) gambar 14. Dalam sel eukaryoto, semua reaksi dari respirasi aerobik tergantung piruvat dalam mitokhondria. Konsentrasi kreatinfosfat dalam otot jauh lebih besar dari pada konsentrasi ATP dalam otot, sebagaimana pendapat Anna (1994) bahwa "dalam otot terdapat juga senyawa berenergi tinggi seperti kreatinfosfat, konsentrasi ATP dalam otot hanya sedikit, sedangkan konsentrasi kreatinfosfat j auh lebih besar". Kreatinfosfat ini sebagai pengimbang jika dalam otot kekurangan ATP. Lihat gambar l5 di bawah ini.
  • 39. Ergonomi & Faal Kerja Page 39 Pada gambar 15 di atas, kreatinfosfat dapat bereaksi dengan ADP secara reversible untuk membentuk ATP dengan jalan memberikan gugus fosfat kepada ADP dan berubah menjadi keratin. Apabila ATP banyak dibutuhkan maka reaksi berkisar ke kanan, sedangkan apabila ATP telah dapat terbentuk kembali oleh proses glikolisis dan siklus asam sitrat (Kreb's), maka reaksi tersebut berjalan ke kiri, artinya kreatinfosfat terbentuk kembali. Oleh karena itu, sebagai parameter kelelahan otot dapat dipelajari berdasar kandungan metabolit, sebagaimana menurut Niels (2000) menyebutkan bahwa "otot mulai lelah ketika isi metabolit (metabolite content) mengandung (dalam mmol/kg dw) ATP (26,9 ± I,2); phosphacreatine (73,1± 3,8); glycogen (126,4 ± 6,9); lactate (22,9 ± 2,2)". E. Bekerja, PosisiDuduk, BerdiriSetengah Duduk a. PrinsipPosisiDuduk Posisi duduk pada otot rangka (muscolusskeletal) dan tulang belakang (vertebral) terutama pada pinggang (sacrum,lumbar dan thoracic) harus dapat ditahan oleh sandaran kursi agar terhindar dari nyeri (back pain) dan
  • 40. Ergonomi & Faal Kerja Page 40 terhind ar cepatlelah (fatique). Menurut Richard Ablett (2001) saat ini terdapat 80% orang hidup setelah dewasa mengalami nyeri pada bagian tubuh belakang (back pain) karena berbagai sebab, dan karena back pain ini mengakibatkan 40 o/o orangtidak masuk kerja. Selain itu, ketika duduk kaki harus berada pada alas kaki dan dalam sikap duduk dapat bergerak dengan relaksasi. Pada posisi duduk tekanan tulang belakang akan meningkat dibanding berdiri atau berbaring, bila posisi duduk tidak benar. Diasumsikan menurut Eko Nurmianto (1998) tekanan posisi tidak duduk 100% , maka tekanan akan meningkat menjadi 140% bila sikap duduk tegang dan kaku, dan tekanan akan meningkat menjadi 190% apabila saat duduk dilakukan membungkuk ke depan. Oleh karena itu perlu sikap duduk yang benar dan dapat relaksasasi (tidak statis). b. Posisi Duduk Ada beberapa posisi duduk seperti yang terlihat pada gambar 16-20 di bawah ini:
  • 41. Ergonomi & Faal Kerja Page 41
  • 42. Ergonomi & Faal Kerja Page 42 c. Posisi Kerja Bekerja dengan posisi berdiri terus menerus sangat mungkin akan terjadi penumpukan darah dan berbagai cairan tubuh pada kaki, hal ini akan bertambah bila berbagai bentuk dan ukuran sepatu yang tidak sesuai. Seperti pembersih (clerks), dokter gigi, penjaga tiket, tukang cukur (barbers) pasti memerlukan sepatu ketika bekerja, apabila sepatu tidak pas (tidak sesuai) maka sangat mungkin akan sobek (bengkak) pada jari kaki, mata kaki, dan bagian sekitar telapak kaki. Oleh karena itu perlu adanya penelitian lebih lanjut sepatu kerja secara ergonomis. Sepatu yang baik adalah sepatu dapat menahan kaki (tubuh), bukan kaki direpotkan untuk menahan sepatu. Desain sepatu untuk kerja berdiri, ukuran sepatu harus lebih longgar dari ukuran telapak kaki, apabila bagian sepatu di kaki terjadi penahanan yang kuat pada
  • 43. Ergonomi & Faal Kerja Page 43 tali sendi (ligaments) pergelangan kaki, dan hal itu terjadi pada jangka waktu yang lama, maka otot rangka (muscles) akan mudah mengalami kelelahan (fatigued). Berbagai tinggi tumit sepatu dan kaki lihat gambar 21 di bawah ini. Beberapa penelitian yang lalu telah berusaha untuk mengurangi kelelahan pada tenaga keria posisi berdiri, seperti Granjeun (1998) dikutip Sanders et al. (1993) merekomendasi bahwa untuk jenis pekerjaan teliti (precision) letak tinggi meja kerja diatur l0 cm di atas tinggi siku, untuk jenis pekeriaan ringan (light)letak tinggi rneja diatur sejajar dengan tinggi siku,dan untuk jenis pekerjaan berat (heavy) letak tinggi meja kerja diatur 10 cm di bawah iinggi siku" lihat gambar 22. Begitu pula Suma'mur (1994) menyebutkan bahwa ada beberapa hal yang harus diperhatikan untuk mendapatkan posisi berdiri "tinggi kerja sebaihnya 5-10 cm di bawah siku, arah penglihatan 23-37 derajat ke bawah".
  • 44. Ergonomi & Faal Kerja Page 44 d. Kerja Berdiri Setengah Duduk Berdasarkan hasil penelitian Gempur (2003) bahwa tenaga kerja bubut yang telah terbiasa bekerja dengan posisi berdiri tegak (TG) diubah menjadi posisi berdiri setengah duduk tanpa sandaran (SDTS) dan setengah duduk pakai sandaran (SDPS) (lihat gambar 23,24, dan 25). menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat kelelahan otot biomekanik (TKOB) antar kelompok. Rata-rata nilai nominal TKOB kerja bubut posisi berdiri TG 2,2 > SDTS 1,8 > SDPS 1,4 (lihat grafik I ). Jadi, kerja bubut posisi berdiri TG lebih melelahkan dibanding SDTS maupun SDPS. Kelelahan otot biomekanik tersebut berbanding langsung dengan peningkatan asam laktat dan penurunan glukosa, sebagaimana disebutkan oleh Guyton et.al. (1997) bahwa "kelelahan otot meningkat hampir berbanding langsung dengan kecepatan penurunan glikogen otot", dan disebutkan pula oleh Kroemer et.al.(1986), Anna (1994), Niels (2000) bahwa "dalam keadaan anaerob, asam laktat banyak terjadi sehingga menimbulkan rasa lelah dan dalam hal ini glikogen dalam otot berkurang". Berdasarhan hasil penelitian Gempur (2003) terbukti bahwa koefisien respons metabolisme energi anaerobik (MEA) posisi berdiri TG (laktat 4,853 rnmol/kg, glukosa 0,221 mg%);
  • 45. Ergonomi & Faal Kerja Page 45 SDTS turun menjadi (lalttat 3,100 mmol/kg, glukosa 0,175 mg%); dan SDPS menjadi (laktat 3,314 mntol/kg, glukosa 0,07089 mg%), jadi respons MEA pada kerja bubut posisi berdiri TG lebih tinggi dibanding posisi berdiri SDTS maupun SDTS.
