UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
Hieronimus zonnwells
1.
2. Majapahit
Ibukota
Bahasa
Agama
: Majapahit, Wilwatikta (Trowulan)
: Jawa Kuno, Sanskerta
: Siwa-Buddha (Hindu dan Buddha),
Kejawen, Animisme
Pemerintahan
: Monarki
Raja
: - 1295-1309 Kertarajasa Jayawardhana
- 1478-1498 Girindrawardhana
Sejarah
: - Penobatan Raden Wijaya
- Invasi Demak 1527
Mata uang
: Koin emas dan perak, kepeng (koin
perunggu yang diimpor dari Tiongkok)
3. Kerajaan Majapahit
Majapahit adalah sebuah kerajaan yang berpusat di Jawa
Timur, Indonesia, yang pernah berdiri dari sekitar tahun 1293
hingga 1500 M. Kerajaan ini mencapai puncak kejayaannya
menjadi kemaharajaan raya yang menguasai wilayah yang luas
di Nusantara pada masa kekuasaan Hayam Wuruk, yang
berkuasa dari tahun 1350 hingga 1389.
Kerajaan Majapahit adalah kerajaan Hindu-Buddha terakhir
yang menguasai Nusantara dan dianggap sebagai salah satu dari
negara terbesar dalam sejarah Indonesia. Menurut
Negarakertagama, kekuasaannya terbentang di Jawa, Sumatra,
Semenanjung Malaya, Kalimantan, hingga Indonesia timur,
meskipun wilayah kekuasaannya masih diperdebatkan.
5. Raja – Raja Majapahit
Nama Raja
Raden Wijaya
Kalagamet
Sri Gitarja
Hayam Wuruk
Wikramawardhana
Suhita
Kertawijaya
Rajasawardhana
Purwawisesa
Bhre Pandansalas
Bhre Kertabumi
Girindrawardhana
Patih Udara
Gelar
Kertarajasa Jayawardhana
Sri Jayanagara
Tribhuwana Wijayatunggadewi
Sri Rajasanagara
Dyah Ayu Kencana Wungu
Brawijaya I
Brawijaya II
Brawijaya III
Brawijaya IV
Brawijaya V
Brawijaya VI
Tahun
1293 - 1309
1309 - 1328
1328 - 1350
1350 - 1389
1389 - 1429
1429 - 1447
1447 - 1451
1451 - 1453
1456 - 1466
1466 - 1468
1468 - 1478
1478 - 1498
1498 - 1518
6. Prasasti Yang Pada Zaman
Kerajaan Majapahit
Prasasti Kudadu : Menceritakan pengalaman Raja Wijaya
selama menjadi Raja .
Gapura Bajang Batu : gapura ini
berfungsi sebagai pintu
masuk bagi banguna suci
untuk memperingati
Wafatnya Raja
7. Sumber Sejarah
Kitab Pararaton
: Menceritakan tentang raja –
raja Singasari dan Majapahit .
Kitab Negarakertagama : Menceritakan tentang perjalan
Hayam Wuruk ke Jawa Timur .
Kidung Harsawijaya
: Menceritakan tentang Raden
Wijaya ketika menghadapi musuh dari kediri.
Prasasti Butak
: Prasasti mengenai peristiwa
runtuhnya Kerajaan Singasari dan perjuangan Raden
Wijaya untuk mendirika Kerajaan Majapahit .
8. Kehidupan Sosial
Kehidupan sosial masa Kerajaan Majapahit aman, tentram,
damai . Dalam kitab Negarakertagama disebutkan bahwa
Hayam Wuruk melakukan perjalana keliling daerah –
daerah untuk mengetahui sejauh mana kemajuan dan
kesejahtraan rakyatnya. . Perlindungan terhadap rakyat
sangat diperhatikan. Demikian peradilan, dilaksanakan
secara ketat .
9. Kehidupan Ekonomi
Kerajaan Majapahit amat sangatlah makmur . Kemakmuran
Majapahit diduga karena dua faktor. Faktor pertama; lembah
sungai Brantas dan Bengawan Solo di dataran rendah Jawa
Timur utara sangat cocok untuk pertanian padi. Pada masa
jayanya Majapahit membangun berbagai infrastruktur irigasi,
sebagian dengan dukungan pemerintah. Faktor kedua;
pelabuhan-pelabuhan Majapahit di pantai utara Jawa mungkin
sekali berperan penting sebagai pelabuhan pangkalan untuk
mendapatkan komoditas rempah-rempah Maluku. Pajak yang
dikenakan pada komoditas rempah-rempah yang melewati Jawa
merupakan sumber pemasukan penting bagi Majapahit .
10. Kehidupan Budaya
Hasil budaya Majapahit dapat dibedakan sebagai berikut :
Candi, banyak candi peninggalan Majapahit, seperti Candi Penataran (
Belitar ), Candi Tikus .
Kesusastraan, Zaman Majapahit bidang sastra sangat berkembang .
Hasilnya dapat dibagi menjadi Zaman Majapahit Awal dan Majapahit
Akhir .
Candi Tikus . Candi ini terletak di
kompleks Trowulan, sekitar 13 km di
sebelah tenggara kota Mojokerto. Dari
jalan raya Mojokerto-Jombang, di perempatan
Trowulan, membelok ke timur, melewati
Kolam Segaran dan Candi Bajangratu yang
terletak di sebelah kiri jalan. Candi Tikus juga
terletak di sisi kiri jalan, sekitar 600 m dari Candi
Bajangratu.
11. Struktur Pemerintahan
Majapahit memiliki struktur pemerintahan dan susunan
birokrasi yang teratur pada masa pemerintahan Hayam
Wuruk, dan tampaknya struktur dan birokrasi tersebut
tidak banyak berubah selama perkembangan sejarahnya .
Raja dianggap sebagai penjelmaan dewa di dunia dan ia
memegang otoritas politik tertinggi.
12. Sistem Aparat Birokrasi
Raja dibantu oleh sejumlah pejabat birokrasi dalam melaksanakan pemerintahan,
dengan para putra dan kerabat dekat raja memiliki kedudukan tinggi.
- Rakryan Mahamantri Katrini, biasanya dijabat putra-putra raja
- Rakryan Mantri ri Pakira-kiran, dewan menteri yang melaksanakan pemerintahan
- Dharmmadhyaksa, para pejabat hukum keagamaan
- Dharmma-upapatti, para pejabat keagamaan
Dalam Rakryan Mantri ri Pakira-kiran terdapat seorang pejabat yang terpenting yaitu
Rakryan Mapatih atau Patih Hamangkubhumi. Pejabat ini dapat dikatakan sebagai
perdana menteri yang bersama-sama raja dapat ikut melaksanakan kebijaksanaan
pemerintahan. Selain itu, terdapat pula semacam dewan pertimbangan kerajaan yang
anggotanya para sanak saudara raja, yang disebut Bhattara Saptaprabhu.
13. Pembagian Wilayah
Dalam pembentukannya, kerajaan Majapahit merupakan
kelanjutan Singhasari, terdiri atas beberapa kawasan
tertentu di bagian timur dan bagian tengah Jawa. Daerah
ini diperintah oleh uparaja yang disebut Paduka Bhattara
yang bergelar Bhre atau "Bhatara i". Gelar ini adalah gelar
tertinggi bangsawan kerajaan. Biasanya posisi ini hanyalah
untuk kerabat dekat raja. Tugas mereka adalah untuk
mengelola kerajaan mereka, memungut pajak, dan
mengirimkan upeti ke pusat, dan mengelola pertahanan di
perbatasan daerah yang mereka pimpin.
14.
Selama masa pemerintahan Hayam Wuruk (1350 s.d. 1389) ada 12
wilayah di Majapahit, yang dikelola oleh kerabat dekat raja.
Hierarki dalam pengklasifikasian wilayah di kerajaan Majapahit
dikenal sebagai berikut:
Bhumi: kerajaan, diperintah oleh Raja
Nagara: diperintah oleh rajya (gubernur), atau natha (tuan), atau
bhre (pangeran atau bangsawan)
Watek: dikelola oleh wiyasa,
Kuwu: dikelola oleh lurah,
Wanua: dikelola oleh thani,
Kabuyutan: dusun kecil atau tempat sakral.
15. Hayam Wuruk
Hayam Wuruk adalah raja keempat Kerajaan Majapahit yang memerintah
tahun 1350-1389, bergelar Maharaja Sri Rajasanagara. Di bawah
pemerintahannya, Kerajaan Majapahit mencapai zaman kejayaannya
16. Masa pemerintahan Hayam
Wuruk
Di bawah kekuasaan Hayam Wuruk, Majapahit menaklukkan
Kerajaan Pasai dan Aru (kemudian bernama Deli, dekat Medan
sekarang). Majapahit juga menghancurkan Palembang, sisa-sisa
pertahanan Kerajaan Sriwijaya (1377).