  • 46. Ergonomi & Faal Kerja Page 46 Berdasarkan penelitian Gempur (2003) bahwa posisi kerja berdiri TG, SDTS, dan SDPS berpengaruh terhadap perubahan sudut tubuh (PST). Besar PST antar kelompok kerja bubut, untuk kelompok posisi berdiri TG (PST rata-rata 22,8 ± 9,2112 derajat), posisi berdiri SDTS (PST rata-rata 14,7 ± 6,4987 derajat), dan posisi berdiri SDPS (PST rata-rata 14,8 ± 7,9554 derajat) (lihat grafik 1). Hal itu dapat dijelaskan bahwa, suatu kondisi tempat kerja untuk jenis kerja posisi berdiri diubah maka akan mengakibatkan perubahan pula pada performen tubuh. Oleh karena itu, apabila bekerja dalam jangka waktu yang relatif lama dengan performen posisi berdiri yang berbeda maka berdampak pada besar performen PST. Perubahan performen PST berdampak pada TKOB. Hal itu dapat dijelaskan bahwa kerja posisi berdiri pada awal kerja sampai dengan akhir kerja, tubuh semakin condong ke depan, akibatnya PST semakin besar pula. Apabila terjadi PST semakin besar maka momen gaya yang diterima otot biomekanik juga semakin besar. Momen gaya yang diterima otot
  • 47. Ergonomi & Faal Kerja Page 47 biomekanik semakin besar maka tubuh memerlukan tambahan energi dari pemecahan adenosin triphospat (ATP) dengan cara metabolisme energi respirasi anaerobik. Meningkatnya asam laktat tersebut akan mempercepat kelelahan otot biomekanik. Hasil penelitian Gempur (2003) diperlihatkan pula bahwa terdapat hubungan antara perubahan posisi berdiri, PST, TKOB, dan produktivitas kerja. Rata-rata hasil produktivitas kerja kelompok kerja bubut posisi berdiri TG (23,000 ± 3,5692), posisi berdiri SDTS (28,060 ± 2,4833), dan posisi berdiri SDTS (27,061 ± 1,6189) (lihat grafik 1). Hasil produktivitas kerja kelompok TG jauh di bawah hasil produktivitas kerja kelompok SDTS maupun SDPS. Hal ini sebagai bukti bahwa kerja posisi berdiri TG mengalami kelelahan otot biomekanik lebih tinggi, sehingga mempunyai produktivitas kerja rendah. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan kerja posisi berdiri SDTS maupun SDPS lebih tidak melelahkan dan produktivitas kerja lebih tinggi dibanding kerja posisi berdiri TG. F. Ergonomi Fisiologi Kerja a. Gerakan Tubuh oleh Otot Rangka (SkeletalMuscles) Otot rangka (skeletal muscles) adalah "otot bergaris yang menempel pada tulang-tulang (bones) dan menghasilkan kekuatan gerak saat dibutuhkan untuk memikul kekuatan keluar yang tegas (Kroemer et al., 1997). Otot rangka biasanya dikaitkan pada duatempat tertentu, tempat yang terkuat diam (fix) disebut origo (as all kepala) dan yang lebih dapat bergerak (mobile) disebut insertion (ekor). Jadi, origo dianggap sebagai tempat dari mana otot timbul (mulai), dan insertio adalah tempat ke arah mana otot berjalan (akhir). Namun, sebagian kecil setiap otot dapat menggerakkan baik origo maupun insertionya. Origo dan inserlio juga dapat berbalik fungsi. Hal itu dicontohkan oleh Evelyn (2000) misal: "biseps timbul dari skapula dan berjalan turun ke lengan, berinsertios di radius. Skapula sebagai tempat terpancang, dan radius tempat yang
  • 48. Ergonomi & Faal Kerja Page 48 digerakkan biseps. Apabila kedua tangan berpegangan pada sebuah batang horisontal kemudian badan diangkat setinggi di atas lengan. maka biseps akan membantu gerakan ini. Dengan demikian otot bekerja dengan origo dan insertio yang terbalik yakni radius menjadi tempat yang lebih kuat mengait dan skapula tempat yang harus bergerak". Otot rangka merupakan sekelompok otot untuk menggerakkan berbagai bagian kerangka. Setiap kelompok berlawanan dengan yang lain disebut otot antagonis. Misalkan,fleksor adalah antagonis dari ekstensor (fleksor dan ekstensor merupakan fungsi otot), begitu pula abduktor antagonis dari adduktor. Kelompok yang menstabilkan anggota sewaktu bagian lain bergerak disebut otot fixasi. Sekelompok otot menahan sendi sewaktu yang lain bergerak (seperti fleksor dari otot pergelangan tangan menguatkan jari sewaktu diluruskan) ini disebut kerjasama saling membantu (sinergis). Otot rangka dibentuk oleh sejumlah serat berdiameter sekitar 10 - 80 mikrometer. Masing-masing serat terbuat dari rangkaian sub unit yang lebih kecil (Guyton et al., 1997). Lihat gambar 26 di bawah ini, merupakan bagian struktur hirarki otot rangka dari bagian yang lebih luas sampai serat otot bahkan sampai semua yang ada di dalamnya. bergaris (otot jantung dan otot rangka) maupun otot polos akan mengalami kontraksi. Oleh Ganong (1999) disebutkan bahwa "sel-sel otot
  • 49. Ergonomi & Faal Kerja Page 49 dapat dirangsang secara kimiawi,listrik dan mekanik untuk membangkitkan potensial aksi yang dihantarkan sepanjang membran sel". Otot memiliki mekanisme kontraktil yang dirangsang oleh potensial aksi. Kontraksi tersebutdihasilkan oleh protein kontraktil aktin dan miosin. b. Gerak Biomekanik Pada dasarnya gerakan dibagi menjadi dua kategori, yakni gerakan terencana dan gerakan tidak terencana, sebagaimana disebutkan oleh Adrian et al. ( 1989) bahwa "pola (pattern) gerakkan dapat dikategorikan seperti terencana (planner) atau tak terencana (non- planner). Semua jenis gerakan pada organ tubuh maupun tubuh yang terencana dan tidak terencana dilakukan oleh kontraksi otot. Untuk gerakan biomekanik, sebagaimana disebutkan Adrian et al. (1989) merupakan "ilmu yang menyelidiki ,menggambarkan dan menganalisis beberapa gerakan manusia"Gerakan biomekanik ini dipelajari diharapkan mendapatkan gerakan yang ehsien. Dengan kata lain menurut Ganong (1999) bahwa "faktor momentum dan keseimbangan dipadukan dalam gerakan tubuh untuk memperoleh gerakan maksimal dengan kerja otot yung minimal". Dalam gerakan biomekanika "otot beraksi terhadap tulang untuk mengendalikan gerak rotasi disekitar sambungan tulang" (Eko, 1998). Misalkan sajak terjadinya gerak pada fleksi tungkai dan sendi paha, menurut Ganong(1999) otot-otot paha belakang terentang di panggul , melalui sendi panggul dan sendi lutut sampai ke tibia dan fibula, kontraksi otot belakang tersebut menghasilkan gerak fleksi tungkai dan sendi paha". Bila pada saat yang bersamaan paha juga mengalami fleksi pada sendi panggul, maka menurut Ganong 1999) yang terjadi adalah “pemanjangan beberapa otot paha belakang yang melingkup sendi panggul akan cenderung mengkompensasi kontraksi otot tersebut melalui sendi lutut".
  • 50. Ergonomi & Faal Kerja Page 50 Untuk gerakan kedua tangan bersama-sama menggenggam beban suatu benda dengan posisi tubuh berdiri atau duduk. Posisi seperti itu dalam kondisi kontraksi isometrik (statis). Thompson (1981) telah mengadakan percobaan (exercises) berturut-turut selama 5 sampai 20 detik, ternyata bahwa "abduksi terletak pada ketahanan adduktor sendi bahu (shoulder joint); agonis terletak pada otot teres major, latissimus dorsi, posterior deltoideus; antagonis terletak pada otot pectoralis major dan anterior deltoideus. Kemudian, adduksi dan tekanan terletak ketahanan abduktor tulang bahu; agonis terletak pada otot rhomboideus major, rhomboideus minor dan otot trapezius; antagonis terletak pada otot serratus anterior, pectoralis minor, dan otot trapezius atas. Dari percobaan tersebut diketahui bahwa isometrik melibatkan banyak kontraksi otot, tergantung bentuk percobaan dan sendi yang digerakkan. Untuk pekerjaan bubut yang berdiri statis dan tangan menekan handel secara statis, tentu melibatkan banyak otot yang mengalami kontraksi. Namun dilihat dari keluhan klinis bahwa tukang bubut mengalami kelelahan biomekanik terbesar pada bahu kanan, punggung dan pinggang, hal ini dapat diprediksi dari otot-otot yang menghubungkan antara tangan, bahu, leher dan tulang belakang. Dr antara otot-otot tersebut menurut Thompson (1981)adalah otot trapezius, rhomboideus dan latissimus dorsi. Menurut Thompson ( 1981) pula bahwa "otot trapezius yang menghubungkan dasar tengkorak tali sendi leher, vertebral pada cervical 7 dan seluruh thoracic ". Sebagaimana pula disebutkan oleh Nederhand (2000) bahwa "disfungsi otot cervical dapaldilihat pada upper lrapezius mltscles". Otot rhomboideus yang mengikat vertebral setelah cervical dan Tl -T5. Otot latissimus dorsi mengikat puncak pantat pada pangguT, sacrum belakang danvertebral lumbar dan T-5 bawah sampai iga 3 bawah. Menurut hasil penelitian McGill et al. (2000) bahwa "terjadinya injury terhebat pada tulang belakang ini terbesar disebabkan oleh lumbar yang terbebani".
  • 51. Ergonomi & Faal Kerja Page 51 Kemudian otot skelet yang menjaga dari membungkuk keberdiri menurut Thompson (1981) adalah"erector spine muscle(sacrospinalis); otot ini menghubungkan pantat atas di ilium,permukaan pantat bawah di sacrum, iga (ribs) 7 bawah, semlralumbar dan semua thoracic". Otot skelet yang termasuk menjadisatu dalam erector spine adalah iliocostalis, longissimus dorsi,spinalis dorsi, dan berbagai jenis otot di lumbar thoracic, dan cervival bagian spinal columna. Menurut Shirazi et al.(1996)bahwa postur yang menerima beban 2800 N lebih besar diterima oleh otot erector sPine di L1" Hukum dasar dalam biomekanika dirumuskan oleh Isaac Newton (1643-1727) untuk mempelajari gerakan mekanik pada manusia dan hewan. Pada awalnya Newton mengembangkan hukum gerakan dan menjelaskan gaya tarik gravitasi antara dua benda. terdapat 3 hukum dasar mekanika yang dicetuskan oleh Newton. Hukum Newton pertama, ini disebut pula hukum inersia (hukum kelembaman), kaitinya bahwa benda mempunyai sifat mempertahankan keadaannya; apabila suatu benda sedang bergerak maka benda itu akan bergerak terus. Demikianpula,apabila suatu benda sedang tidak bergerak maka benda itu bersifat malas untuk mulai bergerak. Dapat pula dikatakan bahwa semua obyek/benda akanbergerak apabila ada gaya yang mengakibatkan pergerakan benda itu. Pandangan tersebut sebagai hukum Newton yang berbunyi “setiap obyek berlangsung dalam keadaan istirahat, atau gerakan yang sama pada suatu garis lurus. Kecuali benda itu Terpaksa untuk berubah keadaan oleh gaya yang bekerja apadanya" Hukum Newton pertama ini dipakai untuk mengukur suatu pengamatan. Hukum Newton kedua, apabila ada gaya yang bekerja pada suatu benda maka akan mengalami suatu percepatan yang arahnya sama dengan arah gaya. Percepatan (a) dan gaya (F) adalah sebanding dalam besaran. Apabila kedua besaran ini sebanding maka salah satu adalah sama dengan hasil perkalian bilangan konstan. Jadi hubungan gaya (F) adalah sebanding dalam besaran. Apabila kedua besaran ini sebanding maka
  • 52. Ergonomi & Faal Kerja Page 52 salah satu adalah sama dengan hasil perkalian bilangan konstan. Jadi hubungan gaya (F) dan percepatan (a) oleh Newton dirumuskan sebagai berikut: F = m.a (1 Kg m/detik2: 1 N) M = massa benda atau massa inisial (m dinyatakan 1kg massa) a = percepatan (1 m/detik2). Massa benda berlainan dengan berat benda, massa benda adalah kuantitas skalar, sedangkan berat benda adalah gaya gravitasi yang bekerj apadabenda tersebut dan merupakan kuantitas vector (Fg : gaya gravrtasi, Fg: m . a). Hukum Newton ketiga, bilamana benda A memberi gaya F pada suatu benda B, pada waktu bersamaan benda B memberi gaya R pada benda A; maka gaya R sama dengan gaya F tetapi mempunyai arah yang berlawanan (lihat gambar 27). Gaya pada tubuh dan di dalam tubuh. Terdapat gaya yang bekerja di dalam tubuh kita sendiri . Gaya yang bekerja dalam tubuh dapat diketahui ketika kita menabrak suatu obyek. Sedangkan gaya yang berada dalam tubuh, sering tidak kita ketahui, padahal gaya itu ada, misalkan gaya otot menyebabkan mengalirnya darah dan paru-paru yang memperoleh udara. Newton telah membuat hukum gravitasi secara
  • 53. Ergonomi & Faal Kerja Page 53 universal yang merupakan dasar gaya yang dikenal dengan gaya gravitasi. Hukum ini merupakan gaya tarik antara dua benda, misalkan berat badan, ini merupakan gaya tarik bumi terhadap badan kita. Terjadinya varises pada vena merupakan gaya tarik bumi terhadap aliran darah yang mengalir secara berlawanan. Selain gravitasi ada pula gaya listrik, yaitu gaya antara elektron dan proton pada atom hydrogen. Terdapat pula dua gaya yang mendasar yaitu gaya inti kuat yang dihasilkan oleh proton dan gaya inti lemah yang dihasilkan elektron (beta) dari inti atom.apabila ditinjau dari segi statis dinamisnya tubuh manusia, maka gaya yang bekerja pada tubuh manusia dibagi dalam dua tipe yakni gaya pada tubuh dalam keadaan statis, dan gayapada tubuh dalam keadaan dinamis. Gaya pada tubuh dalam keadaan statis/stasioner berarti obyek/tubuh dalam keadaan setimbang, berarti pula jumlah gaya dalam segala arah sama dengan nol, dan jumlah momen gaya terhadap sumbu juga sama dengan nol.Sistemototdantulang tubuh manusia bekerja sebagai pengungkit (pengumpil). Terdapat tiga macam kelas pengungkit yang bekerja dalam tubuh manusia.antara lain: 1.) kelas sistem pengungkit lihat gambar 28 berikut ini.