Dengan bantuan Mahapatih Gajah Mada, ia menaklukkan Logajah,
Gurun Sukun, Taliwung, Sapi, Gunungapi, Seram, Hutankadali,
Sasak, Bantayan, Luwuk, Mengkasar, Buton, Banggawi, Kunir,
Galiyan, Salayar, Sumba, Muar (Saparua), Solor, Bima, Wandan
(Banda), Ambon, Wanin, Seran, Timor, dan Dompo. Hanya sayang,
akibat kesalahan langkahnya terutama dalam "Peristiwa Bubat", Gajah
Mada dinonaktifkan sebagai patih pada tahun 1357. Namun diangkat
lagi jadi patih tahun 1359.
17. Hayam Wuruk
Masa kekuasaan
Dinobatkan
Nama lengkap
Gelar
Tempat lahir
Tempat wafat
Pendahulu
Pengganti
Ratu
Pasangan
Dinasti
Ayah
Ibu
: Majapahit: 1350–1389
: 1350
: Maharaja Sri Rajasanagara
: Rajasanagara
: Majapahit
: Majapahit
: Tribhuwana Wijayatunggadewi
:Wikramawardhana
: Sri Sudewi (Paduka Sori)
: Selir ? (Ibunda Wirabhumi)
: Wangsa Rajasa
: Cakradhara
: Tribhuwana Wijayatunggadewi
18. Mahapatih Gajah Mada
Masa jabatan
Penguasa monarki
Didahului oleh
Digantikan oleh
: k.1334 – k.1359
: Tribhuwana
Wijayatunggadewi,
Hayam Wuruk
: Arya Tadah (Mpu
Krewes)
: 6 mahamantri agun
19. Gajah Mada
Gajah Mada (wafat k. 1364) adalah seorang panglima perang dan tokoh yang
sangat berpengaruh pada zaman kerajaan Majapahit. Menurut berbagai
sumber mitologi, kitab, dan prasasti dari zaman Jawa Kuno, ia memulai
kariernya tahun 1313, dan semakin menanjak setelah peristiwa pemberontakan
Ra Kuti pada masa pemerintahan Sri Jayanagara, yang mengangkatnya
sebagai Patih. Ia menjadi Mahapatih (Menteri Besar) pada masa Ratu
Tribhuwanatunggadewi, dan kemudian sebagai Amangkubhumi (Perdana
Menteri) yang mengantarkan Majapahit ke puncak kejayaannya.
20. Invansi
Walaupun ada sejumlah pendapat yang meragukan sumpahnya, Gajah Mada
memang hampir berhasil menaklukkan Nusantara. Dimulai dengan penaklukan ke
daerah Swarnnabhumi (Sumatera) tahun 1339, pulau Bintan, Tumasik (sekarang
Singapura), Semenanjung Malaya, kemudian pada tahun 1343 bersama dengan
Arya Damar menaklukan Bedahulu (di Bali) dan kemudian penaklukan Lombok,
dan sejumlah negeri di Kalimantan seperti Kapuas, Katingan, Sampit, Kotalingga
(Tanjunglingga), Kotawaringin, Sambas, Lawai, Kendawangan, Landak,
Samadang, Tirem, Sedu, Brunei, Kalka, Saludung, Sulu, Pasir, Barito, Sawaku,
Tabalung, Tanjungkutei, dan Malano.
Pada zaman pemerintahan Prabu Hayam Wuruk (1350-1389) yang menggantikan
Tribhuwanatunggadewi, Gajah Mada terus melakukan penaklukan ke wilayah
timur seperti Logajah, Gurun, Sukun, Taliwung, Sapi, Gunungapi, Seram,
Hutankadali, Sasak, Bantayan, Luwu, Buton, Banggai, Kunir, Galiyan, Salayar,
Sumba, Muar (Saparua), Solor, Bima, Wandan (Banda), Ambon, Wanin, Seran,
Timor, dan Dompo.