  • 54. Ergonomi & Faal Kerja Page 54 2.) Kelas dua sistem pengungkit lihat gambar 29 berikut ini. 3.) Kelas ketiga sistem pengumpil,lihat gambar 30 berikut ini Pada sistem pengungkit kelas pertama, Secara mekanika didefinisikan sebagai perbandinganantara gayaototdangayaberat. Oleh karena momen gaya=0, maka
  • 55. Ergonomi & Faal Kerja Page 55 W.IW =0 M. IM = 0, atau W. IW =M. IM M = IW W =IM M/W =IW/M c. Mekanisme Kontraksi Otot Mekanisme umum kontraksi otot menurut Guyton et al. (1997) dan Ira et al. (1999) adalah sebagai berikut: (1) suatu potensial aksi berjalan di sepanjang sebuah saraf motorik sampaike ujungnya pada serat otot,(2) pada setiap ujung, syaraf menyekresi substansi neurotransmitter, yaitu asetilkolin, (3)asetilkolin bekerja pada membran serabut otot untuk membuka gerbang asetilkolin melalui molekul protein dalam membran serat otot,(4) terbukanya saluran asetilkolin memungkinkan ion natrium mengalir ke bagian dalam membran serat otot pada titik terminal saraf, peristiwa ini akan menimbulkan suatu potensial aksi dalam serat otot, (5) potensial aksi berjalan di sepanjang membran serat otot seperti potensial aksi berjalan di sepanjang membran saraf,(6) potensial aksi akan menimbulkan depolarisasi membran serat otot terus ke dalam serat otot, menyebabkan retikulum sarkoplasma melepaskan sejumlah besar ion kalsium (Ca) ke dalam miofibril,(7) ikatan troponin C (Tc) dan Ca akan menggeser tropomiosin pada posisinya, sehingga aktif site (cross bridges) aktin membuka dan kepala miosin menempel pada aktin yang selanjutnya terjadi proses sliding (kontraksi). Mekanisme pergerakan(sliding) filamen dari kontraksi otot menurut Albert et al. (1998)dapat dilihat pada gambar 31,keadaan relaksasi dari suatu sarkomer (atas) dan keadaan kontraksi (bawah). Pada keadaan relaksasi, ujung filamen aktin yang berasal dari dua lempeng yang berurutan sedikit saling tumpang tindih satu sama lain, sementara pada
  • 56. Ergonomi & Faal Kerja Page 56 waktu bersamaan menjadi lebih dekat pada filament miosin. Sebaliknya, keadaan kontraksi, filament aktin telah tertarik ke dalam di antara filamen miosin, sehingga saling tumpang tindih satu sama lain. Lempeng Z jugatelah ditarik oleh filamen aktin sampai ke ujung filament miosin. Jadi, kontraksi otot terjadi karena mekanisme pergeseran filamen. lra et al.(1999) memberikan kesimpulan teori sliding Illamen kontraksi isotonik (lihat gambar 32) sebagai berikut: (1)suatu miofiber, bersama-sama dengan beberapa miofibril,suatu gerakan pemendekan otot, (2) gerakan pemendekan myofibril disebabkan oleh memendeknya sarcomeres- sejauh penyusutan (reduced) pada garis Z (atau discs), (3) pemendekan sarcomeres dibarengi oleh sliding beberapa miofilamen - panjang masing- masing filamen akan tetap sama selama kontraksi, (4) hasil sliding filament merupakan kesesuaian tenaga yang dibutuhkan untuk cross bridges miosin dengan cara lapisan filamen (aktin) menarik lebih kuat dari pada filarnen (miosin), (5) tetap akan memanjang dengan jarak sebesar garis A selama kontraksi otot, (6) sebesar jarak garis A akan menarik menutup bersama- sama dengan memendeknya sebesar jarak garis I, (7) jarak garis H akan memendek selama kontraksi, baik pada sarcomeres bagian samping maupun tengah.
  • 57. Ergonomi & Faal Kerja Page 57 S e l a n j u t n y selanjutnya, gambaran bentuk cross bridges suatu protein miosin dapat dilihat pada gambar 33. Menurut Ira et al. (1999)bahwa kepala miosin (myosin heads) hanya dapat menempel aktin ketika otot distimulasi untuk melakukan kontraksi. Tahap-tahap cross bridges menurut Vander et al. (1990) terdapat 4 tahapan. Tahapan tersebut lihat gambar 34 merupakan sebuah pemaparan siklus cross bridges. Tahap 4: suatu pemberian ATP yang diperlukan miosin, berupa energi kimia. Energi ini akan dipindahkan ke miosin (M), hasil yang telah diberikan energi adalah (M+) dengancara menghidrolisis ATP, ADP dan inorganik fosfa(Pi). Tahap 1: ketika serat otot distimulasi
  • 58. Ergonomi & Faal Kerja Page 58 untuk melakukan kontraksi, energi cross bridge miosin mengikat aktin (A) suatu molekul pada lapisan filamen. Tahap 2: suatu ikatan energi myosin tersebut untuk memicu aktin menempel menjadi satu dalam suatu simpanan energi miosin, terjadilah gerakan cross bridge. ADp dan Pi dilepaskan (released) dari miosin sejak cross bridge mulai bergerak. Tahap 3: sejak cross bridge bergerak, loncatan myosin sangat menempel aktin, dan penempelan (kaitan) tersebut harus dilepaskan (broken) disesuaikan dengan molekul aktin baru danbila terjadi pengulangan siklus. Ikatan molekul ATp untuk myosin adalah disesuaikan dengan respons untuk melakukan penempelan (link) antara aktin dan myosin. Memperhatikan beberapa pendapat di atas bahwa ATP selain digunakan untuk proses kehidupan pada membran sel dan proses sintetis pada sel, juga untuk kontraksi otot. Penyediaan ATP pada kontraksi otot, ATP diperlukan terutama pada proses sliding oleh heads myosin dan calcium pump yaitu memasukkan kembali Ca ke dalam sarkoplasmik retikulum. d. Bentuk Kontraksi Otot Guyton et aI. (1997) menyebutkan bahwa "kontraksi otot dikatakan isometrik bila otot tidak memendek selama kontraksi". Ganong et al.
  • 59. Ergonomi & Faal Kerja Page 59 (1999) juga menyebutkan bahwa "kontraksi isometric dapat terjadi tanpa pemendekan yang berarti di seluruh berkas otot". Pada sistem isometrik ini otot melawan transduser kekuatan tanpa mengurangi panjang otot. Kontraksi isometrik sebetulnya juga mengalami pemendekan otot tetapi sangat sedikit, sebagamana Ira et al.(1999) menyebutkan “Jika aktivitas sejumlah serat otot mengalami pemendekan sangat sedikit, kontraksi tersebut adalah isometrik (if the number of muscle fiber activated is too few to shorten the muscle, the contraction is called an isometric)". Pada literatur lain, kontraksi otot isometrik disebut sebagai kontraksi statis, sebagaimana dikatakan Suma'mur (1989) bahwa "pada kerja otot statis suatu otot menetap berkontraksi untuk suatu periode waktu secara kontinu". Thompson (1981) memberikan contoh bahwa "kontraksi isometric selama 5 -20 menit baik tubuh dalam posisi berdiri maupun duduk, keadaan otot pada sendi bahu (shoulder joint) yang agonist: otot teres major, latissimus dorsi, posterior deltoideus;yang antagonist: otot pectoralis major, dan anterior deltoideus". Selanjutnya, menurut Thompson (1981) pula kontraksi isometrik pada tulang bahu (shoulder girdle), otot yang agonist dan antagonist “agonist: otot rhomboideus major,rhomboideus minor, trapezius; antagonist: serratus anterior pectoralis minor trapezius (upper) ". Ira et al. (1999)menyebutkan bahwa "kontraksi dikatakan isotonik bila otot memendek dan tekanan otot tetap konstan". Ganong et al. (1999)menyebutkan pula bahwa "kontraksi melawan beban yang tetap, dengan pemendekan otot, dinamakan kontraksi isotonik ("tegangan yang sama)". Kontraksi isotonik bergantung pada beban yang dilawan oleh kontraksi otot juga pada inersia beban. Kontraksi isotonik ini biasajuga disebut sebagai kontraksi dinamis. Chow (1999) menyebutkan bahwa "bentuk kontraksi otot isokinetik didiskripsikan sebagai karakteristik kontraksi otot pada bagian tubuh yang bergerak dengan kecepatan sudut konstan". Bentuk kontraksi isokinetik sebagaimana dicontohkan Nathan (2000) bahwa dalam percobaannya "mengkondisikan
  • 60. Ergonomi & Faal Kerja Page 60 isokinetic dengan memanjangkan lutut sebesar 60o permenit posisi duduk semi-bersandar, dan 180o permenit posisi duduk bersandar". Memperhatikan beberapa pendapat di atas bahwa tenaga kerja dalam bekerja posisi berdiri diam di tempat (statis) seperti tukang bubut sangat dimungkinkan lebih banyak mengalami kontraksi otot isometrik daripada isotonik. Kemudian, kerja bubut tersebut juga menggerakkan handel mesin bubut yang memerlukan momen putar (torque) tangan untuk membentuk benda kerja secara teliti dan pelan, hal ini sangat mungkin otot lebih besar mengalami kontraksi isokinetik. e. Pemasukan Energi Selama Kontraksi Kontraksi otot membutuhkan energi.Sumber energi untuk kontraksi adalah hasil hidrolisis ATP (Adenosine Tri Phosphate). Sumber energi yang dapat segera digunakan adalah derivat fosfat organik berenergi tinggi yang terdapat di otot. Menurut Ganong et.al(1999) bahwa "sumber utama diperoleh dari metabolisme intermedier karbohidrat dan lipid". Namun menurut Kroemer et al. (1997) bahwa ”lemak (fat) dihadirkan sebagai sumber energi ketika dalam waktu lama otot berkontraksi". Hal tersebut dapat dilihat pada gambar 35 di bawah ini, merupakan skematik respirasi proses menghasilkan energi selama kontraksi otot. f. Bekerja Pada Suatu lndustri Pada suatu industri (perusahaan) walau telah menggunakan peralatan mesin manual atau otomatik, tidak terlepas dari peranan manusia.Jadi
  • 61. Ergonomi & Faal Kerja Page 61 manusia sebetulnya aktor utama dalam sebuah industry.Gerakan-gerakan yang dibutuhkan untuk kerja membutuhkan gerakan otot rangka/otot biomekanik (muscles skeletal). Otot dapat bergerak membutuhkan kontraksi otot, dan kontraksi otot dapat terjadi membutuhkan pemasukan energi. Hal itu sebagaimana yang telah di bahas pada bagian/subbab sebelumnya. Gerakan-gerakan manusia dalam bekerja perlu dirancang secara ergonomis agar tidak menimbulkan mudah lelah atau nyeri. Oleh karena itu, agar terjadi keseimbangan beban tubuh dengan beban kerja perlu adanya desain atau redesain, substitusi atau modifikasi alat dan lingkungan kerja.Hasil desain, redesain, substitusi atau modifikasi alat dan lingkungan kerja dapat diukur dengan alat parameter antara lain sebagai berikut : 1.) Gangguan otot skelet (otot rangka):dapat didatamenggunakankuesioner Nordic Body Map. Kuesioner tersebut lihat pada lampiran 1. Cara lain, dapat pula menggunakan EIectromyograf (EMG). 2.) Kelelahan: dapat didata dengan menggunakan kuesioner30 item kelelahan umum. Cara lain, dapat menggunakan Fliker Test, atau mengukur secara biological konsentrasi asam laktat dalam darah (otot). 3.) Lingkungan kerja: fungsi alat-alat yang digunakan untuk mengukur lingkungan kerja antara lain: a. Intensitas cahaya : Luxmeter. b. Tingkat kebisingan : Sound Level Meter c. Suhu/temperatur : Thermometer suhu basah sling thermometer dan Globcrthermometer. d. Kelembaban : Higrometer. e. Kecepatan angin : Anemometer. f. Kadar debu : Personal dust sampler. G.Ergonomiuntuk Meningkatkan Produktivitas Kerja Patkin (1995) mengatakan bahwa analisis ergonomi untuk membantu pekerjaan pembedahan yakni dengan cara mendesain suatu instrumen tertentu sehingga dapat menghindari ketidaksesuaian kapasitas manusia dengan
  • 62. Ergonomi & Faal Kerja Page 62 teknologi. Tanpa desain yang baik, bagaimana proses tersebut berjalan dan property apa yang tepat, serta apabila hanya dicoba-coba maka produktivitas akan rendah, banyak kesalahan, bahkan operator bisa menjadi frustasi. Suma' mur ( 1 9 8 9) mengatakan bahwa penerapan ergonomi pada berbagai bidang pekerjaan telah terbukti menyebabkan kenaikan produktivitas secara jelas. Besarnya kenaikan mencapai 10% atau lebih. Tomanic (1995) mengatakan pula, dalam hasil penelitiannya pada pekerja hutan bahwa dengan mengembangkan metode dan teknik baru, fungsi mesin memberikan pelayanan kebutuhan manusia secara ergonomi sehingga informasi mesin tersebut dengan cepat diterima manusia (pekerja) maka kualitas operator meningkat secara profesional, memperkecil kebutuhan energi dan kerja para pekerja hutan dapat optimal. Gempur (1999) dari hasil penelitian pada tenaga kerja kerajinan kayu bagian gosok dengan posisi kerja lesehan di lantai diubah menjadi posisi duduk di kursi dan meja kerja ergonomis ternyata dapat meningkatkan produktivitas kerja 21,8% dan menurunkan kelelahan 8,4%. a. Produktivitas Kerja Sebelum membicarakan produktivitas kerja, terlebih dulu dikemukakan pengertian produktivitas secara umum. Menurut Sritomo (1992) produktivitas adalah ratio antara keluaran (output) dan masukan (input). Rasio masukan dan keluaran yang merupakan produktivitas kerja ini juga merupakan efisiensi kerja. Pengertian masukan dan keluaran tersebut masih bersifat abstrak. Dalarn hal ukuran masukan dan keluaran tersebut bisa dikonversikan dalam bentuk nilai. Produktivitas kerja menurut Sritomo (I992) adalah sebagai rasio jumlah keluaran yang dihasilkan pertotal tenaga kerja yang dipekerjakan. Berdasar pengertian tersebut, keluaran (output) dan masukan (input) harus sudah nampak dalam bentuk nilai. Pada umumnya keluaran (output) dari suatu industri dikaitkan dengan keluaran secara fisik yakni produk akhir yang dihasilkan dan dapat berupa satuan jumlah. Total tenaga kerja yang dipekerjakan (input) bisa berbentuk satuan waktu (man-hours) yakni berupa