21. Perang Bubat
Dalam Kidung Sunda diceritakan bahwa Perang Bubat (1357) bermula saat Prabu Hayam
Wuruk mulai melakukan langkah-langkah diplomasi dengan hendak menikahi Dyah Pitaloka
Citraresmi putri Sunda sebagai permaisuri. Lamaran Prabu Hayam Wuruk diterima pihak
Kerajaan Sunda, dan rombongan besar Kerajaan Sunda datang ke Majapahit untuk
melangsungkan pernikahan agung itu. Gajah Mada yang menginginkan Sunda takluk,
memaksa menginginkan Dyah Pitaloka sebagai persembahan pengakuan kekuasaan
Majapahit. Akibat penolakan pihak Sunda mengenai hal ini, terjadilah pertempuran tidak
seimbang antara pasukan Majapahit dan rombongan Sunda di Bubat; yang saat itu menjadi
tempat penginapan rombongan Sunda. Dyah Pitaloka bunuh diri setelah ayah dan seluruh
rombongannya gugur dalam pertempuran. Akibat peristiwa itu langkah-langkah diplomasi
Hayam Wuruk gagal dan Gajah Mada dinonaktifkan dari jabatannya karena dipandang lebih
menginginkan pencapaiannya dengan jalan melakukan invasi militer padahal hal ini tidak
boleh dilakukan.
Dalam Nagarakretagama diceritakan hal yang sedikit berbeda. Dikatakan bahwa Hayam
Wuruk sangat menghargai Gajah Mada sebagai Mahamantri Agung yang wira, bijaksana,
serta setia berbakti kepada negara. Sang raja menganugerahkan dukuh "Madakaripura" yang
berpemandangan indah di Tongas, Probolinggo, kepada Gajah Mada. Terdapat pendapat yang
menyatakan bahwa pada 1359, Gajah Mada diangkat kembali sebagai patih; hanya saja ia
memerintah dari Madakaripura.
22. Sumpah Palapa
Ketika pengangkatannya sebagai patih Amangkubhumi pada tahun 1258 Saka
(1336 M) Gajah Mada mengucapkan Sumpah Palapa yang berisi bahwa ia akan
menikmati palapa atau rempah-rempah (yang diartikan kenikmatan duniawi) bila
telah berhasil menaklukkan Nusantara. Sebagaimana tercatat dalam kitab Pararaton
dalam teks Jawa Pertengahan yang berbunyi sebagai berikut
“
Sira Gajah Mada pepatih amungkubumi tan ayun amukti palapa, sira Gajah
Mada: Lamun huwus kalah nusantara ingsun amukti palapa, lamun kalah ring
Gurun, ring Seram, Tañjungpura, ring Haru, ring Pahang, Dompu, ring Bali,
Sunda, Palembang, Tumasik, samana ingsun amukti palapa
”
bila dialih-bahasakan mempunyai arti :
“
Beliau, Gajah Mada sebagai patih Amangkubumi tidak ingin melepaskan
puasa, Gajah Mada berkata bahwa bila telah mengalahkan (menguasai) Nusantara,
saya (baru akan) melepaskan puasa, bila telah mengalahkan Gurun, Seram,
Tanjung Pura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik,
demikianlah saya (baru akan) melepaskan puasa
”
23. Surya Majapahit
Surya Majapahit (Matahari Majapahit)
adalah lambang yang kerap ditemukan
di reruntuhan bangunan yang berasal
dari masa Majapahit. Lambang ini
mengambil bentuk Matahari bersudut
delapan dengan bagian lingkaran di
tengah menampilkan dewa-dewa
Hindu. lambang ini membentuk
diagram kosmologi yang disinari jurai
Matahari khas "Surya Majapahit”, atau
lingkaran Matahari dengan bentuk
jurai sinar yang khas. Karena begitu
populernya lambang Matahari ini pada
masa Majapahit, para ahli arkeologi
menduga bahwa lambang ini berfungsi
sebagai lambang negara Majapahit.
24. Runtunya Kejayaan Majapahit
Sesudah mencapai puncaknya pada abad ke-14, kekuasaan
Majapahit berangsur-angsur melemah. Setelah wafatnya Hayam
Wuruk pada tahun 1389, Majapahit memasuki masa
kemunduran akibat konflik perebutan takhta. Pewaris Hayam
Wuruk adalah putri mahkota Kusumawardhani, yang menikahi
sepupunya sendiri, pangeran Wikramawardhana. Hayam Wuruk
juga memiliki seorang putra dari selirnya Wirabhumi yang juga
menuntut haknya atas takhta. Perang saudara yang disebut
Perang Paregreg diperkirakan terjadi pada tahun 1405-1406,
antara Wirabhumi melawan Wikramawardhana. Perang ini
akhirnya dimenangi Wikramawardhana, semetara Wirabhumi
ditangkap dan kemudian dipancung. Tampaknya perang saudara
ini melemahkan kendali Majapahit atas daerah-daerah
taklukannya di seberang.