  • 63. Ergonomi & Faal Kerja Page 63 jam kerjayang dipakai untuk menyelesaikan pekerjaan. Sinungan (1997) juga mengatakan bahwa produktivitas tenaga kerja dapat diukur menurut sistem masukan fisik perorangan (per-orang) atau perjam kerja. Secara umum produktivitas dapat diformulasikan sebagai berikut : Produktivitas= 𝑂𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡 𝐼𝑛𝑝𝑢𝑡 ( 𝑚𝑒𝑎𝑠𝑢𝑟𝑎𝑏𝑙𝑒)+ 𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡 (𝑖𝑛𝑣𝑖𝑠𝑖𝑏𝑙𝑒) Input (measurable) pada dasarnya bisa diukur atau dihitung besarnya, dalam arti dapat dinilai secala eksak dalam bentuk nyata dan kuantitatif. Untuk beberapa masukan atau keluaran tertentu kadang agak sulit jika diukur/dinilai besarnya karena sifatnya abstrak. Dalam hal ini ukuran nilai masukan atau keluaran dapat dikonversikan ke dalam bentuk nilai uang. Input (lnvisible) yakni masukan yang tidak bisa atau sulit dinilai dan diukur besarnya, akan tetapi cukup penting dalam menentukan tingkat produktivitas kerja. Faktor invisible tersebut antara lain: tingkat pengetahuan, kemampuan teknis, metodologi kerja dan pengetahuan organisasi, serta motivasi kerja. Berdasarkan formulasi di atas, dapat digunakan untuk mengukur atau menghitung produktivitas dengan jalan mengukur indeks keluaran dan indeks masukannya. Produktivitas akan bertambah bila ada penambahan secara porposional dari nilai keluaran permasukan. Apabila masukan dalam keadaan konstan, sedangkan keluaran yang dihasilkan terus bertambah maka hal ini menunjukkan bahwa beberapa sumber produksi (masukan) telah berhasil dilaksanakan, dioperasionalkan, dimanfaatkan dan dikeloIa secara efektif dan efisien. Perlu diingat bahwa penambahan produksi yang dihasilkan tidak akan selalu membawa ke arah penambahan produktivitas, perhatikan contoh sebagai berikut : 20 (𝑜𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡) 100 (𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡 ) menjadi 150 (𝑜𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡) 100 (𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡 )
  • 64. Ergonomi & Faal Kerja Page 64 Produktivitas dinyatakan bertambah apabila rasio keluaran per masukan berubah dari: 120 (𝑜𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡) 100 (𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡) menjadi 150 (𝑜𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡) 125 (𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡) Apabila rasio yang diperoleh seperti berikut ini, dikatakan sama (tidak ada kenaikan atau penurunan produktivitas) : 120 (𝑜𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡) 100(𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡) menjadi 150 (𝑜𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡) 135 (𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡) Di katakan produktivitas menurun ap abira rasio keluaran dan masukan lebih kecil dari sebelumnya, seperti berikut ini: Produktivitas tenaga kerja = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙𝑘𝑎𝑛 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎𝑘𝑎𝑛 Untuk mengukur produktivitas kerja dari pada tenaga kerja manusia, operator mesin dapat menggunakan formulasi sebagai berikut: Produktivitas tenaga kerja ditunjukkan sebagai rasio dari jumlah keluaran yang dihasilkan per total tenaga kerja yang dipekerjakan. Masukan (input)di sini bisapula diukurdalam satuan jam manusia (man-hours) yakni jam kerja yang dipakai untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut. Tenaga kerja yang dipekerjakan dapat terdiri dari tenaga kerja langsung ataupun tidak langsung, namun biasanya meliputi keduanya. Untuk beberapa produk tertentu rasio ini dapat pula dinyatakan dalam jumlah produk yang dibuat perjam kerja yang digunakan. Berdasarkan uraian di atas, dapat disebutkan bahwa sebagai kriteria produktivitas, terdapat dua unsur yakni: pertama, besar atau kecilnya keluaran yang dihasilkan, dan kedua adalah waktu kerja yang dibutuhkan
  • 65. Ergonomi & Faal Kerja Page 65 untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut. Menurut Sukanto (1993) bahwa seseorang tenaga kerja dinyatakan produktif jikalau ia telah menunjukkan output kerja yang paling tidak telah mencapai suatu ketentuan nominal. Ketentuan ini didasarkan atas besarnya keluaran yang dihasilkan secara normal dan diselesaikan dalam jangka waktu yang layak pula. b. Peningkatan Produktivitas Kerja Sebagai usaha peningkatan produktivitas kerja atau efesiensi kerja adalah dengan jalan waktu yang digunakan untuk mengerjakan satu satuan berkurang berdasarkan tingkat konstanta tertentu. Untuk meningkatkan produktivitas kerja menurut Sritomo (1992) ditentukan oleh dua faktor, yakni faktor teknis dan faktor manusia. Faktor teknis akan memberikan pengaruh yang besar terhadap usaha peningkatan produktivitas pada beberapa industri yang banyak menggunakan proses mekanisasi atau otomasi. Jadi, penelitian mengenai produktivitas yang mengutamakan faktor teknis dititikberatkan pada aspek pengembangan teknologi dibandingkan manusianya. Sebaliknya, untuk usaha yang pengaruh teknis relatif kecil sedangkan faktor manusia sebagai unsur dalam sistem produksi yang lebih menonjol, maka usaha untuk peningkatan produktivitas akan lebih diarahkan pada segi manusia dari pada teknologi. Faktor teknis merupakan faktor yang berhubungan dengan pemakaian dan penerapan fasilitas produksi secara lebih baik, penerapan metode kerja yang lebih efektif dan efisien, dan atau penggunaan bahan baku yang lebih ekonomis. Faktor manusia merupakan faktor yang mempunyai pengaruh terhadap usaha yang dilakukan manusia. Terdapat dua hal pokok yang terkait dengan faktor manusia yakni kemampuan kerja (ability) pekerja tersebut dan motivasi kerja yang merupakan pendorong ke arah kemajuan dan peningkatan prestasi kerja seseorang. Sutalaksana (1979) mengatakan bahwa keberhasilan keria (produktivitas) secara garis besar dipengaruhi oleh dua kelompok yakni
  • 66. Ergonomi & Faal Kerja Page 66 kelompok faktor individual dan faktor situasional. Faktor individual datangnya dari diri pekerja itu sendiri dan sering kali sudah ada sebelum si pekerja yang bersangkutan datang di tempat kerjanya kecuali pendidikan dan pengalaman. Faktor situasional hampir sepenuhnya di luar dari diri pekerja. Faktor situasional ini dapat diatur dan diubah baik dari segi sosial dan keorganisasian serta fisik pekerjaan yang bersangkutan. Memperhatikan uraian diatas,dapat disimpulkan bahwa peningkatan produktivitas dapat dilakukan dengan cara memperbaiki fasilitas produksi (faktor teknis) mengubah dan mengatur secara fisik (faktor situasional) sehingga kemampuan pekerja (faktor manusia) dapat meningkat. Apabila kemampuan kerja (ability) dapat meningkat, maka kelambatan kerja dapat diperkecil atau waktu yang diperlukan mengerjakan sesuatu dalam satu satuan dapat diperpendek, dengan demikian produktivitas dapat meningkat. c. Kelambatan Kerjan dan Produktivitas Kelambatan kerja diukur dengan waktu. Sebagaimana sebelumnya telah dibahas bahwa produktivitas diukur dalam satuan hasil produksi per satuan waktu; apabila dengan hasil produksi meningkat tetapi waktu yang digunakan tetap (tidak terjadi kelambatan kerja), maka produktivitas dikatakan meningkat. Sebaliknya, apabila hasil produksi tetap tetapi waktu yang digunakan menyelesaikan pekerjaan lebih lama (terjadi kelambatan kerja), maka dapat dikatakan produktivitas menurun. Terjadinya kelambatan kerja menurut Sutalaksana (1979) dipengaruhi dalam empat unsur yakni: kelambatan yang tak terhindarkan (unavoidable delay), kelambatan yang dapat dihindarkan (avoidable delay), perencanaan (plan) dan istirahat untuk menghilangkan kelelahan (rest to overcome fatique). Kelambatan yang tak terhindarkan adalah kelambatan yang diakibatkan oleh beberapa hal yang terjadi di luar kemampuan pengendalian pekerja. Hal ini timbul karena ketentuan cara kerja yang mengakibatkan
  • 67. Ergonomi & Faal Kerja Page 67 menganggurnya pengerjaan. Misalkan padamnya listrik, rusaknya peralatan dan lain-lain yangm engakibatkan kelambatan. Kelambatan yang dapat dihindarkan yakni kelambatan yang ditimbulkan sepanjang waktu kerja baik disengaja maupun tak disengaja. Misalkan pekerja sakit batuk, ia sepanjang waktu kerja batuk-batuk yang menimbulkan gangguan pada pekerjaannya. Untuk mengurangi kelambatan ini harus diadakan perbaikan pekerjanya sendiri tanpa harus merubah proses operasinya. Perencanaan, merupakan proses mental, operator berfikir untuk mengambil tindakan yang akan diambil selanjutnya. Kelambatan ini terjadi karena tenaga kerja masih perlu proses berfikir lebih lama, ini biasanya terjadi pada tenaga kerja baru. Istirahat untuk menghilangkan rasa lelah,initi tidak terjadi pada setiap siklus kerja, tetapi teriadi secara periodik. Waktu untuk memulihkan kembali kondisi badannya dari rasa lelah sebagai akibat dari kerja yang berbeda- beda, tidak saja karena jenis pekerjaannya, tetapi juga karena tingkat kemampuan daya tahan individu tenaga kerja.s Kelambatan kerja berkaitan denganp roduktivitas ini dapat diperbaiki dengan cara penyesuaian ukuran tempat kerja dengan kemampuan dan keterbatasan manusia, penelitian dibidang ini menggunakan ilmu ergonomi. Tempat kerja yang disesuaikan manusia termasuk di dalamnya adalah memperhatikan ketepatan menggunakan tubuh, lingkungan kerja (temperatur, bising, ventilasi, kelembaban, dan paparan lainnya), posisi kerja dan gizi kerja. H.Faal Kerja a. Definisi Faal Kerja Ilmu tentang faal yang di khususkan untuk manusia yang bekerja disebut faal kerja. Secara faal, bekerja adalah hasil kerjasama dalam koordinasi yang sebaikbaiknya dari dria (mata, telinga, peraba, perasa dan
  • 68. Ergonomi & Faal Kerja Page 68 lain-lain), otak dan susunan saraf-saraf di pusat dan perifer, serta otot-otot. Selanjutnya untuk petukaran zat yang diperlukan dan harus dibuang masih diperlukan peredaran darah ked an dari otot-otot. Dalam hal ini, jantung, paru-paru. hati, usus, dan lain-lainnya menunjang kelancaran proses pekerjaan. Mula-mula koordinasi indera, susunan syaraf, otot. dan alat-alat lain berjalan secara sukar dan masih harus disertai upaya-upaya yang diperlukan. Kenyataan ini terlihat pada seorang tenaga kerja baru yang sedang menjalani latihan. Lambat laun gerakan menjadi suatu ref1eks, sehingga bekerja menjadi automatis. Semakin cepat sifat refleks dan automatis tersebut yang disertai semakin baik koordinasi serta hasil kerja, semakin tinggi pulalah ketrampilan seseorang. Otot-otot adalah salah satu organ yang terpenting terutama untuk pekerjaan fisik. Otot bekerja dengan jalan kontraksi dan melemas. Kekuatan ditentukan oleh jumlah yang besar serat-seratnya, daya kontraksi dan cepatnya berkontraksi. Sebelum kontraksi (mengerut), darah diantara serat- serat otot atau di luar pembuluh-pembuluh ototnya terjepit, sehingga peredaran darah, jadi juga pertukaran zat terganggu dan hal demikian menjadi sebab kelelahan otot. Maka dari itu, kerutan yang selalu diselingi pelemasan, disebut kontraksi dinamis, sangat tepat bagi bekerjanya otot-otot. Pekerjaan-pekerjaan demikian misalnya mengayuh pedal, sepeda, memutar. roda, memukul lonceng, mencangkul dan lain.lain. Kerja terus- menerus dari suatu otot, sekalipun bersifat dinarnik, selalu diikuti dengan kelelahan, yang perlu istirahat untuk pemulihan. Atas dasar kenyataan itu, waktu istirahat dalam kerja atau sesudah kerja sangat penting. Kelelahan otot secara fisik antara lain akibat zat-zat sisa metabolisme seperti asam laktat, C02, dan sebagainya. Namun kelelahan, sesuai dengan mekanisme kerja, tidak saja ditentukan oleh keadaan ototnya sendiri, melainkan terdapat komponen mental psikologis yang sering-sering juga besar pengaruhnya. Otot-otot yang lelah akan menunjukkan kurangnya kekuatan dari padanya,
  • 69. Ergonomi & Faal Kerja Page 69 bertambah panjangnya waktu later kontraksi dan waktu melemas, berkurangnya koordinasi, serta otot gemetar (tremor). Otot dan tulang merupakan dua alat yang sangat penting dalam bekerja. Kerutan dan pelemasan otot dipindahkan kepada tulang menjadi gerakan-gerakan fleksi, abduksi, rotasi, supinasi dan lain.lain. Demikian pentingnya kedua alat ini sebagai suatu kesatuan, maka berkembanglah ilmu biomekanik, yaitu ilmu tentang gerakan otot dan tulang, yang dengan pengetrapannya diharapkan, agar dengan tenaga sekecil-kecilnya dapat dicapai hasil kerja sebesar-besarnya. Biomekanika memberikan pengetahuan-pengetahuan tentang gerakan-gerakan dan kekuatan pada penggunaan leher dan kepala, tulang belakang, lengan, tangan, kaki, jari-jari dan sebagainya. Otot dan tulang merupakan faktor-faktor terpenting bagi ukuran- ukuran tubuh, ukuran tinggi dan besar dari tubuh ataupun bagian-bagiannya. Ukuran-ukuran ini menentukan pula kemampuan fisik tenaga kerja. Peralatan kerja dan mesin perlu serasi dengan ukuran-ukuran demikian untuk hasil kerja sebesar-besarnya. Maka berkembanglah ilrnu yang disebut Antropometri, yaitu ilmu tentang ukuran-ukuran tubuh, baik dalam keadaan statis, ataupun dinamis. Yang sangat penting bagi pekerjaan adalah ukuran-ukuran: 1. Tinggi badan berdiri, tinggi bahu, tinggi siku, tinggi pinggul, depan dan panjang lengan. 2. Tinggi duduk, panjang lengan atas, panjang lengan bawah dan tangan, tinggi lutut, jarak lekuk lutut-garis punggung, jarak lekuk lutut telapak kaki. Fungsi tubuh saat bekerja, hal yang perlu diperhatikan saat kerja : sesuai kapasitas tubuh, variasi individu dan patokan beban kerja ( 30 - 40 % uptake O2 atau 40 % kekuatan otot). Kerja fisik : perpindahan tubuh, memindahkan objek, mempertahankan sikap tubuh a. Kapasitas Fisik
  • 70. Ergonomi & Faal Kerja Page 70 Kemampuan orang untuk menerima beban fisik saat kerja dipengaruhi: somatik, pekerjaan, psikis, lingkungan & adaptasi/ latihan parameter : denyut jantung, tekanan darah, irama pernapasan, suhu tubuh, kebutuhan kalori, kebutuhan O2 b. Kerja Otot Organ utama kerja fisik kontraksi & relaksasi ditentukan oleh : jumlah serat, daya kontraksi & kecepatan kontraksi c. Kerja statis & dinamis, Perlu phospat energi tinggi Perbedaan Kerja otot statis dan dinamis yaitu : 1. Statis : a. Kontraksi tetap b. Aliran darah terhambat c. Energi lebih besar 2. Dinamis a. Berirama b. Dipompa c. Energi kurang Kriteria kerja statis kerja ringan selama 4 menit/ lebih kerja sedang selama 1 menit/ lebih a. Sistem Sirkulasi Saat Kerja Kerja berakibat perubahan uptake oksigen oleh jantung dan paru. Kemampuan kerja terkuat dipengaruhi oleh jumlah maksimum oksigen. Parameter: denyut jantung (HR) Diukur secara: Langsung: EKG, pulsemeter Tak langsung: denyut nadi Denyut nadi: peregangan pembuluh darah akibat gelombang tekanan sistol jantung, jumlah denyutan menyatakan jumlah HR skala denyut jantung 1. Resting pulse : sebelum kerja 2. Working pulse : selama kerja 3. Work pulse : beda sebelum-selama (max : 30 beat/menit) 4. Recovery pulse : jml denyut selesai kerja – recovery (ukur fatigue & recovery)
  • 71. Ergonomi & Faal Kerja Page 71 5. Total work pulse Sistem Palpasi Dengan 3 ujung jari pada radialis dihitung 15” atau 30” untuk denyut nadi istirahat, duduk sistem 10 denyut kondisi kerja dihitung mulai 0 - 10 / 1 - 11, dicatat waktunya dengan stopwatch recovery Pulse Dihitung Detik 30-60; 90-120; 150-180 selanjutnya dirata-rata menit I <110/Menit ; I-Iii >= 10 a. Ventilasi Pulmonal Saat Kerja Gerakan masa gas keluar masuk paru untuk mencukupi metabolism.Perkalian antara kecepatan pernapasan dengan nilai rata-rata tidal volume yang ekspirasikan normal 10-20 x/menit. Dalam dan kecepatan napas seimbang (anak : dewasa ; latihan : tidak). Pengaturan frekuensi napas saat kerja belum jelas. Spindel otot, Faktor yang berpengaruh : 1. Rangsangan langsung ke pusat napas 2. Rangsangan tak langsung pada propioceptor 3. Faktor humoral : kadar oksigen, karbondioksida dan ion H Pembatasan napas adalah kebutuhan O2, Istirahat : 0,5-1 ml O2/l ventilasi naik 10 kali saat kerja, Ventilasi pulmonal kerja sangat berat > ventilasi pembebanan maksimal a. Ginjal Saat Kerja 1. Dipengaruhi oleh aliran darah ke ginjal 2. Penurunan berarti bila HR 135-140x/menit atau 50% 3. Hypohydrasi kerja di lingkungan panas 4. Komponen fungsi ginjal b. Pencernaan Saat kerja terjadi pengurangan gerakan & sekresi lambung bertambah sesuai kerja. Disebabkan oleh aktivitas simpatik & parasimpatik normal kembali setelah 1-2 jam kerja Kebutuhan kalori/ hari ditentukan : 1. Metabolisme basal 2. Spesific Dynamic Action
  • 72. Ergonomi & Faal Kerja Page 72 3. Kalori untuk kerja 4. Kalori untuk aktivitas diluar kerja c. Faktor-Faktor yang Diperhatikan dalam Ilmu Faal a. Faktor beban kerja dan peralatan di dalam tubuh b. Faktor waktu (lama dan periodisitas) c. Faktor lingkungan (kebisingan, toksisitas) d. Bahaya yang Bersifat Faal Bahaya ini terjadi karena beban kerja yang terlalu berat, peralatan yang digunakan tidak serasi dengan tenaga kerja, pengaturan kecepatan ban berjalan misalnya yang perlu diatur sesuai dengan kecepatan operator melayaninya agar tidak stress.
  • 73. Ergonomi & Faal Kerja Page 73 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Potensi bahaya fisik, yaitu potensi bahaya yang dapat menyebabkan gangguan-gangguan kesehatan terhadap tenaga kerja yang terpapar, misalnya: terpapar kebisingan intensitas tinggi, suhu ekstrim (panas & dingin), intensitas penerangan kurang memadai, getaran, radiasi. Penerapan Ergonomi di tempat kerja bertujuan agar pekerja saat bekerja selalu dalam keadaan sehat, nyaman, selamat, produktif dan sejahtera. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, perlu kemauan, kemampuan dan kerjasama yang baik dari semua pihak. Pihak pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan sebagai lembaga yang bertanggungjawab terhadap kesehatan masyarakat, membuat berbagai peraturan, petunjuk teknis dan pedoman K3 di Tempat Kerja serta menjalin kerjasama lintas program maupun lintas sektor terkait dalam pembinaannya Faal kerja yaitu, Ilmu tentang fisiologi tubuh manusia saat bekerja. Bekerja merupakan hasil koordinasi dari kerja sama indera, otak, syaraf dan otot yang ditunjang oleh kerja jantung, paru, ginjal dan lain-lain B. Saran Pendekatan disiplin ergonomi diarahkan pada upaya memperbaiki performansi kerja manusia seperti menambah kecepatan kerja, accuracy, keselamatan kerja disamping untuk mengurangi energi kerja yang berlebihan serta mengurangi datangnya kelelahan yang terlalu cepat. Disamping itu
  • 74. Ergonomi & Faal Kerja Page 74 disiplin ergonomi diharapkan mampu memperbaiki pendayagunaan sumber daya manusia serta meminimalkan kerusakan peralatan yang disebabkan kesalahan manusia (human errors). Manusia adalah manusia, bukannya mesin. Mesin tidak seharusnya mengatur manusia, untuk itu bebanilah manusia (operator/pekerja) dengan tugas-tugas yang manusiawi. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan oleh sebab itu kritik yang sifatnya membangun sangat kami harapkan.
  • 75. Ergonomi & Faal Kerja Page 75 DAFTAR PUSTAKA Evolab,2008. Ergonomi dan Faal Kerja (http://laboratoriumlingkungan.blogspot.com//2011/04/ergonomi-dan-faal.htmi) .(akses,desember2008) Gampur,Dr,. Santoso, Drs.,M.Kes.(2004).Ergonomi manusia, peralatan dan lingkungan. Penerbit Prestasi Pustaka,Jakarta. Prihati, Lale ulfa,2012. Bahaya fisik ditempat kerja (http://laboratoriumlingkungan.blogspot.com/2012/08/bahaya-fisik- ditempat-kerja.htmi). (akses,03 agustus 2012)